Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur (Bagian Dua)

Bahwa Tuhan meminta manusia untuk bersikap jujur membuktikan bahwa Dia benar-benar membenci dan tidak menyukai orang yang licik dan suka menipu. Ketidaksukaan Tuhan terhadap orang yang licik dan suka menipu adalah ketidaksukaan terhadap cara mereka melakukan segala sesuatu, watak mereka, niat mereka, dan cara-cara mereka yang penuh tipu muslihat; Tuhan tidak menyukai semua hal ini. Jika orang yang licik dan suka menipu mampu menerima kebenaran, mengakui watak mereka yang licik dan suka menipu, dan bersedia menerima keselamatan Tuhan, maka mereka juga memiliki harapan untuk diselamatkan—karena Tuhan, sebagaimana juga kebenaran, memperlakukan semua orang secara sama. Karena itu, jika kita ingin menjadi orang-orang yang menyenangkan hati Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengubah prinsip kita dalam berperilaku. Kita tidak boleh lagi hidup berdasarkan falsafah Iblis, tidak boleh lagi hidup dengan kebohongan dan tipu muslihat. Kita harus membuang semua kebohongan kita dan menjadi orang yang jujur. Dengan demikian, pandangan Tuhan tentang kita akan berubah. Sebelumnya, orang selalu mengandalkan kebohongan, kepura-puraan, dan tipu muslihat ketika hidup di antara orang-orang, dan menggunakan falsafah Iblis sebagai dasar keberadaan mereka, hidup mereka, dan landasan bagi cara mereka berperilaku. Ini adalah sesuatu yang Tuhan benci. Di antara orang tidak percaya, jika engkau berbicara terus terang, mengatakan yang sebenarnya, dan menjadi orang yang jujur, engkau akan difitnah, dihakimi, dan ditinggalkan. Jadi, engkau mengikuti tren duniawi dan hidup berdasarkan falsafah Iblis; engkau menjadi makin ahli dalam berbohong, dan makin licik dan suka menipu. Engkau juga belajar menggunakan cara-cara jahat untuk mencapai tujuanmu dan melindungi dirimu sendiri. Engkau menjadi makin makmur di dunia Iblis, dan sebagai akibatnya, engkau jatuh makin dalam ke dalam dosa sampai engkau tak mampu melepaskan dirimu sendiri. Di rumah Tuhan justru sebaliknya. Makin banyak engkau berbohong dan melakukan tipu muslihat, makin umat pilihan Tuhan akan menjadi muak terhadapmu dan meninggalkanmu. Jika engkau tidak mau bertobat dan tetap berpaut pada falsafah dan logika Iblis, jika engkau menggunakan taktik dan rencana licik untuk menyamar dan menyembunyikan dirimu yang sebenarnya, maka sangatlah mungkin engkau akan disingkapkan dan disingkirkan. Ini karena Tuhan membenci orang yang licik dan suka menipu. Hanya orang jujur yang mampu sejahtera di rumah Tuhan, dan orang yang licik dan suka menipu pada akhirnya akan ditinggalkan dan disingkirkan. Semua ini sudah ditentukan Tuhan dari semula. Hanya orang-orang jujur yang dapat memperoleh bagian dalam kerajaan surga. Jika engkau tidak berusaha menjadi orang yang jujur, dan jika engkau tidak mengalami dan melakukan penerapan ke arah mengejar kebenaran, jika engkau tidak menyingkapkan keburukanmu sendiri, dan jika engkau tidak memberitahukan tentang dirimu yang sebenarnya, engkau tidak akan pernah mampu menerima pekerjaan Roh Kudus dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Apa pun yang kaulakukan atau tugas apa pun yang kaulaksanakan, engkau harus memiliki sikap yang jujur. Tanpa sikap yang jujur, engkau tidak akan dapat melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika engkau selalu melaksanakan tugasmu dengan asal-asalan, dan engkau gagal melakukan sesuatu dengan baik, maka engkau harus merenungkan dirimu, mengenal dirimu sendiri, dan membuka diri untuk menelaah dirimu sendiri. Kemudian engkau harus mencari prinsip-prinsip kebenaran dan berusaha melakukan tugas dengan lebih baik di waktu-waktu selanjutnya, bukannya bersikap asal-asalan. Jika engkau tidak berusaha memuaskan Tuhan dengan hati yang jujur, dan selalu berusaha memuaskan dagingmu sendiri atau kesombonganmu sendiri, akankah engkau mampu melakukan pekerjaan dengan baik? Akankah engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan baik? Tentu saja tidak. Orang yang licik dan suka menipu selalu bersikap asal-asalan ketika mereka melaksanakan tugas; apa pun tugas mereka, mereka tidak melakukannya dengan baik, dan sulit bagi orang-orang semacam itu untuk memperoleh keselamatan. Katakan kepada-Ku—ketika orang yang licik dan suka menipu menerapkan kebenaran, apakah mereka melakukan penipuan? Menerapkan kebenaran menuntut mereka untuk membayar harga, untuk melepaskan kepentingan mereka sendiri, untuk terbuka dan memberitahukan diri mereka yang sebenarnya kepada orang lain. Namun, mereka menyembunyikan sesuatu; ketika mereka berbicara, mereka hanya memberitahukan setengahnya, dan menahan sisanya. Orang lain harus selalu menebak apa yang mereka maksudkan, dan selalu harus menghubungkan semua yang mereka katakan untuk mengetahui maksud mereka. Mereka selalu memberi diri mereka ruang untuk bermanuver, mereka memberi diri mereka ruang gerak. Ketika orang lain menyadari bahwa mereka licik dan suka menipu, mereka tidak ingin berurusan dengan mereka, dan berwaspada terhadap mereka dalam segala hal yang mereka lakukan. Mereka berbohong dan menipu dan orang lain tidak dapat memercayai mereka, tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang salah dalam hal-hal yang mereka katakan, atau seberapa tidak murninya perkataan mereka. Mereka sering mengingkari perkataan mereka kepada orang lain dan di dalam hati, orang-orang tidak menghargai mereka. Lalu bagaimana dengan hati Tuhan? Bagaimana Tuhan memandang mereka? Tuhan makin membenci mereka, karena Tuhan memeriksa lubuk hati manusia. Manusia hanya dapat melihat apa yang ada di luarnya, tetapi Tuhan melihat secara lebih akurat, lebih tajam, dan lebih realistis.

Berapa lama pun engkau telah menjadi orang percaya, apa pun tugasmu atau pekerjaan apa pun yang kaulaksanakan, entah kualitasmu tinggi atau rendah, entah karaktermu baik atau buruk, asalkan engkau mampu menerima kebenaran dan berusaha menjadi orang yang jujur, engkau pasti akan menuai hasilnya. Ada orang yang tidak mau berusaha menjadi orang jujur menganggap sudah cukup baik baginya jika dia melaksanakan tugasnya dengan baik. Kepadanya Kukatakan, "Kau tidak akan pernah mampu melaksanakan tugasmu dengan baik." Ada orang yang menganggap menjadi orang jujur adalah tugas yang kurang penting, tugas yang lebih penting adalah berusaha melayani sesuai dengan maksud Tuhan, dan inilah satu-satunya cara untuk memuaskan Tuhan. Kalau begitu, silakan saja engkau mencobanya—lihat apakah engkau mampu melayani sesuai maksud Tuhan tanpa menjadi orang yang jujur. Ada orang yang tidak berusaha untuk menjadi orang jujur, tetapi puas dengan berdoa setiap hari, menghadiri pertemuan tepat waktu, makan dan minum firman Tuhan, dan sekadar tidak hidup seperti orang tidak percaya. Asalkan dia tidak melanggar hukum atau melakukan kejahatan, itu sudah cukup. Namun, dapatkah Tuhan dipuaskan dengan cara ini? Bagaimana engkau dapat memuaskan Tuhan jika engkau bukan orang yang jujur? Jika engkau bukan orang yang jujur, engkau bukanlah orang yang tepat. Jika engkau tidak jujur, berarti engkau orang yang bengkok, licik dan suka menipu. Engkau melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, memperlihatkan segala macam kerusakan, dan tidak mampu menerapkan kebenaran meskipun engkau menginginkannya. Jika engkau tidak menjadi orang yang jujur, engkau tidak akan mampu melakukan apa pun dengan baik—engkau tidak akan mungkin mencapai ketundukan kepada Tuhan atau memuaskan Dia. Bagaimana engkau dapat memuaskan Tuhan dalam segala sesuatu yang kaulakukan tanpa sikap yang jujur? Bagaimana engkau dapat memuaskan Tuhan jika engkau melaksanakan tugasmu tanpa sikap yang jujur? Dapatkah engkau melaksanakannya dengan baik dan benar? Engkau selalu memikirkan dagingmu sendiri dan masa depanmu sendiri, engkau selalu ingin mengurangi penderitaan dagingmu, lebih sedikit mengorbankan dirimu, lebih sedikit berkorban, lebih sedikit membayar harga. Engkau selalu menahan sesuatu. Ini adalah sikap yang licik dan suka menipu. Ada orang-orang yang penuh perhitungan bahkan dalam hal mengorbankan diri mereka untuk Tuhan. Mereka berkata: "Aku harus hidup nyaman di masa depan. Bagaimana jika pekerjaan Tuhan tidak pernah berakhir? Aku tidak boleh mempersembahkan seratus persen dari diriku kepada-Nya; aku bahkan tidak tahu kapan hari Tuhan akan datang. Aku harus memperhitungkannya, mengatur kehidupan keluargaku dan masa depanku sebelum mengorbankan diriku untuk Tuhan." Banyakkah orang yang berpikir seperti ini? Watak apa yang diperlihatkan orang yang penuh perhitungan dan membuat rencana cadangan untuk dirinya sendiri? Apakah orang-orang ini setia kepada Tuhan? Apakah mereka orang yang jujur? Bersikap penuh perhitungan dan membuat rencana cadangan berarti tidak sehati dengan Tuhan. Itu adalah watak yang licik dan suka menipu, dan orang-orang yang melakukan ini sedang melakukan kelicikan. Sikap yang mereka gunakan dalam memperlakukan Tuhan tentu saja bukan sikap yang jujur. Ada orang yang saat berinteraksi atau bergaul dengan saudara-saudarinya, merasa takut mereka akan mengetahui masalah dirinya yang sebenarnya dan menganggap tingkat pertumbuhannya rendah, atau memandang rendah dirinya. Jadi ketika berbicara, dia selalu berusaha menciptakan kesan bahwa dia sangat bersemangat, merindukan Tuhan, dan tekun menerapkan kebenaran. Namun di dalam hatinya, dia sebenarnya sangat lemah dan negatif. Dia berpura-pura menjadi kuat sehingga tak seorang pun mengetahui dirinya yang sebenarnya. Ini juga merupakan penipuan. Singkatnya, dalam apa pun yang kaulakukan, baik dalam kehidupanmu maupun dalam pelaksanaan tugasmu, jika engkau terlibat dalam kepalsuan dan kepura-puraan atau menggunakan penampilan palsu untuk menyesatkan atau menipu orang lain dan membuat mereka menghargai dan memujamu, atau tidak meremehkanmu, semua ini adalah penipuan. Ada seorang wanita yang memuja suaminya, padahal suaminya adalah setan dan pengikut yang bukan orang percaya. Karena takut saudara-saudarinya akan menganggap kasih sayangnya terlalu kuat, wanita semacam itu akan menjadi orang pertama yang berkata: "Suamiku adalah setan." Namun, di dalam hatinya, dia berkata: "Suamiku adalah pria yang baik." Perkataan pertama adalah apa yang dia katakan dengan mulutnya—tetapi itu hanya untuk didengar orang lain, agar mereka mengira dia mampu mengetahui yang sebenarnya tentang suaminya. Yang dia maksud sebenarnya adalah: "Jangan membicarakan hal ini di depan umum. Aku akan mengungkapkan pandangan ini terlebih dahulu sehingga engkau semua tidak perlu membahasnya. Aku telah menyingkapkan suamiku sebagai setan, jadi itu berarti aku telah melepaskan kasih sayangku dan engkau semua tidak perlu lagi mengatakan apa pun." Bukankah itu licik? Bukankah itu kepalsuan? Jika engkau melakukan hal ini, artinya engkau sedang menipu orang dan menyesatkan mereka dengan berpura-pura. Engkau sedang melakukan tipu daya, melakukan tipu muslihat di setiap kesempatan, sehingga yang orang lain lihat adalah citra palsumu, bukan dirimu yang sebenarnya. Ini jahat; ini adalah kelicikan manusia. Karena engkau telah mengakui bahwa suamimu adalah setan, lalu mengapa tidak menceraikannya? Mengapa tidak menolak setan itu, Iblis itu? Engkau berkata suamimu adalah setan, tetapi terus menghabiskan hidupmu bersamanya—ini memperlihatkan bahwa engkau menyukai setan. Engkau berkata dengan mulutmu bahwa dia adalah setan, tetapi engkau tidak mengakuinya di dalam hatimu. Ini berarti engkau sedang menipu orang lain, mengelabui mereka. Ini juga memperlihatkan bahwa engkau sedang bersekongkol dengan setan, bahwa engkau sedang melindunginya. Jika engkau adalah seseorang yang mampu menerapkan kebenaran, engkau akan menceraikan suamimu segera setelah engkau mengakui bahwa dia adalah setan. Setelah itu, engkau dapat memberikan kesaksianmu, dan itu akan memperlihatkan bahwa engkau sedang menarik garis yang jelas di antara dirimu dan setan. Namun sayangnya, engkau bukan saja tidak menarik garis itu, engkau menjalani hari-harimu bersama setan, dan menyesatkan saudara-saudari dengan kebohongan dan tipu muslihat. Ini membuktikan bahwa engkau adalah sejenis dengan Iblis, bahwa engkau juga adalah setan pembohong. Orang berkata wanita mengikuti suaminya, dalam apa pun yang dia lakukan. Karena engkau menikah dengan setan dan tidak pernah berpaling darinya, itu membuktikan bahwa engkau juga adalah setan. Engkau berasal dari setan, tetapi engkau berkata suamimu adalah setan untuk membuktikan bahwa engkau berasal dari Tuhan—bukankah ini taktik berbohong dan menipu? Engkau jelas mengetahui kebenaran, tetapi masih menggunakan cara-cara seperti itu untuk menipu dan mengelabui orang lain. Ini berbahaya; ini licik. Semua orang yang berbahaya dan licik sebenarnya adalah setan.

Semua orang memiliki watak yang rusak. Jika engkau merenungkan dirimu sendiri, engkau akan mengetahui dengan jelas beberapa keadaan atau tindakan di mana engkau memberikan kesan yang salah kepada orang lain atau melakukan kelicikan; engkau semua pernah mengalami saat-saat ketika engkau berpura-pura atau bersikap munafik. Ada orang-orang yang berkata: "Lalu mengapa aku tidak menyadarinya? Aku adalah orang yang lugu. Selama ini aku telah ditindas dan ditipu di dunia ini, dan aku tidak pernah bersikap licik dan suka menipu. Aku hanya mengatakan apa pun yang ada di dalam hatiku." Itu tetap tidak membuktikan bahwa engkau adalah orang yang jujur. Engkau mungkin saja tidak cerdas, atau tidak terlalu berpendidikan, atau engkau mungkin mudah ditindas dalam kelompok, atau engkau mungkin adalah pengecut bodoh yang tidak berhikmat dalam tindakanmu, memiliki sedikit keterampilan, dan berada di lapisan masyarakat yang lebih rendah—tetap saja, bukan berarti bahwa engkau adalah orang yang jujur. Orang yang jujur adalah orang yang mampu menerima kebenaran—bukan orang malang yang menyedihkan, orang yang tidak berguna, idiot, atau orang yang lugu. Engkau semua harus mampu membedakan hal-hal ini, bukan? Aku sering mendengar ada orang yang berkata: "Aku tidak pernah berbohong—akulah yang selalu dibohongi. Aku selalu ditindas oleh orang-orang di luar sana. Tuhan berkata Dia mengangkat orang yang miskin dari tumpukan sampah, dan aku adalah salah satu dari orang-orang itu. Ini adalah anugerah Tuhan. Tuhan mengasihani orang-orang seperti kita, orang-orang lugu yang tidak diterima di tengah masyarakat. Ini benar-benar belas kasihan Tuhan!" Perkataan Tuhan bahwa Dia mengangkat orang yang miskin dari tumpukan sampah memang memiliki sisi nyata di dalamnya. Meskipun engkau mampu mengenalinya, itu tidak membuktikan bahwa engkau adalah orang yang jujur. Sebenarnya, beberapa orang hanyalah orang bodoh, orang idiot; mereka adalah orang bodoh yang sama sekali tidak memiliki keterampilan, berkualitas rendah, dan tidak memahami kebenaran. Orang semacam itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang jujur yang Tuhan bicarakan. Ini adalah kasus di mana Tuhan mengangkat orang yang miskin dari tumpukan sampah, tetapi orang idiot dan bodoh bukanlah orang yang diangkat. Kualitasmu secara bawaan sangat rendah, dan engkau adalah orang idiot, tidak berguna, dan meskipun engkau dilahirkan dalam keluarga miskin dan merupakan bagian dari masyarakat kelas bawah, engkau tetap bukan target penyelamatan Tuhan. Hanya karena engkau telah banyak menderita dan menanggung diskriminasi di tengah masyarakat, hanya karena engkau telah ditindas dan ditipu oleh semua orang, jangan mengira itu membuatmu menjadi orang yang jujur. Jika engkau berpikir demikian, engkau salah besar. Apakah selama ini engkau selalu memiliki kesalahpahaman atau pemahaman yang menyimpang tentang apa yang dimaksud dengan orang yang jujur? Sudahkah engkau semua mendapat sedikit kejelasan setelah mendengarkan persekutuan ini? Menjadi orang jujur bukanlah seperti yang orang pikirkan; itu bukan berarti menjadi orang yang tidak bertele-tele dan yang menahan diri agar tidak berdalih. Seseorang mungkin secara alami sangat lugas, tetapi itu bukan berarti bahwa dia tidak terlibat dalam tipu muslihat atau kelicikan. Semua manusia yang rusak memiliki watak rusak yang licik dan suka menipu. Ketika orang hidup di dunia ini, di bawah pengaruh Iblis, dikuasai dan dikendalikan oleh kekuatan Iblis, mustahil bagi mereka untuk bersikap jujur. Mereka hanya bisa menjadi makin licik dan suka menipu. Hidup di tengah manusia yang rusak, menjadi orang yang jujur tentu saja banyak kesulitannya. Kemungkinan besar kita akan diejek, difitnah, dikritik, bahkan dikucilkan dan diusir oleh orang tidak percaya, oleh raja setan, dan setan-setan hidup. Jadi, mungkinkah bertahan hidup sebagai orang yang jujur di dunia ini? Adakah ruang bagi kita untuk bertahan hidup di dunia ini? Ya. Tentu saja ada ruang bagi kita untuk bertahan hidup. Tuhan telah menentukan kita dari semula dan memilih kita, dan Dia pasti membukakan jalan keluar bagi kita. Kita percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia sepenuhnya di bawah bimbingan-Nya, dan kita hidup sepenuhnya dengan napas dan hidup yang Dia anugerahkan. Karena kita telah menerima kebenaran firman Tuhan, kita memiliki aturan baru tentang cara hidup, dan tujuan baru untuk hidup kita. Landasan hidup kita telah diubah. Kita telah memiliki cara hidup yang baru, cara baru dalam berperilaku, yang sepenuhnya demi memperoleh kebenaran dan agar kita diselamatkan. Kita telah memiliki cara hidup yang baru: kita hidup untuk melaksanakan tugas kita dengan baik dan memuaskan Tuhan. Ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang kita makan secara fisik, apa yang kita kenakan, atau di mana kita tinggal; ini berkaitan dengan kebutuhan rohani kita. Banyak orang merasa menjadi orang yang jujur itu terlalu sulit. Di satu sisi, karena menyingkirkan watak yang rusak sangatlah sulit. Di sisi lain, jika engkau tinggal di antara orang-orang tidak percaya—dan terutama jika engkau bekerja bersama mereka—menjadi orang yang jujur dan mengatakan yang sebenarnya bisa membuatmu ditertawakan, difitnah, dikritik, bahkan dikucilkan atau diusir. Itu menciptakan tantangan bagi kelangsungan hidup kita. Banyak orang berkata: "Menjadi orang yang jujur tidak layak dilakukan. Aku akan dirugikan jika aku berbicara terus terang, dan aku tidak akan menyelesaikan apa pun tanpa berbohong." Sudut pandang macam apa ini? Itulah sudut pandang dan dasar pemikiran orang yang licik dan suka menipu. Mereka mengatakan hal-hal yang salah dan menipu sepenuhnya untuk melindungi status dan kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak mau menjadi orang yang jujur dan mengatakan yang sebenarnya karena takut kehilangan hal-hal itu. Semua manusia yang rusak bersikap seperti itu. Betapapun berpendidikannya mereka, setinggi atau serendah apa pun status mereka, entah mereka pejabat atau warga negara biasa, entah mereka selebritas atau orang kebanyakan, mereka semua selalu berbohong dan menipu, dan tak seorang pun bisa dipercaya. Jika watak-watak rusak ini tidak dibereskan, mereka akan terus berbohong dan menipu sepanjang waktu, dan penuh dengan watak yang licik dan suka menipu. Mampukah mereka mencapai ketundukan sejati kepada Tuhan jika mereka seperti ini? Dapatkah mereka memperoleh perkenanan Tuhan? Sama sekali tidak.

Apakah engkau semua merasa menjadi orang yang jujur itu sulit dilakukan? Pernahkah engkau semua berusaha menerapkannya? Dalam hal apa engkau semua telah menerapkan dan mengalami menjadi orang yang jujur? Prinsip-prinsip apa yang menjadi dasar penerapanmu? Tingkat pengalaman apa yang engkau semua miliki tentang menjadi orang yang jujur pada saat ini? Sudahkah engkau mencapai titik di mana engkau pada dasarnya adalah orang yang jujur? Jika engkau telah mencapai hal ini, itu luar biasa! Kita harus mampu memahami dari firman Tuhan bahwa, untuk menyelamatkan dan mengubah diri kita, Dia tidak hanya melakukan beberapa pekerjaan untuk memberikan gambaran tentang apa yang akan terjadi, atau pekerjaan untuk menunjukkan masa depan seperti apa yang akan terjadi setelah apa yang Dia lakukan. Dia juga tidak mengubah perilaku lahiriah manusia. Sebaliknya, Dia ingin mengubah setiap orang, dimulai dari lubuk hati mereka, dari watak mereka, dan dari esensi mereka, serta mengubah mereka pada sumbernya. Mengingat bahwa seperti inilah cara Tuhan bekerja, bagaimana seharusnya kita bertindak terhadap diri kita sendiri? Kita harus bertanggung jawab dalam apa yang kita cari, dalam hal perubahan watak kita, dan dalam hal tugas yang harus kita laksanakan. Kita harus bersikap serius dalam segala sesuatu yang kita lakukan, tanpa mengabaikan apa pun, dan mampu membiarkan segala sesuatu untuk ditelaah. Setiap kali engkau selesai melakukan sesuatu, sekalipun engkau yakin bahwa semua itu telah kaulakukan dengan benar, itu belum tentu sesuai dengan kebenaran. Semua itu juga harus ditelaah, harus dibandingkan, diverifikasi, dan diperiksa berdasarkan firman Tuhan. Dengan cara ini, akan menjadi jelas apakah hal tersebut benar atau salah. Selain itu, hal-hal yang menurutmu salah juga harus ditelaah. Ini membutuhkan saudara-saudari untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk bersama-sama bersekutu, mencari, dan membantu satu sama lain. Semakin banyak engkau bersekutu, hatimu akan menjadi makin terang, dan engkau akan makin memahami prinsip-prinsip kebenaran. Ini adalah berkat Tuhan. Jika tak seorang pun dari antaramu membuka hatimu dan engkau semua menutupi dirimu sendiri agar terlihat baik, berharap untuk meninggalkan kesan yang baik di benak orang lain dan ingin mereka mengagumi dan tidak mencemoohmu, maka engkau tidak akan mengalami pertumbuhan yang sejati. Jika engkau selalu menyamarkan dirimu dan tak pernah membuka diri dalam persekutuan, engkau tidak akan menerima pencerahan Roh Kudus, dan engkau tidak akan mampu memahami kebenaran. Lalu, apa hasilnya nanti? Engkau akan selamanya hidup dalam kegelapan dan engkau tidak akan diselamatkan. Jika engkau ingin memperoleh kebenaran dan mengubah watakmu, engkau harus membayar harga untuk memperoleh kebenaran dan menerapkan kebenaran, dan engkau harus membuka hatimu dan bersekutu dengan orang lain. Ini bermanfaat baik untuk jalan masuk kehidupanmu maupun perubahan watakmu. Membahas pengalaman dan pemahamanmu dalam pertemuan bermanfaat bagimu dan orang lain. Apa yang akan terjadi jika tak seorang pun di antaramu yang berbicara tentang mengenal dirimu sendiri, atau pengalaman dan pemahamanmu; jika tak seorang pun di antaramu yang menelaah dirimu sendiri atau membuka diri; jika engkau semua ahli dalam mengucapkan kata-kata dan doktrin, tanpa ada seorang pun di antaramu yang berbicara tentang mengenal dirimu sendiri, dan tanpa ada seorang pun yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan sedikit pengenalan diri yang kaumiliki? Engkau semua akan berkumpul dan saling bertegur sapa dan berbasa-basi, engkau akan saling menyanjung dan memuji, dan mengatakan hal-hal yang tidak jujur. "Oh, akhir-akhir ini keadaanmu cukup baik. Kau telah mengalami beberapa perubahan!" "Kau telah memperlihatkan iman yang begitu besar belakangan ini!" "Kau sangat bersemangat!" "Kau telah mengorbankan dirimu jauh lebih banyak daripada yang kulakukan." "Kontribusimu lebih besar daripada kontribusiku!" Keadaan seperti inilah yang akan terbangun. Semua orang saling menyanjung dan memuji, dan tak seorang pun mau memberitahu orang lain tentang diri mereka yang sebenarnya untuk ditelaah, dikenali dan dipahami semua orang. Mungkinkah terdapat kehidupan bergereja yang sejati di tengah lingkungan seperti ini? Tidak mungkin. Ada orang-orang yang berkata: "Aku telah menjalani kehidupan bergereja selama beberapa tahun. Aku selalu puas dan menikmatinya. Selama pertemuan, semua saudara-saudari suka berdoa dan menyanyikan lagu pujian untuk memuji Tuhan. Setiap orang terharu hingga menangis oleh doa dan lagu pujian. Terkadang segala sesuatunya menjadi penuh emosi dan kami semua merasa kepanasan dan berkeringat. Saudara-saudari bernyanyi dan menari; itu adalah kehidupan bergereja yang kaya dan penuh warna, dan itu sangat menyenangkan. Itu benar-benar mewujudkan pekerjaan Roh Kudus! Setelah itu, kami makan dan minum firman Tuhan, dan kami merasa bahwa firman Tuhan berbicara langsung ke hati kami. Semua orang sangat bersemangat setiap kali kami bersekutu." Beberapa tahun kehidupan bergereja seperti ini benar-benar menyenangkan bagi semua orang, tetapi apa hasilnya? Hampir tidak ada seorang pun yang benar-benar masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan hampir tidak ada seorang pun yang mampu menceritakan pengalaman mereka untuk menjadi kesaksian bagi Tuhan. Mereka sangat bersemangat untuk membaca firman Tuhan, menyanyi dan menari, tetapi ketika tiba waktunya untuk mempersekutukan kebenaran, beberapa orang menjadi tidak tertarik. Tak seorang pun menceritakan pengalaman mereka tentang menjadi orang yang jujur; tak seorang pun menelaah diri mereka sendiri, dan tak seorang pun memberitahukan watak rusak mereka sendiri untuk diketahui dan dikenali oleh orang lain agar mereka mendapatkan manfaat dan terdidik dalam kerohaniannya. Tak seorang pun mempersekutukan kesaksian pengalaman nyata mereka untuk memuliakan Tuhan. Beberapa tahun kehidupan bergereja disia-siakan begitu saja, menyanyi dan menari, merasa gembira, penuh kenikmatan. Katakan kepada-Ku: berasal dari manakah kebahagiaan dan kenikmatan ini? Menurut-Ku itu bukanlah yang ingin Tuhan lihat atau yang memuaskan-Nya, karena yang ingin Dia lihat adalah perubahan dalam watak hidup orang, dan orang hidup dalam kenyataan kebenaran. Tuhan ingin melihat kenyataan ini. Dia tidak ingin engkau memegang buku lagu pujianmu, bernyanyi dan menari untuk memuji-Nya saat engkau sedang berkumpul atau merasa bersemangat—bukan itu yang ingin Dia lihat. Sebaliknya, Tuhan merasa sedih, menderita, dan cemas ketika Dia melihat hal ini, karena Dia telah mengucapkan beribu-ribu firman, tetapi tak seorang pun benar-benar melaksanakan dan menghidupinya. Justru inilah yang membuat Tuhan khawatir. Engkau semua sering kali merasa cukup puas dan berpuas diri dengan sedikit kedamaian dan kebahagiaan dari kehidupan bergerejamu. Engkau memuji Tuhan dan mendapatkan sedikit kenikmatan, sedikit kenyamanan atau kepuasan rohani, dan kemudian meyakini bahwa engkau telah menerapkan imanmu dengan baik. Engkau berpaut pada khayalan ini, memperlakukannya sebagai modal, sebagai hasil terbesar dari imanmu kepada Tuhan, dan menerimanya sebagai pengganti perubahan watak hidupmu dan jalan masuk kepada jalan keselamatan. Dengan begitu, engkau menganggap tidak perlu mengejar kebenaran atau berusaha menjadi orang yang jujur. Tidak perlu merenungkan dirimu sendiri atau menelaah masalahmu, atau menerapkan dan mengalami firman Tuhan. Ini berarti engkau sedang berada di wilayah berbahaya. Jika orang terus menjalani kehidupan bergereja dengan cara seperti ini; jika, ketika pekerjaan Tuhan hampir berakhir, mereka masih belum menjadi orang yang jujur atau berhasil melaksanakan tugas mereka dengan cukup baik; jika mereka belum mencapai ketundukan sejati kepada Tuhan dan masih dapat disesatkan dan dikendalikan oleh antikristus; jika mereka belum melepaskan diri dari pengaruh Iblis; jika mereka belum memenuhi tuntutan yang diberikan Tuhan kepada mereka ini, mereka bukanlah orang-orang yang akan Tuhan selamatkan. Itu sebabnya Tuhan khawatir.

Orang selalu sangat bersemangat ketika mereka baru menjadi orang percaya. Khususnya, ketika mereka mendengar Tuhan mempersekutukan kebenaran, mereka berpikir: "Sekarang aku memahami kebenaran. Aku telah menemukan jalan yang benar. Aku sangat bahagia!" Setiap hari terasa menyenangkan seperti merayakan Tahun Baru atau pernikahan; setiap hari mereka menantikan seseorang mengadakan pertemuan atau persekutuan. Namun setelah beberapa tahun, ada orang-orang yang kehilangan semangat untuk menjalani kehidupan bergereja dan juga kehilangan semangat untuk percaya kepada Tuhan. Mengapa demikian? Itu karena mereka hanya memahami firman Tuhan dan kebenaran secara dangkal dan teoretis. Mereka belum benar-benar masuk ke dalam firman Tuhan, atau belum mengalami firman Tuhan secara nyata. Sebagaimana Tuhan katakan, banyak orang melihat makanan mewah di pesta perjamuan, tetapi kebanyakan dari mereka hanya datang untuk melihatnya. Mereka tidak mengambil makanan lezat yang disediakan oleh Tuhan dan memakannya, mengecapnya dan menggunakannya untuk memulihkan tubuh mereka. Inilah yang Tuhan benci, dan yang membuat-Nya khawatir. Bukankah seperti inilah keadaanmu saat ini? (Ya.) Aku sering menyampaikan persekutuan-Ku kepadamu untuk membantumu. Yang paling menjadi kekhawatiran-Ku adalah, setelah mendengarkan khotbah-khotbah ini dan memenuhi kebutuhan rohanimu, engkau tidak melakukan apa pun untuk menerapkannya dan tidak merenungkannya. Jika inilah yang terjadi, semua yang telah Kukatakan telah menjadi sia-sia. Kualitas seperti apa pun yang seseorang miliki, engkau akan dapat membedakan apakah dia orang yang mencintai kebenaran atau bukan setelah dia menjadi percaya selama dua atau tiga tahun. Jika dia adalah orang yang mencintai kebenaran, cepat atau lambat dia akan mengejar kebenaran; jika dia bukan orang yang mencintai kebenaran, dia tidak akan bertahan lama, serta akan tersingkap dan disingkirkan. Apakah engkau semua benar-benar adalah orang yang mencintai kebenaran? Apakah engkau semua mau menjadi orang yang jujur? Apakah kelak engkau semua akan mampu untuk berubah? Berapa banyak dari perkataan-Ku ini yang akan engkau semua terapkan secara pribadi setelah persekutuan ini? Berapa banyak dari perkataan-Ku ini yang benar-benar akan membuahkan hasil dalam dirimu? Semua itu tidak diketahui; itu akan tersingkap pada akhirnya. Itu tidak ada kaitannya dengan seberapa bersemangatnya seseorang atau seberapa banyak penderitaan yang mampu dia tanggung setelah dia mulai percaya. Yang terpenting adalah apakah dia mencintai kebenaran atau tidak, dan apakah dia mampu menerima kebenaran atau tidak. Hanya mereka yang mencintai kebenaran yang akan merenungkannya setelah mendengar khotbah. Hanya merekalah yang akan merenungkan bagaimana menerapkan firman Tuhan, bagaimana mengalaminya, bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana menjalani kenyataan kebenaran di dalam firman Tuhan agar dapat menjadi orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan. Itulah sebabnya orang yang mencintai kebenaran pada akhirnya akan memperoleh kebenaran. Orang yang tidak mencintai kebenaran mungkin akan menerima jalan yang benar; mereka mungkin berkumpul dan mendengarkan khotbah setiap hari dan memahami beberapa doktrin, tetapi saat mereka menghadapi kesukaran atau ujian, mereka menjadi negatif dan lemah, dan bahkan mungkin melepaskan kepercayaan mereka. Sebagai orang percaya, mampu atau tidaknya engkau masuk ke dalam kenyataan kebenaran tergantung pada sikapmu terhadap kebenaran dan apa yang menjadi tujuan pengejaranmu: apakah tujuanmu benar-benar untuk memperoleh kebenaran sebagai hidupmu atau tidak. Ada orang-orang yang memperlengkapi diri mereka dengan kebenaran agar dapat membantu orang lain, melayani Tuhan, atau memimpin gereja dengan baik. Itu tidak buruk, dan itu berarti orang-orang itu memikul beban tertentu. Namun, jika mereka tidak berfokus pada jalan masuk kehidupan mereka sendiri atau pada penerapan kebenaran, dan jika mereka tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, mampukah mereka masuk ke dalam kenyataan kebenaran? Itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin mereka membantu orang lain jika mereka sendiri tidak memiliki kenyataan kebenaran? Bagaimana mungkin mereka melayani Tuhan? Mampukah mereka melaksanakan pekerjaan gereja dengan baik? Itu juga tidak mungkin. Sebanyak apa pun khotbah yang telah kaudengar atau jalan apa pun yang telah kaupilih. Aku akan menyampaikan sudut pandang yang benar kepadamu: tugas apa pun yang kaulaksanakan, entah engkau seorang pemimpin atau pengikut biasa, engkau terutama harus berusaha keras untuk memahami firman Tuhan. Engkau harus membaca dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Engkau harus terlebih dahulu memperoleh pemahaman tentang semua kebenaran yang harus kauketahui dan terapkan; bandingkan dirimu terhadapnya dan engkau sendiri harus menerapkannya. Engkau belum memperoleh kebenaran sebelum engkau terlebih dahulu memahaminya dan masuk ke dalam kenyataannya. Jika engkau selalu menjelaskan doktrin yang kaupahami kepada orang lain, tetapi engkau tidak mampu menerapkannya atau mengalaminya, maka ini adalah kesalahan—ini adalah kebodohan dan ketidaktahuan. Engkau harus menerapkan dan mengalami firman Tuhan sebagai kebenaran, secara berangsur mulai memahami banyak kebenaran. Setelah itu, engkau akan mulai mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dalam tugasmu, dan memiliki banyak pengalaman serta kesaksian untuk disampaikan. Dengan cara ini, firman Tuhan akan menjadi hidupmu. Engkau pasti akan melaksanakan tugasmu dengan baik, dan engkau juga akan mampu melaksanakan amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu. Jika engkau selalu ingin agar orang lain membandingkan diri mereka terhadap firman ini, agar orang lain menerapkannya, atau engkau menggunakannya sebagai modal dalam pekerjaanmu, engkau akan berada dalam masalah. Dengan melakukan ini, engkau sedang menempuh jalan yang sama persis dengan Paulus—dengan tepat. Karena ini adalah sudut pandangmu, engkau pasti memperlakukan firman ini sebagai doktrin, sebagai teori, dan engkau ingin menggunakan teori-teori ini untuk berceramah dan menyelesaikan pekerjaan. Ini sangat berbahaya—inilah yang dilakukan para pemimpin palsu dan antikristus. Jika engkau memandang keadaanmu sendiri berdasarkan firman Tuhan, engkau harus terlebih dahulu merenungkan dan mengenal dirimu sendiri, lalu menerapkan kebenaran, engkau akan memperoleh hasilnya dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Hanya dengan melakukannya, barulah engkau akan memenuhi syarat dan memiliki tingkat pertumbuhan untuk melaksanakan tugasmu dengan baik. Jika engkau tidak memiliki pengalaman nyata tentang pekerjaan Tuhan dan firman-Nya; jika engkau sama sekali tidak memiliki jalan masuk kehidupan dan hanya mampu mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, maka meskipun engkau melaksanakan pekerjaan itu, engkau akan melaksanakannya secara membabi buta, tidak mencapai apa pun yang nyata. Pada akhirnya engkau akan menjadi pemimpin palsu dan antikristus, dan engkau akan disingkirkan. Jika engkau memahami suatu aspek kebenaran, engkau harus terlebih dahulu membandingkan dirimu terhadapnya dan menerapkannya dalam hidupmu, sehingga itu menjadi kenyataanmu. Setelah itu, engkau pasti akan memperoleh sesuatu dan berubah. Jika engkau merasa bahwa firman Tuhan itu baik, bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan memiliki kenyataan, tetapi engkau tidak merenungkan atau berusaha memahami kebenaran di dalam hatimu, juga tidak menerapkan dan mengalaminya dalam kehidupan nyatamu, melainkan hanya menuliskannya di buku catatan dan melupakannya, maka engkau tidak akan pernah memahami atau memperoleh kebenaran. Ketika engkau membaca firman Tuhan atau mendengarkan khotbah dan persekutuan, engkau harus merenungkan dan membandingkannya terhadap dirimu, menghubungkannya dengan keadaanmu sendiri, dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalahmu sendiri. Hanya dengan menerapkan firman dengan cara seperti ini, barulah engkau dapat benar-benar mendapatkan sesuatu darinya. Inikah yang engkau semua lakukan setelah mendengarkan khotbah? Jika bukan ini yang kaulakukan, berarti Tuhan tidak ada dalam hidupmu, begitu pula firman-Nya, dan engkau tidak memiliki kenyataan dalam kepercayaanmu kepada-Nya. Engkau sedang hidup di luar firman Tuhan, seperti orang tidak percaya. Siapa pun yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mampu menerapkan firman-Nya dalam kehidupan nyata agar dapat menerapkan dan mengalaminya, bukanlah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan—mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Mereka yang tidak mampu menerapkan kebenaran bukanlah orang yang tunduk kepada Tuhan, mereka adalah orang yang memberontak dan menentang Dia. Tanpa orang membawa firman Tuhan ke dalam kehidupan nyata mereka, mereka tidak mungkin mengalami pekerjaan Tuhan. Dan jika orang tidak mengalami pekerjaan Tuhan atau penghakiman dan hajaran firman-Nya dalam kehidupan nyata mereka, mereka tidak mungkin memperoleh kebenaran. Apakah engkau semua memahami hal ini? Jika engkau semua mampu memahami firman ini, maka itulah yang terbaik—tetapi bagaimanapun caramu memahaminya, sebanyak apa pun engkau memahaminya, hal yang terpenting adalah engkau harus membawa firman Tuhan dan kebenaran yang kaupahami ke dalam kehidupan nyatamu, serta menerapkannya di sana. Inilah satu-satunya cara bagimu untuk bertumbuh dalam tingkat pertumbuhanmu dan agar watakmu berubah.

Ketika Tuhan mengungkapkan kebenaran atau mengajukan tuntutan-Nya terhadap manusia, Dia akan selalu menunjukkan kepada mereka prinsip-prinsip dan jalan penerapannya. Sebagai contoh, tentang menjadi orang jujur, seperti yang baru saja kita bicarakan: Tuhan telah memberikan jalannya kepada manusia, memberi tahu mereka bagaimana menjadi orang yang jujur dan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip menjadi orang yang jujur, agar mereka berada di jalan yang benar. Tuhan berfirman: "Jika engkau sama sekali menolak menyingkapkan rahasiamu—kesulitan-kesulitanmu—di depan orang lain untuk mencari jalan terang, maka Aku katakan bahwa engkau adalah seseorang yang tidak akan memperoleh keselamatan dengan mudah, dan yang tidak akan dengan mudah keluar dari kegelapan." Maksud Tuhan di sini adalah bahwa Dia menuntut kita untuk memberitahukan kepada orang lain hal-hal yang kita rahasiakan atau sembunyikan, dan mengizinkan orang untuk menelaahnya. Inilah yang belum engkau semua pikirkan: engkau semua tidak memahami atau tidak tahu bahwa Tuhan mengatakan hal ini agar engkau menerapkan dengan cara seperti ini. Terkadang engkau bertindak dengan niat untuk menipu dan berbuat licik, jadi tindakan dan niatmu itu harus kauubah. Mungkin tak seorang pun merasakan natur yang licik atau menipu dalam perkataanmu—tetapi jangan berbangga diri. Engkau harus datang ke hadapan Tuhan dan memeriksa dirimu sendiri—engkau dapat mengelabui manusia, tetapi engkau tidak dapat mengelabui Tuhan. Engkau harus berdoa, menyingkapkan dan menelaah niat dan cara-caramu, merenungkan apakah niatmu ini memperkenan Tuhan atau tidak, atau apakah itu akan menjijikkan bagi-Nya atau tidak, apakah engkau mampu memberitahukannya kepada orang lain atau tidak, apakah niat dan caramu itu sulit untuk dibicarakan, dan apakah niat dan caramu itu sesuai dengan kebenaran atau tidak. Dengan penelaahan dan analisis semacam ini, engkau akan mendapati bahwa sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan kebenaran; perilaku seperti ini sulit untuk kauberitahukan kepada orang lain, dan itu membuat Tuhan jijik. Setelah itu, engkau mengubah perilaku ini. Apa yang kaurasakan dari persekutuan-Ku ini? Beberapa dari antaramu mungkin merasa khawatir. Engkau berpikir: "Percaya kepada Tuhan itu sangat rumit. Sudah cukup sulit untuk mencapai sejauh ini—sekarang aku harus memulai dari awal?" Pada kenyataannya, sekarang Tuhan telah datang dan mulai memimpin manusia untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, ini adalah awal dari kepercayaan manusia kepada Tuhan dan perilaku mereka terhadap diri mereka sendiri. Jika engkau ingin memulai dengan baik, engkau harus membangun landasan yang kokoh dalam imanmu, pelajarilah terlebih dahulu kebenaran tentang visi dan pentingnya mengikuti Tuhan, dan setelah itu, berfokuslah untuk menerapkan kebenaran dan melaksanakan tugasmu dengan baik. Dengan cara seperti ini, engkau akan dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau hanya berfokus untuk mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin dan membangun landasan berdasarkan hal-hal itu, itu akan menjadi masalah. Ini seperti membangun fondasi rumah di atas pasir: setinggi apa pun engkau membangunnya, itu akan selalu terancam runtuh, dan tidak akan bertahan lama. Namun, ada satu hal yang patut dipuji tentang engkau semua pada saat ini, yaitu bahwa engkau semua mampu memahami apa yang Kupersekutukan kepadamu dan bersedia mendengarkannya. Ini bagus. Mengejar kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan adalah hal yang terpenting, dan sisanya tidaklah sepenting itu. Selama engkau mengetahui hal ini, tidak akan sulit untuk berada di jalur yang benar dalam imanmu. Untuk menempuh jalan mengejar kebenaran, engkau harus terlebih dahulu mengenal dirimu sendiri—engkau harus jelas tentang watak rusak apa yang kaumiliki dan apa kekuranganmu. Setelah itu, engkau akan memahami pentingnya memperlengkapi dirimu dengan kebenaran, dan engkau akan mampu dengan segera mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Jangan membuang-buang waktu! Setelah engkau menyelesaikan masalahmu dalam hal jalan masuk kehidupanmu dan engkau memiliki kenyataan kebenaran, engkau akan memiliki kedamaian batin yang jauh lebih besar. Sebesar apa pun bencana yang terjadi, engkau tidak akan merasa takut. Jika engkau menyia-nyiakan beberapa tahun terakhir ini tanpa mengejar kebenaran, dan ketika sesuatu terjadi, engkau masih cenderung merasa kebingungan, dan tetap menunggu dalam keadaan pasif, juga tidak mampu menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalahmu, tetapi tetap hidup berdasarkan falsafah cara berinteraksi dengan orang lain dan berdasarkan watak rusakmu, maka betapa menyedihkannya itu! Jika, ketika tiba waktunya bencana dahsyat terjadi, engkau tidak memiliki sedikit pun kenyataan kebenaran, engkau akan menyesal karena belum mengejar kebenaran atau belum melaksanakan tugasmu dengan baik, belum sama sekali memperoleh kebenaran. Engkau akan selalu hidup dalam keadaan cemas. Sekarang ini, pekerjaan Roh Kudus tidak menunggu siapa pun. Dalam beberapa tahun pertama mereka percaya, Dia memberi kepada manusia sedikit kasih karunia, sedikit belas kasihan; Dia memberi mereka bantuan dan perbekalan. Jika manusia tidak pernah berubah dan tidak pernah masuk ke dalam kenyataan, tetapi puas dengan kata-kata dan doktrin yang mereka ketahui, mereka berada dalam bahaya. Mereka telah melewatkan pekerjaan Roh Kudus, dan telah melewatkan kesempatan terakhir dari penyelamatan dan penyempurnaan Tuhan atas manusia. Mereka hanya bisa jatuh ke dalam bencana, meratap dan menggertakkan gigi.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh

Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur (Bagian Dua)

00:00
00:00
Sebelumnya
Putar
Selanjutnya
Ulangi Semua
随机播放
Bisukan
Tonton Video