Firman tentang Topik-Topik Lainnya

Kutipan 79

Apa tanggapan kalian setelah menyanyikan nyanyian pujian "Dia yang Berdaulat Atas Segalanya"? Apa kalian punya pandangan? Semua orang hidup pernah mengalami banyak kesulitan, tetapi mereka tak benar-benar tahu mengapa ini terjadi, dan tidak ada yang memikirkan secara mendalam penyebab kesulitan ini, apakah itu sepadan, atau apakah manusia pantas hidup seperti ini. Saat kecil, mereka selalu ingin memakai pakaian bagus dan makanan enak untuk disantap, dan mereka merasa inilah cara untuk bahagia. Saat besar, orang mulai memikirkan cara bekerja keras di pendidikannya agar bisa unggul dari banyak orang dan menikmati hidup yang baik. Saat dewasa, orang mulai menginginkan banyak uang, memperoleh ketenaran dan keuntungan, serta memperoleh kuasa dan pengaruh. Mereka ingin menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Mereka selalu ingin menjabat di pemerintahan dan dihormati serta dikagumi. Saat punya anak, mereka berharap keturunannya beranak cucu turun-temurun dan tetap makmur serta berkembang. Apa tujuan di balik semua langkah yang diambil orang-orang? Mengapa orang berpikir begini? Mengapa mereka semua hidup begini? Orang-orang hidup tanpa jalur. Mengapa Kubilang tanpa jalur? Itu karena orang tidak tahu asal dan tujuannya, dan mereka tak tahu harus melakukan apa di hidupnya, bagaimana seharusnya mereka hidup, dan bagaimana mengikuti jalur hidup mereka. Orang-orang tak tahu hal-hal ini. Lalu, mengapa orang-orang masih saja tanpa lelah mengejar ketenaran, keuntungan, dan hidup bahagia sampai meninggal tanpa menoleh ke belakang? Itu karena orang-orang dirusak oleh Iblis, dan mereka mengembangkan pola pikir dan pandangan hidup yang salah. Mereka memandang cara hidup seperti ini sebagai sesuatu yang benar, dan mereka memandang mengejar ketenaran dan keuntungan adalah sesuatu yang benar dan pantas. Mereka berpikir bahwa memperoleh ketenaran dan keuntungan adalah kebahagiaan, dan mereka hidup berdasarkan keyakinan ini. Beginilah orang berlomba-lomba di jalur pengejaran ketenaran dan keuntungan, dan hasilnya adalah mereka tak pernah menemukan kebahagiaan bahkan hingga kematian. Semua orang hidup seperti ini. Tidak ada jalur lain untuk dipilih di dunia ini. Semua orang ingin menghasilkan uang dan menikmati hidup yang baik. Hidup terasa sulit tanpa uang, dan banyak yang dapat engkau raih dengan itu, sehingga semua orang ingin hasilkan lebih banyak. Saat hidup sudah makmur, mereka ingin mempertahankan kekayaannya dan ingin anak-anaknya melanjutkan warisannya, dan tidak ada yang tahu bahwa hidup seperti ini adalah hampa. Semua orang meninggalkan dunia ini dengan penyesalan, pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab, dan perasaan enggan. Orang-orang melalui hidup ini dengan kemiskinan maupun kekayaan serta hidup lama dan singkat. Beberapa di antaranya adalah orang biasa, sementara yang lainnya adalah para petinggi pemerintahan dan para elit. Ada orang dari setiap lapisan masyarakat, tetapi pada dasarnya mereka hidup dengan cara yang sama: Mereka hidup demi ketenaran dan keuntungan sesuai dengan hasrat, ambisi, dan watak Iblis, dan mereka tidak akan beristirahat dengan tenang jika belum mencapai tujuan-tujuan ini. Melihat keadaan ini, orang mungkin berpikir, "Mengapa orang hidup seperti ini? Tidak adakah jalan lain yang dapat mereka tempuh? Apakah orang hidup benar-benar hanya hidup untuk makan dan minum enak sampai mati? Ke mana mereka akan pergi setelah mereka mati? Mengapa begitu banyak generasi masyarakat yang hidup seperti ini? Apa sumber masalahnya?" Manusia tidak tahu dari mana mereka berasal, apa misi dalam hidup mereka, atau siapa yang berkuasa dan berdaulat atas semua ini. Generasi datang dan pergi silih berganti, dan orang hidup, lalu mati dengan cara yang sama. Mereka semua datang dan pergi dengan cara yang sama, dan tak seorang pun menemukan cara atau jalan yang benar untuk menjalani hidup mereka. Tak seorang pun mencari kebenaran dalam hal ini. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, semua orang hidup dengan cara yang sama. Mereka semua mencari dan menunggu, ingin tahu akan seperti apa manusia kelak, tetapi tak seorang pun tahu atau tak seorang pun akan mengetahuinya. Kesimpulannya, manusia sama sekali tidak tahu siapakah Pribadi yang memerintah dan berdaulat atas semua ini, atau apakah Dia benar-benar ada. Mereka tidak tahu jawaban atas pertanyaan ini, dan yang mampu mereka lakukan hanyalah hidup dengan tidak berdaya, menanti tahun demi tahun, bertahan hari demi hari hingga sekarang. Jika orang tahu alasan semua ini, akankah pengetahuan ini membuat mereka memiliki jalan untuk ditempuh dalam menjalani hidup ini? Akankah mereka mampu melepaskan diri dari penderitaan ini dan tidak lagi hidup berdasarkan keinginan dan harapan manusia? Jika orang memahami alasan mereka hidup, alasan mereka mati, dan siapa penguasa dunia ini; jika mereka memahami jawabannya, yakni bahwa Pribadi yang berdaulat atas segala sesuatu adalah Sang Pencipta, mereka akan memiliki jalan untuk ditempuh. Mereka akan tahu bahwa mereka harus mencari kebenaran di dalam firman Tuhan agar menemukan jalan untuk mereka tempuh, dan mereka tidak perlu hidup menderita karena mengandalkan keinginan dan harapan semacam itu. Jika orang tahu jawaban tentang alasan mereka hidup dan mati, bukankah akan ada penyelesaian untuk semua penderitaan dan kesulitan yang dialami manusia? Bukankah ini membuat manusia mengalami kelepasan? Orang akan benar-benar menemukan kelepasan, dan mereka akan benar-benar bebas.

Setelah mendengarkan nyanyian pujian "Dia yang Berdaulat Atas Segalanya" apa yang seharusnya kaurenungkan di dalam hatimu? Jika manusia tahu alasan mereka hidup dan mati, dan siapa sebenarnya yang berdaulat atas dunia ini dan atas segala sesuatu dan jika mereka tahu siapa yang berkuasa atas segalanya, di mana Dia sebenarnya berada, dan apa yang dituntut-Nya dari manusia—jika manusia mampu memahami hal-hal ini, mereka akan tahu bagaimana cara memperlakukan Sang Pencipta, dan cara menyembah dan tunduk kepada-Nya, di dalam hatinya, mereka akan memperoleh penyemangat hidup, mereka akan merasa damai dan bahagia, dan tidak akan lagi hidup dalam siksaan dan penderitaan semacam itu. Kesimpulannya, orang harus memahami kebenaran. Jalan hidup yang mereka pilih sangat penting, dan bagaimana mereka menjalani hidup juga penting. Bagaimana orang hidup dan jalan yang orang tempuh akan menentukan apakah hidup mereka akan bahagia atau akan menyedihkan. Ini adalah sesuatu yang harus orang pahami. Saat orang mendengar nyanyian pujian ini, mungkin timbul perasaan mendalam dalam hati mereka: "Semua orang hidup dengan mengikuti pola semacam ini; tak terkecuali orang-orang zaman dulu, juga orang-orang zaman sekarang. Orang-orang zaman sekarang hidup dengan cara yang sama. Jadi, adakah Sosok yang berdaulat di antara manusia, Tuhan yang manusia kenal dalam legenda, yang memerintah atas segalanya? Jika manusia bisa menemukan Tuhan, Pribadi yang memerintah atas segalanya, bukankah manusia akan mampu merasakan kebahagiaan? Yang terpenting sekarang adalah mengungkap asal usul umat manusia. Dari manakah asal muasalnya? Setelah mengungkap asal usulnya, manusia akan mampu hidup di alam yang berbeda. Jika manusia tidak dapat menemukannya, dan terus hidup seperti sebelumnya, akankah mereka menemukan kebahagiaan?" Jika orang tidak percaya kepada Tuhan, sekalipun mereka tahu bahwa manusia sangat rusak, apa yang dapat mereka lakukan? Mampukah mereka menyelesaikan masalah nyata kerusakan mereka? Apakah mereka memiliki jalan agar mereka dapat diselamatkan? Sekalipun engkau ingin berubah menjadi lebih baik dan hidup dalam keserupaan dengan manusia, mampukah engkau melakukannya? Engkau tidak memiliki jalan yang dapat kautempuh agar dapat diselamatkan! Sebagai contoh, ada orang yang hidup demi anak-anak mereka; engkau mungkin berkata tidak ingin hidup seperti itu, tetapi mampukah engkau tidak hidup seperti itu? Ada orang-orang yang sangat sibuk mengejar kekayaan, ketenaran, dan keuntungan. Engkau mungkin berkata engkau tidak ingin sibuk mengejar hal-hal ini, tetapi mampukah engkau tidak hidup demi hal-hal itu? Tanpa kausadari, engkau telah berada di jalan ini, dan meskipun engkau ingin mengubah cara hidupmu, engkau tak mampu melakukannya. Engkau tidak bisa mengendalikan caramu hidup di dunia ini! Apa penyebabnya? Penyebabnya adalah karena orang tidak percaya kepada Tuhan yang sejati dan karena mereka belum memperoleh kebenaran. Apa yang membuat manusia tetap bersemangat dalam hidup mereka? Apa yang mereka cari untuk mempertahankan semangat hidup mereka? Mereka mencarinya dari berkumpul dengan keluarga, dari kebahagiaan pernikahan, kesenangan materi, harta kekayaan, ketenaran, dan dari keuntungan, status, perasaan mereka, dan dari karier mereka, serta dari kebahagiaan generasi berikutnya. Adakah yang tidak mencari hal-hal ini sebagai penyemangat hidup mereka? Mereka yang memiliki anak menemukan semangat hidup dari anak-anak mereka; mereka yang tidak memiliki anak menemukannya dalam karier mereka, dalam pernikahan, status di tengah masyarakat, dan dalam ketenaran, dan keuntungan. Oleh karena itu, cara hidup yang dihasilkan semuanya sama; tunduk pada kendali dan kuasa Iblis, dan meskipun tidak ingin seperti itu, semua orang terburu-buru dan sibuk demi ketenaran, keuntungan, prospek, karier, pernikahan, keluarga, atau demi generasi berikutnya, atau demi kesenangan jasmani. Apakah ini jalan yang benar? Sesibuk apa pun orang di dunia ini, seberapa pun besarnya pencapaian profesional mereka, sebahagia apa pun keluarga mereka, sebesar apa pun keluarga mereka, seberapa pun bergengsinya status mereka—apakah mereka mampu menempuh jalan hidup yang benar? Dengan mengejar ketenaran, keuntungan, hal-hal dunia, atau karier, apakah mereka mampu memahami fakta bahwa Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan yang berdaulat atas takdir manusia? Tidak mungkin. Jika orang tidak mengakui fakta bahwa Tuhanlah yang berdaulat atas takdir manusia, maka apa pun jalan atau pengejaran mereka, jalan yang mereka tempuh itu salah. Itu bukan jalan yang benar, melainkan jalan yang salah, jalan kejahatan. Sekalipun engkau merasakan kepuasan dari hal-hal yang menjadi penyemangat hidupmu, atau engkau tidak memiliki hal-hal itu, dan di mana pun engkau menemukan penyemangat itu: itu bukanlah iman yang sejati, dan itu bukan jalan yang benar untuk hidup manusia. Apa artinya memiliki iman yang sejati? Iman yang sejati berarti menerima penampakan dan pekerjaan Tuhan serta menerima semua kebenaran yang telah Tuhan sampaikan. Kebenaran ini adalah jalan yang benar bagi kehidupan manusia dan merupakan kebenaran dan hidup yang seharusnya dikejar manusia. Menempuh jalan hidup yang benar berarti mengikuti Tuhan dan di bawah pimpinan firman-Nya, mampu memahami kebenaran, mampu membedakan yang benar dan yang jahat, mampu mengetahui apa yang positif dan apa yang negatif, serta memahami kedaulatan dan kemahakuasaan-Nya. Jika di dalam hatinya, orang benar-benar mengerti bahwa Tuhan bukan saja menciptakan langit dan bumi dan segala sesuatu, tetapi Dia juga berdaulat atas alam semesta dan segala sesuatu, mereka akan mampu menaati semua pengaturan dan penataan-Nya, hidup berdasarkan firman-Nya, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah yang dimaksud dengan manusia menempuh jalan yang benar dalam hidup mereka. Ketika orang menempuh jalan yang benar dalam hidup mereka, mereka akan mampu memahami alasan orang hidup dan bagaimana seharusnya mereka hidup agar mereka hidup dalam terang dan menerima berkat dan perkenanan Tuhan.

Untuk apa engkau hidup sekarang? Apakah engkau memahaminya? (Kami hidup untuk menyelesaikan misi dan apa yang Tuhan percayakan kepada kami dan melaksanakan tugas kami sebagai makhluk ciptaan.) Jika engkau ingin melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan menyelesaikan apa yang Tuhan percayakan kepadamu, ini adalah keinginan subjektifmu dan jalan hidup yang telah kaupilih, dan ini adalah benar. Namun, ada satu fakta yang harus kauketahui: manusia hidup di dalam dunia ini, dan dunia ini diatur oleh Tuhan. Setiap orang memasuki dunia dengan sebuah misi. Mereka tidak datang dalam keadaan tanpa tujuan; semuanya ditentukan, diatur, dan ditata oleh Tuhan tanpa kesalahan sekecil apa pun. Saat setiap orang memasuki dunia, apa pun yang mereka pelajari atau lakukan, semuanya adalah untuk melakukan suatu peran di dalamnya. Apakah peran yang dimaksud? Peran mereka adalah mereka harus menyelesaikan sebuah tugas di dunia ini; ada hal-hal yang harus mereka kerjakan. Sebagai contoh, dua orang menikah dan memiliki seorang anak, dan mereka bertiga membentuk keluarga yang lengkap. Di dalam keluarga ini, istri hidup untuk melaksanakan misinya, yaitu merawat anak dan suaminya, mengurus keluarganya. Lalu, untuk tujuan apa anak mereka hidup? Apa perannya dalam hidup ini? Perannya adalah sebagai pewaris keluarga, dia meneruskan silsilah keluarganya. Dia adalah generasi selanjutnya dalam keluarga ini. Keluarga ini utuh karena anak ini telah hadir, dan ini adalah peran pertamanya dalam hidup ini. Entah itu anak laki-laki atau perempuan, setiap anak memiliki misi mereka masing-masing. Mengenai nasib masa depan mereka, apa kualifikasi akademik mereka, keterampilan, atau profesi yang mereka kejar saat mereka dewasa, atau kapan mereka percaya kepada Tuhan dan tugas apa yang akan mereka lakukan setelah percaya, bukankah setiap tahap ini semuanya direncanakan dan diatur oleh Tuhan? (Ya.) Apakah mereka sendiri punya pilihan? (Tidak.) Sejak seseorang dilahirkan ke dalam sebuah keluarga, tidak satu pun langkah nasibnya adalah pilihan mereka, dan semuanya itu diatur oleh Tuhan. Semuanya diatur oleh Tuhan, dan ada kebenaran dalam hal ini. Ini berkenaan dengan alasan manusia hidup. Sebagai contoh, jika engkau mempelajari musik dan keadaan serta lingkungan keluargamu mendukungmu, maka apakah mempelajari musik adalah sesuatu yang kaupilih? (Tidak.) Engkau terlahir di tengah lingkungan seperti ini, engkau mempelajari keterampilan profesional melalui dukungan lingkungan di sekitarmu, dan engkau melaksanakan misi ini. Apa yang memampukanmu untuk melaksanakan misimu? Itu karena Tuhan telah menetapkannya, bukan karena engkau memilihnya. Bukankah misi ini kaulaksanakan karena pengaturan Sang Pencipta? Bahwa engkau melaksanakan tugasmu saat ini dan menerapkan apa yang kauketahui dan telah kaupelajari dalam pelaksanaan tugasmu, siapa yang menentukan hal ini? (Tuhan.) Itu ditentukan oleh Tuhan, bukan dirimu. Dari sudut pandang objektif, untuk siapa engkau hidup sekarang? (Kami hidup untuk Tuhan.) Sebenarnya, semua orang hidup untuk alasan yang sama. Mereka semua hidup semata-mata demi kedaulatan dan pengaturan Tuhan, entah mereka mengetahuinya atau tidak, dan entah mereka menyadarinya atau tidak. Manusia bagaikan potongan dalam sebuah permainan. Di mana pun Tuhan menempatkanmu, apa pun yang Tuhan ingin untuk kaulakukan, dan seberapa lama pun Dia menempatkanmu untuk tinggal di suatu tempat, semuanya itu berada di bawah pengaturan-Nya. Dari sudut pandang pengaturan Tuhan, semua orang sebenarnya hidup untuk tujuan kedaulatan dan pengaturan-Nya, serta untuk pengelolaan-Nya, dan mereka bukan pemegang kendali. Seberapa pun kemampuan dan bakatmu, engkau tidak bisa melampaui nasib yang telah Tuhan tetapkan bagimu. Tak seorang pun bisa hidup melampaui batas ini atau keluar dari nasib dan hidup yang telah ditentukan dan diatur oleh Sang Pencipta bagi mereka. Sebenarnya, semua ini adalah hal-hal yang tidak orang ketahui, dan mereka telah menjalani hidup tanpa tahu dan sadar bahwa semua itu berada di bawah pengaturan dan kedaulatan Tuhan hingga sekarang. Melihat hal ini secara objektif, apa yang telah orang pahami? (Bahwa hidup dan mati mereka tidak ditentukan oleh mereka, melainkan berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan.) (Mereka tidak seharusnya berusaha menjadi penentu nasib mereka sendiri, dan mereka harus tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan.) Engkau akan mengalami kemajuan jika mampu memahaminya seperti ini. Kebenaran apa yang harus kaupahami agar engkau mampu tunduk kepada Tuhan? Di keluarga macam apa pun engkau dilahirkan, dan seperti apa pun kualitas, kecerdasan, dan pemikiranmu, nasibmu dan segala sesuatu tentang dirimu berada di bawah pengaturan Tuhan. Engkau tidak menentukan hal-hal ini. Berikut ini adalah jalan yang harus orang pilih: engkau harus memahami bagaimana Tuhan telah mengatur semuanya tentang dirimu, bagaimana Dia menuntunmu, bagaimana kelak Dia akan menuntunnya, mencari untuk memahami keinginan dan maksud Tuhan, dan kemudian hidup di jalan hidup yang ditentukan dan diatur oleh Tuhan. Hidupmu bukanlah untuk bersaing, merebut, atau merampas sesuatu. Hidupmu bukan tentang memeriksa atau menentang keinginan Sang Pencipta; bukan tentang memeriksa atau melawan semua yang telah Tuhan atur untuk dirimu. Bukankah memahami hal ini membuat hidupmu menjadi benar dan pantas? Memahami ini mengakhiri keraguanmu tentang "apa alasan orang hidup, dan apa alasan orang mati" atau mengakhiri penderitaan karena meyakini bahwa "orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa." Orang merasa bahwa sama sekali tidak ada kesulitan untuk menjalani hidup ini, dan mereka telah menemukan sumber kehidupan. Mereka memahami apa itu nasib, mereka tahu bagaimana orang seharusnya tunduk pada pengaturan Sang Pencipta, dan mereka tidak menentang. Ini adalah cara hidup yang bermakna. Orang tidak lagi mengandalkan imajinasi pikiran mereka dan kekuatan mereka sendiri untuk berjuang dan bersaing demi mendapatkan kebahagiaan. Mereka tahu bahwa melakukan semua itu bodoh dan keras kepala, dan mereka tidak lagi melakukannya. Mereka telah belajar untuk tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta, dan betapa banyaknya penderitaan yang telah terhindar karena melakukannya! Apakah sekarang engkau hidup dengan cara seperti ini? Apakah engkau merasa diperlakukan tidak adil dan kurang dihargai dalam hidupmu? Engkau tahu bahwa bakat dan tugasmu telah diatur dan diberikan kepadamu oleh Tuhan, tetapi engkau masih merasa engkau diperlakukan tidak adil dan tugas yang kaumiliki tidak memungkinkanmu untuk mewujudkan cita-citamu? Engkau sebenarnya memiliki cita-cita yang jauh lebih tinggi, tetapi bidang khusus tempatmu melaksanakan tugasmu tidak memungkinkanmu untuk mewujudkannya. Apakah engkau berpikir seperti ini? (Tidak.) Engkau tidak memiliki ambisi dan keinginan, engkau tidak memiliki tuntutan yang berlebihan, engkau telah menyingkirkan semua yang sudah seharusnya kausingkirkan, dan satu-satunya yang kaurindukan adalah memahami kebenaran untuk membereskan watak rusakmu. Ini membuat jalan yang harus orang tempuh dan arah yang harus mereka tuju menjadi makin jelas. Mereka tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan seperti, "Apa alasan orang hidup? Dan apa alasan mereka mati? Siapakah Pribadi yang mengatur segala sesuatu?" Apa pun yang kaukejar atau apa pun yang kauharapkan, hanya dengan kembali ke hadirat Sang Pencipta, tetap berada di tempatmu dan dengan patuh melakukan apa yang seharusnya kaulakukan, dan melaksanakan serta menyelesaikan tugasmu, barulah engkau akan dapat hidup tanpa rasa bersalah di dalam hatimu, dan hidup dengan benar dan pantas. Tidak ada penderitaan dalam menjalani hidup seperti ini. Seperti inilah kehidupan yang bermakna dan bernilai itu.

Kutipan 80

Semua orang mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia dan seluruh kehidupan seseorang berada di tangan Tuhan, tetapi jika engkau benar-benar dapat merasakan betapa setiap peristiwa besar di setiap waktu dan periode kehidupan seseorang diatur dan ditata oleh Tuhan dan bukan berdasarkan rencana dan pengaturannya sendiri; jika engkau dapat melihat bahwa orang tidak mampu mengatasi nasibnya sendiri atau penderitaan apa pun yang harus mereka hadapi; jika engkau mampu mengalami semua ini, artinya engkau memiliki iman sejati. Dan hal ini makin tampak nyata saat engkau berkata, "Tuhan berdaulat atas nasib manusia, dan segala sesuatu berada dalam tangan-Nya." Mengalami kedaulatan Tuhan dan penataan serta pengaturan-Nya adalah hal yang tidak kentara. Ini adalah sesuatu yang kaualami dan sesuatu yang tidak dapat kaujelaskan jika belum melaluinya, tetapi makin banyak hal yang kaualami dan makin banyak yang kaulalui, maka engkau akan menjelaskannya dengan makin baik. Ada sebuah pepatah yang berbunyi, "Pada usia 50 tahun, engkau akan memahami nasibmu." Apa maksudnya mengatakan bahwa engkau memahami nasibmu? Orang-orang yang berumur dua puluhan, baru saja mengenal dunia. Mereka masih muda dan ceroboh serta tidak tahu apa-apa, dan mereka tidak mampu memahami bahwa kehidupan manusia ini semua berada di tangan Tuhan. Mereka tetap ingin berjuang dengan nasib mereka dan tetap berpikir bahwa mereka memiliki bakat dan keahlian. Mereka juga terus berusaha sendiri untuk membuat diri mereka terkenal dan mendapatkan kekayaan serta posisi. Mereka terus berusaha meskipun gagal, selalu berusaha untuk mendapatkan satu kesempatan lagi. Lalu pada saat berumur 50-an, mereka mengingat kembali apa yang telah mereka perbuat dan berpikir, "Astaga, menyibukkan diri di dunia selama tiga puluh tahun dan memperebutkan semua hal ini sangatlah sulit! Tak satu pun langkah yang kuambil dalam hal pernikahan, membangun karier, dan memiliki anak berjalan sesuai dengan rencana dan perhitunganku—semuanya sudah menjadi nasib!" Ini yang disebut memahami nasibmu; tak perlu lagi melawannya. Memahami nasib seseorang pada usia 50 tahun sebenarnya hanya merupakan hasil dari seseorang yang mencapai umur 50 dan belajar untuk berdamai dengan nasib setelah mengalami begitu banyak kemunduran. Setelah orang memahami nasibnya, mereka tidak akan lagi melawannya. Sedangkan hal-hal seperti apa kehidupan manusia, bagaimana kedaulatan Tuhan atas manusia, untuk apa sebenarnya manusia hidup, dan bagaimana mereka seharusnya hidup, apakah mereka sepenuhnya memahaminya? Orang-orang tidak percaya tidak akan mampu memahami hal ini karena mereka tidak percaya kepada Tuhan, dan hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah menerima nasib dan menyadari bahwa tak ada gunanya untuk melawan. Kemudian mereka melihat anak-anak dan cucu-cucu mereka berjuang melawan nasib dan berkata, "Biarkan alam berjalan sebagaimana mestinya, setiap generasi punya berkatnya masing-masing. Biarkan saja, mereka akan berhenti melawan nasib saat mencapai umur 50 tahun. Begitulah yang terjadi dari generasi ke generasi. Mereka semua berjuang melawan nasib sampai mereka bertambah tua dan tidak mampu lagi. Mereka akan menerima nasib dan belajar dari pengalaman. Mereka tidak lagi bersikap kurang ajar dan congkak, dan mereka akan lebih tenang." Hal inilah yang paling banyak bisa dilihat oleh orang tidak percaya, tetapi mampukah mereka memahami kebenaran itu? Tentu saja mereka tidak mampu memahaminya karena mereka tidak percaya kepada Tuhan dan mereka tidak membaca firman-Nya. Bagaimana mungkin mereka mampu memahami kebenaran? Apakah dengan mengetahui nasibmu di usia 50 tahun berarti engkau memahami kebenaran? Orang yakin bahwa "Nasib manusia ditentukan oleh Surga." Apakah ini artinya mereka tunduk pada kehendak Surga? (Tidak.) Percaya saja tidak akan membawa hasil. Tahu akan semua hal ini, artinya tidak berusaha melawan nasib, tetapi itu belum memahami kebenaran. Manusia harus datang ke hadapan Tuhan dan menerima keselamatan-Nya untuk memahami kebenaran. Mereka harus menerima penghakiman firman-Nya dan menerima pembekalan kebenaran dan kehidupan untuk memahami misteri dari semua itu. Jika tidak, orang tetap tak akan tahu apa sebenarnya hidup manusia, mengapa manusia hidup, dan mengapa mereka mati, meskipun mereka hidup sampai usia 70, 80, atau seratus tahun. Manusia melakukan perjalanan singkat di bumi dan hidup selama beberapa dekade tanpa mengetahui apa arti kehidupan mereka sebelum semuanya berakhir. Di ambang kematian, mereka merasa tidak puas dan terus-menerus memikirkan ini dan itu, meninggalkan dunia ini dengan penyesalan di akhir, tanpa mendapatkan apa pun. Bukankah menyedihkan jika mereka terlahir kembali di kehidupan berikutnya dan tetap hidup seperti ini? (Ya.) Setiap generasi manusia secara tragis datang dan pergi satu demi satu, yang hidup mengirim yang mati dan kemudian diantar oleh generasi berikutnya. Mereka terus seperti ini dalam satu siklus, hidup dalam keadaan linglung dan tidak memahami apa pun. Berbeda halnya bagimu yang telah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Engkau semua telah memanfaatkan kesempatan berharga dan langka ini ketika Tuhan menjadi daging untuk menyelamatkan manusia pada akhir zaman. Engkau dapat menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan serta mendapatkan penggembalaan dan bimbingan-Nya sendiri. Engkau semua memahami banyak misteri dan banyak kebenaran, dan engkau mampu melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan. Watak rusakmu dapat ditahirkan dan diubah. Engkau semua telah mendapatkan banyak hal, lebih banyak daripada para orang suci dari generasi-generasi sebelumnya. Bukankah ini merupakan hal yang paling diberkati? Engkau adalah orang yang paling diberkati di antara semuanya.

Setelah membaca firman Tuhan dan mengalami tahun-tahun penghakiman dan hajaran, perlahan-lahan engkau mulai memahami tujuan pengelolaan Tuhan atas manusia dan misteri pengelolaan serta penyelamatan umat manusia oleh-Nya. Engkau telah memahami maksud Tuhan dan mengenal kedaulatan-Nya. Engkau bersedia dalam hatimu untuk tunduk kepada Tuhan, dan engkau mampu tunduk kepada-Nya. Hidup terasa aman dan memuaskan. Tuhan memperkenankanmu hidup, engkau hidup untuk Tuhan, dan engkau hidup untuk melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan. Inilah cara hidup yang bermakna. Jika manusia hidup tanpa menerima atau memahami kebenaran dan hidup hanya untuk daging, itu sama sekali tidak akan bernilai. Saat ini, engkau semua sedang berjuang untuk memperoleh kebenaran, dan engkau hidup dengan lebih banyak hati nurani dan nalar. Engkau makin menjadi manusia yang seharusnya, dan engkau makin memahami kebenaran. Engkau makin tahu cara tunduk kepada Tuhan, dan engkau mampu melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dan bersaksi bagi Tuhan. Hidup seperti ini akan memenuhi hatimu dengan damai sejahtera dan sukacita, serta inilah kehidupan paling bermakna yang pernah ada. Ini adalah berkat yang dari semua manusia hanya engkau yang memperolehnya. Di dunia yang luas ini dan dari semua manusia, Tuhan hanya memilih beberapa dari engkau semua dan memperkenankanmu terlahir di zaman terakhir ini di negara si naga merah yang sangat besar. Engkau mampu menerima amanat-Nya dan melaksanakan tugasmu, dan engkau mampu mengorbankan diri untuk-Nya. Engkau semua adalah umat yang Tuhan kasihi dan telah Dia pilih. Bukankah ini hal yang paling diberkati? (Ya.) Ini merupakan suatu hal yang sangat diberkati. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mampu mengesampingkan segalanya untuk melaksanakan tugasnya, dan ini patut disesalkan. Ada orang-orang yang tidak memahami kebenaran, dan meskipun mereka melaksanakan tugas mereka, dapat dikatakan bahwa mereka sedang berjerih payah kepada Tuhan. Mereka menyerahkan kekuatan yang mereka miliki sembari bertransaksi dengan Tuhan di dalam hati mereka dan berharap mendapatkan berkat. Ketika suatu hari mereka memahami kebenaran, mereka akan mampu tenang dan melaksanakan tugasnya dengan sukarela. Kehidupanmu sekarang dan hidupmu setiap hari untuk memberi kesaksian untuk Tuhan dan mengabarkan Injil Kerajaan-Nya adalah cara hidup yang Dia perkenan. Sederhananya, Tuhan mengizinkanmu untuk hidup seperti ini, dan Tuhanlah yang memberimu kesempatan ini. Tuhan telah memberimu kesempatan ini dan memperkenankanmu hidup, melaksanakan tugasmu dan mengorbankan diri untuk-Nya, dan ini adalah hal yang paling bermakna. Engkau semua harus merasa bangga dan terhormat dan menghargai kesempatan ini. Engkau semua masih sangat muda, dan untuk melaksanakan tugasmu, mengikuti Tuhan, dan memberi kesaksian bagi-Nya di tengah bencana dan di lingkungan dan kondisi yang tidak bersahabat ini—sungguh kesempatan yang luar biasa! Tuhan menjadi daging pada akhir zaman dan mengungkapkan begitu banyak kebenaran untuk sepenuhnya menyelamatkan manusia sehingga mereka dapat memperoleh kebenaran dan disucikan adalah kesempatan yang paling langka. Waktunya tidak banyak, dan akan berlalu dalam sekejap mata. Engkau semua harus memanfaatkan kesempatan ini dan mendapatkan semua kebenaran yang seharusnya. Ini adalah berkat terbesar, dan lebih besar daripada berkat orang-orang kudus pada zaman yang lalu.

Kutipan 81

Mereka yang mengikut Tuhan, setidaknya, harus mampu meninggalkan semua yang mereka miliki. Tuhan pernah berfirman dalam Alkitab, "Siapa pun di antara engkau sekalian yang tidak melepaskan semua yang dimilikinya, ia tidak bisa menjadi murid-Ku" (Lukas 14:33). Apa artinya orang harus meninggalkan semua yang dia miliki? Itu berarti dia harus meninggalkan keluarganya, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan semua keterikatan duniawinya. Mudahkah melakukan hal ini? Sangat sulit untuk melakukannya. Tanpa kemauan untuk melakukannya, orang sama sekali tidak akan mampu melakukannya. Jika orang memiliki kemauan untuk meninggalkan semuanya, mereka tentu saja akan memiliki kemauan untuk menanggung kesukaran. Jika orang tidak mampu menanggung kesukaran, mereka tidak akan mampu meninggalkan apa pun, meskipun mereka ingin melakukannya. Ada orang-orang yang, setelah meninggalkan keluarga dan menjauhkan diri dari orang-orang yang mereka kasihi, merindukan kampung halaman tak lama setelah melaksanakan tugas mereka. Jika mereka benar-benar tak mampu menahan kerinduan itu, mereka mungkin akan pulang dengan sembunyi-sembunyi untuk mengunjungi keluarga, lalu kembali untuk melaksanakan tugas mereka. Ada orang-orang yang, setelah meninggalkan rumah untuk melaksanakan tugas, mereka nyaris tak mampu menahan kerinduan mereka kepada orang-orang yang mereka kasihi pada saat Tahun Baru dan hari libur lainnya, dan ketika semua orang sedang tidur pada malam hari, mereka diam-diam menangis. Setelah itu, mereka berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik, dan selanjutnya mereka kembali melaksanakan tugas. Meskipun orang-orang ini mampu meninggalkan keluarganya, mereka tak mampu menanggung banyak penderitaan. Jika mereka tidak mampu menyingkirkan perasaan mereka terhadap hubungan daging ini, bagaimana mereka akan mampu benar-benar mengorbankan diri mereka bagi Tuhan? Ada orang-orang yang mampu meninggalkan semua yang mereka miliki dan mengikut Tuhan, meninggalkan pekerjaan dan keluarga mereka—tetapi apa tujuan mereka melakukannya? Ada orang-orang yang berusaha untuk memperoleh kasih karunia dan berkat, dan ada orang-orang yang seperti Paulus, hanya mengejar mahkota dan upah. Hanya ada sedikit orang yang meninggalkan semua yang mereka miliki untuk mendapatkan kebenaran dan hidup, dan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, pengejaran seperti apakah yang sesuai dengan maksud Tuhan? Tentu saja pengejaran akan kebenaran dan pengejaran untuk memperoleh hidup. Pengejaran ini sepenuhnya sesuai dengan maksud Tuhan dan merupakan bagian terpenting dalam percaya kepada Tuhan. Dapatkah orang memperoleh kebenaran jika mereka tidak mampu melepaskan hal-hal duniawi atau kekayaan? Sama sekali tidak. Ada orang-orang yang sudah meninggalkan semua yang mereka miliki dan melaksanakan tugas mereka, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran, dan selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugas. Setelah melakukan hal yang sama seperti ini selama beberapa tahun, mereka sama sekali tidak memiliki kesaksian pengalaman dan tidak mendapatkan apa pun. Mereka yang hanya mengejar ketenaran, keuntungan dan status dan yang menempuh jalan antikristus bahkan lebih tidak mampu untuk memperoleh kebenaran. Ada banyak orang yang kepercayaannya kepada Tuhan hanya terdiri dari melaksanakan sedikit tugas pada waktu luang mereka. Akan mudahkah bagi mereka untuk memperoleh kebenaran? Menurut-Ku, tidak akan mudah. Memperoleh kebenaran bukanlah hal yang mudah. Orang harus menanggung banyak kesukaran dan banyak membayar harga. Orang, terutama, harus mengalami kesukaran dengan dirinya dihakimi dan dihajar, diuji dan dimurnikan, dan dipangkas. Semua kesukaran ini harus ditanggungnya. Orang tidak dapat memperoleh kebenaran tanpa banyak menanggung penderitaan. Berapa kali orang harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran selama kurun waktu tersebut? Berapa banyak air mata penyesalan yang harus orang curahkan di hadapan Tuhan? Berapa banyak firman Tuhan yang harus dibaca hingga mereka dapat dicerahkan dan diterangi? Berapa banyak pertempuran rohani yang harus orang jalani untuk dapat mengalahkan Iblis? Dan berapa lamakah proses menjalani semua ini akan berlangsung? Berapa tahun yang diperlukan sampai seseorang akhirnya mampu memperoleh kebenaran dan mendapatkan perkenanan Tuhan? Lihatlah pengalaman Petrus dan engkau akan mengerti. Apakah proses Tuhan menyelamatkan dan menyempurnakan manusia sesederhana yang orang bayangkan? Meninggalkan semua yang orang miliki bukanlah hal yang sederhana. Apakah arti sesungguhnya meninggalkan semua yang orang miliki? "Semua yang orang miliki" mencakup lebih dari sekadar hal-hal lahiriah, lebih dari keluarga, orang-orang terkasih, teman-teman, dan lebih dari pekerjaan, gaji, kekayaan, dan prospek mereka. Melampaui hal-hal ini, "semua yang orang miliki" mencakup hal-hal yang berkaitan dengan pikiran dan batiniah seseorang: pengetahuan, pembelajaran, cara pandang terhadap segala sesuatu, aturan hidup, kesukaan daging, serta hal-hal yang orang kejar dan dambakan, seperti ketenaran, keuntungan dan status. Meninggalkan semua yang orang miliki pada dasarnya mencakup hal-hal tersebut; semua itu merupakan bagian dari apa yang dimaksud dengan meninggalkan semua yang orang miliki. Meninggalkan hal-hal lahiriah seketika itu juga adalah hal yang mudah. Sedangkan melepaskan hal-hal yang orang sukai, kejar dan pegang erat di dalam hati mereka, yang paling penting dan berharga bagi mereka, hal-hal yang merepresentasikan semua yang mereka miliki, semua itu adalah hal yang paling sulit untuk mereka tinggalkan. Alasan utama mengapa pada saat ini kebanyakan orang tidak mampu meninggalkan semua yang mereka miliki adalah karena mereka tidak mampu melepaskan hal-hal tersebut, karena hal-hal itu adalah hal yang paling bernilai dan berharga bagi mereka. Sebagai contoh, ketenaran, keuntungan dan status, atau kemuliaan dan keberuntungan, karier yang dicintai atau hal-hal paling berharga—semua ini adalah hal-hal yang orang miliki, dan yang paling sulit untuk ditinggalkan. Ada seorang manajer bank yang mulai percaya kepada Tuhan. Dia mengerti bahwa firman Tuhan memang adalah kebenaran dan dia mengerti bahwa segala sesuatu yang Tuhan kerjakan adalah pekerjaan untuk menyelamatkan manusia. Namun, ketika dia memutuskan untuk meninggalkan semua yang dia miliki dan mengikut Tuhan, dia kesulitan untuk melepaskan jabatannya di bank tersebut. Untuk sesaat, dia berpikir, "Jabatanku di bank adalah sesuatu yang berharga. Aku mendapatkan gaji yang besar dan aku memiliki pengaruh," dan pada saat berikutnya, dia berpikir, "Dengan percaya kepada Tuhan, aku dapat memperoleh kebenaran dan hidup yang kekal. Itulah yang penting." Dia selalu bergumul di dalam hatinya. Untuk sesaat, dia ingin menjadi manajer bank, dan pada saat berikutnya, dia ingin percaya kepada Tuhan. Untuk sesaat, dia menginginkan uang, dan pada saat berikutnya, dia ingin memperoleh kebenaran. Untuk sesaat, dia tak mampu melepaskan statusnya, dan pada saat berikutnya, dia ingin memperoleh hidup yang kekal. Hatinya bimbang tak menentu. Statusnya sebagai manajer bank terlalu berharga baginya, dan dia tidak mampu melepaskannya. Selama berbulan-bulan, dia menimbang-nimbang di dalam hatinya, sampai akhirnya, dan mungkin dengan enggan, dia melepaskannya. Betapa sulit baginya untuk meninggalkan semua yang dia miliki! Meskipun dia tahu bahwa jabatannya sebagai manager bank hanyalah sesuatu yang singkat dan bisa hilang dalam sekejap, tetap tidak mudah baginya untuk melepaskannya. Ada orang-orang yang menjadi dokter, pengacara, atau eksekutif dengan jabatan tinggi, dan mereka mendapatkan upah dan gaji yang besar. Tidak mudah untuk melepaskan hal-hal tersebut; tidak ada yang tahu selama berapa bulan mereka bergumul di dalam hatinya untuk melepaskannya. Jika orang bergumul di dalam hatinya selama beberapa tahun sampai akhirnya dia melepaskan hal tersebut, dan pada saat itu pekerjaan Tuhan sudah selesai, apakah ada gunanya? Pada saat itu, mereka hanya akan terjerumus dalam bencana, meratap dan menggertakkan gigi. Engkau hanya dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan jika engkau mampu meninggalkan semua yang kauanggap paling penting agar engkau dapat mengikut Tuhan dan melaksanakan tugasmu, dan agar engkau dapat mengejar kebenaran dan memperoleh hidup. Apa artinya masuk ke dalam kerajaan Tuhan? Itu berarti engkau mampu meninggalkan semua yang kaumiliki dan mengikut Tuhan, memperhatikan firman-Nya, dan tunduk pada pengaturan-Nya, tunduk kepada-Nya dalam segala hal; itu berarti Dia telah menjadi Tuanmu dan Tuhanmu. Bagi Tuhan, itu berarti engkau telah masuk ke dalam Kerajaan-Nya, dan bencana apa pun yang menimpamu, engkau akan selalu berada dalam perlindungan-Nya dan akan mampu bertahan, dan engkau akan menjadi bagian dari umat Kerajaan-Nya. Tuhan akan mengakuimu sebagai pengikut-Nya, atau memberikan janji-Nya untuk menyempurnakan dirimu—tetapi langkah pertama yang harus kaulakukan, engkau harus mengikut Kristus. Hanya dengan cara demikian engkau dapat mengambil bagian dalam pelatihan kerajaan. Jika engkau tidak mengikut Kristus dan berada di luar kerajaan Tuhan, Tuhan tidak akan mengakui dirimu. Dan jika Tuhan tidak mengakuimu, meskipun engkau ingin diselamatkan dan mendapatkan janji Tuhan dan disempurnakan oleh-Nya, dapatkah engkau memperoleh semua ini? Tidak. Jika engkau ingin mendapatkan perkenanan Tuhan, pertama-tama, engkau harus memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya. Jika engkau mampu meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengejar kebenaran, jika engkau mampu mencari kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu, jika engkau mampu bertindak sesuai dengan prinsip, dan jika engkau benar-benar memiliki kesaksian pengalaman, barulah engkau memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan dan menerima janji-Nya. Jika engkau tidak mampu meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengikut Tuhan, dan engkau bahkan tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya, dan engkau sama sekali tidak berhak atas berkat-Nya dan janji-Nya. Ada banyak orang yang telah meninggalkan semua yang mereka miliki dan melaksanakan tugas di rumah Tuhan, tetapi bukan berarti mereka mampu memperoleh kebenaran. Orang harus mencintai kebenaran dan mampu menerima kebenaran sebelum mereka memperolehnya. Jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka tidak akan memperoleh kebenaran. Apalagi mereka yang hanya melaksanakan tugas pada waktu luang—pengalaman mereka akan pekerjaan Tuhan begitu terbatas sehingga akan lebih sulit bagi mereka untuk memperoleh kebenaran. Jika orang tidak melaksanakan tugasnya atau tidak mengejar kebenaran, mereka akan kehilangan kesempatan yang luar biasa untuk diselamatkan dan disempurnakan oleh Tuhan. Ada orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi mereka tidak melaksanakan tugas, dan mengejar hal-hal duniawi. Apakah ini meninggalkan semua yang mereka miliki? Jika orang percaya kepada Tuhan dengan cara ini, mampukah mereka mengikut Tuhan sampai akhir? Lihatlah murid-murid Tuhan Yesus; di antara mereka terdapat nelayan, petani, dan pemungut cukai. Ketika Tuhan Yesus memanggil mereka dan berkata, "Ikutlah Aku," mereka meninggalkan pekerjaannya dan mengikut Tuhan. Mereka tidak memikirkan masalah pekerjaan mereka, atau mempermasalahkan apakah setelah itu mereka akan memiliki jalan untuk bertahan hidup di dunia, mereka mengikut Tuhan Yesus seketika itu juga. Petrus mengabdikan dirinya dengan sepenuh hati, memenuhi amanat Tuhan Yesus sampai akhir dan menjunjung tinggi tugasnya. Sepanjang hidupnya, dia berusaha untuk mengasihi Tuhan, dan pada akhirnya, ia disempurnakan oleh Tuhan. Ada orang-orang yang bahkan tak mampu meninggalkan semua yang mereka miliki, tetapi ingin masuk ke dalam kerajaan. Bukankah mereka sedang bermimpi?

Untuk percaya kepada Tuhan, memiliki semangat saja tidak cukup. Engkau harus memahami maksud-Nya, cara Dia menyempurnakan manusia, orang-orang seperti apa yang Tuhan sempurnakan, serta sikap dan pandangan yang harus orang miliki terhadap penyempurnaan Tuhan atas manusia. Terlebih lagi, sebagai pengikut Tuhan, orang harus tahu betapa pentingnya mengikuti jalan Tuhan. Hal ini berkaitan dengan apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran. Mengikuti jalan Tuhan berarti menerapkan kebenaran. Hanya dengan menerapkan kebenaran, barulah orang mampu benar-benar tunduk kepada Tuhan, jadi menerapkan kebenaran sangat penting agar orang dapat memperoleh kebenaran. Jika orang tidak memahami kebenaran atau tidak tahu cara untuk menerapkannya, mereka tidak akan memperoleh kebenaran. Itulah sebabnya, bagian terpenting dari percaya kepada Tuhan adalah menerapkan kebenaran. Hanya orang-orang yang menerapkan kebenaran yang mampu tunduk kepada Tuhan, hanya mereka yang mampu sepenuhnya memahami kebenaran, dan hanya mereka yang sepenuhnya memahami kebenaran yang mengenal Tuhan. Semua ini dapat dicapai dengan menerapkan kebenaran. Tidak peduli berapa banyak orang yang percaya kepada Tuhan, Tuhan melihat siapa saja dari mereka yang mengikuti jalan-Nya, siapa saja dari mereka yang menerapkan kebenaran, dan siapa saja dari mereka yang benar-benar tunduk kepada-Nya. Orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami kebenaran dan menerapkannya untuk menjadi orang yang mengikuti kehendak-Nya dan tunduk kepada-Nya. Mereka yang mengejar kebenaran harus memahami terlebih dahulu mengapa orang harus percaya kepada Tuhan dalam hidupnya, bagaimana Tuhan telah melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia sejak datang ke dunia, dan apa yang harus orang capai dalam mengejar kebenaran sebelum mereka memperoleh keselamatan dan memenuhi syarat untuk menerima janji Tuhan dan berkat-Nya. Di masa lalu, tak seorang pun memahami kebenaran-kebenaran ini. Semua orang percaya kepada Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia, dan pemikiran bahwa percaya kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan berkat, mahkota, dan upah. Akibatnya, mereka semua menentang maksud Tuhan, menyimpang dari jalan yang benar, dan mulai menempuh jalan antikristus. Oleh karena itu, jika orang ingin memahami kebenaran, memperoleh kebenaran, dan diselamatkan, mereka harus memperbaiki pandangan yang salah dari masa yang lalu tentang kepercayaan kepada Tuhan. Khususnya, gagasan dan imajinasi agama orang dan pandangan teologis mereka sangat tidak masuk akal; semua itu bertentangan dengan kebenaran dan merupakan kekeliruan yang nyata. Tuhan sama sekali tidak berkenan akan cara orang beragama percaya. Jika orang terus saja menjunjung tinggi cara-cara tersebut, dan mengejar berkat, mahkota, dan upah—jika mereka terus percaya kepada Tuhan dengan sikap semacam ini, akan mampukah mereka memperoleh kebenaran dan hidup? Sama sekali tidak. Lalu, cara pandang seperti apa yang harus orang miliki dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan? Engkau harus memulainya dengan memahami maksud Tuhan dan mengerti dengan jelas bagaimana Dia menyelamatkan manusia. Jika engkau tidak mencari kebenaran, tetapi terus percaya kepada Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasimu sendiri, jika engkau selalu mengejar ketenaran, keuntungan, status, kekayaan, dan hal-hal duniawi, maka sekalipun engkau memperoleh seluruh dunia, apakah sepadan jika pada akhirnya itu membuatmu kehilangan hidupmu? Ada orang-orang yang mengatakan, "Setelah aku memiliki banyak uang dan karier yang sukses, setelah ambisiku terpenuhi dan impianku terwujud, barulah aku akan menjadi orang percaya yang baik." Apakah Tuhan menunggumu? Apakah pekerjaan Tuhan menunggumu? Jika engkau tidak mampu melepaskan hal-hal tersebut sekarang, Tuhan tidak menuntutmu untuk melepaskannya seketika ini juga, tetapi engkau harus berlatih untuk melepaskannya. Jika engkau benar-benar tak mampu melepaskannya, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Biarlah Dia membimbingmu. Selain itu, engkau harus bekerja sama dan melaksanakan tugasmu. Apa tujuan dari melaksanakan tugas? Sebenarnya, itu dimaksudkan untuk mempersiapkan perbuatan baik. Meskipun pada akhirnya engkau tidak dapat disempurnakan sepenuhnya, paling tidak engkau harus mempersiapkan sejumlah perbuatan baik sehingga ketika tiba waktunya bagi Tuhan untuk memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat, engkau dapat mempertanggungjawabkan perbuatan baikmu kepada-Nya. Suatu hari nanti, pekerjaan Tuhan akan berakhir, dan Dia akan memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Dia akan memintamu untuk menunjukkan perbuatan baikmu, dan jika engkau tidak bisa menunjukkan apa pun, semuanya sudah berakhir bagimu—engkau pasti akan dihukum. Katakanlah, misalnya, engkau sudah percaya kepada Tuhan selama sekitar sepuluh tahun, dan tugas yang paling berharga yang pernah kaulaksanakan hanyalah mengabarkan Injil pada waktu luangmu dan dengan demikian engkau mendatangkan beberapa orang percaya baru. Engkau bahkan tidak tahu apakah pada akhirnya orang-orang itu akan mampu tetap teguh. Mampukah engkau mempertanggungjawabkan hal ini kepada Tuhan? Engkau pasti tidak mampu melakukannya. Engkau harus memikirkan hasil seperti apa yang dapat kaupertanggungjawabkan kepada Tuhan, dan kesaksian pengalaman semacam apa yang harus kaumiliki untuk memuaskan Tuhan sehingga Dia mengakuimu sebagai pengikut-Nya. Engkau tidak boleh hanya puas dengan mengakui fakta tentang inkarnasi Tuhan sekarang ini dan menerima Kristus akhir zaman di dalam hatimu, dan tidak lebih dari itu. Yang Tuhan ingin lihat adalah kesaksian pengalamanmu yang sejati dan buah dari ketundukanmu pada pekerjaan-Nya. Pada akhirnya, Tuhan akan menguji apakah engkau sudah memperoleh kebenaran dan apakah engkau mendapatkan hidup. Engkau harus memahami maksud Tuhan. Jika engkau sekadar menambahkan namamu dalam daftar gereja atau melaksanakan sebuah tugas, tetapi tidak mengejar kebenaran, dan setelah beberapa tahun percaya kepada Tuhan, engkau tidak memiliki kesaksian pengalaman, apakah Tuhan tetap akan mengakuimu? Jika Tuhan tidak mengakuimu, berarti engkau tetap berada di luar rumah-Nya. Jika engkau sekadar mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengejar kebenaran, apa yang kaudapatkan dari kepercayaanmu kepada Tuhan pada akhirnya? Engkau jauh dari standar tuntutan Tuhan! Memperoleh kebenaran tidak semudah yang orang bayangkan; orang harus menanggung banyak ujian dan kesengsaraan, penderitaan dan pemurnian sebelum mereka mampu memperoleh kebenaran dan mengenal Tuhan. Jika engkau mengalami pekerjaan Tuhan dengan cara ini, jika engkau tidak meninggalkan semua yang kaumiliki untuk mengikut Tuhan, dapatkah engkau diselamatkan? Dapatkah engkau mengalami pekerjaan Tuhan hanya dengan percaya kepada-Nya pada waktu luangmu? Bagaimana engkau dapat mengalami pekerjaan Tuhan dengan percaya kepada Tuhan di rumah? Bagaimana engkau dapat mengalami pekerjaan Tuhan dengan hidup di dunia luar? Jadi, meninggalkan semua yang orang miliki adalah syarat mengikut Tuhan. Jika engkau tidak mampu meninggalkan semua yang kaumiliki, engkau sama sekali tidak akan mampu memperoleh kebenaran, dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, engkau tidak memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Ini adalah fakta yang tak seorang pun dapat mengubahnya.

Kutipan 82 (Menjawab pertanyaan dari saudara-saudari)

(Saat melaksanakan tugasku, aku masih dikekang oleh rasa sayang kepada keluargaku. Sering kali aku merindukan mereka dan hal ini memengaruhi pelaksanaan tugasku. Keadaanku sedikit membaik akhir-akhir ini, tetapi terkadang aku masih khawatir naga merah besar menangkap anggota keluargaku untuk mengancamku, dan aku takut aku tak sanggup berdiri teguh.) Ini adalah ketakutan yang tidak berdasar. Ketika engkau memikirkan hal ini, engkau perlu mencari kebenaran sebagai solusi. Engkau perlu memahami bahwa apa pun situasi yang engkau hadapi, Tuhan telah menata dan mengaturnya. Engkau harus belajar untuk tunduk kepada Tuhan dan mampu mencari kebenaran serta berdiri teguh saat menghadapi berbagai situasi. Ini adalah hal yang harus dipelajari oleh semua orang. Engkau harus sering merenungkan hal-hal ini: bagaimana engkau mengalami penyiraman dan penggembalaan Tuhan selama ini? Sejauh mana tingkat pertumbuhanmu? Bagaimana engkau seharusnya memenuhi tugas sebagai makhluk ciptaan? Engkau semua harus mengetahui hal-hal ini! Jika engkau bisa memikirkan tentang ancaman naga merah besar padamu, mengapa engkau tidak memikirkan tentang bagaimana caranya masuk ke dalam kebenaran? Mengapa engkau tidak merenungkan kebenaran? (Ketika pikiran-pikiran ini muncul, aku berdoa kepada Tuhan dan bertekad bahwa jika suatu hari aku benar-benar menghadapi situasi ini, aku akan tetap setia kepada Tuhan sampai mati. Namun, aku takut kalau-kalau aku tak dapat melakukannya dengan tingkat pertumbuhanku yang rendah.) Lalu engkau berdoa: "Tuhan, aku takut tidak dapat melakukannya dengan tingkat pertumbuhanku yang rendah. Aku sangat takut. Tolong jangan lakukan itu. Lakukanlah saja saat tingkat pertumbuhanku lebih tinggi." Apakah ini cara berdoa yang baik? (Tidak.) Engkau harus berdoa seperti ini: "Tuhan, saat ini tingkat pertumbuhan dan imanku rendah, aku takut kalau harus menghadapi sesuatu. Sebenarnya, aku tidak benar-benar percaya bahwa semua masalah dan segala sesuatu ada di tangan-Mu. Aku belum menyerahkan diriku ke dalam tangan-Mu. Sungguh, ini merupakan pemberontakan! Aku bersedia tunduk pada penataan dan pengaturan-Mu. Apa pun yang Engkau lakukan, hatiku bersedia memberikan kesaksian untuk-Mu. Aku bersedia berdiri teguh dalam kesaksianku tanpa mempermalukan-Mu. Silakan lakukan sesuai kehendak-Mu." Engkau semua perlu menempatkan aspirasi dan semua yang ingin engkau katakan di hadapan Tuhan. Beginilah caranya engkau memperoleh iman yang sejati. Jika engkau ragu untuk berdoa seperti ini, betapa kecilnya imanmu! Engkau harus sering berdoa seperti ini. Jika engkau berdoa seperti ini, Tuhan belum tentu memberi jawaban. Tuhan tidak membebani orang lebih dari yang bisa mereka tanggung, tetapi jika engkau membuat sikap dan tekadmu jelas, Tuhan akan menerima. Ketika Tuhan menerima, hatimu tidak lagi akan terganggu dan terkekang oleh masalah ini. "Hal-hal seperti suami, anak-anak, keluarga, harta—semua ini ada di tangan Tuhan. Mereka tidak memiliki arti. Seluruh alam semesta ada di tangan Tuhan, bukankah keluargaku juga ada di tangan-Nya? Apa gunanya mengkhawatirkan mereka? Aku tidak berhak berbicara tentangnya, aku tidak mampu dan tidak bisa melindungi mereka. Nasib mereka dan segala sesuatu tentang mereka ada di tangan Tuhan!" Engkau harus memiliki iman untuk menghadap Tuhan dan berdoa, bertekad kuat, dan memutuskan untuk tunduk pada pengaturan Tuhan. Dengan begitu keadaan di dalam dirimu akan berubah. Engkau tidak akan khawatir dan merasa cemas lagi. Engkau tidak akan begitu waspada dan merasakan takut yang berlebihan dalam melakukan apa pun. Di saat orang lain maju, engkau mundur dan selalu ingin melarikan diri. Bukankah ini yang dilakukan pengecut? Ketika umat Tuhan melaksanakan tugas mereka dalam kerajaan dan makhluk ciptaan melaksanakan tugas mereka di hadapan Pencipta, mereka seharusnya melakukannya dengan tenang dan hati yang takut akan Tuhan. Seharusnya mereka tidak gugup, mundur, atau ekstra berhati-hati. Jika engkau tahu bahwa keadaan ini salah dan malah terus-menerus mencemaskannya, bukannya mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, maka engkau justru dikendalikan dan dikekang oleh hal ini dan engkau tidak akan bisa memenuhi tugasmu. Engkau ingin memenuhi tugasmu sebagai makhluk ciptaan dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatan, tetapi mampukah engkau mencapainya? Engkau tidak dapat mencapai tahap melakukan dengan segenap hati karena hatimu tidak tertuju pada tugasmu. Yang terbaik dari yang engkau beri hanyalah sepersepuluh dari hatimu. Tanpa segenap hatimu, bagaimana mungkin engkau bisa memberikan segenap pikiran dan kekuatanmu? Hatimu tidak tertuju pada tugasmu dan yang engkau miliki hanyalah kemauan kecil untuk melaksanakannya. Mampukah engkau memenuhi tugasmu dengan segenap hati dan pikiranmu? Engkau tidak memiliki tekad untuk menerapkan kebenaran sehingga engkau pasti dibatasi oleh keluarga dan kasih sayangmu kepada mereka. Mereka akan mengikat tangan dan kakimu. Mereka akan mengendalikan pikiran dan hatimu dan engkau akan gagal memenuhi kebenaran dan tuntutan Tuhan. Engkau akan bersedia, tetapi tidak memiliki kekuatan. Oleh karena itu, engkau harus berdoa di hadapan Tuhan, memahami maksud Tuhan di satu sisi, sambil memahami di mana seharusnya posisimu sebagai makhluk ciptaan. Engkau harus mengambil tekad dan sikap yang seharusnya engkau miliki dan menunjukkannya di hadapan Tuhan. Sikap inilah yang harus engkau miliki. Mengapa orang lain tidak mengkhawatirkan hal ini? Apakah engkau pikir orang lain tidak memiliki keluarga atau kesulitan seperti ini? Sebenarnya, semua orang terikat pada suatu kedagingan dan keluarga, tetapi beberapa orang mampu mengatasinya dengan berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran. Setelah masa pencarian, mereka memahami kasih sayang lahiriah ini dan melepaskannya dari hati mereka. Kemudian, hal-hal ini tidak lagi menyulitkan mereka dan mereka tak dapat dikendalikan atau dikekang olehnya. Semua itu tidak memengaruhi pelaksanaan tugas mereka, dan dengan demikian, mereka memperoleh kebebasan. Ada perkataan Tuhan dalam Alkitab yang mengatakan, "Siapa pun di antara engkau sekalian yang tidak melepaskan semua yang dimilikinya, ia tidak bisa menjadi murid-Ku" (Lukas 14:33). Apa yang dimaksud dengan melepaskan semua yang dimiliknya? Apa yang dimaksud dengan "semua"? Hal-hal seperti status, ketenaran, keuntungan, keluarga, teman, dan harta benda—semua ini termasuk dalam kata "semua". Jadi, hal-hal apa yang paling penting di dalam hatimu? Bagi sebagian orang, itu adalah anak-anaknya. Bagi orang lain, orang tuanya. Bagi beberapa orang, kekayaan. Dan bagi orang lainnya, status, ketenaran, dan keuntungan. Jika engkau menganggap hal-hal ini berharga, maka itu akan mengendalikanmu. Jika engkau tidak menganggapnya berharga dan engkau benar-benar melepaskannya, maka itu tidak dapat mengendalikanmu. Semuanya bergantung pada bagaimana engkau menyikapi dan menangani semua hal ini.

Engkau semua harus memahami bahwa kapan pun atau di tahap apa pun Tuhan melakukan pekerjaan-Nya, Dia selalu membutuhkan sekelompok orang untuk bekerja sama dengan-Nya. Fakta bahwa orang-orang ini bekerja sama dengan pekerjaan Tuhan atau dalam menyebarkan Injil telah ditentukan oleh-Nya. Jadi, apakah Tuhan memiliki tugas khusus untuk setiap manusia yang telah Dia tentukan? Setiap manusia memiliki misi dan tanggung jawab; setiap manusia memiliki amanat. Ketika Tuhan memberikan amanat kepadamu, ini menjadi tanggung jawabmu. Engkau harus memikul tanggung jawab tersebut, itu adalah tugasmu. Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah misi yang Tuhan berikan kepadamu. Apa itu misi? (Amanat Tuhan adalah misi manusia. Hidup seseorang harus dijalani demi amanat Tuhan. Amanat ini adalah satu-satunya hal dalam hatinya, dan mereka tidak seharusnya hidup untuk hal lain.) Amanat Tuhan adalah misi manusia; inilah pemahaman yang benar. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan ditempatkan di bumi untuk menyelesaikan amanat Tuhan. Jika yang engkau kejar dalam hidup ini hanya untuk menaiki tangga sosial, mengumpulkan kekayaan, menjalani kehidupan yang nyaman, menikmati kedekatan dengan keluarga, dan bersenang-senang dengan ketenaran, keuntungan, dan status—ketika engkau mendapatkan status sosial, keluargamu menjadi terkemuka, dan semua anggota keluargamu aman dan sehat—tetapi engkau mengabaikan misi yang Tuhan berikan kepadamu, apakah ada nilai dalam hidup yang sedang engkau jalani? Bagaimana engkau akan menjawab kepada Tuhan setelah engkau mati? Engkau tidak akan bisa menjawabnya, ini adalah pemberontakan dan dosa terbesar! Siapa di antara engkau semua yang saat ini melaksanakan tugas di rumah Tuhan secara kebetulan? Apa pun latar belakang yang engkau miliki dalam melaksanakan tugasmu, semuanya tidak ada yang kebetulan. Tugas ini tidak bisa dilaksanakan hanya dengan menemukan beberapa orang percaya secara acak; ini adalah sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan sejak zaman dahulu. Apa artinya sesuatu yang telah ditentukan? Apa arti spesifiknya? Artinya, dalam seluruh rencana pengelolaan-Nya, Tuhan telah lama merencanakan berapa kali engkau akan berada di bumi, dari garis keturunan dan keluarga mana engkau akan dilahirkan pada akhir zaman, bagaimana keadaan keluarga tersebut, apakah engkau akan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, apa saja yang akan menjadi kekuatanmu, tingkat pendidikanmu, seberapa pandai engkau berbicara, apa kualitasmu, dan seperti apa penampilanmu nantinya. Dia telah merencanakan umur di mana engkau akan datang ke rumah Tuhan dan mulai melaksanakan tugasmu dan tugas apa yang akan engkau lakukan pada waktu tertentu. Tuhan telah menetapkan setiap langkah untukmu sejak awal. Ketika engkau belum dilahirkan dan ketika engkau datang ke bumi dalam beberapa kehidupan terakhirmu, Tuhan telah mengatur tugas apa yang akan engkau laksanakan pada tahap akhir pekerjaan ini. Tentu saja, ini bukan lelucon! Fakta bahwa engkau dapat mendengar khotbah di sini telah ditentukan sebelumnya oleh Tuhan. Ini tidak bisa dianggap enteng! Selain itu, tinggi badanmu, penampilan, seperti apa matamu, bentuk tubuh, kondisi kesehatan, pengalaman hidup dan tugas apa yang mampu engkau ambil pada usia tertentu, juga bakat serta kemampuan apa yang engkau miliki—semua ini telah ditentukan untukmu oleh Tuhan jauh sebelumnya, dan tentu saja bukan diatur sekarang. Tuhan telah lama menetapkannya untukmu, yang berarti, jika Dia bermaksud untuk memakaimu, Dia pasti sudah mempersiapkanmu sebelum memberikan amanat dan misi ini kepadamu. Jadi, apakah dapat diterima jika engkau lari dari hal ini? Bolehkah engkau bersikap setengah hati? Keduanya tidak dapat diterima; itu akan mengecewakan Tuhan! Ini adalah bentuk pemberontakan terburuk jika seseorang meninggalkan tugasnya. Ini adalah perbuatan tercela. Tuhan telah bekerja keras dan bersungguh-sungguh, menetapkan sejak zaman dahulu agar engkau bisa sampai pada hari ini dan diberikan misi tersebut. Bukankah misi ini adalah tanggung jawabmu? Bukankah itu yang membuat hidupmu berharga? Jika engkau tidak menyelesaikan misi yang Tuhan berikan kepadamu, engkau akan kehilangan nilai dan makna hidup; hidupmu seolah-olah sia-sia. Tuhan telah mengatur kondisi, lingkungan, dan latar belakang yang tepat untukmu. Dia telah menganugerahimu kualitas dan kemampuan ini, mempersiapkanmu untuk hidup hingga usia ini, dan mempersiapkanmu untuk memiliki semua kualifikasi yang engkau butuhkan untuk melaksanakan tugasmu, Dia telah mengatur semua ini untukmu, tetapi engkau tidak melaksanakan tugas ini dengan tekun. Engkau tidak mampu menahan pencobaan dan memilih untuk melarikan diri, selalu mencari kehidupan yang nyaman dan mengejar hal-hal duniawi. Engkau mengambil karunia dan kemampuan yang Tuhan berikan kepadamu, menggunakannya untuk melayani Iblis dan hidup untuk Iblis. Bagaimana perasaan Tuhan terhadap hal ini? Harapan-Nya terhadapmu telah dikecewakan seperti ini, bukankah Dia akan jijik terhadapmu? Bukankah Dia akan membencimu? Dia akan meluapkan amarah yang besar kepadamu. Lalu, apakah masalah ini dianggap selesai? Mungkinkah ini sesederhana yang engkau bayangkan? Apakah menurutmu jika engkau tidak menyelesaikan misimu dalam kehidupan ini, semuanya akan berakhir dengan kematianmu? Semuanya tidak akan berakhir di situ; jiwamu akan berada dalam bahaya. Engkau tidak melaksanakan tugasmu, engkau tidak menerima amanat Tuhan, dan engkau lari dari hadirat Tuhan. Keadaan menjadi sangat buruk. Ke mana engkau bisa lari? Bisakah engkau melarikan diri dari tangan Tuhan? Bagaimana Tuhan menggolongkan manusia seperti ini? (Mereka adalah orang-orang yang telah mengkhianati-Nya.) Bagaimana Tuhan menentukan orang yang telah mengkhianati-Nya? Bagaimana Tuhan menggolongkan orang yang telah lari dari takhta penghakiman-Nya? Mereka adalah orang-orang yang akan mengalami kebinasaan dan dihancurkan. Tidak akan pernah ada lagi kehidupan baru atau kelahiran kembali bagimu, dan Tuhan tidak mungkin akan memberikan amanat lain kepadamu. Tidak ada lagi misi untukmu, dan engkau tidak mungkin memperoleh keselamatan. Ini adalah masalah serius! Tuhan akan berfirman: "Orang ini pernah luput dari penglihatan-Ku, melarikan diri dari takhta penghakiman-Ku dan dari hadirat-Ku. Mereka tidak melaksanakan tugas atau tidak menyelesaikan amanat mereka. Hidup mereka berakhir di sini. Selesai sudah; tamatlah riwayat mereka." Sungguh sebuah tragedi! Bagi engkau semua yang mampu melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan hari ini, entah itu tugas besar atau kecil, baik dilakukan secara fisik maupun mental, dan entah tugas itu menangani masalah eksternal atau internal, tak seorang pun melaksanakan tugas mereka secara kebetulan. Bagaimana mungkin engkau yang memilih tugas ini? Semua ini dipimpin oleh Tuhan. Hanya karena Tuhan memberimu amanat, barulah engkau bisa tergerak seperti ini, engkau memiliki perasaan misi dan rasa tanggungjawab, dan engkau mampu melaksanakan tugas ini. Ada begitu banyak orang tidak percaya yang berpenampilan menarik, berilmu, dan berbakat, tetapi apakah Tuhan berkenan kepada mereka? Tidak. Tuhan tidak memilih mereka, dan Dia hanya berkenan kepadamu. Dia membuatmu menjalankan berbagai peran, melaksanakan segala jenis tugas, dan memikul berbagai macam tanggung jawab dalam pekerjaan pengelolaan-Nya. Ketika rencana pengelolaan Tuhan berakhir dan tercapai, sungguh ini adalah sebuah kemenangan dan keistimewaan! Jadi, ketika orang mengalami sedikit kesukaran tatkala mereka melaksanakan tugas mereka hari ini; ketika mereka harus melepaskan beberapa hal, sedikit mengorbankan diri mereka, dan membayar harga tertentu; ketika mereka kehilangan status, ketenaran, dan keuntungan di dunia; dan ketika hal-hal ini semuanya lenyap, sepertinya semua itu telah diambil dari mereka oleh Tuhan, tetapi sesungguhnya mereka telah memperoleh sesuatu yang lebih berharga dan lebih bernilai. Apa yang telah orang peroleh dari Tuhan? Mereka telah memperoleh kebenaran dan hidup dengan melaksanakan tugas mereka. Hanya jika engkau telah melaksanakan tugasmu, barulah engkau telah menyelesaikan amanat Tuhan, engkau menjalani seluruh hidupmu untuk misimu dan amanat yang telah Tuhan berikan kepadamu, engkau memiliki kesaksian yang indah, dan engkau menjalani hidup yang bernilai—baru setelah itulah engkau adalah manusia sejati! Dan mengapa Kukatakan engkau adalah manusia sejati? Karena Tuhan telah memilihmu, dan telah menugaskanmu untuk melaksanakan tugasmu sebagai makhluk ciptaan dalam pengelolaan-Nya. Inilah nilai dan makna terbesar dalam hidupmu.

Tuhan tidak meminta banyak dari manusia. Ketika Tuhan memberimu amanat dan tanggung jawab, jika engkau berkata bahwa engkau hanya memiliki sedikit iman dan itu adalah upaya maksimal yang mampu engkau kerahkan, yang terbaik yang dapat engkau berikan, dan itulah yang mampu engkau lakukan, Tuhan tidak akan memaksamu. Tidak seperti jika Dia meminta seratus persen dan engkau hanya memberikan sembilan puluh lima persen, lalu Dia akan merasa tidak puas, tidak akan membiarkanmu pergi, dan akan terus mendorongmu agar engkau dapat mencapai seratus persen yang Dia minta. Tuhan tidak akan melakukan hal tersebut. Sebaliknya, Dia akan membuatmu terus maju selangkah demi selangkah sesuai dengan tingkat pertumbuhanmu, energimu, dan kemampuanmu. Tuhan itu adil dan masuk akal dalam pekerjaan-Nya. Dia tidak memaksa manusia; Dia membiarkanmu merasa nyaman dan tenang, Dia membiarkanmu merasa bahwa dalam segala hal yang Dia lakukan untukmu, Dia dapat memahami dan memperhatikanmu. Manusia harus menyadari upaya Tuhan yang keras, belas kasihan, kasih setia, dan toleransi-Nya bagi umat manusia. Lalu, apa yang harus dilakukan manusia dan bagaimana seharusnya mereka bekerja sama? Cara mereka bekerja sama adalah seperti ini: "Aku harus berupaya keras untuk memenuhi maksud-Nya. Tuhan menginginkan seratus persen dariku; aku tidak akan memberikan tiga puluh jika aku mampu memberikan enam puluh. Aku akan memberikan segenap kekuatanku. Aku tidak akan licik, tidak akan mengambil jalan pintas, dan aku tidak akan memiliki pola pikir yang mengandalkan keberuntungan." Itu sudah cukup. Tuhan melihat hati manusia. Dia tidak memiliki persyaratan yang seragam untuk semua manusia; bukan berarti engkau harus meninggalkan anak-anak dan keluargamu atau melepaskan pekerjaanmu karena orang lain melakukannya. Tuhan tidak memiliki pendekatan yang sama untuk semua orang, Dia menuntutmu sesuai dengan tingkat pertumbuhanmu dan apa yang dapat engkau capai. Jadi, engkau tidak perlu merasa khawatir atau tertekan. Berdoalah di hadapan Tuhan berdasarkan apa yang mampu engkau capai. Apa pun kesulitan yang ada atau halangan yang engkau hadapi, janganlah takut menghadapinya. Jangan biarkan hal tersebut memengaruhimu. Itulah cara yang benar. Begitu engkau terpengaruh, engkau akan terus berpikir, "Aku belum melakukannya dengan baik. Tuhan tidak senang denganku, bukan? Aku harus sangat berhati-hati. Aku tidak bisa memaksakan diri terlalu keras; aku harus membuat ruang untuk bernapas." Ini keliru dan merupakan kesalahpahaman terhadap Tuhan. Setiap langkah bertahap dari pengalaman semacam ini membuat manusia makin merasa bahwa iman mereka terlalu kecil, sampai-sampai mereka meragukan Tuhan karena gagasan dan imajinasinya, seperti pepatah yang berbunyi "menilai yang mulia dengan standar yang hina". Mereka percaya kepada Tuhan, tetapi takut untuk bergantung kepada-Nya; mereka percaya pada kedaulatan Tuhan, tetapi takut untuk menyerahkan segalanya kepada-Nya. Orang-orang sering berkata, "Tuhan berdaulat atas segala sesuatu" dan "segala sesuatu ada di tangan Tuhan", tetapi ketika mereka menghadapi suatu situasi, mereka berpikir, "Dapatkah Tuhan benar-benar berdaulat atas hal ini? Apakah Dia benar-benar bisa diandalkan? Lebih baik aku mengandalkan orang lain, dan jika itu tidak berhasil, aku akan mencari jalan keluar sendiri." Kemudian mereka menyadari betapa tidak dewasa, konyol, dan kecilnya tingkat pertumbuhannya. Mereka berbalik lagi, ingin bergantung pada Tuhan, tetapi tetap tidak menemukan jalan. Namun, jauh di lubuk hatinya, mereka menyadari bahwa Tuhan itu setia dan Dia dapat diandalkan. Hanya saja, iman mereka kecil dan mereka selalu skeptis. Bagaimana engkau mengatasi masalah ini? Engkau harus mengandalkan pengalamanmu dan mengejar serta memahami kebenaran—hanya dengan begitu engkau dapat menghasilkan iman yang sejati. Makin banyak engkau mengalami dan bergantung pada Tuhan, engkau akan makin merasa bahwa Dia dapat diandalkan. Saat engkau mengalami lebih banyak hal, melihat bagaimana Tuhan melindungimu berkali-kali, membantumu mengatasi kesulitan dan menghindari bahaya, engkau secara tidak sadar akan mengembangkan iman yang sejati dan ketergantungan kepada Tuhan. Engkau akan merasa bahwa Tuhan dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Engkau harus terlebih dahulu memiliki iman ini di dalam hatimu.

Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing dan semua itu telah ditentukan oleh Tuhan; tidak ada yang bisa mengendalikan takdir orang lain. Engkau harus berhenti mengkhawatirkan keluargamu dan belajar untuk melepaskan dan menyerahkan segalanya. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan berdoa kepada Tuhan. Engkau juga harus merenungkan bagaimana kerabatmu yang tidak percaya kepada Tuhan mengejar hal-hal duniawi, kekayaan, dan kenyamanan materi. Mereka milik Iblis dan merupakan tipe orang yang berbeda denganmu. Engkau akan menjalani hidup yang penuh penderitaan jika tidak melaksanakan tugasmu dan hidup di antara mereka. Karena engkau melihat masalah dari perspektif yang berbeda dari mereka, engkau tidak akan akur, tetapi justru akan merasa tersiksa. Hanya akan ada penderitaan dan tidak ada kebahagiaan. Bisakah kasih sayang memberimu kedamaian dan kegembiraan? Mengikuti keinginan daging hanya akan menuntunmu pada penderitaan, kehampaan, dan penyesalan seumur hidup. Ini adalah sesuatu yang harus engkau pahami secara mendalam. Jadi, merindukan keluargamu adalah hal yang bersifat sepihak; itu adalah sikap sentimental yang tidak perlu! Engkau berjalan di jalur yang berbeda dari mereka. Pandanganmu terhadap hidup, pandangan dunia, jalan hidup, dan tujuan yang engkau kejar, semuanya berbeda. Engkau tidak bersama keluargamu sekarang. Namun, karena ada ikatan darah, engkau selalu merasa dekat dengan mereka dan merasa satu keluarga. Namun, ketika engkau benar-benar tinggal bersama mereka, hanya beberapa hari berurusan dengan mereka akan membuatmu sangat kesal. Mereka penuh dengan kebohongan; yang mereka katakan semuanya palsu, omongan manis, dan menipu. Cara mereka berperilaku dan berurusan dengan dunia sepenuhnya didasarkan pada falsafah Iblis dan pepatah-pepatah hidup. Pemikiran dan pandangan mereka keliru dan konyol, dan sangat tidak tertahankan untuk didengar. Kemudian engkau akan berpikir, "Aku selalu memikirkan mereka dan selalu khawatir kalau hidup mereka tidak baik. Namun, aku benar-benar tak tahan tinggal dengan orang-orang ini sekarang!" Engkau akan merasa jijik dengan mereka. Engkau belum mengetahui orang seperti apa mereka sehingga engkau masih berpikir bahwa ikatan keluarga lebih penting dan lebih nyata daripada hal lain. Engkau masih dikekang oleh kasih sayang. Sebisa mungkin, cobalah untuk melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan kasih sayang. Jika engkau tidak bisa melakukannya, utamakan tugasmu. Amanat Tuhan dan misimu adalah yang terpenting. Memenuhi tugasmu lebih utama dari segalanya, jangan pedulikan hal-hal yang berkaitan dengan kerabatmu dalam daging untuk saat ini. Ketika amanat dan tugasmu terpenuhi, kebenaran menjadi makin jelas bagimu, hubunganmu dengan Tuhan menjadi makin normal, hatimu yang tunduk kepada Tuhan bertumbuh makin besar, dan hatimu yang takut akan Tuhan bertumbuh makin besar dan nyata, keadaan dalam dirimu pun akan berubah. Setelah keadaanmu berubah, pandangan duniawi dan kasih sayangmu akan memudar, engkau tidak akan lagi mencari hal-hal tersebut, dan hatimu hanya ingin mencari cara untuk mengasihi Tuhan, cara untuk memuaskan-Nya, bagaimana hidup dengan cara yang menyenangkan-Nya, dan cara untuk hidup dengan kebenaran. Begitu hatimu berupaya untuk menuju ke arah ini, hal-hal yang berkaitan dengan kasih sayang daging perlahan-lahan akan memudar, dan semua itu tidak akan bisa mengikat atau mengendalikanmu lagi.

Sebagian orang berkata, "Aku tidak dikekang oleh kasih sayangku kepada keluarga ketika melaksanakan tugasku, tetapi setiap kali memiliki waktu luang, aku mulai merindukan mereka." Baiklah, apa konsekuensi dari merindukan keluargamu? Jika hal tersebut bisa membuatmu menjadi negatif dan tidak melaksanakan tugasmu, engkau harus mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Setelah menyelesaikan masalahnya, engkau tidak akan terus-menerus merindukan keluargamu setiap kali memiliki waktu luang, dan itu tidak akan menimbulkan konsekuensi sama sekali. Jadi, apa pun masalah yang muncul, engkau harus selalu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya; inilah yang paling penting. Hal yang mengkhawatirkan bukanlah merindukan keluarga; yang terpenting adalah engkau perlu memikirkan konsekuensi seperti apa yang akan terjadi jika engkau terus-menerus merindukan rumah, dan bagaimana masalah tersebut harus diselesaikan. Engkau harus merenungkan, "Bagaimana keadaan ini bisa terjadi padaku? Mengapa aku selalu merindukan keluargaku? Bagian mana dari kebenaran yang belum jelas bagiku? Kebenaran mana yang harus aku masuki?" Berlatihlah seperti ini, dan engkau akan segera mendapatkan jalan masuk ke dalam kebenaran. Engkau harus selalu merenungkan kebenaran dalam benakmu; makin engkau melakukannya, pemahamanmu tentang kebenaran akan makin jelas, dan engkau akan memiliki makin banyak jalan penerapan dalam benakmu. Hal ini akan menuntun pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang kebenaran, bukan sekadar memiliki sedikit pengetahuan tentangnya. Pada titik ini, engkau ingin mencari orang-orang untuk engkau ajak bersekutu. Apa tujuan dari persekutuan? Tujuannya adalah untuk mendapatkan konfirmasi dan memahami kebenaran dengan lebih akurat tanpa penyimpangan. Dengan cara ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan, pikiranmu akan mencapai kebebasan dan kemerdekaan, tidak lagi dibawah kekangan apa pun. Engkau tidak akan terus merindukan keluargamu lagi dan mampu membebaskan diri dari keterikatan duniawi. Keadaanmu akan makin normal. Engkau semua harus belajar untuk merenungkan kebenaran. Bagaimana engkau melakukannya? Misalnya, katakanlah engkau telah melakukan sesuatu hari ini yang menurutmu kurang tepat dan sepertinya bertentangan dengan prinsip, tetapi engkau tidak tahu di mana letak masalahnya. Inilah saatnya engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, lalu berpikir, "Kebenaran apa yang terkait dengan masalah ini? Prinsip apa yang terkait?" Engkau harus menemukan seseorang untuk bersekutu tentang kebenaran, mengingat kembali, dan merenungkannya. Ketika engkau akhirnya menemukan sumber masalah dan menyelesaikannya dengan mencari kebenaran, engkau akan lebih beriman kepada Tuhan, dan engkau akan merasa dirimu telah membuat lebih banyak kemajuan dalam hal kebenaran. Engkau akan mampu memahami sejumlah masalah dan beberapa kata rohani; atau, engkau akan mampu memahami apa sebenarnya arti dan makna dari beberapa doktrin atau slogan yang sering diulang-ulang. Ini adalah tentang memiliki pemahaman mengenai kebenaran dan mengetahui bagaimana menerapkannya. Kemudian engkau akan melanjutkannya untuk bersekutu dengan orang lain, mempersekutukan tentang slogan ini sampai dapat dipahami dengan jelas, lalu mengubahnya menjadi jalan penerapan. Bukankah ini adalah hal yang baik? Ini adalah jalan lain untuk maju. Kadang-kadang, engkau akan melihat seseorang dengan keadaan tertentu, lalu engkau mungkin merenung, "Mengapa keadaan mereka seperti ini? Bagaimana keadaan mereka bisa menjadi seperti ini? Mengapa keadaanku tidak seperti ini? Perkataan mereka menunjukkan keadaan dan mentalitas tertentu. Bagaimana mentalitas mereka ini berkembang? Di mana masalahnya muncul? Aspek kebenaran apa yang terkait dengan hal tersebut? Bukankah aku juga harus mencari kebenaran?" Melalui persekutuan dan pencarian, engkau menemukan masalahnya dan menyadari bahwa keadaan mereka adalah sesuatu yang juga engkau miliki. Engkau telah menyamakan situasi mereka dengan situasimu, bukan? Bukankah upaya ini layak dilakukan? (Ya.) Setelah menemukan masalahnya, engkau mencari seseorang untuk bersekutu. Ketika engkau akhirnya menemukan jawaban dan mengetahui apa masalahnya, masalah tersebut akan terpecahkan. Sangat mudah untuk menyelesaikan masalah ketika engkau mampu mengidentifikasinya. Jika engkau tidak mampu mengidentifikasinya, masalah itu tidak akan pernah terpecahkan. Kadang-kadang, saat pikiranmu tenang, ini bisa menjadi waktu terbaik untuk merenungkan kebenaran dan firman Tuhan. Pastikan jangan sia-siakan kesempatan ini untuk memelihara hubungan emosional, terus-menerus memikirkan untuk bersatu kembali dengan keluargamu; itu menyusahkan. Jika engkau terus-menerus mengkhawatirkan keluargamu dan memanfaatkan kesempatan apa pun yang engkau miliki untuk terhubung secara emosional dengan mereka, pikiranmu akan selalu dipenuhi dengan keterikatan emosional ini; engkau tidak akan dapat memutus keterikatan ini dan tidak dapat melepaskannya. Engkau harus lebih banyak berdoa, lebih banyak membaca firman Tuhan, dan sering bersekutu dengan saudara-saudarimu. Ketika engkau memahami kebenaran, setidaknya engkau tidak akan dikekang oleh keluarga, daging, atau kasih sayang. Semua hal tersebut akan mudah untuk dilepaskan; inilah jalan untuk maju. Sebenarnya, seperti inilah pengalaman yang dilalui banyak orang. Menyelesaikan masalah emosional selalu membutuhkan periode pengalaman; begitu engkau memahami kebenaran, masalah menjadi mudah untuk diselesaikan.

Kutipan 83

Bagi mereka semua yang kini sudah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, walaupun mereka sudah membangun dasar, masih ada masalah nyata yang harus diselesaikan. Kebanyakan orang memiliki beberapa pemahaman akan kebenaran dalam segala aspek, dan mereka mampu membicarakan dan mengkhotbahkan firman dan doktrin yang benar, tetapi mereka belum mengalami keakuratan dari firman ini dalam kehidupan nyata mereka. Mereka belum benar-benar mengalami arti sesungguhnya dan sisi nyata dari kebenaran yang terkandung dalam firman tersebut. Untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, engkau memerlukan lingkungan yang sesuai, orang-orang yang tepat di sekitarmu, dan orang-orang, peristiwa, serta hal-hal yang sesuai yang memungkinkanmu untuk bertumbuh dalam hidup. Dengan demikian, kebenaran dan doktrin yang kaupahami ini akan diteguhkan, dan akan membuatmu memperoleh pengalaman. Jika benih yang hidup ditanam di tanah yang subur, tetapi tidak mendapatkan sinar matahari dan siraman air hujan, bukankah tunas yang ditumbuhkannya akan layu? (Ya.) Oleh karena itu, ketika engkau sudah mendengar begitu banyak khotbah, banyak kebenaran, dan banyak firman Tuhan, dan engkau sudah meyakini bahwa jalan ini adalah jalan yang tepat, dan jalan yang benar dalam hidup, apakah yang kauperlukan pada saat ini? Engkau perlu memohon agar Tuhan mengatur lingkungan yang sesuai untukmu, yaitu lingkungan yang mendidik kerohanianmu dan bermanfaat bagi hidupmu dan dapat membuatmu bertumbuh dalam hidup. Lingkungan ini mungkin akan terasa sangat tidak nyaman—daging manusia harus menanggung kesukaran, dan orang harus meninggalkan dan melepaskan banyak hal. Ini adalah sesuatu yang engkau semua sudah alami sekarang. Sebagai contoh, katakanlah engkau dianiaya dan tidak bisa pulang ke rumah, untuk menemui atau menghubungi anak atau pasangan, untuk bertemu dengan keluarga dan teman, atau untuk mendengar kabar dari mereka. Di tengah malam, engkau mulai memikirkan keadaan di rumah: "Bagaimana kabar ayahku? Dia sudah tua, dan aku tak bisa lagi berbakti kepadanya. Ibuku sedang sakit, dan aku tak tahu bagaimana keadaannya sekarang." Bukankah engkau akan selalu memikirkan hal-hal ini? Jika hatimu selalu terkekang oleh hal-hal semacam ini, konsekuensi apakah yang akan kautanggung dalam pelaksanaan tugasmu? Tidak terlalu melibatkan diri atau memedulikan hal-hal yang bersifat duniawi dan daging akan bermanfaat bagi perkembangan hidupmu. Pemikiran dan kekhawatiranmu tidak akan ada gunanya; semua hal ini berada di tangan Tuhan, dan engkau tidak mampu mengubah nasib para anggota keluargamu. Engkau harus memahami bahwa prioritas utamamu sebagai orang yang percaya kepada Tuhan adalah memikirkan maksud-Nya, melaksanakan tugasmu, memperoleh iman yang sejati, masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, bertumbuh dalam hidup, dan memperoleh kebenaran. Inilah yang terpenting. Di luarnya, orang sepertinya terlihat secara aktif meninggalkan dunia dan keluarga mereka, tetapi apa yang sebenarnya terjadi? (Tuhanlah yang berdaulat atas dan mengatur hal ini.) Ini diatur oleh Tuhan; Dialah yang mencegahmu untuk menemui keluargamu. Lebih tepatnya, Tuhan mengambilnya darimu. Bukankah ini pernyataan yang paling nyata? (Ya.) Orang selalu berkata bahwa Tuhan berdaulat atas dan menata segala sesuatu, jadi bagaimana Dia berdaulat atas hal ini? Dia membawamu keluar dari rumahmu, tidak membiarkan keluargamu menjadi beban yang memberatkanmu. Jadi, ke manakah Dia membawamu? Dia membawamu ke lingkungan di mana tidak ada keterikatan daging dan di mana engkau tidak bisa menemui orang-orang yang kaukasihi. Ketika engkau mengkhawatirkan mereka, dan ingin melakukan sesuatu untuk mereka, engkau tidak bisa, dan ketika engkau ingin memberikan baktimu kepada mereka, engkau tidak bisa. Mereka tidak bisa mengikatmu lagi. Tuhan telah menjauhkanmu dari mereka, dan melepaskanmu dari semua keterikatan ini, jika tidak, engkau akan berbakti kepada mereka, melayani mereka, dan rela mengorbankan hidupmu untuk mereka. Tuhan menjauhkanmu dari semua keterikatan di sekitarmu adalah hal yang baik ataukah buruk? (Hal yang baik.) Ini adalah hal yang baik, dan tidak perlu disesalkan. Karena ini adalah hal yang baik, apa yang harus orang lakukan? Orang harus bersyukur kepada Tuhan dengan berkata: "Tuhan sangat mengasihiku!" Orang tidak mampu mengalahkan perbudakan kasih sayang dengan kemampuan mereka sendiri, karena hati manusia seluruhnya terkekang oleh kasih sayang. Mereka semua berharap untuk bersatu dengan keluarga mereka, berharap seluruh keluarga mereka berkumpul bersama, di mana semua orang berada dalam keadaan aman, sehat, dan bahagia, dan berharap untuk menjalani setiap harinya seperti ini, tanpa pernah berpisah. Namun, ada sisi buruk dari hal ini. Engkau akan mencurahkan seluruh tenaga dan upaya dalam hidupmu, masa mudamu, tahun-tahun terbaikmu, dan segala yang terbaik dari hidupmu untuk mereka; engkau akan memberikan seluruh hidupmu demi dagingmu, keluargamu, orang-orang yang kaukasihi, pekerjaanmu, ketenaran dan keuntungan, dan segala jenis hubungan yang rumit, dan akibatnya, engkau akan menghancurkan seluruh hidupmu. Jadi, bagaimana Tuhan mengasihi manusia? Tuhan berkata: "Janganlah kauhancurkan dirimu dalam liang lumpur ini. Jika kedua kakimu terjebak di dalamnya, engkau tidak akan mampu mengeluarkan dirimu dari sana, sekuat apa pun engkau berusaha. Engkau tidak memiliki tingkat pertumbuhan atau keberanian, apalagi iman. Aku sendiri yang akan mengeluarkanmu." Inilah yang Tuhan lakukan, dan Dia tidak membahasnya denganmu. Mengapa Tuhan tidak menanyakan pendapat manusia? Ada orang-orang yang berkata: "Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia melakukan apa pun yang Dia inginkan. Manusia bagaikan semut dan serangga, semuanya tidak berarti di mata Tuhan." Begitulah adanya, tetapi, dengan cara seperti itukah Tuhan memperlakukan manusia? Tidak, bukan dengan cara seperti itu. Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran dan menganugerahkannya kepada manusia, memampukan manusia untuk ditahirkan dari kerusakan mereka, dan untuk memperoleh hidup baru dari-Nya. Kasih Tuhan bagi manusia sangat besar. Semua ini adalah hal-hal yang dapat dilihat oleh manusia. Tuhan memiliki maksud-Nya untukmu, tujuan-Nya membawamu ke sini adalah untuk membuatmu memulai jalan yang benar dalam hidup, untuk menjalani hidup yang bermakna, jalan yang pasti tidak akan kaupilih. Keinginan subjektif manusia adalah menjalani seluruh hidup mereka dengan aman dan tenteram, dan meskipun mereka tidak memiliki kekayaan, setidaknya mereka ingin bersatu dengan keluarga mereka selamanya, dan menikmati kebahagiaan kekeluargaan semacam ini. Mereka tidak memahami bagaimana cara memikirkan maksud Tuhan, mereka juga tidak tahu bagaimana memikirkan tempat tujuan masa depan ataupun maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Namun, Tuhan tidak mempermasalahkan ketidakpahaman mereka, dan Dia tidak perlu berkata banyak kepada mereka karena mereka tidak mengerti, tingkat pertumbuhan mereka terlalu rendah, dan pembahasan apa pun hanya akan berujung pada kebuntuan. Mengapa akan berujung pada kebuntuan? Karena hal besar dari rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia bukanlah sesuatu yang mampu dipahami manusia hanya dengan satu atau dua kalimat penjelasan. Karena hal itu tidak dapat dijelaskan, Tuhan membuat keputusan dan bertindak secara langsung, sampai tiba saatnya ketika manusia akhirnya mampu memahaminya.

Ketika Tuhan membawa sebagian umat pilihan-Nya keluar dari lingkungan yang keras di Tiongkok daratan, ini karena kehendak baik-Nya, dan semua orang dapat melihatnya sekarang. Dalam hal ini, orang harus sering bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas kasih karunia yang Tuhan berikan kepada mereka. Engkau telah keluar dari lingkungan keluarga, dibebaskan dari segala hubungan daging antarpribadi yang rumit, dan melepaskan dirimu dari segala keterikatan duniawi dan daging. Tuhan telah membawamu keluar dari jeratan yang kompleks dan masuk ke dalam hadirat dan rumah Tuhan. Tuhan berkata: "Di sini tenang, tempat ini sangat baik, dan sesuai untuk pertumbuhanmu. Di sinilah tempat firman dan bimbingan Tuhan dan kebenaran berkuasa. Maksud Tuhan untuk menyelamatkan manusia berada di sini, dan pekerjaan penyelamatan berpusat di sini. Jadi, bertumbuhlah sebanyak yang kauinginkan." Tuhan membawamu ke dalam lingkungan semacam ini, lingkungan yang mungkin tidak memiliki kenyamanan yang kaudapatkan dari orang-orang yang kaukasihi, di mana anak-anakmu tidak berada di sekitarmu untuk merawatmu ketika engkau sakit, dan di mana tak seorang pun mendengarkan curahan isi hatimu. Ketika engkau sendirian, dan engkau memikirkan tentang penderitaan dan kesulitan dagingmu dan segala sesuatu yang akan kauhadapi di masa depan, pada saat-saat seperti itu, engkau akan merasa kesepian. Mengapa engkau akan merasa kesepian? Alasan objektifnya adalah tingkat pertumbuhan manusia terlalu rendah. Apakah alasan subjektifnya? (Orang belum sepenuhnya melepaskan diri dari orang-orang yang mereka kasihi dalam keluarga mereka.) Benar, itu karena orang tidak mampu melepaskan mereka. Orang-orang yang hidup dalam daging menikmati berbagai hubungan dan ikatan keluarga dalam daging. Mereka yakin bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa orang-orang yang mereka kasihi. Mengapa engkau tidak berpikir tentang bagaimana engkau datang ke dunia manusia? Engkau datang seorang diri, sejak awal tidak ada hubungannya dengan orang lain. Tuhan membawa orang ke dunia satu per satu; ketika engkau datang, sebenarnya engkau datang seorang diri. Engkau tidak merasa kesepian pada saat itu, jadi mengapa engkau merasa kesepian ketika Tuhan membawamu ke sini sekarang? Engkau berpikir bahwa engkau tidak memiliki teman yang dapat mendengarkan curahan isi hatimu, entah itu anak-anakmu, orang tuamu, atau pasanganmu—suami atau istri—jadi, engkau merasa kesepian. Jadi, ketika engkau merasa kesepian, mengapa engkau tidak memikirkan Tuhan? Bukankah Tuhan adalah sahabat manusia? (Ya, Tuhan adalah sahabat manusia.) Ketika engkau merasakan penderitaan dan kesedihan yang paling mendalam, siapakah yang sesungguhnya mampu menghiburmu? Siapakah yang sesungguhnya mampu membereskan kesulitan-kesulitanmu? (Tuhan.) Hanya Tuhan yang mampu membereskan kesulitan-kesulitan manusia. Ketika engkau sakit, dan anak-anakmu berada di sisimu, menuangkan minuman, menemanimu, engkau akan merasa sangat senang, tetapi, ada saatnya anak-anakmu akan merasa jenuh dan tak seorang pun mau merawatmu. Pada saat-saat seperti itu, engkau akan benar-benar merasa kesepian! Jadi sekarang, ketika engkau berpikir bahwa engkau tidak memiliki teman, apakah itu sesungguhnya benar? Sebenarnya tidak, karena Tuhan selalu menemanimu! Tuhan tidak meninggalkan manusia; Dia adalah Pribadi yang dapat mereka andalkan dan tempat bernaung setiap saat, dan satu-satunya yang dapat mereka percaya. Jadi, kesulitan dan penderitaan apa pun yang kautanggung, apa pun hal yang menyakitkan, atau hal-hal negatif dan kelemahan apa pun yang sedang kauhadapi, jika engkau segera datang ke hadirat Tuhan dan berdoa, firman-Nya akan menghiburmu, membereskan kesulitan-kesulitan dan berbagai masalahmu. Dalam lingkungan seperti ini, kesepianmu akan menjadi kondisi dasar untuk mengalami firman Tuhan dan memperoleh kebenaran. Sembari engkau mengalami, engkau akan perlahan-lahan berpikir: "Aku masih menjalani hidup yang baik setelah meninggalkan orang tuaku, menjalani hidup yang penuh kepuasan setelah meninggalkan suamiku, dan hidup yang penuh kedamaian dan sukacita setelah meninggalkan anak-anakku. Aku tidak lagi merasa kosong. Aku tidak akan lagi mengandalkan manusia, melainkan akan mengandalkan Tuhan. Dia akan selalu mencukupi dan membantuku. Meskipun aku tidak dapat menyentuh atau melihat-Nya, aku tahu bahwa Dia berada di sisiku kapan pun, dan di mana pun. Asalkan aku berdoa kepada-Nya, asalkan aku berseru kepada-Nya, Dia akan menggerakkan hatiku, dan membuatku memahami maksud-Nya dan melihat jalan yang benar." Pada saat itu, Dia akan benar-benar menjadi Tuhanmu, dan semua masalahmu akan terselesaikan.

Kutipan 84

Taiwan adalah sebuah negara demokratis yang stabil dan masyarakatnya hidup makmur. Ketertiban umum, kualitas hidup, nilai-nilai budaya, dan hal-hal lainnya jauh lebih baik daripada di Tiongkok daratan. Masyarakat Taiwan menjalani kehidupan yang sangat nyaman. Meskipun hidup nyaman adalah hal yang baik, banyak orang yang percaya kepada Tuhan dan hidup dalam kenyamanan tidak bersedia mengikuti Dia, apalagi menderita atau membayar harga. Sangat sulit untuk meninggalkan semua yang mereka miliki dan mengorbankan diri mereka bagi Tuhan. Bukankah ini yang sebenarnya terjadi? Saat orang hidup nyaman, mereka selalu berpikir tentang makan, minum, bersenang-senang, caranya menuruti keinginan daging dan menikmati hidup. Hal ini cukup berdampak pada orang yang percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Oleh karena itu, banyak orang dalam lingkungan sosial yang nyaman ini ingin melaksanakan tugas mereka, tetapi kesulitan untuk melakukannya. Mereka tidak mau menanggung penderitaan sekecil apa pun, dan tidak bekerja secara efisien ketika melaksanakan tugas mereka atau melakukan berbagai macam pekerjaan untuk gereja. Terkadang kemajuan pekerjaan mereka terkena dampaknya, dan ini ada kaitannya dengan lingkungan sosial mereka. Hatiku tersentuh melihat setiap kali kita mengadakan pertemuan, engkau semua mampu duduk di sini dan mendengarkan khotbah dari awal sampai selesai. Sejumlah orang di Tiongkok daratan mampu percaya kepada Tuhan karena merasa terkekang oleh lingkungan mereka, ditindas, didiskriminasi oleh masyarakat, dan menderita penganiayaan berat. Sementara itu, ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan semata-mata karena mencari keadilan dan nalar, atau mencari dukungan rohani dan sesuatu yang dapat diandalkan. Sedangkan, antusiasme, iman, dan kesetiaan beberapa orang tergugah di bawah penganiayaan brutal dari si naga merah yang sangat besar. Beberapa orang terpaksa mengungsi ke luar negeri karena memercayai Tuhan di Tiongkok daratan sangatlah berat dan banyak orang yang diburu—mereka tidak memiliki tempat untuk bersembunyi. Inilah yang menjadi alasan mereka melarikan diri ke luar negeri. Dibandingkan dengan lingkungan yang represif dan keras di Tiongkok daratan, kehidupan masyarakat Taiwan sangatlah mudah. Karena kehidupannya nyaman, mereka yang percaya kepada Tuhan tidak mau menderita atau membayar harga, dan ketika menghadapi penganiayaan atau kesengsaraan, mereka tidak mau lagi melaksanakan tugas mereka. Orang-orang hanya menikmati makan, minum, dan bersenang-senang selagi hidupnya nyaman. Mereka selalu mementingkan hal-hal seperti: "Apa yang sebaiknya kumakan? Ke mana aku harus berlibur? Negara mana yang belum pernah aku kunjungi? Masa hidup manusia hanya beberapa puluh tahun saja. Jika aku tidak mengunjungi negara-negara di seluruh dunia dan memperluas wawasanku, bukankah hidupku akan sia-sia?" Inilah yang menyebabkan hati orang menjadi sulit diatur dan tidak dapat dikendalikan. Apakah orang seperti ini masih bisa makan dan minum firman Tuhan di hadapan-Nya dengan tenang? Masih bisakah orang mendengarkan khotbah di pertemuan dengan penuh perhatian? Tentu saja akan sulit. Jadi, ketika orang dianjurkan untuk percaya kepada Tuhan, mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugas, mereka akan merasa diperlakukan tidak adil, terkekang, dan terus merasa seolah-olah hidup mereka sia-sia. Apakah lingkungan yang menguntungkan ini tidak menghadirkan pencobaan dan rintangan serius bagi manusia? Tentu saja. Semua orang mendambakan kenyamanan daging, tetapi bagi mereka yang percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran, kenyamanan belum tentu merupakan sesuatu yang baik bagi pertumbuhan kehidupan. Sebagian besar orang yang mengalami sedikit penderitaan menjadi negatif, lemah, dan tidak memiliki kemauan sama sekali; bukankah ini hasil dari lingkungan yang nyaman? Ada berbagai macam video kesaksian pengalaman yang menunjukkan saudara-saudari di Tiongkok daratan yang disiksa, dihukum, dan dipenjarakan. Apakah engkau semua sudah melihatnya? (Sudah.) Dan bagaimana perasaanmu setelah melihatnya? (Tuhan, aku ingin sedikit mengungkapkan perasaanku. Setelah melihat saudara-saudari di Tiongkok daratan teraniaya akibat penyiksaan itu dan menyaksikan bagaimana mereka mampu berdoa kepada Tuhan, mengandalkan Dia, dan mempertahankan iman mereka dalam lingkungan yang begitu keras, mengalami selangkah demi selangkah di bawah pimpinan Tuhan sembari tetap teguh dalam kesaksian mereka dan tidak mengkhianati-Nya, aku merasa iman dan tingkat pertumbuhan mereka lebih besar daripada kita. Jika aku berada di lingkungan seperti itu, belum tentu aku mampu tetap teguh seperti mereka. Ini membuatku merasa bahwa tingkat pertumbuhanku sangat kecil.) Saudara-saudari di Tiongkok daratan masih tetap mampu percaya kepada Tuhan, menghadiri pertemuan, dan melaksanakan tugas mereka di lingkungan tempat mereka mengalami penganiayaan kejam dari si naga merah yang sangat besar. Ini adalah kesaksian, sebuah kesaksian yang sangat kuat. Kemampuan mereka untuk tetap teguh di lingkungan yang tidak bersahabat seperti itu adalah sebuah kesaksian, jadi engkau semua yang berada di lingkungan yang nyaman ini sebaiknya merenungkan bagaimana caranya memberikan kesaksian yang berbeda. Pertama, engkau harus menghargai segala sesuatu dalam hidup ini dan lingkungan yang telah Tuhan berikan kepadamu. Selain itu, engkau hendaknya merenungkan bagaimana agar engkau mampu tetap teguh dalam kesaksianmu di lingkungan seperti ini, tidak mempermalukan Tuhan, dan menjadi pemenang. Seseorang yang percaya kepada Tuhan di negara demokratis, mungkin tidak akan mengalami penindasan dan penganiayaan akibat penyiksaan dari pemerintah, tetapi akan ada penganiayaan dari keluarga dan kerabat, dan orang itu masih perlu mengalami firman Tuhan, memperoleh kebenaran, dan tetap teguh dalam kesaksian mereka. Tidak soal di lingkungan seperti apa orang percaya kepada Tuhan, memperoleh kebenaran bukanlah hal yang mudah. Engkau harus menderita dan membayar harga untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Untuk bersaksi bagi Tuhan, engkau harus mencapai pemahaman kebenaran dalam semua aspek pengalaman. Ini tidak hanya berarti mengabarkan Injil dan nama Tuhan; ini terutama pada kesaksian pengalaman hidup. Dalam setiap kelompok masyarakat atau di bawah tatanan sosial suatu negara, orang akan mengalami diskriminasi, pengucilan, atau penganiayaan jika mereka hidup sesuai dengan kebenaran, berupaya menjadi orang yang jujur, dan berusaha tunduk kepada Tuhan. Hal ini terjadi karena negara-negara demokratis pun tidak tunduk kepada Tuhan. Ada partai-partai politik ateis yang berkuasa, dan mereka juga menolak kebenaran serta menolak Tuhan. Meskipun tidak ada penganiayaan atau kesengsaraan jika memercayai Tuhan di negara seperti ini, akan ada beberapa batasan tertentu serta diskriminasi, fitnah, penghakiman, dan kecaman jika engkau semua ingin mengabarkan Injil dan bersaksi bagi Tuhan—semua ini adalah faktanya. Jika engkau tidak dapat memahami hal ini dengan jelas, maka engkau bukanlah orang yang memahami kebenaran. Menerima dan mengikuti Kristus di negara manapun sedikit banyak pasti disertai dengan penganiayaan dan kesengsaraan. Engkau harus selalu bertindak dengan hati-hati, berdoa kepada Tuhan dan memandang Tuhan. Engkau juga harus memiliki hikmat dan kecerdasan. Di negara dan lingkungan sosial manapun engkau berada, pasti ada lingkungan yang sesuai yang telah Tuhan tetapkan dan atur untukmu. Semuanya tergantung pada apakah seseorang mengejar kebenaran atau tidak. Lingkungan yang nyaman membawa pencobaan bagi manusia, sementara penganiayaan dengan penyiksaan juga membawa pencobaan dan ujian. Lalu apakah ada ujian di lingkungan yang nyaman? Ada juga ujian dari Tuhan. Tuhan telah mengatur lingkungan yang nyaman ini untuk engkau semua, dan segala sesuatunya bergantung pada bagaimana caramu mengalaminya—entah engkau akan sepenuhnya terjerat oleh perangkap dan pencobaan Iblis, atau apakah engkau mampu mengatasinya dalam segala hal dan menjadi kesaksian bagi Tuhan, berpegang teguh pada kesetiaan dan tugasmu. Semuanya tergantung bagaimana caramu mengalaminya dan pilihan yang kaubuat. Lingkungan saudara-saudari di Tiongkok daratan sedikit lebih keras. Tuhan telah memberi mereka beban yang sedikit lebih berat dan mengatur lingkungan yang sedikit lebih keras. Namun, lebih banyak juga yang telah Dia berikan bagi mereka. Semakin keras lingkungannya, semakin besar ujian yang Tuhan persiapkan, maka semakin banyak pula yang akan diperoleh manusia. Namun, dalam lingkungan yang nyaman pun, manusia juga mengalami pencobaan dan ujian di mana-mana, dan Tuhan juga telah memberimu banyak hal. Jika engkau mampu menang setiap kali menghadapi pencobaan, apa yang akan kauperoleh tidak mungkin kurang daripada yang diperoleh saudara-saudarimu yang teraniaya karena penyiksaan. Ini juga berarti mengejar kebenaran dan memiliki tingkat pertumbuhan untuk diatasi. Misalnya, hal-hal seperti kebersamaan dengan keluarga, makan minum enak, hiburan, kenikmatan, serta beberapa tren sosial yang menghibur daging dan menyebabkan kerusakan moral, semua ini adalah pencobaan bagi engkau. Saat menghadapinya, segala pencobaan ini tidak hanya akan menarik perhatianmu, tetapi juga mengganggu dan memikatmu. Ketika engkau semua mengikuti hal-hal dan tren duniawi, saat itulah pencobaan Iblis, atau bisa juga dikatakan ujian dari Tuhan akan muncul. Engkau perlu membuat pilihan akan caranya menanggapi pencobaan dan ujian ini, dan saat itulah Tuhan menguji manusia dan menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya. Ini adalah waktu di mana perkataan Tuhan kepadamu dan kebenaran yang telah kaupahami akan berlaku. Jika engkau adalah orang yang mengejar kebenaran dan memiliki iman yang sejati kepada Tuhan di dalam hatimu, engkau akan mampu mengatasi semua pencobaan ini dan tetap teguh serta menjadi saksi bagi Tuhan dalam ujian yang telah Dia atur bagimu. Sebaliknya, alih-alih mencintai kebenaran, engkau semua justru mencintai dunia, tren, engkau senang mendambakan kenyamanan dan kepuasan dagingmu, dan engkau menyukai kehidupan yang hampa, lalu engkau akan mengikuti hal-hal duniawi ini. Engkau semua akan merasakan kekaguman, ketertarikan dan dikuasai oleh semua hal itu. Sedikit demi sedikit, hatimu akan kehilangan minat untuk memercayai Tuhan, engkau akan muak dengan kebenaran, lalu di tengah-tengah pencobaan, Iblis akan merenggutmu. Dalam ujian seperti ini, engkau akan kehilangan kesaksianmu. Ada banyak orang yang telah mendengar berbagai khotbah dan melaksanakan tugas mereka, tetapi hati mereka masih terasa hampa. Mereka masih suka mengikuti bintang pop dan orang-orang terkenal, mengikuti tren, menonton acara hiburan di TV, dan bahkan menonton pertunjukan sepanjang malam hingga mereka harus begadang. Ada juga anak muda yang bermain video game. Singkatnya, mereka tidak ragu untuk membayar berapa pun demi mengejar hal-hal yang sedang tren ini dengan fanatik. Dan mengapa mereka melakukannya? Karena mereka belum memperoleh kebenaran. Orang-orang yang belum memperoleh kebenaran memiliki perasaan tertentu, yaitu tidak ada banyak perbedaan antara percaya kepada Tuhan dan tidak percaya kepada-Nya. Hati mereka masih terasa hampa dan hidup ini tidak ada artinya. Jika mengikuti tren, mereka merasa lebih puas, sedikit lebih kaya dalam hidup mereka, dan merasa lebih bahagia setiap harinya. Kalau mereka percaya kepada Tuhan dan tidak mengikuti tren, mereka tetap merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya dan terasa hampa. Hal ini karena mereka tidak mencintai kebenaran. Engkau juga dapat dengan yakin berkata bahwa orang-orang ini tidak memahami kebenaran sedikit pun dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Oleh karena itu, mereka tidak bisa hidup tanpa mengikuti tren. Ada orang-orang yang tidak pernah mengejar kebenaran, dan bahkan mereka merasa tidak menentu ketika melaksanakan tugas mereka, tidak mampu berdiri teguh saat menghadapi pencobaan, hingga akhirnya mereka harus menyerah. Sebagian orang cukup antusias dan teguh saat mereka mulai melaksanakan tugasnya, tetapi berhenti melaksanakannya ketika mereka menghadapi pencobaan, menjadi bersikap asal-asalan, dan pengabdiannya berkurang. Tidak ada kesaksian dalam hal ini. Jika mereka bisa melepaskan tugas mereka begitu menghadapi pencobaan dan memilih apa pun yang mereka sukai, mereka tidak memiliki kesaksian. Bila pencobaan lain datang, mereka mungkin akan menyangkal Tuhan dan ingin mengikuti tren duniawi, lalu meninggalkan gereja. Atau ketika pencobaan lain datang, mereka mulai meragukan Tuhan dan tidak yakin apakah Tuhan itu ada, bahkan mulai percaya bahwa mereka berevolusi dari kera. Orang-orang ini telah sepenuhnya dikuasai oleh Iblis. Karena terjebak dalam semua pencobaan ini, mereka tidak berdoa kepada Tuhan, atau mencari kebenaran. Mereka hanya memikirkan nasib daging mereka dan akibatnya mereka gagal untuk tetap teguh dalam kesaksian mereka. Selangkah demi selangkah, mereka diseret oleh Iblis ke dalam neraka dan ke dalam jurang kematian. Tuhan telah menyerahkan orang-orang ini kepada Iblis, dan mereka tidak lagi memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Katakan kepada-Ku, apakah mengejar kebenaran itu tidak penting? (Penting.) Kebenaran itu sangatlah penting. Apa fungsi dari kebenaran? Setidaknya, kebenaran dapat membantumu memahami siasat Iblis ketika engkau menghadapi pencobaan, untuk mengetahui apa yang sebaiknya kaulakukan dan tidak boleh kaulakukan, dan apa yang seharusnya kaupilih. Setidaknya, itu akan membuatmu mengetahui semua hal ini. Yang terpenting adalah kebenaran akan memungkinkanmu untuk tetap teguh saat menghadapi pencobaan. Engkau akan mampu tetap teguh, tabah dan tak tergoyahkan, sambil berpaut pada tugas yang telah Tuhan berikan kepadamu, setia pada tugas ini, dan mampu menolak Iblis. Engkau akan mampu tetap teguh dalam kesaksianmu di tengah ujian, seperti yang Ayub lakukan. Setidaknya, inilah yang seharusnya orang dapatkan.

Kutipan 85

Apakah engkau semua memiliki prinsip saat berdoa kepada Tuhan? Dalam keadaan apa engkau berdoa kepada Tuhan? Apa sajakah isi doa-doamu? Kebanyakan orang berdoa di saat mereka sedang menderita: "Oh Tuhan, aku sedang menderita, kumohon kepada-Mu tolonglah aku." Itulah hal pertama yang mereka katakan. Apakah selalu mengatakan bahwa engkau sedang menderita di saat berdoa itu baik? (Tidak.) Mengapa tidak? Dan jika itu tidak baik, mengapa engkau masih berdoa dengan cara seperti itu? Ini memperlihatkan bahwa engkau semua tidak tahu cara berdoa, atau apa yang harus dikatakan dan diminta saat datang ke hadapan Tuhan. Yang engkau tahu hanya berdoa kepada Tuhan di saat engkau sedikit menderita dan merasa sedih, dengan berkata, "Oh Tuhan, aku sedang menderita! Aku merasa sangat sedih, kumohon tolonglah aku." Ini adalah doa orang yang baru mulai percaya pada Tuhan. Ini adalah doa seorang bayi rohani. Jika orang sudah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun dan masih berdoa dengan cara seperti ini, ini masalah serius. Ini memperlihatkan bahwa mereka masih bayi rohani yang belum bertumbuh dalam hidup. Semua yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak tahu cara mengalami pekerjaan Tuhan adalah orang-orang yang tidak bertumbuh dalam hidup dan belum memasuki jalan yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan. Jika orang benar-benar berpikir, mereka harus memikirkan cara mengalami pekerjaan Tuhan, serta cara makan dan minum firman-Nya, juga cara mengalami dan menerapkannya. Orang harus mengalami dan mengikuti firman Tuhan di mana pun firman Tuhan diucapkan. Jika orang mampu menerapkan dan mengalami firman Tuhan dengan cara seperti ini, mereka akan menghadapi banyak masalah, dan mereka tentu akan mencari kebenaran dari Tuhan untuk menyelesaikannya. Jika orang selalu berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan mereka dengan cara seperti ini, mereka sedang mengalami pekerjaan Tuhan. Dengan terus-menerus menyelesaikan masalah mereka, kesulitan mereka akan makin berkurang, dan mereka akan secara berangsur mulai memahami kebenaran, dan mendapatkan pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan. Mereka akan tahu bagaimana seharusnya mereka bekerja sama dengan Tuhan, serta bagaimana harus tunduk pada pekerjaan-Nya. Itulah yang dimaksud dengan memasuki jalan yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan yang tidak tahu cara mengalami pekerjaan-Nya. Mereka selalu kebingungan—mereka membaca firman Tuhan tetapi tidak merenungkannya; mereka mendengarkan khotbah, tetapi tidak mempersekutukannya; dan saat sesuatu menimpa mereka, mereka tidak tahu untuk mencari kebenaran, dan mereka juga tidak tahu bagaimana memahami maksud Tuhan, mereka juga tidak tahu sikap yang harus mereka ambil atau bagaimana mereka harus bekerja sama. Mereka tidak memahami hal-hal ini. Mereka orang awam dalam hal-hal ini, dan mereka tidak memiliki pemahaman rohani. Apa pun masalah yang menimpa mereka, mereka tidak pernah berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, dan di lubuk hatinya, mereka tidak benar-benar mengandalkan Tuhan atau memandang-Nya. Mereka hanya berkata, "Oh Tuhan, aku sedang menderita. Oh Tuhan, aku sedang menderita." Mereka terus mengulang kalimat ini hingga orang-orang merasa jenuh dan muak mendengarnya. Bukankah sebagian besar dari engkau semua berdoa seperti itu? (Benar.) Dari doa-doa orang, kita bisa melihat betapa menyedihkannya keadaan mereka! Engkau hanya mencari Tuhan ketika engkau sedang menderita. Ketika engkau tidak menderita atau menghadapi masalah apa pun, engkau merasa tidak membutuhkan Tuhan dan tidak ingin mengandalkan-Nya. Engkau hanya ingin menjadi tuan bagi dirimu sendiri. Bukankah ini keadaanmu sekarang? (Benar.) Ketika kebanyakan orang mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, dan mereka dipangkas oleh firman-Nya, kemudian merenungkan diri dan mencoba mengenal diri mereka sendiri, bagaimana mereka berdoa? Mereka semua mengucapkan hal yang sama, "Oh Tuhan, aku sedang menderita. Oh Tuhan, aku sedang menderita." Apakah kata-kata itu tidak membuatmu muak? (Benar.) Di dalam dirinya, orang-orang begitu gersang dan keadaan mereka sungguh menyedihkan! Setiap kali berdoa kepada Tuhan, mereka mengucapkan kalimat sederhana yang sama, tanpa sepatah pun kata yang tulus. Mereka tidak mencari kebenaran dan tidak ingin menyelesaikan masalah mereka. Doa macam apa itu? Apa masalah yang muncul ketika orang tidak bisa mengucapkan kata-kata yang tulus dalam doa-doanya dan tidak mengetahui kekurangannya? Ketika menghadap ke hadirat Tuhan, apakah engkau tidak membutuhkan-Nya untuk mencerahkanmu tentang apa pun? Tidakkah engkau membutuhkan iman, kekuatan, atau Tuhan sebagai penjaga di belakangmu? Bukankah engkau makin membutuhkan Tuhan untuk mencerahkan dan membimbingmu melangkah di jalan yang akan datang? Bukankah engkau perlu memahami kebenaran untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dirimu? Bukankah engkau membutuhkan disiplin dan hajaran Tuhan, atau bimbingan-Nya? Apakah satu-satunya yang engkau butuhkan dari Tuhan adalah agar Dia meringankan penderitaanmu? Apakah engkau sungguh tidak bisa merasakan di dalam hatimu bahwa engkau memiliki begitu banyak kekurangan? Tidak tahu cara berdoa bukanlah masalah kecil; ini menunjukkan bahwa engkau tidak tahu cara mengalami pekerjaan Tuhan, engkau belum membawa firman Tuhan ke dalam kehidupan nyata, dan jarang ada interaksi yang tulus dengan Tuhan di dalam hidupmu. Engkau hanya belum membangun hubungan yang seharusnya ada antara Tuhan dan para pengikut-Nya, atau antara makhluk ciptaan dan Penciptanya. Ketika menghadapi masalah, engkau digiring oleh asumsi subjektif, gagasan, pemikiran, pengetahuan, karunia dan bakatmu sendiri, serta watak yang rusak. Engkau tidak memiliki hubungan dengan Tuhan, jadi ketika engkau menghadap ke hadirat-Nya, sering kali engkau tidak memiliki apa pun untuk dikatakan. Inilah keadaan yang menyedihkan dari mereka yang percaya kepada Tuhan! Sungguh keadaan yang menyedihkan! Roh orang-orang ini sudah kering dan mati rasa. Mereka tidak merasakan apa pun tentang hal-hal rohani dalam hidup, juga tidak memiliki pemahaman tentangnya, dan ketika mereka menghadap ke hadirat Tuhan, mereka tidak memiliki apa pun untuk dikatakan. Apa pun keadaan yang kauhadapi, apa pun penderitaan dan kesulitan yang engkau alami, jika engkau tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun di hadapan Tuhan, bukankah imanmu kepada-Nya patut dipertanyakan? Bukankah keadaan manusia ini menyedihkan?

Mengapa manusia harus berdoa kepada Tuhan? Berdoa kepada Tuhan adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk memandang kepada Tuhan dan mengandalkan-Nya. Tanpa doa, semua itu mustahil terwujud; mengandalkan Tuhan dan memandang-Nya bisa dicapai melalui doa. Bisakah orang yang percaya kepada Tuhan memperoleh pencerahan dan penerangan dari Roh Kudus tanpa berdoa kepada-Nya? Bisakah mereka memperoleh pekerjaan dan bimbingan Tuhan? Jika engkau tidak mempercayakan kesulitanmu kepada Tuhan dan tidak berdoa kepada-Nya serta mencari kebenaran, bagaimana Dia akan menyelesaikannya? Bagaimana Dia akan membimbingmu untuk mengikuti-Nya di jalan yang akan datang? Bagaimana Dia akan menyelamatkanmu dari watakmu yang rusak? Bisa dikatakan bahwa kepercayaan kepada Tuhan tanpa doa bukanlah kepercayaan yang sesungguhnya. Hubungan yang normal antara manusia dan Tuhan harus dibangun dengan doa dan harus dipertahankan melalui doa. Doa adalah tanda kepercayaan manusia kepada Tuhan; kesungguhan orang dalam berdoa adalah satu-satunya standar untuk menguji apakah hubungan orang itu dengan Tuhan normal atau tidak. Selama orang mengucapkan kata-kata yang tulus dan mampu mencari kebenaran dalam doa, mereka dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Jika orang jarang berdoa dan tidak dapat mengucapkan kata-kata yang tulus, selalu waspada terhadap Tuhan, itu menunjukkan bahwa hubungan mereka dengan Tuhan tidak normal. Dan jika orang tidak berdoa sama sekali, itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan Tuhan. Jika orang berdoa dengan baik dan sesuai dengan maksud Tuhan, mereka akan mampu tunduk kepada-Nya dan mereka adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan; mereka yang sering berdoa dengan tulus adalah orang-orang jujur dan memiliki kasih yang sederhana kepada Tuhan. Jadi, semua orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak berdoa kepada-Nya, tidak memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan. Mereka semua jauh dari Tuhan, memberontak, dan menentang-Nya. Kebanyakan orang yang tidak berdoa kepada Tuhan bukanlah pencinta atau pencari kebenaran, dan mereka yang tidak mencintai atau mencari kebenaran tidak dapat berdoa dengan tulus. Apa pun kesulitan yang mereka hadapi, mereka tidak berdoa, dan ketika berdoa, mereka hanya ingin memanfaatkan Tuhan untuk menyingkirkan kesulitan dan penderitaan mereka. Mereka tidak peduli dengan maksud Tuhan dan tidak mencari aspek-aspek kebenaran apa yang harus mereka pahami dan masuki dalam kesulitan mereka. Orang-orang semacam ini tidak menghasratkan kebenaran dan tidak memiliki iman sejati kepada Tuhan. Dalam esensinya, mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran dalam segala hal. Meskipun setelah berdoa, engkau mungkin tidak segera merasa bahwa hatimu telah makin diterangkan atau mendapatkan jalan penerapan, tunggulah Tuhan, dan sambil menunggu, bacalah firman Tuhan dan carilah kebenaran. Saat engkau makan dan minum firman Tuhan, atau mendengarkan khotbah dan persekutuan, berfokuslah untuk membawa masalahmu ke dalam perenungan dan pencarianmu. Jika engkau bekerja sama secara nyata dengan cara-cara ini, mungkin saja pencerahan tiba-tiba muncul kepadamu ketika engkau merenungkan firman Tuhan atau mendengarkan khotbah dan persekutuan. Atau, mungkin saja engkau menghadapi masalah dan itu menginspirasimu, lalu engkau menemukan jawaban yang persis untuk pertanyaan yang selama ini ingin kaupecahkan. Bukankah ini merupakan bimbingan Tuhan dan pengaturan-Nya? Jadi, berdoa dengan tulus kepada Tuhan bisa menjadi efektif, tetapi hasil ini bukan sesuatu yang bisa kauperoleh segera setelah berdoa. Hal ini membutuhkan waktu, kerja sama orang itu, serta penerapan. Orang tidak bisa mengetahui kapan Roh Kudus akan memberikan pencerahan dan jawaban kepadamu. Ini adalah proses mencari kebenaran dan memahaminya, serta jalan di mana manusia berkembang dalam kehidupan. Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, engkau semua masih harus belajar cara berdoa lagi. Engkau masih belum tahu cara berdoa, dan setiap kali menghadapi masalah, engkau hanya menyerukan slogan-slogan dan membuat keputusan, atau mengeluh kepada Tuhan dan menggerutu, mengatakan betapa menderitanya dirimu, atau merasionalkan dan membenarkan dirimu. Inilah hal-hal yang tersimpan di dalam hatimu, dan tidak mengherankan jika engkau semua begitu lambat dalam memasuki kebenaran. Engkau sedang teralihkan. Engkau tidak tahu cara mengejar kebenaran, dan sulit untuk mengatakan apakah percaya kepada Tuhan seperti ini akan cukup bagimu untuk menerima keselamatan.

Kutipan 86

Ada sebuah kalimat dalam lagu pujian gereja yang berbunyi, "Semua orang yang mencintai kebenaran adalah saudara-saudari." Pernyataan ini benar. Hanya mereka yang mencintai kebenaran yang termasuk anggota rumah Tuhan; hanya merekalah saudara-saudari yang sejati. Apakah menurutmu semua orang yang sering menghadiri pertemuan di rumah Tuhan adalah saudara-saudari? Belum tentu. Orang macam apa yang bukan saudara-saudari? (Mereka yang menentang kebenaran, yang tidak menerima kebenaran.) Mereka yang tidak menerima kebenaran dan menentang kebenaran semuanya adalah orang yang jahat. Mereka semua adalah orang-orang yang tidak memiliki hati nurani atau nalar. Tak satu pun dari mereka adalah orang-orang yang Tuhan selamatkan. Orang-orang ini tidak memiliki kemanusiaan, mereka tidak menjalankan pekerjaan yang benar dan mereka mengamuk melakukan hal-hal buruk. Mereka hidup berdasarkan falsafah Iblis dan menggunakan manuver licik dan memanfaatkan, membujuk, dan menipu orang lain. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, dan mereka telah menyusup ke dalam rumah Tuhan semata-mata untuk mendapatkan berkat. Mengapa kita menyebut mereka sebagai pengikut yang tidak percaya? Karena mereka menentang kebenaran, dan mereka tidak menerimanya. Begitu kebenaran dipersekutukan, mereka pun kehilangan minat, mereka muak akan kebenaran, mereka tidak tahan mendengarnya, mereka merasa itu membosankan dan sulit untuk tetap duduk mendengarnya. Mereka jelas merupakan pengikut yang tidak percaya dan orang tidak percaya. Engkau tidak boleh menganggap mereka sebagai saudara-saudari. Mungkin saja mereka ingin mendekatimu untuk menawarkan sejumlah keuntungan, berusaha menjalin hubungan denganmu menggunakan bantuan kecil. Namun, saat engkau menyampaikan kebenaran kepada mereka, mereka mengalihkan pembicaraan ke hal-hal sepele, membahas hal-hal tentang daging, pekerjaan, urusan duniawi, tren orang tidak percaya, perasaan, masalah keluarga, hal-hal eksternal seperti itu. Yang mereka bicarakan tidak ada kaitannya dengan kebenaran, hal percaya kepada Tuhan, atau menerapkan kebenaran. Orang-orang ini sama sekali tidak menerima kebenaran. Mereka tidak pernah membaca firman Tuhan atau menyampaikan kebenaran, dan mereka tidak pernah berdoa atau berada dalam saat teduh. Apakah mereka ini saudara-saudari? Mereka bukan saudara-saudari. Orang-orang ini tidak menerapkan kebenaran, dan muak akan kebenaran. Setelah mereka menyusup ke dalam rumah Tuhan dan melihat bahwa pertemuan selalu diisi dengan pembacaan firman Tuhan dan persekutuan tentang kebenaran, pembahasan tentang pemahaman diri sendiri, persekutuan tentang masalah dalam pelaksanaan tugas, mereka merasa muak di dalam hati. Mereka tidak mempunyai pemahaman atau pengalaman dan tidak memiliki topik untuk dibahas, sehingga mereka menjadi bosan dengan kehidupan bergereja. Mereka selalu bertanya-tanya, "Mengapa selalu mempersekutukan firman Tuhan? Mengapa selalu membahas tentang pemahaman diri sendiri? Mengapa tidak ada hiburan atau kesenangan dalam kehidupan bergereja? Kapan kehidupan bergereja seperti ini akan berakhir? Kapan kita akan masuk ke dalam Kerajaan dan menerima berkat?" Mereka menganggap persekutuan tentang kebenaran tidak menarik dan tidak ingin mendengarnya. Akankah engkau semua berkata, jika hal-hal itu terjadi pada orang-orang ini, apakah mereka mencari kebenaran? Mampukah mereka menerapkan kebenaran? (Tidak.) Jika mereka tidak tertarik akan kebenaran, bagaimana mereka bisa menerapkan kebenaran? Jadi, berdasarkan apa mereka hidup? Tidak diragukan lagi, mereka hidup berdasarkan falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, mereka selalu licik dan curang, mereka tidak memiliki kehidupan manusia yang normal. Mereka tak pernah berdoa kepada Tuhan atau mencari kebenaran, melainkan menangani segala sesuatu dengan menggunakan tipu muslihat, taktik, dan falsafah kehidupan—yang membuat hidup mereka menjadi sangat melelahkan dan menyakitkan. Mereka berinteraksi dengan saudara-saudari dengan cara yang sama seperti mereka berinteraksi dengan orang tidak percaya, mereka mengikuti falsafah Iblis, berbohong dan menipu. Mereka suka memulai pertengkaran dan berdebat. Di kelompok mana pun mereka berada, mereka selalu melihat siapa berpihak kepada siapa, dan siapa bekerja sama dengan siapa. Ketika mereka berbicara, mereka mengamati reaksi orang lain dengan saksama, mereka selalu waspada, berusaha tidak menyinggung siapa pun. Mereka selalu mengikuti falsafah ini tentang cara berinteraksi dengan orang lain ketika menangani segala sesuatu di sekitar mereka dan hubungan mereka dengan orang lain. Itulah yang membuat hidup mereka menjadi sangat melelahkan. Meskipun mereka mungkin terlihat aktif di antara orang lain, pada kenyataannya, hanya mereka yang tahu pergumulan mereka, dan jika engkau memperhatikan kehidupan mereka dengan saksama, engkau akan merasa itu melelahkan. Mengenai hal yang berkaitan dengan ketenaran, keuntungan, atau martabat, mereka bersikeras mengklarifikasi siapa yang benar atau salah, siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan harus berdebat untuk membuktikan suatu pendapat. Orang lain tidak ingin mendengarnya. Orang-orang berkata, "Bisakah kau menyederhanakan perkataanmu? Bisakah kau tidak bertele-tele? Mengapa kau membicarakan hal-hal yang sepele?" Pikiran mereka begitu rumit dan berbelit-belit, dan mereka menjalani kehidupan yang melelahkan tanpa menyadari masalah yang mendasarinya. Mengapa mereka tidak bisa mencari kebenaran dan bersikap jujur? Karena mereka menentang kebenaran dan tidak ingin bersikap jujur. Jadi, apa yang mereka andalkan dalam hidup? (Falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan cara-cara manusia.) Bergantung pada cara-cara manusia untuk bertindak yang cenderung mengarah ke akibat di mana seseorang akan ditertawakan atau memperlihatkan sisi buruk dirinya. Jadi, jika diamati dengan lebih saksama, tindakan mereka, hal-hal yang mereka lakukan sepanjang hari—semua itu berkaitan dengan martabat, reputasi, keuntungan, dan kesombongan mereka sendiri. Mereka seakan-akan hidup dalam sebuah jaring, mereka harus melakukan pembenaran atau mencari alasan untuk segala sesuatu, dan mereka selalu berbicara demi kepentingan mereka sendiri. Pemikiran mereka rumit, mereka mengatakan begitu banyak omong kosong, kata-kata mereka begitu kusut. Mereka selalu mendebatkan apa yang salah dan apa yang benar, tidak ada habis-habisnya. Jika mereka tidak berusaha mencari muka, mereka akan bersaing untuk mendapatkan reputasi dan status, dan tak pernah ada waktu yang terlewat tanpa mereka hidup untuk hal-hal ini. Lalu, apa akibatnya pada akhirnya? Mereka mungkin saja memperoleh reputasi, tetapi semua orang muak dan bosan terhadap mereka. Orang-orang telah mengenali diri mereka yang sebenarnya dan menyadari bahwa orang-orang ini tidak memiliki kenyataan kebenaran, bahwa mereka bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Ketika pemimpin dan pekerja atau saudara-saudari lain menyampaikan beberapa kata untuk memangkas mereka, mereka dengan keras kepala menolak menerimanya, mereka bersikeras mencoba melakukan pembenaran atau mencari-cari alasan, dan mereka mencoba menyalahkan orang lain. Selama pertemuan, mereka membela diri, memulai perdebatan, dan memicu munculnya masalah di antara umat pilihan Tuhan. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Apakah benar-benar tidak ada peluang bagiku untuk membela perkataanku?" Orang macam apa ini? Inikah orang yang mencintai kebenaran? Inikah orang yang percaya kepada Tuhan? Ketika mendengar ada orang mengatakan sesuatu yang tidak selaras dengan kehendak mereka, mereka selalu ingin berdebat dan menuntut penjelasan, mereka terjerat dalam hal siapa yang benar dan siapa yang salah, mereka tidak mencari kebenaran dan tidak memperlakukan hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Masalah sesederhana apa pun, mereka harus menjadikannya sangat rumit—mereka benar-benar cari masalah, pantas saja mereka sangat kelelahan! Banyak masalah yang orang hadapi disebabkan oleh dirinya sendiri. Mereka mencari masalah tanpa alasan. Mereka pun akhirnya menerima konsekuensi dari tindakannya sendiri. Inilah gaya hidup orang yang konyol. Meskipun orang bebal tidak terjerat dalam hal benar dan salah, mereka tetap memiliki kualitas yang begitu buruk sehingga tidak mengerti apa pun. Mereka hidup seperti babi, dalam keadaan linglung. Kedua tipe orang ini benar-benar berbeda: yang satu condong ke kiri dan yang lain condong ke kanan, tetapi keduanya termasuk dalam golongan orang tidak percaya. Seberapa lama pun mereka telah percaya kepada Tuhan atau sebanyak apa pun khotbah yang telah mereka dengar, orang-orang semacam itu tidak akan pernah mampu memahami kebenaran, apalagi mengetahui apa yang dimaksud dengan menerapkan kebenaran. Ketika menghadapi situasi apa pun, mereka tidak pernah mencari kebenaran, tetapi hidup berdasarkan cara-cara manusia dan falsafah Iblis, menjalani kehidupan yang melelahkan dan menyedihkan. Apakah mereka adalah orang yang tulus percaya kepada Tuhan? Sama sekali tidak. Mereka yang tidak mencintai kebenaran tidak benar-benar percaya kepada Tuhan. Mereka yang sama sekali tidak mampu menerima kebenaran tidak bisa disebut sebagai saudara-saudari. Hanya mereka yang mencintai dan mampu menerima kebenaranlah yang disebut sebagai saudara-saudari. Jadi, siapakah mereka yang tidak mencintai kebenaran? Mereka semua adalah orang-orang tidak percaya. Mereka yang sama sekali tidak menerima kebenaran adalah orang yang muak akan kebenaran dan menolaknya. Lebih tepatnya, mereka semua adalah orang-orang tidak percaya yang telah menyusup ke dalam gereja. Jika mereka mampu melakukan segala macam kejahatan serta mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, mereka adalah kaki tangan Iblis. Mereka harus disingkirkan dan dikeluarkan. Mereka sama sekali tidak dapat dianggap sebagai saudara-saudari. Semua orang yang menunjukkan kasih kepada mereka adalah orang yang sangat bodoh dan bebal.

Kutipan 87

Jika, saat ini, engkau semua belum menemukan perasaan dan prinsip-prinsip menjadi orang kudus, ini membuktikan bahwa jalan masuk kehidupanmu terlalu dangkal dan bahwa engkau belum memahami kebenaran. Dalam perilaku dan tindakanmu biasanya, dan di lingkungan tempat tinggalmu setiap hari, engkau harus menikmati dan merenungkan dengan saksama, bersekutu satu sama lain, saling mendorong, saling mengingatkan, saling membantu dan memperhatikan, dan saling mendukung dan membekali. Harus ada prinsip tentang bagaimana saudara-saudari berinteraksi. Jangan selalu berfokus pada kesalahan orang lain, melainkan engkau harus sering memeriksa dirimu sendiri, dan setelah itu secara proaktif mengakui kepada orang lain apa yang telah kaulakukan yang menyebabkan gangguan atau merugikan mereka, dan belajarlah untuk membuka dirimu dan bersekutu. Dengan cara seperti ini, engkau akan mampu memperoleh saling pengertian. Terlebih lagi, apa pun yang menimpamu, engkau haruslah memandang segala sesuatu berdasarkan firman Tuhan. Jika orang mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran dan menemukan jalan penerapannya, mereka akan menjadi sehati sepikir, dan hubungan di antara saudara-saudari akan menjadi normal, mereka tidak akan bersikap acuh tak acuh, dingin, dan kejam seperti orang-orang tidak percaya, dan mereka akan melepaskan mentalitas mereka yang curiga dan waspada terhadap satu sama lain. Saudara-saudari akan menjadi lebih akrab satu sama lain; mereka akan dapat saling mendukung, dan saling mengasihi; akan ada kehendak baik di dalam hati mereka, dan mereka akan mampu memaafkan dan berbelas kasihan terhadap satu sama lain, dan mereka akan saling mendukung dan membantu, bukannya saling mengasingkan, bersikap iri terhadap satu sama lain, mengukur diri mereka terhadap satu sama lain, dan secara diam-diam bersaing dan tidak dapat tunduk satu sama lain. Bagaimana orang bisa melaksanakan tugas mereka dengan baik jika mereka bersikap seperti orang tidak percaya? Ini bukan saja akan memengaruhi jalan masuk kehidupan mereka, tetapi juga akan merugikan dan memengaruhi orang lain. Sebagai contoh, engkau mungkin marah ketika orang memandangmu dengan cara yang salah, atau ketika mereka mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanmu, dan ketika seseorang melakukan sesuatu yang membuat orang lain tidak lagi menganggapmu menonjol, engkau mungkin membenci mereka, dan merasa tidak nyaman dan tidak bahagia, serta selalu memikirkan cara untuk memulihkan reputasimu. Para wanita dan kaum muda khususnya tidak mampu mengatasi hal ini. Mereka selalu terobsesi dengan perselisihan dan perdebatan kecil, cenderung memaksakan kehendak, dan hidup dalam keadaan yang negatif. Mereka tidak memiliki keinginan untuk berdoa kepada Tuhan atau makan dan minum firman Tuhan, yang pada akhirnya memengaruhi jalan masuk kehidupan mereka. Jika orang hidup berdasarkan watak mereka yang rusak, akan sangat sulit bagi mereka untuk menenangkan diri di hadapan Tuhan, dan akan sangat sulit bagi mereka untuk menerapkan kebenaran dan hidup berdasarkan firman Tuhan. Untuk dapat hidup di hadapan Tuhan, engkau harus terlebih dahulu belajar bagaimana merenungkan dirimu dan mengenal dirimu sendiri, serta sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, dan kemudian engkau harus belajar bagaimana hidup rukun dengan saudara-saudari. Engkau harus bersikap toleran satu sama lain, sabar satu sama lain, dan mampu melihat apa keunggulan dan kelebihan orang lain—engkau harus belajar menerima pendapat orang lain dan hal-hal yang benar. Jangan memanjakan dirimu sendiri, jangan memiliki ambisi dan keinginan dan selalu menganggap dirimu lebih baik daripada orang lain, dan kemudian menganggap dirimu sosok yang hebat, memaksa orang lain melakukan apa yang kaukatakan, mematuhimu, menghormatimu, meninggikanmu—ini menyimpang. Jika watak congkak seseorang tidak dibereskan, ditambah lagi dengan ambisi dan keinginan yang menggebu, hal ini akan dengan mudah menuntun pada penyimpangan. Oleh karena itu, mereka yang tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mampu merenungkan serta mengenal diri mereka sendiri berada dalam bahaya besar. Mereka selalu penuh ambisi, selalu berharap menjadi orang hebat dan manusia super—ini adalah penyimpangan, ini adalah kecongkakan yang ekstrem. Mereka telah sepenuhnya kehilangan nalar, mereka bukan orang-orang yang normal, mereka adalah orang-orang yang menyimpang, dan mereka adalah setan. Karena dikuasai oleh watak congkak, mereka memandang rendah orang lain di dalam hati mereka, menganggap mereka sangat tidak penting dan bodoh. Mereka tidak bisa mengakui kelebihan orang lain, melainkan membesar-besarkan kekurangan orang lain tanpa menahan diri; mereka merendahkan orang-orang itu di dalam hati mereka, dan mereka meremehkan dan menyebarluaskan kekurangan-kekurangan ini di setiap kesempatan, menyakiti dan membuat kesal orang lain, dan pada akhirnya membuat orang lain tunduk dan mendengarkan mereka, atau takut dan bersembunyi dari mereka. Ketika hubungan seperti ini muncul atau terjadi di antara orang-orang, apakah ini yang ingin engkau lihat? Dapatkah engkau menerimanya? (Tidak.) Sebagai contoh, katakanlah engkau lebih tinggi dan berpenampilan lebih baik daripada orang lain, dan ini membuat beberapa orang mengagumimu. Akibatnya, engkau merasa senang akan dirimu sendiri dan kemudian engkau memandang rendah mereka yang lebih pendek atau berpenampilan tidak sebaik dirimu. Watak apakah yang diperlihatkan di sini? Ada orang-orang yang memandang mereka yang tidak berpenampilan sebaik mereka, atau yang lebih pendek, dan mereka yang lebih bodoh dan tidak setanggap mereka, dengan pandangan menghina, dan bahkan mengeluarkan kata-kata sindiran untuk memperolok mereka. Apakah pantas memperlakukan orang lain seperti ini? Apakah ini adalah perwujudan kemanusiaan yang normal? Tentu tidak. Jadi, bagaimana cara yang paling tepat untuk menghadapi situasi seperti itu? (Dengan tidak mengejek orang lain atas kekurangan mereka, dan dengan menghormati orang lain.) Ini adalah sebuah prinsip. Sepertinya engkau telah memiliki sedikit pemahaman tentang hal ini. Jadi, bagaimana cara Tuhan memperlakukan manusia? Tuhan tidak memedulikan rupa orang, apakah mereka tinggi atau pendek. Sebaliknya, Dia melihat apakah hati mereka baik, apakah mereka mencintai kebenaran, dan apakah mereka mengasihi dan tunduk kepada Dia. Berdasarkan hal inilah, Tuhan mendasari sikap-Nya terhadap manusia. Jika orang juga mampu melakukan hal ini, mereka akan dapat memperlakukan orang lain dengan adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Pertama-tama, kita harus memahami maksud Tuhan, dan mengetahui bagaimana sikap Tuhan terhadap manusia, sehingga kita juga akan memiliki prinsip dan jalan tentang bagaimana cara kita bersikap terhadap orang lain. Pada umumnya, semua orang memiliki sedikit kesombongan. Ketika mereka mendengar sedikit kata-kata pujian, mereka merasa senang akan diri mereka sendiri, mereka berdendang dan berjalan dengan mendongakkan kepala. Ini adalah perwujudan watak Iblis. Jika mereka juga menghakimi dan memandang rendah orang lain, watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang kejam, congkak, dan jahat. Jika orang tidak mengenali atau tidak melihat betapa buruknya hidup dengan watak rusak, akan sulit bagi mereka untuk membuang watak-watak rusak ini, dan mereka tidak akan mampu hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati.

Kutipan 88

Tuhan mengungkapkan kebenaran agar menjadi kehidupan manusia. Untuk siapa kebenaran itu ditujukan? Untuk siapa kebenaran itu dipersekutukan? (Untuk orang-orang yang mencintai kebenaran dan dapat menerimanya.) Siapa yang benar-benar mampu mencintai kebenaran dan menerimanya di dalam hati mereka? Jika engkau dapat memahami pertanyaan ini, engkau akan tahu orang seperti apa yang diselamatkan oleh Tuhan. Pertama, kita harus memahami bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan ditujukan untuk orang-orang yang memiliki kemanusiaan, nalar, kecintaan terhadap hal-hal positif, dan kesadaran akan hati nurani mereka. Orang-orang lainnya tidak mencintai kebenaran, dan mereka tetap acuh tak acuh serta tak tergugah meski telah mendengar kebenaran, tanpa menyesal atau merasakan apa pun—mereka hidup namun seperti mati, dan ditakdirkan untuk tidak memiliki jalan masuk kehidupan. Ada orang-orang yang bertanya, "Mengapa Tuhan bersusah payah banyak berfirman ketika kebanyakan orang tidak mencintai kebenaran, tidak memiliki kemanusiaan yang baik, atau tidak menerima kebenaran, dan mereka bukanlah objek keselamatan, melainkan hanya pelaku pelayanan?" Apakah ini benar? (Tidak. Meskipun kebanyakan orang tidak mau mengejar kebenaran, masih ada sekelompok kecil orang yang memiliki kemanusiaan dan bersedia mengejar kebenaran. Kelompok kecil inilah yang ingin Tuhan selamatkan.) Benar. Firman Tuhan ditujukan untuk telinga manusia, bukan binatang ataupun setan. Di dalam gereja, terlepas dari apakah sepertiga atau seperlima dari semua orang yang dapat menerima kebenaran, bagaimanapun juga, yang akan bertahan pada akhirnya adalah kelompok kecil itu. Jadi, bagaimana kita bisa tahu siapa yang percaya kepada Tuhan dengan tulus, dan siapa yang dapat bertahan? Kita dapat mengetahui apakah seseorang memiliki hati nurani, apakah hati nuraninya sadar setelah mendengarkan firman Tuhan, apakah dia dapat memahami firman Tuhan, apakah dia dapat memahami kebenaran setelah mendengarkan khotbah dan menerapkannya setelah memahaminya, serta apakah dia dapat mengubah watak rusaknya. Berdasarkan hal-hal ini, kita dapat mengetahui apakah dia adalah orang yang menerima kebenaran dan domba Tuhan. Domba Tuhan mampu mendengarkan suara Tuhan. Setelah mendengarkan suara-Nya, mereka menanggapi, memahaminya, dan bersedia mengikuti Tuhan. Orang-orang seperti inilah domba-domba Tuhan. Apa yang dimiliki orang-orang ini dalam kemanusiaan mereka? (Orang-orang ini menyukai hal-hal positif, bersedia mengejar kebenaran, dan memiliki hati nurani.) Mengapa mereka bersedia mengejar kebenaran? Yang ada dalam kemanusiaan mereka adalah cinta akan kebenaran, hati nurani, dan nalar. Mereka juga dapat memahami firman Tuhan dan menerapkannya pada kondisi batin mereka sendiri. Mereka menjadikan firman Tuhan sebagai bagian dari aktivitas mereka sehari-hari, menjadikannya sebagai hidup mereka, tujuan, prinsip, dasar perilaku, serta cara mereka bersikap. Artinya, firman Tuhan menjadi kenyataan hidup mereka, dan mereka mampu menerapkan firman Tuhan. Orang-orang ini adalah domba-domba Tuhan. Ada orang yang dari luar tampak cukup polos dan tidak buruk, tetapi mereka tidak mampu menerapkan firman Tuhan setelah mendengarkannya. Orang-orang seperti ini bukanlah domba-domba Tuhan. Ada banyak orang yang berjerih payah yang seperti itu. Mereka tidak memahami firman Tuhan tak peduli bagaimana mereka mendengarkannya, dan bahkan tak mampu menerapkan firman Tuhan. Mereka bisa percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tanpa memperoleh kehidupan. Oleh karena itu, orang seharusnya mengerti siapa sebenarnya yang dapat diselamatkan oleh firman Tuhan. Berapa pun jumlah orang yang Tuhan selamatkan bukanlah masalah. Bahkan jika hanya satu orang yang dapat memahami firman-Nya, Tuhan akan tetap melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Seperti yang telah diketahui, hanya delapan orang yang diselamatkan ketika Nuh membangun bahtera. Dari zaman Perjanjian Lama hingga sekarang, hanya sedikit orang yang diselamatkan. Pada Zaman Hukum Taurat, ketika Tuhan belum secara resmi melakukan pekerjaan penyelamatan atau memberikan kebenaran kepada manusia, ada berapa banyak orang yang diterima oleh Tuhan? Apakah banyak? Hanya segelintir orang yang mendapatkan perkenanan-Nya pada saat itu. Bagaimana dengan pekerjaan di akhir zaman? Walaupun hanya sedikit orang yang dapat menerima kebenaran melalui penghakiman, hajaran, ujian, dan pemurnian, jumlahnya masih lebih besar dibanding dengan yang didapatkan oleh Tuhan pada Zaman Hukum Taurat dan Zaman Kasih Karunia. Kini, ada cukup banyak orang yang dapat memberikan kesaksian pengalaman, dan memang ada beberapa orang yang telah mengubah watak mereka, jadi bagaimana mungkin hati Tuhan tidak tersentuh karenanya?

Ketika engkau semua melihat bahwa sebagian besar orang di gereja telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, namun tidak mengejar kebenaran, tidak berubah sama sekali, dan masih seperti orang tidak percaya, apakah engkau merasa negatif? (Terkadang aku merasa sedikit negatif, tetapi aku tahu bahwa tak peduli seberapa pemberontaknya seseorang, atau seberapa buruk kualitasnya, selama hatinya benar dan dia bersedia berjuang untuk mengejar kebenaran, maka Tuhan akan terus bekerja dalam dirinya dengan sangat sabar, memerinci dan memecah kebenaran sedikit demi sedikit, dan bersekutu dengannya sedetail mungkin. Aku sangat tersentuh melihat betapa mahal harga yang dibayar Tuhan untuk melengkapi manusia tanpa pernah menyerah hingga membuahkan hasil. Aku merasa bahwa tak peduli seberapa buruk kualitasku, aku harus berusaha untuk menjadi lebih baik, mengejar dengan lebih rajin, dan tidak berkecil hati.) Sudah menjadi fakta umum bahwa manusia memang memiliki kualitas yang buruk atau suka memberontak, tetapi Tuhan tidak pernah berkata bahwa engkau tidak akan diselamatkan karena hal ini. Jika Tuhan tidak mau menyelamatkanmu, lalu untuk apa Dia mengucapkan firman ini kepadamu, atau membayar harga semahal itu? Dalam melakukan semua hal ini, maksud Tuhan telah dinyatakan dengan jelas dan eksplisit kepada umat manusia. Ini bukanlah rahasia, dan siapa pun yang memiliki hati dan roh dapat memahaminya; hanya orang bodoh yang tak memiliki pemahaman rohani yang dapat merasa negatif, dan hanya orang yang tak memahami kebenaran yang akan merasa kecewa dan cemas, percaya bahwa mereka tak dapat diselamatkan. Hal terpenting dalam kepercayaan kepada Tuhan adalah bahwa engkau harus memercayai semua ini dan kebenaran yang Dia firmankan. Selama engkau memiliki tekad dan mampu menerapkan kebenaran, maka itu dapat menjadi kehidupanmu. Tak masalah seberapa matang kehidupanmu pada akhirnya, selama engkau menerapkan firman Tuhan secara positif dan proaktif, tanpa dengan sengaja melanggarnya atau melanggar kebenaran, menerapkan sebanyak mungkin yang kaupahami, berusaha keras untuk mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan kekuatanmu, maka itu sudah memenuhi standar. Tuntutan Tuhan terhadap manusia tidaklah tinggi. Kebenaran yang Tuhan persekutukan itu komprehensif, dan firman-Nya sangat terperinci dan spesifik. Mengapa Dia berfirman dengan cara seperti ini? Karena kebenaran disediakan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk satu kelompok kecil atau beberapa jenis orang. Dari semua kebenaran yang disediakan untuk seluruh umat manusia, apa yang dapat engkau terapkan dan capai itu terbatas. Mengapa Kukatakan itu terbatas? Karena kualitas, wawasan, dan kemampuan setiap orang untuk memahami berbeda-beda, begitu pula dengan lingkungan yang Tuhan atur untuk mereka dan tugas yang mereka laksanakan. "Perbedaan" ini membuat setiap orang dapat menerapkan dan masuk ke dalam sebagian firman Tuhan saja, sehingga apa yang dapat mereka capai atau terapkan pun terbatas. Sebagai contoh, ada seseorang yang mengalami ujian berupa penyakit, dan dia menyadari bahwa ujian itu berasal dari Tuhan. Apakah pantas jika kemudian dia berpikir bahwa Tuhan seharusnya membuat semua orang mengalami ujian berupa penyakit juga? (Tidak, tidak pantas.) Ini murni berasal dari keinginan manusia. Tuhan bekerja dalam diri setiap orang dengan cara yang berbeda-beda, dan ujian ini ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Tuhan bekerja dalam diri mereka agar mereka mengalami ujian berupa penyakit. Setelah Tuhan memberikan ujian ini pada sekelompok orang, apa yang diperoleh orang-orang lainnya? Selama diberi ujian, manusia harus belajar tunduk kepada Tuhan, mengerti pemberontakan mereka sendiri, memperbaiki hubungan antara makhluk ciptaan dengan Sang Pencipta, memperbaiki hubungan antara manusia dan Tuhan, mampu memahami hati Tuhan, mampu mencapai ketundukan kepada-Nya, dan apa pun yang terjadi, tidak salah paham terhadap-Nya, tetapi tetap tunduk. Aspek kebenaran inilah yang harus diperoleh setiap orang. Jika engkau memperoleh aspek kebenaran ini dari pengalaman orang lain, apakah engkau juga harus mengalami ujian ini? Tidak harus. Tuhan memilih orang yang berbeda—mungkin orang yang tepat, atau orang yang spesial—untuk mengalami ujian ini dan menjadi bagian dari pekerjaan Tuhan. Inilah yang Tuhan janjikan kepada manusia, dan inilah yang akan Dia lakukan. Ada orang yang telah mengalami sakitnya kehilangan orang yang mereka cintai, dan melalui kehilangan ini, mereka mendapatkan pengalaman dan kesaksian, ketundukan kepada Tuhan, dan ketergantungan serta kepercayaan yang sejati. Dari pekerjaan yang Tuhan lakukan pada sekelompok orang tertentu, semua orang dapat melihat kesaksian bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah benar, dan mereka harus tunduk, bukannya menganalisis, meneliti, atau berdebat dengan-Nya, meminta Dia menjelaskannya dengan jelas dan menyeluruh. Mereka harus tunduk tanpa syarat dan tanpa mengeluh. Selain itu, orang harus belajar memahami makna dan nilai dari semua pekerjaan yang Tuhan lakukan. Dibandingkan dengan cara-cara Tuhan melakukan pekerjaan-Nya ini dan semua aspek firman-Nya, apa yang dialami setiap orang hanyalah sebagian kecil dari firman-Nya. Tergantung pada kualitasmu, lingkungan keluargamu, dan tugas yang engkau laksanakan saat ini, apa yang engkau alami dari firman Tuhan hanyalah seperseribu dari bagian kecil itu. Jika engkau masuk ke dalam bagian seperseribu ini dan benar-benar tunduk kepada Tuhan tanpa syarat, memosisikan diri sebagai makhluk ciptaan, tunduk pada kedaulatan dan pengaturan Sang Pencipta, dan mencapai hasil yang Tuhan ingin capai dalam dirimu, engkau akan diselamatkan. Ini mudah dipahami, dan memang seperti inilah adanya.

Kunci dalam melaksanakan tugas adalah kesetiaanmu. Apa itu kesetiaan? Setia berarti serius dan bertanggung jawab, melaksanakan tugasmu sepenuhnya, tanpa bersikap asal-asalan sedikit pun. Jika engkau bersikap asal-asalan, ketika terjadi kesalahan, itu akan menjadi aib, dan ini sama sekali bukan hal sepele. Selain itu, mengenai pekerjaan yang ditugaskan kepadamu di rumah Tuhan, setiap orang seharusnya lebih banyak bersekutu bersama-sama, mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan menemukan prinsip-prinsip yang benar. Masalah harus dipecahkan segera setelah ditemukan, dan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, segera laporkan kepada atasan. Berusahalah memastikan agar pekerjaan rumah Tuhan berjalan lancar, tanpa hambatan, celah, ataupun penundaan. Laksanakanlah tugasmu dengan baik, dukung penyebaran pekerjaan Injil, dan biarkan kehendak Tuhan terlaksana sepenuhnya di bumi. Dengan begini, tugasmu akan terlaksana dengan baik. Sebenarnya, dalam lingkup pelaksanaan tugas seseorang, ini adalah beberapa aspek kebenaran yang dapat diterapkan, capai, serta sentuh, dan memasuki realitas kebenaran ini berarti mencapai standar minimum yang Tuhan tuntut dari manusia. Ada beberapa orang yang imannya lemah, ada beberapa orang yang pengecut, dan yang lainnya berkualitas buruk, atau memiliki pemahaman yang menyimpang, atau memiliki pemikiran yang bodoh. Hal-hal ini serta hal negatif dan pasif lainnya dalam segala aspek akan memengaruhi kemampuan orang untuk menerapkan kebenaran dan melaksanakan tugasnya secara efektif. Tuntutan yang Tuhan tetapkan bagi orang-orang berdasarkan pada kualitas, karakter, dan tingkat pemahaman mereka tentang kebenaran. Apa standar dari tuntutan ini? Tuhan melihat apakah iman seseorang kepada Tuhan tulus dan apakah dia dapat menerima kebenaran. Ini adalah dua syarat yang paling penting. Beberapa orang memang bodoh, memiliki pemahaman yang menyimpang tentang berbagai hal, kurang wawasan, lambat belajar apa pun, tampak tidak mengerti apa pun yang dikatakan orang lain, dan perlu dibimbing saat sedang diajari. Ini adalah orang-orang yang memiliki kualitas yang sangat buruk, dan ini tidak akan berubah. Orang-orang lain mungkin memiliki banyak pengetahuan, atau penuh dengan pengetahuan yang mendalam, tampak sangat cerdik dari luar, tetapi cenderung memiliki pemahaman yang menyimpang tentang hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran. Bahkan jika mereka memahami kebenaran, mereka tetap tidak bisa menerimanya, dan inilah kelemahan fatal mereka. Orang seperti ini mudah terpengaruh oleh pengetahuan dan doktrin saat melaksanakan tugasnya, dan sulit untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran atau mengubah pandangannya terhadap berbagai hal. Jadi, apa yang harus dia lakukan jika dia benar-benar ingin mengejar kebenaran? Kuncinya adalah melihat apakah dia bisa menerima kebenaran. Jika dia bisa, masalahnya mudah dipecahkan, tetapi jika dia bersikeras tak mau menerima kebenaran, berarti sudah tak ada harapan lagi. Dia tidak akan berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, dan bahkan Kurasa tidak ada jalan baginya untuk diselamatkan. Tingkat pendidikan dan kecerdasan seseorang tidaklah penting. Yang penting adalah mampu menerima kebenaran dan mencintai firman Tuhan. Yang Tuhan lihat adalah seberapa banyak kebenaran yang dapat engkau terapkan setelah diberi pencerahan untuk memahaminya dalam lingkungan yang telah Dia atur. Dia melihat sekeras apa engkau mengerahkan diri untuk melaksanakan tugas-tugas yang Dia tuntut, seberapa besar kekuatan yang kaukerahkan, seberapa besar usaha yang kaulakukan. Misalnya, kualitasmu rata-rata, tingkat pendidikanmu tidak terlalu tinggi, kemampuanmu dalam memahami buruk, dan sedikit menyimpang. Ini semua adalah fakta-fakta objektif. Namun, ketika sesuatu terjadi, dan Tuhan mengizinkanmu untuk melihat kekurangan di dalamnya, bahwa ada masalah dengannya, dan siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut, maka hal ini akan menyingkapkan apakah engkau dapat menjunjung tinggi prinsip-prinsip dan menjadi pelaku kebenaran. Jika engkau melaksanakan tugasmu dengan setia dan tulus kepada Tuhan, lalu apa yang seharusnya engkau lakukan tentang hal itu? Apa yang seharusnya kaulakukan agar sejalan dengan kebenaran dan melakukan apa yang Tuhan tuntut? Dalam keadaan seperti itu, Tuhan tidak melihat kualitasmu atau seberapa berpendidikannya dirimu, atau berapa lama engkau telah percaya kepada-Nya. Dia melihat pandangan dan sikapmu terhadap hal yang telah terjadi, apakah engkau tulus, dan apakah engkau menggunakan hati nuranimu pada saat itu. Jika engkau tulus kepada Tuhan, engkau akan memiliki rasa tanggung jawab, dan engkau akan berpikir, "Hal ini mungkin tidak ditugaskan kepadaku, tetapi ini berkaitan dengan pekerjaan gereja. Aku harus bertanya dan mendengar lebih banyak tentang hal ini." Dan setelah bertanya, mungkin engkau akan mengetahui bahwa pengawas telah bermalas-malasan dan tidak bertanggung jawab, bahwa dia tidak menganggap masalah ini serius dan menundanya. Kemudian, engkau akan mencari pengawas itu, bersekutu dengannya, dan segera memperbaiki masalah itu. Engkau tidak perlu meminta dari Yang di Atas; engkau akan menyelesaikan masalah itu sendiri. Engkau memiliki kualitas yang biasa, beberapa kekurangan, serta kesalahan, tetapi apakah hal-hal itu akan memengaruhi penerapan kebenaranmu? Apakah hal-hal itu akan memengaruhi pemenuhan tugasmu atau kesetiaanmu kepada Tuhan? Tidak akan. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka bodoh dan memiliki pemahaman yang menyimpang, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pemahaman rohani, dan yang lain mengatakan bahwa kualitas mereka buruk dan tidak berpendidikan. Jika demikian, bisakah engkau tidak menerapkan kebenaran ketika sesuatu terjadi? Tuhan tidak melihat kualitas orang-orang atau tingkat pendidikan mereka. Hal-hal ini tidak ada kaitannya dengan penerapan kebenaran. Kekurangan dan kelemahan ini tidak berpengaruh pada penerapan kebenaranmu, atau pada kesetiaanmu kepada Tuhan, atau pada tanggung jawabmu atas pelaksanaan tugasmu. Tuhan melihat apakah engkau tulus atau tidak. Ini adalah hal yang paling nyata dan dapat dicapai orang. Tuhan menggunakan cara yang paling nyata untuk menilai setiap orang. Ada orang yang berkata, "Kualitasku buruk, aku bodoh, aku memiliki terlalu banyak pengetahuan, dan itu memengaruhiku dalam menerapkan kebenaran." Itu semua hanyalah alasan dan tidak benar. Tetapi mengapa? Karena bukan seperti itulah cara Tuhan menilai orang. Itu adalah standarmu sendiri, bukan standar Tuhan. Apa standar Tuhan ketika menilai seseorang? Tuhan melihat apakah seseorang setia kepada-Nya dan apakah dia tulus atau tidak. Jika engkau setia kepada Tuhan, tidak masalah jika pemahamanmu sedikit menyimpang atau aneh. Ada orang yang berkata, "Aku tidak memiliki pemahaman rohani." Lalu, apakah engkau setia kepada Tuhan? Jika ya, itu tidak akan memengaruhimu dalam menerapkan kebenaran. Apakah ini cukup jelas? Jika engkau setia kepada Tuhan, dan melaksanakan tugasmu dengan tulus, mungkinkah engkau akan tetap bersikap negatif dan lemah ketika dipangkas? Jadi apa yang harus kaulakukan jika engkau benar-benar negatif dan lemah? (Kami harus berdoa kepada Tuhan dan bergantung pada Tuhan, berusaha dan memikirkan apa yang Tuhan kehendaki, merenungkan apa kekurangan kami, kesalahan apa yang telah kami perbuat; di area mana saja kami telah jatuh, yaitu di area mana kami harus bangkit kembali.) Betul sekali. Kenegatifan dan kelemahan bukanlah masalah besar. Tuhan tidak menghukumnya. Asalkan orang mampu bangkit kembali setelah mereka jatuh, dan memetik pelajaran, dan melaksanakan tugas mereka secara normal, itu sudah cukup. Tak seorang pun akan menentangmu, jadi jangan terus-menerus bersikap negatif. Jika engkau membuang tugasmu dan melarikan diri darinya, engkau akan menghancurkan dirimu sepenuhnya. Setiap orang kadang-kadang menjadi negatif dan lemah—cukup carilah kebenaran, maka kenegatifan dan kelemahan akan mudah diatasi. Keadaan beberapa orang benar-benar berubah hanya dengan membaca satu bab dari firman Tuhan atau menyanyikan beberapa lagu pujian; mereka dapat membuka hati mereka dalam doa kepada Tuhan, dan mereka dapat memuji Dia. Bukankah masalah mereka kemudian dapat diselesaikan? Sebenarnya, dipangkas adalah hal yang benar-benar baik. Sekalipun kata-kata yang memangkasmu agak kasar, sedikit menggigit, itu karena engkau bertindak tanpa nalar, dan engkau melanggar prinsip tanpa menyadarinya—bagaimana mungkin engkau tidak dipangkas dalam keadaan seperti itu? Memangkasmu dengan cara ini sebenarnya adalah untuk membantumu, ini adalah kasih terhadapmu. Engkau harus memahami hal ini dan tidak mengeluh. Jadi, jika pemangkasan menimbulkan kenegatifan dan keluhan, ini artinya kebodohan dan ketidakpahaman, perilaku orang yang tidak memiliki nalar.

Apa hal terpenting yang harus menjadi fokus ketika percaya kepada Tuhan? Apakah kualitas seseorang tinggi atau rendah, apakah dia memiliki pemahaman rohani, atau seperti apa pemangkasan yang mereka hadapi. Semua ini tidaklah penting. Apa hal yang penting saat ini? Yang penting adalah bagaimana engkau semua memasuki kenyataan kebenaran. Untuk melakukan itu, apa hal paling mendasar yang harus dimiliki seseorang? Dia harus memiliki hati yang tulus. Apa yang dimaksud dengan tulus? Tulus berarti tidak licik ketika sesuatu menimpamu, tidak memikirkan kepentinganmu sendiri, tidak membuat rencana licik dan berkomplot dengan orang lain, dan tidak bermain curang dengan Tuhan. Jika engkau bisa menipu Tuhan dan tidak tulus terhadap-Nya, engkau benar-benar akan tamat, dan Tuhan tidak akan menyelamatkanmu, jadi apa gunanya memahami kebenaran? Engkau mungkin memiliki pemahaman rohani, kualitas yang baik, pandai berbicara, dan mampu memahami hal-hal dengan cepat, menarik kesimpulan, dan memahami semua yang Tuhan firmankan, tetapi jika engkau bermain curang dengan Tuhan ketika sesuatu menimpamu, itu adalah watak Iblis dan sangat berbahaya. Sebaik apa pun kualitasmu, itu tidak ada gunanya, dan Tuhan tidak akan menginginkanmu. Tuhan akan berfirman, "Engkau pandai bicara, berkualitas baik, cepat tanggap, dan memiliki pemahaman rohani, tetapi hanya ada satu masalah—engkau tidak mencintai kebenaran." Mereka yang tidak mencintai kebenaran adalah orang-orang yang menyusahkan, dan Tuhan tidak menginginkan mereka. Seseorang yang tak berhati baik akan dibuang, sama seperti bagaimana mobil yang kelihatannya dirawat dengan baik tetapi memiliki mesin yang buruk akan dibuang. Orang pun sama seperti ini: Tidak peduli seberapa baik kualitasmu, seberapa cerdas, pandai bicara, atau seberapa cakap engkau, atau seberapa baik engkau dalam menangani masalah, itu semua tidak berguna, dan ini bukanlah poin kuncinya. Jadi, apa poin kuncinya? Poin kuncinya adalah apakah hati seseorang mencintai kebenaran. Ini bukan tentang mendengarkan bagaimana dia berbicara, tetapi melihat bagaimana dia bertindak. Tuhan tidak melihat apa yang engkau katakan atau janjikan di hadapan-Nya; Dia melihat apakah hal yang kaulakukan memiliki kenyataan kebenaran. Selain itu, Tuhan tidak peduli seberapa tinggi, seberapa mendalam, atau seberapa hebat tindakanmu, dan bahkan jika engkau melakukan hal kecil sekalipun, jika Tuhan melihat ketulusan dalam setiap gerakanmu, Dia akan berfirman, "Orang ini sungguh-sungguh percaya kepada-Ku. Dia tidak pernah membual. Dia berperilaku sesuai dengan posisinya. Meskipun dia mungkin tidak berkontribusi besar terhadap rumah Tuhan dan berkualitas buruk, dia teguh dan melakukan segala hal dengan tulus." "Ketulusan" ini meliputi apa? Ketulusan meliputi rasa takut dan ketundukan kepada Tuhan, serta iman dan cinta yang sejati; ini meliputi segala sesuatu yang Tuhan ingin lihat. Orang seperti ini mungkin tampak tidak menonjol bagi orang lain, dan bisa jadi dia adalah orang yang melakukan tugas biasa, seperti membuat makanan atau bersih-bersih. Orang seperti ini tidak menonjol bagi orang lain, tidak mencapai sesuatu yang besar, dan tidak memiliki apa pun yang membuatnya dihormati, dikagumi atau diirikan—dia hanya orang biasa. Namun, semua yang Tuhan tuntut ada dalam dirinya serta dijalaninya, dan dia memberikan semuanya kepada Tuhan. Katakan pada-Ku, apa lagi yang Tuhan inginkan? Dia puas dengannya. Oleh karena itu, jangan merasa negatif dan berkecil hati hanya karena tingkat pertumbuhanmu terlalu kecil dan engkau tidak memahami kebenaran, atau karena engkau melihat orang lain menempuh jalan yang disempurnakan setelah menghadapi kesengsaraan dan mengalami ujian serta pemurnian, dan jangan berpikir bahwa Tuhan tidak mencintaimu atau tidak bersedia menyempurnakanmu. Mengapa engkau terburu-buru? Apa yang Tuhan berikan kepada setiap orang berbeda-beda, dan ketika engkau mengukur dirimu sendiri, pertama-tama ukurlah apa yang telah Tuhan berikan kepadamu dan seperti apa kondisimu sendiri. Dengan begitu, engkau dapat memahami bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu baik. Seseorang mungkin berkata, "Kualitasku buruk. Apakah yang Tuhan berikan kepadaku tetap baik?" Ya, itu baik. Orang lain mungkin berkata, "Aku cukup bodoh. Apakah yang Tuhan berikan kepadaku tetap baik?" Ya, semuanya baik. Mengapa semuanya baik? Jika engkau tidak bodoh, engkau akan menjadi congkak dan lupa diri, jadi ini merupakan hal yang baik dan melindungimu. Jika engkau semua memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih hebat daripada yang kaumiliki saat ini, siapa yang bisa tetap berperilaku baik dan bersedia melakukan tugasmu di rumah Tuhan seperti ini? Bukankah ada beberapa orang yang seperti ini, tetapi tidak banyak? (Ya.) Segala sesuatu yang Tuhan lakukan itu baik dan benar, hanya saja orang-orang tidak memahami hal ini dengan jelas. Orang-orang selalu menginginkan lebih dari Tuhan, seolah-olah makin banyak yang Tuhan berikan kepada seseorang, orang itu akan makin mampu menerapkan kebenaran, padahal sebenarnya tidak demikian. Tuhan telah memberimu jumlah yang cukup. Dia telah memberimu segalanya dan menganugerahkan hidup-Nya kepadamu, jadi apa lagi yang engkau inginkan? Semua yang Tuhan firmankan ini dan semua pekerjaan yang Dia lakukan sudah berlimpah dan cukup bagi umat manusia. Tidak ada yang dapat dituntut manusia dari Tuhan, dan mereka tidak boleh mengeluh tentang-Nya dan berkata, "Apa yang bisa kulakukan dengan kualitas ini atau sedikit karunia yang telah Tuhan berikan kepadaku ini?" Ada begitu banyak hal yang bisa kaulakukan. Apa yang Tuhan inginkan tidak seperti yang kaubayangkan—Dia ingin engkau menerapkan kebenaran, melakukan segala sesuatu sesuai dengan prinsip, dan melaksanakan tugas yang harus kaulaksanakan dengan baik. Engkau tidak melakukan apa yang mampu kaulakukan, melainkan tanpa dipikir dahulu melakukan apa yang seharusnya tidak kaulakukan. Ini disebut mengabaikan pekerjaanmu. Bukankah ambisimu agak berlebihan? (Ya.) Apa yang ingin dilakukan orang-orang? Mengejar gengsi di antara orang lain, berbicara dan melakukan tindakan yang membuat orang lain merasa kagum dan hormat, dan menjadi terkenal secara luas. Tuhan tidak ingin engkau menjadi orang seperti itu, jadi Dia tidak memberimu hal-hal seperti itu. Jika engkau memiliki kesempatan untuk menjadi orang seperti itu, apakah engkau bersedia menolaknya? Bisakah engkau melepaskannya begitu saja? Konsekuensinya berbahaya. Apakah engkau mengira bahwa hal-hal itu baik? Mengapa ada orang yang menjadi antikristus? Bukankah itu karena mereka berpikir bahwa mereka memiliki sedikit keterampilan, sehingga mereka menjadi sangat congkak? Mengapa mereka mampu menempuh jalan itu? Karena mereka memang orang yang seperti itu. Cepat atau lambat, mereka harus menempuh jalan itu, dan Tuhan tidak berencana untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka atau menyelamatkan mereka. Jadi, apa yang Dia berikan kepadamu tentu berbeda dengan apa yang Dia berikan kepada orang lain. Jika engkau selalu membandingkan dirimu dengan orang lain dan selalu menginginkan apa yang mereka miliki, apakah ini pemahaman yang murni? Engkau tidak memahami maksud Tuhan! Oleh karena itu, ketika engkau menyadari bahwa kualitasmu buruk, bahwa engkau tidak memiliki pemahaman rohani dan memiliki pemahaman yang menyimpang, bahwa engkau sering kali lemah, atau berpikir bahwa engkau memiliki terlalu banyak masalah dan kekurangan, engkau harus terlebih dahulu merenungkan alasan Tuhan tidak memberimu karunia tertentu. Ini adalah kehendak baik-Nya. Coba lihatlah kembali jalan mana yang ditempuh oleh sebagian besar orang yang berbakat dan diberi karunia, dan bagaimana sikap Tuhan terhadap mereka. Apa kalimat yang paling ingin kaukatakan setelah memahami hal ini? (Syukur kepada Tuhan atas perlindungan-Nya.) Benar, engkau harus berterima kasih kepada Tuhan dan berkata, "Tuhan, Engkau sangat baik kepadaku, Engkau tidak memberiku karunia ataupun bakat, dan membuatku seperti orang bodoh, orang idiot. Inilah berkatku! Aku tidak negatif ataupun sedih. Yang kurang dari diriku saat ini adalah ketulusan dan kesetiaan terhadap-Mu. Aku tidak meminta untuk menjadi orang yang cerdas dan pandai bicara, atau meminta karunia dan bakat. Aku hanya ingin mempersembahkan ketulusanku kepada-Mu. Karunia, bakat, dan pengetahuan, serta status dan ketenaran di antara orang-orang bukanlah hal yang baik, dan aku tidak menginginkannya." Bukankah ini menunjukkan perubahan? (Ya, benar.) Jadi, masih bisakah engkau merasa sakit dan menangis karena memiliki begitu banyak kekurangan? Engkau tidak akan menangis lagi, dan engkau tidak akan merasa diperlakukan dengan tidak adil. Jika tidak, ketika orang lain memangkasmu, engkau akan berpikir, "Aku ini bodoh, semua orang di dunia meremehkanku, dan aku tidak akan pernah dipromosikan atau menduduki posisi penting di rumah Tuhan." Implikasinya adalah, "Hanya sedikit sekali yang Tuhan berikan padaku, jadi mengapa Dia memberi begitu banyak kepada orang lain?" Engkau akan selalu mengeluh di dalam hatimu dan merasa diperlakukan dengan tidak adil. Padahal, berkat besar telah datang kepadamu, dan engkau bahkan tidak menyadarinya. Jika hal seperti itu terjadi lagi di masa depan, apakah sudut pandangmu akan berbeda? (Ya, akan berbeda.) Apa yang akan berubah pada orang-orang ketika sudut pandang mereka berbeda? (Mereka tidak akan lagi menetapkan tujuan atau mengejar ambisi yang terlalu tinggi. Mereka akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, dengan hati yang bersyukur dan bijaksana.) Mereka dapat bersikap bijaksana, hidup secara autentik dan realistis, serta mengejar tujuan yang berbeda. Katakan pada-Ku, apakah lebih baik bagi Tuhan untuk membuatmu menjadi orang bodoh dan idiot yang dapat dengan baik melaksanakan tugas dengan bijaksana sehingga engkau dapat diselamatkan, ataukah lebih baik bagi-Nya untuk memberimu kualitas yang tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi, penampilan yang baik, kepandaian berbicara, serta kemampuan kerja dan kekuatan khusus, sehingga ke mana pun engkau pergi, orang-orang mengagumimu, dan engkau menjadi sosok yang sangat penting di antara orang biasa, dan kemudian engkau menempuh jalan antikristus? Mana yang akan kaupilih? (Lebih baik menjadi orang bodoh dan idiot.) Sekarang engkau dapat mengatakan ini, tetapi jika ada yang benar-benar memanggilmu bodoh dan idiot, itu akan membuatmu kesal. Engkau harus berpikir seperti ini, "Meskipun kualitasku buruk dan aku bodoh, aku lebih baik daripada orang-orang jahat dan antikristus karena aku masih memiliki kesempatan untuk diselamatkan." Engkau harus belajar menghibur dirimu sendiri. (Aku ingat ada beberapa orang lain yang percaya kepada Tuhan bersamaku. Mereka semua memiliki kualitas yang tinggi dan sangat cerdas, tetapi karena mereka selalu berjuang untuk kekuasaan dan keuntungan, dan mengganggu pekerjaan gereja, mereka diberhentikan dan dikeluarkan. Aku merasa bahwa aku bisa sampai di posisiku saat ini karena aku memiliki kualitas yang buruk, aku bodoh, dan aku bisa berperilaku baik—ini juga merupakan perlindungan yang luar biasa dari Tuhan.) Mengapa Tuhan melindungimu? Apakah karena engkau bodoh? Apakah Dia bersimpati kepada yang lemah? Tidak. Ini tidak seperti yang dikatakan orang tidak percaya, bahwa masalah yang paling mencolok adalah yang paling mungkin mendapat perhatian. Bukan itu masalahnya. Bagaimana cara yang tepat untuk melihat hal ini? Cara pandang manakah yang sejalan dengan kebenaran? (Itu karena orang-orang percaya yang memiliki sedikit ketulusan dan kecintaan akan kebenaran di dalam hati mereka, dan mereka bersedia mengejar kebenaran. Tuhan menyelamatkan orang-orang yang memiliki hati seperti ini, dan dengan demikian, Dia mengatur berbagai lingkungan untuk melindungi mereka.) Itu benar. Tuhan melindungimu sebagai ganti atas ketulusanmu kepada-Nya. Jadi, apa yang paling berharga? Ketulusan manusia adalah yang paling berharga. Engkau memiliki sedikit kecintaan akan hal-hal positif dan ketulusan kepada Tuhan, dan engkau menukarnya dengan perlindungan dan kasih karunia Tuhan. Engkau telah mendapatkan banyak hal. Seseorang mungkin berkata, "Kualitasku buruk, dan meskipun aku telah mendapatkan banyak hal, aku masih tidak mengerti apa-apa." Apakah engkau tidak mengerti banyak hal? Kemampuanmu untuk melaksanakan tugasmu dan mengikuti Tuhan saat ini terkait dengan pemahamanmu akan kebenaran. Mungkin orang lain berkata, "Apa yang kumengerti? Aku tak bisa memaparkannya dengan jelas." Engkau mungkin tidak bisa memaparkannya dengan jelas, tetapi engkau mampu bertahan dalam pelaksanaan tugasmu di rumah Tuhan, dan engkau mengerti banyak hal. Tidak peduli seberapa dalam atau dangkalnya pemahamanmu tentang hal-hal ini, semuanya tentu berhubungan dengan kebenaran dan dekat dengan kebenaran. Karena itulah engkau telah didukung sampai sekarang dan terus melaksanakan tugasmu. Bukankah itu masalahnya? (Ya, itu benar.) Berpikir bahwa engkau adalah orang bodoh atau idiot bukanlah hal yang buruk, dan jika dilihat sekarang, "bodoh" dan "idiot" adalah julukan tanpa makna merendahkan atau meremehkan. Mana yang lebih baik, dipanggil bodoh dan idiot atau dipanggil antikristus? (Dipanggil bodoh dan idiot lebih baik.) Jika suatu hari Tuhan berfirman, "Kemarilah, bodoh. Kemarilah, idiot," engkau mungkin tidak akan senang, tetapi engkau akan merenungkannya, dan berpikir, "Dia memanggilku bodoh, bukan antikristus, jadi aku akan menghampiri-Nya." Dan engkau akan pergi dengan senang hati. Kemudian seseorang berkata, "Mengapa engkau senang sekali dipanggil bodoh?" Dan engkau menjawab, "Dia memanggilku bodoh dan tidak mengatakan bahwa aku adalah antikristus, atau bahwa aku tidak dapat diselamatkan. Itulah sebabnya aku senang." Memanggilmu bodoh bukan berarti memperlakukanmu sebagai orang luar, tetapi sebagai anggota keluarga, sebagai seseorang yang akrab dengan-Nya. Ini seperti orang yang memanggil anak-anaknya "monster kecil"; mungkin terdengar sedikit kasar, tetapi sebenarnya itulah kebenarannya, dan itu hanyalah panggilan sayang. Bagaimana jika engkau dipanggil antikristus? Maka engkau akan berada dalam masalah, karena berbeda nama berarti berbeda natur, dan kesudahanmu akan berbeda pula. Mana yang akan kaupilih? (Aku akan memilih dipanggil bodoh dan idiot.) Selalu menjadi orang bodoh dan idiot tidaklah baik; kualitasmu juga harus sedikit meningkat. Apakah kualitasmu telah meningkat selama bertahun-tahun ini? (Sedikit meningkat, tetapi tidak terlalu banyak.) Dalam hal jalan masuk kehidupan, jika engkau benar-benar bekerja keras dan terus berusaha, engkau pasti akan mengalami peningkatan, tetapi tak mungkin langsung terlihat peningkatan besar. Ini adalah proses pertumbuhan yang lambat, tetapi selama engkau memiliki jalan masuk, engkau tidak akan mundur, dan selama engkau mengejar, maka jalan masuk kehidupanmu akan bertumbuh perlahan-lahan, sedikit demi sedikit.

Mewujudkan kebenaran dalam diri manusia bukanlah tugas yang mudah bagi Tuhan. Proses ini tidak terjadi secepat tumbuhnya biji setelah ditanam di dalam tanah. Itu sangat berbeda. Keselamatan dari Tuhan pada manusia adalah dengan mentahirkan dan mengubah watak Iblisnya secara menyeluruh, serta memungkinkan manusia untuk hidup dalam kenyataan kebenaran dalam firman-Nya, tetapi ini bukanlah hal yang sederhana. Meskipun engkau mendengarkan khotbah, membaca firman Tuhan, berdoa, dan mengalami berbagai hal setiap hari, kemajuanmu akan terbatas, dan pertumbuhan hidupmu akan menjadi lambat. Diperlukan banyak proses agar seseorang dapat memahami kebenaran. Orang-orang memerlukan banyak pengalaman yang berulang, dan mereka juga harus terus berjuang dan berupaya memahami kebenaran—hanya dengan begitulah mereka dapat memahaminya. Selain itu, pekerjaan Roh Kudus sangat diperlukan, jika tidak, apa yang diperoleh orang akan makin terbatas. Banyak orang telah percaya kepada Tuhan selama dua puluh atau tiga puluh tahun, tetapi masih belum bisa berbicara tentang kesaksian pengalaman mereka. Ini karena mereka tidak pernah mengejar kebenaran atau mengerahkan upaya yang terfokus untuk memahami kebenaran, sehingga mereka tidak memperoleh apa pun bahkan setelah percaya kepada Tuhan selama puluhan tahun. Orang-orang perlu mengerti kebenaran, mengalaminya, dan memahaminya. Terutama, mereka membutuhkan Tuhan untuk mengatur lingkungan bagi mereka. Kombinasi dari berbagai aspek ini yang membuat orang memiliki sedikit pemahaman dan jalan masuk. Begitu ini terwujud dalam dirimu, ini akan memberimu pengetahuan, perasaan, dan pemikiran yang berbeda, sehingga kesadaran dan pemikiranmu berkembang dan sedikit berubah, yang kemudian akan sedikit memperkuat imanmu kepada Tuhan dan sedikit mengubah sikapmu terhadap kebenaran dan jalan hidupmu sendiri. Ini semua adalah perubahan kecil, tetapi perubahan-perubahan kecil ini akan menghasilkan perubahan besar dalam cara pandangmu terhadap kehidupan, dalam pemikiran serta pandanganmu, dan dalam sikapmu terhadap Tuhan dan segala hal. Inilah kekuatan dari firman Tuhan—kebenaran.

Kutipan 89

Ketika Tuhan menyelamatkan manusia, apa batas minimal yang Tuhan tentukan untuk manusia, seberapa pun memberontaknya mereka, atau serusak apa pun watak mereka? Maksudnya, dalam keadaan apa Tuhan meninggalkan dan menyingkirkan orang-orang? Apa standar terendah yang harus kaucapai untuk Tuhan mempertahankan dirimu dan tidak menyingkirkanmu? Ini adalah sesuatu yang harus dimengerti dengan jelas oleh umat pilihan Tuhan. Pertama, tidak menyangkal Tuhan—ini adalah syarat yang paling mendasar. Ada hal nyata yang termasuk dalam apa yang dimaksud dengan tidak menyangkal Tuhan. Tidak menyangkal Tuhan bukanlah sekadar mengakui bahwa Tuhan itu ada, atau bahwa Tuhan telah menjadi daging, atau bahwa nama Tuhan adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Ini tidak cukup, ini tidak memenuhi standar bahwa engkau percaya kepada Tuhan. Setidaknya, engkau harus mengenali bahwa Tuhan yang berinkarnasi adalah Tuhan yang nyata; engkau tidak boleh meragukan atau menghakimi; engkau harus mampu tunduk sekalipun engkau memiliki gagasan tertentu—ini adalah standar bahwa engkau percaya kepada Tuhan. Hanya jika engkau mencapai standar ini, barulah Tuhan akan mengakuimu sebagai orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan telah menentukan setidaknya tiga batas minimal untuk manusia. Pertama, mereka harus mengakui-Nya, percaya kepada-Nya, dan mengikuti-Nya. Mereka harus menjadi orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, mereka harus melaksanakan tugas dengan kemampuan terbaik mereka, dan mereka tidak boleh melakukan kejahatan atau menyebabkan gangguan. Ini adalah batas minimal yang pertama. Kedua, selama mengikuti Tuhan, mereka, setidaknya, tidak boleh meninggalkan tugas mereka. Mereka harus taat dan tunduk ketika melaksanakan tugas, mencapai hasil yang cukup memuaskan, dan, paling tidak, berjerih payah yang memenuhi standar. Ini adalah batas minimal yang kedua. Ketiga, kemanusiaan mereka harus sesuai standar. Mereka harus dianggap orang lain sebagai orang yang baik, atau, setidaknya, orang yang memiliki hati nurani dan nalar. Mereka pada dasarnya harus mampu hidup rukun dengan sebagian besar umat pilihan Tuhan dan tidak menjadi sumber masalah di antara mereka. Orang-orang seperti ini, setidaknya, bukan orang yang buruk atau jahat. Ini adalah batas minimal yang ketiga. Jika orang tidak mampu menerima kebenaran dan tidak mau melaksanakan tugas apa pun, mereka bukan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan—setidaknya, kemanusiaan mereka tidak mencapai standar. Ini artinya mereka berada di bawah batas minimal dan harus disingkirkan. Semua orang yang memiliki kemanusiaan yang buruk, yang sama sekali tidak mampu menerima kebenaran, yang menyebabkan kekacauan dan gangguan, dan tidak menjalankan peran positif di gereja, dapat digolongkan sebagai orang jahat. Orang yang tidak mampu hidup rukun dengan kebanyakan orang lain adalah sumber masalah, orang jahat, dan terlebih dari itu, mereka adalah orang yang berada di bawah batas minimal dan harus disingkirkan. Orang-orang jahat dan antikristus ini mungkin melaksanakan tugas, tetapi mereka hanya menyebabkan gangguan, kekacauan, kerusakan, dan melakukan kejahatan—mungkinkah Tuhan menginginkan orang-orang seperti ini? Apakah mereka melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Di mata Tuhan, tindakan mereka berada di bawah batas minimal. Mereka tidak mampu melaksanakan tugas mereka dan kerugian yang mereka sebabkan melebihi tugas apa pun yang mereka laksanakan sehingga mereka harus dikeluarkan dari gereja. Bukankah ini adalah prinsip yang rumah Tuhan gunakan dalam memperlakukan orang-orang? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka untuk sementara waktu berada dalam keadaan yang buruk serta merasa negatif dan lemah? Pernahkah ada orang yang diberhentikan dari pelaksanaan tugas mereka karena mereka terkadang sedikit bersikap asal-asalan dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka mencapai hasil yang buruk dalam tugas mereka, atau karena mereka mengungkapkan pemikiran dan ide yang buruk? Pernahkah ada orang yang dikeluarkan karena mereka memiliki tingkat pertumbuhan yang kecil serta memiliki gagasan dan keraguan tentang Tuhan dalam diri mereka? (Tidak.) Jika demikian, berdasarkan prinsip apa rumah Tuhan mengeluarkan orang? Orang-orang seperti apa yang dikeluarkan dan diberhentikan dari pelaksanaan tugas mereka? (Orang-orang yang berjerih payah lebih banyak merugikan daripada bermanfaat dan yang secara konsisten menyebabkan kekacauan dan gangguan.) Orang semacam ini tidak layak melaksanakan tugas. Ini bukan berarti ada orang yang berprasangka terhadap mereka atau mengekang dan mengeluarkan mereka karena dendam pribadi; melainkan ini berarti mereka tidak mencapai hasil apa pun dalam pelaksanaan tugas mereka, dan mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan. Mereka dikeluarkan karena mereka benar-benar tidak layak untuk melaksanakan tugas. Ini sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Prinsip yang rumah Tuhan gunakan untuk menangani dan memperlakukan orang semuanya adil. Rumah Tuhan bukan berusaha untuk mengungkit masalah orang, atau membesar-besarkan masalah, atau meributkan hal-hal kecil. Engkau harus percaya bahwa rumah Tuhan dikuasai oleh kebenaran. Tentu saja, beberapa orang yang sudah dikeluarkan, masih memiliki harapan untuk diselamatkan jika mereka mampu menerima kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan. Namun, pengikut yang bukan orang percaya dan orang-orang jahat yang sama sekali tidak mampu menerima kebenaran, yang tidak memiliki hati nurani dan nalar, akan disingkirkan selamanya setelah mereka tersingkap. Ini adalah keadilan Tuhan.

Kutipan 90

Mengapa Tuhan menuntut orang untuk mengenal-Nya? Mengapa Tuhan menuntut orang untuk mengenal diri mereka sendiri? Apakah tujuan dari mengenal diri sendiri? Apakah hasil yang diharapkan? Dan apakah tujuan dari mengenal Tuhan? Dampak apakah yang akan dicapai orang dengan membuat mereka mengenal Tuhan? Apakah engkau pernah memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini? Tuhan menggunakan berbagai cara untuk membuat orang mengenal diri mereka sendiri. Dia sudah mempersiapkan berbagai macam lingkungan agar orang memperlihatkan kerusakannya dan agar mereka secara progresif mengenal diri mereka sendiri melalui pengalaman. Baik itu melalui pengungkapan firman Tuhan atau penghakiman dan hajaran-Nya, apakah engkau memahami apa tujuan akhir Tuhan melakukan pekerjaan ini? Tujuan akhir Tuhan melakukan pekerjaan-Nya dengan cara ini adalah untuk memampukan setiap orang yang mengalami pekerjaan-Nya untuk mengetahui apa itu manusia. Apa saja yang termasuk dalam "mengetahui apa itu manusia"? Ini termasuk membuat manusia mengetahui identitas dan statusnya, tugas dan tanggung jawabnya. Ini berarti membuat engkau mengetahui apa artinya menjadi manusia, membuat engkau memahami siapa dirimu. Inilah tujuan akhir Tuhan dalam membuat orang mengenal diri mereka. Jadi, mengapa Tuhan membuat orang mengenal-Nya? Ini adalah kasih karunia istimewa yang Tuhan anugerahkan kepada manusia, karena dengan mengenal Tuhan, manusia mampu memahami banyak kebenaran dan mengerti berbagai misteri. Orang mendapatkan begitu banyak keuntungan dengan mengenal Tuhan. Ketika orang mengenal Tuhan, mereka belajar bagaimana menjalani hidup yang penuh makna. Jadi, membuat orang mengejar pengetahuan tentang Tuhan adalah kasih Tuhan yang terbesar, berkat-Nya yang terbesar. Tuhan menggunakan berbagai cara agar orang mengenal-Nya, cara yang utama adalah penghakiman dan hajaran, bimbingan, dan pembekalan firman-Nya. Tentunya, Dia juga membuat orang mengenal watak-Nya melalui penghakiman dan hajaran—ini adalah jalan pintas untuk mengenal Tuhan. Apakah hasil akhir yang dicapai orang dengan melihat dan mengenal watak Tuhan? Hasil akhirnya adalah untuk membuat orang mengenal siapa Tuhan itu, apa esensi-Nya, apa identitas dan status-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia, dan apa watak-Nya. Hasil akhirnya adalah untuk membuat setiap orang melihat dengan jelas bahwa mereka adalah makhluk ciptaan, bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, dan bagaimana makhluk ciptaan harus tunduk kepada Sang Pencipta. Dengan mengetahui semua ini, jalan manusia dalam kehidupan akan menjadi terang sepenuhnya. Ketika orang benar-benar mengenal diri mereka, bukankah mereka lambat laun mampu melepaskan keinginan mereka yang berlebihan dan berbagai niat mereka yang tidak adil? (Ya.) Jadi, dapatkah mereka mencapai titik di mana mereka mampu untuk melepaskan sepenuhnya? Ini tergantung pada individu itu sendiri. Seseorang hanya mampu sepenuhnya melepaskan keinginan yang berlebihan dan berbagai tuntutan mereka kepada Tuhan ketika, melalui pekerjaan-Nya, mereka mencapai pengenalan akan Tuhan dan memperoleh pengetahuan dan definisi yang akurat dari esensi, identitas, dan status-Nya. Hanya orang semacam inilah yang mampu, seperti Petrus, mengutarakan harapan dan keinginan mereka yang tulus untuk mengasihi Tuhan dari lubuk hati yang terdalam, dan menerapkan kasih Tuhan. Dengan demikian, mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri—tak satu pun dapat ditiadakan. Engkau berkata bahwa engkau ingin mengasihi Tuhan, tetapi dapatkah engkau mengetahui bagaimana cara mengasihi Tuhan jika engkau tidak memahami-Nya? Bagian manakah keindahan dari-Nya? Aspek-aspek apakah dari-Nya yang paling indah? Jika engkau tidak mengetahui hal ini, engkau tidak dapat mengasihi-Nya. Engkau tidak akan mampu mengasihi-Nya, sekalipun engkau menginginkannya, dan engkau bahkan mungkin secara tidak sadar menemukan gagasan tentang-Nya dan tanpa sengaja pemberontakan muncul dalam dirimu, menuntunmu pada kenegatifan. Akankah orang semacam ini menerima perkenanan Tuhan? Mereka tidak akan menerimanya. Ketika orang tidak mengenal Tuhan dan meskipun mereka mengatakan bahwa mereka mengasihi-Nya, "kasih" tersebut hanyalah teori kosong yang berasal dari logika dan penalaran manusia. Itu bukan berasal dari pengenalan akan Tuhan, dan itu sama sekali tidak berlaku di hadapan Tuhan. Apakah engkau sekarang mengerti apa yang aku katakan mengenai kedua hal tersebut? (Ya.) Lalu, mengapa engkau tidak mampu mengatakannya barusan? Ini membuktikan bahwa pengenalanmu akan dirimu sendiri dalam pengalaman nyata itu kacau, dan bahwa engkau tidak memiliki pengenalan akan Tuhan yang sesungguhnya. Tahukah engkau apa yang menjadi masalah di sini? (Kita belum menemukan jalan penerapan yang tepat. Kita tidak mampu masuk secara bersamaan dari kedua aspek tersebut, yaitu mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri. Kita berfokus hanya pada masuk dari satu aspek, sehingga membatasi pertumbuhan dalam kehidupan kita.) Karena ini adalah keadaanmu sekarang, bagaimanakah tingkat pertumbuhanmu? Bukankah itu belum dewasa? Bukankah engkau berada sangat jauh dari tuntutan dan standar Tuhan dalam hal mengenal dirimu sendiri? Setidaknya, engkau masih belum mampu melepaskan keinginan dan niat pribadimu. Mampukah engkau tunduk kepada Tuhan sesuai dengan kebenaran? Mampukah engkau mengetahui apakah Tuhan memiliki status dalam hatimu? Ada banyak orang yang bahkan sampai sekarang masih mempertanyakan apakah inkarnasi Tuhan itu manusia atau Tuhan; mereka berpijak di dua tempat, satu saat, mereka percaya kepada Tuhan yang di bumi, saat lain, mereka percaya kepada Tuhan yang samar di langit. Bahkan, ada sebagian orang yang mempertanyakan esensi Tuhan, dengan mengatakan, "Bagaimana mungkin Tuhan yang berinkarnasi dan Tuhan yang ada di langit adalah Tuhan yang sama? Jika Dia benar adalah Tuhan, mengapa Dia tidak menunjukkan mukjizat dan tanda-tanda?" Ini menunjukkan bahwa engkau memiliki pemahaman rohani yang sangat kurang. Begitulah tingkat pertumbuhanmu, meskipun Tuhan mengatakan begitu banyak, engkau masih tidak memahaminya. Sekarang engkau hanya mengakui bahwa Tuhan telah menjadi daging, engkau hanya mengakui kebenaran yang diungkapkan Tuhan yang berinkarnasi; tetapi engkau tidak memiliki banyak pengetahuan tentang esensi, identitas, dan status Tuhan. Bisa dikatakan bahwa di dalam hatimu sama sekali tidak ada pengetahuan ini, bukan? (Ya.) Ini sebenarnya ada fakta untuk dibuktikan: Sebelum aku mempersekutukan aspek-aspek kebenaran tersebut sebagai esensi Tuhan atau maksud Tuhan, kaupikir pengetahuanmu tentang Tuhan sudah mendalam, dan kaupikir kepercayaanmu kepada Tuhan teguh dan tak tergoyahkan. Namun, ketika aku mempersekutukan kebenaran kepadamu tentang Tuhan itu sendiri, watak Tuhan, esensi Tuhan, kata-kata dan isi perkataan ini menyebabkan reaksi yang kuat dalam hatimu. Reaksi ini begitu intens sehingga membuatmu sulit untuk menerimanya, menciptakan konflik yang hebat dengan tuhan yang sudah kaubayangkan di dalam hatimu. Bukankah ini sebuah fakta? (Ya.) Jadi, ketika aku mengatakan beberapa hal yang belum pernah kaudengar sebelumnya, akan mustahil bagimu untuk menerima itu pada awalnya, seolah-olah engkau tidak memahami apa yang kukatakan. Ini membuktikan bahwa tingkat pertumbuhanmu terlalu rendah, sehingga engkau bahkan tidak mampu memahami firman Tuhan atau mencapai standarnya. Engkau masih memerlukan pengalaman beberapa tahun lagi sebelum engkau mampu memahaminya.

Kutipan 91

Penilaian Tuhan terhadap Ayub dicatat dalam Perjanjian Lama: "Tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" (Ayub 1:8). Pada akhir zaman, Tuhan tidak hanya mempersaksikan bahwa Petrus benar-benar mengasihi diri-Nya, tetapi juga mempersaksikan bahwa Ayub adalah orang yang memiliki iman yang benar kepada-Nya, dan Tuhan menuntut agar umat pilihan-Nya setidaknya harus memiliki iman seperti iman Ayub jika mereka ingin mengikuti-Nya sampai akhir. Dalam bayanganmu dan dalam lingkup teks terbatas yang kaupahami, orang seperti apakah Ayub itu? Apakah dia orang yang baik? (Ya.) Perwujudan apa yang paling memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang baik? Pertama, dia adalah orang yang takut akan Tuhan, dan dia tidak pernah berbuat jahat. Ini adalah perwujudan dan tanda yang paling memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang baik. Selain itu, dia berprinsip dalam perilakunya, dan berprinsip dalam caranya memperlakukan anak-anak dan keluarganya. Dia tidak berusaha menutupi kesalahan anak-anaknya, dan dia berdoa kepada Tuhan serta memercayakan anak-anaknya kepada-Nya, yang memperlihatkan kepada orang-orang bahwa sikapnya terhadap anak-anaknya sudah sepenuhnya benar dan sesuai dengan maksud Tuhan. Menurutmu, sebagai seorang anak, bagaimana rasanya memiliki ayah yang seperti itu? Bukankah itu akan membuatmu merasa bahagia? Namun, seperti apakah teman-teman Ayub? Ketika Ayub dihadapkan dengan ujian dan kesengsaraan, bagaimana teman-temannya memperlakukannya? Tak seorang pun dari mereka mampu memahami Ayub, dan mereka bahkan menghakiminya: "Engkau menyinggung Tuhan, dan Dia telah mengutukmu. Lihat bagaimana dirimu setelah selama ini kaupercaya kepada Tuhan. Sungguh menyedihkan!" Bahkan istri Ayub berkata, "Apakah engkau masih mempertahankan kesalehanmu? Kutuklah Tuhan dan matilah!" (Ayub 2:9). Selama masa penderitaan yang luar biasa tersebut, seperti itulah cara teman-teman dan istri Ayub memperlakukannya, yang menyebabkan Ayub merasa sangat terluka dan menderita. Namun, hanya sedikit orang yang memahami Ayub—ini benar adanya. Sekarang, saat kita membaca kisah Ayub ini, kita merasa bahwa sebenarnya, orang-orang seperti Ayublah yang paling dapat diandalkan dan paling dapat dipercaya, dan orang seperti ini yang adalah orang yang benar-benar baik. Orang seperti ini tidak akan pernah menipu atau merugikanmu, dan mereka akan selalu menaati prinsip-prinsip kebenaran dalam cara mereka memperlakukanmu. Jika engkau orang yang benar, mereka tidak akan mengutukmu atau mengatakan hal-hal buruk tentangmu hanya karena engkau melakukan satu hal buruk atau karena orang lain berbicara buruk tentangmu. Mereka akan berbicara sesuai fakta dan tidak akan berkata-kata dengan cara licik untuk menuduh orang. Mereka tidak akan membiarkan perkataan mereka dikendalikan oleh perasaan atau kesukaan mereka. Seiring berlalunya waktu, engkau akan melihat: "Orang ini orang yang baik. Setiap kali kami menghadapi kesulitan, kami langsung mengesampingkan tugas kami, sedangkan dia, dia tidak pernah meninggalkan nama Tuhan, seberat apa pun ujian dan kesengsaraan yang dia hadapi. Pantas saja Tuhan menyukai orang seperti ini. Jika aku memiliki seseorang seperti ini di sisiku, apa pun penyakit atau kesengsaraan yang menimpaku, dia akan mampu untuk terus menolong, membantu, merawat, dan bersabar terhadapku sama seperti sebelum aku ditimpa kesengsaraan. Orang seperti ini luar biasa. Meskipun terkadang dia membuatku jengkel atau kami tidak selalu akur, aku lebih suka memiliki dia di sisiku daripada salah seorang dari Iblis dan setan-setan itu!" Biasanya, di luarnya, Iblis dan setan akan berkata, "Engkau begitu hebat. Aku mengasihimu dan sangat peduli akan dirimu," tetapi begitu engkau menghadapi masalah, mereka akan mengabaikanmu, dan saat itulah engkau akan menyadari orang seperti apa orang yang baik itu, dan orang seperti apa yang dapat diandalkan. Hanya orang yang dapat dipercaya, dan yang takut akan Tuhan serta menjauhi kejahatanlah yang merupakan orang yang benar-benar baik, dan orang yang baik sangatlah berharga. Akan sangat menyenangkan jika engkau memiliki selusin orang seperti Ayub di sisimu—tetapi sekarang engkau tidak memiliki seorang pun! Pada saat ini, barulah engkau akan merasa betapa langkanya orang yang baik itu. Semua orang membutuhkan orang yang baik seperti ini di sisi mereka. Semua orang menyukai orang yang benar dan baik hati, orang berhati baik yang bertindak dengan cara yang berprinsip, yang memiliki rasa keadilan, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan yang layak dipercaya.

Ketika kesusahan dan penyakit menimpamu, dan ketika hatimu teramat menderita, orang seperti apa yang kaubutuhkan di sampingmu? Apakah engkau membutuhkan orang yang mengatakan hal-hal palsu dan manis? Apakah engkau membutuhkan seseorang yang menghakimi, mengutuk, dan mengkritikmu? (Tidak.) Jadi, orang seperti apakah yang paling kaubutuhkan? Engkau membutuhkan seseorang yang dapat menunjukkan simpati terhadap kesulitan-kesulitanmu dan menghiburmu, serta yang dapat mendengarkanmu ketika engkau mencurahkan derita di hatimu, lalu menolongmu bangkit dari kenegatifan, kelemahan, dan penderitaanmu. Orang seperti itulah yang dapat menolongmu. Dia tidak akan menertawakanmu atau menendangmu ketika engkau tersungkur, dan dia tidak akan menutup mata terhadap kesulitan-kesulitanmu. Artinya, jika engkau membutuhkan dia untuk menghiburmu, dan ketika engkau sedang menghadapi kesulitan, kelemahan, dan masalah pribadi, engkau dapat membagikan hal-hal itu kepadanya, dan dia tidak akan menyebarkannya ke mana-mana di belakangmu, mengejekmu, menghinamu, atau mengacaukan urusan-urusan pribadimu. Dia dapat menyikapi kesulitan, kelemahan, kenegatifan, dan aspek-aspek kemanusiaanmu yang lemah dengan cara yang tepat. Dengan menyikapi hal-hal itu secara tepat, bukankah itu tindakan yang berprinsip? Bukankah itu ciri-ciri orang yang baik? Orang seperti itu dapat memahamimu, bertenggang rasa terhadapmu, dan memedulikanmu. Dia dapat mendukungmu, menyediakan kebutuhanmu, serta menolongmu bangkit dari penderitaan dan kelemahan. Dia menyediakan bantuan yang sangat besar bagimu. Orang seperti itu sangatlah berharga. Inilah orang yang baik! Andaikan seseorang mengabaikanmu, dan bahkan mengejek dan menghinamu ketika melihat dirimu memiliki masalah. Engkau ingin mengungkapkan sesuatu kepadanya, tetapi kemudian engkau berpikir, "Aku tidak boleh mengatakan itu kepadanya. Jika kulakukan, jangan-jangan akan ada akibatnya. Dia mungkin menemui orang lain dan membicarakan urusan pribadiku di belakangku. Lalu, semua orang akan menertawakanku, dan entah kisah macam apa yang dikarangnya untuk memfitnahku." Beranikah engkau berbicara dengan orang semacam itu? Engkau tidak akan tahu persisnya hal-hal yang sanggup dia lakukan. Bukan hanya tidak menolong atau mendukungmu, dia juga akan mengacaukan urusan pribadimu serta mengelabui dan membahayakanmu. Beranikah engkau mengungkapkan isi hatimu kepadanya? Di zaman sekarang ini, engkau mungkin menyadari betapa penting, berharga, dan bernilainya orang-orang baik, dan bahwa menjadi orang baik lebih berharga daripada menjadi orang jenis lain. Bahkan orang tuamu sendiri mungkin saja tidak sepenuhnya memahami kesulitan dan kebutuhanmu ketika engkau menderita dan kesakitan, dan mereka tidak akan mampu menghiburmu. Ada anak-anak yang berjuang keras dan bekerja di luar rumah—khususnya, ada perempuan yang harus menjilat bos mereka atau bahkan menjual tubuh mereka untuk menghasilkan sedikit uang—dan orang tua mereka tidak pernah menanyakan betapa beratnya perjuangan anak-anak mereka yang bekerja di luar rumah atau betapa sulitnya bagi mereka untuk mencari uang. Mereka bahkan mengeluh jika anak-anak mereka tidak membawa banyak uang ke rumah dan membandingkan anak-anak mereka dengan orang lain. Bagaimana perasaan anak-anak itu? (Sedih, terpukul.) Hati mereka pun menjadi getir. Mereka merasa bahwa dunia adalah tempat yang begitu kelam sehingga orang tua mereka pun tega berbuat demikian, dan mereka bertanya-tanya bagaimana mereka dapat terus bertahan hidup. Itulah sebabnya engkau harus menjadi orang baik. Setiap orang membutuhkan orang baik. Dan dari mana munculnya orang baik? Apakah mereka jatuh begitu saja dari langit? Apakah mereka tumbuh dari dalam tanah? Apakah mereka berevolusi dari hewan tertentu? Apakah mereka produk dari pendidikan di sekolah-sekolah yang paling berkualitas? Atau produk dari pertapaan keagamaan? Tidak, tidak ada di antara penjelasan di atas yang benar. Semuanya benar-benar mustahil. Orang hanya dapat menjadi orang baik dengan mengikuti Tuhan, menerapkan kebenaran, dan menerima penyelamatan Tuhan. Orang baik tidak muncul karena perubahan mendadak oleh manusia yang rusak. Orang harus percaya kepada Tuhan dan menerima penyelamatan-Nya. Mereka harus mengejar kebenaran, memperoleh pekerjaan Roh Kudus, dan dijadikan sempurna agar dapat menjadi orang baik. Semua orang membutuhkan orang baik di sisinya sebagai sahabat dan orang kepercayaan. Katakan kepadaku, apakah Tuhan membutuhkan mereka juga? (Ya.) Tuhan membutuhkan orang baik, dan orang-orang pun membutuhkan orang baik. Ketika memahami persoalan itu, apakah dampaknya bagimu? Engkau harus memiliki kegigihan dan hasrat untuk berusaha menjadi orang baik. Jika engkau berkata, "Menjadi orang baik itu susah dan melelahkan, tetapi aku harus memiliki tekad untuk berusaha menjadi orang yang seperti itu. Orang sangat membutuhkan orang baik, dan aku pun membutuhkan orang baik. Jadi, aku sendiri yang akan terlebih dahulu menjadi orang baik, lalu menolong dan mendukung orang lain serta berusaha untuk menolong Tuhan dalam memperoleh lebih banyak orang baik." Itulah sikap yang betul. Jika setiap orang berusaha menjadi orang baik, umat manusia masih memiliki harapan. Engkau mungkin berkata, "Kemanusiaan sangatlah rusak dan jahat. Tidak ada gunanya jika hanya segelintir orang yang percaya kepada Tuhan yang adalah orang baik. Mereka tetap akan diperlakukan secara semena-mena karena ada terlalu banyak orang jahat." Itu adalah perkataan yang bodoh. Engkau percaya kepada Tuhan untuk memperoleh keselamatan. Jika engkau menjadi orang yang baik dan benar, Tuhan akan memberkatimu. Tidak peduli seberapa jahat dan rusaknya manusia, Tuhan mempunyai cara untuk menangani mereka. Orang tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Engkau hanya perlu berfokus pada mencari kebenaran dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Itulah yang sesuai dengan maksud-Nya. Hanya delapan orang yang akhirnya diselamatkan ketika Nuh membangun bahtera. Semua orang yang tidak memercayai firman Tuhan dan tidak menempuh jalan yang benar akhirnya dibinasakan oleh air bah dari Tuhan. Fakta itu telah diakui. Mengapa engkau tidak dapat mengakui kemahakuasaan Tuhan? Mengapa engkau tidak dapat mengakui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang benar? Ketika Tuhan mengakhiri pekerjaan-Nya, tidak peduli berapa banyak orang yang memperoleh keselamatan, zaman ini harus berakhir. Malapetaka dahsyat harus diturunkan, dan Tuhan akan membereskan segala permasalahan itu. Engkau mencari kebenaran dan menjadi orang benar demi dirimu sendiri. Itu bermanfaat bagimu dan bagi orang lain juga. Ada orang yang berkata, "Orang-orang baik tidak mendapatkan yang layak mereka dapatkan," tetapi itu tidak tepat. Mereka yang mencari kebenaran akhirnya akan mendapatkan tempatnya di kerajaan surga, dan tidak peduli semakmur apa pun orang jahat di bumi, pada akhirnya mereka semua akan dibinasakan dan dilempar ke neraka. Jadi, orang baik maupun orang jahat mendapatkan bagian yang adil bagi mereka, bukan? Apa yang Alkitab katakan tentang hal itu? "Upah-Ku akan Kubawa bersama-Ku, untuk Kuberikan kepada setiap orang sesuai perbuatannya" (Wahyu 22:12).

Hal-hal yang Ayub lakukan, yang dicatat dalam Kitab Ayub, sebenarnya hanya dijelaskan secara pendek, sangat sederhana dan tidak banyak jumlahnya. Namun, engkau seharusnya dapat mencari petunjuk di dalam perbuatan-perbuatan Ayub serta menemukan prinsip-prinsip dan jalan penerapan yang ditempuh olehnya untuk menjadi orang baik. Pertama-tama, apa prinsip yang Ayub terapkan ketika memperlakukan anak-anak dan orang-orang terdekatnya? Prinsipnya adalah tidak mengandalkan rasa sayangnya kepada mereka, melainkan menaati prinsip-prinsip. Dia tidak bersedia untuk berdosa melawan Tuhan karena hal-hal yang telah dialaminya. Itulah kriteria pertama dari sikapnya yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, yang diawali dengan perlakuannya kepada para anggota keluarganya sendiri. Kedua, itu juga terlihat dari caranya memperlakukan harta bendanya. Ayub mengetahui bahwa meskipun harta bendanya hanyalah kepunyaan duniawi, itu semua berasal dari Tuhan dan telah dianugerahkan oleh Tuhan kepadanya dan adalah tanda berkat-Nya atas Ayub. Orang harus mengelola dan menjaga hal-hal seperti itu secara teliti dan hati-hati. Menjaga harta benda tidak berarti memiliki atau menikmatinya secara serakah, dan itu tidak berarti hidup semata untuk hal-hal itu. Itu berarti bersyukur kepada Tuhan atas hal-hal itu, melihat pengaturan tangan Tuhan dan kedaulatan Tuhan di dalamnya, dan mengenal Tuhan melaluinya. Ketika orang mengenal Tuhan, mereka baru dapat tunduk kepada kedaulatan-Nya, dan sebenarnya itulah kriteria terpenting dari menjadi orang baik. Jika engkau dapat menaati prinsip-prinsip ketika berhadapan dengan orang lain, tetapi tidak dapat tunduk kepada Tuhan, apakah engkau benar-benar orang baik? Tidak. Selain itu, dalam perlakuannya terhadap kedaulatan dan penataan Tuhan, Ayub mampu tunduk kepada segala kedaulatan dan penataan Tuhan. Penataan Tuhan termasuk pencabutan dan ujian-Nya. Terkadang Tuhan mencabut, terkadang Dia menguji. Ujian Tuhan dapat berupa apa saja? Terkadang Dia dapat membuatmu sakit atau menyebabkan suatu keadaan buruk terjadi dalam keluargamu. Atau, Dia dapat membuatmu menghadapi sejumlah masalah, dipangkas, serta dididik, didisiplinkan, dihakimi, dan dihajar oleh-Nya selama melaksanakan tugasmu. Semua itu adalah penataan Tuhan. Lantas, bagaimana engkau harus menyikapinya? Jika engkau tidak mampu tunduk kepada hal-hal itu dan terus ingin melarikan diri darinya, engkau tidak mengalami pekerjaan Tuhan. Di samping itu, orang harus setia dalam cara mereka menyikapi tugas-tugas mereka. Mereka harus menunjukkan kesetiaan mereka. Apa artinya kesetiaan di sini? Artinya adalah menyerahkan segala yang mereka mampu dan segala yang mereka miliki. Itulah kesetiaan! Itulah standar menjadi orang baik. Jika kini di antara engkau semua ada satu saja orang seperti Ayub—tidak perlu lebih, cukup satu saja—engkau semua telah memiliki pilar di antaramu. Ketika sesuatu menimpamu, orang itu akan dapat menjadi teladan bagimu semua setiap saat. Engkau semua cukup melakukan seperti yang dia lakukan, dan lama-kelamaan engkau semua akan berubah. Engkau akan terus berkembang, mulai dari pikiranmu hingga tindakanmu, mulai dari mencari kebenaran hingga menerapkannya. Keadaanmu akan berubah dan bergerak ke arah yang positif sehingga engkau dapat mulai menapaki jalan yang benar, yaitu kepercayaan kepada Tuhan. Setelah mengalami pekerjaan Tuhan selama beberapa tahun dengan cara demikian, engkau semua akan mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan seperti Ayub, serta menjadi manusia yang sempurna.

Kutipan 92

Engkau semua sedang hidup di zaman akhir ini. Sebagian besar kehidupan keluargamu lebih sejahtera dibandingkan sebelumnya, dan engkau berlimpah materi dalam setiap aspek kehidupanmu. Apa yang kaurasakan? Hanya ada sedikit rasa bahagia dalam daging, tetapi apa bedanya ini dengan kebahagiaan dalam hati? Engkau semua memiliki sedikit pengalaman dan telah memahami beberapa hal, pengejaranmu untuk percaya kepada Tuhan lebih nyata dibandingkan sebelumnya, engkau bisa merasakan bahwa mengejar kenikmatan daging adalah sia-sia, dan engkau semua rela berjuang mengejar kebenaran—apakah engkau semua memiliki pengalaman seperti ini? Dapatkah kenikmatan daging akan hal-hal materi memberi kenyamanan rohani? Apa yang dapat diberikan oleh perasaan memiliki superioritas dalam hidup dan kehidupan materi yang berlimpah kepada orang? Semua ini hanya bisa membuat manusia merosot dan membuat orang kehilangan arah. Dengan cara ini, orang akan mudah kehilangan nalar, tak mampu membedakan yang baik dan yang buruk, menjadi tidak bernalar, dan lambat laun akan kehilangan kemanusiaan mereka; makin mendambakan kenyamanan, dan makin tidak tahu akan keberadaannya di alam semesta. Bahkan akan ada orang-orang yang kehilangan kemampuan mengurus dirinya sendiri. Mereka benar-benar tak mampu hidup mandiri, tidak mampu mencari nafkah, dan akan menjadi bergantung pada orang tua mereka. Mereka juga akan makin merasa tak pernah puas dan tak tahu malu. Singkatnya, kondisi hidup yang mewah dan kehidupan materi yang berlimpah hanya membawa kemerosotan bagi manusia, membuat mereka menyukai kemalasan dan membenci pekerjaan, menjadikan mereka semakin serakah, dan tak punya rasa malu. Semua itu tak ada manfaatnya bagi manusia. Berkenaan dengan daging, makin engkau memihaknya, dia akan makin serakah. Daging layak menanggung sedikit penderitaan. Orang yang menanggung sedikit penderitaan akan menempuh jalan yang benar dan bekerja dengan baik. Jika daging tidak menanggung penderitaan, mendambakan kenyamanan, dan bertumbuh dalam kenyamanan, orang tak akan mencapai apa pun dan mustahil memperoleh kebenaran. Jika orang menghadapi bencana alam dan bencana lain akibat ulah manusia, mereka akan menjadi tak berakal sehat dan tak bernalar. Seiring berjalannya waktu, mereka hanya akan makin bejat. Apakah contohnya banyak? Engkau bisa melihat di antara orang tidak percaya, ada banyak penyanyi dan bintang film yang rela menanggung penderitaan dan mengabdikan diri pada pekerjaan mereka sebelum menjadi tenar. Namun, setelah mendapat ketenaran dan mulai menghasilkan banyak uang, mereka tidak menempuh jalan yang benar. Ada yang memakai narkoba, ada pula yang bunuh diri, hidup mereka pun menjadi pendek. Apa yang menyebabkan hal ini? Mereka menikmati kesenangan materi secara berlebihan, terlalu merasa nyaman, dan tidak tahu bagaimana menikmati atau mencari sensasi. Ada di antara mereka yang beralih ke narkoba demi mencari kegembiraan dan kesenangan yang lebih tinggi, dan lambat laun, mereka menjadi ketergantungan. Ada yang meninggal karena overdosis, dan yang lainnya, karena tak tahu cara melepaskan diri dari jerat narkoba, berakhir bunuh diri. Ada begitu banyak contohnya. Tidak peduli seberapa layak engkau makan, seberapa elok engkau berpakaian, seberapa baik engkau hidup, seberapa banyak engkau menikmati dirimu sendiri, atau seberapa nyaman hidupmu, dan tidak peduli seberapa banyak keinginanmu yang terpuaskan, pada akhirnya, itu semua hanyalah kekosongan, yang menghasilkan kehancuran. Apakah kebahagiaan yang dicari orang tidak percaya adalah kebahagiaan yang sesungguhnya? Sebenarnya, itu bukanlah kebahagiaan, melainkan khayalan manusia, bentuk kemerosotan, jalan yang membuat orang menjadi bejat. Apa yang disebut sebagai kebahagiaan yang dikejar manusia adalah palsu. Sebenarnya, itu adalah penderitaan. Itu bukanlah tujuan yang harus dikejar manusia, pun tak ada nilai kehidupan di sana. Beberapa cara dan metode yang digunakan Iblis untuk merusak manusia adalah dengan membuat mereka mencari kepuasan daging dan menuruti hawa nafsu sebagai tujuan. Dengan cara ini, Iblis membuat manusia mati rasa. Dia membujuk dan merusak mereka serta membuat mereka seolah-olah merasa bahagia, dan menuntun mereka untuk mengejar tujuan itu. Manusia percaya bahwa memperoleh hal-hal itu artinya memperoleh kebahagiaan, jadi semua orang berusaha sekuat tenaga untuk mengejar tujuan itu. Kemudian, setelah mereka berhasil memperolehnya, bukan kebahagiaan yang mereka rasakan, tetapi kekosongan dan rasa sakit. Ini membuktikan bahwa itu bukanlah jalan yang benar, tetapi jalan menuju kematian. Mengapa orang yang memercayai Tuhan tidak menempuh jalan ini sebagaimana orang tidak percaya? Kebahagiaan seperti apa yang dirasakan orang yang memercayai Tuhan? Apa bedanya kebahagiaan itu dengan yang dikejar orang tidak percaya? Setelah memercayai Tuhan, kebanyakan orang tidak mengejar kekayaan yang berlimpah. Mereka tidak mengejar kemakmuran duniawi, pencapaian karier, atau menjadi selebritas. Sebaliknya, mereka diam-diam melaksanakan tugasnya, hidup sederhana, dan tidak terlalu menuntut hidup yang berkualitas tinggi. Beberapa orang bahkan merasa puas hanya dengan memiliki makanan dan pakaian yang cukup. Dalam dunia yang penuh dengan kegelapan dan kejahatan, mengapa mereka masih bisa memilih jalan itu? Apakah semua saudara-saudari yang memercayai Tuhan tidak mampu menghasilkan banyak uang? Sama sekali tidak. Ini karena setelah memercayai Tuhan, setidaknya di dalam hati, mereka telah merasakan bahwa mengikuti Tuhan adalah kebahagiaan terbesar, dan kebahagiaan ini tidak dapat digantikan oleh hal materi apa pun yang ada di dunia. Beberapa orang bahkan telah mencoba; mereka telah mengalami kesulitan duniawi selama bertahun-tahun, dan menganggapnya melelahkan dan menyulitkan. Meskipun mereka mendapatkan sedikit uang dan merasakan kesenangan daging, mereka hidup tanpa martabat, yang membuat hidupnya makin hampa dan pahit. Bagi mereka, lebih baik mati daripada hidup seperti itu. Orang-orang ini sudah mengerti. Mereka bukan memercayai Tuhan karena tidak ada pilihan lain, tetapi karena benar-benar merasakan bahwa: Mengikuti Tuhan, menempuh jalan pengejaran kebenaran, serta mengorbankan dan mengabdikan seluruh hidup kepada Tuhan, adalah penghiburan terbesar bagi hati mereka dan hal terpenting dalam hidup. Memperoleh Tuhan dan kebenaran adalah kebahagiaan terbesar, dan itulah hal yang paling membuat hati manusia menjadi damai, sukacita, dan tabah. Ini bukan sekadar khayalan, mereka telah merasakan kebahagiaan ini. Dapat dikatakan bahwa sebagian orang pilihan Tuhan telah mengalami sejumlah kesengsaraan dan ujian, memahami kebenaran, dan mengerti banyak hal. Mereka telah menegaskan bahwa memercayai Tuhan dan mengejar kebenaran adalah jalan yang benar, tidak ada jalan lain di dunia yang bisa ditempuh, serta hanya firman Tuhan-lah kebenaran—dan mereka telah menetap di jalan ini. Orang seperti ini memiliki iman yang sejati, dan penderitaan mereka selama bertahun-tahun tidaklah sia-sia. Terlepas dari dalam atau dangkalnya kesaksian pengalaman mereka, satu hal yang jelas: Jika engkau berusaha mencegah mereka memercayai Tuhan dan membuat mereka kembali ke dunia, itu tidak akan berhasil. Meskipun dunia memiliki segunung emas yang menggiurkan, yang bisa menggoda mereka saat itu, mereka akan berpikir: "Mendapatkan segunung emas atau perak tidak akan membuatku sebahagia mengorbankan diriku untuk Tuhan dan melaksanakan tugasku. Jika aku mendapatkan segunung emas dan perak, aku pasti sangat bahagia saat itu, tetapi hatiku akan tersiksa dan sakit. Aku tidak bisa menempuh jalan itu, apa pun yang terjadi. Tidaklah mudah menemukan Tuhan; jika aku kembali lagi, ke mana aku akan mencari Tuhan? Kesempatan untuk mengikuti Tuhan sangat sulit didapatkan! Waktu semakin menipis dan terlalu cepat berlalu—kesempatan ini sungguh langka!" Mereka sudah menyaksikan penampakan dan pekerjaan Tuhan, dan berpegang teguh pada Tuhan sama seperti menggenggam tangan yang menyelamatkan. Katakan kepada-Ku, apa yang dirasakan orang yang tenggelam saat berpegangan pada pelampung? (Mereka merasa ada harapan untuk bertahan hidup, jadi mereka memegang pelampung itu erat-erat dan tidak akan melepaskannya.) Itulah tepatnya yang mereka rasakan. Saat mereka berpegangan pada pelampung, apa yang mereka pikirkan? "Aku tidak harus mati sekarang, akhirnya ada harapan untuk bertahan hidup! Saat kematian mendekat, selama masih ada secercah harapan untuk tetap hidup, aku tidak bisa melepaskannya, meskipun harus menggunakan seluruh kekuatanku. Tidak peduli seberapa sulit atau menyakitkan itu, aku tidak bisa membiarkannya berlalu begitu saja. Bahkan sampai napas terakhir pun, aku harus memegang pelampung itu." Saat orang merasa memiliki harapan untuk tetap hidup, bukankah mereka merasa bahagia? Sekarang, saat engkau semua berpikir dalam hati, merenung, berdoa, atau berada dalam saat teduh, dan menyadari betapa banyak hal yang telah kauperoleh dengan mengikuti Tuhan, bukankah hatimu akan merasa bahagia? Ungkapkanlah perasaanmu yang sebenarnya. (Jika tidak mengikuti Kristus, kami pasti sudah jatuh ke dalam bencana, dan akibatnya tidak terbayangkan. Sekarang, dengan makan dan minum firman Tuhan serta melaksanakan tugas kami, kami telah memahami banyak kebenaran. Kami telah memperoleh iman yang sejati dan hati kami pun bisa takut akan Tuhan; kami telah belajar tunduk kepada Tuhan. Kami telah memperoleh begitu banyak hal, dan sangat bersyukur atas bimbingan-Nya.) Itu benar. Engkau semua telah memperoleh banyak hal dari mengikuti Tuhan dan melaksanakan tugasmu. Inilah yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Engkau harus bersyukur kepada Tuhan dan memuji-Nya dengan sepenuh hati.

Saat orang yang memiliki iman sejati akan Tuhan menghadapi masalah, mereka mampu mencari kebenaran, dan setelah memiliki beberapa pengalaman, akan memperoleh beberapa kebenaran. Kebahagiaan yang dihasilkan oleh kebenaran ini cukup untuk menggantikan kesenangan yang dihasilkan oleh hal-hal materi dan kenyamanan. Semakin banyak engkau memperoleh hal-hal itu, semakin berkurang kepuasanmu dan semakin engkau tidak mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk. Namun, semakin orang memahami kebenaran secara menyeluruh dan semakin banyak kebenaran yang mereka peroleh, semakin paham mereka bahwa mereka harus bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, semakin haus hati mereka untuk mengasihi Tuhan, dan semakin mampu mereka tunduk dan takut akan Tuhan. Inilah kebahagiaan yang sejati. Apa yang didapatkan manusia dari mengejar kesenangan materi? Kekosongan dan kemerosotan; hal itu hanya akan menumbuhkan pengejaran dan keinginan terhadap hal-hal materi. Orang sulit menepis pencobaan akan status, ketenaran, dan keuntungan. Jadi, bagaimana orang yang memercayai Tuhan bisa melepaskan kesenangan materi ini? Apakah dengan berdoa setiap hari dan berlatih menahan diri? (Tidak, tetapi dengan mengerti akan hal-hal ini.) Bagaimana seseorang dapat mengerti? (Orang dapat mengerti akan hal-hal ini, di satu sisi melalui pengungkapan firman Tuhan, dan di sisi lain melalui pengalaman pribadi, kesadaran diri, serta secara perlahan mulai memahami beberapa kebenaran.) Ketika engkau memahami kebenaran dan bisa melepaskannya, itu menunjukkan bahwa engkau telah menerima kebenaran. Jauh di lubuk hati, engkau telah menerima firman Tuhan—apa yang dikatakan-Nya kepada manusia dan apa yang dituntut-Nya dari manusia—dan hal itu sudah menjadi kenyataanmu. Apakah ini kenyataan hidupmu? Itu sudah menjadi hidupmu. Dalam melaksanakan tugasmu, tanpa sadar engkau sudah memperoleh kebenaran sebagai hidupmu. Mungkin engkau belum merasakannya, menganggap bahwa tingkat pertumbuhanmu belum signifikan, dan ada banyak hal yang tidak kaupahami, tetapi engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan ini menunjukkan bahwa kehidupan Tuhan telah bekerja ke dalam dirimu. Pertumbuhan dalam hidup adalah sesuatu yang alami; itu tidak mengharuskanmu merasakan hal tertentu. Meskipun tidak bisa menjelaskannya, engkau sudah mengalami kemajuan dan telah berubah. Oleh karena itu, saat engkau menerima kebenaran hidup dari Tuhan, hatimu secara tidak sadar telah mendekat kepada Tuhan, dan selama itu pula, Dia telah memeriksa dan mengetahui hatimu. Pikirkan baik-baik sekarang, bukankah proses ini cukup membahagiakan? Sungguh membahagiakan! Engkau semua sangat beruntung karena hidup di akhir zaman, memiliki hak istimewa untuk menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman, mengikuti-Nya, dan melaksanakan tugasmu. Firman Tuhan bekerja langsung di dalam dirimu, agar engkau semua memperoleh kebenaran sebagai kehidupan. Dengan kehidupan firman Tuhan sebagai kenyataan, dan kehidupan kebenaran sebagai kenyataan, bukankah keberadaan manusia sungguh berharga? Bukankah hal itu menjadi mulia tanpa kausadari? Bukankah hidup ini perlahan-lahan menjadi lebih bermartabat? Hanya pada saat inilah orang merasa bahwa mereka telah memperoleh banyak hal dengan memercayai Tuhan. Memahami sejumlah kebenaran dapat mengubah manusia; sebelumnya, mereka tidak mengerti akan hal ini, tetapi kini mereka sudah benar-benar mengerti. Ternyata, kebenaran firman Tuhan telah menjadi kehidupan di dalam diri mereka. Kebenaran telah berakar di dalam hati, berbunga, lalu menghasilkan buah, yaitu kehidupan; itulah buah yang dihasilkan dari pemahaman akan kebenaran, dan itu tidak dapat digantikan oleh apa pun. Saat nanti menerima disiplin, didikan, penghakiman, dan hajaran, engkau mampu menerimanya serta tunduk, tanpa sadar engkau akan mengenal Tuhan setelah memahami banyak kebenaran, dan hidupmu akan semakin mengalami kemajuan. Bukankah itu artinya bertumbuh secara bertahap? Bukankah engkau semua juga menantikan hari itu? (Ya.) Maka engkau harus berjuang keras memperoleh kebenaran.

Kutipan 93

Apa yang menjadi sandaran bagi orang-orang yang tidak memahami kebenaran ketika mereka melakukan sesuatu? Mereka bergantung pada metode manusia, kecerdasan manusia, dan sedikit kecerdikan manusia. Ketika mereka menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan metode-metode tersebut, mereka cenderung menjadi congkak. Mereka merasa memiliki modal dan dapat membangga-banggakan serta memamerkan senioritas mereka. Ini disebut tidak bernalar. Sebenarnya, mereka tidak mengetahui apakah yang mereka lakukan sesuai dengan maksud Tuhan atau tidak. Mereka tidak memahami dan tidak memiliki wawasan. Jadi, ketika sesuatu terjadi pada mereka, orang-orang semacam itu cenderung mempermasalahkan hal-hal kecil. Ketika mereka melakukan kesalahan saat melaksanakan tugas mereka dan dipangkas, mereka mencari penyebab dari luar, serta menyalahkan berbagai hal. Mereka menyalahkan keadaan yang tidak mendukung dan menyalahkan diri sendiri karena tidak mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik pada saat itu. Mereka hanya mencari penyebab dari luar dan tidak mengakui bahwa mereka tidak memahami kebenaran atau bahwa mereka belum mengerti prinsip-prinsip kebenaran. Hati mereka dipenuhi dengan hal-hal negatif dan kesalahpahaman tentang Tuhan, dan mereka meyakini bahwa Tuhan telah menyingkapkan mereka. Benarkah demikian? Saat melaksanakan tugasnya, mereka memperlihatkan watak rusak mereka. Mereka melakukan segala sesuatu tanpa memiliki prinsip dan tanpa keterkaitan dengan kebenaran. Betapa menyedihkannya mereka. Orang-orang semacam itu melaksanakan tugas mereka tanpa ketundukan; dapat dikatakan bahwa mereka tidak memiliki kesetiaan atau dedikasi, dan terlebih lagi, mereka tidak takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mereka terus-menerus mengandalkan metode manusia untuk melakukan segala sesuatu, dan hanya bertindak dan mengerahkan upaya secara lahiriah, tetapi pada akhirnya mereka tetap tidak memahami kebenaran. Adakah perubahan dalam watak hidup orang-orang ini? Apakah hubungan mereka dengan Tuhan normal? Adakah peningkatan dalam ketundukan mereka dan takut akan Tuhan dalam diri mereka? (Tidak.) Tidak ada peningkatan dalam hidup mereka. Tidak ada perubahan dalam watak rusak mereka. Mereka hanya menjadi makin licik dan makin belat-belit, makin menggunakan tipu daya dan bahkan menjadi makin congkak. Apa pun yang mereka hadapi, mereka tetap hidup berdasarkan falsafah Iblis, terus-menerus merangkum pengalaman dan pelajaran yang mereka petik, mencatat di mana mereka telah mengalami kegagalan, dan pelajaran apa yang harus dipetik agar dapat menghindari kegagalan yang berulang-ulang. Mereka selalu merangkum pengalaman dan pelajaran mereka seperti ini, sama sekali tidak mencari kebenaran. Mampukah orang membuang watak rusak dalam diri mereka dengan hidup berdasarkan falsafah Iblis? Jika watak rusak dalam diri mereka tidak dapat dibuang, dapatkah mereka memperoleh keselamatan? Jika engkau tidak memahami hal-hal ini, itu akan berbahaya dan engkau tidak dapat memasuki jalan yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan. Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dengan cara yang membingungkan, dapatkah mereka memperoleh kebenaran? Dapatkah hati nurani dan nalar mereka menjadi makin normal? Dapatkah mereka hidup dalam kemanusiaan yang normal? (Tidak.) Merangkum pengalaman dan pelajaran seperti ini dan mengubah perilaku orang mungkin dapat mengurangi kesalahan, tetapi apakah itu dianggap sebagai menerapkan kebenaran? (Tidak.) Dapatkah orang tersebut masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Apakah orang semacam itu memiliki tempat di hatinya untuk Tuhan? (Tidak.) Mereka yang bertindak tanpa memedulikan kebenaran atau Tuhan adalah pengikut yang bukan orang percaya dan tidak dapat memperoleh penyelamatan Tuhan! Dapatkah engkau semua mengenali orang-orang seperti ini?

Ketika seseorang melakukan sesuatu, entah mereka sedang melaksanakan tugas mereka ataupun menangani urusan pribadi, perhatikanlah ke mana arah fokus mereka. Jika mereka berfokus pada falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain, itu menunjukkan bahwa mereka tidak mencintai dan tidak mengejar kebenaran. Jika seseorang, apa pun yang terjadi, selalu bisa berfokus pada kebenaran dan selalu merenungkan kebenaran, dan berpikir: "Apakah melakukan ini sesuai dengan maksud Tuhan? Apa sajakah yang dituntut oleh Tuhan? Apakah melakukan ini berarti berdosa terhadap Tuhan? Apakah ini akan menyinggung watak-Nya? Apakah ini akan menyakiti Tuhan? Apakah Tuhan akan membencinya? Apakah ada nalar dalam melakukan ini? Apakah ini akan mengganggu atau mengacaukan pekerjaan gereja? Apakah ini akan merugikan kepentingan rumah Tuhan? Apakah ini akan mempermalukan nama Tuhan? Apakah ini menerapkan kebenaran? Apakah ini berbuat jahat? Bagaimana pandangan Tuhan tentang ini?" jika mereka selalu mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini, maka sebagai pertanda apa ini? (Ini menandakan bahwa mereka sedang mencari dan mengejar kebenaran.) Benar. Ini menandakan bahwa mereka sedang mencari kebenaran, dan bahwa Tuhan ada di dalam hati mereka. Bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki Tuhan dalam hatinya menghadapi sesuatu yang menimpa mereka? (Mereka bertindak berdasarkan kecerdasan dan karunia mereka sendiri, sama sekali tidak ada hubungan dengan Tuhan, dan tindakan mereka sangat dipengaruhi oleh niat mereka sendiri.) Ketika mereka bertindak berdasarkan niat mereka sendiri, mereka tidak hanya mencampuradukkan niat, tetapi mereka juga sama sekali tidak memeriksa atau merenungkan diri. Mereka tidak memberikan kelonggaran, tetap bersikeras berpegang pada cara mereka sendiri. Mereka melakukan segala sesuatu sesuai keinginan mereka, tidak berdoa kepada Tuhan, dan tidak mencari kebenaran. Mereka tidak memiliki hubungan dengan Tuhan. Bukankah mudah bagi orang semacam itu untuk melakukan kesalahan dan menyinggung watak Tuhan? Bukankah ini sangat berbahaya? Karakteristik apa yang diperlihatkan oleh orang-orang yang tidak mengejar kebenaran dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik dalam cara mereka bertindak maupun watak yang mereka perlihatkan? (Mereka bertindak gegabah dan tanpa kendali, meremehkan orang lain, sangat congkak dan tidak bermoral, dan membuat keputusan secara sepihak.) Utamanya adalah sifat-sifat berikut: mereka congkak, sombong, gegabah, tidak bermoral, dan tidak terkendali; mereka bertindak tanpa nalar, melakukan segala sesuatu sesuai keinginan mereka, dan selalu bersikap liar dan sifat kebrengsekan terlalu kuat. Tanpa dipangkas, mereka menunjukkan taring mereka. Ketika menghadapi pemangkasan, mereka bersikap negatif, bersikap antagonistis, menentang, dan memberontak, serta natur Iblis mereka sepenuhnya tersingkap. Ketika orang-orang yang tidak mengejar kebenaran ini tidak melakukan atau mengatakan apa pun, mereka tampak seperti orang biasa. Namun, begitu mulai bertindak, watak rusak yang tersingkap adalah sifat kasar dan kebinatangan. Dalam firman Tuhan, bagaimana orang-orang semacam itu digambarkan? ("Apa yang tersingkap dalam dirimu bukanlah kenakalan anak-anak yang melarikan diri dari orang tua mereka, melainkan kebengisan yang menyembur dari binatang yang berada di luar jangkauan cambuk tuan mereka" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Bagaimanakah Pemahamanmu tentang Tuhan?").) Watak-watak yang diperlihatkan oleh orang-orang semacam itu dapat digambarkan sebagai watak seperti binatang buas, dan mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Jika ada orang semacam itu di tengah kerumunan, akankah engkau mampu membedakan mereka? (Tidak sepenuhnya mampu.) Orang yang mencari kebenaran dan orang yang tidak mencarinya sepenuhnya berbeda dalam cara mereka berperilaku dan apa yang mereka singkapkan. Perwujudan jelas dari mereka yang tidak mencari kebenaran adalah kurangnya nalar, kurangnya hati nurani, dan bertindak tanpa memperhatikan prinsip-prinsip kebenaran. Mereka bertindak semaunya, bertindak sesuka hati dan sangat berani hingga melewati batas. Mereka yang tidak mengejar kebenaran adalah orang yang menyedihkan dan menjijikkan. Mereka mempermalukan diri sendiri, tidak membawa manfaat bagi orang lain. Jika mereka tidak membawa manfaat bagi orang lain, bukankah Tuhan akan membenci mereka? (Ya.) Apakah mereka sendiri menyadari hal ini? (Tidak.) Lalu mengapa Aku mengatakan bahwa mereka menyedihkan? Karena meskipun berada dalam situasi seperti ini, mereka bahkan tidak menyadarinya. Mereka tidak memiliki keserupaan dengan manusia, tetapi masih menganggap bahwa mereka baik-baik saja, dan masih berani untuk bertindak dengan kecerobohan yang impulsif. Bukankah mereka itu sangat menyedihkan? Dalam membedakan orang, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah mengenali apakah mereka menerapkan kebenaran, mencari kebenaran, dan menerima kebenaran atau tidak. Inilah caranya engkau mampu secara akurat membedakan mereka, dan melihat dengan jelas semua kategori orang-orang.

Apakah engkau semua termasuk orang-orang yang mengejar kebenaran? (Kami tidak mengejar kebenaran sebelumnya, tetapi sekarang kami sedang berusaha untuk mengejarnya.) Dalam beberapa tahun terakhir, ketika engkau tidak mengejar kebenaran, apakah engkau semua memperlihatkan perilaku-perilaku tersebut yang baru saja Kusebutkan? (Ya.) Ketika engkau memperlihatkan perilaku-perilaku tersebut, apakah itu tidak menyakitkan hatimu karena hidup dalam keadaan seperti itu? (Ya, kami menderita, tetapi kami tidak menyadarinya.) Sungguh menyedihkan karena tidak menyadari hal ini! Ketika seseorang tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki kenyataan kebenaran, itu adalah hal yang paling menyedihkan dan patut disesalkan. Berpegang pada kebenaran-kebenaran, sering mendengarkan khotbah, tetapi tidak memperoleh apa pun dan tetap hidup dalam ikatan Iblis, bertindak dan berbicara tanpa rasionalitas, jelas-jelas tidak memiliki kemanusiaan—sungguh menyedihkan! Itulah sebabnya, mengejar kebenaran adalah hal yang sangat penting! Engkau semua menyadari ini sekarang, bukan? (Ya.) Bagus jika engkau menyadarinya. Yang mengkhawatirkan adalah ketika orang bersikap apatis dan bodoh sehingga mereka tidak mampu menyadarinya. Jika seseorang tidak mengejar kebenaran dan tidak menyadarinya, itu bukanlah masalah besar. Yang paling mengkhawatirkan adalah ketika seseorang menyadari bahwa dirinya memperlihatkan perilaku-perilaku itu, tetapi tetap tidak mengejar kebenaran, dan sama sekali tidak bertobat. Ini adalah pelanggaran yang disengaja. Mereka yang dengan sengaja melanggar dan sama sekali tidak mau menerima kebenaran, menandakan bahwa di hatinya, mereka memiliki sikap keras kepala dan kejam, serta muak akan kebenaran. Dapatkah mereka yang keras kepala takut akan Tuhan? Jika mereka tidak takut akan Tuhan, dapatkah mereka menjadi sesuai dengan Tuhan? (Tidak.) Sikap seperti apa yang dimiliki oleh mereka yang keras kepala terhadap Tuhan? Mereka adalah orang-orang yang menentang, memberontak, dan tidak bertobat, dan mereka sama sekali tidak mengakui bahwa Tuhan adalah kebenaran. Mereka tidak menerima kebenaran dan menentang Tuhan sampai akhir! Apa akibat bagi orang-orang semacam itu? (Mereka akan dihukum oleh Tuhan dan dimusnahkan.) Tuhan tidak menyelamatkan orang-orang semacam itu. Apakah 250 pemimpin yang disebutkan dalam Alkitab adalah orang-orang yang keras kepala dan memberontak? Apa yang terjadi pada mereka pada akhirnya? (Mereka ditelan oleh bumi.) Itulah kesudahannya. Seberapa lama pun seseorang percaya kepada Tuhan, jika mereka tidak menyadari pentingnya mengejar kebenaran, jika mereka tidak memahami kebencian dan akibat dari muak akan kebenaran, maka apa kesudahan mereka kelak? Mereka pasti akan disingkirkan. Orang-orang yang baru percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang bodoh dan tidak tahu apa-apa, belum mengetahui bagaimana melaksanakan tugas dengan benar atau jalan yang benar yang harus mereka tempuh. Itulah aspek yang menyedihkan dari manusia. Jika engkau telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun dan mampu melaksanakan tugasmu, tetapi tidak mengejar kebenaran, engkau hanya sekadar berjerih payah. Jika engkau mampu melaksanakan tugasmu dengan setia, bersedia berjerih payah, tidak melakukan kejahatan, dan tidak menimbulkan kekacauan atau gangguan, maka meskipun engkau belum mengejar kebenaran, karena engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan setia, Tuhan tetap tidak akan menghukummu. Namun, jika seseorang memahami sebagian kebenaran, dan menyadari pentingnya mengejar kebenaran, tetapi tetap tidak mengejar kebenaran, maka tidak akan mudah bagi mereka untuk memperoleh keselamatan. Paling-paling, mereka bisa tetap menjadi orang yang berjerih payah yang setia. Sedangkan mereka yang tidak bersedia untuk berjerih payah, bersaing demi kekuasaan dan keuntungan, serta mengganggu kehidupan dan pekerjaan gereja, kesudahan mereka sudah ditentukan. Mereka telah jatuh ke dalam bencana dan sedang menunggu kematian. Mereka harus mempersiapkan diri untuk apa yang akan terjadi!

Kutipan 94

Ada beberapa orang yang baru mulai percaya kepada Tuhan yang sering kali merasa negatif dan lemah. Ini terjadi karena mereka tidak memahami kebenaran, tingkat pertumbuhan mereka terlalu kecil, dan pemahaman mereka tentang berbagai kebenaran mengenai iman kepada Tuhan masih kurang. Karena itu, mereka merasa diri mereka berkualitas rendah, tidak mampu mengikuti, memiliki banyak kesulitan—yang menimbulkan kenegatifan, dan bahkan membuat mereka menyerah: Mereka memutuskan untuk menyerah, untuk berhenti mengejar kebenaran. Mereka menyingkirkan diri mereka sendiri. Yang mereka pikirkan adalah, "Bagaimanapun juga, Tuhan tidak akan memperkenanku karena aku percaya kepada-Nya. Tuhan juga tidak menyukaiku. Aku juga tidak memiliki banyak waktu untuk menghadiri pertemuan. Kehidupan keluargaku sulit dan aku perlu mencari uang," dan sebagainya. Semua ini menjadi alasan yang membuat mereka tidak bisa menghadiri pertemuan. Jika engkau tidak segera mencari tahu apa yang sedang terjadi, engkau mungkin akan melabeli mereka sebagai orang yang tidak mencintai kebenaran, dan bukan orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Atau, engkau akan melabeli mereka sebagai orang yang mendambakan kenyamanan daging, mengejar dunia, dan tidak mampu melepaskan hal-hal duniawi—dan karena itu, engkau akan meninggalkan mereka. Apakah ini sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran? Apakah alasan-alasan ini benar-benar mewakili esensi natur mereka? Sebenarnya, karena kesulitan-kesulitan dan keterikatan inilah mereka menjadi negatif; jika engkau dapat menyelesaikan masalah-masalah ini, mereka tidak akan menjadi sedemikian negatif, dan akan mampu mengikut Tuhan. Ketika mereka merasa lemah dan negatif, mereka membutuhkan dukungan orang. Jika engkau membantu mereka, mereka akan dapat bangkit kembali. Namun, jika engkau mengabaikan mereka, akan mudah bagi mereka untuk menyerah karena kenegatifan. Ini tergantung pada apakah orang yang melakukan pekerjaan gereja memiliki kasih, apakah mereka memiliki beban ini. Beberapa orang tidak sering datang ke pertemuan bukan berarti mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, itu tidak bisa disamakan dengan tidak menyukai pada kebenaran, juga bukan berarti mereka mengingini kesenangan daging dan tidak mampu mengesampingkan keluarga dan pekerjaan mereka—terlebih lagi, mereka tidak boleh dinilai sebagai orang yang terlalu emosional atau terpikat pada uang. Hanya saja dalam hal ini, tingkat pertumbuhan dan cita-cita orang berbeda-beda. Beberapa orang mencintai kebenaran, dan mampu mengejar kebenaran; mereka rela menderita demi melepaskan hal-hal ini. Beberapa orang memiliki sedikit iman, dan ketika menghadapi kesulitan yang nyata, mereka tidak berdaya, dan tidak dapat mengatasi kesulitan itu. Jika tak seorang pun yang membantu atau mendukung mereka, mereka akan menyerah dan berhenti berusaha; pada saat seperti itu, mereka membutuhkan dukungan, perhatian, dan bantuan orang-orang. Kecuali mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya, tidak mencintai kebenaran, dan orang jahat—dalam hal ini mereka dapat diabaikan. Jika mereka adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, dan tidak sering menghadiri pertemuan karena memang sedang menghadapi beberapa kesulitan, maka mereka tidak boleh ditinggalkan, tetapi harus dengan penuh kasih dibantu dan didukung. Jika mereka adalah orang yang baik, dan memiliki kemampuan memahami, serta memiliki kualitas yang baik, maka mereka semakin layak untuk dibantu dan didukung.

Kutipan 95

Hanya bekerja keras tidaklah cukup saat engkau melaksanakan tugasmu, engkau juga harus melaksanakannya dengan segenap hati. Satu-satunya cara untuk memberikan upaya terbaikmu adalah dengan melakukannya dengan segenap hati. Jika engkau tidak melakukannya dengan segenap hati, berarti engkau masih belum memberikan upaya terbaikmu. Bila engkau hanya mengerahkan segenap kekuatanmu tetapi tidak dengan segenap hatimu, berarti engkau hanya bekerja keras tanpa melaksanakannya dengan hati. Melaksanakan tugas dengan cara seperti ini tidak akan diterima oleh Tuhan. Ketika melaksanakan tugasmu, engkau selalu harus berupaya sebaik mungkin untuk memuaskan Tuhan dengan segenap hatimu, kekuatanmu, dan pikiranmu. Bila engkau hanya memberikan separuh saja kekuatanmu dan menahan separuh lainnya, dengan berpikir, "Aku tidak ingin menjadi lelah; siapa yang akan menghidupiku ketika aku kelelahan?" Apakah ini sikap yang benar? (Tidak.) Akankah engkau menderita kerugian jika engkau melaksanakan tugasmu dengan mentalitas seperti ini? (Ya.) Kerugian seperti apa? (Tuhan akan membenciku, dan secara berangsur aku akan kehilangan pekerjaan Roh Kudus.) Tidak memiliki pekerjaan Roh Kudus adalah sebuah kerugian. Jika orang percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun tanpa pekerjaan Roh Kudus, maka kerugian mereka akan begitu besar hingga mereka takkan mendapatkan apa pun. Seolah-olah mereka hanya percaya dengan sia-sia. Ada banyak orang yang tidak berusaha mengejar kebenaran, dan disingkirkan setelah percaya selama beberapa tahun. Dengan kata lain, seberapa banyak engkau mengerahkan dirimu untuk melaksanakan tugasmu, jika engkau tak melaksanakannya dengan sepenuh dan segenap hati, engkau tidak akan mampu memperoleh kebenaran. Apakah ini kerugian? Apakah engkau semua menyadari bahwa ini adalah kerugian? Bila engkau adalah orang yang benar-benar memahami kebenaran, engkau akan menyadari bahwa kerugiannya sangat besar. Dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan selama lima atau sepuluh tahun, ada yang telah memperoleh kenyataan kebenaran, sedangkan yang lainnya masih mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin. Apakah ini sebuah perbedaan yang besar? (Ya.) Bagaimana mereka yang telah memperoleh kenyataan kebenaran mencapai hal ini? Mereka mencapainya dari pengalaman dan penerapan. Apakah kenyataan kebenaran diberikan oleh Tuhan? (Ya.) Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka yang belum memperoleh kenyataan kebenaran dan masih mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin? Mereka sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan masih belum juga memperoleh kebenaran karena mereka tidak mengejar kebenaran, dan mereka hanya melaksanakan tugas mereka dengan kekuatan mereka tetapi bukan dengan hati mereka. Apakah percaya kepada Tuhan tanpa memperoleh kebenaran adalah sebuah anugerah atau kemalangan? (Kemalangan.) Mengapa disebut kemalangan? Dapatkah engkau memahaminya? Apakah fakta bahwa engkau belum memperoleh kebenaran adalah masalah besar atau masalah kecil? (Masalah besar.) Berkaitan dengan masalah apakah hal ini? Apakah itu berkaitan dengan keselamatan? (Ya.) Apa artinya ketika engkau mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin sepanjang hari? Ini menimbulkan pertanyaan terhadap penyelamatan dan membuatnya sulit untuk dicapai. Beberapa orang telah percaya kepada Tuhan selama sepuluh tahun dan masih mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin. Yang lainnya telah percaya selama dua puluh tahun, tetapi belum memasuki kenyataan kebenaran dan belum memahami makna kenyataan kebenaran. Apakah orang-orang ini berada dalam bahaya? Apakah masih belum jelas bisa atau tidaknya mereka untuk diselamatkan? (Ya.) Katakan kepada-Ku, dari antara mereka yang telah percaya selama jumlah tahun yang sama, tipe orang mana yang memiliki peluang dan harapan keselamatan yang lebih besar? Apakah mereka yang mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, atau mereka yang memiliki kenyataan kebenaran? (Mereka yang memiliki kenyataan kebenaran.) Ini sudah jelas. Lalu, engkau semua ingin menjadi orang seperti apa? (Orang yang memiliki kenyataan kebenaran.) Bagaimana seseorang bisa menjadi orang yang memiliki kenyataan kebenaran? (Dengan benar-benar melakukan penerapan sesuai dengan firman Tuhan.) (Dengan melaksanakan tugas kita dengan segenap hati, kekuatan, dan pikiran, sesuai dengan tuntutan Tuhan dan berusaha sekuat tenaga untuk memuaskan-Nya.) Itu benar. Jika engkau melakukan apa pun yang Tuhan minta darimu, maka engkau akan memperoleh kebenaran. Apa yang terkait dengan hal ini? Ini terkait dengan kesudahan dan tempat tujuan seseorang. Beberapa orang bersikap bodoh dan sombong, dan mereka bahkan tidak tahu berapa banyak kehilangan yang mereka alami, atau kerusakan apa yang mereka derita. Mereka duduk sambil mengoceh dan mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin, dan masih tidak menyadari bahwa mereka berada di ambang bahaya! Bagaimana akhir dari mereka yang tidak bisa diselamatkan? Pertama-tama, mereka akan disingkirkan oleh Tuhan. Dan apa akhir mereka di masa depan? (Kebinasaan dan pemusnahan.) Inilah kesudahan mereka, inilah tempat tujuan mereka. Jika orang percaya kepada Tuhan dan berakhir seperti ini, apakah ini niat awal mereka beriman kepada-Nya? (Tidak.) Tidak ada yang ingin berakhir seperti ini. Jika engkau tidak menginginkan akhir seperti ini, maka jangan mengikuti jalan tersebut. Engkau harus menempuh jalan yang mengejar kebenaran dan hanya dengan begitu engkau akan dapat mencapai keselamatan.

Jika orang-orang tidak dapat menerima pekerjaan di akhir zaman, mereka akan benar-benar berakhir dan tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Ini berbeda dari pekerjaan pada Zaman Kasih Karunia, yaitu jika seseorang tidak menerimanya, di negara mana pun mereka dilahirkan, mereka masih bisa menunggu kesempatan untuk menerima pekerjaan Tuhan di akhir zaman. Akhir dari pekerjaan Tuhan di akhir zaman adalah akhir dari rencana pengelolaan-Nya, dan apa makna dari akhir itu? Itu berarti bahwa Tuhan akan menentukan akhir setiap orang, akhir segala sesuatu serta akhir umat manusia sudah dekat. Pekerjaan Tuhan telah mencapai tahap ini, dan jika visi ini tidak ada di dalam hati manusia, jika mereka selalu bingung dan melaksanakan tugas dengan sikap asal-asalan, jika mereka gagal mengejar kebenaran dengan serius dan berpikir bahwa selama mereka percaya, mereka akan diselamatkan, maka mereka akan kehilangan kesempatan terakhir untuk diselamatkan. Suatu hari nanti, ketika bencana besar datang dan pekerjaan telah sepenuhnya selesai, Tuhan tak akan lagi melakukan pekerjaan penyiraman dan menyediakan kebenaran bagi manusia. Dengan watak seperti apa Tuhan akan menghadapi umat manusia pada saat itu, apakah engkau tahu? Kemurkaan-Nya akan sangat besar dan watak-Nya yang benar akan diungkapkan kepada seluruh umat manusia, dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ini akan menjadi bencana besar terakhir bagi umat manusia. Inilah saatnya Tuhan bekerja untuk menyelamatkan manusia. Dia telah bersabar, toleran, dan menunggu. Menunggu apa? Menunggu umat-Nya yang telah ditetapkan, umat pilihan-Nya, orang-orang yang ingin Dia selamatkan, untuk datang kepada-Nya, menerima penghakiman, hajaran, dan penyelamatan-Nya. Ketika orang-orang ini telah dilengkapi, pekerjaan besar Tuhan akan selesai, dan Tuhan tidak akan lagi melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia. Ini bukan zaman Nuh, juga bukan zaman kehancuran Sodom, atau zaman penciptaan dunia. Sebaliknya, ini adalah waktunya akhir dunia. Beberapa orang masih bermimpi, mereka tidak tahu sudah sejauh mana tahap pekerjaan penyelamatan Tuhan dilakukan. Meskipun mereka telah menerima penampakan dan pekerjaan Tuhan, mereka tetap tidak bergegas, mereka tetap bingung dan tidak menganggapnya serius. Setelah tahap pekerjaan ini selesai, kesudahan seseorang akan sesuai apa adanya, dan tidak akan berubah. Manusia itu bodoh dan masih berpikir, "Tidak apa-apa, Tuhan akan memberi kita kesempatan lagi!" Kesempatan telah diberikan selama pelaksanaan pekerjaan Tuhan. Bagaimana mungkin ada kesempatan lain setelah era ini berakhir? Bukankah itu hanya mimpi?

Sebelumnya: Firman tentang Bagaimana Tuhan Menentukan Kesudahan Manusia

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini