8. Mengenal Otoritas dan Kedaulatan Tuhan dalam Kehidupan

Oleh Saudara Xin Xin, Amerika

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Pengetahuan tentang otoritas Tuhan, kuasa Tuhan, identitas Tuhan sendiri, dan hakikat Tuhan tidak dapat diperoleh dengan mengandalkan imajinasimu. Karena engkau tidak dapat mengandalkan imajinasi untuk mengetahui otoritas Tuhan, maka dengan cara apakah engkau dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang otoritas Tuhan? Cara melakukannya adalah melalui makan dan minum firman Tuhan, melalui persekutuan, dan mengalami firman Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki pengalaman yang bertahap dan verifikasi mengenai otoritas Tuhan dan engkau akan memperoleh pemahaman yang bertahap dan pengetahuan yang semakin bertambah tentang hal itu. Inilah satu-satunya cara untuk memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan; tidak ada jalan pintas. Memintamu untuk tidak berimajinasi tidak sama dengan memintamu untuk duduk pasif menunggu kehancuran, atau menghentikanmu untuk melakukan apa pun. Tidak menggunakan otakmu untuk berpikir dan berimajinasi berarti tidak menggunakan logika untuk menyimpulkan, tidak menggunakan pengetahuan untuk menganalisis, tidak menggunakan ilmu pengetahuan sebagai dasar, tetapi sebaliknya menghargai, memverifikasi, dan mengonfirmasikan bahwa Tuhan yang engkau percayai memiliki otoritas, menyatakan dengan tegas bahwa Dia berdaulat atas nasibmu, dan bahwa kuasa-Nya setiap saat membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri, melalui firman Tuhan, melalui kebenaran, melalui segala sesuatu yang engkau temui dalam kehidupan. Inilah satu-satunya cara agar setiap orang dapat memperoleh pemahaman tentang Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Aku sering berpikir, melewati sesuatu yang besar atau menyaksikan keajaiban adalah satu-satunya cara mengenal otoritas Tuhan. Pemahamanku akan otoritas Tuhan sangat terbatas. Aku melihat dari Firman Tuhan bahwa yang terpenting dari mengenal otoritas-Nya adalah mengalami firman-Nya dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengalami firman-Nya, kita akan melihat otoritas dan kedaulatan-Nya atas segalanya. Begitulah iman kita kepada Tuhan bertumbuh.

Tahun lalu, ada serangan hama serangga besar-besaran pada hampir 1000 meter persegi ladang tomat yang keluargaku tanam dan hama itu menyerang semuanya—buah, bunga, dan daunnya. Aku sangat khawatir tentang itu dan mencari cara mengusirnya bersama keluargaku. Menggunakan pestisida akan merusak tanah dan menyisakan zat karsinogen, yang akan membuat semua yang ditanam di sana jadi berbahaya untuk dimakan. Kami coba menangkapnya dengan tangan tetapi serangga itu berkembang biak cepat sekali. Kami bekerja selama tiga atau empat hari tetapi tak berhasil. Jumlahnya terus bertambah. Aku segera mencoba cara lain untuk mengusirnya. Meski berdoa kepada Tuhan ketika hal ini terjadi, aku tak mengerti otoritas dan aturan Tuhan, sehingga Dia tak memiliki tempat di hatiku. Aku tidak tahu bagaimana cara benar-benar mengandalkan Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Aku belum pernah bertemu serangga seperti itu meski tesudah puluhan tahun menanam bahan pangan dan punya banyak pengalaman mengendalikan hama. Aku pikir akan bisa melewati ini jika terus menyelidikinya. Aku coba satu per satu semua cara yang kutahu, tetapi sudah enam atau tujuh cara kucoba tanpa hasil apa-apa. Selama puluhan tahun berladang, belum pernah aku lihat serangga yang begitu sulit diusir. Sebelumnya aku selalu bisa menangani hama, tetapi kali ini tak ada metode yang kukembangkan dengan susah payah yang berhasil. Seorang teman memberi tahu ada seorang profesor di universitas pertanian bilang minyak neem bisa menjadi pencegah hama yang baik, jadi aku langsung membelinya, tetapi itu juga tak berhasil. Aku kehabisan ide dan masih belum menemukan solusi. Selama beberapa hari aku pergi memeriksanya di pagi hari dan melihat semua tanaman tomat itu dirusak oleh serangga. Sebagian terus menggugurkan bunganya, ujung sebagian daun layu, dan sebagian buahnya membusuk. Aku merasa sangat sedih. Saudara-saudari telah membantu menanam tomat itu setiap hari. Mereka mengerjakan banyak hal, membangun pagar, memangkas, menyetek tanaman, tetapi ketika tomatnya tumbuh subur dan panen besar sudah di depan mata, serangga ini tiba-tiba menyerang. Aku berpikir, panen tahun itu akan gagal. Melihat tanaman dipenuhi serangga, aku benar-benar bingung. Tetanggaku, Wang, punya banyak pengalaman dengan tanaman dan tahu banyak tentang hama, jadi kupikir dia mungkin punya solusi. Aku bertanya padanya, tetapi dia bilang, "Belum pernah aku melihat yang seperti itu selama 30 tahun berladang. Aku semprotkan pestisida tiga kali sehari tetapi itu justru membunuh tomatku, bukan hamanya." Tetangga lain, Zhang, berkata dengan tanpa daya, "Aku bahkan mencampur tiga atau empat pestisida, tetapi tidak ada yang bisa membunuhnya!" Mendengar ini benar-benar membuatku putus asa. Ini hama serangga, dan tak mungkin bisa dihilangkan. Sepertinya seluruh tomatku akan hancur. Merasa tak berdaya, aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku tidak tahu harus bagaimana dengan hama ini. Aku bingung. Tolong terangi dan bimbing aku agar aku tahu cara menghadapi ini dan pelajaran apa yang harus kupelajari."

Aku pernah membaca Firman Tuhan ini dalam sebuah pertemuan. "Di bawah kedaulatan dan pengendalian Tuhan, segala sesuatu menjadi ada atau menghilang sesuai dengan pikiran-Nya; hukum-hukum yang mengatur keberadaan semua itu, muncul, dan segala sesuatu bertumbuh dan berkembang biak sesuai hukum-hukum tersebut. Tidak ada manusia atau sesuatu yang berada di atas hukum-hukum ini. Mengapa demikian? Jawaban satu-satunya adalah ini: ini adalah karena otoritas Tuhan. Atau, dengan kata lain, ini adalah karena pikiran dan firman Tuhan; karena tindakan pribadi Tuhan itu sendiri. Ini berarti otoritas Tuhan dan pikiran Tuhanlah yang memunculkan hukum-hukum ini, yang akan bergeser dan berubah sesuai dengan pikiran-Nya, dan pergeseran serta perubahan ini semuanya terjadi atau menghilang demi rencana-Nya. Contohnya, epidemi. Epidemi menyebar tanpa peringatan. Tidak seorang pun tahu asal-usul atau alasan pasti mengapa epidemi terjadi, dan setiap kali suatu epidemi mencapai tempat tertentu, mereka yang dikutuk tak akan bisa lari dari malapetaka. Ilmu pengetahuan manusia memahami epidemi sebagai sesuatu yang disebabkan oleh penyebaran mikroba yang ganas atau berbahaya, dan kecepatan, rentang, serta cara penularannya tidak bisa diprediksi atau dikendalikan oleh ilmu pengetahuan manusia. Walaupun orang melawan epidemi dengan segala cara yang memungkinkan, mereka tidak bisa mengendalikan orang atau hewan mana yang pasti akan terdampak ketika epidemi merebak. Satu-satunya yang dapat manusia lakukan adalah berusaha mencegah, melawan, dan meneliti epidemi tersebut. Namun, tak seorang pun mengetahui akar penyebab yang dapat menjelaskan permulaan atau akhir dari masing-masing epidemi, dan tak seorang pun bisa mengendalikannya. Dihadapkan dengan kemunculan dan penyebaran epidemi, langkah pertama yang manusia lakukan adalah mengembangkan vaksin, tetapi sering kali epidemi berakhir dengan sendirinya sebelum vaksin berhasil ditemukan. Mengapa epidemi bisa berakhir? Ada orang-orang yang mengatakan bahwa kumannya sudah bisa dikendalikan, sementara yang lain mengatakan bahwa epidemi berakhir karena pergantian musim. ... Sedangkan mengenai apakah spekulasi liar ini dapat dibenarkan, ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan penjelasan dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. Umat manusia bukan saja harus menghadapi spekulasi-spekulasi ini, tetapi juga harus menghadapi kurangnya pemahaman manusia dan ketakutan mereka akan epidemi. Pada akhirnya, tak seorang pun tahu mengapa epidemi mulai terjadi atau mengapa itu berakhir. Karena umat manusia hanya percaya pada ilmu pengetahuan, bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan, tetapi tidak mengakui otoritas Sang Pencipta ataupun menerima kedaulatan-Nya, mereka tidak akan pernah mendapatkan jawaban" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Tuhan berkuasa atas segala hal. Semua ada di tangan-Nya. Baik itu besar atau kecil, terlihat atau tidak, makhluk hidup atau mati, semuanya ada atau menghilang atas kehendak Tuhan. Setiap bencana berada di bawah aturan Tuhan. Manusia tidak tahu dari mana asal bencana dan hama atau bagaimana mencegahnya. Kita tidak tahu kapan semua itu akan menghilang. Semua ini diatur oleh Tuhan. Namun, aku tidak mengerti otoritas dan kedaulatan Tuhan, sehingga ketika serangga itu menyerang tomatku, aku tidak datang ke hadapan Tuhan untuk mencari dan mengandalkan-Nya lebih dulu, melainkan mencoba mencari solusi dengan metodeku sendiri. Itu tidak berhasil, tetapi aku tetap tidak beralih kepada Tuhan ataupun bersandar kepada-Nya. Aku merasa putus asa dan tak berdaya ketika tahu bahkan pestisida tidak berhasil. Aku beriman kepada Tuhan dan mengucapkan doa kepada-Nya, tetapi Dia tak memiliki tempat di hatiku. Kupikir aku bisa mengusir serangga ini sendiri. Betapa congkak dan bodohnya! Kemudian aku sadar bahwa Tuhan memutuskan kapan mereka muncul dan kapan pergi. Itu di luar kendali kita. Aku masih tidak mengerti apa kehendak Tuhan dalam hama itu tetapi aku tahu aku hanya perlu melakukan bagianku dan menyerahkan urusan serangga itu kepada Tuhan. Aku harus tunduk pada pengaturan Tuhan. Kesadaran itu membuatku merasa damai. Aku berdoa kepada Tuhan, bersedia tunduk dan mengalami apa yang dia atur.

Beberapa hari kemudian aku pergi ke ladang dan melihat ada banyak jaring laba-laba pada tanaman tomat. Aku penasaran dari mana semua itu berasal. Aku lihat lebih dekat dan melihat banyak ngengat kecil pada jaring itu dan aku ingat bahwa laba-laba suka memakan ngengat. Tanpa ngengat, takkan ada telur, jadi secara alami serangga jadi lebih sedikit. Aku sadar jumlah serangga jauh lebih sedikit dibanding dua hari sebelumnya. Aku tahu ini perbuatan Tuhan, Dia telah menghadirkan laba-laba untuk memakan serangga. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan! Tujuh atau delapan hari kemudian aku melihat semua serangga itu hilang dari buah, cabang, bunga, dan daun tomat. Aku senang sekali. Tak pernah terbayang hanya dalam beberapa hari laba-laba itu bisa memakan semua serangga. Tuhan sungguh mahakuasa! Andai tak melihatnya sendiri, aku takkan percaya hal itu. Hatiku dipenuhi rasa syukur dan pujian untuk Tuhan. Bukan orang percaya takkan mengerti aturan dan otoritas Tuhan. Mereka hanya percaya dan bergantung kepada ilmu pengetahuan untuk belajar dan menghindari bencana tetapi mereka tak bisa benar-benar memahaminya. Tak ada yang bisa mereka andalkan, mereka tak berdaya dalam menghadapi bencana, sehingga hasil panen mereka hancur. Namun ketika aku berpaling kepada Tuhan, bersedia tunduk dan bersandar kepada-Nya, Dia gunakan laba-laba untuk memakan semua serangga, menangani hama itu dengan sangat mudah. Ini benar-benar menunjukkan kepadaku bahwa Tuhan mengatur dan menggerakkan segalanya. Dia sangat bijaksana dan mahakuasa! Ketika tiba saatnya tomat itu matang, kupikir hasil panennya akan buruk akibat hama, tetapi yang mengejutkan, hasil panennya melimpah. Tuhan bekerja dengan cara luar biasa! Seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan Yang Mahakuasa: "Perbuatan-Nya ada di mana-mana, kuasa-Nya ada di mana-mana, hikmat-Nya ada di mana-mana, dan otoritas-Nya ada di mana-mana. Setiap hukum dan peraturan ini merupakan wujud perbuatan-Nya, dan masing-masing menyatakan hikmat dan otoritas-Nya. Siapakah yang dapat meloloskan dirinya sendiri dari kedaulatan-Nya? Siapakah yang dapat melepaskan dirinya sendiri dari rancangan-Nya? Segala sesuatu ada di bawah pandangan-Nya, dan terlebih lagi, segala sesuatu hidup di bawah kedaulatan-Nya. Perbuatan-Nya dan kuasa-Nya tidak memberikan pilihan bagi umat manusia selain mengakui bahwa Dia memang ada dan memegang kedaulatan atas segala sesuatu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"). Melalui ini, aku benar-benar mengalami bahwa otoritas dan hikmat Tuhan ada di mana-mana. Cuaca, matahari, dan hujan diatur oleh Tuhan, begitu juga segala macam serangga. Tak ada makhluk ciptaan yang bisa mengendalikan itu. Dalam setiap detail kecil dalam ciptaan dan pengelolaan Tuhan atas segala sesuatu, kita bisa melihat otoritas unik Tuhan. Dia sangat bijaksana dan mahakuasa! Aku berpikir, apa pun yang terjadi di masa depan, aku harus mengandalkan Tuhan dan memahami perbuatan-Nya dengan lebih baik.

