Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan (Bagian Satu)

Manusia memahami sedikit tentang pekerjaan zaman sekarang dan pekerjaan masa depan, tetapi dia tidak memahami tempat tujuan yang akan dimasuki umat manusia. Sebagai makhluk, manusia harus melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan: Manusia harus mengikuti Tuhan dalam apa pun yang Dia lakukan; engkau semua harus melanjutkan dengan cara apa pun yang Aku katakan kepadamu. Engkau tidak mungkin mengelola hal-hal bagi dirimu sendiri, dan engkau tidak memiliki penguasaan atas dirimu sendiri. Semuanya harus diserahkan pada pengaturan Tuhan, dan segala sesuatu berada dalam tangan-Nya. Jika pekerjaan Tuhan memberikan sebuah kesudahan, yaitu tempat tujuan yang mengagumkan, kepada manusia sebelumnya, dan jika Tuhan menggunakan ini untuk memikat manusia dan menyebabkan manusia mengikuti Dia—jika Dia membuat kesepakatan dengan manusia—maka ini bukanlah penaklukan, juga bukan membentuk kehidupan manusia. Jika Tuhan menggunakan kesudahan manusia untuk mengendalikan dirinya dan mendapatkan hatinya, maka dalam hal ini Dia tidak sedang menyempurnakan manusia, dan Dia juga tidak akan dapat memperoleh manusia, tetapi sebaliknya akan menggunakan tempat tujuan untuk mengendalikan manusia. Manusia tidak peduli apa pun melebihi akhir masa depan, yaitu tempat tujuan akhir, dan apakah ada harapan yang baik atau tidak. Jika manusia diberi harapan indah selama pekerjaan penaklukan, dan jika, sebelum penaklukan manusia, dia diberi tujuan yang benar untuk dicapai, maka bukan hanya penaklukan manusia tidak akan mencapai hasilnya, tetapi hasil dari pekerjaan penaklukan juga akan terpengaruh. Artinya, pekerjaan penaklukan mencapai hasilnya dengan cara merenggut nasib dan prospek manusia dan menghakimi serta menghajar watak suka memberontak manusia. Hal ini tidak dicapai dengan membuat kesepakatan dengan manusia, yaitu dengan memberikan berkat dan kasih karunia kepada manusia, tetapi sebaliknya dengan mengungkapkan kesetiaan manusia dengan cara mencabut "kebebasan" nya dan memusnahkan prospeknya. Ini adalah hakikat dari pekerjaan penaklukan. Jika manusia diberi harapan yang indah sejak awal, dan pekerjaan hajaran dan penghakiman dilakukan setelah itu, maka manusia akan menerima hajaran dan penghakiman ini atas dasar bahwa dia memiliki prospek, dan pada akhirnya, ketaatan tanpa syarat dan penyembahan kepada Sang Pencipta oleh semua makhluk-Nya tidak akan tercapai. Hanya akan ada ketaatan buta dan bodoh, atau manusia akan secara membabi buta mengajukan tuntutan kepada Tuhan, dan akan mustahil untuk sepenuhnya menaklukkan hati manusia. Akibatnya, akan mustahil bagi pekerjaan penaklukan seperti ini untuk mendapatkan manusia, dan, terlebih lagi, untuk menjadi kesaksian bagi Tuhan. Makhluk seperti ini tidak akan dapat melaksanakan tugas mereka, dan hanya akan melakukan tawar-menawar dengan Tuhan. Ini bukan penaklukan tetapi belas kasihan dan berkat. Masalah terbesar dengan manusia adalah bahwa dia tidak memikirkan apa pun kecuali nasib dan prospeknya, dan memberhalakan hal-hal ini. Manusia mengejar Tuhan demi nasib dan prospeknya; dia tidak menyembah Tuhan karena kasihnya kepada-Nya. Karena itu, dalam penaklukan manusia, keegoisan dan keserakahan manusia serta hal-hal yang paling menghalangi penyembahannya kepada Tuhan semuanya harus ditangani dan dengan cara demikian disingkirkan. Dengan demikian, hasil penaklukan manusia akan tercapai. Dengan demikian, pada tahap paling awal penaklukan manusia, perlu untuk membersihkan semua ambisi liar dan kelemahan paling fatal manusia, dan melalui ini, mengungkapkan kasih manusia kepada Tuhan, dan mengubah pengetahuannya tentang kehidupan manusia, pandangannya tentang Tuhan, dan arti keberadaannya. Dengan demikian, kasih manusia kepada Tuhan ditahirkan, yang berarti, hati manusia ditaklukkan. Namun, dalam sikap Tuhan terhadap semua makhluk ciptaan, Tuhan tidak menaklukkan hanya demi menaklukkan mereka; sebaliknya, Dia menaklukkan untuk mendapatkan manusia, demi kemuliaan-Nya sendiri, dan demi memulihkan keserupaan manusia dengan manusia yang semula dan yang paling awal. Seandainya Dia menaklukkan hanya demi menaklukkan, maka makna pekerjaan penaklukan akan hilang. Artinya jika, setelah menaklukkan manusia, Tuhan tidak bertanggung jawab atas manusia dan tidak menghiraukan hidup atau mati manusia, maka ini bukanlah pengelolaan umat manusia, dan bukan juga penaklukan manusia demi penyelamatannya. Hanya mendapatkan manusia setelah penaklukannya, dan akhirnya kedatangannya di tempat tujuan yang mengagumkan, menjadi inti dari semua pekerjaan penyelamatan, dan hanya ini yang dapat mencapai tujuan penyelamatan manusia. Dengan kata lain, kedatangan manusia di tempat tujuan yang indah dan masuknya manusia ke tempat perhentian haruslah menjadi satu-satunya harapan masa depan yang dimiliki oleh semua makhluk, dan pekerjaan yang harus dilakukan oleh Sang Pencipta. Seandainya manusia melakukan pekerjaan ini, maka pekerjaan ini akan menjadi terlalu terbatas: pekerjaan ini dapat membawa manusia ke tempat tertentu, tetapi pekerjaan ini tidak akan dapat membawa manusia ke tempat tujuan yang abadi. Manusia tidak dapat memutuskan nasibnya, dan lebih dari itu, manusia juga tidak mampu memastikan prospek dan tempat tujuan masa depannya. Namun, pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan berbeda. Karena Dia menciptakan manusia, Dia menuntunnya. Karena Dia menyelamatkan manusia, Dia akan sepenuhnya menyelamatkannya, dan akan benar-benar mendapatkannya. Karena Dia memimpin manusia, Dia akan membawanya ke tempat tujuan yang tepat. Dan karena Dia menciptakan dan mengelola manusia, Dia pasti bertanggung jawab atas nasib dan prospek manusia. Inilah yang merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh Sang Pencipta. Meskipun pekerjaan penaklukan dicapai dengan membersihkan manusia dari prospeknya, manusia akhirnya harus dibawa ke tempat tujuan yang tepat yang dipersiapkan untuknya oleh Tuhan. Memang karena Tuhan bekerja pada manusialah, maka manusia memiliki tempat tujuan dan nasibnya terjamin. Di sini, tempat tujuan yang sesuai yang dimaksud bukanlah harapan dan prospek manusia yang disingkirkan di masa lalu; keduanya berbeda. Hal-hal yang manusia harapkan dan kejar adalah kerinduan yang muncul dari pengejarannya akan keinginan daging yang berlebihan, bukan tempat tujuan yang akan dicapai manusia. Sementara itu, apa yang telah dipersiapkan Tuhan bagi manusia adalah berkat dan janji yang akan diperoleh manusia setelah dia dimurnikan, yang dipersiapkan Tuhan bagi manusia setelah menciptakan dunia, dan yang tidak tercemar oleh pilihan, gagasan, imajinasi atau daging manusia. Tempat tujuan ini tidak dipersiapkan untuk orang tertentu tetapi merupakan tempat perhentian bagi seluruh umat manusia. Karena itu, tempat tujuan ini adalah tempat tujuan paling cocok untuk umat manusia.

Sang Pencipta bermaksud mengatur semua makhluk ciptaan. Engkau tidak boleh membuang atau tidak menaati apa pun yang Dia lakukan, dan engkau juga tidak boleh memberontak terhadap-Nya. Pada saat pekerjaan yang Dia lakukan pada akhirnya mencapai tujuan-Nya, dalam hal inilah Dia akan memperoleh kemuliaan. Pada zaman sekarang, mengapa tidak dikatakan bahwa engkau adalah keturunan Moab, atau keturunan si naga merah yang sangat besar? Mengapa tidak ada pembicaraan tentang umat pilihan, dan hanya ada pembicaraan tentang makhluk ciptaan? Makhluk ciptaan—ini adalah sebutan asli manusia, dan inilah yang merupakan identitas bawaannya. Nama bervariasi hanya karena zaman dan periode pekerjaan bervariasi. Sebenarnya, manusia adalah makhluk biasa. Semua makhluk, apakah mereka yang paling rusak atau yang paling suci, harus melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan. Ketika Tuhan melakukan pekerjaan penaklukan, Dia tidak mengendalikanmu menggunakan prospek, nasib, atau tujuanmu. Sebenarnya tidak perlu bekerja seperti ini. Tujuan dari pekerjaan penaklukan adalah memerintahkan manusia melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan, memerintahkan manusia menyembah Sang Pencipta; hanya setelah inilah manusia dapat memasuki tempat tujuan yang mengagumkan. Nasib manusia dikendalikan oleh tangan Tuhan. Engkau tidak mampu mengendalikan dirimu sendiri: meskipun manusia selalu terburu-buru dan menyibukkan diri mewakili dirinya sendiri, dia tetap tidak mampu mengendalikan dirinya. Jika engkau dapat mengetahui prospekmu sendiri, jika engkau dapat mengendalikan nasibmu sendiri, apakah engkau masih menjadi makhluk ciptaan? Singkatnya, terlepas dari bagaimana Tuhan bekerja, semua pekerjaan-Nya adalah demi manusia. Misalnya, perhatikanlah langit dan bumi dan segala hal yang diciptakan Tuhan untuk melayani manusia: bulan, matahari, dan bintang-bintang yang Dia ciptakan untuk manusia, hewan dan tumbuhan, musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin, dan seterusnya—semuanya diciptakan demi keberadaan manusia. Jadi, terlepas dari bagaimana Tuhan menghajar dan menghakimi manusia, itu semua demi penyelamatan manusia. Meskipun Dia melenyapkan harapan kedagingan dari manusia, itu adalah demi memurnikan manusia, dan pemurnian manusia dilakukan agar dia dapat bertahan hidup. Tempat tujuan manusia berada di tangan Sang Pencipta, jadi bagaimana mungkin manusia mengendalikan dirinya sendiri?

Setelah pekerjaan penaklukan selesai, manusia akan dibawa ke dunia yang indah. Tentu saja, kehidupan ini masih berada di bumi, tetapi kehidupan ini akan sama sekali berbeda dengan kehidupan manusia saat ini. Ini adalah kehidupan yang akan umat manusia miliki setelah seluruh umat manusia ditaklukkan. Kehidupan ini akan menjadi awal yang baru bagi manusia di bumi, dan bagi umat manusia memiliki kehidupan semacam itu akan menjadi bukti bahwa umat manusia telah memasuki alam yang baru dan indah. Kehidupan ini akan menjadi awal kehidupan manusia dan Tuhan di bumi. Dasar pemikiran kehidupan yang indah seperti ini adalah bahwa setelah manusia dimurnikan dan ditaklukkan, dia tunduk di hadapan Sang Pencipta. Maka, pekerjaan penaklukan adalah tahap terakhir dari pekerjaan Tuhan sebelum umat manusia memasuki tempat tujuan yang mengagumkan. Kehidupan seperti ini adalah kehidupan masa depan manusia di bumi, kehidupan terindah di bumi, jenis kehidupan yang manusia rindukan, jenis yang belum pernah dicapai manusia dalam sejarah dunia. Ini adalah hasil akhir dari 6.000 tahun pekerjaan pengelolaan; inilah yang paling didambakan manusia, dan ini juga janji Tuhan kepada manusia. Tetapi janji ini tidak dapat segera terlaksana: manusia akan memasuki tempat tujuan masa depan hanya setelah pekerjaan akhir zaman selesai, dan dia telah sepenuhnya ditaklukkan, yaitu, setelah Iblis benar-benar dikalahkan. Setelah manusia dimurnikan, dia tidak akan memiliki natur yang berdosa dalam dirinya, karena Tuhan telah mengalahkan Iblis, yang berarti bahwa tidak akan ada penyerangan oleh pasukan musuh, dan sama sekali tidak ada pasukan musuh yang dapat menyerang daging manusia. Maka manusia akan bebas dan suci—dia akan memasuki keabadian. Hanya jika pasukan kegelapan musuh dibelenggu, manusia akan bebas ke mana pun dia pergi, dan dalam dirinya tidak akan ada pemberontakan atau perlawanan. Iblis harus dibelenggu, dan semuanya akan menjadi baik bagi manusia; situasi sekarang ini ada karena Iblis masih menimbulkan masalah di mana-mana di muka bumi, dan karena seluruh pekerjaan pengelolaan Tuhan belum mencapai akhirnya. Setelah Iblis dikalahkan, manusia akan sepenuhnya terbebaskan; pada saat manusia mendapatkan Tuhan dan keluar dari wilayah kekuasaan Iblis, dia akan melihat Surya kebenaran. Kehidupan yang menjadi hak manusia normal akan didapatkan kembali; semua yang seharusnya dimiliki oleh manusia normal—seperti kemampuan untuk membedakan yang baik dari yang jahat, dan pemahaman tentang cara makan dan berpakaian, dan kemampuan untuk hidup normal—semua ini akan didapatkan kembali. Seandainya Hawa tidak dicobai oleh ular, manusia tentunya memiliki kehidupan normal semacam ini setelah dia diciptakan pada mulanya. Dia seharusnya makan, berpakaian, dan menjalani kehidupan manusia yang normal di bumi. Namun, setelah manusia menjadi rusak, kehidupan ini menjadi khayalan yang tak dapat dicapai, dan bahkan saat ini manusia tidak berani membayangkan hal-hal seperti itu. Kenyataannya, kehidupan yang indah ini, yang dirindukan manusia, adalah suatu kebutuhan: Jika manusia tidak memiliki tempat tujuan seperti itu, maka kehidupannya yang bejat di bumi tidak akan pernah berhenti, dan jika tidak ada kehidupan yang indah ini, maka tidak akan ada kesudahan bagi nasib Iblis atau bagi zaman di mana Iblis menguasai bumi. Manusia harus mencapai dunia yang tidak terjangkau oleh kekuatan kegelapan, dan ketika dia melakukannya, ini akan membuktikan bahwa Iblis telah dikalahkan. Dengan cara ini, setelah tidak ada gangguan dari Iblis, Tuhan itu sendiri akan mengendalikan umat manusia, dan Dia akan menguasai dan mengendalikan seluruh kehidupan manusia; baru pada saat itulah, Iblis sudah benar-benar dikalahkan. Kehidupan manusia pada saat ini kebanyakan adalah kehidupan yang najis; masih merupakan kehidupan yang penuh penderitaan dan kesusahan. Ini tidak bisa disebut kekalahan Iblis; manusia belum terlepas dari lautan penderitaan, belum terlepas dari kesulitan hidup manusia, atau pengaruh Iblis, dan dia masih hanya memiliki pengetahuan yang sangat kecil tentang Tuhan. Semua kesukarann manusia diciptakan oleh Iblis; Iblislah yang membawa penderitaan ke dalam kehidupan manusia, dan hanya setelah Iblis diikat dalam belenggu, manusia akan dapat sepenuhnya melepaskan diri dari lautan penderitaan. Namun, pembelengguan Iblis dicapai melalui ditaklukkannya dan didapatkannya hati manusia, dengan menjadikan manusia sebagai rampasan perang dalam pertarungan melawan Iblis.

Sekarang ini, upaya manusia untuk menjadi seorang pemenang dan untuk disempurnakan adalah hal-hal yang dia kejar sebelum dia memiliki kehidupan manusia normal di bumi, dan kedua hal ini merupakan tujuan yang dicari manusia sebelum Iblis diikat dalam belenggu. Pada dasarnya, usaha manusia untuk menjadi seorang pemenang dan untuk disempurnakan, atau dipakai dengan baik, adalah untuk melepaskan diri dari pengaruh Iblis: usaha manusia adalah untuk menjadi pemenang, tetapi hasil akhirnya adalah lepasnya dirinya dari pengaruh Iblis. Hanya dengan melepaskan diri dari pengaruh Iblis, manusia dapat menjalani kehidupan manusia normal di bumi, kehidupan yang menyembah Tuhan. Sekarang ini, upaya manusia untuk menjadi seorang pemenang dan untuk disempurnakan adalah hal-hal yang dikejar sebelum memiliki kehidupan manusia normal di bumi. Kedua hal itu dikejar terutama agar manusia ditahirkan, agar manusia melaksanakan kebenaran, dan agar manusia menyembah Sang Pencipta. Jika manusia memiliki kehidupan manusia normal di bumi, kehidupan yang tanpa kesulitan atau penderitaan, maka manusia tidak akan berusaha menjadi seorang pemenang. "Menjadi seorang pemenang" dan "disempurnakan" adalah tujuan yang Tuhan berikan kepada manusia untuk dikejar, dan melalui pengejaran tujuan ini, Dia menyebabkan manusia mengamalkan kebenaran dan menjalani kehidupan yang bermakna. Tujuannya adalah untuk menyempurnakan manusia dan untuk mendapatkan dirinya, dan upaya untuk menjadi seorang pemenang dan disempurnakan hanyalah sebuah sarana. Jika, di masa depan, manusia memasuki tempat tujuan yang mengagumkan, tidak akan ada petunjuk untuk menjadi seorang pemenang dan menjadi sempurna. Hanya akan ada masing-masing makhluk ciptaan yang melakukan tugasnya. Zaman sekarang, manusia diperintahkan untuk mengejar hal-hal ini hanya untuk mendefinisikan ruang lingkup bagi manusia, sehingga pengejaran manusia bisa menjadi lebih terarah dan nyata. Jika tidak, manusia akan hidup di tengah keabstrakan yang samar, dan mengejar jalan masuk ke dalam hidup yang kekal, dan jika demikian, bukankah manusia akan lebih menyedihkan lagi? Mengejar dengan cara ini, tanpa tujuan atau prinsip—bukankah itu menipu diri sendiri? Pada akhirnya, pengejaran ini secara alami akan sia-sia. Pada akhirnya, manusia akan tetap hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan tidak akan mampu melepaskan diri darinya. Mengapa memaksakan dirinya melakukan pengejaran tanpa tujuan seperti ini? Ketika manusia memasuki tempat tujuan yang abadi, manusia akan menyembah Sang Pencipta, dan karena manusia telah memperoleh keselamatan dan memasuki keabadian, manusia tidak akan mengejar tujuan apa pun, dan selain itu dia juga tidak perlu khawatir tentang dirinya akan dikepung oleh Iblis. Pada saat ini, manusia akan tahu tempatnya dan akan melaksanakan tugasnya, dan walaupun mereka tidak dihajar atau dihakimi, setiap orang akan melaksanakan tugas mereka. Pada saat itu, manusia akan menjadi makhluk, baik dalam identitas maupun status. Tidak akan ada lagi perbedaan tinggi dan rendah; setiap orang hanya akan melaksanakan fungsi yang berbeda. Namun, manusia akan tetap hidup di tempat tujuan yang tertib dan sesuai bagi umat manusia; manusia akan melaksanakan tugasnya demi menyembah Sang Pencipta, dan umat manusia seperti inilah yang akan menjadi umat manusia yang abadi. Pada saat itu, manusia akan memperoleh kehidupan yang diterangi oleh Tuhan, kehidupan di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, kehidupan bersama dengan Tuhan. Manusia akan menjalani kehidupan normal di bumi, dan semua manusia akan memasuki jalur yang benar. Rencana pengelolaan 6.000 tahun sudah akan sepenuhnya mengalahkan Iblis, yang berarti bahwa Tuhan akan memulihkan citra asli manusia setelah penciptaannya, dan dengan demikian, maksud Tuhan yang semula akan terlaksana. Pada mulanya, sebelum manusia dirusak oleh Iblis, manusia menjalani kehidupan normal di bumi. Kemudian, ketika dia dirusak oleh Iblis, manusia kehilangan kehidupan normal ini, dan karena itu, dimulailah pekerjaan pengelolaan Tuhan dan pertempuran melawan Iblis untuk memulihkan kehidupan normal manusia. Hanya ketika pekerjaan 6.000 tahun pengelolaan Tuhan berakhir, kehidupan semua umat manusia secara resmi akan dimulai di bumi; hanya setelah itulah manusia akan memiliki kehidupan yang mengagumkan, dan Tuhan akan memulihkan tujuan-Nya dalam menciptakan manusia pada mulanya serta rupa asli manusia. Dan karena itu, setelah manusia memiliki kehidupan normal sebagai manusia di bumi, manusia tidak akan berusaha untuk menjadi pemenang atau untuk disempurnakan, karena manusia akan menjadi suci. "Pemenang" dan "disempurnakan" yang orang bicarakan adalah tujuan yang diberikan kepada manusia yang harus dikejar selama pertempuran antara Tuhan dan Iblis, dan tujuan tersebut ada hanya karena manusia telah dirusak. Dengan memberimu suatu tujuan dan memerintahkanmu untuk mengejar tujuan inilah Iblis akan dikalahkan. Memintamu untuk menjadi pemenang atau untuk disempurnakan atau dipakai mengharuskanmu untuk memberikan kesaksian untuk mempermalukan Iblis. Pada akhirnya, manusia akan menjalani kehidupan manusia normal di bumi, dan manusia akan menjadi suci; ketika ini terjadi, akankah manusia tetap berusaha untuk menjadi pemenang? Bukankah mereka semua makhluk ciptaan? Berbicara tentang menjadi seorang pemenang dan menjadi orang yang disempurnakan, kata-kata ini ditujukan kepada Iblis, dan pada kenajisan manusia. Bukankah kata "pemenang" ini mengacu pada kemenangan atas Iblis dan pasukan musuh? Ketika engkau mengatakan bahwa engkau telah disempurnakan, apa di dalam dirimu yang disempurnakan? Bukankah bahwa engkau telah melepaskan dirimu dari watak-watak Iblis yang rusak, sehingga engkau dapat mencapai kasih yang tertinggi kepada Tuhan? Hal-hal seperti ini dikatakan berkaitan dengan hal-hal najis di dalam diri manusia, dan dalam hubungannya dengan Iblis. Semua ini tidak dibicarakan dalam hubungannya dengan Tuhan.

Jika engkau tidak berusaha untuk menjadi pemenang dan untuk disempurnakan sekarang, maka di masa depan, ketika umat manusia menjalani kehidupan normal di bumi, tidak akan ada kesempatan untuk usaha seperti itu. Pada saat itu, kesudahan setiap orang akan terungkap. Pada saat itu, akan jelas orang macam apa dirimu, dan jika engkau ingin menjadi pemenang atau ingin disempurnakan, itu tidak akan mungkin. Hanya karena pemberontakannya, manusia akan dihukum setelah diungkapkan. Pada saat itu, yang ingin dicapai manusia bukan kedudukan yang lebih tinggi daripada orang lain, agar sebagian menjadi pemenang dan yang lain menjadi sempurna, atau agar sebagian menjadi anak sulung Tuhan dan yang lainnya menjadi anak-anak Tuhan; mereka tidak akan mengejar hal-hal ini. Semua akan menjadi makhluk ciptaan Tuhan, semua akan hidup di bumi, dan semua akan hidup bersama dengan Tuhan di bumi. Sekarang adalah waktu pertempuran antara Tuhan dan Iblis. Sekarang adalah waktu di mana pertempuran ini belum berakhir, waktu di mana manusia belum sepenuhnya didapatkan; sekarang adalah masa peralihan. Dan karena itu, manusia harus berusaha menjadi seorang pemenang atau menjadi salah satu dari umat Tuhan. Zaman sekarang ada perbedaan status, tetapi ketika saatnya tiba, tidak akan ada perbedaan seperti itu: status semua orang yang telah menang akan sama, mereka semua akan menjadi anggota umat manusia yang memenuhi syarat dan akan hidup sederajat di bumi, yang berarti bahwa mereka semua akan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat, dan hal yang sama akan diberikan kepada semua orang. Karena zaman pekerjaan Tuhan berbeda, dan objek pekerjaan-Nya berbeda, jika pekerjaan ini dilakukan di dalam dirimu, maka engkau semua memenuhi syarat untuk disempurnakan dan menjadi pemenang; jika pekerjaan itu dilakukan di luar negeri, maka orang-orang di sana akan memenuhi syarat untuk menjadi kelompok pertama orang yang akan ditaklukkan, dan kelompok pertama orang yang disempurnakan. Zaman sekarang, pekerjaan ini tidak dilakukan di luar negeri, sehingga orang-orang di negara lain tidak memenuhi syarat untuk disempurnakan dan menjadi pemenang, dan mereka tidak mungkin menjadi kelompok pertama. Karena objek pekerjaan Tuhan berbeda, zaman pekerjaan Tuhan berbeda, dan cakupannya berbeda, maka ada kelompok pertama, yaitu ada para pemenang dan karena itu juga akan ada kelompok kedua yang disempurnakan. Setelah ada kelompok pertama yang disempurnakan, akan ada contoh dan model, dan karena itu di masa depan akan ada kelompok kedua dan ketiga dari mereka yang disempurnakan, tetapi dalam keabadian mereka semua akan sama, dan tidak akan ada klasifikasi status. Mereka hanya akan disempurnakan pada waktu yang berbeda, dan tidak akan ada perbedaan status. Ketika saatnya tiba bahwa setiap orang telah disempurnakan, dan pekerjaan seluruh alam semesta telah berakhir, tidak akan ada perbedaan status, dan semua akan memiliki status yang sama. Zaman sekarang, pekerjaan ini dilakukan di antara engkau semua sehingga engkau semua akan menjadi pemenang. Jika pekerjaan itu dilakukan di Inggris, maka Inggris akan memiliki kelompok yang pertama, dengan cara yang sama seperti engkau menjadi kelompok pertama. Hanya karena engkau telah sedemikian diberkati dengan kasih karunia sehingga pekerjaan-Ku dilakukan dalam dirimu sekarang ini, dan jika pekerjaan ini tidak dilakukan dalam dirimu, tentu engkau semua akan menjadi kelompok yang kedua, atau ketiga, atau keempat, atau kelima. Ini hanya karena perbedaan dalam urutan pekerjaan. Kelompok pertama dan kelompok kedua tidak berarti bahwa yang satu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain. Itu hanya menunjukkan urutan di mana orang-orang ini disempurnakan. Saat ini kata-kata ini disampaikan kepada engkau semua, tetapi mengapa engkau semua tidak diberitahu sebelumnya? Karena, tanpa proses, orang cenderung ke arah yang ekstrem. Misalnya, Yesus berkata saat masa-Nya: "Sebagaimana Aku pergi, demikian juga Aku akan datang." Saat ini, banyak orang yang tergila-gila dengan kata-kata ini, dan mereka hanya ingin memakai jubah putih dan menunggu pengangkatan mereka ke surga. Jadi, ada banyak kata yang tidak bisa diucapkan terlalu dini. Jika perkataan itu diucapkan terlalu dini, manusia akan cenderung ke arah yang ekstrem. Tingkat pertumbuhan manusia terlalu rendah, dan dia tidak mampu memahami kebenaran kata-kata ini.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait