Bagaimana Pendirianmu terhadap Ketigabelas Surat?

Perjanjian Baru dalam Alkitab berisi tiga belas surat Paulus. Selama Paulus melakukan pekerjaannya, ia menulis tiga belas surat kepada jemaat-jemaat yang percaya kepada Yesus Kristus. Artinya, Paulus dibangkitkan dan menulis surat-surat ini setelah Yesus naik ke surga. Surat-suratnya merupakan kesaksian tentang kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga setelah kematian-Nya, dan surat-surat itu juga memberitakan jalan pertobatan dan memikul salib. Tentu saja, semua pesan dan kesaksian ini dimaksudkan untuk mengajar saudara-saudari di berbagai tempat di sekitar Yudea pada saat itu, karena pada masa itu, Paulus adalah hamba Tuhan Yesus, dan ia telah dibangkitkan untuk menjadi saksi bagi Tuhan Yesus. Selama setiap periode pekerjaan Roh Kudus, banyak orang yang berbeda-beda dibangkitkan untuk melakukan pekerjaan-Nya yang berbeda-beda pula, yakni melakukan pekerjaan para rasul untuk melanjutkan pekerjaan yang Tuhan genapi sendiri. Jika Roh Kudus melakukannya secara langsung, dan tidak ada orang yang dibangkitkan, akan sangat sulit untuk melaksanakan pekerjaan itu. Karena itu, Paulus menjadi orang yang dihantam jatuh ketika sedang berada dalam perjalanan ke Damsyik, dan orang yang kemudian dibangkitkan untuk menjadi saksi bagi Tuhan Yesus. Paulus adalah seorang rasul yang terpisah dari kedua belas murid Yesus. Selain menyebarkan Injil, ia juga melakukan pekerjaan penggembalaan bagi jemaat-jemaat di berbagai tempat, termasuk menjaga saudara-saudari di jemaat tersebut—dengan kata lain, memimpin saudara-saudari itu di dalam Tuhan. Kesaksian Paulus adalah untuk memberitahukan fakta kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus ke surga, serta mengajar orang-orang untuk bertobat, mengaku dosa, dan menempuh jalan salib. Ia adalah salah satu saksi Yesus Kristus pada masa itu.

Ketigabelas surat Paulus dipilih untuk digunakan dalam Alkitab. Ia menulis tiga belas surat itu seluruhnya untuk mengatasi beraneka macam keadaan orang di berbagai tempat. Ia digerakkan oleh Roh Kudus untuk menulisnya, dan mengajar saudara-saudari di mana-mana lewat posisinya sebagai seorang rasul (dari sudut pandang seorang hamba Tuhan Yesus). Jadi, surat-surat Paulus tidak berasal dari nubuat atau langsung dari penglihatan, tetapi berasal dari pekerjaan yang dilakukannya. Surat-surat ini tidak asing, juga tidak begitu sulit untuk dipahami seperti nubuat. Surat-surat tersebut ditulis semata-mata sebagai surat, dan tidak mencakup nubuat atau pun misteri; hanya berisi kata-kata pengajaran yang biasa. Meskipun banyak dari perkataannya mungkin sulit untuk ditangkap artinya atau sulit untuk dipahami oleh banyak orang, perkataan itu muncul semata-mata dari penafsiran Paulus sendiri dan dari pencerahan Roh Kudus. Paulus hanyalah seorang rasul; ia adalah seorang hamba yang dipakai oleh Tuhan Yesus, bukan seorang nabi. Sementara menempuh perjalanan melewati berbagai negeri, ia menulis surat kepada saudara-saudari di jemaat-jemaat, atau, ketika sakit, ia menulis kepada jemaat yang secara khusus ada dalam pikirannya tetapi tidak dapat dikunjunginya. Oleh karena itu, surat-suratnya disimpan oleh orang-orang dan kemudian dikumpulkan, disusun, dan diatur setelah Keempat Injil dalam Alkitab oleh generasi-generasi selanjutnya. Tentu saja, mereka memilih dan membuat kumpulan dari semua surat terbaik yang telah ditulisnya. Surat-surat ini membawa manfaat bagi kehidupan saudara-saudari dalam jemaat, dan sangat terkenal pada masanya. Ketika Paulus menulis surat-surat tersebut, tujuannya bukanlah untuk menulis sebuah karya rohani yang akan memampukan saudara-saudarinya menemukan jalan untuk penerapan atau biografi rohani untuk mengungkapkan pengalamannya sendiri; ia tidak berniat menulis buku untuk menjadi seorang penulis. Ia hanya menulis surat kepada saudara-saudarinya dalam jemaat Tuhan Yesus Kristus. Paulus mengajar saudara-saudarinya, lewat posisinya sebagai hamba, untuk memberi tahu mereka tentang bebannya, tentang maksud-maksud Tuhan Yesus, dan tentang tugas apa yang telah Dia percayakan kepada orang-orang bagi masa depan. Inilah pekerjaan yang dilakukan Paulus. Perkataannya cukup membangun bagi pengalaman semua saudara-saudari di masa depan. Kebenaran yang disampaikannya dalam banyak surat ini merupakan hal-hal yang harus dilakukan orang pada Zaman Kasih Karunia, inilah mengapa surat-surat tersebut diatur dalam Perjanjian Baru oleh generasi-generasi selanjutnya. Tidak peduli apa pun kesudahan dari Paulus, ia adalah seseorang yang dipakai pada masanya, dan yang mendukung saudara-saudarinya di jemaat-jemaat. Kesudahannya ditentukan oleh esensinya, juga karena ia telah dihantam jatuh pada awalnya. Ia mampu mengucapkan perkataan tersebut pada waktu itu karena ia memiliki pekerjaan Roh Kudus, dan karena pekerjaan inilah Paulus menanggung beban atas jemaat. Dengan demikian, ia mampu memenuhi kebutuhan saudara-saudarinya. Namun, karena keadaan khusus tertentu, Paulus tidak dapat pergi ke jemaat-jemaat itu secara pribadi untuk melakukan pekerjaannya, jadi ia menulis surat kepada mereka untuk memperingatkan saudara-saudarinya di dalam Tuhan. Pada awalnya, Paulus menganiaya murid-murid Tuhan Yesus, tetapi setelah Yesus naik ke surga—yakni, setelah Paulus "melihat cahaya"—ia berhenti menganiaya murid-murid Tuhan Yesus, dan tidak lagi menganiaya orang-orang kudus yang memberitakan Injil demi jalan Tuhan. Setelah Paulus melihat Yesus menampakkan diri kepadanya sebagai cahaya yang terang, ia menerima amanat Tuhan, dan dengan demikian menjadi seseorang yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menyebarkan Injil.

Pekerjaan Paulus pada masa itu hanyalah untuk mendukung dan membekali saudara-saudarinya. Ia tidak seperti beberapa orang, yang ingin mengukir karier atau menghasilkan karya sastra, mencari jalan keluar yang lain, atau menemukan jalan yang terpisah dari Alkitab untuk memimpin orang-orang dalam jemaat tersebut sehingga mereka semua bisa mendapatkan jalan masuk yang baru. Paulus adalah orang yang dipakai; dalam melakukan hal-hal yang dikerjakannya, ia hanya sekadar melaksanakan tanggungjawabnya. Jika ia tidak memikul beban bagi jemaat, ia akan dianggap telah mengabaikan tanggungjawabnya. Jika terjadi sesuatu yang menimbulkan gangguan, atau terjadi insiden pengkhianatan dalam jemaat yang menimbulkan keadaan tidak normal dari orang-orang di sana, ia bisa dianggap telah melakukan pekerjaannya dengan tidak benar. Jika seorang pekerja memikul beban bagi jemaat, serta bekerja dengan sebaik-baiknya, ini membuktikan bahwa orang tersebut adalah seorang pekerja yang cakap—memenuhi syarat untuk digunakan. Jika seseorang tidak merasakan beban bagi jemaat, dan tidak mencapai hasil dalam pekerjaan mereka, dan sebagian besar orang yang mereka pimpin lemah atau bahkan mengalami kejatuhan, maka pekerja seperti itu belum melaksanakan tugas. Paulus pun tak terkecuali, itulah sebabnya ia harus menjaga jemaat dan sering menulis surat kepada saudara-saudarinya. Dengan cara inilah ia dapat membekali jemaat dan menjaga saudara-saudarinya; hanya dengan cara inilah jemaat tersebut dapat menerima perbekalan dan penggembalaan darinya. Perkataan dari surat-surat yang ditulisnya sangat mendalam, tetapi perkataan itu ditulis untuk saudara-saudarinya dalam kondisi ia telah menerima pencerahan Roh Kudus, dan ia menyusun pengalaman pribadinya serta beban yang dirasakannya ke dalam tulisannya. Paulus hanyalah seseorang yang dipakai oleh Roh Kudus, dan semua isi surat-suratnya diselingi dengan pengalaman pribadinya. Pekerjaan yang dilakukannya semata-mata menggambarkan pekerjaan seorang rasul, bukan pekerjaan yang dilakukan secara langsung oleh Roh Kudus, dan pekerjaan itu juga berbeda dari pekerjaan Kristus. Paulus hanya melaksanakan tugasnya, itulah sebabnya ia menyampaikan kepada saudara-saudarinya di dalam Tuhan beban serta pengalaman dan wawasan pribadinya. Paulus hanya melakukan pekerjaan yang merupakan amanat Tuhan dengan menyampaikan wawasan dan pemahaman pribadinya; tentu saja ini bukanlah contoh dari pekerjaan yang dilakukan langsung oleh Tuhan sendiri. Dengan demikian, pekerjaan Paulus berbaur dengan pengalaman manusia serta dengan pandangan dan pemahaman manusia tentang pekerjaan gereja. Namun, pandangan dan pemahaman manusia ini tidak dapat dikatakan sebagai pekerjaan roh jahat atau pekerjaan daging dan darah; ini hanya dapat dikatakan sebagai pengetahuan dan pengalaman dari seseorang yang telah dicerahkan oleh Roh Kudus. Yang Kumaksud dengan hal ini adalah bahwa surat-surat Paulus bukanlah kitab dari surga. Surat-surat itu tidak bersifat kudus, dan sama sekali tidak diucapkan atau diungkapkan oleh Roh Kudus; surat-surat itu hanya merupakan ungkapan beban Paulus bagi jemaat. Tujuan-Ku dalam mengatakan semua ini adalah untuk membuat engkau semua memahami perbedaan antara pekerjaan Tuhan dan pekerjaan manusia: pekerjaan Tuhan merepresentasikan Tuhan sendiri, sedangkan pekerjaan manusia merepresentasikan tugas dan pengalaman manusia. Orang seharusnya tidak menganggap pekerjaan Tuhan yang normal sebagai maksud-maksud manusia dan pekerjaannya yang supranatural sebagai maksud-maksud Tuhan; terlebih lagi, orang tidak seharusnya menganggap pengajaran manusia yang muluk-muluk sebagai perkataan Tuhan atau sebagai kitab dari surga. Semua pandangan yang seperti itu tidak etis. Banyak orang, setelah mendengar Aku membedah ketigabelas surat Paulus, yakin bahwa surat-surat Paulus tidak boleh dibaca, dan bahwa Paulus adalah orang yang sangat berdosa. Bahkan ada banyak orang yang berpikir bahwa firman-Ku tidak berperasaan, bahwa penilaian-Ku terhadap surat-surat Paulus tidak akurat, dan bahwa surat-surat itu tidak dapat dianggap sebagai ungkapan dari pengalaman dan beban manusia. Mereka percaya bahwa surat-surat itu sebaliknya harus dianggap sebagai firman Tuhan, bahwa surat-surat itu sama pentingnya dengan Kitab Wahyu tulisan Yohanes, bahwa surat-surat itu tidak dapat diringkas atau ditambah, dan terlebih lagi, bahwa surat-surat itu tidak dapat dijelaskan dengan sembarangan. Bukankah semua pernyataan manusia ini salah? Tidakkah hal itu sepenuhnya disebabkan oleh kenyataan bahwa orang tidak memiliki akal? Surat-surat Paulus memang banyak membawa manfaat bagi manusia, dan sudah memiliki sejarah lebih dari 2.000 tahun. Namun, hingga hari ini, masih ada banyak orang yang tidak dapat memahami apa yang dikatakannya pada masa itu. Orang menganggap surat-surat Paulus sebagai mahakarya terbesar dalam seluruh kekristenan, tak seorang pun dapat menguraikannya, dan tak seorang pun dapat sepenuhnya memahaminya. Pada kenyataannya, surat-surat ini hanyalah semacam biografi orang saleh, dan tidak dapat dibandingkan dengan perkataan Yesus atau penglihatan-penglihatan besar yang dialami oleh Yohanes. Sebaliknya, apa yang dilihat Yohanes adalah penglihatan yang agung dari surga—nubuat tentang pekerjaan Tuhan sendiri—yang tidak dapat dicapai oleh manusia, sedangkan surat-surat Paulus hanya sekadar gambaran tentang apa yang dilihat dan dialami seseorang. Surat-surat itu merupakan apa yang mampu dilakukan oleh manusia, tetapi bukan nubuat maupun penglihatan; itu hanyalah surat-surat yang dikirim ke berbagai tempat. Namun, bagi orang-orang pada masa itu, Paulus adalah seorang pekerja, karena itu perkataannya memiliki nilai, karena ia adalah seseorang yang telah menerima apa yang dipercayakan kepadanya. Karena itu, surat-suratnya bermanfaat bagi semua orang yang mencari Kristus. Meskipun perkataan itu tidak diucapkan oleh Yesus sendiri, pada akhirnya, perkataan itu penting bagi zaman mereka. Dengan demikian, orang-orang yang hidup setelah Paulus mengatur surat-suratnya dalam Alkitab, sehingga membuat surat-surat itu dapat diteruskan hingga hari ini. Apakah engkau semua memahami maksud-Ku? Aku hanya memberimu penjelasan yang akurat tentang surat-surat ini, dan membedahnya tanpa menyangkal manfaat dan nilainya bagi manusia sebagai referensi. Jika, setelah membaca firman-Ku, engkau semua bukan saja menyangkal surat-surat Paulus, tetapi menetapkan bahwa surat-surat itu merupakan kebohongan atau tidak berharga, maka engkau dapat dikatakan memiliki kemampuan pemahaman yang sangat buruk, demikian pula wawasanmu dan penilaianmu atas berbagai hal; tentu saja tidak dapat dikatakan bahwa firman-Ku terlalu sepihak. Apakah engkau semua mengerti sekarang? Hal penting yang harus engkau semua pahami adalah situasi nyata dari pekerjaan Paulus pada saat itu dan latar belakang penulisan surat-suratnya. Jika engkau memiliki pandangan yang benar tentang keadaan ini, engkau semua juga akan memiliki pandangan yang benar tentang surat-surat Paulus. Pada saat yang sama, setelah engkau memahami esensi dari surat-surat tersebut, penilaianmu terhadap Alkitab akan benar, dan kemudian engkau akan memahami mengapa surat-surat Paulus begitu dipuja oleh generasi selanjutnya selama begitu banyak tahun, dan bahkan mengapa ada banyak orang yang menganggapnya sebagai Tuhan. Bukankah itu juga yang akan menjadi pemikiranmu, jika engkau semua tidak memahaminya?

Seseorang yang bukan Tuhan sendiri tidak dapat merepresentasikan Tuhan sendiri. Pekerjaan Paulus hanya dapat dikatakan sebagai bagian dari pandangan manusia dan bagian dari pencerahan Roh Kudus. Paulus menulis perkataan ini dari sudut pandang manusia, dengan pencerahan dari Roh Kudus. Ini bukan hal yang langka. Karena itu, tak terelakkan bahwa perkataannya diselingi dengan beberapa pengalaman manusia, dan dia kemudian menggunakan pengalaman pribadinya untuk membekali dan mendukung saudara-saudari pada saat itu. Surat-surat yang ditulisnya tidak dapat dikategorikan sebagai studi tentang kehidupan, juga tidak dapat dikategorikan sebagai biografi atau pesan. Lagipula, ini bukanlah kebenaran yang diterapkan oleh jemaat atau pun ketetapan administratif dari jemaat. Sebagai orang yang terbebani—orang yang ditugaskan untuk bekerja oleh Roh Kudus—ini adalah sesuatu yang semata-mata harus mereka lakukan. Jika Roh Kudus membangkitkan orang dan memberi mereka beban, tetapi mereka tidak melakukan pekerjaan gereja, dan tidak dapat mengelola urusan-urusannya dengan baik, atau menyelesaikan semua masalahnya dengan memuaskan, hal ini membuktikan bahwa orang-orang tersebut tidak melaksanakan tugas mereka dengan benar. Karena itu, bukanlah hal yang sangat aneh jika seorang rasul dapat menulis surat-surat selama mereka melakukan pekerjaan mereka. Ini adalah bagian dari pekerjaan mereka; mereka diwajibkan untuk melakukannya. Tujuan mereka dalam menulis surat-surat bukanlah untuk menulis studi tentang kehidupan atau biografi rohani, dan pastinya bukan untuk membuka jalan keluar lain bagi orang-orang kudus. Sebaliknya, mereka melakukan hal itu untuk melaksanakan fungsi mereka sendiri dan menjadi hamba yang setia kepada Tuhan, sehingga mereka dapat memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan dengan menyelesaikan tugas-tugas yang telah Dia percayakan kepada mereka. Mereka harus bertanggung jawab atas diri sendiri dan atas saudara-saudari mereka dalam pekerjaan mereka, dan harus melakukan pekerjaan mereka dengan baik serta memikirkan urusan gereja dengan sungguh-sungguh: semua ini semata-mata merupakan bagian dari pekerjaan mereka.

Jika engkau semua telah memahami surat-surat Paulus, engkau semua juga akan memiliki pemikiran dan penilaian yang benar tentang surat-surat Petrus dan Yohanes. Engkau semua tak akan pernah lagi memandang surat-surat ini sebagai kitab dari surga yang kudus dan tak dapat diganggu-gugat, apalagi menganggap Paulus sebagai Tuhan. Bagaimanapun juga, pekerjaan Tuhan berbeda dari pekerjaan manusia dan, terlebih lagi, bagaimana mungkin ungkapan-Nya sama dengan ungkapan manusia? Tuhan memiliki watak-Nya sendiri yang khusus, sementara manusia memiliki tugas yang harus mereka laksanakan. Watak Tuhan diungkapkan dalam pekerjaan-Nya, sementara tugas manusia diwujudkan dalam pengalaman manusia dan diungkapkan dalam pencarian manusia. Oleh karenanya menjadi jelas melalui pekerjaan yang dilakukan apakah sesuatu itu merupakan ungkapan Tuhan atau ungkapan manusia. Hal itu tidak perlu dijelaskan oleh Tuhan sendiri, pun tidak mengharuskan manusia untuk berjuang menjadi kesaksian. Selain itu, hal tersebut tidak membuat Tuhan sendiri perlu menekan siapa pun. Semua ini terjadi sebagai penyingkapan yang alami; itu bukan sesuatu yang dipaksakan atau pun sesuatu yang manusia bisa mencampurinya. Tugas manusia dapat diketahui melalui pengalaman mereka, dan itu tidak mengharuskan orang untuk melakukan pekerjaan tambahan yang didasarkan pada pengalaman. Seluruh esensi manusia dapat diungkapkan ketika mereka melakukan tugas mereka, sedangkan Tuhan dapat mengungkapkan watak-Nya yang melekat ketika melakukan pekerjaan-Nya. Jika itu adalah pekerjaan manusia maka hal itu tidak dapat ditutup-tutupi. Jika itu adalah pekerjaan Tuhan, watak Tuhan bahkan lebih mustahil lagi untuk disembunyikan oleh siapa pun, apalagi dikendalikan oleh manusia. Tidak seorang pun dapat disebut sebagai Tuhan, demikian pula pekerjaan dan perkataan mereka tidak dapat dianggap sebagai hal yang kudus atau abadi. Tuhan dapat disebut sebagai manusia karena Dia mengenakan tubuh daging, tetapi pekerjaan-Nya tidak dapat dianggap sebagai pekerjaan manusia atau tugas manusia. Terlebih lagi, perkataan Tuhan dan surat-surat Paulus tidak dapat disamakan, demikian pula penghakiman dan hajaran Tuhan tidak dapat dikatakan sebagai hal yang sama dengan kata-kata pengajaran manusia. Karena itu, ada prinsip-prinsip yang membedakan pekerjaan Tuhan dari pekerjaan manusia. Hal ini dibedakan menurut esensinya, bukan menurut lingkup pekerjaannya atau efisiensi yang bersifat sementara. Mengenai hal ini, kebanyakan orang membuat kesalahan prinsip. Ini karena manusia melihat bagian luar, yang dapat mereka capai, sementara Tuhan melihat esensi, yang tidak dapat diamati dengan mata jasmani manusia. Jika engkau menganggap firman dan pekerjaan Tuhan sebagai tugas manusia biasa, dan memandang pekerjaan manusia yang berskala besar sebagai pekerjaan Tuhan yang mengambil rupa manusia, alih-alih tugas yang dilaksanakan manusia, bukankah prinsipmu keliru? Surat-surat dan biografi manusia dapat ditulis dengan mudah, tetapi hanya atas dasar pekerjaan Roh Kudus. Namun, perkataan dan pekerjaan Tuhan tidak bisa dicapai manusia dengan mudah atau dicapai dengan hikmat dan pemikiran manusia, demikian pula manusia tidak dapat menjelaskannya secara menyeluruh setelah menyelidikinya. Apabila masalah-masalah yang prinsip ini tidak membangkitkan reaksi apa pun di dalam dirimu, maka jelas imanmu semua tidak begitu benar atau murni. Orang hanya bisa mengatakan bahwa imanmu itu penuh dengan kesamaran, serta membingungkan dan tidak berprinsip. Tanpa memahami masalah pokok yang paling mendasar tentang Tuhan dan manusia sekalipun, bukankah iman seperti ini adalah iman yang sama sekali kurang memiliki persepsi? Bagaimana mungkin Paulus menjadi satu-satunya orang yang dipakai sepanjang sejarah? Bagaimana mungkin ia menjadi satu-satunya orang yang pernah bekerja bagi jemaat? Bagaimana mungkin ia menjadi satu-satunya orang yang telah menulis surat kepada jemaat untuk menopang mereka? Terlepas dari pengaruhnya atau besarnya pekerjaan orang-orang ini, atau bahkan hasil dari pekerjaan mereka, bukankah prinsip dan substansi dari pekerjaan semacam itu semuanya serupa? Bukankah ada berbagai hal tentang pekerjaan itu yang sama sekali berbeda dari pekerjaan Tuhan? Meskipun ada perbedaan yang jelas antara setiap tahap pekerjaan Tuhan, dan meskipun banyak dari metode pekerjaan-Nya tidak sepenuhnya sama, bukankah semua itu hanya memiliki satu substansi dan sumber? Dengan demikian, jika seseorang masih belum jelas tentang hal-hal ini sekarang, mereka itu juga kurang memiliki akal. Apabila, setelah membaca perkataan ini, orang tetap mengatakan bahwa surat-surat Paulus itu kudus dan tidak dapat diganggu-gugat serta berbeda dari biografi tokoh rohani mana pun, maka akal orang ini sangat tidak normal, dan orang semacam itu tak diragukan lagi adalah seorang ahli doktrin yang sama sekali tidak memiliki akal. Bahkan sekalipun engkau memuja Paulus, engkau tidak dapat menggunakan kehangatan perasaanmu terhadapnya untuk memutarbalikkan kebenaran fakta atau menyangkal adanya kebenaran. Lagi pula, apa yang telah Kukatakan sama sekali tidak membuat seluruh pekerjaan dan surat-surat Paulus terbakar atau sepenuhnya menyangkal nilainya sebagai rujukan. Bagaimanapun, tujuan-Ku dalam mengucapkan firman ini adalah agar engkau semua mendapatkan pemahaman yang benar dan penilaian yang masuk akal atas segala perkara dan semua orang: hanya inilah nalar yang normal; hanya dengan inilah orang adil yang memiliki kebenaran harus memperlengkapi diri mereka.

Sebelumnya: Tuhan adalah Tuhan atas Seluruh Makhluk Ciptaan

Selanjutnya: Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini