Iblis menipu dan merusak umat manusia adalah sumber kegelapan dan kejahatan di dunia

10 Februari 2019

Firman Tuhan yang Relevan:

Adam dan Hawa yang diciptakan oleh Tuhan pada mulanya adalah orang-orang kudus, yang berarti, saat berada di Taman Eden mereka kudus, bersih dari kecemaran. Mereka juga setia kepada Yahweh, dan tidak tahu apa-apa tentang pengkhianatan terhadap Yahweh. Semua ini karena mereka hidup tanpa gangguan pengaruh Iblis, tanpa racun Iblis, dan mereka adalah yang paling suci dari segenap umat manusia. Mereka tinggal di Taman Eden, tidak tercemar oleh kotoran apa pun, tidak dikuasai oleh daging, dan hidup dalam penghormatan kepada Yahweh. Kemudian, ketika mereka dicobai oleh Iblis, mereka memiliki racun si ular dan keinginan untuk mengkhianati Yahweh, dan mereka hidup di bawah pengaruh Iblis. Pada mulanya, mereka kudus dan mereka hormat kepada Yahweh; hanya dalam keadaan inilah mereka adalah manusia. Kemudian, setelah mereka dicobai oleh Iblis, mereka memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan hidup di bawah pengaruh Iblis. Lambat laun mereka dirusak oleh Iblis, dan kehilangan gambar dan rupa manusia yang semula. Pada mulanya, manusia memiliki napas Yahweh, tidak sedikit pun memberontak, dan tidak menyimpan kejahatan di dalam hatinya. Saat itu, mereka adalah manusia sejati. Setelah dirusak oleh Iblis, manusia menjadi seekor binatang buas. Pikirannya dipenuhi dengan kejahatan dan kecemaran, tanpa kebaikan atau kekudusan. Bukankah ini Iblis?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"

Sejak manusia menemukan ilmu-ilmu sosial, pikiran manusia telah menjadi disibukkan dengan ilmu dan pengetahuan. Kemudian ilmu dan pengetahuan telah menjadi alat yang digunakan untuk memerintah umat manusia, dan tidak ada lagi ruang yang cukup bagi manusia untuk menyembah Tuhan, dan tidak ada lagi suasana yang mendukung penyembahan kepada Tuhan. Kedudukan Tuhan telah turun semakin rendah di hati manusia. Tanpa Tuhan di dalam hatinya, dunia batin manusia gelap, tanpa pengharapan dan hampa. Selanjutnya banyak ilmuwan sosial, ahli sejarah, dan politisi telah bermunculan untuk mengungkapkan teori-teori ilmu sosial, teori evolusi manusia, serta teori-teori lainnya yang bertentangan dengan kebenaran bahwa Tuhan menciptakan manusia, untuk memenuhi hati dan pikiran manusia. Dan dengan demikian, mereka yang percaya bahwa Tuhan yang menciptakan segalanya telah menjadi semakin sedikit, dan mereka yang percaya pada teori evolusi menjadi semakin banyak jumlahnya. Semakin lama semakin banyak orang yang memperlakukan catatan tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya pada zaman Perjanjian Lama sebagai mitos dan legenda. Di dalam hati mereka, orang menjadi acuh tak acuh pada martabat dan kebesaran Tuhan, pada prinsip bahwa Tuhan itu ada dan berkuasa atas segala sesuatu. Kelangsungan hidup umat manusia dan nasib negara-negara serta bangsa-bangsa tidak penting lagi bagi mereka, dan manusia hidup dalam dunia hampa yang hanya mengurusi makan, minum, dan mengejar kesenangan. ... Hanya sedikit orang yang menyadari kewajibannya untuk mencari tempat di mana Tuhan melakukan pekerjaan-Nya saat ini, atau mencari tahu bagaimana Dia mengendalikan dan mengatur tempat tujuan manusia. Dengan demikian, tanpa sepengetahuan manusia, peradaban manusia menjadi semakin tidak mampu memenuhi keinginan manusia, dan bahkan banyak orang yang merasa bahwa, dengan hidup di dunia seperti itu, mereka merasa tidak lebih berbahagia dibandingkan orang-orang yang sudah meninggal. Bahkan orang-orang yang berasal dari negara-negara yang tadinya berperadaban tinggi pun mengutarakan keluhan seperti ini. Karena tanpa tuntunan Tuhan, berapa banyak pun penguasa dan ahli sosiologi yang memeras otak mereka untuk melestarikan peradaban manusia, semuanya sia-sia saja. Tak seorang pun dapat mengisi kehampaan dalam hati manusia, karena tak seorang pun dapat menjadi hidup manusia, dan tidak ada teori sosial yang dapat membebaskan manusia dari kehampaan yang dideritanya. Ilmu, pengetahuan, kebebasan, demokrasi, kesenangan, hiburan: semua ini hanya memberikan penghiburan yang sementara bagi manusia. Bahkan dengan hal-hal ini, manusia pasti tetap berbuat dosa dan meratapi ketidakadilan yang ada di masyarakat. Hal-hal ini tidak dapat mengekang keinginan dan hasrat manusia untuk mencari. Ini karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan pengorbanan serta pencarian manusia yang sia-sia hanya dapat membawa manusia pada semakin banyak kesedihan dan hanya dapat menyebabkan manusia berada dalam keadaan ketakutan, tidak akan tahu cara menghadapi masa depan umat manusia, atau cara menghadapi perjalanan yang terbentang di depan. Manusia bahkan akhirnya menjadi takut terhadap sains dan pengetahuan, dan bahkan lebih takut lagi terhadap perasaan hampa. Di dunia ini, entah engkau tinggal di negara yang menganut kebebasan atau di negara yang tidak mengakui hak asasi manusia, engkau sama sekali tak dapat meluputkan diri dari nasib umat manusia. Apakah engkau adalah yang memerintah atau yang diperintah, engkau sama sekali tidak dapat melepaskan diri dari keinginan untuk menyelidiki nasib, misteri, dan tempat tujuan umat manusia, apalagi melepaskan dirimu dari perasaan hampa yang membingungkan. Fenomena seperti ini, yang lazim dialami oleh semua umat manusia, disebut fenomena sosial oleh para ahli sosiologi, tetapi belum ada satu pun orang hebat yang mampu memecahkan masalah tersebut. Manusia, bagaimanapun juga, hanyalah manusia, dan kedudukan serta kehidupan Tuhan tidak dapat digantikan oleh siapa pun. Umat manusia tidak hanya membutuhkan masyarakat yang adil, tempat di mana setiap orang mendapat cukup makanan dan diperlakukan dengan setara serta mendapat kebebasan, yang dibutuhkan umat manusia adalah keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka. Ketika manusia menerima keselamatan Tuhan dan perbekalan-Nya untuk kehidupan mereka, barulah kerinduan untuk mencari, dan kehampaan rohani manusia dapat terpenuhi. Jika rakyat suatu negara atau suatu bangsa tidak dapat menerima keselamatan dan pemeliharaan Tuhan, maka negara atau bangsa semacam itu akan berada di jalan menuju kemunduran, menuju kegelapan, dan akan dimusnahkan oleh Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 2: Tuhan Mengendalikan Nasib Seluruh Umat Manusia"

Dari atas sampai ke bawah dan dari awal sampai akhir, Iblis telah mengganggu pekerjaan Tuhan dan bertindak dalam penentangan terhadap-Nya. Semua pembicaraan tentang "warisan budaya kuno", "pengetahuan tentang budaya kuno" yang berharga, "ajaran Taoisme dan Konfusianisme", "nilai-nilai Konfusius dan ritual feodal" telah membawa manusia ke dalam neraka. Pengetahuan dan teknologi zaman modern yang maju serta industri, pertanian, dan bisnis yang sangat maju, tidak terlihat di mana pun. Sebaliknya, semua itu hanya menekankan pada ritual feodal yang disebarluaskan oleh para "kera-kera" pada zaman kuno untuk dengan sengaja mengganggu, menentang, dan merombak pekerjaan Tuhan. Sampai hari ini, dia tidak saja terus menyengsarakan manusia, tetapi juga ingin menelan[1] manusia sepenuhnya. Penyebaran ajaran moral dan etika feodalisme dan pengetahuan budaya kuno yang diturunkan telah lama menjangkiti umat manusia dan mengubah mereka menjadi setan-setan besar dan kecil. Hanya sedikit dari mereka yang akan dengan senang hati menerima Tuhan, hanya sedikit yang akan dengan penuh sukacita menyambut kedatangan-Nya. Wajah seluruh umat manusia dipenuhi dengan niat membunuh, dan di setiap tempat, napas pembunuhan memenuhi udara. Mereka berusaha mengusir Tuhan dari negeri ini; dengan pisau dan pedang terhunus, mereka mengatur barisan perangnya untuk "membinasakan" Tuhan. Di seluruh negeri setan ini, tempat manusia terus-menerus diajarkan bahwa tidak ada Tuhan, berhala-hala tersebar di mana-mana, dan udara di atasnya dipenuhi dengan bau kertas terbakar dan dupa yang memualkan, begitu tebal sehingga membuat sulit bernapas. Itu seperti bau busuk lumpur yang terbawa angin bersama dengan ular beracun yang menggeliat-geliat, sedemikian rupa sehingga orang tidak bisa menahan muntah. Selain itu, samar-samar terdengar suara roh-roh jahat melantunkan nyanyian, suara yang sepertinya datang dari jauh di neraka, sedemikian rupa sehingga orang pasti akan gemetar. Di seluruh negeri ini ditempatkan berhala dengan semua warna pelangi, yang mengubah negeri ini menjadi dunia kenikmatan hawa nafsu, sementara raja setan terus tertawa dengan culas, seolah-olah rencana jahatnya telah berhasil. Sementara itu, manusia tetap sama sekali tidak menyadarinya, juga tidak sadar sedikit pun bahwa setan telah merusaknya sampai pada titik di mana dia menjadi tak sadarkan diri dan menundukkan kepalanya dalam kekalahan. Iblis ingin, dalam satu gebrakan, melenyapkan segala sesuatu tentang Tuhan, dan sekali lagi mencemari dan membunuh-Nya; itu dimaksudkan untuk menghancurkan dan mengganggu pekerjaan-Nya. Bagaimana mungkin dia membiarkan Tuhan menyamai statusnya? Bagaimana mungkin dia membiarkan Tuhan "ikut campur" dalam pekerjaannya di antara manusia di bumi? Bagaimana mungkin dia membiarkan Tuhan membuka topengnya dan memperlihatkan wajahnya yang mengerikan? Bagaimana mungkin dia membiarkan Tuhan mengacaukan pekerjaannya? Bagaimana mungkin si setan ini, yang penuh dengan kemarahan, membiarkan Tuhan memegang kendali atas pengadilan kerajaannya di bumi? Bagaimana mungkin dia dengan rela tunduk pada kekuatan-Nya yang lebih unggul? Wajah aslinya yang mengerikan sudah tersingkap apa adanya, sehingga manusia tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, dan itu benar-benar sulit untuk dibicarakan. Bukankah itulah esensi si setan? Memiliki jiwa yang buruk, tetapi tetap menganggap dirinya sangat indah. Gerombolan kaki tangan dalam kejahatan[2] ini! Mereka turun ke alam fana untuk menikmati kesenangan dan menyebabkan keributan, mengaduk-aduk segala sesuatu sedemikian rupa sehingga dunia menjadi tempat yang berubah-ubah dan tidak konstan serta hati manusia dipenuhi dengan kepanikan dan kegelisahan, dan mereka telah mempermainkan manusia sedemikian rupa sehingga penampilannya telah menjadi seperti binatang buas yang tidak manusiawi, sangat buruk, di mana jejak terakhir dari manusia yang awalnya kudus telah hilang. Selain itu, mereka bahkan ingin mendapatkan kekuasaan berdaulat di bumi. Mereka merintangi pekerjaan Tuhan sedemikian rupa sehingga itu hampir tidak bisa maju sedikit pun, dan mereka menutup manusia serapat tembok yang terbuat dari tembaga dan besi. Setelah melakukan begitu banyak dosa yang serius dan menyebabkan begitu banyak bencana, apakah mereka masih mengharapkan sesuatu selain hajaran? Setan dan roh jahat telah mengamuk di bumi selama beberapa waktu, dan telah menutup kehendak dan upaya Tuhan yang sungguh-sungguh dengan begitu rapatnya sehingga mereka tidak dapat ditembus. Sungguh, ini adalah dosa yang kejam! Bagaimana mungkin Tuhan tidak merasa cemas? Bagaimana mungkin Tuhan tidak merasa murka? Mereka telah dengan keras menghalangi dan menentang pekerjaan: Betapa memberontaknya mereka!

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (7)"

Dalam apa yang disebut pengetahuan manusia, Iblis telah menanamkan sedikit falsafah hidupnya dan pemikirannya. Dan ketika Iblis melakukan ini, dia membuat manusia mengadopsi pemikiran, falsafah, dan sudut pandangnya sehingga manusia dapat mengingkari keberadaan Tuhan, mengingkari kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu dan atas nasib manusia. Jadi, ketika ilmu pengetahuan manusia berkembang dan manusia memahami lebih banyak pengetahuan, dia pun merasa keberadaan Tuhan menjadi tidak jelas dan bahkan mungkin merasa bahwa Tuhan tidak ada. Karena Iblis telah menambahkan sudut pandang, gagasan, dan pemikiran ke dalam pikiran manusia, bukankah manusia itu dirusak selama berlangsungnya proses ini? (Ya.) Apa landasan hidup manusia sekarang? Apakah manusia benar-benar hidup berdasarkan pengetahuan ini? Tidak; manusia mendasarkan hidupnya pada pemikiran, pandangan, dan falsafah Iblis yang tersembunyi dalam pengetahuan ini. Di sinilah terjadinya bagian mendasar perusakan manusia oleh Iblis, inilah tujuan Iblis dan cara yang digunakannya untuk merusak manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"

Iblis merusak manusia melalui pendidikan dan pengaruh pemerintah nasional serta melalui orang-orang terkenal dan hebat. Perkataan jahat mereka telah menjadi natur kehidupan manusia. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" adalah pepatah iblis terkenal yang telah ditanamkan dalam diri semua orang, dan itu telah menjadi kehidupan manusia. Ada beberapa perkataan falsafah hidup lainnya yang juga seperti ini. Iblis mendidik manusia melalui setiap budaya tradisional bangsa yang indah, menyebabkan manusia jatuh dan ditelan oleh jurang kebinasaan yang tak berdasar, dan pada akhirnya manusia dimusnahkan oleh Tuhan karena mereka melayani Iblis dan menentang Tuhan. Bayangkan menanyakan pertanyaan berikut ini kepada seseorang yang telah aktif hidup bermasyarakat selama puluhan tahun, "Berhubung engkau telah hidup di dunia begitu lama dan mencapai begitu banyak, pepatah utama apa yang engkau pegang?" Dia mungkin berkata, "Pepatah yang paling penting adalah 'Para pejabat tidak akan mempersulit orang yang banyak memberi hadiah; seseorang tidak akan mencapai apa pun tanpa menjilat dan merayu.'" Bukankah kata-kata ini merepresentasikan natur orang itu? Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan telah menjadi naturnya, dan menjadi pejabat adalah hal yang memberinya kehidupan. Masih ada banyak racun iblis dalam hidup manusia, dalam perilaku dan perbuatannya; mereka sama sekali tidak memiliki kebenaran. Sebagai contoh, falsafah hidup mereka, cara-cara mereka melakukan segala sesuatu, dan pepatah keberhasilan mereka semuanya dipenuhi dengan racun si naga merah yang sangat besar, dan semuanya berasal dari Iblis. Dengan demikian, segala sesuatu yang mengalir dalam tulang dan darah manusia adalah hal-hal yang berasal dari Iblis. Semua pejabat itu, mereka yang memegang tampuk kekuasaan, dan orang-orang yang sukses, memiliki berbagai jalan dan rahasia keberhasilannya sendiri. Bukankah rahasia semacam itu mewakili natur asli mereka dengan tepat? Mereka telah melakukan hal-hal besar di dunia, dan tak seorang pun dapat melihat rencana jahat dan tipu muslihat yang ada di baliknya. Ini menunjukkan betapa berbahaya dan jahatnya natur mereka. Manusia telah dirusak terlalu dalam oleh Iblis. Racun Iblis mengalir dalam darah setiap orang, dan dapat dilihat bahwa natur manusia itu rusak, jahat dan reaksioner, dipenuhi dan dibenamkan dalam falsafah Iblis—secara keseluruhan, itu merupakan natur yang mengkhianati Tuhan. Inilah sebabnya manusia menentang dan berlawanan dengan Tuhan.

Dikutip dari "Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"

Selama proses manusia mempelajari pengetahuan, Iblis menggunakan segala macam metode, entah itu menceritakan berbagai kisah, sekadar memberi mereka pengetahuan individual tertentu, atau memungkinkan mereka untuk memuaskan keinginan atau ambisi mereka. Ke jalan apa Iblis ingin menuntunmu? Orang-orang mengira tidak ada salahnya mempelajari pengetahuan, bahwa hal itu sepenuhnya alami. Mengatakannya dengan cara lain agar terdengar menarik, menumbuhkan cita-cita luhur atau memiliki ambisi adalah memiliki dorongan, dan ini haruslah menjadi jalan yang benar dalam kehidupan. Bukankah merupakan cara hidup yang lebih mulia bagi manusia jika mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka sendiri, atau berhasil membangun karier? Dengan melakukan hal-hal ini, orang tidak hanya dapat menghormati leluhurnya, tetapi juga berkesempatan untuk meninggalkan jejak dirinya dalam sejarah—bukankah ini hal yang baik? Ini adalah hal yang baik di mata orang-orang duniawi, dan bagi mereka hal ini tentunya merupakan hal yang tepat dan positif. Namun, apakah Iblis, dengan motifnya yang jahat, membawa manusia ke jalan semacam ini dan hanya itu tujuannya? Tentu saja tidak. Sebenarnya, seluhur apa pun cita-cita manusia, serealistis apa pun keinginan manusia, atau seberapa pantas tampaknya hal-hal tersebut, semua yang ingin dicapai manusia, semua yang dicari manusia, terkait erat dengan dua kata. Kedua kata ini sangat penting bagi kehidupan setiap orang, dan kedua kata ini adalah hal-hal yang ingin Iblis tanamkan dalam diri manusia. Apakah kedua kata ini? Kedua kata ini adalah "ketenaran" dan "keuntungan." Iblis menggunakan metode yang sangat halus semacam ini, sebuah metode yang sangat selaras dengan gagasan manusia, yang sama sekali tidak radikal, yang melaluinya menyebabkan orang tanpa sadar menerima cara hidup Iblis, aturan-aturan Iblis untuk dijalani, dan untuk menetapkan tujuan hidup serta arah dalam kehidupan mereka, dan dengan melakukannya, mereka juga tanpa sadar jadi memiliki ambisi dalam kehidupan. Sebesar apa pun tampaknya ambisi kehidupan ini, semua itu terkait erat dengan "ketenaran" dan "keuntungan." Segala sesuatu yang diikuti oleh orang hebat atau terkenal mana pun—sebenarnya, oleh semua orang—dalam kehidupan, hanya terkait dengan dua kata ini: "ketenaran" dan "keuntungan." Orang mengira setelah memiliki ketenaran dan keuntungan, mereka kemudian dapat memanfaatkan hal-hal tersebut untuk menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, serta menikmati hidup. Mereka menganggap ketenaran dan keuntungan adalah semacam modal yang bisa mereka gunakan untuk memperoleh kehidupan yang penuh pencarian akan kesenangan dan kenikmatan daging yang sembrono. Demi ketenaran dan keuntungan yang begitu didambakan umat manusia ini, orang-orang bersedia, meskipun tanpa sadar, menyerahkan tubuh, pikiran mereka, semua yang mereka miliki, masa depan, dan nasib mereka kepada Iblis. Mereka melakukannya bahkan tanpa keraguan sedikit pun, tanpa pernah tahu akan perlunya memulihkan semua yang telah mereka serahkan. Dapatkah orang tetap memegang kendali atas diri mereka sendiri setelah mereka berlindung kepada Iblis dengan cara ini dan menjadi setia kepadanya? Tentu saja tidak. Mereka sama sekali dan sepenuhnya dikendalikan oleh Iblis. Mereka telah sama sekali dan sepenuhnya tenggelam dalam rawa, dan tidak mampu membebaskan dirinya. Begitu seseorang terperosok dalam ketenaran dan keuntungan, mereka tidak lagi mencari apa yang cerah, apa yang benar, atau hal-hal yang indah dan baik. Ini karena kekuatan menggoda yang dimiliki ketenaran dan keuntungan atas diri orang-orang terlalu besar; ketenaran dan keuntungan menjadi hal yang dikejar orang sepanjang hidup mereka dan bahkan untuk selamanya tanpa akhir. Bukankah benar demikian? Beberapa orang akan berkata bahwa mempelajari pengetahuan tidak lebih dari membaca buku atau mempelajari beberapa hal yang belum mereka ketahui agar tidak ketinggalan zaman atau tertinggal oleh dunia. Pengetahuan dipelajari hanya agar mereka dapat menyediakan makanan di meja, untuk masa depan mereka sendiri, atau untuk menyediakan kebutuhan dasar. Adakah orang yang akan belajar keras selama satu dekade hanya demi kebutuhan dasar, hanya untuk menyelesaikan masalah makanan? Tidak, tidak ada yang seperti ini. Jadi, mengapa orang menderita kesukaran ini selama bertahun-tahun? Ini adalah demi ketenaran dan keuntungan. Ketenaran dan keuntungan menanti mereka di kejauhan, menarik mereka, dan mereka percaya bahwa hanya melalui kerajinan, kesukaran, dan perjuangan mereka sendiri, mereka dapat mengikuti jalan yang akan menuntun mereka untuk memperoleh ketenaran dan keuntungan. Orang seperti itu harus menderita kesukaran-kesukaran ini demi jalan masa depan mereka sendiri, demi kesenangan masa depan mereka, dan demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pengetahuan apa ini—dapatkah engkau semua mengatakannya kepada-Ku? Bukankah ini adalah aturan hidup yang ditanamkan dalam diri manusia, aturan yang Iblis ajarkan kepada mereka selagi mereka mempelajari pengetahuan? Bukankah ini adalah "cita-cita luhur" kehidupan yang ditanamkan Iblis dalam diri manusia? Ambil contoh, gagasan orang-orang hebat, integritas orang terkenal, atau semangat keberanian tokoh heroik, atau ambil contoh sikap kesatria dan kebaikan para tokoh utama dan pendekar pedang dalam novel seni beladiri—bukankah semua ini adalah cara yang digunakan Iblis untuk menanamkan cita-cita ini? (Ya, benar.) Gagasan ini memengaruhi generasi demi generasi, dan orang-orang di setiap generasi dipaksa untuk menerima gagasan ini, untuk hidup demi gagasan ini, dan mengejar gagasan-gagasan ini tanpa henti. Inilah caranya, saluran yang melaluinya Iblis menggunakan pengetahuan untuk merusak manusia. Jadi, setelah Iblis menuntun manusia ke jalan ini, apakah masih mungkin bagi mereka untuk menyembah Tuhan? Apakah pengetahuan dan pemikiran yang Iblis tanamkan dalam diri manusia mengandung sedikit saja penyembahan kepada Tuhan? Adakah terkandung di dalamnya sesuatu yang merupakan kebenaran? Adakah terkandung di dalamnya takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? (Tidak.)

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Yang dilakukan ilmu pengetahuan hanyalah memungkinkan manusia memahami benda-benda di dunia fisik dan memuaskan rasa ingin tahu manusia, tetapi ilmu pengetahuan tidak memampukan manusia untuk memahami hukum yang dengannya Tuhan memegang kekuasaan atas segala sesuatu. Manusia sepertinya menemukan jawaban dalam ilmu pengetahuan, tetapi jawaban itu membingungkan dan hanya memberikan kepuasan sementara, kepuasan yang hanya berfungsi untuk membatasi hati manusia pada dunia fisik. Manusia merasa bahwa mereka telah mendapatkan jawaban dari ilmu pengetahuan, jadi masalah apa pun yang muncul, mereka menggunakan pandangan ilmiah mereka sebagai dasar untuk membuktikan atau menerima masalah tersebut. Hati manusia menjadi dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan tergoda olehnya sampai pada titik di mana manusia tidak lagi memiliki pikiran untuk mengenal Tuhan, menyembah Tuhan, dan percaya bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan bahwa manusia seharusnya datang kepada Tuhan untuk memperoleh jawaban. Bukankah demikian? Semakin seseorang percaya pada ilmu pengetahuan, mereka menjadi semakin tidak masuk akal, karena percaya bahwa segala sesuatu memiliki solusi ilmiah, bahwa penelitian dapat menyelesaikan apa pun. Mereka tidak mencari Tuhan dan mereka tidak percaya bahwa Dia ada; bahkan sebagian orang yang telah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun akan pergi dan segera meneliti bakteri atau mencari informasi untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah. Orang-orang seperti ini tidak melihat masalah dari perspektif kebenaran dan biasanya mereka ingin mengandalkan pandangan dan pengetahuan ilmiah atau solusi ilmiah untuk memecahkan masalah; mereka tidak mengandalkan Tuhan dan tidak mencari Tuhan. Apakah orang-orang seperti ini memiliki Tuhan di dalam hati mereka? (Tidak.) Bahkan ada sebagian orang yang ingin meneliti Tuhan dengan cara yang sama seperti mereka mempelajari ilmu pengetahuan. Misalnya, ada banyak ahli agama yang telah pergi ke gunung tempat bahtera terdampar, dan dengan melakukannya mereka membuktikan keberadaan bahtera tersebut. Namun, dalam penampakan bahtera mereka tidak melihat keberadaan Tuhan. Mereka hanya percaya pada kisah dan sejarahnya; inilah hasil dari riset dan penelitian ilmiah mereka tentang dunia fisik. Jika engkau meneliti hal-hal materiel, apakah itu mikrobiologi, astronomi, atau geografi, engkau tidak akan pernah menemukan hasil yang mengatakan bahwa Tuhan ada atau bahwa Dia berdaulat atas segala sesuatu. Jadi, apa yang ilmu pengetahuan lakukan kepada manusia? Bukankah ilmu pengetahuan menjauhkan manusia dari Tuhan? Bukankah ilmu pengetahuan menyebabkan manusia mempelajari Tuhan? Bukankah ilmu pengetahuan membuat manusia lebih meragukan tentang keberadaan Tuhan? (Ya.) Jadi bagaimana Iblis ingin menggunakan ilmu pengetahuan untuk merusak manusia? Bukankah Iblis ingin menggunakan kesimpulan ilmiah untuk menipu dan membungkam manusia, dan menggunakan jawaban yang ambigu agar merasuk ke dalam hati manusia sehingga mereka tidak akan mencari atau percaya akan keberadaan Tuhan? (Ya.) Jadi inilah sebabnya Kukatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah salah satu cara yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik V"

Iblis telah mengarang dan menciptakan banyak cerita rakyat atau kisah-kisah yang muncul dalam buku sejarah, membuat orang memiliki kesan mendalam terhadap tokoh-tokoh budaya tradisional atau takhayul. Misalnya, di Tiongkok ada "Delapan Dewa Menyeberangi Samudra," "Perjalanan ke Barat," "Kaisar Langit," "Nezha Menaklukkan Raja Naga," dan "Pelantikan Para Dewa." Bukankah semua ini telah berakar secara mendalam dalam pikiran manusia? Bahkan jika beberapa orang di antaramu tidak mengetahui seluruh rinciannya, engkau masih mengetahui kisahnya secara umum, dan konten secara umum inilah yang melekat dalam hati dan pikiranmu sehingga engkau tidak bisa melupakannya. Ini adalah berbagai gagasan atau legenda yang Iblis persiapkan sejak lama bagi manusia, dan yang telah disebarluaskan pada waktu berbeda. Hal-hal ini secara langsung membahayakan dan mengikis jiwa manusia dan menempatkan orang di bawah mantra demi mantra. Ini berarti, begitu engkau menerima budaya tradisional, kisah, atau hal-hal takhayul seperti ini, begitu hal-hal ini tertanam dalam pikiranmu, dan begitu semua ini melekat dalam hatimu, itu seperti engkau telah dimantrai—engkau menjadi terjerat dan terpengaruh oleh jebakan budaya ini, oleh gagasan dan kisah-kisah tradisional ini. Semua itu memengaruhi kehidupanmu, pandanganmu tentang kehidupan, dan penilaianmu mengenai berbagai hal. Bahkan lebih dari itu, semua itu memengaruhi pengejaranmu akan jalan yang benar dalam kehidupan: ini benar-benar mantra yang jahat. Meski berusaha sekuat tenaga, engkau tak dapat mengenyahkannya; engkau menebangnya, tetapi tak dapat menumbangkannya; engkau memukulnya, tetapi tak dapat merobohkannya. Lebih jauh lagi, setelah orang tanpa sadar berada di bawah mantra semacam ini, mereka tanpa sadar mulai menyembah Iblis, menumbuhkan citra Iblis dalam hati mereka. Dengan kata lain, mereka menetapkan Iblis sebagai berhala mereka, sebagai objek yang mereka sembah dan kagumi, bahkan sampai menganggapnya sebagai Tuhan. Tanpa disadari, hal-hal ini berada dalam hati orang, mengendalikan perkataan dan perbuatan mereka. Selain itu, pada awalnya engkau menganggap kisah-kisah dan legenda ini salah, tetapi kemudian engkau tanpa sadar mengakui keberadaannya, membuatnya menjadi tokoh-tokoh nyata dan mengubah semua itu menjadi objek yang sungguh-sungguh ada dan nyata. Dalam ketidaktahuanmu, engkau tanpa sadar menerima gagasan ini dan keberadaan hal-hal ini. Engkau juga tanpa sadar menerima setan, Iblis, dan berhala ke dalam rumahmu sendiri dan ke dalam hatimu sendiri—ini benar-benar sebuah mantra.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Kegiatan takhayul yang orang lakukan adalah hal yang paling Tuhan benci, tetapi banyak orang masih belum mampu melepaskan semua itu, berpikir bahwa kegiatan takhayul ini ditetapkan oleh Tuhan, dan bahkan sampai hari ini mereka masih belum sepenuhnya melepaskannya. Banyak hal, seperti pengaturan yang dibuat kaum muda untuk mengadakan pesta pernikahan dan gaun pengantin; hadiah uang tunai, jamuan makan, dan cara-cara serupa untuk merayakan acara-acara gembira; basa-basi kuno yang diwariskan turun temurun; semua kegiatan takhayul yang tak berarti yang diadakan untuk orang mati dan pemakamannya: hal-hal ini bahkan lebih lagi menjijikkan bagi Tuhan. Bahkan hari ibadah (termasuk hari Sabat, yang dilakukan oleh dunia keagamaan), itu sangat menjijikkan bagi-Nya; dan hubungan sosial serta interaksi duniawi antara manusia dengan manusia lainnya, semuanya itu benar-benar dibenci dan ditolak oleh Tuhan. Bahkan Festival Musim Semi dan Hari Natal, yang dikenal semua orang, tidak ditetapkan oleh Tuhan, apalagi mainan dan dekorasi untuk hari-hari libur meriah, seperti puisi Natal, petasan, lampion, perjamuan kudus, hadiah Natal, dan perayaan Natal—bukankah semua itu berhala di benak manusia? Memecah-mecahkan roti pada hari Sabat, anggur, dan kain lenan halus bahkan lebih lagi merupakan berhala. Semua hari raya tradisional yang populer di Tiongkok, seperti Hari Raya Kepala Naga, Festival Perahu Naga, Festival Pertengahan Musim Gugur, Festival Laba, dan Tahun Baru Imlek; hari-hari raya di dunia keagamaan, seperti Paskah, Hari Pembaptisan, dan Hari Natal, semua festival yang tidak dapat dibenarkan ini telah diatur dan diwariskan sejak zaman dahulu sampai sekarang oleh banyak orang. Imajinasi manusia yang kaya dan konsepsi cerdik manusialah yang memungkinkan semua perayaan itu diwariskan turun-temurun sampai hari ini. Hari-hari raya itu kelihatannya bebas dari kekurangan, tetapi sebenarnya merupakan tipu muslihat yang Iblis mainkan terhadap manusia. Semakin banyak Iblis memenuhi suatu tempat, semakin usang dan terbelakang tempat itu, semakin dalam pula adat istiadat feodalnya bercokol. Begitu kuatnya hal-hal ini mengikat manusia, sampai-sampai manusia tidak dapat bergerak sama sekali. Banyak perayaan dalam dunia keagamaan tampaknya menampilkan keaslian yang luar biasa dan menciptakan jembatan bagi pekerjaan Tuhan, tetapi semua itu sebenarnya merupakan ikatan tak terlihat yang digunakan Iblis untuk mengikat orang dan mencegah orang untuk mengenal Tuhan—semua ini adalah tipu muslihat Iblis yang licik. Sebenarnya, ketika satu tahap pekerjaan Tuhan selesai, Dia telah menghancurkan alat dan gaya dari zaman tersebut tanpa menyisakan jejak apa pun. Namun, "orang-orang percaya yang saleh" terus memuja benda-benda materiel yang berwujud tersebut; sementara itu, mereka menempatkan apa yang Tuhan miliki di bagian belakang dari pikiran mereka, tidak mempelajarinya lebih lanjut, kelihatannya penuh dengan kasih kepada Tuhan padahal mereka mendorong-Nya keluar dari rumah sejak dahulu dan menempatkan Iblis di atas meja untuk disembah. Lukisan-lukisan Yesus, Salib, Maria, Pembaptisan Yesus, dan Perjamuan Terakhir—orang memuja hal-hal ini sebagai Tuhan yang di Surga, sambil berulang kali berseru "Tuhan, Bapa surgawi." Bukankah semua ini lelucon? Sampai hari ini, banyak ucapan dan praktik serupa yang telah diwariskan di antara umat manusia sangatlah dibenci oleh Tuhan; semua itu sangat menghalangi jalan ke depan bagi Tuhan dan, lebih jauh lagi, menciptakan kemunduran besar bagi jalan masuk manusia. Terlepas dari sejauh mana Iblis telah merusak manusia, hati dan pikiran manusia benar-benar dipenuhi dengan hal-hal, seperti hukum Witness Lee, pengalaman Lawrence, survei oleh Watchman Nee, dan pekerjaan Paulus. Sama sekali tak mungkin bagi Tuhan untuk bekerja di dalam diri manusia, karena di dalam diri mereka sudah ada terlalu banyak individualisme, hukum, aturan, peraturan, sistem, dan sebagainya; hal-hal ini, di samping kecenderungan orang terhadap takhayul feodal, telah menawan dan melahap umat manusia. Pikiran manusia seakan-akan sebuah film menarik yang menceritakan dongeng penuh warna, dengan makhluk-makhluk fantastis menaiki awan, sedemikian imajinatifnya, sampai-sampai membuat orang kagum, membuat mereka bingung, bahkan kehabisan kata-kata. Sejujurnya, pekerjaan yang Tuhan lakukan pada zaman sekarang ditujukan terutama untuk menangani dan menghilangkan sifat takhayul manusia dan sepenuhnya mengubah pandangan mental mereka. Pekerjaan Tuhan bertahan sampai sekarang bukan karena warisan yang telah diturunkan dari generasi ke generasi oleh manusia; pekerjaan Tuhan merupakan pekerjaan yang diprakarsai secara pribadi oleh-Nya dan diselesaikan oleh-Nya, tanpa perlu meneruskan warisan dari tokoh rohani hebat tertentu, atau mewarisi pekerjaan bersifat representatif apa pun yang dilakukan oleh Tuhan pada era lainnya. Manusia tidak perlu menyibukkan diri dengan hal-hal tersebut. Tuhan zaman sekarang memiliki gaya bicara dan cara kerja yang lain, jadi, mengapa manusia harus menyusahkan diri? Jika manusia berjalan di jalan zaman sekarang di dalam arus saat ini sambil melanjutkan warisan "leluhur" mereka, mereka tidak akan pernah mencapai tempat tujuan mereka. Tuhan merasa sangat muak dengan cara manusia berperilaku yang seperti ini, sama seperti Dia membenci tahun, bulan, dan hari-hari di dunia manusia.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (3)"

Iblis merusak manusia adalah melalui tren sosial. "Tren sosial" mencakup banyak hal. Beberapa orang berkata: "Apakah itu berarti mode, kosmetik, gaya rambut, dan makanan adiboga terkini?" Apakah hal-hal ini dianggap sebagai tren sosial? Hal-hal ini merupakan satu bagian dari tren sosial, tetapi kita tidak akan membahas mengenai hal itu di sini. Kita hanya ingin membahas tentang gagasan yang tren sosial timbulkan dalam diri orang-orang, cara tren sosial menyebabkan orang berperilaku di dunia, dan tujuan hidup serta pandangan yang ditimbulkan tren sosial dalam diri orang-orang. Ini sangat penting; tren sosial dapat mengendalikan dan memengaruhi kondisi pikiran manusia. Tren-tren ini muncul satu demi satu, dan semua itu membawa pengaruh jahat yang terus-menerus merendahkan manusia, menyebabkan orang kehilangan hati nurani, kemanusiaan, dan nalar, semakin melemahkan moral mereka dan kualitas karakter mereka, sampai-sampai kita bahkan bisa mengatakan bahwa sebagian besar orang sekarang ini tidak memiliki integritas, tidak memiliki kemanusiaan, dan tidak memiliki hati nurani, apalagi nalar. Jadi, tren apakah ini? Ini adalah tren yang tidak dapat engkau lihat dengan mata telanjang. Ketika tren baru menyapu dunia, mungkin hanya sedikit orang yang menjadi pelopor, yang bertindak sebagai pemrakarsa tren tersebut. Mereka memulai dengan melakukan sesuatu yang baru, kemudian menerima semacam gagasan atau semacam perspektif. Namun, kebanyakan orang akan terus-menerus terjangkit, terserap, dan tertarik oleh tren semacam ini dalam keadaan tidak sadar, sampai mereka semua tanpa sadar dan dengan rela menerima tren tersebut dan menjadi tenggelam di dalamnya dan dikendalikan olehnya. Satu demi satu, tren-tren semacam ini menyebabkan manusia, yang tubuh dan pikirannya tidak sehat, tidak mengetahui apa itu kebenaran, dan tidak dapat membedakan antara hal-hal yang positif dan negatif, dengan senang hati menerima tren-tren tersebut, juga pandangan hidup dan nilai-nilai yang berasal dari Iblis. Mereka menerima apa yang Iblis katakan kepada mereka tentang bagaimana menjalani hidup dan cara hidup yang Iblis "anugerahkan" kepada mereka, dan mereka tidak memiliki kekuatan ataupun kemampuan, apalagi kesadaran untuk menentangnya. ...

... Iblis menggunakan tren sosial ini untuk memikat orang selangkah demi selangkah ke dalam sarang setan sehingga orang-orang yang terjebak dalam tren sosial tanpa sadar menjunjung tinggi uang serta keinginan materiel, kejahatan, dan kekerasan. Setelah hal-hal ini memasuki hati manusia, lalu menjadi apakah manusia itu? Manusia menjadi setan, si Iblis! Mengapa? Karena, kecenderungan psikologis apakah yang ada dalam hati manusia? Apa yang manusia hormati? Manusia mulai menikmati kejahatan dan kekerasan, tidak menunjukkan cinta akan keindahan atau kebaikan, apalagi kedamaian. Orang tidak bersedia menjalani kehidupan sederhana dari kemanusiaan yang normal, tetapi sebaliknya, ingin menikmati status yang tinggi dan kekayaan yang besar, bersenang-senang dalam kenikmatan daging, melakukan segala upaya untuk memuaskan daging mereka sendiri, tanpa batasan, tanpa pengikat untuk menahan diri mereka; dengan kata lain, melakukan apa pun yang mereka inginkan. Jadi, ketika manusia telah menjadi tenggelam dalam tren-tren semacam ini, dapatkah pengetahuan yang telah engkau pelajari menolongmu membebaskan diri? Dapatkah pemahamanmu mengenai budaya tradisional dan takhayul menolongmu melarikan diri dari kesulitan yang mengerikan ini? Dapatkah moral dan upacara tradisional yang dikenal manusia membantu orang untuk menahan diri? Ambil contoh Tiga Karakter Klasik. Dapatkah itu menolong orang menarik kakinya keluar dari rawa tren ini? (Tidak, tidak bisa.) Dengan demikian, manusia menjadi semakin jahat, congkak, merendahkan, egois, dan dengki. Tidak ada lagi kasih sayang di antara manusia, tidak ada lagi kasih di antara anggota keluarga, tidak ada lagi pengertian di antara kerabat dan teman; hubungan manusia telah ditandai oleh kekerasan. Setiap orang berusaha menggunakan cara-cara kekerasan untuk hidup di antara sesamanya; mereka merebut roti sehari-hari mereka dengan menggunakan kekerasan; mereka memenangkan kedudukan mereka dan mendapatkan keuntungan dengan menggunakan kekerasan, dan mereka menggunakan cara-cara yang penuh kekerasan dan jahat untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. Bukankah umat manusia ini begitu mengerikan? (Ya.)

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Ada enam tipu muslihat utama yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

Yang pertama adalah pengendalian dan pemaksaan. Artinya, Iblis akan melakukan apa saja untuk mengendalikan hatimu. Apa arti "pemaksaan?" Pemaksaan berarti menggunakan ancaman dan taktik yang memaksa untuk membuatmu menaatinya, membuatmu memikirkan konsekuensinya jika engkau tidak menaatinya. Engkau takut dan tidak berani menentangnya, maka engkau pun tunduk kepadanya.

Yang kedua adalah penipuan dan tipu muslihat. Apa yang dimaksud dengan "penipuan dan tipu muslihat?" Iblis mengarang beberapa cerita dan berbohong, menipumu agar memercayai semua itu. Iblis tidak pernah mengatakan kepadamu bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi ia juga tidak mengatakan secara langsung bahwa engkau tidak diciptakan oleh Tuhan. Iblis tidak menggunakan kata "Tuhan" sama sekali, tetapi menggunakan sesuatu yang lain sebagai gantinya, menggunakan hal ini untuk menipumu sehingga engkau pada dasarnya tidak memiliki gagasan mengenai keberadaan Tuhan. Tentu saja, "tipu muslihat" ini mencakup banyak aspek, bukan hanya ini.

Yang ketiga adalah indoktrinasi secara paksa. Dengan apakah orang secara paksa diindoktrinasi? Apakah indoktrinasi secara paksa dilakukan atas pilihan manusia sendiri? Apakah itu dilakukan atas persetujuan manusia? (Tidak.) Sekalipun engkau tidak setuju, engkau tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal itu. Dalam ketidaksadaranmu, Iblis mengindoktrinasi dirimu, menanamkan dalam dirimu pemikirannya, aturan hidupnya, dan esensinya.

Yang keempat adalah intimidasi dan tipu daya. Artinya, Iblis menggunakan berbagai tipu muslihat untuk membuatmu menerimanya, mengikutinya, dan bekerja melayaninya. Iblis akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Ia terkadang memberimu bantuan-bantuan kecil, sambil memikatmu untuk berbuat dosa. Jika engkau tidak mengikutinya, ia akan membuatmu menderita dan menghukummu, dan menggunakan berbagai cara untuk menyerang dan menjeratmu.

Yang kelima adalah penipuan dan pelumpuhan. "Penipuan dan pelumpuhan" adalah ketika Iblis memutar balik kata-kata dan gagasan yang terdengar manis yang selaras dengan gagasan manusia, untuk membuatnya terdengar seolah-olah ia penuh perhatian terhadap situasi jasmani manusia, kehidupan dan masa depan mereka, padahal satu-satunya tujuan Iblis yang sebenarnya adalah untuk membodohimu. Ia kemudian melumpuhkanmu sehingga engkau tidak tahu apa yang benar dan apa yang salah sehingga tanpa sadar engkau tertipu dan dengan demikian berada di bawah kendalinya.

Yang keenam adalah penghancuran tubuh dan pikiran. Bagian manakah dari manusia yang Iblis hancurkan? (Pikiran dan seluruh keberadaan manusia.) Iblis menghancurkan pikiranmu, membuatmu tidak berdaya untuk menentang, yang berarti bahwa, sedikit demi sedikit, hatimu berpaling kepada Iblis tanpa engkau menginginkannya. Iblis menanamkan hal-hal ini dalam dirimu setiap hari, setiap hari menggunakan gagasan dan budaya ini untuk memengaruhi dan memolesmu, melemahkan kehendakmu sedikit demi sedikit sehingga pada akhirnya, engkau tidak lagi ingin menjadi orang baik, sehingga engkau tidak lagi ingin membela apa yang engkau sebut sebagai "kebenaran." Tanpa sadar, engkau tidak lagi memiliki kemauan untuk berenang menentang arus, tetapi sebaliknya, engkau mengalir mengikuti arus. "Penghancuran" berarti Iblis menyiksa orang sedemikian rupa sehingga mereka menjadi bayangan diri mereka sendiri, bukan lagi manusia. Inilah saat Iblis menyerang, merebut, dan melahap mereka.

Masing-masing dari tipu muslihat yang Iblis gunakan untuk merusak manusia membuat manusia tidak berdaya untuk menentang; tipu muslihat yang mana pun bisa sangat mematikan bagi manusia. Dengan kata lain, apa pun yang Iblis lakukan dan tipu muslihat apa pun yang ia gunakan dapat menyebabkanmu menjadi merosot, dapat membuatmu berada di bawah kendali Iblis, dan dapat membuatmu terperosok dalam rawa kejahatan dan dosa. Seperti itulah tipu muslihat yang Iblis gunakan untuk merusak manusia.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"

Iblis membangun reputasinya lewat memperdaya orang, dan sering kali menetapkan dirinya sebagai barisan terdepan dan teladan kebenaran. Di bawah alasan palsu untuk menjaga kebenaran, ia mencelakakan manusia, memangsa jiwa mereka, dan menggunakan berbagai macam cara untuk membungkam, memperdaya, dan menghasut manusia. Tujuannya adalah untuk membuat manusia sepakat dan mengikuti tingkah lakunya yang jahat, membuat manusia bergabung dengannya dalam menentang otoritas dan kedaulatan Tuhan. Namun, ketika seseorang mengenali skema dan rencana jahatnya serta fiturnya yang jahat, dan ketika seseorang tidak ingin terus diinjak-injak dan dibodohi olehnya atau terus diperbudak olehnya, atau dihukum dan dihancurkan bersama dengannya, Iblis mengubah fitur sucinya sebelumnya dan membuka topeng palsunya untuk menyingkapkan wajah aslinya yang jahat, buruk, buas, dan kejam. Tidak ada yang lebih disukainya selain memusnahkan semua orang yang menolak mengikutinya dan yang melawan kekuatan jahatnya. Di titik ini, Iblis tidak bisa lagi memakai penampilan yang bisa dipercaya, sopan; sebaliknya sifatnya yang sebenarnya yang jelek dan jahat disingkapkan di bawah pakaian bulu dombanya. Begitu skema jahat Iblis disingkapkan dan sifat aslinya diekspos, ia akan marah dan menunjukkan kelalimannya. Setelah itu, keinginannya untuk mencelakai dan memangsa manusia akan semakin meningkat. Ini karena ia sangat marah ketika manusia sadar akan kebenaran, dan ia mengembangkan dendam yang kuat terhadap manusia atas aspirasi mereka untuk mendambakan kebebasan dan terang dan untuk membebaskan diri dari penjaranya. Amarahnya dimaksudkan untuk mempertahankan dan menjunjung kejahatannya, dan ini juga adalah penyingkapan sejati dari naturnya yang biadab.

Dalam segala hal, perilaku Iblis menyingkapkan naturnya yang jahat. Dari semua perbuatan jahat yang dilakukan Iblis terhadap manusia—dari upaya awalnya untuk menipu manusia agar mengikutinya, hingga memanfaatkan manusia, di mana dia menyeret manusia ke dalam perbuatan jahatnya, hingga dendamnya terhadap manusia setelah natur aslinya tersingkap dan manusia telah mengenali dan meninggalkannya—tak satu pun dari perbuatan-perbuatan ini yang gagal menyingkapkan esensi jahat Iblis; juga tak satu pun yang gagal membuktikan fakta bahwa Iblis tidak memiliki hubungan dengan hal-hal positif dan bahwa Iblis adalah sumber dari semua hal yang jahat. Setiap tindakannya menjaga kejahatannya, menjaga kelangsungan tindakan jahatnya, melawan hal-hal yang adil dan positif, dan menghancurkan hukum dan keteraturan dari keberadaan normal manusia. Tindakan-tindakan Iblis ini memusuhi Tuhan, dan tindakan-tindakan itu akan dihancurkan murka Tuhan. Walaupun Iblis memiliki amarahnya sendiri, amarahnya hanyalah sarana melampiaskan natur jahatnya. Alasan Iblis jengkel dan marah adalah ini: rencananya yang terlalu mengerikan untuk dikatakan telah diungkapkan; rencana jahatnya tidak dapat menghindari hukuman; ambisi liarnya dan keinginannya untuk menggantikan Tuhan dan bertindak sebagai Tuhan telah dibatalkan dan dihalangi; dan tujuannya mengendalikan seluruh umat manusia tidak ada apa-apanya dan tidak akan pernah bisa dicapai. Yang menghentikan rencana jahat Iblis agar tidak berhasil dan mengakhiri penyebaran dan amukan kejahatan Iblis adalah pengerahan murka Tuhan yang berulang-ulang, dari waktu ke waktu. Karena itulah, Iblis benci dan takut akan murka Tuhan. Setiap kali murka Tuhan dilepaskan, itu tidak hanya menyingkapkan penampakan jahat Iblis yang sebenarnya, tetapi juga menyingkapkan keinginan jahat Iblis, dan dalam prosesnya, alasan kemarahan Iblis terhadap umat manusia disingkapkan. Ledakan kemarahan Iblis adalah penyingkapan sejati dari natur jahatnya dan sebuah pengungkapan rencana jahatnya. Tentu saja, setiap kali Iblis marah menandakan kehancuran hal-hal jahat dan perlindungan dan kelanjutan hal-hal positif; itu menandakan fakta bahwa murka Tuhan tidak dapat disinggung!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Catatan kaki:

1. "Menelan" mengacu pada sikap kejam raja setan, yang merampok manusia secara keseluruhan.

2. "Kaki tangan dalam kejahatan" memiliki jenis yang sama dengan "segerombolan penjahat".

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan