Renungan Hari Ini: Kuasai Tiga Prinsip sehingga Kehidupan Rohani Anda Mencapai Hasil

11 Agustus 2020

Isi

1. Berfokus pada Menenangkan Dirimu Sendiri di Hadapan Tuhan dalam Perenungan

2. Berfokus pada Merenungkan Firman Tuhan dalam Perenungan

3. Pikirkan Masalah dan Kesulitan Nyata dalam Perenunganmu

Pernahkah engkau dihadapkan dengan kebingungan ini, bahwa meskipun engkau melakukan perenungan dan berdoa setiap hari, engkau tetap belum mendapatkan banyak hal apa pun atau merasa tergerak? Mengapa demikian? Bagaimana kita bisa mendapatkan hasil dari renungan harian kita? Asalkan kita mengikuti tiga prinsip penerapan di bawah ini, kita dapat meningkatkan apa yang kita dapatkan dari kehidupan rohani kita dan kita akan bertumbuh lebih cepat dalam kehidupan.

1. Berfokus pada Menenangkan Dirimu Sendiri di Hadapan Tuhan dalam Perenungan

Menemukan pendekatan yang tepat untuk perenungan diperlukan agar kehidupan rohani kita menghasilkan buah. Pertama, kita harus menenangkan diri kita sendiri di hadapan Tuhan. Semakin kita melakukan ini, semakin mudah untuk mendapatkan pencerahan dan penerangan Roh Kudus. Jika kita tidak mampu menenangkan diri kita, maka ketika membaca firman Tuhan, kita masih memiliki hal-hal di pikiran kita seperti pekerjaan, sekolah, dan keluarga. Kemudian akhirnya kita hanya melakukan perenungan dengan asal-asalan dan tanpa antusiasme atau komitmen apa pun dan sekadar memenuhi tuntutan Tuhan dalam perenungan kita karena kita tidak semata-mata berfokus pada menyembah Tuhan dan berdoa lalu membaca firman-Nya. Itu membuat kita tidak mungkin menerima pencerahan apa pun dari Roh Kudus, bahkan jika kita memahami arti harfiah firman Tuhan.

Firman Tuhan berkata: "Kehidupan rohani yang normal adalah kehidupan yang dijalani di hadapan Tuhan. Ketika berdoa, orang dapat menenangkan hatinya di hadapan Tuhan, dan melalui doa, dia dapat mencari pencerahan Roh Kudus, mengenal firman Tuhan, dan memahami kehendak Tuhan. Dengan makan dan minum firman Tuhan, orang bisa mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan lebih menyeluruh mengenai pekerjaan Tuhan sekarang ini. Mereka juga bisa mendapatkan jalan penerapan yang baru, dan tidak akan berpegang teguh pada jalan penerapan yang lama; semua yang mereka lakukan akan bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dalam kehidupan" ("Tentang Kehidupan Rohani yang Normal" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). "Jika engkau ingin hatimu benar-benar damai di hadapan Tuhan, engkau harus bekerja sama secara sadar. Ini artinya masing-masing dari engkau semua harus memiliki waktu untuk bersaat teduh, waktu di mana engkau mengesampingkan orang, peristiwa, dan hal-hal lainnya, menenangkan hatimu dan berdiam diri di hadapan Tuhan. Setiap orang harus memiliki catatan renungan pribadi, mencatat pengetahuan mereka tentang firman Tuhan dan bagaimana roh mereka digerakkan, terlepas apakah perenungan itu 'mendalam' atau 'dangkal'; setiap orang harus secara sadar menenangkan hati mereka di hadapan Tuhan. Jika engkau dapat mempersembahkan satu atau dua jam setiap hari bagi kehidupan rohani yang benar, kehidupanmu hari itu akan terasa diperkaya dan hatimu akan terang dan jernih. Jika engkau menjalani kehidupan rohani seperti ini setiap hari, hatimu akan dapat kembali menjadi milik Tuhan, rohmu semakin lama akan menjadi semakin kuat, keadaanmu akan terus meningkat, engkau akan menjadi lebih mampu menempuh jalan yang dipimpin oleh Roh Kudus, dan Tuhan akan melimpahkan berkat yang lebih besar kepadamu. Tujuan dari kehidupan rohanimu adalah untuk dengan sengaja mendapatkan kehadiran Roh Kudus. Tujuannya bukanlah untuk menaati aturan ataupun melakukan ritual keagamaan, tetapi untuk sungguh-sungguh bertindak selaras dengan Tuhan, untuk sungguh-sungguh mendisiplinkan tubuhmu—inilah yang harus dilakukan manusia, jadi engkau semua harus melakukan hal ini dengan upaya maksimal" ("Kehidupan Rohani yang Normal Memimpin Orang menuju Jalan yang Benar" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Kita dapat memahami dari firman Tuhan bahwa berlatih menenangkan hati kita di hadapan Tuhan diperlukan untuk kehidupan rohani yang baik. Sebelum melakukan perenungan, kita perlu secara sadar menjauh dari apa pun yang dapat mengganggu kita, menjauh dari semua orang, peristiwa, dan hal-hal yang dapat menjauhkan hati kita dari Tuhan. Secara umum, hati kita lebih damai di pagi hari, sebelum kita telah berurusan dengan hal-hal kecil yang tak terhitung banyaknya yang muncul dalam hidup kita dan di tempat kerja. Kita bisa berdoa kepada Tuhan di pagi hari, memberitahukan kepada-Nya semua tentang kesulitan dan kekurangan kita; kita dapat membaca firman Tuhan dengan saksama, merenungkan dan mencari kehendak-Nya dan jalan penerapan. Semakin kita menenangkan diri kita sendiri di hadapan Tuhan dengan cara ini, semakin besar kemungkinan kita untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Ini adalah cara yang lebih baik untuk mendapatkan sesuatu dari perenungan kita dan keadaan rohani kita akan terus meningkat.

2. Berfokus pada Merenungkan Firman Tuhan dalam Perenungan

Cara kedua untuk mendapatkan lebih banyak dari perenungan kita adalah dengan berfokus pada merenungkan firman Tuhan. Banyak orang membaca firman Tuhan dalam perenungan mereka, tetapi mereka tidak benar-benar merenungkannya—mereka hanya membaca sepintas lalu dan sudah puas dengan memahami makna harfiahnya. Namun, mereka tidak mendapatkan pemahaman yang benar tentang kehendak atau tuntutan Tuhan. Dengan pendekatan ini, sebanyak apa pun mereka membaca firman Tuhan, mereka tidak akan memahami kebenaran. Kita semua tahu bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, bahwa itu adalah ungkapan watak-Nya dan menyingkapkan kehidupan-Nya sendiri. Firman Tuhan dipenuhi dengan kehendak Tuhan sendiri, jadi itu bukanlah sesuatu yang benar-benar bisa kita pahami hanya dengan memberinya perhatian sesaat. Kita harus berdoa lalu membaca dan merenungkannya berulang-ulang dengan hati yang penuh hormat dan kerinduan untuk mendapatkan pencerahan dan penerangan dari Roh Kudus—inilah satu-satunya cara untuk memahami kebenaran dalam firman Tuhan, untuk memahami apa yang sebenarnya firman Tuhan katakan kepada kita. Tuhan berkata: "Pengabdian sepenuh hati kepada firman Tuhan terutama melibatkan pencarian akan kebenaran, mencari maksud Tuhan dalam firman-Nya, berfokus pada memahami kehendak Tuhan, dan memahami serta mendapatkan lebih banyak kebenaran dari firman-Nya. Ketika membaca firman-Nya, Petrus tidak berfokus pada pemahaman doktrin, apalagi pada memperoleh pengetahuan teologis. Sebaliknya, dia memusatkan perhatian pada memahami kebenaran dan memahami kehendak Tuhan, dan juga mencapai pemahaman tentang watak-Nya dan keindahan-Nya. Petrus juga berupaya memahami berbagai keadaan manusia yang rusak dari firman Tuhan serta sifat manusia yang rusak dan kekurangan manusia yang sebenarnya, sehingga memenuhi semua aspek tuntutan yang Tuhan buat terhadap manusia untuk memuaskan-Nya. Petrus melakukan begitu banyak penerapan yang benar sesuai firman Tuhan; inilah yang paling selaras dengan kehendak Tuhan, dan inilah cara terbaik bagi seseorang untuk bekerja sama dalam mengalami pekerjaan Tuhan" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Kita dapat memahami di sini bahwa ketika membaca firman Tuhan, kita harus memikirkan tujuan Tuhan di balik apa yang dikatakan firman-Nya, apa kehendak Tuhan, apa yang firman Tuhan dapat capai dalam diri kita, dalam hal apa kita memberontak atau kurang, dan bagaimana menerapkan kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah ini. Ketika kita mencari dan merenungkan dengan cara ini, kita akan memiliki pencerahan Tuhan tanpa kita menyadarinya, memungkinkan kita untuk memahami apa yang sebenarnya firman Tuhan katakan, serta apa tujuan dan maksud Tuhan. Setelah itu, ketika kita bertindak sesuai dengan tuntutan firman Tuhan, kita akan dapat secara berangsur-angsur memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan. Ini akan mempermudah untuk menuai hasil dari perenungan kita.

Mari kita gunakan ayat Alkitab ini sebagai contoh: "Dan hendaklah engkau mengasihi Tuhanmu, dengan seluruh hatimu, dan dengan seluruh jiwamu, dan dengan seluruh pikiranmu, dan dengan seluruh kekuatanmu" (Markus 12:30). Kita memahami dari ayat ini bahwa Tuhan menuntut kita untuk mengasihi Dia dengan segenap hati dan segenap pikiran kita: mengapa Dia menuntut hal itu dari kita? Apa kehendak Tuhan? Kita dapat merenungkan ini dan menyadari bahwa Tuhan tahu bahwa karena kita telah dirusak oleh Iblis, kita semua memiliki natur yang egois. Kita selalu berpikir tentang bagaimana memuaskan kepentingan kita sendiri dalam segala hal, jadi ketika kita mengorbankan diri kita sendiri untuk Tuhan, itu hanya melakukan transaksi dengan Tuhan, berusaha untuk mendapatkan berkat dan anugerah dari-Nya, dan kita mungkin mengeluh kepada Tuhan ketika keinginan kita tidak dipenuhi. Kita tidak hidup dalam apa pun selain hidup dalam watak jahat. Ini menentang dan menipu Tuhan. Tuhan memiliki watak benar yang kudus, jadi jika kita melanjutkan pengejaran seperti itu, sekeras apa pun kita bekerja untuk Tuhan, kita tidak akan mendapatkan perkenanan Tuhan dan masuk ke dalam kerajaan-Nya. Tuhan telah membuat tuntutan ini sesuai dengan kekurangan dan kebutuhan kita sendiri, berharap bahwa ketika kita melakukan tugas kita, itu tidak tercemar atau bersifat transaksional. Dia berharap agar kita tidak akan hidup berdasarkan watak rusak kita yang egois dan hina, tetapi kita senang untuk bekerja dan menyerahkan diri kita karena kasih kita kepada Tuhan, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Hanya inilah yang akan mendapatkan perkenanan Tuhan. Ketika kita memikirkan dan menyadari hal-hal ini, tekad untuk haus akan kebenaran dan meninggalkan kedagingan dapat muncul di dalam diri kita, dan kita menjadi rela untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap pikiran kita. Inilah yang dicapai dengan berdoa lalu membaca firman Tuhan. Ketika kita selalu memperlakukan firman Tuhan dengan cara ini dan hidup di hadapan Tuhan, kehidupan rohani kita akan terus meningkat.

3. Pikirkan Masalah dan Kesulitan Nyata dalam Perenunganmu

Untuk mencapai hasil dalam kehidupan rohani kita, kita harus memikul tanggung jawab dalam makan dan minum firman Tuhan, dan kita harus belajar untuk menghubungkannya dengan keadaan kita yang sebenarnya dan mencari kebenaran. Ini sangat penting. Sebagaimana firman Tuhan katakan: "Ketika engkau makan dan minum firman Tuhan, engkau harus mengukur realitas keadaanmu sendiri berdasarkan firman Tuhan. Artinya, ketika engkau menemukan kekurangan dalam perjalanan pengalaman nyatamu, engkau harus mampu menemukan jalan penerapan, mampu berpaling dari motivasi dan pemahamanmu yang salah. Jika engkau selalu berupaya melakukan hal-hal ini dan mencurahkan hatimu untuk mencapainya, engkau akan memiliki jalan untuk kauikuti, engkau tidak akan merasa hampa, dan dengan demikian engkau akan mampu mempertahankan keadaan yang normal. Hanya setelah itulah, engkau akan menjadi seseorang yang menanggung beban dalam hidupmu sendiri, seseorang yang memiliki iman" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (7)").

"Karena engkau datang ke hadapan Tuhan dengan membawa beban, dan karena engkau selalu merasa banyak sekali kekuranganmu, bahwa ada banyak kebenaran yang perlu kauketahui, banyak realitas yang perlu kaualami, dan bahwa engkau seharusnya memusatkan perhatianmu seluruhnya pada kehendak Tuhan—hal-hal ini selalu ada dalam pikiranmu. Seolah-olah semua itu menekanmu begitu kuat sampai engkau merasa sulit bernapas, dan karenanya engkau merasakan beban berat di hatimu (meskipun engkau tidak berada dalam keadaan negatif). Hanya orang-orang seperti inilah yang memenuhi syarat untuk menerima pencerahan dari firman Tuhan dan digerakkan oleh Roh Tuhan" ("Sangatlah Penting untuk Membangun Hubungan yang Normal dengan Tuhan" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"). Tuhan mengungkapkan kebenaran untuk berurusan dengan kekurangan dan kebutuhan umat manusia, jadi ketika kita membaca firman Tuhan, kita harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah aktual kita. Kita harus memandang masalah dan kesulitan aktual kita dalam terang firman Tuhan sehingga kita bisa mendapatkan pencerahan Roh Kudus. Misalnya, jika kita mendapati bahwa, ketika kita sedang bersama saudara-saudari atau bekerja sama dengan seseorang dalam tugas kita, kita selalu menunjukkan kecongkakan, berpegang teguh pada pendapat kita sendiri, meminta orang lain mendengarkan kita, dan mungkin bahkan menceramahi dan menindas orang lain, kita harus memikirkan masalah ini dengan cermat dalam perenungan kita. Mengapa kita selalu menunjukkan jenis kerusakan ini dan sepertinya tidak pernah bisa berubah? Mengapa kita tidak bisa lepas dari ikatan dosa dan berhenti berbuat dosa? Dan kita sering kali tak mampu menahan diri untuk tidak berbohong dan menipu demi melindungi reputasi dan status kita sendiri—mengapa demikian? Mengapa begitu sulit untuk menjadi orang yang jujur? Dosa kita telah diampuni Tuhan Yesus, jadi mengapa kita terus-menerus berbuat dosa? Dapatkah orang-orang seperti kita, yang selalu berbuat dosa, benar-benar masuk ke dalam kerajaan surga? Ajukan pertanyaan ini dan ajukan lebih banyak lagi. Khususnya sekarang di mana pandemi sedang melanda dunia dan bencana menimpa kita, kita masih belum melihat Tuhan datang di atas awan, jadi cepat atau lambat kita pasti akan menyerah pada bencana. Kita tidak bisa membuang-buang waktu berdoa kepada Tuhan dan mencari apa yang menjadi kehendak-Nya sekarang setelah bencana telah datang. Kita harus sepenuhnya merenungkan beberapa pertanyaan praktis: di manakah Tuhan akan menampakkan diri dan bekerja ketika Dia datang pada akhir zaman? Di mana Roh Kudus akan berbicara kepada gereja-gereja? Bagaimana kita bisa menjadi gadis bijaksana dan menyambut Tuhan? Gereja macam apakah gereja Filadelfia yang akan diangkat itu? Dengan membawa pertanyaan-pertanyaan praktis ini ke dalam perenungan kita dan membaca firman Tuhan, serta mencari kehendak Tuhan yang sebenarnya, kita dapat lebih dengan mudah mendapatkan pencerahan dan bimbingan Tuhan. Ini dapat menyelesaikan masalah dan kesulitan kita, memberi kita jalan penerapan. Jika kita hanya membaca Alkitab dan berdoa secara agamawi, memperlakukan perenungan kita hanya sebagai tugas belaka, melakukannya dengan asal-asalan, tanpa antusiasme atau komitmen apa pun, kehidupan rohani kita akan mengalami kerugian dan itu tidak akan menjadi apa pun selain ritual keagamaan, sebuah kebiasaan agamawi.

Inilah tiga prinsip penerapan yang harus kita pahami untuk perenungan rohani kita. Asalkan kita menggunakan prinsip-prinsip ini dan menerapkannya dalam renungan harian kita, kita akan memperoleh lebih banyak pencerahan dari Roh Kudus, kita akan melihat peningkatan yang terus-menerus dalam kehidupan rohani kita, dan secara berangsur-angsur kita akan mengalami pertumbuhan dalam kehidupan.

Catatan Editor: Apakah ketiga prinsip penerapan untuk perenungan ini bermanfaat bagi Anda? Jika bermanfaat, silakan bagikan kepada lebih banyak saudara-saudari sehingga lebih banyak orang menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan perenungan mereka. Jika Anda merasa memiliki masalah atau pertanyaan lain dalam kepercayaanmu, silakan hubungi kami melalui Messenger atau WhatsApp, dan kami akan dengan senang hati mendiskusikannya dengan Anda.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait