29. Firman Tuhan Menuntunku untuk Melepaskan Keraguanku

Suatu hari di pertengahan November 2023, Aku menerima surat dari pimpinan tingkat atas, yang mengatakan bahwa saudara-saudari telah memilihku untuk menjadi pemimpin wilayah dan bertanya apakah aku bersedia mengemban tugas ini. Ketika menghadapi tugas tak terduga ini, hatiku tiba-tiba mulai bergejolak, dan aku berpikir, "Kualitasku hanya rata-rata dan aku tidak pandai bicara. Meskipun sebelumnya aku pernah menjadi pemimpin dan pekerja, Aku agak kurang dalam mempersekutukan kebenaran untuk memecahkan masalah, dan ketika menjadi pengkhotbah, aku gagal memberhentikan pemimpin palsu dengan segera, yang menyebabkan kekacauan di gereja dan membuatku melakukan pelanggaran. Sekarang aku telah terpilih sebagai pemimpin wilayah. Aku tahu bahwa tugas ini akan mengharuskanku untuk mempersekutukan kebenaran guna menyelesaikan lebih banyak masalah lagi, dan aku harus mengarahkan berbagai pekerjaan serta memiliki pemahaman tentang orang-orang. Bisakah aku menangani ini? Jika aku tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran, mengacaukan dan mengganggu pekerjaan, lalu akhirnya diberhentikan, maka bukan hanya kemampuanku yang sebenarnya menjadi tersingkap, tetapi aku juga akan melakukan pelanggaran besar, dan aku mungkin tidak akan mendapatkan kesudahan atau tempat tujuan yang baik." Aku terus ragu, bertanya-tanya, "Haruskah aku menerima ini?" Malam itu, aku hanya berguling-guling di tempat tidur, tidak bisa tidur. Pikiran untuk menerima tugas ini terasa seperti gunung yang menekanku, dan aku terus takut jika tidak bisa melaksanakan tugas ini dengan baik, maka aku akan disingkapkan dan diberhentikan. Aku menghadap Tuhan untuk berdoa, "Tuhan! Aku tahu bahwa tugas ini adalah peninggian-Mu atas diriku, dan aku harus tunduk tanpa syarat, tetapi aku terus mempertimbangkan masa depanku juga prospek serta jalanku di masa mendatang, dan aku tidak bisa tunduk. Mohon berikanku pencerahan untuk memahami maksud-Mu."

Keesokan harinya ketika bersaat teduh, aku membaca bagian dari firman Tuhan: "Pada zaman sekarang, yang harus kaucapai bukanlah tuntutan tambahan, melainkan tugas manusia, dan yang harus dilakukan oleh semua orang. Jika engkau bahkan tidak mampu melakukan tugasmu, atau melakukannya dengan baik saja engkau tidak mampu, bukankah ini berarti engkau mengundang bencana bagi dirimu sendiri? Bukankah engkau sedang mencari mati? Bagaimana mungkin engkau masih berharap dapat memiliki masa depan dan prospek? Pekerjaan Tuhan dilakukan demi kebaikan manusia, dan kerja sama manusia adalah demi kepentingan pengelolaan Tuhan. Setelah Tuhan melakukan segala sesuatu yang harus Dia lakukan, manusia dituntut untuk melakukan penerapannya tanpa kenal lelah, dan bekerja sama dengan Tuhan. Dalam pekerjaan Tuhan, manusia tidak boleh membatasi usahanya, harus mempersembahkan kesetiaannya, dan tidak boleh memuaskan diri dengan berbagai pemahaman atau duduk diam dengan pasif menunggu ajal menjemput. Tuhan bisa mengorbankan diri-Nya bagi manusia, lalu mengapa manusia tidak dapat mempersembahkan kesetiaannya kepada Tuhan? Tuhan bersikap sehati dan sepikir terhadap manusia, lalu mengapa manusia tidak bisa bekerja sama sedikit saja? Tuhan bekerja bagi manusia, lalu mengapa manusia tidak mampu melakukan sebagian tugasnya untuk kepentingan pengelolaan Tuhan? Pekerjaan Tuhan telah diselesaikan sampai sejauh ini, tetapi engkau semua melihat tetapi tetap tidak bertindak, engkau mendengar tetapi tidak bergerak. Bukankah orang-orang semacam ini adalah objek pembinasaan? Tuhan telah mengabdikan segala keberadaan-Nya kepada manusia, lalu mengapa, pada zaman sekarang, manusia tidak bisa melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh? Bagi Tuhan, pekerjaan-Nya adalah prioritas pertama-Nya, dan pekerjaan pengelolaan-Nya adalah yang paling penting. Bagi manusia, melakukan firman Tuhan dan memenuhi tuntutan Tuhan adalah prioritas pertamanya. Engkau semua harus memahami hal ini" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan Tuhan dan Penerapan Manusia"). Setelah membaca firman Tuhan, Aku mengerti bahwa tugas ini adalah peninggian dari Tuhan dan tanggung jawab yang tidak boleh kuabaikan. Jika aku menghindari atau menolak tugas ini untuk melindungi masa depan dan tempat tujuanku, maka aku akan kehilangan arti terpenting dari keberadaanku sebagai makhluk ciptaan, dan jika itu terjadi, maka percaya kepada Tuhan sampai akhir pun tidak akan membuatmu berkenan kepada-Nya. Aku kembali ingat masa-masa aku menjadi pengkhotbah, ketika aku mengacaukan dan mengganggu pekerjaan serta melakukan pelanggaran, tetapi Tuhan tidak memperlakukanku sesuai dengan pelanggaranku. Sekarang gereja masih memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugas sebagai pemimpin, jadi aku tidak bisa mengelak lagi. Aku berpikir, "Aku agak kurang dalam mempersekutukan kebenaran untuk memecahkan masalah. Aku akan menghadapi segala macam kesulitan dan masalah ketika menjadi pemimpin, karena itu aku akan memiliki banyak kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah dengan kebenaran. Bukankah ini cara yang lebih baik bagiku untuk berlatih dan memperbaiki kekuranganku? Tidak hanya akan meningkatkan keterampilan profesionalku dalam berbagai tugas, tetapi aku juga akan mendapatkan kemajuan dalam memahami orang. Pada saat yang sama, ini juga akan memotivasiku untuk fokus mengejar kebenaran dalam tugasku untuk membuang watakku yang rusak. Bukankah ini adalah bentuk perkenanan Tuhan padaku?" Aku menyadari betapa besarnya kasih Tuhan, aku juga tahu jika aku tetap egois dan tercela, serta mencoba melindungi diri dengan menolak tugasku, maka aku akan mengkhianati maksud Tuhan yang begitu besar. Dengan melakukan hal ini, aku akan benar-benar tidak punya kemanusiaan!

Aku teringat akan sebuah ayat firman Tuhan: "Tidak ada hubungan antara tugas manusia dan apakah dia menerima berkat atau menderita kemalangan. Tugas adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia; itu adalah panggilan surgawinya, dan seharusnya tidak bergantung pada imbalan jasa, kondisi, atau alasannya. Baru setelah itulah dia bisa dikatakan melakukan tugasnya. Menerima berkat mengacu pada ketika seseorang disempurnakan dan menikmati berkat Tuhan setelah mengalami penghakiman. Menderita kemalangan mengacu pada ketika watak seseorang tidak berubah setelah mereka mengalami hajaran dan penghakiman; mereka tidak mengalami proses disempurnakan melainkan dihukum. Namun terlepas dari apakah mereka menerima berkat atau menderita kemalangan, makhluk ciptaan harus memenuhi tugasnya, melakukan apa yang seharusnya dilakukan, dan melakukan apa yang mampu dilakukannya; inilah yang setidaknya harus dilakukan seseorang, seseorang yang mengejar Tuhan. Janganlah engkau melakukan tugasmu hanya untuk menerima berkat, dan janganlah engkau menolak untuk melaksanakan tugas karena takut mengalami kemalangan. Kuberitahukan satu hal kepadamu: Pelaksanaan tugas manusia adalah apa yang harus dia lakukan, dan jika dia tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka ini adalah pemberontakannya. Melalui proses melakukan tugasnyalah manusia secara berangsur-angsur akan diubahkan, dan melalui proses inilah dia menunjukkan kesetiaannya. Karena itu, semakin banyak tugas yang mampu kaulakukan, semakin banyak kebenaran yang akan kauterima, dan akan semakin nyata pengungkapanmu" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia"). Firman Tuhan dengan jelas memberi tahu kita bahwa apa pun tugas seseorang, tidak ada hubungannya dengan berkat atau kemalangan yang mereka terima. Sebagai makhluk ciptaan, melaksanakan tugas seseorang adalah hal yang sepenuhnya wajar dan dapat dibenarkan, itu adalah tanggung jawab kita sebagai manusia, dan orang-orang harus menerima dan mematuhi tanpa syarat. Aku salah mengira bahwa para pemimpin tersingkap dan tersingkir dengan cepat, tetapi pada kenyataannya, andaipun aku tidak menjadi pemimpin, andai aku tidak mengejar kebenaran dan menempuh jalan yang salah, bukankah aku tetap akan disingkapkan dan disingkirkan? Tuhan telah lama mengatakan bahwa melaksanakan tugas seseorang tidak ada hubungannya dengan berkat atau kemalangan yang diterima, dan yang penting adalah apakah seseorang mengejar dan mencintai kebenaran. Sekarang saudara-saudari telah mencalonkanku untuk menjadi pemimpin wilayah, aku harus terlebih dahulu menerimanya dan berlatih, dan mengenai masalah serta kekurangan dalam tugasku, aku dapat mencari solusi bersama dengan saudari yang menjadi rekan kerjaku, dan jika masih ada area yang kurang jelas, aku juga bisa meminta bimbingan dari pemimpin tingkat atas. Jadi, aku menjawab bahwa aku bersedia melaksanakan tugas ini. Ketika aku berlatih seperti ini, aku merasakan keteguhan dan damai di hatiku.

Suatu pagi, aku menonton video kesaksian pengalaman berjudul Alasan Menolak untuk Menjadi Pemimpin dan ada bagian dari firman Tuhan dalam video itu yang benar-benar sesuai dengan kondisiku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ketika penyesuaian sederhana dilakukan dalam tugas mereka, orang seharusnya menjawab dengan sikap yang taat, melakukan apa yang rumah Tuhan perintahkan kepada mereka, dan melakukan apa yang mampu mereka lakukan, dan, apa pun yang mereka lakukan, mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka, dengan segenap hati dan segenap kekuatan mereka. Apa yang telah Tuhan lakukan tidak salah. Kebenaran sesederhana itu dapat diterapkan oleh orang yang memiliki sedikit hati nurani dan nalar, tetapi ini di luar kemampuan antikristus. Dalam hal penyesuaian tugas, antikristus akan langsung berargumen, berdalih, dan menunjukkan sikap yang menentang, dan jauh di lubuk hatinya mereka tidak mau menerimanya. Apa sebenarnya yang ada di dalam hati mereka? Kecurigaan dan keraguan, kemudian mereka menggali informasi dari orang lain dengan berbagai cara .... Mengapa mereka membuat hal yang sederhana menjadi begitu rumit? Hanya ada satu alasan: antikristus tidak pernah menaati pengaturan rumah Tuhan, dan mereka selalu sangat mengaitkan tugas, ketenaran, keuntungan dan status dengan harapan untuk mendapatkan berkat dan tempat tujuan di masa depan, seolah-olah begitu reputasi dan status mereka hilang, harapan mereka untuk mendapatkan berkat dan upah pun hilang, dan ini rasanya seperti kehilangan nyawa mereka. Mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati, aku tidak boleh lengah! Rumah Tuhan, saudara-saudari, para pemimpin dan pekerja, dan bahkan tuhan, semuanya tidak dapat diandalkan. Aku tidak dapat memercayai seorang pun dari mereka. Orang yang paling bisa kuandalkan dan yang paling layak dipercaya adalah diriku sendiri. Jika aku tidak membuat rencana untuk diriku sendiri, lalu siapa yang akan memedulikanku? Siapa yang akan memikirkan masa depanku? Siapa yang akan memikirkan apakah aku akan mendapatkan berkat atau tidak? Oleh karena itu, aku harus membuat rencana dan perhitungan yang matang demi kepentinganku sendiri. Aku tidak boleh melakukan kesalahan, bahkan sama sekali tidak boleh ceroboh, jika tidak, apa yang akan kulakukan jika ada orang yang mencoba mengambil keuntungan dariku?' Jadi, mereka pun bersikap waspada terhadap para pemimpin dan pekerja rumah Tuhan, karena takut ada orang yang akan mengenali dan mengetahui yang sebenarnya tentang mereka, sehingga mereka kemudian akan diberhentikan dan impian mereka untuk mendapatkan berkat akan hancur. Mereka berpikir bahwa mereka harus menjaga reputasi dan status mereka demi harapan mereka untuk mendapatkan berkat. Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada mengejar kebenaran, perubahan watak, atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada melakukan tugas mereka dengan baik, dan menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan atau dikomentari, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka menghubungkannya dengan diberkati, dan sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Dua Belas). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa ketika seorang antikristus dialihkan tugasnya, mereka tidak memikirkan cara untuk tunduk kepada Tuhan dan memenuhi maksud-Nya, tetapi memikirkan dahulu apakah tugas ini menguntungkan reputasi atau status mereka, atau apakah itu akan memengaruhi kesudahan dan tempat tujuan mereka. Aku menyadari bahwa antikristus percaya kepada Tuhan hanya demi berkat dan keuntungan, dan bahwa mereka memandang memperoleh berkat itu lebih penting daripada melaksanakan tugas mereka dengan baik. Aku berpikir, "Bukankah penyingkapan yang aku terima sama dengan penyingkapan seorang antikristus sehubungan dengan pengalihan tugasku?" Aku seharusnya bersyukur atas peninggian Tuhan yang telah mengizinkanku berlatih sebagai pemimpin wilayah, dan aku seharusnya melaksanakan tugasku dengan baik untuk memuaskan Tuhan. Namun, aku terus bertanya kepada diri sendiri, "Sewaktu aku menjadi pengkhotbah, aku melanggar karena aku tidak segera memberhentikan para pemimpin palsu. Jika aku menjadi pemimpin wilayah dan memiliki lebih banyak tanggung jawab, bukankah akan lebih besar kemungkinannya aku melanggar dan tersingkap lebih cepat? Jika terjadi kesalahan, harapanku untuk mendapat berkat dalam imanku akan hancur." Untuk melindungi masa depan dan tempat tujuanku, aku ingin mengabaikan tugas ini. Pengalihan tugasku ini normal, tetapi aku secara keliru percaya bahwa Tuhan ingin menyingkapkan dan menyingkirkanku melalui tugas ini. Bukankah aku salah memahami Tuhan? Dahulu, kupikir aku memiliki hati yang murni dalam imanku, dan apa pun tugas yang diatur gereja untukku, aku bisa tunduk, tetapi itu hanya karena tugasnya tidak mengusik kepentinganku. Kini aku merasa tugas ini mengusik masa depan dan tempat tujuanku, aku ingin menolaknya. Aku melihat bahwa aku sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan, dan bahwa aku hanyalah orang yang hina dan picik yang hanya mencari keuntungan! Pada kenyataannya, aku diberhentikan dari peranku sebagai pengkhotbah bukan karena posisiku, tetapi karena aku mengejar reputasi dan status serta tidak melakukan pekerjaan nyata. Namun, rumah Tuhan tidak menyingkirkanku karena hal ini, dan malah memberiku kesempatan untuk merenung dan bertobat, serta terus mengatur tugas-tugas untukku. Aku juga memikirkan para antikristus yang diusir dari gereja, yang belum tersingkap dan tersingkir hanya karena mereka memiliki posisi yang tinggi, tetapi karena mereka hanya mengejar reputasi dan status, membentuk kelompok serta membangkitkan kecemburuan dan perselisihan, sehingga mengacaukan dan mengganggu pekerjaan. Bahkan setelah mereka diberi persekutuan, mereka benar-benar menolak untuk bertobat, dan baru kemudian mereka akhirnya disingkirkan. Dari sini, aku melihat bahwa jika seseorang tidak mengejar kebenaran, mereka akan tersingkap dan tersingkir, tidak peduli apa pun tugas yang mereka laksanakan.

Aku lalu bertanya pada diri sendiri, "Pandangan keliru apa lagi yang mungkin membuatku enggan menjadi pemimpin wilayah?" Aku kemudian menyadari bahwa aku merasa menjadi pemimpin wilayah berarti bertanggung jawab atas semua pekerjaan, dan bahwa aku harus dapat membimbing keterampilan profesional dari berbagai aspek pekerjaan serta tahu cara memahami orang, jika tidak, aku tidak akan mampu melaksanakan tugas ini. Namun demikian, aku banyak kekurangan dalam hal keterampilan teknis. Jadi, aku selalu ingin menghindari tugas ini. Apakah sudut pandang ini sejalan dengan kebenaran? Aku teringat akan firman Tuhan: "Sebagai pemimpin, setelah mengatur pekerjaan, engkau harus menindaklanjuti kemajuan pekerjaan itu. Meskipun engkau belum terbiasa dengan bidang pekerjaan itu—meskipun engkau tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang hal ini—engkau bisa mencari cara untuk melaksanakan tugasmu. Engkau bisa mencari seseorang yang benar-benar mengerti tentangnya, yang memahami profesi yang dimaksud, untuk melakukan pemeriksaan dan memberi saran. Dari saran mereka, engkau dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip yang sesuai, dan dengan demikian, engkau akan dapat menindaklanjut pekerjaan tersebut" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Meskipun masih banyak bidang teknis yang belum kukuasai dalam peranku sebagai pemimpin wilayah, Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa seseorang harus memahami setiap keterampilan untuk melaksanakan tugas ini. Maksud Tuhan adalah agar aku fokus mencari prinsip-prinsip kebenaran selama pelatihan yang nyata, untuk mengatasi kekuranganku, dan perlahan-lahan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Keterampilan teknisku kurang, jadi aku harus berusaha bekerja sama dengan saudara-saudari yang memahami hal-hal ini, dan bersama-sama kami dapat mencari prinsip-prinsip kebenaran untuk menyelesaikan penyimpangan dan masalah dalam pekerjaan kami, dan jika ada hal-hal yang benar-benar tidak bisa kupahami, aku bisa mencari bantuan dari pemimpin tingkat atas. Jika aku benar-benar melakukan yang terbaik untuk bekerja sama, dan pada akhirnya, aku masih menemukan bahwa tingkat pertumbuhan serta kualitasku memang tidak cukup untuk tugas ini, maka aku bisa mengundurkan diri dan meminta para pemimpin untuk menugaskanku untuk tugas yang lebih sesuai. Setelah memahami maksud Tuhan, hatiku benar-benar tercerahkan, dan aku pun melepaskan kekhawatiran serta keraguanku.

Pada bulan Januari 2024, pemimpin tingkat atas mengetahui bahwa hasil pekerjaan penyiraman yang aku awasi tidak baik, dan bahwa para penyiram belum membuat kemajuan dan tidak fokus pada pembinaan petobat baru, jadi mereka menulis surat untuk menanyakan apakah kami mengalami masalah ini dan bagaimana kami menindaklanjuti pekerjaan penyiraman. Aku terkejut dan berpikir, "Aku penanggung jawab utama atas pekerjaan penyiraman dan aku sibuk setiap hari. Bagaimana aku tidak menyadari semua masalah dalam pekerjaanku ini? Sepertinya kemampuan kerjaku benar-benar kurang." Aku menjadi khawatir lagi, sambil berpikir, "Jika penyiram tidak menyirami pendatang baru dengan baik dan mereka pergi, bukankah aku melanggar? Bukankah itu berarti aku tidak akan memiliki kesudahan yang baik?" Aku menyadari bahwa aku kembali mempertimbangkan kesudahan serta tempat tujuanku, dan mengingat beberapa firman Tuhan: "Engkau semua seharusnya melaksanakan tugasmu sendiri dengan hati yang terbuka dan jujur, dan bersedia membayar berapa pun harganya. Seperti yang telah engkau semua katakan, ketika saatnya tiba, Tuhan tidak akan lalai terhadap siapa pun yang telah menderita atau membayar harga untuk-Nya. Keyakinan seperti ini patut dipertahankan dan jangan pernah dilupakan. Hanya dengan demikianlah Aku tidak perlu khawatir tentang dirimu. Kalau tidak, engkau semua akan menjadi orang-orang yang Kukhawatirkan selamanya, dan engkau akan menjadi sasaran kebencian-Ku selamanya. Jika engkau semua bisa mengikuti hati nuranimu dan mengerahkan segenap kekuatanmu untuk-Ku, mencurahkan segala upaya untuk pekerjaan-Ku, dan mengabdikan seluruh hidupmu untuk pekerjaan Injil-Ku, bukankah hati-Ku akan melonjak penuh sukacita karenamu? Dengan demikian, aku akan dapat tenang sepenuhnya mengenai dirimu, bukan?" (Firman, Jilid 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tentang Tempat Tujuan"). Maksud Tuhan adalah untuk menyempurnakan kita agar dapat memasuki semua aspek kebenaran saat melaksanakan tugas kita. Aku merenungkan kegagalanku dalam melakukan pekerjaan nyata. Aku tidak segera mengatasi penyimpangan dan masalah dalam pekerjaan penyiraman, yang memengaruhi efektivitas penyiraman pendatang baru. Aku harus segera memperbaiki penyimpangan ini dan menyelesaikan masalah ini. Hanya dengan inilah aku bisa benar-benar memenuhi tanggung jawabku. Jadi aku dengan jujur melaporkan penyimpangan dan masalah dalam pekerjaanku kepada pemimpin tingkat atas, dan benar-benar membahas keadaan para penyiram serta masalah pendatang baru. Para penyiram juga menyadari pentingnya mereka diperlengkapi dengan kebenaran, dan menemukan jalan penerapan dalam melaksanakan tugasnya. Aku mulai merasa jika kita bisa melepaskan perasaan waspada kita terhadap Tuhan, tidak mempertimbangkan masa depan serta tempat tujuan kita, juga mencurahkan segenap hati untuk melaksanakantugas-tugas kita, maka kita akan mampu melihat tuntunan Tuhan dalam melaksanakan tugas kita.

Sebelumnya: 28. Apakah Mengejar Ketenaran dan Keuntungan Membawa kepada Kehidupan yang Berbahagia?

Selanjutnya: 30. Aku Sekarang Berani Menghadapi Masalahku

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

84. Iman yang Tak Terhancurkan

Oleh Saudara Meng Yong, TiongkokPada Desember 2012, beberapa saudara-saudari dan aku naik mobil menuju suatu tempat untuk mengabarkan...

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini

Masukkan kata kunci pencarian Anda.
Isi
Pengaturan
Buku
Cari
Video