Firman tentang Bagaimana Memperlakukan Kebenaran dan Tuhan

Kutipan 1

Ada orang-orang yang menjadi percaya kepada Tuhan setelah mereka memahami bahwa firman yang Tuhan ungkapkan memang merupakan kebenaran. Namun, ketika mereka datang ke rumah Tuhan dan melihat bahwa Tuhan itu ternyata manusia biasa, timbullah gagasan di dalam hati mereka. Perkataan dan perbuatan mereka menjadi tak terkendali, mereka menjadi sangat jahat, berbicara secara sembrono, mengkritik dan memfitnah sesuka mereka. Dengan cara inilah orang-orang jahat itu tersingkap. Orang-orang tanpa kemanusiaan ini sering melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja, dan tidak ada hal baik yang akan mampu mereka perlihatkan! Mereka terang-terangan menentang, memfitnah, mengkritik, dan menghina Tuhan, terang-terangan menghujat Dia dan bersikeras melawan-Nya. Orang-orang seperti itu akan menerima hukuman yang berat. Ada orang-orang yang termasuk dalam jajaran pemimpin palsu, dan setelah diberhentikan, mereka selalu membenci Tuhan. Mereka memanfaatkan kesempatan dalam pertemuan untuk terus menyebarkan gagasan mereka dan melampiaskan keluhan mereka; mereka bahkan mungkin melontarkan kata-kata kasar atau perkataan yang melampiaskan kebencian mereka. Bukankah orang-orang seperti itu adalah setan-setan? Setelah diusir dari rumah Tuhan, mereka merasa menyesal, menyatakan bahwa mereka telah mengatakan sesuatu yang salah karena kebodohan sesaat. Ada orang-orang yang gagal mengenali orang-orang seperti ini, dengan berkata, "Mereka sangat menyedihkan, dan dipenuhi penyesalan dalam hati mereka. Mereka berkata mereka berutang kepada Tuhan dan tidak mengenal-Nya, jadi baiklah kita maafkan mereka." Bisakah pengampunan diberikan dengan begitu gampang? Manusia saja memiliki martabatnya sendiri, apalagi Tuhan! Setelah orang-orang seperti ini menghujat dan memfitnah, mereka tampak menyesal di mata orang-orang tertentu, yang memaafkan mereka dan berkata bahwa tindakan mereka disebabkan oleh kebodohan sesaat—tetapi apakah itu merupakan kebodohan sesaat? Mereka selalu memiliki maksud tertentu dalam perkataan mereka, dan bahkan berani mengkritik Tuhan. Posisi mereka dalam rumah Tuhan diganti, dan mereka kehilangan manfaat dari status mereka sebelumnya, dan karena takut diusir, mereka mengungkapkan banyak keluhan dan setelah itu menangis dengan sedih dan penuh penyesalan. Bergunakah melakukan hal ini? Sekali orang mengeluarkan perkataan, itu bagaikan air yang tertumpah ke tanah, yang tidak dapat diambil kembali. Akankah Tuhan menoleransi orang-orang yang menentang, mengkritik, dan menghujat-Nya sesuka mereka? Akankah Tuhan mengabaikannya begitu saja? Jika demikian, berarti Tuhan tidak bermartabat. Ada orang-orang yang, setelah menentang, berkata, "Tuhan, darah-Mu yang berharga telah menebusku. Engkau menyuruh kami untuk memaafkan orang tujuh puluh kali tujuh kali—Engkau juga seharusnya mengampuniku!" Sungguh tak tahu malu! Ada orang-orang yang menyebarkan desas-desus tentang Tuhan, dan menjadi takut setelah memfitnah-Nya. Karena takut dihukum, mereka segera berlutut dan berdoa: "Tuhan! Jangan tinggalkan aku, jangan hukum aku. Aku mengaku, aku bertobat, aku berutang kepada-Mu, aku bersalah." Katakan kepada-Ku, mungkinkah orang-orang seperti itu diampuni? Tidak! Mengapa tidak? Apa yang telah mereka lakukan menyinggung Roh Kudus, dan itu merupakan dosa penghujatan terhadap Roh Kudus yang tidak akan pernah diampuni, baik dalam hidup ini maupun dalam hidup selanjutnya! Tuhan menepati firman-Nya. Dia memiliki martabat, murka, dan watak yang benar. Apakah menurutmu Tuhan itu sama dengan manusia, sehingga jika seseorang bersikap sedikit lebih baik kepada-Nya, Dia akan mengabaikan pelanggaran mereka di masa lalu? Tidak ada hal semacam itu! Apa kau pikir tidak menjadi masalah jika engkau menentang Tuhan? Dapat dimaklumi jika engkau melakukan kesalahan tertentu karena kebodohan sesaat, atau karena engkau terkadang memperlihatkan sedikit watak rusakmu. Namun, jika engkau secara langsung menentang, memberontak, dan bersikeras untuk melawan Tuhan, dan jika engkau memfitnah, menghujat, dan menyebarkan desas-desus tentang-Nya, maka engkau akan sepenuhnya dikutuk. Orang-orang seperti itu tidak perlu lagi berdoa; mereka hanya perlu menunggu untuk dihukum. Mereka tidak dapat diampuni! Jika waktu itu tiba, jangan berkata tanpa malu, "Tuhan, tolong ampuni aku!" Bagaimanapun engkau memohon, itu tidak ada gunanya, maaf saja. Setelah memahami beberapa dari kebenaran, jika orang secara sengaja melakukan pelanggaran, mereka tidak dapat diampuni. Sebelumnya telah dikatakan bahwa Tuhan tidak mengingat pelanggaran orang. Yang dimaksud adalah pelanggaran kecil yang tidak berkaitan dengan ketetapan administratif Tuhan dan yang tidak menyinggung watak Tuhan. Ini tidak termasuk penghujatan dan fitnah terhadap Tuhan. Namun, jika engkau sekali saja menghujat, mengkritik, atau memfitnah Tuhan, ini akan menjadi noda permanen yang tak dapat dihapuskan. Manusia ingin menghujat dan mengkhianati Tuhan sesuka mereka, lalu ingin memanfaatkan-Nya untuk memperoleh berkat. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang semurah itu! Manusia selalu beranggapan bahwa Tuhan itu baik dan penuh belas kasihan, bahwa Dia penuh kebajikan, bahwa Dia berhati lapang dan tak terukur baiknya, bahwa Dia tidak mengingat pelanggaran manusia dan membiarkan pelanggaran dan perbuatan masa lalu manusia berlalu begitu saja. Membiarkan pelanggaran masa lalu hanya berlaku untuk hal-hal sepele. Tuhan tidak akan pernah mengampuni mereka yang terang-terangan menentang dan menghujat Dia.

Meskipun sebagian besar orang di gereja benar-benar percaya kepada Tuhan, mereka tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Hal ini memperlihatkan bahwa orang-orang seperti itu tidak memiliki pengetahuan yang benar tentang watak Tuhan, sehingga sulit bagi mereka untuk takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Jika orang tidak takut akan Tuhan dan tidak gentar terhadap-Nya dalam kepercayaan mereka, dan mengatakan apa pun sesuka hati mereka begitu pekerjaan Tuhan menyinggung kepentingan mereka sendiri, maka setelah mereka selesai mengatakannya, apa akibatnya? Akibatnya, mereka harus bertanggung jawab atas perkataan mereka, dan ini bukanlah hal yang sederhana. Ketika orang menghujat Tuhan, ketika mereka mengkritik Tuhan, apakah di dalam hatinya, mereka menyadari apa yang mereka katakan? Di dalam hatinya, semua orang yang mengatakan hal-hal seperti ini menyadari apa yang mereka katakan. Selain mereka yang kerasukan roh jahat dan yang tidak memiliki nalar yang normal, orang-orang yang normal, di dalam hatinya, menyadari apa yang mereka katakan. Jika mereka berkata mereka tidak menyadarinya, mereka berbohong. Saat berbicara, mereka berpikir: "Aku tahu Engkau adalah Tuhan. Aku memang mengatakan bahwa Engkau tidak melakukan yang benar, jadi apa yang dapat Kaulakukan terhadapku? Apa yang akan Kaulakukan setelah aku selesai mengatakannya?" Mereka melakukan hal ini dengan sengaja, untuk mengganggu orang lain, untuk menarik orang lain ke pihak mereka, untuk membuat orang lain mengatakan hal yang serupa, dan membuat orang lain melakukan hal yang serupa. Mereka tahu yang mereka katakan itu terang-terangan menentang Tuhan, melawan Tuhan, menghujat Tuhan. Setelah mereka merenungkannya, mereka berpikir bahwa perbuatan mereka itu salah: "Apa yang kukatakan? Perkataan itu tercetus begitu saja dan aku sangat menyesalinya!" Penyesalan mereka membuktikan bahwa mereka tahu persis apa yang mereka lakukan pada saat itu; bukan karena mereka tidak tahu. Jika engkau menganggap bahwa mereka bodoh dan bingung untuk sesaat, bahwa mereka belum memahaminya secara menyeluruh, maka hal ini tidak sepenuhnya benar. Orang mungkin belum memahami hal ini secara menyeluruh, tetapi jika engkau percaya kepada Tuhan, setidaknya engkau harus memiliki akal sehat. Untuk percaya kepada Tuhan, engkau harus takut akan Tuhan dan menghormati Dia. Engkau tidak boleh menghujat Tuhan, tidak boleh mengkritik dan memfitnah-Nya sesuka hatimu. Tahukah engkau apa artinya "mengkritik," "menghujat," dan "memfitnah"? Ketika engkau mengatakan sesuatu, tidak tahukah engkau apakah engkau sedang mengkritik Tuhan atau tidak? Ada orang-orang yang selalu membicarakan fakta bahwa mereka pernah menjamu Tuhan, sering bertemu dengan Tuhan, dan pernah mendengarkan persekutuan Tuhan secara langsung. Mereka membicarakan hal-hal ini dengan siapa pun yang mereka temui, berbicara panjang lebar tentang hal-hal lahiriah; mereka sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang sejati. Mereka mungkin tidak berniat buruk saat mengatakan hal-hal seperti ini. Mereka mungkin bermaksud baik terhadap saudara-saudari dan ingin menyemangati semua orang. Namun, mengapa mereka memilih topik pembicaraan seperti ini? Jika mereka secara proaktif mengemukakan hal ini, berarti mereka benar-benar memiliki maksud tertentu: terutama, untuk pamer dan membuat orang lain menghormati mereka. Jika mereka mau meyakinkan dan menyemangati orang dalam iman mereka kepada Tuhan, mereka seharusnya lebih banyak membacakan kepada mereka firman Tuhan, yang merupakan kebenaran. Mengapa mereka malah bersikeras membicarakan hal-hal lahiriah seperti itu? Alasan sebenarnya mereka mengatakan hal-hal ini adalah karena mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka tidak takut kepada Tuhan. Bagaimana mereka bisa bertingkah dan berbicara begitu seenaknya di hadapan Tuhan? Tuhan memiliki martabat! Jika orang menyadari hal ini, akankah mereka tetap melakukan hal seperti itu? Manusia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka dengan seenaknya mengatakan bagaimana Tuhan itu dan seperti apa Tuhan itu demi motif mereka sendiri, untuk mencapai tujuan pribadi mereka dan untuk membuat orang lain menghormati mereka. Ini sama saja dengan mengkritik dan menghujat Tuhan. Orang-orang seperti itu sama sekali tidak takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Mereka semua adalah orang-orang yang menentang dan menghujat Tuhan. Mereka semua adalah roh-roh jahat dan setan-setan. Ada orang-orang yang telah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun, tetapi setelah ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar, mereka menjadi Yudas, bahkan mengikuti si naga merah yang sangat besar untuk menghujat Tuhan. Ada orang-orang yang mengabarkan Injil, meniru orang-orang beragama dalam mengatakan hal-hal yang mengkritik pekerjaan Tuhan dan mengutuk Dia. Mereka sadar bahwa berbicara dengan cara seperti ini berarti menentang dan menghujat Tuhan, tetapi mereka tidak peduli. Berbicara dengan cara seperti ini tidaklah pantas, apa pun motifmu. Tak bisakah engkau mengatakan hal yang lain saja? Mengapa engkau harus mengatakan hal-hal seperti ini? Bukankah ini merupakan penghujatan terhadap Tuhan? Jika engkau mengucapkan perkataan seperti itu, artinya engkau sedang menghujat Tuhan. Mengatakan hal-hal seperti ini tidak baik, entah engkau melakukannya secara sengaja atau tidak sengaja. Engkau tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Engkau mengikuti orang lain dan mengucapkan kata-kata penghujatan untuk menyenangkan orang lain dan memikat hati mereka. Betapa keterlaluan dirimu; engkau bersekutu dengan Iblis! Apakah Tuhan ingin engkau mempermainkan diri-Nya, mengkritik-Nya, membatasi-Nya, dan menghujat-Nya sesuka hatimu? Melakukan hal itu sangat mengerikan! Jika engkau mengatakan sesuatu yang salah dan itu menyinggung watak Tuhan, engkau akan dikutuk. Engkau melakukan kesalahan yang fatal! Ada orang-orang yang berpikir, "Orang-orang beragama ditipu oleh para pendeta dan penatua, dan sebagian besar dari mereka mengatakan hal-hal yang menghujat Tuhan, dan mengkritik, serta mengutuk pekerjaan-Nya. Ada di antara mereka yang telah menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan bertobat. Akankah mereka diselamatkan? Jika mereka semua ditinggalkan oleh Tuhan, hanya sedikit orang yang akan diselamatkan; itu berarti hampir tidak ada yang akan diselamatkan." Engkau tidak mampu memahami hal ini dengan jelas, bukan? Watak Tuhan adalah kebenaran, dan Dia adil terhadap semua orang. Pada zaman Nuh, hanya delapan orang yang diselamatkan di dalam bahtera; sisanya dihancurkan. Apakah engkau berani berkata bahwa Tuhan tidak adil? Manusia sudah dirusak sedemikian dalamnya. Mereka semua adalah milik Iblis; mereka semua menentang Tuhan, dan mereka semua hina dan tak berharga. Jika mereka tidak mampu menerima pekerjaan Tuhan, mereka akan dihancurkan untuk selamanya. Ada orang-orang yang mungkin berpikir: "Jika tidak ada di antara kita yang dapat diselamatkan oleh Tuhan, bukankah pekerjaan Tuhan akan sia-sia? Menurutku, Tuhan tidak dapat menyelamatkan manusia tanpa manusia. Jika Tuhan meninggalkan manusia, pengelolaan Tuhan akan hilang." Engkau salah. Tuhan akan melanjutkan rencana pengelolaan-Nya, bahkan tanpa manusia. Manusia menilai dirinya terlalu tinggi. Manusia tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, mereka sama sekali tidak taat di hadapan Tuhan, dan mereka tidak memiliki sikap yang baik. Karena manusia hidup di bawah kuasa Iblis dan merupakan milik Iblis, mereka bisa saja mengkritik dan menghujat Tuhan kapan pun dan di mana pun. Ini adalah hal yang mengerikan—ini adalah pelanggaran terhadap watak Tuhan!

Kutipan 4

Bagian terpenting dalam mengejar kebenaran adalah berfokus membaca firman Tuhan. Berapa banyak yang dapat seseorang peroleh dari membaca firman Tuhan, itu bergantung pada kapasitas pemahaman mereka. Meskipun semua orang membaca firman Tuhan, ada orang-orang yang mampu memahami makna yang sebenarnya dan menemukan pencerahan di dalamnya, dan selama mereka membaca firman Tuhan, mereka akan mendapatkan sesuatu. Namun, ada orang-orang yang tidak seperti itu. Mereka hanya berfokus pada pemahaman doktrin ketika membaca firman Tuhan. Hasilnya adalah setelah beberapa tahun membaca firman Tuhan, mereka memahami banyak doktrin, tetapi setiap kali mereka mengalami masalah, mereka tidak dapat menyelesaikannya; semua yang mereka pelajari tidak ada gunanya. Apa yang sedang terjadi di sini? Meskipun semua orang membaca firman Tuhan, hasilnya berbeda. Mereka yang mencintai kebenaran mampu menerimanya, sedangkan mereka yang tidak mencintai kebenaran tidak mau menerimanya meskipun mereka membaca firman Tuhan. Apa pun masalah yang mereka hadapi, mereka tidak akan mencari kebenaran dalam firman Tuhan. Orang yang memiliki sedikit pengalaman dapat mendiskusikan beberapa hal nyata ketika mereka membaca firman Tuhan dan berbicara tentang pengetahuan nyata mereka tentang kebenaran—inilah yang dimaksud dengan memahami kebenaran. Mereka yang tidak memiliki pengalaman hanya memahami arti harfiah dari firman Tuhan, dan mereka tidak memiliki sedikit pun pengetahuan dan pengalaman—ini tidak dapat dianggap memahami kebenaran. Ada pemimpin yang sering mengatakan kepada orang lain bahwa mereka pergi ke gereja secara khusus untuk memberikan kebenaran. Apakah pernyataan ini benar? Kata-kata "memberikan kebenaran" tidak boleh diucapkan dengan enteng. Siapa yang memiliki kebenaran? Siapa yang berani mengeklaim bahwa mereka memberi kebenaran? Bukankah klaim ini terlalu berlebihan? Jika engkau percaya kepada Tuhan dan mengikuti-Nya, engkau hanyalah orang yang menerima dan mengejar kebenaran. Jika engkau mampu melakukan hal ini, itu sudah cukup baik. Sekalipun seseorang mampu memahami beberapa kebenaran dan berbicara tentang beberapa pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa mereka memberikan kebenaran karena tidak ada orang yang memiliki kebenaran. Bagaimana mungkin berbicara tentang beberapa pengalaman dan pengetahuan disebut memberikan kebenaran? Oleh karena itu, para pemimpin dan pekerja hanya dapat digambarkan sebagai orang yang melakukan pekerjaan penyiraman, dan secara khusus bertanggung jawab untuk menolong saudara-saudari di gereja untuk masuk ke dalam hidup. Mereka tidak dapat dikatakan sedang memberikan kebenaran. Sekalipun seseorang memiliki tingkat pertumbuhan tertentu, mereka tetap tidak dapat dikatakan memberi kebenaran kepada orang lain. Sama sekali tidak bisa dikatakan demikian. Berapa banyak orang yang memahami kebenaran? Apakah tingkat pertumbuhan seseorang membuat mereka memenuhi syarat untuk memberikan kebenaran? Sekalipun seseorang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa mereka dapat memberikan kebenaran. Sama sekali tidak bisa dikatakan demikian, itu sangat tidak masuk akal. Ada orang-orang yang bangga menyirami gereja dan memberikan kebenaran, seolah-olah mereka memahami banyak kebenaran, dan akibatnya, mereka tidak dapat mengenali para pemimpin palsu dan antikristus. Bukankah ini sebuah kontradiksi? Jika seseorang bertanya kepadamu apa itu kebenaran, dan engkau menjawab, "Firman Tuhan adalah kebenaran; kebenaran adalah firman Tuhan," apakah engkau memahami kebenaran? Engkau hanya dapat mengucapkan perkataan dan kalimat doktrin, dan engkau tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa itu kebenaran, jadi engkau tidak memenuhi syarat untuk memberikan kebenaran kepada orang lain. Saat ini, mereka yang melayani sebagai pemimpin semuanya kurang pengalaman; mereka hanya memiliki sedikit kualitas dan kemauan untuk mengejar kebenaran. Mereka cocok untuk membina dan melatih, dan mereka mampu memimpin dalam pelaksanaan tugas. Sekalipun mereka mampu mempersekutukan sedikit pengetahuan, bagaimana dapat dikatakan bahwa mereka memberikan kebenaran? Sebagian besar pemimpin dan pekerja dapat berbicara tentang beberapa pengetahuan, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka memiliki kenyataan kebenaran. Bagaimanapun juga, mereka telah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun dan mereka memiliki sedikit pengetahuan yang dangkal; mereka bersedia mempersekutukan kebenaran dan dapat sedikit menolong orang lain, tetapi mereka tidak dapat dikatakan memberikan kebenaran. Apakah para pemimpin dan pekerja mampu memberikan kebenaran? Tentu saja tidak. Para pemimpin dan pekerja berkhotbah dan menyirami gereja; yang terpenting, mereka harus mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata, itulah satu-satunya cara agar mereka dapat benar-benar menyirami gereja. Saat ini, sebagian besar pemimpin dan pekerja masih belum mampu menyelesaikan banyak masalah nyata. Sekalipun mereka mampu mempersekutukan sedikit pengetahuan tentang kebenaran, sebagian besar dari apa yang mereka katakan masih hanya berupa perkataan dan kalimat doktrin. Mereka tidak mampu mempersekutukan kenyataan kebenaran dengan jelas, jadi bisakah mereka benar-benar menyelesaikan masalah? Sebagian besar pemimpin dan pekerja hanya memiliki sedikit kapasitas untuk memahami dan mereka masih belum memiliki banyak pengalaman nyata. Dapatkah dikatakan bahwa mereka lebih memahami kebenaran dan memiliki lebih banyak kenyataan kebenaran daripada orang lain? Tidak dapat dikatakan demikian, mereka tidak memiliki itu. Beberapa pemimpin dan pekerja dipromosikan murni untuk tujuan pembinaan; mereka diizinkan untuk melatih karena mereka memiliki sedikit kualitas, dan mereka memiliki sedikit kapasitas untuk memahami, dan lingkungan keluarga mereka mendukung. Seseorang dipromosikan bukan berarti orang tersebut memiliki kenyataan kebenaran dan dia mampu memberikan kebenaran. Hanya saja orang-orang yang mengejar kebenaran memperoleh pencerahan dan terang sebelum orang lain, tetapi terang yang sedikit ini tidak dapat dianggap sebagai kebenaran, itu bukan bagian dari kebenaran, itu hanyalah sesuai dengan kebenaran. Hanya apa yang Tuhan ungkapkan secara langsung yang merupakan kebenaran. Pencerahan Roh Kudus hanya sesuai dengan kebenaran, karena Roh Kudus mencerahkan seseorang sesuai dengan tingkat pertumbuhan mereka. Dia tidak mengatakan kebenaran secara langsung kepada manusia. Sebaliknya, Dia memberi mereka terang yang mampu mereka peroleh. Engkau harus memahami hal ini. Jika seseorang memiliki wawasan tentang firman Tuhan dan memiliki pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman, dapatkah ini dianggap sebagai kebenaran? Tidak. Paling-paling, mereka hanya memiliki sedikit pemahaman tentang kebenaran. Firman pencerahan Roh Kudus tidak merepresentasikan firman Tuhan, tidak merepresentasikan kebenaran, dan bukan merupakan kebenaran. Paling-paling, orang tersebut hanya memiliki sedikit pemahaman tentang kebenaran, dan telah dicerahkan sedikit oleh Roh Kudus. Jika orang memperoleh pemahaman tentang kebenaran dan kemudian memberikannya kepada orang lain, apa yang mereka lakukan hanyalah membagikan pemahaman dan pengalaman mereka kepada orang lain. Engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka sedang memberikan kebenaran kepada orang lain. Boleh saja jika engkau mengatakan bahwa mereka menyampaikan persekutuan tentang kebenaran; ini merupakan deskripsi yang tepat. Mengapa Kukatakan demikian? Karena yang kaupersekutukan adalah pemahamanmu tentang kebenaran; hal itu bukan berarti kebenaran itu sendiri. Oleh karena itu, engkau hanya dapat mengatakan bahwa engkau mempersekutukan sebagian pemahaman dan pengalamanmu; bagaimana mungkin engkau mengatakan bahwa engkau sedang memberikan kebenaran? Memberikan kebenaran bukanlah suatu hal yang sederhana. Siapa yang layak mengucapkan pernyataan ini? Hanya Tuhan yang mampu memberikan kebenaran kepada manusia. Apakah manusia mampu? Oleh karena itu, engkau harus memahami masalah ini dengan jelas. Ini bukan hanya masalah penggunaan kata-kata yang salah, intinya adalah engkau sedang melanggar dan memutarbalikkan fakta. Pernyataan yang kaukatakan adalah pernyataan yang berlebihan. Orang mungkin saja memiliki pemahaman tentang firman Tuhan dan pengalaman yang berkaitan dengannya, tetapi engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kebenaran, atau bahwa mereka merupakan kebenaran. Engkau sama sekali tidak dapat mengatakan demikian. Sebanyak apa pun pemahaman yang diperoleh seseorang dari kebenaran, engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kehidupan kebenaran, apalagi mengatakan bahwa mereka merupakan kebenaran. Engkau sama sekali tidak dapat mengatakan demikian. Manusia hanya memahami sedikit kebenaran dan memiliki sedikit terang dan beberapa cara penerapan. Mereka hanya memiliki sedikit kenyataan ketaatan dan sedikit perubahan sejati. Namun, engkau tidak dapat mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan kebenaran. Tuhan memberikan kehidupan kepada manusia dengan mengungkapkan kebenaran. Tuhan juga menuntut manusia untuk memahami kebenaran dan memperoleh kebenaran agar mampu melayani dan memuaskan-Nya. Meskipun akan tiba saatnya manusia mengalami pekerjaan Tuhan sampai pada titik di mana mereka benar-benar memperoleh kebenaran, engkau tetap tidak dapat mengatakan bahwa manusia merupakan kebenaran, apalagi mengatakan bahwa mereka memiliki kebenaran. Hal ini karena meskipun seseorang memiliki pengalaman bertahun-tahun, jumlah kebenaran yang dapat mereka peroleh masih ada batasnya, dan itu sangat sedikit. Kebenaran adalah perihal yang paling dalam dan misterius; kebenaran adalah apa yang Tuhan miliki dan siapa diri-Nya. Kebenaran yang mampu diperoleh manusia selama masa hidupnya sangat terbatas. Manusia tidak akan pernah mampu memperoleh kebenaran sepenuhnya, memahami kebenaran sepenuhnya, atau hidup dalam kebenaran sepenuhnya. Itulah yang Tuhan maksudkan ketika Dia berkata bahwa manusia akan selalu menjadi bayi di hadapan-Nya.

Ada orang-orang yang percaya bahwa begitu mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, dan memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang setiap aspek kebenaran, serta mampu bertindak sesuai dengan kebenaran, maka mereka akan dapat mengungkapkan kebenaran. Mereka mengira bahwa dengan melakukannya mereka akan hidup seperti Kristus, seperti yang dikatakan Paulus, "Sebab bagiku hidup adalah Kristus" (Filipi 1:21). Apakah sudut pandang ini benar? Bukankah hal ini merupakan bentuk lain dari argumentasi "Tuhan-manusia"? Ini benar-benar salah! Orang harus memahami satu hal: sebanyak apa pun pengalaman dan pengetahuan yang engkau miliki tentang kebenaran, atau meskipun engkau telah masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mampu tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, serta mampu tunduk kepada Tuhan dan bersaksi bagi Tuhan, dan setinggi atau sedalam apa pun jalan masuk kehidupanmu, kehidupanmu tetaplah kehidupan manusia, dan manusia tidak akan pernah menjadi Tuhan. Ini adalah fakta mutlak yang harus orang pahami. Meskipun, pada akhirnya, engkau memiliki pengalaman dan pemahaman terhadap setiap aspek kebenaran, dan engkau tunduk pada pengaturan Tuhan serta menjadi seseorang yang disempurnakan, tetap saja tidak dapat dikatakan bahwa engkau merupakan kebenaran. Meskipun engkau dapat berbicara tentang kesaksian pengalaman yang benar, bukan berarti bahwa engkau dapat mengungkapkan kebenaran. Di masa lalu, merupakan hal yang umum di dalam kelompok-kelompok keagamaan untuk mengatakan bahwa seseorang telah memiliki "kehidupan Kristus di dalam dirinya". Ini adalah pernyataan yang keliru dan samar. Meskipun orang-orang tidak mengatakan pernyataan seperti ini lagi, pemahaman mereka tentang hal ini tetap samar. Ada orang-orang yang berpikir, "Karena kita telah memperoleh kebenaran dan kebenaran itu ada di dalam diri kita, maka kita memiliki kebenaran, dan kita memiliki kebenaran di dalam hati kita, dan kita juga mampu mengungkapkan kebenaran tersebut." Bukankah ini juga salah? Orang-orang sering membahas tentang apakah mereka memiliki kebenaran atau tidak, terutama yang merujuk pada apakah mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kebenaran atau tidak, dan apakah mereka mampu menerapkan sesuai dengan kebenaran atau tidak. Setiap orang mengalami kebenaran, tetapi keadaan yang setiap orang alami berbeda. Kebenaran yang diperoleh setiap orang juga berbeda. Jika engkau menggabungkan pengalaman dan pemahaman semua orang, itu tetap saja tidak akan sepenuhnya mencerminkan esensi kebenaran. Sedalam dan semisterius itulah kebenaran! Mengapa Kukatakan bahwa semua yang telah engkau peroleh dan semua pemahamanmu tidak dapat menggantikan kebenaran? Setelah orang-orang mendengarmu mempersekutukan sebagian dari pengalaman dan pemahamanmu, mereka akan memahaminya, dan mereka tidak akan membutuhkan waktu yang lama untuk mengalaminya sendiri agar dapat sepenuhnya memahami dan memperolehnya. Meskipun hal itu merupakan sesuatu yang sedikit lebih mendalam, mereka tidak akan membutuhkan beberapa tahun pengalaman. Sedangkan mengenai kebenaran, manusia tidak akan mengalami seluruh kebenaran sepanjang hidup mereka. Meskipun engkau mengumpulkan semua orang bersama-sama, mereka tidak akan mengalami seluruh kebenaran. Seperti yang telah kaupahami, kebenaran itu sangat dalam dan misterius. Kebenaran tidak dapat dijelaskan secara menyeluruh dengan kata-kata. Kebenaran yang diungkapkan dalam bahasa manusia adalah makna yang pada dasarnya dapat dipahami manusia. Manusia tidak akan pernah mampu mengalami semuanya, dan tidak akan pernah mampu sepenuhnya hidup dalam kebenaran. Hal ini karena meskipun manusia menghabiskan beberapa ribu tahun, mereka tidak akan pernah mengalami satu kebenaran secara menyeluruh. Sekalipun manusia mengalaminya selama bertahun-tahun, kebenaran yang mereka pahami dan mereka peroleh akan tetap terbatas. Dapat dikatakan bahwa kebenaran adalah mata air kehidupan manusia yang abadi. Tuhan adalah sumber kebenaran, dan memasuki kenyataan kebenaran adalah tugas yang tidak ada akhirnya.

Kebenaran adalah hidup Tuhan itu sendiri; kebenaran merepresentasikan watak-Nya, esensi-Nya, dan apa yang Dia miliki dan siapa diri-Nya. Jika menurutmu dengan memiliki sedikit pengalaman dan pengetahuan, itu berarti engkau memiliki kebenaran, maka apakah itu berarti engkau telah mencapai kekudusan? Mengapa engkau masih memperlihatkan kerusakan? Mengapa engkau tak mampu membedakan berbagai jenis orang? Mengapa engkau tak mampu bersaksi tentang Tuhan? Sekalipun engkau memahami beberapa kebenaran, mampukah engkau merepresentasikan Tuhan? Mampukah engkau hidup dalam watak Tuhan? Engkau mungkin memiliki sedikit pengalaman dan pengetahuan tentang aspek kebenaran tertentu, dan perkataanmu mungkin dapat sedikit mencerahkan, tetapi apa yang engkau berikan kepada orang-orang sangatlah terbatas dan tak dapat bertahan lama. Ini karena pemahaman dan terang yang telah engkau peroleh itu tidak merepresentasikan esensi kebenaran, dan tidak merepresentasikan seluruh kebenaran. Itu hanya merepresentasikan satu sisi atau aspek kecil dari kebenaran tersebut, itu hanyalah satu tingkat yang mampu dicapai oleh manusia, dan masih jauh dari esensi kebenaran. Terang, pencerahan, pengalaman, dan pengetahuan yang sangat sedikit ini tidak pernah dapat menggantikan kebenaran. Sekalipun semua orang telah mencapai hasil tertentu dengan mengalami suatu kebenaran, dan semua pengalaman serta pengetahuan mereka digabungkan, itu tidak akan mencapai keseluruhan dan esensi dari satu saja pernyataan kebenaran ini. Dahulu pernah dikatakan, "Aku meringkaskan ini dengan pepatah bagi dunia manusia: Di antara manusia, tidak ada seorang pun yang mengasihi Aku." Kalimat ini adalah kebenaran, esensi hidup yang sejati, hal yang paling mendalam, dan merupakan ungkapan dari Tuhan itu sendiri. Setelah memiliki pengalaman selama tiga tahun, engkau mungkin memiliki sedikit pemahaman yang dangkal, dan setelah tujuh atau delapan tahun, engkau mungkin memiliki sedikit lebih banyak pemahaman, tetapi pemahaman ini tidak pernah dapat menggantikan satu pernyataan kebenaran ini. Setelah dua tahun, seseorang yang lain mungkin memiliki sedikit pemahaman, atau lebih banyak pemahaman setelah sepuluh tahun, atau pemahaman yang relatif lebih tinggi setelah satu masa kehidupan, tetapi gabungan pemahamanmu dan pemahaman orang itu tidaklah dapat menggantikan satu pernyataan kebenaran ini. Sebanyak apa pun gabungan wawasan, terang, pengalaman, atau pengetahuan yang engkau dan orang itu miliki, itu tak pernah mampu menggantikan satu pernyataan kebenaran ini. Artinya, kehidupan manusia selalu merupakan kehidupan manusia, dan betapapun sesuainya pengetahuanmu itu dengan kebenaran, kehendak Tuhan, atau tuntutan Tuhan, itu tidak pernah dapat menggantikan kebenaran. Bila orang memiliki kebenaran berarti orang itu benar-benar memahami kebenaran, hidup dalam kenyataan kebenaran firman Tuhan, memiliki sedikit pengetahuan yang nyata tentang Tuhan, dan mampu meninggikan serta bersaksi tentang Tuhan. Namun, orang tersebut tidak bisa dianggap sudah memiliki kebenaran, karena kebenaran itu terlalu dalam. Hanya satu baris firman Tuhan sudah cukup untuk dialami orang seumur hidupnya, dan bahkan setelah dialami selama beberapa kali masa kehidupan, atau setelah ribuan tahun, satu baris firman Tuhan pun tidak dapat sepenuhnya dialami. Jelaslah bahwa proses memahami kebenaran dan mengenal Tuhan memang tidak ada habisnya, dan ada batas mengenai berapa banyak kebenaran yang mampu orang pahami dalam pengalamannya seumur hidup. Ada orang yang mengira bahwa mereka memiliki kebenaran begitu mereka memahami makna tekstual dari firman Tuhan. Bukankah ini omong kosong? Dalam hal terang dan pengetahuan, ada masalah kedalaman. Kenyataan kebenaran yang mampu orang masuki sepanjang kehidupan percayanya sangatlah terbatas. Oleh karena itu, hanya karena engkau memiliki sedikit pengetahuan dan terang, bukan berarti engkau memiliki kenyataan kebenaran. Hal utama yang harus kaulihat adalah apakah terang dan pengetahuan ini menyentuh esensi kebenaran. Inilah hal yang terpenting. Ada orang yang merasa bahwa mereka memiliki kebenaran ketika mereka mampu menjelaskan atau menyampaikan sedikit pemahaman yang dangkal. Ini membuat mereka merasa senang, jadi mereka menjadi congkak dan sombong. Sebenarnya, mereka masih jauh dari masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Kebenaran apa yang mampu orang miliki? Dapatkah orang yang memiliki kebenaran jatuh kapan pun dan di mana pun? Jika orang memiliki kebenaran, bagaimana mungkin mereka tetap mampu menentang dan mengkhianati Tuhan? Jika engkau menyatakan bahwa dirimu memiliki kebenaran, yang membuktikan bahwa di dalam dirimu terdapat hidup Kristus—itu sangat menjijikkan! Engkau telah menjadi Tuhan, engkau telah menjadi Kristus? Ini adalah pernyataan yang tak masuk akal, dan sepenuhnya merupakan kesimpulan manusia; ini berkaitan dengan gagasan dan imajinasi manusia, dan itu sama sekali tidak dapat dipertahankan di mata Tuhan.

Dalam hal orang memahami kebenaran, dan menjalani kehidupan dengan kebenaran sebagai hidup mereka, apakah arti "hidup" di sini? Itu artinya kebenaranlah yang berkuasa di hati mereka, itu artinya mereka mampu hidup berdasarkan firman Tuhan, dan itu artinya mereka memiliki pengetahuan yang nyata tentang firman Tuhan dan pemahaman sejati tentang kebenaran. Ketika orang memiliki hidup yang baru ini dalam diri mereka, itu sepenuhnya dicapai dengan menerapkan dan mengalami firman Tuhan. Hidup yang baru ini dibangun di atas dasar kebenaran firman Tuhan, dan itu dicapai dengan mereka hidup di dalam alam kebenaran; semua yang terkandung dalam hidup orang itu adalah pengetahuan dan pengalaman mereka tentang kebenaran. Itu adalah landasannya dan itu tidak melampaui ruang lingkup itu; inilah hidup yang dimaksud ketika membicarakan tentang memperoleh kebenaran dan hidup. Mampu hidup berdasarkan kebenaran firman Tuhan bukan berarti bahwa kehidupan kebenaran itu ada di dalam diri orang, juga bukan berarti jika mereka memiliki kebenaran sebagai hidup mereka, mereka menjadi kebenaran, dan kehidupan batin mereka menjadi kehidupan kebenaran; apalagi menganggap bahwa mereka adalah kebenaran dan hidup. Pada akhirnya, hidup mereka tetaplah hidup seorang manusia. Jika engkau mampu hidup berdasarkan firman Tuhan dan memiliki pengetahuan tentang kebenaran, jika pengetahuan ini berakar di dalam dirimu dan menjadi hidupmu, dan kebenaran yang kauperoleh melalui pengalaman akan menjadi dasar keberadaanmu, jika engkau hidup berdasarkan firman Tuhan ini, tak seorang pun dapat mengubahnya, dan Iblis tidak dapat menipu atau merusakmu, maka engkau sudah memperoleh kebenaran dan hidup. Artinya, hidupmu hanya berisi kebenaran, yang berarti pemahaman, pengalaman, dan wawasanmu tentang kebenaran; dan apa pun yang kaulakukan, engkau akan hidup berdasarkan hal-hal ini, dan engkau tidak akan melampaui ruang lingkup hal-hal ini. Inilah artinya memiliki kenyataan kebenaran, dan orang-orang semacam itulah yang pada akhirnya ingin Tuhan dapatkan dengan pekerjaan-Nya. Namun, sebaik apa pun orang memahami kebenaran, esensi mereka tetaplah esensi manusia, dan sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan esensi Tuhan. Ini karena pengalaman mereka akan kebenaran berlangsung selamanya, dan tidaklah mungkin bagi mereka untuk sepenuhnya hidup dalam kebenaran; mereka hanya dapat hidup dalam sedikit kebenaran yang sangat terbatas yang mampu diperoleh manusia. Dengan demikian, bagaimana mungkin mereka berubah menjadi Tuhan? Jika Tuhan secara pribadi menyempurnakan sekelompok orang menjadi Tuhan yang lebih berkuasa dan Tuhan yang kurang berkuasa, bukankah itu akan menjadi kekacauan? Lagi pula, hal seperti itu hal yang mustahil dan tidak masuk akal—itu adalah gagasan konyol manusia. Tuhan menciptakan langit dan bumi dan seluruh isinya, dan kemudian Dia menciptakan manusia, agar manusia taat dan menyembah-Nya. Penciptaan manusia oleh Tuhan adalah tindakan yang paling bermakna. Tuhan hanya menciptakan manusia; Dia tidak menciptakan Tuhan. Tuhan bekerja dalam wujud inkarnasi, tetapi hal ini tidak sama dengan Dia menciptakan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan diri-Nya sendiri; Dia memiliki esensi-Nya sendiri, dan esensi-Nya tidak dapat diubah. Manusia tidak mengenal Tuhan, jadi mereka harus lebih banyak membaca firman Tuhan; manusia hanya dapat memahami kebenaran jika mereka sering mencarinya. Manusia tidak boleh berbicara omong kosong berdasarkan imajinasi mereka. Jika engkau memiliki sedikit pengalaman dengan firman Tuhan, dan hidup berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang sejati akan kebenaran, maka firman Tuhan akan berangsur menjadi hidupmu. Namun, engkau tetap tidak boleh berkata bahwa kebenaran adalah hidupmu atau bahwa apa yang kauungkapkan adalah kebenaran; jika itu adalah pendapatmu, engkau keliru. Jika engkau hanya memiliki pengalaman tertentu dengan satu aspek kebenaran tertentu, dapatkah ini dengan sendirinya merepresentasikan bahwa engkau memiliki kebenaran? Dapatkah ini dianggap sebagai memperoleh kebenaran? Dapatkah engkau menjelaskan kebenaran secara menyeluruh? Dapatkah engkau memahami watak Tuhan, dan apa yang Tuhan miliki dan siapa Dia, dari kebenaran? Jika efek ini tidak tercapai, ini membuktikan bahwa hanya mengalami aspek tertentu dari kebenaran tidak dapat dianggap benar-benar memahami kebenaran, atau mengenal Tuhan, terlebih lagi, tidak dapat dianggap telah memperoleh kebenaran. Semua orang memiliki pengalaman dengan hanya satu aspek dan ruang lingkup kebenaran; mereka mengalaminya dalam lingkup terbatas mereka sendiri, dan engkau tidak dapat menyentuh seluruh aspek kebenaran yang tak terhitung jumlahnya. Dapatkah orang hidup dalam makna asli kebenaran? Berapakah nilai pengalamanmu yang sedikit itu? Hanya sebutir pasir di pantai, setetes air di lautan. Oleh karena itu, betapapun berharganya pemahaman dan perasaan yang kauperoleh dari pengalamanmu itu, semuanya tetap tidak dapat dianggap sebagai kebenaran. Semuanya hanya bisa dikatakan sesuai dengan kebenaran. Kebenaran berasal dari Tuhan, dan makna terdalam dan kenyataan kebenaran mencakup rentang yang sangat luas, dan tak seorang pun dapat memahami atau menyanggahnya. Asalkan engkau memiliki pemahaman yang nyata tentang kebenaran dan tentang Tuhan, engkau akan memahami beberapa kebenaran; tak seorang pun akan mampu menyanggah pemahaman yang nyata ini, dan kesaksian yang berisi kenyataan kebenaran selamanya dapat dipertahankan. Tuhan memuji mereka yang memiliki kenyataan kebenaran. Asalkan engkau mengejar kebenaran, dan engkau dapat mengandalkan Tuhan untuk mengalami firman Tuhan dan dapat menerima kebenaran sebagai hidupmu di lingkungan apa pun engkau berada, maka engkau akan memiliki jalan, mampu bertahan hidup, dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Meskipun hal-hal kecil yang orang peroleh sesuai dengan kebenaran, tidak dapat dikatakan bahwa ini adalah kebenaran, terlebih lagi, tidak dapat dikatakan bahwa mereka telah memperoleh kebenaran. Sedikit terang yang telah orang dapatkan hanya cocok untuk diri mereka sendiri atau untuk orang lain dalam ruang lingkup tertentu, tetapi tidak akan cocok dalam ruang lingkup yang berbeda. Sedalam apa pun pengalaman seseorang, itu tetap sangat terbatas, dan pengalaman mereka tidak akan pernah mencapai kedalaman kebenaran. Terang seseorang dan pemahaman seseorang tidak pernah dapat dibandingkan dengan kebenaran.

Setelah orang sedikit mengalami firman Tuhan, memahami sedikit kebenaran dan sedikit kehendak Tuhan, setelah mereka memiliki sedikit pengetahuan tentang Tuhan, dan setelah watak mereka mengalami sedikit perubahan dan telah ditahirkan, tetap saja hanya dapat dikatakan bahwa mereka adalah manusia, manusia yang diciptakan, tetapi justru manusia normal seperti inilah yang ingin Tuhan dapatkan. Jadi, manusia seperti apakah dirimu? Ada orang-orang yang berkata, "Aku adalah orang yang memiliki kebenaran." Tidaklah tepat untuk mengatakan demikian. Engkau hanya dapat mengatakan, "Aku adalah orang yang telah dirusak oleh Iblis, dan yang telah mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Aku akhirnya memahami kebenaran, dan watakku yang rusak telah ditahirkan. Aku hanyalah orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan." Jika engkau berkata, "Aku adalah orang yang memiliki kebenaran. Aku telah mengalami semua firman Tuhan dan memahami semuanya. Aku tahu arti dari semua yang Tuhan firmankan, dan konteks serta situasi saat firman itu diucapkan. Aku tahu semuanya. Bukankah ini berarti aku memiliki kebenaran?" maka sekali lagi engkau salah. Sedikit mengalami firman Tuhan dan mendapatkan sedikit terang dari firman Tuhan tidak membuatmu menjadi orang yang memiliki kebenaran. Mereka yang hanya dapat memahami dan membahas beberapa doktrin bahkan lebih tidak memenuhi syarat untuk membuat pernyataan seperti itu. Orang harus memahami dengan jelas posisi apa yang harus diambil seseorang di hadapan Tuhan dan di hadapan kebenaran, apa itu manusia, apa itu kehidupan di dalam diri manusia, dan apa itu kehidupan Tuhan. Orang-orang harus memahami apa itu esensi manusia. Setelah mengalami pekerjaan Tuhan selama beberapa hari, dan memahami beberapa perkataan dan kalimat doktrin, beberapa orang merasa bahwa mereka memiliki kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang paling congkak, dan mereka sama sekali tidak bernalar. Penting untuk menganalisis hal ini agar orang mampu benar-benar mengenal diri mereka sendiri dan mengenal manusia, dan agar mereka mampu memahami apa yang dimaksud dengan manusia yang rusak, taraf apa yang mampu dicapai manusia setelah pada akhirnya mereka disempurnakan, dan apa cara yang tepat untuk menangani dan menyebut mereka. Orang harus mengetahui hal-hal ini dan tidak memanjakan diri dengan angan-angan. Akan lebih baik jika orang bersikap lebih realistis dalam cara mereka berperilaku, sehingga mereka akan sedikit lebih stabil. Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang selalu mengejar impian mereka sendiri dan selalu ingin hidup dalam kehidupan dan citra Tuhan. Apakah ini realistis? Orang selalu ingin memiliki kehidupan Tuhan—bukankah ini hal yang berbahaya? Ini adalah ambisi congkak manusia, dan ini sama seperti ambisi congkak Iblis. Ada orang yang, setelah bekerja di gereja selama beberapa waktu, mulai merenung, "Setelah si naga merah yang sangat besar jatuh dari kekuasaannya, haruskah kita menjadi raja dan memegang kekuasaan? Berapa banyak kota yang harus dikuasai oleh masing-masing kita?" Jika seseorang sampai bisa memikirkan hal-hal seperti ini, itu sangat mengerikan. Orang yang tidak memiliki pengalaman suka berbicara tentang doktrin dan memanjakan diri dalam fantasi. Dan saat mereka melakukannya, mereka bahkan merasa pintar, seolah-olah mereka telah memperoleh keberhasilan dalam iman mereka kepada Tuhan, seolah-olah mereka sedang hidup sebagai Kristus dan Tuhan. Mereka semua adalah murid-murid Paulus, dan mereka sedang menempuh jalan Paulus. Jika mereka tetap tidak bertobat, mereka semua akan menjadi antikristus dan menderita hukuman berat.

Kutipan 5

Mengenai firman yang Tuhan ucapkan ini, apakah ketika engkau mendengarnya engkau membandingkannya terhadap dirimu, atau engkau hanya mendengarkannya sebagai doktrin, memprosesnya dalam pikiranmu sampai engkau memahami apa artinya, dan hanya itu saja? Sikap dan niat seperti apakah yang kaumiliki saat mendengarnya? Jika engkau benar-benar memahami apa yang Tuhan firmankan—bahwa mereka yang tidak menerapkan kebenaran akan diusir; bahwa di mata Tuhan, mereka yang tidak menerapkan kebenaran bukanlah orang yang baik melainkan orang yang jahat—maka engkau harus merenungkan dirimu sendiri dan memeriksa manakah dari tindakanmu yang tidak menerapkan kebenaran, dan manakah dari cara-cara dan sikapmu yang di mata Tuhan dianggap sebagai perwujudan dirimu yang tidak menerapkan kebenaran. Pernahkah engkau berusaha memahami hal-hal ini? Pernahkah engkau merenungkan dirimu sendiri? Tidaklah cukup hanya membaca firman Tuhan sepintas lalu; engkau harus merenungkannya, merenungkan dirimu sendiri, dan membandingkan pemikiran dan tindakanmu dengan apa yang firman Tuhan singkapkan, dan memperoleh pengenalan akan dirimu sendiri—hanya dengan cara inilah engkau akan mampu benar-benar bertobat dan berubah. Jika engkau membaca firman Tuhan tetapi tidak merenungkannya dan tidak merenungkan dirimu sendiri, sebaliknya engkau hanya berfokus memahami doktrin, maka engkau tidak akan masuk ke dalam jalan masuk kehidupan dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, dan engkau juga tidak akan mengalami perubahan nyata. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk merenungkan dan mencari kebenaran, serta merenungkan dirimu sendiri saat membaca firman Tuhan. Apakah firman Tuhan itu? Firman Tuhan adalah kenyataan dari semua hal yang positif, firman Tuhan adalah kebenaran, firman Tuhan adalah jalan, firman Tuhan adalah hidup yang Tuhan karuniakan kepada manusia. Firman Tuhan bukanlah doktrin, bukan slogan, bukan semacam teori, juga bukan ilmu filosofi; sebaliknya firman Tuhan adalah kebenaran yang harus manusia pahami dan dapatkan, dan hidup yang harus manusia miliki. Jadi, firman Tuhan berkaitan erat dengan hidup manusia dan hidup itu sendiri, jalan yang harus manusia tempuh, serta kesudahan dan tempat tujuan manusia. Jika orang benar-benar memahami kebenaran dan telah memperoleh kebenaran, segala sesuatu tentang dirinya pun akan berubah. Jika orang tidak pernah mampu memahami kebenaran atau tidak hidup berdasarkan firman Tuhan, dia tidak mungkin mampu mengalami perubahan yang nyata ataupun mendapatkan perkenanan Tuhan. Kesudahan dan tempat tujuan yang akan orang itu peroleh hanyalah kebinasaan dan kehancuran. Sepenting itulah firman Tuhan dan kebenaran yang Tuhan ungkapkan bagi manusia. Jika engkau membaca firman Tuhan tetapi tidak merenungkannya, tidak merenungkan dirimu, ataupun menghubungkannya dengan masalah dan kesulitan nyatamu sendiri, maka satu-satunya yang bisa kaupahami hanyalah pemahaman yang dangkal, dan engkau tidak akan mungkin dapat memahami kebenaran ataupun memahami kehendak Tuhan. Oleh karena itu, engkau harus belajar bagaimana merenungkan firman Tuhan agar engkau dapat memahami kebenaran. Ini sangat penting. Ada banyak cara untuk merenungkan firman Tuhan: engkau dapat membacanya dalam hati dan berdoa di dalam hatimu, mencari pencerahan dan penerangan dari Roh Kudus; engkau juga dapat bersekutu dan mendoa-bacakan firman Tuhan bersama-sama orang yang mengejar kebenaran; dan tentu saja, engkau dapat menggabungkan persekutuan dan khotbah ke dalam perenunganmu untuk memperdalam pemahaman dan pengertianmu akan firman Tuhan. Caranya banyak dan beragam. Singkatnya, apabila dalam membaca firman Tuhan, orang ingin memperoleh pemahaman akan firman Tuhan, sangatlah penting untuk merenungkan dan mendoa-bacakan firman Tuhan. Tujuan mendoa-bacakan firman Tuhan bukanlah agar orang mampu mendeklamasikannya, juga bukan untuk menghafalkannya; sebaliknya, tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang akurat akan firman ini setelah mendoa-bacakan dan merenungkannya, dan untuk mengetahui makna dari firman yang Tuhan ucapkan ini, serta maksud-Nya. Tujuannya adalah untuk menemukan jalan penerapan di dalamnya, dan untuk menjaga agar orang tidak mengambil jalannya sendiri. Selain itu, tujuannya adalah agar orang mampu membedakan berbagai macam keadaan dan jenis-jenis orang yang disingkapkan dalam firman Tuhan, dan agar orang mampu memperlakukan setiap jenis orang sesuai dengan prinsip, dan sekaligus mencegah agar mereka tidak menyimpang. Setelah engkau belajar cara mendoa-bacakan dan merenungkan firman Tuhan, dan sering melakukannya, baru setelah itulah firman Tuhan dapat berakar di dalam hatimu dan menjadi hidupmu.

Kutipan 9

Mengenai Nuh, Abraham, dan Ayub, yang dicatat dalam Alkitab di Perjanjian Lama, apa sajakah ciri kemanusiaan mereka? Ciri kemanusiaan yang normal apa sajakah yang mereka miliki yang membuat Tuhan berkenan kepada mereka? (Mereka khususnya memiliki hati nurani dan nalar.) Benar sekali. Ayub hidup hingga usia yang sangat lanjut, dan Tuhan sama sekali tidak berbicara secara pribadi kepadanya, dan Tuhan pun tidak menampakkan diri secara pribadi di hadapannya, meski begitu Ayub mampu memahami dan merasakan semua yang Tuhan lakukan. Pada akhirnya, dia membuat sedikit rangkuman mengenai pengenalannya tentang Tuhan: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Apa maksud perkataan ini? Ini berarti: "Yahweh adalah Tuhan, Dialah sang Pencipta, Dia adalah Tuhanku, dan ketika Dia berfirman, sekalipun aku hanya memahami separuh firman-Nya, aku harus mendengarkannya dan mengikutinya dengan cermat." Hanya setelah pengenalan Ayub mencapai taraf ini, barulah Tuhan berkenan kepadanya. Ayub memiliki pengalaman dan pemahaman itu, dan dia juga mampu menerima serta tunduk pada ujian yang Tuhan berikan kepadanya. Semua ini dicapai karena dia memiliki hati nurani dan nalar manusia normal. Entah dia telah melihat Tuhan atau belum, apa pun yang telah Tuhan lakukan kepadanya, dan apakah Tuhan telah mengujinya atau menampakkan diri di hadapannya atau tidak, Ayub selalu yakin: "Yahweh adalah Tuhanku, dan aku harus mematuhi apa yang Tuhan perintahkan dan apa yang dikehendaki-Nya, entah aku memahaminya atau tidak; aku harus mengikuti jalan-Nya, dan aku harus mendengarkan serta menaati Dia." Dalam kitab Ayub dicatat bahwa anak-anak Ayub sering mengadakan pesta. Ayub tidak pernah menghadirinya, tetapi dia selalu berdoa dan mempersembahkan korban bakaran bagi mereka. Fakta bahwa Ayub sering melakukan ini membuktikan bahwa di dalam hatinya, Ayub tahu bahwa Tuhan membenci kegemaran manusia dalam hal makan, minum, dan bersenang-senang, serta kehidupan pesta pora. Di dalam hatinya, Ayub tahu bahwa ini adalah kebenaran, dan meskipun dia tidak mendengar Tuhan mengatakannya secara langsung, dia tahu inilah yang Tuhan maksudkan. Karena dia tahu apa yang Tuhan maksudkan, dia mampu mendengarkan dan menaati-Nya, dia selalu berpegang pada hal ini, dan dia tidak pernah ikut makan, minum, dan berpesta. Apakah Ayub memahami kebenaran? Tidak. Dia mampu melakukannya karena dia memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal. Selain hati nurani dan nalar, yang terpenting adalah dia memiliki iman yang sejati kepada Tuhan. Dari lubuk hatinya, dia mengakui bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, dan perkataan Sang Pencipta adalah kehendak Tuhan. Dalam istilah zaman sekarang, itu adalah kebenaran, perintah tertinggi, dan itulah yang harus manusia patuhi. Entah manusia mampu memahami maksud Tuhan atau tidak, atau hanya memahami beberapa firman yang diucapkan Tuhan, manusia harus menerima dan mematuhinya. Inilah tepatnya nalar yang harus manusia miliki. Ketika manusia memiliki nalar ini, akan lebih mudah untuk mematuhi firman Tuhan, menerapkan firman-Nya, dan menaati firman-Nya. Dengan melakukannya, tidak akan ada kesulitan, penderitaan, dan tentu saja tidak ada penghalang apa pun. Apakah Ayub memahami banyak kebenaran? Apakah dia mengenal Tuhan? Apakah dia mengetahui apa yang dimiliki Tuhan dan siapa Dia, atau watak dan esensi-Nya? Dibandingkan dengan orang zaman sekarang, Ayub tidak mengenal Tuhan, dan dia hanya memahami sedikit tentang Tuhan. Meski begitu, Ayub memiliki kemampuan untuk menerapkan semua yang dipahaminya. Setelah memahami sesuatu, dia selalu menaati dan mematuhinya. Inilah aspek kemanusiaan Ayub yang paling mulia, dan juga yang paling diremehkan orang. Mereka berpikir, "Bukankah Ayub sama sekali tidak menghadiri pesta? Bukankah dia secara rutin mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan? Dalam istilah zaman sekarang, bukankah dia hanya menahan diri untuk tidak memuaskan kenyamanan daging?" Ini hanyalah hal-hal yang lahiriah, tetapi jika engkau melihat watak, esensi, dan kemanusiaan Ayub di balik tindakan-tindakan ini, engkau akan memahami bahwa itu bukanlah perkara yang sederhana atau mudah untuk dicapai. Jika orang biasa tidak menghadiri pesta agar dapat menghemat uang, ini akan mudah untuk dicapai. Namun, Ayub adalah orang yang kaya di zaman itu. Orang kaya mana yang sengaja tidak menghadiri pesta? Jadi, mengapa Ayub mampu menahan diri untuk tidak menghadiri pesta? (Dia tahu bahwa Tuhan membenci hal itu. Dia mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.) Benar. Dalam hal takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, apa yang secara spesifik Ayub lakukan? Dia tahu bahwa segala sesuatu yang Tuhan benci adalah kejahatan, jadi dia mematuhi firman Tuhan, dan dia tidak mau melakukan apa pun yang Tuhan benci. Dia tidak mungkin akan melakukan hal-hal ini, apa pun yang orang katakan. Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Mengapa Ayub mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? Apa yang dia pikirkan di dalam hatinya? Bagaimana dia mampu untuk tidak melakukan hal-hal jahat ini? Ayub memiliki hati yang takut akan Tuhan. Apa maksudnya memiliki hati yang takut akan Tuhan? Ini berarti hatinya takut akan Tuhan, mampu menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung, dan ada tempat bagi Tuhan di dalam hatinya. Dia tidak takut bahwa Tuhan akan melihatnya, atau takut bahwa Tuhan akan marah. Sebaliknya, dalam hatinya, dia menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung, dia bersedia memuaskan Tuhan dan memegang teguh firman-Nya. Itulah alasannya Ayub mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Sekarang siapa pun bisa mengucapkan frasa "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan", tetapi mereka tidak tahu bagaimana Ayub melakukannya. Sebenarnya, Ayub memperlakukan "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan" sebagai hal paling mendasar dan penting dalam kepercayaan kepada Tuhan. Karena itulah dia mampu memegang teguh firman ini, seperti dia memegang teguh sebuah perintah. Dia mendengarkan firman Tuhan karena di dalam hatinya, dia menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung. Betapapun firman Tuhan kelihatannya sangat biasa saja di mata manusia, sekalipun itu hanyalah firman biasa, di dalam hati Ayub, firman ini berasal dari Tuhan yang Mahatinggi. Firman ini adalah firman yang terbesar dan terpenting. Sekalipun ini adalah firman yang diremehkan orang, selama firman ini berasal dari Tuhan, orang harus mematuhinya, sekalipun mereka diejek atau difitnah karenanya. Sekalipun mereka menghadapi kesukaran atau dianiaya, mereka harus memegang teguh firman-Nya sampai akhir dan tidak boleh melepaskan firman. Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan. Engkau harus memegang teguh setiap firman yang Tuhan tuntut terhadap manusia. Tidak masalah jika engkau tidak tahu apa yang dilarang atau dibenci Tuhan, tetapi jika engkau tahu, maka engkau seharusnya mampu untuk sama sekali tidak melakukan hal-hal itu. Engkau seharusnya mampu berteguh, sekalipun ditinggalkan keluargamu, diejek orang tidak percaya, atau ditertawakan dan dicemooh teman dekatmu. Mengapa engkau harus berteguh? Dari mana engkau mulai melakukannya? Apa yang menjadi prinsip-prinsipmu? "Aku harus memegang teguh firman Tuhan dan bertindak berdasarkan kehendak-Nya. Aku akan dengan teguh melakukan apa yang Tuhan sukai, dan dengan tegas menjauhi apa yang Dia benci. Jika aku tidak mengetahui kehendak Tuhan, itu tidak masalah. Namun, jika aku mengetahui dan memahami kehendak-Nya, aku akan dengan teguh mendengarkan dan menaati firman-Nya. Tak seorang pun akan mampu menghalangiku, dan aku tidak akan ragu, sekalipun dunia akan berakhir." Inilah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.

Prasyarat agar orang mampu menjauhi kejahatan adalah memiliki hati yang takut akan Tuhan. Bagaimana cara membentuk hati yang takut akan Tuhan? Dengan menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung. Apa maksudnya menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung? Maksudnya adalah orang tahu bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu dan hati mereka takut akan Tuhan. Sebagai hasilnya, mereka mampu menggunakan firman Tuhan saat menilai situasi apa pun dan menggunakan firman Tuhan sebagai standar dan patokan. Inilah yang dimaksud dengan menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung. Sederhananya, menghormati Tuhan di dalam hatimu sebagai Pribadi yang Agung artinya memiliki Tuhan di dalam hatimu, hatimu tertuju pada Tuhan, tidak melupakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kaulakukan dan berusaha tidak bertindak sendiri, melainkan membiarkan Tuhan yang mengambil kendali. Dalam segala hal, engkau berpikir, "Aku percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia. Aku hanyalah makhluk ciptaan kecil yang telah dipilih Tuhan. Aku seharusnya membuang pandangan, saran, dan keputusan yang berasal dari keinginanku sendiri, serta membiarkan Tuhan menjadi Majikanku. Tuhan adalah Tuanku, batu karangku, dan terang bersinar yang menuntunku dalam segala sesuatu yang kulakukan. Aku harus melakukan segala sesuatu berdasarkan firman dan kehendak Tuhan, bukannya mendahulukan kepentinganku sendiri." Inilah yang dimaksud dengan memiliki Tuhan di dalam hatimu. Saat engkau ingin melakukan sesuatu, jangan bertindak dengan impulsif atau gegabah. Renungkan terlebih dahulu apa yang firman Tuhan katakan, apakah Tuhan akan merasa jijik terhadap tindakanmu, dan apakah tindakanmu sejalan dengan kehendak-Nya atau tidak. Di dalam hatimu, tanyakan terlebih dahulu dirimu, pikirkan, dan renungkan. Jangan gegabah. Gegabah berarti bertindak dengan impulsif, didorong oleh tindakan yang tidak dipikir terlebih dahulu dan oleh keinginan manusia. Jika engkau selalu gegabah dan impulsif, itu memperlihatkan bahwa Tuhan tidak ada di dalam hatimu. Jadi, jika engkau berkata engkau menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung, bukankah itu omong kosong? Di manakah kenyataanmu? Engkau tidak memiliki kenyataan, dan engkau tidak bisa menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung. Engkau bertindak seolah engkaulah majikan atas segalanya, bertindak sesuka hati pada setiap kesempatan. Dan jika itulah yang terjadi, jika engkau mengaku memiliki hati yang takut akan Tuhan, bukankan itu omong kosong? Engkau sedang menipu orang dengan perkataan tersebut. Jika seseorang memiliki hati yang takut akan Tuhan, bagaimana sebenarnya hal itu diwujudkan? Dengan menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung. Wujud nyata dari menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung adalah Tuhan memiliki tempat yang paling utama di dalam hati mereka. Mereka mengizinkan Tuhan memegang otoritas dan menjadi Majikan di hati mereka. Ketika sesuatu terjadi, mereka memiliki hati yang taat kepada Tuhan. Mereka tidak gegabah, tidak impulsif, dan tidak bertindak terburu-buru. Namun sebaliknya, mereka mampu menghadapinya dengan tenang, dan menenangkan diri di hadapan Tuhan untuk mencari prinsip kebenaran. Entah engkau bertindak berdasarkan firman Tuhan atau keinginanmu sendiri, dan entah engkau membiarkan keinginanmu atau firman Tuhan yang memegang kendali, itu bergantung pada apakah Tuhan ada di dalam hatimu atau tidak. Engkau berkata Tuhan ada di dalam hatimu, tetapi ketika sesuatu terjadi, engkau bertindak tanpa berpikir, membuat keputusan sendiri, dan mengesampingkan Tuhan. Apakah itu wujud dari hati yang memiliki Tuhan? Ada orang-orang yang bisa berdoa kepada Tuhan ketika sesuatu terjadi, tetapi setelah berdoa, mereka masih terus merenung, dan berpikir, "Kurasa, inilah yang harus kulakukan. Kurasa, itulah yang harus kulakukan." Engkau selalu mengikuti keinginanmu sendiri dan tidak mendengarkan orang lain, bagaimanapun mereka menyampaikan persekutuan kepadamu. Bukankah ini wujud dari tidak adanya hati yang takut akan Tuhan? Karena engkau tidak mencari prinsip kebenaran dan tidak menerapkan kebenaran, saat engkau berkata engkau menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung, itu hanyalah perkataan kosong. Orang yang tidak memiliki Tuhan di dalam hatinya dan tidak mampu menghormati Tuhan sebagai Pribadi yang Agung adalah orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Orang yang tidak mampu mencari kebenaran saat sesuatu terjadi, dan tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, semuanya adalah orang yang tidak memiliki hati nurani dan nalar. Jika orang benar-benar memiliki hati nurani dan nalar, saat sesuatu terjadi, mereka pasti akan mampu mencari kebenaran. Mereka terlebih dahulu harus berpikir, "Aku percaya kepada Tuhan. Aku datang untuk mencari keselamatan dari Tuhan. Karena aku memiliki watak yang rusak, aku selalu menganggap diriku sebagai penentu keputusan dalam apa pun yang kulakukan, aku selalu menentang kehendak Tuhan. Aku harus bertobat. Aku tidak boleh terus memberontak terhadap Tuhan seperti ini. Aku harus belajar caranya tunduk kepada Tuhan. Aku harus mencari apa yang firman Tuhan katakan dan prinsip kebenaran." Inilah pemikiran dan keinginan yang muncul dari nalar orang yang memiliki kemanusiaan yang normal. Inilah prinsip dan sikap yang harus kaugunakan dalam melakukan segala sesuatu. Jika engkau memiliki nalar kemanusiaan yang normal, engkau akan memiliki sikap ini. Jika engkau tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal, engkau tidak akan memiliki sikap ini. Itulah sebabnya, sangatlah penting untuk memiliki nalar kemanusiaan yang normal. Itu berkaitan langsung dengan orang memahami kebenaran dan memperoleh keselamatan.

Sebelumnya: Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang

Selanjutnya: Firman tentang Mencari dan Menerapkan Kebenaran

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini