Menghargai Firman Tuhan Adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan (Bagian Dua)
Bacalah bagian ini lagi. ("Jangan tergesa-gesa mencari solusi tentang apa yang tak kaupahami; seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya. Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu! Engkau harus bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh, dengan lapar mencari sambil menolak alasan, niat, dan tipuan Iblis. Jangan putus asa. Jangan lemah. Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati. Bekerjasamalah secara aktif dengan Tuhan dan singkirkan penghalang dalam batinmu.") Perhatikanlah, Aku akan menjelaskan poin-poin penting kepadamu tentang prinsip membaca firman Tuhan dan cara menemukan jalan penerapan di dalamnya. Bacalah bagian itu lagi, baris demi baris. ("Jangan tergesa-gesa mencari solusi tentang apa yang tak kaupahami.") Baris ini mengandung sebuah prinsip yang harus orang pahami, yaitu: Jangan terburu-buru, jangan panik, jangan tergesa-gesa melihat hasilnya. Ini adalah sikap. Baris pertama ini mengandung sikap yang benar yang harus orang gunakan pada berbagai hal. Sikap yang benar ini berada dalam lingkup nalar kemanusiaan yang normal; ini termasuk dalam lingkup nalar dan kemampuan manusia yang memiliki kemanusiaan yang normal. Sekarang, bacalah baris kedua. ("Seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya.") Apa maksudnya ini? (Ini adalah jalan penerapan yang Tuhan berikan kepada manusia.) Benar, sesederhana itu. Ini adalah jalan penerapan. Di sini, "seringlah" berarti bahwa ini tidak boleh dilakukan kapan pun engkau menginginkannya, dan tentunya tidak hanya sesekali; ini berarti bahwa begitu hal-hal ini terlintas dalam pikiranmu, engkau harus membawanya ke hadapan Tuhan untuk didoakan dan dicari. Jika engkau memikul beban dalam masalah ini, jika engkau memiliki hati yang lapar dan haus akan kebenaran, jika engkau sangat ingin memahami maksud Tuhan dan tuntutan Tuhan dalam masalah ini, serta esensi masalah yang ingin kaupahami, engkau harus sering menghadap ke hadirat Tuhan, yang berarti dengan frekuensi yang sangat tinggi. Tergantung pada lingkungan tempat engkau berada, ketika engkau sibuk, temukan waktu luang untuk memikirkan hal-hal ini, seolah-olah engkau sedang memikirkannya, atau berdoa kepada Tuhan dan mencarinya. Bukankah cara penerapan ini sangat jelas? (Ya.) Sebagai contoh, ketika engkau beristirahat setelah selesai makan, renungkan dan berdoalah, dengan berkata, "Tuhan, aku telah mengalami lingkungan ini dan itu. Aku tidak memahami maksud-Mu, dan aku tidak mengerti mengapa hal ini terjadi padaku. Apa sebenarnya niat orang ini? Bagaimana aku harus memecahkan masalah semacam ini? Engkau ingin aku memahami apa dari masalah ini?" Dengan beberapa perkataan sederhana ini, engkau berdoa kepada Tuhan dan mencari dari Tuhan tentang hal-hal yang ingin kaucari dan esensi masalah yang ingin kaupahami. Apa tujuannya berdoa seperti ini? Engkau tidak sekadar mengemukakan masalah di hadapan Tuhan, engkau sedang mencari kebenaran dari Tuhan, engkau sedang berusaha membuat Tuhan membukakan jalan keluar untukmu dan memberitahumu apa yang harus kaulakukan tentang masalah ini, dan engkau memohon kepada Tuhan untuk mencerahkan dan membimbingmu. Syarat apa yang kauperlukan untuk mampu melakukan hal ini? (Aku tidak boleh tergesa-gesa mencari solusi.) Tidak tergesa-gesa mencari solusi hanyalah suatu sikap—bukan berarti bahwa engkau tidak tergesa-gesa mencari solusinya, melainkan di bawah prasyarat besarmu untuk tidak tergesa-gesa mencari solusi, engkau memiliki hati yang lapar dan haus akan kebenaran, dan dalam hal ini, engkau memikul beban. Dengan kata lain, masalah ini bertindak sebagai semacam tekanan bagimu, dan tekanan itu menaruh beban di atas pundakmu, sehingga engkau memiliki masalah yang ingin kaupahami dan selesaikan. Inilah jalan penerapanmu. Di waktu senggangmu, dalam saat teduh reguler, atau saat engkau sedang mengobrol dengan saudara-saudarimu, engkau dapat mengemukakan kesulitan dan masalah nyatamu, serta bersekutu dan mencari dengan saudara-saudarimu. Jika engkau masih tak mampu menyelesaikan masalah, maka bawalah ke hadapan Tuhan untuk didoakan dan dicari kebenarannya. Ketika engkau melakukan ini, katakan, "Tuhan, aku masih tidak tahu bagaimana aku harus mengalami lingkungan yang telah Engkau atur untukku. Aku masih belum memahaminya, dan aku tidak tahu harus mulai dari mana atau bagaimana caranya menerapkan. Tingkat pertumbuhanku rendah dan aku tidak mengerti banyak kebenaran. Tolong cerahkan dan bimbinglah aku. Aku tidak tahu apa yang Engkau ingin kuperoleh atau kupahami dari lingkungan ini, atau apa yang ingin Engkau ungkapkan tentangku melalui lingkungan ini. Tolong cerahkan aku dan izinkan aku untuk memahami maksud-Mu." Ini adalah jalan penerapan yang ditemukan dalam baris: "seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan." Terapkanlah seperti ini, terkadang pikirkan di dalam hatimu, terkadang doakan kepada Tuhan dalam hati dan terkadang doakan dengan lantang, dan terkadang persekutukan dengan saudara-saudarimu. Jika engkau memiliki perwujudan ini, itu membuktikan bahwa engkau telah hidup di hadapan Tuhan. Jika engkau sering berkomunikasi dengan Tuhan seperti ini di dalam hatimu, maka engkau memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Setelah beberapa tahun mengalami seperti itu, engkau secara alami akan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Adakah kesulitan terkait dengan penerapan ini? (Tidak.) Itu bagus. Sebagai contoh, terkadang ketika engkau membaca firman Tuhan, semakin banyak engkau membaca, hatimu akan merasa lebih cerah—ini berarti bahwa engkau telah membaca firman sesuai dengan pengalamanmu, dan gagasan serta imajinasimu sebelumnya akan terurai sekaligus. Pada saat ini, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, membaca firman ini telah mencerahkan hatiku. Masalah yang kumiliki sebelumnya sekarang tiba-tiba menjadi jelas bagiku. Aku tahu bahwa ini adalah pencerahan-Mu, dan aku bersyukur kepada-Mu karena mengizinkanku memahami firman-Mu ini." Bukankah ini berdoa dan menghadap ke hadirat Tuhan lagi? (Ya.) Apakah ini sulit untuk dilakukan? Mampukah engkau meluangkan waktu untuk hal ini? (Ya.) Sejak awal pencarianmu hingga doa ini, bukankah engkau akan selalu menerapkan prinsip yang terdapat dalam firman Tuhan: "seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan"? Ketika engkau selalu hidup dengan menerapkan firman ini, dan selalu berpaut pada prinsip penerapan yang terkandung di dalamnya, dan selalu hidup dalam kenyataan semacam ini, ini disebut mematuhi prinsip penerapan. Apakah ini sulit? (Tidak sulit.) Ini hanya mengharuskanmu untuk menggunakan hatimu, menggerakkan mulutmu, meluangkan waktu dan sedikit berpikir, sesekali menyediakan waktu untuk mengobrol dengan Tuhan dan mengungkapkan serta membagikan isi hatimu. Inilah menghadap ke hadirat Tuhan lebih sering. Sesederhana, semudah, dan segampang itu. Tidak ada yang sulit tentangnya. Engkau membawa sesuatu yang kauanggap sangat penting di dalam hatimu, dan engkau menganggapnya sebagai beban, dan tidak pernah melupakannya atau melepaskannya—engkau memiliki hal seperti itu di dalam hatimu, dan engkau menghadap ke hadirat Tuhan dari waktu ke waktu untuk berdoa kepada-Nya, dan berbicara serta mengobrol dengan-Nya tentang hal itu. Hati seperti apa yang harus kaumiliki ketika berbicara dengan Tuhan? (Hati yang tulus.) Benar, engkau harus memiliki hati yang tulus. Jika engkau memikul beban, maka hatimu akan setia. Ketika orang lain sedang mengobrol, engkau akan berdoa dan bersekutu dengan Tuhan di dalam hatimu. Terkadang, ketika engkau lelah bekerja dan sedang beristirahat, engkau akan mengingat masalah tersebut, dan berkata, "Ini tidak bagus, aku masih tidak memahami masalah ini. Aku masih harus membicarakannya dengan Tuhan." Mengapa engkau mengingat hal ini setiap kali engkau memiliki waktu? Karena di dalam hatimu, engkau menganggapnya sangat serius, engkau menganggapnya sebagai beban dan tanggung jawabmu sendiri, dan engkau ingin memahaminya dan menyelesaikannya. Ketika engkau menghadap ke hadirat Tuhan dan berbicara serta mengobrol dengan-Nya secara akrab, hatimu secara alami akan menjadi tulus. Ketika engkau bersekutu dengan Tuhan dalam konteks ini dan dengan mentalitas ini, engkau akan merasakan bahwa hubunganmu dengan Tuhan tidak lagi sedingin dan serenggang sebelumnya, dan sebaliknya engkau akan merasakan bahwa engkau semakin dekat dengan-Nya. Inilah betapa efektifnya jalan penerapan yang Tuhan berikan kepada manusia. Bagaimana pendapatmu, apakah sulit berhubungan dengan Tuhan seperti ini? Engkau memikirkan sebuah masalah dengan serius, sesekali berbicara kepada Tuhan tentang hal ini, engkau menghadap ke hadirat Tuhan dan menyapa-Nya dari waktu ke waktu, engkau berbicara kepada Tuhan tentang apa yang ada dalam hatimu dan tentang kesulitanmu, engkau membicarakan hal-hal yang ingin kaupahami, hal-hal yang kaupikirkan, keraguanmu, kesulitanmu, dan tanggung jawabmu—jika engkau berbicara kepada Tuhan tentang semua hal ini, bukankah engkau sedang hidup di hadapan Tuhan dengan menerapkan dalam cara seperti ini? Ini adalah penerapan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika engkau menerapkan dengan cara ini untuk jangka waktu tertentu, bukankah engkau akan melihat dan menuai hasilnya dengan sangat cepat? (Ya.) Namun, tidak sesederhana itu, ini merupakan suatu proses. Jika engkau menerapkan dengan cara seperti ini selama beberapa waktu, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi semakin dekat, mentalitasmu akan membaik, keadaanmu akan menjadi semakin normal, dan minatmu pada firman dan kebenaran Tuhan akan bertumbuh semakin besar. Ini adalah memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Jika engkau mampu memahami beberapa kebenaran dan menerapkannya, engkau akan mulai masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Namun, hal ini tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Mungkin butuh enam bulan, satu tahun, atau bahkan dua atau tiga tahun sebelum engkau melihat hasil yang jelas. Akankah orang bebas dari kerusakan dan pemberontakan selama periode ini? Tidak. Meskipun engkau telah berdoa kepada Tuhan berkali-kali dan menerapkan dengan cara seperti ini, apakah itu berarti engkau pasti akan mendapatkan hasil? Haruskah Tuhan menunjukkan hasilnya kepadamu? Haruskah Dia memberimu jawaban? Belum tentu. Ada orang-orang yang berkata, "Jika tidak pasti apakah aku akan mendapatkan hasil, dan jika hasilnya tidak dijamin, mengapa Tuhan tetap bertindak seperti ini? Mengapa Dia membuat orang menerapkan dengan cara seperti ini?" Jangan khawatir, menerapkan dengan cara seperti ini pasti tidak akan sia-sia. Meskipun engkau menerapkan dengan cara seperti ini selama satu atau dua tahun dan berpikir bahwa engkau belum memperoleh hasil apa pun dalam waktu dekat atau jangka pendek, mungkin saja, lima atau sepuluh tahun kemudian, ketika Tuhan sekali lagi mengatur suatu lingkungan serupa untukmu, engkau akan segera menyadari aspek kebenaran yang tidak mampu kausadari sebelumnya. Namun, kebenaran yang kausadari dan pahami setelah lima atau sepuluh tahun ini membutuhkan landasan yang dibangun oleh pengalaman, pengetahuan, dan pemahamanmu saat ini. Realisasi yang terjadi nanti ini harus didasarkan pada landasan ini. Apakah menurutmu mudah bagi orang untuk memahami suatu aspek kebenaran? (Tidak mudah.) Inilah makna dan nilai dari membayar harga untuk menerapkan kebenaran. Ini adalah prinsip penerapan yang terkandung dalam baris kedua. "Seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya"—baris ini ditulis dalam bahasa yang sederhana dan mudah diterima, serta sangat mudah untuk dipahami. Ini berarti engkau harus lebih banyak berdoa dan memiliki hati yang tulus, karena hati yang tulus membuahkan hasil. Sesederhana seperti itu. Namun, firman ini benar-benar merupakan kenyataan kebenaran yang harus dimasuki setiap orang dan merupakan satu-satunya jalan bagi mereka untuk bisa menghadap ke hadirat Tuhan dan akhirnya memperoleh keselamatan. Meskipun baris ini diucapkan dengan kata-kata yang biasa dan sederhana, setiap orang harus mengalami dan masuk dengan cara ini. Sama halnya dengan membangun sebuah gedung. Entah gedung itu 30 lantai, 50 lantai, atau bahkan sekitar seratus lantai, gedung itu harus memiliki fondasi. Jika fondasi bangunannya tidak kokoh, maka setinggi apa pun bangunan itu, itu tidak akan bertahan lama dan akan runtuh dalam beberapa tahun. Ini berarti selama hidup di dunia ini, manusia harus memiliki kebenaran sebagai landasannya. Inilah satu-satunya cara bagi mereka untuk berdiri teguh dan mendapatkan perkenan Tuhan. Jika orang ingin memahami kebenaran yang lebih mendalam dan lebih tinggi, mereka harus memiliki hal-hal yang paling mendasar—yaitu, hal-hal yang membangun sebuah landasan. Memiliki landasan yang goyah adalah hal yang paling berbahaya. Jangan meremehkan kebenaran yang paling dasar ini, prinsip dan jalan penerapan yang paling dasar ini. Selama itu adalah kebenaran, itu adalah hal-hal yang harus dimiliki dan diterapkan manusia. Entah kebenaran itu besar atau kecil, tinggi atau rendah, tidak menjadi masalah. Engkau harus mulai dari dasarnya. Ini adalah satu-satunya cara untuk meletakkan landasan yang kuat.
Sekarang, bacalah baris ketiga. ("Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu.") Merujuk pada apakah "Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu"? Ini merujuk pada iman dan visi. Ketika engkau didukung dan dibimbing oleh visi ini, engkau akan memiliki jalan di hadapanmu. Akankah menerapkan dengan cara seperti ini berpengaruh? Ada orang-orang yang berkata, "Aku sudah bosan dengan semua penerapan ini, dan Tuhan masih belum mencerahkanku atau memberitahuku apa pun. Aku tidak bisa merasakan kehadiran Tuhan. Apakah Tuhan benar-benar ada?" Engkau tidak boleh berpikir seperti ini. Tuhan itu mahakuasa, entah Dia berfirman kepadamu atau tidak. Ketika Tuhan ingin berfirman kepadamu, dan Dia berfirman kepadamu, Dia mahakuasa. Ketika Tuhan tidak mau berfirman kepadamu, dan Dia tidak berfirman kepadamu, Dia tetap mahakuasa. Tuhan itu mahakuasa, entah Dia mengizinkanmu untuk memahami berbagai hal atau tidak. Esensi dan identitas Tuhan tidak dapat diubah. Inilah visi yang harus manusia pahami. Ini adalah baris ketiga, ini sangat sederhana. Meskipun sederhana, orang harus benar-benar mengalaminya. Ketika orang mengalaminya, itu akan menegaskan kepada mereka bahwa firman ini sebenarnya adalah kebenaran dan mereka tidak akan lagi berani meragukannya dengan cara apa pun.
Lanjutkan membaca baris yang keempat. ("Engkau harus bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh.") "Engkau harus bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh," inilah tuntutan Tuhan terhadap manusia. Orang perlu memahami apa yang dimaksud dengan "sungguh-sungguh". Apakah "sungguh-sungguh" berarti engkau menyombongkan diri dan pamer, memiliki hati yang penuh ambisi, menjadi congkak dan merasa diri benar, bersikap menguasai dan diktator, dan tidak mematuhi siapa pun? Apa maksud dari baris "menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh"? Bagaimana caranya engkau "menginginkan Tuhan"? Apakah seperti yang dikatakan dalam baris sebelumnya, bahwa engkau harus "sering membawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, mempersembahkan hati yang tulus kepada-Nya"—engkau harus memiliki hasrat dan keinginan untuk memperoleh pemahaman tentang kebenaran, dan untuk memperoleh keselamatan, dan engkau juga harus memiliki keinginan untuk menerima kedaulatan Tuhan dan pengaturan Tuhan, untuk memperoleh pemahaman tentang maksud Tuhan dan ketundukan pada kedaulatan Tuhan. Inilah yang disebut menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Meskipun Tuhan menggunakan bahasa manusia untuk menjelaskan hal ini secara gamblang, manusia harus memahami maknanya secara murni, dan tidak menafsirkannya secara ekstrem. Kata "sungguh-sungguh" di sini tidak berarti secara dibuat-buat menggunakan kekuatan kasar yang berlebihan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang ceroboh. Ini tidak ada kaitannya dengan kekerasan, apalagi kebodohan atau kecerobohan. "Sungguh-sungguh" terutama mengacu pada aspirasi orang. Ini seperti ketika orang menghargai sesuatu sampai sedemikian rupa hingga mereka merasa harus memilikinya, dan setelah bertekad untuk memilikinya, mereka tidak akan menyerah sampai mereka memilikinya. "Menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh" adalah hal yang sepenuhnya positif dan hanya dapat membuahkan hasil yang positif. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan "menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh"? (Ini berarti orang datang ke hadapan Tuhan lebih sering dan memiliki hasrat dan tekad untuk memahami kebenaran dan memahami maksud Tuhan dalam segala hal yang dialaminya.) Benar, sesederhana itu. Menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh berarti engkau mau meninggalkan kepentingan dan kesenangan dagingmu, dan juga melepaskan waktu luang pribadimu, dan memanfaatkan waktu luangmu itu untuk melakukan hal-hal positif, seperti mencari dari Tuhan, berdoa kepada Tuhan, datang ke hadapan Tuhan, dan berusaha memahami kedaulatan Tuhan. Ini tentang mendoakan sesuatu secara rasional, dan mencari, mengorbankan waktu dan tenagamu, dan membayar harga tertentu agar engkau mampu memahami suatu aspek kebenaran. Inilah yang dimaksud dengan menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Apakah ini cara yang akurat untuk menjelaskannya? Apakah ini sesuai dengan nalar kemanusiaan yang normal? Apakah firman ini mudah untuk dipahami? (Ya.) Jadi, apakah perwujudan ini ada kaitannya dengan memamerkan kekuatan dan dengan kasar merebut apa yang orang inginkan? Apakah mewujudkan hal ini berarti memperlihatkan kekasaran, kecerobohan, dan kurangnya kebijaksanaan? (Tidak.) Lalu apa yang dimaksud dengan "sungguh-sungguh"? Ulangi apa yang baru saja Kukatakan kepadamu. (Ini berarti mampu datang ke hadapan Tuhan lebih sering, memiliki keinginan untuk memahami kebenaran, mampu melepaskan sebagian dari kesenangan daging, meluangkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mencari kebenaran, dan mampu mengerahkan tenaga dan membayar harga untuk melakukannya.) Jadi, bagaimana menerapkan keinginan ini secara konkret? Aku akan memberimu sebuah contoh. Terkadang engkau akan tiba-tiba menyadari bahwa sudah lama engkau tidak menonton aktor favoritmu dan bertanya-tanya film apa yang telah dia mainkan. Engkau ingin mencari berita tentangnya di komputer, tetapi kemudian engkau merenung dan berpikir, "Ini tidak benar, apa hubungan film yang dia bintangi dengan diriku? Menonton film sepanjang waktu berarti melalaikan pekerjaan yang seharusnya kulakukan. Aku harus datang ke hadapan Tuhan dan berdoa." Kemudian, engkau akan tenang dan mengingat masalah yang sebelumnya kaucari jawabannya di hadirat Tuhan. Engkau masih belum memiliki konsepsi apa pun tentang masalah tersebut dan engkau sama sekali tidak memahaminya, jadi engkau hanya akan menenangkan hatimu di hadapan Tuhan, dan berdoa kepada-Nya. "Tuhan, aku rela menyerahkan hatiku di hadapan-Mu. Lingkungan yang kualami akhir-akhir ini sangat memengaruhiku. Meskipun demikian, aku tetap tidak mampu tunduk, dan aku tetap tidak mampu memahami dengan jelas bahwa ini adalah kedaulatan-Mu. Kumohon cerahkan aku, bimbing aku, dan singkapkanlah kerusakan dan pemberontakanku di lingkungan yang Engkau atur untukku, sehingga aku mampu memahami maksud-Mu dan tunduk kepada-Mu." Setelah berdoa, engkau akan merenung dan berpikir, "Tidak, masalahku masih belum diselesaikan. Aku perlu membaca lebih banyak firman Tuhan untuk menemukan solusinya." Kemudian, engkau akan segera membaca firman Tuhan sebentar. Melihat waktu, engkau akan berkata, "Oh, setengah jam sudah berlalu! Firman Tuhan benar-benar baik, tetapi firman yang kubaca sama sekali tak berkaitan dengan masalahku, jadi masalahku masih belum terselesaikan. Aku tidak tahu apa yang Tuhan ingin kupahami dengan mengatur lingkungan ini untukku dan aku tidak tahu maksud-Nya. Aku harus segera bekerja melaksanakan tugasku dan aku tidak boleh menunda masalah-masalah penting. Mungkin suatu hari aku akan membaca firman Tuhan yang tepat dan menyelesaikan masalahku." Apakah melakukan ini mengorbankan waktu dan tenagamu? (Ya.) Sesederhana itu. Saat engkau berontak melawan kesukaanmu sendiri dan melepaskan hiburan dan waktu senggangmu, engkau akan memperoleh sedikit ketulusan dan sedikit melatih dirimu untuk bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Di dalam hatimu, engkau akan merasa sangat nyaman dan damai. Untuk pertama kalinya dalam hidupmu, engkau akan secara pribadi mengalami damai sejahtera dan pemeliharaan yang luar biasa karena berontak melawan daging dan meninggalkan kenikmatan dagingmu sendiri. Engkau juga akan secara pribadi merasakan bagaimana menenangkan dirimu di hadapan Tuhan, membaca firman-Nya, membuka hatimu kepada Tuhan, dan mengungkapkan isi hatimu kepada-Nya memberimu damai sejahtera dan kepuasan—yang tidak dapat kauperoleh jika engkau memedulikan tren dan urusan sosial—dan engkau juga akan mampu memperoleh sesuatu darinya, dan mulai memahami kebenaran dan mengerti banyak hal. Akibatnya, engkau akan merasa bahwa firman Tuhan itu benar-benar baik, bahwa Tuhan benar-benar baik, dan memperoleh kebenaran memang berarti mendapatkan harta. Engkau bukan saja akan mampu memahami banyak hal tanpa kebingungan, engkau juga akan mampu hidup di hadapan Tuhan dan hidup berdasarkan firman Tuhan. Inilah efek yang dapat kauperoleh jika engkau bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Menerapkan dengan cara seperti ini, mengabdikan waktu dan tenagamu, dan melepaskan kenikmatan dagingmu—ini adalah salah satu perwujudanmu ketika engkau bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah perwujudan ini hampa? (Tidak hampa.) Apakah mudah untuk dicapai? (Ya.) Sangat mudah untuk dicapai. Ini adalah sesuatu yang dapat dicapai oleh orang yang memiliki kemanusiaan yang normal.
Jika orang punya pemikiran, itu berarti mereka punya pilihan. Jika sesuatu terjadi pada diri mereka dan mereka membuat pilihan yang salah, mereka harus berbalik dan membuat pilihan yang benar; mereka benar-benar tidak boleh bertahan dengan kesalahan mereka. Orang seperti ini adalah cerdas. Namun, jika mereka tahu bahwa mereka membuat pilihan yang salah dan tidak berbalik, mereka adalah orang yang tidak mencintai kebenaran, dan orang seperti itu tidak benar-benar menginginkan Tuhan. Katakanlah, misalnya, engkau ingin bersikap asal-asalan dan ceroboh ketika melaksanakan tugasmu. Engkau berusaha bermalas-malasan, dan berusaha menghindari pemeriksaan Tuhan. Pada saat-saat seperti itu, bergegaslah menghadap Tuhan untuk berdoa, dan renungkan apakah ini cara bertindak yang benar. Kemudian pikirkanlah: "Mengapa aku percaya kepada Tuhan? Sikap asal-asalan seperti itu mungkin tidak diketahui oleh manusia, tetapi apakah itu tidak akan diketahui oleh Tuhan? Terlebih lagi, aku percaya kepada Tuhan bukan untuk bermalas-malasan—tetapi untuk diselamatkan. Tindakanku demikian bukanlah ungkapan kemanusiaan yang normal, itu juga tidak disukai oleh Tuhan. Tidak, aku boleh bermalas-malasan dan melakukan apa yang kuinginkan di dunia luar, tetapi sekarang aku berada di rumah Tuhan, aku berada di bawah kedaulatan Tuhan, di bawah pengawasan mata Tuhan. Aku seorang manusia, aku harus bertindak sesuai hati nuraniku, dan tak boleh bertindak sekehendakku sendiri. Aku harus bertindak sesuai dengan firman Tuhan, aku tidak boleh asal-asalan, aku tidak boleh bermalas-malasan. Jadi, bagaimana aku harus bertindak agar tidak bermalas-malasan, tidak asal-asalan? Aku harus berusaha keras. Baru saja aku merasa terlalu banyak masalah untuk melakukannya seperti ini, aku ingin menghindari kesukaran itu, tetapi sekarang aku mengerti: mungkin banyak kesukaran untuk melakukannya seperti itu, tetapi itu efektif, dan begitulah seharusnya hal itu dilakukan." Ketika engkau sedang bekerja dan masih merasa takut akan kesukaran, pada saat-saat seperti itu engkau harus berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku orang yang malas dan licik, kumohon kepada-Mu agar mendisiplinkan diriku dan menegurku, sehingga hati nuraniku merasakan sesuatu, dan aku memiliki rasa malu. Aku tidak ingin asal-asalan. Kumohon bimbinglah dan cerahkanlah aku, tunjukkanlah kepadaku pemberontakan dan keburukanku." Ketika engkau berdoa seperti itu, merenungkan dirimu dan berusaha mengenal dirimu sendiri, ini akan menimbulkan perasaan menyesal, dan engkau akan mampu membenci keburukanmu, dan keadaanmu yang salah akan mulai berubah, dan engkau akan mampu merenungkan ini serta berkata kepada dirimu sendiri, "Mengapa aku asal-asalan? Mengapa aku selalu berusaha untuk bermalas-malasan? Bertindak seperti ini berarti tidak memiliki hati nurani atau nalar—apakah aku masih bisa dianggap orang yang percaya kepada Tuhan? Mengapa aku tidak menganggapnya serius? Bukankah aku hanya mengerahkan sedikit lebih banyak waktu dan upaya? Itu bukan beban yang besar. Ini adalah sesuatu yang sudah seharusnya kulakukan; jika aku bahkan tak mampu melakukan hal ini, apakah aku layak disebut manusia?" Hasilnya, engkau akan bertekad dan bersumpah: "Ya Tuhan! Aku telah mengecewakan-Mu, aku benar-benar telah sangat dirusak, aku tidak memiliki hati nurani atau nalar, aku tidak memiliki kemanusiaan, aku ingin bertobat. Kumohon ampunilah aku, aku pasti akan berubah. Jika aku tidak bertobat, aku ingin Engkau menghukumku." Setelah itu, mentalitasmu akan berubah, dan engkau akan mulai berubah. Engkau akan bertindak dan melaksanakan tugasmu dengan bertanggung jawab, menjadi makin tidak asal-asalan, dan engkau akan mampu menderita dan membayar harga. Engkau akan merasa bahwa melaksanakan tugasmu dengan cara seperti ini sungguh luar biasa, dan engkau akan memiliki damai sejahtera dan sukacita di dalam hatimu. Jika orang mampu menerima pemeriksaan Tuhan, jika mereka mampu berdoa kepada-Nya dan mengandalkan-Nya, keadaan mereka akan segera berubah. Setelah keadaan negatif dalam hatimu berbalik, dan setelah engkau berontak melawan niatmu sendiri dan keinginan daging yang egois, jika engkau mampu melepaskan kenyamanan dan kenikmatan daging, dan bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan, dan engkau tidak lagi berbuat sekehendak hatimu atau sembrono, engkau akan memiliki damai sejahtera di dalam hatimu dan hati nuranimu tidak akan mencelamu. Apakah mudah berontak melawan daging dan bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan dengan cara seperti ini? Selama orang bertekad menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh, mereka akan mampu memberontak melawan daging dan menerapkan kebenaran. Dan asalkan engkau mampu menerapkan dengan cara seperti ini, sebelum engkau menyadarinya, engkau akan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Itu sama sekali tidak akan sulit. Tentu saja, ketika menerapkan kebenaran, engkau harus melalui proses perjuangan dan proses mengubah pemikiranmu, dan ini harus kauatasi dengan mencari kebenaran. Jika engkau adalah orang yang tidak mencintai kebenaran, akan sulit bagimu untuk membereskan keadaan negatifmu, dan engkau tidak akan mampu memahami dan menerapkan kebenaran. Besarnya kesulitan yang orang hadapi dalam proses mengubah pemikirannya bergantung pada apakah mereka mampu menerima kebenaran. Jika mereka tidak mampu menerima kebenaran, akan sangat sulit bagi mereka untuk mengubah pemikiran mereka. Sebaliknya, mereka yang mampu menerima kebenaran, sama sekali tidak akan merasa sulit. Mereka akan secara alami mampu menerapkan kebenaran dan tunduk pada kebenaran. Orang yang benar-benar mencintai kebenaran mampu mengandalkan Tuhan untuk mengatasi kesulitan dalam tingkat apa pun. Dengan cara ini, mereka akan memiliki kesaksian pengalaman, dan seperti inilah hati yang menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Karena hatimu menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh, apakah ini berarti engkau tidak diizinkan untuk memiliki kerusakan dan pemberontakan? Tidak. Ini berarti bahwa, karena engkau memiliki hati yang menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh, engkau setidaknya mampu bertindak berdasarkan hati nurani dan nalarmu, dan engkau mampu mencari kebenaran. Dengan demikian, engkau mampu membuat pilihan yang tepat dalam situasi apa pun, dan menerapkan serta memasuki arah yang tepat. Inilah yang disebut hati yang menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh. Apakah perwujudan seperti ini hampa? (Tidak hampa.) Perwujudan seperti ini tidak hampa ataupun samar, melainkan sangat nyata dan konkret, dan sama sekali tidak abstrak. Ada orang-orang yang berkata: "Oh, aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi aku selalu menemui kesulitan setiap kali waktunya tiba untuk menerapkan kebenaran. Aku sangat cemas hingga aku bercucuran keringat, tetapi aku masih belum memiliki jalan. Aku selalu ingin menerapkan kebenaran tanpa menghadapi kesulitan fisik apa pun atau tanpa merugikan kepentinganku, dan akibatnya, aku tidak mampu menemukan jalan. Baru sekaranglah aku sadar bahwa memiliki hati yang menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh sangatlah sederhana. Seandainya aku mengetahui hal ini sebelumnya dan menerapkan firman ini lebih awal!" Siapa yang harus kausalahkan jika engkau tidak menerapkan firman Tuhan? Siapa yang memaksamu untuk tidak menghargai firman Tuhan selama ini, dan sebaliknya hanya bertindak membabi buta? Jadi, kita dapat menyimpulkan dalam sebuah kalimat: jika engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus menerapkan dan mengalami firman Tuhan agar engkau dapat memahami kebenaran; hanya dengan mencapai titik di mana engkau menangani masalah berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, barulah engkau akan mampu memperoleh perkenanan Tuhan. Engkau sama sekali tidak boleh melakukan segala sesuatu menurut keinginanmu sendiri, atau mengejar ketenaran dan keuntungan, dan engkau tidak boleh membentuk kelompok atau mencari pendukung di gereja. Mereka yang melakukannya tidak akan mencapai akhir yang baik. Mereka yang tidak berfokus melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka yang tidak mengejar kebenaran, mereka yang selalu mengharapkan dan mengandalkan orang lain, dan mereka yang suka mengikuti pemimpin palsu dan antikristus dalam membuat keributan yang tidak masuk akal, mereka semua akan menghancurkan diri mereka sendiri karena telah bertindak secara membabi buta, mereka akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Ini akan membuat mereka tercengang. Jika engkau ingin menghentikan dirimu sendiri agar tidak menempuh jalanmu sendiri, engkau harus lebih sering datang ke hadapan Tuhan, dan berdoa kepada-Nya serta mencari kebenaran dalam segala hal. Dengan melakukannya, engkau akan mampu memperoleh hasil dari pemahamanmu akan kebenaran, memulai jalan penerapan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Yang penting di sini adalah engkau tidak boleh mengikuti orang lain, mengikuti orang ini suatu hari karena engkau mengira bahwa dia hebat, dan kemudian mengikuti orang lain pada hari berikutnya karena engkau mengira bahwa dia benar, menghabiskan banyak waktu bertindak secara membabi buta tanpa memperoleh kebenaran. Masalah apa pun yang kauhadapi, engkau harus mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah berdasarkan firman Tuhan. Jika engkau mengikuti orang lain secara membabi buta, mengikuti siapa pun yang berbicara dengan baik dan menggunakan perkataan yang muluk-muluk, kemungkinan besar engkau akan tertipu. Orang yang percaya kepada Tuhan harus semata-mata percaya bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, mereka harus mendengarkan firman Tuhan saja, dan menerapkan sesuai dengan firman Tuhan. Melakukan hal itu akan mencegahmu mengikuti orang lain dan mengikuti mereka menempuh jalan yang salah.
Lanjutkan dan baca baris berikutnya. ("Dengan lapar mencari sambil menolak alasan, niat, dan tipuan Iblis.") Ini juga adalah tentang penerapan. "Dengan lapar mencari" mengacu pada keinginan untuk menerapkan kebenaran tetapi tidak memiliki jalan, dan keinginan untuk memuaskan Tuhan tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukannya—ketika engkau lapar seperti ini, engkau akan mencari dan berdoa. Selalu merasa bahwa engkau memiliki terlalu banyak kekurangan, khususnya, mendapati dirimu tidak memiliki jalan ketika sesuatu terjadi padamu, tidak tahu apa yang harus kaulakukan untuk memuaskan Tuhan, selalu memberontak dan melakukan sesuatu sesuai keinginanmu, dengan hati yang gelisah, ingin menerapkan kebenaran, tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukannya—ini adalah perasaan lapar. Jika engkau lapar, engkau harus mencari. Jika engkau tidak mencari, engkau tidak akan memiliki jalan. Jika engkau tidak mencari, engkau akan jatuh ke dalam kegelapan. Jika engkau tidak pernah mencari, engkau akan menemui kesudahanmu. Engkau akan menjadi pengikut yang bukan orang percaya. Apa yang dimaksud dengan "menolak alasan, niat, dan tipuan Iblis"? Maksudnya adalah ketika orang menghadapi situasi tertentu, mereka selalu memiliki keinginan mereka sendiri, mereka selalu memikirkan kepentingan daging mereka sendiri, dan mereka selalu mencari jalan keluar untuk daging mereka. Pada saat-saat seperti ini, hati nuranimu akan mencelamu, mendorongmu untuk menerapkan kebenaran dan tunduk kepada Tuhan. Dalam situasi seperti itu, akan ada pergumulan di dalam hatimu, dan engkau harus menolak dalih Iblis dan menolak berbagai alasan daging. "Menolak" berarti mampu memahami dan mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai dalih dan alasan yang orang miliki untuk tidak menerapkan kebenaran, yang merupakan niat dan tipuan Iblis, dan kemudian memberontak melawannya. Ini adalah proses penolakan. Terkadang, ide, niat, dan tujuan rusak tertentu, serta beberapa pengetahuan, falsafah, teori, dan cara, sarana, tipuan, dan muslihat manusia dalam cara mereka berinteraksi dengan orang lain, dan lain sebagainya, muncul dalam diri manusia. Ketika ini terjadi, orang harus segera menyadari bahwa ini adalah perwujudan dari hal-hal rusak yang mereka singkapkan, dan mereka harus mencengkeramnya, mencari kebenaran, menganalisisnya secara menyeluruh, memahami kenyataannya dengan jelas, dan sepenuhnya menolak dan memberontak melawannya, segera menghentikannya. Kapan pun hal ini terjadi, asalkan ide, pemikiran, niat, atau gagasan yang rusak telah muncul dalam diri orang, mereka harus segera mencengkeramnya, memahaminya, mengetahui yang sebenarnya tentangnya, berontak melawannya, dan kemudian berbalik darinya. Prosesnya adalah seperti itu. Dengan cara inilah engkau berlatih menolak Iblis dan memberontak melawan daging. Bukankah ini sangat sederhana? Sebenarnya, proses ini sudah dibicarakan dalam dua contoh yang baru saja diberikan. Ini adalah prinsip penerapan untuk menghadapi keadaan yang tidak pantas yang muncul dalam diri manusia ketika sesuatu menimpa mereka.
Lanjutkan membaca. ("Jangan putus asa. Jangan lemah. Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati.") Ini berarti mencari dan menanti dengan segenap hati dan pikiranmu. Empat kalimat sederhana ini "Jangan putus asa. Jangan lemah. Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati" memiliki dua arti. Apakah kedua arti ini? (Yang pertama adalah jangan putus asa dan jangan lemah. Artinya, jangan berkecil hati atau menjadi putus asa ketika engkau menghadapi kesulitan atau ketika tidak mampu memahami sesuatu untuk sesaat selama proses pencarianmu. Yang kedua adalah engkau harus mencari dan menanti dengan segenap hatimu. Artinya, engkau harus memiliki ketekunan selama proses pencarianmu, engkau harus terus mencari dan berdoa ketika engkau tidak mengerti, dan menanti maksud Tuhan untuk terungkap. Inilah arti yang kedua.) "Jangan putus asa. Jangan lemah" berarti bahwa orang harus mempertahankan iman yang benar kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan itu mahakuasa, dan bahwa Tuhan mampu mencerahkan mereka dan akan memampukan mereka untuk memahami kebenaran. Jadi, mengapa engkau tidak mampu memahami kebenaran pada saat ini? Mengapa Tuhan tidak mencerahkanmu pada saat ini? Pasti ada alasan untuk ini. Apa salah satu alasan dasarnya? Alasannya adalah karena waktu Tuhan belum tiba. Tuhan sedang menguji imanmu, dan Dia sekaligus ingin menggunakan cara ini untuk memperkuat imanmu. Ini adalah hal dasar yang harus orang pahami dan ketahui. Seandainya engkau telah bertindak berdasarkan prinsip yang Tuhan tuntut, engkau telah berdoa, engkau telah mencari, engkau memiliki hati yang menginginkan Tuhan dengan sungguh-sungguh, engkau telah mulai menghargai firman Tuhan, engkau berminat pada firman Tuhan, dan engkau sering mengingatkan dirimu sendiri untuk menerapkan dan mengalami firman Tuhan, untuk datang ke hadapan Tuhan, untuk tidak menyimpang dari-Nya, dan mencari ketika melakukan sesuatu. Namun, engkau berpikir, "Kupikir aku tidak merasakan dengan jelas bahwa Tuhan telah memberiku pencerahan, penerangan, atau bimbingan khusus, dan aku bahkan tidak memiliki perasaan yang jelas bahwa Tuhan telah memberiku karunia khusus, bakat, atau kemampuan khusus apa pun untuk tugas yang kulaksanakan. Sebaliknya, aku merasa bahwa orang yang tidak sebanding denganku lebih mengerti daripadaku, lebih baik dalam melaksanakan tugas mereka, dan lebih fasih dalam mengabarkan Injil. Mengapa aku tidak sebaik orang lain? Mengapa aku masih berdiri di tempat yang sama dan hanya mengalami sedikit kemajuan?" Ada dua alasan untuk hal ini: pertama, karena orang itu sendiri memiliki banyak masalah, seperti memiliki cara, niat, dan tujuan mereka masing-masing dalam mencari, serta niat dan motif mereka dalam berdoa kepada Tuhan dan mengajukan permintaan kepada Tuhan, dan seterusnya. Dalam semua hal ini, engkau perlu merenungkan, memperoleh pengetahuan, menemukan masalah di dalamnya, dan segera membalikkan arahmu. Tidak perlu menjelaskan secara mendetail tentang hal ini. Alasan kedua adalah, mengenai berapa banyak yang Tuhan berikan kepada berbagai orang, dan bagaimana Dia menganugerahkannya kepada mereka, Tuhan memiliki cara-Nya sendiri. Tuhan telah mengucapkan firman: "Aku akan menyatakan kemurahan kepada siapa pun Aku akan menyatakan kemurahan, dan akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa pun Aku akan menunjukkan belas kasihan" (Keluaran 33:19). Mungkin engkau adalah objek dari kasih karunia Tuhan, mungkin engkau adalah objek dari belas kasihan-Nya, atau mungkin engkau bukan salah satu dari kedua jenis orang yang Tuhan bicarakan ini. Mungkin Tuhan menganggapmu lebih kuat daripada orang lain, atau engkau membutuhkan lebih banyak waktu daripada orang lain untuk diuji dan ditempa. Ada banyak alasan, tetapi apa pun alasannya, apa pun yang Tuhan lakukan, semua itu adalah benar. Manusia tidak boleh mengajukan tuntutan yang berlebihan terhadap Tuhan. Satu-satunya hal yang harus kaulakukan adalah mencarilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati. Sebelum Tuhan mengizinkanmu untuk memahami dan memberimu jawaban, satu-satunya yang harus kaulakukan adalah mencari, sementara pada saat yang sama, engkau harus menanti waktu ketika Tuhan akan memberimu sesuatu, waktu ketika Tuhan akan menganugerahkan kasih karunia kepadamu, dan waktu ketika Tuhan akan mencerahkan dan membimbingmu. Berlawanan dengan gagasan manusia, Tuhan tidak membagikan hal-hal secara merata kepada manusia, jadi engkau tidak boleh menggunakan kata "merata" untuk mengajukan tuntutan kepada Tuhan. Ketika Tuhan memberikan sesuatu kepadamu, pada saat itulah engkau harus menerimanya. Ketika Tuhan tidak memberimu sesuatu, sebenarnya waktunya tidak cocok atau tepat di mata Tuhan, jadi engkau tidak bisa menerimanya pada saat itu. Ketika Tuhan berkata bahwa engkau tidak boleh menerima sesuatu dan Tuhan tidak ingin memberikannya kepadamu, apa yang harus kaulakukan? Orang yang bernalar akan berkata, "Jika Tuhan tidak memberikannya kepadaku, maka aku akan tunduk dan menunggu. Saat ini aku tidak layak menerimanya, mungkin karena tingkat pertumbuhanku tidak dapat menanggungnya, tetapi hatiku mampu tunduk kepada Tuhan tanpa keluhan atau curiga, dan tentu saja tanpa keraguan." Pada saat ini, orang tidak boleh kehilangan nalar mereka. Bagaimanapun Tuhan memperlakukanmu, engkau harus memilih, dengan nalar, untuk tunduk kepada Tuhan. Hanya ada satu sikap yang harus dimiliki makhluk ciptaan terhadap Tuhan—mendengarkan dan tunduk, tidak ada pilihan lain. Namun, Tuhan boleh saja memiliki sikap yang berbeda terhadapmu. Ada dasar untuk hal ini. Tuhan memiliki maksud-Nya sendiri. Dia menentukan pilihan-Nya sendiri dan memiliki cara-cara-Nya sendiri dalam melakukan hal-hal ini dan dalam sikap-Nya terhadap setiap orang. Tentu saja, pilihan dan cara ini didukung oleh tujuan-tujuan Tuhan. Sebelum manusia memahami tujuan-tujuan ini, satu-satunya hal yang harus dan mampu mereka lakukan adalah mencari dan menanti, sambil menghindarkan diri mereka melakukan apa pun yang memberontak terhadap Tuhan. Hal yang paling tidak boleh manusia lakukan pada saat-saat ini—yaitu, pada saat mereka tidak merasakan pencerahan, bimbingan, kasih karunia, dan belas kasihan Tuhan—adalah menyimpang dari Tuhan dan menganggap-Nya tidak adil, atau memaki Tuhan, atau bahkan menyangkal Tuhan ketika mereka tidak mampu merasakan pencerahan dan bimbingan-Nya. Ini adalah hal yang paling tidak ingin dilihat oleh Tuhan. Tentu saja, jika engkau benar-benar mencapai titik di mana engkau menyangkal Tuhan, menyangkal keadilan-Nya, menyangkal identitas dan esensi-Nya, dan memaki Tuhan, itu akan menegaskan bahwa sejak semula sikap Tuhan memang benar bahwa Dia tidak mau mengindahkanmu. Jika engkau bahkan tidak mampu menahan ujian kecil ini, berarti engkau tidak sedikit pun percaya kepada Tuhan dan kepercayaanmu itu sangat hampa. Ketika orang tidak merasakan pencerahan dan bimbingan Tuhan, hal terpenting yang harus mereka lakukan adalah mencari dan menanti dengan segenap hati. Mencari dan menanti adalah tanggung jawab manusia, dan itu juga merupakan nalar, sikap, dan prinsip penerapan yang harus manusia miliki terhadap Tuhan. Saat mencari dan menanti, jangan memiliki mentalitas berdasarkan kemungkinan. Jangan selalu berpikir, "Mungkin jika aku menanti, Tuhan akan memberikan firman yang jelas kepadaku. Aku hanya perlu sedikit lebih tulus dan melihat apakah Tuhan akan mencerahkanku atau tidak. Mungkin Dia akan mencerahkanku. Jika Dia tidak mencerahkanku, aku akan memikirkan cara lain." Jangan memiliki mentalitas seperti ini yang didasarkan pada kemungkinan. Tuhan membenci sikap seperti ini pada manusia. Sikap macam apakah ini? Ini adalah sikap kemungkinan yang mengandung ujian. Inilah yang paling Tuhan benci. Jika engkau akan menanti, lakukanlah dengan tulus. Milikilah pola pikir yang lapar dan haus akan kebenaran saat engkau berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, saat engkau menyelesaikan masalah nyatamu, dan saat engkau memohon pencerahan dan bimbingan dari Tuhan. Bagaimanapun Tuhan memperlakukanmu atau apakah Dia pada akhirnya akan mengizinkanmu untuk memperoleh pemahaman penuh atau tidak, engkau harus mematuhi prinsip bahwa engkau harus tunduk tanpa penyimpangan apa pun. Dengan demikian, engkau akan berpaut pada status dan tugas yang sudah seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Entah Tuhan pada akhirnya menyembunyikan wajah-Nya darimu atau tidak, entah Dia hanya menunjukkan punggung-Nya kepadamu atau tidak, entah Dia akan menampakkan diri-Nya kepadamu atau tidak, asalkan engkau berpaut pada tugasmu dan tempatmu yang semula sebagai makhluk ciptaan, engkau akan menjadi saksi dan engkau akan menjadi pemenang. "Jangan putus asa. Jangan lemah. Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati." Keempat pernyataan singkat ini sangat penting. Pernyataan ini mencakup nalar yang harus manusia miliki, tempat semula yang harus manusia pijak, dan jalan penerapan yang harus manusia ikuti. Ada orang-orang yang berkata, "Kami semua mencari dan menanti dengan segenap hati dan pikiran kami, jadi mengapa Tuhan tidak mencerahkan kami? Mengapa Dia tidak memberiku ilham?" Tuhan memiliki maksud-Nya sendiri. Jangan mengajukan tuntutan terhadap Tuhan. Seperti inilah nalar kemanusiaan yang normal; inilah nalar yang paling harus dimiliki oleh makhluk ciptaan. Menurut pikiran, pemikiran, dan gagasan manusia, ada terlalu banyak hal yang tidak dipahami oleh manusia, dan Tuhan harus memberi tahu manusia tentang hal-hal ini. Namun, Tuhan berkata, "Bukan tanggung jawab atau kewajiban-Ku untuk memberitahumu hal-hal itu. Jika Aku ingin engkau mengetahui sesuatu, engkau akan tahu sedikit, dan engkau dapat mengetahuinya karena Aku yang telah berbelas kasihan kepadamu. Jika Aku tidak ingin engkau mengetahui sesuatu, Aku tidak akan mengucapkan sepatah kata pun tentang itu, dan jangan membayangkan bahwa engkau akan mampu memahaminya saat itu!" Ada orang-orang yang berkata: "Mengapa Engkau menentang kami dalam hal ini?" Tuhan tidak menentangmu. Sang Pencipta akan selalu menjadi Sang Pencipta, dan Dia memiliki cara dan metode-Nya sendiri dalam melakukan sesuatu. Meskipun cara dan metode-Nya tidak sesuai dengan selera, atau ide, dan gagasan manusia, dan tentu saja tidak sesuai dengan budaya tradisional manusia, aspek manusia mana pun yang tidak sesuai, sederhananya, sekalipun cara dan metode-Nya tersebut tidak sesuai dengan tuntutan dan standar manusia—apa pun yang Sang Pencipta lakukan, dan entah manusia mampu memahaminya atau tidak, identitas dan esensi Sang Pencipta tidak akan pernah berubah. Orang tidak boleh menggunakan bahasa manusia, gagasan manusia, atau cara manusia apa pun untuk mengukur Sang Pencipta. Inilah nalar yang harus orang miliki. Jika engkau bahkan tidak memiliki sedikit pun nalar ini, maka Aku akan jujur kepadamu—engkau tidak mampu bertindak seperti makhluk ciptaan. Suatu hari, cepat atau lambat, sesuatu yang buruk akan terjadi padamu. Jika engkau bahkan tidak memiliki sedikit pun nalar ini, suatu hari, cepat atau lambat, engkau akan memperlihatkan watak Iblis dalam dirimu. Pada saat itu, engkau akan meragukan Tuhan, mencaci maki Tuhan, menyangkal Tuhan, dan mengkhianati Tuhan. Kemudian, engkau akan sepenuhnya mengalami kesudahanmu, dan engkau harus disingkirkan. Oleh karena itu, nalar yang harus dimiliki makhluk ciptaan sangatlah penting. "Jangan putus asa. Jangan lemah. Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati." Empat pernyataan ini adalah nalar dan prinsip yang harus dimiliki makhluk ciptaan ketika menghadapi berbagai lingkungan yang sering manusia hadapi dalam kehidupan nyata mereka, dan untuk meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan.
Bagian pertama dari firman ini mengatakan, "Jangan tergesa-gesa mencari solusi tentang apa yang tak kaupahami," dan baris kedua dari terakhir mengatakan, "Carilah dengan segenap hati; nantikan dengan segenap hati." Ada orang-orang yang berkata: "Apakah arti yang tak terucapkan dari firman 'Jangan tergesa-gesa mencari solusi' adalah bahwa hasil akhirnya tidak dapat dihindari? Jika kami mencari dan menanti dengan segenap hati kami, memiliki hati dengan keinginan yang luar biasa besar akan Tuhan, dan merindukan firman Tuhan, perlukah Tuhan memberi kami jawaban dan mengizinkan kami untuk memahami kebenaran mengenai masalah ini?" Inilah jawaban-Ku untukmu: Tidak pasti dan belum tentu demikian. Setiap kata dalam ayat ini adalah tuntutan yang Tuhan tawarkan bagi manusia, sebuah prinsip penerapan yang harus dipatuhi oleh makhluk ciptaan. Tuhan memberikan jalan penerapan kepada manusia, prinsip yang harus orang terapkan dan patuhi dalam situasi yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, Tuhan tidak memberi tahu manusia, "Sejauh apa pun engkau semua memahami firman ini, asalkan engkau mematuhi prinsip ini, Aku harus memberitahumu faktanya, Aku harus memberimu jawabannya, dan pada akhirnya Aku harus memberimu penjelasan." Tuhan tidak memiliki tanggung jawab ini. Dia tidak memiliki "keharusan" seperti itu. Manusia tidak boleh mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal seperti itu kepada Tuhan. Ini adalah sesuatu yang harus engkau semua pahami. Pernyataan "belum tentu demikian" ini memberi tahu manusia sebuah fakta: Tuhan tidak akan pernah mengikuti aturan main yang manusia tetapkan berdasarkan gagasan, falsafah, dan pengalaman serta pelajaran manusia, bahkan Tuhan juga tidak akan mengikuti hukum manusia. Sebaliknya, manusia harus mematuhi prinsip dari tuntutan Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan setiap kebenaran yang telah Tuhan berikan. Sudahkah engkau memahami ini? (Ya.) Prinsip yang harus manusia patuhi dijelaskan dengan gamblang dalam firman ini. Mulailah dengan baris pertama. ("Jangan tergesa-gesa mencari solusi tentang apa yang tak kaupahami.") Ini adalah prinsip yang mudah untuk diterapkan dan dipahami. Menerapkan prinsip ini tidak menimbulkan beban atau tekanan apa pun pada dirimu. Ini sangat mudah. Dan baris kedua? ("Seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya.") Engkau adalah orang normal yang hidup di dunia. Hanya itulah yang perlu kaucapai, "seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya." Asalkan engkau memiliki hati, engkau dapat melakukannya. Engkau memiliki dua puluh empat jam dalam sehari. Selain pekerjaan rutin, waktu istirahat, makan, dan saat teduh pribadimu, bukankah mudah untuk "sering membawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, mempersembahkan hati yang tulus kepada-Nya"? (Mudah.) Ini dapat dilakukan sambil berjalan, mengobrol, atau beristirahat, ini tidak akan mengganggu urusan rutinmu, pelaksanaan tugasmu, atau pekerjaan yang sedang kaulakukan. Ini benar-benar hal yang sederhana! Seperti apa pun kualitas seseorang, asalkan mereka mempersembahkan hati yang tulus dan mengejar kebenaran, mereka secara bertahap akan memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan ini dengan mudah.
Apa baris selanjutnya? ("Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu.") Sekarang, Aku akan membalikkannya dan bertanya kepadamu, apakah engkau semua percaya bahwa "Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu"? Kapan engkau mulai memercayai hal ini? Dalam hal apakah engkau mulai memercayai hal ini? Sudahkah engkau memberikan kesaksian tentang hal ini? Sudahkah engkau memiliki pengalaman ini? Bagaimana jika seseorang bertanya kepadamu, "Percayakah engkau bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu?" Mungkin, secara teoretis, engkau akan berkata tanpa ragu, "Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagiku! Bagaimana mungkin Tuhan bukan Yang Mahakuasa bagiku?" Bagaimana jika mereka bertanya lagi kepadamu, "Apakah Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu? Dalam hal apakah engkau mengandalkan Tuhan dan bersaksi tentang perbuatan Tuhan? Sejauh manakah kemahakuasaan Tuhan terungkap dalam dirimu secara pribadi? Kapankah engkau menyadari bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu? Dalam hal apakah engkau merasa bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu? Jika engkau mengakui bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu dan, bersama-Nya, tidak ada yang mustahil, mengapa terkadang engkau begitu lemah? Mengapa engkau masih negatif? Mengapa engkau tidak mampu memberontak terhadap daging dan menerapkan kebenaran ketika sesuatu terjadi pada dirimu? Mengapa engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis dalam berurusan dengan orang lain? Mengapa engkau masih sering berbohong tanpa merasakan teguran Tuhan? Apakah Tuhan benar-benar Yang Mahakuasa bagimu? Menurutmu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kemahakuasaan Tuhan? Apakah itu sejalan dengan esensi Tuhan?" Jika engkau menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini, masih beranikah engkau menjawab dengan yakin seperti itu? Ketika Aku bertanya dengan cara seperti ini, orang tidak mampu berkata apa-apa. Engkau tidak memiliki pengalaman seperti itu, engkau belum menjalin hubungan dengan Tuhan pada tingkat ini. Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, engkau belum pernah mengalami kedaulatan Tuhan, belum pernah melihat tangan Tuhan, belum pernah melihat kedaulatan atas manusia, peristiwa, dan hal-hal yang dipegang oleh tangan Tuhan yang mahakuasa. Hal ini belum pernah kaulihat, belum pernah kaudengar, apalagi kaualami atau kaurasakan secara pribadi. Oleh karena itu, engkau tidak tahu dan tidak berani berbicara mengenai pertanyaan "Apakah Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagiku?" Ini membuktikan bahwa engkau tidak memiliki iman seperti itu. Bagimu, baris ini harus menjadi visimu. Ini harus menjadi bukti paling kuat bahwa engkau percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya. Ini juga merupakan salah satu aspek dari visi yang mendukungmu saat engkau melanjutkan. Namun, engkau tidak berani menjawab dengan yakin. Mengapa? Karena imanmu kepada Tuhan hanyalah keyakinan bahwa Tuhan itu ada. Sampai saat ini, engkau belum benar-benar mengikuti Tuhan, engkau belum benar-benar menjalin hubungan dengan Tuhan, engkau belum masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, engkau belum mengambil bagian dalam pengalaman tunduk kepada kedaulatan Tuhan, dan engkau belum menyadari secara langsung fakta kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Engkau belum pernah melihat atau mengalami hal-hal ini, apalagi memahaminya. Jika engkau hanya ditanya, "Apakah Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu?" engkau pasti akan menjawab "ya". Jika engkau kemudian ditanya bagaimana engkau mengalami hal ini dan bagaimana engkau bisa memahami hal ini, engkau pasti akan menundukkan kepala tanpa berkata-kata, tidak berani menjawab. Apa alasan dari fakta ini? (Kami tidak memiliki pengalaman dalam hal ini.) Engkau berbicara dari sudut pandang teoretis. Faktanya, engkau secara lisan menyatakan dirimu sebagai pengikut Tuhan dan makhluk ciptaan. Namun, sejak engkau mulai mengikuti Tuhan, engkau belum pernah melaksanakan tanggung jawab seorang makhluk ciptaan. Tanggung jawabmu adalah: menerima firman Tuhan sebagai dasar keberadaanmu, menjadikan firman Tuhan sebagai prinsip dan jalan penerapan untuk melaksanakan tugasmu, dan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Jika engkau belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran ini, apa artinya? Artinya, meskipun engkau mengikuti Tuhan, meskipun engkau telah meninggalkan keluarga, pekerjaan, karier, serta mampu mengikuti Tuhan sampai hari ini, hatimu belum menerima kebenaran dan hidup yang Tuhan anugerahkan kepada manusia, tetapi sebaliknya engkau mengejar hal-hal yang engkau sendiri sukai dan tidak pernah melepaskannya. Apakah ini termasuk mengikuti Tuhan dan tunduk pada pekerjaan Tuhan? Jika, di dalam hatimu, engkau tidak menerima tujuan hidup, arah, kriteria hidup, dan kehidupan yang telah Tuhan tetapkan bagi manusia, tetapi hanya mengulangi perkataan yang kaudengar dan mengucapkan beberapa doktrin, apakah ini dianggap menerima kebenaran? Meskipun engkau mengikuti Tuhan dan, dari luar engkau mampu melaksanakan tugasmu, hatimu belum menerima kebenaran. Meskipun engkau telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, prinsip dan cara yang kaujalani, dan jalan hidup yang kautempuh masih berasal dari Iblis. Engkau masih orang lama yang sama seperti biasanya, engkau masih hidup berdasarkan watak Iblis di dalam dirimu dan jalan manusia yang rusak, dan engkau belum menerima tuntutan dan prinsip yang berasal dari Tuhan. Dari sudut pandang yang penting ini, apa yang sedang kaulakukan bukanlah benar-benar mengikuti Tuhan. Engkau hanya mengakui bahwa engkau adalah makhluk ciptaan dan bahwa Sang Pencipta adalah Tuhanmu. Di atas fondasi teoretis ini, engkau berbuat sedikit untuk Tuhan dan memberikan sedikit persembahan untuk-Nya. Berdasarkan pemikiran ini, dengan engkau terpaksa mengakui bahwa Tuhan adalah Tuhanmu dan engkau adalah pengikut-Nya, tetapi hatimu tidak pernah benar-benar menerima Tuhan sebagai hidupmu, Penguasamu, dan Tuhanmu. Ini membawa kita kembali ke pertanyaan yang baru saja Kuajukan, "Apakah Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu?" Karena alasan-alasan di atas, engkau tidak berani menjawab dengan yakin. Untuk segala sesuatu dan bagi seluruh alam semesta, Tuhan adalah Yang Mahakuasa, tetapi bagimu, engkau dapat mengakui bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa secara teoretis, tetapi sebenarnya engkau belum pernah mengalami atau memahami hal ini. Mengenai pertanyaan tentang kemahakuasaan Tuhan, engkau memiliki tanda tanya yang tergambar di hatimu. Kapan orang akan mampu benar-benar menegaskan firman "Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu" dan menjadikan visi ini sebagai landasan iman mereka kepada-Nya? Hanya ketika orang menerima identitas Tuhan, esensi Tuhan, dan status Tuhan di dalam hati mereka, masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, dan menjadikan firman Tuhan sebagai landasan keberadaan mereka, barulah mereka mampu benar-benar mengakui bahwa "Tuhan adalah Yang Mahakuasa bagimu". Firman ini sebenarnya yang paling sulit untuk dipahami, tetapi Tuhan telah mengungkapkannya, menunjukkan pentingnya firman itu bagi manusia. Orang yang ingin mengalami dan menyadari firman ini harus menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukannya. Untuk memberikan jawaban yang benar dan pasti atas pertanyaan yang diajukan oleh firman ini dari lubuk hati mereka, mereka perlu menghabiskan seluruh hidup mereka bekerja untuk membangun hubungan yang normal antara diri mereka dengan Tuhan, yaitu hubungan makhluk ciptaan dengan Pencipta mereka. Semua ini dapat dicapai berdasarkan penerapan prinsip "seringlah bawa permasalahanmu ke hadapan Tuhan, persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya". Sebenarnya menerapkan prinsip ini cukup sederhana, tetapi tidak mudah untuk benar-benar mencapai tujuan yang Tuhan tuntut. Orang harus mengorbankan waktu dan tenaga dan membayar harga untuk mencapainya.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.