68. Sekarang Aku Tahu Cara Menjadi Saksi untuk Tuhan

Oleh Saudari Xu Lu, Tiongkok

Pada April 2021, aku mulai bekerja mengabarkan Injil bersama rekan sekerjaku, Saudari Chen Zhengxin. Karena dahulu aku telah mengabarkan Injil dan memiliki beberapa pengalaman yang relevan, aku mulai mendapatkan hasil yang lebih baik daripada dia setelah beberapa waktu. Aku sering membual tentang bagaimana aku mengabarkan Injil dan menjawab pertanyaan-pertanyaan calon penerima Injil, membahasnya dengan sangat mendetail. Zhengxin benar-benar kagum. Suatu kali, setelah kusampaikan persekutuanku kepada beberapa petobat baru yang tidak menghadiri pertemuan, mereka semua mulai hadir seperti biasa. Aku tahu itu karena Tuhan yang membimbing mereka dan menggerakkan hati mereka, tetapi aku tetap merasa cukup bangga akan diriku sendiri, kupikir aku pun layak mendapat pujian. Sekembalinya dari persekutuan, aku tak tahan untuk menyombongkan diri kepada Zhengxin dengan berkata, "Aku bersandar kepada Tuhan dan setelah baru mempersekutukan beberapa patah kata, mereka semua setuju untuk menghadiri pertemuan." Melihat Zhengxin memandangku dengan kekaguman seperti itu, aku merasa semakin bangga. Di lain waktu, dia pulang dengan kepala tertunduk dalam kesedihan karena dia tak mampu menjawab pertanyaan orang yang diinjilinya. Aku bertanya kepadanya apa yang telah dia katakan kepada mereka, dan dia menjelaskan secara singkat. Kupikir dalam hatiku: "Kau masih kurang pengalaman. Ini bukan pertanyaan yang sulit untuk dijawab dan aku pasti bisa segera menjawabnya. Aku harus mengajarimu dan menunjukkan kepadamu bagaimana sebenarnya cara memberitakan Injil." Dengan pemikiran itu, aku memberi tahu dia cara bersekutu yang lebih efektif. Zhengxin setuju dengan pendapatku, berkata dia tidak cakap, dan memintaku lebih banyak membantunya. Aku berkata bahwa kita harus bersandar kepada Tuhan, tetapi dalam hati, aku merasa sangat bangga pada diriku sendiri, menganggap betapa berbakatnya diriku dalam memberitakan Injil.

Dalam sebuah pertemuan, seorang pemimpin bertanya kepada kami tentang apa yang telah kami pelajari dan pengalaman apa yang kami alami baru-baru ini saat mengabarkan Injil. Zhengxin berkata: "Aku menyadari melalui pengabaran Injil bahwa aku masih memiliki banyak kekurangan. Ada begitu banyak pertanyaan dari calon penerima Injil yang tak mampu kujawab. Saudari Xu Lu tampaknya mampu menemukan firman Tuhan untuk dipersekutukan dan menjawab pertanyaan mereka dengan sangat cepat." Pemimpin itu tersenyum kepadaku dan menganggukkan kepalanya. Aku ingin menunjukkan kepada pemimpin bahwa aku tahu banyak dan mampu menjawab pertanyaan apa pun dengan mudah, jadi aku dengan sengaja mengambil alih berbicara mewakili Zhengxin dengan berkata, "Beberapa pertanyaan calon penerima Injil benar-benar sangat sulit untuk dijawab." Pemimpin bertanya, "Pertanyaan yang mana?" Aku dengan segera menyaring sejumlah pertanyaan, berpikir aku harus memilih pertanyaan yang sulit untuk memperlihatkan kepada pemimpin betapa berbakatnya diriku. Jadi, dengan gerakan tangan yang lincah dan sikap bersemangat, aku menyampaikan pertanyaan-pertanyaan calon penerima Injil, bagaimana aku telah bersekutu untuk menjawabnya dan bagaimana akhirnya aku dengan tulus meyakinkan mereka. Aku melebih-lebihkan, menggambarkan segala sesuatunya lebih sulit daripada yang sebenarnya, seolah-olah tak seorang pun mampu menyelesaikan masalah ini dan hanya akulah yang mampu. Aku ingin pemimpin berpikir aku memiliki sedikit kenyataan kebenaran, bahwa aku yang terbaik di antara semua penginjil. Pemimpin dan saudara-saudari lain memujiku, dan aku menikmatinya. Setelah menanyakan tentang pekerjaan kami dalam memberitakan Injil, pemimpin mempersekutukan prinsip memberitakan Injil sehubungan dengan masalah-masalah kami baru-baru ini. Baru saja pemimpin mulai berbicara, kupikir dalam hatiku, "Aku punya sedikit pengalaman relevan yang harus segera kusampaikan. Jika kami berganti topik lain, aku akan kehilangan kesempatan untuk berbicara." Jadi aku menyelanya, berkata: "Ada lebih banyak lagi." Lalu, aku memulai diskusi panjang lebar, mengambil dari pengalamanku sendiri untuk menjelaskan bagaimana aku telah mencapai hasil saat mengabarkan Injil. Melihat semua orang menganggukkan kepala mereka tanda setuju, aku semakin semangat berbicara. Saudara-saudari lainnya menyela dengan pendapat mereka, tetapi aku tidak mendengarkannya. Aku merasa mereka tak punya wawasan atau pemikiran berharga. Aku hanya terus menyampaikan pandanganku, tidak memberi orang lain kesempatan bicara. Aku hanya ingin menceritakan semua pengalamanku sekaligus agar pemimpin dapat melihat bahwa aku memiliki kualitas dan bakat, mampu mencari prinsip dalam tugas, dan orang yang sangat berbakat. Saat berbicara, terlintas di benakku bahwa aku mungkin sedang pamer, jadi, aku berusaha memperlambat dan berbicara sedikit tentang kerusakan dan kesalahanku. Namun, aku juga berpikir metode nyata ini harus dipersekutukan demi kebaikan bersama. Semua ini adalah pengalamanku sendiri dan aku tidak boleh bersekutu karena takut pamer. Dengan pemikiran itu, aku terus mengoceh. Ketika aku selesai, pemimpin menganggukkan kepalanya tanda sepakat dan yang lain tampak melihatku dengan kekaguman. Itu adalah perasaan yang indah. Jadi, dalam pertemuan itu, semua orang pada dasarnya hanya mendengarkanku bicara. Bukan hanya itu, tetapi dalam pertemuan dan persekutuan, aku hampir tak pernah menceritakan keadaan negatifku atau contoh kegagalanku dalam memberitakan Injil. Aku merasa itu akan merusak citraku, jadi aku hanya menceritakan kesuksesanku. Semua orang mengira aku cakap memberitakan Injil setelah beberapa pertemuan, dan beberapa orang lain dalam tugas itu mulai mengandalkanku. Mereka selalu memintaku berbicara langsung dengan orang-orang yang sangat terjebak dalam gagasan mereka. Semua ini membuatku semakin bangga pada diriku sendiri, dan aku menikmati perasaan dihormati. Saat aku merasa sangat bangga pada diriku sendiri, aku dihadapkan dengan hajaran dan pendisiplinan Tuhan.

Aku mulai mengalami banyak hambatan dan tidak memperoleh hasil apa pun saat mengabarkan Injil. Kupikir dalam hatiku: "Aku selalu menyombongkan diri dan pamer dalam persekutuan dengan saudara-saudari, dan kini aku telah menjadi tidak efektif dalam mengabarkan Injil. Apakah Tuhan muak denganku dan menyembunyikan diri-Nya dariku?" Aku membuka diri kepada Zhengxin tentang keadaanku dan dia berkata, "Selama aku mengenalmu, kuperhatikan kau cenderung menyombongkan diri. Kau terus berbicara saat pemimpin ikut pertemuan kita. Kau menyelanya sebelum dia selesai berbicara, dan aku bahkan tak bisa bertanya. Aku merasa diriku begitu rendah setelah mendengar tentang semua pengalamanmu mengabarkan Injil dan betapa efektifnya dirimu dalam menyelesaikan masalah orang." Sementara dia berbicara, dia mulai menangis dan aku merasa sangat tidak enak. Aku tak pernah menyangka sikapku yang pamer telah sangat merugikannya. Bukankah itu melakukan kejahatan? Aku datang ke hadapan Tuhan untuk sungguh-sungguh merenungkan diriku sendiri, dan kemudian membaca firman Tuhan ini: "Setiap orang yang menempuh jalan antikristus meninggikan diri dan bersaksi tentang dirinya sendiri, mempromosikan dan memamerkan diri sendiri di setiap kesempatan, dan sama sekali tidak peduli tentang Tuhan. Pernahkah engkau mengalami hal-hal yang Aku bicarakan ini? Banyak orang terus-menerus bersaksi tentang diri mereka sendiri, berbicara tentang bagaimana mereka menderita ini dan itu, bagaimana mereka bekerja, bagaimana Tuhan menghargai mereka dan memercayakan beberapa pekerjaan tertentu, dan seperti apa mereka, dengan sengaja menggunakan nada tertentu sementara berbicara, dan menggunakan tata krama tertentu, hingga akhirnya beberapa orang mungkin akan mulai berpikir bahwa mereka adalah Tuhan. Roh Kudus telah lama meninggalkan mereka yang telah mencapai taraf ini, dan sekalipun mereka belum diberhentikan atau dikeluarkan, dan masih dibiarkan untuk melakukan pelayanan, nasib mereka sudah ditentukan dan mereka hanya tinggal menunggu hukuman mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Manusia Mengajukan Terlalu Banyak Tuntutan Terhadap Tuhan"). Penyingkapan firman Tuhan begitu menghunjam hatiku dan aku merasa sangat tidak enak. Aku sadar bahwa alasan aku selalu mengalami banyak hambatan dan tidak mampu merasakan bimbingan Tuhan adalah karena aku membuat Tuhan muak dengan kesombonganku. Watak Tuhan itu benar dan kudus! Aku merasa agak takut. Aku tahu jika terus seperti itu, Tuhan akan meninggalkan dan menyingkirkanku. Aku harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini.

Setelah itu, aku menemukan satu bagian firman Tuhan yang menyingkapkan orang-orang yang meninggikan diri mereka sendiri dan pamer. Tuhan berfirman: "Meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka dan memuja mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan, yaitu membuat orang meninggikan dan memuja mereka? Mereka bersaksi tentang berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak mereka telah mengorbankan diri, dan berapa harga yang telah mereka bayarkan. Mereka meninggikan diri dengan membicarakan modal mereka, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang akan menghargai, menghormati, mengagumi, dan bahkan memuja, menganggap penting dan mengikuti mereka. Untuk mencapai tujuan ini, orang melakukan banyak hal sehingga di luarnya mereka bersaksi tentang Tuhan, padahal pada dasarnya mereka meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri. Apakah bertindak seperti ini masuk akal? Mereka sama sekali tidak masuk akal dan tidak tahu malu, yang berarti, mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, bakat, pengalaman, keterampilan khusus, teknik-teknik cerdas mereka dalam berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang, dan sebagainya. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyamarkan dan menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan ketidakmampuan mereka dari orang-orang sehingga mereka hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan gereja selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri?" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Empat: Mereka Meninggikan dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri"). Bukankah aku sudah pamer dan meninggikan diri sama seperti yang Tuhan gambarkan? Dalam melaksanakan tugasku, aku pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain, bukannya memberi kesaksian tentang Tuhan dan meninggikan-Nya. Aku menggunakan pengalaman menginjilku seperti modal pribadi, berpikir aku cerdas dan fasih. Aku pamer dan berusaha menjadi pusat perhatian dalam setiap kesempatan. Saat mendapatkan keberhasilan dalam memberitakan Injil, aku sesumbar kepada Zhengxin tentang kemampuanku mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah, dan ketika aku melihatnya mengalami beberapa kegagalan, aku menceritakan semua pengalamanku kepadanya. Aku berpura-pura membantunya, padahal itu hanya untuk pamer dan memperlihatkan kemampuanku. Aku ingin dia berpikir aku lebih baik daripada dirinya, dan akibatnya, akhirnya dia merasa lebih rendah dariku dan menjadi negatif. Saat pemimpin datang ke pertemuan kami, aku selalu menyombongkan diri dan pamer, membesar-besarkan tentang betapa sulitnya masalah yang kuselesaikan untuk menonjolkan kemampuanku. Aku juga menyela pembicaraan orang dan mengubah pertemuan itu menjadi sesi ceramah pribadiku, terus-menerus berbicara tentang bagaimana aku telah memperoleh hasil dalam memberitakan Injil untuk menyoroti pencapaianku dan mendapatkan kekaguman orang lain. Aku benar-benar hina dan tak tahu malu! Karena aku selalu menyela dan pamer, aku merampas kesempatan saudara-saudariku untuk mencari dan mempersekutukan kebenaran. Akibatnya, masalah dan kesukaran mereka tidak segera diselesaikan. Aku benar-benar telah mengganggu pertemuan itu. Selain itu, karena aku hanya peduli untuk pamer, aku tidak berusaha merenungkan firman Tuhan dan mendengarkan pengalaman dan pengetahuan orang lain. Akibatnya, aku juga tidak mendapatkan apa pun dari pertemuan itu. Aku tahu aku punya banyak kesalahan dan kegagalan, tetapi aku takut merusak citraku di mata orang lain, jadi kututupi kekurangan dan kegagalan itu, hanya membicarakan kesuksesanku. Akibatnya, beberapa saudara-saudari mulai mengagumi dan mengandalkanku. Aku sedang membawa mereka ke hadapanku, dan aku bukan saja tidak takut, tetapi juga menikmatinya. Merenungkan perilakuku, aku sadar bahwa aku tidak berusaha melaksanakan tugasku dengan baik dan memuaskan Tuhan, tetapi hanya menipu dan memikat orang.

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini yang membantuku memahami natur dan esensiku. Firman Tuhan katakan: "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki tempat di hati orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menelaah natur mereka dari perilaku-perilaku ini. Seperti apakah natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, maka itu sudah cukup memperlihatkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki tempat di hati mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). Ini membuatku sadar bahwa terus-menerus membual adalah akibat dari dikendalikan oleh natur yang congkak. Aku suka perasaan dikagumi dan didukung sejak aku masih kecil—ada rasa gengsi dan kenikmatan—sehingga itu adalah sesuatu yang selalu kukejar dalam hidup. Aku terus melakukan itu bahkan setelah beriman, membual dan pamer setiap kali punya kesempatan. Aku menikmatinya dan merasa senang setiap kali melihat ekspresi kekaguman seseorang. Mengabarkan Injil adalah tanggung jawabku, tugasku, dan setiap keberhasilan adalah berkat bimbingan Tuhan. Namun, aku dikendalikan oleh naturku yang congkak, menggunakan bakat, pengalaman, dan sedikit hasil yang kuperoleh dalam pengabaran Injil sebagai modal pribadi. Aku merasa sangat dibutuhkan dan meremehkan orang lain. Aku juga memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyombongkan diri di depan saudara-saudariku, bagaimana aku telah berhasil memberitakan Injil, tetapi tidak pernah menyinggung kekurangan atau kegagalanku. Sebagai akibatnya, saudara-saudariku mulai mengandalkanku alih-alih mencari dan mengandalkan Tuhan. Tuhan seharusnya memiliki tempat kudus di dalam hati orang, tetapi aku membawa mereka ke hadapanku sendiri agar hanya ada ruang untukku di hati mereka. Bukankah aku sedang menentang Tuhan? Aku teringat Paulus pada Zaman Kasih Karunia, yang sangat congkak. Dia tidak pernah meninggikan atau bersaksi tentang Tuhan Yesus Kristus dalam surat-suratnya, dan tidak bersaksi tentang apa yang Tuhan Yesus lakukan bagi umat manusia. Dia hanya menyombongkan diri tentang bakat dan kualitas dirinya, memikat orang lain agar mengagumi dan mengikutinya. Dia bersaksi bahwa dia tidak kalah dengan rasul lainnya, dan akhirnya berkata dia hidup sebagai Kristus, yang sangat menyinggung watak Tuhan. Paulus selalu meninggikan diri, membuat orang lain memujanya, sampai-sampai selama 2.000 tahun, orang percaya memperlakukan perkataannya seperti firman Tuhan, sebagai dasar iman dan prinsip untuk diterapkan. Bagi mereka, perkataannya melampaui firman Tuhan, menjadikan Tuhan hanya simbol belaka. Paulus akhirnya menjadi antikristus utama dan dihukum oleh Tuhan. Bukankah aku sama seperti Paulus? Aku tidak meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan dalam tugasku, tetapi hanya pamer dan memikat hati orang. Bagaimana itu bisa disebut melaksanakan tugasku? Aku hanya mengurus urusanku sendiri. Pada saat itu, aku menjadi ngeri dengan tindakanku dan menyadari jika aku terus seperti ini akan sangat berbahaya. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku tidak mau hidup menentang-Mu dalam watakku yang rusak. Kumohon disiplinkan dan hajarlah aku jika pamer lagi. Tuhan, kumohon bimbinglah aku agar lebih mengenal diriku." Kemudian, aku menemukan bagian lain firman Tuhan di mana Dia menghakimi dan menyingkapkan umat manusia: "Jangan berpikir bahwa engkau memahami segalanya. Kukatakan kepadamu bahwa semua yang telah kaulihat dan alami tidak cukup bagimu untuk memahami bahkan seperseribu bagian saja dari rencana pengelolaan-Ku. Jadi mengapa engkau bertindak sedemikian sombongnya? Secuil bakat dan pengetahuan minim yang kaumiliki tidak cukup untuk Yesus pakai bahkan dalam satu detik pun dari pekerjaan-Nya! Seberapa banyakkah pengalaman yang sebenarnya kaumiliki? Apa yang telah kaulihat dan semua yang telah kaudengar di sepanjang hidupmu serta apa yang telah kaubayangkan jauh lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang Kulakukan sebentar saja! Sebaiknya engkau jangan suka mengkritik dan mencari-cari kesalahan. Engkau bisa bersikap congkak sesukamu, tetapi engkau tidak lebih daripada makhluk ciptaan yang bahkan tidak setara dengan semut! Yang mampu kautampung di dalam perutmu lebih sedikit daripada isi perut seekor semut! Jangan mengira, hanya karena engkau telah mendapatkan sedikit pengalaman dan senioritas, maka ini membuatmu berhak untuk menggerakkan tanganmu dengan pongah dan bicara muluk-muluk. Bukankah pengalaman dan senioritasmu adalah hasil dari firman yang telah Kuucapkan? Apakah engkau menganggap bahwa semua itu adalah imbalan untuk kerja keras dan usahamu sendiri? Saat ini, engkau melihat bahwa Aku telah menjadi daging, dan mengenai hal ini saja, engkau dipenuhi dengan banyak pemahaman di dalam dirimu, dan dari situ ada gagasan yang tiada akhir. Jika bukan karena inkarnasi-Ku, bahkan seandainya engkau memiliki bakat yang luar biasa, engkau tidak akan memiliki begitu banyak pemahaman; dan bukankah dari pemahaman-pemahaman inilah semua gagasanmu muncul?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kedua Inkarnasi Melengkapi Signifikansi Inkarnasi"). Aku tidak memiliki kenyataan kebenaran dan hanya mampu mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin. Setelah hanya mendapatkan sedikit pengalaman dan melakukan sedikit pekerjaan, aku segera meremehkan orang lain, bahkan Tuhan. Aku mencuri kemuliaan Tuhan, sangat congkak dan bahkan sama sekali tak bernalar. Saat memberitakan Injil, aku sebenarnya tahu betul bahwa Tuhanlah yang menopang pekerjaan-Nya sendiri. Terkadang seseorang akan mengajukan pertanyaan yang tidak kuketahui bagaimana menjawabnya, jadi aku berdoa kepada Tuhan dan bersandar pada-Nya. Lalu, jawabannya selalu datang kepadaku dan aku akan tahu cara menangani masalah melalui pencerahan Roh Kudus. Terkadang aku bahkan tak perlu banyak bicara, hanya membacakan satu bagian firman Tuhan, tetapi orang-orang selalu terjamah, mengenali suara Tuhan, dan siap mencari dan menerima pekerjaan-Nya pada akhir zaman. Semua itu dicapai oleh firman Tuhan; Dialah yang menjamah hati orang. Suatu kali, aku memberitakan Injil kepada saudara laki-laki dari seorang saudari di gereja. Cukup banyak orang yang telah bersekutu dengan dia sebelumnya, tetapi dia dibatasi gagasannya dan tidak mau mencari dan menyelidiki. Aku tidak merasa terlalu percaya diri, tetapi hanya mempersiapkan sedikit berdasarkan pengalamanku sebelumnya. Saat berbicara dengannya tentang hal-hal yang telah kupersiapkan, dia bukan saja tidak bereaksi positif, dia malah mengutarakan lebih banyak gagasan yang dimilikinya. Aku tidak tahu bagaimana harus bersekutu dengannya, jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan menggerakkan dan mencerahkan dirinya. Aku hanya memperlihatkan video kesaksian dan tidak banyak bersekutu dengannya, tetapi dia sangat terjamah oleh persekutuan dalam video itu dan mau menyelidiki pekerjaan baru Tuhan. Aku sangat terkejut: dia berubah total hanya dalam waktu kurang dari 30 menit. Aku tahu itu bukan karena aku bersekutu dengan baik, tetapi karena Tuhan telah menjamahnya. Saat motifku dalam tugas salah, sebaik apa pun aku berbicara, tak seorang pun mau menerima Injil. Pengalamanku memperlihatkan kepadaku bahwa dalam tugasku, firman Tuhan dan pekerjaan Roh Kudus memainkan peran yang menentukan, bakat dan kualitasku hanya pendukung. Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya. Umat pilihan Tuhan mengenali suara-Nya dalam firman-Nya dan ingin menyelidiki jalan yang benar. Jika bukan umat pilihan Tuhan, sebanyak apa pun persekutuan, takkan membuat perbedaan apa pun. Bahkan tanpa bakat atau kualitas yang baik pun, jika hati orang berada di tempat yang benar dan benar-benar mencari dan mengandalkan Tuhan, mereka bisa mendapatkan bimbingan-Nya, dan mereka juga akan berhasil dalam tugas-tugas mereka. Namun, aku buta akan fakta ini, tidak memiliki sedikit pun pengenalan akan pekerjaan Roh Kudus, dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Aku memberikan diriku semua kemuliaan untuk pencapaian sekecil apa pun, menggunakannya sebagai alasan untuk menyombongkan diri. Aku sungguh tak tahu malu. Mengingat kembali bagaimana aku telah pamer, aku merasa sangat hina dan malu. Aku sangat bodoh, secara membabi buta berpura-pura dan menyingkapkan keadaanku yang menyedihkan tanpa sedikit pun kesadaran diri. Jika aku tidak diperhadapkan dengan situasi yang sulit saat memberitakan Injil, dan jika saudariku tidak memangkasku, aku pasti tetap mati rasa, tidak mengenal diriku sendiri. Menyadari hal ini, aku berdoa kepada Tuhan, mau bertobat, berhenti meninggikan diri dan pamer.

Lalu, aku secara sadar mencari bagaimana aku harus melakukan penerapan untuk meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan. Aku membaca satu bagian firman Tuhan yang berkata: "Ketika bersaksi bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, dan ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah kauperlihatkan dalam pengalamanmu, berapa banyak engkau telah menderita, berapa banyak hal yang kaulakukan yang menentang Tuhan, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan. Berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus memberikan kesaksian tentang Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Dengan cara inilah engkau harus mengalaminya. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu, dan berbicaralah lebih banyak dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa cara meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan adalah dengan bersaksi tentang pekerjaan-Nya dan watak-Nya, membicarakan kerusakan dan pemberontakan kita sendiri, dan bagaimana kita telah mengenal diri kita sendiri melalui penghakiman dan hajaran firman-Nya. Barulah orang lain bisa datang untuk mulai melihat kebenaran Tuhan serta kasih dan keselamatan-Nya bagi kita. Namun, aku hanya membicarakan keberhasilanku memberitakan Injil, hampir tidak pernah membicarakan kerusakan yang kusingkapkan atau bagaimana aku menentang dan memberontak terhadap Tuhan. Sebagai akibatnya, orang-orang mulai mengagumiku dan bersandar kepadaku. Aku harus memperlihatkan diriku yang sebenarnya, menyingkapkan bagaimana aku meninggikan diri dan pamer dan bagaimana Tuhan telah menghajar dan mendisiplinkanku untuk membimbingku mengenal diriku sendiri. Aku juga harus menceritakan pergumulan dan kekuranganku dalam memberitakan Injil, dan menceritakan bagaimana Roh Kudus membimbingku. Aku harus mempersekutukan semua itu agar yang lain bisa melihatku dengan jelas dan juga melihat bagaimana Tuhan bekerja. Lalu, mereka akan punya iman untuk bersandar dan mencari Tuhan dalam tugas mereka dan mendapatkan bimbingan-Nya. Saat aku membuka diri seperti itu, semua orang sadar sesungguhnya tidak ada Tuhan dalam hati mereka. Mereka mau berubah, bersandar kepada Tuhan dalam tugas mereka.

Setelah itu, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Tuhan adalah Sang Pencipta, dan identitas serta status-Nya adalah yang tertinggi. Tuhan memiliki otoritas, hikmat, dan kuasa, dan Dia memiliki watak-Nya sendiri, kepunyaan-Nya dan keberadaan-Nya. Adakah orang yang tahu sudah berapa tahun Tuhan melakukan pekerjaan-Nya di tengah manusia dan segala ciptaan? Tak seorang pun tahu sudah berapa tahun tepatnya Tuhan bekerja dan mengelola semua manusia; tak seorang pun mampu mengetahui angka pastinya, dan Tuhan tidak melaporkan hal-hal ini kepada manusia. Sebaliknya, jika Iblis melakukan sesuatu seperti ini, akankah dia melaporkannya? Dia pasti akan melaporkannya. Dia ingin memamerkan dirinya untuk menyesatkan lebih banyak orang dan membuat lebih banyak orang menyadari kontribusi dirinya. Mengapa Tuhan tidak melaporkan hal-hal ini? Karena terdapat aspek kerendahhatian dan ketersembunyian dalam esensi Tuhan. Apa kebalikan sikap rendah hati dan tersembunyi? Kebalikannya adalah sikap yang congkak dan memamerkan diri. ... Tuhan menuntut manusia untuk menjadi kesaksian bagi-Nya, tetapi pernahkah Dia mempersaksikan diri-Nya sendiri? (Tidak.) Sedangkan Iblis, dia takut orang tidak mengetahui hal terkecil sekalipun yang dia lakukan. Sama halnya dengan antikristus: antikristus pun menyombongkan setiap hal kecil yang mereka lakukan di depan semua orang. Mendengar mereka, sepertinya mereka sedang bersaksi bagi Tuhan—tetapi jika engkau mendengarkan dengan saksama, engkau akan mendapati bahwa mereka tidak sedang bersaksi bagi Tuhan, melainkan sedang pamer, membesarkan diri mereka sendiri. Niat dan esensi di balik apa yang mereka katakan adalah untuk bersaing dengan Tuhan demi mendapatkan umat pilihan-Nya, dan demi status. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, sedangkan Iblis memamerkan dirinya sendiri. Apakah ada perbedaan di antara keduanya? Memamerkan diri versus kerendahhatian dan ketersembunyian: yang mana yang merupakan hal positif? (Kerendahhatian dan ketersembunyian.) Bisakah Iblis digambarkan sebagai sosok yang rendah hati? (Tidak.) Mengapa? Dinilai dari esensi natur jahat dirinya, Iblis adalah sampah yang tidak berguna; adalah hal yang tidak normal bagi Iblis jika dia tidak memamerkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin Iblis disebut makhluk yang 'rendah hati'? 'Kerendahhatian' mengacu pada Tuhan. Identitas, esensi, dan watak Tuhan itu mulia dan terhormat, tetapi Dia tidak pernah pamer. Tuhan itu rendah hati dan tersembunyi, jadi manusia tidak melihat apa yang telah Dia lakukan, tetapi meskipun Dia bekerja dalam ketidakjelasan seperti itu, umat manusia tak henti-hentinya dibekali, dipelihara, dan dibimbing—dan semua ini diatur oleh Tuhan. Bukankah karena ketersembunyian dan kerendahhatian inilah hingga Tuhan tidak pernah mengumumkan hal-hal ini, tidak pernah menyebutkannya? Tuhan itu rendah hati justru karena Dia mampu melakukan hal-hal ini tetapi tidak pernah mengumumkan, dan tidak memperdebatkannya dengan manusia. Apa hakmu untuk berbicara tentang kerendahhatian padahal engkau tidak mampu melakukan hal-hal semacam itu? Engkau tidak melakukan satu pun dari hal-hal tersebut, tetapi bersikeras menuntut pujian untuk itu—ini disebut bersikap tidak tahu malu. Dalam membimbing umat manusia, Tuhan melakukan pekerjaan yang begitu besar, dan Dia memimpin seluruh alam semesta. Otoritas dan kuasa-Nya begitu besar, tetapi Dia tidak pernah berkata, 'Kuasa-Ku luar biasa.' Dia tetap tersembunyi di antara segala sesuatu, mengendalikan segalanya, memelihara dan membekali umat manusia, memungkinkan seluruh umat manusia untuk terus berlanjut dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, lihatlah udara dan sinar matahari, atau semua hal materiel yang diperlukan untuk keberadaan manusia di bumi—semuanya mengalir tanpa henti. Bahwa Tuhan membekali manusia, itu tidak diragukan lagi. Jika Iblis melakukan sesuatu yang baik, apakah dia akan diam saja, dan membiarkan perbuatannya tersebut tidak dipuji? Tidak akan pernah. Sama seperti beberapa antikristus di gereja yang sebelumnya pernah melakukan pekerjaan berbahaya, yang meninggalkan segala sesuatu dan menanggung penderitaan, yang bahkan mungkin sampai masuk penjara; ada juga beberapa orang yang pernah berkontribusi pada satu aspek pekerjaan rumah Tuhan. Mereka tidak pernah melupakan hal-hal ini, mereka pikir mereka pantas mendapatkan pujian seumur hidup, mereka pikir semua ini adalah modal seumur hidup mereka—yang memperlihatkan betapa kecilnya manusia! Manusia benar-benar kecil, dan Iblis tidak tahu malu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Tujuh: Mereka Jahat, Berbahaya, dan Licik (Bagian Dua)"). Aku tersentuh oleh kerendahhatian dan ketersembunyian Tuhan. Ketika aku membandingkan sikap-Nya dengan sikapku, aku menjadi sangat malu. Tuhan begitu agung, tetapi Dia tetap mengalami penderitaan dan penghinaan yang begitu besar ketika menjadi daging dan datang ke bumi, mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia. Sehebat apa pun pekerjaan-Nya atau sebanyak apa pun kebenaran yang Dia ungkapkan, Dia tidak pernah menyombongkan diri. Dia hanya secara diam-diam membekali dan menyelamatkan umat manusia. Esensi Tuhan sangat indah. Namun, aku yang hanya setitik debu dan telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis, sama sekali tidak istimewa, tetapi aku sangat ingin dikagumi. Aku menyombongkan setiap hal kecil yang kulakukan, khawatir orang lain tidak akan melihatnya. Meskipun jelas semua ini adalah pekerjaan yang Tuhan lakukan dan aku hanya bekerja sama sedikit, aku tetap tanpa tahu malu berusaha mencuri kemuliaan Tuhan, selalu saja pamer. Makin kupikirkan, makin aku merasa hina dan tercela—itu sangat menjijikkan bagi Tuhan. Aku tidak mau lagi menjadi orang seperti itu.

Dalam pertemuan setelah itu, aku dengan sengaja meninggikan dan bersaksi tentang Tuhan, lebih banyak membicarakan kerusakan dan pemberontakanku, niat hina mana yang menyebabkan kegagalanku, dan tentang bagaimana Tuhan telah mendisiplinkan dan membimbingku untuk memahami prinsip dan mendapatkan jalan penerapan. Ini memungkinkan saudara-saudari untuk belajar dari kegagalanku dan mengenali watak benar dan keselamatan Tuhan. Terkadang, aku masih punya sedikit keinginan untuk pamer, tetapi setelah menyadari hal itu, aku berdoa dan segera menyangkali diriku. Aku merasa jauh lebih baik setelah menerapkan itu. Karena kasih dan keselamatan Tuhan-lah, aku bisa mengalami perubahan ini.

Sebelumnya: 67. Setelah Pengusiran Ayahku

Selanjutnya: 69. Mengapa Aku Tidak Mau Memikul Beban?

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

54. Peperangan Rohani

Oleh Saudara Yang Zhi, AmerikaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Sejak manusia percaya kepada Tuhan, mereka telah menyimpan banyak niat yang...

49. Cara Hidup yang Luar Biasa

Oleh Saudari Xun Qiu, JepangSaat kecil, aku diajari untuk tidak berterus terang kepada orang lain, dan jangan pernah "membuat masalah"....

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini