2. Iman: Sumber Kekuatan

Oleh Saudara Randy, Myanmar

Pada bulan Agustus 2020, aku menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman secara online. Saudara-saudari mempersekutukan banyak kebenaran kepadaku, seperti tentang bagaimana Tuhan datang kembali, bagaimana mendengarkan suara Tuhan dan menyambut Tuhan, cara membedakan Kristus yang asli dari yang palsu, misteri rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun, dan aspek-aspek kebenaran lain tentang visi. Aku juga membaca banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah mempelajarinya selama dua bulan, aku mengerti bahwa firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah kebenaran, bahwa firman ini membuka kunci misteri-misteri dalam Alkitab, dan aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Dengan gembira aku menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku tidak sabar memberi tahu keluargaku kabar baik tentang kedatangan Tuhan kembali untuk membawa mereka semua ke hadapan Tuhan. Namun, sebelum dapat membagikan Injil kepada mereka, aku diberi tahu bahwa aku harus kembali bergabung dengan ketentaraan.

Aku membagikan Injil kepada istri dan ibuku di kemudian hari, lewat telepon. Suatu hari, aku dan istriku sedang membicarakan cara menyambut Tuhan, dan dia bertanya kepadaku, "Apakah yang kaupercayai ini adalah Kilat dari Timur? Pendeta bilang orang-orang itu meninggalkan keluarga mereka. Kau harus melepaskan imanmu ini." Mendengarnya mengatakan ini membuatku kesal dan marah. Kukatakan kepadanya, "Jangan bodoh. Bagaimana kau bisa begitu saja memercayai perkataan pendeta? Apa ada dasar faktual dia bisa mengatakan itu? Sudah empat bulan aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Apa aku meninggalkanmu? Apa aku tidak memedulikan keluarga? Aku hanya tahu PKT membabi buta menangkap dan menganiaya orang percaya, membuat banyak saudara-saudari kesulitan untuk pulang ke rumah dan bahkan menghancurkan banyak keluarga orang percaya. Bagaimana pendeta bisa memutarbalikkan fakta dengan berkata saudara-saudari tidak menginginkan keluarga mereka? Semua itu kebohongan. Kau tidak boleh secara membabi buta mendengarkan rumor dan perkataan setan yang mereka ucapkan." Kulanjutkan dengan berkata, "Orang yang bernalar seharusnya mempelajari bahasan tentang kedatangan Tuhan dan lihat apakah firman yang dinyatakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa adalah suara Tuhan. Tuhan Yesus juga berfirman: 'Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku' (Yohanes 10:27). Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya, jadi kita harus menyelidiki apa pun tentang kedatangan kembali Tuhan dan mendengarkan suara-Nya agar kita dapat menyambut Dia. Firman Tuhan adalah kebenaran—semua itu kuat dan berwibawa. Firman Tuhan tidak mungkin berasal dari manusia mana pun. Aku telah meyakini bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali karena aku telah mengerti bahwa semua firman-Nya adalah kebenaran, bahwa itu adalah suara Tuhan." Namun dia tak mau mendengarkan sama sekali. Aku hanya bisa menutup telepon. Aku meneleponnya lagi beberapa minggu kemudian, tetapi dia langsung mematikan teleponnya dan tidak mau menjawabku. Lalu, begitu waktu pertemuan malam tiba, dia mulai meneleponku berkali-kali. Aku tidak bisa tenang dalam pertemuan atau mendapatkan pencerahan dari firman Tuhan karena aku diganggu olehnya. Aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku melewati situasi ini. Setelah berdoa, kupikir meskipun aku belum memahami kehendak Tuhan dalam masalah ini, aku harus beriman. Aku tidak boleh dibatasi oleh hal-hal ini, dan harus fokus pada pertemuan. Aku sedikit lebih tenang setelahnya. Suatu hari, tanpa kuduga, istriku tiba-tiba menelepon dan berkata, "Kau membeli ponsel untuk mendengarkan khotbah Kilat dari Timur, tetapi sekarang putra kita sakit dan kita tak punya uang lagi untuk pengobatannya. Kau seharusnya memikirkan anak kita." Aku mengerti dengan jelas dia mengatakan itu hanya karena tidak ingin aku percaya kepada Tuhan. Pada kenyataannya, kami bisa meminjam uang jika membutuhkannya, dan hal yang wajar jika anak-anak sakit. Anakku bisa sakit entah aku orang percaya atau bukan. Aku juga ingin yang terbaik untuknya. Bagaimana istriku bisa salah paham terhadapku seperti itu? Melihatnya memakai penyakit anak kami sebagai alasan menjauhkanku dari imanku membuatku sangat sedih. Sebelum aku bisa mengatakan apa pun, dia melanjutkan, "Jika kau tetap percaya, kita mungkin bukan lagi keluarga nantinya." Mendengar istriku mengatakan ini sungguh menyayat hatiku. Apakah dia benar-benar ingin bercerai padahal anak kami masih sangat kecil? Perasaanku tidak enak dan langsung menutup telepon tanpa mengatakan apa pun. Namun, perkataannya terus menggangguku dan aku tak tahan untuk mulai mengeluh: mengapa Tuhan tidak melindungi kesehatan putra kami dan keharmonisan keluarga kami?

Selama beberapa waktu, aku tidak bisa menenangkan diri di hadapan Tuhan dalam pertemuan dan tidak mendapat pencerahan untuk mempersekutukan firman Tuhan. Jadi aku berdoa kepada Tuhan: "Tuhan, tingkat pertumbuhanku kecil. Aku merasa negatif dan lemah sejak istriku mengatakan hal-hal itu. Kumohon sertailah aku dan bimbinglah aku untuk memahami kehendak-Mu." Malam itu aku membaca sebuah bagian firman Tuhan: "Sementara mengalami ujian, normal bagi manusia untuk merasa lemah, atau memiliki kenegatifan dalam diri mereka, atau kurang memiliki kejelasan tentang maksud Tuhan atau jalan penerapan mereka. Namun dalam hal apa pun, engkau harus memiliki iman dalam pekerjaan Tuhan, dan seperti Ayub, jangan menyangkal Tuhan. Walaupun Ayub lemah dan mengutuki hari kelahirannya sendiri, dia tidak menyangkal bahwa segala sesuatu dalam hidup manusia dikaruniakan oleh Yahweh dan Yahweh-lah juga yang bisa mengambil semuanya itu. Apa pun ujian yang dihadapinya, dia tetap mempertahankan keyakinannya ini. Dalam pengalamanmu, pemurnian apa pun yang engkau alami melalui firman Tuhan, yang Tuhan kehendaki dari manusia, singkatnya, adalah iman mereka dan hati mereka yang mengasihi Tuhan. Yang Dia sempurnakan dengan bekerja dengan cara ini adalah iman, kasih dan aspirasi manusia. Tuhan melakukan pekerjaan penyempurnaan dalam diri manusia, dan mereka tidak bisa melihatnya, tidak bisa merasakannya; dalam situasi inilah imanmu dibutuhkan. Iman manusia dibutuhkan ketika sesuatu tidak bisa terlihat oleh mata telanjang, dan imanmu dibutuhkan ketika engkau tidak bisa melepaskan gagasanmu sendiri. Ketika engkau tidak mengerti pekerjaan Tuhan, yang dibutuhkan darimu adalah memiliki iman dan engkau harus berdiri teguh dan tetap teguh dalam kesaksianmu. Ketika Ayub mencapai titik ini, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara kepadanya. Artinya, hanya dari dalam imanmulah, engkau akan bisa melihat Tuhan, dan ketika engkau memiliki iman, Tuhan akan menyempurnakanmu. Tanpa iman, Dia tidak bisa melakukan ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa jalan iman dan jalan masuk ke dalam kerajaan-Nya tidak selalu mulus. Ada segala macam kesukaran dan ujian, banyak hal yang tidak kita sukai juga akan terjadi. Namun, kita harus melewati semua ini untuk menyingkapkan apakah kita beriman kepada Tuhan, dan apakah kita mampu menjadi kesaksian yang berkumandang bagi Dia. Mengingat kembali saat istriku pertama kali menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku beriman untuk terus bersaksi kepadanya. Namun, saat dia mulai mengancam cerai dan anak kami sakit, aku tak tahan untuk mulai mengeluh. Aku merasa Tuhan tidak melindungi keharmonisan keluargaku, atau melindungi anakku dari penyakit. Aku sadar aku tidak punya iman sejati kepada Tuhan. Begitu terjadi hal-hal yang tidak kuinginkan, aku pun mulai menyalahkan Tuhan—bagaimana itu bisa disebut kesaksian? Aku lalu mulai bertanya-tanya: mengapa aku kehilangan iman kepada Tuhan saat sesuatu terjadi pada keluargaku? Mengapa aku tak bisa menahan diri menyalahkan Dia?

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan yang membuatku sedikit memahami pandanganku yang keliru tentang pengejaran dalam imanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sekarang ini, engkau tidak percaya pada firman yang Kuucapkan, dan engkau tidak menghiraukannya; ketika tiba saatnya pekerjaan ini disebarluaskan, dan engkau menyaksikan seluruhnya, engkau akan menyesal, dan saat itulah engkau akan tercengang. Ada berbagai berkat, tetapi engkau tidak tahu cara menikmatinya, dan ada kebenaran, tetapi engkau tidak mengejarnya. Bukankah engkau menghina dirimu sendiri? Sekarang ini, sekalipun langkah pekerjaan Tuhan berikutnya belum dimulai, tidak ada tuntutan tambahan yang diminta darimu dan apa yang harus kauhidupi. Ada begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kebenaran; apakah semua itu tidak layak engkau ketahui? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membangkitkan rohmu? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membuatmu membenci diri sendiri? Apakah engkau puas hidup di bawah pengaruh Iblis, dengan kedamaian dan sukacita, dan sedikit kenyamanan daging? Bukankah engkau yang paling hina dari semua orang? Tidak ada yang lebih bodoh selain mereka yang telah melihat keselamatan tetapi tidak berupaya mendapatkannya; mereka inilah orang-orang yang mengenyangkan daging mereka sendiri dan menikmati Iblis. Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga! ... Hal yang engkau kejar adalah agar bisa memperoleh kedamaian setelah percaya kepada Tuhan, agar anak-anakmu bebas dari penyakit, suamimu memiliki pekerjaan yang baik, putramu menemukan istri yang baik, putrimu mendapatkan suami yang layak, lembu dan kudamu dapat membajak tanah dengan baik, cuaca bagus selama satu tahun untuk hasil panenmu. Inilah yang engkau cari. Pengejaranmu hanyalah untuk hidup dalam kenyamanan, supaya tidak ada kecelakaan menimpa keluargamu, angin badai berlalu darimu, wajahmu tak tersentuh oleh debu pasir, hasil panen keluargamu tidak dilanda banjir, terhindar dari bencana, hidup dalam dekapan Tuhan, hidup dalam sarang yang nyaman. Seorang pengecut sepertimu, yang selalu mengejar daging—apa engkau punya hati, apa engkau punya roh? Bukankah engkau adalah binatang buas? Aku memberimu jalan yang benar tanpa meminta imbalan apa pun, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau salah satu dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Aku memberikan kehidupan manusia yang nyata kepadamu, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau tidak ada bedanya dari babi atau anjing? Babi tidak mengejar kehidupan manusia, mereka tidak berupaya supaya ditahirkan, dan mereka tidak mengerti makna hidup. Setiap hari, setelah makan sampai kenyang, mereka hanya tidur. Aku telah memberimu jalan yang benar, tetapi engkau belum mendapatkannya. Tanganmu kosong. Apakah engkau bersedia melanjutkan kehidupan ini, kehidupan seekor babi? Apa pentingnya orang-orang seperti itu hidup? Hidupmu hina dan tercela, engkau hidup di tengah-tengah kecemaran dan kecabulan, dan tidak mengejar tujuan apa pun; bukankah hidupmu paling tercela? Apakah engkau masih berani memandang Tuhan? Jika engkau terus mengalami dengan cara demikian, bukankah engkau tidak akan memperoleh apa-apa? Jalan yang benar telah diberikan kepadamu, tetapi apakah pada akhirnya engkau dapat memperolehnya, itu tergantung pada pengejaran pribadimu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Dari firman Tuhan aku mengerti bahwa tujuan dan sudut pandangku dalam beriman keliru, bahwa tujuanku bukanlah untuk mengejar kebenaran, tetapi agar keluargaku baik dan aman, dan agar hidup kami mudah. Aku hanya ingin hidup dalam pelukan Tuhan dan menikmati kasih karunia-Nya. Saat menerima kasih karunia-Nya, aku beriman untuk mengikuti Dia, tetapi saat ada masalah di rumah, dan saat anakku sakit, aku menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi keluargaku. Aku kehilangan imanku, dan bahkan merasa diperlakukan tidak adil karena apa yang terjadi pada diriku, merasa Tuhan seharusnya memberkatiku karena imanku, dan menjagaku agar tidak menghadapi hal-hal semacam ini. Lalu, aku sadar bahwa imanku hanyalah agar menerima berkat dan sama sekali tidak kuat menghadapi ujian. Memiliki iman dan menyembah Tuhan adalah benar dan wajar. Itu seperti anak yang berbakti kepada orang tuanya—kita tidak boleh bertransaksi dengan Tuhan. Namun, aku selalu berusaha mendapatkan sesuatu dari Tuhan, mendapatkan kasih karunia-Nya. Aku tidak punya hati nurani atau nalar. Bukankah aku persis seperti orang yang Tuhan bicarakan—tanpa hati ataupun roh? Bagaimana mungkin iman seperti itu sejalan dengan kehendak-Nya? Saat itu, aku sadar bahwa semua hal yang tidak kuingini ini terjadi atas izin Tuhan. Melewati semua ini menyingkapkan sudut pandangku yang keliru tentang iman, memungkinkanku untuk merenungkan dan mengenal diriku melalui firman Tuhan, mengubah gagasanku yang keliru, dan mendapatkan iman yang sejati kepada Tuhan. Itu adalah penyucian dan penyelamatan Tuhan bagiku. Aku memperoleh iman setelah aku memahami kehendak Tuhan. Aku tidak ingin terus mengejar kedamaian keluarga, kasih karunia dan berkat. Aku harus tetap menghadiri pertemuan. Aku bertekad apa pun yang terjadi di masa depan, aku akan selalu mengejar kebenaran.

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan selama waktu teduhku: "Apa maksud kata 'iman'? Iman adalah kepercayaan yang sejati dan hati yang tulus yang harus manusia miliki ketika mereka tidak bisa melihat atau menyentuh sesuatu, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, ketika itu di luar jangkauan manusia. Inilah iman yang Aku maksudkan. Manusia membutuhkan iman selama masa-masa sulit dan selama pemurnian, dan iman adalah sesuatu yang diikuti oleh pemurnian; pemurnian dan iman tidak bisa terpisahkan. Bagaimana pun cara Tuhan bekerja, dan dalam lingkungan seperti apa pun engkau, engkau mampu mengejar kehidupan, dan mencari kebenaran, serta mencari pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, dan memiliki pemahaman tentang tindakan-tindakan-Nya, dan engkau mampu bertindak sesuai kebenaran. Melakukan semua itu adalah arti memiliki iman yang sejati, dan menunjukkan bahwa engkau belum kehilangan iman kepada Tuhan. Engkau hanya dapat memiliki iman yang sejati kepada Tuhan jika engkau mampu untuk teguh mengejar kebenaran melalui pemurnian, jika engkau mampu benar-benar mengasihi Tuhan dan tidak mengembangkan keraguan tentang Dia, jika apa pun yang Dia lakukan, engkau tetap melakukan kebenaran untuk memuaskan-Nya, dan jika engkau mampu mencari maksud-Nya secara mendalam dan memikirkan maksud-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Aku belajar dari firman Tuhan bahwa entah suatu keadaan sesuai dengan keinginan kita atau tidak, kita tak boleh meragukan atau menyalahkan Tuhan. Kita harus mencari kehendak Tuhan, berdiri di pihak-Nya, dan melakukan penerapam sesuai firman-Nya. Kita harus mampu mengikut Tuhan dan menerapkan kebenaran untuk memuaskan Dia, sebanyak apa pun kita menderita. Hanya inilah iman yang sejati itu. Pemahaman ini memberiku jalan penerapan dan iman untuk mengikuti Tuhan.

Suatu hari, aku menelepon ibuku dan bertanya apakah istriku baik-baik saja. Dia berkata, "Istrimu lebih banyak berada di rumah orang tuanya dan tidak mengurus rumah. Dia tampak sangat berbeda." Ibu juga mengatakan kepadaku, "Pendeta bilang kau menempuh jalan yang salah, imanmu kepada Tuhan Yang Mahakuasa adalah pengkhianatan terhadap Tuhan Yesus. Dia menyuruhku membawamu kembali ke gereja dan melepaskan Kilat dari Timur." Aku sangat marah saat mendengarnya dan kupikir: "Mengapa para pendeta mengucapkan perkataan itu? Rumor bohong merekalah yang membuat istriku menentang imanku kepada Tuhan. Tak akan kubiarkan mereka mengekangku. Aku tidak akan mendengarkan mereka, apa pun yang mereka katakan." Setelah memikirkannya, aku mendesak ibuku, "Jangan dengarkan kata-kata pendeta itu. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengucapkan begitu banyak kebenaran, dan suara-Nya adalah suara Tuhan itu sendiri. Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Dia dan Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sama, jadi imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa bukan pengkhianatan terhadap Tuhan Yesus. Imanku adalah mengikuti jejak langkah Anak Domba dan menyambut kedatangan Tuhan." Setelah ini, ibu tidak mengatakan apa pun.

Lalu suatu malam, aku menelepon istriku. Dia berkata dengan marah, "Mengapa kau meneleponku? Kupikir kau tidak mau lagi punya keluarga. Buat pilihan. Pilih Kilat dari Timur atau keluarga kita? Tidak apa jika tidak memikirkanku, tetapi kau harus pikirkan anak kita. Usianya baru delapan bulan." Mendengar istriku mengatakan ini sungguh membuatku sedih. Kupikir: "Aku hanya menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa. Aku berada di jalan yang benar. Aku tak pernah berkata tidak menginginkan keluarga kami atau tidak memedulikan dia dan putra kami. Mengapa dia memaksaku membuat pilihan ini?" Lalu, aku sadar, "Dia tidak tahu apa arti beriman kepada Tuhan dan tidak mau mendengar apa pun yang kukatakan. Namun memaksaku melepaskan imanku tidaklah mungkin. Aku sudah yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, jadi aku tahu akan terus mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa apa pun yang dia katakan." Saat menyadari aku tidak menjawab, dia hanya menutup telepon. Meskipun pada saat itu, hal-hal yang istriku katakan menggangguku, aku tahu aku tak boleh mengeluh dan menyalahkan Tuhan seperti sebelumnya. Aku harus punya iman, mengandalkan Tuhan untuk melewati semua ini. Lalu, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan berjudul "Engkau Harus Tinggalkan Semua demi Kebenaran":

1  Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, engkau harus mengabdikan diri kepada kebenaran, engkau harus menanggung penghinaan demi kebenaran, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kehidupan keluarga yang damai, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas hidupmu demi kesenangan sesaat.

2  Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"

Firman Tuhan menguatkan imanku. Aku tahu sebagai orang percaya, mengejar kebenaran adalah satu-satunya cara hidup yang bermakna dan aku tahu aku tak boleh kehilangan iman karena masalah di rumah atau ketidaknyamanan daging. Tidak punya iman dan tidak menyembah Tuhan adalah kehidupan tanpa makna atau nilai. Aku tak boleh dikekang oleh keluargaku. Keluargaku dan kesehatan anakku semuanya ada di tangan Tuhan, jadi aku harus memercayakan hal-hal ini kepada Tuhan, dan tunduk pada kedaulatan dan pengaturan-Nya. Aku harus mengejar kebenaran dan melakukan tugasku sebaik mungkin.

Beberapa waktu kemudian, aku harus kembali ke rumah untuk memperbarui KTP-ku karena hampir habis masa berlakunya. Aku sangat senang karena merasa ini kesempatan bagus untuk membagikan Injil kepada keluargaku. Namun, aku juga khawatir, karena istri dan ibuku keduanya menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan semua orang di kampung halamanku tahu bahwa aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Jika pendeta setempat tahu aku pulang, mereka pasti akan berusaha menghalangiku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi begitu aku pulang. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin membagikan Injil kepada keluargaku saat pulang, tetapi para pendeta ikut campur dan keluargaku menentangku. Aku khawatir mereka tidak akan mendengarkan persekutuanku. Tuhan, sertailah aku dan bukakanlah jalan bagiku." Kemudian aku mendengar lagu pujian dari firman Tuhan "Ikutilah Firman Tuhan dan Engkau Tidak Akan Tersesat":

............

2  Dalam setiap orang, peristiwa, dan hal yang engkau hadapi, firman Tuhan akan tampak padamu setiap waktu, membimbingmu bertindak sesuai maksud-Nya dan mengikuti firman-Nya dalam setiap hal yang kaulakukan. Firman Tuhan akan memimpinmu dalam setiap tindakanmu; engkau tidak akan menyimpang, dan engkau akan mampu hidup dalam terang yang baru, bahkan dengan pencerahan yang semakin lama semakin baru. Engkau tidak bisa menggunakan gagasan manusia untuk memikirkan apa yang harus dilakukan; engkau harus tunduk pada bimbingan firman Tuhan, memiliki hati yang jernih, tenang di hadapan Tuhan dan lebih banyak merenung. Jangan khawatirkan solusi tentang apa yang engkau tidak mengerti, bawalah masalah tersebut ke hadapan Tuhan lebih sering lagi dan persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya.

3  Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa! Engkau harus memiliki aspirasi yang besar tentang Tuhan, dengan lapar mencari Dia sambil menolak alasan, niat, dan tipuan Iblis. Jangan putus asa. Jangan menjadi lemah. Carilah Dia dengan segenap hatimu, nantikanlah Dia dengan segenap hatimu. Bekerja samalah secara aktif dengan Tuhan dan singkirkan penghalang dalam batinmu.

—persekutuan Tuhan

Setelah mendengarkan lagu pujian ini, aku mengerti bahwa kehendak Tuhan ada dalam perjalanan pulang ini. Hanya saja, imanku kepada Tuhan sangat kurang, aku tidak memahami kehendak-Nya. Namun, aku harus mengandalkan Tuhan untuk melewatinya. Bagian firman Tuhan "Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa" benar-benar membekas padaku. Firman Tuhan menguatkan imanku. Apa pun yang kuhadapi setiap hari adalah hal yang Tuhan izinkan. Selama aku benar-benar mengandalkan dan memandang kepada Tuhan, Dia pasti akan membimbingku menghadapi semua itu dengan firman-Nya.

Saat pertama kali pulang, istriku mengabaikanku. Aku tahu itu hanya karena pengaruh pendeta yang menyesatkan terhadapnya. Aku harus mencari kesempatan untuk memberi kesaksian tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepadanya agar dia mengetahui kebenaran dan tidak lagi disesatkan oleh pendeta. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon bimbingan-Nya. Lalu, dengan sabar aku membagikan firman yang menyentuh hati kepadanya. Aku berkata, "Kau dan ibu harus menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan mendengarkan firman-Nya. Lalu kau akan yakin bahwa ini adalah suara Tuhan, bahwa ini adalah firman Tuhan untuk umat manusia. Jika kau tidak menyelidikinya dan mendengarkan suara Tuhan, tetapi malah mendengarkan rumor dan perkataan setan yang diucapkan pendeta, bagaimana kau akan menyambut Tuhan? Tuhan Yesus pernah berfirman: 'Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu' (Matius 7:7). Tuhan itu dapat dipercaya. Selama kita benar-benar mencari, kita akan mampu mendengar suara Tuhan dan menyambut kedatangan-Nya." Istriku tidak mengatakan apa pun. Kulihat dia hanya mendengarkan dengan tenang dan tidak tampak menentang dan mendebat seperti sebelumnya. Aku bersyukur kepada Tuhan, ini adalah bimbingan-Nya, dan ini memberiku keyakinan untuk terus menjelaskan tentang pekerjaan Tuhan.

Esoknya, aku memberi kesaksian tentang penampakan dan pekerjaan Tuhan kepada istri dan ibuku. Aku berkata, "Tahukah kalian mengapa aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman? Karena aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan melihat bahwa itu semua adalah kebenaran, itu adalah suara Tuhan, dan aku menjadi yakin bahwa Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa telah mengucapkan jutaan firman, mengungkapkan kepada kita semua misteri rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun dan tentang Alkitab, juga tentang bagaimana umat manusia telah berkembang hingga hari ini, bagaimana Iblis merusak kita, bagaimana Tuhan bekerja selangkah demi selangkah untuk menyelamatkan umat manusia, bagaimana Dia menentukan kesudahan dan tempat tujuan akhir kita, orang macam apa yang bisa sepenuhnya diselamatkan dan masuk ke dalam kerajaan surga, dan siapa yang akan dihukum. Tuhan Yang Mahakuasa telah memberi tahu kita semua misteri dan kebenaran ini dan masih banyak lagi. Tuhan Yang Mahakuasa juga memberi tahu kita kebenaran tentang bagaimana manusia bisa dirusak oleh Iblis dan sumber penentangan kita terhadap Tuhan. Terlebih lagi, Dia menunjukkan kepada kita jalan agar dosa-dosa kita sepenuhnya ditahirkan. Setiap kata adalah kebenaran, dan semuanya begitu berkuasa dan berwibawa. Tuhan Yang Mahakuasa telah menyatakan semua ini untuk menyucikan dan mengubah kita, untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari pengaruh Iblis. Menurut kalian siapa yang bisa mengungkapkan kebenaran dan menyingkapkan misteri? Siapa yang mampu menyucikan dan menyelamatkan manusia? Hanya Tuhan yang bisa! Manusia tidak memiliki kebenaran. Hanya Kristuslah jalan, kebenaran, dan hidup. Kalian harus membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dengan cermat, maka kalian akan melihat bahwa Tuhan Yang Mahakuasa mengucapkan kebenaran, bahwa itu adalah suara Tuhan, dan bahwa Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali! Jika kalian mendengar seseorang bersaksi Tuhan telah datang kembali dan tidak menyelidikinya, malah langsung menghakimi dan mengutuknya karena perkataan pendeta, kalian akan kehilangan kesempatan untuk menyambut Tuhan, dan akan kehilangan keselamatan kekal dari Tuhan. Itu akan sangat disayangkan!" Mendengar itu, ibuku berkata, "Ya, kau benar. Tuhan menciptakan manusia, jadi kita harus mendengarkan apa yang Tuhan katakan, bukan mendengarkan manusia lain." Mendengarnya mengatakan itu, aku bersyukur kepada Tuhan. Lalu, dia memberitahuku, "Suatu kali aku meminta pendeta mendoakan sesuatu untuk keluarga kita, tetapi dia berkata, 'Putramu tidak mendengarkan kami. Dia tidak mendapatkan izin kami untuk mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa. Putramu benar-benar mengabaikan kami, jadi jangan minta bantuan kami lagi untuk urusan keluargamu, tanganilah masalah-masalah itu sendiri.'" Mendengar ini, aku berkata dengan marah, "Sebagai anggota pendeta, mereka seharusnya memimpin saudara-saudari untuk menyelidiki kabar apa pun tentang kedatangan Tuhan kembali. Mereka bukan hanya menolak melakukan itu, tetapi juga mengancam kami, dan menghalangi kami untuk mendengar suara Tuhan dan menyambut Tuhan. Apa motif mereka sebenarnya? Bukankah mereka sedang mencoba mencengkeram semua orang dalam genggaman mereka? Tuhan Yesus mengutuk orang Farisi: 'Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik! Karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana' (Matius 23:13). Saat Tuhan Yesus muncul dan bekerja, orang Farisi mati-matian menciptakan rumor, menentang dan mengutuk Dia agar mereka bisa tetap mempertahankan status dan mata pencarian mereka. Mereka menyesatkan orang-orang percaya dan menghalangi mereka mengikuti Tuhan, dan pada akhirnya menyalibkan Tuhan Yesus, akibatnya mereka pun dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Pendeta zaman sekarang sama seperti orang Farisi. Mereka takut orang percaya akan percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan mereka takut kehilangan status dan mata pencarian mereka, sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghalangi orang percaya agar tidak mendengarkan firman Tuhan dan menyambut Dia. Mereka bertindak sebagai musuh Tuhan! Mereka juga pada akhirnya akan dikutuk dan dihukum."

Kemudian aku memberi mereka persekutuan tentang bagaimana kita harus mendengarkan suara Tuhan untuk menyambut Dia, dan itulah satu-satunya cara menjadi gadis bijaksana dan menyambut Tuhan. Lalu, aku mendesak mereka, "Aku sangat berharap kalian menyelidiki dengan cermat dan mendengarkan firman Tuhan Yang Mahakuasa, untuk melihat apakah semua itu benar-benar suara Tuhan. Aku tidak suka melihat kalian disesatkan dan dikendalikan oleh pendeta. Kalian harus belajar agar memahaminya." Ibuku lalu berkata, "Kau benar. Sebelumnya, aku selalu hanya mendengarkan pendeta kita, takut kau mengambil jalan yang salah. Karena itulah aku berusaha menghalangimu agar kau tidak percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Namun kulihat persekutuanmu sangat alkitabiah, dan segala sesuatunya tidak seperti yang digambarkan pendeta. Aku akan menyelidikinya." Istriku mendengarkan baik-baik selama waktu ini. Setelah itu, aku banyak membacakan firman Tuhan Yang Mahakuasa kepada mereka, lalu mempersekutukan hal-hal tentang perbedaan antara mengikuti Tuhan dan mengikuti manusia, mengapa Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman-Nya pada akhir zaman dalam rupa manusia sekarang, dan pentingnya pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman. Setelah beberapa sesi persekutuan, keduanya menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku bersyukur kepada Tuhan saat melihat mereka berdua datang ke hadapan-Nya.

Suatu hari istriku membuka diri kepadaku. Dia berkata, "Aku menindasmu sebelumnya, bahkan mendorongmu untuk bercerai, semuanya karena aku mendengarkan pendeta. Setiap kali pergi ke gereja, dia bilang kau berada di jalan yang salah dan menyuruhku mendesakmu untuk kembali. Kupikir yang dia katakan itu benar, jadi aku terus berdebat denganmu dan tidak mau mendengarkanmu sama sekali. Namun selama waktu membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mendengarkan persekutuanmu, kulihat itu sangat berbeda dari yang apa yang pendeta katakan kepadaku. Memikirkan kembali sikapku terhadap pekerjaan baru Tuhan, sungguh membuatku takut. Aku berperang melawan Tuhan, dan hampir kehilangan kesempatan menyambut kedatangan Tuhan. Tidak seharusnya aku percaya apa yang pendeta katakan kepadaku dan tidak seharusnya aku menindasmu. Maafkanlah aku." Mendengar istriku mengatakan itu, aku sangat terharu. Aku hampir meneteskan air mata dan aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku!

Dengan melewati semua itu, aku mengalami upaya tulus Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Dia mengizinkan kesulitan terjadi pada diriku untuk menyingkapkan kerusakan dan kekuranganku, dan menyempurnakan imanku kepada-Nya. Meskipun terkadang aku menderita, merasa lemah, dan merasa tersiksa, Tuhan tidak pernah meninggalkanku, dan selalu membimbingku dengan firman-Nya. Ini menolongku memahami pandanganku yang keliru tentang iman, mengetahui yang sebenarnya tentang rencana licik dan perusakan Iblis, serta memahami beberapa kebenaran. Ini memperkuat imanku kepada Tuhan. Itu semua berkat bimbingan Tuhan! Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya: 1. Bagaimana Aku Menangani Kebohonganku

Selanjutnya: 3. Firman Tuhan Menyingkirkan Kesalahpahamanku

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

31. Tetap Melakukan Tugasku

Oleh Saudari Yang Mu, KoreaDahulu aku merasa sangat iri ketika melihat saudara-saudari tampil, bernyanyi dan menari memuji Tuhan. Aku...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini