Firman Tuhan Harian: Jalan Masuk ke Dalam Kehidupan | Kutipan 476

20 Oktober 2020

Petrus adalah manusia yang disempurnakan. Baru setelah mengalami penghajaran dan penghakiman, sehingga mendapatkan kasih Tuhan yang murni, ia benar-benar disempurnakan. Jalan yang dijalaninya adalah jalan penyempurnaan. Dengan kata lain, sejak dari awal sekali, jalan yang dijalani Petrus adalah jalan yang benar, dan motivasinya memercayai Tuhan adalah motivasi yang benar, sehingga ia menjadi seseorang yang disempurnakan. Ia menapaki jalan baru yang belum pernah dijalani manusia sebelumnya, sementara jalan yang dijalani Paulus sejak semula adalah jalan yang bertentangan dengan Kristus, dan hanya karena Roh Kudus ingin memakainya, dan memanfaatkan segala karunianya serta segala kecakapannya untuk pekerjaan-Nya, Paulus dapat bekerja bagi Kristus selama beberapa puluh tahun. Ia sekadar seseorang yang pernah dipakai Roh Kudus, dan ia bukan dipakai karena Yesus berkenan memandang kemanusiaannya, tetapi karena karunia yang dimilikinya. Ia dapat bekerja bagi Yesus karena ia dipukul rebah, bukan karena ia senang melakukannya. Ia dapat melakukan pekerjaan tersebut karena pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, dan pekerjaan yang dilakukannya sama sekali tidak mewakili pengejarannya, atau kemanusiaannya. Pekerjaan Paulus mewakili pekerjaan seorang hamba, dengan kata lain, ia melakukan pekerjaan seorang rasul. Akan tetapi, Petrus berbeda: Ia juga melakukan beberapa pekerjaan, tetapi pekerjaan itu tidak sehebat pekerjaan Paulus. Petrus bekerja di tengah pengejaran jalan masuknya sendiri, dan pekerjaannya berbeda dengan pekerjaan Paulus. Pekerjaan Petrus adalah pelaksanaan tugas seorang ciptaan Tuhan. Ia bukan bekerja dalam peran seorang rasul, tetapi berada di tengah pengejarannya akan kasih Tuhan. Perjalanan pekerjaan Paulus juga mengandung pengejaran pribadinya: Tujuan pengejarannya tak lebih hanya demi pengharapannya akan masa depan, dan hasratnya untuk mendapatkan tempat tujuan yang baik. Ia tidak menerima pemurnian selama pekerjaannya, ia juga tak menerima pemangkasan dan pembentukan. Ia percaya bahwa selama pekerjaan yang dilakukannya memuaskan keinginan Tuhan, dan selama semua yang diperbuatnya menyenangkan bagi Tuhan, suatu upah pada akhirnya akan menantinya. Tidak ada pengalaman pribadi dalam pekerjaannya—semua itu hanya demi dirinya sendiri, dan tidak dilangsungkan di tengah pengejarannya akan perubahan. Segala sesuatu dalam pekerjaannya hanya urusan jual beli, sama sekali tidak mengandung unsur tugas atau ketundukan seorang ciptaan Tuhan. Dalam perjalanan pekerjaannya, tidak terjadi perubahan pada watak lama Paulus. Pekerjaannya hanyalah pelayanan kepada orang lain, dan tidak dapat mendatangkan perubahan dalam wataknya. Paulus melakukan pekerjaannya secara langsung, tanpa pernah disempurnakan atau ditangani, dan ia dimotivasi oleh upah. Petrus berbeda: Petrus adalah seorang yang telah melalui pemangkasan, dan telah melewati penanganan serta pemurnian. Tujuan dan motivasi pekerjaan Petrus pada dasarnya berbeda dengan tujuan dan motivasi Paulus. Meskipun Petrus tidak melakukan banyak pekerjaan, wataknya mengalami banyak perubahan, dan perkara yang ia cari adalah kebenaran, dan perubahan yang sesungguhnya. Pekerjaannya tidak dilakukan semata-mata demi pekerjaan itu sendiri. Meskipun Paulus melakukan banyak pekerjaan, semua itu adalah pekerjaan Roh Kudus, dan meskipun Paulus bekerja sama dalam pekerjaan ini, ia tidak mengalaminya. Pekerjaan yang dilakukan Petrus jauh lebih sedikit hanya karena Roh Kudus tidak melakukan terlalu banyak pekerjaan melalui dia. Banyaknya pekerjaan mereka tidak menentukan apakah mereka disempurnakan. Pengejaran yang seorang bertujuan supaya mendapat upah, sementara pengejaran yang lain untuk mencapai kasih Tuhan yang terbesar, dan memenuhi tugasnya sebagai ciptaan Tuhan, sampai pada tingkat ia dapat menghidupi gambar yang indah untuk memuaskan keinginan Tuhan. Dari luar mereka berbeda, jadi hakikat mereka juga berbeda. Engkau tidak dapat menentukan siapa dari mereka yang disempurnakan berdasarkan banyaknya pekerjaan yang mereka lakukan. Petrus berusaha menghidupi gambar seorang yang mengasihi Tuhan, menjadi seorang yang menaati Tuhan, menjadi seorang yang menerima penanganan dan pemangkasan, dan menjadi seorang yang memenuhi tugasnya sebagai ciptaan Tuhan. Dia dapat mengabdikan dirinya kepada Tuhan, menyerahkan seluruh dirinya ke dalam tangan Tuhan, dan menaati-Nya sampai mati. Itulah tekad yang dilaksanakannya dan, bahkan, itulah yang dicapainya. Alasan inilah yang mendasari mengapa pada akhirnya kesudahan hidupnya berbeda dengan kesudahan hidup Paulus. Pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus dalam Petrus bertujuan untuk menyempurnakannya, dan pekerjaan yang dilakukan Roh Kudus dalam Paulus bertujuan untuk memakainya. Hal itu karena sifat dan pandangan mereka mengenai pengejaran tidak sama. Keduanya memiliki pekerjaan Roh Kudus. Petrus menerapkan pekerjaan ini kepada dirinya sendiri, serta menyalurkannya kepada orang lain. Di lain pihak, Paulus hanya menyalurkan seluruh pekerjaan Roh Kudus itu kepada orang lain, dan tidak mendapat apa-apa dari pekerjaan itu bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, setelah Paulus mengalami pekerjaan Roh Kudus begitu lama, perubahan dalam diri Paulus begitu sedikit bahkan hampir tidak ada. Ia hampir masih sama persis dengan keadaan alaminya, dan masih tetap Paulus yang dahulu. Baru setelah menghadapi kesukaran pekerjaan selama bertahun-tahun, Paulus belajar cara ia seharusnya bekerja, dan belajar bertekun. Akan tetapi, sifat lamanya—sifatnya yang sangat suka bersaing dan seperti tentara bayaran—tetap masih ada. Setelah bekerja begitu lama, ia tidak menyadari wataknya yang rusak, ataupun membebaskan diri dari wataknya yang lama, dan semua itu masih terlihat jelas dalam pekerjaannya. Di dalam dirinya, ia hanya memiliki lebih banyak pengalaman kerja, tetapi pengalaman yang tak seberapa itu tak mampu mengubahkannya, dan tak dapat mengubah pandangannya mengenai hakikat dan makna pengejarannya. Meskipun ia telah bekerja bertahun-tahun bagi Kristus, dan tak pernah lagi menganiaya Tuhan Yesus, dalam hatinya tidak ada perubahan mengenai pengetahuan akan Tuhan. Hal ini berarti bahwa ia tidak bekerja untuk mengabdikan dirinya kepada Tuhan, sebaliknya, ia terpaksa bekerja demi tempat tujuannya di masa depan. Sebab, pada mulanya, ia menganiaya Kristus, dan tidak tunduk kepada Kristus. Pada dasarnya, ia seorang pemberontak yang sengaja menentang Kristus, dan seorang yang tidak memiliki pengertian akan pekerjaan Roh Kudus. Pada akhir pekerjaannya, ia masih tak mengerti pekerjaan Roh Kudus, dan hanya bertindak menurut kemauannya sendiri, sesuai dengan sifatnya sendiri, tanpa sedikit pun memerhatikan kehendak Roh Kudus. Jadi, sifatnya pada dasarnya bermusuhan dengan Kristus dan tidak menaati kebenaran. Seseorang yang seperti ini, yang telah ditinggalkan oleh pekerjaan Roh Kudus, yang tidak mengerti pekerjaan Roh Kudus, dan yang menentang Kristus—bagaimana mungkin orang seperti ini dapat diselamatkan? Dapat tidaknya manusia diselamatkan bukan tergantung pada berapa banyak pekerjaan yang ia lakukan, atau berapa banyak ia mengabdi, melainkan ditentukan oleh paham tidaknya ia akan pekerjaan Roh Kudus, dapat tidaknya ia melakukan kebenaran, dan selaras tidaknya pandangannya tentang pengejaran dengan kebenaran.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"

Lihat lebih banyak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Bagikan

Batalkan