Perbedaan Mendasar antara Tuhan yang Berinkarnasi dan Orang-Orang yang Dipakai oleh Tuhan
Selama bertahun-tahun, Roh Tuhan telah mencari saat Dia bekerja di bumi, dan banyak orang telah Tuhan pakai untuk melakukan pekerjaan-Nya selama berabad-abad. Namun selama ini, Roh Tuhan tidak memiliki tempat perhentian yang sesuai, di mana itulah sebabnya Tuhan berpindah dari satu orang kepada orang lain untuk melakukan pekerjaan-Nya. Secara keseluruhan, pekerjaan-Nya dilakukan melalui manusia. Dengan kata lain, selama bertahun-tahun, pekerjaan Tuhan tidak pernah berhenti, tetapi terus dilanjutkan dalam diri manusia, sampai saat ini. Walaupun Tuhan telah mengucapkan begitu banyak firman dan melakukan begitu banyak pekerjaan, manusia masih belum mengenal Tuhan, semua itu karena Tuhan tidak pernah menampakkan diri kepada manusia dan juga karena Dia tidak memiliki wujud yang nyata. Jadi Tuhan harus menyelesaikan pekerjaan ini—pekerjaan yang membuat semua manusia mengetahui makna penting yang nyata dari Tuhan yang nyata—sampai tuntas. Untuk mencapai tujuan ini, Tuhan harus memperlihatkan Roh-Nya kepada umat manusia dan melakukan pekerjaan-Nya di tengah-tengah mereka. Yang berarti, hanya ketika Roh Tuhan mengambil wujud fisik, mengenakan daging dan tulang, serta terlihat berjalan di antara manusia, menemani mereka dalam kehidupan sehari-hari, terkadang muncul dan terkadang menyembunyikan diri-Nya, baru pada saat itulah manusia bisa sampai pada pemahaman yang lebih dalam tentang Dia. Jika Tuhan hanya terus berada dalam daging, Dia tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan-Nya secara keseluruhan. Dan setelah bekerja dalam daging selama beberapa waktu, menyelesaikan pelayanan yang harus dilakukan dalam daging, Tuhan akan meninggalkan daging dan bekerja di alam roh dalam gambar daging, sama seperti yang dilakukan Yesus setelah Dia bekerja selama beberapa waktu dalam kemanusian yang normal dan menyelesaikan semua pekerjaan yang harus diselesaikan-Nya. Engkau semua mungkin ingat bagian dari "Jalan ... (5)" ini: "Aku ingat bagaimana Tuhan pernah mengatakan kepada-Ku, 'Di bumi, berusahalah hanya untuk mengikuti kehendak Bapa-Mu dan menggenapi amanat-Nya. Perkara-perkara lainnya bukanlah urusan-Mu.'" Apa yang kaupahami pada bagian ini? Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia hanya melakukan pekerjaan-Nya dalam keilahian, di mana itulah yang dipercayakan Roh surgawi kepada Tuhan yang berinkarnasi. Ketika Dia datang, Dia hanya berbicara di seluruh negeri, menyuarakan perkataan-Nya dengan berbagai cara dan dari berbagai sudut pandang. Dia terutama menganggap tugas membekali dan mengajar manusia sebagai tujuan dan prinsip pekerjaan-Nya, dan tidak memusingkan diri-Nya dengan hal-hal seperti hubungan antarpribadi atau detail kehidupan manusia. Pelayanan utama-Nya adalah berbicara atas nama Roh. Artinya, ketika Roh Tuhan menampakkan diri secara nyata dalam daging, Dia hanya membekali hidup manusia dan melepaskan kebenaran. Dia tidak melibatkan diri-Nya dalam pekerjaan manusia, dengan kata lain, Dia tidak berpartisipasi dalam pekerjaan umat manusia. Manusia tidak bisa melakukan pekerjaan ilahi, dan Tuhan tidak berpartisipasi dalam pekerjaan manusia. Selama bertahun-tahun sejak Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu melakukannya melalui manusia. Namun, orang-orang ini tidak bisa dianggap sebagai Tuhan yang berinkarnasi—hanya dianggap sebagai manusia yang dipakai oleh Tuhan. Sementara itu, Tuhan zaman sekarang bisa berbicara langsung dari sudut pandang keilahian, memperdengarkan suara Roh-Nya dan bekerja atas nama Roh. Semua manusia yang telah dipakai oleh Tuhan selama berabad-abad juga adalah contoh-contoh Roh Tuhan yang bekerja dalam tubuh daging—jadi mengapa mereka tidak bisa disebut sebagai Tuhan? Namun, Tuhan zaman sekarang juga adalah Roh Tuhan yang bekerja secara langsung dalam daging, dan Yesus juga adalah Roh Tuhan yang bekerja dalam daging; keduanya disebut sebagai Tuhan. Jadi apa perbedaannya? Orang-orang yang telah dipakai Tuhan selama berabad-abad semuanya mampu berpikir dan bernalar secara normal. Mereka semua memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Mereka memiliki ide-ide manusia normal, dan telah memiliki segala sesuatu yang seharusnya dimiliki manusia normal. Kebanyakan dari mereka memiliki bakat dan kecerdasan bawaan yang luar biasa. Dalam bekerja atas orang-orang ini, Roh Tuhan memanfaatkan bakat mereka, yang merupakan karunia pemberian Tuhan kepada mereka. Roh Tuhan mengaktivasi bakat mereka, menggunakan kekuatan mereka dalam pelayanan kepada Tuhan. Namun hakikat Tuhan tidak memiliki ide atau pemikiran, tidak tercemar dengan niat manusia, dan bahkan tidak memiliki hal-hal yang dimiliki manusia normal. Dengan kata lain, Dia bahkan tidak memahami prinsip-prinsip perilaku manusia. Beginilah keadaannya ketika Tuhan zaman sekarang datang ke bumi. Pekerjaan-Nya dan firman-Nya tidak tercemar dengan niat atau pemikiran manusia, tetapi merupakan perwujudan langsung dari niat Roh, dan Dia bekerja secara langsung atas nama Tuhan. Ini berarti Roh berfirman secara langsung, yaitu, keilahian melakukan pekerjaan secara langsung, tanpa tercampur sedikit pun dengan niat manusia. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi mewujudkan keilahian secara langsung, tanpa pemikiran atau gagasan manusia, dan tidak memiliki pemahaman tentang prinsip-prinsip perilaku manusia. Jika hanya keilahian saja yang bekerja (artinya jika hanya Tuhan itu sendiri yang bekerja), tidak mungkin pekerjaan Tuhan dapat dilakukan di bumi. Jadi ketika Tuhan datang ke bumi, Dia harus memiliki sejumlah kecil orang yang Dia pakai untuk bekerja dalam kemanusiaan dalam hubungannya dengan pekerjaan yang Tuhan lakukan dalam keilahian. Dengan kata lain, Dia memakai pekerjaan manusia untuk menopang pekerjaan ilahi-Nya. Jika tidak, maka tidak mungkin manusia bisa terlibat langsung dengan pekerjaan ilahi. Inilah yang terjadi dengan Yesus dan murid-murid-Nya. Selama Dia berada di dunia, Yesus menghapuskan hukum yang lama dan menetapkan perintah yang baru. Dia juga mengucapkan banyak firman. Semua pekerjaan ini dilakukan dalam keilahian. Yang lainnya, seperti Petrus, Paulus, dan Yohanes, semua melandaskan pekerjaan mereka selanjutnya di atas dasar firman Yesus. Dengan kata lain, Tuhan memulai pekerjaan-Nya pada zaman itu, memulai awal Zaman Kasih Karunia; yang berarti, Dia memulai sebuah zaman yang baru, menghapuskan zaman yang lama, dan juga menggenapi firman, "Tuhan adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir". Dengan kata lain, manusia harus melakukan pekerjaan manusia di atas dasar pekerjaan ilahi. Setelah Yesus menyampaikan semua yang harus dikatakan-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi, Dia meninggalkan manusia. Setelah ini, semua manusia, dalam bekerja, melakukan pekerjaannya menurut prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam firman-Nya, dan melakukannya sesuai dengan kebenaran yang Dia sampaikan. Semua orang ini adalah orang-orang yang bekerja bagi Yesus. Jika Yesus sendiri saja yang bekerja, seberapa banyak pun firman yang diucapkan-Nya, manusia tidak akan memiliki sarana untuk terlibat dengan firman-Nya, karena Dia bekerja dalam keilahian dan hanya bisa mengucapkan firman keilahian, dan Dia tidak bisa menjelaskan segala sesuatu sampai ke tahap di mana manusia normal mampu memahami firman-Nya. Itu sebabnya Dia harus memiliki para rasul dan nabi yang datang setelah Dia pergi untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Inilah prinsip bagaimana Tuhan yang berinkarnasi melakukan pekerjaan-Nya—memakai daging inkarnasi-Nya untuk berfirman dan bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan keilahian, dan kemudian memakai beberapa atau mungkin lebih banyak orang yang sesuai dengan maksud-maksud Tuhan untuk melengkapi pekerjaan-Nya. Artinya, Tuhan memakai manusia yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya untuk melakukan pekerjaan penggembalaan dan penyiraman umat manusia sehingga umat pilihan Tuhan bisa masuk ke dalam kenyataan kebenaran.
Jika, ketika Dia datang dalam daging, Tuhan hanya melakukan pekerjaan keilahian, dan tidak ada orang yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya untuk bekerja sama dengan-Nya, maka manusia tidak akan mampu memahami maksud-maksud Tuhan atau terhubung dengan Tuhan. Tuhan harus memakai orang normal yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya untuk menyelesaikan pekerjaan ini, untuk mengawasi, dan menggembalakan gereja-gereja, sehingga tingkat proses berpikir manusia, otaknya, dapat membayangkannya. Dengan kata lain, Tuhan memakai sejumlah kecil orang yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya untuk "menerjemahkan" pekerjaan yang Dia lakukan dalam keilahian-Nya, sehingga pekerjaan keilahian itu dapat dibuka—mengubah bahasa ilahi menjadi bahasa manusia, sehingga manusia bisa mengerti dan memahaminya. Jika Tuhan tidak melakukan hal itu, tak seorang pun akan mengerti bahasa ilahi Tuhan, karena bagaimanapun juga, orang yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya sangatlah sedikit, dan kemampuan pemahaman manusia lemah. Itulah sebabnya Tuhan memilih menggunakan metode ini hanya ketika bekerja di dalam daging inkarnasi-Nya. Jika yang ada hanyalah pekerjaan ilahi, tidak mungkin manusia mengenal atau terhubung dengan Tuhan, karena manusia tidak mengerti bahasa Tuhan. Manusia bisa mengerti bahasa ini hanya lewat bantuan manusia lain yang sesuai dengan maksud-maksud Tuhan, yang menjelaskan firman-Nya. Namun, jika hanya ada orang-orang itu semacam itu yang bekerja dalam kemanusiaan, yang hanya mampu mempertahankan kehidupan manusia normal; itu tidak bisa mengubah watak manusia. Pekerjaan Tuhan tidak dapat memiliki titik awal yang baru; hanya akan ada lagu-lagu lama yang sama, kata-kata hambar usang yang sama. Hanya melalui perantaraan Tuhan yang berinkarnasi, yang mengatakan semua yang perlu dikatakan dan melakukan semua yang perlu dilakukan selama masa inkarnasi-Nya, di mana setelah itu manusia bekerja dan mengalami sesuai dengan firman-Nya, hanya dengan demikianlah watak hidup mereka dapat berubah, dan hanya dengan demikianlah mereka akan mampu mengikuti pergerakan zaman. Dia yang bekerja dalam keilahian merepresentasikan Tuhan, sementara mereka yang bekerja dalam kemanusiaan adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan. Dengan kata lain, Tuhan yang berinkarnasi sebenarnya berbeda dengan manusia yang dipakai oleh Tuhan. Tuhan yang berinkarnasi mampu melakukan pekerjaan keilahian, sedangkan orang-orang yang dipakai oleh Tuhan tidak mampu. Di awal setiap zaman, Roh Tuhan berbicara secara pribadi dan memulai zaman baru untuk membawa manusia masuk ke dalam ke awal yang baru. Ketika Dia sudah selesai berfirman, ini menandakan bahwa pekerjaan Tuhan dalam keilahian-Nya sudah selesai. Setelah itu, semua orang mengikuti pimpinan mereka yang dipakai oleh Tuhan untuk masuk ke dalam pengalaman hidup mereka. Dengan cara yang sama, ini juga merupakan tahap di mana Tuhan membawa manusia masuk ke dalam zaman yang baru dan memberi semua orang titik awal yang baru—di mana pekerjaan Tuhan dalam daging berakhir.
Tuhan datang ke bumi bukan untuk menyempurnakan kemanusiaan-Nya yang normal ataupun untuk melakukan pekerjaan kemanusiaan yang normal. Dia datang hanya untuk melakukan pekerjaan keilahian dalam kemanusiaan yang normal. Yang dimaksud Tuhan dengan kemanusiaan yang normal bukanlah seperti yang dibayangkan manusia. Manusia mengartikan "kemanusiaan yang normal" sebagai memiliki istri, atau suami, dan anak-anak lelaki dan perempuan, yang adalah bukti bahwa seseorang adalah orang yang normal; tetapi, Tuhan tidak memandangnya seperti ini. Dia memandang kemanusiaan yang normal sebagai manusia yang memiliki pikiran manusia normal, memiliki kehidupan manusia normal, dan dilahirkan dari manusia normal. Namun kenormalan-Nya tidak termasuk memiliki istri, atau suami, atau anak sebagaimana kenormalan yang dibicarakan oleh manusia. Artinya, bagi manusia, kemanusiaan yang normal sebagaimana yang dimaksudkan Tuhan adalah apa yang dianggap manusia sebagai ketiadaan kemanusiaan, hampir tidak memiliki perasaan dan tampaknya tidak memiliki kebutuhan duniawi, sama seperti Yesus, yang hanya memiliki penampilan lahiriah manusia normal dan memiliki wujud manusia normal, tetapi secara esensi tidak sepenuhnya memiliki apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang manusia normal. Dari sini dapat dipahami bahwa hakikat Tuhan yang berinkarnasi tidak mencakup keseluruhan kemanusiaan yang normal, tetapi hanya sebagian kecil dari hal-hal yang seharusnya dimiliki manusia, untuk dapat menyokong rutinitas kehidupan manusia normal dan menunjang daya nalar manusia normal. Namun hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan apa yang dianggap manusia sebagai kemanusiaan yang normal. Semua itu adalah apa yang seharusnya dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Namun, ada orang yang bersikukuh mengatakan bahwa Tuhan yang berinkarnasi baru bisa dikatakan memiliki kemanusiaan yang normal jika Dia memiliki istri, anak lelaki dan perempuan, sebuah keluarga; tanpa hal-hal ini, kata mereka, Dia bukan seorang manusia normal. Aku bertanya kepadamu kalau begitu: "Apakah Tuhan memiliki istri? Apakah mungkin bagi Tuhan untuk memiliki seorang suami? Dapatkah Tuhan memiliki anak?" Bukankah semua ini adalah kekeliruan? Namun Tuhan yang berinkarnasi tidak dapat muncul dari celah di antara bebatuan atau jatuh dari langit. Dia hanya bisa dilahirkan ke dalam keluarga manusia normal. Itulah sebabnya Dia memiliki orang tua dan beberapa saudara perempuan. Ini adalah hal-hal yang harus dimiliki oleh kemanusiaan normal Tuhan yang berinkarnasi. Itulah yang terjadi dengan Yesus; Yesus memiliki ayah dan ibu, saudara laki-laki dan perempuan, dan semua ini normal. Namun, jika Dia memiliki istri serta anak lelaki dan perempuan, maka keberadaan-Nya bukanlah kemanusiaan normal yang Tuhan maksudkan untuk dimiliki oleh Tuhan yang berinkarnasi. Jika itu yang terjadi, Dia tidak akan mampu bekerja atas nama keilahian. Justru karena Dia tidak memiliki istri atau anak, tetapi dilahirkan dari manusia normal ke dalam keluarga normal, maka Dia mampu melakukan pekerjaan keilahian. Untuk memperjelas hal ini lebih lanjut, yang Tuhan anggap sebagai manusia normal adalah manusia yang lahir dalam keluarga normal. Hanya orang semacam itulah yang layak melakukan pekerjaan ilahi. Sebaiknya, jika orang tersebut memiliki istri, anak, atau suami, maka orang itu tidak akan bisa melakukan pekerjaan ilahi, karena dia hanya akan memiliki kemanusiaan normal yang manusia butuhkan tetapi bukan kemanusiaan normal yang Tuhan butuhkan. Apa yang Tuhan pikirkan dan apa yang manusia pahami sering kali sangat jauh berbeda. Dalam tahap pekerjaan Tuhan ini, ada banyak hal yang bertentangan dan sangat berbeda dari gagasan manusia. Bisa dikatakan bahwa tahap pekerjaan Tuhan ini seluruhnya terdiri dari keilahian yang bekerja secara langsung, dengan kemanusiaan sebagai peran pendukung. Karena Tuhan datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan-Nya sendiri, alih-alih membiarkan manusia mengerjakannya, Dia sendiri berinkarnasi dalam daging (sebagai manusia normal yang tidak sempurna) untuk melakukan pekerjaan-Nya. Dia menggunakan inkarnasi ini untuk menghadirkan sebuah zaman yang baru kepada umat manusia, untuk memberi tahu manusia tentang langkah selanjutnya dalam pekerjaan-Nya, dan meminta mereka untuk melakukannya sesuai dengan jalan yang dijelaskan dalam firman-Nya. Demikianlah pekerjaan Tuhan dalam daging diselesaikan; Dia akan meninggalkan umat manusia, tidak lagi berdiam dalam daging dari kemanusiaan yang normal, tetapi menyingkir dari manusia untuk melanjutkan bagian lain dari pekerjaan-Nya. Kemudian, memakai orang-orang yang sesuai dengan maksud-maksud-Nya, Dia melanjutkan pekerjaan-Nya di bumi di antara sekelompok orang ini, tetapi dalam kemanusiaan mereka.
Tuhan yang berinkarnasi tidak bisa selamanya tinggal bersama manusia karena Tuhan memiliki banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan. Dia tidak bisa terikat pada daging; Dia harus memisahkan diri dari daging untuk melakukan pekerjaan yang harus dilakukan-Nya, walaupun Dia melakukan pekerjaan itu dalam gambar daging. Ketika Tuhan datang ke bumi, Dia tidak menunggu sampai Dia mencapai keadaan yang perlu dicapai oleh manusia normal sebelum mati dan meninggalkan umat manusia. Berapa pun umur daging-Nya, ketika pekerjaan-Nya sudah selesai, Dia pun pergi dan meninggalkan manusia. Tidak ada batasan umur bagi-Nya, Dia tidak menghitung hari-hari-Nya menurut masa hidup manusia; sebaliknya, Dia mengakhiri hidup-Nya dalam daging sesuai dengan langkah-langkah pekerjaan-Nya. Mungkin ada orang yang merasa bahwa Tuhan, dengan menjadi manusia, harus menua sampai umur tertentu, harus bertumbuh menjadi dewasa, mencapai usia tua, dan meninggalkan dunia hanya ketika tubuh-Nya sudah tidak mampu lagi bertahan hidup. Ini adalah imajinasi manusia; Tuhan tidak bekerja seperti itu. Dia menjadi manusia hanya untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya Dia lakukan, dan bukan menjalani kehidupan manusia normal yang dilahirkan dari orang tua, bertumbuh dewasa, membangun keluarga dan memulai karier, memiliki dan membesarkan anak, atau mengalami suka duka kehidupan—semua aktivitas dari seorang manusia normal. Ketika Tuhan datang ke bumi, ini adalah Roh Tuhan yang mengenakan daging, menjadi manusia, tetapi Tuhan tidak menjalani kehidupan manusia normal. Dia datang hanya untuk menyelesaikan satu bagian dari rencana pengelolaan-Nya. Setelah itu, Dia akan meninggalkan umat manusia. Ketika Dia menjadi manusia, Roh Tuhan tidak menyempurnakan kemanusiaan normal dari daging tersebut. Sebaliknya, pada saat yang telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan, keilahian langsung bekerja. Lalu, setelah melakukan semua yang harus dilakukan-Nya dan menyelesaikan seluruh pelayanan-Nya, pekerjaan Roh Tuhan pada tahap ini selesai, di mana kehidupan Tuhan yang berinkarnasi juga berakhir, terlepas dari apakah tubuh jasmani-Nya telah mencapai batas usianya atau belum. Dengan kata lain, tahap kehidupan apa pun yang dicapai oleh tubuh jasmani, betapapun lamanya Dia hidup di bumi, semuanya ditentukan oleh pekerjaan Roh. Itu tidak ada hubungannya dengan apa yang dianggap oleh manusia sebagai kemanusiaan yang normal. Contohnya Yesus. Dia hidup dalam daging selama tiga puluh tiga setengah tahun. Dalam hal masa hidup tubuh manusia, Dia tidak seharusnya meninggal pada usia itu, dan Dia tidak seharusnya pergi. Namun ini bukanlah urusan Roh Tuhan. Setelah pekerjaan-Nya selesai, pada saat itu tubuh-Nya diambil, lenyap bersama Roh. Inilah prinsip kerja Tuhan dalam daging. Jadi, perlu ditegaskan, kemanusiaan Tuhan yang berinkarnasi bukankah kepentingan yang utama. Untuk menegaskan, Dia datang ke bumi bukan untuk menjalani kehidupan sebagai manusia normal. Dia tidak terlebih dahulu membangun kehidupan manusia normal dan kemudian mulai bekerja. Sebaliknya, selama Dia dilahirkan dalam keluarga yang normal, Dia mampu melakukan pekerjaan ilahi, pekerjaan yang tidak tercemar oleh niat manusia, yang tidak bersifat daging, yang tentu saja tidak mengadopsi cara hidup masyarakat atau melibatkan pemikiran atau gagasan manusia, dan terlebih lagi, yang tidak melibatkan falsafah duniawi manusia. Inilah pekerjaan yang ingin dilakukan oleh Tuhan yang berinkarnasi, dan itu juga merupakan makna penting yang nyata dari inkarnasi-Nya. Tuhan menjadi manusia terutama untuk melakukan satu tahap dari pekerjaan-Nya yang harus dilakukan dalam daging, tanpa menjalani proses-proses yang tidak penting lainnya, dan Dia tidak memiliki pengalaman manusia normal. Pekerjaan yang harus dilakukan daging inkarnasi Tuhan tidak mencakup pengalaman manusia normal. Jadi Tuhan menjadi manusia untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia selesaikan dalam daging. Sisanya tidak ada hubungan dengan Dia; Dia tidak melewati begitu banyak proses yang tidak penting. Begitu pekerjaan-Nya selesai, makna penting inkarnasi-Nya juga berakhir. Menyelesaikan tahap ini berarti pekerjaan yang harus Dia lakukan dalam daging sudah selesai, dan pelayanan-Nya dalam daging sudah tuntas. Namun Dia tidak bisa terus bekerja dalam daging tanpa batas waktu. Dia harus berpindah ke tempat lain untuk bekerja, tempat di luar daging. Hanya dengan demikianlah pekerjaan-Nya dapat dilakukan sepenuhnya, dan berkembang ke dampak yang lebih besar. Tuhan bekerja menurut rencana awal-Nya. Pekerjaan apa yang harus dikerjakan-Nya dan pekerjaan apa yang harus diselesaikan-Nya, Dia tahu sejelas telapak tangan-Nya. Tuhan memimpin setiap orang untuk menempuh jalan yang sudah Dia tetapkan sebelumnya. Tak seorang pun dapat meloloskan diri dari hal ini. Hanya mereka yang mengikuti bimbingan Roh Tuhan yang akan bisa masuk ke dalam tempat perhentian. Mungkin saja, dalam pekerjaan selanjutnya, bukan Tuhan yang berbicara dalam daging untuk membimbing manusia, tetapi Roh dengan wujud yang bisa disentuh yang membimbing hidup manusia. Baru pada saat itulah manusia akan dapat menyentuh Tuhan secara nyata, melihat Tuhan, dan masuk ke dalam kenyataan yang Tuhan inginkan dengan lebih baik, sehingga disempurnakan oleh Tuhan yang nyata. Inilah pekerjaan yang hendak dicapai oleh Tuhan, apa yang sudah Dia rencanakan sejak dahulu. Dari sini, engkau semua seharusnya bisa melihat jalan yang seharusnya kautempuh!