Firman tentang Topik-Topik Lainnya

Kutipan 79

Apa tanggapan kalian setelah menyanyikan nyanyian pujian "Dia yang Berdaulat Atas Segalanya"? Apa kalian punya pandangan? Semua orang hidup pernah mengalami banyak kesulitan, tetapi mereka tak benar-benar tahu mengapa ini terjadi, dan tidak ada yang memikirkan secara mendalam penyebab kesulitan ini, apakah itu sepadan, atau apakah manusia pantas hidup seperti ini. Saat kecil, mereka selalu ingin memakai pakaian bagus dan makanan enak untuk disantap, dan mereka merasa inilah cara untuk bahagia. Saat besar, orang mulai memikirkan cara bekerja keras di pendidikannya agar bisa unggul dari banyak orang dan menikmati hidup yang baik. Saat dewasa, orang mulai menginginkan banyak uang, menjadi tenar dan beruntung, serta punya kuasa dan pengaruh. Mereka ingin menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Mereka selalu ingin menjabat di pemerintahan dan dihormati serta dikagumi. Saat punya anak, mereka berharap keturunannya beranak cucu turun temurun dan tetap makmur serta berkembang. Apa tujuan di balik semua langkah yang diambil orang-orang? Mengapa orang berpikir begini? Mengapa mereka semua hidup begini? Orang-orang hidup tanpa jalur. Mengapa kubilang tanpa jalur? Itu karena orang tidak tahu asal dan tujuannya, dan mereka tak tahu harus melakukan apa di hidupnya, bagaimana seharusnya mereka hidup, dan bagaimana mengikuti jalur hidup mereka. Orang-orang tak tahu hal-hal ini. Lalu, mengapa orang-orang masih saja tanpa lelah mengejar ketenaran, keuntungan, dan hidup bahagia sampai meninggal tanpa menoleh ke belakang? Itu karena orang-orang dirusak oleh Iblis, dan mereka mengembangkan pola pikir dan pandangan hidup yang salah. Mereka memandang cara hidup seperti ini sebagai sesuatu yang benar, dan mereka memandang mengejar ketenaran dan keuntungan adalah sesuatu yang benar dan pantas. Mereka berpikir bahwa menjadi tenar dan untung adalah kebahagiaan, dan mereka hidup berdasarkan keyakinan ini. Beginilah orang berlomba-lomba di jalur pengejaran ketenaran dan keuntungan, dan hasilnya adalah mereka tak pernah menemukan kebahagiaan bahkan hingga kematian. Semua orang hidup seperti ini. Tidak ada jalur lain untuk dipilih di dunia ini. Semua orang ingin menghasilkan uang dan menikmati hidup yang baik. Hidup terasa sulit tanpa uang, dan banyak yang dapat engkau raih dengan itu, sehingga semua orang ingin hasilkan lebih banyak. Saat hidup sudah makmur, mereka ingin mempertahankan kekayaannya dan ingin anak-anaknya melanjutkan warisannya, dan tidak ada yang tahu bahwa hidup seperti ini adalah hampa. Semua orang meninggalkan dunia ini dengan penyesalan, pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab, dan perasaan enggan. Orang-orang melalui hidup ini dengan kemiskinan maupun kekayaan serta hidup lama dan singkat. Beberapa di antaranya adalah orang biasa, sementara yang lainnya adalah para petinggi pemerintahan dan para elit. Ada orang dari setiap lapisan masyarakat, tetapi pada dasarnya mereka hidup dengan cara yang sama: Mereka hidup demi ketenaran dan keuntungan sesuai dengan hasrat, ambisi, dan watak jahatnya, dan mereka tidak akan beristirahat dengan tenang jika belum mencapai tujuan-tujuan ini. Melihat keadaan ini, orang mungkin berpikir, "Mengapa orang hidup seperti ini? Tidak adakah jalan lain yang dapat mereka tempuh? Apakah orang hidup benar-benar hanya hidup untuk makan dan minum enak sampai mati? Ke mana mereka akan pergi setelah mereka mati? Mengapa begitu banyak generasi masyarakat yang hidup seperti ini? Apa sumber masalahnya?" Manusia tidak tahu dari mana mereka berasal, apa misi dalam hidup mereka, atau siapa yang berkuasa dan berdaulat atas semua ini. Generasi datang dan pergi silih berganti, dan orang hidup, lalu mati dengan cara yang sama. Mereka semua datang dan pergi dengan cara yang sama, dan tak seorang pun menemukan cara atau jalan yang benar untuk menjalani hidup mereka. Tak seorang pun mencari kebenaran dalam hal ini. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, semua orang hidup dengan cara yang sama. Mereka semua mencari dan menunggu, ingin tahu akan seperti apa manusia kelak, tetapi tak seorang pun tahu atau tak seorang pun akan mengetahuinya. Kesimpulannya, manusia sama sekali tidak tahu siapakah Pribadi yang memerintah dan berdaulat atas semua ini, atau apakah Dia benar-benar ada. Mereka tidak tahu jawaban atas pertanyaan ini, dan yang mampu mereka lakukan hanyalah hidup dengan tidak berdaya, berjuang tahun demi tahun, bertahan hari demi hari hingga sekarang. Jika orang tahu alasan semua ini, akankah pengetahuan ini membuat mereka memiliki jalan untuk ditempuh dalam menjalani hidup ini? Akankah mereka mampu melepaskan diri dari penderitaan ini dan tidak lagi hidup berdasarkan keinginan dan harapan manusia? Jika orang memahami alasan mereka hidup, alasan mereka mati, dan siapa penguasa dunia ini; jika mereka memahami jawabannya, yakni bahwa Pribadi yang berdaulat atas segala sesuatu adalah Tuhan Sang Pencipta, mereka akan memiliki jalan untuk ditempuh. Mereka akan tahu bahwa mereka harus mencari kebenaran di dalam firman Tuhan agar menemukan jalan untuk mereka tempuh, dan mereka tidak perlu hidup menderita karena mengandalkan keinginan dan harapan semacam itu. Jika orang tahu jawaban tentang alasan mereka hidup dan mati, bukankah akan ada jawaban atas semua penderitaan dan kesulitan yang dialami manusia? Bukankah ini membuat manusia mengalami kelepasan? Orang akan benar-benar menemukan kelepasan, dan mereka akan benar-benar bebas.

Setelah mendengarkan nyanyian pujian "Dia yang Berdaulat Atas Segalanya" apa yang seharusnya kaurenungkan di dalam hatimu? Jika manusia tahu alasan mereka hidup dan mati, dan siapa sebenarnya yang berdaulat atas dunia ini dan atas segala sesuatu dan jika mereka tahu siapa yang berkuasa atas segalanya, di mana Dia sebenarnya berada, dan apa yang dituntut-Nya dari manusia—jika manusia mampu memahami hal-hal ini, mereka akan tahu bagaimana cara memperlakukan Sang Pencipta, dan cara menyembah dan menaati-Nya, di dalam hatinya, mereka akan memperoleh penyemangat hidup, mereka akan merasa damai dan bahagia, dan tidak akan lagi hidup dalam siksaan dan penderitaan semacam itu. Kesimpulannya, orang harus memahami kebenaran. Jalan hidup yang mereka pilih sangat penting, dan bagaimana mereka menjalani hidup juga penting. Bagaimana orang hidup dan jalan yang orang tempuh akan menentukan apakah hidup mereka akan bahagia atau akan menyedihkan. Ini adalah sesuatu yang harus orang pahami. Saat orang mendengar nyanyian pujian ini, mungkin timbul perasaan mendalam dalam hati mereka: "Semua orang hidup dengan mengikuti pola semacam ini; tak terkecuali orang-orang zaman dulu, juga orang-orang zaman sekarang. Orang-orang zaman sekarang hidup dengan cara yang sama. Jadi, adakah Sosok yang berdaulat di antara manusia, Tuhan yang manusia kenal dalam legenda, yang memerintah atas segalanya? Jika manusia bisa menemukan Tuhan, Pribadi yang memerintah atas segalanya, bukankah manusia akan mampu merasakan kebahagiaan? Yang terpenting sekarang adalah menemukan alasan keberadaan manusia. Di manakah alasannya? Setelah menemukan alasannya, manusia akan mampu hidup di alam yang berbeda. Jika manusia tidak dapat menemukannya, dan terus hidup seperti sebelumnya, akankah mereka menemukan kebahagiaan?" Jika orang tidak percaya kepada Tuhan, sekalipun mereka tahu bahwa manusia sangat rusak, apa yang dapat mereka lakukan? Mampukah mereka menyelesaikan masalah nyata kerusakan mereka? Apakah mereka memiliki jalan agar mereka dapat diselamatkan? Sekalipun engkau ingin berubah menjadi lebih baik dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, mampukah engkau melakukannya? Engkau tidak memiliki jalan yang dapat kautempuh agar dapat diselamatkan! Sebagai contoh, ada orang yang hidup demi anak-anak mereka; engkau mungkin berkata tidak ingin hidup seperti itu, tetapi mampukah engkau tidak hidup seperti itu? Ada orang-orang yang sangat sibuk mengejar kekayaan, ketenaran, dan keuntungan. Engkau mungkin berkata engkau tidak ingin sibuk mengejar hal-hal ini, tetapi mampukah engkau tidak hidup demi hal-hal itu? Tanpa kausadari, engkau telah berada di jalan ini, dan meskipun engkau ingin mengubah cara hidupmu, engkau tak mampu melakukannya. Engkau tidak bisa mengendalikan caramu hidup di dunia ini! Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena orang tidak percaya kepada Tuhan yang sejati dan karena mereka belum memperoleh kebenaran. Apa yang membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup mereka? Apa yang mereka cari untuk mempertahankan semangat hidup mereka? Mereka mencarinya dari berkumpul dengan keluarga, dari kebahagiaan pernikahan, kesenangan materi, harta kekayaan, ketenaran, dan dari keuntungan, status, perasaan mereka, dan dari karier mereka, serta dari kebahagiaan generasi berikutnya. Adakah yang tidak mencari hal-hal ini sebagai penyemangat hidup mereka? Mereka yang memiliki anak menemukan semangat hidup dari anak-anak mereka; mereka yang tidak memiliki anak menemukannya dalam karier mereka, dalam pernikahan, status di tengah masyarakat, dan dalam ketenaran, dan keuntungan. Oleh karena itu, cara hidup yang dihasilkan semuanya sama; tunduk pada kendali dan kuasa Iblis, dan meskipun tidak ingin seperti itu, semua orang menyibukkan diri mereka demi ketenaran, keuntungan, prospek, karier, pernikahan, keluarga, atau demi generasi berikutnya, atau demi kesenangan jasmani. Apakah ini jalan yang benar? Sesibuk apa pun orang di dunia ini, seberapapun besarnya pencapaian profesional mereka, sebahagia apa pun keluarga mereka, sebesar apa pun keluarga mereka, seberapapun bergengsinya status mereka—apakah mereka mampu menempuh jalan hidup yang benar? Dengan mengejar ketenaran, keuntungan, hal-hal dunia, atau karier, apakah mereka mampu memahami fakta bahwa Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan yang berdaulat atas takdir manusia? Tidak mungkin. Jika orang tidak menyadari fakta bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas takdir manusia, maka apa pun jalan atau pengejaran mereka, jalan yang mereka tempuh itu salah. Itu bukan jalan yang benar, melainkan jalan yang salah, jalan kejahatan. Sekalipun engkau merasakan kepuasan dari hal-hal yang menjadi penyemangat hidupmu, atau engkau tidak memiliki hal-hal itu, dan di mana pun engkau menemukan penyemangat itu: itu bukanlah jalan yang benar, dan itu bukan jalan yang benar untuk hidup manusia. Apa artinya memiliki iman yang sejati? Iman yang sejati berarti menerima penampakan dan pekerjaan Tuhan serta menerima semua kebenaran yang telah Tuhan sampaikan. Kebenaran ini adalah jalan yang benar bagi kehidupan manusia dan merupakan kebenaran dan hidup yang seharusnya dikejar manusia. Menempuh jalan hidup yang benar berarti mengikuti Tuhan dan di bawah pimpinan firman-Nya, mampu memahami kebenaran, mampu membedakan yang benar dan yang jahat, mampu mengetahui apa yang positif dan apa yang negatif, serta memahami kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya. Jika di dalam hatinya, orang benar-benar mengerti bahwa Tuhan bukan saja menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu, tetapi Dia juga berdaulat atas alam semesta dan segala sesuatu, mereka akan mampu menaati semua pengaturan dan penataan-Nya, hidup berdasarkan firman-Nya, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah yang dimaksud dengan manusia menempuh jalan yang benar dalam hidup mereka. Ketika orang menempuh jalan yang benar dalam hidup mereka, mereka akan mampu memahami alasan orang hidup dan bagaimana seharusnya mereka hidup agar mereka hidup dalam terang dan menerima berkat dan perkenanan Tuhan.

Untuk apa engkau hidup sekarang? Apakah engkau memahaminya? (Kami hidup untuk menyelesaikan misi dan apa yang Tuhan percayakan kepada kami dan melaksanakan tugas kami sebagai makhluk ciptaan.) Jika engkau ingin melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menyelesaikan apa yang Tuhan percayakan kepadamu, ini adalah keinginan subjektifmu dan jalan hidup yang telah kaupilih, dan ini adalah benar. Namun, ada satu fakta yang harus kauketahui: manusia hidup di dalam dunia ini, dan dunia ini diatur oleh Tuhan. Setiap orang memasuki dunia dengan sebuah misi. Mereka tidak datang dalam keadaan tanpa tujuan; semuanya ditentukan, diatur, dan ditata oleh Tuhan tanpa kesalahan sekecil apa pun. Saat setiap orang memasuki dunia, apa pun yang mereka pelajari atau lakukan, semuanya adalah untuk melakukan suatu peran di dalamnya. Apakah peran yang dimaksud? Peran mereka adalah mereka harus menyelesaikan sebuah tugas di dunia ini; ada hal-hal yang harus mereka kerjakan. Sebagai contoh, dua orang menikah dan memiliki seorang anak, dan mereka bertiga membentuk keluarga yang lengkap. Di dalam keluarga ini, istri hidup untuk melaksanakan misinya, yaitu merawat anak dan suaminya, mengurus keluarganya. Lalu, untuk tujuan apa anak mereka hidup? Apa perannya dalam hidup ini? Perannya adalah sebagai pewaris keluarga, dia meneruskan silsilah keluarganya. Dia adalah generasi selanjutnya dalam keluarga ini. Keluarga ini utuh karena anak ini telah hadir, dan ini adalah peran pertamanya dalam hidup ini. Entah itu anak laki-laki atau perempuan, setiap anak memiliki misi mereka masing-masing. Mengenai nasib masa depan mereka, apa kemampuan akademik mereka, keterampilan, atau profesi yang mereka kejar saat mereka dewasa, atau kapan mereka percaya kepada Tuhan dan tugas apa yang akan mereka lakukan setelah percaya, bukankah setiap tahap ini semuanya direncanakan dan diatur oleh Tuhan? (Ya.) Apakah mereka sendiri punya pilihan? (Tidak.) Sejak seseorang dilahirkan ke dalam sebuah keluarga, tidak satu pun langkah nasibnya adalah pilihan mereka, dan semuanya itu diatur oleh Tuhan. Semuanya diatur oleh Tuhan, dan ada kebenaran dalam hal ini. Ini berkenaan dengan alasan manusia hidup. Sebagai contoh, jika engkau mempelajari musik dan keadaan serta lingkungan keluargamu mendukungmu, maka apakah mempelajari musik adalah sesuatu yang kaupilih? (Tidak.) Engkau terlahir di tengah lingkungan seperti ini, engkau mempelajari keterampilan profesional melalui dukungan lingkungan di sekitarmu, dan engkau melaksanakan misi ini. Apa yang memampukanmu untuk melaksanakan misimu? Itu karena Tuhan telah menetapkannya, bukan karena engkau memilihnya. Bukankah misi ini kaulaksanakan karena pengaturan Sang Pencipta? Bahwa engkau melaksanakan tugasmu saat ini dan menerapkan apa yang kauketahui dan telah kaupelajari dalam pelaksanaan tugasmu, siapa yang menentukan hal ini? (Tuhan.) Itu ditentukan oleh Tuhan, bukan dirimu. Dari sudut pandang objektif, untuk siapa engkau hidup sekarang? (Kami hidup untuk Tuhan.) Sebenarnya, semua orang hidup untuk alasan yang sama. Mereka semua hidup semata-mata demi kedaulatan dan pengaturan Tuhan, entah mereka mengetahuinya atau tidak, dan entah mereka menyadarinya atau tidak. Manusia bagaikan potongan dalam sebuah permainan. Di mana pun Tuhan menempatkanmu, apa pun yang Tuhan ingin untuk kaulakukan, dan seberapa lama pun Dia menempatkanmu untuk tinggal di suatu tempat, semuanya itu berada di bawah pengaturan-Nya. Dari sudut pandang pengaturan Tuhan, semua orang sebenarnya hidup untuk tujuan kedaulatan dan pengaturan-Nya, dan mereka bukan pemegang kendali. Seberapapun kemampuan dan bakatmu, engkau tidak bisa melampaui nasib yang telah Tuhan tetapkan bagimu. Tak seorang pun bisa hidup melampaui batas ini atau keluar dari nasib dan hidup yang telah ditentukan dan diatur oleh Sang Pencipta bagi mereka. Sebenarnya, semua ini adalah hal-hal yang tidak orang ketahui, dan mereka telah menjalani hidup tanpa tahu dan sadar bahwa semua itu berada di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan hingga sekarang. Melihat hal ini secara objektif, apa yang telah orang pahami? (Bahwa hidup dan mati mereka tidak ditentukan oleh mereka, melainkan berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan.) (Mereka tidak seharusnya berusaha menjadi penentu nasib mereka sendiri, dan mereka harus tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan.) Engkau akan mengalami kemajuan jika mampu memahaminya seperti ini. Kebenaran apa yang harus kaupahami agar engkau mampu tunduk kepada Tuhan? Di keluarga macam apa pun engkau dibesarkan, dan seperti apa pun kualitas, kecerdasan, dan pemikiranmu, nasibmu dan segala sesuatu tentang dirimu berada di bawah pengaturan Tuhan. Engkau tidak menentukan hal-hal ini. Berikut ini adalah jalan yang harus orang pilih: engkau harus memahami bagaimana Tuhan telah mengatur semuanya tentang dirimu, bagaimana Dia menuntunmu, bagaimana kelak Dia akan menuntunnya, bahwa engkau harus berusaha memahami kehendak dan maksud Tuhan, dan kemudian hidup di jalan hidup yang ditentukan dan diatur oleh Tuhan. Hidupmu bukanlah untuk bersaing, merebut, atau merampas sesuatu. Hidupmu bukan tentang menganalisis atau menentang kehendak Sang Pencipta; bukan tentang menganalisis atau menentang semua yang telah Tuhan atur untuk dirimu. Bukankah memahami hal ini membuat hidupmu menjadi benar dan pantas? Memahami ini mengakhiri keraguanmu tentang "apa alasan orang hidup, dan apa alasan orang mati" atau mengakhiri penderitaan karena meyakini bahwa "orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa". Orang merasa bahwa sama sekali tidak ada kesulitan untuk menjalani hidup ini, dan mereka telah menemukan sumber kehidupan. Mereka memahami apa itu nasib, mereka tahu bagaimana orang seharusnya tunduk pada pengaturan Sang Pencipta, dan mereka tidak menentang. Ini adalah cara hidup yang bermakna. Orang tidak lagi mengandalkan imajinasi pikiran mereka dan kekuatan mereka sendiri untuk berjuang dan bersaing demi mendapakan kebahagiaan. Mereka tahu bahwa melakukan semua itu bodoh dan keras kepala, dan mereka tidak lagi melakukannya. Mereka telah belajar untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta, dan betapa banyaknya penderitaan yang telah terhindar karena melakukannya! Apakah sekarang engkau hidup dengan cara seperti ini? Apakah engkau merasa diperlakukan tidak adil dan kurang dihargai dalam hidupmu? Engkau tahu bahwa bakat dan tugasmu telah diatur dan diberikan kepadamu oleh Tuhan, tetapi engkau masih merasa engkau diperlakukan tidak adil dan tugas yang kaumiliki tidak memungkinkanmu untuk mewujudkan cita-citamu? Engkau sebenarnya memiliki cita-cita yang jauh lebih tinggi, tetapi bidang khusus tempatmu melaksanakan tugasmu tidak memungkinkanmu untuk mewujudkannya. Apakah engkau berpikir seperti ini? (Tidak.) Engkau tidak memiliki ambisi dan keinginan, engkau tidak memiliki tuntutan yang berlebihan, engkau telah menyingkirkan semua yang sudah seharusnya kausingkirkan, dan satu-satunya yang kaurindukan adalah memahami kebenaran untuk membereskan watak rusakmu. Ini membuat jalan yang harus orang tempuh dan arah yang harus mereka tuju menjadi makin jelas. Mereka tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan seperti, "Apa alasan orang hidup? Dan apa alasan mereka mati? Siapakah Pribadi yang mengatur segala sesuatu?" Apa pun yang kaukejar atau apa pun yang kauharapkan, hanya dengan kembali ke hadirat Sang Pencipta, dengan patuh melakukan apa yang seharusnya kaulakukan, dan melaksanakan serta menyelesaikan tugasmu, barulah engkau akan dapat hidup tanpa rasa bersalah di dalam hatimu, dan hidup dengan benar dan pantas. Tidak ada penderitaan dalam menjalani hidup seperti ini. Seperti inilah kehidupan yang bermakna dan bernilai itu.

Kutipan 81

Mereka yang mengikut Tuhan, setidaknya, harus mampu meninggalkan semua yang mereka miliki. Tuhan pernah berfirman dalam Alkitab, "Siapa pun di antara engkau sekalian yang tidak melepaskan semua yang dimilikinya, ia tidak bisa menjadi murid-Ku" (Lukas 14:33). Apa artinya orang harus meninggalkan semua yang dia miliki? Itu berarti dia harus meninggalkan keluarganya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan semua keterikatan duniawinya. Mudahkah melakukan hal ini? Sangat sulit untuk melakukannya. Tanpa kemauan untuk melakukannya, orang sama sekali tidak akan mampu melakukannya. Jika orang memiliki kemauan untuk meninggalkan semuanya, mereka tentu saja akan memiliki kemauan untuk menanggung kesukaran. Jika orang tidak mampu menanggung kesukaran, mereka tidak akan mampu meninggalkan apa pun, meskipun mereka ingin melakukannya. Ada orang-orang yang, setelah meninggalkan keluarga dan menjauhkan diri dari orang-orang yang mereka kasihi, merindukan kampung halaman tak lama setelah melaksanakan tugas mereka. Jika mereka benar-benar tak mampu menahan kerinduan itu, mereka mungkin akan pulang dengan sembunyi-sembunyi untuk mengunjungi keluarga, lalu kembali untuk melaksanakan tugas mereka. Ada orang-orang yang, setelah meninggalkan rumah untuk melaksanakan tugas, mereka nyaris tak mampu menahan kerinduan mereka kepada orang-orang yang mereka kasihi pada saat Tahun Baru dan hari libur lainnya, dan ketika semua orang sedang tidur pada malam hari, mereka diam-diam menangis. Setelah itu, mereka berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik, dan selanjutnya mereka kembali melaksanakan tugas. Meskipun orang-orang ini mampu meninggalkan keluarganya, mereka tak mampu menanggung banyak penderitaan. Jika mereka tidak mampu menyingkirkan perasaan mereka terhadap hubungan daging ini, bagaimana mereka akan mampu benar-benar mengorbankan diri mereka bagi Tuhan? Ada orang-orang yang mampu meninggalkan semua yang mereka miliki dan mengikut Tuhan, meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka—tetapi apa tujuan mereka melakukannya? Ada orang-orang yang berusaha untuk memperoleh kasih karunia dan berkat, dan ada orang-orang yang seperti Paulus, hanya mengejar mahkota dan upah. Hanya ada sedikit orang yang meninggalkan semua yang mereka miliki untuk mendapatkan kebenaran dan hidup, dan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, pengejaran seperti apakah yang sesuai dengan kehendak Tuhan? Tentu saja pengejaran akan kebenaran dan pengejaran untuk memperoleh hidup. Pengejaran ini sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan dan merupakan bagian terpenting dalam percaya kepada Tuhan. Dapatkah orang memperoleh kebenaran jika mereka tidak mampu melepaskan hal-hal duniawi atau kekayaan? Sama sekali tidak. Ada orang-orang yang sudah meninggalkan semua yang mereka miliki dan melaksanakan tugas mereka, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran, dan selalu ceroboh dan asal-asalan dalam melaksanakan tugas. Setelah melakukan hal yang sama seperti ini selama beberapa tahun, mereka sama sekali tidak memiliki kesaksian pengalaman dan tidak mendapatkan apa pun. Mereka yang hanya mengejar gengsi dan status dan yang menempuh jalan antikristus bahkan lebih tidak mampu untuk memperoleh kebenaran. Ada banyak orang yang kepercayaannya kepada Tuhan hanya terdiri dari melaksanakan sedikit tugas pada waktu luang mereka. Akan mudahkah bagi mereka untuk memperoleh kebenaran? Menurut-Ku, tidak akan mudah. Memperoleh kebenaran bukanlah hal yang mudah. Orang harus menanggung banyak kesukaran dan banyak membayar harga. Orang, terutama, harus mengalami kesukaran dengan dirinya dihakimi dan dihajar, diuji dan dimurnikan, dipangkas dan ditangani. Semua kesukaran ini harus ditanggungnya. Orang tidak dapat memperoleh kebenaran tanpa banyak menanggung penderitaan. Berapa kali orang harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran selama kurun waktu tersebut? Berapa banyak air mata penyesalan yang harus orang curahkan di hadapan Tuhan? Berapa banyak orang harus membaca firman Tuhan hingga mereka dapat dicerahkan dan diterangi? Berapa banyak pertempuran rohani yang harus orang jalani untuk dapat mengalahkan Iblis? Dan berapa lamakah proses menjalani semua ini akan berlangsung? Berapa tahun yang diperlukan sampai seseorang akhirnya mampu memperoleh kebenaran dan mendapatkan perkenanan Tuhan? Lihatlah pengalaman Petrus dan engkau akan mengerti. Apakah proses Tuhan menyelamatkan dan menyempurnakan manusia sesederhana yang orang bayangkan? Meninggalkan semua yang orang miliki bukanlah hal yang sederhana. Apakah arti sesungguhnya meninggalkan semua yang orang miliki? "Semua yang orang miliki" mencakup lebih dari sekadar hal-hal lahiriah, lebih dari keluarga, orang-orang terkasih, teman-teman, dan lebih dari pekerjaan, gaji, kekayaan, dan prospek mereka. Melampaui hal-hal ini, "semua yang orang miliki" mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pikiran dan batiniah seseorang: pengetahuan, pembelajaran, cara pandang terhadap segala sesuatu, aturan hidup, kesukaan daging, serta hal-hal yang orang kejar dan dambakan, seperti gengsi dan status. Meninggalkan semua yang orang miliki pada dasarnya mencakup hal-hal tersebut; semua itu merupakan bagian dari apa yang dimaksud dengan meninggalkan semua yang orang miliki. Meninggalkan hal-hal lahiriah seketika itu juga adalah hal yang mudah. Sedangkan melepaskan hal-hal yang orang sukai, kejar dan pegang erat di dalam hati mereka, yang paling penting dan berharga bagi mereka, hal-hal yang merepresentasikan semua yang mereka miliki, semua itu adalah hal yang paling sulit untuk mereka tinggalkan. Alasan utama mengapa pada saat ini kebanyakan orang tidak mampu meninggalkan semua yang mereka miliki adalah karena mereka tidak mampu melepaskan hal-hal tersebut, karena hal-hal itu adalah hal yang paling bernilai dan berharga bagi mereka. Sebagai contoh, gengsi dan status, atau kemuliaan dan keberuntungan, karier yang dicintai atau hal-hal paling berharga—semua ini adalah hal-hal yang orang miliki, dan yang paling sulit untuk ditinggalkan. Ada seorang manajer bank yang mulai percaya kepada Tuhan. Dia mengerti bahwa firman Tuhan memang adalah kebenaran dan dia mengerti bahwa segala sesuatu yang Tuhan kerjakan adalah pekerjaan untuk menyelamatkan manusia. Namun, ketika dia memutuskan untuk meninggalkan semua yang dia miliki dan mengikut Tuhan, dia kesulitan untuk melepaskan jabatannya di bank tersebut. Untuk sesaat, dia berpikir, "Jabatanku di bank adalah sesuatu yang berharga. Aku mendapatkan gaji yang besar dan aku memiliki pengaruh," dan pada saat berikutnya, dia berpikir, "Dengan percaya kepada Tuhan, aku dapat memperoleh kebenaran dan hidup yang kekal. Itulah yang penting." Dia selalu bergumul di dalam hatinya. Untuk sesaat, dia ingin menjadi manajer bank, dan pada saat berikutnya, dia ingin percaya kepada Tuhan. Untuk sesaat, dia menginginkan uang, dan pada saat berikutnya, dia ingin memperoleh kebenaran. Untuk sesaat, dia tak mampu melepaskan statusnya, dan pada saat berikutnya, dia ingin memperoleh hidup yang kekal. Hatinya bimbang tak menentu. Statusnya sebagai manajer bank terlalu berharga baginya, dan dia tidak mampu melepaskannya. Selama berbulan-bulan, dia menimbang-nimbang di dalam hatinya, sampai akhirnya, dan mungkin dengan enggan, dia melepaskannya. Betapa sulit baginya untuk meninggalkan semua yang dia miliki! Meskipun dia tahu bahwa jabatannya sebagai manager bank hanyalah sesuatu yang singkat dan bisa hilang dalam sekejap, tetap tidak mudah baginya untuk melepaskannya. Ada orang-orang yang menjadi dokter, pengacara, atau eksekutif dengan jabatan tinggi, dan mereka mendapatkan upah dan gaji yang besar. Tidak mudah untuk melepaskan hal-hal tersebut; tidak ada yang tahu selama berapa bulan mereka bergumul di dalam hatinya untuk melepaskannya. Jika orang bergumul di dalam hatinya selama beberapa tahun sampai akhirnya dia melepaskan hal tersebut, dan pada saat itu pekerjaan Tuhan sudah selesai, apakah ada gunanya? Pada saat itu, mereka hanya akan terjerumus dalam bencana, meratap dan menggertakkan gigi. Engkau hanya dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan jika engkau mampu meninggalkan semua yang kauanggap paling penting agar engkau dapat mengikut Tuhan dan melaksanakan tugasmu, dan agar engkau dapat mengejar kebenaran dan memperoleh hidup. Apa artinya masuk ke dalam kerajaan Tuhan? Itu berarti engkau mampu meninggalkan semua yang kaumiliki dan mengikut Tuhan, memperhatikan firman-Nya, dan tunduk pada pengaturan-Nya, mematuhi-Nya dalam segala hal; itu berarti Dia telah menjadi Tuanmu dan Tuhanmu. Bagi Tuhan, itu berarti engkau telah masuk ke dalam Kerajaan-Nya, dan bencana apa pun yang menimpamu, engkau akan selalu berada dalam perlindungan-Nya dan akan mampu bertahan, dan engkau akan menjadi bagian dari umat Kerajaan-Nya. Tuhan akan mengakuimu sebagai pengikut-Nya, atau memberikan janji-Nya untuk menyempurnakan dirimu—tetapi langkah pertama yang harus kaulakukan, engkau harus mengikut Kristus. Hanya dengan cara demikian engkau dapat mengambil bagian dalam pelatihan kerajaan. Jika engkau tidak mengikut Kristus dan berada di luar kerajaan Tuhan, Tuhan tidak akan mengakui dirimu. Dan jika Tuhan tidak mengakuimu, meskipun engkau ingin diselamatkan dan mendapatkan janji Tuhan dan disempurnakan oleh-Nya, dapatkah engkau memperoleh semua ini? Tidak. Jika engkau ingin mendapatkan perkenanan Tuhan, pertama-tama, engkau harus memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya. Jika engkau mampu meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengejar kebenaran, jika engkau mampu mencari kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu, jika engkau mampu bertindak sesuai dengan prinsip, dan jika engkau benar-benar memiliki kesaksian pengalaman, barulah engkau memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan dan menerima janji-Nya. Jika engkau tidak mampu meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengikut Tuhan, dan engkau bahkan tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya, dan engkau sama sekali tidak berhak atas berkat-Nya dan janji-Nya. Ada banyak orang yang telah meninggalkan semua yang mereka miliki dan melaksanakan tugas di rumah Tuhan, tetapi bukan berarti mereka mampu memperoleh kebenaran. Orang harus mencintai kebenaran dan mampu menerima kebenaran sebelum mereka memperolehnya. Jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka tidak akan memperoleh kebenaran. Apalagi mereka yang hanya melaksanakan tugas pada waktu luang—pengalaman mereka akan pekerjaan Tuhan begitu terbatas sehingga akan lebih sulit bagi mereka untuk memperoleh kebenaran. Jika orang tidak melaksanakan tugasnya atau tidak mengejar kebenaran, mereka akan kehilangan kesempatan yang luar biasa untuk diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Ada orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi mereka tidak melaksanakan tugas, dan mengejar hal-hal duniawi. Apakah ini meninggalkan semua yang mereka miliki? Jika orang percaya kepada Tuhan dengan cara ini, mampukah mereka mengikut Tuhan sampai akhir? Lihatlah murid-murid Tuhan Yesus; di antara mereka terdapat nelayan, petani, dan pemungut cukai. Ketika Tuhan Yesus memanggil mereka dan berkata, "Ikutlah Aku," mereka meninggalkan pekerjaannya dan mengikut Tuhan. Mereka tidak memikirkan masalah pekerjaan mereka, atau mempermasalahkan apakah setelah itu mereka akan memiliki jalan untuk bertahan hidup di dunia, mereka mengikut Tuhan Yesus seketika itu juga. Petrus mengabdikan dirinya dengan sepenuh hati, memenuhi amanat Tuhan Yesus sampai akhir dan menjunjung tinggi tugasnya. Sepanjang hidupnya, dia berusaha untuk mengasihi Tuhan, dan pada akhirnya, ia disempurnakan oleh Tuhan. Ada orang-orang yang bahkan tak mampu meninggalkan semua yang mereka miliki, tetapi ingin masuk ke dalam kerajaan. Bukankah mereka sedang bermimpi?

Untuk percaya kepada Tuhan, memiliki semangat saja tidak cukup. Engkau harus memahami kehendak-Nya, cara Dia menyempurnakan manusia, orang-orang seperti apa yang Tuhan sempurnakan, serta sikap dan pandangan yang harus orang miliki terhadap penyempurnaan Tuhan atas manusia. Terlebih lagi, sebagai pengikut Tuhan, orang harus tahu betapa pentingnya mengikuti jalan Tuhan. Hal ini berkaitan dengan apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran. Mengikuti jalan Tuhan berarti menerapkan kebenaran. Hanya dengan menerapkan kebenaran, barulah orang mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan, jadi menerapkan kebenaran sangat penting agar orang dapat memperoleh kebenaran. Jika orang tidak memahami kebenaran atau tidak tahu cara untuk menerapkannya, mereka tidak akan memperoleh kebenaran. Itulah sebabnya, bagian terpenting dari percaya kepada Tuhan adalah menerapkan kebenaran. Hanya orang-orang yang menerapkan kebenaran yang mampu tunduk kepada Tuhan, hanya mereka yang mampu sepenuhnya memahami kebenaran, dan hanya mereka yang sepenuhnya memahami kebenaran yang mengenal Tuhan. Semua ini dapat dicapai dengan menerapkan kebenaran. Meskipun banyak orang yang percaya kepada Tuhan, Tuhan melihat siapa saja dari mereka yang mengikuti jalan-Nya, siapa saja dari mereka yang menerapkan kebenaran, dan siapa saja dari mereka yang benar-benar tunduk kepada-Nya. Orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami kebenaran dan menerapkannya untuk menjadi orang yang mengikuti kehendak-Nya dan tunduk kepada-Nya. Mereka yang mengejar kebenaran harus memahami terlebih dahulu mengapa orang harus percaya kepada Tuhan dalam hidupnya, bagaimana Tuhan telah melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia sejak datang ke dunia, dan apa yang harus orang capai dalam mengejar kebenaran sebelum mereka memperoleh keselamatan dan memenuhi syarat untuk menerima janji Tuhan dan berkat-Nya. Di masa lalu, tak seorang pun memahami kebenaran-kebenaran ini. Semua orang percaya kepada Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia, dan pemikiran bahwa percaya kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan berkat, mahkota, dan upah. Akibatnya, mereka semua menentang kehendak Tuhan, menyimpang dari jalan yang benar, dan mulai menempuh jalan antikristus. Oleh karena itu, jika orang ingin memahami kebenaran, memperoleh kebenaran, dan diselamatkan, mereka harus memperbaiki pandangan yang salah dari masa yang lalu tentang kepercayaan kepada Tuhan. Gagasan dan imajinasi agamawi orang dan pandangan teologis mereka sangat tidak masuk akal; semua itu bertentangan dengan kebenaran dan merupakan kekeliruan yang nyata. Tuhan sama sekali tidak berkenan akan cara orang beragama percaya. Jika orang terus saja menjunjung tinggi cara-cara tersebut, dan mengejar berkat, mahkota, dan upah—jika mereka terus percaya kepada Tuhan dengan sikap semacam ini, akan mampukah mereka memperoleh kebenaran dan hidup? Sama sekali tidak. Lalu, cara pandang seperti apa yang harus orang miliki orang dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan? Engkau harus memulainya dengan memahami kehendak Tuhan dan mengerti dengan jelas bagaimana Dia menyelamatkan manusia. Jika engkau tidak mencari kebenaran, tetapi terus percaya kepada Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasimu sendiri, jika engkau selalu mengejar gengsi, status, kekayaan, dan hal-hal duniawi, maka sekalipun engkau memperoleh seluruh dunia, apakah sepadan jika pada akhirnya itu membuatmu kehilangan hidupmu? Ada orang-orang yang mengatakan, "Setelah aku memiliki banyak uang dan karier yang sukses, setelah ambisiku terpenuhi dan impianku terwujud, barulah aku akan menjadi orang percaya yang baik." Apakah Tuhan menunggumu? Apakah pekerjaan Tuhan menunggumu? Jika engkau tidak mampu melepaskan hal-hal tersebut sekarang, Tuhan tidak menuntutmu untuk melepaskannya seketika ini juga, tetapi engkau harus berlatih untuk melepaskannya. Jika engkau benar-benar tak mampu melepaskannya, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Biarlah Dia membimbingmu. Selain itu, engkau harus bekerja sama dan melaksanakan tugasmu. Apa tujuan dari melaksanakan tugas? Sebenarnya, itu dimaksudkan untuk mempersiapkan perbuatan baik. Meskipun pada akhirnya engkau tidak dapat disempurnakan sepenuhnya, paling tidak engkau harus mempersiapkan sejumlah perbuatan baik sehingga ketika tiba waktunya bagi Tuhan untuk memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat, engkau dapat mempertanggungjawabkan perbuatan baikmu kepada-Nya. Suatu hari nanti, pekerjaan Tuhan akan berakhir, dan Dia akan memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Dia akan memintamu untuk menunjukkan perbuatan baikmu, dan jika engkau tidak bisa menunjukkan apa pun, semuanya sudah berakhir bagimu—engkau pasti akan dihukum. Katakanlah, misalnya, engkau sudah percaya kepada Tuhan selama sekitar sepuluh tahun, dan tugas yang paling berharga yang pernah kaulaksanakan hanyalah mengabarkan Injil pada waktu luangmu dan dengan demikian engkau mendatangkan beberapa orang percaya baru. Engkau bahkan tidak tahu apakah pada akhirnya orang-orang itu akan mampu tetap teguh. Mampukah engkau mempertanggungjawabkan hal ini kepada Tuhan? Engkau pasti tidak mampu melakukannya. Engkau harus memikirkan hasil seperti apa yang dapat kaupertanggungjawabkan kepada Tuhan, dan kesaksian pengalaman semacam apa yang harus kaumiliki untuk memuaskan Tuhan sehingga Dia mengakuimu sebagai pengikut-Nya. Engkau tidak boleh hanya puas dengan mengakui fakta tentang inkarnasi Tuhan sekarang ini dan menerima Kristus akhir zaman di dalam hatimu, dan tidak lebih dari itu. Yang Tuhan ingin lihat adalah kesaksian pengalamanmu yang sejati dan buah dari ketundukanmu pada pekerjaan-Nya. Pada akhirnya, Tuhan akan menguji apakah engkau sudah memperoleh kebenaran dan apakah engkau mendapatkan hidup. Engkau harus memahami kehendak Tuhan. Jika engkau sekadar menambahkan namamu dalam daftar gereja atau melaksanakan sebuah tugas, tetapi tidak mengejar kebenaran, dan setelah beberapa tahun percaya kepada Tuhan, engkau tidak memiliki kesaksian pengalaman, apakah Tuhan tetap akan mengakuimu? Jika Tuhan tidak mengakuimu, berarti engkau tetap berada di luar rumah-Nya. Jika engkau sekadar mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengejar kebenaran, apa yang kaudapatkan dari kepercayaanmu kepada Tuhan pada akhirnya? Engkau jauh dari standar tuntutan Tuhan! Memperoleh kebenaran tidak semudah yang orang bayangkan; orang harus menanggung banyak ujian dan kesengsaraan, penderitaan dan pemurnian sebelum mereka mampu memperoleh kebenaran dan mengenal Tuhan. Jika engkau mengalami pekerjaan Tuhan dengan cara ini, jika engkau tidak meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengikut Tuhan, dapatkah engkau diselamatkan? Dapatkah engkau mengalami pekerjaan Tuhan hanya dengan percaya kepada-Nya pada waktu luangmu? Bagaimana engkau dapat mengalami pekerjaan Tuhan dengan percaya kepada Tuhan di rumah? Bagaimana engkau dapat mengalami pekerjaan Tuhan dengan hidup di dunia luar? Jadi, meninggalkan semua yang orang miliki adalah syarat mengikut Tuhan. Jika engkau tidak mampu meninggalkan semua yang kaumiliki, engkau sama sekali tidak akan mampu memperoleh kebenaran, dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, engkau tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Ini adalah fakta yang tak seorang pun dapat mengubahnya.

Kutipan 83

Bagi mereka semua yang kini sudah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, walaupun mereka sudah membangun dasar, masih ada masalah nyata yang harus diselesaikan. Kebanyakan orang memiliki beberapa pemahaman akan kebenaran dalam segala aspek, dan mereka mampu membicarakan dan mengkhotbahkan firman dan doktrin yang benar, tetapi mereka belum mengalami kebenaran dari firman ini dalam kehidupan nyata mereka. Mereka belum benar-benar mengalami arti sesungguhnya dan sisi nyata dari kebenaran yang terkandung dalam firman tersebut. Untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, engkau memerlukan lingkungan yang sesuai, orang-orang yang tepat di sekitarmu, dan orang-orang, perkara, serta hal-hal yang sesuai yang memungkinkanmu untuk bertumbuh dalam hidup. Dengan demikian, kebenaran dan doktrin yang kaupahami ini akan diteguhkan, dan akan membuatmu memperoleh pengalaman. Jika benih yang hidup ditanam di tanah yang subur, tetapi tidak mendapatkan sinar matahari dan siraman air hujan, bukankah tunas yang ditumbuhkannya akan layu? (Ya.) Oleh karena itu, ketika engkau sudah mendengar begitu banyak khotbah, banyak kebenaran, dan banyak firman Tuhan, dan engkau sudah meyakini bahwa jalan ini adalah jalan yang tepat, dan jalan yang benar dalam hidup, apakah yang kauperlukan pada saat ini? Engkau perlu memohon agar Tuhan mengatur lingkungan yang sesuai untukmu, yaitu lingkungan yang mendidik kerohanianmu dan bermanfaat bagi hidupmu dan dapat membuatmu bertumbuh dalam hidup. Lingkungan ini mungkin akan terasa sangat tidak nyaman—daging manusia harus menanggung kesukaran, dan orang harus meninggalkan dan melepaskan banyak hal. Ini adalah sesuatu yang engkau semua sudah alami sekarang. Sebagai contoh, katakanlah engkau dianiaya dan tidak bisa pulang ke rumah, untuk menemui atau menghubungi anak atau pasangan, untuk bertemu dengan keluarga dan teman, atau untuk mendengar kabar dari mereka. Di tengah malam, engkau mulai memikirkan keadaan di rumah: "Bagaimana kabar ayahku? Dia sudah tua, dan aku tak bisa lagi berbakti kepadanya. Ibuku sedang sakit, dan aku tak tahu bagaimana keadaannya sekarang." Bukankah engkau akan selalu memikirkan hal-hal ini? Jika hatimu selalu terkekang oleh hal-hal semacam ini, konsekuensi apakah yang akan kautanggung dalam pelaksanaan tugasmu? Tidak terlalu melibatkan diri atau memedulikan hal-hal yang bersifat duniawi dan daging akan bermanfaat bagi perkembangan hidupmu. Pemikiran dan kekhawatiranmu tidak akan ada gunanya; semua hal ini berada di tangan Tuhan, dan engkau tidak mampu mengubah nasib para anggota keluargamu. Engkau harus memahami bahwa prioritas utamamu sebagai orang yang percaya kepada Tuhan adalah memikirkan kehendak-Nya, melaksanakan tugasmu, memperoleh iman yang sejati, masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, bertumbuh dalam hidup, dan memperoleh kebenaran. Inilah yang terpenting. Di luarnya, orang sepertinya terlihat secara aktif meninggalkan dunia dan keluarga mereka, tetapi apa yang sebenarnya terjadi? (Tuhanlah yang mengendalikan dan mengatur hal ini.) Ini diatur oleh Tuhan; Dialah yang mencegahmu untuk menemui keluargamu. Lebih tepatnya, Tuhan mengambil mereka darimu. Bukankah ini pernyataan yang paling nyata? (Ya.) Orang selalu berkata bahwa Tuhan mengendalikan dan mengatur segala sesuatu, jadi bagaimana Dia mengendalikan hal ini? Dia membawamu keluar dari rumahmu, tidak membiarkan keluargamu menjadi beban yang memberatkanmu. Jadi, ke manakah Dia membawamu? Dia membawamu ke lingkungan di mana tidak ada keterikatan daging, di mana engkau tidak bisa menemui orang-orang yang kaukasihi. Ketika engkau mengkhawatirkan mereka, dan ingin melakukan sesuatu untuk mereka, engkau tidak bisa, dan ketika engkau ingin memberikan baktimu kepada mereka, engkau tidak bisa. Mereka tidak bisa mengikatmu lagi. Tuhan telah menjauhkanmu dari mereka, dan melepaskanmu dari semua keterikatan ini, jika tidak, engkau akan berbakti kepada mereka, melayani mereka, dan rela mengorbankan hidupmu untuk mereka. Tuhan menjauhkanmu dari semua keterikatan di sekitarmu adalah hal yang baik ataukah buruk? (Hal yang baik.) Ini adalah hal yang baik, dan tidak perlu disesalkan. Karena ini adalah hal yang baik, apa yang harus orang lakukan? Orang harus bersyukur kepada Tuhan dengan berkata: "Tuhan sangat mengasihiku!" Orang tidak mampu mengalahkan perbudakan kasih sayang dengan kemampuan mereka sendiri, karena hati manusia seluruhnya terkekang oleh kasih sayang. Mereka semua berharap untuk bersatu dengan keluarga mereka, berharap seluruh keluarga mereka berkumpul bersama, di mana semua orang berada dalam keadaan aman, sehat, dan bahagia, dan berharap untuk menjalani setiap harinya seperti ini, tanpa pernah berpisah. Namun, ada sisi buruk dari hal ini. Engkau akan mencurahkan seluruh tenaga dan upaya dalam hidupmu, masa mudamu, tahun-tahun terbaikmu, dan segala yang terbaik dari hidupmu untuk mereka; engkau akan memberikan seluruh hidupmu demi dagingmu, keluargamu, orang-orang yang kaukasihi, pekerjaanmu, kemasyhuran dan kekayaanmu, dan segala jenis hubungan yang rumit, dan akibatnya, engkau akan menghancurkan seluruh hidupmu. Jadi, bagaimana Tuhan mengasihi manusia? Tuhan berkata: "Janganlah kauhancurkan dirimu dalam liang lumpur ini. Jika kedua kakimu terjebak di dalamnya, engkau tidak akan mampu mengeluarkan dirimu dari sana, sekuat apa pun engkau berusaha. Engkau tidak memiliki tingkat pertumbuhan atau keberanian, apalagi iman. Aku sendiri yang akan mengeluarkanmu." Inilah yang Tuhan lakukan, dan Dia tidak membahasnya denganmu. Mengapa Tuhan tidak menanyakan pendapat manusia? Ada orang-orang yang berkata: "Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia melakukan apa pun yang Dia inginkan. Manusia bagaikan semut dan serangga, semuanya tidak berarti di mata Tuhan." Begitulah adanya, tetapi, dengan cara seperti itukah Tuhan memperlakukan manusia? Tidak, bukan dengan cara seperti itu. Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran dan karunia kepada manusia, memampukan manusia untuk ditahirkan dari kerusakan mereka, dan untuk memperoleh hidup baru dari-Nya. Kasih Tuhan bagi manusia sangat besar. Manusia tidak bisa melihat semua ini. Tuhan memiliki maksud-Nya untukmu, tujuan-Nya membawamu ke sini adalah untuk membuatmu memulai jalan yang benar dalam hidup, untuk menjalani hidup yang bermakna, jalan yang pasti tidak akan kaupilih. Keinginan subjektif manusia adalah menjalani seluruh hidup mereka dengan aman dan tenteram, dan meskipun mereka tidak memiliki kekayaan, setidaknya mereka ingin bersatu dengan keluarga mereka selamanya, dan menikmati kebahagiaan kekeluargaan semacam ini. Mereka tidak memahami bagaimana cara memikirkan kehendak Tuhan, mereka juga tidak tahu bagaimana mempersiapkan tempat tujuan masa depan ataupun kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Namun, Tuhan tidak mempermasalahkan ketidakpahaman mereka, dan Dia tidak perlu berkata banyak kepada mereka karena mereka tidak mengerti, tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah, dan pembahasan apa pun hanya akan berujung pada kebuntuan. Mengapa akan berujung pada kebuntuan? Karena hal besar dari rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia bukanlah sesuatu yang mampu dipahami manusia hanya dengan satu atau dua kalimat penjelasan. Karena hal itu tidak dapat dijelaskan, Tuhan membuat keputusan dan bertindak secara langsung, sampai tiba saatnya ketika manusia akhirnya mampu memahaminya.

Ketika Tuhan membawa sebagian umat pilihan-Nya keluar dari lingkungan yang keras di Tiongkok, ini karena kehendak baik-Nya, dan semua orang dapat melihatnya sekarang. Dalam hal ini, orang harus sering bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas kasih karunia yang Tuhan berikan kepada mereka. Engkau telah keluar dari lingkungan keluarga, dibebaskan dari segala hubungan daging antarpribadi yang rumit, dan melepaskan dirimu dari segala keterikatan duniawi dan daging. Tuhan telah membawamu keluar dari jeratan yang kompleks dan masuk ke dalam hadirat dan rumah Tuhan. Tuhan berkata: "Di sini tenang, tempat ini sangat baik, dan sesuai untuk pertumbuhanmu. Di sinilah tempat firman dan bimbingan Tuhan dan kebenaran berkuasa. Kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia berada di sini, dan pekerjaan penyelamatan berpusat di sini. Jadi, bertumbuhlah sebanyak yang kauinginkan." Tuhan membawamu ke dalam lingkungan semacam ini, lingkungan yang mungkin tidak memiliki kenyamanan yang kaudapatkan dari orang-orang yang kaukasihi, di mana anak-anakmu tidak berada di sekitarmu untuk merawatmu ketika engkau sakit, dan di mana tak seorang pun mendengarkan curahan isi hatimu. Ketika engkau sendirian, dan engkau memikirkan tentang penderitaan dan kesulitan dagingmu dan segala sesuatu yang akan kauhadapi di masa depan, pada saat-saat seperti itu, engkau akan merasa kesepian. Mengapa engkau akan merasa kesepian? Alasan objektifnya adalah tingkat pertumbuhan manusia terlalu rendah. Apakah alasan subjektifnya? (Orang tidak sepenuhnya melepaskan orang-orang yang mereka kasihi dalam keluarga mereka.) Benar, itu karena orang tidak mampu melepaskan mereka. Orang-orang yang hidup dalam daging menikmati berbagai hubungan dan ikatan keluarga dalam daging. Mereka yakin bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa orang-orang yang mereka kasihi. Mengapa engkau tidak berpikir tentang bagaimana engkau datang ke dunia manusia? Engkau datang seorang diri, sejak awal tidak ada hubungannya dengan orang lain. Tuhan membawa orang ke dunia satu per satu; ketika engkau datang, sebenarnya engkau datang seorang diri. Engkau tidak merasa kesepian pada saat itu, jadi mengapa engkau merasa kesepian ketika Tuhan membawamu ke dunia ini sekarang? Engkau berpikir bahwa engkau tidak memiliki teman yang dapat mendengarkan curahan isi hatimu, entah itu anak-anakmu, orang tuamu, atau pasanganmu—suami atau istri—jadi, engkau merasa kesepian. Jadi, ketika engkau merasa kesepian, mengapa engkau tidak memikirkan Tuhan? Bukankah Tuhan adalah sahabat manusia? (Ya, Tuhan adalah sahabat manusia.) Ketika engkau merasakan penderitaan dan kesedihan yang paling mendalam, siapakah yang sesungguhnya mampu menghiburmu? Siapakah yang sesungguhnya mampu membereskan kesulitan-kesulitanmu? (Tuhan.) Hanya Tuhan yang mampu membereskan kesulitan-kesulitan manusia. Ketika engkau sakit, dan anak-anakmu berada di sisimu, menuangkan minuman, menemanimu, engkau akan merasa sangat senang, tetapi, ada saatnya anak-anakmu akan merasa jenuh dan tak seorang pun mau merawatmu. Pada saat-saat seperti ini, engkau akan benar-benar merasa kesepian! Jadi sekarang, ketika engkau berpikir bahwa engkau tidak memiliki teman, apakah itu sesungguhnya benar? Sebenarnya tidak, karena Tuhan selalu menemanimu! Tuhan tidak meninggalkan manusia; Dia adalah Pribadi yang dapat mereka andalkan dan tempat bernaung setiap saat, dan satu-satunya yang dapat mereka percaya. Jadi, kesulitan dan penderitaan apa pun yang kautanggung, keluhan apa pun, atau hal-hal negatif dan kelemahan apa pun yang sedang kauhadapi, jika engkau segera datang ke hadirat Tuhan dan berdoa, firman-Nya akan menghiburmu, membereskan kesulitan-kesulitan dan berbagai masalahmu. Dalam lingkungan seperti ini, kesepianmu akan menjadi kondisi dasar untuk mengalami firman Tuhan dan memperoleh kebenaran. Sembari engkau mengalami, engkau akan perlahan-lahan berpikir: "Aku masih menjalani hidup yang baik setelah meninggalkan orang tuaku, menjalani hidup yang penuh kepuasan setelah meninggalkan suamiku, dan hidup yang penuh kedamaian dan sukacita setelah meninggalkan anak-anakku. Aku tidak lagi merasa kosong. Aku tidak akan lagi mengandalkan manusia, melainkan akan mengandalkan Tuhan. Dia akan selalu mencukupi dan membantuku. Meskipun aku tidak dapat menyentuh atau melihat-Nya, aku tahu bahwa Dia berada di sisiku kapan pun, dan di mana pun. Asalkan aku berdoa kepada-Nya, asalkan aku berseru kepada-Nya, Dia akan menggerakkan hatiku, dan membuatku memahami kehendak-Nya dan melihat jalan yang benar." Pada saat itu, Dia akan benar-benar menjadi Tuhanmu, dan semua masalahmu akan terselesaikan.

Kutipan 87

Jika, saat ini, engkau semua belum menemukan perasaan dan prinsip-prinsip menjadi orang kudus, ini membuktikan bahwa jalan masuk kehidupanmu terlalu dangkal dan bahwa engkau belum memahami kebenaran. Dalam perilaku dan tindakanmu biasanya, dan di lingkungan tempat tinggalmu setiap hari, engkau harus menikmati dan merenungkan dengan saksama, bersekutu satu sama lain, saling mendorong, saling mengingatkan, saling membantu dan memperhatikan, dan saling mendukung dan membekali. Harus ada prinsip tentang bagaimana saudara-saudari berinteraksi. Jangan selalu berfokus pada kesalahan orang lain, melainkan engkau harus sering memeriksa dirimu sendiri, dan setelah itu secara proaktif mengakui kepada orang lain apa yang telah kaulakukan yang menyebabkan gangguan atau merugikan mereka, dan belajarlah untuk membuka dirimu dan bersekutu. Dengan cara seperti ini, engkau akan mampu memperoleh saling pengertian. Terlebih lagi, apa pun yang menimpamu, engkau haruslah memandang segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan. Jika orang mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran dan menemukan jalan penerapannya, mereka akan menjadi sehati sepikir, dan hubungan di antara saudara-saudari akan menjadi normal, mereka tidak akan bersikap acuh tak acuh, dingin, dan kejam seperti orang-orang tidak percaya, dan mereka akan melepaskan mentalitas mereka yang curiga dan waspada terhadap satu sama lain. Saudara-saudari akan menjadi lebih akrab satu sama lain; mereka akan dapat saling mendukung, dan saling mengasihi; akan ada niat baik di dalam hati mereka, dan mereka akan mampu bersabar dan berbelas kasihan terhadap satu sama lain, dan mereka akan saling mendukung dan membantu, bukannya saling mengasingkan, bersikap iri terhadap satu sama lain, mengukur diri mereka terhadap satu sama lain, dan secara diam-diam bersaing dan saling menentang. Bagaimana orang bisa melaksanakan tugas mereka dengan baik jika mereka bersikap seperti orang tidak percaya? Ini bukan saja akan memengaruhi jalan masuk kehidupan mereka, tetapi juga akan merugikan dan memengaruhi orang lain. Sebagai contoh, engkau mungkin marah ketika orang memandangmu dengan cara yang salah, atau ketika mereka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu, dan ketika seseorang melakukan sesuatu yang membuat orang lain tidak lagi menganggapmu menonjol, engkau mungkin membenci mereka, dan merasa tidak nyaman dan tidak bahagia, serta selalu memikirkan cara untuk memulihkan reputasimu. Para wanita dan kaum muda khususnya tidak mampu mengatasi hal ini. Mereka selalu terobsesi dengan perselisihan dan perdebatan kecil, cenderung memaksakan kehendak, dan hidup dalam keadaan yang negatif. Mereka tidak memiliki keinginan untuk berdoa kepada Tuhan atau makan dan minum firman Tuhan, yang pada akhirnya memengaruhi jalan masuk kehidupan mereka. Jika orang hidup berdasarkan watak mereka yang rusak, akan sangat sulit bagi mereka untuk menenangkan diri di hadapan Tuhan, dan akan sangat sulit bagi mereka untuk menerapkan kebenaran dan hidup berdasarkan firman Tuhan. Untuk dapat hidup di hadapan Tuhan, engkau harus terlebih dahulu belajar bagaimana merenungkan dirimu dan mengenal dirimu sendiri, serta sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, dan kemudian engkau harus belajar bagaimana hidup rukun dengan saudara-saudari. Engkau harus bersikap toleran satu sama lain, sabar satu sama lain, dan mampu melihat apa kelebihan dan kemampuan orang lain—engkau harus belajar menerima pendapat orang lain dan hal-hal yang benar. Jangan memanjakan dirimu sendiri, jangan memiliki ambisi dan keinginan dan selalu menganggap dirimu lebih baik daripada orang lain, dan kemudian menganggap dirimu sosok yang hebat, memaksa orang lain melakukan apa yang kaukatakan, mematuhimu, menghormatimu, meninggikanmu—ini menyimpang. Jika watak congkak seseorang tidak dibereskan, ditambah lagi dengan ambisi dan keinginan yang menggebu, hal ini akan dengan mudah menuntun pada penyimpangan. Oleh karena itu, mereka yang tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mampu merenungkan serta mengenal diri mereka sendiri berada dalam bahaya besar. Mereka selalu penuh ambisi, selalu berharap menjadi orang hebat dan manusia super—ini adalah penyimpangan, ini adalah kecongkakan yang ekstrem. Mereka telah sepenuhnya kehilangan akal sehat, mereka bukan orang-orang yang normal, mereka adalah orang-orang yang menyimpang, dan mereka adalah setan. Karena dikuasai oleh watak congkak, mereka memandang rendah orang lain di dalam hati mereka, menganggap mereka sangat tidak penting dan bodoh. Mereka tidak bisa mengakui kelebihan orang lain, melainkan membesar-besarkan kekurangan orang lain tanpa menahan diri; mereka membenci orang-orang itu di dalam hati mereka, dan mereka meremehkan dan menyebarluaskan kekurangan-kekurangan ini di setiap kesempatan, menyakiti dan membuat kesal orang lain, dan pada akhirnya membuat orang lain tunduk dan mematuhi mereka, atau takut dan bersembunyi dari mereka. Ketika hubungan seperti ini muncul atau terjadi di antara orang-orang, apakah ini yang ingin engkau lihat? Dapatkah engkau menerimanya? (Tidak.) Sebagai contoh, katakanlah engkau lebih tinggi dan berpenampilan lebih baik daripada orang lain, dan ini membuat beberapa orang mengagumimu. Akibatnya, engkau merasa senang akan dirimu sendiri dan kemudian engkau memandang rendah mereka yang lebih pendek atau berpenampilan tidak sebaik dirimu. Watak apakah yang diperlihatkan di sini? Ada orang-orang yang memandang mereka yang tidak berpenampilan sebaik mereka, atau yang lebih pendek, dan mereka yang lebih bodoh dan tidak setanggap mereka, dengan pandangan menghina, dan bahkan mengeluarkan kata-kata sindiran untuk memperolok mereka. Apakah pantas memperlakukan orang lain seperti ini? Apakah ini adalah perwujudan kemanusiaan yang normal? Tentu tidak. Jadi, bagaimana cara yang paling tepat untuk menghadapi situasi seperti itu? (Dengan tidak mengejek orang lain atas kekurangan mereka, dan dengan menghormati orang lain.) Ini adalah sebuah prinsip. Sepertinya engkau telah memiliki sedikit pemahaman tentang hal ini. Jadi, bagaimana cara Tuhan memperlakukan manusia? Tuhan tidak memedulikan rupa orang, apakah mereka tinggi atau pendek. Sebaliknya, Dia melihat apakah hati mereka baik, apakah mereka mencintai kebenaran, dan apakah mereka mengasihi dan menaati Dia. Berdasarkan hal inilah, Tuhan mendasari sikap-Nya terhadap manusia. Jika orang juga mampu melakukan hal ini, mereka akan dapat memperlakukan orang lain dengan adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Pertama-tama, kita harus memahami kehendak Tuhan, dan mengetahui bagaimana sikap Tuhan terhadap manusia, sehingga kita juga akan memiliki prinsip dan jalan tentang bagaimana cara kita bersikap terhadap orang lain. Pada umumnya, semua orang memiliki sedikit kesombongan. Ketika mereka mendengar sedikit kata-kata pujian, mereka merasa senang akan diri mereka sendiri, mereka berdendang dan berjalan dengan mendongakkan kepala. Ini adalah perwujudan watak Iblis. Jika mereka juga menghakimi dan memandang rendah orang lain, watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang kejam, congkak, dan jahat. Jika orang tidak mampu mengenali dan memahami buruknya hidup berdasarkan watak rusak mereka, akan sulit bagi mereka untuk membuang watak-watak rusak ini, dan mereka tidak akan mampu hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati.

Kutipan 89

Ketika Tuhan menyelamatkan manusia, apa batas minimal yang Tuhan tentukan untuk manusia, seberapa pun memberontaknya mereka, atau serusak apa pun watak mereka? Maksudnya, dalam keadaan apa Tuhan meninggalkan dan mengusir mereka? Apa standar terendah yang harus kaucapai untuk Tuhan mempertahankan dirimu dan tidak mengusirmu? Ini adalah sesuatu yang harus dimengerti dengan jelas oleh umat pilihan Tuhan. Pertama, tidak menyangkal Tuhan—ini adalah syarat yang paling mendasar. Ada hal nyata yang termasuk dalam apa yang dimaksud dengan tidak menyangkal Tuhan. Tidak menyangkal Tuhan bukanlah sekadar mengakui bahwa Tuhan itu ada, atau bahwa Tuhan telah menjadi daging, atau bahwa nama Tuhan adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Ini tidak cukup, ini tidak memenuhi standar bahwa engkau percaya kepada Tuhan. Setidaknya, engkau harus mengenali bahwa Tuhan yang berinkarnasi adalah Tuhan yang nyata; engkau tidak boleh meragukan atau menghakimi; engkau harus mampu tunduk sekalipun engkau memiliki gagasan tertentu—ini adalah standar bahwa engkau percaya kepada Tuhan. Hanya jika engkau mencapai standar ini, barulah Tuhan akan mengakuimu sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan telah menentukan setidaknya tiga batas minimal untuk manusia. Pertama, mereka harus mengakui-Nya, percaya kepada-Nya, dan mengikuti-Nya. Mereka harus menjadi orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. mereka harus melaksanakan tugas dengan kemampuan terbaik mereka, dan mereka tidak boleh melakukan kejahatan atau menyebabkan gangguan. Ini adalah batas minimal yang pertama. Kedua, selama mengikuti Tuhan, mereka, setidaknya, tidak boleh mengabaikan tugas mereka. Mereka harus taat dan tunduk ketika melaksanakan tugas, mencapai hasil yang cukup memuaskan, dan, paling tidak, melakukan pelayanan yang memenuhi standar. Ini adalah batas minimal yang kedua. Ketiga, kemanusiaan mereka harus sesuai standar. Mereka harus dianggap orang lain sebagai orang yang baik, atau, setidaknya, orang yang memiliki hati nurani dan nalar. Mereka pada dasarnya harus mampu hidup rukun dengan sebagian besar umat pilihan Tuhan dan tidak menjadi sumber masalah di antara mereka. Orang-orang seperti ini, setidaknya, bukan orang yang buruk atau jahat. Ini adalah batas minimal yang ketiga. Jika orang tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mau melaksanakan tugas apa pun, mereka bukan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan—setidaknya, kemanusiaan mereka tidak mencapai standar. Ini artinya mereka berada di bawah batas minimal dan harus diusir. Semua orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk, yang sama sekali tidak mampu menerima kebenaran, yang menyebabkan kekacauan dan gangguan, dan tidak menjalankan peran positif di gereja, dapat digolongkan sebagai orang jahat. Orang yang tidak mampu hidup rukun dengan kebanyakan orang lain adalah sumber masalah, orang jahat, dan terlebih dari itu, mereka adalah orang yang berada di bawah batas minimal dan harus diusir. Orang-orang jahat dan antikristus ini mungkin melaksanakan tugas, tetapi mereka hanya menyebabkan gangguan, kekacauan, kerusakan, dan melakukan kejahatan—mungkinkah Tuhan menginginkan orang-orang seperti ini? Apakah mereka melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Di mata Tuhan, tindakan mereka berada di bawah batas minimal. Mereka tidak mampu melaksanakan tugas mereka dan kerugian yang mereka sebabkan melebihi tugas apa pun yang mereka laksanakan sehingga mereka harus dikeluarkan dari gereja. Bukankah ini adalah prinsip yang rumah Tuhan gunakan dalam memperlakukan orang-orang? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka untuk sementara waktu berada dalam keadaan yang buruk serta merasa negatif dan lemah? Pernahkah ada orang yang diberhentikan dari pelaksanaan tugas mereka karena mereka terkadang sedikit ceroboh dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka mencapai hasil yang buruk dalam tugas mereka, atau karena mereka mengungkapkan pemikiran dan ide yang buruk? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah serta memiliki gagasan dan keraguan tentang Tuhan dalam diri mereka? (Tidak.) Jika demikian, berdasarkan prinsip apa rumah Tuhan mengeluarkan orang? Orang-orang seperti apa yang dikeluarkan dan diberhentikan dari pelaksanaan tugas mereka? (Orang-orang yang pelayanannya lebih banyak merugikan daripada bermanfaat dan yang secara konsisten menyebabkan kekacauan dan gangguan.) Orang semacam ini tidak layak melaksanakan tugas. Ini bukan berarti ada orang yang berprasangka terhadap mereka atau mengekang dan mengeluarkan mereka karena dendam pribadi; melainkan ini berarti mereka tidak mencapai hasil apa pun dalam pelaksanaan tugas mereka, dan mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan. Mereka dikeluarkan karena mereka benar-benar tidak layak untuk melaksanakan tugas. Ini sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Prinsip yang rumah Tuhan gunakan untuk menangani dan memperlakukan orang semuanya adil. Rumah Tuhan bukan berusaha untuk menangkap basah orang, atau membesar-besarkan masalah, atau meributkan hal-hal kecil. Engkau harus percaya bahwa rumah Tuhan dikuasai oleh kebenaran. Tentu saja, beberapa orang yang sudah dikeluarkan, masih memiliki harapan untuk diselamatkan jika mereka mampu menerima kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan. Namun, orang-orang tidak percaya dan orang-orang jahat yang sama sekali tidak mampu menerima kebenaran, yang tidak memiliki hati nurani dan nalar, akan dikeluarkan selamanya setelah mereka tersingkap. Ini adalah keadilan Tuhan.

Kutipan 90

Mengapa Tuhan menuntut orang untuk mengenal-Nya? Mengapa Tuhan menuntut orang untuk mengenal diri mereka sendiri? Apakah tujuan dari mengenal diri sendiri? Apakah hasil yang diharapkan? Dan apakah tujuan dari mengenal Tuhan? Dampak apakah yang akan dicapai orang dengan membuat mereka mengenal Tuhan? Apakah engkau pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini? Tuhan menggunakan berbagai cara untuk membuat orang mengenal diri mereka sendiri. Dia sudah mempersiapkan berbagai macam lingkungan agar orang menyingkapkan kerusakannya dan agar mereka secara progresif mengenal diri mereka sendiri melalui pengalaman. Baik itu melalui pengungkapan firman Tuhan atau penghakiman dan hajaran-Nya, apakah engkau memahami apa tujuan akhir Tuhan melakukan pekerjaan ini? Tujuan akhir Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dengan cara ini adalah untuk memampukan setiap orang yang mengalami pekerjaan-Nya untuk mengetahui apa itu manusia. Apa yang dimaksud dengan "mengetahui apa itu manusia"? Ini berarti membuat manusia mengetahui identitas dan statusnya, tugas dan tanggung jawabnya. Ini berarti membuat engkau mengetahui apa artinya menjadi manusia, membuat engkau memahami siapa dirimu. Inilah tujuan akhir Tuhan dalam membuat orang mengenal diri mereka. Jadi, mengapa Tuhan membuat orang mengenal-Nya? Ini adalah kasih karunia istimewa yang Tuhan anugerahkan kepada manusia, karena dengan mengenal Tuhan, manusia mampu memahami banyak kebenaran dan mengerti berbagai misteri. Orang mendapatkan begitu banyak keuntungan dengan mengenal Tuhan. Ketika orang mengenal Tuhan, mereka belajar bagaimana menjalani hidup yang penuh makna. Jadi, membuat orang mengejar pengetahuan tentang Tuhan adalah kasih Tuhan yang terbesar, berkat-Nya yang terbesar. Tuhan menggunakan berbagai cara agar orang mengenal-Nya, cara yang utama adalah penghakiman dan hajaran, bimbingan, dan pembekalan firman-Nya. Tentunya, Dia juga membuat orang mengenal watak-Nya melalui penghakiman dan hajaran—ini adalah jalan pintas untuk mengenal Tuhan. Apakah hasil akhir yang dicapai orang dengan melihat dan mengenal watak Tuhan? Hasil akhirnya adalah untuk membuat orang mengenal siapa Tuhan itu, apa esensi-Nya, apa identitas dan status-Nya, apa kepunyaan dan wujud-Nya, dan apa watak-Nya. Hasil akhirnya adalah untuk membuat setiap orang melihat dengan jelas bahwa mereka adalah makhluk ciptaan, bahwa Tuhan adalah Pencipta satu-satunya, dan bagaimana makhluk ciptaan harus tunduk kepada Sang Pencipta. Dengan mengetahui semua ini, jalan manusia dalam kehidupan akan menjadi terang sepenuhnya. Ketika orang benar-benar mengenal diri mereka, bukankah mereka lambat laun mampu melepaskan hasrat mereka yang berlebihan dan berbagai niat mereka yang tidak pantas? (Ya.) Jadi, dapatkah mereka mencapai titik di mana mereka mampu untuk melepaskan sepenuhnya? Ini tergantung pada individu itu sendiri. Seseorang hanya mampu sepenuhnya melepaskan hasrat yang berlebihan dan berbagai tuntutan mereka kepada Tuhan ketika, melalui pekerjaan-Nya, mereka mencapai pengenalan akan Tuhan dan memperoleh pengetahuan dan definisi yang akurat dari esensi, identitas, dan status-Nya. Hanya orang semacam inilah yang mampu, seperti Petrus, mengutarakan keinginan dan hasrat mereka yang tulus dari lubuk hati yang terdalam, dan menerapkan kasih Tuhan. Dengan demikian, mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri—tak satu pun dapat ditiadakan. Engkau berkata bahwa engkau ingin mengasihi Tuhan, tetapi dapatkah engkau mengetahui bagaimana cara mengasihi Tuhan jika engkau tidak memahami-Nya? Bagian manakah dari-Nya yang menimbulkan perasaan kasih? Aspek-aspek apakah dari-Nya yang paling menimbulkan perasaan kasih? Jika engkau tidak mengetahui hal ini, engkau tidak dapat mengasihi-Nya. Engkau tidak akan mampu mengasihi-Nya, sekalipun engkau menginginkannya, dan engkau bahkan mungkin menemukan gagasan tentang-Nya dan tanpa sengaja pemberontakan muncul dalam dirimu, menuntunmu pada kenegatifan. Akankah orang semacam ini menerima perkenanan Tuhan? Mereka tidak akan menerimanya. Ketika orang tidak mengenal Tuhan dan meskipun mereka mengatakan bahwa mereka mengasihi-Nya, "kasih" tersebut hanyalah teori kosong yang berasal dari logika dan penalaran manusia. Itu bukan berasal dari pengenalan akan Tuhan, dan itu sama sekali tidak sesuai dengan Tuhan. Apakah engkau sekarang mengerti apa yang aku katakan mengenai kedua hal tersebut? (Ya.) Lalu, mengapa engkau tidak mampu mengatakannya barusan? Ini membuktikan bahwa pengenalanmu akan dirimu sendiri dalam pengalaman nyata itu kacau, dan bahwa engkau tidak memiliki pengenalan akan Tuhan yang sesungguhnya. Tahukah engkau apa yang menjadi masalah di sini? (Kita belum menemukan jalan penerapan yang tepat. Kita tidak mampu masuk secara bersamaan dari kedua aspek tersebut, yaitu mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri. Kita berfokus hanya pada masuk dari satu aspek, sehingga membatasi pertumbuhan dalam kehidupan kita.) Karena ini adalah keadaanmu sekarang, bagaimanakah tingkat pertumbuhanmu? Bukankah itu belum dewasa? Bukankah engkau berada sangat jauh dari tuntutan dan standar Tuhan dalam hal mengenal dirimu sendiri? Setidaknya, engkau masih belum mampu melepaskan hasrat dan keinginan pribadimu. Mampukah engkau tunduk kepada Tuhan sesuai dengan kebenaran? Mampukah engkau mengetahui apakah Tuhan memiliki status dalam hatimu? Ada banyak orang yang bahkan sampai sekarang masih mempertanyakan apakah inkarnasi Tuhan itu manusia atau Tuhan; mereka berpijak di dua tempat, satu saat, mereka percaya kepada Tuhan yang di bumi, saat lain, mereka percaya kepada Tuhan yang samar di langit. Bahkan, ada sebagian orang yang mempertanyakan esensi Tuhan, dengan mengatakan, "Bagaimana mungkin Tuhan yang berinkarnasi dan Tuhan yang ada di langit adalah Tuhan yang sama? Jika Dia benar adalah Tuhan, mengapa Dia tidak menunjukkan mukjizat dan tanda-tanda?" Ini menunjukkan bahwa pemahamanmu akan hal-hal rohani sangat kurang. Begitulah tingkat pertumbuhanmu, meskipun Tuhan mengatakan begitu banyak, engkau masih tidak memahaminya. Sekarang engkau hanya mengakui bahwa Tuhan telah menjadi daging, engkau hanya mengakui kebenaran yang diungkapkan Tuhan yang berinkarnasi; tetapi engkau tidak memiliki banyak pengetahuan tentang esensi, identitas, dan status Tuhan. Bisa dikatakan bahwa di dalam hatimu sama sekali tidak ada pengetahuan ini, bukan? (Ya.) Ini sebenarnya dapat dibuktikan: Sebelum aku mempersekutukan aspek-aspek kebenaran tersebut sebagai esensi Tuhan atau kehendak Tuhan, kaupikir pengetahuanmu tentang Tuhan sudah mendalam, dan kaupikir kepercayaanmu kepada Tuhan teguh dan tak tergoyahkan. Namun, ketika aku mempersekutukan kebenaran tersebut kepadamu sebagaimana Tuhan itu sendiri, watak Tuhan, esensi Tuhan, kata-kata dan isi perkataan ini menyebabkan reaksi yang kuat dalam hatimu. Reaksi ini begitu intens sehingga membuatmu sulit untuk menerimanya, menciptakan konflik yang hebat dengan Tuhan yang sudah kaubayangkan di dalam hatimu. Bukankah ini sebuah fakta? (Ya.) Jadi, ketika aku mengatakan beberapa hal yang belum pernah kaudengar sebelumnya, akan mustahil bagimu untuk menerima itu pada awalnya, seolah-olah engkau tidak memahami apa yang kukatakan. Ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhanmu terlalu rendah, sehingga engkau bahkan tidak mampu memahami firman Tuhan atau mencapai standarnya. Engkau masih memerlukan pengalaman beberapa tahun lagi sebelum engkau mampu memahaminya.

Sebelumnya: Firman tentang Melayani Tuhan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini