1. Arti dari kehidupan rohani yang normal dan apa artinya terlibat dalam ritual keagamaan
Firman Tuhan yang Relevan:
Iman di dalam Tuhan membutuhkan kehidupan rohani yang normal, yang merupakan dasar untuk mengalami firman Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan. Apakah semua aktivitas rohanimu yang sekarang ini: berdoa, mendekat kepada Tuhan, menyanyikan lagu pujian, memuji Tuhan, perenungan, dan merenungkan firman Tuhan sama dengan "kehidupan rohani yang normal"? Sepertinya tak seorang pun dari antaramu yang tahu jawabannya. Kehidupan rohani yang normal tidak terbatas pada praktik-praktik seperti berdoa, menyanyikan lagu pujian, berpartisipasi dalam kehidupan bergereja, serta makan dan minum firman Tuhan. Sebaliknya, kehidupan rohani yang normal adalah hidup dalam kehidupan rohani yang baru dan penuh semangat. Yang penting bukanlah cara engkau mempraktikkannya, melainkan buah yang dihasilkan dari penerapanmu. Sebagian besar orang mengira bahwa kehidupan rohani yang normal tentunya melibatkan doa, menyanyikan lagu pujian, makan dan minum firman Tuhan, atau merenungkan firman-Nya, tanpa menghiraukan apakah praktik-praktik tersebut benar-benar memiliki efek atau menuntun pada pemahaman yang benar. Orang-orang ini berfokus pada mengikuti tata cara yang dangkal tanpa sedikit pun memikirkan hasilnya; mereka adalah orang-orang yang hidup dalam ritual keagamaan, bukan orang-orang yang hidup di dalam gereja, apalagi umat kerajaan. Doa, menyanyikan lagu pujian, serta makan dan minum firman Tuhan yang mereka lakukan semuanya sekadar mengikuti aturan, dilakukan karena keharusan dan sekadar mengikuti tren, bukan dilakukan dengan sukarela, juga bukan dari hati. Sebanyak apa pun orang-orang ini berdoa atau menyanyikan pujian, upaya mereka tidak akan membuahkan hasil, karena yang mereka lakukan hanyalah menjalankan aturan dan ritual keagamaan; mereka tidak benar-benar melakukan firman Tuhan. Mereka hanya berfokus menyibukkan diri tentang bagaimana cara mereka menerapkan, dan mereka memperlakukan firman Tuhan sebagai aturan untuk diikuti. Orang-orang semacam ini tidak menerapkan firman Tuhan; mereka sekadar memuaskan daging, dan melakukan banyak hal untuk pamer kepada orang lain. Ritual dan aturan keagamaan ini semuanya berasal dari manusia, bukan berasal dari Tuhan. Tuhan tidak mengikuti aturan, juga tidak tunduk pada hukum apa pun. Sebaliknya, Dia melakukan hal baru setiap hari dan melakukan pekerjaan yang nyata. Seperti halnya jemaat di Gereja Tiga Pendirian, yang membatasi diri mereka dengan praktik-praktik ibadah seperti menghadiri ibadah pagi setiap hari, menaikkan doa malam dan doa ucapan syukur sebelum makan, dan mengucap syukur dalam segala hal—sebanyak apa pun mereka melakukannya, atau seberapa pun lamanya mereka melakukan itu, mereka tidak akan memiliki pekerjaan Roh Kudus. Ketika orang-orang hidup di tengah berbagai aturan, dengan hati yang tertuju pada metode penerapan, Roh Kudus tidak dapat bekerja, karena hati mereka dikuasai oleh aturan-aturan dan gagasan manusia. Dengan demikian, Tuhan tidak dapat mengintervensi dan tidak dapat bekerja dalam diri mereka, dan mereka hanya dapat terus hidup di bawah kendali hukum Taurat. Orang-orang semacam ini tidak akan pernah bisa mendapatkan pujian dari Tuhan selamanya.
Dikutip dari "Tentang Kehidupan Rohani yang Normal" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Kehidupan seperti apakah kehidupan rohani itu? Kehidupan rohani adalah kehidupan di mana hatimu telah berpaling sepenuhnya kepada Tuhan dan sanggup mengindahkan kasih Tuhan. Ini adalah kehidupan di mana engkau hidup dalam firman Tuhan, dan tidak ada hal lain yang menguasai hatimu, engkau mampu memahami kehendak Tuhan pada zaman sekarang, dan dibimbing oleh cahaya Roh Kudus pada zaman sekarang untuk melaksanakan tugasmu. Kehidupan antara manusia dan Tuhan seperti itu adalah kehidupan rohani. Jika engkau tidak mampu mengikuti cahaya yang sekarang ini, berarti jarak telah terbuka dalam hubunganmu dengan Tuhan—bahkan hubungan itu mungkin telah putus—dan engkau tidak memiliki kehidupan rohani yang normal. Hubungan yang normal dengan Tuhan dibangun di atas fondasi penerimaan firman Tuhan zaman sekarang. Apakah engkau memiliki kehidupan rohani yang normal? Apakah engkau memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan? Apakah engkau seseorang yang mengikuti pekerjaan Roh Kudus? Jika engkau dapat mengikuti cahaya Roh Kudus hari ini, dan dapat memahami kehendak Tuhan di dalam firman-Nya, serta masuk ke dalam firman ini, maka engkaulah orang yang mengikuti aliran Roh Kudus. Jika engkau tidak mengikuti aliran Roh Kudus, tidak disangsikan lagi bahwa engkau adalah orang yang tidak mengejar kebenaran. Roh Kudus tidak mungkin bekerja di dalam diri orang yang tidak punya keinginan untuk memperbaiki dirinya, dan sebagai akibatnya, orang seperti itu tidak pernah dapat mengerahkan kekuatannya dan selalu pasif. Sekarang ini, apakah engkau mengikuti aliran Roh Kudus? Apakah engkau berada dalam aliran Roh Kudus? Sudahkah engkau keluar dari keadaanmu yang pasif? Semua orang yang percaya kepada firman Tuhan, yang menjadikan pekerjaan Tuhan sebagai fondasi, dan yang mengikuti cahaya Roh Kudus pada zaman sekarang—mereka semua berada dalam aliran Roh Kudus. Jika engkau percaya bahwa firman Tuhan sungguh benar dan tepat, dan jika engkau percaya akan firman Tuhan, apa pun yang Dia katakan, engkau adalah orang yang berusaha keras untuk masuk ke dalam pekerjaan Tuhan, dan dengan cara inilah engkau memenuhi kehendak Tuhan.
Dikutip dari "Kenalilah Pekerjaan Terbaru Tuhan dan Ikutilah Jejak Langkah-Nya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Kehidupan rohani yang normal adalah kehidupan yang dijalani di hadapan Tuhan. Ketika berdoa, orang dapat menenangkan hatinya di hadapan Tuhan, dan melalui doa, dia dapat mencari pencerahan Roh Kudus, mengenal firman Tuhan, dan memahami kehendak Tuhan. Dengan makan dan minum firman Tuhan, orang bisa mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dan lebih menyeluruh mengenai pekerjaan Tuhan sekarang ini. Mereka juga bisa mendapatkan jalan penerapan yang baru, dan tidak akan berpegang teguh pada jalan penerapan yang lama; semua yang mereka lakukan akan bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dalam kehidupan. Adapun doa, itu bukanlah tentang mengucapkan beberapa kata yang terdengar indah atau menangis di hadapan Tuhan demi menunjukkan betapa merasa berutangnya dirimu; sebaliknya, tujuan doa adalah untuk melatih orang menggunakan rohnya, untuk menenangkan hatinya di hadapan Tuhan, untuk melatih orang mencari bimbingan dari firman Tuhan dalam segala hal, sehingga hatinya dapat ditarik kepada terang yang baru setiap hari, sehingga orang tersebut tidak akan menjadi pasif atau malas, dan akan berjalan di jalur penerapan firman Tuhan yang benar. Sekarang ini, sebagian besar orang berfokus pada cara penerapan, tetapi mereka melakukannya bukan untuk mengejar kebenaran dan mencapai pertumbuhan kehidupan. Di sinilah orang-orang telah menyimpang. Juga ada beberapa orang yang meskipun mereka mampu menerima terang yang baru, cara penerapan mereka tidak berubah. Mereka membawa serta gagasan keagamaan mereka yang usang pada saat mereka menanti untuk menerima firman Tuhan zaman sekarang, sehingga apa yang mereka terima tetap merupakan doktrin yang diwarnai dengan gagasan keagamaan; mereka sama sekali tidak menerima terang yang sekarang. Akibatnya, penerapan mereka tidak murni; semua itu adalah penerapan lama dalam kemasan baru. Sebagus apa pun mereka mempraktikkannya, mereka adalah orang munafik. Tuhan membimbing orang-orang untuk melakukan hal-hal baru setiap hari, menuntut mereka untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman baru setiap hari, serta mengharuskan mereka agar tidak kuno atau monoton. Jika engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi cara-cara penerapanmu sama sekali belum berubah, jika engkau tetap bersemangat dan sibuk dengan perkara-perkara lahiriah, tetapi tidak memiliki hati yang tenang di hadapan Tuhan untuk menikmati firman-Nya, maka engkau tidak akan mendapatkan apa pun. Dalam hal menerima pekerjaan baru Tuhan, jika engkau tidak membuat perencanaanmu dengan cara berbeda, tidak mulai melakukan penerapanmu dengan cara yang baru, dan tidak mengejar pemahaman yang baru, melainkan berpegang teguh pada pemahaman yang lama dan hanya menerima sedikit terang baru yang terbatas, tanpa mengubah cara penerapanmu, maka orang-orang semacam itu, seperti halnya dirimu, berpura-pura berada dalam aliran ini; sebenarnya, mereka adalah orang-orang Farisi agamawi yang berada di luar aliran Roh Kudus.
Dikutip dari "Tentang Kehidupan Rohani yang Normal" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Kehidupan rohani sejati adalah kehidupan doa—itu adalah kehidupan yang dijamah oleh Roh Kudus. Proses dijamah oleh Roh Kudus adalah proses mengubah watak manusia. Kehidupan yang tidak dijamah oleh Roh Kudus bukanlah kehidupan rohani, melainkan kehidupan dalam ritual keagamaan belaka. Hanya mereka yang sering dijamah oleh Roh Kudus, dan telah dicerahkan dan diterangi oleh Roh Kudus, adalah orang yang telah memasuki kehidupan rohani. Watak manusia terus berubah saat dia berdoa. Semakin Roh Tuhan menjamahnya, semakin proaktif dan taatlah dia. Jadi, hatinya juga akan disucikan secara berangsur-angsur, dan wataknya akan perlahan-lahan berubah. Itulah dampak dari doa yang benar.
Dikutip dari "Tentang Penerapan Doa" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Berapa banyak praktik keagamaan yang kaujalani? Berapa kali engkau telah memberontak terhadap firman Tuhan dan menjalani hidup dengan caramu sendiri? Berapa kali engkau telah melakukan firman Tuhan karena engkau sungguh-sungguh memperhatikan beban-Nya dan berusaha memuaskan kehendak-Nya? Engkau harus memahami firman Tuhan dan melakukannya dengan tepat. Berprinsiplah dalam semua tindakan dan perbuatanmu; meskipun ini bukan berarti mematuhi aturan atau melakukan sesuatu dengan enggan hanya untuk pertunjukan; sebaliknya, ini berarti menerapkan kebenaran dan hidup menurut firman Tuhan. Hanya penerapan seperti inilah yang memuaskan Tuhan. Tindakan apa pun yang menyenangkan Tuhan bukanlah aturan, melainkan penerapan kebenaran. Sebagian orang memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri. Di hadapan saudara-saudarinya, mereka mungkin berkata mereka berutang kepada Tuhan, tetapi di belakangnya, mereka tidak melakukan kebenaran dan bertindak yang sama sekali berbeda. Bukankah ini adalah orang Farisi yang agamawi? Orang yang benar-benar mengasihi Tuhan dan memiliki kebenaran adalah orang yang setia kepada Tuhan, tetapi secara lahiriah tidak memamerkan diri seperti itu. Orang semacam itu bersedia melakukan kebenaran saat perkara-perkara muncul, dan tidak berbicara atau bertindak dengan cara yang bertentangan dengan hati nuraninya. Orang semacam itu menunjukkan hikmat saat masalah-masalah muncul, dan berprinsip dalam perbuatannya apa pun keadaannya. Orang semacam ini adalah orang dapat memberikan pelayanan sejati. Ada sebagian orang yang sering kali hanya sekadar di bibir saja tentang berutangnya mereka kepada Tuhan; mereka menghabiskan hari-hari mereka dengan dahi berkerut penuh kekhawatiran, berperilaku seolah-olah engkau lebih baik dari orang lain, dan berpura-pura terlihat menyedihkan. Betapa hinanya! Jika engkau bertanya kepada mereka: "Dapatkah engkau memberitahuku tentang bagaimana engkau berutang kepada Tuhan?" maka mereka tidak akan dapat berkata-kata. Jika engkau setia kepada Tuhan, janganlah membicarakannya secara terbuka; sebaliknya, tunjukkanlah kasihmu kepada Tuhan dengan penerapan nyata, dan berdoalah kepada-Nya dengan hati yang tulus. Mereka yang berurusan dengan Tuhan hanya secara verbal dan acuh tak acuh, semuanya adalah orang munafik! Sebagian orang berbicara tentang berutang kepada Tuhan setiap kali mereka berdoa, dan mulai menangis setiap kali mereka berdoa, bahkan tanpa digerakkan Roh Kudus. Orang-orang semacam ini dikuasai oleh ritual dan gagasan keagamaan; mereka hidup seturut ritual dan gagasan tersebut, selalu percaya bahwa tindakan tersebut menyenangkan Tuhan dan bahwa Dia menyukai kesalehan yang dangkal atau air mata kesedihan. Kebaikan apa yang dapat muncul dari orang-orang absurd semacam itu? Untuk menunjukkan kerendahan hati, sebagian orang berpura-pura ramah saat berbicara di hadapan orang lain. Sebagian orang dengan sengaja merendahkan diri dan melayani di hadapan orang lain, bersikap seperti seekor domba tanpa kekuatan sedikit pun. Apakah ini sikap yang pantas dimiliki warga kerajaan? Warga kerajaan seharusnya penuh semangat dan bebas, polos dan terbuka, jujur dan menyenangkan, serta hidup dalam keadaan bebas. Mereka seharusnya memiliki integritas dan martabat serta mampu menjadi kesaksian ke mana pun mereka pergi; orang-orang semacam itu dikasihi baik oleh Tuhan maupun manusia. Mereka yang masih pemula dalam iman memiliki terlalu banyak penerapan lahiriah; mereka harus terlebih dahulu menjalani masa penanganan dan peremukan. Orang-orang yang memiliki iman kepada Tuhan jauh di lubuk hati mereka, secara lahiriah tidak dapat dibedakan dari orang lain, tetapi tindakan dan perbuatan mereka terpuji. Hanya orang-orang semacam itulah yang bisa dianggap hidup dalam firman Tuhan. Jika engkau mengkhotbahkan Injil setiap hari kepada berbagai orang dalam upaya untuk membawa mereka kepada keselamatan, tetapi pada akhirnya masih hidup seturut aturan dan doktrin, maka engkau tidak dapat membawa kemuliaan bagi Tuhan. Orang-orang semacam itu adalah para pemuka agama, sekaligus orang munafik.
Dikutip dari "Dalam Iman, Orang Harus Berfokus pada Realitas—Terlibat dalam Ritual Keagamaan Bukanlah Iman" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Jika, dalam iman mereka, manusia memperlakukan kebenaran sebagai seperangkat peraturan yang harus ditaati, bukankah iman mereka itu cenderung untuk berubah menjadi upacara keagamaan? Dan apa perbedaan antara upacara keagamaan semacam ini dengan kekristenan? Mereka mungkin lebih dalam dan lebih progresif dalam cara mereka mengatakan sesuatu, tetapi jika iman mereka telah menjadi hanya seperangkat peraturan dan sejenis upacara, apakah itu berarti itu telah berubah menjadi kekristenan? (Ya.) Ada perbedaan antara ajaran yang lama dan ajaran yang baru, tetapi jika ajaran itu tidak lebih dari semacam teori dan hanya menjadi suatu bentuk upacara, doktrin untuk orang-orang—dan juga, jika mereka tidak bisa mendapatkan kebenaran darinya atau tidak bisa masuk ke dalam kenyataan kebenaran, bukankah iman mereka sama saja dengan Kekristenan? Intinya, bukankah ini adalah kekristenan? (Ya.) Jadi, dalam perilakumu dan pelaksanaan tugasmu, dalam hal apa engkau memiliki pandangan dan keadaan yang sama atau serupa dengan orang percaya dalam kekristenan? (Dalam mematuhi peraturan, dan diperlengkapi dengan perkataan dan doktrin.) (Dalam berfokus pada penampilan sebagai seorang yang rohani dan memperlihatkan perilaku yang baik, dan dalam bersikap saleh dan rendah hati.) Engkau berusaha untuk memiliki perilaku lahiriah yang baik, melakukan yang terbaik untuk mengemas dirimu dalam semacam penampilan yang rohani, berbicara doktrin rohani, mengatakan hal-hal yang benar secara rohani, melakukan hal-hal yang relatif disetujui dalam gagasan dan imajinasi manusia, dan berpura-pura saleh. Engkau mengucapkan perkataan dan doktrin dari tempat tinggi, mengajar orang untuk berbuat baik, menjadi orang saleh, dan mengerti kebenaran; engkau menganggap dirimu lebih rohani dari orang lain, dan memancarkan spiritualitas yang dangkal dalam semua yang engkau katakan dan lakukan. Namun, dalam penerapannya, engkau tidak pernah mencari kebenaran; begitu menghadapi masalah, engkau bertindak sepenuhnya sesuai dengan kehendak manusia, mengesampingkan Tuhan. Engkau tidak pernah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, engkau tidak pernah memahami apa yang dibicarakan dalam kebenaran, apa kehendak Tuhan, apa standar yang dituntut-Nya dari manusia—engkau tidak pernah menganggap serius atau membuat dirimu memikirkan tentang masalah-masalah ini. Apakah tindakan lahiriah dan keadaan batin manusia—artinya, jenis iman ini—merupakan rasa takut akan Tuhan dan usaha menjauhi kejahatan? Jika tidak ada hubungan antara iman manusia dan pengejaran mereka akan kebenaran, lalu apakah mereka percaya kepada Tuhan atau tidak? Tak peduli berapa tahun orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan pengejaran akan kebenaran ini percaya kepada Tuhan, dapatkah mereka benar-benar memiliki rasa hormat yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? (Tidak, mereka tidak dapat.) Jadi apa artinya perilaku lahiriah orang-orang seperti itu? Jalan seperti apa yang dapat mereka tempuh? (Jalan orang Farisi.) Dengan apa mereka menghabiskan hari-hari mereka untuk memperlengkapi diri? Bukankah dengan perkataan dan teori? Bukankah mereka menghabiskan hari-hari mereka dengan mempersenjatai diri, dengan membekali diri mereka dengan perkataan dan teori, untuk membuat diri mereka semakin seperti orang-orang Farisi, lebih rohani, dan lebih seperti orang-orang yang seharusnya melayani Tuhan? Sebenarnya apakah natur dari semua cara ini? Apakah menyembah Tuhan? Apakah iman yang tulus kepada-Nya? (Bukan.) Jadi apa yang sedang mereka lakukan? Mereka sedang menipu Tuhan; mereka hanya melakukan langkah-langkah suatu proses, dan terlibat dalam upacara keagamaan. Mereka mengibarkan bendera iman dan melakukan ritual keagamaan, berusaha menipu Tuhan untuk mencapai tujuan mereka agar diberkati. Mereka sama sekali tidak menyembah Tuhan. Pada akhirnya, bukankah sekelompok orang seperti ini akan berakhir seperti orang-orang di dalam gereja yang seharusnya melayani Tuhan, dan yang seharusnya percaya dan mengikuti Tuhan?
Dikutip dari "Hanya Jika Engkau Selalu Hidup di Hadirat Tuhan, Engkau Dapat Menempuh Jalan Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Selama proses jalan masuknya manusia, kehidupan selalu membosankan, penuh dengan unsur kehidupan rohani yang monoton, seperti berdoa, makan dan minum firman Tuhan, atau membentuk persekutuan, sehingga orang selalu merasa bahwa percaya kepada Tuhan tidak membawa kesenangan yang besar. Kegiatan rohani semacam itu selalu dilakukan atas dasar watak asli manusia yang telah dirusak oleh Iblis. Walaupun orang terkadang dapat menerima pencerahan Roh Kudus, namun pemikiran, watak, gaya hidup, dan kebiasaan asli mereka masih mengakar dalam diri mereka, sehingga natur mereka tetap tidak berubah. Kegiatan takhayul yang orang lakukan adalah hal yang paling Tuhan benci, tetapi banyak orang masih belum mampu melepaskan semua itu, berpikir bahwa kegiatan takhayul ini ditetapkan oleh Tuhan, dan bahkan sampai hari ini mereka masih belum sepenuhnya melepaskannya. Banyak hal, seperti pengaturan yang dibuat kaum muda untuk mengadakan pesta pernikahan dan gaun pengantin; hadiah uang tunai, jamuan makan, dan cara-cara serupa untuk merayakan acara-acara gembira; basa-basi kuno yang diwariskan turun temurun; semua kegiatan takhayul yang tak berarti yang diadakan untuk orang mati dan pemakamannya: hal-hal ini bahkan lebih lagi menjijikkan bagi Tuhan. Bahkan hari ibadah (termasuk hari Sabat, yang dilakukan oleh dunia keagamaan), itu sangat menjijikkan bagi-Nya; dan hubungan sosial serta interaksi duniawi antara manusia dengan manusia lainnya, semuanya itu benar-benar dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Bahkan Festival Musim Semi dan Hari Natal, yang dikenal semua orang, tidak ditetapkan oleh Tuhan, apalagi mainan dan dekorasi untuk hari-hari libur meriah, seperti puisi Natal, petasan, lampion, perjamuan kudus, hadiah Natal, dan perayaan Natal—bukankah semua itu berhala di benak manusia? Memecah-mecahkan roti pada hari Sabat, anggur, dan kain lenan halus bahkan lebih lagi merupakan berhala. Semua hari raya tradisional yang populer di Tiongkok, seperti Hari Raya Kepala Naga, Festival Perahu Naga, Festival Pertengahan Musim Gugur, Festival Laba, dan Tahun Baru Imlek; hari-hari raya di dunia keagamaan, seperti Paskah, Hari Pembaptisan, dan Hari Natal, semua festival yang tidak dapat dibenarkan ini telah diatur dan diwariskan sejak zaman dahulu sampai sekarang oleh banyak orang. Imajinasi manusia yang kaya dan konsepsi cerdik manusialah yang memungkinkan semua perayaan itu diwariskan turun-temurun sampai hari ini. Hari-hari raya itu kelihatannya bebas dari kekurangan, tetapi sebenarnya merupakan tipu muslihat yang Iblis mainkan terhadap manusia. Semakin banyak Iblis memenuhi suatu tempat, semakin usang dan terbelakang tempat itu, semakin dalam pula adat istiadat feodalnya bercokol. Begitu kuatnya hal-hal ini mengikat manusia, sampai-sampai manusia tidak dapat bergerak sama sekali. Banyak perayaan dalam dunia keagamaan tampaknya menampilkan keaslian yang luar biasa dan menciptakan jembatan bagi pekerjaan Tuhan, tetapi semua itu sebenarnya merupakan ikatan tak terlihat yang digunakan Iblis untuk mengikat orang dan mencegah orang untuk mengenal Tuhan—semua ini adalah tipu muslihat Iblis yang licik. Sebenarnya, ketika satu tahap pekerjaan Tuhan selesai, Dia telah menghancurkan alat dan gaya dari zaman tersebut tanpa menyisakan jejak apa pun. Namun, "orang-orang percaya yang saleh" terus memuja benda-benda materiel yang berwujud tersebut; sementara itu, mereka menempatkan apa yang Tuhan miliki di bagian belakang dari pikiran mereka, tidak mempelajarinya lebih lanjut, kelihatannya penuh dengan kasih kepada Tuhan padahal mereka mendorong-Nya keluar dari rumah sejak dahulu dan menempatkan Iblis di atas meja untuk disembah. Lukisan-lukisan Yesus, Salib, Maria, Pembaptisan Yesus, dan Perjamuan Terakhir—orang memuja hal-hal ini sebagai Tuhan yang di Surga, sambil berulang kali berseru "Tuhan, Bapa surgawi." Bukankah semua ini lelucon? Sampai hari ini, banyak ucapan dan praktik serupa yang telah diwariskan di antara umat manusia sangatlah dibenci oleh Tuhan; semua itu sangat menghalangi jalan ke depan bagi Tuhan dan, lebih jauh lagi, menciptakan kemunduran besar bagi jalan masuk manusia. Terlepas dari sejauh mana Iblis telah merusak manusia, hati dan pikiran manusia benar-benar dipenuhi dengan hal-hal, seperti hukum Witness Lee, pengalaman Lawrence, survei oleh Watchman Nee, dan pekerjaan Paulus. Sama sekali tak mungkin bagi Tuhan untuk bekerja di dalam diri manusia, karena di dalam diri mereka sudah ada terlalu banyak individualisme, hukum, aturan, peraturan, sistem, dan sebagainya; hal-hal ini, di samping kecenderungan orang terhadap takhayul feodal, telah menawan dan melahap umat manusia. Pikiran manusia seakan-akan sebuah film menarik yang menceritakan dongeng penuh warna, dengan makhluk-makhluk fantastis menaiki awan, sedemikian imajinatifnya, sampai-sampai membuat orang kagum, membuat mereka bingung, bahkan kehabisan kata-kata. Sejujurnya, pekerjaan yang Tuhan lakukan pada zaman sekarang ditujukan terutama untuk menangani dan menghilangkan sifat takhayul manusia dan sepenuhnya mengubah pandangan mental mereka. Pekerjaan Tuhan bertahan sampai sekarang bukan karena warisan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh manusia; pekerjaan Tuhan merupakan pekerjaan yang diprakarsai secara pribadi oleh-Nya dan diselesaikan oleh-Nya, tanpa perlu meneruskan warisan dari tokoh rohani hebat tertentu, atau mewarisi pekerjaan bersifat representatif apa pun yang dilakukan oleh Tuhan pada era lainnya. Manusia tidak perlu menyibukkan diri dengan hal-hal tersebut. Tuhan zaman sekarang memiliki gaya bicara dan cara kerja yang lain, jadi, mengapa manusia harus menyusahkan diri? Jika manusia berjalan di jalan zaman sekarang di dalam arus saat ini sambil melanjutkan warisan "leluhur" mereka, mereka tidak akan pernah mencapai tempat tujuan mereka. Tuhan merasa sangat muak dengan cara manusia berperilaku yang seperti ini, sama seperti Dia membenci tahun, bulan, dan hari-hari di dunia manusia.
Cara terbaik untuk mengubah watak manusia adalah dengan memperbaiki bagian terdalam hati orang-orang yang sudah sangat diracuni, memungkinkan orang untuk mulai mengubah pemikiran dan moralitas mereka. Pertama-tama, orang perlu melihat dengan jelas bahwa semua ritual keagamaan, kegiatan keagamaan, tahun dan bulan, dan perayaan, sangatlah dibenci oleh Tuhan. Mereka harus membebaskan diri dari ikatan pemikiran feodal tersebut dan membasmi setiap jejak dari kecenderungan mereka yang kuat terhadap takhayul. Semua ini termasuk dalam jalan masuk manusia. Engkau semua harus memahami mengapa Tuhan menuntun manusia keluar dari dunia sekuler, dan lagi mengapa Dia memimpin umat manusia menjauh dari aturan dan peraturan. Inilah gerbang yang melaluinya engkau semua akan masuk, dan meskipun hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan pengalaman rohanimu, semua ini adalah rintangan terbesar yang menghalangi jalan masukmu, menghalangimu untuk mengenal Tuhan. Rintangan-rintangan ini membentuk jaring yang menjerat orang.
Dikutip dari "Pekerjaan dan Jalan Masuk (3)" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"