27. Cara mengatasi masalah watak yang muak akan kebenaran

Firman Tuhan Yang Mahakuasa pada Akhir Zaman

Muak akan kebenaran terutama mengacu pada kurangnya minat dan sikap yang antipati terhadap kebenaran dan hal-hal positif. Muak akan kebenaran berarti ketika orang mampu memahami kebenaran dan tahu apa yang dimaksud dengan hal-hal positif, tetapi mereka tetap memperlakukan kebenaran dan hal-hal positif itu dengan sikap dan keadaan yang menentang, asal-asalan, antipati, menipu, dan acuh tak acuh. Inilah watak yang muak akan kebenaran. Apakah watak semacam ini ada dalam diri setiap orang? Ada orang yang berkata, "Meskipun aku tahu bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, aku tetap tidak menyukainya ataupun menerimanya, atau paling tidak, aku tak dapat menerimanya saat ini." Apa masalahnya di sini? Ini berarti orang ini muak akan kebenaran. Watak di dalam dirinya tidak memungkinkannya untuk menerima kebenaran. Perwujudan spesifik apa yang diperlihatkan oleh orang yang tidak menerima kebenaran? Ada orang yang berkata, "Aku memahami semua kebenaran, aku hanya tidak mampu menerapkannya." Ini memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang muak akan kebenaran, dan dia tidak mencintai kebenaran, sehingga dia tidak mampu menerapkan kebenaran apa pun. Ada orang yang berkata, "Bahwa selama ini aku mampu menghasilkan begitu banyak uang adalah karena kedaulatan Tuhan. Tuhan telah sangat memberkatiku, Tuhan selama ini sangat baik terhadapku, Tuhan telah memberiku kekayaan yang melimpah. Seluruh keluargaku mengenakan pakaian yang bagus dan menikmati makanan yang enak, dan mereka tidak kekurangan pakaian ataupun makanan." Menyadari bahwa dia telah diberkati oleh Tuhan, orang ini bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatinya, dia tahu bahwa semua ini diatur oleh Tuhan, dan bahwa jika dia tidak diberkati oleh Tuhan—jika dia hanya mengandalkan bakatnya sendiri—dia pasti tidak akan menghasilkan semua uang ini. Itulah yang sebenarnya dia pikirkan dalam hatinya, yang benar-benar diketahuinya, dan dia pun sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Namun, suatu hari bisnisnya gagal, dia mengalami masa-masa sulit, dan jatuh miskin. Mengapa ini terjadi? Karena dia rakus akan kenyamanan, dan tidak memikirkan tentang bagaimana melaksanakan tugasnya dengan baik, dan dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengejar kekayaan, menjadi hamba uang, yang berdampak pada pelaksanaan tugasnya, sehingga Tuhan mengambil semua ini darinya. Di hatinya, dia tahu bahwa selama ini Tuhan telah sangat memberkatinya, dan memberinya begitu banyak, tetapi dia tidak berhasrat untuk membalas kasih Tuhan, dia tak mau pergi ke luar dan melaksanakan tugasnya, dan dia penakut, selalu takut dirinya akan ditangkap, dan dia takut kehilangan semua kekayaan dan kesenangan ini, dan akibatnya, Tuhan mengambil hal-hal ini darinya. Hatinya sejelas cermin dalam memahami hal ini, dia tahu Tuhan telah mengambil hal-hal ini darinya, dan bahwa dirinya sedang didisiplinkan oleh Tuhan, sehingga dalam doanya, dia berkata kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Engkau pernah memberkatiku, jadi Engkau mampu memberkatiku untuk kedua kalinya. Keberadaan-Mu bersifat kekal, demikian juga berkat-berkat-Mu bagi manusia. Aku bersyukur kepada-Mu! Apa pun yang terjadi, berkat dan janji-Mu tak akan berubah. Jika Engkau mengambil dariku, aku akan tetap tunduk." Namun, kata "tunduk" dari mulutnya itu hanya omong kosong. Mulutnya berkata dia mau tunduk, tetapi setelah itu, dia memikirkannya, dan merasa tidak terima: "Tadinya, segala sesuatu berjalan begitu baik. Mengapa Tuhan mengambil semua itu? Bukankah tinggal di rumah dan melaksanakan tugasku sama saja dengan pergi keluar untuk melaksanakan tugasku? Apa yang kutunda?" Dia selalu mengenang masa lalunya. Ada semacam keluhan dan ketidakpuasan terhadap Tuhan di dalam hatinya, dan dia terus-menerus merasa tertekan. Apakah Tuhan masih ada di dalam hatinya? Yang ada di dalam hatinya adalah uang, kenyamanan materi, dan masa-masa indah tersebut. Tuhan sama sekali tidak memiliki tempat di hatinya, Dia bukan lagi Tuhannya. Sekalipun dia tahu bahwa "Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil" adalah kebenaran, dia menyukai perkataan "Tuhan yang memberi", dan muak akan perkataan "Tuhan yang mengambil". Jelaslah, penerimaan orang ini terhadap kebenaran bersifat selektif. Ketika Tuhan memberkatinya, dia menerimanya sebagai kebenaran—tetapi begitu Tuhan mengambil darinya, dia tak bisa menerimanya. Dia tidak mampu menerima kedaulatan Tuhan yang seperti itu, dan sebaliknya dia menentang, dan menjadi tidak puas. Ketika diminta untuk melaksanakan tugasnya, dia berkata, "Aku mau jika Tuhan memberiku berkat dan anugerah-Nya. Tanpa berkat Tuhan dan jika keadaan keluargaku semiskin ini, bagaimana aku bisa melaksanakan tugasku? Aku tidak mau!" Watak apakah ini? Meskipun di hatinya, dia sendiri telah mengalami berkat Tuhan, dan betapa Dia telah memberinya begitu banyak, dia tidak mau menerima ketika Tuhan mengambil hal-hal itu dari dirinya. Mengapa demikian? Karena dia tak mampu melepaskan uang dan kehidupannya yang nyaman. Meskipun dia mungkin tidak membuat keributan mengenainya, dia mungkin tidak berusaha berdebat dengan Tuhan, dan dia mungkin tidak berusaha merebut kembali harta yang sebelumnya dia miliki dengan mengandalkan usahanya sendiri, dia telah menjadi berkecil hati terhadap tindakan Tuhan, dia sama sekali tak mampu menerimanya, dan berkata, "Sungguh tak masuk akal mengapa Tuhan bertindak seperti ini. Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana aku bisa terus percaya kepada Tuhan? Aku tak mau lagi mengakui bahwa Dia adalah Tuhan. Jika aku tidak mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, berarti Dia bukan Tuhan." Apakah ini adalah sejenis watak? (Ya.) Iblis memiliki watak semacam ini, Iblis menyangkal Tuhan dengan cara seperti ini. Watak semacam ini adalah watak yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Jika orang muak akan kebenaran hingga mencapai taraf seperti ini, apa yang kemudian akan mereka lakukan? Itu akan membuat mereka menentang Tuhan hingga akhir—yang berarti hidup mereka sudah sepenuhnya berakhir.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Enam Jenis Watak Rusak Ini, Barulah Orang Dapat Mengenal Dirinya dengan Benar"

Keadaan yang paling terlihat dari orang yang muak akan kebenaran adalah mereka tidak tertarik akan kebenaran dan hal-hal positif, mereka bahkan merasa menolak dan membencinya, dan mereka terutama senang mengikuti tren. Di dalam hatinya, mereka tidak menerima hal-hal yang Tuhan kasihi dan apa yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan. Sebaliknya, mereka meremehkan dan bersikap acuh tak acuh terhadap hal-hal itu, dan bahkan ada orang-orang yang sering memandang rendah standar dan prinsip yang Tuhan tuntut dari manusia. Di dalam hatinya, mereka menolak hal-hal positif, dan selalu merasa menentang, melawan, dan sangat jijik terhadapnya. Inilah perwujudan utama yang diperlihatkan orang yang muak akan kebenaran. Dalam kehidupan bergereja, membaca firman Tuhan, berdoa, mempersekutukan kebenaran, melaksanakan tugas, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, semuanya adalah hal-hal yang positif. Semua itu menyenangkan bagi Tuhan, tetapi ada orang-orang yang menolak hal-hal yang positif ini, tidak memedulikannya, dan acuh tak acuh mengenainya. Hal yang paling patut dibenci adalah mereka bersikap menghina terhadap orang-orang yang positif, seperti terhadap orang yang jujur, terhadap mereka yang mengejar kebenaran, mereka yang melaksanakan tugas dengan setia, dan mereka yang melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Mereka selalu berusaha menyerang dan mengucilkan orang-orang ini. Jika mereka mendapati kekurangan atau kerusakan yang diperlihatkan orang-orang ini, mereka akan memanfaatkannya, membuat keributan besar mengenainya, dan terus-menerus meremehkan orang-orang itu karena hal ini. Watak macam apa ini? Mengapa mereka begitu penuh kebencian terhadap orang-orang yang positif? Mengapa mereka begitu menyukai dan senang melayani orang-orang jahat, pengikut yang bukan orang percaya, dan antikristus, dan mengapa mereka sering bergaul dengan orang-orang semacam itu? Ketika membicarakan hal-hal yang negatif dan jahat, mereka merasa senang dan bersemangat, tetapi ketika membicarakan hal-hal yang posisif, penentangan mulai muncul dalam sikap mereka; khususnya ketika mereka mendengar orang-orang mempersekutukan kebenaran atau menyelesaikan masalah dengan menggunakan kebenaran, di dalam hatinya, mereka merasa muak dan tidak puas, dan mereka melampiaskannya dengan berkeluh kesah. Bukankah ini adalah watak yang muak akan kebenaran? Bukankah ini adalah perwujudan watak yang rusak? Ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan yang senang bekerja bagi-Nya dan menyibukkan diri dengan penuh semangat bagi-Nya, dan ketika diminta untuk menggunakan bakat dan kelebihan mereka, sehingga mereka dapat menuruti preferensi mereka dan pamer, mereka memiliki tenaga yang tidak terbatas. Namun, jika engkau menyuruh mereka untuk menerapkan kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, mereka langsung tidak bertenaga, dan tidak lagi bersemangat. Jika mereka tidak diperbolehkan untuk pamer, mereka menjadi lesu dan tidak bersemangat. Mengapa mereka bertenaga untuk pamer? Dan mengapa mereka tidak bertenaga untuk menerapkan kebenaran? Apa masalahnya di sini? Semua orang senang menonjolkan diri; mereka semua mendambakan kemuliaan yang kosong. Semua orang memiliki tenaga yang tiada habisnya untuk percaya kepada Tuhan demi memperoleh berkat dan upah. Lalu, mengapa mereka menjadi lesu, mengapa mereka tidak bersemangat ketika diminta untuk menerapkan kebenaran dan memberontak terhadap daging? Mengapa hal seperti ini terjadi? Ini membuktikan bahwa hati manusia telah tercemar. Kepercayaan mereka kepada Tuhan sepenuhnya untuk mendapatkan berkat. Sederhananya, mereka percaya kepada Tuhan agar dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Tanpa berkat atau manfaat untuk dikejar, manusia menjadi lesu, tidak bersemangat, dan tidak antusias. Semua ini disebabkan oleh watak yang rusak, yaitu watak muak akan kebenaran. Jika orang dikendalikan oleh watak ini, mereka tidak mau memilih jalan yang mengejar kebenaran, mereka akan mengambil jalan mereka sendiri, dan memilih jalan yang salah. Mereka tahu betul bahwa mengejar ketenaran, keuntungan dan status adalah hal adalah salah, tetapi mereka tidak mampu hidup tanpa melakukan hal-hal ini, atau tidak mampu mengesampingkannya, dan mereka tetap mengejarnya, menempuh jalan Iblis. Dalam hal ini, mereka tidak sedang mengikuti Tuhan, melainkan mengikuti Iblis. Semua yang mereka lakukan adalah untuk melayani Iblis, dan mereka adalah hamba-hamba Iblis.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"

Bagaimanakah watak yang muak akan kebenaran semacam ini terutama diwujudkan? Dengan menolak dirinya dipangkas. Tidak menerima dirinya dipangkas adalah salah satu jenis keadaan yang diwujudkan oleh watak semacam ini. Di hatinya, orang-orang semacam ini sangat menentang ketika mereka dipangkas. Mereka berpikir, "Aku tidak mau mendengarnya! Aku tidak mau mendengarnya!" atau, "Mengapa tidak memangkas orang lain saja? Mengapa malah memangkasku?" Apa yang dimaksud dengan muak akan kebenaran? Muak akan kebenaran berarti orang sama sekali tidak tertarik akan apa pun yang ada kaitannya dengan hal-hal positif, dengan kebenaran, dengan tuntutan Tuhan, atau dengan maksud Tuhan. Terkadang mereka merasa jijik tentang hal-hal ini, terkadang mereka menjauhkan diri darinya, terkadang mereka bersikap tidak hormat atau acuh tak acuh, dan memperlakukan hal-hal ini sebagai hal yang tidak penting, dan mereka bersikap tidak sungguh-sungguh dan sepintas lalu atau merasa tak perlu bertanggung jawab akan hal-hal itu. Perwujudan utama watak yang muak akan kebenaran bukan hanya orang merasa jijik ketika mendengarkan kebenaran. Itu juga mencakup keengganan untuk menerapkan kebenaran, mundur begitu tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, seolah-olah kebenaran itu tidak ada kaitannya dengan mereka. Ketika orang menyampaikan persekutuan selama pertemuan, mereka terlihat sangat bersemangat, mereka senang mengulang-ulang kata-kata dan doktrin, dan membuat pernyataan yang muluk-muluk untuk menyesatkan dan memenangkan hati orang lain. Mereka tampak penuh energi dan sangat bersemangat saat melakukannya, dan mereka terus berbicara tanpa henti. Sementara yang lainnya, menghabiskan sepanjang hari dari pagi hingga malam sibuk dengan masalah iman, membaca firman Tuhan, berdoa, mendengarkan lagu pujian, mencatat, seolah-olah mereka tak dapat berpisah dari Tuhan sesaat pun. Dari fajar hingga senja hari, mereka sibuk melaksanakan tugas mereka. Apakah orang-orang ini benar-benar mencintai kebenaran? Bukankah mereka memiliki watak yang muak akan kebenaran? Kapan keadaan mereka yang sebenarnya dapat terlihat? (Begitu tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, mereka pun melarikan diri, dan tidak mau menerima diri mereka dipangkas.) Mungkinkah ini karena mereka tidak memahami apa yang mereka dengar atau karena mereka tidak mengerti kebenaran sehingga mereka tak mau menerimanya? Jawabannya bukan keduanya. Ini ditentukan oleh natur mereka. Ini adalah masalah watak. Di dalam hatinya, orang-orang ini tahu betul bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, bahwa semua itu positif, dan bahwa menerapkan kebenaran akan memampukan orang untuk mengubah wataknya dan membuat mereka mampu memenuhi maksud Tuhan—tetapi mereka tidak mau menerimanya ataupun menerapkannya. Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Dalam diri siapakah engkau melihat watak yang muak akan kebenaran? (Dalam diri pengikut yang bukan orang percaya.) Pengikut yang bukan orang percaya muak akan kebenaran, itu sangat jelas. Tuhan sama sekali tidak akan menyelamatkan orang-orang semacam itu. Lalu, di antara orang-orang yang percaya kepada Tuhan, dalam hal apa engkau melihat orang yang muak akan kebenaran? Mungkin ketika engkau mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak berdiri dan pergi, dan ketika persekutuanmu menyinggung kesulitan dan masalah mereka sendiri, mereka menghadapinya dengan benar—tetapi mereka masih memiliki watak yang muak akan kebenaran. Di manakah terlihatnya watak tersebut? (Mereka sering mendengar khotbah, tetapi mereka tidak menerapkan kebenaran.) Orang yang tidak menerapkan kebenaran pasti memiliki watak yang muak akan kebenaran. Ada orang-orang yang terkadang mampu menerapkan sedikit kebenaran, lalu apakah mereka memiliki watak yang muak akan kebenaran? Watak semacam ini dapat dijumpai dalam diri mereka yang menerapkan kebenaran, tetapi pada taraf yang berbeda. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, itu bukan berarti engkau tidak memiliki watak yang muak akan kebenaran. Menerapkan kebenaran bukan berarti watak hidupmu langsung berubah—tidak seperti itu. Engkau harus membereskan masalah watak rusak dalam dirimu, ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai perubahan dalam watak hidupmu. Mampu menerapkan kebenaran pada satu peristiwa bukan berarti engkau tidak lagi memiliki watak yang rusak. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dalam area tertentu, belum tentu engkau mampu menerapkan kebenaran dalam area lainnya. Latar belakang dan alasan yang terlibat berbeda, tetapi yang terpenting adalah bahwa watak yang rusak itu memang ada, dan ini adalah sumber masalahnya. Jadi, begitu watak seseorang telah berubah, semua kesulitan, dalih dan alasan dalam hal menerapkan kebenaran—semua masalah ini dapat diatasi, dan semua masalah pemberontakan, kekurangan, dan kesalahan mereka dapat diselesaikan. Jika watak orang tidak berubah, mereka akan selalu mengalami kesulitan untuk menerapkan kebenaran, dan akan selalu ada dalih dan alasan. Jika engkau ingin mampu menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan dalam segala hal, harus terlebih dahulu ada perubahan dalam watakmu. Baru setelah itulah, engkau akan mampu menyelesaikan masalahmu sampai ke sumbernya.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Enam Jenis Watak Rusak Ini, Barulah Orang Dapat Mengenal Dirinya dengan Benar"

Selama pertemuan, ada orang-orang yang mampu mempersekutukan sedikit tentang keadaan mereka sendiri, tetapi ketika sampai pada esensi masalahnya, pada motif dan gagasan pribadi mereka, mereka pun mengelak. Ketika orang-orang menyingkapkan bahwa mereka memiliki motif dan tujuan tertentu, mereka tampak mengangguk dan mengakuinya. Namun, begitu orang berusaha menyingkapkan atau menelaah sesuatu secara lebih mendalam, mereka tak tahan lagi, mereka langsung berdiri lalu pergi. Mengapa, pada saat yang penting, mereka malah menyelinap pergi? (Karena mereka tidak menerima kebenaran dan tidak mau menghadapi masalah mereka sendiri.) Ini adalah masalah watak. Jika mereka tidak mau menerima kebenaran untuk menyelesaikan masalah dalam diri mereka, bukankah ini berarti mereka muak akan kebenaran? Khotbah macam apa yang paling tidak ingin didengar oleh pemimpin dan pekerja tertentu? (Khotbah tentang bagaimana mengenali antikristus dan pemimpin palsu.) Benar. Mereka berpikir, "Semua pembahasan tentang mengenali antikristus dan pemimpin palsu dan tentang orang Farisi ini—mengapa kalian begitu banyak membahas tentang hal ini? Kalian membuatku stres." Mendengar bahwa akan ada pembahasan tentang mengenali pemimpin dan pekerja palsu, mereka mencari alasan untuk pergi. Apa yang dimaksud dengan "pergi" di sini? Maksudnya mereka pergi menyelinap, untuk bersembunyi. Mengapa mereka berusaha bersembunyi? Ketika orang lain membahas fakta, engkau harus mendengarkannya: mendengarkan itu baik untukmu. Catatlah hal-hal yang keras atau yang sulit bagimu untuk menerimanya; kemudian, engkau harus sering merenungkan hal-hal ini, secara perlahan memahaminya, dan secara perlahan berubah. Jadi, mengapa bersembunyi? Orang-orang semacam itu merasa firman penghakiman ini terlalu keras dan tidak mudah untuk didengar, sehingga penentangan dan antipati pun muncul dalam diri mereka. Mereka berpikir, "Aku ini bukan antikristus ataupun pemimpin palsu—mengapa terus membahas tentangku? Mengapa tidak membahas tentang orang lain? Katakan sesuatu tentang mengenali orang jahat, jangan membahas tentang aku!" Sikap mereka menjadi sikap yang mengelak dan menentang. Watak apakah ini? Jika mereka tak mau menerima kebenaran, dan selalu bernalar dan berdebat untuk membela diri, bukankah ada masalah watak rusak di sini? Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Di dalam diri pemimpin dan pekerja terdapat keadaan semacam ini, lalu bagaimana dengan saudara-saudari biasa? (Mereka juga.) Ketika semua orang pertama kali bertemu, mereka semua penuh kasih dan sangat senang mengulang-ulang perkataan doktrin. Mereka semua tampak mencintai kebenaran. Namun, ketika membahas tentang masalah pribadi dan kesulitan nyata, banyak orang langsung bungkam. Sebagai contoh, ada seseorang yang selalu terkekang oleh pernikahannya. Karena hal ini, dia menjadi tak ingin melaksanakan tugasnya ataupun mengejar kebenaran, dan pernikahan menjadi rintangan dan kendala terbesarnya. Selama pertemuan, ketika semua orang bersekutu tentang keadaan ini, dia membandingkan perkataan yang orang lain sampaikan dengan dirinya sendiri dan merasa mereka sedang membicarakan dirinya. Dia berkata, "Tidak masalah bagiku jika kalian mempersekutukan kebenaran, tetapi mengapa malah membahas tentang aku? Bukankah ada masalah juga dalam diri kalian? Mengapa hanya membahas tentang aku?" Watak apakah ini? Saat engkau berkumpul untuk mempersekutukan kebenaran, engkau harus menganalisis masalah-masalah nyata, dan mengizinkan semua orang untuk menyampaikan pemahaman mereka tentang masalah-masalah ini; hanya dengan cara itulah, engkau akan mampu mengenal dirimu sendiri dan menyelesaikan masalahmu. Mengapa orang tidak mampu menerima hal ini? Watak apakah yang dimiliki orang yang tidak mampu menerima dirinya dipangkas, dan yang tidak mampu menerima kebenaran? Bukankah engkau harus memahami hal ini dengan jelas? Semua ini adalah perwujudan dari watak yang muak akan kebenaran—inilah esensi masalahnya. Jika orang muak akan kebenaran, akan sangat sulit bagi mereka untuk menerima kebenaran—dan jika mereka tak mampu menerima kebenaran, dapatkah masalah watak rusak mereka diselesaikan? (Tidak.) Jadi, orang yang seperti ini, orang yang tak mampu menerima kebenaran—dapatkah mereka memperoleh kebenaran? Dapatkah mereka diselamatkan oleh Tuhan? Sama sekali tidak.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Memahami Enam Jenis Watak Rusak Ini, Barulah Orang Dapat Mengenal Dirinya dengan Benar"

Untuk melindungi kesombongan dan gengsi mereka sendiri, dan untuk mempertahankan reputasi dan status mereka, ada orang-orang yang dengan senang hati membantu orang lain, dan berkorban untuk teman-temannya, apa pun risikonya. Namun, ketika mereka perlu melindungi kepentingan rumah Tuhan, kebenaran, dan keadilan, niat baik mereka hilang, hal itu telah sepenuhnya lenyap. Ketika mereka seharusnya menerapkan kebenaran, mereka tidak menerapkannya sama sekali. Apa masalahnya? Demi melindungi martabat dan harga diri mereka, mereka rela membayar berapa pun dan menanggung penderitaan apa pun. Namun, ketika mereka harus melakukan kerja nyata dan menangani urusan nyata, untuk melindungi pekerjaan gereja dan hal-hal positif, dan untuk melindungi serta membekali umat pilihan Tuhan, mengapa mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk membayar harga dan menanggung penderitaan? Ini tidak masuk akal. Sebenarnya, mereka memiliki sejenis watak yang muak akan kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa watak mereka adalah watak yang muak akan kebenaran? Karena setiap kali ada sesuatu yang ada kaitannya dengan bersaksi bagi Tuhan, menerapkan kebenaran, melindungi umat pilihan Tuhan, memerangi rencana jahat Iblis, atau melindungi pekerjaan gereja, mereka lari dan bersembunyi, dan tidak menangani masalah dengan baik dan benar. Di manakah heroisme dan semangat mereka untuk menanggung penderitaan? Di manakah mereka menerapkan hal-hal ini? Mudah untuk dilihat. Meskipun seseorang menegur mereka, berkata bahwa mereka tidak boleh bertindak begitu egois dan hina, dan hanya melindungi diri mereka sendiri, dan bahwa mereka seharusnya melindungi pekerjaan gereja, mereka benar-benar tidak peduli. Mereka berkata pada diri mereka sendiri, "Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu, dan semua itu tak ada kaitannya denganku. Apa gunanya bertindak seperti itu bagi pengejaranku akan ketenaran, keuntungan, dan status?" Mereka bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Mereka hanya suka mencari ketenaran, keuntungan, dan status, dan mereka sama sekali tidak melakukan pekerjaan yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Jadi, ketika mereka diperlukan untuk melakukan pekerjaan gereja, mereka malah memilih untuk menghindar. Ini berarti di dalam hatinya, mereka tidak menyukai hal-hal positif, dan tidak tertarik akan kebenaran. Ini merupakan perwujudan nyata watak yang muak akan kebenaran. Hanya mereka yang mencintai kebenaran dan memiliki kenyataan kebenaran, yang mampu menawarkan bantuan ketika dibutuhkan oleh pekerjaan rumah Tuhan dan oleh umat pilihan Tuhan, hanya merekalah yang mampu mengambil sikap, yang berani dan merasa wajib untuk bersaksi bagi Tuhan dan mempersekutukan kebenaran, memimpin umat pilihan Tuhan ke jalan yang benar, memungkinkan mereka untuk mencapai ketundukan pada pekerjaan Tuhan. Hanya inilah sikap yang bertanggung jawab dan perwujudan yang memperlihatkan kepedulian terhadap maksud-maksud Tuhan. Jika engkau semua tidak bersikap seperti ini, dan engkau tidak melakukan apa pun, kecuali bersikap ceroboh dalam menangani sesuatu dan engkau berpikir, "Aku akan melakukan hal-hal dalam lingkup tugasku, tetapi aku tidak peduli akan hal lainnya. Jika kau menanyakan sesuatu, aku akan menjawabmu—jika suasana hatiku sedang baik. Jika tidak, aku tidak akan menjawabmu. Seperti inilah sikapku," maka ini adalah sejenis watak yang rusak, bukan? Hanya melindungi status, reputasi, dan gengsinya sendiri, dan hanya melindungi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya sendiri—inikah sikap yang melindungi tujuan yang benar? Inikah sikap yang melindungi kepentingan rumah Tuhan? Di balik motif yang picik dan egois ini terdapat watak rusak yang muak akan kebenaran. Sebagian besar dari engkau semua sering memperlihatkan berbagai macam perwujudan seperti ini, dan ketika engkau menghadapi sesuatu yang ada kaitannya dengan kepentingan rumah Tuhan, engkau berdusta dengan berkata, "Aku tidak mengerti" atau "Aku tidak tahu," atau "Aku belum mendengarnya." Entah engkau benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura tidak tahu, jika engkau memperlihatkan watak rusak seperti ini pada saat-saat penting, maka sulit dikatakan apakah engkau orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan atau tidak; menurut-Ku, engkau adalah orang yang bingung dalam kepercayaanmu atau pengikut yang bukan orang percaya. Engkau benar-benar bukan orang yang mencintai kebenaran.

Engkau semua mungkin memahami apa artinya muak akan kebenaran, tetapi mengapa Kukatakan bahwa muak akan kebenaran adalah sebuah watak? Watak tidak ada kaitannya dengan perwujudan sementara yang sesekali orang perlihatkan, dan perwujudan sementara yang hanya sesekali ini tidak setara dengan masalah watak. Watak rusak macam apa pun yang orang miliki, watak rusak tersebut akan sering atau bahkan akan terus-menerus terlihat dalam diri mereka; watak itu akan terlihat setiap kali orang tersebut berada dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, engkau tidak bisa sembarangan mencirikan masalah watak ini berdasarkan perwujudan yang sesekali dan bersifat sementara. Jadi, apa yang dimaksud dengan watak? Watak berkaitan dengan niat dan motivasi, watak berkaitan dengan cara berpikir dan sudut pandang seseorang. Engkau sepertinya mampu merasakan bahwa watak ini mendominasi dan mempengaruhimu, tetapi watak juga bisa saja tersembunyi dan disembunyikan, serta dikaburkan oleh fenomena yang terlihat di luarnya. Singkatnya, selama masih ada watak dalam dirimu, watak itu akan mengganggu, mengekang dan mengendalikanmu, serta memunculkan banyak perilaku dan perwujudan dalam dirimu—itulah yang dimaksud dengan watak. Perilaku, pemikiran, sudut pandang dan sikap apa sajakah yang sering ditimbulkan oleh watak yang muak akan kebenaran? Salah satu ciri utama yang diperlihatkan oleh orang yang muak akan kebenaran adalah mereka kurang berminat akan hal-hal positif dan kebenaran, mereka tidak tertarik, hati mereka lemah lesu, dan tidak ada keinginan untuk memperoleh kebenaran, dan mereka menganggap mereka sudah cukup baik dalam hal apa pun yang berkaitan dengan menerapkan kebenaran. Aku akan memberimu contoh sederhana. Sebuah nasihat umum yang sering orang bicarakan tentang kesehatan yang baik adalah mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran, makan lebih banyak makanan yang mudah dicerna dan mengurangi daging, dan terutama mengurangi konsumsi makanan yang digoreng; ini merupakan panduan positif untuk kesehatan dan kebugaran. Semua orang mampu memahami dan menerima tentang apa yang harus dimakan lebih banyak dan apa yang harus dikurangi, jadi apakah penerimaan ini berdasarkan teori atau praktik? (Teori.) Bagaimana penerimaan teoretis ini diwujudkan? Dalam bentuk pengakuan dasar. Ini adalah pemikiran bahwa pernyataan ini benar, dan bahwa pernyataan ini sangat baik melalui pemahaman yang didasarkan pada penilaianmu. Namun, apakah engkau mempunyai bukti untuk mendukung pernyataan ini? Apakah engkau punya landasan untuk memercayainya? Tanpa mengalaminya sendiri, tanpa ada alasan atau dasar untuk menguatkan apakah pernyataan ini benar atau salah, dan tentunya tanpa memetik pelajaran dari kesalahan sebelumnya, dan tanpa adanya contoh dari kehidupan nyata, engkau menerima pandangan ini begitu saja—inilah yang disebut sebagai penerimaan secara teoretis. Entah engkau menerimanya secara teoretis atau praktis, engkau harus memastikan terlebih dahulu bahwa pernyataan "makan lebih banyak sayur dan kurangi daging" adalah hal yang benar dan positif. Jadi, bagaimana watakmu yang muak akan kebenaran bisa terlihat? Berdasarkan caramu memperlakukan dan menerapkan pernyataan ini dalam hidupmu; ini menunjukkan sikapmu terhadap pernyataan tersebut, apakah engkau menerimanya secara teoretis dan sebagai doktrin, atau apakah engkau telah menerapkannya dalam kehidupan nyata dan mewujudkannya. Jika engkau hanya menerima pernyataan tersebut sebagai doktrin, tetapi apa yang kaulakukan dalam kehidupan nyata sepenuhnya bertentangan dengan pernyataan ini, atau engkau sama sekali tidak memperlihatkan bahwa engkau menerapkan pernyataan ini secara nyata, apakah engkau menyukai pernyataan ini ataukah engkau muak? Sebagai contoh, saat engkau makan dan melihat sayuran hijau, engkau berpikir, "Sayuran hijau baik untuk kesehatan, tetapi rasanya kurang enak dan rasa daging lebih enak, jadi aku akan makan daging terlebih dahulu," lalu engkau hanya makan daging dan tidak makan sayuran hijau—watak seperti apakah yang kauperlihatkan? Engkau memperlihatkan watak yang tidak menerima pernyataan yang benar, watak yang muak akan hal-hal positif, dan hanya mau makan sesuai preferensi daging. Orang yang rakus dan tamak akan kenikmatan seperti ini, sudah menjadi sangat muak, menentang, dan menolak hal-hal yang positif, dan ini adalah semacam watak. Ada orang yang mungkin mengakui bahwa pernyataan ini cukup benar, tetapi mereka sendiri tidak mampu melakukannya, dan meskipun mereka tidak mampu, mereka tetap menyuruh orang lain untuk melakukannya; setelah sering kali mengatakannya, pernyataan itu menjadi sebuah teori bagi mereka, dan pernyataan itu tidak ada pengaruhnya dalam diri mereka. Di dalam hatinya, orang tersebut tahu betul bahwa mengonsumsi lebih banyak sayuran adalah hal yang baik dan terlalu banyak makan daging itu tidak baik, tetapi mereka berpikir, "Bagaimanapun juga, aku tidak rugi, makan daging bermanfaat, dan aku tidak merasa bahwa itu tidak sehat." Kerakusan dan keinginan telah membuat mereka memilih gaya hidup yang keliru, dan membuat mereka terus-menerus bertentangan dengan akal sehat dan gaya hidup yang benar. Mereka memiliki semacam watak rusak yang menginginkan keuntungan dan kenikmatan daging, jadi, apakah akan mudah bagi mereka untuk menerima pernyataan yang benar dan hal-hal positif? Sama sekali tidak akan mudah. Bukankah gaya hidup mereka dikendalikan oleh watak rusak mereka? Gaya hidup mereka adalah ungkapan dan perwujudan dari watak rusak mereka. Perwujudan yang terlihat di luarnya adalah perilaku dan sikap tersebut, tetapi, sebenarnya, wataklah yang mengendalikan mereka. Watak apa yang mengendalikan mereka? Watak yang muak akan kebenaran. Watak yang muak akan kebenaran ini sulit untuk diketahui; tak seorang pun merasa bahwa mereka muak akan kebenaran, tetapi fakta bahwa mereka telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan masih tidak tahu bagaimana cara menerapkan kebenaran, sudah cukup untuk membuktikan bahwa mereka muak akan kebenaran. Orang mendengarkan begitu banyak khotbah dan membaca begitu banyak firman dan maksud-maksud Tuhan adalah agar mereka menerima firman-Nya di dalam hati mereka dan membawa firman Tuhan ini ke dalam kehidupan nyata untuk diterapkan dan digunakan agar mereka memahami kebenaran dan menjadikan kebenaran sebagai hidup mereka. Tuntutan ini sulit dicapai oleh sebagian besar orang, dan itulah sebabnya dikatakan bahwa kebanyakan orang memiliki watak yang muak akan kebenaran.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"

Apa pun yang mereka pikirkan, apa pun yang mereka katakan, atau bagaimana cara mereka memandang sesuatu, mereka selalu menganggap sudut pandang mereka sendiri dan sikap mereka sendirilah yang benar, dan menganggap apa yang orang lain katakan tidak sebaik atau sebenar apa yang mereka katakan. Mereka selalu berpaut pada pendapat mereka sendiri, siapa pun yang berbicara, mereka tidak mau mendengarkannya. Sekalipun apa yang orang lain katakan itu benar, atau sesuai dengan kebenaran, mereka tidak akan menerimanya; mereka hanya kelihatannya saja mendengarkan tetapi mereka tidak akan benar-benar menerima ide tersebut, dan ketika tiba saatnya untuk bertindak, mereka akan tetap melakukan hal-hal menurut cara mereka sendiri, selalu menganggap perkataan merekalah yang benar dan masuk akal. ... Apa yang akan Tuhan katakan ketika Dia melihat tingkah lakumu ini? Tuhan akan berkata: "Engkau keras kepala! Dapat dimengerti jika engkau mungkin berpaut pada gagasanmu sendiri saat engkau tidak tahu bahwa engkau salah, tetapi saat engkau tahu dengan jelas bahwa engkau salah dan engkau tetap berpaut pada gagasanmu, dan lebih memiliki mati daripada bertobat, engkau benar-benar orang bodoh yang keras kepala, dan engkau berada dalam masalah. Jika, terhadap siapa pun yang memberimu saran, engkau selalu bersikap negatif, menentang, dan tidak menerima bahkan sedikit pun kebenaran, dan jika hatimu sama sekali menolak, tertutup, dan meremehkan, maka engkau sangat konyol, engkau adalah orang yang tidak masuk akal! Engkau terlalu sulit untuk ditangani!" Dalam hal apa engkau sulit ditangani? Engkau sulit ditangani karena apa yang kauperlihatkan bukanlah pendekatan yang salah, ataupun tingkah laku yang salah, melainkan penyingkapan dari watakmu. Watak apa yang kausingkapkan? Watak yang muak akan kebenaran, dan membenci kebenaran. Begitu engkau dinyatakan sebagai orang yang membenci kebenaran, di mata Tuhan engkau berada dalam masalah, dan Dia akan membenci, menolak, dan mengabaikanmu. Dari sudut pandang orang, kebanyakan mereka akan mengatakan: "Watak orang ini buruk, sangat berkepala batu, keras kepala, dan congkak! Orang ini sulit bergaul dan tidak mencintai kebenaran. Dia tak pernah menerima kebenaran dan dia tidak menerapkan kebenaran." Paling-paling, semua orang akan memberimu penilaian ini, tetapi dapatkah penilaian ini menentukan nasibmu? Penilaian yang diberikan orang kepadamu tidak dapat menentukan nasibmu, tetapi ada satu hal yang tidak boleh engkau lupakan: Tuhan memeriksa hati manusia, dan pada saat yang sama Tuhan mengamati setiap perkataan dan perbuatan mereka. Jika Tuhan mendefinisikanmu seperti ini, dan menganggapmu orang yang membenci kebenaran, jika Dia tidak hanya menganggapmu memiliki watak yang sedikit rusak, atau menganggapmu sedikit tidak taat, bukankah ini adalah masalah yang sangat serius? (Ini serius.) Ini berarti masalah, dan masalah ini tidak terletak pada bagaimana orang memandangmu, atau bagaimana mereka menilaimu, itu terletak pada bagaimana Tuhan memandang watak rusakmu yang membenci kebenaran. Jadi, bagaimana Tuhan memandangnya? Apakah Tuhan hanya menetapkan bahwa engkau membenci kebenaran dan tidak mencintainya, dan itu saja? Apakah sesederhana itu? Berasal dari manakah kebenaran itu? Siapa yang kebenaran representasikan? (Kebenaran merepresentasikan Tuhan.) Renungkan hal ini: jika seseorang membenci kebenaran, lalu dari sudut pandang Tuhan, bagaimana Dia akan memandang orang tersebut? (Sebagai musuh-Nya.) Bukankah ini masalah yang serius? Jika seseorang membenci kebenaran, orang itu membenci Tuhan! Mengapa Kukatakan bahwa dia membenci Tuhan? Apakah dia mengutuk Tuhan? Apakah dia terang-terangan melawan Tuhan? Apakah dia menghakimi atau mengutuk Dia di belakang-Nya? Belum tentu. Jadi mengapa Kukatakan bahwa menyingkapkan watak yang membenci kebenaran berarti membenci Tuhan? Ini bukan membesar-besarkan masalah, ini adalah kenyataan dari situasinya. Ini sama halnya dengan orang-orang Farisi munafik yang menyalibkan Tuhan Yesus karena mereka membenci kebenaran—akibat yang harus mereka tanggung sangatlah mengerikan. Artinya, jika seseorang memiliki watak yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran, watak itu dapat tersingkap kapan saja dan di mana saja, dan jika mereka hidup dengan berdasarkan watak rusak tersebut bukankah mereka menentang Tuhan? Ketika mereka dihadapkan dengan sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran atau dengan membuat pilihan, jika mereka tak mampu menerima kebenaran, dan mereka hidup berdasarkan watak rusak mereka, mereka tentu saja akan menentang Tuhan, dan mengkhianati-Nya, karena watak rusak mereka adalah watak yang membenci Tuhan dan membenci kebenaran. Jika engkau memiliki watak seperti itu, maka bahkan dalam hal firman yang diucapkan oleh Tuhan pun, engkau akan mempertanyakannya, dan ingin menganalisis dan menelitinya. Lalu engkau akan mencurigai firman Tuhan, dan berkata, "Apakah ini benar-benar firman Tuhan? Ini tidak terlihat seperti kebenaran bagiku, bagiku ini tampaknya belum tentu semuanya benar!" Dengan demikian, apakah watakmu yang membenci kebenaran tidak terungkap dengan sendirinya? Ketika engkau berpikir seperti ini, dapatkah engkau tunduk kepada Tuhan? Pasti tidak bisa. Jika engkau tidak bisa tunduk kepada Tuhan, apakah Dia masih menjadi Tuhanmu? Tidak. Lalu, Tuhan akan menjadi apa bagimu? Engkau akan memperlakukan Dia seperti subjek penelitian, sosok untuk dipertanyakan, sosok untuk dikutuk; engkau akan memperlakukan Dia seperti orang biasa dan orang kebanyakan, dan mengutuk Dia seperti itu. Dengan melakukannya, engkau akan menjadi orang yang menentang dan menghujat Tuhan. Watak macam apa yang menyebabkan hal ini? Ini disebabkan oleh watak congkak yang sudah berkembang hingga mencapai taraf tertentu; bukan saja watak Iblis dalam dirimu yang akan disingkapkan, wajah Iblismu pun akan sepenuhnya tersingkap. Apa yang terjadi dengan hubungan antara Tuhan dan orang yang sudah mencapai tahap menentang Tuhan, dan yang pemberontakannya melawan Tuhan sudah mencapai taraf tertentu? Itu menjadi hubungan permusuhan di mana orang menempatkan Tuhan sebagai lawannya sendiri. Jika, dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, engkau tidak mampu menerima dan tunduk kepada kebenaran, maka Tuhan bukanlah Tuhanmu. Jika engkau menolak kebenaran dan mengabaikannya, engkau sudah menjadi orang yang menentang Tuhan. Jadi, masih dapatkah Tuhan menyelamatkanmu? Dia pasti tidak akan menyelamatkanmu. Tuhan memberimu kesempatan untuk menerima keselamatan-Nya dan tidak melihatmu sebagai musuh, tetapi engkau tidak mampu menerima kebenaran dan engkau menempatkan Tuhan sebagai lawanmu; ketidakmampuanmu untuk menerima Tuhan sebagai kebenaranmu dan sebagai jalanmu menjadikanmu orang yang menentang Tuhan. Bagaimana cara menyelesaikan masalah ini? Engkau harus segera bertobat dan mengubah haluan. Sebagai contoh, ketika engkau menghadapi masalah atau kesulitan saat melaksanakan tugasmu dan engkau tidak tahu bagaimana menyelesaikannya, engkau tidak boleh merenungkannya secara membabi buta, engkau harus terlebih dahulu menenangkan diri di hadirat Tuhan, berdoa dan mencari dari-Nya, dan melihat apa yang dikatakan firman Tuhan tentang hal itu. Jika, setelah membaca firman Tuhan, engkau tetap tidak mengerti, dan tidak tahu kebenaran apa yang berkaitan dengan masalah ini, engkau harus berpegang teguh pada satu prinsip—yaitu, pertama-tama tunduk, tidak memiliki gagasan atau pemikiran pribadi, menunggulah dengan hati yang tenang, dan lihat bagaimana Tuhan akan bertindak. Jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau harus mencarinya, dan engkau harus menantikan Tuhan, bukannya bertindak membabi buta dan sembrono. Jika seseorang memberimu saran saat engkau tidak memahami kebenaran, dan memberitahumu bagaimana bertindak sesuai dengan kebenaran, engkau harus terlebih dahulu menerimanya dan membiarkan semua orang mempersekutukannya, dan lihatlah apakah jalan ini benar atau tidak, dan apakah ini sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak. Jika engkau yakin bahwa itu sesuai dengan kebenaran, maka terapkan dengan cara itu; jika engkau yakin bahwa itu tidak sesuai dengan kebenaran, maka jangan menerapkan dengan cara itu. Sesederhana itu. Ketika engkau mencari kebenaran, engkau harus mencari dari banyak orang. Jika ada yang ingin mengatakan sesuatu, engkau harus mendengarkan perkataannya, dan memperlakukan semua perkataannya dengan serius. Jangan mengabaikan atau meremehkannya, karena ini berkaitan dengan hal-hal yang ada dalam lingkup tugasmu dan engkau harus menanggapinya dengan serius. Ini adalah sikap yang benar dan keadaan yang benar. Ketika engkau berada dalam keadaan yang benar, dan engkau tidak memperlihatkan watak yang menolak kebenaran dan membenci kebenaran, maka menerapkan dengan cara ini akan menggantikan watak rusakmu. Inilah yang dimaksud dengan menerapkan kebenaran. Jika engkau menerapkan kebenaran dengan cara ini, buah apa yang akan dihasilkannya? (Kami akan dibimbing oleh Roh Kudus.) Menerima bimbingan Roh Kudus adalah satu aspek. Terkadang masalahnya sangat sederhana dan dapat dicapai dengan menggunakan pikiranmu sendiri; sesudah orang lain selesai memberikan saran mereka kepadamu dan engkau memahaminya, engkau akan mampu memperbaiki berbagai hal dan bertindak sesuai dengan prinsip. Orang mungkin berpikir bahwa ini adalah masalah sepele, tetapi bagi Tuhan ini adalah masalah besar. Mengapa Kukatakan seperti ini? Karena, ketika engkau menerapkan cara ini, bagi Tuhan engkau adalah orang yang mampu menerapkan kebenaran, orang yang mencintai kebenaran, dan engkau bukan orang yang menolak kebenaran—ketika Tuhan melihat ke dalam hatimu, Dia juga melihat watakmu, dan ini adalah masalah besar. Dengan kata lain, ketika engkau melaksanakan tugasmu dan bertindak di hadirat Tuhan, apa yang engkau jalani dan perlihatkan semuanya adalah kenyataan kebenaran yang sudah seharusnya orang miliki. Sikap, pemikiran, dan keadaan yang kaumiliki dalam segala hal yang engkau lakukan adalah hal terpenting bagi Tuhan, dan itulah yang Tuhan amati.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Hidup di Hadapan Tuhanlah Orang Dapat Memiliki Hubungan yang Normal dengan-Nya"

Dengan cara apa orang terutama memperlihatkan wataknya yang muak akan kebenaran? Jika mereka melihat hal yang positif, mereka tidak mengukurnya berdasarkan kebenaran—apa yang akan mereka gunakan untuk mengukur hal yang positif? Mereka menggunakan logika Iblis untuk mengukurnya, untuk melihat apakah hal ini dilakukan dengan gaya tertentu, seperti apa bentuknya, dan seberapa mengesankan hal itu. Mereka mengukur segala sesuatu dengan metode yang Iblis gunakan untuk mengevaluasi manusia, yaitu prinsip dan metode yang digunakan oleh orang-orang tidak percaya untuk mengevaluasi orang lain. Mereka tidak mencari kebenaran ketika melakukan sesuatu, dan titik awal dari semua tindakan mereka adalah mengukur segala sesuatu dengan menggunakan imajinasi dan sudut pandang mereka sendiri, serta falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan pengetahuan yang telah mereka peroleh, dengan mengesampingkan kebenaran—seperti itulah cara mereka melakukan segala sesuatu. Mereka menggunakan sudut pandang manusia dan logika Iblis sebagai ukuran mereka, dan setelah berulang kali mengukur, mereka mendapati bahwa, di mata mereka, tidak ada orang lain yang sebaik diri mereka—merekalah yang terbaik. Apakah mereka memiliki tuntutan Tuhan terhadap manusia di dalam hati mereka? Adakah prinsip-prinsip kebenaran dalam diri mereka? Tidak ada. Mereka tidak mengerti apa tuntutan Tuhan terhadap manusia, mereka tidak mengerti bahwa kebenaran adalah kenyataan dari segala hal yang positif, mereka tidak mengerti bahwa kebenaran adalah di atas segalanya, sehingga mereka tentu saja memandang rendah Tuhan yang berinkarnasi, dan mereka selalu memiliki gagasan tentang cara berpakaian, ucapan, dan sikap inkarnasi Tuhan. Jadi, setelah hubungan yang lama, mereka berpikir, "Engkau tidak bermartabat, tidak agung, dan tidak mendalam seperti yang kubayangkan, dan Engkau bahkan tidak setingkat denganku. Bukankah sesungguhnya, aku ini setingkat dengan seorang tokoh hebat? Meskipun Engkau mengucapkan kebenaran, aku tidak melihat apa pun tentang diri-Mu yang tampak seperti Tuhan. Engkau selalu saja berbicara tentang kebenaran, Engkau selalu saja berbicara tentang masuk ke dalam kenyataan, mengapa Engkau tidak mengungkapkan beberapa misteri? Mengapa Engkau tidak berbicara sedikit pun dalam bahasa surga tingkat ketiga?" Logika dan sudut pandang macam apa ini? (Ini adalah sudut pandang Iblis.) Ini berasal dari Iblis. Menurutmu, bagaimana sikap-Ku terhadap hal-hal seperti ini? (Engkau membenci orang seperti ini dan Engkau tidak mau berinteraksi dengan mereka.) Engkau semua salah. Sebaliknya, jika Aku menghadapi orang-orang semacam itu, Aku akan mendekati mereka dan bersekutu dengan mereka secara normal, dan Aku akan memberikan apa yang dapat Kuberikan dan membantu sejauh kemampuan-Ku. Jika mereka kepala batu dan keras kepala, Aku tidak hanya dapat bergaul dengan mereka secara normal, tetapi Aku juga akan membahas berbagai hal dengan mereka sebanyak mungkin. Aku akan berkata, "Apakah menurutmu melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini akan berhasil? Gunakan cara mana pun yang menurutmu tepat, dan jika engkau merasa tak ada satu cara pun yang tepat, pikirkan caramu sendiri untuk menyelesaikan masalah ini." Makin orang seperti ini menganggap diri mereka hebat, makin Aku dapat bergaul dengan mereka dengan cara seperti ini; Aku tidak akan menyombongkan diri-Ku di hadapan siapa pun. Jika ada dua bangku, satu lebih tinggi dan satu lagi lebih rendah, Aku akan mempersilakan mereka duduk di bangku yang tinggi, dan Aku akan duduk di bangku yang rendah. Aku akan berbicara kepada mereka dengan menengadahkan kepala-Ku, dan akhirnya membuat mereka merasa malu, dan menyadarkan mereka, sedikit demi sedikit, bahwa mereka tidak memiliki kebenaran, bahwa mereka malang dan menyedihkan, mati rasa dan bodoh. Apa pendapatmu tentang metode ini? (Baik.) Jadi, jika Aku mengabaikan mereka, akankah itu baik bagi mereka? Sebenarnya tidak ada salahnya jika Aku mengabaikan mereka, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Jika mereka percaya kepada Tuhan dengan sedikit ketulusan, memiliki sedikit kemanusiaan, dan mereka dapat diselamatkan, maka tidak menjadi masalah bagi-Ku untuk berinteraksi dengan mereka. Pada akhirnya, suatu hari nanti, jika mereka memahami kebenaran, mereka sendiri akan memilih untuk duduk di bangku yang lebih rendah, dan mereka tidak akan sombong lagi. Jika Aku mengabaikan mereka, mereka akan tetap tidak tahu dan bodoh selamanya, mengatakan dan melakukan hal-hal yang bodoh, dan mereka akan selalu menjadi orang bodoh, malang, dan menyedihkan—itulah keadaan buruk orang-orang yang tidak mengejar kebenaran. Manusia memandang rendah dan membenci hal-hal yang positif, dan ketika mereka melihat seseorang yang jujur, pengasih, dan yang selalu menerapkan kebenaran, tetapi terkadang kurang bijaksana, mereka meremehkannya dalam hati mereka. Mereka menganggap orang seperti itu tidak ada gunanya dan tidak berarti, dan menganggap diri mereka sendiri yang licik, penuh perhitungan, mahir berencana licik dan bersiasat, sebagai orang yang memiliki sarana dan bakat, serta cakap dan pandai bicara. Mereka menganggap orang-orang seperti mereka adalah objek penyelamatan Tuhan, padahal justru sebaliknya—orang-orang semacam inilah yang sangat dibenci Tuhan. Ini adalah watak yang tidak menyukai dan muak akan kebenaran.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya"

Tuhan tidak membenci kualitas buruk manusia, Dia tidak membenci kebodohan mereka, dan Dia tidak membenci bahwa mereka memiliki watak yang rusak. Apa yang paling Tuhan benci dalam diri manusia? Tuhan paling benci ketika orang muak akan kebenaran. Jika engkau muak akan kebenaran, maka karena hal itu saja, Tuhan tidak akan pernah berkenan akan engkau. Ini tidak dapat diubah. Jika engkau muak akan kebenaran, jika engkau tidak mencintai kebenaran, jika sikapmu terhadap kebenaran adalah sikap yang tidak peduli, menghina, dan congkak, atau bahkan merasa jijik, menentang dan menolaknya—jika perilakumu seperti ini, Tuhan benar-benar jijik terhadapmu, dan engkau pasti tidak akan diselamatkan. Jika engkau benar-benar mencintai kebenaran di dalam hatimu, tetapi memiliki kualitas yang sedikit buruk dan kurang wawasan, dan sedikit bodoh; jika engkau sering melakukan kesalahan, tetapi tidak berniat melakukan kejahatan, dan hanya melakukan beberapa hal bodoh; jika di dalam hatimu, engkau mau mendengarkan apa yang Tuhan persekutukan tentang kebenaran, dan di dalam hatimu, engkau rindu akan kebenaran; jika sikapmu dalam memperlakukan kebenaran dan firman Tuhan adalah sikap yang tulus dan penuh kerinduan, dan engkau dapat menghargai dan menghormati firman Tuhan—ini sudah cukup. Tuhan menyukai orang semacam itu. Meskipun terkadang engkau mungkin sedikit bodoh, Tuhan tetap menyukaimu. Tuhan menyukai hatimu yang merindukan kebenaran, dan Dia menyukai sikapmu yang tulus terhadap kebenaran. Jadi, Tuhan berbelas kasihan terhadapmu dan selalu menunjukkan kebaikan kepadamu. Dia tidak memandang kualitasmu yang buruk atau kebodohanmu, juga tidak memandang pelanggaranmu. Karena sikapmu terhadap kebenaran adalah tulus dan berhasrat, dan hatimu benar; maka karena mempertimbangkan ketulusan hati dan sikapmu ini, Dia akan selalu berbelas kasihan terhadapmu, dan Roh Kudus akan bekerja dalam dirimu, dan engkau memiliki harapan untuk diselamatkan. Di sisi lain, jika engkau keras hati dan memanjakan diri sendiri, jika engkau muak akan kebenaran, dan tak pernah mengindahkan firman Tuhan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kebenaran, dan jika engkau bersikap memusuhi dan menghina dari lubuk hatimu, maka seperti apakah sikap Tuhan terhadapmu? Benci, muak, dan murka yang tak henti-hentinya. Apa dua ciri yang jelas dalam watak benar Tuhan? Belas kasihan yang melimpah dan murka yang mendalam. "Melimpah" dalam kalimat "belas kasihan yang melimpah" berarti belas kasihan Tuhan itu toleran, sabar, mudah mengampuni, dan bahwa itu adalah kasih yang terbesar—itulah yang dimaksud dengan "melimpah". Karena beberapa orang bodoh dan berkualitas rendah, harus dengan cara inilah Tuhan bertindak. Jika engkau bodoh dan berkualitas buruk tetapi mencintai kebenaran, Tuhan akan bersikap penuh belas kasihan terhadapmu. Apa saja yang termasuk dalam belas kasihan? Kesabaran dan toleransi: Tuhan itu bertoleransi dan sabar terhadap ketidaktahuanmu, Dia memberimu cukup iman dan bertoleransi untuk mendukungmu, membekalimu dan menolongmu, sehingga sedikit demi sedikit engkau akan mampu memahami kebenaran dan perlahan-lahan menjadi dewasa. Atas dasar apa hal ini dibangun? Hal ini dibangun atas dasar kecintaan dan keinginan orang akan kebenaran, serta sikapnya yang tulus terhadap Tuhan, firman-Nya, dan kebenaran. Inilah perilaku mendasar yang harus orang perlihatkan. Namun, jika orang muak akan kebenaran di dalam hatinya, jijik terhadap kebenaran, atau bahkan membenci kebenaran, jika mereka tidak pernah menganggap serius kebenaran, dan selalu berbicara tentang pencapaian mereka, cara kerja mereka, berapa banyak pengalaman yang mereka miliki, apa saja yang telah mereka lewati, bagaimana Tuhan menghargai mereka dan telah mempercayakan tugas-tugas besar kepada mereka, jika mereka hanya berbicara tentang hal-hal ini, kecakapan, pencapaian, serta bakat mereka, selalu pamer, dan tidak pernah bersekutu tentang kebenaran, bersaksi bagi Tuhan, atau mempersekutukan pemahaman yang didapatkan dari pengalaman mengenai pekerjaan Tuhan atau mengenai pengenalan mereka akan Tuhan, bukankah berarti mereka muak akan kebenaran? Seperti inilah perwujudan dari rasa muak akan kebenaran dan tidak mencintai kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Bagaimana bisa mereka mendengarkan khotbah jika tidak mencintai kebenaran?" Apakah setiap orang yang mendengarkan khotbah mencintai kebenaran? Ada orang-orang yang hanya berpura-pura. Mereka terpaksa berpura-pura di depan orang lain, karena takut jika mereka tidak berpartisipasi dalam kehidupan bergereja, rumah Tuhan tidak akan mengakui iman mereka. Bagaimana Tuhan mendefinisikan sikap mereka ini terhadap kebenaran? Tuhan berfirman bahwa mereka tidak mencintai kebenaran dan muak akan kebenaran. Dalam watak mereka, ada satu hal yang paling fatal, bahkan lebih fatal dari kecongkakan dan kelicikan, yakni rasa muak akan kebenaran. Tuhan melihat hal ini. Mengingat bahwa Tuhan memiliki watak yang benar, bagaimana sikap-Nya terhadap orang-orang seperti itu? Dia murka kepada mereka. Jika Tuhan murka kepada seseorang, terkadang Dia menegur orang itu, atau mendisiplinkan dan menghukumnya. Jika orang itu tidak dengan sengaja menentang Tuhan, Dia akan bertoleransi, menunggu, dan mengamati. Karena situasi atau alasan-alasan objektif lainnya, Tuhan bisa saja menggunakan pengikut yang bukan orang percaya ini untuk melakukan pelayanan bagi-Nya. Namun, begitu keadaannya memungkinkan, dan waktunya tepat, orang-orang seperti itu akan diusir dari rumah Tuhan, karena mereka bahkan tidak layak untuk melakukan pelayanan. Seperti itulah kemurkaan Tuhan. Mengapa kemurkaaan Tuhan begitu mendalam? Ini mengungkapkan kebencian Tuhan yang begitu besar terhadap orang-orang yang muak akan kebenaran. Kemurkaan Tuhan yang sangat mendalam memperlihatkan bahwa Dia telah menentukan kesudahan dan tempat tujuan dari orang-orang yang muak akan kebenaran. Di mana Tuhan mengelompokkan orang-orang ini? Tuhan mengelompokkan mereka di kelompok Iblis. Karena Dia murka dan muak terhadap mereka, Tuhan menutup pintu bagi mereka, tidak mengizinkan mereka untuk menginjakkan kaki di rumah Tuhan, dan tidak memberi mereka kesempatan untuk diselamatkan. Inilah salah satu perwujudan dari kemurkaan Tuhan. Tuhan juga menempatkan mereka pada tingkatan yang sama dengan Iblis, setan-setan yang najis, roh-roh jahat, serta para pengikut yang bukan orang percaya, dan ketika waktunya tiba, Dia akan menyingkirkan mereka. Bukankah ini salah satu cara untuk menangani mereka? (Ya.) Seperti itulah kemurkaan Tuhan. Apa yang akan terjadi pada mereka setelah disingkirkan? Dapatkah mereka kembali menikmati kasih karunia, berkat, dan keselamatan dari Tuhan? (Tidak.)

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting"

Jika engkau muak akan kebenaran, selalu memfitnah kebenaran dan menghinanya, jika engkau memiliki natur seperti ini, engkau tidak akan mudah berubah. Sekalipun engkau berubah, masih harus dilihat apakah sikap Tuhan juga telah berubah atau belum. Jika apa yang kaulakukan mampu mengubah sikap Tuhan, engkau masih memiliki harapan untuk diselamatkan. Jika engkau tidak mampu mengubah sikap Tuhan, dan di lubuk hati Tuhan, Dia telah lama muak akan esensimu, berarti engkau tidak memiliki harapan untuk diselamatkan. Oleh sebab itu, engkau semua harus memeriksa dirimu sendiri. Jika engkau berada dalam keadaan di mana engkau muak akan kebenaran dan menentang kebenaran, ini sangat berbahaya. Jika engkau sering menimbulkan keadaan semacam itu, sering terjatuh ke dalam keadaan semacam itu, atau jika engkau pada dasarnya adalah jenis orang seperti itu, berarti ini adalah masalah yang lebih besar lagi. Jika engkau terkadang berada dalam keadaan yang muak akan kebenaran, pertama, itu mungkin disebabkan oleh tingkat pertumbuhanmu yang kecil; kedua, watak rusak manusia itu sendiri mengandung esensi semacam ini, yang mau tak mau akan menimbulkan keadaan ini. Namun, keadaan ini tidak menggambarkan esensimu. Terkadang, emosi sesaat dapat menimbulkan keadaan yang membuatmu muak akan kebenaran. Ini hanya bersifat sementara dan bukan disebabkan oleh esensi watakmu yang muak akan kebenaran. Jika bersifat sementara, keadaan ini dapat diubah, tetapi bagaimana engkau mengubahnya? Engkau harus segera datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran dalam hal ini dan mampu mengakui kebenaran, serta tunduk kepada Tuhan dan kebenaran. Dengan demikian, keadaan ini akan terselesaikan. Jika engkau tidak menyelesaikannya dan membiarkannya terus berlanjut, engkau berada dalam bahaya. Sebagai contoh, ada orang-orang yang berkata: "Lagi pula, aku berkualitas buruk dan tidak mampu memahami kebenaran, jadi aku akan berhenti mengejar kebenaran, dan aku juga tidak perlu tunduk kepada Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan memberiku kualitas seperti ini? Tuhan tidak adil!" Engkau menyangkal keadilan Tuhan. Bukankah ini sikap muak akan kebenaran? Ini adalah sikap muak akan kebenaran dan perwujudannya. Ada konteks di balik terjadinya keadaan ini, jadi kita perlu mencari tahu konteks dan sumber masalahnya. Begitu sumber masalahnya terselesaikan, keadaan yang kauhadapi juga akan lenyap bersama dengan sumber masalah tersebut. Beberapa keadaan itu seperti gejala, misalnya batuk, yang mungkin disebabkan oleh masuk angin atau radang paru-paru. Jika engkau menyembuhkan masuk angin atau radang paru-paru tersebut, batuknya juga akan membaik. Ketika sumber masalahnya terselesaikan, gejalanya pun menghilang. Namun, sebagian keadaan muak akan kebenaran bukanlah gejala, melainkan tumor. Penyebab utama dari penyakit ini ada di dalam dirimu. Engkau mungkin tidak dapat menemukan gejala apa pun jika melihatnya dari luar, tetapi begitu penyakit ini muncul, akibatnya fatal. Ini adalah masalah yang sangat serius. Orang-orang seperti itu tidak pernah menerima atau mengakui kebenaran, atau bahkan terus-menerus memfitnah kebenaran seperti orang-orang tidak percaya. Sekalipun mereka selalu mengucapkan perkataan itu di bibirnya, mereka terus-menerus memfitnah, menolak, serta menyangkal kebenaran dalam hati mereka. Kebenaran tentang apa pun itu—entah itu tentang mengenal diri sendiri, mengakui watak rusak, menerima kebenaran, tunduk kepada Tuhan, tidak melakukan berbagai hal secara asal-asalan, atau menjadi orang yang jujur—mereka tidak menerima, mengakui, atau memerhatikan aspek kebenaran apa pun, atau bahkan menyangkal dan memfitnah seluruh aspek kebenaran. Ini adalah watak yang muak akan kebenaran, ini adalah semacam esensi. Esensi semacam ini membawa pada hasil akhir yang seperti apa? Dibenci, ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan, lalu binasa. Akibatnya sangatlah serius.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik, Memahami Kebenaran Sangatlah Penting"

Pada akhir zaman, Tuhan yang berinkarnasi telah datang. Sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang nyata, hal apa yang terutama harus manusia peroleh? Kebenaran, dan hidup; tidak ada yang lebih penting selain memperoleh hal ini. Ketika Kristus datang, yang Dia bawa adalah kebenaran, dan hidup; Dia datang untuk memberikan hidup kepada manusia. Jadi, apa yang harus mulai dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang nyata? Apa yang harus orang lakukan agar memperoleh kebenaran dan hidup? Tuhan telah menyingkapkan begitu banyak kebenaran. Semua orang yang lapar dan haus akan kebenaran harus mengenyangkan dirinya dengan makan dan minum firman Tuhan. Semua firman Tuhan adalah kebenaran, dan firman-Nya kaya dan berlimpah; ada hal-hal berharga di mana-mana dan ada harta di mana-mana. Mereka yang mencintai kebenaran hatinya dipenuhi sukacita sebab mereka menikmati kelimpahan tanah Kanaan yang indah. Ada kebenaran dan terang di setiap kalimat firman Tuhan yang mereka makan dan minum, semuanya berharga. Mereka yang tidak mencintai kebenaran bersungut-sungut karena celaka; mereka duduk di meja perjamuan tetapi menderita kelaparan, betapa menyedihkan. Yang diperoleh mereka yang mampu mencari kebenaran akan terus bertambah, sementara mereka yang tidak mampu mencari kebenaran akan menemui jalan buntu. Yang terpenting sekarang adalah belajarlah mencari kebenaran dalam segala sesuatu, perolehlah pemahaman akan kebenaran, terapkanlah kebenaran, dan mampukan dirimu untuk benar-benar tunduk kepada Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan percaya kepada Tuhan. Percaya kepada Tuhan yang nyata berarti memperoleh kebenaran dan hidup. Apakah gunanya kebenaran? Apakah kebenaran berguna untuk memperkaya dunia rohani manusia? Apakah kebenaran dimaksudkan untuk memberikan pendidikan yang baik kepada manusia? (Tidak.) Jadi, masalah apakah yang dapat diselesaikan oleh kebenaran? Kebenaran ada untuk membereskan watak rusak manusia, untuk mengatasi natur berdosa manusia, untuk membuat manusia hidup di hadirat Tuhan, dan membuat mereka hidup dalam kemanusiaan yang normal. Ada orang-orang yang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kebenaran. Mereka selalu merasa bahwa kebenaran itu mendalam dan abstrak, dan bahwa kebenaran itu adalah misteri. Mereka tidak mengerti bahwa kebenaran adalah sesuatu yang harus orang terapkan, sesuatu yang harus orang lakukan. Ada orang-orang yang sudah percaya kepada Tuhan selama sepuluh atau dua puluh tahun dan masih belum memahami secara tepat apa yang dimaksud dengan kebenaran. Apakah orang-orang semacam ini sudah memperoleh kebenaran? (Belum.) Bukankah mereka yang belum memperoleh kebenaran itu adalah orang-orang yang menyedihkan? Mereka sangat menyedihkan—seperti yang dinyanyikan dalam lagu pujian, mereka "duduk di meja perjamuan tetapi menderita kelaparan." Memperoleh kebenaran tidaklah sulit, masuk ke dalam kenyataan kebenaran pun tidak sulit, tetapi jika orang selalu muak akan kebenaran, apakah mereka mampu memperolehnya? Tidak. Jadi, engkau harus selalu datang ke hadapan Tuhan, memeriksa apakah keadaan batinmu muak akan kebenaran, lihatlah apakah engkau memperlihatkan sikap yang muak akan kebenaran, dan apakah caramu dalam bertindak memperlihatkan sikap yang muak akan kebenaran, dan dalam hal apa saja engkau memiliki sikap yang muak akan kebenaran—engkau harus sering merenungkan hal-hal ini. Sebagai contoh, seseorang menegurmu dengan berkata, "Kau tidak boleh melaksanakan tugasmu hanya berdasarkan kemauanmu sendiri—kau harus merenung dirimu dan mengenal dirimu sendiri," dan engkau menjadi marah dan menjawab dengan ketus, "Caraku melaksanakan tugasku tidak baik, memangnya caramu baik? Apa yang salah dengan caraku melaksanakan tugasku? Tuhan tahu isi hatiku!" Sikap macam apa ini? Apakah ini sikap orang yang menerima kebenaran? (Bukan.) Orang harus terlebih dahulu memiliki sikap yang menerima kebenaran ketika sesuatu terjadi pada dirinya. Tidak memiliki sikap seperti ini ibarat tidak memiliki bejana untuk menerima harta, sehingga engkau tidak dapat memperoleh kebenaran. Jika orang tidak dapat memperoleh kebenaran, kepercayaannya kepada Tuhan sia-sia belaka! Tujuan percaya kepada Tuhan adalah untuk memperoleh kebenaran. Jika orang tidak dapat memperoleh kebenaran, maka kepercayaannya kepada Tuhan sudah gagal. Apa yang dimaksud dengan memperoleh kebenaran? Engkau memperoleh kebenaran saat kebenaran telah menjadi kenyataanmu, saat kebenaran telah menjadi hidupmu. Itulah yang dimaksud dengan memperoleh kebenaran—itulah yang dimaksud dengan percaya kepada Tuhan! Untuk apa Tuhan berfirman? Untuk apa Tuhan menyingkapkan kebenaran? Tujuannya adalah agar manusia dapat menerima kebenaran, sehingga kerusakan mereka dapat disucikan; agar manusia dapat memperoleh kebenaran, sehingga kebenaran menjadi hidup mereka. Jika tidak demikian, mengapa Tuhan menyingkapkan begitu banyak kebenaran? Apakah untuk bersaing dengan Alkitab? Apakah untuk mendirikan "Universitas Kebenaran" dan melatih sekelompok orang? Tidak keduanya. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk menyelamatkan manusia sepenuhnya, agar manusia memahami kebenaran dan pada akhirnya memperoleh kebenaran. Sekarang engkau mengerti, bukan? Apa hal terpenting dalam percaya kepada Tuhan? (Memperoleh kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran.) Dari sini, akan tergantung pada bagaimana engkau masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan apakah engkau mampu memasukinya atau tidak.

—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"

Kesaksian Pengalaman Terkait

Menyadari Diriku Muak terhadap Kebenaran

Yang Kudapatkan dari Menulis Kesaksianku

Sebelumnya: 26. Cara mengatasi masalah watak keras kepala

Selanjutnya: 30. Cara mengatasi masalah orang memberontak terhadap Tuhan dan menentang-Nya

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Hubungi kami via Messenger