Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya
Manusia sudah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis sehingga mereka semua memiliki natur Iblis dan watak yang congkak; bahkan orang bodoh dan idiot pun bersikap congkak, dan menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain dan tidak mau menaati orang lain. Jelas terlihat bahwa manusia sudah rusak sedemikian dalamnya dan sangat sulit bagi mereka untuk tunduk kepada Tuhan. Karena kecongkakan dan sikap mereka yang merasa diri benar, manusia menjadi sama sekali tak bernalar; mereka tidak akan menuruti siapa pun—meskipun apa yang orang lain katakan itu benar dan sesuai dengan kebenaran, mereka tidak akan menaati orang lain. Karena kecongkakanlah manusia berani mengkritik Tuhan, mengutuk Tuhan, dan menentang Tuhan. Jadi, bagaimana watak congkak dapat dibereskan? Dapatkah watak congkak dibereskan dengan bergantung pada pengendalian diri manusia? Dapatkah watak congkak dibereskan hanya dengan mengenali dan mengakuinya? Sama sekali tidak. Hanya ada satu cara untuk membereskan watak congkak, yaitu dengan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Hanya mereka yang mampu menerima kebenaran yang mampu secara bertahap membuang watak congkak mereka; mereka yang tidak menerima kebenaran tak akan pernah mampu membereskan watak congkak mereka. Aku melihat banyak orang menjadi sangat sombong ketika mereka memperlihatkan sedikit bakat dalam tugas mereka. Setelah memperlihatkan sedikit kemampuan, mereka menganggap diri mereka sangat mengesankan, dan kemudian mereka merasa cukup puas dengan kemampuan yang mereka miliki dan tidak mendorong diri mereka lebih jauh. Mereka tidak mendengarkan orang lain apa pun yang mereka katakan, menganggap hal-hal kecil yang mereka miliki ini adalah kebenaran, dan menganggapnya sebagai hal yang tertinggi. Watak apakah ini? Ini adalah watak yang congkak. Mereka sama sekali tidak bernalar. Mampukah orang melaksanakan tugas mereka dengan baik jika mereka memiliki watak yang congkak? Mampukah mereka tunduk kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan sampai akhir? Ini akan jauh lebih sulit. Untuk memperbaiki watak yang congkak, mereka harus belajar bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, penghakiman, dan hajaran-Nya saat melaksanakan tugas mereka. Hanya dengan cara inilah mereka akan mampu benar-benar mengenal diri mereka. Hanya dengan memahami esensi rusakmu dengan jelas, memahami sumber kecongkakanmu dengan jelas, dan kemudian mengenali dan menganalisisnya, barulah engkau akan mampu benar-benar mengetahui esensi naturmu. Engkau harus menemukan semua hal rusak di dalam dirimu, serta membandingkan dan mengenalinya berdasarkan kebenaran, dan setelah melakukannya, engkau akan tahu siapa dirimu: engkau bukan saja dipenuhi watak yang rusak, dan engkau bukan saja tidak bernalar dan tidak tunduk, tetapi engkau juga akan menyadari bahwa engkau tidak memiliki terlalu banyak hal, bahwa engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan betapa menyedihkannya dirimu. Dengan demikian, engkau tidak akan mampu bersikap congkak. Jika engkau tidak menganalisis dan mengenal dirimu dengan cara seperti ini, maka ketika melaksanakan tugasmu, engkau tak akan tahu tempatmu di alam semesta. Engkau akan mengira dirimu hebat dalam segala hal, menganggap segala sesuatu tentang orang lain itu buruk, dan hanya engkaulah yang terbaik. Kemudian, engkau akan selalu pamer kepada semua orang, sehingga orang lain menghormati dan memujamu. Ini menunjukkan engkau sama sekali tidak mengenal dirimu sendiri. Ada orang yang selalu pamer. Karena orang lain menganggap sikapnya itu tidak menyenangkan, mereka mengkritiknya sebagai orang yang congkak. Namun, dia tidak menerimanya; dia tetap menganggap dirinya berbakat dan terampil. Watak apakah ini? Orang itu sangat congkak dan merasa diri benar. Mampukah orang-orang yang congkak dan merasa dirinya benar merasa haus akan kebenaran? Mampukah mereka mengejar kebenaran? Jika mereka tak pernah mampu mengenal diri mereka sendiri, dan tidak membuang watak rusak mereka, mampukah mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik? Tentu saja tidak.
Ada banyak orang yang melaksanakan tugas mereka sesuka mereka dan tidak pernah mendengarkan saran orang lain. Jika orang memberi mereka sebuah rencana, mereka akan menuliskannya pada saat itu dan setuju untuk melakukannya, tetapi setelah itu mereka akan melupakannya dan terus melakukan apa pun yang mereka inginkan. Watak macam apakah ini? (Watak congkak dan merasa diri benar.) Apakah ada watak keras kepala dalam hal ini? (Ya.) Watak keras kepala dan watak congkak dapat ditemukan dalam diri setiap orang. Ketika mendengar orang lain mengatakan sesuatu yang benar dan masuk akal, jika orang menyikapi masalah tersebut dengan hati nurani dan nalar, mereka tentunya akan menganggap perkataan itu sudah seharusnya mereka terima, tetapi akan mampukah mereka menerapkannya? (Belum tentu.) Sikap seperti apa yang diperlukan agar mereka mampu menerapkannya? Pertama-tama, mereka harus memiliki sikap yang benar: mereka harus melepaskan imajinasi, penghakiman, atau pemahaman keliru mereka, dan kemudian merenungkan saran yang baik dari orang tersebut dan mencari kebenaran, dan jika mereka yakin bahwa saran mereka benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, mereka harus menerima dan menaatinya. Bukankah ini sikap yang seharusnya mereka miliki? Adakah kecongkakan dalam sikap seperti ini? Tidak ada kecongkakan dalam sikap seperti ini; ini adalah sikap yang serius, bertanggung jawab, sikap yang menerima kebenaran, dan sikap yang mencintai hal-hal positif. Jika, ketika engkau mendengar orang lain memberikan saran yang baik, saran yang menurutmu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, engkau berkata bahwa engkau menerimanya demi melindungi reputasimu atau karena pemahamanmu yang sesaat, tetapi ketika waktunya tiba untuk melakukan sesuatu, engkau hanya bertindak berdasarkan kemauanmu sendiri, melakukan apa pun yang kauinginkan, dan mengesampingkan saran yang kauakui benar di dalam hatimu, orang seperti apakah dirimu? Apakah ini sikap yang menerima kebenaran? Watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang congkak dan memberontak, ini bukanlah menerima kebenaran, ini mengutamakan kehendak diri sendiri, membiarkan pendapat dan gagasan sendiri mendominasi, serta mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran, hal-hal positif, dan firman Tuhan. Ada orang yang berjanji untuk menerapkan kebenaran, tetapi ketika sesuatu terjadi, dia tidak mau menepati janjinya untuk menerapkannya, dan membuat perhitungan sendiri: "Jika aku melakukan hal ini sesuai dengan prinsip, aku harus mempersekutukan kebenaran dengan jelas, dan aku harus membalikkan gagasan orang, dan itu akan sangat sulit. Aku harus banyak berbicara dan aku khawatir aku tak mampu berbicara dengan jelas, yang akan membuang-buang waktu dan tenaga, dan itu terlalu merepotkan! Untuk menghindari masalah, aku harus melakukannya dengan cara seperti ini, dan semua orang harus mendengarkanku meskipun mereka tidak setuju, aku akan mengambil keputusan dalam hal ini." Sikap macam apakah ini? Ini adalah sikap yang sangat licik. Ketika mereka berjanji, mereka tampak tulus, setia, patuh, dan saleh, serta mampu menerima pendapat orang lain dan menerima kebenaran, tetapi ketika waktunya tiba untuk bertindak, mereka benar-benar berbeda dan sikap mereka berubah. Mengapa sikap mereka berubah? Mengapa sikap mereka berubah 180 derajat? Apa yang menyebabkan hal ini? Mereka merasa bahwa bertindak seperti ini terlalu melelahkan dan menyusahkan secara fisik, sehingga mereka enggan dan tidak mau menanggung kesukaran itu. Sumpah atau janji yang mereka buat sebelumnya tidak lagi penting bagi mereka, begitu pula tidak penting bagi mereka untuk menangani segala sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Yang terpenting bagi mereka adalah memuaskan daging mereka, itu yang utama, dan mereka mengesampingkan amanat Tuhan dan tidak menganggapnya serius. Apakah orang ini orang yang bertanggung jawab? Apakah orang ini orang yang berintegritas? Apakah orang ini orang yang mencintai kebenaran? Tidak. Ada juga orang-orang yang berjanji kepada orang lain dengan berhadapan muka bahwa mereka akan menangani suatu masalah dengan baik, dan membuat orang tersebut merasa sangat tenang, tetapi ketika mereka menghadapi kesulitan dalam proses penanganannya, mereka mengesampingkan janji itu begitu saja dan menyerah. Apakah orang seperti ini dapat dipercaya? Apakah ini cara melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip? Khususnya ketika orang melaksanakan tugas dan melakukan sesuatu untuk rumah Tuhan, mereka terlebih lagi harus mematuhi prinsip-prinsip kebenaran, dan membela kepentingan rumah Tuhan meskipun terkadang itu berarti mereka menderita kerugian dan penghinaan, dan mereka tidak boleh membiarkan pekerjaan rumah Tuhan mengalami kerugian. Orang yang melakukan hal ini adalah orang yang jujur, mereka memedulikan maksud Tuhan, dan mereka memikirkan rumah Tuhan di setiap kesempatan. Orang-orang yang licik selalu memikirkan kepentingan mereka sendiri ketika melaksanakan tugas mereka, dan tidak pernah rela menderita kerugian sedikit pun dalam apa pun yang mereka lakukan; mereka lebih memilih membiarkan kepentingan rumah Tuhan dirugikan daripada mereka yang dirugikan. Tuhan tahu apakah orang melaksanakan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran atau tidak—Tuhan memeriksa pikiran dan gagasan manusia. Jika Tuhan mendapati bahwa hati seseorang licik dan jahat, mendapati mereka bertindak serakah demi kepentingan daging mereka, mendapati mereka tidak mencintai kebenaran dan muak akan kebenaran, Dia akan menganggap orang itu sudah tak berpengharapan begitu Dia memeriksa hal-hal tersebut. Lalu, apakah orang itu sendiri akan mampu menyadari semua ini? (Tidak.) Mengapa mereka tidak akan mampu menyadarinya? (Karena ketika natur orang mengendalikan tindakan mereka, asalkan kepentingan daging mereka terpuaskan, mereka tidak akan memeriksa diri mereka. Akibatnya, mereka tidak akan menyadari bahwa melakukan hal-hal dengan cara seperti ini tidaklah sesuai dengan kebenaran.) Jadi, berdasarkan apakah manusia bertahan hidup secara batiniah? Berdasarkan watak rusak Iblis. Esensi manusia adalah esensi Iblis, dan manusia hidup berdasarkan watak Iblisnya, hanya membela keangkuhan, kesombongan, dan kepentingan dagingnya sendiri. Pemikiran egois dan tercela seperti ini telah menjadi natur manusia, sehingga mereka merasa betapa berat dan melelahkannya menerapkan kebenaran, tunduk pada Tuhan, benar-benar mendengarkan firman Tuhan, dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan standar Tuhan. Apa masalahnya di sini? Masalahnya karena manusia diikat dan dikendalikan oleh watak Iblis, dan terdapat sangat banyak hal negatif di dalam hatinya, sehingga menerapkan kebenaran terasa terlalu sulit dan sama sekali tidak mudah. Jika watak rusak manusia ditahirkan, dan mereka mampu memahami kebenaran serta memedulika maksud Tuhan, mereka tidak akan menghadapi hambatan atau kesulitan dalam menerapkan kebenaran, dan itu tidak akan terasa melelahkan.
Jika orang sama sekali tidak mendambakan kebenaran, dan tidak mau menerimanya, maka mereka tidak punya nilai apa pun dalam diri mereka, dan kapan pun sesuatu menimpa mereka, mereka hanya akan hidup berdasarkan falsafah Iblis, terlihat sangat miskin, menyedihkan, dan buta. Dengan kata lain, mereka melarat dan tidak memiliki apa pun dalam diri mereka; mereka tidak mampu mengalahkan dosa, tidak mampu memberontak terhadap daging mereka sendiri, tidak ada motivasi untuk menerapkan kebenaran, tidak ada tekad untuk mengubah pandangan mereka, dan tidak ada ketetapan hati untuk sepenuhnya tunduk pada Tuhan. Mereka semata-mata malang, menyedihkan, dan buta, dan mereka tak berarti apa pun. Untuk bertindak sesuka hati mereka dengan keras kepala, mereka punya banyak tenaga, sedangkan untuk bertindak sesuai dengan tuntutan Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak mampu. Jika dilihat dari penampilan mereka, beberapa dari orang-orang ini pandai berbicara, mereka terpelajar, memiliki beberapa bakat dan kelebihan, dan mereka adalah orang-orang yang cakap, lalu mengapa Kukatakan bahwa mereka miskin dan menyedihkan? Bagaimana mengukur hal itu? Orang yang sama sekali tidak memiliki kebenaran adalah orang yang miskin dan menyedihkan. Dapatkah pendidikan dan pengetahuan, atau karunia dan bakat menggantikan kebenaran? Dapatkah semua itu membantu orang untuk memahami kebenaran dan melewati masa-masa sulit? Dapatkah semua itu membuat orang tetap teguh dalam kesaksian mereka dan memperoleh perkenanan Tuhan? Sama sekali tidak. Manusia suka bertindak berdasarkan kesukaan, keinginan, gagasan, dan imajinasi mereka sendiri, apa pun yang mereka lakukan, dan mereka merasa sangat bahagia, senang, dan santai mengenai hal ini. Namun, jika mereka diminta untuk menerapkan kebenaran dan tunduk pada Tuhan, mereka akan merasa tak berdaya dan sama sekali tidak tertarik untuk melakukannya, atau bahkan seolah-olah mereka lumpuh. Apa masalahnya? Di manakah hati mereka? Siapakah yang mereka layani? Mengapa ketika orang melakukan sesuatu dengan menggunakan bakat dan pengetahuan mereka, dan sesuai dengan niat baik dan kesukaan mereka, mereka sangat mampu, mereka memiliki banyak trik, dan memiliki tenaga yang benar-benar tak terbatas, tetapi ketika mereka diminta untuk menerapkan kebenaran, untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, sekalipun sosok mereka tampak menonjol, mereka menjadi tak berdaya dan tidak bertenaga? Apa sumber masalahnya? Mengapa dalam menerapkan kebenaran dan mencari prinsip-prinsip kebenaran, manusia seperti orang bodoh, sangat malang dan menyedihkan, tetapi mereka membanggakan dan menyombongkan diri, dan menganggap diri mereka lebih baik daripada orang lain, dan tidak mau menaati siapa pun? Mengapa mereka seperti ini? (Karena manusia tidak mengenal dirinya sendiri.) Tidak mengenal dirinya sendiri adalah salah satu aspek dari hal ini—alasan utamanya adalah karena manusia memiliki watak yang rusak. Sebelum mereka memahami kebenaran, inilah keadaan buruk mereka, karakter mereka, dan penampilan menyedihkan mereka—mereka tidak berarti apa-apa. Mereka yang tidak memiliki kebenaran semuanya seperti ini; setinggi apa pun pengetahuan atau status mereka, yang mereka tampilkan hanyalah keadaan yang buruk dan penampilan yang miskin. Di hadapan Tuhan dan kebenaran, betapa miskin dan menyedihkan manusia, tidak memiliki apa pun dan tidak menjadi apa pun. Aku telah berhubungan dengan beberapa orang, dan ketika Aku berbicara dan menangani hal-hal dengan mereka, Aku melihat penampilan mereka yang apatis, bebal, miskin, dan menyedihkan. Mereka mampu berbicara sedikit tentang hal-hal lahiriah, tetapi ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran, pandangan mereka condong ke kiri atau ke kanan, atau mereka sama sekali tidak memiliki pandangan. Setelah orang percaya kepada Tuhan begitu lama, setelah membaca begitu banyak firman Tuhan, setelah mendengarkan begitu banyak khotbah, dan menjalani kehidupan rohani setiap hari, bagaimana mereka bisa begitu apatis, bodoh, miskin, dan menyedihkan? Ketika sesuatu terjadi, mengapa mereka tidak memiliki sudut pandang yang benar? Mengapa sudut pandang mereka terhadap berbagai hal tidak pernah berubah? (Mereka belum menerima atau menerapkan kebenaran.) Benar. Mereka telah mendengar banyak khotbah, tetapi yang mereka dengar hanyalah doktrin; mereka telah membaca cukup banyak firman Tuhan, tetapi yang mereka pahami darinya hanyalah doktrin; mereka telah menghadiri cukup banyak pertemuan, tetapi yang telah mereka peroleh hanyalah beberapa hal dan aturan harfiah. Apa hubungannya dengan hal-hal tersebut? Mengapa hal-hal ini yang mereka peroleh? Apa yang Tuhan berikan kepada manusia adalah kebenaran, hidup, dan kenyataan kebenaran, lalu mengapa buah-buah itulah yang dihasilkan dalam diri orang-orang ini? Pernahkah engkau semua merenungkan pertanyaan ini? Ini adalah masalah yang serius, masalah yang besar. Jadi, bagaimana masalah ini dapat diselesaikan? Engkau harus makan dan minum firman Tuhan dan menanamkannya di dalam hatimu serta menjadikannya kenyataanmu; engkau harus mengubah kondisi dan keadaan batinmu, dan memiliki pandangan dan sikap yang benar terhadap segala hal yang kauhadapi. Bukankah jalan inilah yang harus kauterapkan? Bukankah arah inilah yang harus kaucari? Coba pikirkan, bagaimana engkau semua dapat menempuh jalan ini? Apa yang engkau semua pikirkan? (Tuhan, aku merasa ketika sesuatu menimpaku, aku harus merenungkan niat, motif, dan perwujudan watak rusakku, lalu secara sadar memberontak terhadap niatku yang salah dan perwujudan kerusakan, dan bertindak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.) Ini adalah jalan yang benar, tetapi dalam proses pelaksanaannya, mampukah engkau menemukan masalahmu sendiri? (Terkadang aku mampu menemukannya, tetapi terkadang tidak.) Hal ini mengharuskanmu untuk berdoa kepada Tuhan, merenungkan dirimu, dan sering memeriksa tindakanmu sendiri. Roh Kudus akan mencerahkan orang tentang hal-hal yang tidak mereka pahami, dan begitu engkau memperoleh pencerahan Roh Kudus, bukankah masalahmu akan terpecahkan? Jika orang mengandalkan Tuhan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Aku akan memberikan sebuah contoh agar engkau semua dapat menganalisis dan melihat apakah engkau tahu cara merenungkan dirimu, dan apakah engkau mampu mengenali masalahmu sendiri melalui masalah orang lain. Aku pernah menghabiskan waktu bersama seseorang, dan pada awalnya, dia berhati-hati dan berwaspada, menanyakan apa niat-Ku ketika melakukan sesuatu, dan apa pun yang Kukatakan, dia selalu mengangguk dan membungkuk serta mendengarkan dengan cermat. Di lubuk hatinya, dia menetapkan sebuah batas: "Engkau adalah Tuhan, aku tidak boleh menyinggung-Mu, aku tidak boleh melewati batas ini, aku akan mendengarkan apa yang Engkau katakan, aku akan melakukan apa pun yang Kauminta untuk kulakukan." Pada dasarnya, tidak ada masalah yang terlihat pada dirinya. Namun, setelah kami menghabiskan waktu bersama selama beberapa waktu, dan setelah bertukar pikiran, dia menjadi terbiasa dengan cara bicara dan nada suara-Ku—hal-hal ini menjadi familier baginya, dan dia berpikir, "Meskipun kita berdua tidak setara, dan identitas serta status kita tidak sama, aku nyaman berbicara dengan-Mu, aku tidak perlu menyembunyikan apa pun, aku bisa mengatakan apa pun yang kuinginkan." Seiring berjalannya waktu, hubungan antara manusia dan Tuhan terputus, dan dia berpikir, "Aku tahu karakter seperti apa yang Engkau miliki, aku tahu orang seperti apa Engkau. Aku tahu hal-hal apa yang tidak akan membuat-Mu marah dan membuat-Mu memangkasku, dan aku tak akan melakukan apa pun yang membuat-Mu akan memangkasku. Sekalipun aku melakukannya, aku tak akan membiarkan-Mu melihat atau mengetahuinya. Untuk mencegah-Mu mengetahuinya, aku bahkan tak akan memberi tahu orang-orang yang dekat dengan-Mu apa yang kulakukan di belakang-Mu. Dengan begitu, Engkau tidak akan mengetahuinya, bukan? Jika Engkau tidak mengetahuinya, Engkau tidak akan memangkasku, bukan? Aku tidak perlu kehilangan reputasiku dan menderita karena hal itu, bukan? Itu bagus! Aku akan melakukan apa pun yang Engkau perintahkan kepadaku, dan aku akan tunduk, tetapi aku harus memiliki kebebasan yang relatif." Bukankah suatu masalah telah muncul di sini? (Ya.) Masalah apa yang telah muncul? Bukankah kelicikan hati manusia telah muncul di sini? (Ya.) Entah itu di hadapan orang lain ataukah di hadapan Tuhan, manusia selalu berusaha menyembunyikan sesuatu di lubuk hatinya yang tidak ingin diberitahukannya kepada orang lain, dan keadaan pikiran dan watak ini adalah kelicikan, yang dimiliki oleh setiap orang. Ada watak lain di sini—kecongkakan. Di manakah terwujudnya kecongkakan di sini? Orang ini berpikir dalam hatinya, "Jadi, Engkau juga mengobrol dan berbicara seperti ini. Tidak ada yang begitu mengesankan dari cara-Mu berbicara, Engkau hanya bisa mengatakan hal-hal ini, dan jika aku mengenal-Mu dengan lebih baik, aku akan mampu mengatakannya dengan lebih baik daripada-Mu. Begitukah cara-Mu berpakaian? Aku punya selera berpakaian yang lebih baik daripada-Mu, aku lebih menarik daripada-Mu, Engkau hanya memiliki lebih banyak kebenaran daripadaku. Jadi, seiring berjalannya waktu, setelah aku mengenal-Mu dengan lebih baik, aku akan berani mengatakan apa pun yang ingin kukatakan, dan aku tidak akan salah bicara." Bukankah ini kecongkakan? (Ya.) Ini adalah dua watak. Ada watak tersembunyi lainnya, sudahkah engkau semua menemukannya? Ketika orang memperlihatkan kecongkakan, kelicikan, dan kemunafikan di hadapan Tuhan, apakah mereka memiliki kesadaran akan hal ini di lubuk hati mereka? (Ya.) Ketika mereka benar-benar memiliki kesadaran ini, apa yang mereka lakukan dengannya? Apakah mereka mengekang diri? Apakah mereka menahan diri? Apakah mereka merenungkan diri mereka? (Tidak.) Watak macam apakah itu ketika orang tahu bahwa dirinya telah memperlihatkan watak congkak, tetapi tetap tidak merenungkan dirinya atau berusaha mengenal dirinya sendiri, dan jika ada orang yang menunjukkan hal itu kepadanya, dia tetap tidak menerimanya dan malah mencoba membela dirinya? (Watak keras kepala.) Benar, ini adalah watak keras kepala. Bagaimanapun watak keras kepala ini terwujud di hadapan orang lain, dan apa pun konteks saat sikap seperti itu terlihat, orang ini adalah orang yang berwatak keras kepala. Selicik dan sesamar apa pun orang, watak keras kepala ini mudah terungkap. Karena manusia tidak hidup dalam ruang hampa, dan apakah mereka berada di hadapan orang lain atau tidak, semua orang hidup di hadapan Tuhan, dan setiap orang berada di bawah pemeriksaan Tuhan. Jika orang selalu menuruti kehendaknya sendiri, berbuat seenaknya, tidak terkendali, dan memiliki kecenderungan ini, dan perwujudan kerusakan ini, dan jika, bahkan setelah mereka merasakan hal ini, mereka tidak berbalik, dan ketika mereka menyadarinya, mereka tidak bertobat, tidak membuka diri pada persekutuan, ataupun mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, maka ini adalah watak keras kepala. Dalam hal perwujudan watak keras kepala, ada dua sikap yang berbeda: "sikap kepala batu" dan "sikap yang keras dan sulit".[a] "Sikap kepala batu" artinya sangat keras kepala, tidak mengubah arah, dan tidak bersikap lembut. "Sikap yang keras dan sulit" berarti bahwa orang lain tidak berani berbenturan dengannya, dan merasa terluka saat melakukannya. Biasanya orang tidak mau berhubungan dengan orang yang berwatak keras kepala, seperti halnya orang tidak mau berhubungan dengan hal-hal yang keras dan sulit dan akan merasa tidak nyaman ketika melakukannya; orang menyukai hal yang lembut, tekstur benda yang lembut membuat orang merasa nyaman dan menyenangkan, sedangkan watak keras kepala justru sebaliknya. Watak keras kepala membuat orang memperlihatkan sikap tertentu, dan sikap ini adalah sikap keras kepala dan kepala batu. Watak apa yang diperlihatkan di sini? Ini adalah watak keras kepala. Artinya, ketika orang menghadapi sesuatu, meskipun mereka sadar atau samar-samar merasa bahwa sikap mereka itu tidak baik dan tidak benar, mereka terdorong oleh watak keras kepala mereka untuk berpikir, "Memangnya kenapa kalau ada yang tahu? Memang seperti inilah diriku!" Sikap macam apakah ini? Mereka menyangkal masalah ini, mereka tidak menganggap bahwa sikap ini buruk, atau memberontak terhadap Tuhan, bahwa sikap itu berasal dari Iblis, atau itu merupakan perwujudan watak Iblis; mereka tidak merasakan atau menyadari bagaimana Tuhan memandangnya dan betapa Tuhan membencinya—itulah parahnya masalah ini. Apakah watak keras kepala itu baik atau buruk? (Buruk.) Ini adalah watak Iblis. Watak seperti ini menyulitkan orang untuk menerima kebenaran, dan bahkan lebih menyulitkan mereka untuk bertobat. Semua watak Iblis adalah hal-hal yang negatif, semuanya dibenci oleh Tuhan, dan tak ada satu pun yang merupakan hal yang positif.
Tiga jenis watak yang baru saja Kusebutkan, watak licik, watak congkak, dan watak keras kepala, semuanya adalah hal-hal yang mematikan. Jika engkau memperlihatkan watak congkak, watak licik, atau watak keras kepala kepada orang lain, itu hanya berarti engkau memiliki watak yang buruk atau kemanusiaan yang buruk; jika engkau memperlihatkan watak congkak, watak licik, atau watak keras kepala kepada Tuhan, ini merupakan perwujudan penentanganmu terhadap Tuhan, dan kemungkinan besar engkau akan menyinggung watak Tuhan—jika engkau tidak bertobat, itu akan sangat berbahaya. Jika engkau memperlihatkan watak-watak ini di hadapan orang lain, mereka tidak akan menganggapnya serius; tetapi, jika engkau memperlihatkan watak-watak rusak ini dengan cara yang sama di hadapan Tuhan, engkau akan menentang Tuhan dan menyinggung watak-Nya. Meskipun hal ini tidak dilakukan secara sengaja atau tidak direncanakan, engkau akan melakukannya tanpa sadar di bawah kendali natur Iblis dalam dirimu. Oleh karena itu, jika engkau memperlihatkan watak rusakmu, jika engkau tidak mampu merenungkan dirimu dan membereskannya dengan menggunakan kebenaran, cepat atau lambat itu akan menjadi penyakit, dan begitu penyakit lama ini kambuh lagi, ini akan sangat menyusahkan. Jika engkau berulang kali menyinggung watak Tuhan, engkau pasti akan disingkirkan.
Dalam contoh yang baru saja Kuberikan, watak seperti apa lagi yang orang itu perlihatkan? (Watak yang muak akan kebenaran.) Bagian manakah yang menunjukkan bahwa dia memperlihatkan watak yang muak akan kebenaran? Di luarnya, dia terlihat mencintai kebenaran, dia merasa wajib melakukan apa pun yang Tuhan tuntut, melaksanakan apa pun tugasnya, dan melaksanakan apa pun yang termasuk dalam lingkup pekerjaan gereja, jadi bagaimana mungkin dia bisa dianggap muak akan kebenaran? (Karena dia tidak pernah mencari kebenaran.) Dia tidak pernah mencari kebenaran; itu merupakan bukti yang jelas. Jadi, jelasnya, perwujudan seperti apa yang menunjukkan bahwa dia muak akan kebenaran? (Jika apa yang Tuhan tuntut bertentangan dengan kehendaknya sendiri, dia akan memilih untuk mengikuti kehendaknya sendiri alih-alih mencari kehendak Tuhan.) Seperti itulah tindakannya yang terperinci. Dengan cara apa orang terutama memperlihatkan wataknya yang muak akan kebenaran? Jika mereka melihat hal yang positif, mereka tidak mengukurnya berdasarkan kebenaran—apa yang akan mereka gunakan untuk mengukur hal yang positif? Mereka menggunakan logika Iblis untuk mengukurnya, untuk melihat apakah hal ini dilakukan dengan gaya tertentu, seperti apa bentuknya, dan seberapa mengesankan hal itu. Mereka mengukur segala sesuatu dengan metode yang Iblis gunakan untuk mengevaluasi manusia, yaitu prinsip dan metode yang digunakan oleh orang-orang tidak percaya untuk mengevaluasi orang lain. Mereka tidak mencari kebenaran ketika melakukan sesuatu, dan titik awal dari semua tindakan mereka adalah mengukur segala sesuatu dengan menggunakan imajinasi dan sudut pandang mereka sendiri, serta falsafah tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan pengetahuan yang telah mereka peroleh, dengan mengesampingkan kebenaran—seperti itulah cara mereka melakukan segala sesuatu. Mereka menggunakan sudut pandang manusia dan logika Iblis sebagai ukuran mereka, dan setelah berulang kali mengukur, mereka mendapati bahwa, di mata mereka, tidak ada orang lain yang sebaik diri mereka—merekalah yang terbaik. Apakah mereka memiliki tuntutan Tuhan terhadap manusia di dalam hati mereka? Adakah prinsip-prinsip kebenaran dalam diri mereka? Tidak ada. Mereka tidak mengerti apa tuntutan Tuhan terhadap manusia, mereka tidak mengerti bahwa kebenaran adalah kenyataan dari segala hal yang positif, mereka tidak mengerti bahwa kebenaran adalah di atas segalanya, sehingga mereka tentu saja memandang rendah Tuhan yang berinkarnasi, dan mereka selalu memiliki gagasan tentang cara berpakaian, ucapan, dan sikap inkarnasi Tuhan. Jadi, setelah hubungan yang lama, mereka berpikir, "Engkau tidak bermartabat, tidak megah, dan tidak mendalam seperti yang kubayangkan, dan Engkau bahkan tidak semurni dan secanggih diriku. Saat aku berdiri di sini, bukankah sesungguhnya, aku ini setingkat dengan seorang tokoh hebat? Meskipun Engkau mengucapkan kebenaran, aku tidak melihat apa pun tentang diri-Mu yang tampak seperti Tuhan. Engkau selalu saja berbicara tentang kebenaran, Engkau selalu saja berbicara tentang masuk ke dalam kenyataan, mengapa Engkau tidak mengungkapkan beberapa misteri? Mengapa Engkau tidak berbicara sedikit pun dalam bahasa surga tingkat ketiga?" Logika dan sudut pandang macam apa ini? (Ini adalah sudut pandang Iblis.) Ini berasal dari Iblis. Menurutmu, bagaimana sikap-Ku terhadap hal-hal seperti ini? (Engkau membenci orang seperti ini dan Engkau tidak mau berinteraksi dengan mereka.) Engkau semua salah. Sebaliknya, jika Aku menghadapi orang-orang semacam itu, Aku akan mendekati mereka dan bersekutu dengan mereka secara normal, dan Aku akan memberikan apa yang dapat Kuberikan dan membantu sejauh kemampuan-Ku. Jika mereka kepala batu dan keras kepala, Aku tidak hanya dapat bergaul dengan mereka secara normal, tetapi Aku juga akan membahas berbagai hal dengan mereka sebanyak mungkin. Aku akan berkata, "Apakah menurutmu melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini akan berhasil? Gunakan cara mana pun yang menurutmu tepat, dan jika engkau merasa tak ada satu cara pun yang tepat, pikirkan caramu sendiri untuk menyelesaikan masalah ini." Makin orang seperti ini menganggap diri mereka hebat, makin Aku dapat bergaul dengan mereka dengan cara seperti ini; Aku tidak akan menganggap diri-Ku lebih hebat di hadapan siapa pun. Jika ada dua bangku, satu lebih tinggi dan satu lagi lebih rendah, Aku akan mempersilakan mereka duduk di bangku yang tinggi, dan Aku akan duduk di bangku yang rendah. Aku akan berbicara kepada mereka dengan menengadahkan kepala-Ku, dan akhirnya membuat mereka merasa malu, dan menyadarkan mereka, sedikit demi sedikit, bahwa mereka tidak memiliki kebenaran, bahwa mereka miskin dan menyedihkan, mati rasa dan bodoh. Apa pendapatmu tentang metode ini? (Baik.) Jadi, jika Aku mengabaikan mereka, akankah itu baik bagi mereka? Sebenarnya tidak ada salahnya jika Aku mengabaikan mereka, tetapi itu tidak akan membantu mereka. Jika mereka percaya kepada Tuhan dengan sedikit ketulusan, memiliki sedikit kemanusiaan, dan mereka dapat diselamatkan, maka tidak menjadi masalah bagi-Ku untuk berinteraksi dengan mereka. Pada akhirnya, suatu hari nanti, jika mereka memahami kebenaran, mereka sendiri akan memilih untuk duduk di bangku yang lebih rendah, dan mereka tidak akan sombong lagi. Jika Aku mengabaikan mereka, mereka akan tetap dalam ketidaktahuan dan kebodohan selamanya, mengatakan dan melakukan hal-hal yang bodoh, dan mereka akan selalu menjadi orang bodoh, miskin, dan menyedihkan—itulah keadaan buruk orang-orang yang tidak mengejar kebenaran. Manusia memandang rendah dan benar-benar membenci hal-hal yang positif, dan ketika mereka melihat seseorang yang jujur, pengasih, dan yang selalu menerapkan kebenaran, tetapi terkadang kurang bijaksana, mereka meremehkannya dalam hati mereka. Mereka menganggap orang seperti itu tidak ada gunanya dan menganggap diri mereka sendiri yang lihai, penuh perhitungan, mahir berencana licik dan bersiasat, sebagai orang yang memiliki sarana dan bakat, serta cakap dan pandai bicara. Mereka menganggap orang-orang seperti mereka adalah objek penyelamatan Tuhan, padahal justru sebaliknya—orang-orang semacam inilah yang sangat dibenci Tuhan. Ini adalah watak yang tidak menyukai dan muak akan kebenaran.
Ada orang-orang yang sudah lama berhubungan dengan-Ku dan mereka lebih akrab dengan-Ku, dan meskipun mereka tidak memperlakukan-Ku seperti mereka memperlakukan teman mereka, atau orang yang setara dengan mereka, mereka sama sekali tidak merasa harus menahan diri, dan seiring berjalannya waktu, mereka menjadi makin berani, dan batas yang mereka tetapkan di hati mereka berangsur menghilang. Mereka selalu menganggap diri mereka memahami segala sesuatu dan mereka sering memberitahu-Ku hal-hal yang mereka pahami, menganggap bahwa tak seorang pun selain mereka yang memahami segalanya. Watak apakah ini? (Watak congkak.) Ini adalah watak yang congkak. Hal-hal lahiriah itu bisa dipahami secara sekilas, tetapi orang-orang ini menganggap diri mereka sangat pintar, sungguh memuakkan. Jika watak congkak orang telah mencapai taraf di mana mereka tidak lagi bernalar, itu dapat menyebabkan mereka melakukan kejahatan, dan kemudian watak congkak mereka akan menjadi watak yang kejam. Jika orang cerdas, jika perkataan dan tindakan mereka selalu penuh dengan siasat, jika mereka berkarakter keras, dan ketika engkau bersamanya, mereka selalu ingin mengendalikan dan menguasaimu, apakah engkau menyadari orang ini baik hati atau kejam? (Kejam.) Engkau takut kepada mereka, dan berpikir, "Orang ini selalu mau mengendalikanku. Aku harus menjauh darinya sesegera mungkin. Jika aku tidak melakukan apa yang dia katakan, dia akan memikirkan cara untuk membalas dendam padaku, dan entah cara apa lagi yang akan dia gunakan untuk menyiksaku." Engkau dapat menyadari bahwa watak mereka kejam, bukan? (Ya.) Bagaimana engkau bisa merasakannya? (Mereka selalu membuat orang melakukan sesuatu sesuai dengan tuntutan dan gagasan mereka.) Apakah salah jika mereka menuntut bahwa orang lain melakukan sesuatu dengan cara tertentu? Apakah sudah tentu salah jika orang lain menuntutmu? Apakah logika ini benar? Apakah ini sesuai dengan kebenaran? (Tidak.) Apakah metode mereka ataukah watak mereka yang membuatmu merasa tidak nyaman? (Watak mereka.) Benar, watak mereka membuatmu merasa tidak nyaman. Hal ini membuatmu merasa bahwa watak ini berasal dari Iblis, tidak sesuai dengan kebenaran, dan bahwa itu mengganggu, mengendalikan, dan mengikatmu. Watak mereka bukan hanya membuatmu merasa tidak nyaman, tetapi juga membuatmu merasa takut, dan membuatmu berpikir bahwa jika engkau tidak melakukan apa yang mereka katakan, ada kemungkinan mereka bisa menyiksamu. Watak orang semacam ini sangat kejam! Mereka tidak hanya mengatakan sesuatu begitu saja—mereka juga ingin mengendalikan dirimu. Mereka mengajukan tuntutan yang begitu kuat terhadapmu untuk melakukan sesuatu, dan menuntutmu melakukannya dengan cara tertentu, dan ini penuh dengan jenis watak tertentu. Mereka bukan hanya menuntutmu untuk melakukan sesuatu, mereka juga ingin mengendalikanmu. Jika mereka mengendalikanmu, engkau akan menjadi boneka milik mereka, boneka di tangan mereka. Jika engkau sepenuhnya mendengarkan mereka dalam apa pun yang kaukatakan, dalam apa pun yang kaulakukan, dan dalam cara apa pun engkau melakukannya, maka mereka akan senang. Ketika engkau merasakan watak seperti ini, apa yang kaurasakan di dalam hatimu? (Aku merasa takut.) Dan ketika engkau merasa takut, bagaimana engkau mendefinisikan watak mereka? Apakah watak mereka bertanggung jawab, apakah baik hati, atau kejam? Engkau menyadari bahwa watak seperti itu kejam. Ketika engkau merasa watak seseorang itu kejam, apakah engkau merasa senang, ataukah merasakan kebencian, antipati, dan ketakutan? (Kebencian, antipati, dan ketakutan.) Perasaan-perasaan buruk ini muncul dalam dirimu. Ketika engkau merasakan kebencian, antipati, dan ketakutan, apakah engkau merasa merdeka dan bebas, ataukah merasa terikat? (Terikat.) Berasal dari manakah rasa dan perasaan semacam ini? Semua itu berasal dari Iblis. Dan perasaan apakah yang manusia nikmati dari hal-hal yang berasal dari Tuhan? (Perasaan bebas dan leluasa.) Hatimu terasa sangat bebas dan leluasa. Meskipun engkau dipangkas, ditegur, didisiplinkan, atau dihakimi dan dihajar, akan seperti apakah sentimen dan perasaanmu? (Aku akan merasa berutang dan menyesal di dalam hatiku, dan akan merasa aku telah melakukan sesuatu yang salah, dan kemudian aku mampu benar-benar bertobat dan menuju ke arah yang benar. Meskipun aku merasakan penderitaan batin, rohku menikmati kasih, damai sejahtera, dan sukacita dari Tuhan.) Hasil yang dicapai positif, dan ini adalah pekerjaan Tuhan. Apa akibat dari tindakan Iblis? (Iblis membelenggu manusia, dan mereka tidak mampu mendapatkan kebebasan. Di dalam hatinya, mereka menderita dan tidak tahu bagaimana melepaskan diri dari penderitaan tersebut.) Iblis mengekang orang, memberi mereka rasa takut yang aneh dan yang tak dapat dijelaskan, mengikat dan mengekang hati mereka. Begitu mereka berusaha untuk bertindak, tangan dan kaki mereka terikat, dan membuat mereka sangat takut. Itu adalah perbuatan Iblis, dan ini berasal dari Iblis. Watak seperti apa yang terlihat saat Iblis dan antikristus bertindak dengan cara seperti ini? Mereka memperlihatkan watak yang kejam.
Orang yang berwatak kejam selalu ingin mengendalikan orang lain. Apa yang dimaksud dengan mengendalikan orang? Apakah hanya dengan melarang orang mengucapkan perkataan tertentu? Apakah hanya dengan melarang orang berpikir dengan cara tertentu? Tentu saja tidak—ini bukan masalah perkataan atau pemikiran, melainkan masalah watak mereka yang kejam. Berdasarkan kata "kejam", apa sajakah yang mungkin orang lakukan ketika mereka memperlihatkan watak ini? Pertama-tama, mereka ingin memanipulasi orang. Apa yang dimaksud dengan memanipulasi? Maksudnya adalah apa pun yang terjadi di gereja, mereka selalu ingin turun tangan, ikut campur, dan membuat pengaturan. Mereka akan menetapkan aturan untukmu, dan engkau harus menaatinya. Jika engkau tidak taat, mereka akan menjadi marah. Mereka ingin memanipulasimu: jika mereka menyuruhmu pergi ke timur, engkau harus pergi ke timur, dan jika mereka menyuruhmu pergi ke barat, engkau harus pergi ke barat. Mereka memiliki keinginan seperti ini, dan kemudian bertindak dengan cara seperti ini—inilah yang disebut manipulasi. Orang-orang ini ingin mengatur nasib orang lain, mengatur dan mengendalikan hidup, pikiran, perilaku, dan kesukaan orang, sehingga pikiran, gagasan, kesukaan, dan keinginan orang tersebut menjadi sesuai dengan apa yang mereka katakan dan apa yang mereka inginkan, bukannya sesuai dengan apa yang Tuhan firmankan—inilah yang disebut manipulasi. Mereka selalu ingin mengatur agar orang melakukan ini atau itu sesuai kemauan mereka sendiri, mereka tidak bertindak berdasarkan prinsip, tetapi berdasarkan niat dan kesukaan mereka sendiri. Mereka tidak peduli bagaimana perasaanmu, mereka dengan paksa memerintahkanmu, dan engkau harus melakukan apa pun yang mereka suruh; jika engkau tidak bertindak sesuai dengan keinginan mereka, mereka akan menanganimu dan membuatmu merasa bahwa engkau benar-benar tak punya pilihan dan tidak ada yang bisa dilakukan. Engkau tahu di dalam hatimu bahwa engkau sedang ditipu dan dikendalikan, tetapi engkau tetap tidak tahu bagaimana cara membedakannya, apalagi berani menentangnya. Bukankah tindakan mereka adalah perilaku Iblis? (Ya.) Ini adalah perilaku Iblis. Iblis mengelabui manusia dengan cara seperti ini dan mengendalikan mereka dengan cara seperti ini, jadi watak Iblis terwujud dengan sendirinya dalam diri manusia ketika mereka selalu berusaha mengendalikan dan memanipulasi orang lain. Entah mereka mampu mencapai tujuan mereka mengendalikan dan memanipulasi orang lain atau tidak, semua orang memiliki watak seperti ini. Watak apakah ini? (Watak yang kejam.) Ini adalah watak yang kejam. Mengapa disebut watak yang kejam? Apa perwujudan yang jelas dari watak ini? Apakah ini mengandung nuansa paksaan? (Ya.) Ini mengandung nuansa paksaan, yang berarti apakah engkau mendengarkan atau tidak, bagaimanapun perasaanmu, apakah engkau menikmati dan memahaminya atau tidak, mereka dengan paksa mendesakmu untuk mendengarkan mereka dan menuruti perkataan mereka, tanpa penjelasan apa pun, tanpa memberimu kesempatan untuk berbicara, dan tanpa memberimu kebebasan apa pun—bukankah itu memiliki lapisan makna ini? (Ya.) Ini disebut "ganas", yang merupakan salah satu aspek dari watak yang kejam.[b] Aspek lain dari watak yang kejam adalah "jahat,"[c] apa yang dimaksud dengan "jahat"? Ini mengacu pada orang yang menggunakan metode indoktrinasi dan penindasan yang bersifat memaksa untuk mencapai hasil mengendalikanmu dan membuatmu menuruti manipulasi mereka, sehingga mereka merasa puas karenanya. Inilah yang disebut "jahat". Di dalam tindakannya, Iblis ingin menghalangimu agar engkau tidak memiliki kehendak bebas, tidak belajar merenung dan mengenali, dan tidak memahami kebenaran yang dapat menuntun hidupmu untuk menjadi dewasa. Iblis tidak membiarkanmu melakukan hal-hal itu, dan dia ingin mengendalikanmu. Iblis tidak membiarkanmu mencari kebenaran dan memahami maksud Tuhan, dan dia tidak membawamu ke hadapan Tuhan, sebaliknya dia membawamu ke hadapan dirinya sendiri dan membuatmu menuruti perkataannya, seolah-olah perkataannya itu adalah kebenaran, dan apa pun yang dia katakan adalah benar, dan seolah-olah dia adalah pusat dari segala sesuatu, jadi engkau harus mendengarkannya dan tidak berusaha menganalisis apakah perkataannya tersebut benar atau salah. Watak yang memanipulasi dan mengendalikan perilaku dan pikiran orang secara paksa dan keras disebut watak yang kejam. Bukankah engkau sering melihat perwujudan ini dalam kehidupanmu sehari-hari? (Ya.) Ketika engkau semua menyaksikan perwujudan seperti ini, apakah engkau menyadari bahwa semua itu adalah perwujudan watak yang kejam? (Sebelumnya, aku tidak menyadarinya, tetapi sekarang aku paham.) Jika orang lain melakukan hal-hal seperti itu terhadapmu dan memperlihatkan watak seperti itu, engkau dapat menyadari dan mengenalinya, tetapi jika engkau sendiri yang melakukan hal-hal seperti itu dan memperlihatkan watak seperti itu, akankah engkau menyadari bahwa ini adalah masalah? Akankah engkau menyadari bahwa "Watak seperti ini kejam! Bertindak seperti ini adalah masalah yang besar! Selalu memiliki keinginan dan ambisi untuk menguasai orang, mengendalikan orang secara paksa adalah tindakan yang salah, tindakan seperti itu berasal dari Iblis, itu adalah watak Iblis. Aku tidak boleh bertindak seperti ini, aku harus mencari cara untuk memperlakukan dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang sesuai dengan kebenaran"? Akankah engkau menyadari hal ini? (Tidak.) Jika engkau tidak mampu menyadari hal ini, dan engkau sering memperlihatkan watak seperti ini, apa akibatnya? Tahukah engkau semua apa akibatnya? (Akibatnya, saudara-saudari tidak mau menghabiskan waktu bersamaku, dan mereka akan menolakku.) Itu adalah salah satu akibatnya. Orang-orang seperti ini tidak mampu bergaul secara harmonis dengan orang lain, dan orang akan sangat membenci mereka. Mereka seperti wabah; begitu mereka datang, semua orang terpaksa pergi, dan mengapa demikian? Tak seorang pun mau dikendalikan oleh mereka. Orang-orang percaya kepada Tuhan dan mau mengikuti Tuhan, dan mereka tidak mau mengikuti Iblis, tetapi orang seperti ini selalu ingin mengendalikan orang lain, jadi bagaimana mungkin orang tidak menolak mereka? Pertama-tama, mereka akan sering ditolak oleh saudara-saudari dan membuat orang sangat membenci mereka. Jika orang-orang seperti itu tidak mau bertobat, mereka bahkan mungkin tidak mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, atau dalam jangka waktu yang lama, karena mereka tidak mampu bekerja secara harmonis dengan orang lain. Jadi, mereka harus disingkirkan. Selain itu, apa akibat lainnya? (Akibat lainnya adalah kehidupan bergereja akan terganggu.) Ini adalah akibat lainnya. Orang-orang seperti itu akan menjadi domba hitam di antara saudara-saudari, dan mereka akan mengganggu kehidupan bergereja. Apa kerugian mereka secara pribadi karena hal ini? (Mereka tidak akan mampu mengalami pertumbuhan dalam hidup.) Mereka tentunya tidak akan mampu mengalami pertumbuhan dalam hidup, jadi apa hasil akhirnya? Mereka tentu akan dihukum dan disingkirkan. Orang yang selalu ditolak oleh saudara-saudarinya, yang tidak pernah bertumbuh dalam hidupnya, dan yang selalu ingin mengendalikan orang lain, selalu ingin membuat orang lain mendengarkan perkataannya, yang ingin mengambil tempat Tuhan di hati orang, dan pada akhirnya diasingkan, serta yang tetap tidak bertobat dan tidak pernah berubah, bagaimana Tuhan akan menangani orang seperti itu? Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan menyelamatkan manusia atau mereka yang bukan manusia? (Manusia.) Lalu bagaimana Tuhan mendefinisikan orang-orang seperti ini? (Mereka dianggap bukan manusia.) Tuhan mendefinisikan orang seperti itu bukan manusia, dan Tuhan tidak menyelamatkan mereka. Lalu bukankah kesudahan orang seperti itu sudah ditentukan? Orang seperti itu tak punya harapan, hidup mereka sama sekali tidak bernilai. Didefinisikan oleh Tuhan sebagai bukan manusia sungguh menyedihkan!
Untuk mengejar jalan masuk kehidupan, orang perlu memeriksa perkataan, perbuatan, pemikiran, dan gagasan mereka dalam semua hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, memahami keadaan dirinya sendiri, lalu membandingkannya dengan firman Tuhan, mencari kebenaran, dan menerapkan kebenaran sebanyak yang telah mereka pahami. Selama proses orang menerapkan dan mengalaminya, mereka juga perlu selalu memeriksa keadaan mereka sendiri, mencari tahu apakah di dalam hati mereka masih ada keadaan negatif dan hal-hal lain yang menghalangi mereka untuk menerapkan kebenaran, dan setelah menemukan hal-hal tersebut, mereka perlu berdoa dan memohon kepada Tuhan untuk membereskan keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut—cara ini akan memastikan mereka untuk mampu menerapkan kebenaran yang mereka pahami. Satu-satunya cara untuk memastikan bahwa orang mampu menerapkan kebenaran adalah dengan selalu membereskan keadaan negatif, gagasan, dan imajinasi mereka. Aspek kebenaran apa pun yang sedang diterapkan, akan ada kesulitan tertentu, dan ketika lingkungan dan konteksnya berubah, kesulitan baru akan muncul. Selain itu, berbagai gagasan, imajinasi, dan niat orang yang tidak murni dapat menghalangi mereka untuk menerapkan kebenaran, jadi mereka harus sering membuka diri dan bersekutu dengan orang yang memahami kebenaran, dan mencari jalan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, serta mencari prinsip-prinsip kebenaran, untuk memastikan bahwa mereka mampu menerapkan kebenaran sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran di berbagai lingkungan dan konteks, dan dalam segala macam hal. Masuk ke dalam kenyataan kebenaran hanya dapat dicapai dengan mencari dan menerapkan jalan masuk dengan cara seperti ini. Jika orang tidak sering merenungkan diri mereka, mereka tidak akan mampu memahami keadaan mereka sendiri, dan mereka tidak akan tahu di mana letak kesulitan mereka dan seberapa besar hambatan mereka dalam menerapkan kebenaran, jadi mereka tidak akan mampu memastikan bahwa mereka mampu menerapkan kebenaran. Hanya mereka yang mengenal dirinya sendiri dan memahami keadaannya sendiri mampu mengandalkan Tuhan, memandang kepada-Nya, dan dengan mudah menerapkan kebenaran. Mereka yang tidak mengenal diri mereka selalu mengikuti aturan berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, sehingga mereka menghadapi banyak rintangan dan mengalami banyak kesulitan. Sebenarnya, kesulitan terbesar yang orang hadapi adalah watak rusak mereka, diikuti dengan tidak memahami prinsip-prinsip penerapan. Setelah orang mengatasi kedua kesulitan ini, akan mudah bagi mereka untuk menerapkan kebenaran. Untuk menjadi orang yang tunduk kepada Tuhan, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, orang harus terlebih dahulu berupaya untuk menerapkan kebenaran; jika orang mampu menerapkan beberapa aspek kebenaran dalam berbagai hal yang mereka hadapi setiap hari, itu artinya mereka telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau selalu berlatih dengan cara seperti ini, dan merenungkan dirimu serta menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan, engkau akan secara bertahap mampu membereskan keadaan rusakmu sendiri, dan engkau akan memiliki jalan untuk menerapkan dan masuk ke dalam kebenaran. Engkau juga sekaligus akan memperoleh pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip untuk menerapkan semua aspek kebenaran. Jika orang memiliki pemahaman yang benar tentang keadaan-keadaan ini dan semua aspek kebenaran, hati mereka akan terasa puas, dan mereka akan makin diperkaya; mereka tidak akan lagi tampak mati rasa dan bodoh, dan tidak akan lagi tampak miskin dan menyedihkan. Sebagian besar orang saat ini mampu membahas sedikit tentang hal-hal lahiriah, tetapi ketika diminta untuk mengungkapkan sudut pandang yang benar tentang mana yang benar dan mana yang salah, serta membahas pemahaman mereka tentang hal-hal ini, cara mereka menghadapinya, dan jalan untuk menerapkannya, mereka kurang memiliki pemahaman yang jelas dan hati mereka sama sekali hampa. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Engkau salah, hati kami tidak sepenuhnya hampa. Kami tahu Tuhan berdaulat atas hujan, kami tahu Tuhan mengatur agar pohon-pohon bertunas di musim semi, kami tahu hukum-hukum yang Tuhan tetapkan menentukan kapan burung-burung membuat sarangnya, mengapa berbagai bunga berbeda-beda dan beraneka warna, serta mengapa daun pohon berwarna hijau—semua ini adalah hukum penciptaan Tuhan atas segala sesuatu, dan hukum ini ditetapkan oleh Tuhan. Kami tahu kami harus hidup berdasarkan hukum yang Tuhan tetapkan, bangun di pagi hari, tidur di malam hari, dan makan tiga kali sehari, dan kami juga tahu ada hukum-hukum mengenai kelahiran, penuaan, penyakit, dan kematian bagi manusia, dan tak seorang pun yang bisa melanggar hukum-hukum tersebut. Terlebih lagi, kami tidak mengeluh tentang Tuhan—kami bersyukur kepada Tuhan karena kami bisa hidup hari ini, dan kami juga akan bersyukur kepada Tuhan jika kami akan mati besok. Kami tidak melarat, tidak mati rasa, dan tidak bodoh." Apakah sekadar memahami doktrin-doktrin ini sama dengan memahami kebenaran? Apakah ini berarti sudah masuk ke dalam kenyataan kebenaran? (Tidak.) Memahami hal-hal ini hanyalah langkah pertama, dan itu juga merupakan hal-hal yang harus orang pahami, tetapi yang paling perlu mereka pahami adalah bagaimana mereka harus hidup, berdasarkan apa mereka harus hidup, dan tugas apa yang harus mereka laksanakan. Jika engkau tidak mampu mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu, engkau tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan, dan engkau tidak akan memperoleh kebenaran dan hidup, dan bukankah iman semacam ini kepada Tuhan adalah iman yang hampa? Ini berarti hatimu benar-benar hampa. Yang lain lagi berkata, "Dahulu, tingkat pertumbuhanku rendah dan aku tidak tahu bahwa segala sesuatu yang menimpaku diatur oleh Tuhan, dan aku tidak tahu bagaimana cara memandang atau menangani hal-hal ini, dan ketika hal-hal ini terjadi, aku merasa bingung dan menanganinya dengan cara manusia. Sekarang aku mengerti bahwa hal-hal yang terjadi setiap hari, sekecil apa pun itu, semuanya diatur oleh Tuhan, dan segala sesuatu ditetapkan oleh Tuhan, dan aku akan berkata, 'Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu atas kedaulatan-Mu, dan aku rela menyerahkan nasibku ke dalam tangan-Mu dan tunduk pada pengaturan-Mu; aku tidak ingin memberontak, aku ingin mendengarkan firman-Mu, dan aku pasti akan melaksanakan tugasku dengan baik serta menyerahkan kesetiaanku dan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk itu!' Aku memahami semua ini, jadi bagaimana mungkin aku tetap miskin dan menyedihkan?" Kenyataannya, mereka miskin dan menyedihkan. Mengapa Aku mengatakan mereka miskin dan menyedihkan? (Karena mereka tidak memahami watak Iblis dalam diri mereka dan tidak tahu esensi natur mereka; mereka mampu membahas begitu banyak doktrin rohani, tetapi ketika sesuatu terjadi, mereka tetap hidup berdasarkan watak Iblis dalam diri mereka, dan setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watak hidup mereka belum berubah sedikit pun.) Yang mereka pahami hanyalah jubah rohani palsu yang mereka kenakan; mereka tampak memiliki keserupaan dengan orang yang percaya kepada Tuhan dan hidup sebagaimana layaknya orang-orang kudus, serta tampak telah menguasai beberapa teori teologi rohani yang mendalam. Namun, yang mereka pahami bukanlah kebenaran, melainkan hanya semacam teori teologis. Yang mereka pahami tidak mampu mengubah arah hidup orang, tidak mampu mengubah pandangan orang atau prinsip-prinsip untuk urusan duniawi, dan tentu saja tidak mampu mengubah watak rusak orang. Teori-teori teologis ini, doktrin-doktrin rohani ini, sama sekali tidak mampu membuat hubungan orang dengan Tuhan menjadi normal, dan tidak memungkinkan mereka untuk mengenali watak rusak mereka, dan tidak membuat mereka membuang watak rusak mereka, apalagi memungkinkan mereka untuk mencapai taraf mengenal dan tunduk kepada Tuhan melalui pengalaman akan pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, yang disebut perkataan dan doktrin rohani ini sama sekali tidak bermanfaat bagi manusia, tetapi hanya membuat mereka menjadi congkak dan sombong, membuat mereka makin memberontak dan menentang-Nya, karena hal-hal rusak ini tidak ada kaitannya dengan kebenaran dan semuanya merupakan kemunafikan yang harus sepenuhnya dilepaskan dan ditinggalkan.
Sekarang ini, hal penting apa yang perlu dikejar oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan? (Perubahan watak.) Dapatkah membahas banyak doktrin mengubah watak orang? (Tidak.) Apa sebenarnya perubahan watak itu? Apakah perubahan watak berarti orang berubah dalam karakternya, dan mereka menjadi sangat ramah, mudah bergaul, dan disukai oleh semua orang? Apakah perubahan watak berarti orang menjadi berdiam diri dan enggan berbicara atau tertawa? Apakah perubahan watak berarti orang menjadi tabah dalam berbagai situasi, berpengalaman, dan dewasa? (Tidak.) Lalu apa yang dimaksud dengan perubahan watak? Apa hal pertama yang harus orang pahami untuk mengubah watak mereka? Pertama-tama, orang harus memahami apa yang mendasari tercapainya perubahan watak, yakni mereka harus terlebih dahulu mengenali sudah menjadi seperti apakah esensi natur manusia dan sudah menjadi seperti apakah watak manusia setelah dirusak oleh Iblis. Ini akan memungkinkan mereka untuk menyadari kenyataan tentang kerusakan mereka sendiri. Sebagai contoh, ada orang-orang yang sangat licik, dan kelicikan ini adalah natur dan watak mereka; ada orang-orang yang sangat congkak, dan kecongkakan ini merupakan natur dan watak mereka. Akan Kuberikan sebuah contoh. Misalnya saat sesuatu menimpa dirimu, engkau memiliki niatmu sendiri. Ketika niat ini muncul, apa yang mengendalikannya? Pertama, yang mengendalikan niat itu tentu saja bukanlah kepribadianmu, bukan pula latar belakang keluargamu, apalagi orang lain. Yang mengendalikan niatmu adalah watakmu. Jadi, pertama-tama engkau harus memeriksa dirimu untuk menemukan watak manakah yang dimaksud, entah itu watak congkak, watak jahat, watak kejam, atau watak keras kepala. Setelah memahaminya, periksalah dirimu lebih jauh untuk menemukan keadaan apa yang akan muncul karena watak ini. Katakanlah, sebagai contoh, watak licik. Jika orang melakukan tipu daya, niat apa yang mendasarinya? Tujuan apa yang ingin mereka capai? Tentu saja, tujuan mereka adalah untuk mendapatkan ketenaran, keuntungan, dan status; singkatnya, tujuannya adalah untuk kepentingan diri mereka sendiri. Dan apa yang menjadi sumber dari pengejaran kepentingan diri sendiri? Sumbernya adalah orang-orang memandang kepentingan mereka sebagai sesuatu yang lebih penting daripada apa pun. Mereka melakukan tipu daya agar dapat menguntungkan diri mereka sendiri, dan karena itu watak licik mereka tersingkap. Bagaimana seharusnya masalah ini diselesaikan? Pertama, engkau harus mengenali dan memahami apa itu kepentingan, apa yang sebenarnya dibawanya kepada orang, dan apa konsekuensinya jika orang mengejar kepentingan. Jika engkau tidak dapat memahaminya, maka melepaskan kepentingan akan lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Jika orang tidak memahami kebenaran, tidak ada yang lebih sulit bagi mereka untuk melepaskan daripada kepentingan mereka sendiri. Itu karena falsafah hidup mereka adalah "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Manusia mati demi mendapatkan kekayaaan sama seperti burung mati demi mendapatkan makanan". Jelas, mereka hidup untuk kepentingan mereka sendiri. Orang mengira tanpa memiliki kepentingan mereka sendiri—jika mereka harus kehilangan kepentingan mereka—mereka tak akan mampu bertahan hidup. Ini seolah-olah kelangsungan hidup mereka tidak dapat dipisahkan dari kepentingan mereka sendiri, jadi kebanyakan orang buta terhadap segala hal kecuali kepentingan mereka sendiri. Mereka memandang kepentingan mereka sendiri lebih tinggi daripada apa pun, mereka hidup demi kepentingan mereka sendiri, dan meminta mereka untuk melepaskan kepentingan mereka sendiri adalah seperti meminta mereka untuk menyerahkan nyawa mereka. Jadi, apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti itu? Orang harus menerima kebenaran. Hanya ketika mereka memahami kebenaran, barulah mereka dapat melihat esensi dari kepentingan mereka sendiri; hanya dengan cara demikianlah mereka mulai melepaskan dan memberontak terhadapnya, dan mampu menanggung penderitaan karena melepaskan apa yang sangat mereka cintai. Dan ketika engkau dapat melakukan hal ini, dan meninggalkan kepentingan dirimu sendiri, engkau akan merasa semakin tenang dan semakin damai di hatimu, dan dengan melakukan itu, engkau akan mengalahkan daging. Jika engkau berpaut pada kepentinganmu sendiri dan tidak mau melepaskannya, dan jika engkau sedikit pun tidak menerima kebenaran, di dalam hatimu, engkau mungkin berkata, "Apa salahnya berusaha menguntungkan diriku sendiri dan tidak mau mengalami kerugian apa pun? Tuhan tidak menghukumku, dan apa yang dapat orang lakukan terhadapku?" Tak seorang pun yang dapat melakukan apa pun terhadapmu, tetapi dengan kepercayaanmu seperti ini terhadap Tuhan, akhirnya engkau akan gagal memperoleh kebenaran dan hidup. Ini akan menjadi kerugian besar bagimu—engkau tak akan mampu memperoleh keselamatan. Adakah penyesalan yang lebih besar dari ini? Inilah yang pada akhirnya kaudapatkan jika mengejar kepentingan dirimu sendiri. Jika orang hanya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status—jika mereka hanya mengejar kepentingan diri mereka sendiri—mereka tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup, dan pada akhirnya, merekalah yang akan mengalami kerugian. Tuhan menyelamatkan orang yang mengejar kebenaran. Jika engkau tidak menerima kebenaran, dan jika engkau tidak mampu merenungkan dan mengetahui watak rusakmu sendiri, maka engkau tidak akan benar-benar bertobat, dan engkau tidak akan memiliki jalan masuk kehidupan. Menerima kebenaran dan mengenal dirimu sendiri adalah jalan menuju pertumbuhan dalam hidup dan jalan untuk memperoleh keselamatan, itu adalah kesempatan bagimu untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima pemeriksaan, penghakiman, dan hajaran-Nya, dan untuk memperoleh kebenaran dan hidup. Jika engkau tidak mau mengejar kebenaran demi mengejar ketenaran, keuntungan, dan status serta kepentinganmu sendiri, ini sama saja dengan melepaskan kesempatan untuk menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, serta memperoleh keselamatan. Engkau memilih ketenaran, keuntungan, dan status, serta kepentinganmu sendiri, tetapi yang engkau lepaskan adalah kebenaran, dan yang hilang darimu adalah hidup, dan kesempatan untuk diselamatkan. Yang mana yang lebih berarti? Jika engkau memilih kepentinganmu sendiri dan melepaskan kebenaran, bukankah hal ini bodoh? Dalam ungkapan sehari-hari, ini adalah mengalami kerugian besar hanya untuk mendapatkan keuntungan yang kecil. Ketenaran, keuntungan, status, uang, dan kepentingan, semua itu sementara, semua itu bersifat fana, sedangkan kebenaran dan hidup bersifat kekal dan tidak berubah. Jika orang membereskan watak rusak mereka yang menyebabkan mereka mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, mereka memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Selain itu, kebenaran yang orang peroleh bersifat kekal; Iblis tak mampu merebut kebenaran ini dari mereka, begitu pun orang lain. Engkau melepaskan kepentinganmu, tetapi yang kauperoleh adalah kebenaran dan keselamatan; semua hasil ini adalah milikmu, dan engkau memperolehnya untuk dirimu sendiri. Jika orang memilih untuk menerapkan kebenaran, maka meskipun mereka telah kehilangan kepentingan mereka, mereka sedang memperoleh keselamatan Tuhan dan hidup yang kekal. Orang-orang itu adalah orang yang paling cerdas. Jika orang melepaskan kebenaran demi kepentingan mereka sendiri, maka mereka akan kehilangan hidup dan keselamatan dari Tuhan; orang-orang itu adalah orang yang paling bodoh. Apa yang orang pilih—kepentingan mereka atau kebenaran—sangatlah menyingkapkan mereka. Orang yang mencintai kebenaran akan memilih kebenaran; mereka akan memilih untuk tunduk kepada Tuhan dan mengikuti-Nya. Mereka lebih suka mengabaikan kepentingan diri mereka sendiri untuk mengejar kebenaran. Sebanyak apa pun mereka harus menderita, mereka bertekad untuk teguh dalam kesaksian mereka demi memuaskan Tuhan. Inilah jalan mendasar untuk menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran.
Watak rusak sudah berakar sedemikian dalamnya dalam diri semua orang, dan semua orang sama-sama memiliki watak rusak. Pandangan, gagasan, imajinasi, dan tingkat pemberontakan seseorang tidak jauh berbeda dari yang lain dan sebagian besarnya sama. Semua orang hidup di bawah kuasa Iblis, dan mereka semua hidup berdasarkan watak Iblis. Hal yang sama adalah Tuhan memberi kesempatan yang sama kepada setiap orang, Tuhan memiliki sikap yang sama terhadap semua orang, dan perbekalan kebenaran dan hidup yang Tuhan berikan sama bagi setiap orang, jadi standar dan tuntutan Tuhan terhadap setiap orang juga sama. Jika engkau merasa engkau tidak dapat diperbaiki, merasa dirimu lebih rusak daripada orang lain, dan merasa Tuhan tidak akan menyelamatkanmu karena engkau telah memperlihatkan beberapa watak rusak yang telah terlihat oleh orang lain dan mereka muak akan watak rusakmu itu, dan engkau menganggap dirimu tak berguna dan tak mampu meningkatkan semangatmu, engkau merasa tak ingin melakukan apa pun, dan menganggap hidupmu tidak ada gunanya, dan akan lebih baik bagimu jika engkau mati, sikap seperti apakah ini? Ini bukanlah perwujudan kedewasaan dan bukan hal yang ingin Tuhan lihat; Tuhan tidak menyukai orang seperti ini atau sikap seperti ini. Selama proses mengejar kebenaran, orang perlu memperbaiki banyak keadaan yang salah, dan mereka perlu selalu mengoreksi pandangan mereka mengenai pengejaran mereka, dan mereka harus selalu datang ke hadapan Tuhan dan memohon Dia untuk memeriksa, mencerahkan, dan membimbing mereka. Tuhan akan memberi mereka pertolongan dan kasih karunia, dan Dia akan memimpin setiap orang dengan kesabaran, kebaikan, belas kasihan, dan pengampunan yang luar biasa. Jadi, engkau tidak boleh meragukan sikap dan keinginan yang benar yang orang miliki untuk mengejar kebenaran dan mendambakan keadilan dan terang, dan engkau juga tidak boleh ragu bahwa esensi Tuhan adalah Dia menyelamatkan manusia dan Dia berbelas kasihan dan penuh pengampunan terhadap manusia. Engkau semua harus mengingat firman ini! Apa maksud memberitahukan firman ini kepada manusia? Maksudnya adalah agar setiap saat manusia selalu mengejar kebenaran, tidak menganggap diri mereka tak berguna, dan tidak bersikap negatif. Saat engkau terjerumus dalam kenegatifan, engkau harus berpikir: mengapa Tuhan telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran? Tuhan melakukannya untuk membekali lebih banyak orang agar mereka mampu memahami kebenaran, dan menyelesaikan masalah nyata mereka sendiri. Engkau bukan saja memperoleh banyak hal secara langsung dari firman Tuhan, tetapi engkau juga akan memperoleh banyak hal jika engkau mempersekutukan kebenaran kepada saudara-saudarimu—bukankah itu sama dengan Tuhan membekalimu pada saat itu? Jika engkau berpikir demikian, dan engkau dapat menyadari hal ini, mengapa engkau ingin menyerah? Mengapa engkau mengeluh dalam hatimu? Mengapa engkau meragukan ketulusan Tuhan dalam menyelamatkanmu? Orang bisa saja bodoh, memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah, dan lemah, tetapi dalam hal keselamatan, mereka tidak boleh kehilangan iman mereka. Kiranya suatu hari nanti jika Aku berbicara dan berinteraksi lagi denganmu, Aku akan melihat engkau semua tidak tampak begitu miskin dan menyedihkan, dan tidak tampak begitu mati rasa dan bodoh, tetapi telah memperoleh dan mendapatkan sesuatu. Engkau semua telah banyak mendengar, telah banyak melihat, telah memahami banyak hal, tetapi apakah engkau telah memperoleh kebenaran atau tidak, dan apakah engkau dapat disempurnakan atau tidak, itu tergantung pengejaranmu. Inilah faktanya bahwa jika orang mengejar kebenaran, mereka akan mampu memperolehnya, tetapi jika mereka tidak mendengarkan dan tidak mengejar kebenaran, mereka tidak akan pernah menerimanya. Selama engkau semua benar-benar mengejar kebenaran, dan berusaha untuk mengasihi Tuhan dan mengubah watakmu seperti yang Petrus lakukan, engkau akan mendapatkan perkenanan Tuhan; itu sudah pasti.
6 Februari 2018
Catatan kaki:
a. Teks aslinya tidak mengandung kalimat "ada dua sikap yang berbeda: 'sikap kepala batu' dan 'sikap yang keras dan sulit.'"
b. Teks aslinya tidak mengandung klausa "yang merupakan salah satu aspek dari watak kejam."
c. Teks aslinya tidak mengandung kalimat "Aspek lain dari watak kejam adalah 'jahat.'"