Hanya Dengan Ketundukan Sejati Orang Dapat Memiliki Iman yang Sejati (Bagian Dua)
Mari kita bersekutu tentang satu hal yang sangat bertentangan dengan gagasan manusia. Musa hidup di padang gurun selama empat puluh tahun. Empat puluh tahun adalah sebagian besar umur seseorang. Jika seseorang hidup sampai usia delapan puluh tahun, empat puluh tahun adalah separuh dari hidupnya. Seperti apakah lingkungan hidup di padang gurun itu? Bukan hanya teramat buruknya lingkungan di padang gurun, di mana Musa harus menghadapi begitu banyak kesulitan, tetapi masalah yang lebih penting adalah bahwa selama empat puluh tahun itu, Musa tidak berhubungan dengan bangsa Israel, dan Tuhan juga tidak menampakkan diri kepadanya. Tuhan mengatur lingkungan ini untuk memurnikan Musa. Apakah ini sesuai dengan gagasan manusia? Jika orang tidak memiliki iman yang sejati, bagaimana hal ini umumnya akan muncul dengan sendirinya? Pada dua tahun pertama, mereka masih memiliki sedikit kekuatan dalam hatinya dan berpikir, "Tuhan sedang mengujiku, tetapi aku tidak takut. Aku punya Tuhan! Selama Tuhan tidak membiarkanku mati, aku bisa hidup asalkan aku masih bisa bernapas. Aku hidup karena Tuhan. Aku memiliki kepercayaan. Aku harus memuaskan Tuhan!" Mereka memiliki sedikit tekad ini karena masih ada domba-domba yang menemani. Namun, setelah beberapa tahun berlalu, domba-domba itu semakin sedikit dan angin yang menderu bertiup sepanjang hari. Dalam keheningan malam, orang akan merasa kesepian. Mereka tidak bisa menceritakan isi hatinya kepada siapa pun. Ketika mata mereka menengadah ke langit, yang mereka lihat hanyalah bintang dan bulan. Mereka semakin merasa kesepian pada malam-malam yang mendung dan hujan, ketika bahkan bulan pun tidak terlihat. Tanpa sadar, kepercayaan mereka berubah makin dingin. Ketika kepercayaan mereka menjadi dingin, dengan sendirinya, muncullah hati yang dipenuhi keluhan dan kesalahpahaman. Segera setelahnya, kondisi batin mereka makin tertekan dan hidup makin terasa tak berarti. Mereka terus merasa bahwa Tuhan tidak memperhatikan mereka dan telah meninggalkan mereka. Mereka mempertanyakan keberadaan Tuhan, dan kepercayaan mereka makin lama makin berkurang. Jika engkau tidak memiliki iman yang sejati, engkau tidak akan bertahan dalam ujian waktu ataupun ujian lingkungan. Jika engkau tidak kuat menghadapi ujian yang Tuhan berikan kepadamu, Tuhan tidak akan berbicara atau menampakkan diri kepadamu. Tuhan ingin melihat apakah engkau percaya akan keberadaan-Nya, apakah engkau mengakui keberadaan-Nya, dan apakah engkau memiliki iman yang sejati di hatimu. Inilah cara Tuhan memeriksa kedalaman hati orang-orang. Apakah orang-orang yang hidup di bawah langit dan di atas bumi berada dalam tangan Tuhan? Mereka semua ada di tangan Tuhan. Memang demikianlah adanya. Entah engkau berada di padang gurun atau di bulan, engkau ada di tangan Tuhan. Begitulah adanya. Jika Tuhan tidak menampakkan diri-Nya kepadamu, bagaimana engkau dapat melihat keberadaan dan kedaulatan Tuhan? Bagaimana engkau dapat mengizinkan kebenaran bahwa "Tuhan ada dan berdaulat atas segala sesuatu" berakar di dalam hatimu dan tidak pernah pudar? Bagaimana engkau dapat menjadikan pernyataan ini sebagai hidupmu, sebagai kekuatan yang mendorong kehidupanmu, dan sebagai kepercayaan serta kekuatan yang memungkinkanmu untuk terus hidup? (Berdoalah.) Itu nyata. Itu adalah jalan penerapan. Ketika engkau berada pada masa-masa tersulit, ketika itu adalah saat-saat di mana engkau paling tidak bisa merasakan hadirat Tuhan, ketika engkau merasa paling menderita dan kesepian, ketika engkau merasa seakan-akan jauh dari Tuhan, apa satu hal yang harus kaulakukan terlebih dahulu? Berserulah kepada Tuhan. Berseru kepada Tuhan memberimu kekuatan. Berseru kepada Tuhan membuatmu merasakan hadirat-Nya. Berseru kepada Tuhan membuatmu mampu merasakan kedaulatan-Nya. Jika engkau berseru kepada Tuhan, berdoa kepada-Nya, dan menyerahkan hidupmu ke dalam tangan-Nya, engkau akan merasa bahwa Tuhan ada di sisimu dan Dia tidak pernah meninggalkanmu. Jika engkau merasa bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkanmu, jika engkau benar-benar merasa bahwa Dia ada di sisimu, apakah kepercayaanmu akan meningkat? Jika engkau memiliki kepercayaan yang sejati, akankah kepercayaan itu melemah dan memudar seiring berjalannya waktu? Sama sekali tidak. Apakah sekarang masalah kepercayaan sudah terpecahkan? Dapatkah orang memiliki kepercayaan yang sejati hanya dengan membawa-bawa Alkitab dan menghafalkan ayat-ayatnya kata demi kata secara kaku? Engkau masih harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan untuk menyelesaikan masalah ini. Bagaimana Musa melewati masa empat puluh tahun di padang gurun? Pada waktu itu, tidak ada Alkitab, dan hanya ada sedikit orang yang ada di sekelilingnya. Hanya ada domba-domba bersamanya. Musa tentu saja dipimpin oleh Tuhan. Meskipun Alkitab tidak mencatat bagaimana Tuhan memimpinnya, apakah Tuhan menampakkan diri kepadanya, apakah Tuhan berbicara kepadanya, atau apakah Tuhan membuat Musa memahami alasan Dia membuatnya hidup di padang gurun selama empat puluh tahun, fakta yang tidak dapat disangkal adalah Musa benar-benar bertahan hidup di padang gurun selama empat puluh tahun. Tidak ada yang dapat menyangkal fakta ini. Tanpa seorang pun di dekatnya yang dapat diajak berbagi isi hati, bagaimana mungkin dia dapat bertahan hidup sendirian di padang gurun selama empat puluh tahun? Tanpa iman yang sejati, ini mustahil dilakukan oleh siapa pun. Itu akan menjadi sebuah mukjizat! Tak soal bagaimana orang merenungkan hal ini, mereka merasa bahwa ini tidak akan pernah bisa terjadi. Hal ini sangat tidak sejalan dengan gagasan dan imajinasi manusia! Namun ini bukan legenda, bukan dongeng fantasi, ini adalah fakta yang nyata, yang tidak dapat diubah dan disangkal. Apa yang ditunjukkan oleh adanya fakta ini kepada orang-orang? Jika engkau memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, selama engkau masih bernapas, Tuhan tidak akan meninggalkanmu. Inilah salah satu fakta keberadaan Tuhan. Jika engkau memiliki kepercayaan yang sedemikian nyata dan pemahaman yang sedemikian benar tentang Tuhan, maka kepercayaanmu sudah cukup besar. Di lingkungan mana pun engkau berada, dan tidak soal berapa lama engkau berada di lingkungan itu, kepercayaanmu tidak akan pernah luntur.
Musa berada di padang gurun selama empat puluh tahun. Tuhan tidak pernah menampakkan diri kepadanya, tidak pula menyampaikan kebenaran kepadanya. Musa tidak memiliki kitab yang berisi firman Tuhan di tangannya, tidak ada umat pilihan Tuhan di sisinya, dan tidak seorang pun yang dapat diajak berbagi isi hati. Hidup sendirian di padang gurun, dia hanya bisa hidup dengan mengandalkan doa kepada Tuhan. Pada akhirnya, hal ini membuat Musa mendapatkan kepercayaan yang sesungguhnya. Jadi, mengapa Tuhan melakukan hal ini? Tuhan ingin mempercayakan Musa sebuah amanat, menggunakan Musa sebaik mungkin, dan Tuhan perlu bekerja pada dirinya, jadi Dia menempa Musa. Apa yang Tuhan tempa dalam diri Musa? (Kepercayaannya.) Tuhan ingin menyempurnakan kepercayaannya, bukan melemahkannya. Yang Tuhan tempa adalah niat baik manusia, apa yang disebut sebagai keteguhan hati manusia dan kemampuan serta keterampilannya, juga sifatnya yang gampang marah. Mengapa saat itu Musa meninggalkan Mesir? (Karena dia membunuh seorang Mesir akibat sikap pemarahnya.) Mungkinkah Tuhan memakainya pada saat itu? (Tidak.) Apa yang akan terjadi jika Tuhan memakainya saat itu? Musa membenci orang Mesir dan selalu ingin bertindak tanpa pikir panjang. Jika dia membunuh orang lain lagi, bukankah itu akan menimbulkan masalah? Jika Tuhan memintanya untuk pergi dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dan Musa bertindak tanpa pikir panjang ketika Firaun tidak setuju, bukankah itu akan menimbulkan masalah? Tuhan akan berkata, "Dapatkah engkau mewakili Tuhan jika engkau bertindak seperti ini?" Oleh karena itu, karena sifat pemarahnya, Tuhan tidak dapat memakainya. Sifat lekas marah adalah hal yang sangat tabu bagi manusia. Jika engkau mudah marah, jika engkau selalu ingin melakukan segala sesuatu berdasarkan sifat alamiah dan dorongan hatimu, dan jika engkau selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara-cara manusia; jika engkau tidak memiliki iman sejati kepada Tuhan dan tidak mengandalkan Tuhan serta tidak percaya pada kedaulatan-Nya berdasarkan iman yang sejati, Tuhan tidak akan bisa memakaimu. Jika Tuhan mencoba memakaimu, bukan hanya tidak akan mencapai apa-apa, tetapi engkau justru akan mengacaukan segalanya. Oleh karena itu, setelah Musa membunuh orang Mesir, ia melarikan diri ke padang gurun. Tuhan menggunakan lingkungan padang gurun untuk meredam kehendak, sifat pemarah, niat baik, semangat, dan dorongan hati, serta kepahlawanan yang membuat Musa membela kepentingan bangsanya dan melawan ketidakadilan. Ini semua adalah hal-hal yang termasuk dalam kehendak, sifat pemarah, dan sifat alamiah manusia. Mengapa Tuhan tidak mengatur agar beberapa orang Israel menemaninya? Jika ada satu orang yang menemaninya, dia mungkin tidak akan mengandalkan Tuhan, tetapi mengandalkan orang lain. Pada akhirnya, setelah disempurnakan dalam lingkungan seperti itu, Musa menjadi orang seperti apa? Dia bisa tunduk kepada Tuhan dan memiliki kepercayaan yang sejati. Ini menunjukkan bahwa sifat pemarah bawaannya telah luntur. Ketika dia keluar dari padang gurun, apakah dia masih memiliki sifat pemarah dan ingin menjadi pahlawan? (Tidak.) Ini menunjukkan apa? (Musa berkata dia bukan lagi pembicara yang baik.) Dia tidak tahu lagi cara berbicara, jadi apakah dia masih memiliki niat dan dorongannya sendiri? (Tidak.) Dilihat dari sini, ketika Tuhan ingin menyempurnakan seseorang, untuk menyempurnakan kepercayaan seseorang kepada Tuhan, terlepas dari apakah Dia memakai orang ini atau tidak, Tuhan akan menyempurnakan pemahaman orang ini tentang kebenaran dan maksud Tuhan dan mengizinkan orang ini untuk sepenuhnya tunduk kepada Tuhan tanpa kekeliruan, tanpa apa yang disebut sebagai kepahlawanan manusia, dorongan hati, ambisi, dan hasrat yang muluk-muluk, tanpa sifat pemarah, dan tanpa niat dan antusiasme manusia—tanpa hal-hal yang disebut kepercayaan ini. Hal-hal yang berasal dari kehendak manusia ini, yaitu hal-hal yang dianggap relatif positif, baik, dan benar oleh hati manusia, adalah hal-hal yang semua orang agungkan dan kejar. Semua orang ingin hidup berdasarkan hal-hal ini. Inilah keyakinan manusia. Ketika orang tidak memiliki hal-hal ini, mereka dapat benar-benar tunduk kepada Tuhan dan mereka tidak akan melakukan sesuatu dan bicara menurut imajinasi dan kebaikan manusia. Ketika manusia menghadap ke hadirat Tuhan lagi, mereka akan memiliki lebih banyak unsur iman yang sejati kepada Tuhan. Unsur-unsur iman sejati yang seperti apa? Akankah mereka masih menasihati Tuhan dan berkata, "Tuhan, hal-hal yang Engkau lakukan tidak sesuai dengan gagasan manusia, dan manusia sulit menerima tindakan-Mu. Seharusnya Engkau melakukannya seperti ini," dan "Tuhan, apa yang Engkau katakan sepertinya kurang tepat. Nada bicara-Mu tidak pas, pendekatan-Mu salah, dan kata-kata yang Engkau gunakan tidak tepat"? Hal-hal ini sudah luntur dari diri mereka dan mereka tidak akan lagi menasihati Tuhan. Mereka akan benar-benar dapat tunduk kepada Tuhan, memiliki nalar, dan rasa takut akan Tuhan. Dengan ditempa selama empat puluh tahun di padang gurun, Musa benar-benar merasakan keberadaan Tuhan. Di lingkungan di mana seseorang mustahil untuk sekadar bertahan hidup, dia mengandalkan Tuhan untuk bertahan hidup hari demi hari, berpegang pada harapan tahun demi tahun, serta hidup terus sampai akhir. Dia benar-benar melihat Tuhan. Itu bukan kebetulan atau legenda. Hal ini tidak terjadi secara kebetulan atau tiba-tiba. Semua itu benar. Dia melihat bahwa Tuhan benar-benar ada dan melihat bahwa kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu itu nyata. Begitu pekerjaan Tuhan di dalam diri seseorang mencapai dampak sedemikian, perubahan akan terjadi di hati mereka. Gagasan dan imajinasi mereka akan lenyap dan mereka akan merasa bahwa dirinya bukanlah apa-apa, dan mereka tidak dapat melakukan apa pun tanpa Tuhan. Akibatnya, mereka tidak akan mau bersikeras melakukan segala sesuatunya dengan cara mereka sendiri. Pada saat ini, akankah orang-orang mengatakan hal-hal seperti "Tuhan: jangan sampai hal ini terjadi pada diri-Mu"? (Tidak.) Dapat dikatakan bahwa, pada saat seperti ini, orang tidak akan bicara menurut gagasan manusia untuk menghalangi Tuhan, mereka juga tidak akan melakukan sesuatu atas dasar kehendak manusia atau bersikeras melakukan segala sesuatunya sesuai keinginan mereka sendiri. Pada saat ini, apa yang menjadi dasar kehidupan orang-orang? Apa yang mereka jalani? Secara subjektif, mereka dapat tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Secara objektif, mereka dapat membiarkan semua berjalan secara alami, menunggu dan mencari maksud Tuhan, dan tunduk dalam segala hal yang Tuhan minta untuk mereka lakukan, tanpa mengambil keputusan-keputusan sendiri.
Dahulu ketika Tuhan mengutus Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, bagaimana reaksi Musa terhadap Tuhan yang memberinya amanat seperti itu? (Dia berkata dia tak pandai bicara, sebab berat mulut dan berat lidah.) Dia merasa sedikit khawatir karena tak pandai bicara, sebab berat mulut dan berat lidah. Namun, apakah dia menentang amanat Tuhan? Bagaimana dia memperlakukan amanat Tuhan? Dia bersujud. Apa artinya dia bersujud? Itu artinya dia tunduk dan menerimanya. Dia bersujud dengan menyerahkan segenap dirinya di hadapan Tuhan, dengan mengabaikan pilihan pribadinya, dan dengan tidak menyebutkan kesulitan apa pun yang mungkin dia hadapi. Apa pun yang Tuhan perintahkan, dia akan langsung melakukannya. Mengapa dia mampu menerima amanat Tuhan bahkan sekalipun dia merasa tidak ada yang bisa dia lakukan? Karena dia memiliki kepercayaan yang sejati dalam dirinya. Dia telah memiliki beberapa pengalaman tentang kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, dan selama empat puluh tahun pengalamannya di padang gurun itu, dia telah menyadari bahwa kedaulatan Tuhan itu maha kuasa. Jadi, dia menerima amanat Tuhan dengan sigap, dan langsung mulai melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya tanpa komentar apa pun. Apa artinya dia langsung melaksanakannya? Itu berarti dia memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan, memiliki ketergantungan sejati kepada-Nya, dan memiliki ketundukan sejati kepada-Nya. Dia tidak bersikap pengecut, dan dia tidak membuat pilihannya sendiri atau menolak. Sebaliknya, dia percaya sepenuhnya, dan langsung melaksanakan apa yang Tuhan amanatkan kepadanya, dengan penuh keyakinan. Dia percaya bahwa "selama Tuhan telah mengamanatkannya, semuanya ini akan terlaksana sesuai dengan firman-Nya. Tuhan telah memerintahkan kepadaku untuk membawa orang Israel keluar dari Mesir, jadi aku akan melakukannya. Karena inilah yang telah Tuhan amanatkan, Dia akan bekerja, dan Dia akan memberiku kekuatan. Aku hanya perlu bekerja sama." Inilah pemahaman yang Musa miliki. Orang yang tidak memiliki pemahaman rohani mengira mereka mampu melakukan hal-hal yang Tuhan percayakan kepada mereka seorang diri. Apakah manusia memiliki kemampuan seperti itu? Sama sekali tidak. Jika orang adalah pengecut, mereka bahkan tidak akan memiliki keberanian untuk bertemu dengan Firaun di Mesir. Dalam hatinya, mereka akan berpikir: "Firaun adalah raja setan. Dia memiliki pasukan di bawah perintahnya dan bisa membunuhku dengan satu perintah. Bagaimana aku mampu memimpin orang Israel yang begitu banyak? Akankah Firaun mendengarkanku?" Perkataan ini merupakan penolakan, penentangan, dan pemberontakan. Perkataan ini tidak menunjukkan kepercayaan kepada Tuhan, dan ini bukanlah kepercayaan yang sejati. Keadaan pada saat itu tidak menguntungkan baik bagi bangsa Israel maupun bagi Musa. Dalam pandangan manusia, memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir merupakan tugas yang sama sekali mustahil, karena di seberang Mesir ada Laut Merah, dan menyeberanginya merupakan tantangan yang sangat besar. Apakah Musa tidak menyadari betapa sulitnya melaksanakan amanat ini? Dalam hatinya, dia tahu, tetapi dia hanya berkata bahwa dia tidak fasih bicara, bahwa tak seorang pun akan mengindahkan perkataannya. Dalam hatinya, dia tidak menolak amanat Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dia bersujud dan menerima amanat tersebut. Mengapa dia tidak menyebutkan kesulitannya? Apakah itu karena setelah empat puluh tahun berada di padang gurun, dia tidak mengetahui bahaya yang ada di dunia manusia, atau keadaan yang telah terjadi di Mesir, atau penderitaan bangsa Israel saat itu? Mungkinkah dia tidak melihat hal itu dengan jelas? Itukah yang terjadi? Tentu saja tidak. Musa cerdas dan bijaksana. Dia mengetahui semua hal itu, setelah secara pribadi menjalani dan mengalaminya di dunia manusia, dan dia tidak akan pernah melupakannya. Dia mengetahui semua hal itu dengan sangat baik. Jadi, tahukah dia betapa sulitnya amanat yang Tuhan berikan kepadanya? (Ya.) Jika dia tahu betapa sulitnya amanat tersebut, bagaimana dia masih bisa menerimanya? Dia percaya kepada Tuhan. Dengan pengalaman seumur hidupnya, dia percaya pada kemahakuasaan Tuhan, sehingga dia menerima amanat Tuhan ini dengan hati penuh keyakinan dan tanpa keraguan sedikit pun. Pengalaman apa yang dia miliki? Katakan kepada-Ku. (Dalam pengalamannya, setiap kali dia berseru kepada Tuhan dan setiap kali dia mendekat kepada Tuhan, Tuhan menuntun dan membimbingnya. Musa melihat bahwa Tuhan tidak pernah mengingkari firman-Nya, dan dia memiliki kepercayaan sejati kepada Tuhan.) Ini salah satu aspeknya. Ada yang lain? (Selama empat puluh tahun berada di padang gurun, Musa memang telah melihat kedaulatan Tuhan dengan berseru dan berdoa kepada Tuhan. Dia mampu bertahan dan melewatinya, dan dia memiliki iman sejati terhadap kedaulatan Tuhan.) Ada lagi yang lain? (Tuhan telah banyak bekerja dalam diri Musa. Musa mengetahui sesuatu tentang bagaimana Tuhan menciptakan langit, bumi, dan segala sesuatu, bagaimana Tuhan menggunakan air bah untuk menghancurkan dunia pada zaman Nuh, dan Musa tahu tentang Abraham dan hal-hal lain seperti itu. Dia menuliskan hal-hal ini dalam kitab Taurat, yang membuktikan bahwa dia memperoleh wawasan tentang semua perbuatan Tuhan ini dan mengetahui bahwa Tuhan itu mahakuasa dan berhikmat. Oleh karena itu, dia percaya bahwa ketika Tuhan selalu memimpinnya, maka usahanya pasti akan berhasil. Dia ingin menyaksikan perbuatan Tuhan, melihat apa yang akan Tuhan lakukan melalui dirinya, dan bagaimana Tuhan akan membantu dan membimbingnya. Inilah kepercayaan yang dia miliki.) Benar. Katakan kepada-Ku, selama empat puluh tahun berada di padang gurun, apakah Musa dapat mengalami bahwa, di dalam Tuhan, tidak ada yang sulit dan bahwa manusia berada di tangan Tuhan? Dia benar-benar mengalami hal itu dengan mendalam dan itu adalah pengalaman paling nyata baginya. Selama empat puluh tahun berada di padang gurun, ada begitu banyak hal yang membahayakan hidupnya, dan dia tidak tahu entah dia akan selamat dari semua itu atau tidak. Setiap hari, dia pasti telah berjuang demi keselamatan hidupnya dan berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan. Hanya itulah permohonannya. Selama empat puluh tahun itu, yang paling dia alami adalah kedaulatan dan perlindungan Tuhan. Oleh karena itu, ketika dia menerima amanat Tuhan, yang pertama kali dia rasakan pastilah: "Tidak ada yang sulit bagi Tuhan. Jika Tuhan berfirman bahwa sesuatu dapat dilakukan, maka itu pasti bisa dilakukan. Karena Tuhan telah memberikan amanat itu, Dia pasti akan melaksanakannya—Dialah yang akan melakukannya, bukan manusia." Ketika manusia ingin melakukan sesuatu, mereka harus merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu terlebih dahulu. Apakah Tuhan memerlukan hal-hal ini sebelum Dia bertindak? Tidak perlu. Setiap makhluk ciptaan, tidak peduli seberapa besar pengaruhnya, seberapa cakap atau hebatnya, bahkan seberapa sombongnya, semuanya berada di tangan Tuhan. Musa memiliki kepercayaan, pengetahuan, dan pengalaman seperti ini, jadi tak ada sedikit pun keraguan atau ketakutan di dalam hatinya. Oleh karena itu, kepercayaannya kepada Tuhan sangat tulus dan murni. Dapat dikatakan bahwa dia benar-benar dipenuhi dengan kepercayaan kepada Tuhan.
Aku baru saja berbicara tentang apa itu iman yang sejati. Katakan kepada-Ku, pada akhirnya, apakah Tuhan menginginkan kepercayaan orang, ataukah iman yang sejati dari orang-orang? (Dia menginginkan iman sejati dari orang-orang.) Apa yang Tuhan inginkan adalah iman sejati orang-orang. Apa iman yang sejati itu? Dalam istilah yang paling sederhana dan jelas, itu adalah kepercayaan sejati orang kepada Tuhan. Dalam praktiknya, seperti apakah kepercayaan yang sejati itu? Apa kaitannya dengan semua aktivitas dalam kehidupan nyata orang-orang? (Orang-orang percaya bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu dan mengatur segalanya. Mereka percaya akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu yang mereka hadapi dan percaya bahwa tidak ada yang sulit bagi Tuhan.) (Orang-orang percaya bahwa setiap firman yang Tuhan ucapkan akan terlaksana.) Renungkan hal ini lebih lanjut. Dengan cara apa lagi kepercayaan yang sejati itu akan terlihat? (Kepercayaan Musa berbeda dengan kepercayaan orang percaya pada umumnya. Ketika dia menulis kitab Kejadian, dia percaya bahwa Tuhan menciptakan langit, bumi, dan segala isinya dengan firman-Nya, dia percaya bahwa langit, bumi, dan segala isinya menjadi ada karena firman Tuhan, dia percaya bahwa apa pun yang Tuhan katakan adalah benar dan apa yang Tuhan tetapkan akan terjadi, dan dia percaya bahwa firman Tuhan akan terjadi dan digenapi. Dalam hal ini, dia benar memiliki kepercayaan yang sejati kepada Tuhan. Dia tidak hanya percaya bahwa Tuhan benar-benar ada. Dia percaya bahwa langit, bumi, dan segala isinya diciptakan oleh Tuhan. Di dalam hatinya, dia benar-benar percaya bahwa firman Tuhan telah menggenapi segala sesuatu, dan dia percaya pada kemahakuasaan Tuhan. Jika dia tidak memiliki kepercayaan seperti itu kepada Tuhan, dia tidak akan menulis Kitab Kejadian. Firman ini juga diilhami atau disingkapkan oleh Roh Kudus, sehingga dia dapat melihat dengan jelas.) Katakan kepada-Ku, apakah keberadaan Tuhan yang nyata adalah sebuah fakta karena orang memercayainya? (Tidak.) Seperti apakah fakta dari keberadaan Tuhan yang nyata? (Entah orang-orang mempercayainya atau tidak, Tuhan itu ada, dan Tuhan ada dengan sendirinya serta kekal.) Paling tidak, kepercayaan kepada Tuhan harus didasarkan pada hal ini: Tuhan itu ada bukan karena engkau mengakui Dia secara verbal, atau Dia tidak ada jika engkau tidak mengakui-Nya. Sebaliknya, Tuhan tetap ada terlepas dari apakah engkau percaya kepada-Nya, atau mengakui-Nya, atau tidak. Tuhan adalah Sang Pencipta yang kekal dan secara kekal berdaulat atas segala sesuatu. Mengapa orang perlu memahami ini? Apa yang dapat diubah oleh hal itu dalam diri orang-orang? Beberapa orang berkata, "Jika kami percaya kepada-Mu, Engkau adalah Tuhan, tetapi jika kami tidak percaya kepada-Mu, Engkau bukan Tuhan." Perkataan seperti apa ini? Ini adalah perkataan yang salah dan memberontak. Tuhan berkata, "Jika engkau tidak percaya kepada-Ku, Aku tetaplah Tuhan, dan Aku tetap berdaulat atas takdirmu. Engkau tidak dapat mengubahnya." Inilah fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Tidak peduli seberapa banyak orang ateis yang menyangkal atau menentang Tuhan, nasib mereka tetaplah berada di bawah kedaulatan Tuhan, dan mereka tidak dapat lari dari hukuman Tuhan. Jika engkau sepenuhnya menerima dan tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta dapat menerima semua kebenaran yang Tuhan ungkapkan, firman Tuhan dapat mengubah cara hidupmu, mengubah tujuan hidupmu dan arah pengejaranmu, mengubah jalan yang engkau pilih, dan mengubah makna hidupmu. Dengan mulut mereka, beberapa orang mengatakan bahwa mereka percaya akan keberadaan Tuhan dan bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu serta semua yang ada, tetapi mereka tidak dapat tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan dan mereka tidak dapat melihat bahwa Tuhan membuat pengaturan yang berbeda untuk setiap orang. Orang-orang ini selalu ingin mengejar ambisi dan keinginannya sendiri dan selalu ingin melakukan hal-hal yang besar. Akibatnya, mereka terus-menerus mengalami kegagalan, dan akhirnya, setelah mengalami banyak kesulitan dan penderitaan, barulah mereka menyerah. Jika mereka benar-benar percaya pada kedaulatan Tuhan, akankah mereka bertindak seperti ini? Itu mustahil bagi mereka. Bagaimana seharusnya mereka bertindak? Pertama-tama, mereka harus memahami maksud Tuhan. Dalam pekerjaan Tuhan untuk penyelamatan umat manusia, Dia membantu orang-orang untuk membuang watak mereka yang rusak serta membebaskan diri dari pengaruh Iblis, menempuh jalan kehidupan yang benar, dan hidup selaras dengan firman Tuhan. Jika orang benar-benar memahami maksud Tuhan, mereka akan mengikuti tuntutan Tuhan dalam pengejaran akan kebenaran dan upaya mereka mengenal Tuhan, mencapai ketundukan pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Hanya dengan cara inilah mereka dapat menyelaraskan diri dengan maksud Tuhan. Ada banyak orang yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak dapat tunduk kepada-Nya. Mereka selalu ingin mengejar keinginan mereka sendiri, tetapi pada akhirnya mereka semua gagal. Pada saat itu, barulah mereka menyatakan isi hati mereka, "Ini takdir, dan tidak ada yang dapat mengubah apa yang telah ditetapkan Tuhan!" Di saat ini, ketika mereka kembali berkata, "Aku percaya akan keberadaan Tuhan dan percaya bahwa tangan Tuhan mengendalikan segala sesuatu", apakah perkataan ini berbeda dengan perkataan yang mereka ucapkan sebelumnya? Pernyataan ini jauh lebih nyata daripada doktrin yang mereka bicarakan sebelumnya. Sebelumnya, mereka hanya mengakui dan percaya secara lisan bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, tetapi ketika sesuatu terjadi pada mereka, mereka tidak dapat tunduk kepada Tuhan dan tidak dapat menerapkan kebenaran berdasarkan firman Tuhan. Di dalam hati mereka, mereka berpikir bahwa mereka dapat mewujudkan cita-cita mereka sendirian. Dengan demikian, firman Tuhan yang mereka percayai di dalam hati dan doktrin di lidah mereka tidak dapat menjadi prinsip dari tindakan mereka. Artinya, mereka tidak percaya bahwa firman Tuhan adalah kebenaran yang dapat menyelesaikan segala sesuatu. Mereka berpikir bahwa mereka memahami kebenaran, tetapi mereka tidak dapat tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, sehingga yang mereka pahami hanyalah doktrin dan kata-kata, bukan kenyataan kebenaran. Dengan mulutnya, mereka mengaku percaya pada kedaulatan Tuhan, tetapi dalam kehidupan nyata, mereka tidak bisa tunduk kepada Tuhan. Mereka selalu menempuh jalannya sendiri, selalu ingin mengejar keinginan sendiri, dan melanggar tuntutan Tuhan. Apakah ini ketundukan yang sejati? Apakah ada kepercayaan dan iman sejati di sini? (Tidak.) Tidak ada sama sekali, dan ini sungguh menyedihkan! Apa saja wujud dari kepercayaan sejati kepada Tuhan? Orang yang memiliki kepercayaan yang sejati setidaknya percaya bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, bahwa firman Tuhan akan terjadi serta digenapi, dan mereka percaya bahwa penerapan yang sesuai dengan tuntutan Tuhan adalah jalan hidup yang benar. Dalam hidupnya, mereka berdoa dan mengandalkan Tuhan, membawa firman Tuhan ke dalam kehidupan nyata, bertindak menuruti firman Tuhan dalam segala hal, berusaha menjadi orang jujur, dan hidup dengan kenyataan firman Tuhan. Mereka tidak hanya percaya akan keberadaan dan kedaulatan Tuhan, tetapi juga berusaha tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan dalam kehidupan nyata mereka. Jika mereka memberontak, mereka dapat merenungkan diri sendiri, menerima kebenaran dan disiplin dari Tuhan, serta mencapai ketundukan kepada Tuhan. Jika engkau menerapkan hal ini, kebenaran yang engkau yakini dan akui akan menjadi kenyataan hidupmu. Kebenaran ini akan dapat memandu pikiranmu, hidupmu, dan seluruh arah hidup yang engkau ambil. Pada saat ini, engkau akan dapat memperlihatkan kepercayaan sejati kepada Tuhan. Ketika engkau memiliki keyakinan sejati dan ketundukan sejati kepada Tuhan, ini menghasilkan kepercayaan yang nyata. Kepercayaan ini adalah iman yang sejati kepada Tuhan. Bagaimana iman sejati ini diperoleh? Itu diperoleh dengan menerapkan dan mengalami firman Tuhan, sehingga orang dapat memahami kebenaran. Semakin orang memahami kebenaran, semakin besar kepercayaan mereka kepada Tuhan, semakin mereka mengenal Tuhan, dan semakin mereka benar-benar tunduk kepada Tuhan. Dengan cara inilah orang dapat memiliki iman yang sejati.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.