1. Arti dari menerapkan kebenaran
Firman Tuhan yang Relevan:
Kebenaran yang perlu dipegang oleh manusia ditemukan dalam firman Tuhan, dan inilah kebenaran yang paling bermanfaat dan berguna bagi umat manusia. Firman-Nya adalah obat yang menguatkan dan makanan yang diperlukan tubuh manusia, yang membantu memulihkan kemanusiaannya yang normal, suatu kebenaran untuk memperlengkapi manusia. Semakin sering engkau semua melakukan firman Tuhan, semakin cepat hidupmu akan berkembang; kebenaran akan tampak semakin jelas. Saat tingkat pertumbuhanmu berkembang, engkau akan memahami segala sesuatu dari dunia rohani dengan lebih jelas, dan engkau semua akan memiliki kekuatan lebih besar untuk mengalahkan Iblis. Banyak dari kebenaran yang tidak engkau semua pahami akan menjadi jelas ketika engkau semua menerapkan firman Tuhan. Kebanyakan orang berpuas diri hanya dengan memahami teks firman Tuhan dan berfokus memperlengkapi diri mereka dengan berbagai doktrin, bukan memperdalam pengalaman mereka lewat penerapan; bukankah itu kebiasaan orang Farisi? Lantas, bagaimana mungkin kalimat, "Firman Tuhan adalah hidup" berlaku bagi mereka? Hanya ketika manusia menerapkan firman Tuhan, hidupnya dapat benar-benar berkembang; kehidupan tidak bisa bertumbuh semata-mata dengan membaca firman-Nya. Jika engkau yakin bahwa memahami firman Tuhan adalah satu-satunya yang diperlukan untuk memiliki kehidupan dan tingkat pertumbuhan, maka pemahamanmu itu keliru. Memahami firman Tuhan dengan sungguh-sungguh terjadi apabila engkau melakukan kebenaran, dan engkau harus mengerti bahwa "hanya dengan melakukan kebenaran maka kebenaran itu dapat dipahami." Sekarang ini, setelah membaca firman Tuhan, engkau hanya dapat mengatakan bahwa engkau tahu firman Tuhan, tetapi tidak bisa mengatakan bahwa engkau memahaminya. Beberapa orang berkata bahwa satu-satunya cara untuk melakukan kebenaran adalah dengan memahaminya terlebih dahulu, tetapi ini hanya separuh benar dan tidak sepenuhnya akurat. Sebelum memiliki pengetahuan tentang suatu kebenaran, engkau belum mengalami kebenaran itu. Merasa bahwa engkau memahami sesuatu yang engkau dengar dalam sebuah khotbah bukan merupakan pemahaman yang sesungguhnya, melainkan sekadar memiliki kata-kata kebenaran yang harfiah, dan tidak sama dengan memahami makna sebenarnya yang terkandung di dalamnya. Hanya karena memiliki pengetahuan yang dangkal tentang kebenaran tidak berarti engkau sangat memahami atau memiliki pengetahuan tentang kebenaran itu; makna kebenaran yang sejati berasal dari pengalaman. Oleh karena itu, hanya dengan mengalami kebenaran engkau dapat memahaminya, dan barulah engkau dapat memahami bagian-bagian yang tersembunyi di dalamnya. Mengalaminya secara mendalam adalah satu-satunya cara untuk menangkap makna kebenaran yang tersembunyi, dan untuk memahami inti sari kebenaran itu. Karena itu, engkau dapat melakukan segalanya dengan kebenaran, tetapi jika tidak ada kebenaran dalam dirimu, jangan berpikir untuk mencoba meyakinkan siapa pun, bahkan anggota keluargamu, apalagi kaum agamawi. Tanpa kebenaran, engkau akan seperti salju yang diterbangkan angin. Namun dengan kebenaran, engkau bisa bersukaria dan bebas, tanpa ada yang bisa menyerangmu. Sekuat apa pun suatu teori, tetap saja tidak bisa mengalahkan kebenaran. Dengan kebenaran, dunia itu sendiri dapat terguncang, gunung dan laut pun beranjak, sedangkan tanpa kebenaran, dinding-dinding kota yang kokoh pun akan menjadi puing-puing oleh belatung; inilah kenyataannya.
Dikutip dari "Setelah Engkau Memahami Kebenaran, Engkau Harus Mengamalkannya" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Apa hal terpenting dalam menerapkan kebenaran? Bukankah engkau harus terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip? Apa arti prinsip? Prinsip adalah sisi praktis dari kebenaran. Ketika engkau membaca kalimat firman Tuhan, engkau berpikir itu adalah kebenaran, tetapi engkau tidak memahami prinsip-prinsip di dalamnya; engkau merasa kalimat itu benar, tetapi engkau tidak tahu dalam hal apa kalimat itu bersifat praktis, atau keadaan apa yang dituju. Engkau tidak dapat memahami prinsip atau jalan penerapannya. Bagimu, kebenaran yang kaurasakan ini hanyalah doktrin. Namun, begitu engkau memahami kebenaran kenyataan dari kalimat itu, serta apa tuntutan Tuhan—jika engkau benar-benar memahami hal-hal ini, dan mampu membayar harga dan menerapkannya—engkau akan mendapatkan kebenaran itu. Ketika engkau mendapatkan kebenaran itu, sedikit demi sedikit, watakmu yang rusak diselesaikan, dan kebenaran itu bekerja dalam dirimu. Ketika engkau mampu menerapkan kenyataan kebenaran, dan ketika pelaksanaan tugasmu, setiap tindakanmu, dan tingkah lakumu sebagai pribadi didasarkan pada prinsip-prinsip penerapan kebenaran ini, bukankah engkau kemudian berubah? Di atas segalanya, engkau telah menjadi orang yang memiliki kebenaran kenyataan. Bukankah orang yang memiliki kebenaran kenyataan sama dengan orang yang bertindak dengan prinsip? Dan bukankah orang yang bertindak dengan prinsip sama dengan orang yang memiliki kebenaran? Bukankah orang yang memiliki kebenaran juga mampu sesuai dengan kehendak Tuhan? Begitulah hal-hal ini berhubungan.
Dikutip dari "persekutuan Tuhan"
Menerapkan kebenaran bukanlah mengucapkan kata-kata kosong dan meneriakkan slogan. Sebaliknya, itu berarti apa pun yang mungkin kauhadapi dalam hidup, selama itu melibatkan prinsip-prinsip perilaku manusia, sudut pandang pada peristiwa, masalah kepercayaan kepada Tuhan, kebenaran prinsip, atau sikap yang dipakai orang dalam melaksanakan tugasnya, semua orang harus membuat pilihan—semua orang harus memiliki jalan untuk melakukan penerapan. Misalnya, jika sudut pandangmu yang semula adalah bahwa engkau tidak boleh menyinggung siapa pun, tetapi menjaga perdamaian dan menghindari untuk membuat siapa pun dipermalukan sehingga di masa depan semua orang dapat hidup rukun, maka, dibatasi oleh sudut pandang ini, ketika engkau melihat seseorang melakukan sesuatu yang buruk, membuat kesalahan, atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip, engkau lebih suka mengambil inisiatif untuk memperbaikinya daripada mengonfrontasi orang tersebut. Dibatasi oleh sudut pandangmu, engkau menjadi enggan untuk menyinggung siapa pun. Di hadapan siapa pun, karena terhalang oleh pemikiran akan wajah, emosi dan hubungan, atau perasaan yang telah bertumbuh selama bertahun-tahun engkau berinteraksi dengannya, engkau akan selalu mengatakan hal-hal yang baik untuk melindungi martabat orang tersebut. Ketika ada hal-hal yang kauanggap tidak memuaskan, engkau hanya melampiaskan amarahmu di belakang mereka dan membuat penilaian pribadi, alih-alih mempermalukan mereka. Apa pendapatmu tentang perilaku seperti itu? Bukankah itu perilaku yang licin dan curang dari orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya? Itu melanggar prinsip; bukankah bertindak seperti itu adalah hina? Orang yang bertindak seperti ini bukanlah orang baik ataupun mulia. Sebanyak apa pun engkau telah menderita, dan berapa pun harga yang telah kaubayar, jika engkau berperilaku tanpa prinsip, engkau telah gagal dan tidak akan mendapat perkenanan di hadapan Tuhan, ataupun diingat oleh-Nya, ataupun menyenangkan Dia. Setelah menyadari hal ini, apakah engkau merasa sedih? (Ya.) Kesedihan yang kaurasakan adalah bukti bahwa engkau masih mencintai kebenaran, bahwa engkau memiliki hati yang cinta akan kebenaran, kemauan untuk mencintai kebenaran, dan bahwa hati nuranimu masih peka. ... Kepekaan memberi engkau kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, dan antara hal-hal yang positif dan negatif. Dengan kepekaan dan kemampuan untuk melatih kemampuan membedakan, adalah mudah untuk membenci hal-hal negatif seperti itu dan membenci pandangan yang keliru dan watak yang rusak. Ini karena, setidaknya, engkau telah memiliki hal yang paling mendasar—perasaan hati nurani. Perasaan hati nurani ini sangat berharga, begitu pula kemampuan untuk membedakan antara yang benar dan yang salah, serta memiliki bagian dari kemanusiaan yang mencintai kebenaran dan hal-hal positif. Semua ini adalah hal yang paling berharga—itu adalah tiga hal yang paling diinginkan dan berharga yang dapat dimiliki seseorang, dan begitu telah dimiliki, kebenaran pun dapat diterapkan. Mari kita kesampingkan dua hal yang terakhir untuk saat ini. Asalkan engkau memiliki hati nurani yang peka, apakah orang jahat yang secara terang-terangan melakukan perbuatan jahat yang mengacaukan dan mengganggu akan membangkitkan perasaan dan pendapat dalam dirimu? (Ya.) Jika engkau memiliki pendapat dan perasaan, engkau telah memenuhi salah satu dari tuntutan paling mendasar untuk menerapkan kebenaran. Jika engkau dapat melihat dan merasakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan jahat, dan engkau maju untuk mengambil tindakan, bukankah ini sedang menerapkan kebenaran? Apa arti menerapkan kebenaran? (Menyingkapkan, melaporkan, dan menghentikan perbuatan-perbuatan ini.) Ya. Ketika hal-hal semacam itu terjadi, dan engkau memenuhi tanggung jawabmu sesuai dengan prinsip, ini berarti engkau sedang menerapkan kebenaran.
Dikutip dari "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika engkau mampu melakukan kebenaran, itu berarti dalam segala sesuatu yang terjadi kepadamu di dalam hidupmu, setiap orang yang telah berhubungan denganmu, dan semua pekerjaan yang Tuhan percayakan kepadamu, engkau harus memeriksanya dengan kebenaran yang kaupahami dan melakukan semuanya itu. Artinya, ketika sesuatu terjadi, dengan cara apakah engkau harus bertindak dan apakah yang seharusnya menjadi dasar teoretis dan dasar keberadaanmu? Firman Tuhan. Misalkan, katakanlah engkau diberi sebuah tugas: dalam cara engkau melaksanakannya, engkau harus memiliki jalan yang dapat kauterapkan, yang terlebih dahulu membutuhkan dasar dalam teori kebenaran. Bagaimana seharusnya tugas ini dilakukan agar sesuai dengan kehendak Tuhan? Engkau tidak boleh bersikap sembarangan dan asal-asalan; dalam hal aspek negatif, inilah setidaknya yang harus dicapai. Misalkan, katakanlah engkau sedang mencuci piring. Ini adalah tugas yang telah kauterima. Engkau membilas setiap piring dengan air, lalu berhenti. Apakah ini sedang melakukan kebenaran? Engkau mengira bahwa engkau telah melakukan kebenaran. Engkau telah mencuci piring tersebut; engkau telah membilasnya hingga bersih. Jadi, apa yang kaupikirkan sementara mencucinya? Apa prinsipmu dalam mencuci piring? Jika engkau mengikuti sebuah prinsip saat mencuci piring, itu berarti engkau sedang melakukan kebenaran. Jadi, apa yang harus kaulakukan agar bisa melakukan kebenaran ketika engkau diberi tugas yang menjadi kewajibanmu? Apakah ada prinsipnya? Prinsip yang dimaksud adalah dasar teoretis. Pertama, engkau tidak boleh bersikap sembarangan atau asal-asalan; peganglah terlebih dahulu prinsip ini. Apa yang harus kaupikirkan dan apa yang harus kaulakukan agar tidak bersikap sembarangan atau asal-asalan? Ada beberapa langkah. Engkau melihat bahwa piring-piring itu kotor dan penuh noda sehingga membilasnya saja tidak cukup; mungkin saja ada bakteri, jadi engkau harus menggunakan cairan pembersih untuk membunuh bakteri tersebut, membilas piring itu beberapa kali untuk membuatnya menjadi bersih, dan lakukan pemeriksaan menyeluruh. Inilah arti tidak bersikap sembarangan dan asal-asalan. Ini berarti memiliki prinsip dalam benakmu dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip. Engkau tidak hanya melihat piring itu sekilas dan membilasnya lalu meninggalkannya begitu saja, mengabaikan apakah ada minyak atau bakteri di atasnya atau tidak, dan berpikir dalam hati, "Aku diminta untuk mencucinya, jadi aku akan mencucinya—asalkan aku melakukannya, itu berarti aku tidak sedang bersikap sembarangan atau asal-asalan." Ini bukanlah melakukan kebenaran, ini hanyalah mengerahkan sedikit tenaga, melakukan pelayanan, terlibat dalam kerja keras secara fisik. Engkau selesai mencuci piring; bagaimana bisa engkau dikatakan tidak melakukan kebenaran? Bagaimana bisa ini hanya dikatakan "mengerahkan sedikit tenaga"? Jika engkau tidak bertindak berdasarkan prinsip, itu berarti engkau tidak sedang melakukan kebenaran, dan itu berarti tugas tersebut dilakukan tanpa mengikuti kebenaran prinsip; tidak ada prinsip di hatimu, engkau bertindak berdasarkan keinginan, suasana hati, emosi, imajinasi, dan pendapatmu sendiri. "Aku akan membilasnya dengan cepat, itu saja—untuk apa menggunakan cairan pembersih? Tidak ada bakteri. Gunakan saja piring ini; tidak akan ada masalah." Bukankah itu pendapatmu sendiri? Engkau berpikir seperti itu, jadi engkau bertindak menurut pendapatmu sendiri—ini berarti tidak sedang melakukan kebenaran. Untuk bertindak berdasarkan kebenaran prinsip, engkau harus berpikir, "Aku tidak boleh bersikap sembarangan atau asal-asalan, prinsipnya adalah harus mencuci piring sampai bersih dan membunuh bakteri sehingga aman dan higienis untuk dipakai orang." Inilah prinsip, dan jika engkau melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip ini, engkau tidak akan bersikap sembarangan atau asal-asalan, tetapi akan bersikap rajin, akan melakukan yang terbaik, di mana dalam hal ini engkau akan melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan segenap pikiranmu. Itulah arti melakukan kebenaran.
Dikutip dari "Bagian Terpenting dari Percaya kepada Tuhan adalah Menerapkan Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Apakah tepatnya kriteria untuk melakukan kebenaran? Bagaimana mengukur dan mendefinisikan apakah engkau sedang melakukan kebenaran? Bagaimana Tuhan menentukan apakah engkau adalah seseorang yang menerima firman-Nya setelah mendengar firman tersebut? Dia melihat apakah, selama kurun waktu di mana engkau telah percaya kepada-Nya dan mendengarkan khotbah-khotbah, ada suatu perubahan dalam keadaan batiniahmu, dalam ketidaktaatanmu terhadap Dia, dan dalam esensi dari berbagai aspek watak rusakmu. Dia memperhatikan apakah engkau telah menggantikan hal-hal tersebut dengan kebenaran, dan apakah jauh di dalam hatimu engkau telah berubah dalam perilaku dan tindakan lahiriahmu atau dalam esensi dari watak rusakmu. Tuhan mengukurmu berdasarkan hal-hal ini. Setelah mendengarkan khotbah dan makan dan minum firman Tuhan selama bertahun-tahun, apakah perubahanmu hanya di permukaan saja, atau mendasar? Apakah sudah ada perubahan dalam watakmu? Apakah sudah ada perubahan dalam kesalahpahamanmu tentang Tuhan, ketidaktaatanmu terhadap Tuhan, dan dalam bagaimana engkau melakukan amanat dan tugas-tugas yang Tuhan percayakan kepadamu? Apakah ketidaktaatanmu kepada Tuhan sudah berkurang? Ketika sesuatu terjadi dan tersingkap bahwa engkau tidak taat, apakah engkau mampu untuk merenungkan tentang dirimu? Apakah engkau mampu untuk taat? Sudahkah engkau menjadi semakin setia dalam melakukan amanat dan tugas-tugas yang Tuhan percayakan kepadamu, dan apakah kesetiaan ini murni? Selama masa di mana engkau mendengarkan khotbah-khotbah, apakah motif, ambisi, kerinduan, dan kehendakmu telah ditahirkan? Bukankah hal-hal ini merupakan kriteria pengukuran? Kemudian, ada juga kesalahpahamanmu tentang Tuhan: apakah engkau masih berpegang erat pada gagasanmu yang semula, imajinasimu yang samar dan abstrak, serta kesimpulanmu? Apakah engkau masih memiliki keluhan dan emosi-emosi negatif lainnya? Apakah sudah ada perubahan dalam hal-hal ini? Jika belum ada perubahan apa pun dalam aspek-aspek ini, maka orang macam apakah engkau? Ini membuktikan satu kenyataan: engkau bukanlah orang yang melakukan kebenaran.
Dikutip dari "Hanya dengan Melakukan Firman Tuhan Bisa Terjadi Perubahan Watak" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Banyak orang memiliki cara-cara tertentu untuk berperilaku secara lahiriah, misalnya mereka sanggup mengesampingkan keluarga dan karier serta melaksanakan tugasnya, dan karenanya mereka yakin mereka sedang menerapkan kebenaran. Namun Tuhan tidak mengakui bahwa engkau sedang melakukan kebenaran. Jika segala sesuatu yang engkau lakukan mengandung motif pribadi dan itu dipalsukan, itu berarti engkau tidak sedang melakukan kebenaran; engkau hanya memperlihatkan perilaku yang dangkal. Sebenarnya, perilaku semacam ini mungkin akan dikutuk oleh Tuhan; itu tidak akan dipuji atau diingat oleh-Nya. Membedah ini lebih jauh, engkau sedang melakukan kejahatan dan perilakumu bertentangan dengan Tuhan. Secara lahiriah, engkau tidak sedang mengacaukan atau mengganggu apa pun dan engkau belum melakukan kerusakan yang nyata atau melanggar kebenaran apa pun. Itu tampaknya logis dan masuk akal, tetapi esensi dari tindakanmu berkaitan dengan melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Oleh karena itu, engkau harus memastikan apakah telah terjadi perubahan dalam watakmu dan apakah engkau sedang menerapkan kebenaran dengan melihat motif di balik tindakanmu dalam terang firman Tuhan. Itu tidak ditentukan oleh pandangan manusia mengenai apakah tindakanmu itu sesuai dengan imajinasi dan niat manusia, atau apakah itu sesuai dengan seleramu; hal-hal seperti itu tidak penting. Sebaliknya, itu tergantung kepada Tuhan yang berkata apakah engkau sedang menyelaraskan diri dengan kehendak-Nya atau tidak, apakah tindakanmu memiliki kebenaran kenyataan atau tidak, dan apakah tindakanmu memenuhi tuntutan dan standar-Nya atau tidak. Hanya dengan mengukur dirimu sendiri terhadap tuntuan Tuhan, barulah itu akurat. Perubahan dalam watak dan menerapkan kebenaran tidak sesederhana dan semudah yang orang bayangkan. Apakah engkau memahami ini sekarang? Apakah engkau memiliki pengalaman dengan ini? Ketika sampai pada esensi masalah, engkau mungkin tidak memahaminya; masuknya dirimu dalam hal ini terlalu dangkal. Engkau semua sibuk kian kemari sepanjang hari, dari fajar hingga petang, bangun awal dan tidur larut malam, tetapi engkau belum mencapai perubahan dalam watak hidupmu, dan engkau tidak dapat memahami apa yang berkaitan dengan perubahan seperti itu. Ini berarti masuknya dirimu dalam hal ini terlalu dangkal, bukan begitu? Terlepas dari berapa lama engkau sudah percaya kepada Tuhan, engkau mungkin tidak merasakan esensi dan hal-hal mendalam yang berkaitan dengan mencapai perubahan watak. Dapatkah dikatakan bahwa watakmu telah berubah? Bagaimana engkau tahu apakah Tuhan memujimu atau tidak? Setidaknya, engkau akan merasa luar biasa teguh dalam segala sesuatu yang engkau lakukan, dan engkau akan merasakan Roh Kudus membimbing dan mencerahkanmu dan bekerja dalam dirimu sementara engkau sedang memenuhi tugasmu, sedang melakukan pekerjaan apa pun di rumah Tuhan, atau melakukan yang biasanya engkau lakukan. Tingkah lakumu akan selaras dengan firman Tuhan, dan begitu engkau sudah mendapatkan suatu tingkat pengalaman tertentu, engkau akan merasa bahwa caramu bertindak di masa lalu relatif sesuai. Namun, jika sesudah mendapatkan pengalaman untuk jangka waktu tertentu, engkau merasa bahwa beberapa hal yang engkau lakukan di masa lalu tidak sesuai, dan engkau tidak puas dengannya, dan merasa bahwa memang tidak ada kebenaran dalam hal-hal yang engkau lakukan, maka ini membuktikan bahwa segala sesuatu yang engkau lakukan dilakukan untuk menentang Tuhan. Itu adalah bukti bahwa pelayananmu penuh dengan pemberontakan, penentangan, dan cara-cara bertindak manusia.
Dikutip dari "Apa yang Harus Diketahui tentang Mengubah Watak Seseorang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika engkau percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran, maka engkau bisa saja percaya selama sepuluh tahun tanpa mengalami perubahan apa pun. Pada akhirnya, engkau akan berpikir bahwa inilah tepatnya apa yang dimaksud dengan percaya kepada Tuhan; engkau akan berpikir bahwa itu adalah kurang lebih sama dengan bagaimana engkau hidup sebelumnya di dunia, dan bahwa menjadi hidup itu tidak ada artinya. Ini benar-benar menunjukkan bahwa tanpa kebenaran, hidup itu hampa. Engkau mungkin bisa mengucapkan beberapa kata doktrin, tetapi engkau akan tetap merasa tidak nyaman dan tidak tenang. Jika orang memiliki pengetahuan tentang Tuhan, tahu bagaimana menjalani hidup yang berarti, dan bisa melakukan hal-hal yang memuaskan Tuhan, maka mereka akan merasa bahwa inilah hidup yang nyata, bahwa hanya dengan hidup seperti ini hidup mereka berarti, dan bahwa mereka harus hidup seperti ini untuk memberikan sedikit kepuasan kepada Tuhan dan merasa bersyukur. Jika mereka bisa secara sadar memuaskan Tuhan, menerapkan kebenaran, mengabaikan diri mereka sendiri, meninggalkan gagasan mereka sendiri, dan menjadi taat dan penuh peduli terhadap kehendak Tuhan—jika mereka mampu melakukan semua hal ini secara sadar—maka inilah apa yang dimaksud dengan menerapkan kebenaran secara tepat, dan menerapkan kebenaran secara nyata, dan ini sangat berbeda dengan kepercayaan mereka sebelumnya pada imajinasi mereka dan kelekatan mereka pada doktrin dan aturan. Sesungguhnya, sangat melelahkan untuk melakukan apa pun ketika mereka tidak memahami kebenaran, sangat melelahkan untuk mematuhi doktrin dan aturan, dan sangat melelahkan tidak memiliki tujuan dan melakukan sesuatu secara buta. Hanya dengan kebenaran mereka bisa bebas—ini bukan kebohongan—dan dengan kebenaran, mereka bisa melakukan hal-hal dengan mudah dan gembira. Mereka yang memiliki keadaan seperti ini adalah orang-orang yang memiliki kebenaran; mereka adalah orang-orang yang wataknya telah diubah.
Dikutip dari "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"