Apa Sesungguhnya Latar Belakang Pekerjaan yang Sembrono
Oleh Saudari XinChe, Korea Belum lama ini, saudari yang meninjau video menunjukkan bahwa kualitas video yang belakangan kubuat tak bagus,...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan Mei 2022, aku dipilih sebagai pemimpin gereja. Aku sangat bersyukur atas kasih karunia dan peninggian Tuhan kepadaku, serta merasa bahwa aku harus melaksanakan tugasku dengan baik. Pada awalnya, aku sangat aktif dalam tugasku, dan setiap kali menemukan berbagai hal yang tidak kupahami, aku berusaha untuk berkomunikasi dengan pemimpin tingkat atas, juga setelah mendapatkan pemahaman, aku bersekutu dan menyelesaikan masalah. Kemudian, ketika karantina COVID-19 mulai mereda, banyak petobat baru mulai bekerja dan tidak dapat berkumpul atau melaksanakan tugasnya secara normal. Ketika dihadapkan dengan situasi ini, aku agak bingung dan berpikir, "Sebagai seorang pemimpin, aku seharusnya mendukung dan membantu saudara-saudariku, serta mengatasi keadaan dan kesulitan mereka." Aku kemudian bersekutu dengan saudara-saudari satu per satu, tetapi aku tidak mendapatkan hasil apa pun dari hal ini, jadi aku tidak ingin lagi pergi untuk mendukung mereka. Aku merasa bahwa karena harus pergi bekerja dan memberitakan Injil, jika aku juga harus mendukung saudara-saudari yang tidak menghadiri pertemuan secara rutin, aku hampir tidak punya waktu untuk beristirahat. Aku merasa sangat lelah dan bahkan ingin berhenti menjadi pemimpin gereja. Aku hidup dalam keadaan negatif, dan berpikir bahwa kualitasku tidak baik, aku tidak bisa menyelesaikan masalah, serta tidak memiliki kemampuan kerja. Jadi, aku hanya ingin pemimpin tingkat atas mengganti tugasku.
Kemudian, aku membagikan pemikiranku dengan pemimpin tingkat atas, dan setelah mendengarkan, dia mengirimiku satu bagian dari firman Tuhan: "Perwujudan orang jujur yang terpenting adalah mencari dan menerapkan kebenaran dalam segala hal—inilah yang terpenting. Engkau berkata bahwa engkau orang yang jujur, tetapi engkau selalu mengesampingkan firman Tuhan dan hanya berbuat sekehendak hatimu. Seperti itukah perwujudan orang yang jujur? Engkau berkata, 'Meskipun kualitas kemampuanku buruk, aku memiliki hati yang jujur.' Namun, ketika sebuah tugas diberikan kepadamu, engkau takut menderita dan dimintai pertanggungjawaban jika tidak melaksanakannya dengan baik, sehingga engkau membuat alasan untuk melalaikan tugasmu atau menyarankan agar orang lain saja yang melakukannya. Seperti inikah perwujudan orang yang jujur? Tentu bukan. Jadi, bagaimanakah seharusnya perilaku orang jujur? Mereka harus tunduk pada pengaturan Tuhan, setia dalam melaksanakan tugas yang sudah seharusnya mereka laksanakan, dan berusaha memenuhi maksud Tuhan. Ini terwujud dengan sendirinya dalam beberapa tindakan: Pertama, engkau menerima tugasmu dengan hati yang jujur, tidak memikirkan kepentingan dagingmu, tidak setengah hati dalam melakukannya, dan tidak berencana licik demi keuntunganmu sendiri. Tindakan-tindakan tersebut adalah perwujudan kejujuran. Tindakan lainnya adalah engkau mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu agar dapat melaksanakan tugasmu dengan baik, melakukan segala sesuatu dengan benar, dan mengerahkan hati dan kasihmu pada tugasmu agar dapat memuaskan Tuhan. Perwujudan inilah yang seharusnya ditunjukkan oleh orang jujur dalam melaksanakan tugas mereka. Jika engkau tidak menerapkan apa yang kauketahui dan pahami, dan jika engkau hanya menggunakan 50 atau 60 persen dari upayamu, berarti engkau tidak mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu untuk tugasmu. Sebaliknya engkau sedang bersikap licik dan malas. Apakah orang yang melaksanakan tugasnya dengan cara seperti ini jujur? Sama sekali tidak. Tuhan tidak memakai orang yang licik dan pandai menipu seperti itu; mereka harus disingkirkan. Tuhan hanya menggunakan orang yang jujur untuk melaksanakan tugas. Bahkan orang-orang yang berjerih payah yang loyal pun harus jujur. Orang-orang yang selalu asal-asalan, licik dan mencari cara untuk bermalas-malasan semuanya adalah orang yang licik, dan semuanya adalah setan. Tak seorang pun dari mereka benar-benar percaya kepada Tuhan, dan mereka semua akan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan berbicara tentang bagaimana orang yang jujur mencari kebenaran dalam segala hal dan tunduk pada semua pengaturan Tuhan ketika melaksanakan tugasnya. Mereka mencurahkan segenap hati dan kekuatannya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, dan mereka adalah orang-orang yang dapat diandalkan orang lain untuk melakukan berbagai hal. Ketika orang yang licik melaksanakan tugasnya dan menghadapi hal-hal yang melibatkan kepentingan pribadinya, atau yang mengharuskannya menderita dan mengerahkan tenaga, mereka akan mencari alasan untuk mengelak dari tanggung jawab. Sekalipun melaksanakan tugasnya, mereka tidak mengerahkan upaya penuh, dan hanya menggunakan sebagian dari energinya. Ini adalah sikap yang licin dan bermalas-malasan. Aku membandingkannya dengan perilakuku sendiri. Ketika melihat para petobat baru tidak menghadiri pertemuan secara rutin, dan tidak melihat hasil apa pun setelah mencoba membantu dan bersekutu kepada mereka, aku tidak ingin mengerahkan lebih banyak upaya mental untuk mendukung mereka. Aku bahkan berkata bahwa itu karena kualitasku tidak memadai untuk menyelesaikan kesulitan mereka, aku tidak memiliki kemampuan kerja, dan ingin agar pemimpin tingkat atas memberiku tugas yang lain. Sebenarnya, aku membuat-buat alasan untuk menutupi niatku agar menghindari kesulitan, dan menghindari tanggung jawab untuk menikmati dagingku. Sebagai seorang pemimpin, aku seharusnya memenuhi tanggung jawabku untuk menyirami dan mendukung saudara-saudari dengan baik. Namun, aku tidak ingin menderita atau membayar harga. Aku selalu memikirkan kepentingan dagingku sendiri dan menikmati kenyamanan. Dengan melaksanakan tugas seperti ini, aku hanya bersikap asal-asalan, licin, dan mencari cara untuk bermalas-malasan. Yang kuperlihatkan adalah watak yang egoistis, tercela, dan licik. Setelah menyadari berbagai hal ini, aku merasa agak bersalah. Aku tidak mencurahkan hatiku untuk mendukung para petobat baru, dan sebaliknya, bersikap licin dan bermalas-malasan. Ini adalah sesuatu yang dibenci Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, akhir-akhir ini ada banyak petobat baru yang tidak menghadiri pertemuan secara rutin, dan hanya ada sedikit pekerja penginjilan. Meskipun aku telah bersekutu kepada mereka, karena aku takut akan penderitaan fisik dan tidak ingin membayar harga, aku belum melakukan yang terbaik untuk mengatasi kesulitan mereka yang nyata. Aku bersedia mengubah sikapku yang asal-asalan terhadap tugasku. Mohon bimbinglah aku." Setelah itu, aku mulai satu per satu mendukung saudara-saudari yang tidak menghadiri pertemuan secara rutin. Untuk beberapa keadaan dan kesulitan mereka yang tidak kuketahui cara menyelesaikannya, aku membahasnya dengan rekan kerjaku, dan mencari firman Tuhan yang relevan untuk bersekutu kepada para petobat baru. Setelah melakukan ini selama beberapa waktu, beberapa dari petobat baru mulai menghadiri pertemuan secara rutin, dan juga mampu melaksanakan beberapa tugas. Seorang petobat baru sangat aktif dalam memberitakan Injil, jadi aku mengajaknya bekerja sama denganku untuk memberitakan Injil. Perlahan-lahan, semua orang menjadi lebih aktif dalam memberitakan Injil, dan aku merasa semuanya tidak lagi sesulit sebelumnya. Aku menyadari bahwa jika aku mengerahkan seluruh upayaku dalam tugasku, Tuhan juga akan membimbingku. Dengan menerapkan seperti ini, aku tidak lagi merasa lelah, dan hatiku merasa tenang. Awalnya aku berpikir bahwa karena aku mengalami hal ini, aku memiliki pemahaman tentang watakku yang rusak karena menikmati kenyamanan daging, dan aku sedikit berubah, tetapi ketika keadaan yang nyata menimpaku, aku kembali memperlihatkan watak rusakku dalam hal ini.
Suatu kali, pemimpin ingin agar aku berlatih untuk menjadi pemberita Injil, dan menjadi penanggung jawab utama atas pekerjaan penginjilan di beberapa gereja. Ketika mendengar ini, aku merasakan perasaan campur aduk. Aku merasa bahwa karena jadwal kerjaku tidak teratur dan aku dapat dipanggil untuk bekerja kapan saja, juga karena beban kerja sebagai pemberita Injil akan lebih besar, waktu luangku akan berkurang. Khususnya, aku masih banyak kekurangan dalam hal memberitakan Injil dan bersaksi bagi Tuhan. Aku masih perlu lebih banyak belajar dan berlatih, serta ini juga akan menyita banyak waktuku. Setelah memikirkan berbagai hal ini, aku ingin menghindari tugas ini. Aku mengungkapkan pemikiranku dengan lantang, dan setelah mendengar masalahku, pemimpin membacakan satu bagian dari firman Tuhan kepadaku: "Engkau semua harus memahami bahwa kapan pun atau di tahap apa pun Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu membutuhkan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan-Nya. Fakta bahwa orang-orang ini bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan atau dalam menyebarkan Injil telah ditentukan oleh-Nya. Jadi, apakah Tuhan memiliki tugas khusus untuk setiap manusia yang telah Dia tentukan? Setiap manusia memiliki misi dan tanggung jawab; setiap manusia memiliki amanat. Ketika Tuhan memberikan amanat kepadamu, ini menjadi tanggung jawabmu. Engkau harus memikul tanggung jawab tersebut, itu adalah tugasmu. Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah misi yang Tuhan berikan kepadamu. Apa itu misi? (Amanat Tuhan adalah misi manusia. Hidup seseorang harus dijalani demi amanat Tuhan. Amanat ini adalah satu-satunya hal dalam hatinya, dan mereka tidak seharusnya hidup untuk hal lain.) Amanat Tuhan adalah misi manusia; inilah pemahaman yang benar. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan ditempatkan di bumi untuk menyelesaikan amanat Tuhan. Jika yang engkau kejar dalam hidup ini hanya untuk menaiki tangga sosial, mengumpulkan kekayaan, menjalani kehidupan yang nyaman, menikmati kedekatan dengan keluarga, dan bersenang-senang dengan ketenaran, keuntungan, dan status—ketika engkau mendapatkan status sosial, keluargamu menjadi terkemuka, dan semua anggota keluargamu aman dan sehat—tetapi engkau mengabaikan misi yang Tuhan berikan kepadamu, apakah ada nilai dalam hidup yang sedang engkau jalani? Bagaimana engkau akan menjawab kepada Tuhan setelah engkau mati? Engkau tidak akan bisa menjawabnya, ini adalah pemberontakan dan dosa terbesar! Siapa di antara engkau semua yang saat ini melaksanakan tugas di rumah Tuhan secara kebetulan? Apa pun latar belakang yang engkau miliki dalam melaksanakan tugasmu, semuanya tidak ada yang kebetulan. Tugas ini tidak bisa dilaksanakan hanya dengan menemukan beberapa orang percaya secara acak; ini adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan sejak zaman dahulu. Apa artinya sesuatu yang telah ditentukan? Apa arti spesifiknya? Artinya, dalam seluruh rencana pengelolaan-Nya, Tuhan telah lama merencanakan berapa kali engkau akan berada di bumi, dari garis keturunan dan keluarga mana engkau akan dilahirkan pada akhir zaman, bagaimana keadaan keluarga tersebut, apakah engkau akan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, apa saja yang akan menjadi kekuatanmu, tingkat pendidikanmu, seberapa pandai engkau berbicara, apa kualitasmu, dan seperti apa penampilanmu nantinya. Dia telah merencanakan umur di mana engkau akan datang ke rumah Tuhan dan mulai melaksanakan tugasmu dan tugas apa yang akan engkau lakukan pada waktu tertentu. Tuhan telah menetapkan setiap langkah untukmu sejak awal. Ketika engkau belum dilahirkan dan ketika engkau datang ke bumi dalam beberapa kehidupan terakhirmu, Tuhan telah mengatur tugas apa yang akan engkau laksanakan pada tahap akhir pekerjaan ini. Tentu saja, ini bukan lelucon! Fakta bahwa engkau dapat mendengar khotbah di sini telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Ini tidak bisa dianggap enteng! Selain itu, tinggi badanmu, penampilan, seperti apa matamu, bentuk tubuh, kondisi kesehatan, pengalaman hidup dan tugas apa yang mampu engkau ambil pada usia tertentu, juga bakat serta kemampuan apa yang engkau miliki—semua ini telah ditentukan untukmu oleh Tuhan jauh sebelumnya, dan tentu saja bukan diatur sekarang. Tuhan telah lama menetapkannya untukmu, yang berarti, jika Dia bermaksud untuk memakaimu, Dia pasti sudah mempersiapkanmu sebelum memberikan amanat dan misi ini kepadamu. Jadi, apakah dapat diterima jika engkau lari dari hal ini? Bolehkah engkau bersikap setengah hati? Keduanya tidak dapat diterima; itu akan mengecewakan Tuhan! Ini adalah bentuk pemberontakan terburuk jika seseorang meninggalkan tugasnya. Ini adalah perbuatan tercela. Tuhan telah bekerja keras dan bersungguh-sungguh, menetapkan sejak zaman dahulu agar engkau bisa sampai pada hari ini dan diberikan misi tersebut. Bukankah misi ini adalah tanggung jawabmu? Bukankah itu yang membuat hidupmu berharga? Jika engkau tidak menyelesaikan misi yang Tuhan berikan kepadamu, engkau akan kehilangan nilai dan makna hidup; hidupmu seolah-olah sia-sia" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku pun memahami bahwa apa pun tugas yang dilaksanakan seseorang pada suatu waktu, semuanya sudah ditetapkan oleh Tuhan, dan aku harus menerimanya, karena ini adalah kewajiban manusia. Namun, ketika menghadapi tugasku, aku berusaha menghindarinya karena takut akan penderitaan fisik. Dalam hal ini, aku menolak tugasku, dan ini benar-benar tindakanku yang memberontak! Tuhan tidak memaksa orang untuk melakukan apa yang sulit bagi mereka, dan Dia juga tidak mendesak orang di luar kemampuan mereka. Ketika pertama kali mulai memberitakan Injil, wajar jika aku memiliki kekurangan dan kelemahan, serta jika tidak memahami sesuatu selama pelatihan, aku bisa bertanya. Jika aku benar-benar memenuhi tanggung jawabku, Tuhan akan puas. Aku berpikir tentang bagaimana sebelumnya aku melaksanakan tugasku dengan asal-asalan dan perasaan bersalah yang ditimbulkannya. Sekarang aku mendapat kesempatan untuk menjadi seorang pemberita Injil; ini sungguh tak terduga. Aku merasa benar-benar tidak layak. Aku tidak boleh lagi melalaikan tugasku. Aku harus melepaskan kepentingan dagingku dan memikirkan maksud Tuhan.
Kemudian, seorang saudari berbicara kepadaku tentang bagaimana dia terus ingin melalaikan tugasnya, dan dia tidak merenungkan atau memahami hal ini lebih jauh. Aku berpikir, keadaanku juga sama. Setiap kali menghadapi tugas yang sulit, hal pertama yang tersingkap dalam hatiku adalah keinginan untuk melalaikannya dan tidak membiarkan dagingku menderita. Mengapa aku memiliki perwujudan seperti ini? Selama saat teduhku, aku membaca firman Tuhan: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur tersebut? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa engkau memiliki perasaan yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi diri mereka sendiri. 'Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak dan perkataan ini adalah gambaran sebenarnya dari natur Iblis manusia yang rusak. Natur Iblis ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak. Selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). "Kedagingan manusia ibarat ular itu: esensinya adalah untuk mencelakakan hidupnya—dan ketika daging telah mendapatkan semua keinginannya, engkau akan kehilangan hidupmu. Daging adalah milik Iblis. Selalu ada keinginan berlebihan di dalamnya; ia hanya memikirkan dirinya sendiri, dan ia selalu menginginkan kemudahan dan ingin menikmati kenyamanan, sama sekali tidak memiliki kepedulian dan rasa urgensi, berkubang dalam kemalasan, dan jika engkau memuaskannya sampai titik tertentu, pada akhirnya ia akan melahapmu. Artinya, jika engkau memuaskannya saat ini, maka lain kali ia akan memintamu untuk memuaskannya lagi. Daging selalu memiliki keinginan yang berlebihan dan permintaan baru, dan memanfaatkan caramu menurutinya untuk membuatmu semakin lebih menyayanginya dan hidup di tengah kenyamanannya—dan jika engkau tidak pernah bisa mengalahkannya, pada akhirnya engkau akan merusak dirimu sendiri. Apakah engkau dapat memperoleh kehidupan di hadapan Tuhan atau tidak dan bagaimana hasil akhirmu, tergantung pada bagaimana engkau melakukan pemberontakan terhadap daging. Tuhan telah menyelamatkanmu, memilihmu dan menentukanmu dari semula, tetapi jika saat ini engkau tidak mau memuaskan-Nya, engkau tidak mau menerapkan kebenaran, engkau tidak mau memberontak terhadap dagingmu sendiri dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, pada akhirnya engkau akan menghancurkan dirimu sendiri, dan akan menanggung penderitaan yang bukan kepalang. Jika engkau selalu menuruti daging, Iblis akan secara perlahan-lahan menelanmu, dan meninggalkanmu tanpa kehidupan, atau tanpa jamahan Roh, sampai tiba harinya engkau menjadi gelap sepenuhnya di dalam dirimu. Ketika engkau hidup dalam kegelapan, engkau akan ditawan oleh Iblis, engkau tidak lagi memiliki Tuhan di dalam hatimu, dan pada saat itu engkau akan menyangkali keberadaan Tuhan dan meninggalkan-Nya" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan bahwa hidup berdasarkan racun Iblis membuat orang menjadi egois, dan apa pun yang mereka lakukan, mereka terlebih dahulu memikirkan kepentingannya sendiri, menyebabkan mereka melalaikan tugas yang akan membuat daging mereka menderita atau menjadi terbeban. Aku hidup berdasarkan racun Iblis "Jika orang tidak memikirkan dirinya sendiri, langit dan bumi akan menghukumnya" dan "Nikmatilah kesenangan sekarang pada hari ini, dan khawatirkan hari esok pada hari selanjutnya". Ketika menghadapi masalah, aku terlebih dahulu berusaha memuaskan kepentingan dagingku, dan aku bahkan berpikir bahwa pandangan ini benar dan jika menerapkannya akan membuatku lebih pintar daripada orang lain. Jadi, setiap kali dihadapkan dengan tugasku, aku terlebih dahulu memikirkan apakah dagingku akan menderita, dan jika dagingku menderita atau terbebani, aku akan mengelak atau bersikap asal-asalan. Ketika para petobat baru berada dalam keadaan tidak normal dan membutuhkan persekutuan firman Tuhan untuk mendukung mereka, aku tidak mau membayar harga untuk memikirkan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut, dan akibatnya, persekutuanku tidak berpengaruh, dan beberapa petobat baru tidak didukung pada waktu yang tepat. Ketika pemimpin mengatur agar aku mengemban tugas sebagai pemberita Injil, aku berpikir tentang betapa besarnya beban kerja sebagai seorang pemberita Injil, dan bagaimana hal itu akan membutuhkan lebih banyak waktu dan usaha, dan karena itu aku tidak bisa menikmati dagingku, jadi sekali lagi, aku berpikir untuk melalaikan tugasku. Aku melihat bahwa aku hidup berdasarkan racun Iblis ini, terlalu mementingkan dagingku, puas dengan keadaaan saat ini, tidak berjuang untuk maju, dan menjadi egoistis dan licik. Orang yang kemanusiaannya normal seharusnya tidak hidup dalam hal ini. Aku menikmati kenyamanan dan tidak melakukan apa yang aku bisa, dan akibatnya, pekerjaan gereja tertunda. Tuhan membenci orang-orang sepertiku. Jadi, aku ingin mengubah sikapku terhadap tugasku dan tidak lagi mendambakan kenyamanan daging. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tidak ingin lagi memuaskan dagingku. Aku bersedia mengubah keadaanku dan melaksanakan tugasku dengan baik."
Kemudian, ada sebuah gereja berbahasa Wa yang membutuhkan seorang pengawas, dan seorang saudari menyarankan agar aku menindaklanjuti pekerjaan di gereja tersebut. Saat pertama kali mendengar saran ini, aku ingin mengelakkannya, karena bertanggung jawab atas gereja berbahasa Wa akan membutuhkan banyak waktu serta penderitaan daging, dan meskipun aku berasal dari suku Wa, aku tidak dapat berbicara dalam bahasa tersebut, aku hanya bisa mengerti ungkapan-ungkapan dasar sehari-hari. Jika aku menjadi pengawas, akan ada banyak kesulitan, dan aku tidak ingin berusaha untuk belajar bahasa, jadi sekali lagi, aku berpikir untuk melalaikan tugasku. Setelah menyadari bahwa keadaanku salah, aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, mohon berikanlah pencerahan dan tuntunlah aku untuk memahami maksud-Mu dan memberontak terhadap dagingku untuk menerima tugas ini." Kemudian, seorang saudari mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Makin engkau memikirkan maksud Tuhan, makin besar beban yang kautanggung, dan makin besar beban yang kautanggung, makin kaya pula pengalamanmu. Saat engkau memikirkan maksud Tuhan, Dia akan memberikan beban kepadamu, kemudian memberi engkau pencerahan tentang perkara yang telah dipercayakan-Nya kepadamu. Saat Tuhan memberimu beban ini, engkau akan memperhatikan seluruh kebenaran yang terkait dengannya saat makan dan minum firman Tuhan. Jika engkau memiliki beban yang berhubungan dengan keadaan kehidupan saudara-saudarimu, inilah beban yang telah dipercayakan Tuhan kepadamu, dan engkau akan senantiasa memikul beban ini dalam doa harianmu. Hal yang Tuhan lakukan telah dipikulkan kepadamu, dan engkau mau menjalankan apa yang ingin Tuhan lakukan; itulah artinya mengambil beban Tuhan sebagai bebanmu sendiri" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pikirkan Maksud Tuhan Agar Dapat Mencapai Kesempurnaan"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa makin kita memikirkan maksud Tuhan dalam tugas kita, makin banyak beban yang Dia berikan pada kita. Kita akan mengembangkan rasa beban atas keadaan saudara-saudari kita, dan dengan demikian, kita akan secara bertahap mencurahkan hati kita pada tugas-tugas kita. Dengan mencari kebenaran dalam berbagai masalah yang kita hadapi, kita akan bertumbuh lebih cepat dalam hidup kita. Dengan memikirkan hal ini, aku menerima usul saudari itu untuk mengawasi gereja berbahasa Wa. Pada awalnya, ketika mulai melakukan pekerjaan tersebut, aku merasa kesulitan, tetapi melalui kerja samaku dengan para pemimpin dan pekerja di gereja, tugasku mulai terasa tidak terlalu sulit. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Jika melaksanakan tugasku dengan cara ini, aku merasa lebih nyaman.
Setelah melalui pengalaman ini, aku menyadari bahwa menikmati kenyamanan daging membuatku kehilangan rasa tanggung jawab terhadap tugasku dan melaikan tugas-tugas sulit yang membutuhkan penderitaan. Jika terus menikmati kenyamanan daging dan tidak memberontak terhadap dagingku, pada akhirnya, aku akan kehilangan tugasku dan menghancurkan diriku sendiri. Ketika melepaskan kepentingan daging dan menerima tugasku, serta menjadi mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, aku merasa lebih nyaman menerapkan dengan cara ini, dan aku mengalami kemajuan dengan lebih cepat.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Oleh Saudari XinChe, Korea Belum lama ini, saudari yang meninjau video menunjukkan bahwa kualitas video yang belakangan kubuat tak bagus,...
Oleh Saudari Sonia, Korea SelatanMenjelang akhir tahun 2019, aku ditugaskan untuk memimpin pekerjaan video di gereja. Aku merasa sangat...
Oleh Saudari Xin Cheng, ItaliaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-ansur akan...
Oleh Saudari Chang Jing, KoreaAku bekerja di bidang desain grafis, dan pemimpin kelompok memberiku tugas membuat jenis gambar baru. Aku tak...