Firman tentang Mengenal Pekerjaan dan Watak Tuhan
Kutipan 19
Sebagian besar manusia tidak memahami pekerjaan Tuhan sehingga iman mereka sangat kurang. Memahami pekerjaan Tuhan tidaklah mudah; pertama-tama, kita harus memahami bahwa ada rencana untuk semua pekerjaan Tuhan dan semuanya dilakukan sesuai dengan waktu Tuhan. Manusia tidak akan pernah bisa memahami apa dan kapan Tuhan bekerja; Tuhan melakukan pekerjaan tertentu pada waktu tertentu dan Dia tidak menundanya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghancurkan pekerjaan-Nya. Bekerja sesuai dengan rencana-Nya dan sesuai dengan maksud-Nya adalah prinsip yang Dia gunakan untuk melakukan pekerjaan-Nya, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengubah hal tersebut. Di sini, engkau harus memahami watak Tuhan. Pekerjaan Tuhan tidak menunggu siapa pun, jika tiba waktunya untuk melakukan suatu pekerjaan, pekerjaan itu harus dilakukan. Engkau semua telah mengalami pekerjaan Tuhan dalam beberapa tahun terakhir. Siapakah yang dapat menghancurkan cara Tuhan membekali manusia, menghalangi-Nya agar tidak mengucapkan firman-Nya ketika Dia perlu mengucapkannya, dan menghalangi-Nya agar tidak melaksanakan pekerjaan ketika harus dilaksanakan? Ketika mereka pertama kali mulai memberitakan Injil, kebanyakan orang membagikan buku-buku firman Tuhan kepada orang-orang di gereja dan orang-orang beragama. Apa hasil dari hal ini? Sangat sedikit dari orang-orang ini yang menyelidiki firman Tuhan; kebanyakan dari mereka memfitnah, menghakimi, dan penuh permusuhan. Ada orang-orang yang membakar buku-buku tersebut, ada yang menyitanya, ada yang memukuli orang-orang yang memberitakan Injil dan memaksa mereka untuk mengakui kesalahannya, dan ada yang bahkan menelepon polisi untuk menangkap dan menganiaya mereka. Pada saat itu, semua denominasi menentang dengan kalap, tetapi pada akhirnya Injil Kerajaan tetap disebarkan ke seluruh daratan Tiongkok. Siapakah yang dapat mengganggu pelaksanaan kehendak Tuhan? Siapakah yang dapat menghentikan pemberitaan Injil Kerajaan Tuhan? Domba-domba Tuhan mendengarkan suara Tuhan, mereka yang harus didapatkan oleh Tuhan akan didapatkan cepat atau lambat. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihancurkan oleh siapa pun. Hal ini seperti kalimat dalam Amsal yang menyatakan: "Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini" (Amsal 21:1). Terlebih lagi, hal ini terjadi pada orang-orang yang tidak penting itu, bukan? Tuhan memiliki rencana dan pengaturan-Nya sendiri tentang kapan Dia akan melakukan pekerjaan-Nya. Ada orang-orang yang selalu menilai bahwa mustahil bagi Tuhan untuk melakukan ini atau itu, tetapi gagasan seperti itu hanyalah imajinasi manusia. Sebesar apa pun kerusakan yang dilakukan manusia dan sebesar apa pun masalah yang ditimbulkan Iblis, semua itu tidak akan ada artinya dan tidak akan mampu menghentikan pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Roh Kudus menentukan segalanya dan manusia tidak dapat mencapai apa pun tanpa pekerjaan Roh Kudus. Nalar macam apa yang harus dimiliki manusia mengenai hal ini? Ketika manusia menyadari bahwa Roh Kudus tidak bekerja, mereka harus melepaskan gagasannya sendiri dan berhati-hati untuk tidak melakukan apa pun secara membabi buta. Pilihan yang bijaksana adalah mencari maksud Tuhan dan menunggu waktu Tuhan. Ada orang-orang yang selalu mengandalkan gagasan dan imajinasi manusiawinya sendiri serta mendahului Tuhan. Akibatnya adalah Roh Kudus tidak bekerja dan upaya mereka sia-sia. Namun, manusia harus melakukan apa yang harus dilakukan dan mereka harus melaksanakan tugasnya. Engkau tidak dapat menunggu secara pasif karena takut melakukan sesuatu yang keliru dan engkau tentu saja tidak dapat mengatakan, "Tuhan belum melakukannya, dan Tuhan belum mengatakan apa yang Dia ingin aku lakukan, jadi aku tidak akan melakukan apa pun untuk saat ini." Bukankah ini merupakan kegagalan dalam melaksanakan tugasmu? Engkau harus memikirkan hal ini dengan saksama karena ini bukanlah masalah kecil, satu kesalahan dalam berpikir dapat merusak prospekmu atau menghancurkanmu.
Dalam rencana pengelolaan Tuhan, pekerjaan apa pun yang Tuhan lakukan, dilaksanakan tepat waktu, pada saat yang tepat, sangat akurat, dan sama sekali tidak sesuai dengan imajinasi manusia yang berkata, "Ini tidak akan berhasil, itu tidak akan berhasil, ini akan menemui jalan buntu!" Tuhan itu Mahakuasa dan tidak ada yang sulit bagi-Nya. Dari Zaman Hukum Taurat hingga Zaman Kasih Karunia hingga Zaman Kerajaan, setiap tahap pekerjaan Tuhan telah dilakukan bertentangan dengan gagasan manusia, yang menganggap itu semua tidak mungkin dilakukan. Meskipun demikian, pada akhirnya semuanya berhasil, Iblis benar-benar dipermalukan dan gagal, serta manusia tidak dapat membantahnya. Apa yang dapat manusia lakukan? Mereka bahkan tidak mampu menerapkan kebenaran, tetapi masih bisa congkak dan sombong serta menganggap mereka mampu melakukan apa pun, hati mereka penuh dengan keinginan yang berlebihan, dan mereka sama sekali tidak memberikan kesaksian yang benar. Bahkan, ada orang yang berpikir, "Hari Tuhan akan segera tiba, kita tidak perlu menderita lagi, kita akan memiliki kehidupan yang baik, dan kesudahannya sudah di depan mata." Biarkan Aku memberitahumu, orang-orang seperti itu hanya ikut-ikutan dan bermain-main, pada akhirnya, mereka hanya akan dihukum dan tidak mendapatkan apa pun! Dapatkah percaya kepada Tuhan demi melihat hari Tuhan dan meluputkan diri dari bencana besar membantu seseorang memperoleh kebenaran dan hidup? Siapa pun yang percaya kepada Tuhan untuk menghindari bencana dan melihat hari Tuhan akan binasa. Namun, mereka yang percaya untuk mengejar kebenaran dan diselamatkan melalui perubahan watak akan selamat. Inilah orang-orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Orang-orang percaya yang kacau itu pada akhirnya tidak akan memperoleh apa pun, hanya bekerja dengan sia-sia, dan akan dihukum dengan lebih berat. Semua orang memiliki kekurangan wawasan yang parah. Mereka yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak melaksanakan tugasnya dan selalu memikirkan hal-hal yang jahat adalah pelaku kejahatan, mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya dan hanya merugikan dirinya sendiri. Bukankah orang-orang percaya dan orang-orang tidak percaya sama-sama berada di tangan Tuhan? Siapa yang dapat meluputkan diri dari tangan Tuhan? Tidak ada yang dapat lolos! Mereka yang meluputkan diri pada akhirnya harus kembali kepada Tuhan dan dihukum. Ini adalah hal yang jelas, mengapa orang-orang tidak bisa memahaminya?
Ada orang-orang yang tidak memiliki sedikit pun pemahaman tentang kemahakuasaan Tuhan meskipun mereka percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka selalu bingung dengan pertanyaan berikut ini: "Karena Tuhan itu Mahakuasa, memiliki otoritas, dan mampu berdaulat atas segala sesuatu, mengapa Dia masih menciptakan Iblis, membiarkannya merusak manusia selama 6.000 tahun dan menjerumuskan dunia ke dalam kekacauan? Mengapa Tuhan tidak menghancurkan Iblis? Bukankah manusia akan memiliki kehidupan yang baik jika Iblis dilenyapkan?" Ini adalah cara kebanyakan orang berpikir. Dapatkah engkau semua menjelaskan masalah ini? Hal ini melibatkan kebenaran sehubungan dengan penglihatan. Pertanyaan ini telah dipikirkan oleh banyak orang, tetapi sekarang engkau semua memiliki dasar, engkau tidak akan meragukan Tuhan karenanya. Namun, kebingungan tentang hal ini harus dijernihkan. Ada orang-orang yang bertanya, "Mengapa Tuhan membiarkan penghulu malaikat mengkhianati-Nya? Mungkinkah Tuhan tidak tahu bahwa penghulu malaikat mampu mengkhianati-Nya? Apakah Tuhan gagal mengendalikannya, apakah Dia mengizinkannya, atau apakah Dia memiliki suatu maksud tertentu?" Mengajukan pertanyaan seperti ini adalah hal yang wajar bagi manusia dan mereka harus tahu bahwa pertanyaan ini melibatkan seluruh rencana pengelolaan Tuhan. Dia mengatur agar ada penghulu malaikat dan pengkhianatan penghulu malaikat terhadap Tuhan diizinkan dan diatur oleh-Nya—hal ini tentu saja termasuk dalam lingkup rencana pengelolaan Tuhan. Dia mengizinkan penghulu malaikat untuk merusak manusia yang telah Dia ciptakan, setelah penghulu malaikat itu mengkhianati-Nya. Ini bukan berarti Tuhan gagal mengendalikan Iblis sehingga manusia tergoda oleh ular dan dirusak oleh Iblis, tetapi Tuhanlah yang mengizinkan Iblis melakukan hal ini. Hanya setelah Dia mengizinkan agar hal ini terjadi, barulah Dia memulai rencana pengelolaan-Nya dan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia. Mampukah manusia mengungkap misteri di sini? Setelah manusia dirusak oleh Iblis, Tuhan kemudian memulai pekerjaan pengelolaan-Nya atas manusia. Pertama, Dia melakukan pekerjaan pada Zaman Hukum Taurat di Israel. Setelah dua ribu tahun berlalu, Dia melakukan pekerjaan penyaliban pada Zaman Kasih Karunia dan semua manusia ditebus. Pada akhir zaman, Dia berinkarnasi untuk menaklukkan dan menyelamatkan sekelompok orang pada akhir zaman. Orang macam apakah yang dilahirkan pada akhir zaman? Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami ribuan tahun perusakan Iblis, yang telah dirusak begitu dalam sehingga mereka tidak lagi memiliki keserupaan dengan manusia. Setelah mengalami penghakiman, hajaran, dan penyingkapan firman Tuhan, setelah ditaklukkan, mereka memperoleh kebenaran dari dalam firman Tuhan dan diyakinkan sepenuhnya tentang Tuhan; mereka memperoleh pemahaman akan Tuhan dan mampu tunduk kepada Tuhan secara mutlak serta memenuhi maksud-Nya. Pada akhirnya, sekelompok orang yang didapatkan melalui rencana pengelolaan Tuhan adalah orang-orang semacam ini. Apakah engkau sekalian berpikir bahwa mereka yang belum dirusak oleh Iblis akan memenuhi maksud Tuhan, ataukah mereka yang telah dirusak oleh Iblis yang pada akhirnya diselamatkan? Orang-orang yang akan didapatkan selama seluruh rencana pengelolaan adalah kelompok yang mampu memahami maksud Tuhan, yang memperoleh kebenaran dari Tuhan, dan yang memiliki jenis kehidupan dan keserupaan dengan manusia yang Tuhan tuntut. Ketika manusia pertama kali diciptakan oleh Tuhan, mereka hanya memiliki keserupaan dengan manusia dan kehidupan manusia, tetapi mereka tidak memiliki kebenaran yang Tuhan tuntut dari manusia dan mereka tidak mampu hidup dalam keserupaan yang selalu Tuhan harapkan dari manusia. Kelompok orang yang pada akhirnya akan didapatkan adalah mereka yang akan tetap bertahan sampai akhir, mereka inilah yang Tuhan dapatkan, yang dengannya Dia berkenan, dan yang memuaskan Dia. Selama beberapa ribu tahun pekerjaan pengelolaan, manusia yang pada akhirnya diselamatkan oleh Tuhan inilah yang memperoleh hasil yang paling banyak. Kebenaran yang telah diperoleh orang-orang ini adalah penyiraman dan pemeliharaan yang diberikan Tuhan kepada mereka melalui perang-Nya melawan Iblis. Manusia dalam kelompok ini lebih baik daripada orang-orang yang Tuhan ciptakan pada mulanya; meskipun mereka telah rusak, hal ini tidak dapat dielakkan, dan ini merupakan hal yang termasuk dalam ruang lingkup rencana pengelolaan Tuhan. Hal ini sepenuhnya mengungkapkan kemahakuasaan dan kebijaksanaan-Nya, serta fakta bahwa segala sesuatu yang telah Tuhan atur, rencanakan, dan capai adalah yang terhebat. Jika kemudian engkau ditanya lagi: "Jika Tuhan itu mahakuasa, bagaimana mungkin penghulu malaikat masih mengkhianati-Nya? Kemudian Tuhan melemparkannya ke bumi di mana Dia mengizinkannya untuk merusak manusia. Apa pentingnya hal ini?" Engkau dapat mengatakan ini: "Hal tersebut berada dalam ketetapan Tuhan dan sangat penting. Manusia tidak dapat sepenuhnya memahaminya, tetapi dari tingkat yang mampu manusia pahami dan jangkau, dapat dilihat bahwa apa yang Tuhan lakukan sangat berarti. Ini tentu saja bukan berarti Tuhan memiliki jarak waktu sementara, atau bahwa Dia kehilangan kendali dan tidak memiliki cara untuk mengatur segala sesuatu, lalu Dia menentang tipu muslihat Iblis, dengan berkata, 'Bagaimanapun, penghulu malaikat itu berkhianat, jadi Aku mungkin terus membiarkannya, dan akan menyelamatkan manusia setelah dia merusak mereka semua.' Ini sama sekali tidak benar." Setidaknya, manusia harus tahu bahwa hal ini termasuk dalam lingkup rencana pengelolaan Tuhan. Rencana apa? Pada tahap pertama, ada penghulu malaikat; pada tahap kedua, penghulu malaikat berkhianat; pada tahap ketiga, setelah pengkhianatan penghulu malaikat, Iblis datang ke tengah-tengah manusia untuk merusak mereka, dan kemudian Tuhan memulai pekerjaan-Nya dalam mengelola manusia. Jika manusia percaya kepada Tuhan, mereka harus memahami visi rencana pengelolaan Tuhan. Ada orang-orang yang tidak pernah memahami aspek kebenaran ini, selalu merasa ada banyak kontradiksi yang tak terpecahkan. Tanpa pemahaman, mereka merasa tidak yakin, dan jika mereka tidak yakin, mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk maju. Tanpa kebenaran, sulit untuk membuat kemajuan apa pun. Jadi, sangatlah sulit bagi mereka yang tidak mengejar kebenaran ketika mereka menghadapi suatu masalah. Sudahkah persekutuan ini membantumu memahami hal ini? Hanya setelah pengkhianatan penghulu malaikat, barulah Tuhan memiliki rencana pengelolaan untuk menyelamatkan manusia. Kapan penghulu malaikat memulai pengkhianatannya? Tentu saja ada beberapa hal yang menyingkapkan pengkhianatannya, ada proses pengkhianatan oleh penghulu malaikat yang pastinya tidak sesederhana yang tertera pada teks. Seperti pengkhianatan Yudas terhadap Yesus—ada prosesnya. Dia tidak begitu saja langsung mengkhianati Yesus setelah mengikuti-Nya. Yudas tidak mencintai kebenaran, dia mengingini uang, dan selalu mencuri. Tuhan menyerahkannya kepada Iblis, Iblis memberinya ide, dan kemudian dia mulai mengkhianati Yesus. Yudas menjadi bejat selangkah demi selangkah, dan dalam beberapa keadaan tertentu, ketika saatnya tiba, dia mengkhianati Yesus. Ada pola yang teratur dalam kebejatan manusia, dan itu tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Saat ini, manusia hanya mampu memahami hal-hal dalam rencana pengelolaan Tuhan sejauh ini, tetapi mereka akan mampu memahami maknanya secara lebih mendalam ketika tingkat pertumbuhannya meningkat.
Kutipan 20
Semua manusia yang rusak memiliki natur Iblis dalam diri mereka. Mereka semua memiliki watak Iblis dan mampu mengkhianati Tuhan kapan pun, di mana pun. Ada orang-orang yang bertanya, "Tuhan menciptakan manusia, dan mereka ada dalam tangan Tuhan. Mengapa Tuhan bukannya melindungi manusia tetapi malah membiarkan mereka mengkhianati Tuhan? Bukankah Tuhan itu mahakuasa?" Ini sebuah pertanyaan yang patut dipertimbangkan. Masalah apa yang dapat kautemukan dalam hal ini? Tuhan memiliki sisi mahakuasa dan juga sisi nyata. Tanpa dirusak oleh Iblis pun, manusia mampu mengkhianati Tuhan. Manusia tidak memiliki kehendak subjektifnya sendiri, dalam hal bagaimana mereka seharusnya menyembah Tuhan, dan bagaimana meninggalkan Iblis, tidak berhubungan dengan Iblis dan tunduk kepada Tuhan. Tuhan memiliki kebenaran, hidup dan jalan, Tuhan tidak dapat disinggung .... Manusia tidak memiliki hal-hal ini di dalam diri mereka. Mereka tidak memahami yang sebenarnya tentang hal-hal dalam natur Iblis dan sama sekali tidak memahami kebenaran, jadi mereka mampu mengkhianati Tuhan kapan pun, di mana pun. Selain itu, setelah manusia dirusak oleh Iblis, mereka memiliki hal-hal dari Iblis dalam diri mereka, dan menjadi lebih mudah bagi mereka untuk mengkhianati Tuhan. Inilah masalahnya. Jika engkau hanya melihat sisi nyata Tuhan dan tidak melihat sisi kemahakuasaan Tuhan, akan mudah bagimu untuk mengkhianati Tuhan dan menganggap Kristus sebagai manusia biasa, dan engkau tidak akan mengerti bagaimana mungkin Dia mampu menyampaikan begitu banyak kebenaran untuk menyelamatkan manusia. Jika engkau hanya melihat sisi kemahakuasaan Tuhan dan tidak melihat sisi nyata Tuhan, akan mudah juga bagimu untuk menentang Tuhan. Jika engkau tidak melihat kedua sisi itu, kemungkinan besar engkau akan menentang Tuhan. Oleh karena itu, bukankah mengenal Tuhan adalah hal yang paling sulit di dunia ini? Makin orang mengenal Tuhan, mereka akan makin memahami maksud Tuhan, dan memahami bahwa semua yang Tuhan lakukan mempunyai makna. Jika orang memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan, mereka akan dapat mencapai hasil tersebut. Meskipun Tuhan memiliki sisi nyata, orang tidak akan pernah sepenuhnya mengenal Tuhan. Tuhan itu terlalu menakjubkan dan dahsyat tak terselami, sedangkan pemikiran manusia terlalu terbatas. Mengapa dikatakan bahwa manusia selamanya bayi di hadapan Tuhan? Inilah yang dimaksud.
Ketika Tuhan berfirman atau melakukan sesuatu, manusia selalu salah mengerti, "Bagaimana mungkin Tuhan melakukan hal itu? Tuhan itu mahakuasa!" Manusia selalu memiliki gagasan mereka sendiri. Dalam hal Tuhan merasakan penderitaan duniawi, ada orang-orang yang berpikir, "Bukankah Tuhan itu mahakuasa? Perlukah Dia merasakan penderitaan duniawi? Bukankah Tuhan tahu seperti apa penderitaan duniawi itu?" Ini adalah sisi nyata dari pekerjaan Tuhan. Pada Zaman Kasih Karunia, Yesus disalibkan untuk menebus manusia, tetapi manusia tidak memahami Tuhan dan selalu menyimpan gagasan tentang Tuhan, dengan berkata, "Untuk menebus semua manusia, Tuhan hanya perlu berkata kepada Iblis, 'Aku mahakuasa. Kau berani menahan manusia dari-Ku? Kau harus menyerahkan mereka kepada-Ku.' Dengan kalimat pendek ini, segala sesuatu dapat diselesaikan—bukankah Tuhan memiliki otoritas? Tuhan hanya perlu berfirman bahwa manusia telah ditebus dan dosa-dosa manusia telah diampuni, maka manusia pun menjadi tidak berdosa. Bukankah hal-hal ini dapat dijadikan oleh firman Tuhan? Jika langit dan bumi dan segala sesuatu tercipta oleh firman yang Tuhan ucapkan, bagaimana mungkin Tuhan tidak menyelesaikan masalah ini? Mengapa Tuhan itu sendiri harus disalibkan?" Tuhan menyatakan sisi kemahakuasaan-Nya dan sisi nyata diri-Nya. Sisi nyata diri-Nya adalah, Tuhan yang berinkarnasi menanggung banyak penderitaan dalam tiga puluh tiga setengah tahun hidup-Nya di dunia, dan pada akhirnya disalibkan. Dia menanggung penderitaan yang paling mengerikan. Kemudian Dia dibangkitkan dari kematian, dan kebangkitan-Nya adalah sisi kemahakuasaan Tuhan. Tuhan tidak memberi petunjuk apa pun, atau menumpahkan darah atau menurunkan hujan darah dan mengatakan ini adalah korban penghapus dosa. Dia tidak melakukan hal seperti itu, tetapi sebaliknya Dia sendiri menjadi daging untuk menebus manusia dan disalibkan, supaya manusia dapat mengetahui perbuatan ini. Melalui perbuatan ini, manusia akhirnya mengetahui bahwa Tuhan sesungguhnya telah menyelamatkan manusia dan ini adalah buktinya. Inkarnasi yang mana pun yang melakukan pekerjaan ini atau apakah Roh melakukan pekerjaan ini langsung, itu semua penting. Ini berarti bahwa, dengan melakukannya dengan cara ini, pekerjaan ini menjadi yang paling bernilai dan paling berarti, dan hanya dengan melakukannya dengan cara inilah manusia dapat memperoleh manfaatnya. Ini karena semua manusia adalah objek dari pengelolaan Tuhan. Telah dikatakan sebelumnya bahwa ini adalah untuk menyatakan perang melawan Iblis dan mempermalukannya. Dan sebenarnya, bukankah hal ini pada akhirnya baik bagi manusia? Bagi manusia, ini adalah hal yang perlu diperingati dan hal yang paling berharga dan berarti, karena yang Tuhan ingin jadikan adalah orang-orang yang, setelah keluar dari kesengsaraan, memiliki pemahaman akan Tuhan, orang-orang yang telah disempurnakan oleh Tuhan dan yang telah mengalami perusakan Iblis. Oleh karena itu, pekerjaan ini harus dilakukan dengan cara ini. Keputusan tentang metode apa yang Tuhan gunakan dalam setiap tahap pekerjaan-Nya, itu didasarkan pada kebutuhan manusia. Pekerjaan Tuhan tentu tidak dilakukan dengan metode sembarangan. Namun, manusia memiliki pilihan dan gagasan mereka sendiri. Mengenai penyaliban Kristus, orang-orang berpikir, "Apa hubungannya penyaliban Tuhan dengan kita?" Mereka mengira tidak ada hubungannya, padahal Tuhan harus disalibkan untuk menyelamatkan manusia. Disalibkan adalah penderitaan terburuk pada masa itu, dapatkah Roh disalibkan? Roh tidak dapat disalibkan dan tidak dapat menjadi prefigurasi Tuhan, apalagi menumpahkan darah dan mati. Hanya inkarnasi yang dapat disalibkan, inilah bukti dari korban penghapus dosa. Daging-Nya mengambil keserupaan dengan daging yang berdosa dan menanggung penderitaan bagi umat manusia. Roh tidak dapat menderita bagi umat manusia, juga tidak dapat menebus dosa manusia. Yesus disalibkan demi umat manusia. Ini adalah sisi nyata Tuhan. Tuhan dapat melakukannya dan mengasihi manusia dengan cara ini, sedangkan manusia tidak dapat melakukannya. Ini adalah sisi kemahakuasaan Tuhan.
Semua yang Tuhan lakukan melibatkan sisi kemahakuasaan-Nya dan sisi nyata diri-Nya. Kemahakuasaan Tuhan adalah esensi-Nya, dan kenyataan diri-Nya juga adalah esensi-Nya; kedua aspek ini tak dapat dipisahkan. Perbuatan Tuhan yang dilakukan dengan cara yang nyata dan praktis adalah aspek nyata diri-Nya, dan bahwa Dia dapat bekerja dalam cara ini juga menunjukkan aspek kemahakuasaan-Nya. Engkau tidak dapat berkata, "Karena Tuhan bekerja secara nyata, itu artinya Dia nyata, hanya memiliki sisi nyata dan tidak memiliki sisi kemahakuasaan"; jika engkau berkata begitu, itu akan menjadi aturan. Ini adalah aspek nyata, tetapi juga terdapat aspek kemahakuasaan di dalamnya. Semua yang Tuhan lakukan mengandung kedua aspek ini—kemahakuasaan-Nya dan kenyataan diri-Nya—dan semua itu dilakukan atas dasar esensi-Nya; itu adalah ungkapan watak-Nya sekaligus pernyataan esensi-Nya dan siapa diri-Nya. Orang-orang berpikir bahwa, pada Zaman Kasih Karunia, Tuhan adalah belas kasihan dan kasih; tetapi Dia masih memiliki murka dan penghakiman-Nya. Tuhan mengutuk orang Farisi dan semua orang Yahudi—bukankah ini adalah murka dan keadilan-Nya? Engkau tidak dapat mengatakan bahwa Tuhan hanya berbelas kasihan dan penuh kasih selama Zaman Kasih Karunia, bahwa Dia pada dasarnya tidak memiliki murka, tidak ada penghakiman atau kutukan—mengatakan ini menunjukkan kurangnya pemahaman orang akan pekerjaan Tuhan. Pekerjaan Tuhan pada Zaman Kasih Karunia semuanya adalah ungkapan watak-Nya. Semua yang Tuhan lakukan yang dapat dilihat manusia adalah untuk membuktikan bahwa Dia sendiri adalah Tuhan dan bahwa Dia mahakuasa, untuk membuktikan bahwa Dia sendiri memiliki esensi Tuhan. Apakah pekerjaan penghakiman dan hajaran Tuhan selama tahap sekarang ini berarti Dia tidak memiliki belas kasihan atau kasih? Tidak. Jika engkau merangkum esensi Tuhan hanya dalam satu kalimat atau satu pernyataan, engkau sangatlah congkak dan merasa diri benar, bodoh dan bebal, dan itu menunjukkan bahwa engkau tidak mengenal Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Katakan kepada kami kebenaran tentang mengenal Tuhan, jelaskan dengan gamblang." Apa yang seharusnya dikatakan oleh orang yang mengenal Tuhan? Mereka akan berkata, "Hal mengenal Tuhan sangatlah dalam sehingga aku tak dapat menjelaskannya dengan gamblang dalam beberapa kalimat. Aku tidak dapat membuatnya mudah dimengerti, bagaimanapun caraku menjelaskannya. Selama engkau menangkap intinya, itu cukup. Orang tidak dapat mengenal Tuhan sepenuhnya." Orang congkak yang tidak mengenal Tuhan akan berkata, "Aku tahu Tuhan seperti apa Dia itu, aku sangat memahami-Nya." Bukankah ini membual? Orang yang mengatakan ini congkak luar biasa! Ada hal-hal tertentu yang—jika orang tidak mengalami dan melihat faktanya—mereka tidak akan dapat benar-benar mengetahui atau mengalaminya, sehingga mereka merasa bahwa pengenalan akan Tuhan itu cukup abstrak. Orang yang tidak mengetahui hanya mendengar semacam pernyataan, mereka mengerti logikanya, tetapi tidak memahaminya. Hanya karena engkau tidak memahaminya bukan berarti itu bukan kebenaran. Itu tampaknya abstrak bagi mereka yang tidak mengalami, tetapi hal ini, sebenarnya, tidak abstrak. Jika orang benar-benar mengalami, mereka akan mampu mencocokkan firman Tuhan dengan konteks yang tepat dan menerapkannya serta melakukannya. Inilah artinya memahami kebenaran. Dapatkah engkau memahami kebenaran jika engkau hanya mendengarkan arti harfiah dari firman Tuhan tetapi tidak memiliki pemahaman nyata? Engkau harus melakukannya dan mengalaminya. Memahami kebenaran bukanlah hal yang mudah.
Tuhan menebus semua manusia pada Zaman Kasih Karunia. Ini adalah sisi kemahakuasaan Tuhan, dan kemahakuasaan-Nya mencakup semua pekerjaan nyata-Nya. Dengan melakukan pekerjaan-Nya untuk menaklukkan manusia, semua orang tersungkur di hadapan Tuhan dan dapat menerima Dia. Jika orang membicarakan kemahakuasaan dan kenyataan diri Tuhan secara terpisah, mereka tidak akan mampu mengerti keduanya sepenuhnya. Untuk mengenal Tuhan, engkau harus menggabungkan pengetahuanmu akan kedua aspek kemahakuasaan dan kenyataan diri-Nya; barulah setelah itu engkau akan dapat memperoleh hasil. Kemampuan Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya secara nyata dan praktis, dan untuk mentahirkan dan menyelesaikan masalah kerusakan manusia dengan mengungkapkan kebenaran, juga kemampuan-Nya untuk memimpin manusia secara langsung—hal-hal ini menunjukkan sisi nyata Tuhan. Tuhan mengungkapkan watak-Nya sendiri serta siapa Dia, dan pekerjaan apa pun yang tak dapat manusia lakukan, Dia dapat melakukannya; dalam hal ini dapat dilihat sisi kemahakuasaan Tuhan. Tuhan berotoritas untuk mewujudkan firman-Nya, untuk meneguhkan perintah-Nya, dan untuk membuat firman-Nya terlaksana. Saat Tuhan berfirman, kemahakuasaan-Nya dinyatakan. Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, menggerakkan Iblis untuk melakukan pelayanan bagi-Nya, mengatur lingkungan untuk menguji dan memurnikan manusia, serta menyucikan dan mengubah watak mereka—semua ini adalah perwujudan dari sisi kemahakuasaan Tuhan. Esensi Tuhan adalah mahakuasa dan juga nyata, dan kedua aspek ini saling melengkapi. Semua yang Tuhan lakukan adalah ungkapan watak-Nya sendiri dan pernyataan tentang siapa diri-Nya. Siapa diri-Nya mencakup kemahakuasaan-Nya, kebenaran-Nya, dan keagungan-Nya. Pekerjaan Tuhan dari awal sampai akhir adalah pernyataan esensi-Nya sendiri dan ungkapan tentang siapa diri-Nya. Esensi-Nya memiliki dua aspek: aspek kemahakuasaan-Nya, dan aspek kenyataan diri-Nya. Tahap pekerjaan Tuhan mana pun yang engkau lihat, terdapat kedua aspek ini, yang terdapat dalam segala sesuatu yang Tuhan lakukan. Ini adalah salah satu jalan untuk memahami Tuhan.
Kutipan 21
Baik Tuhan melakukan pekerjaan-Nya melalui inkarnasi maupun Roh-Nya, semua itu dilakukan berdasarkan rencana pengelolaan-Nya. Pekerjaan-Nya tidak dilakukan berdasarkan metode terbuka atau tertutup mana pun, ataupun berdasarkan kebutuhan manusia, tetapi sepenuhnya berdasarkan rencana pengelolaan-Nya. Ini bukan berarti seolah-olah Tuhan dapat melakukan pekerjaan pada akhir zaman dengan sesuka hati-Nya. Tahap ini dilakukan di atas dasar dua tahap pekerjaan-Nya yang sebelumnya. Pekerjaan pada Zaman Kasih Karunia, tahap kedua dari pekerjaan-Nya, memungkinkan manusia untuk ditebus, dan ini dilakukan oleh inkarnasi. Bukanlah hal yang tidak mungkin bagi Roh untuk melakukan tahap pekerjaan Tuhan saat ini, Dia mampu melakukannya, tetapi lebih tepat jika inkarnasi yang melakukannya, inkarnasi dapat menyelamatkan manusia secara lebih efektif. Lagi pula, perkataan dari inkarnasi lebih baik daripada perkataan langsung dari Roh Kudus dalam menaklukkan manusia, dan lebih baik dalam memudahkan pengenalan manusia akan Tuhan. Ketika Roh bekerja, Dia tidak dapat selalu bersama manusia, tidaklah mungkin bagi Roh untuk hidup dan berbicara langsung dengan manusia secara berhadapan muka seperti yang dilakukan inkarnasi sekarang, dan ada kalanya tidak mungkin bagi Roh untuk menyingkapkan hal-hal yang ada di dalam diri manusia seperti yang dapat dilakukan oleh inkarnasi. Pada tahap ini, pekerjaan utama inkarnasi adalah menaklukkan manusia, dan setelah menaklukkan mereka, menyempurnakan mereka, sehingga mereka mengenal Tuhan dan dapat menyembah Dia. Ini adalah pekerjaan untuk mengakhiri zaman. Jika tahap ini bukan bertujuan untuk menaklukkan manusia, tetapi hanya untuk menunjukkan kepada mereka bahwa Tuhan itu memang ada, maka Roh dapat melakukannya. Engkau semua mungkin beranggapan jika tahap ini dilakukan oleh Roh, Dia dapat menggantikan daging, dan melakukan pekerjaan yang sama seperti daging, dan bahwa, karena Tuhan itu Mahakuasa, tak masalah apakah inkarnasi atau Roh yang bekerja, hasil yang sama dapat dicapai. Namun, engkau semua salah. Tuhan bekerja berdasarkan pengelolaan-Nya, dan berdasarkan rencana dan langkah-langkah-Nya untuk menyelamatkan manusia. Itu tidak seperti yang kaubayangkan, bahwa Roh Mahakuasa, daging itu Mahakuasa, dan Tuhan itu sendiri Mahakuasa, jadi Dia mampu melakukan apa pun yang ingin Dia lakukan. Tuhan bekerja berdasarkan rencana pengelolaan-Nya, dan ada langkah-langkah tertentu dalam setiap tahap pekerjaan-Nya. Bagaimana tahap ini harus dilakukan, dan detail-detail yang harus dilibatkan juga sudah direncanakan. Tahap pertama pekerjaan Tuhan dilakukan di Israel, dan tahap terakhir ini dilakukan di negeri si naga merah yang sangat besar, Tiongkok. Ada orang-orang yang berkata, "Tak dapatkah Tuhan melakukannya di negara lain?" Berdasarkan rencana pengelolaan tahap ini, pekerjaan harus dilakukan di Tiongkok. Orang-orang Tionghoa terbelakang, hidup mereka merosot, dan tidak ada hak asasi manusia atau kebebasan. Negara ini adalah tempat Iblis dan setan-setan jahat berkuasa. Tujuan penampakan dan pekerjaan di Tiongkok adalah untuk menyelamatkan orang-orang yang hidup di bagian dunia yang paling gelap dan yang telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis. Inilah satu-satunya cara untuk benar-benar mengalahkan Iblis dan benar-benar mendapatkan kemuliaan. Jika saja Tuhan menampakkan diri dan bekerja di negara lain, dampaknya tidak akan sesignifikan itu. Setiap tahap pekerjaan Tuhan itu penting, dan dilakukan oleh Tuhan dengan cara yang seharusnya. Ada hal-hal yang dapat dicapai oleh pekerjaan daging dan ada hal-hal yang dapat dicapai oleh pekerjaan Roh. Tuhan memilih untuk bekerja melalui daging atau Roh berdasarkan metode mana yang akan mendapatkan hasil terbaik. Ini bukan seperti yang telah engkau semua katakan, bahwa cara kerja apa pun tidak menjadi masalah, bahwa Tuhan dapat melakukan pekerjaan-Nya dengan begitu saja mengambil wujud manusia, dan bahwa Roh juga dapat melakukannya tanpa bertemu orang berhadapan muka, dan bahwa kedua metode ini dapat mencapai hasil tertentu. Engkau semua tidak boleh salah memahami hal ini. Tuhan itu Mahakuasa, tetapi Dia juga memiliki sisi nyata, dan orang tidak dapat melihat hal ini. Orang melihat Tuhan sebagai pribadi yang sangat supernatural, dan mereka tidak mampu menyelami Dia, jadi mereka mengembangkan gagasan-gagasan dan segala macam ide yang tidak realistis tentang diri-Nya. Sangat sedikit orang memahami bahwa firman dan pekerjaan Tuhan adalah kebenaran, bahwa firman dan pekerjaan itu praktis, dan adalah hal-hal yang paling nyata, dan dapat disentuh serta dilihat oleh manusia. Jika orang benar-benar memiliki kualitas dan kemampuan memahami, setelah mengalami pekerjaan Tuhan selama beberapa tahun, mereka seharusnya mampu memahami bahwa semua firman yang Tuhan ungkapkan adalah kenyataan kebenaran, bahwa ada kebenaran dan prinsip dalam semua pekerjaan dan hal-hal yang Dia lakukan, dan bahwa semua yang Dia lakukan sangat penting. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan memiliki makna penting, dan dapat mencapai hasil terbaik. Semuanya itu memiliki tujuan, rencana, dan makna penting yang pasti. Apakah menurutmu pekerjaan Tuhan dilakukan berdasarkan firman yang diucapkan secara sembarangan? Dia memiliki sisi kemahakuasaan, tetapi Dia juga memiliki sisi nyata. Pengetahuanmu tidak lengkap. Ada kekeliruan dalam pemahamanmu tentang sisi kemahakuasaan Tuhan, apalagi pemahamanmu tentang sisi nyata-Nya, di mana kekeliruanmu jauh lebih besar.
Dalam tiga tahap pekerjaan Tuhan, tahap pertama dilakukan oleh Roh, sedangkan dua tahap terakhir dilakukan oleh inkarnasi, dan setiap tahap pekerjaan-Nya itu sangat penting. Sebagai contoh, penyaliban, jika Roh disalibkan, itu tidak akan berarti, karena orang tidak dapat melihat atau menyentuh Roh, dan Roh tidak dapat merasakan apa pun atau menderita kesakitan. Akibatnya, penyaliban ini tidak akan memiliki arti. Tahap pekerjaan pada akhir zaman adalah untuk menaklukkan manusia, yaitu pekerjaan yang mampu dilakukan oleh daging—inkarnasi tidak dapat digantikan oleh Roh untuk pekerjaan ini, dan pekerjaan yang dilakukan Roh tidak dapat dilakukan oleh daging. Ketika Tuhan memilih daging atau Roh untuk melakukan tahap pekerjaan-Nya yang mana pun, ini adalah pilihan yang sangat penting, dan semua ini dilakukan demi mendapatkan hasil terbaik dan mencapai tujuan dari rencana pengelolaan-Nya. Tuhan memiliki sisi kemahakuasaan dan sisi nyata. Dia bekerja secara praktis dalam setiap tahap pekerjaan-Nya. Orang membayangkan bahwa Tuhan tidak berbicara, atau berpikir, dan bahwa Dia melakukan apa pun yang diinginkan-Nya, tetapi tidaklah demikian. Dia memiliki hikmat, Dia memiliki semua yang adalah diri-Nya, dan ini adalah esensi-Nya. Ketika Dia bekerja, Dia perlu menyatakan dan mengungkapkan watak-Nya, esensi-Nya, hikmat-Nya, dan semua yang dimiliki-Nya serta siapa diri-Nya, sehingga orang dapat memahami, mengenal, dan memperoleh hal-hal ini. Dia tidak bekerja tanpa dasar, dan Dia juga tidak bekerja berdasarkan imajinasi orang, Dia bekerja berdasarkan kebutuhan pekerjaan dan berdasarkan hasil yang perlu dicapai. Dia berfirman dengan cara yang nyata, Dia bekerja dan menderita hari demi hari, dan saat Dia menderita, Dia merasakan kesakitan. Ini bukan berarti seolah-olah Roh hadir selama inkarnasi bekerja dan berfirman, dan bahwa Roh pergi ketika inkarnasi tidak bekerja dan berfirman. Seandainya itu yang terjadi, Dia tidak perlu menderita, dan ini bukanlah inkarnasi. Orang tidak mampu melihat sisi nyata Tuhan, jadi, orang tidak mengenal Tuhan dengan baik, dan pemahaman mereka tentang Dia dangkal. Orang berkata bahwa Tuhan itu nyata dan normal, atau Tuhan itu Mahakuasa dan Maha Dahsyat—semua perkataan ini adalah perkataan yang mereka dengar dari orang lain, karena mereka tidak memiliki pengenalan yang benar atau pengalaman yang nyata. Sehubungan dengan inkarnasi, mengapa ada penekanan pada esensi inkarnasi? Mengapa bukan Roh? Fokusnya adalah pada pekerjaan daging, pekerjaan Roh adalah membantu dan menolong, dan ini mencapai hasil dari pekerjaan daging. Dalam setiap tahap, orang dapat sedikit mengenal tentang Tuhan, tetapi mereka tidak mampu menerobos atau memperolehnya saat mereka ingin mengenal Tuhan sedikit lebih lagi; ketika Tuhan berfirman sedikit, orang memahami sedikit, tetapi pengenalan mereka tentang diri-Nya masih tidak terlalu jelas, dan mereka tidak mampu memahami bagian penting darinya. Jika engkau semua menganggap Roh mampu melakukan apa pun yang mampu dilakukan daging, dan bahwa Roh dapat menggantikan daging, engkau semua tidak akan pernah memahami makna penting dari daging, pekerjaan daging, dan tidak pernah mengetahui apa arti inkarnasi.
Kutipan 22
Isi dari Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia sangatlah kaya yang mencakup berbagai aspek kebenaran serta beberapa pernyataan nubuat yang menubuatkan keadaan pada zaman yang akan datang. Meskipun nubuat-nubuat tersebut sangat umum, sebagian besar firman yang terkandung dalam buku ini membahas jalan masuk kehidupan, menyingkapkan natur manusia, dan berbicara tentang cara mengenal Tuhan dan watak-Nya. Adapun zaman yang akan datang, berapa banyak zaman yang akan ada, keadaan seperti apa yang akan umat manusia masuki, bukankah benar bahwa tidak ada cetak biru dan referensi yang spesifik, atau bahkan era tertentu dalam buku ini? Artinya manusia tidak perlu memikirkan zaman yang akan datang karena waktu itu belum tiba dan masih sangat jauh. Sekalipun Aku memberitahumu tentang hal-hal ini, engkau semua tidak akan memahaminya, selain itu, manusia belum perlu memahami persoalan tersebut saat ini. Semua hal itu tidak ada hubungannya dengan perubahan watak hidup manusia. Satu-satunya yang perlu engkau semua pahami adalah firman yang menyingkapkan natur manusia. Ini sudah cukup. Dulu, ada beberapa nubuat yang dinyatakan, seperti tentang Kerajaan Seribu Tahun, Tuhan dan manusia memasuki perhentian bersama-sama, dan juga tentang Zaman Firman. Kata-kata nubuatan semuanya berkaitan dengan masa yang akan segera tiba; hal-hal yang tidak disebutkan adalah persoalan yang masih sangat jauh. Engkau semua tidak perlu mempelajari sesuatu yang masih jauh; hal-hal yang tidak seharusnya engkau semua ketahui tidak akan diberitahukan kepadamu; apa yang seharusnya engkau semua ketahui adalah seluruh kebenaran yang datang dari Tuhan—misalnya, tentang watak Tuhan yang diungkapkan kepada manusia, apa yang dimiliki dan siapa Tuhan itu yang diungkapkan oleh firman-Nya, penyingkapan natur manusia melalui penghakiman dan hajaran, serta arah hidup yang Tuhan berikan kepada manusia karena pekerjaan Tuhan dalam menyelamatkan manusia pada intinya mencakup semua hal tersebut.
Tujuan Tuhan mengatakan semua hal ini saat melakukan pekerjaan mengelola umat manusia terutama adalah untuk menaklukkan dan menyelamatkan manusia, serta mengubah watak manusia. Zaman Firman sekarang ini adalah zaman yang realistis, zaman di mana kebenaran menaklukkan dan menyelamatkan manusia; nantinya, akan ada lebih banyak lagi firman—masih banyak yang belum disampaikan. Ada orang-orang yang mengira bahwa firman yang sekarang ini adalah ungkapan Tuhan secara keseluruhan—ini adalah penafsiran yang sangat keliru karena pekerjaan Zaman Firman baru saja dimulai di Tiongkok, tetapi di masa depan akan ada lebih banyak firman setelah Tuhan secara terbuka menampakkan diri dan bekerja. Seperti apa nantinya Zaman Kerajaan itu, tempat tujuan seperti apa yang akan manusia masuki, apa yang akan terjadi setelah memasuki tempat tujuan tersebut, seperti apa kehidupan manusia pada saat itu, sejauh mana naluri manusia mampu mencapainya, kepemimpinan dan perbekalan seperti apa yang akan dibutuhkan, dan sebagainya, semua ini termasuk dalam pekerjaan Zaman Firman. Tuhan yang maha segalanya tidak hanya seperti yang kaubayangkan di dalam Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia. Mungkinkah ungkapan watak Tuhan dan pekerjaan Tuhan sesederhana yang kaubayangkan? Tuhan yang maha segalanya, maha hadir, mahakuasa, dan maha mulia bukanlah kata-kata kosong—jika menurutmu buku Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia merepresentasikan segalanya tentang Tuhan dan firman ini mengakhiri seluruh pengelolaan-Nya, berarti engkau telah memandang Tuhan dari sudut pandang yang terlalu sempit; bukankah ini berarti kembali membatasi Tuhan? Engkau harus tahu bahwa firman ini adalah bagian yang sangat kecil dari Tuhan yang maha segalanya. Seluruh kalangan keagamaan telah membatasi Tuhan dengan Alkitab. Dan pada zaman sekarang, bukankah engkau semua juga sedang membatasi Dia? Bukankah engkau semua tahu bahwa membatasi Tuhan berarti merendahkan Tuhan? Itu sama saja dengan mengutuk dan menghujat Tuhan. Sekarang ini, kebanyakan orang berpikir, "Apa yang telah Tuhan firmankan selama akhir zaman semuanya sudah tercantum dalam Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, tidak ada lagi firman dari Tuhan; hanya itu yang telah Tuhan firmankan," bukan? Berpikir seperti ini adalah kesalahan yang besar! Firman yang terkandung dalam Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia hanyalah firman pembuka tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman yang merupakan sebagian dari firman tentang pekerjaan ini. Firman ini terutama berkaitan dengan kebenaran tentang visi. Nantinya akan ada juga firman yang diucapkan yang berkaitan dengan banyak hal mendetail tentang penerapan. Jadi, diterbitkannya Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia untuk umum bukan berarti pekerjaan Tuhan telah mencapai akhir suatu fase, juga bukan berarti pekerjaan penghakiman Tuhan pada akhir zaman telah sepenuhnya berakhir. Tuhan masih memiliki banyak firman untuk diungkapkan, dan bahkan setelah firman ini diucapkan, tidak dapat dikatakan bahwa seluruh pekerjaan pengelolaan Tuhan telah selesai. Ketika pekerjaan seluruh alam semesta selesai, barulah bisa dikatakan bahwa rencana pengelolaan selama enam ribu tahun telah berakhir. Namun, pada saat itu, apakah masih ada manusia di alam semesta ini? Selama kehidupan masih ada, selama manusia masih ada, pengelolaan Tuhan pasti tetap berlanjut. Ketika rencana pengelolaan selama enam ribu tahun selesai, selama umat manusia, kehidupan, dan alam semesta ini masih ada, Tuhan akan terus mengelola semuanya, tidak lagi disebut rencana pengelolaan selama enam ribu tahun, tetapi hanya akan disebut sebagai pengelolaan Tuhan. Mungkin di masa depan akan diberi nama yang berbeda; ini akan menjadi kehidupan lain bagi umat manusia dan Tuhan; tidak dapat dikatakan bahwa Tuhan akan tetap menggunakan firman yang sama seperti sekarang ini untuk memimpin manusia karena firman tersebut hanya cocok untuk periode waktu saat ini. Oleh karena itu, jangan sekali-kali mendefinisikan pekerjaan Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Tuhan membekali manusia hanya dengan firman ini dan tidak memberikan firman lainnya; Tuhan hanya bisa mengucapkan firman ini." Hal ini juga berarti membatasi Tuhan dalam lingkup tertentu. Ini sama seperti menerapkan firman yang diucapkan pada zaman Yesus di Zaman Kerajaan saat ini—apakah itu pantas dilakukan? Beberapa firman akan tetap berlaku, sementara yang lainnya mungkin perlu dihapuskan. Oleh karena itu, engkau tidak bisa mengatakan bahwa firman Tuhan tidak akan pernah dapat dihapuskan. Apakah manusia dengan mudahnya mendefinisikan sesuatu? Dalam beberapa aspek, mereka memang mendefinisikan Tuhan. Mungkin suatu hari nanti, engkau akan membaca Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia sama seperti orang-orang membaca Alkitab pada zaman sekarang, tidak mengikuti jejak langkah Tuhan. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membaca Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia; tidak ada yang tahu dalam berapa tahun kemudian membacanya akan seperti melihat kalender yang sudah ketinggalan zaman karena akan ada sesuatu yang baru yang menggantikan yang lama pada saat itu. Kebutuhan manusia tercipta dan berkembang sesuai dengan pekerjaan Tuhan. Pada saat itu, natur manusia, naluri dan sifat yang seharusnya dimiliki manusia akan sedikit mengalami perubahan; setelah dunia ini berubah, kebutuhan umat manusia akan berbeda. Ada orang-orang yang bertanya: "Apakah kelak Tuhan akan berfirman?" Ada yang akan menyimpulkan "Tuhan tidak akan berfirman lagi karena ketika pekerjaan Zaman firman selesai, tidak ada lagi yang perlu dikatakan, dan firman apa pun selanjutnya adalah palsu." Bukankah ini juga keliru? Mudah bagi manusia untuk melakukan kesalahan dengan mendefinisikan Tuhan; orang cenderung berpaut pada masa lalu dan mendefinisikan Tuhan. Mereka jelas tidak mengenal-Nya, tetapi tetap saja dengan gegabah mendefinisikan pekerjaan-Nya. Manusia memiliki natur yang sedemikian congkaknya! Mereka selalu ingin berpaut pada gagasan lama dari masa lalu dan menyimpan hal-hal yang telah berlalu tersebut di dalam hati mereka. Mereka menggunakannya sebagai modal mereka, bersikap congkak dan sombong, mengira mereka memahami segalanya dan memiliki keberanian untuk mendefinisikan pekerjaan Tuhan. Dengan melakukannya, bukankah mereka menghakimi Tuhan? Selain itu, orang tidak memperhatikan pekerjaan baru Tuhan; ini memperlihatkan betapa sulitnya bagi mereka untuk menerima hal-hal baru, tetapi mereka tetap dengan membabi buta mendefinisikan Tuhan. Manusia sangat sombong sehingga mereka tidak memiliki nalar, mereka tidak mendengarkan siapa pun, dan bahkan tidak menerima firman Tuhan. Seperti inilah natur manusia: benar-benar congkak dan merasa diri benar, dan tanpa sedikit pun ketundukan. Beginilah cara orang-orang Farisi ketika mereka mengutuk Yesus. Mereka berpikir, "Sekalipun engkau benar, aku tetap tidak akan mengikutimu—hanya Yahweh yang adalah tuhan yang benar." Zaman sekarang, ada juga yang mengatakan: "Dia adalah kristus? Aku tidak akan mengikuti dia walaupun dia benar-benar kristus!" Apakah ada orang-orang seperti ini? Ada banyak orang beragama yang seperti itu. Ini memperlihatkan bahwa watak manusia terlalu rusak, bahwa manusia tidak dapat diselamatkan.
Di antara orang-orang kudus di sepanjang zaman, hanya Musa dan Petrus yang benar-benar mengenal Tuhan dan diperkenan oleh-Nya; namun, dapatkah mereka memahami Tuhan? Apa yang mereka pahami juga terbatas. Mereka sendiri tidak berani mengatakan bahwa mereka mengenal Tuhan. Manusia yang benar-benar mengenal Tuhan tidak akan mendefinisikan Dia karena mereka menyadari bahwa Tuhan itu tidak terkira dan tidak terukur. Sebaliknya, manusia yang tidak mengenal Tuhan adalah orang yang cenderung mendefinisikan Dia, mendefinisikan apa yang dimiliki-Nya dan siapa Dia. Mereka dipenuhi imajinasi tentang Tuhan dan dengan mudah memunculkan gagasan tentang semua yang telah Tuhan lakukan. Jadi, manusia yang merasa yakin bahwa mereka mengenal Tuhan adalah manusia yang paling menentang Tuhan dan mereka adalah orang-orang yang paling berada dalam bahaya.
Kutipan 23
Katakan kepada-Ku, bukankah Tuhan mengasihi dan berbelas kasihan kepada manusia adalah kebenaran? (Ini adalah kebenaran.) Kemudian, apakah Tuhan tidak mengasihi manusia, bahkan mengutuk dan menghukum mereka adalah kebenaran? (Ini juga kebenaran.) Sebenarnya, kedua pernyataan ini adalah kebenaran dan sepenuhnya benar. Namun, tidak mudah untuk berkata, "Tuhan tidak mengasihi manusia juga adalah kebenaran," dan sulit bagi orang untuk mengucapkan kata-kata seperti ini; perkataan ini hanya dapat diucapkan setelah orang memiliki pemahaman akan watak Tuhan. Ketika engkau melihat bahwa Tuhan telah melakukan sesuatu yang penuh kasih, engkau berkata, "Tuhan benar-benar mengasihi manusia. Ini adalah kebenaran; inilah perbuatan Tuhan," sedangkan ketika engkau melihat Tuhan melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasan manusia—seperti marah terhadap orang-orang Farisi yang munafik atau terhadap antikristus, dan mengutuk mereka—engkau berpikir, "Tuhan tidak mengasihi manusia; Dia membenci manusia." Itu berarti, engkau memiliki gagasan tentang Tuhan dan menyangkal Dia. Jadi, yang manakah dari dua skenario ini yang merupakan kebenaran? Ada orang-orang yang tidak mampu menerangkan hal ini dengan jelas. Dalam hati manusia, mana yang lebih baik, Tuhan mengasihi manusia atau Dia tidak mengasihi manusia? Tidak diragukan lagi semua orang akan memilih Tuhan mengasihi manusia, dan mereka akan mengatakan bahwa Tuhan mengasihi manusia adalah kebenaran. Namun, mereka tidak suka jika Tuhan tidak mengasihi manusia, jadi mereka mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia adalah bukan kebenaran, dan mereka menolak pernyataan, "Tuhan tidak mengasihi manusia juga adalah kebenaran". Jadi, apa dasar manusia menentukan apa yang Tuhan lakukan itu benar atau tidak? Hal ini hanya semata-mata berdasarkan gagasan dan imajinasi manusia. Tuhan harus melakukan apa pun yang diinginkan manusia; dan itu bukanlah kebenaran, kecuali jika apa yang Tuhan lakukan sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia. Jika manusia tidak menyukai apa yang Tuhan lakukan, berarti apa yang dilakukan Tuhan bukanlah kebenaran. Apakah mereka yang menentukan kebenaran dengan cara seperti itu memiliki pemahaman akan kebenaran? (Tidak.) Apa akibat ketika selalu mendefinisikan Tuhan berdasarkan gagasan manusia? Apakah akan menuntun pada ketundukan kepada Tuhan, atau justru akan menentang Tuhan? Pastinya tidak akan menuntun kepada ketundukan kepada Tuhan—hanya akan menuntun pada penentangan. Apakah mereka yang selalu memperlakukan Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasinya akan tunduk kepada Tuhan? Ataukah mereka adalah orang yang menentang Tuhan? (Mereka adalah orang yang menentang Tuhan.) Hal ini dapat dipastikan dan tepat bila dipandang demikian. Orang mengira bahwa kasih Tuhan kepada manusia harus sama seperti seorang gembala membelai dombanya, memberinya kehangatan dan sukacita, dan memenuhi kebutuhan fisik dan emosional mereka, sehingga orang merasa ini adalah kasih Tuhan, bukankah demikian? (Ya, tetapi sebenarnya, penghakiman, hajaran dan pemangkasan Tuhan lebih bermanfaat terhadap kehidupan manusia.) Ini juga adalah bentuk kasih Tuhan kepada manusia! Dari pembahasan ini, engkau semua masih merasa bahwa kasih Tuhan kepada manusia adalah kebenaran, sedangkan Dia tidak mengasihi manusia bukanlah kebenaran, bukankah benar demikian? (Tuhan tidak mengasihi manusia juga adalah kebenaran.) Jadi, mengapa Tuhan tidak mengasihi manusia? Apa yang tidak disukai Tuhan dari manusia? Kita semua tahu bahwa Tuhan mengasihi manusia: watak benar-Nya, penghakiman dan hajaran-Nya, penghukuman dan pendisiplinan-Nya—semuanya termasuk dalam lingkup kasih. Jadi, apa sebabnya jika Tuhan tidak mengasihi manusia? (Karena watak benar-Nya.) Apakah penghakiman dan hajaran-Nya adalah bagian dari watak benar-Nya? (Ya.) Jadi, jika penghakiman dan hajaran-Nya adalah bagian dari watak benar-Nya, yang manakah watak benar Tuhan yang sebenarnya: Ia mengasihi, atau tidak mengasihi manusia? (Mengasihi manusia.) Engkau semua telah memahami bahwa kasih Tuhan terhadap manusia adalah watak benar-Nya, tetapi apakah tidak mengasihi manusia juga adalah watak benar-Nya? (Ya.) Bagaimana mungkin Tuhan masih memiliki watak yang benar jika tidak mengasihi manusia? Izinkan aku mengajukan satu pertanyaan lagi: Apakah menurutmu mungkin bagi Tuhan untuk tidak mengasihi manusia? Apakah pernah ada contohnya? (Ketika manusia melakukan berbagai macam perbuatan jahat dan menyakiti hati Tuhan, Tuhan tidak mengasihi manusia.) Gagasan semacam ini bersifat kondisional dan didasarkan atas prasyarat tertentu, sedangkan yang Kutanyakan tadi adalah sesuatu yang tidak bersyarat. Kasih Tuhan terhadap manusia adalah kebenaran pasti, dan semua orang memahaminya. Namun, orang ragu apakah Tuhan tidak mengasihi manusia adalah kebenaran. Jika engkau berhasil memahami hal ini, engkau pun akan memahami sebagian besar tindakan Tuhan, dan engkau tidak akan mengembangkan gagasan yang tidak-tidak. Terkait dengan Tuhan sendiri, apa saja wujud nyata bahwa Ia tidak mengasihi manusia? (Kami belum menyadari faktor yang satu ini.) Engkau belum pernah merasakannya, dan engkau pun belum pernah mengalaminya. Kata-kata apa saja yang sejauh ini telah kita kenal, yang dapat menggambarkan bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia? Kejijikan, ketidaksukaan, kebencian, dan kemuakan; selain itu ada juga meninggalkan, kebencian dan penolakan. Inilah kata-katanya. Setiap orang memahami kata-kata itu, jadi dapatkah itu semua disamakan dengan tidak mengasihi? (Ya.) Kata-kata itu terkandung di dalam berbagai wujud nyata bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia. Jadi, menurutmu, apakah kata-kata itu adalah kebenaran? (Ya, itu semua adalah kebenaran.) Menurut pandanganmu, Tuhan tidak mengasihi manusia mestilah bertopang pada satu asumsi dasar, yakni bahwa Tuhan melakukan berbagai perbuatan yang tidak mengasihi manusia hanya dalam konteks bahwa Ia mengasihi manusia—inilah kebenarannya. Katakanlah bahwa asumsi dasar ini tidak mengandung unsur ataupun fondasi kasih, lalu Tuhan melakukan berbagai perbuatan yang tidak mengasihi manusia, dengan perwujudan tidak mengasihi manusia. Engkau tak akan dapat memastikan apakah Tuhan tidak mengasihi manusia adalah kebenaran. Engkau juga tak akan dapat memahami perkara ini secara penuh. Di sinilah pokok masalahnya. Oleh karena itu, kita harus bersekutu mengenai hal ini.
Apakah menurutmu Tuhan, sebagai Tuan atas segala ciptaan, menciptakan umat manusia, lalu berkewajiban untuk merawat umat manusia, mengurus makanan dan minuman mereka, serta mengatur seluruh kehidupan dan takdir mereka? (Tidak.) Maksudnya, apakah Tuhan berkuasa untuk merawatmu jika Ia mau, dan untuk membuangmu ke tengah kumpulan orang tertentu atau kondisi lingkungan tertentu jika Ia tidak mau merawatmu, lalu meninggalkanmu begitu saja untuk bertahan atau mati? (Ya, betul.) Karena Tuhan berkuasa untuk melakukan itu semua, apakah gagasan bahwa Tuhan tidak memedulikan manusia adalah kebenaran? (Ya.) Gagasan itu masih berada dalam lingkup kebenaran. Lantas, bagaimana gagasan ini dapat dikatakan sebagai kebenaran? (Tuhan adalah Tuan atas segala ciptaan.) Mengingat status dan identitas Tuhan, dan mengingat perbedaan antara Tuhan dan umat manusia, Tuhan akan merawatmu jika Ia mau, tetapi jika Ia tidak mau merawatmu, Ia tak akan merawatmu. Maksudnya, sudah sepantasnya bagi Tuhan untuk merawatmu jika Ia mau, dan masuk akal juga jika Ia tidak mau. Itu semua bergantung pada apa? Itu bergantung pada apakah Tuhan bersedia melakukannya atau tidak, dan ini adalah kebenaran. Ada yang mungkin berkata, "Oh, tidak boleh. Engkau telah menciptakanku, maka Engkau mesti mengurus segala kebutuhan makan-minumku. Engkau harus merawatku seumur hidupku." Apakah ini sesuai dengan kebenaran? Ini tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan kebenaran. Jika Tuhan berkata, "Setelah Kuciptakan engkau, Aku akan membuangmu dan tak akan lagi memedulikanmu," itu karena Sang Pencipta memang berkuasa untuk itu. Karena Tuhan dapat menciptakanmu, Ia juga berkuasa untuk membuangmu, entah ke tempat yang baik atau yang buruk. Itulah kekuasaan Tuhan. Apa dasar dari kekuasaan Tuhan? Dasarnya adalah identitas dan status Tuhan sendiri, yang membuatnya berkuasa untuk merawatmu ataupun tidak—apa pun yang terjadi, keduanya adalah kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa itu adalah kebenaran? Inilah yang harus dipahami oleh semua orang. Begitu engkau memahaminya, engkau akan mengetahui siapa dirimu, siapa Tuhan yang engkau imani, dan apa perbedaan antara dirimu dan Tuhan. Mari kita kembali ke masalah Tuhan yang tidak mengasihi manusia. Apakah Tuhan harus mengasihi manusia? (Tidak harus.) Karena Ia tidak harus mengasihi manusia, apakah Tuhan tidak mengasihi manusia bukanlah kebenaran? (Ya, itu kebenaran.) Jadi, sudah jelaskah semuanya? Kini, mari kita bahas hal ini: Karena umat manusia telah dirusak oleh Iblis dan memiliki watak rusak Iblis, jika Tuhan tidak menyelamatkan umat manusia dan membawa mereka kepada-Nya, seperti apakah hubungan antara manusia dan Tuhan? (Tidak ada hubungan apa-apa.) Ini tidak benar; faktanya, hubungan itu tetap ada. Namun, hubungan macam apa? Hubungan saling lawan. Engkau melawan Tuhan, dan esensi naturmu berlawanan dengan esensi Tuhan. Jadi, masuk akalkah jika Tuhan tidak mengasihimu? Apakah masuk akal jika Tuhan muak terhadapmu, membencimu dan jijik kepadamu? (Masuk akal.) Mengapa itu masuk akal? (Karena tidak ada sesuatu pun dalam diri kami yang layak mendapatkan kasih Tuhan, dan watak kami pun telah mengalami kerusakan parah.) Tuhan adalah Sang Pencipta, dan engkau adalah makhluk ciptaan, tetapi sebagai makhluk ciptaan, engkau tidak mengikuti Tuhan atau mendengarkan firman-Nya. Engkau malah mengikuti Iblis serta menjadi lawan dan musuh Tuhan. Tuhan mengasihimu karena Dia memiliki esensi belas kasih: Ia mengasihanimu dan menyelamatkanmu. Tuhan memiliki esensi ini. Tuhan berbelas kasih dan memikirkan umat manusia yang Dia ciptakan. Kasih-Nya terhadapmu adalah penyingkapan dari esensi-Nya, yang adalah salah satu unsur kebenaran. Di pihak lain, umat manusia tidak layak dikasihi oleh Tuhan. Manusia itu congkak, muak akan hal-hal positif, jahat, kejam, serta membenci dan melawan Tuhan. Jadi, mengingat esensi Tuhan—kesucian, kebenaran, kesetiaan, dan yang paling terutama kuasa-Nya—bagaimana Ia dapat mengasihi umat manusia yang seperti itu? Dapatkah Tuhan cocok dengan manusia semacam itu? Dapatkah Ia mengasihi mereka? (Ia tidak dapat.) Nah, karena Ia tidak dapat mengasihi mereka, ketika Tuhan bertemu dengan manusia dan hendak menyelamatkan mereka, apa yang akan Ia tunjukkan? Begitu Tuhan bertemu dengan manusia, Ia akan menunjukkan rasa jijik, muak, dan benci, dan Ia akan membenci dan menolak mereka yang melakukan kejahatan besar; ini bukanlah wujud kasih. Jadi, apakah Tuhan tidak mengasihi manusia adalah kebenaran? (Ya.) Tuhan tidak mengasihi manusia adalah kebenaran. Apakah betul bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka yang menentang-Nya? (Betul.) Ini adalah hal yang adil dan masuk akal serta ditentukan oleh watak Tuhan yang benar. Jadi, di sini pun tampaklah kebenaran bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia. Apa yang menentukan bahwa ini adalah kebenaran? Yang menentukan adalah esensi Tuhan sendiri.
Jadi, pertanyaannya sekarang: Apakah Tuhan mengasihi manusia? (Ya.) Kenyataannya, menurut esensi dan perwujudan manusia, manusia tidak layak mendapatkan kasih Tuhan, tetapi Tuhan masih dapat mengasihi manusia dengan dalam. Menurut kalian, apakah Tuhan itu kebenaran? Apakah esensi-Nya kudus? (Ya.) Di pihak lain, karena manusia begitu menjijikkan dan kerusakan mereka begitu dalam, dapatkah Tuhan mengasihi manusia tanpa sedikit pun rasa benci? Jika tidak ada sedikit pun kebencian, ketidaksukaan, atau kemuakan, itu tidak sesuai dengan esensi Tuhan. Tuhan benci, muak, jijik dan jemu terhadap umat manusia, tetapi Ia masih dapat menyelamatkan orang, dan inilah kasih sejati Tuhan—esensi Tuhan! Tuhan tidak mengasihi manusia karena esensi-Nya, dan Ia juga masih dapat mengasihi manusia karena esensi-Nya. Jadi, setelah semuanya jelas, manakah yang merupakan kebenaran? Tuhan mengasihi manusia, atau Tuhan tidak mengasihi manusia? (Keduanya adalah kebenaran.) Jadi, persoalannya jelas. Lalu, dapatkah manusia melakukan hal yang sama? Tidak ada manusia yang dapat melakukan ini; tak seorang pun bisa—bahkan termasuk kepada anak mereka sendiri. Jika anakmu selalu membuatmu marah dan menyakiti hatimu, awalnya engkau akan marah. Tetapi suatu saat hatimu akan makin merasa muak. Begitu ia sudah cukup lama melakukannya, engkau akan menyerah total dan akhirnya memutuskan hubungan dengannya. Seperti apakah kasih manusia? Kasih manusia berasal dari rasa sayang serta hubungan darah daging, jadi itu tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Kasih itu timbul dari kebutuhan lahiriah manusia dan rasa sayang. Apa dasar kasih ini? Dasarnya adalah rasa sayang, hubungan darah, dan kepentingan, dan tidak ada secuil pun kebenaran dalam hal ini. Jadi, apa alasannya manusia tidak mengasihi? Setelah menjadi benci, muak, dan jijik terhadap orang yang telah menyakiti hatinya, ia berhenti mengasihi dan tidak mampu lagi mengasihi. Menurutmu, sampai sejauh manakah umat manusia telah menyakiti hati Tuhan? (Jauhnya tidak terukur.) Betul, tidak terukur. Jadi, apakah Tuhan masih mengasihi manusia? Engkau tidak tahu apakah Tuhan mengasihi manusia, tetapi bahkan saat ini pun Tuhan masih menyelamatkanmu, selalu bekerja, dan berfirman untuk memimpin dan mencukupi kebutuhanmu. Ia tidak akan menyerah padamu hingga titik terakhir, ketika pekerjaan itu selesai. Bukankah ini kasih? (Ya.) Apakah manusia memiliki kasih seperti ini? (Tidak.) Ketika kebutuhan emosional manusia lenyap, ketika hubungan darah diputus, dan ketika tidak ada lagi kepentingan bersama di antara mereka, mereka tidak lagi saling mengasihi. Kasih mereka lenyap, lalu mereka memutuskan untuk menyerah—berhenti "berinvestasi" dalam hubungan itu. Mereka menyerah sepenuhnya. Apakah ungkapan kasih yang paling mendasar? Melakukan hal-hal praktis dan mendapat hasilnya, dan jika hal-hal terkait kasih itu tidak dilakukan, maka tidak ada lagi kasih. Ada yang berkata bahwa Tuhan membenci manusia, tetapi ini tidak sepenuhnya tepat. Tuhan membencimu, tetapi apakah itu membuat-Nya berfirman lebih sedikit kepadamu? Apakah itu membuat-Nya memberimu lebih sedikit kebenaran? Apakah pekerjaan-Nya bagimu menjadi berkurang? (Tidak.) Oleh karena itu, jika engkau berkata bahwa Tuhan membencimu, engkau tidak memiliki hati nurani; kata-katamu itu keterlaluan. Memang tidaklah salah bahwa Tuhan membencimu, tetapi Ia masih mengasihimu, dan Ia telah melakukan banyak pekerjaan bagimu. Tuhan membencimu adalah sebuah fakta, tetapi mengapa demikian? Jika engkau tunduk kepada Tuhan dalam segala segi dan menjadi seperti Ayub, akankah Tuhan masih membencimu? Ia tidak akan lagi membencimu. Ia hanya akan mengasihimu. Bagaimanakah wujud kasih Tuhan itu? Wujudnya tidak sama dengan kasih manusia, yang seperti membungkus orang dalam kapas wol. Tuhan tidak mengasihi orang dengan cara demikian: Ia membiarkanmu hidup normal seperti manusia ciptaan-Nya; Ia membiarkanmu untuk mengetahui cara hidup, cara bertahan, dan cara menyembah-Nya, serta cara menjadi tuan atas segala hal dan menjalani hidup yang bermakna, bukan untuk melakukan hal-hal tidak bermakna atau mengikuti Iblis. Tidakkah makna kasih Tuhan itu luas dan kekal? Maknanya memang teramat luas, dan dampak dari semua pekerjaan Tuhan itu sangatlah penting dan nilainya paling luas menjangkau seluruh umat manusia. Ini adalah hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia mana pun: Nilainya tidak terkira dan tidak dapat ditukar oleh manusia dengan uang atau materi apa pun. Lihat, orang-orang di zaman sekarang mengetahui sejumlah kebenaran, dan mereka tahu cara menyembah Tuhan, tetapi apakah mereka tahu semua itu pada 20 atau 30 tahun yang lalu? (Tidak.) Mereka tidak tahu proses terbentuknya Alkitab; mereka tidak tahu rencana Tuhan untuk mengelola dunia; mereka tidak tahu cara menyembah Tuhan dan hidup seperti makhluk ciptaan yang memenuhi standar: Mereka tidak mengetahui semua itu. Jadi, jika kau bayangkan keadaannya dua puluh tahun ke depan, akankah umat manusia jauh lebih baik darimu saat ini? (Tentu saja.) Bagaimana ini dapat terjadi? Karena penyelamatan Tuhan dan kasih-Nya yang tidak terbatas bagi manusia. Karena Ia begitu sabar, toleran, dan berbelas kasih terhadap manusia, manusia telah memperoleh begitu banyak hal. Jika bukan karena kasih Tuhan yang besar, manusia tidak akan pernah mendapat apa-apa.
Apakah engkau semua berpikir bahwa Tuhan mengasihi manusia? (Ya.) Apakah Tuhan membenci manusia? (Ya.) Dengan cara apa? Dalam hati-Nya, Tuhan sebenarnya jijik dengan manusia dan muak dengan esensi natur manusia. Setiap orang membuat-Nya jijik, lalu bagaimana bisa Ia tetap bekerja bagi manusia? Karena Ia memiliki kasih, dan Ia mau menyelamatkan orang-orang ini. Tidakkah Ia membenci manusia ketika menyelamatkan mereka? Ya: membenci dan mengasihi secara bersamaan. Ia benci, muak, dan jijik—tetapi pada saat yang sama Ia juga bekerja demi keselamatan manusia. Menurutmu, siapa yang dapat melakukan ini? Tak ada manusia yang mampu melakukannya. Ketika melihat seseorang yang membuatnya jijik dan muak, mereka tidak sudi lagi memandangnya, dan bahkan berbicara sedikit pun dengan mereka terasa amat berat. Atau seperti kata orang tidak percaya, "Jika tidak ada kecocokan, sepatah kata pun hanya buang-buang napas." Berapa banyak kata yang telah Tuhan ucapkan kepada manusia? Terlalu banyak. Dapatkah engkau berkata bahwa Tuhan tidak mengasihi manusia? Atau bahwa Ia tidak membenci manusia? (Tidak.) Kebencian itu adalah fakta, begitu juga dengan kasih. Mungkin engkau berkata, "Tuhan membenci kita. Jangan kita mendekati-Nya. Jangan sampai Tuhan menyelamatkan kita, agar kita jangan terus-terusan merepotkan-Nya." Apakah ini tepat? (Tidak.) Engkau tidak memikirkan perasaan Tuhan, dan engkau juga tidak mengenal ataupun memahami-Nya. Malah, dengan berkata begini, engkau memberontak terhadap Tuhan dan menyakiti hati-Nya. Engkau harus memahami alasan Tuhan membenci manusia dan cara Ia mengasihi manusia. Ada alasannya Tuhan mengasihi dan membenci manusia; masing-masing memiliki latar belakang dan prinsip dasar. Jika engkau berkata, "Tuhan menyelamatkanku, maka Ia pasti mengasihiku; Ia tidak dapat membenciku," apakah ini asumsi yang tidak masuk akal? (Ya.) Bahkan jika Tuhan membencimu, Ia tidak berlama-lama menyelamatkanmu dan masih memberimu kesempatan untuk bertobat. Ini tidak berdampak pada kemampuanmu untuk menyantap dan meneguk firman Tuhan atau pada kinerjamu dalam melaksanakan tugas, dan engkau terus menikmati rahmat Tuhan, jadi mengapa engkau masih memperdebatkan ini? Memang sudah sepantasnya Tuhan membencimu, itu ditentukan oleh esensi-Nya sendiri, dan Ia tidak berlama-lama dalam menyelamatkanmu. Bukankah orang seharusnya memiliki sedikit pengetahuan akan hal ini? (Ya.) Apa yang harus mereka ketahui? Mereka harus mengetahui watak benar Tuhan dan kekudusan-Nya. Bagaimana orang dapat mulai mengetahui hal-hal ini? Apa sebutannya, ketika Tuhan sangat membenci umat manusia tetapi tetap mampu menyelamatkan mereka? Belas kasihan yang melimpah. Ini terdapat dalam watak benar Tuhan. Hanya Tuhan yang dapat melakukan ini; Iblis tidak akan melakukannya. Iblis memang tidak membencimu, tetapi ia menginjak-injakmu. Jika Iblis membencimu, maka ia akan menyiksamu sepanjang hari, bahkan secara permanen menjauhkanmu dari reinkarnasi dan membiarkanmu jatuh ke neraka tingkat delapan belas. Itukah yang Iblis lakukan? (Ya.) Namun, apakah seperti itu cara Tuhan memperlakukan orang? Tentu saja tidak. Tuhan memberi manusia cukup kesempatan untuk bertobat. Jadi, janganlah takut jika Tuhan membencimu. Kebencian-Nya kepadamu itu telah ditentukan oleh esensi-Nya. Jangan berpaling dari Tuhan karena Ia membencimu dan berpikir, "Aku tidak layak diselamatkan oleh Tuhan, jadi Tuhan tidak perlu menyelamatkanku. Ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan ini," lalu engkau pun meninggalkan Tuhan. Ini akan membuat Tuhan makin membencimu karena engkau telah mengkhianati dan mempermalukan-Nya serta membiarkan Iblis menertawakanmu. Menurutmu, apakah memang demikian? (Terkadang, ketika aku diberhentikan, mengalami kemunduran, atau kegagalan, aku merasa bahwa aku telah menyakiti hati Tuhan dan Ia tidak akan lagi menyelamatkanku, bahwa keadaan hatiku sedang menghindari Tuhan.) Tindakanmu menyakiti hati Tuhan bukanlah sesuatu yang bersifat sementara; engkau telah menyakiti hati-Nya sejak dulu—dan lebih dari sekali! Namun, menyerah total bagi dirimu sendiri sama persis dengan membiarkan Tuhan menyerah total bagi dirimu dan tidak menyelamatkanmu, dan hati Tuhan pun akan sangat tersakiti. Tuhan tidak akan menghukum mati orang atau mengambil kesimpulan tentang mereka berdasarkan perilakunya, baik yang dilakukan sekali maupun selama jangka waktu tertentu; Ia tidak akan melakukannya. Bagaimana engkau seharusnya mengetahui watak Tuhan? Bagaimana gagasan dan kesalahpahaman manusia dapat diluruskan? Engkau tidak tahu pikiran Tuhan tentang banyak hal atau cara menyesuaikannya dengan watak benar dan esensi kudus-Nya. Engkau tidak memahaminya, tetapi ada satu hal yang harus kauingat: Apa pun yang Tuhan lakukan, manusia harus tunduk; manusia adalah makhluk ciptaan yang terbuat dari tanah liat, dan mereka harus tunduk kepada Tuhan. Inilah tugas, kewajiban, dan tanggung jawab manusia. Inilah sikap yang seharusnya manusia miliki. Begitu orang memiliki sikap ini, bagaimana seharusnya mereka memperlakukan Tuhan dan hal-hal yang Tuhan lakukan? Jangan pernah menghakimi, agar engkau tidak menyinggung watak Tuhan. Jika engkau memiliki gagasan tertentu, perbaikilah itu, tetapi janganlah menghakimi Tuhan atau hal-hal yang Ia lakukan. Begitu engkau menghakimi-Nya, habislah engkau: Itu sama saja dengan berdiri di kubu yang melawan Tuhan tanpa adanya kesempatan untuk menerima keselamatan. Engkau mungkin berkata, "Sekarang ini aku tidak melawan Tuhan, tetapi aku memiliki kesalahpahaman tentang Tuhan," atau "Ada sedikit keraguan akan Tuhan di hatiku. Imanku kecil, dan aku memiliki kelemahan dan hal negatif." Semua itu masih dapat ditangani dan diperbaiki dengan mencari kebenaran—tetapi jangan pernah menghakimi Tuhan. Jika engkau berkata, "Perbuatan tuhan tidak benar. Itu tidak sejalan dengan kebenaran, jadi aku punya alasan untuk meragukan, mempertanyakan, dan menuduh. Aku akan menyebarkan ini ke mana-mana dan mengumpulkan orang untuk mempertanyakannya," engkau dalam masalah. Sikap Tuhan terhadapmu akan berubah, dan jika engkau menghakimi Tuhan, engkau benar-benar tamat. Ada banyak sekali cara Tuhan untuk membalas pemberontakanmu. Jadi, manusia tidak boleh melawan Tuhan secara sengaja. Bukan masalah besar jika engkau tidak mematuhi-Nya secara tidak sengaja karena itu memang tidak dilakukan dengan tujuan atau niat tertentu, dan Tuhan memberimu kesempatan untuk bertobat. Jika engkau secara sengaja menghakimi suatu hal meskipun engkau tahu persis bahwa hal itu adalah perbuatan Tuhan, dan engkau memprovokasi orang-orang untuk memberontak bersama-sama, ini adalah masalah besar. Lalu, hasilnya akan seperti apa? Engkau akan berakhir seperti dua ratus lima puluh pemimpin jemaat yang melawan Musa. Sudah tahu bahwa itu Tuhan, tetapi engkau masih berani berdebat melawan-Nya. Tuhan tidak berdebat denganmu: Ialah Sang otoritas itu sendiri. Ia akan membuat bumi terbuka dan langsung menelanmu, dan tamatlah sudah. Ia tidak akan pernah menemuimu atau mendengarkan argumenmu. Inilah watak Tuhan. Kali ini, watak Tuhan itu terungkap dalam wujud apa? Kemurkaan! Oleh karena itu, manusia sama sekali tidak boleh berdebat melawan Tuhan atau membangkitkan kemurkaan-Nya. Jika ada yang berani menyinggung Tuhan, akibatnya adalah kebinasaan.
Kutipan 24
Tuhan mengasihi umat manusia, hal ini benar dan semua orang mengakui fakta ini. Jadi, bagaimana cara Tuhan mengasihi manusia? (Tuhan mengungkapkan kebenaran, menyediakan kebenaran bagi manusia, menyingkapkan, menghakimi, mendisiplinkan, menguji, dan memurnikan mereka, memungkinkan manusia memahami dan mendapatkan kebenaran.) Hal-hal ini sudah engkau semua alami dan saksikan. Cara Tuhan mengungkapkan kasih-Nya kepada umat manusia berbeda dari masa ke masa. Dalam beberapa kasus, kasih Tuhan sejalan dengan gagasan manusia sehingga mereka bisa segera memahami dan menerimanya. Namun, terkadang kasih Tuhan bertentangan dengan gagasan manusia, sehingga mereka tidak mau menerimanya. Aspek mana dari kasih Tuhan yang bertentangan dengan gagasan manusia? Penghakiman-Nya, hajaran-Nya, penghukuman-Nya, hukuman-Nya, murka-Nya, kutukan-Nya, dan yang lainnya. Tidak ada yang mau menghadapi semua itu, tidak ada yang sanggup menerimanya, dan tidak ada yang pernah membayangkan bahwa kasih Tuhan dapat diungkapkan dengan cara-cara tersebut. Jadi, bagaimana dulunya manusia membatasi kasih Tuhan? Dulunya, mereka membatasi kasih Tuhan pada apa yang dilakukan Yesus: menyembuhkan yang sakit, mengusir setan, memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan, memberikan kasih karunia yang berlimpah, dan mencari mereka yang tersesat. Dalam bayangan mereka, Tuhan memperlakukan umat manusia seperti seekor anak domba yang Dia belai dengan lembut. Bagi mereka, seperti itulah kasih Tuhan. Oleh karena itu, ketika mereka melihat betapa kerasnya Tuhan saat berbicara dan memberikan penghakiman, hajaran, pukulan dan disiplin, itu tidak seperti apa yang mereka bayangkan tentang Tuhan, sehingga mereka mengembangkan gagasan sendiri, kemudian memberontak, dan bahkan menyangkal Tuhan. Jika Tuhan mengutuk engkau semua, berkata bahwa engkau semua tidak memiliki kemanusiaan, tidak mencintai kebenaran, tidak lebih baik dari binatang buas, dan tidak akan Dia selamatkan, apa yang akan engkau pikirkan? Apakah engkau akan berpikir bahwa kasih-Nya tidak nyata dan bahwa Tuhan tidak memiliki kasih? Akankah engkau kehilangan imanmu kepada-Nya? Ada yang berkata, "Tuhan menghakimi dan menghajarku untuk menyelamatkanku, tetapi kalau Dia mengutukku, aku tidak akan menerima Dia sebagai Tuhanku. Kalau Tuhan mengutuk seseorang, bukankah itu berarti hidup orang tersebut berakhir? Bukankah itu berarti bahwa dia akan dihukum dan masuk ke neraka? Kalau tidak ada kesudahan, apa gunanya percaya kepada Tuhan?" Bukankah ini suatu pemahaman yang konyol? Jika suatu saat di masa depan Tuhan mengutuk engkau, masihkah engkau akan mengikuti-Nya sama seperti yang kaulakukan sekarang? Akankah engkau masih melaksanakan tugasmu? Itu hal yang sulit untuk dijawab. Beberapa orang mampu bertahan dalam tugas mereka; mereka berfokus pada mengejar kebenaran dan mereka sudah siap. Namun, orang-orang lainnya tidak mengejar kebenaran dan tidak mementingkan kemajuan dalam hidup mereka, mereka malah mengabaikan semua hal itu. Semua yang mereka pikirkan adalah upah dan keuntungan dan caranya menjadi berguna di dalam rumah Tuhan. Setiap ada waktu, mereka merangkum pekerjaan apa yang telah mereka lakukan, perbuatan baik apa yang telah mereka lakukan untuk gereja, seberapa besar harga yang telah mereka bayar, dan upah serta mahkota apa yang seharusnya mereka terima. Itu semua yang mereka rangkum dalam waktu luang mereka. Ketika Tuhan mengutuk orang-orang seperti itu, tidakkah mereka terkejut dan tidak menduganya? Akankah mereka berhenti memercayai Tuhan seketika itu juga? Apakah itu mungkin terjadi? (Ya.) Satu-satunya sikap yang harus makhluk ciptaan miliki terhadap Penciptanya adalah ketundukan, ketundukan tanpa syarat. Ini adalah sesuatu yang mungkin tidak mampu diterima oleh beberapa orang pada zaman sekarang. Ini karena tingkat pertumbuhan manusia terlalu rendah dan mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran. Jika, ketika Tuhan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan gagasanmu, engkau cenderung salah memahami Tuhan—bahkan memberontak melawan Tuhan dan mengkhianati-Nya—itu artinya engkau jauh dari mampu untuk tunduk kepada Tuhan. Selagi manusia menerima pembekalan dan penyiraman dari firman Tuhan, mereka sebenarnya sedang berjuang untuk satu tujuan, yaitu untuk pada akhirnya mampu mencapai ketundukan yang mutlak dan tanpa syarat kepada Tuhan—di mana saat mencapai titik ini, engkau, makhluk ciptaan ini, sudah mencapai standar yang dituntut darimu. Ada kalanya ketika Tuhan dengan sengaja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan gagasanmu, dan dengan sengaja melakukan hal-hal yang bertentangan dengan keinginanmu, dan hal-hal yang bahkan mungkin tampak bertentangan dengan kebenaran, tidak berperasaan terhadapmu, dan tidak sesuai dengan yang engkau mau. Hal-hal ini mungkin sulit untuk kauterima, engkau mungkin tidak dapat memahaminya, dan bagaimanapun engkau menganalisisnya, semua itu mungkin terasa salah bagimu dan engkau mungkin tidak bisa menerimanya, engkau mungkin merasa bahwa Tuhan tidak masuk akal untuk melakukan ini—tetapi sebenarnya, Tuhan melakukan ini dengan sengaja. Jadi, apa tujuan Tuhan melakukan hal-hal ini? Tujuan-Nya adalah untuk menguji dan menyingkapkanmu, untuk melihat apakah engkau mampu mencari kebenaran atau tidak, apakah engkau memiliki ketundukan sejati kepada Tuhan atau tidak. Jangan mencari dasar untuk semua yang Tuhan lakukan dan tuntut, dan jangan tanyakan alasannya. Berusaha bernalar dengan Tuhan tidak ada gunanya. Engkau hanya harus mengakui bahwa Tuhan adalah kebenaran dan mampu tunduk secara mutlak. Engkau hanya harus mengakui bahwa Tuhan adalah Penciptamu dan Tuhanmu. Ini lebih tinggi dari penalaran apa pun, lebih tinggi dari hikmat duniawi apa pun, lebih tinggi dari moralitas, etika, pengetahuan, falsafah, atau budaya tradisional manusia mana pun—bahkan lebih tinggi daripada perasaan manusia, kebenaran manusia, dan apa yang disebut kasih manusia. Ini lebih tinggi dari segalanya. Jika hal ini tidak jelas bagimu, maka cepat atau lambat harinya akan tiba ketika sesuatu terjadi padamu dan engkau jatuh. Setidaknya, engkau akan memberontak terhadap Tuhan dan menempuh jalan yang menyimpang; jika engkau akhirnya dapat bertobat, dan mengenali keindahan Tuhan, dan mengenali arti dari pekerjaan Tuhan di dalam dirimu, maka engkau masih akan memiliki harapan untuk diselamatkan—tetapi jika engkau jatuh karena hal ini dan tidak mampu bangkit lagi, engkau tidak punya harapan. Entah Tuhan menghakimi, menghajar, atau mengutuk manusia, semua ini adalah untuk menyelamatkan mereka, dan mereka tidak perlu takut. Apa yang seharusnya kautakuti? Engkau harus takut bahwa Tuhan akan berkata, "Aku membenci dan menolakmu." Jika Tuhan mengatakan ini, engkau berada dalam masalah: ini berarti Tuhan tidak akan menyelamatkanmu, bahwa engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Jadi, dalam menerima pekerjaan Tuhan, orang harus memahami maksud Tuhan. Apa pun yang kaulakukan, jangan mencari-cari kesalahan ketika membahas firman Tuhan, dengan berkata, "Penghakiman dan hajaran tidak masalah, tetapi penghukuman, kutukan, pemusnahan—bukankah itu berarti semuanya sudah berakhir bagiku? Apa gunanya menjadi makhluk ciptaan? Jadi, aku tidak akan menjadi makhluk ciptaan Tuhan, dan Engkau tidak akan lagi menjadi Tuhanku." Jika engkau menolak Tuhan dan tidak berdiri teguh dalam kesaksianmu, Tuhan mungkin akan benar-benar menolakmu. Apakah engkau semua tahu hal ini? Seberapa lamanya pun orang percaya kepada Tuhan, sebanyak apa pun jalan yang telah mereka tempuh, sebanyak apa pun pekerjaan yang telah mereka lakukan, atau sebanyak apa pun tugas yang telah mereka laksanakan, semua yang telah mereka lakukan selama ini adalah persiapan untuk satu hal. Apakah itu? Mereka telah mempersiapkan diri untuk pada akhirnya memiliki ketundukan mutlak kepada Tuhan, ketundukan tanpa syarat. Apa artinya "tanpa syarat"? Ini artinya engkau tidak membenarkan diri dan tidak membicarakan alasan objektifmu sendiri, itu artinya engkau tidak berdebat sedikit pun; engkau adalah makhluk ciptaan Tuhan, engkau tidak layak melakukan hal-hal ini. Ketika engkau berdebat dengan Tuhan, engkau telah salah memosisikan dirimu, dan ketika engkau berusaha bernalar dengan Tuhan, engkau kembali salah memosisikan dirimu. Jangan berdebat dengan Tuhan, jangan selalu berusaha mencari tahu alasannya, jangan bersikeras untuk mengerti sebelum engkau tunduk, dan jangan bersikeras untuk tidak tunduk ketika engkau tidak mengerti. Ketika engkau melakukan ini, engkau telah salah memosisikan dirimu, dalam hal ini ketundukanmu kepada Tuhan tidak mutlak; itu adalah ketundukan yang relatif dan bersyarat. Apakah orang yang membuat syarat untuk ketundukan mereka kepada Tuhan adalah orang yang benar-benar tunduk kepada Tuhan? Apakah engkau sedang memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan? Apakah engkau menyembah Tuhan sebagai Sang Pencipta? Jika tidak, maka Tuhan tidak akan mengakuimu. Apa yang harus kaualami untuk mencapai ketundukan mutlak dan tanpa syarat kepada Tuhan? Dan bagaimana seharusnya engkau mengalaminya? Di satu sisi, orang harus menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, mereka harus menerima diri mereka dipangkas. Di sisi lain, mereka harus menerima amanat Tuhan, mereka harus mengejar kebenaran saat mereka melaksanakan tugas mereka, mereka harus memahami berbagai aspek kebenaran yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan, dan mencapai pemahaman tentang maksud Tuhan. Terkadang, ini di luar kualitas manusia, dan mereka tidak memiliki kekuatan wawasan untuk memperoleh pemahaman tentang kebenaran, dan hanya mampu memahami sedikit ketika orang lain bersekutu dengan mereka atau melalui memetik pelajaran dari berbagai keadaan yang diatur Tuhan. Namun, engkau harus menyadari bahwa engkau harus memiliki hati yang tunduk kepada Tuhan, engkau tidak boleh berusaha bernalar dengan Tuhan atau membuat syarat; segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah apa yang harus dilakukan, karena Dia adalah Sang Pencipta; engkau adalah makhluk ciptaan Tuhan, dan engkau harus memiliki sikap ketundukan, dan tidak boleh selalu menanyakan alasan atau berbicara tentang syarat. Jika engkau bahkan tidak memiliki sikap tunduk yang paling mendasar, dan bahkan cenderung ragu dan waspada terhadap Tuhan, atau berpikir dalam hatimu, "Aku harus melihat apakah Tuhan benar-benar akan menyelamatkanku, apakah Tuhan sungguh-sungguh benar atau tidak. Semua orang berkata Tuhan adalah kasih—baiklah, kalau begitu, aku harus melihat apakah memang ada kasih dalam apa yang Tuhan lakukan dalam diriku, apakah itu benar-benar kasih," jika engkau selalu memeriksa apakah yang Tuhan lakukan sesuai dengan gagasan dan seleramu, atau bahkan sesuai dengan apa yang kauyakini sebagai kebenaran, maka engkau telah salah memosisikan dirimu, dan engkau berada dalam masalah: engkau kemungkinan besar akan menyinggung watak Tuhan. Kebenaran yang berkaitan dengan ketundukan sangatlah penting, dan tidak ada kebenaran yang dapat diungkapkan secara lengkap dan jelas hanya dalam beberapa kalimat; semua itu berkaitan dengan berbagai keadaan dan kerusakan orang. Masuk ke dalam kenyataan kebenaran tidak dapat dicapai dalam waktu satu atau dua tahun, dalam tiga atau lima tahun. Orang harus mengalami banyak hal, mengalami banyak penghakiman dan hajaran firman Tuhan, mengalami banyak pemangkasan, dan pada akhirnya mampu menerapkan kebenaran. Hanya dengan cara demikianlah pengejaran akan kebenaran menjadi efektif, dan hanya dengan cara demikianlah orang akan memiliki kenyataan kebenaran. Hanya mereka yang memiliki kenyataan kebenaran adalah mereka yang memiliki pengalaman sejati.
Kutipan 25
Beberapa tahun setelah tahap pekerjaan ini dimulai, ada seorang pria yang percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengejar kebenaran; yang dia inginkan hanyalah mendapatkan uang dan menemukan pasangan, menjalani kehidupan orang kaya, dan karenanya dia meninggalkan gereja. Setelah mengembara selama beberapa tahun, dia tiba-tiba kembali ke gereja. Di dalam hatinya dia merasa sangat menyesal dan menangis dengan penuh penyesalan. Ini membuktikan bahwa hatinya tidak sepenuhnya meninggalkan Tuhan, dan ini adalah hal yang baik; masih ada kesempatan dan harapan baginya untuk diselamatkan. Seandainya dia tidak lagi percaya, menjadi sama dengan orang tidak percaya, hidupnya tentu saja sudah sepenuhnya berakhir. Jika dia mampu sungguh-sungguh bertobat, maka masih ada harapan baginya; ini langka dan berharga. Bagaimanapun cara Tuhan bertindak, dan bagaimanapun cara Dia memperlakukan manusia—sekalipun Dia muak, benci atau mengutuk mereka—jika suatu hari mereka dapat berbalik, Aku akan sangat terhibur, karena ini berarti mereka masih memiliki sedikit ruang bagi Tuhan di dalam hati mereka, mereka belum sepenuhnya kehilangan nalar manusia atau kemanusiaan mereka, mereka masih mau percaya kepada Tuhan dan mereka setidaknya memiliki sedikit niat untuk mengakui Dia dan kembali kepada-Nya. Bagi orang yang benar-benar memiliki Tuhan di dalam hati mereka, kapan pun mereka meninggalkan rumah Tuhan, jika mereka kembali dan keluarga ini masih ada di hati mereka, Aku akan menjadi sedikit terikat secara perasaan dan akan merasakan sedikit kenyamanan. Namun, jika mereka tidak pernah kembali, menurut-Ku betapa kasihannya mereka. Jika mereka mampu untuk kembali dan benar-benar bertobat, hati-Ku akan sangat penuh dengan kepuasan dan penghiburan. Bahwa pria ini masih mampu kembali, itu menunjukkan bahwa dia belum melupakan Tuhan; dia kembali karena di dalam hatinya, dia masih merindukan Tuhan. Sangat mengharukan saat kami bertemu. Ketika dia pergi, dia pasti sedang bersikap sangat negatif dan keadaan dirinya buruk; tetapi, jika dia bisa kembali sekarang, itu membuktikan bahwa dia masih memiliki iman kepada Tuhan. Namun, apakah dia dapat terus maju atau tidak, itu adalah faktor yang tidak diketahui karena manusia berubah begitu cepat. Pada Zaman Kasih Karunia, Yesus berbelas kasihan dan penuh kasih karunia kepada manusia. Jika satu domba hilang dari seratus, Dia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan untuk mencari yang satu itu. Kalimat ini tidak mewakili semacam tindakan mekanis, juga bukan sebuah peraturan; melainkan menunjukkan maksud Tuhan yang mendesak untuk menyelamatkan manusia, serta kasih-Nya yang dalam bagi mereka. Ini bukanlah cara untuk melakukan segala sesuatu; ini adalah sejenis watak, sejenis mentalitas. Jadi, ada orang-orang yang meninggalkan gereja selama enam bulan atau satu tahun, atau memiliki banyak kelemahan atau memiliki banyak kesalahpahaman apa pun, tetapi kemampuan mereka untuk kemudian sadar akan kenyataan, mendapatkan pengetahuan dan berbalik, serta kembali ke jalur yang benar, itu membuat-Ku merasa sangat terhibur dan memberi-Ku sedikit kesenangan. Di dunia yang penuh kegembiraan dan kemegahan ini, dan pada zaman yang jahat ini, mampu mengakui Tuhan dan kembali ke jalur yang benar adalah hal yang membawa sedikit kenyamanan dan kegembiraan. Ambil contoh membesarkan anak, misalnya: entah mereka berbakti atau tidak, bagaimana perasaanmu jika mereka tidak mengakuimu dan meninggalkan rumah, tidak pernah kembali? Di lubuk hatimu, engkau akan selalu mengkhawatirkan mereka, dan engkau akan selalu bertanya-tanya, "Kapan anakku akan kembali? Aku ingin bertemu dengannya. Bagaimanapun juga, dia adalah anakku, dan bukannya tanpa alasan aku membesarkan dan mencintainya." Selama itulah engkau akan selalu berpikir seperti ini; selama itulah engkau akan selalu merindukan tibanya hari itu. Semua orang merasakan hal yang sama dalam hal ini, apalagi Tuhan—bukankah harapan-Nya jauh lebih besar agar manusia akan menemukan jalan pulang setelah tersesat, agar anak yang hilang akan kembali? Orang zaman sekarang memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah, tetapi harinya akan tiba ketika mereka memahami maksud Tuhan—kecuali mereka tidak memiliki keinginan untuk memiliki iman yang benar, kecuali mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya, yang mana dalam hal ini mereka berada di luar kepedulian Tuhan.
Kutipan 26
Ada berbagai jenis orang, dan mereka dibedakan berdasarkan jenis roh yang mereka miliki. Ada orang-orang yang memiliki roh manusia, dan mereka adalah orang-orang yang Tuhan pilih dan tentukan dari semula. Ada yang tidak memiliki roh manusia; mereka adalah setan-setan yang membaur dengan manusia. Orang-orang yang tidak dipilih dan ditentukan dari semula oleh Tuhan tidak dapat diselamatkan sekalipun mereka telah berhasil menyusup ke dalam rumah Tuhan, dan mereka pada akhirnya akan disingkapkan dan disingkirkan. Apakah orang dapat menerima pekerjaan Tuhan atau tidak, dan setelah mereka menerimanya, jalan seperti apa yang mereka tempuh dan apakah mereka dapat berubah atau tidak, semua itu tergantung pada roh dan natur dalam diri mereka. Ada orang-orang yang selalu saja tersesat; roh mereka menentukan mereka untuk menjadi orang semacam itu, dan mereka tidak dapat berubah. Dalam diri orang-orang tertentu, Roh Kudus tidak bekerja karena mereka tidak menempuh jalan yang benar; tetapi jika mereka mampu berbalik, Roh Kudus masih dapat bekerja. Jika mereka tidak berbalik, maka semuanya sudah berakhir bagi mereka. Ada berbagai jenis situasi, tetapi Tuhan adil dalam perlakuan-Nya kepada setiap orang. Bagaimana cara orang mengetahui dan memahami watak adil Tuhan? Orang benar menerima berkat-berkat-Nya dan orang jahat dikutuk oleh-Nya. Seperti inilah keadilan Tuhan. Tuhan memberi upah kepada orang yang baik dan menghukum orang yang jahat, dan Dia membalas kepada setiap orang menurut perbuatannya. Ini benar, tetapi sekarang ini ada beberapa peristiwa yang tidak sesuai dengan gagasan manusia, yaitu, ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan dan menyembah-Nya yang dibunuh atau mengalami kutukan-Nya, atau orang-orang yang kepadanya Tuhan tidak pernah memberkati atau menaruh perhatian; betapapun banyaknya mereka menyembah Dia, Dia mengabaikan mereka. Ada orang-orang jahat yang kepadanya Tuhan tidak memberkati, juga tidak menghukum, tetapi mereka kaya dan memiliki banyak keturunan, dan semuanya berjalan seperti yang mereka rencanakan; mereka berhasil dalam segala hal. Apakah ini keadilan Tuhan? Sebagian orang berkata, "Kami menyembah Tuhan, namun belum mendapat berkat dari-Nya, sementara orang jahat yang tidak menyembah Tuhan dan bahkan menentang-Nya, justru hidup lebih baik dan lebih sejahtera daripada kami. Tuhan tidak adil!" Apa yang hal ini tunjukkan kepadamu? Aku baru saja memberimu dua contoh. Yang mana yang berbicara tentang keadilan Tuhan? Ada orang-orang yang berkata, "Keduanya adalah perwujudan dari keadilan Tuhan!" Mengapa menurut mereka demikian? Ada prinsip-prinsip dalam tindakan Tuhan—hanya saja orang tidak dapat melihatnya dengan jelas, dan karena tidak dapat melihatnya dengan jelas, mereka tidak bisa mengatakan bahwa Tuhan tidak adil. Manusia hanya bisa melihat apa yang ada di permukaan; mereka tidak mampu melihat yang sebenarnya mengenai hal-hal ini. Jadi, apa yang Tuhan lakukan itu adil, betapa pun tidak sesuainya hal itu dengan pemikiran dan imajinasi manusia. Ada banyak orang yang terus-menerus mengeluh bahwa Tuhan tidak adil. Ini karena mereka tidak mengerti situasi yang sebenarnya. Mereka akan mudah melakukan kesalahan jika mereka selalu melihat segala sesuatu berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka. Pengetahuan orang ada di antara pemikiran dan sudut pandang mereka sendiri, di dalam gagasan mereka untuk bertransaksi, atau di dalam perspektif mereka tentang apa yang baik dan yang jahat, tentang apa yang benar dan yang salah, atau dalam cara berpikir mereka. Jika orang melihat segala sesuatu dari perspektif seperti itu, akan mudah bagi mereka untuk salah memahami Tuhan dan hal itu akan menimbulkan gagasan, dan orang itu akan menentang-Nya dan mengeluh tentang-Nya. Ada seorang miskin yang hanya tahu menyembah Tuhan, tetapi Tuhan mengabaikannya begitu saja, dan tidak memberkatinya. Mungkin engkau semua berpikir, "Meskipun Tuhan tidak memberkatinya dalam kehidupan ini, tentunya Tuhan akan memberkatinya dalam kekekalan dan mengupahinya sepuluh ribu kali lipat. Bukankah dengan melakukannya berarti Tuhan adil? Ada seorang kaya yang menikmati berkat seratus kali lipat di kehidupan ini, dan dalam kekekalan dia mengalami kehancuran. Bukankah ini juga adalah keadilan Tuhan?" Bagaimana seharusnya orang memahami keadilan Tuhan? Mari kita ambil contoh pemahaman tentang pekerjaan Tuhan: jika Tuhan sudah mengakhiri pekerjaan-Nya setelah menyelesaikan pekerjaan-Nya pada Zaman Kasih Karunia dan belum melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman, dan belum menyelamatkan manusia secara menyeluruh, sehingga manusia harus sepenuhnya dimusnahkan, dapatkah Dia dianggap memiliki kasih dan keadilan? Jika mereka yang menyembah Tuhan dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, sedangkan mereka yang tidak menyembah Tuhan dan bahkan tidak mengetahui keberadaan Tuhan dibiarkan Tuhan untuk hidup, bagaimana pendapatmu mengenai hal ini? Dalam konteks doktrin, orang biasanya selalu berkata Tuhan itu adil, tetapi jika diperhadapkan dengan situasi semacam ini, mereka mungkin tidak mampu memahaminya dengan benar, bahkan mungkin mengeluh tentang Tuhan dan mengkritik-Nya sebagai Tuhan yang tidak adil.
Kasih dan keadilan Tuhan harus dipahami secara menyeluruh dan harus dijelaskan serta dipahami berdasarkan firman Tuhan dan kebenaran. Selain itu, orang harus memiliki pengalaman nyata dan memperoleh pencerahan dari Tuhan agar mereka benar-benar memahami kasih dan keadilan Tuhan. Orang tidak boleh menilai kasih dan keadilan Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka. Menurut gagasan manusia, orang baik diupahi dan orang jahat dihukum, orang baik dibalas dengan kebaikan dan orang jahat dibalas dengan kejahatan, dan semua orang yang tidak melakukan kejahatan harus dibalas dengan kebaikan dan menerima berkat. Jadi menurut gagasan manusia, dalam semua kasus, jika orang tidak jahat, mereka harus dibalas dengan kebaikan; hanya seperti inilah keadilan Tuhan itu. Bukankah ini adalah gagasan manusia? Lalu, bagaimana jika mereka tidak dibalas dengan kebaikan? Apakah itu berarti engkau menganggap Tuhan tidak adil? Sebagai contoh, selama zaman Nuh, Tuhan berfirman kepada Nuh: "Akhir semua makhluk hidup sudah ada di hadapan-Ku; karena bumi penuh dengan kekerasan oleh mereka, maka Aku akan menghancurkan mereka bersama-sama dengan bumi" (Kejadian 6:13). Kemudian Tuhan memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera. Setelah Nuh menerima amanat Tuhan dan membangun bahtera, curah hujan yang dahsyat melanda bumi selama empat puluh hari empat puluh malam, seluruh dunia tenggelam dalam air bah, kecuali Nuh dan ketujuh anggota keluarganya, Tuhan menghancurkan semua manusia pada zaman itu. Bagaimana pendapatmu mengenai peristiwa ini? Apakah menurutmu Tuhan tidak pengasih? Menurut manusia, serusak apa pun manusia, jika Tuhan sampai menghancurkan manusia, ini berarti Dia tidak pengasih—benarkah anggapan ini? Bukankah anggapan ini tidak masuk akal? Tuhan tidak mengasihi mereka yang Dia hancurkan, tetapi dapatkah engkau dengan jujur menganggap Dia tidak mengasihi mereka yang bertahan hidup dan memperoleh penyelamatan-Nya? Petrus sangat mengasihi Tuhan dan Tuhan mengasihi Petrus—dapatkah engkau menganggap bahwa Tuhan tidak pengasih? Tuhan mengasihi mereka yang sungguh-sungguh mengasihi-Nya dan Dia membenci serta mengutuk mereka yang menentang-Nya dan tidak mau bertobat. Tuhan memiliki kasih, juga kebencian, ini adalah kebenaran. Manusia tidak boleh membatasi atau mengkritik Tuhan berdasarkan gagasan dan imajinasi mereka, karena gagasan dan imajinasi manusia yang adalah cara pandang mereka, sama sekali tidak mengandung kebenaran. Tuhan harus dipahami berdasarkan sikap-Nya terhadap manusia, berdasarkan watak dan esensi diri-Nya. Orang sama sekali tidak boleh berusaha mendefinisikan esensi Tuhan berdasarkan hal-hal yang terlihat yang Dia lakukan dan tangani. Manusia telah dirusak Iblis sedemikian dalamnya; mereka tidak tahu seperti apa esensi natur manusia yang rusak, bahkan tidak tahu seperti apa manusia yang rusak di hadapan Tuhan, juga tidak tahu bagaimana mereka seharusnya diperlakukan sesuai dengan watak adil-Nya. Lihatlah Ayub, dia adalah orang yang saleh dan Tuhan memberkatinya. Ini adalah keadilan Tuhan. Iblis bertaruh dengan Yahweh: "Apakah Ayub takut kepada tuhan begitu saja tanpa mendapat apa pun? Bukankah engkau memagari dia dan rumahnya, dan semua yang dimilikinya? Engkau memberkati segala pekerjaan tangannya, dan semua miliknya bertambah banyak di negeri itu. Tetapi coba engkau ulurkan tanganmu dan sentuhlah segala yang dimilikinya, dia pasti akan mengutuki engkau di hadapanmu" (Ayub 1:9-11). Tuhan Yahweh berfirman: "Segala yang dipunyainya ada di tanganmu, hanya jangan ulurkan tanganmu terhadap dia" (Ayub 1:12). Jadi, Iblis menghampiri Ayub, dan menyerang serta mencobainya, dan Ayub pun menghadapi ujian. Semua yang dia miliki diambil dari padanya—dia kehilangan anak-anak dan harta bendanya, dan seluruh tubuhnya dipenuhi barah. Menurutmu, apakah terdapat watak adil Tuhan dalam ujian yang Ayub alami? Engkau semua tidak mengetahuinya dengan jelas, bukan? Sekalipun engkau adalah orang benar, Tuhan berhak membuatmu mengalami ujian dan membiarkanmu menjadi kesaksian bagi-Nya. Watak Tuhan adalah keadilan; Dia memperlakukan semua orang dengan setara. Bukan berarti bahwa orang benar tidak perlu mengalami ujian sekalipun mereka mampu menanggungnya atau bahwa mereka harus dilindungi; bukan berarti seperti itu. Tuhan berhak membuat orang-orang benar mengalami ujian. Ini adalah pengungkapan watak adil Tuhan. Akhirnya, setelah Ayub selesai menjalani ujian dan menjadi kesaksian bagi Yahweh, Yahweh memberkati Ayub jauh lebih banyak dan jauh lebih baik daripada sebelumnya, dan Yahweh mengaruniakan berkat kepadanya dua kali lebih banyak. Selain itu, Yahweh menampakkan diri kepadanya, dan berbicara kepadanya dari balik angin, dan Ayub melihat Dia seolah-olah berhadapan muka dengan-Nya. Ini adalah berkat yang Tuhan karuniakan kepadanya. Ini adalah keadilan Tuhan. Bagaimana jika setelah Ayub selesai menjalani ujiannya dan Yahweh melihat bagaimana Ayub menjadi kesaksian bagi Dia di hadapan Iblis dan mempermalukan Iblis, Yahweh kemudian berbalik dan pergi, mengabaikan dia, dan Ayub tidak menerima berkat sesudah menjalani ujiannya—apakah ada keadilan Tuhan dalam hal ini? Entah Ayub diberkati setelah ujian atau tidak, atau entah Yahweh menampakkan diri kepadanya atau tidak, semua ini mengandung kehendak baik Tuhan. Menampakkan diri kepada Ayub adalah keadilan Tuhan, dan tidak menampakkan diri kepadanya juga merupakan keadilan Tuhan. Atas dasar apa engkau—makhluk ciptaan—mengajukan tuntutan terhadap Tuhan? Manusia tidak memenuhi syarat untuk mengajukan tuntutan terhadap Tuhan. Tidak ada yang lebih tak masuk akal selain manusia mengajukan tuntutan terhadap Tuhan. Dia akan melakukan apa yang harus Dia lakukan, dan watak-Nya adalah adil. Keadilan itu bukan berarti pantas atau masuk akal; keadilan bukanlah egalitarianisme, juga bukan perkara mengalokasikan kepadamu apa yang pantas engkau terima sesuai dengan berapa banyak pekerjaan yang telah kauselesaikan, atau memberimu upah untuk pekerjaan apa pun yang telah kaukerjakan, atau memberi kepadamu hakmu sesuai dengan upaya yang telah kaukeluarkan. Ini bukanlah keadilan. Itu hanyalah pantas dan masuk akal. Sangat sedikit orang yang mampu mengenal watak Tuhan yang adil. Seandainya Tuhan menyingkirkan Ayub setelah Ayub menjadi kesaksian bagi Dia: apakah ini adil? Sebenarnya, ini adil. Mengapa ini disebut adil? Bagaimana manusia memandang keadilan? Jika sesuatu selaras dengan gagasan-gagasan manusia, maka sangat mudah bagi mereka untuk mengatakan bahwa Tuhan itu adil; tetapi, jika mereka tidak melihat bahwa hal itu selaras dengan gagasan-gagasan mereka—jika hal itu adalah sesuatu yang tak mampu mereka pahami—maka menjadi sulit bagi mereka untuk mengatakan bahwa Tuhan itu adil. Jika Tuhan memusnahkan Ayub pada waktu itu, orang pasti tidak akan mengatakan bahwa Dia adil. Sebenarnya, entah manusia telah dirusak atau tidak, dan entah mereka telah dirusak sedemikian dalam atau tidak, apakah Tuhan harus membenarkan diri-Nya ketika Dia memusnahkan mereka? Haruskah Dia menjelaskan kepada manusia atas dasar apa Dia melakukannya? Haruskah Tuhan memberi tahu manusia aturan-aturan yang telah Dia tetapkan? Tidak perlu. Di mata Tuhan, orang yang rusak dan cenderung menentang Tuhan, sama sekali tidak layak; namun bagaimanapun cara Tuhan menangani mereka, itu akan tepat, dan semuanya adalah pengaturan Tuhan. Jika engkau tidak berkenan di mata Tuhan, dan jika Dia berkata bahwa engkau tidak lagi berguna bagi-Nya setelah kesaksianmu dan karena itu memusnahkanmu, apakah ini juga merupakan keadilan-Nya? Ya. Engkau mungkin tidak mampu mengenali hal ini sekarang dari faktanya, tetapi engkau harus memahami doktrinnya. Menurutmu, apakah pemusnahan Iblis oleh Tuhan merupakan ungkapan keadilan-Nya? (Ya.) Bagaimana jika Dia membiarkan Iblis tetap hidup? Engkau tidak berani berpendapat, bukan? Esensi Tuhan adalah keadilan. Walaupun tidak mudah untuk memahami apa yang Dia lakukan, semua yang Dia lakukan itu adil; hanya saja orang-orang tidak memahaminya. Ketika Tuhan menyerahkan Petrus kepada Iblis, bagaimana Petrus meresponinya? "Umat manusia tak mampu memahami apa yang Kaulakukan, tetapi semua yang Kaulakukan mengandung maksud baik-Mu; ada keadilan di dalam semua itu. Bagaimana mungkin aku tidak memuji kebijaksanaan dan perbuatan-Mu?" Engkau sekarang harus mengerti bahwa alasan Tuhan tidak menghancurkan Iblis pada saat penyelamatan-Nya bagi manusia adalah agar manusia dapat melihat dengan jelas bagaimana Iblis telah merusak mereka dan sejauh mana Iblis telah merusak mereka, serta bagaimana Tuhan memurnikan dan menyelamatkan mereka. Pada akhirnya, setelah orang memahami kebenaran dan dengan jelas menyadari wajah Iblis yang menjijikkan, serta menyadari dosa besar yang Iblis lakukan dengan merusak mereka, Tuhan akan menghancurkan Iblis, memperlihatkan keadilan-Nya kepada mereka. Waktu yang Tuhan tentukan untuk menghancurkan Iblis dipenuhi dengan watak dan kebijaksanaan Tuhan. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah adil. Walaupun manusia mungkin tidak mampu memahami keadilan Tuhan, mereka tak boleh membuat penilaian sesuka hati mereka. Jika sesuatu yang Dia lakukan tampak tidak masuk akal bagi manusia, atau jika mereka memiliki gagasan apa pun tentang hal itu, dan hal itu membuat mereka mengatakan bahwa Dia tidak adil, maka merekalah yang sangat tidak masuk akal. Engkau melihat bahwa Petrus mendapati beberapa hal yang tidak bisa dipahaminya, tetapi dia yakin bahwa ada hikmat Tuhan dan ada maksud baik-Nya di dalam hal-hal tersebut. Manusia tidak mampu memahami segala sesuatu; ada begitu banyak hal yang tidak dapat mereka pahami. Jadi, mengenal watak Tuhan bukanlah hal yang mudah. Sekalipun ada begitu banyak orang yang percaya kepada Tuhan di dunia keagamaan, hanya sedikit yang mampu mengenal watak-Nya. Ketika ada orang-orang yang berusaha mengabarkan Injil kepada orang-orang beragama dan menganjurkan mereka untuk membaca firman Tuhan, mereka bukan saja tidak mencari dan menyelidikinya, mereka bahkan membakar buku-buku firman Tuhan dan mereka pun dihukum. Ada orang-orang yang memercayai kabar bohong, menghujat Tuhan dan mereka pun dihukum. Sebenarnya, ada begitu banyak contoh kejadian semacam ini. Ada orang-orang percaya baru yang congkak dan sombong, sehingga ketika mendengar Injil, mereka tidak menerimanya—mereka mengembangkan gagasan mereka sendiri. Tuhan melihat bahwa engkau bodoh dan dungu, lalu mengabaikanmu, tetapi akan tiba waktunya Dia akan membuatmu mengerti. Jika setelah bertahun-tahun mengikut Tuhan, engkau masih berperilaku seperti ini, berpaut pada gagasanmu sebanyak apa pun itu, engkau bukan saja tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menyebarkan gagasanmu ke mana-mana, mengejek serta bersikap sinis terhadap rumah Tuhan, engkau pasti akan mendapatkan balasannya. Dalam kasus-kasus tertentu, Tuhan mungkin mengampunimu karena engkau bodoh dan dungu, tetapi jika engkau sudah lebih banyak mengerti, tetapi masih dengan sengaja bertindak seperti itu, tidak mau mendengarkan sebanyak apa pun nasihat yang diberikan kepadamu, maka engkau harus dihukum oleh Tuhan. Engkau hanya tahu bahwa Tuhan memiliki sisi yang menoleransi manusia, tetapi ingatlah bahwa Dia juga memiliki sisi yang tidak boleh disinggung oleh manusia, dan inilah watak adil Tuhan.
Kutipan 27
"Menghujat dan memfitnah Tuhan adalah dosa yang tidak akan diampuni, baik di hidup ini maupun di dunia yang akan datang, dan mereka yang melakukan dosa ini tidak akan pernah bereinkarnasi." Ini berarti watak Tuhan sama sekali tidak boleh disinggung manusia. Adalah hal yang sudah pasti bahwa menghujat dan memfitnah Tuhan tidak akan diampuni, baik di hidup ini maupun di dunia yang akan datang. Menghujat Tuhan, baik sengaja maupun tidak sengaja, adalah sesuatu yang menyinggung watak Tuhan, dan mengucapkan perkataan yang menghujat Tuhan, apa pun alasannya, pasti akan dikutuk. Namun, ada orang-orang yang mengucapkan perkataan yang patut dikutuk dan menghujat dalam keadaan mereka tidak memahaminya, atau dalam keadaan mereka telah disesatkan, dikendalikan, dan ditekan oleh orang lain. Setelah mengucapkan perkataan ini, mereka merasa gelisah, merasa tertuduh, dan merasa sangat menyesal. Setelah itu, mereka menyiapkan perbuatan baik yang cukup sembari memperoleh pengetahuan dan membuat perubahan dalam hal ini, dan dengan demikian Tuhan tidak lagi mengingat pelanggaran mereka sebelumnya. Engkau semua harus memahami firman Tuhan dengan tepat dan tidak sembarangan menerapkannya berdasarkan gagasan dan imajinasimu. Engkau harus memahami kepada siapa firman-Nya ditujukan, dan dalam konteks apa Dia mengucapkannya. Engkau tidak boleh sembarangan menerapkan firman Tuhan atau mendefinisikan firman Tuhan seenaknya. Orang yang tidak tahu cara mengalami tidak akan merenungkan diri mereka dalam hal apa pun, dan mereka tidak memeriksa diri mereka berdasarkan firman Tuhan. Sementara orang yang memiliki sedikit pengalaman dan wawasan cenderung terlalu peka, dengan sembarangan menganggap firman Tuhan yang mereka baca tentang Dia yang mengutuk atau tentang Dia yang membenci dan menyingkirkan manusia ditujukan pada diri mereka. Orang-orang ini tidak memahami firman Tuhan dan selalu salah memahami Tuhan. Ada seseorang yang tidak membaca firman Tuhan zaman sekarang atau tidak menyelidiki pekerjaan-Nya pada zaman sekarang, apalagi memperoleh pencerahan Roh Kudus. Dia berbicara menghakimi Tuhan, lalu seseorang mengabarkan Injil kepadanya, yang diterima olehnya. Setelahnya, orang ini menyesali apa yang pernah dilakukannya dan mau bertobat, yang mana dalam hal ini kita akan melihat seperti apa perilaku dan perwujudan yang akan dia perlihatkan nantinya. Jika perilakunya sangat buruk setelah dia mulai percaya, dan dia memperburuknya dengan berpikir, "Memang aku pernah mengucapkan perkataan yang menghujat, memfitnah dan menghakimi Tuhan, dan jika Tuhan mengutuk orang yang melakukan hal semacam ini, berarti pengejaranku tidak ada gunanya", maka hidupnya sudah sepenuhnya tamat. Dia telah mengabaikan dirinya sendiri dan menggali kuburannya sendiri.
Kebanyakan orang pernah melanggar dan menodai diri mereka sendiri dengan cara-cara tertentu. Misalnya, ada orang-orang yang pernah menentang Tuhan dan mengatakan hal-hal yang menghujat; ada orang-orang yang pernah menolak amanat Tuhan dan tidak melaksanakan tugas mereka, dan akibatnya ditolak oleh Tuhan; ada orang-orang yang pernah mengkhianati Tuhan ketika mereka dihadapkan pada pencobaan; ada yang pernah mengkhianati Tuhan dengan menandatangani "Tiga Surat" ketika mereka ditahan; ada yang pernah mencuri uang persembahan; ada yang pernah menghambur-hamburkan uang persembahan; ada yang sering mengganggu kehidupan bergereja dan menyebabkan kerugian terhadap umat pilihan Tuhan; ada yang pernah membentuk geng dan menangani orang lain dengan kasar, mengacaukan gereja; ada yang sering menyebarkan gagasan dan kata-kata mematikan, menyakiti saudara-saudari; dan ada yang pernah terlibat dalam percabulan dan pergaulan bebas, dan menjadi pengaruh yang sangat buruk. Bisa dikatakan setiap orang memiliki pelanggaran dan noda mereka sendiri. Namun, ada orang-orang yang mampu menerima kebenaran dan bertobat, sementara yang lain tidak mampu melakukannya dan akan mati tanpa pernah bertobat. Jadi, orang harus diperlakukan sesuai dengan esensi natur mereka dan perilaku konsisten mereka. Orang yang mampu bertobat adalah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan; sedangkan orang yang benar-benar tidak bertobat, orang yang sudah seharusnya diusir dan dikeluarkan, akan diusir dan dikeluarkan. Ada orang-orang yang jahat, ada yang bebal, ada yang bodoh, dan ada yang kejam. Setiap orang berbeda. Sebagian orang jahat dikuasai oleh roh-roh jahat, sementara yang lainnya adalah kaki tangan Iblis dan para setan. Ada orang-orang yang naturnya sangat jahat, ada yang sangat licik, ada yang sangat serakah dalam hal uang, dan ada yang senang melakukan percabulan. Perilaku setiap orang berbeda-beda, jadi semua orang harus dinilai berdasarkan natur dan perilaku konsisten mereka secara menyeluruh. Menurut naluri daging manusia yang fana, setiap orang memiliki kehendak bebas, tidak soal siapa mereka. Mereka bisa saja memikirkan segala sesuatu berdasarkan gagasan manusia, dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami alam roh secara langsung ataupun mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu. Sebagai contoh, jika engkau percaya kepada Tuhan yang benar dan ingin menerima tahap baru pekerjaan-Nya, tetapi belum ada seorang pun yang datang untuk mengabarkan Injil kepadamu dan hanya pekerjaan Roh Kuduslah yang mencerahkanmu dan menuntunmu ke arah yang harus kautuju, maka pengetahuanmu akan sangat terbatas. Tidak mungkin bagimu untuk tahu pekerjaan apa yang sedang Tuhan lakukan sekarang ini dan apa yang akan Dia capai di masa mendatang. Manusia tidak dapat menyelami Tuhan; mereka tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya, juga tidak memiliki kemampuan untuk secara langsung memahami alam roh atau secara menyeluruh memahami pekerjaan Tuhan, apalagi melayani Dia dengan segenap kerelaan seperti yang malaikat lakukan. Kecuali Tuhan terlebih dahulu menaklukkan, menyelamatkan, dan mengubah manusia melalui firman-Nya, atau menyirami mereka dan membekali mereka dengan kebenaran yang Dia ungkapkan, manusia tidak akan mampu menerima pekerjaan baru, memperoleh kebenaran dan hidup, ataupun mengenal Tuhan. Jika Tuhan tidak melakukan pekerjaan ini, mereka tidak akan memiliki hal-hal ini dalam diri mereka; ini ditentukan oleh naluri mereka. Oleh karena itu, ada orang-orang yang menentang atau memberontak, memicu kemarahan dan kebencian Tuhan, tetapi Tuhan memperlakukan setiap kasus secara berbeda dan berurusan dengan mereka masing-masing secara terpisah sesuai dengan naluri manusia. Pekerjaan apa pun yang Tuhan lakukan adalah tepat. Dia tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan Dia pasti tidak akan menyuruh manusia melakukan apa pun yang tidak mampu mereka lakukan secara naluriah. Tuhan menangani setiap orang berdasarkan situasi aktual dari lingkungan dan latar belakang orang tersebut pada saat itu, berdasarkan tindakan serta perilaku orang tersebut, dan esensi natur dirinya. Tuhan tidak akan pernah memperlakukan orang secara tidak adil. Ini adalah satu sisi keadilan Tuhan. Sebagai contoh, Hawa digoda oleh ular untuk makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, tetapi Yahweh tidak menegur dia dengan berkata, "Sudah Kukatakan kepadamu untuk tidak memakannya, jadi mengapa engkau tetap memakannya? Engkau seharusnya memiliki kepekaan; engkau seharusnya tahu bahwa ular itu berbicara hanya untuk menggodamu." Yahweh tidak menegur Hawa seperti itu. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan, Dia tahu seperti apa naluri mereka dan apa yang mampu manusia capai dengan nalurinya itu, sampai sejauh mana orang dapat mengendalikan diri mereka sendiri, dan seberapa jauh orang bisa pergi. Tuhan mengetahui semua ini dengan sangat jelas. Cara Tuhan menangani orang tidaklah sesederhana yang orang bayangkan. Ketika sikap-Nya terhadap seseorang adalah sikap yang benci atau jijik, atau konteks apa pun yang melatarbelakangi orang mengatakan hal tertentu, Dia memiliki pemahaman yang baik tentang keadaan mereka. Ini karena Tuhan memeriksa hati dan esensi manusia. Orang selalu berpikir, "Tuhan hanya memiliki keilahian-Nya. Dia adil dan tidak membiarkan manusia melanggar-Nya. Dia tidak mempertimbangkan kesulitan manusia atau menempatkan diri-Nya pada posisi manusia. Jika orang menentang Tuhan, Dia akan menghukum mereka." Sama sekali bukan seperti itu. Jika seperti itulah cara orang memahami keadilan-Nya, pekerjaan-Nya, dan perlakuan-Nya terhadap orang-orang, mereka salah besar. Tuhan menentukan kesudahan setiap orang tidak berdasarkan pada gagasan dan imajinasi manusia, tetapi berdasarkan watak adil Tuhan. Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan. Tuhan itu adil, dan cepat atau lambat, Dia akan memastikan bahwa semua orang akan sepenuhnya diyakinkan.