d. Mengapa Tuhan akan menghancurkan manusia-manusia jahat yang menentang-Nya
Firman Tuhan Yang Mahakuasa pada Akhir Zaman
Tuhan menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi, dan Dia telah membimbing mereka sejak saat itu. Lalu Dia menyelamatkan manusia dan menjadi korban penghapus dosa bagi manusia. Pada akhirnya, Dia masih harus menaklukkan manusia, menyelamatkan mereka sepenuhnya, dan memulihkan keserupaan asli mereka. Inilah pekerjaan yang telah dilakukan-Nya sejak awal—memulihkan manusia kepada gambar dan keserupaan aslinya. Tuhan akan membangun kerajaan-Nya dan memulihkan keserupaan asli manusia, yang artinya Dia akan memulihkan otoritas-Nya di bumi dan di antara segala makhluk ciptaan. Manusia kehilangan hati mereka yang takut akan Tuhan serta fungsi yang ada pada makhluk ciptaan setelah dirusak oleh Iblis, dengan demikian menjadi musuh yang memberontak terhadap-Nya. Manusia telah hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan mengikuti perintahnya; karenanya, Tuhan tidak mungkin bekerja di antara makhluk ciptaan-Nya, dan menjadi makin tidak dapat memperoleh rasa takut mereka. Manusia diciptakan oleh Tuhan dan harus menyembah-Nya, tetapi mereka sebenarnya berpaling dari-Nya dan malah menyembah Iblis. Iblis menjadi berhala di hati manusia. Dengan demikian, Tuhan kehilangan kedudukan-Nya di hati manusia, yang berarti Dia kehilangan makna di balik penciptaan-Nya atas manusia. Oleh karena itu, untuk memulihkan makna di balik penciptaan-Nya atas umat manusia, Dia harus memulihkan keserupaan asli manusia dan membebaskan mereka dari watak rusaknya. Untuk merebut kembali manusia dari Iblis, Dia harus menyelamatkan manusia dari dosa. Hanya dengan cara inilah Tuhan secara berangsur-angsur dapat memulihkan keserupaan dan fungsi asli manusia, dan akhirnya memulihkan kerajaan-Nya. Pemusnahan terakhir atas anak-anak pemberontak itu juga akan dilakukan untuk memungkinkan manusia menyembah Tuhan dan hidup di bumi dengan lebih baik. Karena Tuhan menciptakan manusia, Dia akan membuat mereka menyembah-Nya; karena Dia ingin memulihkan fungsi asli manusia, Dia akan memulihkannya sepenuhnya, tanpa percampuran apa pun. Memulihkan otoritas-Nya berarti membuat manusia menyembah-Nya dan tunduk kepada-Nya; ini berarti Dia akan membuat manusia hidup karena Dia dan membuat musuh-musuh-Nya binasa karena otoritas-Nya. Ini berarti Tuhan akan membuat segala sesuatu tentang diri-Nya terus ada di antara manusia tanpa penentangan dari siapa pun. Kerajaan yang ingin dibangun-Nya adalah kerajaan-Nya sendiri. Manusia yang diinginkan-Nya adalah yang menyembah-Nya, yang sepenuhnya tunduk kepada-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya. Jika Tuhan tidak menyelamatkan manusia yang rusak, maka makna di balik penciptaan-Nya atas manusia akan hilang; Dia tidak akan memiliki otoritas lagi di antara manusia, dan kerajaan-Nya tidak akan ada lagi di bumi. Jika Tuhan tidak memusnahkan musuh-musuh yang memberontak kepada-Nya itu, Dia tidak akan dapat memperoleh kemuliaan-Nya yang sempurna, ataupun membangun kerajaan-Nya di muka bumi. Semua ini akan menjadi tanda penyelesaian pekerjaan-Nya dan pencapaian besar-Nya: untuk benar-benar memusnahkan orang-orang di antara manusia yang memberontak melawan-Nya, dan membawa mereka yang telah disempurnakan ke tempat perhentian. Saat manusia telah dipulihkan kepada gambar aslinya, dan saat mereka dapat memenuhi tugasnya masing-masing, menjaga posisinya yang semestinya dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan, Dia akan mendapatkan sekelompok orang di bumi yang menyembah-Nya, dan Dia juga akan membangun kerajaan di muka bumi yang menyembah-Nya. Dia akan meraih kemenangan kekal di atas bumi, dan mereka yang menentang-Nya akan binasa selamanya. Ini akan memulihkan maksud-Nya yang semula dalam menciptakan manusia; ini akan memulihkan tujuan-Nya dalam menciptakan segala sesuatu, dan ini juga akan memulihkan otoritas-Nya di bumi, di antara segala sesuatu, dan di antara musuh-musuh-Nya. Semua ini akan menjadi lambang kemenangan sempurna-Nya. Sejak saat itu, manusia akan masuk ke perhentian dan memulai kehidupan yang berada di jalur yang benar. Tuhan juga akan masuk ke perhentian kekal bersama manusia, dan masuk ke dalam kehidupan kekal bersama manusia. Kekotoran dan pemberontakan di muka bumi akan lenyap, dan semua ratapan akan lenyap, dan segala sesuatu di dunia ini yang menentang Tuhan akan lenyap. Hanya Tuhan dan orang-orang yang telah diselamatkan-Nya yang akan tetap hidup; hanya ciptaan-Nya yang akan tetap hidup.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"
Manusia-manusia jahat dan rusak! Kapan Aku akan menelanmu? Kapan Aku akan menguburmu di dalam lautan api dan belerang? Sudah begitu sering Aku diusir dari kelompokmu, sudah begitu sering orang-orang menghina, mengolok-olok, dan memfitnah Aku, dan sudah begitu sering orang-orang secara terang-terangan menghakimi dan menentang Aku. Manusia-manusia buta! Apakah engkau tidak tahu bahwa engkau semua hanyalah segenggam lumpur di tangan-Ku? Apakah engkau tidak tahu bahwa engkau semua hanyalah makhluk ciptaan? Murka-Ku sedang dilepaskan sekarang dan tidak ada seorang pun yang bisa bertahan melawannya. Orang-orang hanya bisa memohon belas kasihan berulang kali. Namun, sementara pekerjaan-Ku telah berkembang sejauh ini, tidak ada seorang pun yang dapat mengubahnya. Mereka yang telah diciptakan harus kembali menjadi tanah. Bukannya Aku tidak benar, tetapi engkau semua terlalu rusak dan biadab, dan itu karena engkau semua telah dikuasai oleh Iblis dan menjadi alatnya. Akulah Tuhan yang kudus itu sendiri; Aku tidak dapat dinodai, dan Aku tidak dapat mendiami bait yang najis. Mulai sekarang, kemarahan-Ku yang meluap-luap (lebih dahsyat dari murka) akan mulai turun ke atas semua bangsa dan manusia, dan akan mulai menghajar semua orang rendahan yang berasal dari Aku, tetapi tidak mengenal Aku. Aku sangat membenci manusia, dan Aku tidak akan memiliki belas kasihan lagi; sebaliknya, Aku akan menghujankan semua kutukan-Ku. Tidak akan ada lagi belas kasihan dan kasih sama sekali, semuanya akan dibakar sampai tidak ada lagi, dan hanya kerajaan-Ku yang akan tetap bertahan, sehingga umat-Ku akan memuji Aku di rumah-Ku, memberikan kemuliaan kepada-Ku, dan bersorak untuk-Ku selamanya (ini adalah fungsi dari umat-Ku). Secara resmi, tangan-Ku akan mulai menghajar orang-orang di dalam dan di luar rumah-Ku. Tidak ada pelaku kejahatan yang dapat lolos dari genggaman dan penghakiman-Ku; setiap orang harus menjalani cobaan berat ini dan menyembah Aku. Ini adalah kemegahan-Ku, dan terlebih lagi, ini adalah ketetapan administratif yang Aku nyatakan kepada para pelaku kejahatan. Tidak ada seorang pun yang bisa menyelamatkan orang lain. Orang-orang hanya dapat menjaga diri mereka sendiri, tetapi tidak peduli apa yang mereka lakukan, mereka tidak akan bisa lolos dari tangan hajaran-Ku. Di sinilah dinyatakan alasan mengapa ketetapan-ketetapan administratif-Ku dikatakan keras; ini adalah sebuah fakta yang dapat dilihat setiap orang dengan mata mereka sendiri.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 109"
Manusia tidak lain adalah musuh-Ku. Manusia adalah si jahat yang menentang dan memberontak terhadap-Ku. Manusia tidak lain adalah keturunan si jahat yang Kukutuk. Manusia tidak lain adalah keturunan penghulu malaikat yang mengkhianati-Ku. Manusia tidak lain adalah warisan Iblis yang sejak dahulu Kutolak, dan sejak itu telah menjadi musuh-Ku yang tidak terdamaikan. Karena langit di atas seluruh umat manusia mendung dan gelap, tanpa ada kesan kejernihan sedikit pun, dan dunia manusia terjerumus ke dalam kegelapan yang pekat, sehingga dia yang tinggal di dalamnya bahkan tidak bisa melihat tangannya yang terjulur di depan wajahnya ataupun melihat matahari ketika dia menengadahkan kepalanya. Jalan yang dia lalui berlumpur dan penuh lubang, juga sangat berliku-liku; seluruh daratan bergelimang mayat. Sudut-sudut gelap dipenuhi dengan jasad manusia, dan di sudut-sudut yang dingin dan temaram, kerumunan setan telah tinggal di sana. Dan di mana-mana di dunia manusia, setan-setan datang dan pergi secara bergerombol. Keturunan dari segala macam binatang, berlumur kenajisan, sedang terjebak dalam peperangan sengit, dengan suara yang menimbulkan kengerian di hati. Pada saat seperti itu, dalam dunia yang demikian, seperti "surga duniawi", ke mana orang mencari kebahagiaan hidup? Ke mana orang dapat pergi untuk menemukan tempat tujuan hidupnya? Umat manusia, yang telah lama diinjak-injak oleh Iblis, sejak awal telah menjadi aktor yang menyandang gambar Iblis—bahkan, manusia adalah jelmaan Iblis, dan berfungsi sebagai bukti yang menjadi kesaksian untuk Iblis, dengan lantang dan jelas. Bagaimana bisa umat manusia yang sedemikian bobrok dan keturunan dari keluarga manusia yang sedemikian rusak menjadi saksi bagi Tuhan? Dari manakah asalnya kemuliaan-Ku? Di manakah orang dapat mulai menyuarakan kesaksian-Ku? Karena musuh yang, setelah merusak manusia, berdiri melawan-Ku, telah merebut umat manusia—umat manusia yang Kuciptakan dahulu kala dan yang dipenuhi dengan kemuliaan dan cara hidup-Ku—dan mengotori mereka. Dia telah merenggut kemuliaan-Ku, dan semua yang telah dia tanamkan kepada manusia adalah racun yang dipenuhi keburukan Iblis, dan esensi dari buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat. Pada mulanya, Aku menciptakan umat manusia; dengan kata lain, Aku menciptakan nenek moyang manusia, Adam. Dia dikaruniai dengan rupa dan gambar-Ku, penuh dengan kekuatan, penuh dengan kegagahan, dan selain itu, dia dikaruniai dengan penyertaan kemuliaan-Ku. Itulah hari yang mulia ketika Aku menciptakan manusia. Setelah itu, Hawa diciptakan dari tubuh Adam, dan dia juga adalah nenek moyang manusia, sehingga manusia yang Kuciptakan dipenuhi dengan napas dan kemuliaan-Ku. Adam lahir dari tangan-Ku dan merupakan representasi dari gambar-Ku. Dengan demikian, makna asli dari "Adam" adalah diciptakan oleh-Ku, dikaruniai dengan daya hidup-Ku, dikaruniai dengan kemuliaan-Ku, memiliki rupa dan gambar-Ku, juga roh dan napas-Ku. Dia adalah satu-satunya makhluk ciptaan yang memiliki roh, yang mampu merepresentasikan-Ku, menyandang gambar-Ku, dan menerima napas-Ku. Pada awalnya, Hawa adalah manusia kedua yang dikaruniai dengan napas-Ku, yang penciptaannya telah Kutentukan dari semula, sehingga makna asli dari "Hawa" adalah makhluk ciptaan yang akan meneruskan kemuliaan-Ku, dipenuhi dengan daya hidup-Ku, dan terlebih lagi dikaruniai dengan kemuliaan-Ku. Hawa berasal dari Adam sehingga dia juga menyandang gambar-Ku, karena dia adalah manusia kedua yang diciptakan menurut gambar-Ku. Makna asli dari "Hawa" adalah manusia yang hidup dengan roh, daging, dan tulang, kesaksian-Ku yang kedua, juga gambar-Ku yang kedua di antara umat manusia. Mereka merupakan nenek moyang umat manusia, harta paling murni dan berharga, dan sejak awal, mereka adalah makhluk hidup yang dikaruniai dengan roh. Namun, si jahat menginjak-injak dan menawan keturunan nenek moyang umat manusia itu, menjerumuskan dunia manusia ke dalam kegelapan total, dan membuatnya sedemikian rupa sehingga keturunan manusia itu tidak lagi percaya akan keberadaan-Ku. Bahkan yang lebih keji lagi adalah, bahkan ketika si jahat merusak dan menginjak-injak manusia, dia juga dengan kejamnya merenggut kemuliaan-Ku, kesaksian-Ku, daya hidup yang Kuanugerahkan kepada mereka, napas dan kehidupan yang Kuembuskan kepada mereka, seluruh kemuliaan-Ku di dunia manusia, dan darah yang telah Kucurahkan untuk umat manusia. Umat manusia tidak lagi berada dalam terang, mereka telah kehilangan segala yang Kuanugerahkan kepada mereka, dan mereka telah membuang kemuliaan yang Kuberikan. Bagaimana bisa mereka mengakui bahwa Akulah Tuhan atas segala makhluk ciptaan? Bagaimana bisa mereka terus percaya akan keberadaan-Ku di surga? Bagaimana bisa mereka menemukan perwujudan kemuliaan-Ku di atas bumi? Bagaimana bisa cucu laki-laki dan perempuan ini menganggap Tuhan yang ditakuti nenek moyang mereka sebagai Tuhan yang menciptakan mereka? Cucu laki-laki dan perempuan yang menyedihkan ini telah dengan murah hati "mempersembahkan" kemuliaan, gambar, kesaksian yang Kuanugerahkan kepada Adam dan Hawa, serta kehidupan yang Kuanugerahkan kepada umat manusia dan tempat mereka bergantung untuk bertahan hidup kepada si jahat; dan mereka sama sekali tidak memedulikan kehadiran si jahat, dan memberikan seluruh kemuliaan-Ku kepadanya. Bukankah ini sumber sebenarnya dari sebutan "sampah"? Bagaimana manusia setan-setan jahat, mayat hidup, sosok Iblis, dan musuh-musuh-Ku yang semacam itu dapat dipenuhi kemuliaan-Ku? Aku akan mengambil kembali kemuliaan dan kesaksian-Ku yang ada di antara manusia, dan mengambil kembali segala yang pernah Kumiliki dan yang pernah Kuberikan kepada umat manusia sejak dahulu—Aku akan sepenuhnya menaklukkan umat manusia. Akan tetapi, engkau harus tahu bahwa manusia yang Kuciptakan adalah orang-orang kudus yang menyandang gambar dan kemuliaan-Ku. Mereka bukan milik Iblis ataupun tempat pijakannya, tetapi mereka adalah perwujudan murni diri-Ku dan sama sekali bebas dari racun Iblis. Karena itu, Aku memberi tahu umat manusia bahwa Aku hanya menginginkan ciptaan tangan-Ku, yang kudus, yang Kukasihi, dan yang bukan berasal dari entitas lain. Selain itu, Aku akan menikmatinya dan menganggapnya sebagai kemuliaan-Ku. Akan tetapi, yang Kuinginkan bukanlah umat manusia yang telah dirusak oleh Iblis, yang saat ini dimiliki oleh Iblis, dan yang tidak lagi menjadi ciptaan asli-Ku. Karena Aku berniat untuk mengambil kembali kemuliaan-Ku yang ada di dunia manusia, Aku akan sepenuhnya menaklukkan mereka yang selamat di antara umat manusia, sebagai bukti dari Kemuliaan-Ku dalam mengalahkan Iblis. Aku hanya akan mengambil kesaksian-Ku sebagai perwujudan dari diri-Ku, sebagai objek kesukaan-Ku. Inilah maksud-Ku.
Dibutuhkan waktu puluhan ribu tahun sejarah bagi umat manusia untuk sampai ke tempat sekarang ini, tetapi umat manusia yang Kuciptakan pada mulanya telah lama mengalami kemerosotan. Manusia bukan lagi manusia yang Kuinginkan, dan dengan demikian, di mata-Ku, manusia tidak lagi layak disebut umat manusia. Sebaliknya, mereka adalah sampah manusia yang telah ditawan Iblis, mayat hidup busuk yang dihuni oleh Iblis dan menjadi pakaian Iblis itu sendiri. Manusia sama sekali tidak memercayai keberadaan-Ku, ataupun menyambut kedatangan-Ku. Umat manusia hanya menanggapi permintaan-Ku dengan enggan, menyetujuinya sementara waktu, dan tidak dengan tulus berbagi suka dan duka kehidupan bersama-Ku. Karena orang-orang memandang-Ku sebagai sosok yang misterius, mereka memberi-Ku senyuman mereka yang penuh gerutu, memberi-Ku sikap mereka yang berusaha mengambil hati sosok yang berkuasa, karena manusia tidak memiliki pengetahuan tentang pekerjaan-Ku, apalagi maksud-maksud-Ku saat ini. Aku akan bersikap jujur kepada engkau semua: apabila waktunya tiba, penderitaan setiap orang yang menyembah-Ku akan menjadi lebih ringan daripada penderitaanmu. Tingkat imanmu kepada-Ku sesungguhnya tidak melebihi iman Ayub—bahkan iman orang Farisi Yahudi melebihi iman engkau semua—dan dengan demikian, jika hari kiamat tiba, penderitaan engkau semua akan lebih besar daripada penderitaan orang Farisi ketika ditegur oleh Yesus, lebih besar daripada penderitaan 250 pemimpin yang menentang Musa, dan lebih besar daripada penderitaan Sodom yang terpanggang api kemusnahannya.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Makna Menjadi Seorang Pribadi Sejati"
Umat manusia ini sudah menjadi rusak sampai ke tahap ekstrem. Orang-orang ini tidak tahu siapa Tuhan atau dari mana diri mereka sendiri berasal. Jika engkau menyebut Tuhan kepada mereka, mereka akan menyerang, memfitnah, dan menghujat. Bahkan ketika dua hamba Tuhan datang untuk menyebarkan peringatan-Nya, orang-orang rusak ini bukan saja tidak menunjukkan tanda-tanda pertobatan dan tidak meninggalkan tingkah laku jahatnya, tetapi sebaliknya, mereka dengan berani mencelakai hamba-hamba Tuhan itu. Apa yang mereka ungkapkan dan nyatakan adalah esensi natur permusuhan mereka yang ekstrem terhadap Tuhan. Kita bisa melihat bahwa penentangan orang-orang yang rusak ini terhadap Tuhan lebih daripada sekadar penyingkapan watak rusak mereka, penentangan ini juga lebih dari sekadar peristiwa memfitnah atau mengejek sebagai akibat dari kurangnya pemahaman akan kebenaran. Bukan kebodohan atau kebebalan yang menyebabkan tingkah laku mereka yang jahat; mereka bertindak seperti ini bukan karena mereka telah ditipu, dan ini jelas bukan karena mereka telah disesatkan. Tingkah laku mereka telah mencapai tingkat antagonisme, oposisi, dan protes terhadap Tuhan yang sudah sangat kurang ajar. Tidak diragukan lagi, perilaku manusia yang seperti ini akan membuat Tuhan murka, dan itu akan membuat watak-Nya sangat marah—suatu watak yang tidak boleh disinggung. Oleh karena itu, Tuhan secara langsung dan terbuka melepaskan murka dan kemegahan-Nya; inilah penyingkapan sejati dari watak benar-Nya. Dihadapkan dengan kota yang penuh dengan dosa, Tuhan ingin menghancurkannya dengan cara yang paling cepat, untuk memusnahkan orang-orang yang ada di dalamnya dan seluruh dosa mereka dengan cara yang paling lengkap, untuk membuat orang-orang kota ini tidak ada lagi dan menghentikan dosa di tempat ini agar tidak berlipat ganda. Cara paling cepat dan lengkap untuk melakukannya adalah dengan membungihanguskan kota itu dengan api. Sikap Tuhan terhadap orang-orang Sodom bukanlah sikap pengabaian atau ketidakpedulian. Melainkan, Dia menggunakan murka, kemegahan, dan otoritas-Nya untuk menghukum, memukul, dan sepenuhnya menghancurkan orang-orang itu. Sikap-Nya terhadap mereka bukan hanya sekadar penghancuran secara fisik, tetapi juga penghancuran jiwa, pemusnahan kekal. Ini adalah implikasi sejati dari apa yang Tuhan maksud dengan perkataan "tidak lagi ada".
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"
Perlakuan Tuhan terhadap seluruh umat manusia, sebodoh dan sebebal apa pun manusia, terutama didasarkan pada belas kasih dan toleransi. Di sisi lain, murka-Nya disembunyikan untuk sebagian besar waktu dan dalam sebagian besar peristiwa, dan murka-Nya tidak diketahui oleh manusia. Akibatnya, sukar bagi manusia untuk melihat Tuhan mengungkapkan murka-Nya, dan juga sukar untuk memahami murka-Nya. Karena itulah, manusia menganggap remeh murka Tuhan. Ketika manusia menghadapi pekerjaan terakhir dan langkah toleransi dan pengampunan Tuhan bagi manusia—yaitu saat belas kasih dan peringatan terakhir-Nya datang ke atas umat manusia—jika orang masih menggunakan metode yang sama untuk menentang Tuhan dan tidak berusaha untuk bertobat, memperbaiki jalan-jalan mereka dan menerima belas kasih-Nya, Tuhan tidak akan lagi menganugerahkan toleransi dan kesabaran-Nya kepada mereka. Sebaliknya, Tuhan akan menarik kembali belas kasih-Nya pada saat ini. Setelahnya, Dia hanya akan mengirim murka-Nya. Dia bisa mengungkapkan murka-Nya dalam berbagai cara, sama seperti Dia bisa menggunakan berbagai metode untuk menghukum dan menghancurkan manusia.
Tuhan menggunakan api untuk menghancurkan kota Sodom adalah metode-Nya yang paling cepat untuk sepenuhnya menghancurkan umat manusia atau benda lainnya. Membakar orang-orang Sodom menghancurkan lebih dari sekadar tubuh fisik mereka; api itu menghancurkan seluruh roh mereka, jiwa mereka, dan tubuh mereka, memastikan semua orang dalam kota itu tidak akan ada lagi di dunia materi dan dunia yang tidak terlihat bagi manusia. Inilah salah satu cara Tuhan menyatakan dan mengungkapkan murka-Nya. Cara mengungkapkan dan menyatakan ini adalah salah satu aspek dari esensi murka Tuhan, ini juga secara alami merupakan pernyataan esensi watak benar Tuhan. Ketika Tuhan mengirim murka-Nya, Dia berhenti menyatakan belas kasih atau kasih setia, Dia juga tidak menunjukkan lagi toleransi atau kesabaran-Nya; tidak ada manusia, benda, atau alasan yang bisa membujuk-Nya untuk terus bersabar, untuk memberikan belas kasih-Nya lagi, untuk menganugerahkan toleransi-Nya sekali lagi. Sebagai ganti semua ini, Tuhan tanpa ragu mengirimkan murka dan kemegahan-Nya, melakukan apa yang Dia kehendaki. Dia akan melakukannya dengan cara yang cepat dan bersih sesuai dengan keinginan-Nya sendiri. Inilah cara Tuhan mengirim murka dan kemegahan-Nya, yang tidak boleh disinggung manusia, dan ini juga adalah ungkapan dari salah satu aspek watak benar-Nya. Ketika manusia menyaksikan Tuhan menunjukkan perhatian dan kasih terhadap manusia, mereka tidak mampu mendeteksi murka-Nya, melihat kemegahan-Nya, atau merasakan intoleransi-Nya terhadap pelanggaran. Hal-hal ini selalu membuat manusia percaya bahwa watak benar Tuhan hanyalah belas kasih, toleransi, dan kasih. Namun, ketika manusia melihat Tuhan menghancurkan sebuah kota atau membenci suatu umat manusia, murka-Nya dalam penghancuran manusia dan kemegahan-Nya memungkinkan manusia untuk melihat sekilas sisi lain dari watak benar-Nya. Ini adalah intoleransi Tuhan terhadap pelanggaran. Watak Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran melampaui imajinasi makhluk ciptaan mana pun, dan di antara makhluk bukan ciptaan, tidak ada yang mampu ikut campur atau mempengaruhinya, apalagi bisa ditiru atau dijiplak. Jadi, aspek watak Tuhan ini adalah aspek yang paling harus diketahui umat manusia. Hanya Tuhan sendiri yang memiliki watak seperti ini, dan hanya Tuhan sendiri yang berwatak seperti ini. Tuhan berwatak benar seperti ini karena Dia membenci kejahatan, kegelapan, pemberontakan, dan tindakan jahat Iblis—yakni merusak dan memangsa manusia—karena Dia membenci semua tindakan dosa yang menentang-Nya dan karena esensi-Nya yang kudus dan tidak bercela. Karena inilah Dia tidak akan membiarkan makhluk ciptaan atau bukan ciptaan mana pun menentang atau melawan-Nya secara terbuka. Bahkan seorang individu yang kepadanya Dia pernah menunjukkan belas kasih atau yang Dia pernah pilih, hanya perlu memprovokasi watak-Nya dan melanggar prinsip kesabaran dan toleransi-Nya, dan Dia akan melepaskan dan menyatakan watak benar-Nya yang tidak menoleransi pelanggaran tanpa sedikit pun belas kasih atau keraguan.
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"
Di mata Tuhan, ada batas untuk kesabaran-Nya terhadap kerusakan manusia, terhadap kenajisan, kekerasan, dan pemberontakan semua yang berdaging. Apakah batas-Nya? Batas-Nya seperti yang Tuhan katakan: "Tuhan memandang bumi itu dan melihat bumi memang sudah rusak, karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi." Apa yang dimaksud dengan frasa "karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi"? Artinya semua makhluk hidup, termasuk mereka yang mengikuti Tuhan, mereka yang memanggil nama Tuhan, mereka yang pernah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan, mereka yang secara lisan mengakui Tuhan dan bahkan memuji Tuhan—begitu perilaku mereka penuh dengan kerusakan dan terlihat oleh Tuhan, Ia harus menghancurkan mereka. Itulah batas Tuhan. Jadi, sampai sejauh mana Tuhan tetap bersabar terhadap manusia dan kerusakan semua yang berdaging? Sampai satu titik di mana semua orang, baik pengikut Tuhan maupun orang tidak percaya, tidak lagi berjalan di jalan yang benar. Sampai satu titik di mana manusia tidak hanya rusak secara moral dan penuh dengan kejahatan, tetapi juga tak seorang pun yang percaya akan keberadaan Tuhan, apalagi orang yang percaya bahwa dunia ini dikuasai oleh Tuhan dan bahwa Tuhan dapat memberi terang dan jalan yang benar bagi manusia. Sampai satu titik di mana manusia meremehkan keberadaan Tuhan dan tidak mengizinkan Tuhan ada. Begitu kerusakan manusia mencapai titik ini, Tuhan tidak akan bersabar lagi. Apa yang akan menggantikan kesabaran-Nya? Datangnya murka Tuhan dan hukuman Tuhan.
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"
Tuhan mengirim murka-Nya karena hal-hal yang tidak adil, negatif, dan jahat menghalangi, mengganggu, atau menghancurkan aktivitas normal dan perkembangan hal-hal yang adil dan positif. Tujuan dari amarah Tuhan bukanlah untuk menjaga status dan identitas-Nya sendiri, tetapi untuk menjaga keberadaan hal-hal yang adil, positif, indah, dan baik, untuk menjaga hukum dan keteraturan dari kelangsungan hidup normal manusia. Inilah akar penyebab murka Tuhan. Murka Tuhan itu sangat tepat, alami, dan penyingkapan sejati dari watak-Nya. Tidak ada tujuan tersembunyi dalam amarah-Nya, juga tidak ada tipu muslihat atau rencana jahat apalagi keinginan, kelicikan, kedengkian, kekerasan, kejahatan, atau sifat lainnya dari umat manusia yang rusak. Sebelum Tuhan mengirimkan murka-Nya, Dia sudah memahami esensi setiap masalah dengan jelas dan utuh, dan Dia sudah merumuskan definisi dan kesimpulan yang akurat dan jelas. Karena itulah, tujuan Tuhan dalam segala sesuatu yang dilakukan-Nya sangatlah jelas, sama seperti sikap-Nya. Dia tidak bingung, buta, impulsif, atau ceroboh, dan yang pasti, Dia bukan tidak memiliki prinsip. Inilah aspek nyata dari murka Tuhan, dan karena aspek nyata dari murka Tuhan inilah umat manusia telah mencapai keberadaannya yang normal. Tanpa murka Tuhan, manusia akan turun ke dalam kondisi hidup yang tidak normal, dan semua hal yang adil, indah, dan baik akan dihancurkan dan tidak akan ada lagi. Tanpa murka Tuhan, hukum dan aturan keberadaan bagi makhluk ciptaan akan dilanggar atau bahkan sepenuhnya tumbang. Sejak penciptaan manusia, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk menjaga dan memelihara keberadaan normal umat manusia. Karena watak benar-Nya mengandung murka dan kemegahan-Nya, semua orang jahat, hal dan objek, serta semua hal yang mengganggu dan merusak keberadaan normal manusia akan dihukum, dikendalikan, dan dihancurkan sebagai akibat dari murka-Nya. Selama beberapa milenium terakhir, Tuhan telah terus-menerus menggunakan watak benar-Nya untuk memukul dan menghancurkan segala jenis roh najis dan jahat yang menentang Tuhan dan bertindak sebagai kaki tangan dan antek Iblis dalam pekerjaan Tuhan mengelola manusia. Karena itulah, pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia selalu maju sesuai dengan rencana-Nya. Lebih jelasnya, karena keberadaan murka Tuhan, perkara-perkara paling adil di antara umat manusia tidak pernah dihancurkan.
—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"
Pekerjaan-Ku berlangsung hanya selama enam ribu tahun, dan Aku berjanji bahwa kendali si jahat atas seluruh umat manusia juga akan berlangsung hanya selama enam ribu tahun. Jadi, sekarang waktunya sudah habis. Aku tidak akan melanjutkan atau menunda lagi: selama akhir zaman Aku akan mengalahkan Iblis, Aku akan mengambil kembali semua kemuliaan-Ku, dan Aku akan memperoleh kembali semua jiwa yang menjadi milik-Ku di bumi sehingga semua jiwa yang sedih ini dapat terbebas dari lautan penderitaan, dan dengan demikian Aku akan menyudahi seluruh pekerjaan-Ku di bumi. Mulai hari ini dan seterusnya, Aku tidak akan pernah lagi menjadi daging di bumi, dan Roh-Ku yang berdaulat atas segala sesuatu tidak akan pernah lagi bekerja di bumi. Aku hanya akan melakukan satu hal di bumi: Aku akan membuat ulang umat manusia, yaitu umat manusia yang kudus, dan yang adalah kota setia-Ku di bumi. Namun, ketahuilah bahwa Aku tidak akan memusnahkan seluruh dunia, juga tidak akan memusnahkan seluruh umat manusia. Aku akan mempertahankan sepertiga bagian yang tersisa—sepertiga bagian yang mengasihi Aku dan yang telah sepenuhnya ditaklukkan oleh-Ku, dan Aku akan membuat sepertiga bagian ini berbuah dan berkembang biak di bumi sama seperti orang Israel di bawah hukum Taurat; mereka akan menerima domba dan ternak yang berlimpah yang Kupelihara, serta semua kekayaan di bumi. Umat manusia ini akan tetap bersama-Ku selamanya, tetapi mereka bukanlah umat manusia zaman sekarang yang sungguh menjijikkan, melainkan umat manusia yang merupakan kumpulan dari semua orang yang sudah didapatkan oleh-Ku. Umat manusia seperti itu tidak akan dirusak, diganggu, atau dibelenggu oleh Iblis, dan akan menjadi satu-satunya umat manusia yang ada di bumi setelah Aku menang atas Iblis. Ini adalah umat manusia yang sekarang sudah ditaklukkan oleh-Ku dan telah mendapatkan janji-Ku. Jadi, umat manusia yang telah ditaklukkan selama akhir zaman juga merupakan umat manusia yang akan dibiarkan hidup dan memperoleh berkat-berkat-Ku yang kekal. Umat manusia ini akan menjadi satu-satunya bukti kemenangan-Ku atas Iblis, dan satu-satunya rampasan perang-Ku dari Iblis. Para rampasan perang ini diselamatkan oleh-Ku dari kuasa Iblis, dan merupakan satu-satunya kristalisasi serta buah dari rencana pengelolaan-Ku selama enam ribu tahun. Mereka berasal dari setiap bangsa dan denominasi, dan setiap tempat dan negara di seluruh alam semesta. Mereka berasal dari berbagai ras, memiliki bahasa, adat istiadat serta warna kulit berbeda, dan mereka tersebar di semua bangsa dan denominasi di seluruh dunia, dan bahkan di setiap penjuru dunia. Pada akhirnya, mereka akan bersatu membentuk satu umat manusia yang utuh, kumpulan manusia yang tidak terjangkau oleh kekuatan Iblis. Mereka di antara umat manusia yang belum diselamatkan dan ditaklukkan oleh-Ku akan tenggelam dalam kesunyian di kedalaman lautan, dan akan dibakar oleh api-Ku yang menghanguskan untuk selama-lamanya. Aku akan memusnahkan umat manusia yang sudah usang dan sangat menjijikkan ini, sama seperti Aku memusnahkan anak sulung dan ternak sulung Mesir, hanya menyisakan orang Israel, yang makan daging domba, minum darah domba, dan menandai ambang pintu mereka dengan darah domba. Bukankah manusia yang sudah ditaklukkan oleh-Ku dan bagian dari keluarga-Ku juga orang yang makan daging-Ku, Sang Anak Domba, dan minum darah-Ku, Sang Anak Domba, dan yang telah ditebus oleh-Ku dan menyembah-Ku? Bukankah orang-orang seperti itu selalu disertai oleh kemuliaan-Ku? Bukankah mereka yang tanpa daging Anak Domba, yang adalah diri-Ku, sudah tenggelam di kedalaman lautan?
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tak Satu pun yang Berasal dari Daging Dapat Luput pada Hari Kemurkaan"
Lagu Pujian Terkait
Tuhan Akan Memulihkan Makna Penciptaan-Nya atas Manusia
Simbol Kemenangan Tuhan
Manusia Telah Berhenti Menjadi Seperti yang Tuhan Inginkan
Tuhan Memelihara Keberadaan Manusia dengan Watak-Nya yang Benar