Hanya dengan Memahami Enam Jenis Watak Rusak Ini, Barulah Orang Dapat Mengenal Dirinya dengan Benar

Apa tujuan manusia percaya kepada Tuhan? (Agar diselamatkan.) Keselamatan adalah topik abadi dalam kepercayaan kepada Tuhan. Jadi, bagaimana agar orang dapat diselamatkan? (Dengan mengejar kebenaran dan selalu hidup di hadapan Tuhan.) Itu adalah semacam penerapannya. Apa yang akan diperoleh dengan selalu hidup di hadapan Tuhan? Apa tujuannya? (Untuk membangun hubungan yang normal dengan Tuhan.) (Agar takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, agar memahami kebenaran dan mengenal Tuhan dengan benar.) Apa lagi? (Untuk mencari kebenaran, untuk menjadikan kebenaran sebagai hidup kami.) Hal-hal ini sering dikatakan selama khotbah, semua ini adalah kalimat-kalimat rohani. Apa lagi? (Agar kami mengalami diri kami dipangkas dan ditangani oleh Tuhan, juga mengalami penghakiman dan hajaran-Nya, serta ujian dan pemurnian-Nya agar kami mulai merenungkan dan mengenal diri kami sendiri dan mencari kebenaran untuk membereskan watak-watak rusak kami selama proses ini, juga agar kami mengenal Tuhan dengan benar, sehingga kami akhirnya menjadi orang yang memiliki kebenaran dan kemanusiaan.) Tampaknya engkau semua telah memahami banyak hal dari khotbah selama beberapa tahun terakhir ini. Jadi, dapatkah hal-hal yang engkau semua pahami ini digunakan dalam pengalamanmu menyelesaikan masalah dan kesulitan nyata tertentu? Misalnya, pemikiran dan gagasan yang salah, kenegatifan dan kelemahan yang sesekali, serta masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan gagasan dan imajinasi: dapatkah hal-hal ini dibereskan dengan cepat? Ada orang yang mungkin mampu menyelesaikan beberapa masalah kecil, tetapi mungkin masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan masalah-masalah besar yang mendasar. Berdasarkan tingkat pemahamanmu akan kebenaran yang sekarang ini kaumiliki, akankah engkau semua mampu tetap teguh jika dihadapkan dengan ujian yang sama seperti yang Ayub hadapi? (Kami selalu bertekad untuk tetap teguh, tetapi kami tidak tahu akan seperti apa tingkat pertumbuhan kami yang sebenarnya jika sesuatu benar-benar terjadi pada kami.) Namun, bukankah engkau seharusnya tahu tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, sekalipun tidak terjadi sesuatu pada dirimu? Tidak mengetahui hal ini sangat berbahaya! Tahukah engkau apa sajakah aspek praktis dari perkataan dan kalimat rohani yang sering kali diulang ini? Mengertikah engkau apa maksud sebenarnya dari masing-masing kalimat ini? Mengertikah engkau apa sebenarnya kebenaran yang ada dalam kalimat-kalimat tersebut? Jika engkau mengetahuinya, dan telah mengalami hal-hal ini, itu membuktikan bahwa engkau memahami kebenaran. Jika engkau hanya mampu mengulang beberapa perkataan dan kalimat rohani, tetapi semua itu tidak berguna bagimu ketika engkau benar-benar mengalami sesuatu, dan semua itu tak mampu menyelesaikan masalahmu, maka ini membuktikan bahwa setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, engkau masih tidak memahami kebenaran, dan engkau belum memiliki pengalaman nyata apa pun. Apa maksud-Ku mengatakan hal ini? Setelah orang percaya kepada Tuhan sampai sejauh ini, mereka memahami kebenaran hanya sedikit lebih banyak daripada para agamawan atau orang-orang tidak percaya, mereka memahami sedikit tentang visi pekerjaan Tuhan, dan mampu memahami beberapa peraturan, dan dapat dikatakan memiliki pemahaman dan penghargaan tertentu tentang kedaulatan Tuhan, dan memiliki sedikit pemahaman yang benar tentangnya—tetapi sudahkah hal-hal ini membuat watak hidup mereka berubah? Masing-masing darimu mampu, secara keseluruhan, berbicara sedikit tentang kebenaran yang sudah sering kaudengar, yang berkaitan dengan visi: visi pekerjaan Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan kehendak Tuhan bagi manusia; dan pengetahuan yang kaubicarakan itu jauh lebih tinggi daripada pengetahuan para agamawan—tetapi dapatkah semua ini membuat watak hidupmu berubah, atau membuat sebagian dari watak hidupmu berubah? Mampukah engkau mengukurnya? Ini sangat penting.

Belakangan ini, kita bersekutu tentang bagaimana tepatnya mengenal Tuhan yang di bumi, bagaimana berinteraksi dengan Tuhan yang di bumi, dan bagaimana membangun hubungan yang normal dengan Tuhan. Bukankah semua ini adalah pertanyaan yang paling nyata? Semua ini adalah kebenaran yang berkaitan dengan aspek penerapan, dan tujuan mempersekutukan hal-hal ini adalah memberi tahu orang bagaimana cara percaya kepada Tuhan, dan bagaimana cara berinteraksi dengan Tuhan serta membangun hubungan yang normal dengan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam hal kebenaran yang berkaitan dengan penerapan, dari semua kebenaran yang telah kaudengar, kaupahami, dan yang mampu kauterapkan, apakah semua itu mampu mengubah watakmu? Dapatkah dikatakan jika orang menerapkan kebenaran dengan cara seperti ini, dan benar-benar berusaha mencapai hal ini, itu berarti mereka sedang menerapkan kebenaran; dan jika mereka telah membuat kebenaran-kebenaran ini menjadi kenyataan mereka, itu berarti mereka mampu mencapai perubahan dalam watak mereka? (Ya.) Banyak orang sama sekali tidak tahu apa yang dimaksud dengan perubahan watak. Mereka mengira mampu mengulang banyak doktrin rohani, dan memahami banyak kebenaran, merepresentasikan perubahan dalam watak mereka. Ini keliru. Dari saat orang memahami suatu kebenaran, hingga dia menerapkan kebenaran ini, lalu kemudian mengalami perubahan watak, adalah sebuah proses pengalaman hidup yang panjang. Bagaimana engkau memahami apa yang dimaksud dengan perubahan watak? Dalam semua yang telah kaualami hingga saat ini, apakah telah terjadi perubahan dalam watak hidupmu? Engkau semua mungkin tidak mampu memahami hal-hal ini, dan semua ini terasa rumit bagimu. Kata "perubahan" dalam "perubahan watak" sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipahami, jadi apa yang dimaksud dengan "watak"? (Hukum keberadaan manusia, racun Iblis.) Apa lagi? (Apa yang secara alami ada dalam diri manusia, apa yang ada dalam esensi hidup manusia.) Engkau semua terus menyebutkan istilah-istilah rohani ini, tetapi semua itu adalah doktrin dan garis besarnya, dan semua itu tidak mengandung rincian apa pun. Ini berarti tidak memahami esensi kebenaran. Kita sering membahas tentang perubahan watak, dan topik-topik semacam itu selalu dibahas sejak orang mulai percaya kepada Tuhan, entah saat mereka menghadiri pertemuan atau mendengarkan khotbah; hal-hal inilah yang harus berusaha orang pahami ketika mereka percaya kepada Tuhan. Namun, mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan perubahan watak, apakah watak mereka sendiri telah berubah atau belum, dan apakah mungkin bagi watak mereka untuk berubah atau tidak—banyak orang tidak memahami hal-hal ini, mereka tak pernah memikirkannya, dan mereka juga tidak tahu dari mana mereka harus mulai memikirkannya. Apa yang dimaksud dengan watak? Ini adalah topik yang utama. Setelah engkau memahaminya, engkau akan sedikit banyak memahami berbagai pertanyaan seperti, apakah watakmu telah berubah atau belum, sejauh mana watakmu telah berubah, berapa banyak perubahan yang telah terjadi, dan apakah ada perubahan atau tidak dalam watakmu setelah engkau mengalami hal-hal tertentu. Untuk membahas tentang perubahan watak, engkau harus terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan watak. Semua orang tahu kata "watak", semua orang terbiasa mendengar kata tersebut. Namun, mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan watak. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan watak tidak dapat diterangkan dengan jelas hanya dalam beberapa kata, dan tidak dapat dijelaskan sebagai sebuah kata benda, karena ini terlalu abstrak dan tidak dapat dipahami dengan mudah. Aku akan memberimu contoh yang akan membuatmu memahaminya. Domba dan serigala sama-sama binatang. Domba makan rumput, dan serigala makan daging. Ini ditentukan oleh natur mereka. Jika suatu hari, domba makan daging dan serigala makan rumput, apakah natur mereka telah berubah? (Tidak.) Jika seekor domba tidak makan rumput, dia akan merasa sangat lapar. Beri dia sedikit daging, dan dia akan memakannya. Namun, domba tersebut tetap akan sangat jinak terhadapmu. Ini adalah watak, ini adalah esensi dari natur domba. Dalam hal apa domba memperlihatkan kejinakannya? (Dia tidak menyerang orang.) Benar—ini adalah watak jinak. Watak yang domba perlihatkan adalah watak yang jinak dan penurut. Watak domba tidak ganas, melainkan penurut dan lembut. Serigala berbeda. Watak serigala ganas dan dia memakan semua jenis binatang kecil. Bertemu dengan serigala yang lapar sangatlah berbahaya, dia bisa saja berusaha memakanmu sekalipun engkau tidak mengganggunya. Watak serigala tidak penurut ataupun lembut, melainkan ganas dan buas, tanpa sedikit pun rasa simpati ataupun belas kasihan. Seperti itulah watak serigala. Watak domba dan watak serigala merepresentasikan esensi dari natur mereka. Mengapa Kukatakan ini? Karena hal-hal yang mereka perlihatkan muncul secara alami dengan sendirinya, apa pun konteksnya, tanpa perlu masukan dari manusia atau tanpa dipicu manusia; semua itu muncul secara alami, tanpa perlu tambahan masukan dari manusia. Keganasan dan kebuasan serigala tidak dipaksa muncul oleh manusia, kelembutan dan kejinakan domba juga tidak ditanamkan dalam diri mereka oleh manusia; mereka dilahirkan dengan hal-hal ini, ini adalah hal-hal yang mereka perlihatkan secara alami, ini adalah esensi mereka. Ini adalah watak. Apakah contoh ini memberimu pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan watak? (Ya.) Ini bukan hal konseptual, kita bukan sedang membahas kata benda tertentu. Ada kebenaran dalam hal ini. Jadi, apa kebenarannya di sini? Watak manusia berkaitan dengan natur manusia. Watak manusia dan natur manusia keduanya berasal dari Iblis, keduanya bertentangan dan bermusuhan dengan Tuhan. Jika orang tidak menerima keselamatan dari Tuhan dan tidak berubah, maka kehidupan yang orang jalani dan apa yang mereka perlihatkan secara alami tak lain adalah kejahatan, kenegatifan, dan pelanggaran terhadap kebenaran—hal ini tidak diragukan lagi.

Kita baru saja membahas tentang watak domba dan watak serigala. Keduanya adalah binatang yang sama sekali berbeda: masing-masing memiliki watak mereka sendiri dan hal-hal yang mereka perlihatkan. Namun, apa hubungannya dengan watak manusia? Melihat kembali apa sebenarnya yang dimaksud watak manusia melalui contoh ini, watak rusak macam apakah yang ada di dalamnya? (Secara umum, kita akan mampu mengetahui watak seperti apa yang orang miliki ketika kita berinteraksi dengan mereka. Sebagai contoh, ketika berbincang dengan seseorang, kita mungkin merasa orang itu berbicara berbelit-belit, selalu mengelak, sehingga orang lain tidak tahu apa sebenarnya yang dimaksudkannya, dan ini berarti orang itu memiliki watak licik di dalam dirinya. Kita bisa mendapatkan gambaran umum dari apa yang biasanya dia katakan dan lakukan, dari tindakan dan perilakunya.) Engkau bisa mengetahui masalah watak tertentu dari berinteraksi dengan orang lain. Tampaknya, setelah mendengar contoh ini, engkau semua memiliki gambaran umum tentang apa yang dimaksud dengan watak. Jadi, watak rusak apakah yang semua orang miliki? Watak rusak apa yang tidak orang sadari, dan yang tak mampu orang rasakan, tetapi tidak diragukan lagi, merupakan watak yang rusak? Misalnya, katakanlah ada orang-orang yang sangat sentimental, dan Tuhan berkata, "Engkau sangat sentimental. Dalam hal seseorang yang kausukai atau sesuatu yang ada hubungannya dengan keluargamu, siapa pun yang berusaha menanyakan tentang keadaan mereka atau apa yang sebenarnya terjadi, engkau tidak akan memberi tahu mereka apa pun, dan terus melindungi mereka. Ini adalah sikap sentimental." Mereka mendengar perkataan ini, dan mereka memahaminya, mengakuinya, dan menerimanya sebagai fakta. Mereka mengakui bahwa firman Tuhan benar, bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan mereka bersyukur kepada Tuhan karena menyingkapkan hal ini kepada mereka. Dapatkah watak mereka terlihat dari hal ini? Apakah terbukti bahwa mereka menerima kebenaran, menerima fakta, tidak menentang, dan taat? (Tidak, itu tergantung pada bagaimana mereka bertindak ketika menghadapi masalah, dan apakah yang mereka katakan dan yang mereka lakukan adalah hal yang sama.) Engkau tidak jauh. Pada saat itu, mereka menerimanya—tetapi kemudian, ketika hal seperti itu terjadi pada diri mereka, tidak ada perubahan dalam cara mereka bertindak. Ini merepresentasikan sejenis watak. Watak apakah itu? Mereka mau mendengarkan pada saat itu, lalu mereka memikirkannya dan berkata dalam hati, "Bagaimana mungkin aku tidak tahu bahwa aku ini sentimental setelah mendengar begitu banyak khotbah? Aku memang sentimental, tetapi siapa yang tidak? Jika aku tidak melindungi keluargaku dan orang-orang yang dekat denganku, siapa yang akan melakukannya? Bahkan orang yang cakap pun membutuhkan dukungan dari teman-temannya." Inilah yang sebenarnya mereka pikirkan. Ketika tiba waktunya untuk bertindak, yang mereka pikirkan dan rencanakan dalam hati mereka, dan sikap mereka terhadap firman Tuhan, semuanya ditentukan oleh watak mereka. Bagaimana sikap mereka? "Silakan saja Tuhan mengatakan dan menyingkapkan apa pun yang Dia inginkan, dan aku akan menerima apa pun yang harus kuterima di hadapan-Nya, tetapi pikiranku sudah bulat, dan aku tak berniat mengesampingkan perasaanku." Seperti inikah watak mereka? Watak mereka terlihat dengan sendirinya dan diri mereka yang sebenarnya pun tersingkap, bukan? Apakah mereka orang yang menerima kebenaran? (Tidak.) Jadi, apakah ini? Ini adalah pembangkangan. Di hadapan Tuhan, mereka berkata Amin dan berpura-pura menerima. Namun, hati mereka tidak tergerak. Mereka tidak menganggap serius firman Tuhan, mereka tidak menganggapnya sebagai kebenaran, dan terlebih lagi, mereka tidak menerapkannya sebagai kebenaran. Ini adalah sejenis watak, bukan? Dan, bukankah watak seperti ini adalah penyingkapan sejenis natur tertentu? (Ya.) Jadi, apa esensi dari watak semacam itu? Bukankah sikap keras kepala? (Ya.) Sikap keras kepala: ini adalah sejenis watak manusia, dan watak ini terdapat dalam diri semua orang. Mengapa Kukatakan bahwa ini adalah watak? Ini adalah sesuatu yang berasal dari esensi natur manusia. Engkau tidak harus memikirkannya, orang lain tidak harus mengajarimu atau membentuk pemikiranmu, Iblis juga tidak harus mengelabuimu; itu kauperlihatkan secara alami, dan itu berasal dari naturmu. Ada orang-orang yang, hal buruk apa pun yang mereka lakukan, selalu menyalahkan Iblis. Mereka selalu berkata, "Iblislah yang menaruh ide ini di pikiranku, Iblislah yang membuatku melakukannya." Mereka menyalahkan Iblis untuk semua hal yang buruk, dan tidak pernah mengakui masalah yang ada dalam natur mereka sendiri. Benarkah demikian? Bukankah engkau telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis? Jika engkau tidak mengakuinya, lalu mengapa watak Iblis terungkap dalam dirimu? Tentu saja, ada juga saat-saat ketika Iblis mengacau, termasuk ketika orang ditipu dan disuruh melakukan sesuatu oleh seseorang yang jahat atau oleh antikristus, atau ketika roh jahat bekerja dan mengirimkan pemikiran tertentu kepada mereka—tetapi semua ini adalah pengecualian; sering kali orang diarahkan oleh natur Iblis dalam diri mereka dan mereka memperlihatkan segala macam watak yang rusak. Ketika orang bertindak sesuai dengan kesukaan dan kecenderungan mereka sendiri, ketika mereka melakukan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri, berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka sendiri, berarti mereka sedang hidup berdasarkan watak rusak mereka sendiri, dan ketika mereka hidup berdasarkan hal-hal ini, mereka sedang hidup berdasarkan natur mereka sendiri. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Ketika orang dikendalikan oleh natur Iblis dalam diri mereka, ketika mereka hidup berdasarkan natur Iblis dalam diri mereka, semua yang mereka perlihatkan adalah natur rusak mereka sendiri; engkau tidak bisa menyalahkan Iblis untuk hal ini, engkau tidak bisa mengatakan bahwa semua ini adalah pemikiran yang dikirimkan oleh Iblis. Karena orang telah dirusak sedemikian dalamnya, mereka telah menjadi milik Iblis, dan karena orang tidak ada bedanya dengan Iblis, dan mereka adalah setan hidup, Iblis hidup, engkau tidak dapat menyalahkan Iblis atas semua hal jahat yang terungkap dalam dirimu. Engkau tidak lebih baik daripada Iblis, dan itu adalah watak rusakmu sendiri.

Keadaan seperti apakah yang ada dalam diri orang saat mereka memiliki watak keras kepala? Mereka terutama bersikap keras kepala dan merasa diri benar. Mereka selalu berpaut pada gagasan mereka sendiri, mereka selalu menganggap apa yang mereka katakan benar, mereka sama sekali tidak fleksibel, dan mereka berpendirian keras. Ini adalah sikap keras kepala. Mereka seperti orang berkepala batu, tidak mau mendengarkan siapa pun, bersiteguh pada satu tindakan tertentu, bersikeras terus melakukannya, tanpa peduli apakah itu benar atau salah; ada sikap yang tak mau bertobat dalam hal ini. Sebagaimana pepatah mengatakan, "Orang mati tidak takut pada apa pun". Orang tahu betul apa yang benar yang harus mereka lakukan, tetapi mereka tidak melakukannya, mereka bersiteguh tidak mau menerima kebenaran. Ini adalah sejenis watak: watak keras kepala. Dalam situasi seperti apa engkau semua memperlihatkan watak yang keras kepala? Apakah engkau sering keras kepala? (Ya.) Sangat sering! Dan karena keras kepala adalah watakmu, watak ini menyertaimu di setiap detik keberadaanmu setiap harinya. Sikap keras kepala menghalangi orang untuk mampu datang ke hadapan Tuhan, menghalangi mereka untuk mampu menerima kebenaran, dan menghalangi mereka untuk mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Dan jika engkau tak mampu masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dapatkah perubahan terjadi dalam aspek watakmu ini? Hanya dengan sangat bersusah payah. Sekarang ini, sudahkah terjadi perubahan dalam aspek watakmu yang keras kepala ini? Dan, seberapa banyakkah perubahan yang telah terjadi? Misalnya, katakanlah engkau dahulu sangat keras kepala, tetapi sekarang telah terjadi sedikit perubahan dalam dirimu: ketika menghadapi suatu masalah, ada sedikit kepekaan hati nurani di dalam hatimu, dan engkau berkata dalam hati, "Aku harus menerapkan kebenaran dalam hal ini. Karena Tuhan telah menyingkapkan watak keras kepala ini—karena aku telah mendengarnya, dan sekarang mengetahuinya—oleh karena itu, aku harus berubah. Dahulu, ketika beberapa kali aku menghadapi hal semacam ini, aku menuruti dagingku dan gagal, dan aku merasa tidak bahagia karenanya. Kali ini, aku harus menerapkan kebenaran." Dengan memiliki keinginan seperti itu, akan mungkin bagimu untuk menerapkan kebenaran, dan ini adalah perubahan. Jika engkau telah selama beberapa waktu mengalaminya dengan cara seperti ini, dan engkau makin mampu menerapkan kebenaran, dan ini membuatmu mengalami perubahan yang lebih besar, dan watakmu yang memberontak dan keras kepala menjadi makin berkurang, apakah itu berarti sudah terjadi perubahan dalam watak hidupmu? Jika watakmu yang memberontak terlihat jauh lebih berkurang, dan ketaatanmu kepada Tuhan telah menjadi jauh lebih besar, itu berarti telah terjadi perubahan nyata. Jadi, sampai sejauh mana engkau harus berubah untuk mencapai ketaatan sejati? Engkau telah berhasil ketika tidak ada lagi sedikit pun sikap keras kepala, melainkan hanya ada ketaatan. Ini adalah proses yang berjalan lambat. Perubahan watak tidak terjadi dalam semalam, itu perlu dialami dalam jangka panjang, bahkan mungkin perlu dialami seumur hidup. Terkadang orang perlu mengalami banyak kesukaran besar, kesukaran yang sama dengan menghidupkan kembali orang yang sudah mati, kesukaran yang lebih sulit dan menyakitkan daripada mengikis racun dari tulang-tulangmu. Jadi, sudahkah terjadi perubahan dalam watakmu yang keras kepala? Mampukah engkau mengukur hal ini? (Dahulu, aku yakin bahwa hal-hal tertentu harus dikerjakan dengan cara tertentu. Ketika orang menyampaikan sudut pandang yang berbeda, aku tak mau mendengarnya, dan hanya setelah aku mengalami kemalangan, barulah aku mau mendengarnya. Kini, aku sedikit lebih baik. Aku masih menolak ketika orang menyampaikan sudut pandang yang berbeda, tetapi sekarang aku mampu menerima beberapa hal yang mereka katakan.) Perubahan sikap adalah jenis perubahan lainnya; ini berarti telah ada sedikit perubahan. Tidak seperti sebelumnya, di mana orang itu tahu bahwa orang lain itu benar, tetapi menolaknya dan tidak mau menerimanya, tetap berpaut pada kecenderungannya sendiri; tidak demikian sekarang. Sudah ada pembalikan dalam sikapnya. Seberapa banyak dia telah berubah setelah mengalami perubahan sebanyak ini? Bahkan 10% pun tidak. 10% perubahan berarti setidaknya, setelah orang lain menyampaikan sudut pandang yang berbeda, engkau tidak memiliki perasaan menentang atau pemikiran yang menentang sedikit pun; engkau memiliki sikap yang normal. Meskipun di hatimu, engkau masih merasakan adanya ketidaksesuaian, engkau tidak bersikap keras kepala, engkau mampu mendiskusikan hal ini dengan orang tersebut, ada sedikit ketaatan dalam tindakanmu, dan engkau tidak hanya melakukan sesuatu sesuai dengan gagasanmu sendiri. Setelah itu, ada kalanya engkau berpaut pada gagasanmu sendiri, dan ada kalanya engkau mampu menerima apa yang orang lain katakan. Perubahan watak kadang terjadi kadang tidak. Engkau harus mengalami kemunduran yang tak terhitung banyaknya untuk mencapai perubahan kecil, dan kegagalan yang tak terhitung banyaknya untuk menjadi berhasil, jadi tidak mudah untuk watakmu berubah tanpa mengalami ujian dan pemurnian selama beberapa tahun. Terkadang, ketika orang sedang berada dalam suasana hati yang baik, mereka mampu menerima hal-hal benar yang orang lain katakan, tetapi ketika mereka sedang merasa sedih, mereka tidak mencari kebenaran. Bukankah ini menunda segala sesuatunya? Terkadang, ketika engkau tidak akur dengan rekan sekerjamu, engkau tidak mencari kebenaran, dan engkau hidup berdasarkan falsafah Iblis. Terkadang, ketika engkau sedang bekerja sama dengan orang lain dan kualitas mereka lebih baik daripada kualitasmu dan mereka lebih baik daripadamu, engkau merasa terkekang oleh mereka, dan engkau tak punya keberanian untuk menjunjung tinggi prinsip ketika engkau menghadapi masalah. Terkadang engkau lebih baik daripada rekan sekerjamu, dan dia bertindak bodoh, dan engkau memandang rendah dirinya dan tak mau mempersekutukan kebenaran kepadanya. Terkadang engkau ingin menerapkan kebenaran tetapi dikuasai oleh emosi dagingmu. Terkadang engkau mendambakan kesenangan daging, dan meskipun engkau ingin meninggalkan dagingmu, engkau tak mampu melakukannya. Terkadang engkau mendengarkan khotbah dan memahami kebenaran, tetapi tak mampu menerapkannya. Apakah masalah-masalah ini mudah diselesaikan? Dengan mengandalkan dirimu sendiri, semua itu tidak akan mudah diselesaikan. Tuhan hanya dapat membiarkan orang mengalami ujian dan pemurnian, membuat mereka merasa sangat menderita dan pada akhirnya merasakan betapa hampanya diri mereka tanpa kebenaran, dan seolah-olah mereka tak mampu hidup tanpa kebenaran. Ini memurnikan orang agar iman mereka bertumbuh dan membuat mereka merasa seakan-akan mereka harus berjuang untuk mengejar kebenaran, merasa hati mereka tidak akan tenang sampai mereka menerapkan kebenaran, dan merasa mereka akan sangat tersiksa jika mereka tak mampu menaati Tuhan. Seperti itulah efek yang dicapai melalui ujian dan pemurnian. Sesulit inilah mengalami perubahan watak itu. Mengapa Kukatakan kepadamu bahwa ini tidak mudah? Mungkinkah karena Aku tidak khawatir engkau semua akan menjadi makin negatif? Kukatakan demikian agar engkau semua tahu betapa pentingnya perubahan watak itu. Aku ingin engkau semua memperhatikan hal ini, tidak lagi mengejar gambaran rohani yang palsu, munafik, dan tidak realistis itu, tidak lagi selalu mengikuti aturan, penerapan, dan doktrin rohani yang fantastis itu; melakukan seperti itu akan merugikanmu dan sama sekali tidak bermanfaat bagimu.

