Cara Mengejar Kebenaran (15)
Sudahkah engkau semua mempersekutukan topik-topik yang telah kita bahas belakangan ini di pertemuanmu? (Tuhan, kami telah mempersekutukan topik-topik ini selama pertemuan kami.) Apa hasil dari persekutuanmu? Apakah engkau memperoleh penemuan atau pemahaman yang baru? Apakah topik-topik yang telah kita persekutukan ini ada dalam kehidupan orang sehari-hari? (Semua itu ada. Setelah beberapa kali mendengarkan persekutuan yang Tuhan sampaikan tentang topik-topik ini, aku mendapati bahwa didikan orang tua serta pembelajaran dan pembiasaan yang keluarga tanamkan dari generasi ke generasi telah merusak kami sedemikian dalamnya. Sejak kecil, orang tua kami telah sedikit demi sedikit mengindoktrinasikan pemikiran ini dalam diri kami, seperti pepatah, "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang". Setelah pemikiran ini terindoktrinasi dalam diriku, aku yakin bahwa agar tidak ditindas dan diremehkan, orang haruslah lebih unggul dan lebih menonjol daripada orang lain dalam kehidupan ini. Dahulu, kukira pemikiran yang orang tua kami ajarkan ini adalah demi kebaikan dan perlindungan kami sendiri. Melalui beberapa kali persekutuan dan uraian yang Tuhan sampaikan, akhirnya aku sadar bahwa pemikiran ini negatif dan merupakan cara yang Iblis gunakan untuk merusak manusia. Pemikiran ini makin menjauhkan kami dari Tuhan dan membuat kami makin terjerumus dalam perusakan Iblis, membuat kami makin jauh dari keselamatan.) Singkatnya, sangatlah penting untuk mempersekutukan topik-topik ini, bukan? (Ya.) Setelah mempersekutukan hal-hal ini beberapa kali, orang memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pemikiran dan sudut pandang yang keluarga indoktrinasikan dalam diri mereka, dan mereka memahaminya dengan lebih akurat. Setelah mempersekutukan hal-hal ini, bukankah hubungan orang dengan keluarga dan orang tua mereka akan menjadi makin jauh? (Tidak. Sebelumnya, aku selalu merasa bahwa orang tuaku telah menunjukkan kebaikan mereka terhadapku, tetapi setelah mendengarkan persekutuan yang Tuhan sampaikan, aku sadar bahwa sudah menjadi tugas orang tuaku untuk melahirkan dan membesarkanku. Selain itu, pemikiran yang telah mereka indoktrinasikan dalam diriku sejak usia dini telah merusakku. Setelah menyadari hal ini, aku tidak lagi terlalu dikekang oleh keterikatan kasih sayang dengan mereka.) Yang terutama dan terpenting, dalam hal pemikirannya, kini orang telah memiliki pemahaman yang akurat tentang tanggung jawab orang tua dan kebaikan yang orang tua tunjukkan dengan membesarkan mereka; mereka tidak lagi mengandalkan perasaan kasih sayang, sikap yang gampang marah, atau ikatan darah jasmaniah ketika berinteraksi dengan orang tua mereka. Sebaliknya, mereka mampu memperlakukan keluarga dan orang tua mereka secara rasional dari sudut pandang dan posisi yang benar. Dengan cara ini, orang mengalami perubahan yang signifikan dalam cara mereka memperlakukan masalah ini, dan perubahan ini memungkinkan mereka untuk melakukan lompatan besar dalam hal jalan masuk kehidupan mereka dan tuntutan Tuhan terhadap mereka. Jadi, mempersekutukan topik-topik ini bermanfaat dan perlu bagi manusia, karena semua ini adalah hal-hal yang manusia butuhkan dan hal-hal yang kurang dalam diri mereka.
Topik-topik yang sebelumnya kita persekutukan tentang pembelajaran dan pembiasaan yang keluarga tanamkan terutama berkisar antara lain pada tujuan dan prinsip tentang cara berperilaku, metode dan cara berinteraksi dengan orang lain, serta pandangan orang tentang kehidupan dan kelangsungan hidup, serta aturan dan cara bertahan hidup. Semua ini adalah topik yang berkaitan dengan pemikiran yang ditanamkan dalam diri orang, serta pemikiran dan sudut pandang mereka. Secara keseluruhan, tak satu pun dari berbagai pemikiran dan sudut pandang yang keluarga dan orang tua indoktrinasikan ini yang positif, dan tak satu pun darinya yang benar-benar dapat menuntun orang untuk menempuh jalan yang benar atau menolong mereka untuk memiliki pandangan hidup yang benar, ataupun memampukan mereka untuk memenuhi tanggung jawab dan kewajiban mereka sebagai makhluk ciptaan di hadirat Pencipta mereka. Semua yang orang tua dan keluarga ajarkan kepadamu adalah untuk menuntunmu ke arah dunia dan tren-tren jahatnya. Tujuan mereka menanamkan pemikiran dan sudut pandang ini adalah untuk membantumu agar mampu berintegrasi dengan lebih lancar ke tengah masyarakat dan tren-tren jahat, agar engkau lebih mampu menyesuaikan diri dengan tren-tren jahat dan berbagai tuntutan masyarakat. Sekalipun ajaran-ajaran ini mungkin memberimu cara dan metode perlindungan tertentu, serta cara tertentu untuk mendapatkan status, reputasi, kenikmatan materiel yang lebih baik, dan hal-hal lainnya di tengah masyarakat dan di antara kelompok masyarakat, pemikiran yang keluargamu indoktrinasikan dalam dirimu ini telah menuntunmu ke dalam satu tren jahat ke tren jahat lainnya, menyebabkanmu makin terjerumus dalam dunia, masyarakat, dan tren-tren jahat, sampai engkau tidak lagi mampu melepaskan dirimu. Pemikiran itu membuatmu menghadapi masalah demi masalah dan berulang kali menempatkanmu dalam dilema, membuatmu tidak yakin tentang bagaimana cara menghadapi dunia manusia dan bagaimana menjadi orang yang tulus, orang yang hidup dalam terang, orang yang jujur, baik hati, dan memiliki rasa keadilan. Jadi, pembelajaran dan pembiasaan keluargamu tidak memungkinkanmu untuk hidup di dunia ini dengan lebih bermartabat, berkarakter, dan memiliki keserupaan dengan manusia. Sebaliknya, semua itu menyebabkanmu hidup di tengah berbagai konflik dan pergumulan yang rumit, di tengah berbagai hubungan antarpribadi yang rumit, dan membuatmu berada dalam banyak keterikatan, belenggu dan bahkan kekacauan duniawi. Ketika engkau meminta nasihat orang tuamu dan mencurahkan isi hatimu kepada mereka tentang semua ini, mereka akan menggunakan berbagai taktik untuk menasihatimu tentang bagaimana cara menjadi lebih licik, curang, lihai, dan sulit ditebak saat engkau hidup di tengah masyarakat, bukannya menunjukkan kepadamu arah yang benar, bukannya membantumu untuk melepaskan semua hal ini dan membebaskan dirimu, datang ke hadapan Sang Pencipta dan tunduk pada pengaturan-Nya, serta menyadari dengan jelas bahwa takdir manusia dan segala sesuatu tentang mereka berada di tangan Tuhan, bahwa mereka harus tunduk pada setiap tuntutan yang berasal dari Tuhan, kedaulatan dan pengaturan-Nya. Seperti inilah keadaan hidup orang yang ke dalam dirinya telah ditanamkan berbagai pemikiran ini oleh keluarga mereka. Singkatnya, entah pemikiran yang keluargamu tanamkan menekankan tentang ketenaran atau keuntungan, tentang bersaing dengan orang lain atau bersikap ramah kepada mereka, apa pun fokusnya, pada akhirnya pemikiran itu hanya membuat cara, metode dan aturanmu untuk bertahan hidup di dunia manusia menjadi makin rumit, jahat, licik, dan kejam, bukannya membuatmu makin jujur, baik hati, dan lurus, atau membantumu makin memahami cara untuk tunduk pada pengaturan Sang Pencipta. Jadi, pembelajaran dan pembiasaan keluargamu hanya dapat menjauhkanmu dari Tuhan, dari kebenaran, dan dari hal-hal positif, membuatmu tidak yakin tentang bagaimana hidup dengan cara yang sudah seharusnya manusia jalani, dengan cara yang bermartabat. Selain itu, pemikiran yang kauperoleh dari pembelajaran dan pembiasaan keluargamu akan membuatmu makin mati rasa, tumpul, atau dalam bahasa sehari-harinya, makin tidak sensitif. Pada awalnya, berbohong kepada rekan kerja, teman sekelas dan teman-temanmu sudah membuat wajahmu merah padam, jantungmu berdebar kencang, dan hati nuranimu merasa bersalah. Seiring berjalannya waktu, reaksi hati nurani ini semuanya akan memudar: wajahmu tidak lagi memerah, jantungmu tidak lagi berdebar kencang, dan hati nuranimu tidak lagi mengganggumu. Agar dapat bertahan hidup, engkau akan menggunakan segala cara, bahkan menipu orang-orang terdekatmu, termasuk orang tuamu, saudara kandungmu, dan sahabatmu. Engkau akan mencari keuntungan dari mereka untuk meningkatkan kehidupanmu sendiri serta meningkatkan kehormatan dan kenikmatanmu—seperti inilah mati rasa itu. Pada awalnya, engkau mungkin sedikit menyalahkan dirimu sendiri dan hati nuranimu mungkin sedikit gemetar. Seiring berjalannya waktu, sensasi ini akan lenyap, dan engkau akan menggunakan alasan yang lebih meyakinkan untuk menenangkan dirimu sendiri dengan berkata, "Manusia itu memang seperti ini. Kita tidak boleh berhati lembut di dunia ini. Berhati lembut kepada orang lain berarti kejam pada diri kita sendiri. Di dunia ini, yang lemah akan menjadi mangsa yang kuat. Yang kuat akan maju dan yang lemah akan binasa, pemenang menjadi raja dan pecundang menjadi kriminal. Jika kita berhasil, tak seorang pun akan menyelidiki bagaimana cara kita berhasil, tetapi jika kita gagal, kita tidak akan punya apa-apa lagi." Pada akhirnya, orang akan menggunakan pemikiran dan sudut pandang ini untuk meyakinkan diri mereka sendiri, menjadikannya landasan bagi mereka dalam mengejar segala sesuatu, dan tentu saja, sebagai cara bagi mereka untuk mencapai tujuan. Jadi, berada dalam keadaan apakah engkau sekarang ini? Apakah engkau sudah mencapai titik mati rasa, atau belum? Seandainya engkau akan melakukan suatu bisnis, dan bisnis ini berkaitan dengan masa depanmu, kualitas kehidupanmu, dan reputasimu di tengah masyarakat, jika cara-caramu cukup licik dan engkau mampu menipu siapa pun, maka engkau akan menjalani kehidupan yang lebih unggul daripada orang lain, engkau akan memiliki banyak uang, dan engkau tidak perlu lagi menuruti kemauan siapa pun. Apa yang akan kaulakukan? Akankah engkau menjadi sangat mati rasa, sangat tak punya perasaan, sehingga engkau mampu menipu siapa pun dan menghasilkan uang dari siapa pun? (Mungkin aku akan seperti itu.) Engkau mungkin akan seperti itu. Ini harus berubah; ini adalah watak rusak yang ada dalam diri manusia. Ketika kemanusiaan tidak ada dalam diri seseorang, yang tersisa hanyalah kehidupan yang dijalani berdasarkan watak rusak orang tersebut, serta berbagai pemikiran dan sudut pandang yang Iblis indoktrinasikan dalam dirinya. Tanpa hati nurani, nalar dan rasa malu, kehidupan orang hanya tinggal cangkang, bejana yang kosong, dan telah kehilangan nilainya. Jika engkau masih memiliki sedikit rasa malu, dan ketika engkau berbohong, menipu, atau menyakiti orang lain, engkau masih mampu memilih kepada siapa engkau akan melakukannya, engkau tidak menyakiti sembarang orang, itu berarti engkau masih memiliki sedikit hati nurani dan kemanusiaan. Namun, jika engkau mampu menipu atau menyakiti siapa pun tanpa batasan, berarti engkau benar-benar manusia Iblis sepenuhnya. Jika engkau berkata, "Aku tidak sanggup menipu orang tua, kerabat, teman, orang-orang yang lugu, dan terutama saudara-saudariku di rumah Tuhan, dan aku tidak sanggup menyalahgunakan uang persembahan milik Tuhan," berarti engkau masih memiliki sedikit batasan moral, dan engkau masih dapat dianggap orang yang memiliki sedikit hati nurani. Namun, jika hati nurani dan batasan yang sekecil ini pun tidak kaumiliki, berarti engkau tidak layak disebut manusia. Jadi sudah mencapai titik apakah engkau semua? Apakah engkau semua memiliki batasan? Jika engkau memiliki kesempatan atau kebutuhan nyata, sanggupkah engkau menipu orang tua, saudara kandung, dan teman-teman terdekatmu? Mampukah engkau menipu saudara-saudarimu, mengeksploitasi mereka, atau bahkan menyalahgunakan uang persembahan milik Tuhan? Jika kesempatan semacam itu diberikan kepadamu, dan tak seorang pun akan mengetahuinya, mampukah engkau melakukannya? (Kini, rasanya aku tidak mampu lagi melakukan hal seperti itu.) Mengapa engkau tidak mampu lagi melakukannya? (Karena aku takut akan Tuhan, aku memiliki sedikit hati yang takut akan Tuhan, dan juga karena hati nuraniku tidak mengizinkannya.) Sikapmu adalah engkau merasa takut di dalam hatimu, engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan hati nuranimu tidak akan mengizinkannya. Silakan yang lain menambahkan. Apakah engkau semua memiliki sikap tertentu mengenai hal ini? Jika tidak, jika engkau tidak pernah memikirkan masalah ini dan tidak merasakan apa pun ketika melihat orang lain melakukannya, engkau berada dalam bahaya. Jika engkau melihat seseorang melakukan hal semacam ini dan tidak merasakan kebencian, tidak memiliki sikap tertentu terhadapnya, dan merasa mati rasa, berarti engkau tidak ada bedanya dengan mereka dan engkau mungkin akan bertindak serupa. Namun, jika sikapmu terhadap hal ini jelas, jika engkau mampu membenci dan menegur orang-orang yang seperti itu, berarti engkau mungkin tidak akan melakukan tindakan tersebut. Jadi, bagaimana sikapmu? (Aku harus memiliki sedikit hati yang takut akan Tuhan. Uang persembahan milik Tuhan harus dianggap kudus dan sama sekali tidak boleh disalahgunakan atau diambil untuk keperluan pribadi.) Uang persembahan tidak boleh diambil untuk keperluan pribadi: ini dilakukan karena takut akan hukuman. Namun, bagaimana mengenai masalah lainnya? Jika engkau terlibat dalam skema piramida, sanggupkah engkau mengambil keuntungan dari teman-teman terdekatmu, menipu mereka dengan perkataan yang muluk-muluk, dan menyuruh mereka bergabung, mendapatkan keuntungan dan menghasilkan uang dari hal ini? Sanggupkah engkau melakukan ini kepada teman-teman terdekatmu, kerabatmu, bahkan kepada orang tua atau saudara-saudarimu? Jika sulit bagimu untuk menjawabnya, maka ketika kaukatakan bahwa engkau tidak akan mengambil uang persembahan untuk keperluan pribadi, bukankah hal itu mungkin saja kaulakukan, bukan? Silakan yang lain menyampaikan pendapatnya. (Di satu sisi, kami harus memahami watak benar Tuhan dalam hal ini. Uang persembahan milik Tuhan tidak pernah boleh disentuh. Di sisi lain, kami merasa jika orang mampu melakukan hal seperti ini, berarti mereka tidak memiliki kemanusiaan. Setidaknya, dasar terendah yang harus orang miliki adalah apa yang diizinkan oleh hati nurani mereka.) Sikapmu adalah bahwa melakukan hal-hal seperti ini berarti tidak memiliki kemanusiaan dan orang harus bertindak sesuai dengan apa yang diizinkan oleh hati nurani mereka. Yang lain, ada yang mau menambahkan? (Menurutku, sebagai manusia, sekalipun orang tidak percaya kepada Tuhan, jika mereka adalah manusia di dunia ini yang memiliki hati nurani dan landasan moral, mereka tidak boleh melakukan hal-hal yang merugikan keluarga mereka sendiri. Kini karena kami telah percaya kepada Tuhan dan memahami beberapa kebenaran, jika ada orang yang masih mampu melakukan hal-hal yang merugikan saudara-saudari, merugikan teman, atau menyalahgunakan uang persembahan Tuhan, maka orang tersebut bahkan lebih buruk daripada orang tidak percaya. Selain itu, terkadang orang mungkin mengungkapkan pemikiran dan gagasan tertentu, tetapi setelah mereka memikirkan esensi watak Tuhan, dan menyadari bahwa meskipun tak seorang pun melihat mereka, atau tak seorang pun mengetahui tindakan ini, Tuhan tetap memeriksa segala sesuatunya, sehingga mereka pun tidak berani melakukan hal-hal tersebut. Itu berarti mereka masih memiliki sedikit hati yang takut akan Tuhan.) Di satu sisi, orang yang melakukan hal ini memperlihatkan bahwa dia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan; di sisi lain, orang yang mampu melakukan hal ini tidak memiliki kemanusiaan yang paling dasar sekalipun. Ini karena sebagai manusia, meskipun engkau tidak percaya kepada Tuhan, engkau tidak boleh melakukan tindakan semacam itu. Ini adalah kualitas yang sudah seharusnya dimiliki orang yang berhati nurani dan memiliki kemanusiaan. Menipu, merugikan, dan mencuri adalah hal-hal yang pada dasarnya tidak dilakukan oleh orang yang baik dan normal. Bahkan orang yang tidak percaya kepada Tuhan pun masih memiliki batasan tertentu dalam cara mereka berperilaku, apalagi engkau yang percaya kepada Tuhan dan telah mendengar begitu banyak khotbah: jika engkau masih mampu melakukan hal-hal ini, berarti engkau sudah tidak mungkin dapat diperbaiki. Orang semacam ini adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan. Mereka adalah setan. Engkau telah mendengarkan begitu banyak khotbah, tetapi engkau masih mampu melakukan segala macam perbuatan jahat yang berkaitan dengan mencurangi dan menipu. Inilah yang dimaksud dengan pengikut yang bukan orang percaya. Siapakah pengikut yang bukan orang percaya itu? Mereka adalah orang yang tidak percaya akan pengamatan Tuhan atau tidak percaya bahwa Dia benar. Jika engkau tidak percaya akan pengamatan Tuhan, bukankah itu berarti engkau tidak percaya akan keberadaan-Nya? Engkau berkata, "Tuhan sedang mengawasiku, tetapi di manakah Tuhan? Mengapa aku belum pernah melihat-Nya? Mengapa aku tidak merasakan Dia? Aku telah bertahun-tahun mencurangi dan menipu orang; mengapa aku belum pernah dihukum? Aku masih menjalani kehidupan yang lebih nyaman daripada orang lain." Ini adalah salah satu aspek perilaku pengikut yang bukan orang percaya. Aspek lainnya adalah sebanyak apa pun kebenaran yang dipersekutukan kepada mereka, mereka menolak semuanya. Mereka tidak pernah menerima kebenaran, jadi apa yang mereka terima? Mereka menerima pemikiran dan sudut pandang yang menguntungkan mereka. Apa pun yang menguntungkan mereka dan melindungi kepentingan mereka, itulah yang mereka lakukan. Mereka hanya percaya pada kepentingan pribadi yang sesaat, bukan pada pengamatan Tuhan, bukan pada konsep pembalasan. Inilah yang dimaksud dengan pengikut yang bukan orang percaya. Apa gunanya percaya kepada Tuhan bagi pengikut yang bukan orang percaya? Para pengikut yang bukan orang percaya di rumah Tuhan memiliki satu ciri: melakukan kejahatan. Namun, kita tidak akan membahas kesudahan akhir orang-orang ini; mari kita kembali ke topik yang sedang kita persekutukan.
Berbagai pemikiran yang keluarga tanamkan dan indoktrinasikan dalam diri orang tidak dimaksudkan untuk membawa mereka ke hadapan Tuhan, dan keluarga mereka juga tidak mengindoktrinasikan pemikiran yang positif ke dalam diri mereka. Sebaliknya, keluarga mereka mengindoktrinasikan berbagai pemikiran yang negatif, cara, prinsip dan metode berperilaku yang negatif, yang pada akhirnya akan menuntun orang untuk menempuh jalan yang akan sangat mereka sesali. Singkatnya, berbagai pemikiran yang keluarga indoktrinasikan dalam diri orang tidak dapat memenuhi bahkan standar terdasar kemanusiaan, nalar, dan hati nurani yang seharusnya manusia miliki. Jika orang memiliki sedikit saja hati nurani dan nalar, maka hanya yang sedikit itulah yang masih tersisa dan yang belum dirusak atau dikikis oleh Iblis. Berbagai cara dan metode mereka dalam berperilaku yang selebihnya adalah berasal dari keluarga mereka, dan bahkan dari masyarakat. Oleh karena itu, sebelum orang diselamatkan, apa pun pemikiran atau sudut pandang yang keluarga mereka tanamkan dalam diri mereka, apa pun itu, semua itu bertentangan dengan apa yang Tuhan ajarkan kepada manusia. Semua itu tidak dapat membuat mereka memahami kebenaran, juga tidak dapat menuntun mereka untuk menempuh jalan keselamatan; semua itu hanya dapat menuntun mereka untuk menempuh jalan kehancuran. Dengan demikian, ketika orang datang ke rumah Tuhan, berapa pun usia mereka, didikan apa pun yang telah mereka terima, apa pun latar belakang keluarga mereka, dan seluhur apa pun mereka menganggap status mereka, mereka harus memulai dari awal untuk belajar cara berperilaku, cara berinteraksi dengan orang lain, cara menangani berbagai hal, cara memperlakukan berbagai orang dan segala sesuatu. Proses belajar ini mencakup menerima dan memahami berbagai pemikiran positif yang sesuai dengan kebenaran dan sudut pandang dari Tuhan, serta prinsip tentang cara menerapkan dan menangani berbagai hal. Hasilnya hanya akan berdasarkan penerimaanmu akan kebenaran. Jika engkau tidak menerima kebenaran, pemikiran dan sudut pandangmu yang semula tetap tidak akan berubah. Karena engkau tidak menerima pemikiran dan sudut pandang yang positif dan benar yang berasal dari Tuhan, prinsip, cara dan metodemu dalam berinteraksi dengan orang lain akan tetap sama dan tidak berubah. Orang mulai belajar cara menjadi manusia sejati, manusia yang normal, manusia yang bernalar dan berhati nurani pada saat mereka mulai menerima pemikiran dan sudut pandang yang positif, kebenaran dan ajaran Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Aku telah percaya kepada Tuhan selama sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun, dan aku belum pernah menerima satu pun pemikiran atau sudut pandang dari Tuhan, dan aku juga belum pernah menerima kebenaran apa pun dari firman Tuhan." Ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa kepercayaanmu kepada Tuhan tidak sungguh-sungguh, bahwa engkau masih tidak tahu apa yang dimaksud dengan kebenaran, dan engkau belum belajar cara berperilaku. Jika engkau berkata, "Dari sejak aku mulai percaya kepada Tuhan, aku secara resmi mulai menerima ajaran Tuhan tentang berbagai tuntutan terhadap manusia, serta pemikiran, sudut pandang, prinsip, dan perkataan yang seharusnya manusia miliki," itu berarti engkau telah belajar cara untuk menjadi manusia sejati dari sejak engkau mulai percaya kepada Tuhan, dan dari sejak engkau mulai belajar cara menjadi manusia sejati, engkau mulai menempuh jalan keselamatan. Dari sejak saat engkau mulai menerima pemikiran dan sudut pandang yang berasal dari Tuhan, pada saat itulah engkau mulai menempuh jalan menuju keselamatan, bukankah benar demikian? (Ya.) Jadi, apakah engkau semua sudah memulainya? Apakah engkau sudah memulainya, belum memulainya, ataukah sudah memulainya sejak lama? (Melalui persekutuan dan uraian yang Tuhan sampaikan selama dua tahun terakhir ini tentang pemikiran dan sudut pandang keliru yang ada dalam diri manusia, termasuk pembelajaran dan pembiasaan keluarga, dan sebagainya, aku telah mulai merenungkan diriku sendiri dan perlahan-lahan aku menolak falsafah Iblis yang selama ini kupegang, dan merenungkan bagaimana seharusnya aku berusaha mengejar firman Tuhan. Sebelumnya, aku tidak banyak memperhatikan perlunya melakukan introspeksi yang sedalam ini.) Pernyataan ini cukup realistis. Engkau baru memulainya dalam dua tahun terakhir ini; sulit bagimu untuk menentukan kapan tepatnya tahun atau hari engkau memulainya, tetapi kapan pun itu, engkau memulainya dalam satu atau dua tahun terakhir ini. Ini cukup objektif. Bagaimana yang lainnya? (Sebelumnya, aku tidak benar-benar memikirkan tentang bagaimana berusaha mengubah pemikiran dan sudut pandang yang keluargaku tanamkan. Baru-baru ini, setelah mendengarkan persekutuan Tuhan tentang hal ini, pemikiranku telah secara berangsur-angsur mulai sedikit berubah, tetapi aku belum secara khusus berfokus mengejar perubahan di bidang ini.) Kesadaranmu telah menjadi makin perseptif. Dalam kehidupanmu sehari-hari, jika engkau terus-menerus mencari dan masuk lebih dalam lagi, jika engkau mampu lebih teliti, dan tajam dalam hal-hal tertentu, jika engkau masuk ke dalamnya dengan lebih akurat, maka akan ada harapan bagimu untuk mengalami perubahan. Bukankah itu yang akan terjadi? (Ya.) Jika engkau memiliki harapan untuk melepaskan pemikiran dan sudut pandang lamamu, kemudian mampu memandang orang dan hal-hal, serta berperilaku dan bertindak dengan sikap dan sudut pandang yang benar, maka dengan cara ini, engkau akan mampu memperoleh keselamatan. Dalam jangka panjang, engkau akan mampu memperoleh keselamatan, tetapi sebenarnya pada saat ini, engkau bisa cocok untuk melaksanakan tugasmu, dan sangat cocok untuk menjadi pemimpin dan pekerja; tetapi ini tergantung apakah engkau sendiri bersedia berupaya keras untuk setiap bagian dari kebenaran, dan apakah engkau bersedia berupaya dan membayar harga bagi hal-hal positif dan berbagai hal yang berkaitan dengan prinsip. Jika engkau hanya ingin mengubah diri dalam kesadaranmu tetapi tidak mengerahkan upaya dan tidak serius dalam hal kebenaran dalam kehidupanmu sehari-hari, jika engkau tidak memiliki hati yang haus akan hal-hal positif, maka kesadaran ini akan memudar dan hilang dengan cepat. Setiap pemikiran dan sudut pandang yang berkaitan dengan setiap topik yang Kupersekutukan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan nyata manusia. Ini bukanlah semacam teori atau slogan; ini adalah tentang seperti apa pemikiran dan sudut pandangmu dalam menghadapi segala sesuatu dalam kehidupanmu sehari-hari. Pemikiran dan sudut pandangmu menentukan arah yang kautuju saat engkau mengambil tindakan. Jika pemikiran dan sudut pandangmu positif, maka cara dan prinsipmu dalam menangani segala sesuatu akan cenderung positif, dan hasil dari cara penanganan yang seperti itu akan relatif baik dan sesuai dengan maksud Tuhan. Sedangkan jika pemikiran dan sudut pandangmu berlawanan dengan kebenaran dan hal-hal positif, atau bertentangan dengan hal-hal ini, berarti pendorong dalam caramu menangani sesuatu akan negatif, dan hasil akhir penanganan masalah yang seperti itu pasti tidak akan baik. Sebanyak apa pun harga yang kaubayarkan atau sebanyak apa pun pemikiran yang kaukerahkan untuk menangani masalah ini, apa pun niatmu, bagaimana Tuhan akan memandang hasilnya? Bagaimana Tuhan akan menggolongkan masalah ini? Jika Tuhan menggolongkan masalah ini sebagai sesuatu yang mengacaukan, menyebabkan gangguan, kerusakan, atau menyebabkan kerugian di dalam rumah Tuhan, maka tindakanmu itu adalah jahat. Jika perbuatan jahatmu ringan, itu mungkin akan menyebabkanmu mengalami hajaran, penghakiman, teguran, dan pemangkasan, sedangkan perbuatan jahat yang lebih berat akan mengakibatkanmu mendapat hukuman. Jika engkau tidak mampu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, sebaliknya engkau justru cenderung bertindak berdasarkan pemikiran dan sudut pandang keliru orang-orang tidak percaya, mendasarkan tindakanmu pada hal-hal ini, maka upayamu akan sia-sia. Sekalipun engkau telah banyak membayar harga dan menginvestasikan banyak upaya, hasil akhirmu akan tetap sia-sia. Bagaimana Tuhan akan memandang masalah ini? Bagaimana Dia menggolongkannya? Bagaimana Dia menanganinya? Setidaknya, perbuatanmu itu tidak baik, tidak menjadi kesaksian bagi Tuhan atau tidak memuliakan Dia, dan harga yang telah kaubayarkan serta upaya mental yang telah kaukerahkan tidak akan diingat; semua itu sia-sia. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Sebelum engkau melakukan apa pun, luangkan waktu untuk memikirkannya dengan saksama, lebih banyaklah bersekutu dengan orang lain, berusahalah memahami prinsip sebelum bertindak, dan jangan bertindak dengan sikap yang gampang marah atau impulsif, yang didorong oleh keegoisan dan keinginanmu sendiri. Apa pun hasilnya, pada akhirnya, engkau harus menanggungnya sendiri, dan apa pun hasilnya, akan ada keputusan dari Tuhan. Jika engkau berharap bahwa tindakanmu tidak sia-sia, berharap bahwa semua itu akan diingat oleh Tuhan, atau yang lebih baik lagi, bahwa semua itu akan menjadi perbuatan baik yang diperkenan oleh Tuhan, maka engkau harus lebih sering mencari prinsip. Jika engkau tidak memedulikan hal-hal ini, jika tidak masalah bagimu apakah perbuatanmu itu baik atau apakah Tuhan berkenan atau tidak, dan engkau bahkan tidak peduli apakah engkau akan dihukum atau tidak, tetapi berpikir, "Tidak masalah, bagaimanapun juga, aku tidak akan dapat melihat atau merasakannya sekarang," jika engkau memiliki pemikiran dan sudut pandang seperti ini, maka ketika engkau bertindak, engkau tidak akan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Engkau akan bersikap lancang, tidak terkendali, dan ceroboh, tidak peduli atau tidak menahan diri untuk melakukan apa pun. Tanpa hati yang takut akan Tuhan, arah yang kauambil ketika engkau bertindak kemungkinan besar akan menyimpang. Berdasarkan natur dan naluri manusia, hasil akhirnya kemungkinan besar adalah tindakanmu itu bukan saja tidak akan diperkenan atau diingat oleh Tuhan, melainkan akan menjadi kekacauan, gangguan, dan perbuatan jahat. Jadi, cukup jelas akan seperti apa kesudahan akhirmu, dan bagaimana itu akan diperlakukan dan ditangani oleh Tuhan. Oleh karena itu, sebelum engkau melakukan apa pun, sebelum engkau menangani masalah apa pun, engkau harus terlebih dahulu merenungkan apa yang kauinginkan, pikirkan secara menyeluruh akan seperti apa hasil akhir dari masalah ini, baru kemudian engkau melanjutkannya. Jadi, berkaitan dengan apakah masalah ini? Masalah ini berkaitan dengan sikapmu dan prinsip yang kauikuti ketika engkau melakukan apa pun. Sikap yang terbaik adalah lebih sering mencari prinsip dan tidak mendasarkan penilaianmu pada perasaan, kesukaan, niat, keinginan, atau kepentingan sesaatmu; sebaliknya, engkau harus lebih sering mencari prinsip, lebih sering berdoa dan mencari di hadapan Tuhan, lebih sering membawa masalah ke hadapan saudara-saudari, serta bersekutu dan mencari bersama saudara-saudari yang bekerja bersamamu untuk melaksanakan tugas. Perolehlah prinsip-prinsipnya sebelum engkau bertindak; jangan bertindak impulsif, jangan bingung. Mengapa engkau percaya kepada Tuhan? Engkau tidak percaya kepada Tuhan untuk mendapatkan makanan, menghabiskan waktumu, mengikuti perkembangan zaman, atau memuaskan kebutuhan rohanimu. Engkau percaya kepada Tuhan agar dapat diselamatkan. Jadi, bagaimana engkau dapat diselamatkan? Ketika engkau melakukan apa pun, semua itu harus kaukaitkan dengan keselamatan, dengan tuntutan Tuhan, dan dengan kebenaran, bukan?
Mengenai topik melepaskan pembelajaran dan pembiasaan keluarga, persekutuan kita sebelumnya berkaitan dengan aturan dan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang ada kaitannya dengan cara berperilaku, yang merupakan pemikiran yang keluarga tanamkan dalam diri orang. Namun, selain menanamkan berbagai macam ajaran dan pengaruh dalam diri orang, keluarga juga menanamkan banyak pembelajaran dan pembiasaan lainnya. Artinya, pembelajaran dan pembiasaan keluarga mencakup lebih dari sekadar menanamkan pemikiran. Selain dari apa yang baru saja kita bahas, pembelajaran dan pembiasaan tersebut juga mencakup hal rohani, takhayul, dan tradisi, yang akan kita persekutukan. Hal-hal ini berkaitan dengan gaya hidup, adat istiadat, kebiasaan, dan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai pembelajaran dan pembiasaan keluarga dalam kehidupan orang sehari-hari, kita sekarang akan beralih ke pembahasan tentang tradisi. Apa sajakah contoh tradisi? Sebagai contoh, ada keluarga yang mungkin berpaut pada hal-hal khusus, pepatah, atau pantangan tertentu yang berkaitan dengan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Apakah ini berkaitan dengan tradisi? (Ya.) Tradisi sedikit berkaitan dengan takhayul, jadi kita akan membahas keduanya secara bersamaan. Ada aspek-aspek dalam tradisi yang dapat dianggap sebagai takhayul, dan ada hal-hal dalam takhayul yang tidak terlalu bersifat tradisional dan hanya merupakan kebiasaan atau cara hidup masing-masing keluarga atau kelompok etnis. Mari kita mulai dengan menelusuri apa sajakah yang termasuk tradisi dan takhayul. Engkau semua sudah terbiasa dengan banyak tradisi dan takhayul karena ada banyak aspek dalam kehidupanmu sehari-hari yang berkaitan dengannya. Silakan sebutkan beberapa darinya. (Meramal nasib, membaca garis tangan, dan mengundi.) Mengundi, meramal nasib, meramal masa depan, membaca garis tangan, membaca wajah, meramal nasib melalui waktu kelahiran, dan pemanggilan arwah—hal-hal ini tidak disebut takhayul; hal-hal ini merupakan kegiatan yang bersifat takhayul. Yang dimaksud dengan takhayul adalah penjelasan spesifik yang terdapat dalam kegiatan-kegiatan ini. Sebagai contoh, memeriksa kalender sebelum meninggalkan rumah untuk menentukan kegiatan apa yang akan membawa kemujuran atau kesialan pada hari ini, apakah semua kegiatan akan membawa sial, apakah pindah rumah, menikah, dan mengatur pemakaman semuanya akan membawa sial, atau apakah semua kegiatan itu akan mendatangkan kemujuran jika dilakukan pada hari itu—inilah yang dimaksud dengan takhayul. Mengertikah engkau? (Ya.) Sebutkan beberapa contoh lainnya. (Keyakinan bahwa kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana.) "Kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana"—apakah ini? (Takhayul.) Ini adalah takhayul. Semua yang baru saja Kusebutkan, seperti meramal masa depan, mengundi, membaca garis tangan, dll, termasuk kegiatan yang bersifat takhayul. "Kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana" adalah pepatah khusus yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat takhayul. Pepatah ini adalah takhayul. Berasal dari manakah pepatah ini? Semua pepatah seperti ini pada dasarnya berasal generasi sebelumnya. Ada yang diwariskan oleh orang tua, ada yang diwariskan oleh kakek-nenek, buyut, dan sebagainya. Ada lagikah? (Tuhan, apakah adat istiadat hari raya termasuk?) Ya, adat istiadat hari raya juga termasuk: ada yang termasuk tradisi, dan ada juga yang termasuk tradisi sekaligus pepatah yang bersifat takhayul. Dari selatan hingga utara Tiongkok, dari Timur ke Barat, terdapat banyak adat istiadat hari raya. Sebagai contoh, adat istiadat hari raya tertentu di Tiongkok Selatan: orang sering kali makan kue keranjang selama Tahun Baru Imlek. Melambangkan apakah kue keranjang ini? Apa tujuan sebenarnya orang makan kue keranjang? (Mereka yakin bahwa dengan makan kue keranjang mereka akan dipromosikan setiap tahunnya.) Tujuan makan kue keranjang adalah memastikan mereka akan dipromosikan setiap tahunnya. Kata "promosi" di sini merupakan homofon dari kata dalam bahasa Mandarin yang berarti "kue". Jadi tujuan makan kue keranjang adalah memastikan bahwa engkau akan dipromosikan setiap tahunnya. Lalu, pernahkah dalam setahun engkau tidak makan kue keranjang dan tidak dipromosikan? Adakah orang yang dipromosikan setiap tahunnya karena mereka makan kue keranjang setiap tahun? Dapatkah engkau benar-benar "dipromosikan"? Orang tahu bahwa makan kue keranjang bukan berarti mereka akan dipromosikan, tetapi sekalipun tidak dipromosikan, setidaknya melakukannya akan menghindarkanmu mengalami kegagalan. Jadi, mereka harus memakannya. Memakannya membuat mereka merasa tenang, sedangkan tidak memakannya membuat mereka merasa gelisah. Inilah takhayul dan tradisi. Singkatnya, kebiasaan dan tradisi dari keluargamu ini telah membentuk semacam pengaruh terhadapmu, dan tanpa sadar, engkau telah menyetujui dan menerima tradisi dan kebiasaan ini hingga taraf tertentu; dengan demikian, engkau juga telah menyetujui dan menerima takhayul atau pemikiran serta sudut pandang yang dianjurkan oleh tradisi-tradisi tersebut. Ketika engkau akhirnya hidup mandiri, engkau mungkin melanjutkan tradisi dan kebiasaan ini. Hal ini tidak dapat disangkal. Jadi, mari kita membahas beberapa pepatah yang berkaitan dengan tradisi. Ada orang-orang yang sering melakukan hal berikut: ketika ada orang yang akan melakukan perjalanan jauh, mereka memasakkan pangsit untuk orang itu, dan ketika orang itu pulang, mereka menyiapkan mi untuknya. Bukankah ini adalah tradisi? (Ya.) Ini adalah tradisi, dan merupakan adat istiadat yang tidak tertulis. Mari kita membahas terlebih dahulu apa tujuan orang melakukan hal ini. Pertama, mari kita membahas pernyataan yang akurat untuk tindakan tersebut. ("Keluar makan pangsit, masuk makan mi". Atau dapat juga dikatakan, "Sebelum pergi makan pangsit, setelah pulang makan mie".) Apa maksud pepatah "Sebelum pergi makan pangsit, setelah pulang makan mie"? Artinya, jika ada orang yang akan pergi pada hari ini, engkau harus membuatkan pangsit untuk dimakannya; apa makna hal ini? Pangsit adalah isian yang dibungkus dengan kulit pangsit, dan kata "bungkus" terdengar mirip dengan kata dalam bahasa Mandarin yang berarti "melindungi". Jadi, maksudnya adalah untuk melindungi nyawanya, memastikan orang itu tidak mengalami kecelakaan apa pun setelah dia berangkat, memastikan dia tidak akan mati ketika berada jauh dari rumah, dan memastikan dia akan pulang kembali. Memakannya melambangkan keberangkatan yang aman. "Sebelum pergi makan pangsit, setelah pulang makan mie" berarti bahwa dia akan kembali dengan selamat dan segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar baginya—kira-kira seperti inilah maknanya. Pada umumnya, keluarga tertentu mengikuti tradisi ini. Jika ada anggota keluarga yang akan pergi, mereka membuatkan pangsit untuknya, dan sekembalinya orang tersebut, mereka menyajikan mi untuknya. Entah engkau yang memakan atau yang menyiapkan hidangan ini, semua itu dilakukan untuk membawa keberuntungan, baik pada masa sekarang maupun pada masa mendatang, untuk kesejahteraan semua orang. Apakah engkau semua setuju bahwa tradisi ini adalah hal yang positif dan sesuatu yang harus orang lakukan dan lanjutkan dalam hidup mereka? (Aku tidak setuju.) Ada saudara-saudari yang harus pergi, dan seseorang yang bertanggung jawab atas makanan membuatkan mereka pangsit, lalu Aku bertanya kepadanya, "Apa kaitannya kepergian mereka dengan membuat pangsit?" Dan dia berkata, "Begini, ketika ada orang yang akan pergi, kita harus membuat pangsit." Aku menjawab, "Kau membuat pangsit ketika mereka pergi; lalu bagaimana ketika mereka pulang?" Dia menjawab, "Sekembalinya mereka, mereka harus makan mi." Aku berkata, "Ini adalah pertama kalinya Aku mendengar hal ini. Berasal dari manakah tradisi ini?" Jawabnya, "Memang seperti inilah di tempat asalku. Jika ada orang yang akan pergi, kami membuatkan pangsit untuknya, dan sekembalinya orang tersebut, kami menyajikan mi." Setelah mendengar perkataannya, kesan apa yang tertinggal di hati-Ku? Kupikir: Orang ini telah percaya kepada Tuhan, tetapi dia tidak mendasarkan tindakannya pada firman Tuhan. Sebaliknya, dia mengandalkan tradisi dan apa yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Dia yakin bahwa nyawa orang dapat dilindungi oleh bungkus pangsit, yang berarti jika sesuatu terjadi pada seseorang, itu bukan berada di tangan Tuhan; itu berada di tangan manusia. Dia yakin bahwa dengan membungkus pangsit, orang yang akan pergi itu akan selamat, dan jika dia tidak membungkus pangsit, orang itu tidak akan selamat dan dia mungkin saja akan mati selama dalam perjalanan dan tidak akan pernah kembali. Dalam pemikiran dan sudut pandangnya, nyawa seseorang itu bagaikan isian di dalam pangsit, yang nilainya sama dengan isian pangsit. Nyawa mereka tidak berada di tangan Tuhan, dan Tuhan tidak mampu mengendalikan nasib orang itu. Hanya dengan menggunakan bungkus pangsit, barulah dia mampu mengendalikan nasib seseorang. Orang macam apa dia? (Pengikut yang bukan orang percaya.) Dia adalah pengikut yang bukan orang percaya. Ada banyak orang semacam itu di gereja. Mereka tidak menganggap hal seperti ini takhayul. Mereka menganggapnya bagian dari kebiasaan mereka, sesuatu yang secara alami harus mereka patuhi sebagai hal yang positif. Mereka melakukannya secara terang-terangan dan bertindak seolah-olah mereka masuk akal dan memiliki dasar untuk melakukannya. Engkau tidak dapat menghentikan mereka: jika engkau menghalangi mereka untuk melakukannya, mereka akan berkata, "Akulah yang memasak. Ada orang yang akan pergi hari ini: jika aku tidak membuatkan pangsit untuknya, siapa yang akan bertanggung jawab jika dia ternyata mati? Bukankah itu akan menjadi kesalahanku?" Mereka yakin bahwa tradisi leluhur mereka adalah yang paling dapat diandalkan: "Jika aku tidak mengikuti tradisi dan melanggar pantangan ini, nyawamu akan berada dalam bahaya, dan engkau mungkin akan mati karenanya." Bukankah ini adalah sudut pandang pengikut yang bukan orang percaya? (Ya.) Dengan sangat berakarnya pemikiran dan sudut pandang seperti ini di lubuk hati manusia, masih dapatkah mereka menerima kebenaran? (Tidak.) Engkau berkata bahwa engkau mengikuti Tuhan, engkau berkata bahwa engkau percaya kepada Tuhan sebagai kebenaran, tetapi mana buktinya? Engkau berkata dengan mulutmu, "Aku percaya bahwa Tuhan itu berdaulat, dan nasib manusia berada di tangan Tuhan." Namun, ketika ada orang yang akan pergi, engkau bergegas membuatkan pangsit untuknya, bahkan sekalipun engkau tidak ada waktu untuk membeli daging, engkau tetap harus membuat pangsit dengan isian sayur—pokoknya engkau harus membuatnya. Apakah tindakan dan perilaku seperti ini menjadi kesaksian bagi Tuhan? Apakah ini memuliakan Tuhan? (Tidak.) Jelas tidak. Tindakan dan perilaku seperti ini menghina Tuhan dan nama-Nya. Mengenai apakah engkau menerima kebenaran atau tidak, itu masalah kecil. Masalah terbesarnya adalah engkau mengaku percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, tetapi engkau masih mematuhi tradisi yang Iblis indoktrinasikan dalam dirimu. Dalam hal-hal kecil dalam kehidupanmu sehari-hari, engkau dengan ketat mematuhi pemikiran dan kebiasaan yang leluhurmu indoktrinasikan dalam dirimu, dan tak seorang pun mampu mengubahnya. Apakah ini adalah sikap orang yang menerima kebenaran? Ini adalah sikap yang menghina Tuhan; ini adalah sikap yang mengkhianati Tuhan. Siapakah leluhurmu? Berasal dari manakah tradisi mereka? Merepresentasikan siapa tradisi-tradisi ini? Apakah merepresentasikan kebenaran? Apakah merepresentasikan hal-hal positif? Siapakah yang membuat tradisi-tradisi ini? Apakah Tuhan? Tuhan memberi manusia kebenaran bukan untuk memulihkan tradisi, melainkan untuk menghapuskan semua tradisi. Namun, engkau bukan saja tidak mau meninggalkan semua itu, engkau malah memperlakukannya sebagai kebenaran dan sebagai sesuatu yang positif untuk kaupatuhi. Bukankah ini berarti cari mati? Bukankah ini berarti terang-terangan menentang kebenaran dan Tuhan? (Ya.) Ini berarti secara terang-terangan melawan dan menentang Tuhan. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Bagaimana jika aku tidak membuat pangsit atau mi untuk saudara-saudariku tetapi aku membuatkannya untuk anggota keluargaku sendiri? Ketika ada anggota keluargaku yang akan pergi, aku akan membuatkan pangsit untuknya, dan sekembalinya dia, aku akan memasakkan mi untuknya. Apakah boleh melakukannya?" Menurutmu, apakah boleh melakukannya? Bagaimana jika engkau mengatakan hal ini: "Jika aku mau menipu seseorang, aku tidak akan menipu saudara-saudariku, melainkan anggota keluargaku sendiri. Apakah boleh melakukannya?" Apakah boleh melakukannya? (Tidak.) Masalahnya bukan siapa yang menerima tindakanmu; masalahnya adalah apa yang kaujalani dan kauperlihatkan tentang dirimu sendiri, dan masalahnya adalah sudut pandang apa yang kaupatuhi. Masalahnya bukan siapa yang kautipu; masalahnya adalah seperti apakah tindakan dan prinsip-prinsipmu, bukan? (Ya.)
Ada orang-orang yang, selama Tahun Baru Imlek, menghabiskan hari-hari mereka melihat-lihat kalender, memulai hari raya tradisional tersebut sejak hari ke-30 bulan ke-12 kalender lunar, dengan ketatnya mematuhi gaya hidup dan pantangan yang diwariskan melalui adat istiadat tradisional ini dalam hal apa yang mereka makan, apa yang mereka kenakan, dan apa yang tidak boleh mereka lakukan setiap harinya. Apa pun yang menjadi pantangan bagi mereka untuk dilakukan dan diucapkan, mereka pasti tidak akan mengucapkan atau melakukannya, dan apa pun yang menjadi kemujuran bagi mereka untuk dimakan atau diucapkan, mereka akan memakan atau mengucapkannya. Sebagai contoh, ada orang-orang yang yakin bahwa selama Tahun Baru, mereka harus makan kue keranjang untuk memastikan diri mereka dipromosikan pada tahun berikutnya. Agar dipromosikan pada tahun berikutnya, mereka akan memastikan diri makan kue keranjang, sekalipun ada hal-hal penting yang harus mereka tangani saat itu, betapapun sibuk dan lelahnya mereka, atau sekalipun mereka sedang menghadapi keadaan khusus dalam hal pelaksanaan tugas mereka atau entah mereka punya cukup waktu untuk membuatnya atau tidak. Jika mereka tidak punya waktu untuk membuat kue keranjang di rumah, mereka akan pergi dan membelinya hanya untuk memastikan keberuntungan tersebut. Dan ada orang-orang yang harus makan ikan selama Tahun Baru, karena ikan melambangkan kelimpahan setiap tahunnya. Jika mereka tidak makan ikan dalam satu tahun, mereka yakin bahwa selama dua belas bulan mendatang, mereka akan mengalami kemiskinan. Jika mereka tidak mampu membeli ikan, mereka mungkin akan menaruh ikan kayu di meja makan sebagai perlambang. Mereka makan kue keranjang dan ikan untuk memastikan diperolehnya promosi dan kelimpahan selama tahun berikutnya. Di satu sisi, mereka melakukannya untuk menjadikan tahun ini berjalan dengan lebih lancar, menjadikan hidup mereka menjadi lebih baik dan lebih sejahtera, dan di sisi lain, mereka mengharapkan keberhasilan dalam karier mereka atau menghasilkan banyak uang dari bisnis mereka. Selain itu, selama Tahun Baru, mereka juga memastikan diri untuk menggunakan kalimat yang membawa keberuntungan. Sebagai contoh, mereka berusaha tidak mengucapkan angka empat dan lima karena "empat" terdengar seperti kata "mati", dan "lima" terdengar seperti kata "tidak ada" dalam bahasa Mandarin. Sebaliknya, mereka lebih suka mengucapkan angka enam atau delapan, di mana kata "enam" melambangkan kelancaran, dan "delapan" melambangkan mendapatkan kekayaan. Mereka bukan saja menggunakan kata dan kalimat yang membawa kemujuran, tetapi mereka juga memberikan amplop merah kepada para pegawai, anggota keluarga, kerabat, dan teman. Memberikan amplop merah melambangkan mendapatkan kekayaan, dan makin banyak amplop merah yang kauberikan, makin hal itu menandakan bahwa mereka akan mencapai kemakmuran. Mereka bukan saja memberikan amplop merah kepada manusia, tetapi juga kepada binatang peliharaan, yang melambangkan bahwa mereka akan dapat memperoleh kekayaan dari siapa pun, dan tahun berikutnya bisnis mereka akan berkembang pesat dan kekayaan mereka akan sangat berlimpah. Segala sesuatu, dari apa yang mereka makan hingga apa yang mereka lakukan, dari apa yang mereka ucapkan hingga cara mereka bertindak, semuanya itu adalah tentang meneruskan kebiasaan dan pepatah yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan mereka menerapkannya dengan sungguh-sungguh. Sekalipun, lingkungan hidup mereka atau komunitas tempat tinggal mereka telah berubah, adat istiadat dan gaya hidup tradisional ini tidak dapat berubah. Karena tradisi-tradisi ini mengandung makna tertentu di dalamnya, baik berupa pepatah positif maupun pantangan yang diwariskan oleh para leluhur, mereka harus meneruskannya. Jika tradisi atau pantangan ini dilanggar, tahun berikutnya mungkin tidak akan berjalan dengan baik, akan ada hambatan di mana-mana, bisnis akan lesu, atau akan terjadi kebangkrutan. Itulah sebabnya, sangat penting untuk mematuhi tradisi ini. Ada tradisi yang harus diikuti selama hari raya, dan ada juga tradisi yang harus diikuti dalam kehidupan orang sehari-hari. Sebagai contoh, memotong rambut—jika orang memeriksa kalender dan melihat bahwa akan sial jika mereka memotong rambut atau keluar rumah pada hari itu, maka mereka tidak akan berani keluar rumah. Jika mereka tidak memeriksa kalender dan tetap pergi memotong rambut, berarti mereka telah melanggar pantangan meninggalkan rumah dan pantangan memotong rambut, dan mereka mungkin akan menghadapi akibat yang tidak terduga. Jadi, hal-hal ini harus dipatuhi. Hal-hal ini termasuk tradisi dan takhayul. Jika seseorang harus pergi keluar, tetapi ketika memeriksa kalender dan melihat bahwa segala sesuatunya akan sial pada hari itu, maka orang itu akan menganggap hari itu adalah hari untuk beristirahat, bersenang-senang, bersantai, dan tidak melakukan apa pun, sehingga meskipun mereka diminta untuk pergi dan memberitakan Injil pada hari itu, mereka mungkin khawatir akan terjadi sesuatu jika mereka melanggar pantangan itu dan akan terjadi sesuatu yang tidak terduga pada mereka, seperti kecelakaan mobil atau dirampok. Mereka tidak berani pergi keluar, dan berkata, "Mari kita pergi besok! Kita tidak boleh mengabaikan apa yang leluhur kita katakan. Mereka berkata kita harus selalu memeriksa kalender sebelum keluar rumah. Jika menurut kalender segala sesuatunya akan sial, maka kita tidak boleh pergi. Jika engkau tetap pergi dan terjadi sesuatu, engkau harus menanggung sendiri akibatnya. Siapa suruh engkau tidak memeriksa kalender dan menuruti apa yang tertulis?" Ini berkaitan dengan tradisi dan juga takhayul, bukan? (Ya.)
Ada orang-orang yang berkata, "Tahun ini, usiaku 24 tahun; ini adalah tahun zodiakku." Yang lain berkata, "Tahun ini, aku berusia 36 tahun; ini adalah tahun zodiakku." Apa yang harus kaulakukan selama tahun zodiakmu? (Mengenakan pakaian dalam berwarna merah dan ikat pinggang berwarna merah.) Siapa yang pernah mengenakan pakaian dalam berwarna merah sebelumnya? Siapa yang pernah mengenakan ikat pinggang berwarna merah? Bagaimana perasaanmu mengenakan pakaian dalam dan ikat pinggang berwarna merah? Apakah engkau merasa tahunmu berjalan dengan lancar? Apakah mengenakannya mengusir ketidakberuntungan? (Ketika tiba tahun zodiakku, aku mengenakan kaus kaki berwarna merah. Namun, pada tahun itu, hasil ujianku sangat buruk. Mengenakan warna merah tidak membawa keberuntungan seperti yang orang katakan.) Mengenakannya membawa ketidakberuntungan, bukan? Mungkinkah nilaimu akan lebih baik jika engkau tidak mengenakan warna merah? (Tidak ada pengaruhnya apakah aku mengenakannya atau tidak.) Itulah pandangan yang akurat atas pertanyaan ini. Itu tidak ada pengaruhnya. Ini adalah tradisi dan juga takhayul. Entah engkau sekarang ini menerima gagasan tentang tahun zodiak atau entah engkau ingin meneruskan tradisi ini atau tidak, pemikiran dan pepatah tradisional yang berkaitan dengannya telah meninggalkan jejak di benak orang. Sebagai contoh, ketika tahun zodiakmu tiba, jika engkau mengalami peristiwa tak terduga atau keadaan khusus yang membuat tahunmu berjalan dengan berat dan bertentangan dengan keinginanmu, mau tak mau engkau berpikir, "Tahun ini sangat berat. Jika dipikir-pikir, memang tahun ini adalah tahun zodiakku, dan orang bilang selama tahun zodiak kita, kita harus berhati-hati karena akan lebih mudah bagi kita untuk melanggar pantangan. Menurut tradisi, seharusnya aku mengenakan warna merah, tetapi karena aku percaya kepada Tuhan, aku tidak mengenakannya. Aku tidak memercayai pepatah itu, tetapi saat memikirkan tantangan yang telah kuhadapi tahun ini, segala sesuatunya tidak berjalan dengan lancar. Bagaimana agar aku dapat menghindari masalah seperti ini? Mungkin tahun depan akan lebih baik." Engkau akan tanpa sadar mengaitkan peristiwa tak terduga dan tak diinginkan yang kauhadapi selama tahun tersebut dengan pepatah tradisional tentang tahun zodiak yang leluhur dan keluargamu tanamkan dalam dirimu. Engkau akan menggunakan pepatah ini untuk memvalidasi peristiwa tidak biasa yang kaualami selama tahun ini, dan dengan melakukannya, engkau mengesampingkan fakta dan esensi di balik peristiwa tersebut. Engkau juga mengesampingkan sikap yang seharusnya kaumiliki terhadap situasi ini dan pelajaran yang seharusnya kaupetik darinya. Engkau akan secara naluriah menganggap tahun ini sebagai tahun yang istimewa, tanpa sadar mengaitkan semua peristiwa yang terjadi selama tahun ini dengan tahun zodiakmu. Engkau akan merasa, "Tahun ini penuh kemalangan bagiku, atau tahun ini penuh berkat bagiku." Gagasan ini tentu saja ada kaitannya dengan pembelajaran dan pembiasaan dari keluargamu. Entah benar tahunmu itu penuh kemalangan atau tidak, apakah itu ada hubungannya dengan tahun zodiakmu? (Tidak.) Itu tidak ada hubungannya. Jadi, apakah perspektif dan sudut pandangmu mengenai hal-hal ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak benar? Apakah karena hingga taraf tertentu engkau telah dipengaruhi oleh pemikiran tradisional yang keluargamu indoktrinasikan dalam dirimu? (Ya.) Pemikiran tradisional ini kauanggap lebih penting dan menguasai pikiranmu. Dengan demikian, ketika menghadapi hal-hal ini, reaksi spontanmu adalah memandang hal-hal ini dari perspektif pemikiran dan sudut pandang tradisional tersebut, sembari mengesampingkan perspektif yang Tuhan ingin untuk kaumiliki atau pemikiran dan sudut pandang yang seharusnya kaumiliki. Apa akibat akhir dari caramu memandang hal-hal ini? Engkau akan merasa bahwa tahun ini tidak menguntungkan, bahwa tahun ini penuh dengan ketidakberuntungan dan tidak sesuai dengan keinginanmu, dan karenanya engkau akan menggunakan depresi dan kenegatifan sebagai cara untuk menghindari, melawan, menentang, dan menolak hal-hal ini. Jadi, apakah penyebab munculnya emosi, pemikiran, dan sudut pandang ini ada kaitannya dengan pemikiran tradisional yang keluargamu indoktrinasikan dalam dirimu? (Ya.) Dalam hal-hal semacam ini, apa yang harus orang lepaskan? Mereka harus melepaskan perspektif dan pendirian yang berdasarkannya mereka menilai hal-hal tersebut. Mereka tidak boleh memandang hal-hal ini dari perspektif bahwa mereka menghadapi situasi ini karena tahun ini penuh dengan ketidakberuntungan, kemalangan, tidak sesuai dengan keinginan mereka, atau karena mereka telah melanggar pantangan tertentu atau karena tidak mengikuti aturan tradisional tertentu. Sebaliknya, engkau harus menerima hal-hal ini satu per satu, dan yang terutama dan terpenting, engkau setidaknya harus memandang hal-hal ini dari perspektif makhluk ciptaan. Menganggap hal-hal ini, entah baik atau buruk, entah sesuai ataukah bertentangan dengan keinginanmu, entah di mata manusia semua itu adalah keberuntungan atau kemalangan, sebagai hal-hal yang telah diatur oleh Tuhan, berada di bawah kedaulatan Tuhan, dan berasal dari Tuhan. Bermanfaatkah memandang hal-hal ini dengan menggunakan perspektif dan pendirian semacam ini? (Ya.) Apa manfaat yang pertama? Engkau akan mampu menerima bahwa hal-hal ini adalah dari Tuhan, yang berarti hingga taraf tertentu, engkau mampu memiliki sikap mental yang mau tunduk. Manfaat kedua, engkau akan mampu memetik pelajaran dan memperoleh sesuatu dari hal-hal yang mengecewakan tersebut. Manfaat ketiga, dari hal-hal yang mengecewakan tersebut, engkau mampu mengenali kelemahan dan kekuranganmu sendiri, serta watak rusakmu sendiri. Manfaat keempat, dalam mengalami hal-hal yang mengecewakan tersebut, engkau mampu bertobat dan berbalik, melepaskan pemikiran dan sudut pandangmu yang sebelumnya, melepaskan cara hidupmu yang sebelumnya, melepaskan berbagai kesalahpahamanmu tentang Tuhan, dan kembali ke hadapan Tuhan, menerima pengaturan-Nya dengan sikap yang tunduk, sekalipun itu berarti engkau harus menerima hajaran dan penghakiman Tuhan, didikan dan pendisiplinan-Nya terhadapmu, atau hukuman-Nya. Engkau akan bersedia tunduk untuk menerima semua itu dan tidak menyalahkan Surga atau orang lain, juga tidak mengaitkan kembali segala sesuatunya dengan sudut pandang dan pendirian pemikiran tradisional yang terindoktrinasi dalam dirimu, tetapi memandang setiap hal dari sudut pandang makhluk ciptaan. Ini bermanfaat bagimu dalam banyak hal. Bukankah semua hal ini bermanfaat? (Ya.) Di sisi lain, jika engkau memandang hal-hal ini berdasarkan pemikiran tradisional yang keluargamu indoktrinasikan dalam dirimu, engkau akan berusaha dengan segala cara untuk menghindari hal-hal tersebut. Apa yang dimaksud menghindari? Itu berarti mencari berbagai cara untuk menghindari kemalangan tersebut, menghindari hal-hal yang mengecewakan, malang, tidak beruntung ini. Ada orang-orang yang berkata, "Itu karena setan-setan kecil mempermainkanmu. Jika kau mengenakan pakaian berwarna merah, kau akan dapat menghindarinya. Mengenakan pakaian berwarna merah itu seperti ketika kau diberi jimat dalam agama Buddha. Jimat adalah sehelai kertas kuning bertuliskan beberapa huruf berwarna merah. Kau dapat menempelkannya di keningmu, menjahitkannya di bajumu, atau meletakkannya di bawah bantalmu, dan jimat itu akan membantumu mengusir hal-hal ini." Jika orang tidak memiliki jalan penerapan yang positif, satu-satunya jalan keluar mereka adalah mencari pertolongan dari jalan yang bengkok dan jahat ini, karena tak seorang pun ingin mengalami ketidakberuntungan atau kemalangan apa pun. Semua orang ingin segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Seperti inilah reaksi naluriah manusia yang rusak ketika menghadapi masalah duniawi. Engkau ingin menghindari masalah ini atau menggunakan berbagai cara manusia untuk membereskannya karena engkau tidak memiliki jalan yang benar untuk menanganinya, juga tidak memiliki pemikiran dan sudut pandang yang benar untuk menghadapinya. Engkau hanya dapat memandang hal-hal ini dari perspektif orang tidak percaya, sehingga reaksi pertamamu adalah menghindarinya, tidak ingin mengalami hal-hal tersebut. Engkau berkata, "Mengapa kemalangan seperti itu menimpaku? Mengapa aku begitu tidak beruntung? Mengapa setiap hari aku mengalami diriku dipangkas? Mengapa aku selalu menemui jalan buntu dan melakukan kesalahan dalam semua yang kulakukan? Mengapa tindakan-tindakanku selalu tersingkap? Mengapa orang-orang di sekitarku selalu bertindak tidak sesuai dengan keinginanku? Mengapa mereka mengincarku, meremehkanku, dan bertindak tidak sesuai dengan keinginanku dalam segala hal?" Seperti yang dikatakan orang, "Ketika kau tidak beruntung, bahkan air dingin pun akan tersangkut di gigimu." Dapatkah air dingin tersangkut di gigimu? Apakah engkau mengunyah air dingin dengan gigimu? Bukankah ini omong kosong? Bukankah ini menyalahkan Surga dan orang lain? (Ya.) Apa yang dimaksud ketidakberuntungan? Apakah hal seperti ini benar-benar ada? (Tidak.) Itu tidak ada. Jika engkau benar-benar menyadari bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, bahwa segala sesuatu berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan, engkau tidak akan menggunakan kata-kata, seperti "ketidakberuntungan", dan engkau tidak akan berusaha menghindari hal apa pun. Ketika orang mengalami hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, reaksi pertama mereka adalah menghindarinya, dan kemudian menolaknya. Jika mereka tidak mampu menolak, menghindari, atau bersembunyi dari hal-hal ini, mereka akan mulai menentangnya. Penentangan bukan sekadar dengan merenungkan atau memikirkannya di benak mereka; penentangan akan mencakup tindakan yang akan dilakukan. Secara pribadi, orang akan melakukan manuver yang picik, mengucapkan pernyataan yang provokatif, yang membenarkan, membela, meninggikan, atau menutupi dirinya sendiri agar terlihat baik, demi menghindarkan dirinya terpengaruh atau terseret ke dalam peristiwa yang tidak menguntungkan. Begitu orang mulai menentang, itu bisa menjadi berbahaya baginya, bukan? (Ya.) Katakan kepada-Ku, ketika orang mencapai titik di mana mereka mulai menentang, masih berfungsikah hati nurani dan nalar manusia normal yang tersisa dalam diri mereka? Mereka telah beralih dari pemikiran dan sudut pandang ke tindakan nyata, dan nalar serta hati nurani tidak lagi dapat menahan mereka. Apa artinya? Ini berarti tindakan dan pemikiran orang itu hanya akan berkembang menjadi penentangan terhadap Tuhan secara nyata. Mereka bukan saja menentang, tidak bersedia, atau merasa tidak senang di dalam hatinya; mereka juga sedang menggunakan tindakan dan perbuatan nyata mereka untuk menentang. Ketika orang sudah menentang melalui tindakan nyata, bukankah hidup orang ini pada dasarnya sudah berakhir? Ketika kenyataan memberontak terhadap Tuhan, menentang Tuhan, dan melawan Dia sudah terbentuk, masalahnya sudah bukan lagi jalan yang sedang ditempuh orang itu—ini sudah menghasilkan akibat tertentu. Bukankah ini sangat berbahaya? (Ya.) Jadi, bahkan gagasan budaya traditional, pemikiran tradisional, atau pepatah takhayul sekecil dan seremeh apa pun, mampu menimbulkan akibat yang sangat serius. Ini bukan sekadar kebiasaan gaya hidup yang sederhana, bukan sekadar apa yang kaumakan, apa yang kaukenakan, atau apa yang kaukatakan atau tidak kaukatakan. Ini akan menunjukkan sikap seperti apa yang orang gunakan ketika menghadapi lingkungan yang telah Tuhan atur. Oleh karena itu, hal-hal ini juga merupakan masalah yang harus orang lepaskan.
Selain mematuhi cara hidup tradisional, pemikiran dan sudut pandang tertentu selama hari raya besar, orang juga mematuhi hal-hal tersebut selama hari raya kecil tertentu. Sebagai contoh, mereka makan wedang ronde pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek. Mengapa orang makan wedang ronde? (Wedang ronde melambangkan reuni keluarga.) Reuni keluarga. Pernahkah engkau semua makan wedang ronde dalam beberapa tahun terakhir ini? (Aku memakannya di rumah, tetapi tidak pernah memakannya di gereja.) Apakah berkumpul kembali bersama keluarga adalah hal yang baik? (Tidak.) Adakah orang yang baik di keluargamu? Entah mereka meminta uang darimu atau menyuruhmu membayarkan utang; jika engkau memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka menjilatmu dan meminta bagian, dan jika engkau tidak memilikinya, mereka akan memandang rendah dirimu. Selain makan wedang ronde pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek, terdapat adat istiadat lain pada tanggal berbeda, seperti pada hari kedua bulan dua tahun lunar, hari ketiga bulan tiga, hari keempat bulan empat, hari kelima bulan lima .... Ada banyak hal berbeda, dan segala jenis makanan yang dikaitkan dengan tanggal-tanggal tersebut. Hal-hal yang dilakukan di dunia orang tidak percaya dan dunia para setan ini semuanya tidak masuk akal. Jika engkau ingin merayakan hari raya tertentu dan menikmati makanan lezat, katakan saja engkau akan menikmati makanan lezat dan itu saja. Selama keadaan hidupmu memungkinkan, engkau dapat makan apa pun yang kausukai. Sudahi semua tipu muslihat ini, seperti makan kue keranjang agar mendapatkan promosi setiap tahunnya, makan ikan agar memperoleh kelimpahan, atau makan wedang ronde agar keluarga berkumpul kembali. Orang-orang Tiongkok juga membuat bacang, tetapi untuk tujuan apa? Setiap tahun selama berbagai hari raya, ada orang-orang yang penuh pengabdian di gereja yang membeli berbagai barang yang disesuaikan dengan masing-masing hari raya, seperti bacang. Aku bertanya kepada salah seorang dari mereka, "Mengapa kau makan bacang?" Dia berkata, "Untuk merayakan Festival Perahu Naga pada hari kelima bulan lima tahun lunar." Bacang adalah makanan yang cukup enak, tetapi Aku tidak tahu mengapa ada hari raya yang dikaitkan dengannya atau apa hubungannya bacang dengan kehidupan dan kekayaan manusia. Aku tidak pernah melakukan penelitian atau mengadakan survei mengenai hal ini, jadi Aku tidak tahu. Tampaknya, itu dilakukan untuk mengenang seseorang. Namun, mengapa kita harus memakan makanan tersebut untuk mengenangnya? Tampaknya, bacang itu harus diberikan kepada orang tersebut. Siapa pun yang ingin mengenang orang tersebut harus menaruh bacang di depan makamnya atau fotonya. Bacang itu tidak boleh diberikan kepada orang yang masih hidup: ini bukan urusan orang yang masih hidup. Orang yang masih hidup memakannya mewakili orang tersebut. Itu tidak masuk akal. Pengetahuan tentang hari-hari raya ini serta makanan apa yang harus dimakan selama hari raya tersebut diperoleh dari orang-orang tidak percaya: Aku tidak tahu rincian spesifiknya, dan rincian tertentu kemudian diteruskan melalui orang-orang di gereja. Bacang dimakan selama Festival Perahu Naga dan kue keranjang dimakan selama Tahun Baru Imlek. Di dunia Barat, orang makan ayam kalkun pada Hari Pengucapan Syukur: mengapa mereka makan ayam kalkun? Menurut laporan berita, mereka makan ayam kalkun pada Hari Pengucapan Syukur untuk mengucap syukur. Ini adalah tradisi. Ada hari raya lain di dunia Barat yang disebut hari Natal, di mana orang memasang pohon natal dan mengenakan pakaian baru. Ini juga merupakan tradisi. Selama hari raya ini, orang Barat juga harus saling mengucapkan perkataan yang menyenangkan, saling memberi selamat, dan mengucapkan berkat. Mereka tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar atau makian. Semua ini setara dengan pepatah kemujuran dalam budaya Timur, dan tujuannya adalah agar orang tidak melanggar pantangan, karena jika tidak, tahun berikutnya tidak akan menguntungkan. Hari raya Barat seperti Hari Pengucapan Syukur dan Natal berkaitan dengan makan makanan lezat tertentu, dan kisah-kisah yang dikarang untuk membenarkan dimakannya makanan tersebut. Pada akhirnya, kesimpulan-Ku adalah: orang mencari alasan untuk menikmati makanan lezat ini, memungkinkan mereka untuk mengambil cuti selama beberapa hari untuk berpesta di rumah, makan hingga perut mereka menjadi buncit. Ketika tiba waktunya untuk mendonorkan darah, perawat berkata, "Tingkat lipid darahmu terlalu tinggi, darahmu tidak memenuhi standar dan engkau tidak dapat mendonorkan darahmu." Inilah akibatnya jika mengonsumsi daging secara berlebihan. Tujuan utama merayakan hari raya tradisional ini adalah untuk menikmati makanan dan minuman lezat. Tradisi ini diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dari orang tua ke orang muda, dan menjadi sebuah tradisi. Pemikiran dan sudut pandang mendasar yang diindoktrinasikan oleh tradisi ini, serta pepatah takhayul tertentu, juga diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya.
Adakah pepatah takhayul lainnya? Apakah tentang kedutan mata yang baru saja Kusebutkan sering terjadi? (Ya.) Ketika engkau berkata, "Mataku terus-menerus berkedut." Seseorang berkata, "Mata sebelah mana yang berkedut?" Engkau menjawab, "Mata kiri." Dia berkata, "Tidak masalah, kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana." Apakah perkataan ini dapat dibenarkan? Apakah engkau menjadi kaya ketika mata kirimu berkedut? Apakah engkau mendapatkan uang? (Tidak.) Lalu, apakah bencana terjadi ketika mata kananmu berkedut? (Juga tidak.) Pernahkah ada situasi di mana ketika mata kirimu berkedut, maka bencana, sesuatu yang buruk pun terjadi, atau ketika mata kananmu berkedut, sesuatu yang baik terjadi? Apakah engkau semua memercayai hal ini? (Tidak.) Mengapa engkau tidak memercayai hal ini? Mengapa matamu berkedut? Adakah pengobatan dalam budaya masyarakat untuk menghentikan mata yang berkedut? Apakah ada metode tertentu? (Aku pernah melihat seseorang menempelkan sepotong kertas putih di kelopak matanya.) Mereka mencari sepotong kertas putih untuk ditempelkan. Mata mana pun yang berkedut, mereka menyobek selembar kertas putih dari kalender atau buku catatan kecil dan menempelkannya di kelopak mata. Warnanya tidak boleh warna lain selain warna putih. Apa arti kertas putih? Itu berarti kedutan itu "sia-sia", yang menandakan bahwa tidak boleh ada hal buruk yang terjadi. Apakah metode ini cemerlang? Metode yang sangat cemerlang, bukan? Apa artinya kedutan itu "sia-sia"? (Itu tidak ada kaitannya apakah orang menempelkan kertas di kelopak mata mereka atau tidak.) Dapatkah engkau semua menjelaskan hal ini? "Kedutan di mata kiri menandakan keberuntungan sedangkan kedutan di mata kanan menandakan bencana". Entah itu berarti keberuntungan atau bencana, apakah ada penjelasan mengenai mata yang berkedut? Pernahkah terjadi situasi di mana ketika mata kananmu berkedut, engkau merasa seolah-olah sesuatu yang buruk akan terjadi, engkau merasakan firasat dan tak lama kemudian, matamu berhenti berkedut, engkau melupakan semua itu, lalu sesuatu yang buruk terjadi beberapa hari kemudian, dan setelah menangani masalah ini, engkau tiba-tiba ingat, "Wah, pepatah tentang mata yang berkedut itu ternyata tepat. Mengapa? Karena beberapa hari yang lalu mata kananku memang mulai berkedut, dan setelah berhenti berkedut, peristiwa ini terjadi. Setelah itu terjadi, mataku tidak lagi berkedut sejak itu." Pernahkah hal seperti ini terjadi? Ketika engkau tidak mampu memahami sesuatu, engkau tidak berani mengatakan apa pun, engkau tidak berani menyangkalnya, juga tidak berani mengakui bahwa hal itu benar; engkau tidak dapat menghindari topik ini, engkau tidak mampu mengutarakannya dengan jelas, tetapi engkau masih menganggap hal itu masuk akal. Dengan mulutmu, engkau berkata, "Itu takhayul, aku tidak boleh memercayainya, segala sesuatu berada di tangan Tuhan." Engkau tidak memercayainya, tetapi peristiwa ini menjadi kenyataan; ini sangat tepat, bagaimana engkau menjelaskannya? Engkau tidak memahami kebenaran dan esensinya di sini, jadi engkau tidak mampu mengutarakannya dengan jelas. Engkau menyangkalnya di mulutmu, menyebutnya takhayul, tetapi di lubuk hatimu, engkau masih takut karena terkadang hal ini benar-benar menjadi kenyataan. Sebagai contoh, ada seseorang yang mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia. Sebelum kecelakaan itu, istri orang itu mengalami kedutan parah di mata kanannya: mata itu terus berkedut siang dan malam. Sampai seburuk apakah kedutannya? Bahkan orang lain pun dapat melihat matanya berkedut. Beberapa hari kemudian, suaminya mengalami kecelakaan mobil dan meninggal. Setelah mengurus pemakaman, istri orang itu duduk dan perlahan-lahan mulai berpikir, "Ya ampun, selama beberapa hari itu, mataku berkedut sangat parah sehingga aku bahkan tidak dapat menahannya dengan tanganku. Aku tidak menyangka hal itu menjadi kenyataan dengan cara seperti ini." Kemudian, dia mulai memercayai pepatah ini, berpikir, "Ya ampun, ternyata sesuatu memang terjadi ketika mataku berkedut. Hal yang akan terjadi belum tentu hal yang baik atau buruk, tetapi sesuatu pasti akan terjadi. Itu adalah semacam pertanda atau firasat." Pernahkah hal ini terjadi? Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak memercayainya, ini adalah takhayul." Namun, itu terjadi tepat pada waktu itu, dan benar-benar terjadi setepat itu. Hal-hal yang disebutkan dalam budaya masyarakat bukanlah desas-desus yang tidak berdasar; takhayul berbeda dengan tradisi. Hingga batas tertentu, hal ini ada dalam kehidupan manusia dan hal ini juga memengaruhi dan mengendalikan lingkungan hidup manusia dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka. Ada orang-orang yang berkata, "Jika demikian, bukankah ini adalah pertanda dari Tuhan, bukan takhayul? Karena ini bukan takhayul, kita harus memperlakukan dan memahami hal ini dengan baik. Ini bukan berasal dari Iblis, ini mungkin saja berasal dari Tuhan, sebuah petunjuk dari Tuhan. Kita tidak seharusnya mengutuk hal ini." Bagaimana kita dapat memandang hal ini dengan benar? Ini menguji kemampuanmu dalam memandang segala sesuatu dan menguji pemahamanmu akan kebenaran. Jika engkau memperlakukan segala sesuatu secara seragam, yakin bahwa, "Semua ini adalah takhayul, tidak ada hal yang seperti ini dan aku tidak memercayai satu pun darinya," apakah ini cara yang benar dalam memandang segala sesuatu? Sebagai contoh, ketika seseorang yang tidak percaya ingin pindah rumah, dia melihat di kalender tertulis, "Hari ini adalah hari yang sial untuk pindah", sehingga dia mengikuti pantangan ini dan tidak berani pindah pada hari itu. Dia memeriksa hari di mana itu tertulis, "Hari ini hari yang mujur untuk pindah" atau "Segala sesuatu akan mujur" sebelum pindah. Setelah pindah, tidak ada hal buruk yang terjadi, dan kepindahan itu tidak memengaruhi kekayaannya di masa depan. Apakah hal seperti ini terjadi? Ada seseorang yang membaca "hari yang sial untuk pindah" tetapi tidak memercayainya; dia tetap pindah. Hasilnya, setelah pindah, sesuatu yang buruk terjadi; keluarganya mengalami musibah, kekayaannya menurun, ada anggota keluarga yang meninggal dan ada yang jatuh sakit. Segala sesuatunya, mulai dari bertani, bekerja, berbisnis hingga sekolah anak-anaknya, menjadi sulit. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia pun berkonsultasi dengan peramal, yang berkata, "Kau telah melanggar pantangan selama waktu itu. Hari kepindahanmu adalah hari yang sial untuk pindah, dan dengan tetap pindah, berarti kau telah menyinggung Tai Sui."[a] Apa yang sedang terjadi di sini? Tahukah engkau? Jika engkau semua tidak mampu memahami hal ini, engkau tidak akan tahu bagaimana cara menangani situasi seperti ini ketika itu terjadi. Ketika ada orang tidak percaya berkata, "Biar kuberitahukan kepadamu, aku pindah pada hari yang sial untuk pindah, dan setelah pindah, keluargaku terus-menerus mengalami masalah hari demi hari, menjadi makin tidak beruntung, dan kami belum mengalami hari yang baik setelah itu," hatimu mungkin berdegup kencang mendengarnya. Engkau menjadi takut, lalu berpikir, "Ya ampun, jika aku tidak mengikuti pantangan itu, apakah hal yang sama akan terjadi padaku?" Engkau memikirkannya di benakmu, "Aku percaya kepada Tuhan, aku tidak takut!" Namun, keraguan masih melekat di benakmu, dan engkau tidak berani melanggar pantangan tersebut.
Bagaimana seharusnya kita memandang pepatah takhayul ini? Mari kita mulai dengan masalah mata yang berkedut. Apakah kita semua tahu apa arti kedutan di mata? Pemahaman paling dasar yang orang miliki adalah bahwa hal itu menandakan apa yang mungkin akan terjadi di masa depan, entah itu hal yang baik atau hal yang buruk. Namun, apakah itu takhayul atau bukan? Silakan menjawab. (Itu adalah takhayul.) Itu adalah takhayul. Pertanyaan selanjutnya, bolehkah orang yang percaya kepada Tuhan memercayai pepatah ini? (Tidak.) Mengapa mereka tidak boleh memercayainya? (Karena keberuntungan dan kemalangan ditata dan diatur dalam tangan Tuhan dan tidak ada kaitannya dengan apakah mata kita berkedut atau tidak. Segala sesuatu yang kita hadapi berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan kita harus menerimanya dengan sikap tunduk.) Seandainya suatu hari matamu berkedut parah sepanjang hari, dan terus berkedut hingga keesokan paginya. Setelah itu, sesuatu terjadi, dan engkau pun dipangkas. Setelah dipangkas, matamu berhenti berkedut. Apa yang akan kaupikirkan? "Kedutan di mataku menandakan bahwa aku akan dipangkas." Apakah ini hanya kebetulan? Apakah ini takhayul? Terkadang ini hanyalah kebetulan; terkadang hal-hal seperti ini terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi? (Tuhan, kurasa mata yang berkedut mungkin merupakan bagian dari ritme tubuh yang normal, dan tidak boleh dikaitkan dengan dipangkas.) Mata yang berkedut harus dipahami sebagai berikut: entah manusia meyakini bahwa kedutan di satu mata menandakan keberuntungan dan kedutan di mata lainnya menandakan bencana, Tuhan menciptakan tubuh manusia dengan banyak misteri. Seberapa dalam misteri ini, rincian spesifik apa yang tercakup di dalamnya, naluri, kemampuan, dan potensi seperti apa yang dimiliki tubuh manusia, manusia sendiri tidak memiliki pengetahuan ini. Apakah tubuh manusia mampu merasakan alam roh, apakah tubuh manusia memiliki apa yang disebut orang indra keenam, orang tidak mengetahuinya. Perlukah manusia berusaha memahami aspek dari tubuh manusia yang tidak diketahui ini? (Tidak perlu.) Tidak perlu. Orang tidak perlu memahami misteri yang ada dalam tubuh manusia. Sekalipun mereka tidak perlu memahaminya, mereka harus memiliki pemahaman dasar bahwa tubuh manusia itu tidaklah sederhana. Tubuh manusia pada dasarnya berbeda dengan barang atau benda apa pun yang tidak diciptakan oleh Tuhan, seperti meja, kursi, atau komputer. Natur benda-benda ini sepenuhnya berbeda dengan natur tubuh manusia: benda-benda tidak bernyawa ini tidak memiliki pemahaman akan alam roh, sedangkan tubuh manusia, makhluk hidup yang berasal dari Tuhan, yang diciptakan oleh Tuhan ini, melalui panca indranya, mampu memahami lingkungan terdekat, suasana, dan objek khusus tertentu, serta cara bereaksi terhadap lingkungan sekitar dan peristiwa yang akan terjadi. Hal ini tidaklah sederhana, semua ini adalah misteri. Tubuh manusia bukan saja mampu merasakan hal-hal yang dingin, panas, menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk dicium, yang manis, asam, pedas, tetapi juga terdapat misteri tertentu yang tidak disadari oleh kesadaran subjektif manusia. Manusia tidak tahu tentang hal-hal ini. Jadi, secara spesifik, apakah kedutan di mata berkaitan dengan saraf orang, dengan indra keenam mereka, atau dengan sesuatu yang berkaitan dengan alam roh, kita tidak akan mendalami hal ini. Bagaimanapun juga, fenomena ini ada, dan kita tidak akan menyelidiki tujuan dan makna keberadaannya. Jadi, terdapat pepatah tertentu tentang kedutan mata baik di tengah keluarga maupun dalam budaya masyarakat. Entah pepatah ini mengandung takhayul atau tidak, pada akhirnya, itu adalah pertanda yang terwujud dalam tubuh manusia sebelum terjadinya peristiwa tertentu di lingkungan hidup tertentu. Jadi, apakah perwujudan seperti ini termasuk takhayul, tradisi, atau sains? Ini adalah sesuatu yang tidak dapat diselidiki. Ini adalah sebuah misteri. Singkatnya, dalam kehidupan nyata, selama ribuan tahun dari sejak zaman purbakala hingga zaman sekarang, manusia telah menyimpulkan bahwa kedutan di mata seseorang ada hubungannya dengan peristiwa yang akan terjadi di sekitar mereka. Apakah hubungan ini ada kaitannya dengan kekayaan, keberuntungan, atau aspek lain dalam kehidupan seseorang, hal ini tidak mungkin untuk diselidiki. Ini juga merupakan misteri. Mengapa hal ini dianggap misteri? Banyak hal yang berkaitan dengan alam roh berada di luar dunia materiel, yang tidak mampu kaulihat, atau kaurasakan sekalipun hal-hal tersebut diberitahukan kepadamu. Itulah sebabnya hal ini dianggap sebagai misteri. Karena hal-hal ini adalah misteri dan manusia tidak dapat melihat atau merasakannya, tetapi karena perasaan tertentu yang memberi firasat dan perasaan akan terjadi sesuatu masih ada dalam diri manusia, bagaimana seharusnya orang menghadapinya? Aturan paling sederhana adalah mengabaikannya. Jangan percaya bahwa hal itu ada kaitannya dengan kekayaan atau keberuntunganmu. Jangan khawatir bahwa hal-hal buruk mungkin akan terjadi ketika mata kananmu berkedut, dan tentu saja jangan bersukacita ketika mata kirimu berkedut, karena mengira engkau akan menjadi kaya. Jangan biarkan hal-hal ini memengaruhimu. Alasan utamanya adalah karena engkau tidak memiliki kemampuan untuk meramalkan masa depan. Segala sesuatu diatur dan dikendalikan oleh Tuhan; entah yang akan terjadi itu baik atau buruk, semua itu berada di tangan Tuhan. Satu-satunya sikap yang harus kaumiliki adalah tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Jangan membuat prediksi atau melakukan pengorbanan, persiapan, atau perjuangan yang tidak perlu. Apa pun yang terjadi, akan terjadi, karena semuanya itu berada di tangan Tuhan. Tak seorang pun mampu mengubah pemikiran Tuhan, rencana-Nya, atau apa yang telah Dia tetapkan untuk terjadi. Entah engkau menempelkan kertas putih di kelopak matamu, menekankannya di kelopak mata dengan tanganmu, atau engkau mengandalkan sains atau takhayul, tak satu pun dari hal-hal ini akan menciptakan perbedaan. Apa yang akan terjadi, akan terjadi, akan menjadi kenyataan, dan engkau tidak dapat mengubahnya karena semua itu berada di tangan Tuhan. Upaya apa pun untuk menghindarinya adalah bodoh, pengorbanan yang sia-sia, dan tidak perlu. Melakukannya hanya memperlihatkan bahwa engkau memberontak dan keras kepala, tidak memiliki sikap yang tunduk kepada Tuhan. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Jadi, apakah kedutan di mata dapat dianggap sebagai takhayul atau sains, sikapmu haruslah seperti ini: jangan merasa senang ketika mata kirimu berkedut, dan jangan merasa takut, gentar, khawatir, menolak, atau menentang ketika mata kananmu berkedut. Sekalipun memang terjadi sesuatu setelah matamu berkedut, engkau harus menghadapinya dengan tenang karena segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Engkau tidak perlu takut atau khawatir. Jika sesuatu yang baik terjadi, bersyukurlah kepada Tuhan atas berkat-Nya. Ini adalah kasih karunia Tuhan; jika sesuatu yang buruk terjadi, berdoalah agar Tuhan menuntunmu, melindungimu, dan tidak membiarkanmu jatuh ke dalam pencobaan. Di lingkungan seperti apa pun setelah hal itu terjadi, mampukanlah dirimu untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Jangan meninggalkan Tuhan, jangan mengeluh kepada-Nya, sebesar apa pun bencana yang menimpamu, atau separah apa pun kemalangan yang kaualami, jangan menyalahkan Tuhan. Bersedialah untuk tunduk pada pengaturan Tuhan. Bukankah dengan demikian, masalah ini akan terselesaikan? (Ya.) Mengenai hal-hal seperti ini, orang harus memiliki pemikiran dan sudut pandang berikut: "Apa pun yang terjadi di masa depan, aku siap, dan aku memiliki sikap yang tunduk terhadap Tuhan. Entah mata kiriku yang berkedut, entah mata kananku yang berkedut, atau kedua mata berkedut sekaligus, aku tidak takut. Aku tahu sesuatu mungkin akan terjadi di masa depan, tetapi aku percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Mungkin saja, ini adalah cara Tuhan memberitahuku tentang sesuatu yang akan terjadi, atau mungkin saja ini merupakan reaksi naluriah dari tubuh jasmaniahku. Apa pun yang terjadi, aku siap, dan aku memiliki sikap yang tunduk kepada Tuhan. Sebesar apa pun kerugian dan kehilangan yang kualami setelah ini terjadi, aku tidak akan menyalahkan Tuhan. Aku bersedia untuk tunduk." Inilah sikap yang harus manusia miliki. Setelah mereka memiliki sikap ini, mereka tidak akan lagi peduli apakah pepatah tentang mata berkedut yang keluarga tanamkan dalam diri mereka merupakan takhayul ataukah sains. Mereka berkata, "Tidak masalah apakah itu takhayul atau sains. Apa yang kauyakini adalah urusanmu. Jika engkau semua memintaku untuk menempelkan sepotong kertas di kelopak mataku, aku tidak akan melakukannya. Jika kedutannya mulai terasa tidak nyaman, aku hanya akan memejamkannya sebentar." Jika ada orang yang memberitahumu, "Matamu sering sekali berkedut, berhati-hatilah selama beberapa hari ke depan!" Dapatkah berhati-hati membantumu menghindari sesuatu? (Tidak, kita tidak dapat menghindari apa yang harus terjadi.) Jika bukan berkat, maka itu adalah bencana, jika itu adalah bencana, engkau tidak dapat menghindarinya; entah itu berkat atau bencana, bagaimanapun juga engkau harus menerimanya. Ini berarti memiliki sikap seperti Ayub. Jika engkau hanya mau menerima selama itu adalah berkat, dan engkau senang ketika mata kirimu berkedut, sebaliknya, engkau marah ketika mata kananmu berkedut, dengan berkata, "Mengapa mataku berkedut? Mataku terus saja berkedut, tidak pernah berhenti! Aku akan berdoa dan aku akan mengutuk agar mata kananku tidak lagi berkedut dan agar kemalangan menjauh dariku." Ini bukanlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh orang yang percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya. Tanpa seizin Tuhan, jika Tuhan tidak menentukan hal itu terjadi, apakah kemalangan atau setan akan berani mendekatimu? (Tidak.) Baik dunia materiel maupun alam roh, semua itu berada di bawah kendali, kedaulatan, dan pengaturan Tuhan. Apa pun yang ingin dilakukan setan kecil itu, tanpa seizin Tuhan, akan beranikah dia mencelakakan bahkan sehelai rambut di kepalamu? Dia tidak akan berani, bukan? (Tidak.) Dia ingin menyentuhmu dan mencelakakanmu, tetapi jika Tuhan tidak mengizinkannya, dia tidak akan berani. Jika Tuhan mengizinkannya, dengan berkata, "Kacaukan sedikit keadaan di sekitarnya dan datangkan kemalangan dan masalah," maka setan kecil itu akan senang dan mulai bertindak terhadapmu. Jika engkau beriman kepada Tuhan dan engkau mengatasinya, tetap teguh dalam kesaksianmu, tidak menyangkal ataupun mengkhianati Tuhan, tidak membiarkan setan itu berhasil, maka ketika setan kecil itu datang ke hadapan Tuhan, dia tidak akan mampu lagi menuduhmu, Tuhan akan memperoleh kemuliaan darimu, dan Dia akan mengurung setan kecil itu. Dia tidak akan berani lagi mencelakakanmu, dan engkau akan aman. Inilah iman sejati yang harus kaumiliki, percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Tanpa seizin Tuhan, tidak ada kemalangan atau hal buruk yang akan menimpamu. Tuhan mampu melakukan lebih dari sekadar memberkati manusia; Dia mampu mengatur berbagai keadaan untuk mengujimu dan menempamu, mengajarimu pelajaran dari keadaan tersebut, dan Dia mampu mengatur berbagai keadaan untuk menghajar dan menghakimimu. Terkadang lingkungan yang Tuhan atur mungkin tidak sesuai dengan gagasanmu dan tentu saja tidak sesuai dengan yang kaubayangkan. Namun, jangan lupa apa yang Ayub katakan, "Apakah kita mau menerima yang baik dari tangan Tuhan dan tidak mau menerima yang jahat?" (Ayub 2:10). Ini harus menjadi sumber imanmu yang sejati kepada Tuhan. Jika engkau percaya bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatu, sekadar mata yang berkedut tidak akan membuatmu takut, bukan? (Ya.)
Kita baru saja mempersekutukan cara mengatasi mata yang kedutan. Mata yang kedutan—peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari—adalah sesuatu yang orang sering berusaha atasi dengan cara-cara manusia. Namun, cara-cara ini biasanya tidak mencapai hasil yang diinginkan, dan pada akhirnya, hal yang dimaksudkan untuk terjadi, akan terjadi, dan tak seorang pun dapat menghindarinya. Entah yang terjadi itu hal yang baik atau buruk, entah itu adalah sesuatu yang orang inginkan untuk terjadi atau tidak, apa yang dimaksudkan untuk terjadi, pasti akan terjadi. Hal ini makin menegaskan bahwa baik itu nasib seseorang maupun hal-hal kecil dalam kehidupan orang sehari-hari, semua itu diatur dan dikendalikan oleh Tuhan, dan tak seorang pun dapat menghindarinya. Oleh karena itu, orang yang bijak haruslah memperlakukan hal-hal ini dengan sikap yang benar dan positif, memandang dan mengatasi hal-hal seperti ini berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran dan firman Tuhan, bukannya menggunakan cara-cara manusia dengan melakukan pengorbanan atau perjuangan yang sia-sia, karena pada akhirnya, merekalah yang akan mengalami kerugian. Ini karena dalam hal kedaulatan Sang Pencipta, tidak ada jalan kedua yang dapat dipilih oleh manusia. Ini adalah satu-satunya jalan yang harus dipilih dan ditempuh. Tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, memetik pelajaran di lingkungan yang Tuhan atur, belajar tunduk kepada Tuhan, agar memahami perbuatan Tuhan, mengenal diri sendiri, dan memahami jalan apa yang harus dipilih dan ditempuh makhluk ciptaan, dan belajar cara menempuh jalan hidup yang sudah seharusnya orang tempuh dengan baik, bukannya menentang pengaturan dan penataan Tuhan dengan menggunakan takhayul atau cara-cara manusia.
Kita telah menyelesaikan persekutuan kita tentang cara mengatasi mata yang kedutan, lalu bagaimana seharusnya orang menangani masalah mimpi dalam kehidupan sehari-hari? Sebagai contoh, jika suatu malam engkau bermimpi gigimu tanggal, ibumu mungkin bertanya, "Apakah ada darah ketika gigimu tanggal?" Jika engkau bertanya, "Apa yang akan terjadi jika ada darah?" ibumu mungkin akan memberitahumu bahwa itu bisa saja berarti bahwa salah seorang anggota keluarga akan meninggal, atau peristiwa buruk lainnya mungkin akan terjadi. Aku tidak tahu mungkin ada pepatah khusus di balik detail ini, keluarga yang satu akan mengatakan satu hal, keluarga yang lain akan mengatakan hal berbeda. Ada orang yang mungkin menganggap mimpi ini meramalkan kematian kerabat dekat, seperti kakek-nenek atau orang tua, sementara ada orang yang menganggap mimpi ini menandakan kematian seorang teman. Bagaimanapun juga, bermimpi tentang gigi yang tanggal pada umumnya dianggap sebagai pertanda buruk. Karena dianggap buruk, dan berkaitan dengan masalah hidup dan mati, mimpi ini membuat orang menjadi sangat khawatir. Setiap kali orang bermimpi tentang gigi yang tanggal, mereka terbangun dengan perasaan gelisah. Mereka samar-samar merasakan bahwa kemalangan atau sesuatu yang buruk akan segera terjadi, yang membuat mereka merasa cemas, ngeri, dan takut. Mereka ingin menghilangkan perasaan ini tetapi tidak bisa, mereka ingin mencari orang untuk mengatasi hal ini atau untuk meredakannya, tetapi hal itu tidak dapat dilakukan. Singkatnya, mereka telah terkekang oleh mimpi tersebut. Terutama jika mimpi itu ada kaitannya dengan gigi yang berdarah, kekhawatiran mereka pun meningkat. Setelah mendapatkan mimpi seperti itu, orang sering berada dalam suasana hati yang buruk selama berhari-hari, mereka merasa gelisah, dan tidak tahu bagaimana mengatasinya. Bagi mereka yang tidak mengetahui tentang hal-hal ini, mereka mungkin tidak akan terpengaruh, tetapi bagi mereka yang sudah memiliki pemikiran dan sudut pandang tertentu, atau pernah mendengar perkataan yang lebih memprihatinkan dan sensasional terkait dengan hal yang diturunkan dari leluhur mereka ini, mereka cenderung menjadi makin khawatir. Mereka takut mendapat mimpi semacam itu dan setiap kali mereka mendapat mimpi semacam itu, mereka segera mengucapkan doa seperti, "Ya Tuhan, kumohon lindungilah aku, hiburkanlah aku, berilah aku kekuatan, dan tolonglah agar hal-hal seperti itu tidak terjadi. Jika mimpi ini dimaksudkan untuk orang tuaku, kumohon lindungilah mereka dan bebaskan mereka dari kecelakaan apa pun." Jelaslah bahwa sikap ini dipengaruhi oleh pemikiran dan sudut pandang mereka atau oleh pepatah tradisional. Mengenai tradisi, keluarga atau orang-orang tertentu mungkin memiliki cara-cara khusus untuk meringankan hal-hal semacam ini, atau mereka mungkin makan atau minum sesuatu, melafalkan mantra tertentu, atau melakukan hal-hal tertentu untuk mengatasi atau mencegah akibat buruk. Memang terdapat praktik-praktik semacam itu dalam tradisi masyarakat, tetapi kita tidak akan mendalaminya. Hal yang akan kita persekutukan adalah tentang cara memperlakukan dan memahami hal tentang mimpi. Bermimpi adalah naluri dalam tubuh manusia atau bagian dari fenomena kelangsungan hidup dari tubuh. Bagaimanapun juga, bermimpi adalah peristiwa yang misterius. Orang sering berkata, "Pada siang hari orang memikirkannya, pada malam hari orang memimpikannya." Namun, pada siang hari, orang biasanya tidak memikirkan hal-hal seperti kehilangan gigi mereka, dan hal-hal ini juga bukan hal yang orang bayangkan dalam keinginan mereka. Tak seorang pun ingin mengalami hal-hal semacam ini dan tak seorang pun terobsesi akan hal-hal ini siang dan malam. Meskipun demikian, kejadian ini sering terjadi pada saat yang paling tidak orang duga. Jadi, ini tidak ada kaitannya dengan pepatah, "Pada siang hari orang memikirkannya, pada malam hari orang memimpikannya." Ini bukanlah sesuatu yang terjadi karena engkau memikirkannya. Apa pun penafsiran Freud di dunia Barat atau Bangsawan Zhou di Tiongkok tentang mimpi, atau apakah mimpi tersebut pada akhirnya menjadi kenyataan atau tidak, singkatnya, hal bermimpi ada kaitannya dengan sensasi alam bawah sadar dan kesadaran tertentu dalam tubuh manusia, dan merupakan bagian dari misteri tubuh manusia. Para ilmuwan yang mempelajari ilmu biologi dan ilmu saraf di dunia Barat telah meneliti hal ini, dan pada akhirnya, mereka gagal untuk sepenuhnya memahami asal mula mimpi manusia. Mereka tidak mampu memahaminya, jadi perlukah kita berusaha meneliti hal ini? (Tidak perlu.) Mengapa tidak perlu? (Meneliti hal-hal ini tidak ada gunanya, dan kita juga tidak akan memahaminya.) Bukan karena tidak ada gunanya atau karena kita tidak akan memahaminya, melainkan karena itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran, sesederhana itu. Apa yang dapat kaucapai dengan mempelajari dan memahaminya? Apakah itu ada kaitannya dengan kebenaran? (Tidak.) Itu hanyalah sebuah fenomena yang terjadi selama kelangsungan hidup tubuh dan itu sering terjadi dalam kehidupan manusia. Namun, manusia tidak tahu apa artinya. Ini adalah bagian dari misterinya. Manusia tidak perlu meneliti atau menyelidikinya karena hal itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran dan tidak ada kaitannya dengan jalan yang orang tempuh. Entah pada malam hari engkau bermimpi gigimu tanggal atau tidak, entah engkau bermimpi mengadakan pesta besar atau bermimpi naik wahana halilintar atau tidak, apakah itu ada kaitannya dengan bagaimana kehidupanmu pada siang harinya? (Tidak.) Jika suatu malam engkau mimpi berkelahi dengan seseorang, apakah itu berarti engkau pasti akan berkelahi dengan seseorang pada siang harinya? Jika suatu malam engkau mendapat mimpi yang menyenangkan, mimpi indah, dan terbangun dengan perasaan gembira, apakah itu menjamin segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginanmu pada siang harinya? Apakah itu berarti pada siang harinya engkau mampu memahami kebenaran dan menemukan prinsip-prinsip kebenaran ketika engkau sedang melakukan sesuatu? (Tidak.) Jadi, mimpi tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Engkau tidak perlu menelitinya. Apakah bermimpi tentang gigimu tanggal dan mengeluarkan darah ada kaitannya dengan kematian kerabat dekat? (Tidak.) Mengapa engkau selalu mengatakan hal-hal yang bodoh seperti itu? Engkau sedang kembali bersikap bodoh, bukan? Engkau kurang memiliki wawasan. Tubuh manusia adalah sebuah misteri, dan ada banyak hal yang tidak dapat kaujelaskan. Dapatkah engkau menjelaskan semuanya dengan sekadar jawaban "tidak"? Dahulu, para nabi dan orang-orang yang Tuhan pilih juga mendapat mimpi profetik. Mimpi-mimpi ini memiliki makna penting. Bagaimana engkau menjelaskan bahwa Tuhan menggunakan mimpi untuk mengungkapkan sesuatu kepada manusia? Lalu, bagaimana cara Tuhan memasuki mimpi mereka? Semua ini adalah misteri. Tuhan juga menggunakan mimpi untuk memberi tahu manusia hal-hal tertentu dan mencerahkan mereka tentang hal-hal tertentu, memungkinkan mereka untuk memprediksi peristiwa tertentu sebelum itu terjadi. Bagaimana engkau menjelaskan hal ini? Apakah engkau semua tidak tahu tentang hal-hal ini? (Ya.) Jadi, intinya bukanlah menyuruhmu untuk secara membabi buta menyangkal berbagai fenomena yang tidak dapat dijelaskan, yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan misteri yang tak dapat kaupecahkan, melainkan memahami dan memperlakukan hal-hal tersebut dengan tepat. Ini bukanlah tentang selalu menyangkal hal-hal ini, dengan mengatakan semua itu tidak ada, bahwa hal-hal seperti itu tidak ada atau tidak mungkin, melainkan agar engkau memperlakukan hal-hal ini dengan benar. Apa artinya memperlakukan hal-hal ini dengan benar? Itu berarti tidak memperlakukan hal-hal ini berdasarkan pemikiran dan sudut pandang yang bersifat takhayul atau ekstrem seperti yang dilakukan orang-orang duniawi, juga tidak memperlakukannya seperti yang dilakukan orang ateis atau orang tidak percaya. Ini bukanlah menyuruhmu untuk memperlakukannya dengan menggunakan salah satu dari kedua ekstrem ini, melainkan engkau harus menggunakan posisi dan sudut pandang yang benar dalam mempertimbangkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bukan dengan menggunakan sudut pandang orang-orang duniawi, dan juga bukan dengan menggunakan sudut pandang pengikut yang bukan orang percaya, melainkan menggunakan sudut pandang yang harus dimiliki orang yang percaya kepada Tuhan. Jadi, sudut pandang apa yang harus kaumiliki mengenai hal-hal ini? (Apa pun yang terjadi, tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, dan tidak meneliti hal ini.) Engkau tidak boleh meneliti hal ini, tetapi perlukah engkau memiliki sedikit pemahaman tentang hal ini? Seandainya ada orang yang berkata, "Orang ini atau orang itu bermimpi giginya tanggal dan berdarah dan beberapa hari kemudian, kudengar ayahnya meninggal." Jika engkau langsung menyangkalnya dan berkata, "Tidak mungkin! Itu hanya takhayul, suatu kebetulan. Takhayul berarti percaya akan sesuatu karena engkau terobsesi akan hal tersebut; jika engkau tidak terobsesi akan hal itu, hal tersebut tidak akan ada," apakah ini hal yang bodoh untuk kaukatakan? (Ya.) Lalu, bagaimana seharusnya engkau memandang hal ini? (Kami harus menyadari bahwa ada banyak misteri dalam tubuh jasmaniah, dan bermimpi tentang gigi yang tanggal dan berdarah mungkin saja menandakan terjadinya sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun, entah hal itu terjadi atau tidak, kita harus tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan.) Engkau semua baru saja belajar sesuatu dari mata yang kedutan, jadi bagaimana seharusnya memperlakukan mimpi tentang gigi yang tanggal dan berdarah? Engkau seharusnya berkata, "Hal ini di luar pemahamanku. Dalam kehidupan nyata, fenomena ini memang ada. Aku tidak dapat memastikan apakah mimpi tersebut akan menjadi kenyataan atau tidak, atau apakah itu menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi, tetapi hal-hal buruk seperti ini memang terjadi dalam kehidupan nyata. Hal-hal dalam alam roh berada di luar pemahamanku, dan aku tidak berani memberi pendapatku secara sembarangan. Jika aku yang mendapatkan mimpi semacam ini, kau tahu bagaimana sikapku? Apa pun mimpinya, aku tidak akan dikendalikan oleh mimpi tersebut. Jika mimpi ini benar-benar menjadi kenyataan seperti yang orang katakan, aku akan bersyukur kepada Tuhan karena memberiku kesiapan secara mental, dengan membiarkanku tahu bahwa hal semacam itu mungkin terjadi. Aku sebelumnya tidak pernah berpikir apakah aku akan terpengaruh jika ada anggota keluargaku yang meninggal, jika orang tuaku meninggal: apakah aku akan merasa terpukul, apakah pelaksanaan tugasku akan terpengaruh, apakah aku akan merasa lemah atau mengeluh kepada Tuhan, aku tidak pernah berpikir tentang hal ini. Namun hari ini, peristiwa ini memberiku petunjuk mengenainya, membuatku menyadari tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Ketika aku berpikir tentang kematian orang tuaku, aku merasakan kesakitan yang mendalam di dalam hatiku; aku mungkin akan dikekang oleh hal ini dan merasa depresi. Tiba-tiba, kusadari bahwa tingkat pertumbuhanku masih sangat rendah. Hatiku yang tunduk kepada Tuhan masih terlalu sedikit, dan imanku kepada Tuhan terlalu lemah. Mulai hari ini dan seterusnya, aku merasa bahwa aku harus memperlengkapi diriku dengan lebih banyak kebenaran, tunduk kepada Tuhan, dan tidak dikekang oleh hal ini. Jika benar-benar ada kerabat dekat yang meninggal atau berpulang, aku tidak akan dikekang oleh hal ini. Aku sudah siap dan aku akan memohon kepada Tuhan agar membimbingku dan meningkatkan kekuatanku. Apa pun yang akan terjadi kelak, aku tidak akan menyesal telah memilih untuk melaksanakan tugasku, aku juga tidak akan melepaskan pilihanku untuk mengorbankan diriku dengan segenap tubuh dan pikiranku bagi Tuhan. Aku akan bersikap teguh, dan sama seperti sebelumnya, aku akan selalu rela untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan." Selanjutnya, engkau harus sering berdoa di dalam hatimu, mencari bimbingan Tuhan dan memohon kepada-Nya agar meningkatkan kekuatanmu sehingga engkau tidak akan lagi dikekang oleh hal ini. Entah kerabat dekatmu akan meninggal atau tidak, engkau harus memperlengkapi tingkat pertumbuhanmu untuk menghadapinya, memastikan bahwa ketika peristiwa semacam itu terjadi, engkau tidak akan menjadi lemah, tidak akan mengeluh kepada Tuhan, dan tidak akan mengubah tekad dan keinginanmu untuk mengorbankan dirimu bagi Tuhan dengan segenap tubuh dan pikiranmu. Bukankah sikap seperti inilah yang harus kaumiliki? (Ya.) Mengenai hal-hal seperti bermimpi gigimu tanggal, engkau tidak boleh menyangkal keberadaannya atau mengesampingkan dan mengabaikannya, dan tentu saja engkau juga tidak boleh menggunakan cara-cara yang aneh atau defensif untuk menghadapinya. Sebaliknya, engkau harus mencari kebenaran, datang ke hadapan Tuhan untuk menerima pengaturan-Nya; tidak melakukan pengorbanan yang sia-sia atau mengambil pilihan yang bodoh. Ketika orang diperhadapkan dengan sesuatu yang belum pernah mereka alami sebelumnya dan tidak mampu mereka pahami, mereka yang tidak mengerti dan keras kepala cenderung berkata, "Tidak ada hal semacam itu," "Itu bukan apa-apa," "Itu tidak ada," atau "Itu hanya takhayul." Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan bahkan berkata, "Aku percaya kepada Tuhan, aku tidak percaya adanya setan," atau "Aku percaya kepada Tuhan, aku tidak percaya adanya Iblis. Iblis itu tidak ada!" Mereka menggunakan pernyataan semacam ini untuk membuktikan iman mereka yang sejati kepada Tuhan, dengan berkata bahwa mereka percaya kepada Tuhan tetapi tidak percaya adanya setan, roh-roh jahat, kerasukan, atau bahkan keberadaan alam roh. Bukankah mereka hanyalah para pengikut yang bukan orang percaya? (Ya.) Mereka tidak menerima pepatah pemikiran tradisional dari dunia orang tidak percaya, dan mereka juga tidak menerima penjelasan yang bersifat takhayul atau fakta apa pun yang berkaitan dengan takhayul. Tidak memercayai hal-hal ini bukan berarti hal-hal ini tidak ada. Saat ini, ini bukanlah tentang memintamu untuk tidak memercayai, atau menghindari atau menyangkal hal-hal ini, melainkan, ini adalah tentang mengajarmu agar memiliki pemikiran dan sudut pandang yang benar ketika menghadapi hal-hal ini, agar engkau mengambil pilihan yang benar dan memiliki sikap yang benar. Ini akan menjadi tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, dan inilah yang harus kaumasuki. Sebagai contoh, ada orang yang bermimpi rambutnya rontok. Bermimpi rambut rontok juga dianggap membawa kesialan. Apa pun penafsiran atau peristiwa yang dikaitkan dengan mimpi tersebut, singkatnya, orang memiliki penjelasan yang negatif mengenai mimpi semacam itu, dan yakin bahwa mimpi semacam itu menandakan bahwa sesuatu yang buruk atau kemalangan akan terjadi. Kecuali mimpi biasa yang tidak berkaitan dengan masalah besar, ada penafsiran tertentu untuk mimpi-mimpi khusus tersebut, dan penafsiran ini meramalkan peristiwa tertentu, memberikan kepada manusia semacam firasat, peringatan, atau prediksi tertentu, memberi tahu mereka apa yang akan terjadi di masa depan atau memberi mereka semacam kesadaran, yang memberi tahu orang tentang apa yang akan terjadi sehingga mereka dapat mempersiapkan diri secara mental. Apa pun yang mungkin terjadi, bagi engkau semua, engkau tidak boleh memiliki sikap yang menghindar, menolak, membela diri, atau menentang, atau bahkan sikap yang menggunakan cara-cara manusia untuk mengatasi situasi ini. Ketika engkau menghadapi situasi seperti ini, engkau harus datang ke hadapan Tuhan jauh lebih cepat lagi dan memohon kepada-Nya agar menuntunmu, sehingga dalam menghadapi peristiwa yang akan terjadi, engkau akan mampu tetap teguh dalam kesaksianmu dan menyelaraskan penerapanmu dengan maksud Tuhan, bukannya menolak dan menentangnya. Memintamu untuk menerapkan dengan cara seperti ini bukan berarti menuntutmu untuk berfokus pada hal-hal ini; ini adalah untuk mengajarimu sikap seperti apa yang harus kaumiliki untuk menghadapinya ketika hal tersebut terjadi, dan pendekatan seperti apa yang harus kaugunakan untuk mengatasinya. Hal inilah yang harus kaupahami. Katakan kepada-Ku, engkau telah diminta untuk tidak berfokus pada hal-hal ini, tetapi bukankah hal-hal ini terjadi dalam kehidupan sehari-hari? (Ya.) Jika engkau menganggap hal-hal ini tidak ada, dan ternyata hal ini benar-benar terjadi, engkau mungkin akan berpikir, "Ya ampun, aku harus memercayainya, ini benar-benar menjadi kenyataan!" Tanpa persiapan sebelumnya dan tanpa memiliki sikap yang benar, ketika hal-hal ini terjadi, engkau akan lengah, engkau tidak akan siap dalam keadaan apa pun, engkau tidak akan tahu bagaimana berdoa kepada Tuhan atau bagaimana menghadapi situasi tersebut, dan engkau tidak akan memiliki iman yang sejati kepada Tuhan ataupun ketundukan sejati. Yang akan kaurasakan pada akhirnya hanyalah rasa takut. Makin engkau takut, makin engkau akan kehilangan hadirat Tuhan; saat engkau kehilangan hadirat Tuhan, engkau hanya dapat mencari bantuan dari orang lain dan engkau akan memikirkan segala cara yang manusia lakukan untuk melepaskan diri. Ketika engkau tidak dapat melepaskan diri, engkau akan mulai yakin bahwa Tuhan itu tidak lagi dapat dipercaya atau diandalkan; sebaliknya, engkau merasa bahwa manusialah yang dapat diandalkan. Keadaanmu akan menjadi makin memburuk; engkau bukan saja tidak akan lagi menganggapnya sebagai takhayul, tetapi engkau juga akan melihatnya sebagai sesuatu yang buruk, situasi yang berada di luar kendalimu. Pada saat itu, engkau mungkin akan berkata, "Tidak heran orang-orang tidak percaya, serta mereka yang percaya pada Buddhisme dan membakar dupa untuk menyembah Buddha terus-menerus pergi ke kuil, membakar dupa, berdoa meminta berkat, melaksanakan sumpah, menjadi vegetarian, dan melantunkan Kitab Suci Buddha. Ternyata hal-hal ini benar-benar berhasil!" Engkau bukan saja tidak akan memiliki ketaatan dan iman yang sejati kepada Tuhan, tetapi engkau malah akan mengembangkan rasa takut kepada roh-roh jahat dan Iblis. Setelah itu, engkau akan merasa berkewajiban untuk menaati mereka hingga taraf tertentu dan engkau akan berkata, "Roh-roh jahat ini tidak boleh diganggu; tidak ada gunanya bagi kita untuk tidak percaya kepada mereka. Kita harus berhati-hati agar tidak menyinggung mereka. Kita tidak boleh mengatakan apa pun yang kita inginkan di belakang mereka: ada pantangannya. Roh-roh jahat ini tidak boleh dianggap enteng!" Di balik peristiwa ini, engkau akan tiba-tiba menyadari bahwa ada kekuatan yang bekerja di luar dunia materiel yang belum kauantisipasi. Ketika engkau mulai merasakan hal-hal ini, hatimu dipenuhi ketakutan dan penghindaran terhadap Tuhan, dan imanmu kepada Tuhan akan berkurang. Jadi, mengenai hal-hal seperti bermimpi gigimu tanggal atau rambutmu rontok, engkau harus memiliki sikap yang benar. Apa pun penafsiran atau prediksi spesifik yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa ini ketika itu terjadi padamu, engkau hanya perlu melakukan hal ini: percayalah bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan dan bersedialah untuk tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan. Seperti inilah sikap yang harus kaumiliki ketika menghadapi semua hal ini. Inilah yang harus menjadi pendirian dan kesaksianmu sebagai orang yang mengikuti Tuhan, bukan? (Ya.) Percaya bahwa semua hal ini mungkin saja terjadi dan bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan; inilah sikap yang harus kaumiliki.
Ada orang-orang yang memiliki pantangan dalam hal angka atau hari khusus tertentu. Sebagai contoh, orang-orang yang berkecimpung dalam bisnis selama bertahun-tahun menganggap mampu menghasilkan banyak uang adalah hal yang sangat penting, sehingga mereka sangat menyukai dan menghargai angka-angka yang berkaitan dengan menghasilkan banyak uang dalam bisnis dan menjauhkan diri mereka dari angka-angka yang dianggap akan mendatangkan ketidakberuntungan pada bisnis mereka. Sebagai contoh, angka 6 dan 8 sangat disukai oleh orang tertentu, nomor pintu tokonya adalah 168, dan nama tokonya adalah "Yi Lu Fa", yang berarti menjadi kaya sepanjang waktu, yang pengucapannya dalam bahasa Mandarin mirip dengan angka 1, 6, dan 8,[b] yang merupakan angka keberuntungan dalam kisah rakyat Tiongkok. Di sisi lain, angka 4 dan 5 dianggap buruk dalam tradisi Tiongkok, karena angka 4 berarti kematian dan angka 5 berarti kosong, tidak ada, atau kekosongan, yang menyiratkan bahwa orang mungkin akan gagal mendapatkan kembali modal awal yang mereka investasikan atau gagal menghasilkan uang. Bahkan pelat nomor mobil beberapa orang Tionghoa semuanya ada angka 6-nya, dan jika engkau melihat deretan angka 6, pada dasarnya itu pastilah milik orang Tionghoa. Siapa yang tahu sebanyak apa kekayaan yang telah mereka kumpulkan dengan menggunakan begitu banyak angka 6? Suatu hari di sebuah lapangan parkir, hampir semua tempat parkir terisi kecuali satu tempat yang bernomor 64. Tahukah engkau mengapa tak seorang pun mau parkir di tempat itu? (Karena 64 dapat berarti kematian dan dianggap angka sial.) 64 berarti kematian di jalan. Pada waktu itu, Aku tidak tahu mengapa tak seorang pun mau parkir di tempat itu, tetapi kemudian Aku mendengar tentang hal itu dari orang tidak percaya dan memahaminya. Angka 6 terdengar seperti "jalan" dan angka 4 terdengar seperti "kematian", angka 64 terdengar seperti "kematian di jalan" dalam bahasa Mandarin, jadi orang tidak berani parkir di sana. Perkiraan-Ku, mereka mungkin akan mengganti nomor tempat parkir itu menjadi 68, yang terdengar seperti "menjadi kaya sepanjang waktu" dalam bahasa Mandarin. Manusia begitu terobsesi dengan uang sehingga mereka sepenuhnya terpaku pada uang. Sebenarnya, dapatkah angka mengubah sesuatu? Pepatah orang Tionghoa tentang angka-angka ini bahkan telah memengaruhi orang-orang asing. Ketika kami sedang melihat-lihat rumah, seorang agen properti bertanya kepada kami, "Apakah ada pantangan mengenai angka-angka tertentu? Misalnya, jika nomor rumahnya 14, apakah akan dianggap sial karena ada angka 4-nya?" Aku berkata, "Aku tidak pernah berpikir tentang hal ini. Aku tidak tahu tentang perkataan seperti ini." Dia berkata, "Banyak orang Tionghoa yang tidak mau membeli rumah yang ada angka 4 pada nomor rumahnya." Aku berkata, "Kami tidak memiliki pantangan apa pun mengenai angka. Kami hanya mempertimbangkan posisi, lokasi, pencahayaan, ventilasi, struktur rumah, kualitas dan hal-hal lain seperti itu. Kami tidak peduli tentang angka; kami tidak memiliki pantangan apa pun." Jadi menurutmu, apakah sesuatu yang buruk pasti akan terjadi jika orang tidak percaya memiliki pantangan tentang angka-angka tertentu? (Belum tentu.) Kita tidak tahu mengenai negara-negara lain di luar Tiongkok, seperti Korea Selatan, Jepang, Filipina, atau beberapa negara di Asia Tenggara, apakah mereka memiliki pantangan tentang angka-angka tertentu. Singkatnya, masyarakat di setiap negara sangat memperhatikan angka-angka tertentu. Sebagai contoh, orang Amerika sangat tidak tertarik dengan angka 6. Orang Barat tidak menyukai angka 6 karena semacam budaya agama, karena angka 6 yang disebutkan dalam Kitab Wahyu di Alkitab memiliki konotasi negatif. Ada juga angka 13, yang juga tidak disukai orang Barat. Banyak elevator tidak memiliki lantai ke-13 karena angka tersebut dianggap membawa ketidakberuntungan. Di sisi lain, orang Tionghoa menganggap angka 6 dan 8 adalah angka keberuntungan. Jadi, perkataan mana yang benar? (Tidak keduanya.) Apakah engkau semua sangat mementingkan angka-angka tertentu? Apakah engkau semua memiliki angka keberuntungan sendiri? (Tidak.) Ya, itu bagus. Orang-orang Tionghoa Selatan memberi perhatian khusus pada hal-hal seperti apakah angka tertentu beruntung atau tidak, memilih tanggal yang tepat untuk melakukan apa pun, dan mengikuti pantangan makanan tertentu selama hari-hari raya. Mereka sangat spesifik mengenai hal ini. Padahal, hal tentang angka tentu saja tidak dapat menjelaskan apa pun. Penghindaran orang terhadap angka-angka tertentu, hingga taraf tertentu, berkaitan dengan keyakinan, imajinasi, pemikiran dan gagasan mereka. Semua ini adalah pemikiran dan sudut pandang yang bodoh. Jika keluargamu telah mengindoktrinasikan dalam dirimu pemikiran dan sudut pandang seperti ini, engkau harus melepaskannya dan tidak memercayainya. Gagasan-gagasan ini bahkan sangat tidak masuk akal—gagasan ini bahkan bukan takhayul—dan merupakan pepatah yang konyol dan tidak masuk akal dari orang-orang yang gila uang di tengah masyarakat.
Ada orang-orang yang sangat mementingkan masalah lambang zodiak atau shio, dan hal ini berkaitan dengan takhayul. Sekarang ini, bahkan orang Barat pun membahas tentang shio, jadi jangan mengira hanya orang Asia yang tahu tentang hal-hal tersebut. Orang Barat juga tahu tentang shio kelinci, kerbau, tikus dan kuda. Apa lagi? Shio ular, naga, ayam, dan kambing, bukankah begitu? Sebagai contoh, leluhur dan orang tua mewariskan keyakinan bahwa orang yang bershio kambing memiliki kehidupan yang sulit. Jika shiomu kambing, engkau mungkin berpikir, "Hidupku menyedihkan, aku selalu mengalami kemalangan. Aku memiliki pasangan yang buruk, anak-anak yang tidak patuh, dan pekerjaanku tidak berjalan dengan baik. Aku tidak pernah dipromosikan, dan aku tidak menerima bonus apa pun. Aku selalu tidak beruntung. Jika aku punya anak lagi, aku tidak akan melahirkannya pada Tahun Kambing. Sudah ada satu anggota keluarga bershio kambing yang hidupnya cukup menyedihkan; jika aku melahirkan anak bershio kambing, berarti akan ada dua orang bershio kambing di keluarga kami. Bagaimana kami akan hidup jika seperti itu?" Engkau mempertimbangkan hal ini dan berpikir, "Aku pasti tidak akan melahirkan anak pada Tahun Kambing, jadi tahun mana yang harus kutuju? Tahun Naga? Tahun Ular? Tahun Macan?" Jika engkau lahir pada Tahun Naga, apakah itu berarti engkau benar-benar naga? Dapatkah engkau benar-benar menjadi seorang Kaisar? Bukankah ini tidak masuk akal? Apakah engkau semua ingin memiliki shio-shio ini? Ada orang-orang yang berkata, "Orang yang lahir pada Tahun Kelinci dan Tahun Ayam tidak akur satu sama lain. Shioku kelinci, jadi aku akan menghindarkan diriku berinteraksi dengan seseorang bershio ayam. Shio kami tidak cocok dan takdir kami berbenturan. Menurut orang tuaku, orang-orang bershio seperti kami tidak cocok untuk menikah dan kami tidak akan hidup rukun satu sama lain. Yang terbaik adalah jika aku berhubungan sesedikit mungkin dengannya dan tidak saling berbicara atau berinteraksi satu sama lain. Takdir kami berbenturan, dan jika kami bersama, aku tidak akan mampu mengatasinya, dan hidupku akan menjadi lebih singkat, bukan? Aku harus menjauhi orang bershio itu." Orang-orang ini dipengaruhi oleh perkataan ini, bukankah itu bodoh? (Ya.) Singkatnya, apakah takdirmu berbenturan dengan seseorang bershio tertentu atau tidak, apakah hal itu akan memengaruhi nasibmu? Apakah hal itu akan memengaruhimu dalam menempuh jalan yang benar dalam hidup ini? (Tidak.) Ada orang-orang yang hanya mau bekerja, berkolaborasi dan bahkan tinggal bersama seseorang yang shionya cocok dengan shio mereka. Tanpa sadar, di lubuk hatinya, mereka telah dipengaruhi oleh perkataan ini, dan perkataan yang diwariskan oleh orang tua atau leluhur mereka ini telah memiliki tempat yang pasti di dalam hati mereka. Jadi, orang Timur peduli akan masalah shio, sementara orang Barat peduli akan masalah rasi bintang. Kini, orang-orang Timur yang mengikuti perkembangan zaman juga mulai membahas tentang rasi bintang, seperti Scorpio, Virgo, Sagitarius, dan sebagainya. Sebagai contoh, orang berbintang Sagitarius menganggap diri mereka memiliki kepribadian tertentu dan mereka cenderung bergaul dengan orang-orang yang memiliki rasi bintang tertentu. Ketika mereka mengetahui ada seseorang yang memiliki rasi bintang tersebut, mereka bersedia berinteraksi dengannya, menganggap orang tersebut cukup hebat dan memiliki kesan yang baik tentangnya. Mereka juga telah dipengaruhi oleh tradisi yang keluarga tanamkan dalam diri mereka. Baik itu shio di dunia Timur maupun rasi bintang di dunia Barat, entah takdir yang berbenturan atau kecocokan dalam shio atau dalam rasi bintang benar-benar ada atau tidak, dan entah hal-hal ini memengaruhimu atau tidak, engkau harus memahami sudut pandang apa yang harus kaumiliki mengenai hal-hal tersebut. Apa yang harus kaupahami? Waktu kelahiran seseorang, pada dekade apa dia dilahirkan, pada bulan dan waktu apa dia dilahirkan, semua ini berkaitan dengan nasib orang tersebut. Apa pun yang peramal atau pembaca wajah katakan tentang nasibmu, rasi bintangmu, atau apakah shiomu baik atau tidak, apakah itu tepat atau tidak, apa pentingnya semua itu? Apa yang dijelaskan di sini? Bukankah ini makin membuktikan bahwa nasibmu sudah diatur oleh Tuhan? (Ya.) Akan seperti apa pernikahanmu, di mana engkau akan tinggal, orang-orang seperti apa yang akan ada di sekitarmu, seberapa banyak kekayaan materiel yang akan kaunikmati dalam hidupmu, apakah engkau akan kaya atau miskin, berapa banyak penderitaan yang akan kaualami, berapa banyak anak yang akan kaumiliki, dan bagaimana kekayaanmu secara finansial kelak, semua ini sudah ditentukan. Entah engkau memercayainya atau tidak, entah peramal memperhitungkannya untukmu atau tidak, semua yang terjadi akan tetap sama. Apakah penting mengetahui hal-hal ini? Ada orang-orang yang sangat ingin tahu, "Akan seperti apa nasibku di masa depan? Apakah aku akan menjadi orang kaya atau orang miskin? Apakah aku akan bertemu orang-orang yang menguntungkan? Apakah ada orang yang nasibnya akan berbenturan dengan nasibku? Akankah aku bertemu orang yang bertentangan denganku dalam hidupku? Pada usia berapa aku akan mati? Apakah aku akan mati karena sakit, kelelahan, kehausan, atau kelaparan? Bagaimana aku akan mati? Apakah kematianku akan menyakitkan atau memalukan?" Apakah ada gunanya mengetahui hal-hal ini? (Tidak.) Singkatnya, engkau hanya perlu yakin tentang satu hal mengenai hal ini: bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Tuhan. Apa pun shiomu atau rasi bintangmu, atau kapan pun waktu dan hari kelahiranmu, segala sesuatunya telah ditentukan oleh Tuhan. Justru karena segala sesuatunya telah ditentukan, kemakmuran dan kekayaan yang akan kaunikmati dalam hidupmu, serta lingkungan tempat tinggalmu, sudah ditentukan oleh Tuhan sebelum engkau dilahirkan. Jadi, engkau tidak perlu memperlakukan hal-hal ini dengan menggunakan takhayul atau memandangnya dari sudut pandang orang duniawi, menggunakan cara tertentu untuk menghindari momen-momen ketidakberuntungan atau menggunakan cara tertentu untuk melestarikan dan mempertahankan momen-momen keberuntungan. Engkau tidak boleh menggunakan cara-cara ini dalam menghadapi takdirmu. Sebagai contoh, seandainya engkau ditakdirkan untuk terjangkit penyakit serius pada usia tertentu, dan pembaca wajah menunjukkannya kepadamu berdasarkan rasi bintangmu, shiomu, atau waktu kelahiranmu, apa yang akan kaulakukan? Akankah engkau merasa takut? Atau akankah engkau berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini? (Aku akan membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya dan tunduk pada pengaturan Tuhan.) Inilah sikap yang harus orang miliki. Apa pun yang terjadi atau tidak terjadi dalam takdirmu, semua ini telah ditentukan sejak semula oleh Tuhan. Entah engkau menyukainya atau tidak, entah engkau mau menerimanya atau tidak, entah engkau memiliki kemampuan untuk menghadapinya atau tidak, bagaimanapun juga, semua ini telah Tuhan tetapkan. Sikap yang harus kaumiliki adalah menerima fakta-fakta ini sebagai makhluk ciptaan. Entah itu telah terjadi atau belum terjadi, entah engkau rela menghadapinya atau tidak, engkau harus menerimanya dan menghadapinya sebagai makhluk ciptaan, bukannya berusaha mencari nasihat dari orang lain mengenai hal-hal seperti rasi bintang, shio, atau pembaca wajah, atau mencari berbagai sumber untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depanmu dan menghindarinya sesegera mungkin. Memperlakukan nasib dan kehidupan yang telah Tuhan atur untukmu dengan sikap seperti itu adalah keliru. Ada orang tua yang memanggil seorang peramal untuk anaknya, yang kemudian memberi tahu anak tersebut, "Menurut rasi bintangmu, juga menurut shiomu dan waktu kelahiranmu, engkau tidak boleh membiarkan api masuk ke dalam hidupmu." Setelah mendengar perkataannya, dia mengingat dan memercayainya, dan kemudian perkataan itu menjadi pantangan yang normal dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang namanya mengandung huruf "api", dia tidak akan berinteraksi dengan orang tersebut, dan sekalipun dia berinteraksi dengannya, dia tidak akan terlalu dekat atau berhubungan dekat dengannya. Dia takut akan hal ini dan menghindarinya. Sebagai contoh, jika ada seseorang yang bernama Li Can, dia akan berpikir, "Huruf 'Can' mengandung satu unsur 'api' yang kuat, dan satu unsur 'gunung': artinya buruk, ada 'api' yang kuat di dalamnya, jadi aku tidak akan berinteraksi dengannya, aku harus menjaga jarak." Dia akan takut berinteraksi dengan orang tersebut. Sebisa mungkin, dia akan menghindari kompor yang ada di rumah, dia tidak akan ikut makan malam yang diterangi cahaya lilin, tidak menghadiri pesta api unggun, atau pergi ke rumah-rumah yang memiliki perapian, karena semua ini ada kaitannya dengan api. Jika dia ingin melakukan perjalanan, dan mendengar bahwa di tempat tertentu terdapat gunung berapi, dia tidak akan pergi ke sana. Ketika dia pergi ke suatu tempat untuk mengabarkan Injil, dia harus menanyakan nama keluarga dan nama orang yang akan diinjili olehnya, dan memastikan namanya tidak mengandung huruf "api" di dalamnya, tetapi jika orang itu adalah seorang pandai besi yang menempa besi di rumahnya, dia pasti tidak akan pergi ke sana. Meskipun di dalam kesadarannya, dia percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan dan dia tahu bahwa dia tidak perlu takut, begitu dia menghadapi hal-hal yang menjadi pantangannya, dia akan mulai merasa khawatir dan takut, serta tidak berani melanggar pantangan tersebut. Dia selalu takut akan terjadi kecelakaan atau bencana yang tidak sanggup ditanggungnya. Dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Dia bisa saja taat, mau menanggung kesukaran, dan membayar harga dalam aspek-aspek lainnya, tetapi hal ini adalah satu hal yang tidak dapat dia toleransi. Sebagai contoh, jika seseorang berkata kepadanya, "Kau tidak boleh menyeberangi jembatan seumur hidupmu. Jika kau menyeberangi sebuah jembatan, kecelakaan akan terjadi. Jika kau menyeberangi beberapa jembatan, itu akan jauh lebih berbahaya, dan nyawamu akan terancam," dia akan mengingat perkataan ini, dan setelah itu, baik pergi bekerja maupun bertemu dengan teman-temannya, atau bahkan menghadiri pertemuan, dia akan menghindari jembatan dan mengambil jalan memutar, takut akan melanggar pantangan. Dia tidak percaya bahwa dia akan mati begitu saja, tetapi dia tetap merasa terganggu akan hal ini. Terkadang, dia tidak punya pilihan selain menyeberangi jembatan, dan setelah menyeberanginya, dia berkata, "Aku percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan. Jika Tuhan tidak mengizinkanku untuk mati, aku tidak akan mati." Namun, hatinya masih dikhawatirkan oleh perkataan ini, dan dia tidak dapat melepaskannya. Ada orang yang mengatakan bahwa air bertentangan dengan nasibnya, sehingga dia menghindari pergi ke dekat sungai atau sumur. Ada seorang saudari yang memiliki kolam renang di halaman rumahnya, jadi dia tidak mau pergi ke rumahnya untuk mengikuti pertemuan, dan ketika dia pindah ke tempat tuan rumah yang memiliki akuarium di rumahnya, dia juga tidak mau pergi ke sana. Dia tidak akan pergi ke tempat yang ada airnya dan tidak akan menyentuh air, baik air yang mengalir maupun air yang menggenang. Dalam kehidupan sehari-hari, perkataan tak masuk akal yang keluarga tanamkan berkaitan dengan budaya tradisional dan takhayul. Hingga taraf tertentu, perkataan ini memengaruhi pandangan orang mengenai hal-hal tertentu dan memengaruhi kebiasaan atau gaya hidup mereka sehari-hari. Hal ini, hingga taraf tertentu, mengikat pemikiran orang dan mengendalikan prinsip serta cara yang benar dalam melakukan segala sesuatu.
Ada orang-orang yang berkata, "Jika tradisi dan takhayul ini termasuk dalam pemikiran tradisional dan takhayul tertentu di luar Kekristenan, kita harus mengkritik dan melepaskannya. Sedangkan mengenai pemikiran, sudut pandang, tradisi, atau takhayul yang berasal dari agama-agama ortodoks, bukankah orang tidak perlu melepaskannya? Bukankah kita boleh menganggapnya sebagai hari raya atau gaya hidup untuk diperingati dan dipatuhi dalam kehidupan kita sehari-hari?" (Tidak, kita harus melepaskan keduanya karena semua itu bukan berasal dari Tuhan.) Sebagai contoh, hari raya terbesar yang berasal dari Kekristenan adalah Natal. Apakah engkau semua tahu mengenai hari raya ini? Sekarang ini, beberapa kota besar di dunia Timur juga merayakan Natal, merencanakan pesta Natal, dan merayakan Malam Natal. Selain Natal, juga ada Paskah dan Hari Raya Roti Tak Beragi, yang keduanya merupakan hari raya besar keagamaan. Ada hari raya yang berkaitan dengan makan daging ayam kalkun dan barbeku, ada yang berkaitan dengan makan permen berbentuk tongkat berwarna merah putih, yang melambangkan darah Tuhan Yesus yang berharga sebagai korban penghapus dosa bagi manusia, dan yang menyucikan manusia. Warna merah melambangkan darah Tuhan Yesus yang berharga, warna putih melambangkan kekudusan, dan orang memakan permen jenis ini. Ada juga tradisi memakan telur Paskah pada hari raya Paskah. Semua hari raya ini berkaitan dengan Kekristenan. Ada juga benda-benda Kristen tertentu, seperti patung Maria, patung Yesus, dan salib. Hal-hal ini berkembang dari Kekristenan, dan menurut-Ku, hal-hal ini juga merupakan semacam tradisi. Di balik tradisi-tradisi ini, tentunya terdapat beberapa hal yang ada kaitannya dengan takhayul. Apa pun isi dari perkataan takhayul ini, singkatnya, selama itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran, dengan jalan yang orang tempuh, atau dengan tuntutan Tuhan terhadap makhluk ciptaan, semua itu tidak ada kaitannya dengan apa yang harus kaumasuki sekarang ini dan engkau semua harus melepaskannya. Hal-hal tersebut tidak boleh kauanggap suci dan tidak dapat dilanggar, dan tentu saja tidak perlu juga bagimu untuk membenci hal-hal tersebut. Perlakukan saja hal-hal tersebut dengan cara yang benar. Apakah hari-hari raya ini ada hubungannya dengan kita? (Tidak.) Semua itu tidak ada hubungannya dengan kita. Suatu hari, ada seorang asing bertanya kepada-Ku, "Apakah kalian merayakan Natal?" Kujawab, "Tidak." "Lalu, apakah kalian merayakan Tahun Baru Imlek? Festival Musim Semi?" Kujawab, "Tidak." "Lalu, hari raya apa yang kalian rayakan?" Kukatakan, "Kami tidak memiliki hari raya. Setiap hari adalah sama bagi kami. Kami makan apa pun yang kami inginkan pada hari apa pun, bukan karena hari raya. Aku tidak memiliki tradisi." Dia bertanya, "Mengapa?" Kujawab, "Tidak ada alasannya. Cara hidup seperti ini sangat bebas, tanpa ada kekangan apa pun. Kami hidup tanpa formalitas apa pun, hanya mengikuti peraturan, makan, beristirahat, bekerja, dan bergerak sesuai dengan waktu dan cara yang Tuhan berikan, secara alami dan bebas, tanpa formalitas apa pun." Tentu saja, mengenai benda keagamaan khusus, yakni salib, ada orang-orang yang yakin bahwa salib adalah benda yang sakral. Apakah salib itu sakral? Bolehkah salib dianggap sakral? Apakah gambar Maria itu sakral? (Tidak.) Apakah gambar Yesus itu sakral? Engkau semua tidak terlalu berani menjawabnya. Mengapa gambar Yesus tidak sakral? Karena itu digambar oleh manusia, bukan gambar Tuhan yang sebenarnya dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Itu hanyalah lukisan. Belum lagi gambar Maria. Tak seorang pun tahu seperti apa rupa Yesus, jadi mereka membuat gambar diri-Nya secara membabi buta, dan setelah gambarnya selesai, mereka memintamu untuk menghadap dan menyembah gambar tersebut. Bukankah engkau bodoh jika menyembah gambar itu? Tuhanlah yang harus kausembah. Engkau tidak boleh dengan sikap resmi menundukkan kepalamu untuk menyembah benda, potret, atau gambar tertentu; ini bukanlah tentang menundukkan kepala di depan sebuah benda. Engkau harus menyembah Tuhan dan berharap kepada-Nya di dalam hatimu. Manusia harus bersujud di hadapan firman Tuhan dan pribadi-Nya yang sebenarnya, bukan bersujud di hadapan salib atau gambar Maria atau Yesus, yang semuanya merupakan berhala. Salib hanyalah lambang dari langkah kedua dalam pekerjaan Tuhan. Itu tidak ada kaitannya dengan watak, esensi dan tuntutan Tuhan terhadap manusia. Salib tidak merepresentasikan gambar Tuhan, apalagi esensi diri-Nya. Oleh karena itu, mengenakan kalung salib tidak merepresentasikan rasa takutmu akan Tuhan, atau bahwa engkau memiliki jimat perlindungan. Aku tidak pernah merepresentasikan salib. Aku tidak memiliki lambang salib di rumah-Ku, tidak ada benda-benda seperti ini. Jadi, mengenai tidak merayakan Natal dan Paskah, orang mungkin dengan mudahnya melepaskan hal-hal ini, tetapi jika itu berkaitan dengan aspek keagamaan seperti salib, patung Maria dan patung Yesus, atau bahkan Alkitab, jika engkau menyuruh mereka untuk membuang salib atau patung Maria atau patung Yesus, mereka akan berpikir, "Wah, itu benar-benar tidak sopan, sangat tidak sopan. Ayo cepat, minta ampun, minta ampun kepada Tuhan ...." Orang merasa akan ada akibatnya. Tentu saja, engkau tidak perlu dengan sengaja melakukan apa pun untuk merusak benda-benda ini, dan engkau juga tidak perlu menghormati benda-benda ini. Semua ini hanyalah benda dan tidak ada kaitannya dengan esensi atau identitas Tuhan. Ini adalah sesuatu yang harus kauketahui. Tentu saja, mengenai hari raya Natal dan Paskah yang ditetapkan oleh manusia, ini tidak ada kaitannya dengan identitas atau esensi Tuhan, pekerjaan-Nya, atau tuntutan-Nya terhadap manusia. Sekalipun engkau merayakan Natal seratus atau sepuluh ribu kali, sekalipun engkau sudah sering merayakan Natal atau Paskah selama berkali-kali masa hidupmu, ini bukanlah pengganti memahami kebenaran. Engkau tidak perlu mengagumi hal-hal ini dan berkata, "Aku harus melakukan perjalanan ke dunia Barat. Di dunia Barat aku dapat merayakan Natal. Natal itu sakral. Natal adalah hari untuk memperingati pekerjaan Tuhan. Natal juga merupakan hari yang harus kita peringati. Kita harus merayakannya dengan khusyuk pada hari itu. Paskah terlebih lagi adalah hari yang menarik perhatian semua orang. Itu adalah hari untuk merayakan kebangkitan Tuhan yang berinkarnasi dari kematian. Kita harus bersukacita bersama, merayakan dan saling memberi selamat pada hari itu, memperingati hari ini untuk selamanya." Semua ini adalah imajinasi manusia, Tuhan tidak membutuhkannya. Jika Tuhan membutuhkan manusia untuk memperingati hari-hari ini, Dia akan memberitahumu tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detik yang tepat. Jika Dia tidak pernah memberitahumu tahun, bulan, dan hari yang tepat, ini menyampaikan kepadamu bahwa Tuhan tidak membutuhkan manusia untuk merayakan hari-hari ini. Jika engkau memperingati hari-hari ini, engkau akan melanggar larangan Tuhan dan Dia tidak akan menyukainya. Tuhan tidak menyukainya tetapi engkau bersikeras untuk melakukannya, dan mengeklaim bahwa engkau sedang menyembah Tuhan. Dengan demikian, Tuhan menjadi makin muak terhadapmu, dan engkau pantas mati. Mengertikah engkau? (Aku mengerti.) Jika engkau ingin merayakan hari-hari raya ini sekarang, Tuhan tidak akan memberimu perhatian, dan cepat atau lambat engkau akan menanggung akibatnya dan memikul tanggung jawab atas tindakanmu yang keliru. Oleh karena itu, Kuberitahukan kepadamu, adalah lebih penting bagimu untuk benar-benar memahami salah satu firman Tuhan dan mengikuti firman-Nya daripada bersujud dan menundukkan kepalamu sebanyak apa pun di depan salib. Berapa kali pun engkau melakukannya, itu tidak ada gunanya dan tidak berarti engkau sedang mengikuti jalan Tuhan, menerima firman-Nya, atau melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip yang Dia tuntut terhadapmu. Tuhan tidak akan mengingatnya. Jadi, jika engkau merasa bahwa salib itu sangatlah sakral, mulai hari ini dan seterusnya, engkau harus melepaskan pemikiran dan sudut pandang ini dan melemparkan salib kesayanganmu itu dari lubuk hatimu. Salib tidak merepresentasikan Tuhan, dan menyembahnya bukan berarti engkau setia. Menghargai, menyayangi, atau bahkan memikulnya di pundakmu sepanjang hari tidak berarti bahwa engkau sedang menyembah Tuhan. Salib hanyalah alat yang digunakan dalam salah satu langkah pekerjaan Tuhan, dan itu tidak ada kaitanya dengan esensi, watak, atau identitas Tuhan. Jika engkau bersikeras menyembah salib seolah-olah itu adalah Tuhan, ini adalah hal yang Tuhan benci. Engkau bukan saja tidak akan menerima peringatan Tuhan, tetapi engkau juga akan dibenci dan ditolak oleh-Nya. Jika engkau bersikeras dan berkata, "Aku tidak akan mendengarkan-Mu. Salib itu sakral dan tidak bisa diganggu gugat di mataku. Aku tidak percaya dan tidak menerima firman-Mu bahwa salib itu tidak penting dan tidak merepresentasikan Tuhan," berarti engkau sedang berbuat sekehendak hatimu dan lihat saja apa akibat yang akan kauterima pada akhirnya. Tuhan sudah sejak lama turun dari salib. Salib adalah alat yang paling menonjol yang digunakan dalam salah satu pekerjaan Tuhan. Salib hanyalah benda dan di mata Tuhan, salib tidak ada gunanya untuk disimpan. Tentu saja, tidak ada gunanya bagimu untuk menghargai, mencintai, atau bahkan berharap kepadanya atau menghormatinya. Semua ini tidak perlu. Alkitab juga sangat dihargai di hati manusia. Walaupun mereka tidak lagi membacanya, Alkitab masih memegang tempat yang pasti di hati mereka. Mereka masih belum dapat sepenuhnya melepaskan pandangan mereka mengenai Alkitab yang telah diwariskan oleh keluarga atau leluhur mereka. Sebagai contoh, terkadang saat engkau mengesampingkan Alkitab, engkau mungkin berpikir, "Oh, apa yang sedang kulakukan? Itu adalah Alkitab. Orang harus menghargainya! Alkitab itu sakral dan tidak boleh diperlakukan begitu saja seolah-olah itu hanyalah buku biasa. Alkitab itu sudah begitu berdebu dan tak seorang pun mau repot-repot membersihkannya. Sudut-sudutnya sudah penuh lipatan dan tak seorang pun merapikannya." Manusia harus melepaskan pemikiran dan sudut pandang seperti ini dalam memperlakukan Alkitab seolah-olah itu adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dilanggar.
Tradisi dan takhayul dari keluarga yang baru saja kita bahas, serta berbagai pemikiran, sudut pandang, dan gaya hidup yang berkaitan dengan agama, serta benda-benda yang bersifat takhayul, atau yang orang kagumi atau hargai, semuanya mengindoktrinasikan dalam diri manusia gaya hidup, pemikiran, dan sudut pandang keliru tertentu dan secara tak kasatmata telah menyesatkan mereka dalam kehidupan, penghidupan, dan cara mereka mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, penyesatan yang diakibatkannya tanpa disadari akan mengacaukan orang dalam upaya mereka menerima hal-hal yang benar, pemikiran yang positif, dan hal-hal yang positif, dan mereka kemudian tanpa sadar akan melakukan hal-hal tertentu yang bodoh, tidak rasional dan kekanak-kanakan. Justru karena ini, sangatlah perlu bagi orang-orang untuk memiliki pandangan yang akurat, pemikiran dan sudut pandang yang akurat mengenai hal-hal ini. Jika sesuatu berkaitan dengan kebenaran dan sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerima, menerapkan, dan dengan tunduk menerimanya sebagai prinsip yang harus kauikuti untuk kehidupan dan kelangsungan hidupmu. Sedangkan, jika sesuatu tidak ada kaitannya dengan kebenaran dan hanya merupakan tradisi atau takhayul, atau hanya berasal dari agama, engkau harus melepaskannya. Terakhir, topik bahasan yang kita persekutukan hari ini memiliki keistimewaan karena hal-hal ini berkaitan dengan tradisi, takhayul, dan agama, entah engkau mengakuinya atau tidak, pernah mengalaminya atau tidak, sebesar apa pun pengakuanmu akan hal ini, singkatnya, ada pernyataan tertentu dalam tradisi dan takhayul yang berkaitan dengan fakta objektif dan, hingga taraf tertentu, memengaruhi dan mengganggu manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jadi, bagaimana seharusnya engkau semua memandang hal ini? Ada orang-orang yang berkata, "Kau harus memercayainya. Jika kau tidak mengikuti apa yang dikatakannya, akan ada akibatnya. Lalu, apa yang akan kaulakukan?" Tahukah engkau apa perbedaan terbesar antara orang percaya dan pengikut yang bukan orang percaya? (Perbedaan terbesar adalah orang percaya yakin bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, sedangkan pengikut yang bukan orang percaya selalu berusaha mengubah nasib mereka sendiri.) Perbedaan lainnya adalah orang percaya memiliki hadirat dan perlindungan Tuhan, sehingga berbagai fenomena takhayul yang ada dalam kehidupan nyata tidak akan memengaruhi mereka. Sedangkan pengikut yang bukan orang percaya, karena mereka tidak memiliki perlindungan Tuhan dan tidak percaya akan perlindungan maupun kedaulatan-Nya, mereka dikendalikan oleh berbagai setan najis dan roh-roh jahat dalam kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karenanya, mereka merasa harus memperhatikan pantangan dalam semua yang mereka lakukan. Berasal dari manakah pantangan tersebut? Apakah berasal dari Tuhan? (Tidak.) Mengapa hal-hal ini harus menjadi pantangan bagi mereka? Bagaimana mereka tahu bahwa mereka harus menaati pantangan-pantangan tersebut? Penyebabnya adalah karena ada orang-orang tertentu yang pernah mengalami hal-hal ini, pernah memperoleh pengalaman dan pelajaran tertentu darinya, dan mereka kemudian menyebarkannya ke tengah masyarakat. Pengalaman dan pelajaran ini kemudian disebarkan secara luas, menciptakan semacam tren di kalangan masyarakat, dan semua orang mulai hidup dan bertindak sesuai dengan hal tersebut. Bagaimana tren tersebut muncul? Jika engkau tidak mengikuti aturan yang ditetapkan oleh roh-roh jahat dan setan-setan najis tersebut, semua itu akan mengganggumu, mengacaukanmu, dan merusak kehidupan normalmu, sehingga engkau terpaksa percaya akan keberadaan pantangan-pantangan ini dan merasa akan ada akibatnya jika engkau melanggarnya. Selama ribuan tahun, orang telah mengumpulkan pengalaman ini dalam kehidupan mereka sehari-hari, mewariskannya dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dan mereka mengetahui bahwa ada kekuatan tak kasatmata yang mengendalikan mereka di balik semua itu, dan mereka harus mendengarkannya. Sebagai contoh, jika engkau tidak menyalakan petasan selama Tahun Baru Imlek, bisnismu tidak akan berjalan dengan lancar pada tahun ini. Contoh lainnya, jika engkau menyalakan dupa pertama pada Tahun Baru, segala sesuatunya akan berjalan dengan lancar sepanjang tahun. Pengalaman ini memberi tahu orang-orang bahwa mereka harus memercayai takhayul dan perkataan yang berasal dari budaya masyarakat, dan dari generasi ke generasi, orang hidup berdasarkan hal ini. Apa yang fenomena ini ajarkan kepada orang-orang? Orang diajarkan bahwa larangan dan pantangan ini semuanya adalah pengalaman yang telah orang kumpulkan selama hidup mereka dari waktu ke waktu, dan bahwa semua itu adalah hal-hal yang harus orang lakukan, hal-hal yang harus mereka lakukan karena ada kekuatan tak kasatmata tertentu yang mengendalikan segala sesuatunya di balik layar. Pada akhirnya, dari generasi ke generasi, orang mengikuti aturan-aturan ini. Orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan pasti mengikuti takhayul dan tradisi ini agar dapat hidup relatif lancar di tengah kelompok sosial. Mereka hidup untuk mencari kedamaian, ketenangan, dan kebahagiaan. Lalu, mengapa orang-orang yang percaya kepada Tuhan tidak perlu mengikuti takhayul dan tradisi tersebut? (Karena mereka dilindungi oleh Tuhan.) Mereka dilindungi oleh Tuhan. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan mengikuti Dia, dan Tuhan membawa orang-orang ini ke dalam hadirat-Nya dan ke dalam rumah-Nya. Tanpa seizin Tuhan, Iblis tidak berani menyakitimu. Sekalipun engkau tidak menaati aturan Iblis, dia tidak akan berani menyentuhmu. Sedangkan, bagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan dan tidak mengikuti-Nya, Iblis dapat memanipulasi mereka sekehendak hatinya. Cara Iblis memanipulasi manusia adalah dengan menetapkan berbagai perkataan dan aturan aneh untuk kauikuti. Jika engkau tidak mengikutinya, dia akan menghukummu. Sebagai contoh, jika engkau tidak menyembah dewa dapur pada tanggal 23 bulan dua belas tahun lunar, bukankah akan ada akibatnya? (Ya.) Akan ada akibatnya, dan orang-orang tidak percaya tidak berani melewatkan ritual ini. Pada hari itu, mereka juga harus makan permen wijen untuk menutup mulut dewa dapur agar tidak bisa membicarakan tentang mereka di surga. Bagaimana aturan dan perkataan takhayul ini muncul? Iblislah yang telah melakukan hal-hal tertentu yang diwariskannya melalui tradisi lisan. Pada dasarnya, semua itu berasal dari Iblis dan berbagai setan najis, roh-roh jahat, dan para pemimpin setan. Mereka menetapkan aturan-aturan ini dan mengendalikan manusia dengan menggunakan perkataan dan aturan takhayul, memaksa orang untuk menuruti perkataan mereka. Jika engkau tidak menuruti perkataan mereka, mereka akan memukulmu dengan sesuatu yang keras, dan mereka akan menghukummu. Ada seseorang yang tidak percaya akan perkataan takhayul ini, dan rumahnya selalu berantakan. Ketika dia pergi ke kuil Buddha untuk meramal nasib, kepadanya dikatakan, "Ya ampun, kau telah melanggar pantangan ini dan itu. Kau harus menggali tanah di bawah rumahmu, menyesuaikan letak cerobong asapmu, mengubah perabotan di rumahmu, dan meletakkan jimat di ambang pintu rumahmu. Dengan demikian, setan-setan kecil tidak akan berani datang." Sebenarnya setan yang lebih besar telah menaklukkan setan kecil itu, sehingga setan kecil itu tidak berani lagi mengganggumu. Setelah menuruti perkataan tersebut, kehidupan orang itu menjadi jauh lebih tenang. Awalnya, orang ini tidak memercayainya, tetapi setelah kini dia melihatnya, dia berkata, "Ya ampun, ternyata ada setan kecil yang menyebabkan begitu banyak masalah!" Dia merasa tak punya pilihan selain memercayainya. Orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan dan berusaha untuk bertahan hidup di dunia ini, mereka sepenuhnya dikendalikan oleh si jahat, tanpa punya hak atau kesempatan untuk memilih bagi diri mereka sendiri. Mereka terpaksa harus percaya. Sebaliknya, engkau semua yang percaya kepada Tuhan, jika engkau bersikeras untuk memercayai takhayul ini atau pemikiran dan sudut pandang tradisional, atau hal-hal dari agama, jika engkau merayakan hari-hari raya mereka, memercayai perkataan mereka, dan meneruskan tradisi, cara hidup, dan sikap mereka terhadap hidup ini dan jika sumber sukacitamu dalam hidup ini didasarkan pada perkataan ini, berarti engkau sedang mengatakan kepada Tuhan dengan menggunakan semacam bahasa tak bersuara, "Aku tidak percaya pada pengaturan-Mu, dan aku juga tidak mau menerima pengaturan-Mu," dan engkau juga sedang mengatakan kepada roh-roh jahat, setan-setan najis, dan Iblis dengan bahasa tak bersuara, "Ayolah, aku percaya pada perkataanmu, dan aku bersedia bekerja sama denganmu." Karena dalam hal berbagai sikap yang kaupegang erat, dan dalam pemikiran, sudut pandang dan penerapanmu, engkau tidak menerima kebenaran, melainkan menyesuaikan dirimu dengan pemikiran dan sudut pandang roh-roh jahat, setan-setan najis, dan Iblis, dan engkau melaksanakan pemikiran dan sudut pandang mereka dalam caramu berperilaku dan bertindak, maka dengan demikian, engkau sedang hidup di bawah kuasa mereka. Karena engkau bersedia hidup di bawah kuasa mereka, membuat pangsit ketika meninggalkan rumah dan makan mi ketika pulang ke rumah, dan harus makan kue keranjang dan ikan selama Tahun Baru Imlek, maka silakan saja mengikuti mereka. Engkau tidak perlu percaya kepada Tuhan, dan engkau tidak perlu menyatakan bahwa engkau percaya kepada Tuhan. Di setiap tempat dan dalam setiap hal, engkau memandang orang dan segala sesuatu, berperilaku dan bertindak, serta hidup dan bertahan hidup berdasarkan cara hidup dan pemikiran serta sudut pandang yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, atau berdasarkan gagasan agama, dan apa yang kaulakukan tidak ada kaitannya dengan apa yang telah Tuhan ajarkan kepadamu atau kebenaran. Ini berarti engkau sesungguhnya adalah pengikut Iblis. Karena engkau mengikuti Iblis di dalam hatimu, mengapa engkau masih duduk di sini? Mengapa engkau masih mendengarkan khotbah? Bukankah ini berarti engkau sedang menipu? Bukankah ini berarti engkau sedang menghujat Tuhan? Karena engkau sangat terobsesi dengan tradisi, takhayul dan gagasan agamawi yang Iblis indoktrinasikan, terjerat di dalamnya, dan masih memiliki ikatan yang erat dengan semua itu, engkau seharusnya tidak percaya lagi kepada Tuhan. Engkau seharusnya tinggal saja di kuil Buddha, membakar dupa, membungkuk, mengambil undian, dan melantunkan kitab suci. Engkau tidak seharusnya bertahan di rumah Tuhan, engkau tidak layak mendengarkan firman Tuhan atau menerima bimbingan Tuhan. Oleh karena itu, karena engkau menyatakan bahwa engkau adalah pengikut Tuhan, engkau harus melepaskan tradisi keluarga, takhayul, dan gagasan agamawi tersebut. Bahkan dalam cara hidupmu yang dasar: selama hal-hal itu ada kaitannya dengan tradisi dan takhayul, engkau harus melepaskannya dan tidak berpaut padanya. Yang paling Tuhan benci adalah tradisi manusia, hari-hari raya, adat istiadat, dan aturan-aturan hidup tertentu yang berasal dari budaya masyarakat dan dari keluarga, yang dibaliknya terdapat penafsiran tertentu. Sebagai contoh, ada orang-orang tertentu yang meletakkan cermin di ambang pintu ketika membangun rumah, berkata cermin itu digunakannya untuk mengusir roh-roh jahat. Engkau percaya kepada Tuhan, tetapi engkau masih takut kepada setan? Engkau percaya kepada Tuhan, jadi bagaimana setan masih bisa dengan semudah itu mengganggumu? Apakah engkau sebenarnya orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan? Selama Tahun Baru Imlek, jika ada seorang anak mengatakan sesuatu yang sial seperti "seandainya aku mati" atau "seandainya ibuku mati", mereka dengan segera menimpalinya dengan berkata, "Hus, anak kecil tidak boleh berkata seperti itu, itu tabu." Mereka takut setengah mati, takut perkataan itu akan menjadi kenyataan. Apa yang kautakuti? Sekalipun itu menjadi kenyataan, tidak dapatkah engkau menerima kenyataan ini? Dapatkah engkau menolaknya? Bukankah engkau harus menerima bahwa hal itu adalah dari Tuhan? Tidak ada pantangan di dalam Tuhan, hanya ada hal-hal yang sesuai atau tidak sesuai dengan kebenaran. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, engkau tidak boleh menaati pantangan apa pun, melainkan harus menangani hal-hal ini berdasarkan firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran.
Persekutuan hari ini mencakup topik-topik yang berkaitan dengan bagaimana keluarga menanamkan tradisi, takhayul, dan agama ke dalam diri orang-orang. Meskipun kita mungkin tidak tahu banyak tentang topik-topik ini, cukuplah bahwa melalui persekutuan ini engkau diberitahu bagaimana engkau harus bersikap, dan bagaimana engkau harus memperlakukan hal-hal tersebut berdasarkan firman Tuhan dan prinsip. Setidaknya, penerapan yang harus kaulakukan adalah melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan topik-topik ini, dan tidak berpaut padanya di dalam hatimu ataupun mempertahankannya sebagai cara hidup yang normal. Yang paling harus kaulakukan adalah melepaskan hal-hal ini dan tidak diganggu atau diikat olehnya. Engkau tidak boleh menilai hidup dan matimu, keberuntungan dan bencanamu berdasarkannya, dan tentu saja engkau tentunya tidak boleh menghadapi atau memilih jalan di depanmu berdasarkan hal-hal tersebut. Jika engkau melihat kucing hitam ketika pergi keluar dan engkau berkata, "Apakah hari ini akan sial? Apakah akan terjadi sesuatu yang buruk?" bagaimana menurutmu sudut pandang ini? (Itu tidak benar.) Apa yang dapat seekor kucing lakukan terhadapmu? Sekalipun ada perkataan takhayul mengenainya, hal ini tidak ada kaitannya dengan dirimu, jadi tidak perlu merasa takut. Engkau bahkan tidak perlu takut akan harimau hitam, apalagi kucing hitam. Segala sesuatu berada di tangan Tuhan, dan engkau tidak perlu takut kepada Iblis atau roh jahat mana pun, apalagi kepada kucing hitam. Jika tidak ada pantangan di dalam hatimu, jika yang ada hanyalah mengejar kebenaran dan percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, maka sekalipun terdapat pepatah tertentu mengenai hal ini atau mungkin saja engkau akan mengalami kemalangan, engkau tidak perlu khawatir. Sebagai contoh, suatu hari tiba-tiba engkau mendengar seekor burung hantu menguak di sisi tempat tidurmu. Dalam cerita rakyat Tiongkok, dikatakan, "Jangan takut suara kuak burung hantu, takutlah akan suara tawanya." Burung hantu ini bukan saja menguak, tetapi juga tertawa, yang membuatmu ketakutan setengah mati dan itu sedikit memengaruhimu di dalam hatimu. Namun, cobalah berpikir sejenak, "Apa yang dimaksudkan untuk terjadi, pasti akan terjadi, dan apa yang dimaksudkan untuk tidak terjadi, Tuhan tidak akan mengizinkannya terjadi. Aku berada di tangan Tuhan, demikian juga segala hal lainnya. Aku tidak takut ataupun terpengaruh oleh hal ini. Aku akan hidup sebagaimana mestinya, mengejar kebenaran, menerapkan firman Tuhan, dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan. Ini tidak pernah dapat berubah!" Ketika tidak ada hal yang dapat mengganggumu, itulah yang benar. Jika suatu hari engkau mengalami mimpi buruk, gigimu tanggal, rambutmu rontok, engkau memecahkan mangkuk, bermimpi dirimu mati, dan semua hal buruk lainnya terjadi secara bersamaan dalam satu mimpi, tak satu pun dari pemandangan ini menjadi pertanda baik untukmu, bagaimana engkau akan bereaksi? Akankah engkau merasa tertekan? Akankah engkau merasa kesal? Akankah engkau terpengaruh? Dahulu, engkau mungkin akan merasa kesal selama satu atau dua bulan, dan akhirnya ketika tidak ada sesuatu yang terjadi, engkau bisa bernapas lega. Namun kini, engkau hanya merasa sedikit terganggu, dan begitu engkau berpikir bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, hatimu segera menjadi tenang. Engkau datang ke hadapan Tuhan dengan sikap yang tunduk, dan inilah sikap yang benar. Sekalipun pertanda buruk ini benar-benar mengarah pada terjadinya sesuatu yang buruk, ada cara untuk mengatasinya. Bagaimana engkau dapat mengatasinya? Bukankah hal-hal buruk juga berada di tangan Tuhan? Tanpa seizin Tuhan, Iblis dan setan tidak dapat menyakiti bahkan sehelai rambut pun di kepalamu. Terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan hidup dan mati, bukan Iblis yang menentukan hal itu. Tanpa seizin Tuhan, hal-hal besar dan kecil ini tidak akan terjadi. Jadi, fenomena buruk apa pun yang kausaksikan dalam mimpi pada suatu malam, atau hal tidak biasa apa pun yang mungkin kaurasakan di tubuhmu, jangan khawatir, jangan merasa gelisah, dan tentu saja jangan berpikir untuk menghindar, menolak atau menentangnya. Jangan berusaha menggunakan cara-cara manusia seperti boneka voodoo, melakukan pemanggilan arwah, mengundi, meramal nasib, atau mencari informasi di internet untuk menghindari risiko-risiko ini. Tidak perlu melakukan hal-hal ini. Mungkin saja mimpimu menandakan sesuatu yang buruk memang akan terjadi, misalnya engkau akan bangkrut, sahammu akan jatuh, bisnismu akan diambil alih oleh orang lain, engkau akan ditangkap pemerintah selama pertemuan, engkau dilaporkan selagi memberitakan Injil, dan sebagainya. Lalu memangnya kenapa jika itu terjadi? Segala sesuatu berada di tangan Tuhan; jangan takut. Jangan khawatir, jangan sedih, dan jangan takut akan hal-hal buruk yang belum terjadi, dan tentu saja, jangan menentang atau melawan terjadinya hal-hal buruk apa pun. Lakukan apa yang sudah seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan, penuhi tanggung jawab dan kewajibanmu sebagai makhluk ciptaan, serta miliki pendirian dan sudut pandang yang seharusnya dimiliki makhluk ciptaan. Inilah sikap yang harus dimiliki semua orang ketika menghadapi segala sesuatu; yakni, menerima dan taat, menyerahkan segala sesuatunya pada pengaturan-Nya tanpa mengeluh. Dengan demikian, perkataan dan apa pun yang diakibatkan oleh agama, tradisi atau takhayul tidak akan menjadi masalah bagimu, dan tidak akan menyebabkan gangguan apa pun terhadapmu; engkau akan benar-benar keluar dari kuasa Iblis dan dari pengaruh kegelapan, tidak dikendalikan oleh pengaruh kegelapan atau oleh pemikiran Iblis apa pun. Pemikiranmu, jiwamu, seluruh keberadaanmu akan ditaklukkan dan didapatkan oleh firman Tuhan. Bukankah ini adalah kebebasan? (Ya.) Ini adalah kebebasan penuh, hidup dalam kelepasan dan kebebasan, serta memiliki keserupaan dengan manusia. Betapa luar biasanya hal itu!
Isi persekutuan hari ini pada dasarnya mencakup hal ini. Sedangkan mengenai pantangan tertentu dalam kebiasaan hidup sehari-hari, misalnya, makanan apa yang tidak boleh dimakan ketika sedang menderita penyakit tertentu, dan ada orang-orang yang tidak boleh memakan makanan pedas karena cenderung menderita panas dalam yang berlebihan, hal-hal ini tidak ada kaitannya dengan cara orang berperilaku ataupun dengan pemikiran dan sudut pandang apa pun, apalagi dengan jalan yang orang tempuh. Hal-hal ini tidak termasuk dalam lingkup persekutuan kita. Pokok bahasan persekutuan kita mencakup pembelajaran dan pembiasaan keluarga yang berkaitan dengan pemikiran dan sudut pandang orang, cara hidup dan aturan hidup normal mereka, serta pemikiran, sudut pandang, pendirian, dan perspektif mereka terhadap berbagai hal. Dengan membereskan pemikiran, sudut pandang dan sikap yang salah ini dalam segala hal, hal berikutnya yang harus orang masuki adalah mencari dan menerima pemikiran, sudut pandang, sikap, dan perspektif yang benar terhadap segala sesuatu. Baiklah, sampai di sini persekutuan kita hari ini. Sampai jumpa!
25 Maret 2023
Catatan kaki:
a. Tai Sui adalah kependekan dari dewa Tai Sui. Dalam astrologi Tiongkok, Tai Sui berarti dewa penjaga tahun. Tai Sui mengatur semua peruntungan pada tahun tertentu.
b. Naskah asli tidak mengandung frasa "yang berarti menjadi kaya sepanjang waktu, yang pengucapannya dalam bahasa Mandarin mirip dengan angka 1, 6, dan 8".