Dua bulan kemudian, kami menanam bayam, dan beberapa pekan kemudian, muncul padang hijau yang indah. Aku berpikir kami akan mendapat panen yang bagus. Namun pada suatu pagi, istriku bilang ada larva ngengat punggung berlian di tanaman itu dan memintaku untuk menanganinya. Mendengar ini, aku jadi takut. Larva itu sangat aktif dan sulit ditangkap dengan tangan dan mereka berkembang biak sangat cepat. Larva itu jadi dewasa hanya dalam satu atau dua hari. Makhluk itu pernah berkembang biak pada tanaman melon kami sebelumnya dan aku sudah coba banyak cara tetapi tidak berhasil. Mereka makan semua sayuran hanya dalam beberapa hari dan ladang kami yang subur berubah menjadi gurun tandus. Aku sedikit merasa cemas, bertanya-tanya apa mereka akan memakan semua bayam kami dalam beberapa hari. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku langsung berdoa kepada Tuhan dan meminta Dia membimbingku untuk memahami kehendak-Nya.

Kemudian aku membaca ini dalam Firman Tuhan: "Ayub memiliki dan mengejar hal-hal ini walaupun dia tidak dapat melihat Tuhan atau mendengar firman Tuhan; meskipun dia belum pernah melihat Tuhan, dia mulai mengetahui cara Tuhan mengatur segala sesuatu, dan dia memahami hikmat yang dengannya Tuhan melakukan semua itu. Meskipun dia belum pernah mendengar firman yang diucapkan oleh Tuhan, Ayub tahu bahwa perbuatan memberi upah kepada manusia dan mengambil dari manusia semuanya berasal dari Tuhan. Meskipun tahun-tahun hidupnya tidak berbeda dengan kehidupan orang biasa, dia tidak membiarkan hidupnya yang biasa-biasa itu memengaruhi pengetahuannya akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, atau memengaruhi cara dia mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Di matanya, hukum segala sesuatu penuh dengan perbuatan Tuhan, dan kedaulatan Tuhan dapat dilihat di bagian mana pun dalam kehidupan seseorang. Dia belum pernah melihat Tuhan, tetapi dia bisa menyadari bahwa perbuatan Tuhan ada di mana-mana, dan selama waktunya yang biasa-biasa saja di bumi, di setiap sudut hidupnya dia bisa melihat dan menyadari perbuatan Tuhan yang luar biasa dan menakjubkan, dan dia bisa melihat pengaturan Tuhan yang menakjubkan. Ketersembunyian dan keheningan Tuhan tidak menghalangi kesadaran Ayub tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, juga tidak memengaruhi pengetahuannya akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Selama kehidupannya sehari-hari, hidupnya adalah perwujudan kedaulatan dan pengaturan Tuhan, yang tersembunyi di antara segala sesuatu. Dalam kehidupannya sehari-hari, dia juga mendengar dan memahami suara hati Tuhan dan firman Tuhan, yang hening di antara segala sesuatu tetapi mengungkapkan suara hati-Nya dan firman-Nya dengan mengatur hukum segala sesuatu. Jadi, jelas bahwa jika orang memiliki kemanusiaan dan pengejaran yang sama seperti Ayub, mereka akan dapat memperoleh kesadaran dan pengetahuan yang sama seperti Ayub, dan dapat memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang sama akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu seperti Ayub" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"). Aku melihat dalam Firman Tuhan bahwa Ayub berfokus pada pemahaman otoritas Tuhan dalam kehidupan sehari-harinya dan mengalami pengaturan dan kemahakuasaan Tuhan. Melalui ini, dia melihat bahwa semua berasal dari Tuhan, dan bahwa Tuhan mengatur dan mengendalikan segala hal dan takdir manusia. Tanpa rasa ragu, Ayub tahu bahwa dia memiliki semua kekayaan itu karena berkat dan pengaturan Tuhan dan itu semua tidak datang hanya dari kerja kerasnya. Ketika kekayaannya diambil, dia juga percaya bahwa itu semua atas izin Tuhan. Apa yang diberi dan diambil kembali sudah diatur dan ditetapkan oleh Tuhan. Karena itu dia tak mengeluh, melainkan memuji Tuhan. Namun ketika terjadi sesuatu yang sulit atau yang tidak aku suka, aku tak bisa menerimanya dan tunduk kepada Tuhan. Aku melihat Tuhan tak memiliki tempat dalam hatiku dan aku tak memiliki iman. Pikiran ini membuatku merasa malu dan aku paham bahwa Tuhan yang mengizinkan semua ini terjadi. Tuhan ingin aku mengetahui kemahakuasaan dan pengaturan-Nya dan benar-benar tunduk kepada-Nya dalam kehidupan sehari-hariku. Mengusir serangga atau pun membuat bayam tumbuh dengan baik adalah kuasa Tuhan. Seperti kata pepatah lama, "Manusia menanam benih, tetapi Tuhan menentukan panennya." Aku tahu seharusnya aku menerima pengalaman itu, belajar mencari kehendak Tuhan dan tunduk kepada pengaturan-Nya. Dengan berpikir begitu, aku merasa jauh lebih baik dan diam-diam berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku percaya bahwa tumbuhnya bayam itu dengan baik adalah kuasa-Mu. Aku akan ikhlaskan tanaman dan perasaan cemasku, mengalami firman-Mu dalam lingkungan ini dan tunduk pada-Mu." Setelah itu kami coba beberapa cara untuk menyingkirkan larva itu, tetapi tak ada yang berhasil. Namun, aku merasa tenang. Aku tahu itu semua ada dalam kuasa Tuhan dan meskipun panen kami akhirnya tidak bagus, itu juga merupakan kehendak Tuhan. Aku tunduk pada apa yang telah Dia atur. Beberapa hari kemudian aku pergi ke ladang sayuran, di sana aku melihat sekawanan burung pipit memakan serangga dari bayam. Aku kagum melihat Tuhan sekali lagi membuka jalan bagiku dan memecahkan masalah yang tak bisa kupecahkan sendiri. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Setelah dua hari, larva-larva itu habis dimakan burung pipit. Kami sangat senang, bersyukur dan memuji Tuhan berulang kali. Tuhan sungguh mahakuasa!

Kemudian, aku membaca ini dalam Firman Tuhan: "Ketika Tuhan menciptakan segala sesuatu, Dia menggunakan segala macam metode dan cara untuk menyeimbangkannya, menyeimbangkan kondisi kehidupan pegunungan dan danau, menyeimbangkan kondisi kehidupan tumbuhan dan semua jenis hewan, burung, dan serangga. Tujuan-Nya adalah agar semua jenis makhluk hidup dapat hidup dan berkembang biak di bawah hukum yang telah Dia tetapkan. Tidak ada satu pun dari antara ciptaan yang dapat keluar dari hukum-hukum ini, dan hukum-hukum ini tidak dapat dilanggar. Hanya dalam jenis lingkungan dasar seperti ini, manusia bisa bertahan hidup dan berkembang biak dengan aman, generasi demi generasi" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IX"). Aku melihat dari firman Tuhan bahwa ketika Dia menciptakan segalanya, Dia menyeimbangkan kondisi hidupnya dalam berbagai cara sehingga semua makhluk hidup di bawah pengaturan-Nya hidup dan berkembang biak dengan cara yang sangat teratur, saling mendukung dan mengontrol seperti yang telah ditentukan Tuhan. Tak ada yang bisa melawan pengaturan yang dibuat oleh Tuhan. Tuhan menciptakan hewan, tanaman dan serangga untuk keseimbangan ekologi, untuk melindungi lingkungan kehidupan kita dan memberikan stabilitas. Tanpa pengaturan oleh Tuhan, tanpa aturan yang Dia buat, hewan dan serangga akan hidup kacau dan itu akan membuat hidup kita kacau. Kita takkan selamat. Pertimbangan Tuhan sangat teliti. Segala sesuatunya mengungkap kuasa, hikmat dan keajaiban-Nya yang besar, dan bahkan, cinta-Nya kepada umat manusia. Seperti yang kita lihat, tak ada solusi untuk serangga yang muncul di tanaman sayur kita, tetapi Tuhan menggunakan burung pipit dan laba-laba untuk memakan mereka sehingga kita bisa menikmati makanan yang Tuhan berikan pada kita. Semua ciptaan Tuhan memiliki tujuan sendiri, bahkan laba-laba dan burung pipit yang sederhana memiliki misi sendiri. Tuhan menggunakan mereka untuk menyeimbangkan lingkungan. Tuhan membuat segalanya saling terkait. Itu semua agar kita bisa hidup lebih baik. Beberapa serangga hitam dan kutu busuk muncul pada sayuran yang kami tanam kemudian, dan aku berdoa kepada Tuhan, kemudian terpikir musuh alami serangga itu, katak. Kami lepaskan lima ekor katak ke ladang dan hanya dalam waktu dua bulan, mereka berkembang biak menjadi 30 ekor. Semakin sedikit serangga yang muncul dan panen kami sangat bagus. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan untuk ini. Aku memikirkan Firman Tuhan, "Walaupun frasa 'otoritas Tuhan' mungkin tampak tak terselami, otoritas Tuhan itu sama sekali tidak abstrak. Dia hadir bersama manusia di setiap menit kehidupan manusia, menuntunnya melewati setiap harinya. Jadi, dalam kehidupan nyata, setiap orang tentu akan melihat dan mengalami aspek paling nyata dari otoritas Tuhan. Aspek yang nyata ini adalah bukti yang cukup bahwa otoritas Tuhan benar-benar ada, dan ini sepenuhnya memungkinkan orang untuk menyadari dan memahami fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti itu" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Dahulu aku berpikir harus melalui beberapa peristiwa besar untuk memahami otoritas Tuhan sehingga aku tidak terpikir akan mengalaminya lewat hal-hal kecil di kehidupan sehari-hari. Setelah itu, aku merasa otoritas Tuhan tidaklah sulit dipahami seperti pemikiranku sebelumnya. Otoritas dan kekuatan-Nya selalu jelas dan mereka ada bersama kita dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu hal yang besar atau kecil, selama kita fokus mengalami Firman Tuhan, kita akan melihat otoritas-Nya.

Memikirkan kembali beberapa bulan itu ketika aku menghadapi hama, awalnya aku hanya bergantung pada pengalaman dan ilmu pengetahuan, tetapi itu tak menghasilkan apa-apa. Ketika aku tunduk dan mengalami firman Tuhan, aku melihat perbuatan-Nya dan memperoleh pemahaman praktis akan otoritas dan kedaulatan Tuhan. Imanku kepada Tuhan juga makin besar. Syukur kepada Tuhan!

Sebelumnya: 7. Bangkitnya seorang Budak Uang

Selanjutnya: 9. Iman Berarti Mengandalkan Tuhan

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

60. Tuhan Itu Teramat Benar

Oleh Saudara Zhang Lin, JepangPada bulan September 2012, aku bertanggung jawab atas pekerjaan gereja saat bertemu dengan pemimpinku, Yan...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini