Firman Tuhan Harian: Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan | Kutipan 480

21 Februari 2021

Beberapa orang berkata, "Paulus melakukan banyak sekali pekerjaan, dan ia memikul beban yang sangat berat bagi jemaat serta memberi kontribusi yang begitu besar bagi mereka. Tiga belas surat Paulus menyokong 2.000 tahun Zaman Kasih Karunia, dan nomor dua terbesar di bawah Empat Injil. Siapa yang dapat dibandingkan dengannya? Tak ada seorang pun yang dapat menguraikan Wahyu Yohanes, sementara surat-surat Paulus memberi kehidupan, dan pekerjaan yang ia lakukan mendatangkan manfaat bagi jemaat. Siapa lagi yang dapat mencapai hal-hal seperti ini? Lalu, pekerjaan apakah yang dilakukan Petrus?" Ketika manusia mengukur orang lain, pengukurannya berdasarkan kontribusi mereka. Ketika Tuhan mengukur manusia, pengukuran-Nya berdasarkan sifatnya. Di antara orang-orang yang mencari kehidupan, Paulus adalah seorang yang tidak memahami hakikatnya sendiri. Ia sama sekali tidak rendah hati ataupun taat. Ia juga tidak memahami hakikatnya, yang sebenarnya bertentangan dengan Tuhan. Jadi, Paulus adalah seorang yang belum melewati pengalaman yang mendalam, dan seorang yang tidak melakukan kebenaran. Petrus berbeda. Ia tahu ketidaksempurnaannya, kelemahannya, dan wataknya yang rusak sebagai ciptaan Tuhan, jadi ia memilih jalan pengamalan, yang dapat mengubah wataknya. Ia bukanlah seperti mereka yang hanya memiliki doktrin, tanpa ada kenyataan. Orang yang berubah adalah orang baru yang telah diselamatkan, merekalah orang yang layak mengejar kebenaran. Orang yang tidak berubah termasuk dalam bilangan orang yang pasti ditinggalkan. Merekalah orang-orang yang belum diselamatkan, artinya, orang-orang yang dibenci dan ditolak Tuhan. Mereka tidak akan diingat oleh Tuhan betapa besar pun pekerjaan mereka. Saat engkau membandingkan hal ini dengan pengejaranmu sendiri, entah engkau akhirnya orang yang serupa dengan Petrus atau dengan Paulus semestinya sudah jelas. Jika masih belum ada kebenaran dalam pencarianmu, dan jika bahkan sampai saat ini pun engkau masih angkuh dan lancang seperti Paulus, dan masih dangkal serta memegahkan diri seperti dia, tak diragukan lagi engkau adalah orang bobrok yang gagal. Jika yang kaucari sama seperti Petrus, jika engkau mencari pengamalan dan perubahan sejati, dan tidak angkuh serta keras kepala, tetapi berusaha melakukan tugasmu, engkau adalah ciptaan Tuhan yang dapat meraih kemenangan. Paulus tidak mengetahui hakikat atau kerusakannya sendiri, apalagi ketidaktaatannya. Ia tak pernah menyebutkan penentangannya yang menjijikkan terhadap Kristus, dia juga tak pernah begitu menyesal. Ia hanya memberikan penjelasan singkat, dan, jauh di dalam lubuk hatinya, tidak tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Meskipun terjatuh di jalan menuju ke Damsyik, ia tidak melihat jauh ke dalam dirinya. Ia puas dengan sekadar terus bekerja, dan tidak menganggap bahwa mengenal diri sendiri dan mengubah watak lamanya sebagai perkara yang paling penting. Ia puas dengan sekadar mengatakan kebenaran, dengan membekali orang lain sebagai obat bagi hati nuraninya sendiri, dan dengan tak lagi menganiaya murid-murid Yesus, untuk menghibur dirinya sendiri dan memaafkan dirinya sendiri untuk dosa masa lalunya. Tujuan yang dikejarnya tak lebih dari mahkota di masa mendatang dan pekerjaan sementara, tujuan yang dikejarnya adalah kasih karunia yang melimpah. Ia tidak mencari kebenaran yang memadai, ia tidak juga mengusahakan pertumbuhan yang lebih dalam ke dalam kebenaran yang tak ia mengerti sebelumnya. Jadi, pengenalannya akan dirinya sendiri dapat dikatakan palsu, dan ia tidak menerima hajaran dan penghakiman. Meskipun ia dapat bekerja, bukan berarti ia memiliki pengetahuan akan sifat dan hakikatnya sendiri. Fokusnya hanya pada pelaksanaan lahiriah saja. Bahkan, hal yang ia perjuangkan bukanlah perubahan, tetapi pengetahuan. Pekerjaannya adalah sepenuhnya hasil penampakan Yesus di jalan menuju Damsyik. Pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang ia putuskan awalnya, bukan pula pekerjaan yang terlaksana setelah ia mendapat pemangkasan dari watak lamanya. Bagaimanapun ia bekerja, watak lamanya tidak berubah, jadi pekerjaannya tidak menebus dosa masa lalunya, melainkan sekadar memegang peranan tertentu di antara jemaat pada waktu itu. Bagi seorang yang seperti ini, yang watak lamanya tidak diubahkan—dengan kata lain, yang tidak mendapat keselamatan, bahkan, yang tanpa kebenaran—ia sama sekali tidak mampu menjadi salah seorang yang diterima oleh Tuhan Yesus. Ia bukanlah seorang yang dipenuhi dengan rasa kasih dan hormat kepada Yesus Kristus, ia juga bukan seorang yang cakap mencari kebenaran, apalagi seorang yang mencoba memahami misteri inkarnasi. Ia hanya seorang yang ahli dalam penyesatan, dan yang tidak mau tunduk kepada siapa pun yang lebih tinggi daripadanya atau kepada orang yang memiliki kebenaran. Ia mendengki kepada orang atau kebenaran yang bertentangan dengan dia, atau bermusuhan dengan dia, ia lebih suka kepada orang-orang berkarunia yang menunjukkan citra besar dan memiliki pengetahuan mendalam. Ia tidak suka berhubungan dengan oang malang yang mencari jalan yang benar dan hanya peduli pada kebenaran. Sebaliknya, ia melibatkan dirinya dengan tokoh-tokoh senior dari organisasi agamawi yang hanya bicara soal doktrin-doktrin, dan memiliki pengetahuan yang melimpah. Ia tidak mengasihi pekerjaan Roh Kudus yang baru, dan tak peduli dengan gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus yang baru. Sebaliknya, ia menyukai peraturan-peraturan dan doktrin-doktrin yang lebih tinggi daripada kebenaran umum. Dalam hakikat dasarnya dan keseluruhan hal yang dicarinya, ia tak layak disebut orang Kristen yang mengejar kebenaran, apalagi hamba yang setia dalam rumah Tuhan, karena kemunafikannya sudah keterlaluan, dan ketidaktaatannya begitu besar. Meskipun ia dikenal sebagai hamba Tuhan Yesus, ia sama sekali tidak layak untuk memasuki gerbang kerajaan surga, sebab tindakan-tindakannya sejak awal hingga akhir tak dapat dikatakan benar. Ia hanya dapat dilihat sebagai orang yang munafik, dan melakukan kefasikan, tetapi yang juga bekerja bagi Kristus. Meskipun ia tak dapat disebut jahat, ia cocok disebut sebagai orang yang melakukan kefasikan. Ia melakukan banyak pekerjaan, tetapi ia tak boleh dinilai berdasarkan jumlah pekerjaan yang dilakukannya, melainkan hanya berdasarkan kualitas dan hakikatnya. Hanya dengan cara ini alasan di balik hal ini dapat dipahami. Ia selalu percaya: Aku sanggup bekerja, aku lebih baik daripada orang kebanyakan; tak ada orang lain yang penuh perhatian terhadap beban Tuhan seperti aku, dan tak seorang pun bertobat sedalam aku, sebab cahaya besar itu memancar atasku, dan aku telah melihat cahaya besar itu, jadi pertobatanku lebih dalam daripada siapa pun. Pada waktu itu, inilah yang ia pikirkan dalam lubuk hatinya. Di akhir pekerjaannya, Paulus berkata: "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, mulai sejak sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran." Perjuangannya, pekerjaannya, dan perlombaannya seluruhnya demi mahkota kebenaran, dan dia tidak dengan giat bergerak maju. Meskipun dia tidak asal-asalan dalam pekerjaannya, dapat dikatakan bahwa pekerjaannya sekadar untuk menebus kesalahannya, untuk mendamaikan tuduhan dalam hati nuraninya. Ia hanya berharap untuk menuntaskan pekerjaannya, menyelesaikan perlombaannya, dan mengakhiri pertandingannya sesegera mungkin, supaya ia secepat mungkin memperoleh mahkota kebenaran yang sudah lama didambakannya. Hal yang didambakannya bukanlah bertemu dengan Tuhan Yesus dengan pengalaman dan pengenalannya yang sejati, tetapi menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin, supaya ia dapat menerima upah yang layak diterimanya dari pekerjaannya pada saat ia bertemu dengan Tuhan Yesus. Ia menggunakan pekerjaannya untuk menentramkan dirinya sendiri, dan melakukan kesepakatan untuk mendapatkan mahkota di masa mendatang. Perkara yang dicarinya bukanlah kebenaran atau Tuhan, melainkan sekadar mahkota. Bagaimana mungkin pengejaran semacam ini memenuhi standar? Motivasinya, pekerjaannya, harga yang dibayarnya, dan semua upayanya—semua itu disusupi oleh khayalannya yang luar biasa, dan ia bekerja sepenuhnya berdasarkan hasratnya sendiri. Dalam seluruh pekerjaannya, tak ada sedikit pun kerelaan dalam harga yang dibayarnya. Ia hanya sedang melakukan kesepakatan. Upayanya tidak dilakukan secara sukarela untuk memenuhi tugasnya, tetapi dilakukan secara sukarela untuk mencapai tujuan kesepakatan itu. Apakah ada nilainya upaya seperti itu? Siapa yang akan memuji upayanya yang tidak murni? Siapa yang tertarik dengan upaya semacam itu? Pekerjaannya penuh dengan mimpi-mimpi untuk masa depan, penuh dengan rencana yang luar biasa indah, dan tidak mengandung jalan yang dapat dipakai untuk mengubah watak manusia. Begitu banyak kebajikannya hanya kepura-puraan. Pekerjaannya tidak memberikan kehidupan, melainkan hanya kesopanan yang pura-pura. Semua itu hanya untuk melakukan kesepakatan. Bagaimana mungkin pekerjaan seperti ini dapat memimpin manusia ke jalan menuju pemulihan tugasnya semula?

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"

Lihat lebih banyak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Bagikan

Batalkan