Kita baru saja membahas tentang salah satu aspek watak: sikap keras kepala. Sikap keras kepala sering kali merupakan sikap yang tersembunyi di lubuk hati orang. Umumnya, sikap itu tidak terlihat jelas di luarnya, tetapi saat itu terlihat, akan mudah mendeteksinya, dan orang akan berkata, "Dia benar-benar kepala batu! Dia sama sekali tidak menerima kebenaran—dia sangat keras kepala!" Orang-orang berwatak keras kepala berpaku pada satu pendekatan, dan hanya berpaut pada satu hal, tidak pernah melepaskannya. Jadi, apakah ini adalah satu-satunya sisi watak manusia? Tentu saja tidak—masih banyak yang lainnya. Lihat apakah engkau bisa mengetahui watak apa lagi yang akan Kuuraikan selanjutnya. Ada orang-orang yang berkata, "Di rumah Tuhan, aku tidak tunduk kepada siapa pun kecuali kepada Tuhan, karena Tuhan-lah satu-satunya yang memiliki kebenaran; manusia tidak memiliki kebenaran, mereka memiliki watak yang rusak, apa pun yang mereka katakan tidak bisa diandalkan, jadi aku hanya tunduk kepada Tuhan." Apakah benar berkata seperti ini? (Tidak.) Mengapa tidak? Watak macam apakah ini? (Watak yang congkak dan sombong.) (Watak Iblis dan penghulu malaikat.) Ini adalah watak yang congkak. Jangan selalu berkata bahwa ini adalah watak Iblis dan penghulu malaikat, cara bicara seperti ini terlalu luas dan tidak jelas. Watak rusak Iblis dan penghulu malaikat terlalu banyak. Pembahasan tentang penghulu malaikat, setan dan Iblis semuanya terlalu umum dan tidak mudah untuk orang pahami. Hanya mengatakan bahwa ini merupakan watak yang congkak adalah lebih spesifik. Tentu saja, ini bukan satu-satunya jenis watak yang mereka perlihatkan, hanya saja, watak congkak itu terlihat sangat jelas dengan sendirinya. Dengan mengatakan bahwa ini adalah watak yang congkak, orang akan mampu memahaminya dengan mudah, jadi cara bicara ini paling sesuai. Ada orang-orang yang memiliki beberapa keterampilan, beberapa karunia, beberapa bakat kecil, dan telah melakukan banyak hal bagi gereja. Yang orang-orang ini pikirkan adalah, "Iman kalian kepada Tuhan hanya terdiri dari menghabiskan sepanjang hari membaca, menyalin, menulis, menghafalkan firman Tuhan seperti seseorang yang rohani. Apa gunanya itu? Dapatkah kalian melakukan sesuatu yang nyata? Bagaimana kalian bisa menyebut diri kalian rohani padahal tidak melakukan apa pun? Kalian tidak memiliki hidup. Aku memiliki hidup, semua yang kulakukan ini nyata." Watak apakah ini? Mereka memiliki beberapa keterampilan khusus, beberapa bakat, mereka mampu melakukan sedikit kebaikan, dan mereka menganggap hal-hal ini sebagai hidup mereka. Akibatnya, mereka tidak menaati siapa pun, mereka tidak takut menceramahi siapa pun, mereka memandang rendah semua orang lainnya—apakah ini adalah kecongkakan? (Ya.) Ini adalah kecongkakan. Dalam keadaan apa orang biasanya memperlihatkan kecongkakan? (Ketika mereka memiliki beberapa bakat atau keterampilan khusus, ketika mereka mampu melakukan hal-hal nyata, ketika mereka memiliki modal.) Itu adalah sejenis keadaan. Jadi, apakah orang yang tidak berbakat atau tidak memiliki keterampilan khusus tidak congkak? (Mereka juga congkak.) Orang yang baru saja kita bicarakan sering kali berkata, "Aku tidak menaati siapa pun kecuali Tuhan," dan mendengar perkataannya, orang akan berpikir, "Betapa taatnya orang ini pada kebenaran, dia tidak menaati siapa pun kecuali kebenaran, yang dia katakan itu benar!" Sebenarnya, di dalam perkataan yang terdengar benar ini terdapat semacam watak yang congkak: "Aku tidak menaati siapa pun kecuali Tuhan" jelas berarti bahwa mereka tidak menaati siapa pun. Menurutmu, apakah orang-orang yang mengucapkan perkataan seperti itu benar-benar mampu menaati Tuhan? Mereka tak pernah mampu menaati Tuhan. Mereka yang cenderung mengucapkan perkataan seperti itu tidak diragukan lagi merupakan orang-orang yang paling congkak. Di luarnya, yang mereka katakan kedengarannya benar—padahal sebenarnya, ini adalah cara paling licik dalam mewujudkan watak congkak mereka. Mereka menggunakan "kecuali Tuhan" ini untuk berusaha membuktikan bahwa mereka bernalar, padahal sebenarnya, mereka seperti sedang mengubur emas lalu menancapkan di atasnya papan penanda bertuliskan "Tidak ada emas yang dikuburkan di sini." Bukankah ini bodoh? Menurutmu, orang seperti apakah yang paling congkak? Hal-hal apa yang dapat orang katakan yang membuat mereka paling congkak? Mungkin engkau semua pernah mendengar beberapa perkataan congkak sebelumnya. Perkataan apa yang paling congkak? Tahukah engkau? Adakah yang berani berkata, "Aku tidak menaati siapa pun—bahkan Surga atau bumi pun tidak, bahkan firman Tuhan pun tidak"? Hanya si setan naga merah yang sangat besar yang berani mengatakan ini. Tak seorang pun yang percaya kepada Tuhan akan berkata seperti ini. Namun, jika mereka yang percaya kepada Tuhan berkata, "Aku tidak menaati siapa pun kecuali Tuhan," maka mereka tidak jauh berbeda dengan si naga merah yang sangat besar, kecongkakan mereka peringkat satu dunia, mereka adalah orang-orang yang paling congkak. Menurutmu, semua orang itu congkak, tetapi adakah perbedaan dalam kecongkakan mereka? Di manakah perbedaannya? Manusia yang rusak semuanya memiliki watak yang congkak, tetapi ada perbedaan dalam kecongkakan mereka. Ketika kecongkakan seseorang telah mencapai taraf tertentu, maka dia telah kehilangan seluruh akal sehatnya. Perbedaannya adalah apakah masih terdapat akal sehat dalam apa yang orang itu katakan. Ada orang-orang yang congkak tetapi masih memiliki sedikit nalar. Jika mereka mampu menerima kebenaran, masih ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan. Ada orang-orang yang sangat congkak sehingga mereka tidak berakal sehat—kecongkakan mereka tak ada batasnya—dan orang-orang semacam itu tak pernah mampu menerima kebenaran. Jika orang sangat congkak sampai mereka tidak berakal sehat, itu berarti mereka telah kehilangan semua rasa malu dan hanya dengan bodohnya bersikap congkak. Semua ini adalah pengungkapan dan perwujudan watak yang congkak. Bagaimana mungkin mereka mengatakan sesuatu seperti "Aku tidak menaati siapa pun kecuali Tuhan" jika mereka tidak memiliki watak yang congkak? Mereka tentu tidak akan mengatakannya. Tidak diragukan lagi, jika seseorang memiliki watak yang congkak, maka yang akan diwujudkannya adalah kecongkakan, dan orang itu, tidak diragukan lagi, akan mengatakan dan melakukan hal-hal yang congkak, hal-hal yang tidak berakal sehat. Ada orang-orang yang berkata, "Aku tidak memiliki watak yang congkak, tetapi hal-hal seperti itulah yang kuperlihatkan." Apakah perkataan seperti itu benar? (Tidak.) Yang lain berkata, "Aku tak mampu menahan diri. Begitu aku kurang berhati-hati, aku langsung mengatakan sesuatu yang congkak." Apakah perkataan ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak? Apa sumber penyebab perkataan-perkataan ini? (Karena orang tidak mengenal dirinya sendiri.) Bukan—mereka tahu bahwa mereka congkak, tetapi mendengar orang lain mengejek mereka dengan berkata, "Mengapa kau begitu congkak? Apa yang membuatmu secongkak itu?" mereka merasa malu, dan itulah sebabnya mereka mengatakan hal-hal seperti itu. Perasaan sombong mereka membuat mereka tak tahan mendengarnya, mereka mencari alasan untuk menutupinya, menyamarkannya, menyembunyikannya, dan meloloskan diri darinya. Jadi, perkataan mereka itu tidak masuk akal. Jika watak rusakmu belum dibereskan, engkau akan congkak sekalipun engkau tidak berbicara. Kecongkakan ada dalam natur manusia, tersembunyi di dalam hati mereka, dan dapat muncul setiap saat. Jadi, selama tidak terjadi perubahan watak, orang akan tetap congkak dan merasa diri benar. Aku akan memberikan sebuah contoh. Seorang pemimpin yang baru terpilih tiba di sebuah gereja dan mendapati cara orang-orang memandangnya dan ekspresi wajah mereka tampak kurang antusias. Di benaknya, dia berpikir, "Apakah aku tidak diterima di sini? Aku adalah pemimpin yang baru terpilih; bagaimana kalian bisa memperlakukanku dengan sikap seperti itu? Mengapa kalian tidak terkesan melihatku? Aku dipilih oleh saudara-saudari, jadi kualitas kerohanianku lebih baik daripada kualitas kalian, bukan?" Jadi, sebagai akibatnya, dia berkata, "Aku pemimpin yang baru terpilih. Beberapa orang mungkin tidak menerimaku, tetapi tidak masalah. Mari kita bertanding untuk melihat siapa yang telah menghafal lebih banyak bagian firman Tuhan, siapa yang mampu mempersekutukan kebenaran tentang visi. Aku akan memberikan kedudukan sebagai pemimpin kepada siapa pun yang mampu mempersekutukan kebenaran lebih jelas daripadaku. Bagaimana menurutmu?" Taktik macam apa ini? Ketika orang tidak memedulikannya, dia merasa tidak puas dan ingin mempersulit dan membalas mereka; karena sekarang dia adalah pemimpin, dia ingin menguasai orang—dia ingin menjadi yang teratas. Watak apakah ini? (Kecongkakan.) Dan apakah watak yang congkak mudah untuk dibereskan? (Tidak.) Watak congkak orang sangat sering terlihat dengan sendirinya. Bagi sebagian orang, mendengar orang lain mempersekutukan pencerahan dan pemahaman baru terasa menyakitkan: "Mengapa aku tidak memiliki apa pun untuk kukatakan tentang hal ini? Tidak bisa begini, aku harus berpikir dan mengatakan sesuatu yang lebih baik." Maka, dia pun mengucapkan banyak doktrin, berusaha mengalahkan orang lain. Watak apakah ini? Ini artinya bersaing untuk mendapatkan reputasi dan keuntungan; ini juga adalah kecongkakan. Dalam hal watak, engkau bisa saja duduk diam, tidak mengatakan atau melakukan apa pun, tetapi watak itu akan tetap ada di dalam hatimu dan dalam benakmu, dan bahkan ekspresi wajahmu pun dapat memperlihatkannya. Sekalipun orang berusaha mencari cara untuk menekannya, atau mengendalikannya, dan sangat berhati-hati untuk menghalanginya agar tidak terlihat, apakah ini ada gunanya? (Tidak.) Beberapa orang segera menyadari begitu mereka telah mengatakan sesuatu yang congkak: "Aku telah kembali memperlihatkan watak congkakku—betapa memalukan! Aku tidak boleh lagi mengatakan sesuatu yang congkak." Namun, bersumpah akan tutup mulut tidak ada gunanya, ini bukan ditentukan olehmu, ini ditentukan oleh watakmu. Oleh karena itu, jika engkau tidak ingin watak rusakmu terlihat dengan sendirinya, engkau harus membereskannya. Ini bukan tentang memperbaiki beberapa perkataanmu, ataupun memperbaiki salah satu caramu dalam melakukan sesuatu, terlebih lagi, ini bukan tentang menaati aturan tertentu. Ini adalah tentang menyelesaikan masalah watakmu. Sekarang setelah Aku membahas topik tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan watak, bukankah engkau mampu mengenal dirimu sendiri secara lebih mendalam dan lebih menyeluruh? (Ya.) Mengenal diri sendiri bukanlah tentang mengetahui karakter lahiriah, sifat, kebiasaan buruk, kebodohan, dan hal-hal bodoh yang pernah orang lakukan di masa lalu—bukan satu pun dari hal-hal ini. Sebaliknya, mengenal diri sendiri adalah tentang orang mengetahui watak rusaknya dan kejahatan yang mampu dilakukannya dalam penentangannya terhadap Tuhan. Inilah kuncinya. Ada orang-orang yang berkata, "Aku memiliki temperamen yang meledak-ledak, dan tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengubahnya. Kapan aku dapat mengubah watak ini?" Yang lain berkata, "Aku sangat buruk dalam mengungkapkan diriku, aku bukan pembicara yang baik. Semua yang kukatakan pada akhirnya menyinggung orang lain atau melukai perasaan mereka. Kapan ini akan berubah?" Apakah mereka benar mengatakan hal ini? (Tidak.) Di mana letak kesalahan mereka? (Ini bukan tentang mengenali hal-hal dalam natur seseorang.) Benar. Karakter tidak menentukan natur. Sebaik apa pun kepribadian seseorang, dia tetap bisa memiliki watak yang rusak.

Aku baru saja membahas tentang dua aspek dari watak. Aspek pertama adalah sikap keras kepala, aspek kedua adalah kecongkakan. Kita tak perlu terlalu banyak membahas tentang kecongkakan. Setiap orang memperlihatkan banyak perilaku yang congkak, dan engkau semua hanya perlu mengetahui bahwa kecongkakan adalah salah satu aspek dari watak. Ada juga watak jenis lainnya. Ada orang-orang yang tidak pernah mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun. Mereka mempertimbangkan dan memoles segala sesuatu dalam pikiran mereka sebelum mengatakannya kepada orang-orang. Engkau tidak bisa membedakan mana dari hal-hal yang mereka katakan benar, dan mana yang salah. Mereka mengatakan satu hal pada hari ini dan besok mengatakan hal yang lain, mereka mengatakan satu hal kepada satu orang, dan mengatakan hal lain kepada orang lain. Semua yang mereka katakan saling bertentangan. Bagaimana orang semacam itu bisa dipercaya? Sangat sulit untuk mengetahui fakta-faktanya secara akurat, dan engkau tidak bisa mendapatkan satu pun perkataan yang jujur dari mereka. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang licik dan suka menipu. Apakah watak yang licik dan suka menipu mudah untuk diubah? Watak ini adalah yang paling sulit untuk diubah. Apa pun yang berkaitan dengan watak ada kaitannya dengan natur manusia, dan tidak ada yang lebih sulit untuk diubah selain daripada hal-hal yang berkaitan dengan natur manusia. Pepatah yang mengatakan, "Macan tutul tidak pernah mengubah bintik-bintiknya", benar sekali! Apa pun yang mereka ucapkan atau lakukan, orang yang licik dan suka menipu selalu menyembunyikan tujuan dan niat mereka sendiri. Jika mereka tidak memiliki tujuan atau niat, mereka tak akan mengatakan apa pun. Jika engkau berusaha untuk memahami tujuan dan niat mereka, mereka akan tutup mulut. Jika mereka secara tidak sengaja mengatakan yang sebenarnya, mereka akan berusaha keras memikirkan cara untuk memutarbalikkannya, membingungkanmu dan menghalangimu agar tidak mengetahui yang sebenarnya. Apa pun yang dilakukan orang yang licik dan suka menipu, mereka tidak membiarkan siapa pun mengetahui yang sebenarnya mengenai hal itu. Seberapapun lamanya orang menghabiskan waktu bersama mereka, tak seorang pun tahu apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Seperti itulah natur orang yang licik dan suka menipu. Sebanyak apa pun orang yang licik dan suka menipu berbicara, orang lain tak akan pernah tahu apa niat mereka, apa yang sebenarnya mereka pikirkan, atau apa tepatnya yang berusaha mereka capai. Bahkan orang tua mereka pun mengalami kesulitan untuk mengetahui hal ini. Berusaha memahami orang yang licik dan suka menipu sangatlah sulit, tak seorang pun bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan. Seperti inilah cara orang yang licik dan suka menipu berbicara dan bertindak: mereka tak pernah mengungkapkan pikiran mereka ataupun menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi. Ini adalah sejenis watak, bukan? Jika engkau memiliki watak yang licik dan suka menipu, apa pun yang kaukatakan atau kaulakukan—watak ini selalu ada di dalam dirimu, mengendalikanmu, membuatmu melakukan tipu muslihat dan menipu, mempermainkan orang, menyembunyikan yang sebenarnya, dan berpura-pura. Ini adalah watak yang licik dan suka menipu. Perilaku spesifik apa lagi yang biasanya dilakukan oleh orang yang licik dan suka menipu? Aku akan memberimu contoh. Ada dua orang sedang berbincang, dan salah satu dari mereka bercerita tentang bagaimana dia mengenal dirinya sendiri; orang ini terus berbicara tentang bagaimana dia telah menjadi lebih baik, dan berusaha membuat lawan bicaranya memercayai perkataannya, tetapi dia tidak memberitahukan fakta yang sebenarnya mengenai hal itu. Dalam hal ini, ada sesuatu yang dia sembunyikan, dan ini menunjukkan watak tertentu—watak yang licik dan suka menipu. Mari kita lihat apakah engkau semua mampu mengenalinya. Orang ini berkata, "Aku telah mengalami beberapa hal belakangan ini, dan aku merasa kepercayaanku kepada Tuhan selama bertahun-tahun ini sia-sia. Aku belum memperoleh apa pun. Aku begitu miskin dan menyedihkan! Perilakuku tidak menjadi lebih baik belakangan ini, tetapi aku siap untuk bertobat." Namun, sesaat setelah mengatakannya, dia sama sekali tidak memperlihatkan sikap yang bertobat. Apa masalahnya di sini? Masalahnya adalah karena dia membohongi dan menipu lawan bicaranya. Setelah mendengar perkataannya, lawan bicaranya berpikir, "Sebelumnya, orang ini tidak mengejar kebenaran, tetapi fakta bahwa sekarang dia mampu mengatakan hal-hal seperti ini menunjukkan bahwa dia telah sungguh-sungguh bertobat. Ini tidak diragukan lagi. Kita tidak boleh memandang dirinya seperti sebelumnya, melainkan harus dengan cara baru yang lebih baik." Seperti itulah cara orang itu merenungkan dan memikirkan perkataannya. Namun, apakah keadaan orang tersebut pada saat itu sama dengan apa yang dia katakan? Kenyataannya tidaklah demikian. Dia belum benar-benar bertobat, tetapi perkataannya menyiratkan bahwa dia sudah bertobat, bahwa dia telah berubah menjadi lebih baik, dan bahwa dia berbeda dari sebelumnya. Inilah yang ingin dicapainya melalui perkataannya. Dengan berbicara seperti ini untuk mengelabui orang, watak apakah yang dia perlihatkan? Watak yang licik dan suka menipu—dan ini sangat berbahaya! Kenyataannya adalah bahwa dia sama sekali tidak sadar bahwa dirinya telah gagal dalam kepercayaannya kepada Tuhan, bahwa dia miskin dan menyedihkan. Dia meminjam bahasa dan kalimat-kalimat rohani untuk mengelabui orang, untuk mencapai tujuannya membuat orang berpikir dan berpendapat baik tentang dirinya. Bukankah ini sikap yang licik dan suka menipu? Ya, dan jika seseorang sangat licik dan suka menipu, tidak mudah baginya untuk berubah.

Ada orang jenis lainnya yang tak pernah terbuka dan apa adanya dalam cara mereka berbicara. Mereka selalu menyembunyikan sesuatu, selalu mencari informasi dari orang-orang di setiap kesempatan dan menyuarakan informasi tersebut. Mereka selalu ingin tahu yang sebenarnya mengenai orang lain, tetapi mereka tak mau mengatakan apa yang ada dalam hati mereka sendiri. Tak seorang pun yang berinteraksi dengan mereka dapat mengetahui yang sebenarnya mengenai diri mereka. Orang-orang seperti itu tak ingin orang lain mengetahui rencana mereka, dan mereka tidak mengatakannya kepada siapa pun. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang licik dan suka menipu. Orang-orang seperti itu sangat cerdik, mereka sulit untuk dipahami siapa pun. Jika orang berwatak licik dan suka menipu, mereka tidak diragukan lagi adalah orang yang licik dan suka menipu, dan natur serta esensi mereka licik dan suka menipu. Apakah orang semacam ini mengejar kebenaran dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan? Jika mereka tidak mengatakan yang sebenarnya di depan orang lain, apakah mereka mampu mengatakan yang sebenarnya di hadapan Tuhan? Tentu saja tidak. Orang yang licik dan suka menipu tak pernah mengatakan yang sebenarnya. Mereka mungkin percaya kepada Tuhan, tetapi apakah kepercayaan mereka kepercayaan yang sejati? Bagaimana sikap mereka terhadap Tuhan? Di hatinya, mereka pasti memiliki banyak keraguan: "Di manakah Tuhan? Aku tak bisa melihat Dia. Apa buktinya bahwa Dia nyata?" "Tuhan berdaulat atas segala sesuatu? Benarkah? Rezim Iblis dengan gila-gilaan menindas dan menangkap orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Mengapa Tuhan tidak menghancurkannya?" "Bagaimana tepatnya cara Tuhan menyelamatkan manusia? Apakah keselamatan-Nya nyata? Itu tidak terlalu jelas." "Apakah orang yang percaya kepada Tuhan dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga atau tidak? Tanpa konfirmasi, sulit dikatakan." Dengan sedemikian banyaknya keraguan tentang Tuhan dalam hati mereka, dapatkah mereka mengorbankan diri bagi-Nya dengan hati tulus? Tidak mungkin. Melihat semua orang yang meninggalkan segala sesuatu yang mereka miliki untuk mengikuti Tuhan, yang mengorbankan diri mereka bagi Tuhan dan melaksanakan tugas mereka, mereka berpikir, "Aku harus menahan sesuatu. Aku tak boleh bertindak sebodoh mereka. Jika kupersembahkan semuanya kepada Tuhan, bagaimana aku akan hidup kelak? Siapa yang akan menjagaku? Aku harus punya rencana darurat." Engkau bisa melihat betapa "cerdiknya" orang-orang yang licik dan suka menipu, seberapa jauh mereka berpikir. Ketika melihat orang lain di pertemuan membuka diri tentang pengetahuan mereka akan kerusakan mereka, menyampaikan dalam persekutuan tentang hal-hal yang tersembunyi dalam hati mereka, dan dengan jujur mengatakan berapa kali mereka telah melakukan percabulan, ada orang-orang yang berpikir, "Kau ini bodoh! Semua itu adalah hal-hal pribadi; mengapa kau malah memberitahukannya kepada orang lain? Kau tak mungkin bisa membuatku mengatakan hal-hal seperti itu!" Seperti inilah orang yang licik dan suka menipu—mereka lebih baik mati daripada bersikap jujur, dan mereka tidak mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun. Ada orang-orang yang berkata, "Aku telah melanggar dan melakukan beberapa hal buruk, dan aku merasa sedikit malu untuk memberi tahu orang secara langsung tentang hal-hal itu. Bagaimanapun juga, itu hal-hal pribadi, dan itu memalukan. Namun, aku tak boleh menyembunyikannya dari Tuhan. Aku harus mengatakan hal-hal ini kepada Tuhan, dengan jujur dan tanpa menyembunyikan apa pun. Aku tidak berani memberitahukan pemikiran atau hal-hal pribadiku kepada orang lain, tetapi aku harus memberi tahu Tuhan. Sekalipun aku merahasiakannya dari semua orang, aku tak boleh merahasiakannya dari Tuhan. Seperti inilah sikap orang yang jujur terhadap Tuhan. Sedangkan orang yang licik dan suka menipu, mereka bersikap waspada terhadap semua orang, mereka tidak memercayai siapa pun, dan mereka tidak berbicara jujur kepada siapa pun. Mereka tidak mengatakan yang sebenarnya kepada siapa pun dan tak seorang pun bisa mengetahuinya. Mereka adalah orang-orang yang paling licik dan suka menipu. Semua orang memiliki watak yang licik dan suka menipu; satu-satunya perbedaan adalah seberapa parah watak tersebut. Meskipun di pertemuan, engkau mungkin membuka hatimu dan mempersekutukan masalahmu, apakah itu berarti engkau tidak memiliki watak yang licik dan suka menipu? Engkau juga memiliki watak tersebut. Mengapa Kukatakan demikian? Seperti ini contohnya: dalam persekutuan yang kausampaikan, engkau mungkin mampu membuka dirimu tentang hal-hal yang tidak menyentuh harga diri atau kesombonganmu, hal-hal yang tidak memalukan, dan hal-hal yang karenanya dirimu tidak akan dipangkas dan ditangani—tetapi jika engkau telah melakukan sesuatu yang melanggar prinsip kebenaran, sesuatu yang pasti akan membuat semua orang benci dan jijik, akan mampukah engkau mempersekutukannya secara terbuka di pertemuan? Dan jika engkau telah melakukan sesuatu yang tak terkatakan buruknya, akan jauh lebih sulit bagimu untuk terbuka dan mengungkapkan yang sebenarnya mengenai hal itu. Jika ada seseorang yang akan menyelidikinya atau berusaha mencari siapa yang harus bertanggung jawab, engkau akan menggunakan segala cara untuk menyembunyikannya, dan engkau akan ketakutan menghadapi kemungkinan masalah ini terungkap. Engkau akan selalu berusaha menutupinya dan meloloskan dirimu darinya. Bukankah ini watak yang licik dan suka menipu? Engkau mungkin yakin jika engkau tidak memberi tahu orang lain tentang hal itu, tak seorang pun akan mengetahuinya, bahkan Tuhan pun tidak mungkin melakukan apa pun terhadapmu. Itu keliru! Tuhan melihat batin terdalam manusia. Jika engkau tak mampu memahami hal ini, engkau sama sekali tidak mengenal Tuhan. Orang yang licik dan suka menipu tidak sekadar mengelabui orang lain—mereka bahkan berani mencoba mengelabui Tuhan dan menggunakan cara-cara licik untuk menentang Dia. Dapatkah orang-orang seperti itu memperoleh keselamatan dari Tuhan? Watak Tuhan benar dan kudus, dan orang yang licik dan suka menipu adalah orang yang paling Dia benci. Jadi, orang yang licik dan suka menipu adalah orang yang paling sulit memperoleh keselamatan. Orang yang memiliki natur licik dan suka menipu adalah orang yang paling banyak berbohong. Mereka bahkan akan berbohong kepada Tuhan dan berusaha mengelabui-Nya, dan mereka dengan keras kepala tidak mau bertobat. Ini berarti mereka tidak dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan. Jika orang hanya sesekali saja memperlihatkan watak rusaknya, jika dia berbohong dan mengelabui orang tetapi bersikap apa adanya dan terbuka kepada Tuhan dan bertobat kepada-Nya, masih ada harapan bagi orang seperti ini untuk diselamatkan. Jika engkau benar-benar orang yang berakal sehat, engkau harus membuka dirimu kepada Tuhan, berbicara kepada-Nya dari hatimu, merenungkan dirimu dan mengenal dirimu sendiri. Engkau tidak boleh lagi berbohong kepada Tuhan, engkau tidak boleh mengelabui Dia kapan pun itu, apalagi berusaha menyembunyikan sesuatu dari-Nya. Sebenarnya ada beberapa hal yang orang-orang tak perlu mengetahuinya. Asalkan engkau terbuka kepada Tuhan tentang hal itu, itu tidak masalah. Ketika engkau melakukan sesuatu, pastikan engkau tidak merahasiakannya dari Tuhan. Engkau dapat mengatakan kepada Tuhan semua hal yang kaurasa tidak sesuai untuk kaukatakan kepada orang lain. Orang yang melakukannya adalah orang yang cerdas. Meskipun ada hal-hal tertentu yang dia rasa tak perlu diungkapkan kepada orang lain, itu tidak dapat dianggap sebagai sikap yang licik dan suka menipu. Orang-orang yang licik dan suka menipu berbeda: mereka yakin bahwa mereka harus menyembunyikan semuanya, bahwa mereka tak boleh memberi tahu orang lain apa pun, terutama hal-hal yang bersifat pribadi. Jika mengatakannya tidak bermanfaat bagi mereka, mereka tidak akan mengatakannya, bahkan kepada Tuhan pun. Bukankah ini watak yang licik dan suka menipu? Orang yang seperti itu memang licik dan suka menipu! Jika seseorang sangat licik dan suka menipu sehingga dia tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Tuhan, dan merahasiakan semuanya dari Tuhan, apakah dia benar-benar percaya kepada Tuhan? Dia adalah orang yang meragukan Tuhan, dan di dalam hatinya, dia tidak percaya kepada-Nya. Jadi, bukankah imannya palsu? Dia bukan orang percaya, dia adalah orang percaya palsu. Pernahkah engkau mengalami saat-saat ketika engkau meragukan Tuhan dan sikapmu menjadi berwaspada terhadap-Nya? (Ya.) Meragukan Tuhan dan bersikap waspada terhadap-Nya, watak macam apa ini? Ini adalah watak yang licik dan suka menipu. Setiap orang memiliki watak yang licik dan suka menipu, perbedaannya adalah tingkat keparahannya. Asalkan engkau mampu menerima kebenaran, engkau akan mampu untuk bertobat dan berubah.

Ada orang-orang, ketika sesuatu terjadi pada mereka, mereka memperlihatkan watak yang rusak, mereka memiliki gagasan tertentu, mereka berprasangka terhadap orang lain, dan mereka mengkritik dan memandang rendah orang lain di belakang mereka. Mereka mampu merenungkan diri mereka dan sepenuhnya terbuka tentang hal-hal ini, tetapi ketika mereka melakukan hal-hal tertentu yang memalukan, mereka ingin merahasiakannya, dan menyembunyikan hal-hal itu dalam hati mereka untuk selamanya. Mereka bukan saja tidak memberi tahu orang lain tentang hal-hal ini, mereka juga tidak mengatakannya kepada Tuhan ketika mereka berdoa. Mereka bahkan berusaha sebisa mungkin mengarang kebohongan untuk menutupi dan menyamarkan hal-hal tersebut. Ini adalah watak yang licik dan suka menipu. Jika engkau memiliki pemikiran seperti ini, jika engkau hidup dalam keadaan semacam ini, engkau harus merenungkan dirimu dan mengetahui dengan jelas bahwa engkau bukanlah orang yang jujur, bahwa semua yang Tuhan gambarkan tentang orang yang jujur sama sekali tidak terlihat dalam dirimu, bahwa engkau benar-benar orang yang licik dan suka menipu, dan meskipun engkau bodoh, berkualitas buruk, dan dungu, engkau tetap saja seseorang yang licik dan suka menipu. Inilah yang dimaksud dengan mengenal dirimu sendiri. Yang setidaknya harus kaucapai dalam mengenal dirimu sendiri adalah engkau harus mampu mengetahui dengan jelas dan mengenali watak rusak yang kauperlihatkan, dan engkau harus mampu mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu ini. Jika engkau sudah benar-benar mengenal watakmu sendiri yang licik dan suka menipu, engkau harus sering berdoa kepada Tuhan, merenungkan dirimu, mengenali dan menganalisis watakmu yang licik dan suka menipu ini berdasarkan firman Tuhan, dan memahami esensi dari watakmu; dengan cara demikian, akan ada harapan bagimu untuk melepaskan diri dari watak rusakmu yang licik dan suka menipu. Ada orang-orang yang tak mampu membedakan antara orang yang licik dan suka menipu dengan orang jujur—yang berarti kualitas mereka sangat buruk. Ada orang-orang yang sering menipu dengan menggunakan kualitas buruk, kebodohan, ketidaktahuan, kekakuan bicara, kecanggungan, dan kekurangan mereka sebagai bukti kejujuran. Mereka selalu mengatakan kepada orang lain, "Aku ini terlalu jujur, akibatnya aku sering dirugikan, aku tidak tahu bagaimana memanfaatkan orang lain—tetapi Tuhan menyukaiku karena aku orang yang jujur." Apakah perkataan mereka benar? Perkataan seperti itu menggelikan, itu dirancang untuk menipu orang, itu lancang dan tak tahu malu. Bagaimana orang yang bodoh dan dungu bisa dianggap sebagai orang yang jujur? Ini dua hal yang berbeda. Salah besar memperlakukan hal-hal bodoh yang telah kaulakukan sebagai kejujuran. Semua orang bisa melihat bahwa bahkan orang bodoh pun cenderung bersikap congkak dan sombong, menganggap tinggi diri mereka sendiri. Sebodoh dan seburuk apa pun kualitas orang, mereka tetap mampu berbohong dan menipu orang lain. Bukankah seperti ini kenyataannya? Apakah orang bodoh dan berkualitas buruk benar-benar tak pernah melakukan hal yang buruk? Apakah mereka benar-benar tidak memiliki watak yang rusak? Tentu saja mereka melakukannya dan memilikinya. Ada juga orang-orang yang mengatakan bahwa mereka jujur dan mereka mengakui kebohongan mereka kepada orang lain, tetapi mereka tidak berani mengakui hal-hal memalukan yang mereka lakukan. Ketika gereja menangani mereka mengenai hal tersebut, mereka tak mampu menerimanya dan sama sekali tak mau tunduk, memilih untuk kasak-kusuk di belakang layar dan meringankan masalah sebenarnya. Orang licik dan suka menipu seperti ini sama sekali tidak menerima kebenaran, dan mereka sama sekali tidak tunduk, tetapi mereka tetap menganggap diri mereka jujur. Bukankah mereka benar-benar memalukan? Ini kebodohan yang luar biasa! Orang seperti ini sama sekali tidak jujur, mereka juga bukan orang yang jujur. Orang bodoh adalah orang bodoh; orang dungu adalah orang dungu. Hanya orang jujur yang tidak licik atau suka menipu yang bersikap jujur.

Bagaimana orang yang licik dan suka menipu dapat dikenali? Seperti apa perilaku orang yang licik dan suka menipu? Dengan siapa pun mereka berhubungan dan bergaul, mereka tak pernah membiarkan seorang pun menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi dengan mereka; mereka selalu bersikap waspada terhadap orang lain; mereka selalu melakukan hal-hal di belakang orang lain, dan mereka tak pernah mengatakan apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Terkadang, mereka mungkin mengatakan sedikit tentang bagaimana mereka mengenal diri mereka sendiri, tetapi mereka tak pernah menyebutkan poin-poin pentingnya atau kata-kata kuncinya, dan mereka takut tidak sengaja mengatakannya. Mereka sangat sensitif tentang hal-hal ini, takut orang lain akan tahu kekurangan mereka. Ini juga sejenis watak yang licik dan suka menipu. Ada juga orang-orang yang dengan sengaja berpura-pura agar orang lain menganggap mereka jujur, mampu menanggung penderitaan dan tidak suka mengeluh, atau menganggap mereka rohani dan mencintai serta mengejar kebenaran. Mereka jelas bukan orang semacam ini, tetapi mereka bersikeras berpura-pura di depan orang lain. Ini juga merupakan watak yang licik dan suka menipu. Ada niat tertentu di balik semua yang dikatakan dan dilakukan oleh orang yang licik dan suka menipu. Jika mereka tidak memiliki niat apa pun, mereka tidak akan bertindak atau mengatakan sesuatu. Ada watak dalam diri mereka yang memerintahkan mereka untuk melakukannya, dan itu adalah watak yang licik dan suka menipu. Jika orang berwatak licik dan suka menipu, akan mudahkah mereka mengubahnya? Seberapa banyak engkau telah berubah? Sudahkah engkau masuk ke jalan mengejar kejujuran? (Ya, inilah arah yang sedang kami upayakan.) Berapa banyak langkah yang telah kauambil? Atau apakah engkau terjebak di tahap ingin melakukannya? (Ini masih sesuatu yang ingin kami lakukan. Terkadang, hanya setelah kami melakukan sesuatu, barulah kami sadar bahwa kami telah bersikap licik dan menipu, bahwa kami sedang berusaha membuat orang memiliki kesan yang salah; baru setelah itulah kami sadar bahwa kami telah bersikap licik dan suka menipu.) Engkau sadar bahwa ini berarti bersikap licik dan suka menipu—tetapi mampukah engkau menyadari bahwa ini adalah sejenis watak yang rusak? Dan dari manakah asalnya hal-hal yang licik dan menipu ini? (Dari natur kami.) Benar, dari naturmu. Dan apakah hal-hal rusak ini mengganggumu? Hal-hal rusak ini sulit dihindari, sulit untuk ditangani, sulit dilepaskan—dan juga sangat merepotkan. Apa yang membuatnya merepotkan? Bagaimana hal-hal ini merepotkanmu? (Kami ingin berubah, tetapi kami merasa sangat sedih ketika kami tidak berhasil melakukannya.) Itu salah satu aspeknya, tetapi itu tidak termasuk merepotkan. Ketika seseorang dikendalikan oleh watak yang licik dan suka menipu, dia bisa berbohong dan menipu orang lain kapan pun dan di mana pun, dan apa pun yang terjadi dengannya, dia akan selalu memikirkan cara berbohong untuk menipu dan mengelabui orang. Meskipun dia ingin mengendalikan dirinya, dia tak mampu melakukannya, itu terjadi begitu saja. Di sinilah letak masalahnya. Ini adalah masalah watak. Dalam berapa banyak carakah orang memperlihatkan wataknya yang licik dan suka menipu? Dalam cara-caranya menyelidiki, menipu, bersikap waspada, dan dalam kecurigaan, kepura-puraan dan kepalsuannya. Watak yang disingkapkan dan diwujudkan oleh perilaku seperti itu adalah watak yang licik dan suka menipu. Setelah mempersekutukan topik-topik ini, apakah engkau semua lebih mengerti tentang watak yang licik dan suka menipu? Masih adakah di antaramu yang berkata, "Aku tidak memiliki watak yang licik dan suka menipu, aku bukan orang yang licik dan suka menipu, aku kurang lebih merupakan orang yang jujur"? (Tidak.) Ada banyak orang yang kurang mengerti tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan orang yang jujur. Sebagian orang menganggap orang yang jujur adalah orang yang lugu dan berterus terang, yang diintimidasi dan dikucilkan di mana pun mereka berada, atau orang yang lamban dan selalu tertinggal dari orang lain dalam berbicara dan bertindak. Ada orang-orang dungu dan bodoh, yang melakukan kebodohan sedemikian rupa hingga orang lain memandang rendah mereka, juga menggambarkan diri mereka sebagai orang yang jujur. Dan semua orang tidak berpendidikan dari lapisan bawah masyarakat, yang merasa diri mereka lebih rendah, juga mengatakan bahwa mereka adalah orang jujur. Di manakah letak kesalahan mereka? Mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan orang yang jujur. Apa sumber kesalahpahaman mereka? Alasan utamanya adalah karena mereka tidak memahami kebenaran. Mereka yakin bahwa "orang jujur" yang Tuhan bicarakan adalah orang-orang yang bodoh dan idiot, yang tidak berpendidikan, lambat dalam berbicara, yang diintimidasi dan ditindas, dan yang mudah untuk ditipu dan diperdaya. Maksud mereka sebenarnya adalah bahwa objek penyelamatan Tuhan adalah orang-orang bebal di lapisan paling rendah masyarakat yang sering kali dipermainkan oleh orang lain. Siapa lagi yang akan Tuhan selamatkan jika bukan orang-orang yang rendah dan miskin ini? Bukankah ini yang mereka yakini? Apakah mereka benar-benar orang yang Tuhan selamatkan? Ini adalah penafsiran yang keliru tentang kehendak Tuhan. Orang-orang yang Tuhan selamatkan adalah mereka yang mencintai kebenaran, yang memiliki kualitas dan kemampuan untuk memahami, mereka adalah semua orang yang memiliki hati nurani dan akal sehat, yang mampu memenuhi amanat Tuhan dan melaksanakan tugas mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang mampu menerima kebenaran dan membuang watak rusak mereka, dan mereka adalah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, menaati Tuhan, dan menyembah Tuhan. Meskipun sebagian besar dari orang-orang ini berasal dari lapisan bawah masyarakat, dari keluarga buruh dan petani, mereka sama sekali bukan orang-orang yang bodoh, dungu, ataupun tidak berguna. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang cerdas yang mampu menerima, menerapkan dan tunduk pada kebenaran. Mereka semua adalah orang-orang benar, yang meninggalkan kemuliaan dan kekayaan duniawi untuk mengikuti Tuhan dan memperoleh kebenaran dan hidup—mereka adalah orang-orang yang paling bijaksana. Mereka semua adalah orang jujur yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan yang sungguh-sungguh mengorbankan diri bagi Dia. Mereka dapat memperoleh perkenanan dan berkat-berkat Tuhan, dan mereka dapat disempurnakan untuk menjadi umat-Nya dan menjadi sokoguru bait suci-Nya. Mereka adalah emas, perak dan permata yang berharga. Justru orang-orang dungu, bodoh, tak masuk akal dan tidak bergunalah yang akan diusir. Bagaimana orang tidak percaya dan orang tak masuk akal memandang pekerjaan dan rencana pengelolaan Tuhan? Mereka memandangnya sebagai tempat pembuangan, bukan? Orang-orang ini bukan saja berkualitas buruk, mereka juga tak masuk akal. Seberapapun banyaknya firman Tuhan yang mereka baca, mereka tak mampu memahami kebenaran, dan sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengarkan, mereka tak mampu masuk ke dalam kenyataan—jika mereka sebodoh ini, masih dapatkah mereka diselamatkan? Mungkinkah Tuhan menginginkan orang-orang seperti itu? Sekalipun mereka sudah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun, mereka masih belum memahami kebenaran apa pun, mereka masih berbicara omong kosong, tetapi mereka masih menganggap diri mereka jujur—bukankah mereka tak tahu malu? Orang-orang seperti itu tidak memahami kebenaran. Mereka selalu salah menafsirkan kehendak Tuhan, tetapi di mana pun mereka berada, mereka menggembar-gemborkan salah tafsir mereka, mengkhotbahkannya sebagai kebenaran, mengatakan kepada orang-orang, "Bagus jika orang sedikit diintimidasi, orang harus sedikit dirugikan, orang sudah seharusnya sedikit bodoh—orang-orang seperti ini adalah objek penyelamatan Tuhan, dan mereka adalah orang-orang yang akan Tuhan selamatkan." Orang-orang yang berkata seperti ini sangat menjijikkan; ini sangat menghina Tuhan! Perkataan mereka sangat menjijikkan! Sokoguru Kerajaan Tuhan dan para pemenang yang Tuhan selamatkan semuanya adalah orang-orang yang memahami kebenaran, dan yang bijaksana. Mereka adalah orang-orang yang mendapat bagian dalam Kerajaan Surga. Semua orang yang dungu dan bodoh, yang tak tahu malu dan tak berakal sehat, yang sama sekali tidak memahami kebenaran, yang bebal dan tolol—bukankah mereka semua orang-orang yang tidak berguna? Bagaimana mungkin orang-orang seperti itu mendapat bagian dalam Kerajaan Surga? Orang jujur yang Tuhan bicarakan adalah mereka yang mampu menerapkan kebenaran begitu mereka memahaminya, yang bijaksana dan cerdas, yang membuka diri kepada Tuhan apa adanya, dan yang bertidnak sesuai dengan prinsip dan menaati Tuhan secara mutlak. Orang-orang ini semuanya memiliki hati yang takut akan Tuhan, mereka berfokus melakukan segala sesuatu sesuai prinsip, dan mereka semua mengejar ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Hanya merekalah orang yang benar-benar jujur. Jika orang bahkan tidak tahu apa yang dimaksud dengan jujur, jika mereka tak mampu memahami bahwa esensi orang jujur adalah ketaatan mutlak kepada Tuhan, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, atau bahwa orang jujur bersikap jujur karena mereka mencintai kebenaran, karena mereka mengasihi Tuhan, dan karena mereka menerapkan kebenaran—maka orang seperti ini sangatlah bodoh, dan benar-benar tidak memiliki pemahaman. Orang jujur sama sekali bukan orang yang lugu, bingung, bodoh, dan dungu seperti yang orang bayangkan; mereka adalah orang-orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, yang memiliki hati nurani dan nalar. Orang jujur itu cerdas karena mereka mampu mendengar firman Tuhan dan bersikap jujur, dan itulah sebabnya mereka diberkati oleh Tuhan.

Tidak ada yang lebih penting daripada tuntutan Tuhan agar orang bersikap jujur—Dia menuntut orang untuk hidup di hadapan-Nya, untuk menerima pemeriksaan-Nya, dan untuk hidup di dalam terang. Hanya orang-orang jujurlah yang sebenarnya termasuk ras manusia. Orang yang tidak jujur adalah binatang buas, mereka adalah binatang yang berkeliaran dengan mengenakan pakaian manusia, mereka bukan manusia. Dalam upayamu menjadi orang yang jujur, engkau harus berperilaku sesuai dengan tuntutan Tuhan; engkau harus menjalani dirimu dihakimi, dihajar, ditangani dan dipangkas. Hanya setelah watak rusakmu ditahirkan dan engkau mampu menerapkan kebenaran dan hidup menurut firman Tuhan, barulah engkau akan menjadi orang yang jujur. Orang-orang yang bodoh, dungu, dan bebal sama sekali bukan orang yang jujur. Dengan menuntut orang untuk jujur, Tuhan meminta mereka untuk memiliki kemanusiaan yang normal, untuk membuang penyamaran dan sikap mereka yang licik dan suka menipu, untuk tidak berbohong dan mengelabui orang lain, untuk melaksanakan tugas mereka dengan setia, dan mampu untuk sungguh-sungguh mengasihi dan menaati Dia. Hanya orang-orang inilah yang merupakan umat Kerajaan Tuhan. Tuhan menuntut orang untuk menjadi prajurit Kristus yang baik. Apa yang dimaksud dengan prajurit Kristus yang baik? Mereka harus diperlengkapi dengan kenyataan kebenaran dan sehati sepikiran dengan Kristus. Kapan pun dan di mana pun, mereka harus mampu meninggikan Tuhan dan bersaksi bagi-Nya, serta mampu menggunakan kebenaran untuk berperang melawan Iblis. Dalam segala hal, mereka harus berpihak kepada Tuhan, memberi kesaksian, dan hidup dalam kenyataan kebenaran. Mereka harus mampu mempermalukan Iblis dan memperoleh kemenangan yang luar biasa bagi Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan prajurit Kristus yang baik. Prajurit Kristus yang baik adalah para pemenang, mereka adalah orang-orang yang mengalahkan Iblis. Dengan menuntut orang untuk jujur dan tidak licik dan suka menipu, Tuhan bukan meminta mereka untuk menjadi orang bodoh, melainkan untuk melepaskan diri mereka dari watak mereka yang licik dan suka menipu, untuk mencapai ketundukan kepada-Nya dan untuk memuliakan Dia. Inilah yang dapat dicapai dengan menerapkan kebenaran. Ini bukanlah perubahan dalam perilaku seseorang, ini bukan tentang berbicara lebih banyak atau lebih sedikit, juga bukan tentang cara orang bertindak. Melainkan, ini adalah tentang niat di balik ucapan dan tindakan orang, tentang pemikiran dan gagasan orang, tentang ambisi dan keinginan orang. Segala sesuatu yang termasuk pengungkapan watak yang rusak dan kesalahan harus diubah hingga ke akar-akarnya, sehingga itu menjadi sesuai dengan kebenaran. Jika orang ingin mengubah wataknya, mereka harus mampu memahami yang sebenarnya mengenai esensi dari watak Iblis. Jika engkau mampu memahami yang sebenarnya tentang esensi dari watak yang licik dan suka menipu, bahwa itu adalah watak Iblis dan wajah setan, jika engkau mampu membenci Iblis dan meninggalkan setan, maka akan mudah bagimu untuk membuang watak rusakmu. Jika engkau tidak tahu bahwa terdapat keadaan yang licik dan suka menipu di dalam dirimu, jika engkau tidak mengenali bahwa engkau memperlihatkan watak yang licik dan suka menipu, maka engkau tidak akan tahu bagaimana cara mencari kebenaran untuk membereskannya, dan akan sulit bagimu untuk mengubah watakmu yang licik dan suka menipu. Engkau harus terlebih dahulu mengenali hal-hal yang dirimu perlihatkan, dan mengetahui termasuk aspek watak rusak yang manakah hal-hal tersebut. Jika hal-hal yang kauperlihatkan adalah watak yang licik dan suka menipu, akankah engkau membencinya dengan segenap hatimu? Dan jika engkau membencinya, bagaimana seharusnya engkau berubah? Engkau harus membuang niatmu dan meluruskan pandanganmu. Engkau harus terlebih dahulu mencari kebenaran tentang watakmu yang licik dan suka menipu untuk menyelesaikan masalahmu ini, berusaha memenuhi tuntutan Tuhan dan memuaskan Dia, dan menjadi orang yang tidak mencoba untuk mengelabui Tuhan dan orang lain, bahkan mereka yang sedikit bodoh dan kurang mengerti. Berusaha mengelabui orang yang bodoh dan kurang mengerti sangat tidak bermoral—itu membuatmu menjadi setan. Untuk menjadi orang yang jujur, engkau tidak boleh menipu atau berbohong kepada siapa pun. Namun, kepada Iblis dan para setan, engkau harus bijak dalam memilih kata-katamu; jika tidak, engkau akan cenderung dibodohi oleh mereka dan engkau akan mempermalukan Tuhan. Dengan bijak memilih kata-katamu dan dengan menerapkan kebenaran, engkau akan mampu mengalahkan dan mempermalukan Iblis. Orang-orang yang dungu, bodoh, dan keras kepala tak akan pernah mampu memahami kebenaran; mereka hanya bisa ditipu, dipermainkan, dan diinjak-injak oleh Iblis, dan pada akhirnya, ditelan olehnya.

Selanjutnya, mari kita membahas jenis watak yang keempat. Selama pertemuan, ada orang-orang yang mampu mempersekutukan sedikit tentang keadaan mereka sendiri, tetapi ketika sampai pada esensi masalahnya, pada motif dan gagasan pribadi mereka, mereka pun mengelak. Ketika orang-orang menyingkapkan bahwa mereka memiliki motif dan tujuan tertentu, mereka tampak mengangguk dan mengakuinya. Namun, begitu orang berusaha menyingkapkan atau menganalisis sesuatu secara lebih mendalam, mereka tak tahan lagi, mereka langsung berdiri lalu pergi. Mengapa, pada saat yang penting, mereka malah menyelinap pergi? (Karena mereka tidak menerima kebenaran dan tidak mau menghadapi masalah mereka sendiri.) Ini adalah masalah watak. Jika mereka tak mau menerima kebenaran untuk menyelesaikan masalah dalam diri mereka, bukankah ini berarti mereka muak akan kebenaran? Khotbah macam apa yang paling tidak ingin didengar oleh pemimpin dan pekerja tertentu? (Khotbah tentang bagaimana mengenali antikristus dan pemimpin palsu.) Benar. Mereka berpikir, "Semua pembahasan tentang mengenali antikristus dan pemimpin palsu dan tentang orang Farisi ini—mengapa kalian begitu banyak membahas tentang hal ini? Kalian membuatku stres." Mendengar bahwa akan ada pembahasan tentang mengenali pemimpin dan pekerja palsu, mereka mencari alasan untuk pergi. Apa yang dimaksud dengan "pergi" di sini? Maksudnya mereka pergi menyelinap, untuk bersembunyi. Mengapa mereka berusaha bersembunyi? Ketika orang lain membahas fakta, engkau harus mendengarkannya: mendengarkan itu baik untukmu. Catatlah hal-hal yang keras atau yang sulit bagimu untuk menerimanya; kemudian, engkau harus sering merenungkan hal-hal ini, secara perlahan memahaminya, dan secara perlahan berubah. Jadi, mengapa bersembunyi? Orang-orang seperti itu merasa firman penghakiman ini terlalu keras dan tidak mudah untuk didengar, sehingga penentangan dan antipati pun muncul dalam diri mereka. Mereka berpikir, "Aku ini bukan antikristus ataupun pemimpin palsu—mengapa terus membahas tentangku? Mengapa tidak membahas tentang orang lain? Katakan sesuatu tentang mengenali orang jahat, jangan membahas tentang aku!" Sikap mereka menjadi sikap yang mengelak dan menentang. Watak apakah ini? Jika mereka tak mau menerima kebenaran, dan selalu bernalar dan berdebat untuk membela diri, bukankah ada masalah watak rusak di sini? Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Di dalam diri pemimpin dan pekerja terdapat keadaan semacam ini, lalu bagaimana dengan saudara-saudari biasa? (Mereka juga.) Ketika semua orang pertama kali bertemu, mereka semua penuh kasih dan sangat senang mengulang-ulang perkataan doktrin. Mereka semua tampak mencintai kebenaran. Namun, ketika membahas tentang masalah pribadi dan kesulitan nyata, banyak orang langsung bungkam. Sebagai contoh, ada seseorang yang selalu terkekang oleh pernikahannya. Dia menjadi tak ingin melaksanakan tugasnya ataupun mengejar kebenaran, dan pernikahan menjadi rintangan dan kendala terbesarnya. Selama pertemuan, ketika semua orang bersekutu tentang keadaan ini, dia membandingkan perkataan yang orang lain sampaikan dengan dirinya sendiri dan merasa mereka sedang membicarakan dirinya. Dia berkata, "Tidak masalah bagiku jika kalian mempersekutukan kebenaran, tetapi mengapa malah membahas tentang aku? Bukankah ada masalah juga dalam diri kalian? Mengapa hanya membahas tentang aku?" Watak apakah ini? Saat engkau berkumpul untuk mempersekutukan kebenaran, engkau harus menganalisis masalah-masalah nyata, dan mengizinkan semua orang untuk menyampaikan pemahaman mereka tentang masalah-masalah ini; hanya dengan cara itulah, engkau akan mampu mengenal dirimu sendiri dan menyelesaikan masalahmu. Mengapa orang tidak mampu menerima hal ini? Watak apakah yang dimiliki orang yang tak mampu menerima dirinya dipangkas dan ditangani, dan yang tak mampu menerima kebenaran? Bukankah engkau harus memahami hal ini dengan jelas? Semua ini adalah perwujudan dari sikap yang muak akan kebenaran—inilah esensi masalahnya. Jika orang muak akan kebenaran, akan sangat sulit bagi mereka untuk menerima kebenaran—dan jika mereka tak mampu menerima kebenaran, dapatkah masalah watak rusak mereka diselesaikan? (Tidak.) Jadi, orang yang seperti ini, orang yang tak mampu menerima kebenaran—dapatkah mereka memperoleh kebenaran? Dapatkah mereka diselamatkan oleh Tuhan? Sama sekali tidak. Apakah orang yang tidak menerima kebenaran sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? Sama sekali tidak. Aspek terpenting dari orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan adalah mampu menerima kebenaran. Orang yang tak mampu menerima kebenaran pasti tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Apakah orang-orang seperti itu mampu duduk diam selama khotbah? Apakah mereka mampu memperoleh sesuatu? Tidak. Ini karena khotbah menyingkapkan berbagai keadaan rusak orang-orang. Melalui pembedahan firman Tuhan, orang memperoleh pengetahuan, dan kemudian, dengan mempersekutukan prinsip-prinsip penerapan, mereka memperoleh jalan penerapannya, dan dengan cara inilah, efek yang diinginkan dapat tercapai. Ketika orang-orang seperti itu mendengar bahwa keadaan yang sedang dibahas ada kaitannya dengan mereka—bahwa itu ada kaitannya dengan masalah pribadi mereka—rasa malu membuat mereka menjadi marah, dan mereka bahkan mungkin langsung berdiri dan meninggalkan pertemuan itu. Meskipun mereka tidak pergi, mereka mungkin mulai merasa kesal dan merasa diperlakukan tidak adil, yang berarti tidak ada gunanya mereka menghadiri pertemuan atau mendengarkan khotbah. Bukankah tujuan mendengarkan khotbah adalah untuk memahami kebenaran dan menyelesaikan masalah nyata orang? Jika engkau selalu takut masalahmu sendiri tersingkap, jika engkau selalu takut dirimu disebutkan, untuk apa engkau percaya kepada Tuhan? Jika dalam imanmu, engkau tak mampu menerima kebenaran, itu berarti engkau tidak benar-benar percaya kepada Tuhan. Jika engkau selalu takut dirimu tersingkap, bagaimana engkau akan mampu menyelesaikan masalah kerusakanmu? Jika engkau tak mampu menyelesaikan masalah kerusakanmu, apa gunanya percaya kepada Tuhan? Tujuan percaya kepada Tuhan adalah untuk menerima penyelamatan Tuhan, untuk membuang watak rusakmu, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati, yang semuanya dapat dicapai dengan menerima kebenaran. Jika engkau sama sekali tak mampu menerima kebenaran, ataupun menerima dirimu ditangani atau disingkapkan, engkau tak akan mungkin diselamatkan oleh Tuhan. Jadi katakan kepada-Ku: di setiap gereja, ada berapa banyak yang mampu menerima kebenaran? Apakah mereka yang tak mampu menerima kebenaran banyak atau sedikit? (Banyak.) Apakah situasi seperti ini yang benar-benar ada di antara umat pilihan di gereja adalah masalah nyata? Semua orang yang tak mampu menerima kebenaran dan tak mampu menerima dirinya ditangani dan dipangkas, adalah mereka yang muak akan kebenaran. Muak akan kebenaran adalah sejenis watak yang rusak, dan jika mereka tak mampu mengubah watak ini, dapatkah mereka diselamatkan? Tentu saja tidak. Sekarang ini, banyak orang merasa kesulitan untuk menerima kebenaran. Ini memang sama sekali tidak mudah. Untuk mengatasinya, orang harus mengalami beberapa penghakiman, hajaran, ujian dan pemurnian dari Tuhan. Jadi, menurutmu: watak apa yang orang miliki jika mereka tak mampu menerima diri mereka dipangkas dan ditangani, jika mereka tidak membandingkan diri mereka terhadap firman Tuhan atau jika mereka memperlihatkan keadaan tertentu selama khotbah? (Watak yang muak akan kebenaran.) Ini adalah watak rusak yang keempat: muak akan kebenaran. Seberapa muak mereka? (Mereka tak ingin membaca firman Tuhan, atau mendengarkan khotbah, dan mereka tak ingin mempersekutukan kebenaran.) Ini adalah perwujudan yang paling jelas terlihat. Misalnya, ketika seseorang berkata, "Kau sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Kau telah mengesampingkan keluarga dan kariermu untuk melaksanakan tugas, dan telah banyak menderita dan membayar harga yang mahal selama beberapa tahun terakhir ini. Tuhan sangat memberkati orang-orang seperti ini. Firman Tuhan berkata orang yang sungguh-sungguh mengorbankan dirinya bagi Tuhan akan sangat diberkati," engkau berkata amin dan menerima kebenaran semacam itu. Namun, begitu orang itu melanjutkan dengan berkata, "Namun, kau harus berusaha keras mengejar kebenaran! Jika orang selalu memiliki motif tertentu dalam apa yang dilakukannya, dan selalu mengamuk karena menuruti niatnya sendiri, cepat atau lambat dia akan menyinggung Tuhan dan menimbulkan kebencian-Nya," saat orang itu mengatakan hal-hal ini, engkau tak bisa menerimanya. Mendengar kebenaran dipersekutukan, engkau bukan saja tak mampu menerimanya, engkau juga menjadi marah, dan di benakmu, engkau membalas: "Kalian menghabiskan sepanjang hari mempersekutukan kebenaran, tetapi aku belum melihat seorang pun dari kalian yang masuk ke surga." Watak apakah ini? (Watak yang muak akan kebenaran. Ketika pembahasan beralih ke penerapan, ketika orang mulai berfokus pada masalahmu, engkau memperlihatkan sikap yang sangat enggan, tidak sabar, dan menentang. Ini adalah sikap yang muak akan kebenaran. Dan bagaimanakah watak yang muak akan kebenaran semacam ini terutama diwujudkan? Dengan menolak dirinya dipangkas dan ditangani. Tidak menerima dirinya dipangkas dan ditangani adalah salah satu jenis keadaan yang diwujudkan oleh watak semacam ini. Di hatinya, orang-orang seperti ini sangat menentang ketika mereka ditangani. Mereka berpikir, "Aku tak mau mendengarnya! Aku tak mau mendengarnya!" atau, "Mengapa tidak menangani orang lain saja? Mengapa malah menangani aku?" Apa yang dimaksud dengan muak akan kebenaran? Muak akan kebenaran berarti orang sama sekali tidak tertarik akan apa pun yang ada kaitannya dengan hal-hal positif, dengan kebenaran, dengan tuntutan Tuhan, atau dengan kehendak Tuhan. Terkadang mereka bersikap enggan tentang hal-hal ini, terkadang mereka menjauhkan diri darinya, terkadang mereka bersikap tidak hormat atau acuh tak acuh, dan memperlakukan hal-hal ini sebagai hal yang tidak penting, dan mereka bersikap tidak sungguh-sungguh dan sepintas lalu atau merasa tak perlu bertanggung jawab akan hal-hal itu. Perwujudan utama watak yang muak akan kebenaran bukan hanya keengganan untuk mendengarkan kebenaran. Itu juga mencakup keengganan untuk menerapkan kebenaran, mundur begitu tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, seolah-olah kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Ketika orang menyampaikan persekutuan selama pertemuan, mereka terlihat sangat bersemangat, mereka senang mengulang-ulang perkataan doktrin, dan membuat pernyataan yang muluk-muluk untuk menyesatkan dan memenangkan hati orang lain. Mereka tampak penuh energi dan sangat bersemangat saat melakukannya, dan mereka terus berbicara tanpa henti. Sementara yang lainnya, menghabiskan sepanjang hari dari pagi hingga malam sibuk dengan masalah iman, membaca firman Tuhan, berdoa, mendengarkan lagu pujian, mencatat, seolah-olah mereka tak dapat berpisah dari Tuhan sesaat pun. Dari fajar hingga senja hari, mereka sibuk melaksanakan tugas mereka. Apakah orang-orang ini benar-benar mencintai kebenaran? Bukankah mereka memiliki watak yang muak akan kebenaran? Kapan keadaan mereka yang sebenarnya dapat terlihat? (Begitu tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, mereka pun melarikan diri, dan mereka tak mau menerima diri mereka dipangkas dan ditangani.) Mungkinkah ini karena mereka tidak memahami apa yang mereka dengar atau karena mereka tidak mengerti kebenaran sehingga mereka tak mau menerimanya? Jawabannya bukan keduanya. Ini ditentukan oleh natur mereka. Ini adalah masalah watak. Di dalam hatinya, orang-orang ini tahu betul bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, bahwa semua itu positif, dan bahwa menerapkan kebenaran akan memampukan orang untuk mengubah wataknya dan membuat mereka mampu memenuhi kehendak Tuhan—tetapi mereka tidak mau menerimanya ataupun menerapkannya. Ini berarti muak akan kebenaran. Dalam diri siapakah engkau melihat watak yang muak akan kebenaran? (Dalam diri orang tidak percaya.) Orang tidak percaya muak akan kebenaran, itu sangat jelas. Tuhan sama sekali tidak akan menyelamatkan orang-orang seperti itu. Lalu, di antara orang-orang yang percaya kepada Tuhan, dalam hal apa engkau melihat orang yang muak akan kebenaran? Mungkin ketika engkau mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak berdiri dan pergi, dan ketika persekutuanmu menyinggung kesulitan dan masalah mereka sendiri, mereka menghadapinya dengan benar—tetapi mereka masih memiliki watak yang muak akan kebenaran. Di manakah terlihatnya watak tersebut? (Mereka sering mendengar khotbah, tetapi mereka tidak menerapkan kebenaran.) Orang yang tidak menerapkan kebenaran pasti memiliki watak yang muak akan kebenaran. Ada orang-orang yang terkadang mampu menerapkan sedikit kebenaran, lalu apakah mereka memiliki watak yang muak akan kebenaran? Watak semacam ini dapat dijumpai dalam diri mereka yang menerapkan kebenaran, tetapi pada taraf yang berbeda. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, itu bukan berarti engkau tidak memiliki watak yang muak akan kebenaran. Menerapkan kebenaran bukan berarti watak hidupmu langsung berubah—tidak seperti itu. Engkau harus menyelesaikan masalah watak rusakmu, ini adalah satu-satunya cara untuk mencapai perubahan dalam watak hidupmu. Mampu menerapkan kebenaran pada satu peristiwa tidak berarti engkau tidak lagi memiliki watak yang rusak. Jika engkau mampu menerapkan kebenaran dalam bidang tertentu, belum tentu engkau mampu menerapkan kebenaran dalam bidang lainnya. Latar belakang dan alasan yang terlibat berbeda, tetapi yang terpenting adalah bahwa watak yang rusak itu memang ada, dan ini adalah sumber masalahnya. Jadi, begitu watak seseorang telah berubah, semua kesulitan, dalih dan alasan dalam hal menerapkan kebenaran—semua masalah ini dapat diatasi, dan semua masalah ketidaktaatan, kekurangan, dan kesalahan mereka dapat diselesaikan. Jika watak orang tidak berubah, mereka akan selalu kesulitan untuk menerapkan kebenaran, dan akan selalu ada dalih dan alasan. Jika engkau ingin mampu menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan dalam segala hal, pertama-tama harus ada perubahan dalam watakmu. Baru setelah itulah, engkau akan mampu menyelesaikan masalahmu sampai ke sumbernya.

Apa terutama yang dimaksud dengan watak yang muak akan kebenaran? Mari kita terlebih dahulu membahas satu jenis keadaan. Ada orang-orang yang sangat berminat untuk mendengar khotbah, dan semakin banyak mereka mendengarkan persekutuan tentang kebenaran, hati mereka menjadi makin dicerahkan dan mereka menjadi makin gembira. Mereka memiliki sikap yang positif dan proaktif. Apakah ini membuktikan bahwa mereka tidak memiliki watak yang muak akan kebenaran? (Tidak.) Sebagai contoh, ada seorang anak berusia tujuh atau delapan tahun yang sangat tertarik mendengar tentang iman kepada Tuhan, dan dia selalu membaca firman Tuhan dan menghadiri pertemuan bersama orang tuanya, dan beberapa orang berkata, "Anak ini tidak memiliki watak yang muak akan kebenaran, dia sangat pintar, dia dilahirkan untuk percaya kepada Tuhan, dia telah dipilih oleh Tuhan." Anak itu mungkin memang telah dipilih oleh Tuhan, tetapi perkataan mereka hanya separuh benar. Ini karena anak itu masih muda, dan arah pengejarannya serta tujuan hidupnya belum terbentuk. Karena pandangannya tentang kehidupan dan masyarakat belum terbentuk, dapat dikatakan bahwa jiwanya yang masih muda itu mencintai hal-hal positif, tetapi engkau tidak bisa menganggap anak itu tidak memiliki watak yang muak akan kebenaran. Mengapa Kukatakan demikian? Dia masih berusia muda. Kemanusiaannya masih belum dewasa, dia tak punya pengalaman apa pun, wawasannya masih terbatas, dan dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kebenaran. Dia hanya menyukai hal-hal yang positif. Engkau tidak dapat menganggap anak itu mencintai kebenaran, apalagi menganggapnya memiliki kenyataan kebenaran. Selain itu, anak-anak tidak memiliki pengalaman dan tak seorang pun mampu mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati mereka, natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki. Hanya karena dia tertarik akan iman kepada Tuhan dan mendengarkan khotbah, orang-orang yakin bahwa dia mencintai kebenaran—yang merupakan perwujudan ketidaktahuan dan kebodohan, karena anak-anak tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang dimaksud kebenaran, jadi, orang bahkan tidak dapat mengatakan apakah dia mencintai kebenaran ataukah muak akan kebenaran. Muak akan kebenaran terutama mengacu pada kurangnya minat dan sikap yang antipati terhadap kebenaran dan hal-hal positif. Muak akan kebenaran berarti ketika orang mampu memahami kebenaran dan tahu apa yang dimaksud dengan hal-hal positif, tetapi mereka tetap memperlakukan kebenaran dan hal-hal positif itu dengan sikap dan keadaan yang menentang, asal-asalan, enggan, menipu, dan acuh tak acuh. Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Apakah watak semacam ini ada dalam diri setiap orang? Ada orang yang berkata, "Meskipun aku tahu bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, aku tetap tidak menyukainya ataupun menerimanya, atau paling tidak, aku tak dapat menerimanya saat ini." Ada yang terjadi di sini? Ini berarti orang ini muak akan kebenaran. Watak di dalam dirinya tidak memungkinkannya untuk menerima kebenaran. Perwujudan spesifik apa yang diperlihatkan oleh orang yang tidak menerima kebenaran? Ada orang yang berkata, "Aku memahami semua kebenaran, aku hanya tak mampu menerapkannya." Ini memperlihatkan bahwa dia adalah orang yang muak akan kebenaran, dan dia tidak mencintai kebenaran, sehingga dia tak mampu menerapkan kebenaran apa pun. Ada orang yang berkata, "Bahwa selama ini aku mampu menghasilkan begitu banyak uang adalah karena Tuhan. Tuhan telah sangat memberkatiku, Tuhan selama ini sangat baik terhadapku, Tuhan telah memberiku banyak kekayaan. Seluruh keluargaku berpakaian bagus dan makan dengan baik, dan mereka tidak kekurangan pakaian ataupun makanan." Menyadari bahwa dia telah diberkati oleh Tuhan, orang ini bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatinya, dia tahu bahwa semua ini diatur oleh Tuhan, dan bahwa jika dia tidak diberkati oleh Tuhan—jika dia hanya mengandalkan bakatnya sendiri—dia pasti tidak akan menghasilkan semua uang ini. Itulah yang sebenarnya dia pikirkan dalam hatinya, yang benar-benar diketahuinya, dan dia pun sungguh-sungguh bersyukur kepada Tuhan. Namun, suatu hari bisnisnya gagal, dia mengalami masa-masa sulit, dan jatuh miskin. Mengapa ini terjadi? Karena dia rakus akan kenyamanan, dan tidak memikirkan tentang bagaimana melaksanakan tugasnya dengan baik, dan dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mengejar kekayaan, menjadi hamba uang, yang berdampak pada pelaksanaan tugasnya, sehingga Tuhan mengambil semua ini darinya. Di hatinya, dia tahu bahwa selama ini Tuhan telah sangat memberkatinya, dan memberinya begitu banyak, tetapi dia tidak berhasrat untuk membalas kasih Tuhan, dia tak mau pergi ke luar dan melaksanakan tugasnya, dan dia penakut, selalu takut dirinya akan tertangkap, dan dia takut kehilangan semua kekayaan dan kesenangan ini, dan akibatnya, Tuhan mengambil hal-hal ini darinya. Hatinya sejelas cermin dalam memahami hal ini, dia tahu Tuhan telah mengambil hal-hal ini darinya, dan bahwa dirinya sedang didisiplinkan oleh Tuhan, sehingga dalam doanya dia berkata kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Engkau pernah memberkatiku, jadi Engkau mampu memberkatiku untuk kedua kalinya. Keberadaan-Mu bersifat kekal, demikian juga berkat-berkat-Mu bagi manusia. Aku bersyukur kepada-Mu! Apa pun yang terjadi, berkat dan janji-Mu tak akan berubah. Jika Engkau mengambil dariku, aku akan tetap taat." Namun, kata "taat" dari mulutnya itu hanya omong kosong. Mulutnya berkata dia mau taat, tetapi setelah itu, dia memikirkannya, dan merasa tidak terima: "Tadinya, segala sesuatu berjalan begitu baik. Mengapa Tuhan mengambil semua itu? Bukankah tinggal di rumah dan melaksanakan tugasku sama saja dengan pergi keluar untuk melaksanakan tugasku? Apa yang kutunda?" Dia selalu mengenang masa lalunya. Ada semacam kebencian dan ketidakpuasan terhadap Tuhan di dalam hatinya, dan dia terus-menerus merasa tertekan. Apakah Tuhan masih ada di dalam hatinya? Yang ada di dalam hatinya adalah uang, kenyamanan materi, dan masa-masa indah tersebut. Tuhan sama sekali tidak memiliki tempat di hatinya, Dia bukan lagi Tuhannya. Sekalipun dia tahu bahwa "Tuhan yang memberi dan Tuhan yang mengambil" adalah kebenaran, dia menyukai perkataan "Tuhan yang memberi", dan membenci perkataan "Tuhan yang mengambil". Jelaslah, penerimaan orang ini terhadap kebenaran bersifat selektif. Ketika Tuhan memberkatinya, dia menerimanya sebagai kebenaran—tetapi begitu Tuhan mengambil darinya, dia tak bisa menerimanya. Dia tak mampu menerima pengaturan dari Tuhan yang seperti itu, dan sebaliknya dia menentang, dan menjadi tidak puas. Ketika diminta untuk melaksanakan tugasnya, dia berkata, "Aku mau jika Tuhan memberiku berkat dan anugerah-Nya. Tanpa berkat Tuhan dan jika keadaan keluargaku semiskin ini, bagaimana aku bisa melaksanakan tugasku? Aku tidak mau!" Watak apakah ini? Meskipun di hatinya, dia sendiri telah mengalami berkat Tuhan, dan betapa Dia telah memberinya begitu banyak, dia tidak mau menerima ketika Tuhan mengambil hal-hal itu dari dirinya. Mengapa demikian? Karena dia tak mampu melepaskan uang dan kehidupannya yang nyaman. Meskipun dia mungkin tidak membuat keributan mengenainya, dia mungkin tidak mengulurkan tangannya untuk memaksa Tuhan, dan dia mungkin tidak berusaha merebut kembali aset yang sebelumnya dia miliki dengan mengandalkan usahanya sendiri, dia telah menjadi berkecil hati terhadap tindakan Tuhan, dia sama sekali tak mampu menerimanya, dan berkata, "Benar-benar tak masuk akal mengapa Tuhan bertindak seperti ini. Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana aku bisa terus percaya kepada Tuhan? Aku tak ingin lagi mengakui bahwa Dia adalah Tuhan. Jika aku tidak mengakui bahwa Dia adalah Tuhan, berarti Dia bukan Tuhan." Apakah ini adalah sejenis watak? (Ya.) Iblis memiliki watak semacam ini, Iblis menyangkal Tuhan dengan cara seperti ini. Watak semacam ini adalah watak yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Jika orang muak akan kebenaran hingga mencapai taraf ini, apa yang kemudian akan dilakukannya? Itu akan membuat mereka menentang Tuhan hingga akhir—yang berarti hidup mereka sudah sepenuhnya berakhir.

Apa sebenarnya natur dari watak yang muak akan kebenaran? Orang yang muak akan kebenaran tidak mencintai hal-hal positif atau apa pun yang Tuhan lakukan. Sebagai contoh pekerjaan penghakiman Tuhan selama akhir zaman: tak seorangpun ingin menerima pekerjaan ini. Hanya segelintir orang yang mau mendengar khotbah tentang Tuhan yang menyingkapkan manusia, menghakimi manusia, menghajar manusia, menguji manusia, memurnikan manusia, dan mendisiplinkan manusia, tetapi mereka senang mendengar khotbah tentang Tuhan yang memberkati manusia, mendorong manusia, dan tentang janji-janji-Nya kepada manusia—tak seorang pun menolak hal-hal ini. Seperti halnya selama Zaman Kasih Karunia, ketika Tuhan melakukan pekerjaan mengampuni, memaafkan, memberkati, dan mengaruniakan anugerah-Nya kepada manusia, ketika Dia menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan, dan memberikan janji-janji-Nya kepada manusia—orang mau menerima semua itu, mereka semua memuji Yesus atas kasih-Nya yang besar kepada manusia. Namun sekarang karena Zaman Kerajaan telah tiba dan Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman, dan mengungkapkan banyak kebenaran, tak seorang pun peduli. Bagaimanapun cara Tuhan menyingkapkan dan menghakimi manusia, mereka tidak menerimanya, dan bahkan berkata pada dirinya sendiri, "Mungkinkah Tuhan melakukan hal semacam itu? Bukankah Tuhan mengasihi manusia?" Jika mereka ditangani dan dipangkas, atau dihajar dan didisiplinkan, gagasan mereka menjadi jauh lebih banyak, dan berkata pada diri mereka sendiri, "Bagaimana ini bisa disebut kasih Tuhan? Firman penghakiman dan kutukan ini sama sekali bukan kasih, aku tak mau menerimanya. Aku tidak bodoh!" Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Setelah mendengar kebenaran, ada orang-orang yang berkata, "Kebenaran apa? Ini hanyalah teori. Ini terdengar sangat mulia, sangat kuat, sangat kudus—tetapi semua ini hanya perkataan yang terdengar indah." Bukankah ini adalah watak yang muak akan kebenaran? Ini adalah watak yang muak akan kebenaran. Apakah watak semacam ini ada dalam dirimu? (Ya.) Keadaan apa yang baru saja Kusebutkan yang paling mungkin akan menjebakmu, yang paling sering kaulihat, dan yang paling kauhargai? (Tidak ingin menghadapi kesulitan saat melaksanakan tugas kami, tidak ingin dihakimi dan dihajar oleh Tuhan, ingin semuanya berjalan lancar.) Menolak kekuasaan Tuhan, menolak pendisiplinan dan hajaran Tuhan, jelas tahu bahwa Tuhan berbuat baik dengan melakukan hal ini tetapi engkau tetap menentangnya di dalam hatimu: ini adalah sejenis perwujudan. Apa lagi? (Merasa senang saat kami efektif dalam melaksanakan tugas kami, dan menjadi pasif, lemah, dan tak mampu bekerja sama dengan aktif saat kami tidak efektif.) Perwujudan macam apa ini? (Sikap yang keras kepala.) Engkau harus akurat mengenai hal ini. Jangan bingung dan membuat pernyataan buta. Terkadang, keadaan orang sangat kompleks; bukan hanya ada satu macam keadaan, tetapi dua atau tiga macam keadaan yang bercampur dalam diri mereka. Lalu, bagaimana mereka mendefinisikannya? Terkadang, satu jenis watak akan terungkap dengan sendirinya dalam dua macam keadaan, terkadang tiga macam keadaan, tetapi sekalipun keadaan-keadaan ini berbeda, pada akhirnya ini tetap merupakan satu jenis watak. Engkau harus memahami watak yang muak akan kebenaran ini, dan engkau semua harus menyelidiki apa saja yang akan orang wujudkan ketika mereka muak akan kebenaran. Dengan cara seperti ini, engkau akan mampu sungguh-sungguh memahami watak yang muak akan kebenaran ini. Saat engkau muak akan kebenaran, engkau tahu betul bahwa sesuatu adalah hal yang benar—sesuatu itu belum tentu firman Tuhan atau prinsip kebenaran, dan terkadang itu adalah hal yang positif, hal yang tepat, perkataan yang tepat, saran yang tepat—tetapi engkau tetap berkata, "Ini bukan kebenaran, ini hanyalah perkataan yang tepat. Aku tidak mau mendengarnya—aku tidak mendengarkan perkataan manusia!" Watak apakah ini? Ada kecongkakan, sikap keras kepala, dan sikap yang muak akan kebenaran di sini—semua jenis watak ini ada. Setiap jenis watak dapat menghasilkan banyak jenis keadaan. Satu keadaan dapat berkaitan dengan beberapa watak yang berbeda. Engkau harus memahami dengan jelas watak jenis apakah yang menghasilkan keadaan-keadaan ini. Dengan cara demikian, engkau akan mampu membedakan berbagai jenis watak yang rusak.

Dari keempat jenis watak rusak yang baru saja kita persekutukan, masing-masing dari watak tersebut sudah cukup untuk membuat orang dihukum mati—apakah keterlaluan mengatakan seperti itu? (Tidak.) Bagaimana watak rusak manusia muncul? Semuanya itu berasal dari Iblis. Ke dalam diri manusia telah ditanamkan semua kesesatan dan kekeliruan yang dikeluarkan oleh Iblis, para setan, dan orang-orang terkenal dan terkemuka, dan dengan cara demikianlah berbagai watak yang rusak ini muncul. Apakah watak-watak ini positif atau negatif? (Negatif.) Atas dasar apa kaukatakan ini negatif? (Kebenaran.) Karena watak-watak ini melanggar kebenaran dan menentang Tuhan, dan sepenuhnya bertentangan dengan watak Tuhan dan semua yang Tuhan miliki dan siapa Dia, maka jika salah satu dari watak rusak ini ditemukan dalam diri seseorang, dia menjadi orang yang menentang Tuhan. Jika masing-masing dari keempat watak ini ditemukan dalam diri seseorang, ini sangat menyusahkan dan orang itu telah menjadi musuh Tuhan, dan dia pasti akan mati. Watak apa pun itu, jika engkau mengukurnya dengan menggunakan kebenaran, engkau akan melihat bahwa esensi dari setiap perwujudan itu semuanya ditujukan untuk melawan Tuhan, untuk menentang Tuhan, dan untuk memusuhi Tuhan. Oleh karena itu, jika watakmu tidak berubah, engkau tidak akan sesuai dengan Tuhan, engkau akan membenci kebenaran, dan engkau akan menjadi musuh Tuhan.

Selanjutnya, mari kita membahas jenis watak yang kelima. Aku akan memberimu contoh, dan engkau semua bisa mencoba mengetahui watak jenis apakah ini. Bayangkan dua orang sedang berbincang, dan salah seorang dari mereka sangat blak-blakan dalam perkataannya, sehingga lawan bicaranya merasa tersinggung. Dia berpikir, "Mengapa kau begitu melukai harga diriku? Apa kau kira aku akan membiarkan orang mengangguku?" dan kebencian pun muncul dalam hatinya. Sebenarnya, masalah ini mudah untuk diselesaikan. Jika seseorang mengatakan sesuatu yang melukai orang lainnya, asalkan si pembicara meminta maaf kepada pendengarnya, masalahnya akan berlalu. Namun, jika pihak yang tersinggung tidak mau memaafkan dan baginya, "tidak pernah terlambat bagi pria bermartabat untuk membalas dendam," watak apakah ini? (Watak yang kejam.) Benar—ini adalah watak yang kejam, dan orang ini memiliki watak yang kejam. Di gereja, ada orang-orang yang dipangkas dan ditangani karena mereka tidak melaksanakan tugas mereka dengan benar. Hal-hal yang dikatakan ketika memangkas dan menangani seseorang sering kali membuat orang itu ditegur dan bahkan mungkin dimarahi. Ini tentu saja akan membuat mereka kesal, dan mereka mungkin akan mencari alasan dan membantahnya. Mereka mengatakan hal-hal seperti, "Meskipun menanganiku dengan mengatakan hal-hal ini benar adanya, beberapa dari perkataanmu sangat menyinggungku, dan kau mempermalukanku dan melukai perasaanku. Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, bekerja keras sekalipun tak pernah berkontribusi apa pun—bagaimana kau bisa memperlakukanku seperti ini? Mengapa kau tidak menangani orang lain saja? Aku tak bisa menerimanya dan aku tak tahan mendengarnya!" Ini adalah sejenis watak yang rusak, bukan? (Ya.) Watak rusak ini hanya terwujud dalam bentuk keluhan, ketidaktaatan, dan perlawanan, tetapi ini belum mencapai titik tertingginya, ini belum mencapai puncaknya, meskipun sudah menunjukkan tanda-tandanya, dan sudah mulai mencapai titik yang akan segera diterobosnya. Bagaimana sikapnya segera setelah ini? Dia akan bersikap keras kepala, dia akan merasa kesal dan menentang dan mulai bertindak karena perasaan dendamnya. Dia akan mulai membenarkan diri: "Para pemimpin dan pekerja tidak selalu benar ketika mereka menangani orang. Kalian semua mungkin bisa menerimanya, tetapi aku tidak bisa. Jika kalian bisa menerimanya, itu karena kalian bodoh dan lemah. Aku tak mau menerimanya! Mari kita bahas dan lihat siapa yang benar dan siapa yang salah." Lalu orang-orang menyampaikan persekutuan mereka kepadanya, "Siapa pun yang benar dan yang salah, hal pertama yang harus kaulakukan adalah taat. Mungkinkah pelaksanaan tugasmu tidak tercemar sedikit pun? Apakah kau melakukan segala sesuatu dengan benar? Sekalipun kau melakukan segalanya dengan benar, ditangani tetap akan bermafaat bagimu! Kami telah berulang kali mempersekutukan prinsip kepadamu, tetapi kau tidak pernah mendengarnya dan memilih untuk berbuat semaumu, menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan gereja dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar, jadi, mengapa kau tak mampu menghadapi dirimu dipangkas dan ditangani? Perkataan yang diucapkan kepadamu mungkin keras dan mungkin sulit bagimu untuk mendengarnya, tetapi itu hal yang normal, bukan? Jadi, apa yang kauperdebatkan? Haruskah kau dibiarkan melakukan hal-hal buruk tanpa seorang pun boleh menangani dirimu?" Namun, akankah dia mampu menerima dirinya ditangani setelah mendengar perkataan ini? Tidak. Dia hanya akan terus beralasan dan menentang. Watak apa yang diperlihatkannya? Watak yang kejam; ini adalah watak yang kejam. Apa maksud dia sebenarnya? "Aku tak mau orang lain menggangguku. Tak akan kubiarkan seorang pun mencoba menyentuh sehelai pun rambut di kepalaku. Jika kutunjukkan kepadamu apa akibatnya jika berani menanganiku, kelak kau tidak akan berani lagi melakukannya. Bukankah itu berarti aku menang?" Bagamana menurutmu? Wataknya telah tersingkap, bukan? Ini adalah watak yang kejam. Orang yang wataknya kejam bukan saja muak akan kebenaran—mereka juga membenci kebenaran! Ketika mereka dipangkas dan ditangani, mereka berusaha melarikan diri atau mengabaikannya—di dalam hatinya, mereka sangat memusuhi hal ini. Ini sama sekali bukan tentang mereka memberi banyak alasan. Ini sama sekali bukan tentang sikap mereka. Mereka tidak taat dan menentang, mereka bahkan terlihat seperti makhluk yang mengerikan ketika mengucapkan bantahan mereka. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Aku tahu kau sebenarnya sedang berusaha mempermalukanku dan sengaja membuatku malu, dan meskipun aku tidak berani menentangmu secara langsung, aku akan mencari kesempatan untuk membalasmu! Kau pikir kau mampu menanganiku dan berurusan denganku? Aku akan membuat semua orang berpihak kepadaku, aku akan mengucilkanmu, lalu aku akan memperlakukanmu seperti kau memperlakukanku, biar kau tahu rasanya!" Inilah yang mereka pikirkan; watak kejam mereka akhirnya tersingkap dengan sendirinya. Untuk mencapai tujuan dan melampiaskan dendam mereka, mereka berusaha keras mencari alasan untuk membenarkan diri mereka dan membuat semua orang berpihak kepada mereka. Baru setelah itulah, mereka merasa senang dan tenang. Ini watak yang kejam, bukan? Ini adalah watak yang kejam. Ketika belum dipangkas dan ditangani, orang-orang seperti ini bagaikan domba-domba kecil. Ketika mereka dipangkas dan ditangani, atau ketika diri mereka yang sebenarnya tersingkap, mereka segera berubah dari domba menjadi serigala, dan sifat serigala mereka pun muncul. Ini adalah watak yang kejam, bukan? (Ya.) Jadi, mengapa watak itu sering kali tidak terlihat? (Mereka belum terprovokasi.) Benar, mereka belum terprovokasi dan kepentingan mereka belum terancam. Ini seperti serigala yang tidak akan memakanmu saat dia tidak lapar—dapatkah engkau lalu menganggapnya bukan serigala? Jika engkau menunggu sampai dia berusaha memakanmu barulah engkau menyebutnya serigala, itu sudah terlambat bukan? Sekalipun dia belum berusaha memakanmu, engkau harus selalu waspada. Serigala tidak memakanmu bukan berarti dia tidak mau memakanmu, hanya saja waktunya belum tiba—dan jika waktunya telah tiba, sifat serigalanya akan muncul dan menyerangmu. Dipangkas dan ditangani akan membuat setiap jenis orang tersingkap. Ada orang yang berpikir, "Mengapa aku satu-satunya yang ditangani? Mengapa selalu aku yang ditangani? Apakah mereka menganggapku sasaran yang mudah? Aku bukan jenis orang yang bisa kauganggu!" Watak apakah ini? Bagaimana mungkin hanya dia yang ditangani? Bukan seperti ini yang terjadi. Siapakah di antaramu yang belum pernah ditangani atau dipangkas? Engkau semua pernah mengalaminya. Terkadang pemimpin dan pekerja tidak patuh dan ceroboh dalam pekerjaan mereka, atau mereka tidak melaksanakannya sesuai dengan pengaturan kerja—dan kebanyakan dari mereka ditangani dan dipangkas. Ini dilakukan untuk melindungi pekerjaan gereja dan untuk menghindarkan orang agar tidak bertindak semaunya. Ini tidak dilakukan untuk menargetkan individu tertentu. Apa yang orang itu katakan jelas merupakan pemutarbalikan fakta, dan ini juga perwujudan dari watak yang kejam.

Dengan cara apa lagi watak yang kejam terwujud? Apa hubungan watak yang kejam dan watak yang muak akan kebenaran? Sebenarnya, saat watak yang muak akan kebenaran terwujud secara serius, yaitu disertai dengan sikap yang menentang dan mengutuk, ini memperlihatkan watak yang kejam. Watak yang muak akan kebenaran mencakup sejumlah keadaan, mulai dari tidak adanya ketertarikan akan kebenaran, hingga penghinaan terhadap kebenaran, yang berkembang menjadi menghakimi Tuhan dan mengutuk Tuhan. Ketika watak yang muak akan kebenaran ini telah mencapai titik tertentu, orang akan cenderung menyangkal Tuhan, membenci Tuhan, dan menentang Tuhan. Beberapa keadaan ini adalah watak yang kejam, bukan? (Ya.) Oleh karena itu, keadaan orang yang muak akan kebenaran adalah jauh lebih serius, dan di dalamnya terdapat sejenis watak: watak yang kejam. Sebagai contoh, ada orang-orang yang mengakui bahwa segala sesuatu diatur oleh Tuhan, tetapi saat Tuhan mengambil sesuatu dari mereka, dan kepentingan mereka dirugikan, di luarnya mereka tidak terlihat membenci atau melawan, tetapi di dalam hatinya, mereka sama sekali tidak menerimanya atau tidak tunduk. Sikap mereka adalah sikap yang duduk dengan pasif dan menunggu kehancuran—yang jelas merupakan keadaan yang muak akan kebenaran. Ada juga keadaan yang jauh lebih serius: mereka tidak duduk dengan pasif dan menunggu kehancuran, melainkan menentang pengaturan dan penataan Tuhan, dan menentang keputusan Tuhan mengambil sesuatu dari mereka. Bagaimana cara mereka menentang? (Dengan mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, atau dengan menyabotase sesuatu, berusaha mendirikan kerajaan mereka sendiri.) Itu adalah salah satu bentuknya. Ada seorang pemimpin gereja, yang setelah diganti, selalu menganggu dan mengacau di gereja saat menjalani kehidupan bergereja, dia menentang dan tidak menaati semua yang dikatakan pemimpin yang baru terpilih, dan dia berusaha meremehkan pemimpin baru itu di belakangnya. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang kejam. Yang sebenarnya dia pikirkan adalah, "Jika aku tak dapat menjadi pemimpin, maka tak seorang pun boleh memegang kedudukan ini, aku akan mengusir mereka semua! Setelah aku mengusirmu, aku akan kembali memimpin seperti sebelumnya!" Ini bukan sekadar muak akan kebenaran, ini kejam! Memperebutkan status, memperebutkan wilayah, memperebutkan reputasi dan kepentingan pribadi, melakukan apa pun untuk membalas dendam, mengerahkan segenap kemampuan, menggunakan semua keahlian, melakukan segala cara untuk mencapai tujuan, untuk melindungi reputasi, harga diri, dan status, atau untuk memuaskan keinginan untuk membalas dendam—semua ini adalah perwujudan dari watak yang kejam. Beberapa perilaku dari watak yang kejam ini termasuk mengatakan banyak hal yang membingungkan dan mengacaukan, termasuk juga melakukan banyak hal buruk untuk mencapai tujuan. Baik dalam perkataan maupun tindakan, semua yang dilakukan oleh orang-orang seperti itu bertentangan dengan kebenaran, dan melanggar kebenaran, dan semua itu adalah penyingkapan watak yang kejam. Ada orang-orang yang tak mampu mengenali hal-hal ini. Jika perkataan atau perilaku yang salah itu tidak mencolok, mereka tak mampu mengenalinya. Namun, bagi orang-orang yang memahami kebenaran, semua yang dikatakan dan dilakukan orang jahat adalah jahat, dan tidak akan pernah mengandung apa pun yang benar, atau sesuai dengan kebenaran; hal-hal yang dikatakan dan dilakukan orang-orang ini dapat dikatakan 100% jahat dan sepenuhnya merupakan penyingkapan watak yang kejam. Apa motivasi orang jahat sebelum mereka memperlihatkan watak yang kejam ini? Tujuan seperti apa yang berusaha mereka capai? Bagaimana mereka bisa melakukan hal-hal seperti itu? Dapatkah engkau semua mengenali hal ini? Aku akan memberimu sebuah contoh. Sesuatu terjadi di rumah seseorang. Dia ditempatkan di bawah pengawasan si naga merah yang sangat besar dan tak bisa pulang ke rumahnya sendiri, dan ini sangat menyakitkan baginya. Ada saudara-saudari yang mau menampungnya di rumah mereka, dan melihat betapa baiknya keadaan di rumah tuan rumahnya, dia berpikir, "Mengapa tidak terjadi apa pun di rumahmu? Mengapa hal itu terjadi di rumahku? Ini tidak adil. Tidak bisa begitu, aku harus memikirkan cara agar terjadi sesuatu di rumahmu, jadi kau juga tidak akan bisa pulang ke rumahmu. Biar kau merasakan kesukaran yang sama seperti yang kurasakan." Entah dia melakukannya atau tidak, entah ini menjadi kenyataan atau tidak, atau entah dia mencapai tujuannya atau tidak, dia tetap memiliki niat semacam ini. Ini sejenis watak yang rusak, bukan? (Ya.) Jika kehidupannya tidak berjalan dengan baik, dia tidak akan membiarkan kehidupan orang lain berjalan dengan baik. Watak apakah ini? (Watak yang kejam.) Watak yang kejam—orang ini sangat keji! Seperti kata pepatah, orang ini busuk sampai ke akarnya. Ini menggambarkan betapa kejamnya orang ini. Apa natur dari watak yang seperti itu? Cobalah menganalisisnya, ketika dia menyingkapkan watak ini, apa motivasi, niat dan tujuannya? Ketika dia menyingkapkan watak ini, dari manakah asalnya? Apa yang ingin dicapainya? Sesuatu terjadi di rumahnya, dan dia dipelihara dengan baik di rumah tuan rumahnya—jadi mengapa dia ingin mengacaukannya? Apakah dia hanya akan merasa senang jika dia telah mengacaukan kehidupan tuan rumahnya, jika sesuatu terjadi di rumah tuan rumahnya dan tuan rumahnya juga tidak bisa pulang? Demi keselamatannya sendiri, dia seharusnya melindungi tempat ini, berusaha keras agar tidak terjadi apa pun dengan rumah itu, dan agar tidak membahayakan tuan rumahnya, karena membahayakan mereka sama dengan membahayakan dirinya sendiri. Jadi, apa sebenarnya tujuannya ingin melakukan hal ini? (Jika semua tidak berjalan baik untuknya, dia tak ingin semua berjalan baik untuk orang lain.) Ini namanya watak yang kejam. Yang dia pikirkan adalah, "Rumahku telah dihancurkan oleh si naga merah yang sangat besar dan sekarang aku tidak punya rumah. Sedangkan kau masih bisa pulang ke rumahmu yang hangat. Ini tidak adil. Aku tak tahan melihatmu bisa pulang ke rumahmu. Aku akan memberimu pelajaran. Aku akan membuatmu tak bisa pulang dan kau akan menjadi sama sepertiku. Ini akan membuat semuanya terasa adil." Bukankah melakukan ini sangat kejam dan berniat buruk? Termasuk natur apakah ini? (Natur yang kejam). Semua yang orang jahat lakukan dan katakan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal seperti apakah yang biasanya mereka lakukan? Hal apa sajakah yang paling umum dilakukan oleh orang-orang yang berwatak kejam? (Mereka mengganggu, mengacaukan, dan menghancurkan pekerjaan gereja.) (Mereka berusaha menjilat orang di depannya, tetapi berusaha merendahkan orang itu di belakangnya.) (Mereka menyerang orang, penuh dendam dan dengan kejam menyerang orang.) (Mereka menyebarkan kabar bohong dan fitnah.) (Mereka memfitnah, menghakimi, dan mengutuk orang lain.) Natur dari tindakan-tindakan ini adalah menganggu dan menghancurkan pekerjaan gereja, dan semua itu adalah perwujudan sikap yang menentang dan menyerang Tuhan, semuanya adalah penyingkapan watak yang kejam. Mereka yang mampu melakukan hal-hal ini tidak diragukan lagi adalah orang yang jahat, dan semua orang yang memperlihatkan perwujudan watak kejam tertentu dapat didefinisikan sebagai orang yang jahat. Apa esensi orang yang jahat? Esensi orang yang jahat adalah esensi setan, esensi Iblis. Ini tidak berlebihan. Apakah engkau semua mampu melakukan tindakan-tindakan seperti ini? Yang mana dari tindakan ini yang mampu kaulakukan? (Menghakimi orang.) Jadi, apakah engkau berani menyerang atau membalas dendam kepada orang lain? (Terkadang, aku memang memiliki pemikiran seperti ini, tetapi aku tidak berani melakukannya.) Engkau semua hanya memiliki pemikiran ini, tetapi engkau tidak berani melakukannya. Jika seseorang yang statusnya lebih rendah daripadamu menyakitimu, beranikah engkau membalasnya? (Terkadang aku melakukannya, aku mampu melakukan hal-hal seperti itu.) Jika seseorang sangat tangguh—jika dia sangat fasih berbicara, dan orang itu menyakitimu—beranikah engkau membalas? Mungkin hanya segelintir orang yang tidak takut melakukan hal ini. Orang-orang seperti ini, yang berani kepada orang yang lemah tetapi takut kepada orang yang kuat, apakah mereka memiliki watak yang kejam? (Ya.) Perilaku macam apa pun, dan siapa pun yang dituju, jika engkau mampu melakukan perbuatan jahat membalas dendam kepada saudara-saudari lainnya, ini membuktikan bahwa ada watak yang kejam di dalam dirimu. Watak kejam ini sepertinya tidak terlihat berbeda di luarnya, tetapi engkau harus mampu membedakannya dan engkau harus mampu membedakan siapa yang menjadi sasaranmu. Jika engkau bersikap keras terhadap Iblis dan engkau mampu menaklukkan dan mempermalukan Iblis, apakah ini dianggap sebagai watak yang kejam? Tidak. Ini artinya membela apa yang benar dan tidak takut menghadapi musuh. Ini artinya memiliki rasa keadilan. Dalam keadaan apa tindakanmu dianggap watak yang kejam? Jika engkau mengintimidasi, menginjak-injak dan mempermalukan orang yang baik atau saudara-saudari, maka ini adalah watak yang kejam. Oleh karena itu, engkau harus memiliki hati nurani dan nalar, memperlakukan orang dan hal-hal sesuai dengan prinsip, mampu mengenali orang jahat dan setan, memiliki rasa keadilan, engkau harus bertoleransi dan sabar terhadap umat pilihan Tuhan dan saudara-saudari, dan engkau harus melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran. Ini sepenuhnya benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang-orang yang wataknya kejam tidak memperlakukan orang berdasarkan prinsip seperti ini. Jika ada orang, siapa pun itu, melakukan sesuatu yang menyakiti mereka, mereka akan berusaha membalas—ini adalah watak yang kejam. Orang yang jahat tidak bertindak berdasarkan prinsip. Mereka tidak mencari kebenaran. Entah mereka bertindak karena dendam pribadi, atau mereka menyerang orang yang lemah dan takut kepada orang yang kuat, atau berani membalas dendam kepada siapa pun, semua ini merupakan watak yang kejam, dan semua ini merupakan watak yang rusak. Ini tidak diragukan lagi.

Perwujudan apa yang paling jelas diperlihatkan oleh orang yang berwatak kejam? Ketika mereka bertemu dengan orang lugu yang mudah diganggu, mereka mulai mengganggu dan mempermainkannya. Ini adalah fenomena umum. Ketika seseorang yang relatif baik hatinya melihat seseorang yang lugu dan pengecut, dia akan merasa iba terhadapnya, dan sekalipun dia tak mampu menolongnya, dia tidak akan mengganggu orang tersebut. Jika engkau melihat ada salah seorang saudara atau saudarimu yang lugu, bagaimana caramu memperlakukannya? Apakah engkau akan mengintimidasi atau mengganggunya? (Aku mungkin akan memandang rendah dirinya.) Memandang rendah orang adalah cara melihat mereka, cara memandang mereka, sejenis mentalitas, tetapi bagaimana caramu bertindak dan berbicara kepada mereka, itu berkaitan dengan watakmu. Katakan kepada-Ku, bagaimana caramu bertindak terhadap orang yang penakut dan pengecut? (Aku akan main perintah terhadap mereka dan mengganggu mereka.) (Jika kulihat mereka salah dalam melaksanakan tugas, aku akan mendiskriminasi dan mengucilkan mereka.) Hal-hal yang kausebutkan ini adalah perwujudan dari watak yang kejam dan berkaitan dengan watak orang. Masih banyak perwujudan lainnya, jadi tidak perlu membahasnya secara mendetail. Pernahkah engkau semua bertemu dengan seseorang yang mengharapkan kematian siapa pun yang menyinggung perasaannya, dan bahkan berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya untuk menghukum mereka, menghapuskan mereka dari muka bumi? Meskipun tidak ada manusia yang memiliki kuasa seperti itu, di hatinya, dia berpikir betapa baiknya jika mereka mati, atau jika tidak, dia berdoa kepada Tuhan dan meminta Tuhan untuk melakukan hal ini. Apakah engkau semua memiliki pemikiran seperti ini di dalam hatimu? (Ketika kami mengabarkan Injil dan bertemu dengan orang jahat yang menyerang kami dan melaporkan kami ke polisi, aku sangat membenci mereka, dan berpikir seperti "harinya akan tiba saat kau dihukum oleh Tuhan.") Itu kasus yang sifatnya cukup objektif. Engkau diserang, engkau menderita, engkau merasa disakiti, integritas pribadimu dan harga dirimu sepenuhnya diinjak-injak—dalam keadaan seperti itu, kebanyakan orang akan mengalami kesulitan untuk mengatasinya. (Ada orang-orang yang menyebarkan kabar bohong tentang gereja kami secara daring, mereka membuat banyak tuduhan, dan ketika membacanya, itu membuatku merasa sangat marah, dan ada banyak kebencian dalam hatiku.) Apakah ini watak yang kejam, ataukah sikap yang gampang marah, ataukah kemanusiaan yang normal? (Ini adalah kemanusiaan yang normal. Tidak membenci para setan dan musuh-musuh Tuhan bukanlah kemanusiaan yang normal.) Benar. Ini adalah penyingkapan, perwujudan, dan respons kemanusiaan yang normal. Jika orang tidak membenci hal-hal negatif atau tidak mencintai hal-hal positif, jika orang tidak memiliki standar hati nurani, berarti mereka bukan manusia. Dalam keadaan seperti ini, tindakan apa yang orang lakukan yang dapat berkembang menjadi watak yang kejam? Jika kebencian dan perasaan muak ini berubah menjadi semacam perilaku tertentu, jika engkau kehilangan semua nalarmu, dan jika tindakanmu melewati batas kemanusiaan tertentu, jika engkau bahkan cenderung membunuh mereka dan melanggar hukum, maka ini sudah menjadi watak yang kejam, ini berarti bertindak berdasarkan sikapmu yang gampang marah. Jika orang mampu memahami kebenaran, dan mampu mengenali orang jahat, dan mereka membenci kejahatan, maka ini adalah kemanusiaan yang normal. Namun, jika orang menangani hal-hal ini dengan sikap yang gampang marah, mereka sedang bertindak dengan tidak berprinsip. Apakah ada bedanya melakukan ini dengan melakukan kejahatan? (Ya.) Ada perbedaannya. Jika seseorang sangat buruk, sangat kejam, sangat jahat, sangat tidak bermoral, dan engkau merasa sangat antipati terhadapnya, dan rasa antipati ini mencapai titik di mana engkau memohon agar Tuhan mengutuk dirinya, maka ini diperbolehkan. Namun, jika Tuhan tidak bertindak setelah engkau berdoa dua atau tiga kali, bolehkah engkau mengambil tindakan sendiri? (Tidak.) Engkau dapat berdoa kepada Tuhan dan mengungkapkan pandangan dan pendapatmu, lalu mencari prinsip kebenaran, dengan demikian engkau akan mampu menangani segala sesuatunya dengan benar. Namun, engkau tidak boleh menuntut atau berusaha memaksa Tuhan untuk membalas dendam atas namamu, apalagi membiarkan sikapmu yang gampang marah membuatmu melakukan hal-hal yang bodoh. Engkau harus memperlakukan hal ini dengan menggunakan nalarmu. Engkau harus sabar, menunggu waktu Tuhan, dan menghabiskan lebih banyak waktu berdoa kepada Tuhan. Lihatlah bagaimana Tuhan bertindak dengan berhikmat terhadap Iblis si setan, dan dengan cara demikian, engkau akan mampu untuk bersabar. Menggunakan nalarmu berarti memercayakan semua ini kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan bertindak. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh makhluk ciptaan. Jangan bertindak berdasarkan sikapmu yang gampang marah. Bertindak berdasarkan sikap yang gampang marah tidak dapat diterima oleh Tuhan, itu dikutuk oleh Tuhan. Pada saat-saat seperti itu, watak yang orang perlihatkan bukanlah kelemahan manusia ataupun kemarahan yang sepintas lalu, melainkan watak yang kejam. Begitu itu telah dianggap watak yang kejam, engkau berada dalam masalah, dan kemungkinan besar tidak akan diselamatkan. Itu karena ketika orang memiliki watak yang kejam, kemungkinan besar mereka akan bertindak dengan melanggar hati nurani dan nalar, dan kemungkinan besar mereka akan melanggar hukum, dan melanggar ketetapan administratif Tuhan. Jadi, bagaimana menghindari hal ini? Paling sedikit, ada tiga batas yang tidak boleh dilanggar: pertama jangan melakukan hal-hal yang melanggar hati nurani dan nalar, kedua jangan melanggar hukum, ketiga jangan melanggar ketetapan administratif Tuhan. Selain itu, jangan melakukan apa pun yang ekstrem atau apa pun yang akan mengganggu pekerjaan gereja. Jika engkau mematuhi prinsip-prinsip ini, setidaknya keselamatanmu akan terjamin, dan engkau tidak akan diusir. Jika engkau dengan kejamnya menentang ketika dirimu dipangkas dan ditangani karena telah melakukan segala macam kejahatan, maka itu jauh lebih berbahaya. Kemungkinan besar engkau akan secara langsung menyinggung Tuhan dan diusir atau dikeluarkan dari gereja. Hukuman karena menyinggung Tuhan jauh lebih berat daripada karena melanggar hukum—jauh lebih buruk daripada kematian. Melanggar hukum paling-paling membuatmu dihukum penjara; mengalami beberapa tahun yang berat dan setelah itu engkau akan dibebaskan, itu saja. Namun, jika engkau menyinggung Tuhan, engkau akan mengalami hukuman kekal. Oleh karena itu, jika orang yang berwatak kejam tidak memiliki rasionalitas, mereka berada dalam bahaya ekstrem, mereka akan cenderung melakukan kejahatan, dan mereka pasti akan dihukum dan menerima pembalasan. Jika orang memiliki sedikit rasionalitas, mampu mencari dan tunduk pada kebenaran, dan mampu menahan diri untuk tidak melakukan terlalu banyak kejahatan, maka pasti masih ada harapan bagi mereka untuk diselamatkan. Sangat penting bagi seseorang untuk memiliki rasionalitas dan nalar. Orang yang bernalar kemungkinan besar mampu menerima kebenaran dan akan menangani dirinya dipangkas dan ditangani dengan cara yang benar. Orang yang tidak bernalar berada dalam bahaya saat mereka dipangkas dan ditangani. Misalnya, katakanlah, seseorang sangat marah setelah dirinya ditangani dan dipangkas oleh seorang pemimpin. Dia merasa ingin menyebarkan kabar bohong dan menyerang pemimpin itu, tetapi tidak berani melakukannya karena takut menimbulkan masalah. Namun, watak seperti itu sudah ada di hatinya, dan sulit dikatakan apakah dia akan bertindak berdasarkan watak tersebut atau tidak. Selama watak seperti ini ada dalam hati seseorang, selama pemikiran seperti ini ada di benak seseorang, meskipun dia mungkin tidak bertindak berdasarkannya, dia sudah berada dalam bahaya. Ketika keadaan mengizinkan—ketika ada kesempatan—dia mungkin akan bertindak. Selama watak kejam masih ada di dalam dirinya, jika itu belum dibereskan, cepat atau lambat orang ini akan melakukan kejahatan. Jadi, dalam situasi apa lagi orang memperlihatkan wataknya yang kejam? Katakan kepada-Ku. (Aku asal-asalan dalam tugasku dan tidak memperoleh hasil apa pun, lalu aku diganti oleh pemimpin sesuai dengan prinsip, dan aku merasa agak menentang. Kemudian, ketika kulihat pemimpin itu memperlihatkan watak yang rusak, aku berpikir untuk menulis surat untuk melaporkan dirinya.) Apakah ide seperti ini muncul begitu saja? Sama sekali tidak. Ini dihasilkan oleh naturmu. Cepat atau lambat, hal-hal dalam natur orang akan tersingkap, tidak ada yang tahu dalam keadaan atau dalam konteks apa hal-hal itu akan terlihat dan tersingkap. Terkadang orang tidak melakukan apa pun, tetapi itu karena situasinya tidak memungkinkan. Namun, jika mereka adalah orang yang mengejar kebenaran, mereka akan mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Jika mereka bukan orang yang mengejar kebenaran, mereka akan berbuat semaunya, dan begitu situasinya mengizinkan, mereka akan melakukan kejahatan. Oleh karena itu, jika watak yang rusak tidak dibereskan, kemungkinan besar orang akan membuat dirinya sendiri berada dalam masalah, dan dalam hal ini, mereka akan menuai apa yang telah mereka tabur. Ada orang-orang yang tidak mengejar kebenaran dan selalu asal-asalan dalam melaksanakan tugas mereka. Mereka tidak terima ketika dipangkas dan ditangani, mereka tidak pernah bertobat, dan pada akhirnya mereka diminta menyendiri untuk tujuan perenungan. Ada orang-orang yang dikeluarkan dari gereja karena terus-menerus mengganggu kehidupan bergereja dan mereka telah menjadi sumber masalah; dan ada orang-orang yang dikeluarkan karena mereka telah melakukan segala macam kejahatan. Jadi, orang macam apakah seseorang itu, jika mereka sering memperlihatkan watak yang rusak dan tidak mencari kebenaran untuk membereskannya, mereka akan cenderung melakukan kejahatan. Watak rusak manusia tidak hanya terdiri dari kecongkakan, tetapi juga kejahatan dan kekejaman. Kecongkakan dan kekejaman hanyalah faktor yang umum.

Jadi, bagaimana menyelesaikan masalah penyingkapan watak yang kejam ini? Orang harus mengenali watak rusak apa yang ada dalam dirinya. Ada orang-orang yang wataknya sangat kejam, keji, dan congkak, dan mereka benar-benar tidak bermoral. Ini adalah natur orang yang jahat, dan orang-orang ini adalah yang paling berbahaya. Ketika orang seperti ini berkuasa, setanlah yang berkuasa, Iblislah yang berkuasa. Di rumah Tuhan, semua orang jahat disingkapkan dan diusir karena mereka melakukan segala macam perbuatan jahat. Jika engkau berusaha mempersekutukan kebenaran kepada orang jahat, atau memangkas dan menangani mereka, kemungkinan besar mereka akan menyerangmu, mengkritikmu, atau bahkan membalas dendam terhadapmu. Dan semua itu adalah akibat watak mereka yang sangat kejam. Sebenarnya, ini hal yang sangat umum terjadi. Sebagai contoh, ada dua orang yang rukun, yang sangat perhatian dan pengertian satu sama lain—tetapi pada akhirnya hubungan mereka putus karena satu hal yang berkaitan dengan kepentingan mereka, dan mereka pun memutuskan hubungan satu sama lain. Ada orang-orang yang bahkan menjadi musuh dan berusaha saling membalas dendam. Mereka semua sangat kejam. Mengenai orang-orang yang sedang melaksanakan tugas, sudahkah engkau semua melihat hal-hal apa sajakah yang mereka wujudkan dan perlihatkan yang termasuk watak yang kejam? Hal-hal ini pasti ada, dan engkau harus menggalinya. Ini akan membantumu untuk memahami dan mengenali hal-hal ini. Jika engkau tidak tahu bagaimana menggalinya dan mengenalinya, engkau tak akan pernah mampu mengenali orang jahat. Setelah disesatkan oleh antikristus dan berada di bawah kendali mereka, ada orang-orang yang hidupnya sangat dirugikan, dan baru setelah itulah mereka tahu apa yang dimaksud dengan antikristus, dan apa yang dimaksud dengan watak yang kejam. Pemahamanmu tentang kebenaran terlalu dangkal. Pemahamanmu tentang sebagian besar kebenaran hanya berhenti pada taraf lisan atau tulisan, atau engkau hanya memahami perkataan doktrin, dan ini sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah mendengar banyak khotbah, tampaknya ada pemahaman dan pencerahan dalam hatimu; tetapi ketika dihadapkan dengan kenyataan, engkau masih tak mampu memahami yang sebenarnya mengenai hal-hal itu. Secara teori, engkau semua tahu apa yang diwujudkan oleh antikristus, tetapi ketika engkau bertemu dengan antikristus yang sebenarnya, engkau tak mampu mengenalinya sebagai antikristus. Ini karena pengalamanmu terlalu sedikit. Setelah engkau mengalami lebih banyak, setelah engkau cukup disakiti oleh antikristus, barulah engkau benar-benar mampu mengenali mereka. Kini, meskipun sebagian besar orang mendengarkan khotbah dengan saksama selama pertemuan, dan ingin mengejar kebenaran, tetapi setelah mendengar khotbah, mereka hanya memahami makna harfiahnya, pemahaman mereka tidak lebih daripada pemahaman secara teori, dan mereka tak mampu mengalami kenyataan kebenaran. Oleh karena itu, jalan masuk mereka ke dalam kenyataan kebenaran sangat dangkal, yang berarti mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengenali orang jahat dan antikristus. Antikristus memiliki esensi pelaku kejahatan, tetapi selain antikristus dan pelaku kejahatan, bukankah orang-orang lainnya juga memiliki watak yang kejam? Pada kenyataannya, tidak ada orang yang baik. Ketika tidak ada masalah, mereka semua tersenyum, tetapi saat mereka dihadapkan dengan sesuatu yang merugikan kepentingan mereka sendiri, mereka berubah menjadi buruk rupa. Ini adalah watak yang kejam. Watak kejam ini dapat terlihat setiap saat; itu dapat terlihat begitu saja tanpa bisa ditahan. Jadi, apa yang sebenarnya yang sedang terjadi di sini? Apakah masalahnya adalah orang telah dirasuk oleh roh jahat? Apakah masalahnya karena mereka adalah reinkarnasi setan? Jika salah satu dari kedua hal ini, maka orang seperti itu memiliki esensi pelaku kejahatan dan dia sudah tidak tertolong lagi. Jika esensi seseorang bukanlah esensi pelaku kejahatan, dan dia hanya memiliki watak yang rusak ini, maka masih ada harapan baginya, dan jika dia mampu menerima kebenaran, masih ada harapan baginya untuk diselamatkan. Jadi bagaimana cara membereskan watak rusak yang kejam? Pertama-tama engkau harus sering berdoa ketika engkau menghadapi masalah dan merenungkan motivasi dan keinginan yang kaumiliki. Engkau harus menerima pemeriksaan Tuhan dan mengendalikan perilakumu. Selain itu, engkau tidak boleh memperdengarkan dan memperlihatkan perkataan dan perilaku yang jahat. Jika orang mendapati dirinya memiliki niat yang salah dan niat jahat di dalam hatinya, ingin melakukan hal-hal buruk, dia harus mencari kebenaran untuk membereskannya, dia harus mencari firman Tuhan yang relevan untuk memahami dan menyelesaikan masalah ini, dia harus berdoa kepada Tuhan, meminta perlindungan-Nya, berjanji kepada Tuhan, dia harus mengutuk dirinya jika dia tidak menerima kebenaran dan melakukan kejahatan. Bersekutu dengan Tuhan dengan cara seperti ini memberikan perlindungan dan membuat orang tidak lagi melakukan kejahatan. Jika sesuatu terjadi pada seseorang dan niat jahat muncul di hatinya, tetapi dia tidak mengindahkannya, dan malah membiarkan semuanya berjalan begitu saja, atau menganggap bahwa memang inilah caranya dalam bertindak, maka orang ini adalah orang yang jahat, dan dia bukan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dan mencintai kebenaran. Orang seperti itu masih ingin percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan, ingin diberkati dan masuk ke dalam Kerajaan Surga—apakah itu mungkin? Dia sedang bermimpi. Watak jenis kelima adalah watak yang kejam. Ini juga merupakan masalah yang berkaitan dengan watak yang rusak, dan pembahasan topik ini sampai di sini.

Engkau seharusnya mengenal juga jenis watak rusak yang keenam ini: watak yang jahat. Mari kita mulai dengan ketika orang memberitakan Injil. Ada orang-orang yang memperlihatkan watak yang jahat ketika mereka memberitakan Injil. Mereka tidak memberitakan sesuai dengan prinsip, dan mereka juga tidak tahu orang seperti apa yang mencintai kebenaran dan memiliki kemanusiaan; mereka malah hanya mencari lawan jenis yang cocok dengan mereka, yang mereka sukai dan yang dengannya mereka bisa bergaul. Mereka tidak memberitakan kepada orang-orang yang tidak mereka sukai atau yang dengannya mereka tak bisa bergaul. Tanpa peduli apakah seseorang itu sesuai dengan prinsip untuk Injil diberitakan kepadanya atau tidak—jika orang itu adalah orang yang kepadanya mereka merasa tertarik, mereka tidak akan menyerah terhadapnya. Orang lain mungkin telah memberi tahu mereka bahwa orang itu tidak sesuai dengan prinsip untuk Injil diberitakan kepadanya, tetapi mereka tetap bersikeras memberitakannya kepada orang itu. Ada watak dalam diri mereka yang mengendalikan tindakan mereka, yang membuat mereka ingin memuaskan hasrat cabul mereka dan mencapai tujuan mereka sendiri dengan mengatasnamakan pemberitaan Injil. Ini tak lain adalah watak yang jahat. Bahkan ada orang-orang yang tahu betul bahwa melakukan ini adalah keliru, dan melakukan ini menyinggung Tuhan dan melanggar ketetapan administratif-Nya—tetapi mereka tidak berhenti melakukannya. Ini sejenis watak, bukan? (Ya.) Ini adalah salah satu perwujudan dari watak yang jahat, tetapi bukan hanya penyingkapan hasrat cabul yang harus digambarkan sebagai jahat; cakupan kejahatan lebih luas daripada sekadar nafsu daging. Coba pikirkan: apa sajakah perwujudan lain dari watak yang jahat? Karena ini adalah watak, ini lebih dari sekadar cara bertindak, ini melibatkan banyak keadaan, perwujudan, dan penyingkapan berbeda, yang semuanya didefinisikan sebagai sebuah watak. (Mengikuti tren-tren duniawi, tidak melepaskan hal-hal yang berkaitan dengan tren-tren dunia.) Tidak melepaskan tren-tren jahat adalah salah satunya. Terikat dengan tren-tren jahat dunia, mengejar semua itu, disibukkan oleh semua itu, mengejar semua itu dengan penuh hasrat. Ada orang-orang yang tak pernah melepaskan hal-hal ini bagaimanapun kebenaran dipersekutukan kepada mereka, bagaimanapun mereka dipangkas dan ditangani; ini bahkan mencapai titik mereka menjadi tergila-gila. Ini adalah kejahatan. Jadi ketika orang mengikuti tren-tren jahat, perwujudan apa yang menunjukkan bahwa mereka memiliki watak yang jahat? Mengapa mereka menyukai hal-hal ini? Apa yang ada dalam tren-tren duniawi yang jahat ini yang memberi mereka kepuasan psikologis, yang memuaskan kebutuhan mereka, dan memuaskan kegemaran dan keinginan mereka? Misalnya, katakanlah mereka menyukai bintang film; hal-hal apa dari bintang-bintang film ini yang membuat mereka menjadi terobsesi dan membuat mereka mengikuti orang-orang ini? Apakah gaya, bakat, penampilan, dan ketenaran orang-orang ini, serta kehidupan mewah orang-orang ini yang mereka dambakan. Semua hal yang mereka ikuti ini—apakah semua ini jahat? (Ya.) Mengapa dikatakan bahwa semua ini jahat? (Karena semua itu bertentangan dengan kebenaran dan hal-hal positif, dan semua itu tidak sesuai dengan tuntutan Tuhan.) Ini adalah doktrin. Silakan menganalisis para selebritas dan bintang film ini: gaya hidup mereka, sikap mereka, bahkan kepribadian dan pakaian mereka yang sangat dipuja oleh semua orang. Mengapa mereka menjalani kehidupan yang seperti itu? Dan mengapa mereka menginspirasi orang lain untuk mengikuti mereka? Mereka mengerahkan banyak upaya untuk semua ini. Mereka memiliki penata rias dan penata gaya pribadi untuk menciptakan citra diri seperti ini. Jadi, apa tujuan mereka menciptakan citra diri seperti ini? Untuk menarik orang, menyesatkan orang, membuat orang mengikuti mereka—dan untuk mendapatkan keuntungan dari hal ini. Jadi, entah orang memuja ketenaran bintang-bintang film ini, atau penampilan mereka, atau kehidupan mereka, semua ini adalah tindakan yang benar-benar bodoh dan tak masuk akal. Jika orang memiliki rasionalitas, mengapa mereka malah memuja para setan? Setan adalah hal-hal yang menyesatkan, mengelabui dan merugikan manusia. Setan tidak percaya kepada Tuhan dan mereka sama sekali tidak menerima kebenaran. Semua setan mengikuti Iblis. Apa tujuan orang-orang yang mengikuti dan memuja setan dan Iblis? Mereka ingin meniru setan-setan ini, mencontoh setan-setan ini, dengan harapan mereka pun, suatu hari nanti, akan menjadi seorang setan, yang sama indah dan seksinya dengan para setan dan selebritas ini. Mereka senang menikmati perasaan ini. Siapa pun selebritas atau individu terkemuka yang orang puja, tujuan akhir dari para bintang ini sama—untuk menyesatkan orang, menarik orang, dan membuat orang memuja dan mengikuti mereka. Bukankah ini adalah watak yang jahat? Ini adalah watak yang jahat, dan ini terlihat dengan sangat jelas.

Watak jahat juga terwujud dengan cara lainnya. Ada orang-orang yang melihat bahwa pertemuan di rumah Tuhan selalu melibatkan membaca firman Tuhan, mempersekutukan kebenaran, dan mendikusikan tentang pengenalan diri, pelaksanaan tugas yang benar, bagaimana bertindak sesuai dengan prinsip, bagaimana takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, bagaimana memahami dan menerapkan kebenaran, dan berbagai aspek kebenaran lainnya. Setelah mendengarkan selama bertahun-tahun, mereka mulai merasa makin banyak mereka mendengar, makin mereka merasa muak, dan mereka mulai mengeluh dengan berkata, "Bukankah tujuan beriman kepada Tuhan adalah untuk mendapatkan berkat? Mengapa kita selalu membahas tentang kebenaran dan mempersekutukan firman Tuhan? Kapan ini akan berakhir? Aku muak!" Namun, mereka tidak ingin kembali ke dunia sekuler. Mereka berpikir, "Beriman kepada Tuhan begitu menjemukan, begitu membosankan—bagaimana aku bisa membuatnya menjadi sedikit lebih menarik? Aku harus menemukan sesuatu yang menarik," jadi mereka pun bertanya kepada orang-orang di sekitar mereka, "Ada berapa banyak orang yang percaya kepada Tuhan di gereja? Ada berapa banyak pemimpin dan pekerja? Berapa banyak yang telah diganti? Ada berapa banyak mahasiswa muda dan mahasiswa pascasarjana? Ada yang tahu nomor telepon mereka?" Mereka memperlakukan hal-hal ini dan data-data ini sebagai kebenaran. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang jahat, yang biasa disebut sebagai watak yang "keji". Mereka telah mendengar begitu banyak kebenaran, tetapi tak satu pun dari semua itu yang mengilhami munculnya perhatian dan fokus yang cukup memadai dalam diri mereka. Begitu seseorang mengatakan gosip atau berita internal tertentu, telinga mereka langsung naik, takut ketinggalan berita. Ini watak yang keji, bukan? (Ya.) Apa ciri-ciri orang yang keji? Mereka sama sekali tidak tertarik akan kebenaran. Mereka hanya tertarik pada hal-hal eksternal, dan mereka tanpa lelah dan rakus mencari gosip dan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan jalan masuk mereka ke dalam kehidupan atau dengan kebenaran. Mereka menganggap memahami hal-hal ini, semua informasi ini, dan menghafalkannya di benak mereka, berarti mereka memiliki kenyataan kebenaran, berarti mereka benar-benar merupakan anggota rumah Tuhan, berarti mereka pasti akan dipuji oleh Tuhan dan mampu masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Menurutmu, apakah ini yang akan terjadi? (Tidak.) Engkau semua mampu memahami yang sebenarnya mengenai hal ini, tetapi banyak orang yang baru percaya kepada Tuhan tak mampu memahaminya. Mereka terpaku pada informasi ini, mereka mengira mengetahui hal-hal ini membuat mereka menjadi anggota rumah Tuhan—padahal sebenarnya, Tuhan paling benci orang-orang seperti ini, mereka adalah orang-orang yang paling sia-sia, dangkal dan bodoh. Tuhan telah menampakkan diri dalam daging pada akhir zaman untuk melakukan pekerjaan menghakimi dan menyucikan manusia, yang efeknya adalah untuk memberi kepada manusia kebenaran sebagai hidup mereka. Namun, jika orang tidak berfokus untuk makan dan minum firman Tuhan dan selalu berusaha mencari gosip dan berusaha mencari tahu lebih banyak tentang urusan internal gereja, apakah mereka sedang mengejar kebenaran? Apakah mereka adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan yang benar? Bagi-Ku, mereka adalah orang-orang jahat. Mereka bukan orang percaya. Orang-orang seperti ini juga dapat disebut keji. Mereka hanya pernah berfokus pada desas-desus. Ini memuaskan keingintahuan mereka, tetapi mereka dibenci oleh Tuhan. Mereka bukanlah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan, apalagi orang yang mengejar kebenaran. Mereka, dapat dikatakan, adalah hamba Iblis, yang datang untuk menganggu pekerjaan gereja. Terlebih dari itu, orang-orang yang selalu memeriksa dan menyelidiki Tuhan adalah hamba dan antek si naga merah yang sangat besar. Tuhan paling muak dan membenci orang-orang ini. Jika engkau percaya kepada Tuhan, mengapa engkau tidak memercayai Tuhan? Ketika engkau memeriksa dan menyelidiki Tuhan, apakah engkau sedang mencari kebenaran? Apakah mencari kebenaran ada hubungannya dengan keluarga tempat Kristus dilahirkan atau lingkungan tempat Dia dibesarkan? Orang-orang yang selalu menempatkan Kristus di bawah mikroskop—bukankah mereka menjijikkan? Jika engkau selalu memiliki gagasan tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan kemanusiaan Kristus, engkau harus meluangkan lebih banyak waktu untuk mengejar pengetahuan tentang firman Tuhan; hanya jika engkau memahami kebenaran, barulah engkau akan mampu menyelesaikan masalah gagasanmu tersebut. Akankah memeriksa latar belakang keluarga Kristus atau keadaan kelahiran-Nya memungkinkanmu untuk mengenal Tuhan? Akankah ini memungkinkanmu untuk mengetahui esensi ilahi Kristus? Sama sekali tidak. Orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan mengabdikan diri mereka untuk mengejar firman Tuhan dan kebenaran, hanya ini cara kondusif untuk memahami esensi ilahi Kristus. Namun, mengapa mereka yang selalu menyelidiki Tuhan terus-menerus melakukan hal yang keji itu? Manusia sampah yang tidak memahami hal-hal rohani ini harus bergegas dan segera keluar dari rumah Tuhan! Setelah begitu banyak kebenaran diungkapkan, begitu banyak persekutuan disampaikan selama pertemuan dan khotbah—mengapa engkau masih harus menyelidiki Tuhan? Apa artinya engkau selalu menyelidiki Tuhan? Artinya engkau sangat jahat! Terlebih dari itu, bahkan ada orang-orang yang mengira bahwa mempelajari semua informasi sepele ini membuat mereka memiliki modal, dan mereka berkeliling memamerkannya kepada orang-orang. Dan apa yang terjadi pada akhirnya? Mereka sangat hina dan menjijikkan bagi Tuhan. Apakah mereka bahkan manusia? Bukankah mereka adalah setan-setan hidup? Bagaimana mungkin mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Mereka mencurahkan segenap pikiran mereka untuk memikirkan cara-cara yang bengkok dan jahat ini. Mereka seolah-olah menganggap semakin banyak desas-desus yang mereka ketahui, semakin mereka adalah anggota rumah Tuhan, dan semakin mereka memahami kebenaran. Orang-orang seperti ini benar-benar tak masuk akal. Di rumah Tuhan, tak seorang pun yang lebih dibenci daripada mereka.

Ada orang-orang yang selalu berfokus pada hal-hal yang tidak realistis dalam iman mereka. Sebagai contoh, ada orang-orang yang selalu menyelidiki seperti apa Kerajaan itu, di manakah surga tingkat ketiga itu, seperti apakah dunia orang mati itu, dan ada di manakah neraka itu. Mereka selalu menyelidiki misteri, bukannya berfokus pada jalan masuk kehidupan. Ini adalah kekejian, ini adalah kejahatan. Sebanyak apa pun khotbah dan persekutuan yang mereka dengar, masih ada orang-orang yang tidak memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebenaran, mereka juga tidak tahu bagaimana mereka harus menerapkannya. Setiap kali ada waktu, mereka meneliti firman Tuhan, meneliti susunan kata-katanya, mencari semacam sensasi tertentu, dan mereka juga selalu menyelidiki apakah firman Tuhan sudah digenapi atau belum. Jika sudah, mereka yakin bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan, dan jika belum, mereka menyangkal bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan. Bukankah mereka tak masuk akal? Bukankah ini kekejian? Apakah manusia selalu mampu melihat kapan firman Tuhan digenapi? Manusia belum tentu mampu melihat kapan firman Tuhan tertentu telah digenapi. Bagi manusia, beberapa dari firman-Nya tampaknya belum digenapi, tetapi bagi Tuhan, itu telah digenapi. Manusia sama sekali tak mampu memahami hal-hal ini dengan jelas; adalah hak istimewa jika mereka mampu memahami 20%nya saja. Ada orang-orang yang menghabiskan seluruh waktunya untuk mempelajari firman Tuhan tanpa menaruh perhatian untuk menerapkan kebenaran atau masuk ke dalam kenyataannya. Bukankah ini berarti mereka sedang melalaikan kewajiban mereka? Mereka telah mendengar begitu banyak firman Tuhan tetapi tetap tidak memahaminya, dan mereka selalu mencari bukti apakah nubuat tertentu sedang digenapi atau tidak, memperlakukan hal ini sebagai hidup dan motivasi mereka. Sebagai contoh, ada orang-orang, ketika berdoa, mengatakan hal-hal seperti, "Tuhan jika Engkau ingin aku melakukan ini, bangunkan aku pada pukul enam pagi besok; jika Engkau tidak ingin aku melakukannya, biarkan aku tidur sampai pukul tujuh." Ini sering kali merupakan cara mereka bertindak, mereka mengggunakan ini sebagai prinsip mereka, menerapkannya seakan-akan itu adalah kebenaran. Ini disebut kekejian. Dalam tindakan mereka, mereka selalu mengandalkan perasaan, berfokus pada hal-hal supernatural, mengandalkan desas-desus, dan hal-hal tidak realistis lainnya; mereka selalu memfokuskan tenaga mereka untuk hal-hal keji ini. Ini adalah kejahatan. Bagaimanapun caramu mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka menganggap kebenaran tidak ada gunanya, dan tidak seakurat mengandalkan perasaan atau validasi melalui perbandingan. Ini adalah kekejian. Mereka tidak percaya bahwa Tuhan mengendalikan dan mengatur nasib manusia, dan meskipun mereka berkata mereka mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, di dalam hatinya, mereka tetap tidak menerima kebenaran, mereka tak pernah memahami sesuatu melalui firman Tuhan. Jika seseorang yang terkenal mengatakan sesuatu, mereka yakin bahwa itu adalah kebenaran, dan mengikutinya. Jika seorang peramal atau pembaca wajah mengatakan bahwa mereka akan dipromosikan menjadi manajer tahun depan, mereka memercayainya. Bukankah ini adalah kekejian? Mereka memercayai ramalan, nujum, dan hal-hal supernatural, dan hanya memercayai hal-hal keji ini. Itu sama seperti ketika orang mengatakan, "Aku memahami semua kebenaran, hanya saja aku tak mampu menerapkannya. Aku tidak tahu apa masalahnya." Sekarang kita memiliki jawaban atas pertanyaan ini: karena mereka keji. Bagaimanapun caramu mempersekutukan kebenaran kepada orang-orang seperti itu, mereka tidak akan menerimanya, dan engkau juga tidak akan melihat efek apa pun dalam diri mereka. Orang-orang ini bukan saja muak akan kebenaran, tetapi mereka juga memiliki watak yang jahat. Apa perwujudan terpenting yang diperlihatkan orang yang muak akan kebenaran? Orang-orang itu memahami kebenaran tetapi mereka tidak menerapkannya. Mereka tak ingin mendengarnya, mereka menentang dan membencinya. Mereka tahu bahwa kebenaran itu benar dan baik, tetapi mereka tidak menerapkannya, mereka tak mau menempuh jalan ini, mereka juga tak ingin menderita atau membayar harga, apalagi menderita kerugian. Orang-orang jahat tidak seperti ini. Mereka menganggap hal-hal yang jahat adalah kebenaran, bahwa itu adalah jalan yang benar, dan mereka mengejar hal-hal ini, dan berusaha menirunya, dan mereka selalu memfokuskan tenaga mereka pada hal-hal ini. Rumah Tuhan sering kali mempersekutukan prinsip-prinsip doa: orang dapat berdoa setiap saat atau di mana pun yang mereka inginkan, tanpa dibatasi oleh waktu, mereka hanya perlu datang ke hadapan Tuhan, mengatakan isi hati mereka, dan mencari kebenaran. Perkataan ini seharusnya sudah sering mereka dengar dan seharusnya mudah untuk dipahami, tetapi bagaimanakah cara orang jahat menerapkannya? Setiap pagi saat ayam berkokok, mereka pasti menghadap ke selatan, berlutut, dan meletakkan kedua tangan mereka di lantai, bersujud serendah mungkin dalam doa di hadapan Tuhan. Mereka mengira hanya pada saat-saat seperti inilah Tuhan dapat mendengar doa mereka, karena ini adalah saat Tuhan tidak sibuk, Dia ada waktu, jadi Dia akan mendengarkan doa mereka. Bukankah ini konyol? Bukankah ini jahat? Ada juga orang yang menganggap bahwa waktu paling efektif untuk berdoa adalah pada pukul satu atau pukul dua malam, saat semuanya hening. Mengapa mereka beranggapan demikian? Mereka juga punya alasan tersendiri. Menurut mereka pada saat seperti itu semua orang sedang tidur; Tuhan hanya ada waktu untuk mengurus urusan mereka ketika Dia tidak sibuk. Bukankah ini tak masuk akal? Bukankah ini jahat? Bagaimanapun caramu mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tak mau menerimanya. Mereka adalah orang-orang yang paling konyol dan mereka tak mampu memahami kebenaran. Ada orang lainnya yang berkata, "Jika orang percaya kepada Tuhan, mereka harus melakukan hal-hal yang baik dan menjadi orang baik, dan mereka tidak boleh membunuh atau makan daging. Makan daging berarti membunuh, berbuat dosa, dan Tuhan tidak menginginkan orang yang melakukan hal ini." Apakah perkataan mereka ada dasarnya? Pernahkah Tuhan mengatakan hal-hal seperti itu? (Tidak.) Jadi, siapa yang mengatakan ini? Ini dikatakan oleh orang tidak percaya, oleh tipe orang yang tak masuk akal. Sebenarnya, orang-orang yang mengatakan ini belum tentu tidak makan daging—atau mungkin mereka tidak makan daging di depan orang lain, tetapi makan banyak saat sendirian. Orang-orang ini sangat pandai berpura-pura, dan menyebarkan kekeliruan di mana pun mereka berada. Ini adalah kejahatan. Orang-orang seperti itu sangat keji. Mereka memperlakukan kesesatan dan kekeliruan sebagai perintah dan aturan, dan bahkan menerapkan serta menaatinya seakan-akan semua itu adalah kebenaran, atau tuntutan Tuhan, dengan penuh semangat dan tanpa rasa malu mengajar orang lain untuk melakukan hal yang sama. Mengapa Kukatakan bahwa cara orang-orang ini melakukan sesuatu, cara mereka menyusun kata-kata, dan cara mereka mengejar adalah jahat? (Karena hal-hal ini tidak ada hubungannya dengan kebenaran.) Jadi, apakah semua yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran adalah jahat? Penafsiran seperti itu sangat bermasalah. Ada hal-hal dalam kehidupan sehari-hari manusia yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran. Bukankah engkau memutarbalikkan fakta jika mengatakan bahwa semua itu jahat? Hal yang tidak dikutuk oleh Tuhan tidak bisa dikatakan sebagai hal yang jahat, hanya hal yang dikutuk oleh Tuhan yang bisa dianggap sebagai hal yang jahat. Salah besar mendefinisikan semua yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran sebagai hal yang jahat. Misalnya, hal-hal mendetail kebutuhan hidup sehari-hari—makan, tidur, minum, beristirahat—apakah semua ini ada hubungannya dengan kebenaran? Apakah hal-hal ini jahat? Semua ini adalah kebutuhan normal, semua ini adalah bagian dari cara hidup manusia sehari-hari, semua ini tidak jahat. Jadi, mengapa tindakan-tindakan yang baru saja Kusebutkan digolongkan sebagai jahat? Karena cara bertindak seperti itu membawa orang ke jalan yang salah dan menggelikan—itu membawa mereka ke jalan agama. Dengan menerapkan seperti itu dan mengajar orang lain untuk bertindak dengan cara seperti ini mereka sedang menuntun orang untuk menempuh jalan kejahatan. Ini adalah hasil yang tak terhindarkan. Jika orang memuja tren-tren duniawi yang jahat dan menempuh jalan kejahatan, bagaimanakah kesudahan mereka? Mereka akan menjadi bejat, mereka akan kehilangan nalar, mereka menjadi tak tahu malu, dan pada akhirnya, mereka akan sepenuhnya terbawa oleh tren-tren dunia, dan mereka akan menempuh jalan menuju kehancuran, tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya. Ada orang-orang yang bukan saja menganggap kesesatan dan kekeliruan ini sebagai aturan yang harus mereka ikuti atau perintah yang harus mereka taati, tetapi mereka juga memegangnya sebagai kebenaran. Mereka adalah orang-orang konyol yang benar-benar tidak memiliki pemahaman rohani. Pada akhirnya, mereka bisa diusir. Mungkinkah Roh Kudus bekerja dalam diri orang yang pemahamannya akan kebenaran sedemikian menyimpangnya? (Tidak.) Roh Kudus tidak bekerja dalam diri orang-orang ini, sebaliknya roh-roh jahatlah yang bekerja, karena jalan yang ditempuh orang-orang ini adalah jalan kejahatan, mereka sedang bergegas menempuh jalan roh jahat—tepat seperti yang dubutuhkan oleh roh-roh jahat ini. Dan akibatnya? Orang-orang ini pun dirasuki roh jahat. Dahulu Aku berfirman "Si Iblis, seperti singa yang mengaum-aum, berjalan berkeliling mencari manusia untuk ditelannya." Jika orang menempuh jalan yang bengkok dan jahat, mereka pasti akan direnggut oleh roh-roh jahat. Tuhan tidak perlu menyerahkanmu kepada roh-roh jahat itu. Jika engkau tidak mengejar kebenaran, engkau tidak akan dilindungi, dan Tuhan tidak akan menyertaimu. Tuhan tidak peduli akan dirimu jika Dia tidak bisa mendapatkanmu, dan roh jahat akan mengambil kesempatan ini untuk masuk dan merasukimu. Ini adalah akibatnya, bukan? Semua orang yang muak akan kebenaran dan yang selalu mengutuk pekerjaan inkarnasi Tuhan, dan yang mengikuti tren-tren duniawi, yang terang-terangan menafsirkan firman Tuhan dan Alkitab secara keliru, yang menyebarkan kesesatan dan kekeliruan—semua hal yang mereka lakukan ini lahir dari watak yang jahat. Ada orang-orang yang mengejar hal-hal rohani, dan karena pemahaman mereka menyimpang, mereka mengarang banyak kekeliruan untuk menyesatkan orang, dan mereka menjadi kaum utopia dan ahli teori, dan ini berarti mereka juga melakukan kekejian. Mereka adalah orang-orang jahat. Seperti halnya orang-orang Farisi, semua yang mereka lakukan munafik, mereka tidak menerapkan kebenaran dan menyesatkan orang agar mereka mengagumi dan memuja mereka. Saat Tuhan Yesus menampakkan diri untuk bekerja, mereka bahkan menyalibkan Dia. Ini adalah kejahatan dan pada akhirnya, mereka dikutuk oleh Tuhan. Pada zaman sekarang, dunia keagamaan bukan saja menghakimi dan mengutuk penampakan dan pekerjaan Tuhan, tetapi yang paling menjijikkan adalah mereka juga berpihak pada si naga merah yang sangat besar, bergabung dengan kekuatan jahat untuk menganiaya uamt pilihan Tuhan dan secara bersama-sama mereka mengambil sikap untuk menjadi musuh Tuhan. Ini jahat. Komunitas keagamaan tidak pernah membenci kekuatan jahat Iblis, mereka tidak membenci kejahatan negeri si naga merah yang sangat besar, sebaliknya mereka justru mendoakan dan memberkati mereka. Ini jahat. Perilaku apa pun yang berkaitan atau bekerja sama dengan Iblis dan roh-roh jahat semuanya dapat disebut jahat. Cara-cara penerapan yang benar-benar menyimpang, jahat, ekstrem, dan tidak wajar—semua ini juga jahat. Ada orang-orang yang salah memahami Tuhan, dan kesalahpahaman ini tidak dapat diluruskan bagaimanapun kebenaran dipersekutukan kepada mereka. Mereka selalu mengkhotbahkan penalaran mereka sendiri, bersikeras berpaut pada kekeliruan mereka sendiri. Dan, bukankah ada sedikit kejahatan dalam hal ini juga? Ada orang-orang yang memiliki gagasan tertentu tentang Tuhan; setelah kebenaran dipersekutukan kepada mereka berulang kali, mereka berkata mereka mengerti, dan gagasan mereka telah diluruskan, tetapi setelah itu, mereka tetap berpaut pada gagasan mereka, selalu negatif, dan berpaut erat pada alasan mereka sendiri. Ini jahat, bukan? Ini juga adalah sejenis kejahatan. Singkatnya, siapa pun yang telah melakukan sesuatu yang tak masuk akal, dan yang tak mau menerima kebenaran, bagaimanapun kebenaran dipersekutukan kepada mereka, adalah orang-orang keji, dan mereka agak jahat. Tidak mudah bagi orang-orang yang berwatak jahat ini untuk diselamatkan Tuhan, karena mereka tak mampu menerima kebenaran dan tak mau melepaskan kekeliruan jahat mereka; benar-benar tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mereka.

Kita baru saja mempersekutukan keenam jenis watak: watak keras kepala, watak congkak, watak yang licik dan suka menipu, watak yang muak akan kebenaran, watak kejam, dan watak jahat. Apakah menganalisis keenam watak ini telah memberimu pengetahuan dan pemahaman yang baru tentang perubahan watak? Apa sebenarnya yang dimaksud dengan perubahan watak? Apakah ini berarti menyingkirkan kekurangan tertentu, memperbaiki perilaku tertentu, ataukah mengubah ciri karakter tertentu? Sama sekali bukan. Jadi, apakah sekarang engkau semua sedikit lebih memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan watak? Dapatkah keenam watak ini digambarkan sebagai watak rusak manusia, sebagai natur dan esensi manusia? (Ya.) Apakah keenam watak ini adalah hal yang positif ataukah hal yang negatif? (Hal yang negatif). Sederhananya, keenam watak ini adalah watak rusak manusia, keenamnya adalah segi utama dari watak rusak manusia. Semua watak rusak ini bertentangan dengan Tuhan dan kebenaran, dan tak satu pun darinya yang positif. Jadi, keenam watak ini adalah enam aspek, yang secara keseluruhannya disebut watak yang rusak. Watak rusak adalah natur dan esensi manusia. Apa yang dimaksud dengan "esensi"? Esensi mengacu pada natur manusia. Natur manusia adalah hal-hal yang manusia andalkan untuk keberadaannya, hal-hal yang mengatur cara mereka hidup. Orang hidup berdasarkan natur mereka. Kehidupan apa pun yang kaujalani, apa pun tujuan dan arah hidupmu, berdasarkan aturan apa pun engkau hidup, natur dan esensimu tidak berubah—hal ini tak terbantahkan. Jadi, jika engkau tidak memiliki kebenaran, dan engkau hidup dengan mengandalkan watak-watak yang rusak ini, semua yang kaujalani akan bertentangan dengan Tuhan, bertentangan dengan kebenaran, dan bertentangan dengan kehendak Tuhan. Engkau harus memahami hal ini sekarang: dapatkah orang memperoleh keselamatan jika watak mereka tidak berubah? (Tidak.) Tidak mungkin. Jadi, jika watak orang tidak berubah, dapatkah mereka sesuai dengan Tuhan? (Tidak.) Itu akan sangat sulit. Dalam hal keenam watak rusak ini, yang mana pun itu, dan sampai sejauh mana pun watak rusak itu kauwujudkan atau kauperlihatkan, jika engkau tak mampu membebaskan dirimu dari kekangan watak-watak rusak ini, maka apa pun motif dan tujuan tindakanmu dan entah engkau sengaja melakukannya atau tidak, natur dari semua yang kaulakukan pasti akan menentang Tuhan, dan pasti akan dikutuk oleh Tuhan—dan ini adalah akibat yang sangat serius. Apakah dikutuk oleh Tuhan adalah hal yang pada akhirnya diinginkan oleh semua orang yang percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Dan, karena ini bukanlah kesudahan yang orang inginkan, hal terpenting apa yang harus mereka lakukan? Mereka harus mengetahui watak rusak dan esensi rusak mereka sendiri, memahami kebenaran, dan kemudian mereka harus menerima kebenaran—secara bertahap, sedikit demi sedikit, melepaskan diri mereka dari watak-watak rusak ini dalam lingkungan yang Tuhan atur bagi mereka, dan mencapai kesesuaian dengan Tuhan dan kebenaran. Inilah jalan untuk orang mengalami perubahan watak.

Sebelumnya, ada orang-orang yang mengira mengubah watak mereka sangatlah mudah dan tidak rumit. Mereka yakin, "Asalkan aku memaksa diri untuk tidak mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan Tuhan atau melakukan apa pun yang akan mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, dan asalkan aku memiliki sudut pandang yang benar, hatiku lurus, dan aku memahami lebih banyak kebenaran, berupaya lebih keras, menderita dan membayar harga lebih banyak, maka setelah beberapa tahun, aku pasti akan mengalami perubahan dalam watakku." Benarkah perkataan seperti ini? (Tidak.) Di mana letak kesalahan mereka? (Mereka tidak mengetahui watak rusak mereka.) Apa tujuan mengetahui watak rusakmu? (Agar berubah.) Dan apa hasil perubahan ini? Hasilnya adalah engkau akan memperoleh kebenaran. Untuk mengukur apakah watakmu telah berubah atau belum, engkau harus melihat apakah tindakanmu sesuai dengan kebenaran ataukah melanggar kebenaran, apakah tindakanmu lahir dari kehendak manusia ataukah bertujuan untuk memenuhi kehendak Tuhan. Untuk melihat sampai sejauh mana watakmu telah berubah adalah dengan melihat apakah engkau mampu merenungkan dirimu, dan meninggalkan daging, motif, ambisi liar dan keinginanmu saat engkau memperlihatkan watak rusakmu, dan melihat apakah engkau mampu melakukan penerapan berdasarkan kebenaran saat engkau melakukan hal ini. Tingkat kemampuanmu untuk melakukan penerapan berdasarkan kebenaran dan firman Tuhan dan apakah penerapanmu itu sepenuhnya sesuai dengan standar kebenaran atau tidak membuktikan seberapa besar watakmu telah berubah. Ini berlaku proporsional. Misalnya, watak keras kepala: pada awalnya, saat watakmu belum berubah, engkau tidak memahami kebenaran, juga tidak menyadari bahwa engkau memiliki watak keras kepala, dan ketika engkau mendengar kebenaran, engkau berpikir, "Mengapa kebenaran selalu mampu menyingkapkan bekas luka manusia?" Setelah mendengarnya, engkau merasa bahwa firman Tuhan itu benar, tetapi jika, setelah satu atau dua tahun, engkau belum menanggapinya dengan serius, jika engkau sama sekali tidak menerimanya, ini berarti engkau bersikap keras kepala, bukan? Jika, setelah dua atau tiga tahun, engkau belum menerimanya, jika keadaan dalam dirimu belum berubah, dan meskipun engkau tidak lalai dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau telah banyak menderita, keadaanmu yang keras kepala sama sekali belum dibereskan atau belum berkurang sedikit pun, maka sudahkah terjadi perubahan dalam aspek watakmu ini? (Belum.) Lalu, mengapa engkau sibuk mengerjakan banyak hal dan bekerja? Apa pun alasanmu melakukannya, engkau hanya sibuk mengerjakan banyak hal dan bekerja secara membabi buta, karena setelah sibuk mengerjakan banyak hal sedemikian rupa dan bekerja sebanyak itu, belum terjadi sedikit pun perubahan dalam watakmu. Sampai suatu hari, ketika engkau tiba-tiba berpikir, "Mengapa aku tak mampu memberikan kesaksian sedikit pun? Watak hidupku sama sekali belum berubah." Pada saat inilah engkau merasakan betapa seriusnya masalah ini, dan engkau berpikir, "Aku benar-benar suka memberontak dan keras kepala! Aku bukan orang yang mengejar kebenaran! Aku tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hatiku! Bagaimana ini bisa disebut percaya kepada Tuhan? Aku telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, tetapi aku masih tidak hidup dalam keserupaan dengan manusia, hatiku juga tidak dekat dengan Tuhan! Aku juga tidak merenungkan firman Tuhan; aku tidak merasa menyesal ataupun memiliki keinginan untuk bertobat saat aku melakukan sesuatu yang salah—bukankah ini berarti keras kepala? Bukankah aku orang yang suka memberontak?" Engkau merasa gelisah. Dan apa artinya jika engkau merasa gelisah? Itu berarti engkau ingin bertobat. Engkau sadar akan watakmu yang keras kepala dan suka memberontak. Dan pada saat inilah, watakmu mulai berubah. Tanpa kausadari, ada pemikiran dan keinginan tertentu dalam kesadaranmu yang ingin kauubah, dan engkau tidak lagi mendapati dirimu menemui jalan buntu dalam hubunganmu dengan Tuhan. Engkau mendapati dirimu ingin meningkatkan hubunganmu dengan Tuhan, tidak lagi begitu keras kepala, mampu menerapkan firman Tuhan dalam kehidupanmu sehari-hari, menerapkannya sebagai prinsip kebenaran—engkau memiliki kesadaran ini. Menyadari hal-hal ini adalah baik, tetapi dengan menyadarinya, dapatkah engkau segera berubah? (Tidak.) Engkau harus menjalani beberapa tahun pengalaman, dan selama waktu tersebut engkau akan memiliki kesadaran yang jauh lebih jelas di dalam hatimu, dan engkau akan memiliki keinginan yang kuat, dan di dalam hatimu engkau akan berpikir, "Ini tidak benar—aku tak boleh lagi membuang-buang waktuku. Aku harus mengejar kebenaran, aku harus melakukan sesuatu yang benar. Dahulu, aku telah melalaikan tugasku, hanya memikirkan hal-hal materi seperti makanan dan pakaian, dan aku hanya mengejar reputasi dan keuntungan. Akibatnya, aku sama sekali belum memperoleh kebenaran. Aku menyesalinya dan aku harus bertobat!" Pada saat ini, engkau telah memulai jalan yang benar dalam kepercayaanmu kepada Tuhan. Asalkan orang mulai berfokus untuk menerapkan kebenaran, bukankah ini akan membawa mereka selangkah lebih dekat menuju perubahan watak mereka? Seberapapun lamanya engkau telah percaya kepada Tuhan, jika engkau mampu merasakan kekacauanmu sendiri—bahwa engkau selalu hidup tanpa arah dan tujuan, dan engkau tidak memperoleh apa pun setelah hidup tanpa arah dan tujuan selama bertahun-tahun, dan engkau tetap merasa hampa—dan jika ini membuatmu merasa tak nyaman, dan engkau mulai merenungkan dirimu, dan merasa bahwa tidak mengejar kebenaran berarti membuang-buang waktu, maka pada saat seperti itu, engkau akan sadar bahwa nasihat firman Tuhan adalah kasih-Nya bagi manusia, dan engkau akan membenci dirimu sendiri karena tidak mendengarkan firman Tuhan dan karena begitu tidak berhati nurani dan berakal sehat. Engkau akan merasa menyesal, dan kemudian ingin memulai dari awal, ingin sungguh-sungguh hidup di hadapan Tuhan, dan engkau akan berkata pada dirimu sendiri, "Aku tidak boleh lagi menyakiti hati Tuhan. Tuhan telah begitu banyak berfirman, dan setiap firman-Nya bermanfaat bagi manusia, dan mengarahkan manusia ke jalan yang benar. Tuhan itu begitu indah, dan begitu layak untuk dikasihi manusia!" Ini adalah awal dari perubahan yang orang alami. Memiliki pengalaman seperti ini adalah hal yang sangat baik! Jika engkau begitu mati rasa sehingga engkau bahkan tidak menyadari hal-hal ini, berarti engkau berada dalam masalah, bukan? Sekarang ini, orang menyadari bahwa kunci dalam beriman kepada Tuhan adalah membaca lebih banyak firman Tuhan, bahwa memahami kebenaran adalah hal yang terpenting, bahwa memahami kebenaran dan mengenal diri sendiri sangatlah penting, dan hanya jika orang mampu menerapkan kebenaran dan menjadikan kebenaran sebagai kenyataan mereka, barulah mereka dapat masuk ke jalur yang benar dalam iman mereka kepada Tuhan. Jadi menurutmu, berapa tahun pengalaman yang harus kaualami hingga engkau memiliki pemahaman dan perasaan seperti ini di dalam hatimu? Orang-orang yang cerdas, berwawasan luas, memiliki keinginan yang kuat akan Tuhan—orang-orang semacam ini mungkin mampu berbalik dalam satu atau dua tahun dan memulai jalan masuk mereka. Sedangkan orang-orang yang kacau, mati rasa dan bodoh, yang tidak berwawasan—akan melewati tiga atau lima tahun dalam keadaan linglung, tidak sadar bahwa mereka belum memperoleh apa pun. Jika mereka melaksanakan tugas mereka dengan bersemangat, mereka mungkin melewati lebih dari sepuluh tahun dalam keadaan linglung dan tetap tidak memperoleh sesuatu yang jelas atau tetap tak mampu menyampaikan kesaksian pengalaman mereka. Hanya setelah mereka dikeluarkan atau diusir, barulah akhirnya mereka sadar dan berpikir, "Aku benar-benar tidak memiliki kenyataan kebenaran apa pun. Selama ini sebenarnya aku belum menjadi orang yang mengejar kebenaran!" Bukankah kesadaran mereka pada saat ini sudah sedikit terlambat? Ada orang-orang yang hidup dalam keadaan linglung tanpa arah dan tujuan, selalu mengharapkan datangnya hari Tuhan tetapi sama sekali tidak mengejar kebenaran. Akibatnya, lebih dari sepuluh tahun berlalu tanpa mereka memperoleh apa pun atau tanpa mereka mampu menyampaikan kesaksian apa pun. Hanya setelah mereka dipangkas, ditangani, dan diperingatkan dengan keras, barulah mereka akhirnya merasa bahwa firman Tuhan menghunjam hati mereka. Betapa kerasnya hati mereka! Masakan tidak mengapa jika mereka tidak ditangani, dipangkas, dan dihukum? Masakan tidak mengapa jika mereka tidak didisiplinkan dengan keras? Apa yang harus dilakukan untuk menyadarkan mereka, agar mereka bereaksi? Mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak akan meneteskan air mata sampai mereka melihat peti mati. Hanya setelah mereka melakukan banyak hal jahat dan berbagai kejahatan, barulah kesadaran muncul dalam diri mereka, dan mereka berpikir, "Apakah imanku kepada Tuhan sudah berakhir? Apakah Tuhan tidak lagi menginginkanku? Apakah aku telah dihukum?" Mereka mulai merenung. Ketika mereka dalam keadaan negatif, mereka merasa kepercayaan mereka kepada Tuhan selama bertahun-tahun ini sia-sia, dan mereka menjadi penuh kebencian dan cenderung menganggap diri mereka sudah tidak ada harapan. Namun, saat kesadaran muncul dalam diri mereka, mereka sadar bahwa, "Bukankah aku sedang melukai diriku sendiri? Aku harus bangkit kembali. Aku diberi tahu bahwa aku tidak mencintai kebenaran. Mengapa aku diberi tahu hal ini? Dengan cara bagaimana aku tidak mencintai kebenaran? Oh Tidak! Aku bukan saja tidak mencintai kebenaran, aku bahkan tak mampu menerapkan kebenaran yang benar-benar kupahami! Ini adalah perwujudan sikap yang muak akan kebenaran!" Setelah berpikir seperti ini, mereka merasa agak menyesal, dan juga agak takut: "Jika aku terus seperti ini, aku pasti akan dihukum. Tidak, aku harus segera bertobat—watak Tuhan tidak boleh disinggung." Pada saat ini, apakah tingkat sikap keras kepala mereka berkurang? Ini bagaikan sebuah jarum yang menghunjam hati mereka; mereka merasakan sesuatu. Dan ketika engkau memiliki perasaan seperti ini, hatimu akan tergerak, dan engkau mulai merasa tertarik akan kebenaran. Mengapa engkau memiliki ketertarikan ini? Karena engkau membutuhkan kebenaran. Tanpa kebenaran, saat engkau dipangkas dan ditangani, engkau tidak akan mampu tunduk ataupun menerima kebenaran, dan engkau tidak akan mampu tetap teguh saat engkau diuji. Jika engkau menjadi seorang pemimpin, akan mampukah engkau menahan diri untuk tidak menjadi pemimpin palsu dan menempuh jalan antikristus? Tidak. Akan mampukah engkau mengatasi keinginanmu untuk mendapatkan status dan dipuji oleh orang lain? Akan mampukah engkau mengatasi situasi yang kauhadapi dan ujian yang diberikan kepadamu? Engkau tahu dan memahami dirimu sendiri dengan sangat baik, dan engkau akan berkata, "Jika aku tidak memahami kebenaran, aku tidak mampu mengatasi semua ini—aku ini sampah, aku tidak mampu melakukan apa pun." Mentalitas seperti apakah ini? Ini artinya membutuhkan kebenaran. Saat engkau sedang membutuhkan kebenaran, saat engkau paling tidak berdaya, engkau hanya ingin mengandalkan kebenaran. Engkau akan merasa tidak ada orang lain yang dapat kauandalkan, dan hanya dengan mengandalkan kebenaran, barulah engkau mampu menyelesaikan masalahmu, dan memampukan dirimu untuk melewati pemangkasan dan penanganan, ujian dan pencobaan, serta menolongmu untuk melewati situasi apa pun. Dan semakin engkau mengandalkan kebenaran, semakin engkau akan merasakan bahwa kebenaran itu baik, bermanfaat, dan sangat membantumu, dan bahwa kebenaran mampu mengatasi semua kesulitanmu. Pada saat-saat seperti itu, engkau akan mulai merindukan kebenaran. Ketika orang mencapai titik ini, apakah watak rusak mereka mulai berkurang atau berubah sedikit demi sedikit? Sejak orang mulai memahami dan menerima kebenaran, cara mereka memandang segala sesuatu mulai berubah, dan setelah itu watak mereka juga mulai berubah. Inilah adalah proses yang lambat. Pada tahap awal, orang tidak mampu merasakan perubahan kecil ini; tetapi setelah mereka benar-benar memahami kebenaran dan mampu menerapkannya, mulailah terjadi perubahan yang mendasar, dan mereka mampu merasakan perubahan tersebut. Sejak saat orang mulai memiliki kerinduan dan kelaparan akan kebenaran, dan ingin mencari kebenaran, hingga saat sesuatu terjadi pada diri mereka, dan, berdasarkan pemahaman mereka akan kebenaran, mereka mampu menerapkan kebenaran dan memuaskan kehendak Tuhan, serta tidak bertindak sekehendak mereka sendiri, dan mampu mengatasi motif mereka, mengatasi kecongkakan, pemberontakan, sikap keras kepala, dan hati mereka yang suka berkhianat, maka bukankah itu berarti kebenaran sedikit demi sedikit menjadi hidup mereka? Dan ketika kebenaran menjadi hidupmu, watak congkak, suka memberontak, keras kepala, dan berkhianat dalam dirimu tidak akan lagi menjadi hidupmu, dan tidak dapat lagi mengendalikan dirimu. Dan apa yang menuntunmu dalam bertindak pada saat seperti ini? Firman Tuhan. Ketika firman Tuhan telah menjadi hidupmu, apakah telah terjadi perubahan? (Ya.) Dan setelahnya, makin engkau berubah, keadaanmu menjadi makin baik. Seperti inilah proses yang melaluinya orang mengalami perubahan watak, dan mencapai efek ini membutuhkan waktu yang lama.

Mengenai berapa lama perubahan watak terjadi, itu tergantung orangnya; tidak ada kerangka waktu yang ditetapkan untuk hal ini. Jika seseorang adalah orang yang mencintai dan mengejar kebenaran, perubahan wataknya akan terlihat dalam tujuh, delapan, atau sepuluh tahun. Jika dia orang yang berkualitas rata-rata, dan juga mau mengejar kebenaran, mungkin diperlukan waktu sekitar lima belas atau dua puluh tahun, barulah terlihat ada perubahan dalam wataknya. Kuncinya adalah tekad orang tersebut untuk mengejar kebenaran dan tingkat pemahaman dalam dirinya, inilah faktor-faktor penentunya. Setiap watak rusak ada dalam diri setiap orang pada taraf berbeda, semua itu adalah natur manusia, dan semua itu telah berakar begitu dalam. Namun, dengan mengejar dan menerapkan kebenaran, dengan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, dengan ditangani dan dipangkas, dan dengan menerima ujian dan pemurnian dari Tuhan, berbagai tingkat perubahan dapat dicapai dalam setiap watak tersebut. Ada orang-orang yang berkata, "Jika demikian, bukankah perubahan watak hanyalah masalah waktu? Saat waktunya tiba, aku akan tahu apa yang yang dimaksud dengan perubahan watak, dan aku akan mampu mengalaminya." Benarkah ini hanya masalah waktu? (Tidak.) Sama sekali tidak. Jika hanya waktu yang diperlukan untuk mencapai perubahan watak, maka semua orang yang telah percaya kepada Tuhan seumur hidup mereka seharusnya telah mencapai perubahan watak secara alami. Namun seperti itukah yang sebenarnya terjadi? Apakah orang-orang ini telah memperoleh kebenaran? Apakah watak mereka telah berubah? Belum. Orang yang percaya kepada Tuhan jumlahnya sebanyak bulu lembu, tetapi orang yang wataknya telah berubah jumlahnya sejarang unicorn. Agar watak orang benar-benar berubah, mereka harus mengandalkan pengejaran mereka akan kebenaran untuk mencapainya; mereka disempurnakan dengan mengandalkan pekerjaan Roh Kudus. Perubahan watak dicapai dengan mengejar kebenaran. Di satu sisi, orang harus membayar harga, mereka harus membayar harga dalam hal mengejar kebenaran, dan tidak ada kesukaran yang terlalu kecil untuk memperoleh kebenaran. Selain itu, mereka harus disahkan oleh Tuhan sebagai jenis orang yang tepat, orang yang baik hatinya, dan orang yang benar-benar mengasihi Tuhan, agar Roh Kudus bekerja dalam diri mereka dan menyempurnakan mereka. Kerja sama orang sangat diperlukan tetapi mendapatkan pekerjaan Roh Kudus jauh lebih penting. Jika orang tidak mengejar atau mencintai kebenaran, jika mereka tidak pernah tahu bahwa mereka harus memperhatikan kehendak Tuhan, dan terlebih lagi, harus mengasihi Tuhan, jika mereka tidak memiliki rasa terbeban terhadap pekerjaan gereja, dan tidak mengasihi orang lain—dan terutama, jika mereka tidak setia saat melaksanakan tugas mereka—maka mereka bukanlah orang-orang yang dikasihi Tuhan, dan mereka tidak akan pernah disempurnakan oleh Tuhan. Jadi, orang tidak boleh membuat pernyataan yang membabi buta, melainkan harus memahami kehendak Tuhan. Apa pun yang Tuhan katakan dan lakukan, mereka harus mampu menaatinya, dan melindungi pekerjaan gereja, hati mereka harus lurus, dan hanya dengan cara demikianlah Roh Kudus dapat bekerja. Jika orang ingin dirinya disempurnakan oleh Tuhan, mereka harus memiliki hati yang mengasihi Tuhan, hati yang menaati Tuhan, hati yang takut akan Tuhan, dan saat melaksanakan tugas, mereka harus setia kepada Tuhan, dan memuaskan hati Tuhan. Baru setelah itulah, mereka akan mampu mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Ketika orang memiliki pekerjaan Roh Kudus, mereka akan dicerahkan saat membaca firman Tuhan, mereka memiliki jalan untuk menerapkan kebenaran dan memiliki prinsip dalam pelaksanaan tugas mereka, Tuhan membimbing mereka ketika mereka berada dalam kesulitan, dan hati mereka terasa damai dan penuh sukacita sebanyak apa pun mereka menderita. Saat mengalami bimbingan Roh Kudus dengan cara seperti ini selama sepuluh atau dua puluh tahun, tanpa disadari, mereka akan berubah. Makin cepat perubahan terjadi, makin cepat mereka merasa damai; makin cepat perubahan terjadi, makin cepat mereka menjadi bahagia. Hanya jika orang mampu mengubah wataknya, barulah mereka dapat menjalani kehidupan yang benar-benar bahagia. Mereka yang tidak mengejar kebenaran tidak memiliki damai dan sukacita rohani, hari-hari mereka menjadi jauh lebih hampa dan jauh lebih berat untuk dijalani. Bagi mereka yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran, hari-hari mereka akan dipenuhi rasa sakit dan penderitaan. Jadi, jika orang percaya kepada Tuhan, tidak ada yang lebih penting bagi mereka selain memperoleh kebenaran. Memperoleh kebenaran berarti memperoleh hidup, dan makin cepat kebenaran diperoleh, makin baik. Tanpa kebenaran, kehidupan orang hampa. Memperoleh kebenaran berarti menemukan damai dan sukacita, mampu hidup di hadapan Tuhan, dicerahkan, dibimbing, dan dipimpin oleh pekerjaan Roh Kudus, akan semakin ada terang di dalam hatinya, dan imannya kepada Tuhan akan jauh lebih kuat. Jadi sekarang, apakah kaitan kebenaran dengan perubahan watak menjadi lebih jelas bagimu? (Ya, kami memahaminya sekarang.) Jika hal ini benar-benar jelas bagimu, artinya engkau memiliki jalan untuk kautempuh, dan engkau tahu bagaimana cara mengejar kebenaran secara efektif.

28 April 2017

Sebelumnya: Hanya dengan Mengenali Pandangannya yang Keliru Barulah Orang Dapat Benar-Benar Berubah

Selanjutnya: Hanya Dengan Memahami Kebenaran, Orang Bisa Mengetahui Perbuatan Tuhan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini