Janji Tuhan kepada Abraham

09 Mei 2019

Kejadian 22:16–18 Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah firman Yahweh: "karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku."

Ini adalah kisah lengkap tentang berkat Tuhan kepada Abraham. Meskipun singkat, isinya sangat kaya: tercakup di dalamnya alasan dan latar belakang berkat Tuhan yang diberikan kepada Abraham, dan apa yang Dia berikan kepada Abraham. Isinya pun dipenuhi dengan sukacita dan kegembiraan saat Tuhan mengucapkan firman ini, juga kerinduan-Nya yang mendesak untuk mendapatkan mereka yang mampu mendengarkan firman-Nya. Di dalamnya, kita melihat penghargaan dan kelembutan Tuhan terhadap mereka yang menaati firman-Nya dan mengikuti perintah-Nya. Jadi, kita juga melihat harga yang Dia bayar demi mendapatkan manusia serta perhatian dan pikiran yang Dia curahkan untuk mendapatkan mereka. Selain itu, ayat yang berisi kata-kata ini "Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah", menunjukkan kepada kita perasaan yang kuat akan kepahitan dan kepedihan yang ditanggung oleh Tuhan dan hanya Tuhan, di balik layar pekerjaan rencana pengelolaan-Nya ini. Ini adalah ayat yang menggugah pikiran dan mengandung makna penting yang istimewa bagi orang-orang yang datang setelahnya, dan memiliki dampak yang luas atas mereka.

Manusia Mendapatkan Berkat Tuhan Karena Ketulusan dan Ketaatannya

janji Tuhan kepada abraham,berkat abraham

Apakah berkat yang Tuhan berikan kepada Abraham, yang kita baca di sini, besar? Seberapa besarkah berkat tersebut? Ada satu kalimat kunci di sini: "Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati". Kalimat ini menunjukkan bahwa Abraham menerima berkat yang tidak diberikan kepada siapa pun yang datang sebelum atau sesudah dirinya. Ketika Abraham, seperti yang Tuhan minta, mengembalikan anak laki-laki satu-satunya—anak laki-laki satu-satunya yang dia kasihi—kepada Tuhan (catatan: Di sini kita tidak dapat menggunakan kata "mempersembahkan"; kita harus mengatakan bahwa dia mengembalikan anaknya kepada Tuhan), Tuhan bukan hanya tidak membiarkan Abraham mempersembahkan Ishak, tetapi Tuhan juga memberkatinya. Dengan janji apa Dia memberkati Abraham? Dia memberkatinya dengan janji untuk melipatgandakan keturunannya. Dan seberapa banyakkah mereka akan berlipatganda? Alkitab memberikan catatan berikut ini: "... seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati". Apa konteks ketika Tuhan mengucapkan firman ini? Dengan kata lain, bagaimana Abraham menerima berkat Tuhan? Dia menerimanya sebagaimana dikatakan dalam Alkitab: "karena engkau sudah menaati suara-Ku". Yaitu, karena Abraham telah mengikuti perintah Tuhan, karena dia telah melakukan segala sesuatu yang Tuhan katakan, minta, dan perintahkan tanpa keluhan sedikit pun, sehingga Tuhan memberikan janji seperti itu kepadanya. Ada satu kalimat penting dalam janji ini yang menyentuh pikiran Tuhan pada saat itu. Sudahkah engkau semua melihatnya? Engkau semua mungkin tidak terlalu memperhatikan perkataan Tuhan bahwa "Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah". Yang dimaksud perkataan ini adalah bahwa ketika Tuhan menyampaikan firman ini, Dia bersumpah demi diri-Nya sendiri. Demi apakah orang bersumpah ketika mereka mengucapkan sebuah sumpah? Mereka bersumpah demi Surga, dengan kata lain, mereka bersumpah kepada Tuhan dan demi Tuhan. Orang mungkin tidak memiliki banyak pemahaman tentang fenomena yang dengannya Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, tetapi engkau semua akan dapat memahaminya setelah Aku memberikan penjelasan yang benar kepadamu. Diperhadapkan dengan seorang manusia yang hanya dapat mendengarkan firman-Nya tetapi tidak dapat memahami hati-Nya membuat Tuhan sekali lagi merasa kesepian dan bingung. Dalam keputusasaan—dan dapat dikatakan, secara tidak sadar—Tuhan melakukan sesuatu yang sangat alami: Tuhan meletakkan tangan-Nya di hati-Nya dan berkata kepada diri-Nya sendiri tatkala menganugerahkan janji ini kepada Abraham, dan dari janji ini, manusia mendengar Tuhan berkata "Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah". Melalui tindakan Tuhan, engkau mungkin berpikir tentang dirimu sendiri. Ketika engkau meletakkan tangan di hatimu dan berkata kepada dirimu sendiri, apakah saat itu engkau memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang sedang kaukatakan? Apakah sikapmu tulus? Apakah engkau berbicara dengan terus terang, dengan segenap hatimu? Dengan demikian, kita melihat di sini bahwa ketika Tuhan berbicara kepada Abraham, Dia bersungguh-sungguh dan tulus. Pada saat yang sama ketika Dia berbicara dan memberkati Abraham, Tuhan juga berbicara kepada diri-Nya sendiri. Dia berkata kepada diri-Nya: Aku akan memberkati Abraham, dan membuat keturunannya menjadi sebanyak bintang di langit, dan pasir di tepi laut, karena dia menaati firman-Ku dan dia adalah orang yang Kupilih. Saat Tuhan berkata: "Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah", Tuhan memutuskan bahwa melalui Abraham Dia akan menghasilkan orang-orang Israel pilihan, dan setelahnya Dia akan memimpin orang-orang ini maju dengan cepat bersama dengan pekerjaan-Nya. Artinya, Tuhan akan membuat keturunan Abraham menanggung pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan pekerjaan Tuhan serta apa yang Tuhan ungkapkan akan dimulai dengan Abraham dan berlanjut dalam diri keturunan Abraham, dan dengan demikian mewujudkan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Menurut engkau semua, bukankah ini adalah sebuah berkat? Bagi manusia, tidak ada berkat yang lebih besar dari ini; dapat dikatakan bahwa ini adalah berkat yang paling besar. Berkat yang Abraham dapatkan bukanlah pelipatgandaan jumlah keturunannya, melainkan pencapaian Tuhan atas pengelolaan, amanat dan pekerjaan-Nya dalam diri keturunan Abraham. Ini berarti berkat yang diperoleh Abraham tidak sementara, melainkan terus berlanjut seiring berkembangnya rencana pengelolaan Tuhan. Ketika Tuhan berbicara, ketika Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, Dia telah membuat sebuah ketetapan. Apakah proses ketetapan ini benar? Apakah itu nyata? Tuhan berketetapan bahwa sejak saat itu dan seterusnya, upaya-Nya, harga yang Dia bayar, apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, seluruh diri-Nya dan bahkan hidup-Nya akan diberikan kepada Abraham dan keturunan Abraham. Tuhan juga berketetapan bahwa dimulai dari sekelompok orang ini, Dia akan mewujudkan perbuatan-Nya, dan memungkinkan manusia untuk melihat hikmat, otoritas dan kuasa-Nya.

Mendapatkan Mereka yang Mengenal Tuhan dan Mampu Bersaksi tentang Dia adalah Keinginan Tuhan yang Tidak Pernah Berubah

Pada saat yang sama ketika Dia berbicara kepada diri-Nya sendiri, Tuhan juga berbicara kepada Abraham, tetapi selain mendengar berkat yang Tuhan berikan kepadanya, apakah Abraham dapat memahami keinginan Tuhan yang sebenarnya dalam semua firman-Nya pada saat itu? Tidak! Jadi, pada saat itu, ketika Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, hati-Nya tetap merasa kesepian dan sedih. Tetap tak seorang pun yang dapat mengerti atau memahami apa yang Dia maksudkan dan rencanakan. Pada saat itu, tak seorang pun—termasuk Abraham—yang dapat berbicara kepada-Nya dari hati ke hati, apalagi bekerja sama dengan-Nya dalam melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Di permukaan, Tuhan telah mendapatkan Abraham, seseorang yang dapat menaati firman-Nya. Namun kenyataannya, pengetahuan orang ini akan Tuhan hampir tidak ada. Meskipun Tuhan telah memberkati Abraham, hati Tuhan tetap tidak puas. Apa maksudnya Tuhan tidak puas? Itu berarti pengelolaan-Nya baru saja dimulai; itu berarti orang-orang yang ingin Dia dapatkan, orang-orang yang rindu Dia lihat, orang-orang yang Dia kasihi, masih jauh dari-Nya; Dia perlu waktu; Dia perlu menunggu; Dia perlu bersabar. Karena pada saat itu, selain Tuhan sendiri, tak seorang pun yang tahu apa yang Dia butuhkan, atau apa yang ingin Dia dapatkan, atau apa yang Dia rindukan. Jadi, pada saat yang sama Dia merasa sangat gembira, Tuhan pun merasa hati-Nya sangat berat. Namun Dia tidak menghentikan langkah-Nya, dan Dia terus merencanakan langkah selanjutnya dari apa yang harus Dia lakukan.

Apakah yang engkau semua lihat di dalam janji Tuhan kepada Abraham? Tuhan menganugerahkan berkat yang sangat besar kepada Abraham hanya karena dia menaati firman-Nya. Meskipun, di permukaan, ini tampaknya biasa dan hal yang wajar, di dalamnya kita melihat hati Tuhan: Tuhan terutama menghargai ketaatan manusia kepada-Nya, dan menghargai pemahaman manusia akan Dia serta ketulusan manusia terhadap-Nya. Seberapa dalamkah Tuhan menghargai ketulusan ini? Engkau semua mungkin tidak memahami seberapa dalam Dia menghargainya, dan mungkin tak seorang pun yang menyadarinya. Tuhan memberi seorang anak laki-laki kepada Abraham, dan setelah anak itu telah dewasa, Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkan anaknya kepada Tuhan. Abraham mengikuti perintah Tuhan dengan akurat, dia menaati firman Tuhan, dan ketulusannya itu menggerakkan hati Tuhan dan dihargai oleh Tuhan. Seberapa dalamkah Tuhan menghargainya? Dan mengapa Dia menghargainya? Pada saat tak seorang pun memahami firman Tuhan atau mengerti isi hati-Nya, Abraham melakukan sesuatu yang mengguncangkan langit dan membuat bumi bergetar, dan itu membuat Tuhan merasakan kepuasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, dan itu membuat Tuhan bersukacita karena mendapatkan seseorang yang mampu menaati firman-Nya. Kepuasan dan sukacita ini datang dari makhluk yang diciptakan oleh tangan Tuhan sendiri, dan merupakan "pengorbanan" pertama yang manusia persembahkan kepada Tuhan dan itu adalah hal yang paling Tuhan hargai, sejak manusia diciptakan. Tuhan mengalami masa sulit menantikan pengorbanan ini, dan Dia memperlakukannya sebagai hadiah terpenting pertama dari manusia, yang Dia ciptakan. Ini menunjukkan kepada Tuhan buah pertama dari upaya-Nya dan harga yang telah Dia bayar, dan itu memungkinkan-Nya untuk melihat pengharapan pada umat manusia. Setelahnya, Tuhan memiliki kerinduan yang bahkan lebih besar untuk memiliki sekelompok orang seperti itu yang akan menemani-Nya, memperlakukan-Nya dengan ketulusan, dan memedulikan-Nya dengan ketulusan. Tuhan bahkan berharap Abraham akan hidup terus, karena Dia ingin memiliki hati seperti hati Abraham yang menemani-Nya dan menyertai-Nya saat Dia melanjutkan pengelolaan-Nya. Apa pun yang Tuhan inginkan, itu hanyalah sebuah keinginan, hanyalah sebuah gagasan—karena Abraham hanyalah seorang manusia yang mampu menaati-Nya, dan tidak memiliki sedikit pun pemahaman atau pengetahuan akan Tuhan. Abraham adalah seseorang yang sangat jauh dari standar tuntutan Tuhan bagi manusia, yakni: mengenal Tuhan, mampu bersaksi tentang Tuhan, dan sepikiran dengan Tuhan. Jadi, Abraham tidak dapat berjalan bersama Tuhan. Melalui dipersembahkannya Ishak oleh Abraham, Tuhan melihat ketulusan dan ketaatan Abraham, serta melihat bahwa dia telah bertahan dalam ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun Tuhan menerima ketulusan dan ketaatan Abraham, dia masih tidak layak untuk menjadi orang kepercayaan Tuhan, menjadi orang yang mengenal dan memahami Tuhan, dan orang yang memiliki pengetahuan tentang watak Tuhan; Dia masih jauh dari menjadi orang yang sepikiran dengan Tuhan dan yang melakukan kehendak-Nya. Jadi, di dalam hati-Nya, Tuhan tetap merasa kesepian dan gelisah. Semakin kesepian dan gelisah hati Tuhan, semakin perlu Dia untuk sesegera mungkin melanjutkan pengelolaan-Nya, dan dapat memilih serta mendapatkan sekelompok orang untuk menyelesaikan rencana pengelolaan-Nya dan melaksanakan kehendak-Nya secepat mungkin. Inilah keinginan Tuhan yang besar dan keinginan ini tetap tidak berubah dari sejak awal sampai sekarang. Dari sejak Dia menciptakan manusia pada mulanya, Tuhan mendambakan sekelompok pemenang, sekelompok orang yang akan berjalan bersama-Nya dan mampu mengerti, mengenal, dan memahami watak-Nya. Keinginan Tuhan ini tidak pernah berubah. Terlepas dari berapa lama Dia masih harus menunggu, terlepas dari seberapa sulitnya mungkin jalan di depan, dan seberapa pun jauhnya tujuan yang mungkin Dia rindukan, Tuhan tidak pernah mengubah atau menyerah dalam pengharapan-Nya terhadap manusia. Sekarang setelah Aku mengatakan ini, apakah engkau semua memahami sesuatu tentang keinginan Tuhan? Mungkin apa yang telah kaupahami belum terlalu mendalam—tetapi pemahaman itu akan datang secara berangsur-angsur!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait