Cara Mengejar Kebenaran (4)
Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, pernahkah engkau semua merasa bahwa orang-orang dan hal-hal di sekitarmu, serta situasi di dunia luar terus-menerus berubah? Terutama dalam beberapa tahun terakhir ini, pernahkah engkau melihat terjadinya perubahan-perubahan yang besar? (Ya.) Engkau telah melihatnya. Dan apa yang kausimpulkan mengenai hal ini? (Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir.) Benar, pekerjaan Tuhan memang akan segera berakhir, dan orang-orang, peristiwa, hal-hal, dan lingkungan di sekitarmu berada dalam keadaan yang terus-menerus berubah. Sebagai contoh, tadinya ada sepuluh orang di kelompok ini, sekarang tersisa delapan orang. Apa yang terjadi dengan kedua orang itu? Seorang dari mereka diusir, dan seorang lagi digantikan dalam tugasnya. Segala macam orang di gereja terus mengalami perubahan dan terus disingkapkan. Awalnya, ada orang-orang yang tampak sangat bersemangat, tetapi tak lama kemudian, mereka tiba-tiba menjadi lemah dan sangat negatif sehingga tak mampu melanjutkan. Semangat, energi mereka yang membara, dan apa yang mereka sebut kesetiaan yang mereka miliki pada awalnya, semuanya itu telah lenyap, tekad mereka untuk menanggung penderitaan telah hilang, mereka sama sekali tidak tertarik lagi untuk percaya kepada Tuhan, dan mereka tiba-tiba tampak menjadi orang yang sama sekali berbeda, dan tak seorang pun tahu apa sebabnya. Lingkungan juga terus-menerus mengalami perubahan. Perubahan apa yang sedang terjadi di lingkungan manusia? Ada tempat-tempat yang lingkungannya tidak bersahabat dan penganiayaan sangat parah, sehingga orang-orang tidak dapat lagi berkumpul atau berhubungan dengan saudara-saudari mereka; ada tempat-tempat yang lingkungannya agak lebih baik dan lebih aman; ada tempat-tempat dengan lingkungan untuk orang melaksanakan tugas mereka yang kondisi kehidupannya agak lebih menguntungkan, lebih tenang, dan lebih stabil dibandingkan tempat mereka sebelumnya, dan orang-orang yang ada di sana sekarang jauh lebih baik dibandingkan orang-orang yang ada di tempat mereka sebelumnya; mereka semua dengan sungguh-sungguh mengorbankan diri bagi Tuhan, ada lebih banyak orang yang mampu menanggung penderitaan dan membayar harga, semua proyek pekerjaan berjalan lancar, kemajuan pekerjaan berlangsung lebih efisien dan hasil serta dampak yang terlihat lebih optimistis dan memuaskan. Selain itu, rencana, bentuk, serta cara dan metode pelaksanaan proyek pekerjaan terus ditingkatkan. Singkatnya, sekalipun orang melihat bahwa segala macam orang, peristiwa dan hal-hal yang salah dan negatif terus bermunculan, tentu saja, segala macam orang, peristiwa, dan hal-hal yang positif pun terus bermunculan. Ketika orang hidup di lingkungan sosial seperti itu, dengan adanya berbagai hal positif dan negatif yang terus bermunculan silih berganti dan berubah di sekitar mereka, sebenarnya, orang-orang yang pada akhirnya mendapatkan manfaat adalah mereka yang sangat merindukan Tuhan, mengejar kebenaran, dan mendambakan kebenaran. Mereka adalah orang-orang yang mendambakan terang dan keadilan, sedangkan mereka yang tidak mengejar kebenaran, yang membiarkan dirinya dikuasai oleh kejahatan dan merasa muak akan kebenaran, mereka akan disingkapkan, disingkirkan, dan ditinggalkan ketika berhubungan dengan berbagai orang, peristiwa, hal-hal dan lingkungan. Dengan disingkapkannya segala macam lingkungan, orang, dan peristiwa ini, dan dengan terus bermunculannya lingkungan, orang dan peristiwa yang baru, apa maksud Tuhan melalui semua ini? Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, apakah engkau semua memiliki pemahaman mengenai hal ini? Setidaknya, apakah engkau merasa bahwa Tuhanlah yang mengatur semua ini, dan bahwa Tuhanlah yang selalu menata semua ini? (Ya.) Tujuan dan maksud Tuhan melakukan semua ini adalah untuk memampukan mereka yang mengikuti Dia untuk memetik pelajaran, bertumbuh dalam wawasan dan pengalaman mereka, dan dengan demikian mereka akan secara berangsur masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Sudahkah engkau sendiri mencapai tujuan ini? Sesibuk apa pun orang dengan pekerjaan mereka atau betapapun menguntungkannya atau tidak bersahabatnya lingkungan mereka, tujuan kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah untuk mengejar kebenaran tanpa berubah. Orang tidak boleh lupa untuk mengejar kebenaran karena sibuk dengan pekerjaan, sibuk dengan berbagai hal, atau karena mereka ingin menghindari lingkungan yang tidak bersahabat, atau lupa bahwa semua keadaan ini diatur oleh Tuhan, atau lupa bahwa maksud Tuhan adalah agar mereka memetik pelajaran dalam berbagai situasi ini, agar mereka belajar memahami yang sebenarnya tentang segala macam orang, peristiwa dan hal-hal, memahami kebenaran, bertumbuh dalam wawasan mereka dan mengenal Tuhan. Engkau semua harus dengan saksama menyimpulkan apakah engkau telah mencapai hal-hal ini.
Pekerjaan gereja sangat sibuk dalam beberapa tahun terakhir ini, sehingga pemindahan dan penugasan ulang, serta penyingkapan, penyingkiran, dan pembersihan anggota di setiap kelompok relatif sering dilakukan. Selama proses dilaksanakannya pekerjaan ini, pemindahan anggota tim sudah sangat sering dilakukan dan cakupannya luas. Namun, sebanyak apa pun pemindahan dilakukan atau sebanyak apa pun perubahan yang terjadi, tekad untuk mengejar kebenaran dalam diri mereka yang sungguh-sungguh percaya dan mendambakan Tuhan tidak berubah, harapan mereka untuk memperoleh keselamatan tidak berubah, kepercayaan mereka kepada Tuhan tidak berkurang, dan mereka selalu berkembang ke arah yang baik dan terus bertekun dalam melaksanakan tugas mereka sampai hari ini. Ada orang-orang yang bahkan jauh lebih baik daripada ini, yang, setelah mengalami penugasan ulang yang terus-menerus, menemukan tempat mereka yang tepat, belajar bagaimana mencari prinsip-prinsip dalam tugas mereka. Sedangkan mereka yang tidak mengejar kebenaran, yang tidak mencintai hal-hal positif dan yang merasa muak akan kebenaran, mereka tidak melaksanakan tugas dengan baik. Ada orang-orang yang saat ini memaksakan diri untuk terus melaksanakan tugas mereka, padahal sebenarnya, keadaan batin mereka sudah sangat kacau, dan mereka benar-benar merasa depresi dan negatif. Namun, mereka masih belum meninggalkan gereja, dan mereka tampak seolah-olah percaya kepada Tuhan dan masih terus melaksanakan tugas mereka, padahal sebenarnya, hati mereka telah berubah, dan mereka telah menjauh dari Tuhan dan meninggalkan-Nya. Ada orang-orang yang menikah dan kembali ke rumah untuk menjalani kehidupan mereka, berkata, "Aku tidak boleh menyia-nyiakan masa mudaku. Kita muda hanya sekali, dan aku sama sekali tidak boleh menyia-nyiakan masa mudaku! Di hatiku, aku percaya bahwa tuhan itu ada, tetapi aku tak boleh sebodoh dirimu, mengorbankan masa mudaku untuk mengejar kebenaran. Sudah seharusnya aku menikah dan menjalani hidupku. Hidup ini singkat, dan kita muda hanya selama beberapa tahun. Hidup ini akan berakhir dalam sekejap mata. Aku benar-benar tidak boleh menyia-nyiakan masa mudaku di sini. Sebelum masa mudaku berlalu, aku masih dapat menjalani kehidupan yang bebas dan penuh kebahagiaan selama beberapa tahun lagi." Ada orang-orang yang terus mengejar impian mereka untuk menjadi kaya; ada yang terus mengejar karier untuk menjadi pegawai negeri dan mewujudkan impian mereka untuk menjadi pejabat atau birokrat; ada yang mengejar kemakmuran dengan memiliki banyak anak, jadi mereka mengambil istri yang mampu melahirkan anak-anak lelaki bagi mereka; ada orang-orang yang diburu karena kepercayaan mereka kepada Tuhan, dianiaya selama bertahun-tahun sampai mereka menjadi lemah dan sakit, dan kemudian mereka meninggalkan tugas mereka dan kembali ke rumah untuk menjalani tahun-tahun mereka yang tersisa. Situasi setiap orang berbeda. Ada orang-orang yang keluar atas kemauan mereka sendiri dan meminta agar nama mereka dihapuskan dari daftar, ada para pengikut yang bukan orang percaya yang dikeluarkan, dan ada orang-orang yang melakukan segala macam kejahatan dan diusir. Apa sebenarnya yang ada dalam diri semua orang ini? Apakah esensi mereka? Sudahkah engkau semua mengetahui yang sebenarnya mengenai orang-orang ini? Apakah engkau merasa sangat tersentuh setiap kali kisah orang-orang ini terdengar sampai ke telingamu? Engkau mungkin berpikir, "Bagaimana mereka bisa berakhir seperti ini? Mengapa mereka terjerumus seperti ini? Mereka tidak seperti ini sebelumnya, mereka luar biasa, jadi mengapa mereka bisa berubah begitu cepat?" Hal-hal ini sulit kaumengerti atau kaupahami sebanyak apa pun engkau merenungkannya. Setelah memikirkannya selama beberapa waktu, engkau berpikir, "Orang ini tidak mencintai hal-hal positif; dia adalah pengikut yang bukan orang percaya." Setelah beberapa waktu, hal-hal yang orang-orang ini lakukan, pelaksanaan tugas mereka, perilaku mereka, beberapa perkataan dan pernyataan mereka, dan pengejaran mereka, memudar dalam pikiranmu sendiri atau dalam kesadaran orang-orang, dan setelah itu engkau melupakan hal-hal ini, dan sedikit demi sedikit perasaanmu tentang mereka hilang. Ketika orang-orang, peristiwa, atau hal-hal seperti itu muncul kembali, engkau kembali berpikir, "Oh, benar-benar tak terpikirkan! Bagaimana mereka bisa seperti ini? Mereka tidak seperti ini sebelumnya. Aku benar-benar tidak mengerti." Engkau kembali merasakan hal yang sama dan engkau memiliki pemahaman yang sama. Katakan kepada-Ku, apakah sangat disayangkan bahwa orang-orang ini telah disingkapkan dan disingkirkan? (Tidak.) Apakah engkau semua tidak merindukan orang-orang ini? (Tidak.) Apakah engkau tidak membela orang-orang ini untuk mempertahankan mereka? (Tidak.) Berarti engkau semua pasti sangat kejam. Mengapa engkau semua bisa begitu tidak bersimpati? Mereka telah meninggalkan gereja; mengapa engkau tidak membela mereka untuk mempertahankan mereka, dan bersimpati atau berbelas kasihan terhadap mereka? Mengapa engkau tidak kasihan kepada mereka? Apakah hanya karena engkau tidak mampu untuk bersimpati? Apakah engkau kejam? (Tidak.) Katakan kepada-Ku, apakah ini cara yang tepat bagi rumah Tuhan untuk menangani orang-orang semacam itu? (Ya.) Mengapa ini cara yang tepat? Katakan kepada-Ku. (Orang-orang ini telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan telah mendengar begitu banyak kebenaran, jadi jika mereka sampai berperilaku seperti itu sekarang dan mengkhianati serta meninggalkan Tuhan, itu memperlihatkan bahwa mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya yang tidak patut kita kasihani dan tidak patut kita rindukan.) Jadi, ketika mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka sangat bersemangat, mereka melepaskan keluarga mereka, pekerjaan mereka, dan sering kali memberi persembahan dan mengambil pekerjaan yang berisiko demi rumah Tuhan. Bagaimanapun engkau memandang mereka, mereka semua dengan sungguh-sungguh mengorbankan diri mereka bagi Tuhan. Jadi, mengapa mereka berubah sekarang? Apakah karena Tuhan tidak menyukai mereka dan sejak awal hanya memanfaatkan mereka? (Tidak.) Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil dan setara dan memberi kesempatan kepada semua orang. Mereka semua menjalani kehidupan bergereja, makan dan minum firman Tuhan, dan hidup dengan dibekali, disirami, dan digembalakan oleh Tuhan, jadi mengapa mereka bisa berubah sedrastis itu? Perilaku mereka saat mereka mulai percaya kepada Tuhan dan perilaku mereka pada saat mereka meninggalkan gereja bagaikan perilaku dua orang yang berbeda. Apakah Tuhan yang telah menyebabkan mereka kehilangan harapan? Apakah rumah Tuhan atau perbuatan Tuhan yang telah menyebabkan mereka merasa sangat kecewa? Apakah Tuhan, firman yang Tuhan ucapkan, atau pekerjaan Tuhan yang telah melukai martabat mereka? (Tidak.) Jadi, apa penyebabnya? Siapa yang dapat menjelaskan hal ini? (Menurutku orang-orang ini mulai percaya kepada Tuhan karena mereka sangat menginginkan berkat. Mereka percaya kepada Tuhan hanya untuk menerima berkat. Begitu mereka melihat bahwa tidak ada harapan bagi mereka untuk menerima berkat, mereka pun meninggalkan Tuhan.) Bukankah ada berkat tepat di hadapan mereka? Belum waktunya bagi mereka untuk berhenti melaksanakan tugas, jadi untuk apa mereka terburu-buru seperti itu? Mengapa mereka bahkan tidak dapat memahami hal ini? (Tuhan, menurutku, ketika orang-orang ini mulai percaya kepada Tuhan, mereka mengandalkan semangat dan niat baik mereka, dan mereka mampu melakukan beberapa hal, tetapi sekarang rumah Tuhan makin serius dalam memperlakukan semua pekerjaannya. Orang-orang dituntut untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Namun orang-orang ini tidak menerima kebenaran, mereka menjadi tak terkendali, melakukan apa pun sekehendak hati mereka saat melaksanakan tugas mereka, dan mereka sering dipangkas. Jadi, mereka makin merasa bahwa mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya, sampai akhirnya mereka meninggalkan rumah Tuhan. Menurutku ini adalah salah satu penyebabnya.) Mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya—apakah jawaban ini benar? (Ya.) Mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya—ini dikatakan mengenai orang-orang yang selalu bersikap asal-asalan. Ada orang-orang yang mulai percaya kepada Tuhan, yang tidak bersikap asal-asalan, yang sangat bersungguh-sungguh, yang memperlakukan hal ini dengan sangat serius, lalu mengapa mereka tidak terus bertahan? (Karena, pada dasarnya, orang-orang ini tidak mencintai kebenaran. Mereka mulai percaya kepada Tuhan untuk menerima berkat. Mereka melihat bahwa rumah Tuhan selalu membahas tentang kebenaran, dan mereka merasa muak dan menentang kebenaran, dan mereka menjadi makin tak ingin menghadiri pertemuan dan mendengarkan khotbah, dan dengan cara inilah mereka tersingkap.) Ini adalah salah satu situasinya, dan ada banyak orang yang seperti ini. Ada juga orang-orang yang selalu melaksanakan tugas mereka dengan sembarangan, yang tidak pernah melaksanakan tugas mereka dengan baik atau tidak mau bertanggung jawab atas tugas mereka, apa pun tugas tersebut. Bukan karena mereka tidak mampu atau karena kualitas mereka tidak memadai untuk tugas tersebut, melainkan karena mereka tidak taat dan mereka tidak melakukan segala sesuatu sesuai dengan tuntutan rumah Tuhan. Mereka selalu berbuat sekehendak hati mereka, sampai akhirnya mereka menyebabkan kekacauan dan gangguan karena menjadi tidak terkendali dan berbuat sesuka hati mereka. Mereka tidak bertobat bagaimanapun mereka dipangkas, sehingga pada akhirnya mereka diusir. Orang-orang yang diusir ini memiliki watak yang sangat menjijikkan dan kemanusiaan yang congkak. Di mana pun mereka berada, mereka ingin menjadi penentu keputusan, mereka memandang rendah semua orang dan mereka bertindak sewenang-wenang, sampai akhirnya mereka diusir. Ada orang-orang yang setelah digantikan dan disingkirkan, mereka merasa tidak ada yang berjalan lancar bagi mereka di mana pun mereka berada, dan tidak ada lagi yang menghargai mereka atau memperhatikan mereka. Tidak ada lagi yang menghormati mereka, mereka tidak dapat lagi menjadi penentu keputusan, mereka tidak dapat memperoleh apa yang mereka inginkan, dan tidak ada harapan bagi mereka untuk memperoleh status, apalagi menerima berkat. Karena merasa tidak ada lagi harapan bagi mereka untuk bersikap asal-asalan di gereja, mereka merasa tidak lagi tertarik, sehingga mereka memilih untuk meninggalkannya—ada banyak orang yang seperti ini.
Ada juga orang-orang yang alasannya meninggalkan gereja adalah sama dengan alasan kebanyakan orang yang disingkirkan. Sekalipun orang-orang ini sudah lama percaya kepada Tuhan, yang secara pribadi mereka alami dan lihat di rumah Tuhan adalah bahwa selama pertemuan di rumah Tuhan, orang selalu membaca firman Tuhan dan mempersekutukan kebenaran, selalu membahas tentang mengenal diri sendiri, menerapkan kebenaran, menerima penghakiman dan hajaran, menerima pemangkasan, melaksanakan tugas berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, membahas tentang perubahan watak dan menyingkirkan watak yang rusak. Konten pekerjaan yang Tuhan lakukan—baik yang dipersekutukan dalam kehidupan bergereja, maupun topik yang dibahas dalam khotbah dan persekutuan yang disampaikan oleh Yang di Atas—semuanya itu adalah kebenaran, semuanya adalah firman Tuhan, dan semuanya positif. Namun, orang-orang ini sama sekali tidak menerima kebenaran. Sejak awal mereka percaya kepada Tuhan, tujuan mereka adalah untuk menerima berkat dan mendapatkan keuntungan. Dilihat dari esensi natur mereka, mereka bukan saja tidak mencintai hal-hal positif atau kebenaran, tetapi yang jauh lebih serius dari itu, mereka sangat muak dan memusuhi hal-hal yang positif dan kebenaran. Itulah sebabnya, makin banyak rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran, makin banyak rumah Tuhan membahas tentang menerapkan kebenaran, tentang mengejar kebenaran dan melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip, makin orang-orang ini merasakan kegelisahan dan merasa muak di lubuk hati mereka, dan makin mereka tidak ingin mendengarnya. Katakan kepada-Ku, apa yang ingin didengar oleh orang-orang ini? Tahukah engkau? (Mereka senang mendengarkan topik tentang tempat tujuan dan menerima berkat, dan tentang pekerjaan pengabaran Injil yang mencapai tingkat yang belum pernah dicapai sebelumnya.) Inilah beberapa hal yang ingin mereka dengar. Mereka juga senang meneriakkan slogan, mengkhotbahkan doktrin, dan membahas tentang teologi, teori, dan misteri. Terkadang mereka membahas tentang kapan pekerjaan Tuhan akan berakhir, kapan bencana besar akan menimpa, seperti apa tempat tujuan masa depan manusia, bagaimana kekuatan jahat akan dihancurkan secara bertahap ketika bencana datang, bagaimana Tuhan akan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat, dan bagaimana kekuatan dan skala rumah Tuhan akan terus meluas dan bertumbuh, dan juga tentang bagaimana mereka akan berjalan berkeliling untuk memamerkan diri. Selain itu, hal yang terpenting bagi mereka adalah bahwa mereka akan selalu dipromosikan dan dipakai di rumah Tuhan. Dengan demikian, mereka akan dapat bersikap asal-asalan di rumah Tuhan selama beberapa waktu, tetapi, selagi mereka bekerja dengan asal-asalan seperti itu, tak satu pun pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan atau rumah Tuhan yang sesuai dengan keinginan mereka, dan semua yang mereka dengar dan lihat adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran. Oleh karena itulah, di dalam hatinya, mereka sangat muak akan kehidupan bergereja; mereka merasa tidak tertarik, merasa gelisah, tak mampu tetap tinggal, dan merasa tersiksa karenanya. Ada orang-orang yang mencari-cari alasan dan dalih serta mencari cara untuk meninggalkan gereja, dengan berkata, "Aku akan melakukan kejahatan tertentu, melampiaskan kenegatifan, dan melakukan sesuatu yang buruk. Dengan demikian gereja akan mengeluarkan dan mengusirku, jadi jika aku meninggalkan gereja, itu sepenuhnya dapat dibenarkan." Lalu, ada juga orang-orang mengembalikan buku-buku firman Tuhan milik mereka dan mengemasi barang-barang mereka dan langsung pergi saat mengurus surat izin masuk ke luar negeri, bahkan tanpa mengucapkan selamat tinggal. Orang-orang ini seperti bandit dan pelacur, dan mereka tidak melakukan segala sesuatu dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh orang normal. Apa yang dipikirkan oleh para wanita berbudi luhur dan orang normal dan apa yang mereka bahas ketika berada bersama orang lain adalah hal-hal serius tentang bagaimana menjalani hidup ini. Bagaimana menjalani kehidupan yang baik, bagaimana agar seluruh keluarga dapat makan dengan baik, mengenakan pakaian yang sopan dan memiliki tempat tinggal yang baik, bagaimana membesarkan anak-anak hingga bertumbuh dewasa, dan bagaimana membuat anak-anak mereka mengikuti jalan yang benar—inilah hal-hal yang mereka pikirkan. Sedangkan para bandit dan pelacur itu, mereka tidak pernah memikirkan hal-hal ini. Jika engkau membicarakan hal-hal yang pantas ini dengan mereka, mereka akan merasa jengkel terhadapmu, mereka akan membencimu dan menjauhkan diri darimu. Jadi, apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka selalu memikirkan tentang makan, minum, dan berpesta? (Ya.) Mereka selalu memikirkan tentang makan, minum, dan berpesta, dan tentang hal-hal yang berkaitan dengan hawa nafsu. Ketika mereka membicarakan hal-hal ini dengan orang normal, orang normal tidak akan menanggapinya; orang normal tidak seperti mereka, bahasa mereka tidak sama, cara berpikir mereka tidak sama. Hal-hal yang dibicarakan oleh orang normal tidak ada di dalam hati mereka, mereka tidak dapat menoleransi semua itu, dan mereka tidak ingin mendengarnya. Menurut mereka hidup dengan cara seperti itu berarti melakukan kesalahan besar pada diri mereka sendiri dan membuat hidup mereka terbelenggu, tanpa kebebasan sama sekali. Menurut mereka, selalu berpakaian indah untuk menggoda lawan jenis adalah cara hidup yang menyenangkan dan tanpa beban—bagi mereka seperti inilah kehidupan yang sempurna itu! Orang-orang yang meninggalkan gereja ini merasa iri terhadap kehidupan orang-orang tidak percaya, iri akan kenikmatan dosa, dan menurut mereka, menghabiskan hari-hari mereka untuk hidup dengan cara yang dilakukan orang-orang tidak percaya adalah satu-satunya cara agar dapat menjalani kehidupan yang menyenangkan dan bahagia, dan satu-satunya cara untuk hidup tanpa mengecewakan diri mereka sendiri. Para pengikut yang bukan orang percaya ini, sama halnya dengan para bandit dan pelacur, tidak memiliki kemanusiaan yang normal dan mereka bukan orang-orang yang normal. Jika engkau meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang positif, mereka pasti akan menolaknya karena di lubuk hati mereka dan di dalam esensi natur mereka, mereka tidak mencintai hal-hal positif dan merasa muak akan kebenaran. Hal-hal apa yang mereka lakukan? Apa yang mereka lakukan di gereja, di antara saudara-saudari, dan dalam pelaksanaan tugas mereka? Mereka melaksanakan tugas mereka dengan asal-asalan, mereka membahas teori-teori yang terdengar muluk, selalu meneriakkan slogan tetapi mereka sebenarnya tidak melakukan apa pun—seperti inilah perilaku normal mereka. Mereka tidak pernah mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas mereka, mereka selalu bertindak seenaknya dan hanya bersikap asal-asalan, melakukan segala sesuatu hanya untuk dilihat orang lain, sembari memperebutkan gengsi dan keuntungan di antara orang lain. Orang-orang jahat ini juga menyebabkan orang lain menderita dan menindas mereka, dan di mana pun orang-orang jahat ini berada, tidak ada kedamaian dan ketenangan—hanya ada kekacauan. Jika orang-orang jahat ini memimpin, pekerjaan bukan saja tidak akan berjalan dengan efisien, tetapi juga akan menjadi lumpuh; jika orang-orang jahat ini mengendalikan gereja, orang-orang baik akan ditindas, gereja akan menjadi sangat kacau, iman umat pilihan Tuhan akan menjadi suam-suam kuku, dan mereka akan menjadi negatif dan lemah. Di mana pun orang jahat berada, mereka memainkan peran yang mengganggu dan merusak. Yang paling jelas diwujudkan oleh orang-orang jahat adalah keengganan mereka untuk melaksanakan tugas mereka. Sekalipun mereka melaksanakan tugas, mereka melakukannya dengan seenaknya dan tidak pernah memperlakukan tugas dengan serius, mereka juga mengganggu orang lain dalam pelaksanaan tugas mereka. Ada satu hal lagi yang perlu Kusampaikan, yaitu bahwa orang-orang jahat tidak pernah membaca firman Tuhan, tidak pernah berdoa, tidak pernah mempersekutukan kebenaran dengan orang lain, dan mereka bahkan tidak pernah membuka buku-buku firman Tuhan mereka. Ada orang-orang yang memberikan pernyataan yang munafik untuk membela orang-orang jahat itu, dengan berkata, "Meskipun mereka tidak membaca firman Tuhan, mereka masih mendengarkan khotbah." Namun, apakah mereka memahaminya? Mereka sama sekali tidak mendengarkannya dengan sungguh-sungguh, mereka tidak pernah menonton video dan film yang diproduksi oleh rumah Tuhan, mereka tidak mendengarkan lagu pujian, mereka tidak mendengarkan kesaksian pengalaman, dan mereka tidak mendengarkan rekaman khotbah. Di pertemuan, mereka mengantuk, bahkan ada yang bermain-main dengan ponsel mereka dan menonton acara-acara hiburan, dan ada juga yang menonton film-film dewasa. Semua yang mereka lakukan sepanjang hari tidak ada kaitannya dengan kepercayaan kepada Tuhan atau dengan mengejar kebenaran. Karena rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran dengan makin mendetail, rasa muak mereka akan kebenaran dan hal-hal positif menjadi makin jelas. Mereka merasa gelisah dan, selama batas waktu yang dapat mereka toleransi, mereka tak dapat melihat tempat tujuan yang indah, kesudahan yang baik, dan bencana dahsyat yang sangat mereka rindukan, dan mereka menantikan hal-hal ini dengan sia-sia. Mereka menantikan hal-hal ini dengan sia-sia, jadi bukankah itu berarti hati mereka sedang bergejolak? (Ya.) Gejolak macam apa itu? Bukankah di dalam hatinya, mereka selalu penuh perhitungan? Mereka tidak pernah siap menerima penghakiman dan hajaran Tuhan, menerima kedaulatan dan pengaturan Tuhan, tunduk pada pengaturan rumah Tuhan, dan mengerahkan segenap kemampuan mereka dalam pelaksanaan tugas mereka kapan pun dan di mana pun. Seperti apa pola pikir mereka? Mereka siap, kapan pun dan di mana pun, untuk mengemasi barang-barang mereka dan pergi. Mereka sudah sejak lama siap untuk pergi setiap saat, siap untuk mengucapkan selamat tinggal kepada gereja dan saudara-saudari, siap untuk memutuskan hubungan dan melepaskan semua ikatan. Waktu pada saat mereka pergi adalah akhir batas waktu yang mampu mereka toleransi. Bukankah benar demikian? (Ya.)
Ada orang-orang yang, setelah digantikan atau disingkirkan, apa pun alasannya, masih mampu untuk bertekun melaksanakan tugas mereka dengan segenap kemampuan mereka. Ada orang-orang yang sama sekali tidak mencari kebenaran, sehingga mereka memutuskan untuk tidak lagi melaksanakan tugas mereka. Saat mereka melaksanakan tugas, mereka sudah memperlihatkan rasa muak dan ketidaksabaran terhadapnya, selalu ingin melepaskan diri dari kehidupan bergereja dan mereka tidak melaksanakan tugas mereka. Karena orang-orang ini tidak tertarik akan kebenaran, mereka tidak senang menjalani kehidupan bergereja dan mereka tidak mau melaksanakan tugas mereka. Mereka hanya menantikan datangnya hari Tuhan, agar mereka bisa menerima berkat; mereka tidak bisa terus bersikap asal-asalan seperti biasanya, mereka menyadari bahwa bencana telah menjadi makin dahsyat, dan mereka berpikir jika mereka tidak mencari kesenangan daging sekarang, mereka akan kehilangan kesempatan untuk melakukannya. Jadi mereka meninggalkan gereja tanpa sedikit pun keraguan, tanpa sedikit pun rasa enggan. Sejak saat itu, mereka menghilang di tengah lautan luas manusia dan tak seorang pun di gereja mendengar lagi kabar tentang mereka—dengan cara inilah para pengikut yang bukan orang percaya disingkapkan dan disingkirkan. Makin banyak rumah Tuhan mempersekutukan kebenaran dan menuntut orang untuk menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan, makin mereka merasa muak dan mereka sama sekali tidak mau mendengarnya. Mereka bukan saja tidak menerima hal-hal ini, mereka juga menentangnya. Mereka memahami situasinya dengan sangat baik: mereka tahu bahwa orang-orang seperti mereka tidak memiliki tempat di rumah Tuhan, bahwa mereka tidak benar-benar mengorbankan diri bagi Tuhan dalam kepercayaan mereka, bahwa mereka tidak menyerahkan semua yang mereka miliki dalam pelaksanaan tugas mereka, bahwa mereka selalu seenaknya dalam tugas mereka, dan bahwa mereka merasa sangat muak dan membenci kebenaran; mereka juga tahu, cepat atau lambat, mereka akan disingkirkan, bahwa akibatnya pastilah seperti ini. Mereka sudah lama menyusun rencana dengan berpikir, "Bagaimanapun juga, orang sepertiku pasti tidak akan menerima berkat, jadi sebaiknya aku pergi sekarang, menikmati hidup di dunia selama beberapa tahun, menjalani kehidupan yang baik selama beberapa tahun dan tidak mengecewakan diriku sendiri." Bukankah mereka menyusun rencana seperti ini? (Ya.) Jika orang memiliki niat dan tujuan seperti ini, dapatkah mereka melaksanakan tugas mereka dengan baik? Tidak. Oleh karena itulah, sekalipun orang-orang ini sudah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka tidak merasa enggan untuk berpisah dengan Tuhan, dengan rumah Tuhan, gereja, saudara-saudari, atau dengan kehidupan bergereja. Mereka berkata bahwa mereka akan pergi suatu hari nanti, dan hari berikutnya mereka sudah berpakaian seperti orang tidak percaya, berdandan habis-habisan dan mengenakan riasan tebal, tiba-tiba berpakaian, berbicara, dan bertindak persis seperti orang tidak percaya; model pakaian yang mereka kenakan terlihat aneh, dan engkau tidak merasa nyaman melihatnya, tetapi mereka tetap tidak menyadari bagaimana penampilan mereka di matamu. Mengapa mereka bisa berubah begitu cepat? (Karena mereka telah sejak lama menyusun rencana, dan karena seperti inilah natur mereka.) Benar. Mereka sudah sejak lama menyusun rencana; mereka menyusun rencana bukan beberapa hari sebelum mereka pergi, melainkan sudah sejak lama mereka memutuskan bahwa mereka akan melakukan hal ini. Mereka sudah sejak lama mereka-reka dan merencanakan bagaimana mereka akan makan, minum dan berpesta, bagaimana mereka akan berperilaku, dan bagaimana mereka akan hidup. Mereka tidak senang menjalani kehidupan bergereja, atau melaksanakan tugas mereka, atau mempersekutukan kebenaran, apalagi mendengarkan khotbah dan menghadiri pertemuan setiap harinya. Mereka benar-benar muak dengan kehidupan bergereja yang seperti ini, dan jika bukan untuk menerima berkat dan mendapatkan tempat tujuan yang indah dan selamat dari bencana dahsyat, mereka tidak akan mampu bertahan bahkan untuk sehari pun—seperti inilah diri mereka yang sebenarnya. Jadi, bagaimana seharusnya engkau menangani orang-orang semacam ini ketika engkau bertemu lagi dengan mereka? Apakah engkau akan membujuk mereka dengan kata-kata yang lemah lembut, atau menawarkan lebih banyak dukungan dan bantuanmu? Atau akankah engkau merasa sedih melihat mereka pergi dan menggunakan kasihmu untuk membujuk dan mengubah mereka? Bagaimana seharusnya engkau memperlakukan mereka? (Kami harus meminta mereka untuk segera pergi dan kembali ke dunia orang tidak percaya.) Benar, suruh mereka kembali ke dunia dan jangan lagi mengkhawatirkan mereka. Katakan kepada mereka, "Pikirkan baik-baik agar kelak engkau tidak menyesali keputusanmu." Mereka berkata, "Aku telah memikirkannya masak-masak, dan apa pun kesulitan yang mungkin kuhadapi di masa depan, aku tidak akan mundur dan aku tidak akan menyesal." Engkau berkata, "Kalau begitu pergilah. Tidak ada yang menghentikanmu. Kami semua mendoakan yang terbaik untukmu dan berharap engkau mencapai cita-citamu dan mewujudkan impianmu. Kami juga berharap suatu hari nanti ketika engkau melihat orang lain diselamatkan, engkau tidak akan merasa iri atau menyesal. Selamat tinggal." Bukankah ini hal yang tepat untuk kaukatakan kepada mereka? (Ya.) Jadi, mengenai orang-orang seperti ini, di satu sisi, engkau harus mengetahui esensi natur mereka dengan jelas, dan di sisi lain, engkau harus memperlakukan mereka dengan cara yang tepat. Jika mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya, orang-orang tidak percaya, tetapi bersedia untuk berjerih payah dan mampu taat dan tunduk, maka sekalipun mereka tidak mengejar kebenaran, jangan tolak mereka dan jangan mengusir mereka. Sebaliknya, izinkan mereka untuk terus berjerih payah, dan jika engkau dapat membantu mereka, maka bantulah mereka. Jika untuk berjerih payah pun mereka tidak mau, dan mereka mulai bersikap seenaknya serta melakukan kejahatan, maka tidak ada lagi yang perlu kita lakukan. Jika mereka ingin pergi, biarkan saja mereka pergi, dan jangan merindukan mereka setelah mereka pergi. Sudah waktunya bagi mereka untuk pergi, dan orang-orang seperti itu tidak patut dikasihani, karena mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya. Yang paling menyedihkan adalah ada orang-orang yang luar biasa bodohnya, yang selalu menyimpan perasaan pribadi terhadap mereka yang diusir, yang selalu merindukan mereka, yang berbicara mewakili mereka, yang berjuang membela mereka, dan yang bahkan menangis, berdoa dan memohon bagi mereka. Bagaimana menurutmu tentang apa yang orang-orang ini lakukan? (Itu sangat bodoh.) Mengapa bodoh? (Mereka yang pergi adalah para pengikut yang bukan orang percaya, mereka tidak menerima kebenaran, dan mereka sama sekali tidak layak didoakan dan tidak layak dirindukan. Hanya mereka yang diberi kesempatan oleh Tuhan dan yang memiliki harapan untuk diselamatkan yang layak ditangisi dan didoakan oleh orang lain. Jika seseorang berdoa untuk para pengikut yang bukan orang percaya atau untuk setan, berarti orang itu sangat bodoh dan dungu.) Di satu sisi, mereka tidak benar-benar percaya bahwa Tuhan itu ada—mereka adalah para pengikut yang bukan orang percaya; di sisi lain, esensi natur orang-orang ini adalah esensi natur orang tidak percaya. Apa artinya? Itu berarti mereka sama sekali bukan manusia, sebaliknya esensi natur mereka adalah esensi natur setan, esensi natur Iblis dan orang-orang ini menentang Tuhan. Inilah yang sebenarnya tentang esensi natur mereka. Masih ada sisi lainnya, yaitu bahwa Tuhan memilih manusia, bukan memilih setan. Jadi, katakan kepada-Ku, apakah para setan ini adalah umat pilihan Tuhan, dan apakah mereka dipilih oleh Tuhan? (Tidak.) Mereka bukan umat pilihan Tuhan, jadi jika engkau selalu memiliki keterikatan emosional dengan orang-orang ini dan merasa sedih melihat mereka pergi, bukankah itu berarti engkau orang yang bodoh? Bukankah itu berarti engkau menentang Tuhan? Jika engkau tidak memiliki perasaan mendalam terhadap saudara-saudari sejati tetapi menyimpan perasaan mendalam terhadap para setan ini, maka siapakah sebenarnya dirimu? Setidaknya, engkau adalah orang yang bingung, engkau tidak memandang orang berdasarkan firman Tuhan, engkau belum berperilaku berdasarkan sudut pandang yang benar, dan engkau tidak menangani masalah sesuai dengan prinsip. Engkau adalah orang yang bingung. Jika engkau memiliki perasaan terhadap salah seorang dari setan-setan ini, engkau akan berpikir, "Oh, tetapi dia orang yang begitu baik dan hubungan kami sangat baik! Kami rukun dan dia banyak membantuku! Ketika aku lemah, dia sangat menghiburku, dan ketika aku melakukan kesalahan, dia toleran dan sabar terhadapku. Dia sangat baik!" Dia seperti ini hanya kepadamu, jadi siapakah dirimu? Bukankah engkau hanyalah manusia rusak biasa? Dan bagaimanakah orang itu memperlakukan kebenaran, memperlakukan Tuhan, dan memperlakukan tugas yang dipercayakan rumah Tuhan kepadanya? Mengapa engkau tidak memandang segala sesuatu dari perspektif ini? Tepatkah melihat segala sesuatu dari perspektif kepentingan pribadimu sendiri, dari perasaan dan pandangan dagingmu? (Tidak.) Jelas tidak tepat! Dan karena itu bukan cara yang tepat untuk memandang sesuatu, engkau harus melepaskannya dan mengubah perspektif dan sudut pandang yang kaugunakan dalam caramu memandang orang tersebut. Engkau harus berusaha memperlakukan dan menangani orang itu dengan menggunakan firman Tuhan sebagai landasanmu—inilah sudut pandang yang harus diambil oleh umat pilihan Tuhan dan sikap yang harus mereka miliki. Jangan menjadi orang bodoh! Apakah menurutmu engkau orang yang baik karena merasa kasihan kepada orang lain? Engkau sangat bodoh, sama sekali tidak berprinsip. Engkau tidak memperlakukan orang berdasarkan firman Tuhan; engkau sedang berpihak pada Iblis dan bersimpati pada Iblis dan para setan. Perasaan simpatimu tidak kautujukan kepada umat pilihan Tuhan atau kepada mereka yang ingin Tuhan selamatkan dan tidak kautujukan kepada saudara-saudarimu yang sejati.
Para pengikut yang bukan orang percaya ini tidak pernah rela melaksanakan tugas mereka dan mereka selalu melaksanakan tugas sesuka hati mereka. Bagaimanapun caramu mempersekutukan kebenaran kepada mereka, mereka tidak menerimanya, dan sekalipun ada sedikit kebenaran yang benar-benar mereka pahami, mereka tidak menerapkannya. Ada perwujudan utama lain yang mereka perlihatkan—apakah itu? Mereka selalu melaksanakan tugas dengan cara seenaknya, mereka selalu seenaknya, dan mereka dengan keras kepala tidak mau bertobat. Mereka sangat perhatian, sungguh-sungguh, dan teliti untuk urusan pribadi mereka, dan sama sekali tidak berani mengabaikan semua itu. Mereka telah memikirkan dengan saksama tentang makanan dan pakaian mereka, tentang status, reputasi, harga diri, kenikmatan daging mereka, tentang penyakit mereka, masa depan, prospek, masa pensiun mereka, dan bahkan hal-hal mengenai kematian mereka sendiri—mereka memikirkan segalanya tentang hal-hal dasar tersebut. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas, mereka sama sekali tidak penuh perhatian terhadapnya, dan terlebih dari itu, mereka tidak mau mengejar kebenaran. Ada orang-orang yang mengantuk dan tertidur setiap kali menghadiri pertemuan, dan mereka bahkan merasa muak saat mendengar suara-Ku. Mereka merasa sangat tidak nyaman, mereka merasa gelisah, mereka menggeliat dan menguap, menggaruk telinga dan menggosok pipi mereka. Mereka berperilaku seperti binatang. Ada orang-orang yang berkata, "Khotbah dalam pertemuan berlangsung terlalu lama, dan ada orang-orang yang tidak bisa duduk selama itu." Sebenarnya, sejak pertemuan baru dimulai pun, mereka sudah mulai gelisah, dan merasa muak mendengarnya. Itulah sebabnya mereka tidak pernah mendengarkan khotbah ataupun membaca firman Tuhan. Saat mereka mendengar seseorang mempersekutukan kebenaran, mereka merasa muak, dan mereka muak serta bosan melihat orang-orang mendengarkan dengan penuh perhatian. Seperti apakah esensi natur orang-orang semacam itu? Mereka mengenakan kulit manusia; di luarnya mereka adalah manusia, tetapi jika engkau melihat di balik kulit tersebut, mereka adalah setan, dan bukan manusia. Tuhan ingin banyak orang diselamatkan, ingin mereka yang memiliki kemanusiaan diselamatkan; Dia tidak ingin setan-setan diselamatkan. Tuhan tidak menyelamatkan setan! Engkau harus selalu ingat hal ini dan tidak melupakannya! Engkau tidak boleh berhubungan dengan siapa pun yang mengenakan kulit manusia tetapi yang esensi naturnya adalah esensi natur setan. Jika engkau belum memutuskan ikatan dengan seseorang yang semacam ini, dan engkau berusaha menyenangkan hatinya dan menyanjungnya, engkau akan menjadi bahan tertawaan Iblis, dan Tuhan akan membencimu dan berkata, "Engkau orang bodoh yang buta, engkau tidak mampu memahami siapa pun!" Tuhan tidak menyelamatkan setan, mengerti? (Ya.) Tuhan tidak menyelamatkan setan, Dia juga tidak memilih setan. Setan tidak pernah dapat mencintai kebenaran, juga tidak pernah mampu mengejar kebenaran, apalagi tunduk kepada Tuhan—mereka tidak pernah dapat tunduk kepada Tuhan. Mereka percaya kepada Tuhan bukan karena mereka mencintai kebenaran dan keadilan-Nya, dan bukan agar mereka dapat mengejar keselamatan. Mereka mengungkapkan perasaan muak dan jijik mereka terhadap sikap Ayub yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan di dalam hatinya, mereka sangat muak dan menentang hal-hal tentang mengejar kebenaran. Jika engkau tidak percaya perkataan-Ku, lihat saja orang-orang di sekitarmu yang telah diusir dan disingkapkan dan lihatlah apa yang ada di lubuk hati mereka, apa yang mereka bicarakan ketika tidak ada orang lain yang mendengarkan, apa yang mereka pedulikan, bagaimana sikap mereka terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup mereka sendiri, terhadap orang, peristiwa, dan hal-hal di sekitar mereka, serta apa yang mereka katakan dan pandangan yang mereka ungkapkan. Dari semua ungkapan dan perwujudan yang mereka perlihatkan ini, engkau dapat melihat dengan jelas siapa diri mereka sebenarnya, mengapa mereka mampu pergi, dan mengapa rumah Tuhan ingin mengeluarkan mereka. Bukankah ini adalah pelajaran yang layak kaupetik? (Ya.) Dan pelajaran apakah yang telah kaupetik? Hal apakah yang telah kaupahami? (Kami telah belajar bagaimana mengetahui yang sebenarnya dan memahami bahwa di lubuk hati orang-orang ini, mereka tidak mencintai kebenaran dan merasa muak akan kebenaran. Mereka hanya bersikap asal-asalan di rumah Tuhan, dan cepat atau lambat, mereka akan dikeluarkan.) Jika engkau memahaminya seperti ini, ini menunjukkan bahwa engkau telah memetik pelajaran.
Dapatkah engkau melihat bagaimana setan dan Iblis di alam roh merasa muak akan kebenaran dan membenci kebenaran? Dapatkah engkau melihat bagaimana setan dan Iblis menentang dan menghujat Tuhan? Dapatkah engkau melihat perkataan, pepatah, dan metode yang digunakan para setan dan Iblis untuk menyerang Tuhan? Dapatkah engkau melihat apa yang Tuhan izinkan untuk setan dan Iblis lakukan, bagaimana mereka melakukannya, dan bagaimana sikap mereka? (Tidak.) Engkau tidak dapat melihat hal-hal ini. Jadi, apa pun yang Tuhan katakan mengenai hal-hal ini, itu hanyalah imajinasi atau gambaran di dalam hatimu; itu bukan fakta yang dapat kaulihat. Karena engkau belum pernah melihat sendiri hal-hal ini, yang dapat kaulakukan hanyalah mengandalkan imajinasimu dan membayangkan tablo atau perbuatan semacam ini. Sedangkan, ketika engkau bertemu dengan setan dan Iblis hidup yang mengenakan kulit manusia, engkau akan secara nyata bersentuhan dengan perkataan dan tindakan para setan dan Iblis tersebut, dan engkau juga melihat secara nyata dan jelas penghakiman, penyerangan, penentangan, dan penghujatan yang mereka lakukan terhadap Tuhan—engkau akan melihat dengan sangat jelas watak mereka yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Para setan dan Iblis yang mengenakan kulit manusia ini menyerang Tuhan dengan cara yang sama mereka menyerang Tuhan di alam roh; mereka sepenuhnya sama, hanya saja para setan dan Iblis yang mengenakan kulit manusia itu mengenakan wujud yang berbeda saat mereka menyerang Tuhan—tetapi esensi mereka tetap sama. Mereka mengenakan kulit manusia dan berubah menjadi manusia, tetapi tetap saja mereka datang untuk menghakimi, menyerang, menentang, dan menghujat Tuhan. Cara yang digunakan setan dan Iblis berwujud manusia dan para pengikut yang bukan orang percaya ini untuk menghakimi, menyerang, dan menentang Tuhan, dan cara mereka menghancurkan pekerjaan-Nya dan mengganggu pekerjaan gereja adalah sama dengan cara setan dan Iblis di alam roh melakukan hal-hal ini. Jadi, saat engkau melihat cara setan dan Iblis di dunia menentang Tuhan, engkau sedang melihat cara setan dan Iblis di alam roh menentang Tuhan—sama sekali tidak ada bedanya. Mereka berasal dari sumber yang sama dan memiliki esensi natur yang sama, dan itulah sebabnya mereka melakukan hal yang sama. Apa pun wujud mereka, mereka semua melakukan hal yang sama. Jadi, para setan dan Iblis yang mengenakan kulit manusia ini menentang Tuhan, menyerang Tuhan, dan memperlihatkan rasa muak dan penentangan yang ekstrem terhadap kebenaran adalah karena natur mereka dan karena mereka tidak bisa melakukan hal lain selain hal itu. Mengapa Kukatakan bahwa mereka tidak bisa melakukan hal lain selain hal itu? Mereka tampak seperti manusia, hidup bersama dengan manusia lain, makan tiga kali sehari, mempelajari pendidikan dan pengetahuan manusia, memiliki keterampilan hidup dan cara hidup yang sama dengan manusia lain; tetapi, roh dalam diri mereka berbeda dengan roh manusia, esensi mereka pun berbeda. Jadi esensi, akar, dan sumber di balik pandangan mereka dan hal-hal yang mampu mereka lakukan, itulah yang menentukan siapa orang-orang ini. Jika mereka menyerang dan menghujat Tuhan, berarti mereka adalah setan, dan bukan manusia. Dalam kulit manusia yang mereka kenakan, terdengar sebaik dan setepat apa pun perkataan mereka, esensi natur mereka adalah esensi natur setan. Setan mampu mengatakan hal-hal yang terdengar baik untuk menyesatkan manusia, tetapi mereka sama sekali tidak menerima kebenaran, apalagi menerapkannya—seperti inilah tepatnya mereka. Lihat saja orang-orang jahat dan para antikristus dan mereka yang menentang dan mengkhianati Tuhan—bukankah mereka adalah tipe orang seperti ini? Mereka semua mampu mengatakan hal-hal yang terdengar baik, tetapi mereka tidak mampu melakukan apa pun yang nyata. Mereka mampu memperlihatkan rasa hormat dan mengatakan hal-hal yang terdengar baik kepada orang-orang yang berstatus dan berkuasa, terutama kepada atasan langsung mereka, tetapi ketika mereka datang ke hadapan Tuhan, mereka tidak memperlihatkan sedikit pun rasa hormat kepada Tuhan yang berinkarnasi. Jika engkau meminta mereka untuk menangani hal tertentu bagi Tuhan, mereka benar-benar tak ingin melakukannya, dan sekalipun mereka melakukannya, mereka melakukannya dengan cara seenaknya. Mengapa mereka mampu memperlakukan Tuhan dengan cara seperti itu? Apakah kebenaranlah yang telah mengecewakan mereka? Apakah Tuhanlah yang telah mengecewakan mereka? Pernahkah Tuhan berinteraksi dengan mereka sebelumnya? Jawaban atas pertanyaan ini adalah tidak, dan Tuhan bahkan belum pernah bertemu dengan mereka. Lalu, mengapa orang-orang ini bersikap seperti itu terhadap Tuhan dan kebenaran? Ada satu alasannya, yaitu karena esensi natur yang melekat pada diri mereka adalah penentangan terhadap Tuhan. Itulah sebabnya mereka tidak dapat melakukan hal lain selain mengejek dan menghujat Tuhan, merendahkan, menghakimi, dan menyerang Tuhan di dalam hati mereka, bahkan melakukannya dengan sangat tidak bermoral—ini ditentukan oleh esensi natur mereka. Mereka melakukan hal-hal ini tanpa perlu sedikit pun berusaha, dengan perkataan yang keluar begitu saja dari mulut mereka, tanpa pertimbangan, tanpa perlu berpikir, hal-hal ini mereka lakukan begitu saja. Mereka mampu memperlihatkan rasa hormat kepada orang lain, kepada orang-orang yang berstatus dan kepada orang-orang biasa, tetapi mereka bersikap sangat menghina terhadap Tuhan dan kebenaran. Siapakah mereka? (Para setan.) Benar, mereka adalah para setan, bukan manusia, berapa pun usia mereka. Ada orang-orang yang berkata, "Mungkin karena mereka masih muda dan mereka tidak memahami banyak hal." Engkau menganggap mereka masih muda dan tidak memahami banyak hal, tetapi ketika mereka pergi ke dunia dan ke tengah masyarakat dan mereka bertemu dengan orang yang lebih tua, mereka selalu menyapa mereka dengan benar. Hanya ketika mereka bertemu dengan Tuhan, mereka tidak menyapa-Nya, malah berkata, "Hei," atau "Hei, Kau," atau hanya berkata, "Kau." Mereka tidak menyapa Tuhan. Mereka tahu harus menghormati orang yang lebih tua dan memedulikan anak-anak muda di tengah masyarakat, dan mereka beradab dan sopan. Sedangkan, ketika mereka datang ke hadapan Tuhan, mereka tidak mampu melakukan hal-hal ini dan tidak mengerti bagaimana menghormati Dia. Jadi, siapakah mereka? (Para setan.) Mereka adalah para setan, khas setan! Mereka mampu memperlihatkan rasa hormat dan bersikap sopan kepada orang-orang bergengsi di tengah masyarakat, kepada mereka yang berstatus, kepada orang yang mereka kagumi, dan bahkan kepada orang yang darinya mereka dapat memperoleh manfaat; hanya ketika datang ke hadapan Tuhanlah, mereka sama sekali tidak memperlihatkan rasa hormat atau kesopanan, sebaliknya mereka langsung menentang, secara terang-terangan merendahkan Dia, dan memperlakukan-Nya dengan sikap yang menghina. Siapakah mereka? Mereka adalah para setan, khas setan! Para pengikut yang bukan orang percaya ini, orang-orang yang menyusup ke dalam rumah Tuhan ini dan yang kemudian dikeluarkan dan diusir, semuanya adalah orang-orang seperti ini, seratus persen. Mereka menentang Tuhan dan memperlakukan Tuhan dengan cara yang menghina seperti ini, dan mengenai tugas yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan, mereka terlebih lagi, tidak mengindahkannya. Apa pun status mereka di tengah masyarakat, setinggi apa pun pendidikan mereka, berapa pun umur mereka atau apa pun jenis kelamin mereka, esensi natur mereka sama. Ketika mereka berada di dunia dan bertemu dengan seorang pejabat yang meminta mereka untuk melakukan sesuatu, mereka, dengan membungkukkan diri serendah-rendahnya, segera menurutinya. Mereka senang dan rela menjadi budak dari pejabat itu dan akan berusaha menyanjungnya dengan cara terbaik yang bisa mereka pikirkan. Jika mereka mendapatkan jabat tangan atau pelukan dari seorang selebritas atau seorang presiden, mereka merasa sangat terhormat dan mungkin tidak akan pernah lagi mencuci tangan mereka atau mengganti pakaian mereka seumur hidup. Mereka merasa selebritas dan tokoh hebat ini lebih tinggi dan lebih mulia daripada Tuhan, dan karena itulah, di dalam hatinya, mereka mampu merendahkan Tuhan. Apa pun yang Tuhan katakan atau pekerjaan apa pun yang Dia lakukan, orang-orang ini tidak menganggapnya penting. Mereka bukan saja tidak menganggapnya penting, tetapi mereka juga selalu ingin mengolah firman Tuhan dan mengubahnya, menambahkan makna mereka sendiri ke dalamnya, membuatnya sepenuhnya sesuai dengan apa yang mereka pikirkan—semua orang ini bermasalah dalam hal esensi natur mereka. Katakan kepada-Ku, pantaskah membiarkan orang-orang yang adalah para setan ini, atau orang-orang yang memiliki esensi natur setan ini, untuk tetap tinggal di rumah Tuhan? (Tidak.) Tentu tidak. Mereka tidak sama dengan umat pilihan Tuhan: umat pilihan Tuhan adalah milik Tuhan, sedangkan orang-orang ini adalah milik setan dan Iblis.
Orang seperti apakah yang harus berkumpul bersama agar dapat disebut gereja? Orang seperti apakah yang diinginkan di rumah Tuhan, dan orang seperti apakah yang merupakan anggota rumah Tuhan? Katakan kepada-Ku. (Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran.) Ini agak terlalu berat. Bagi-Ku, batas terendah dan standar minimal haruslah orang-orang yang bersedia berjerih payah. Mereka mungkin tidak mencintai kebenaran, tetapi bukan berarti mereka merasa muak akan kebenaran, mereka melakukan apa yang diminta oleh rumah Tuhan tanpa mempertanyakannya, dan mereka mau taat dan mampu tunduk. Mengenai syarat bahwa mereka harus mengejar kebenaran, ada orang-orang yang mungkin menganggap diri mereka kurang berkualitas, mereka tidak senang melakukannya dan merasa tidak tertarik untuk melakukannya. Mereka mungkin menganggap sesekali mendengarkan khotbah sudah cukup bagi mereka, dan terkadang saat mendengarkan khotbah, mereka tertidur, dan ketika terbangun, mereka bertanya-tanya, "Apa yang barusan kudengarkan? Aku sudah lupa. Sebaiknya aku kembali bekerja. Sudah cukup bagiku hanya melaksanakan pekerjaanku." Mereka tidak bandel atau mengacaukan, dan mereka bekerja keras melaksanakan pekerjaan apa pun yang diaturkan bagi mereka. Ada ketulusan yang nyata dalam diri mereka dan mereka itu bagaikan kuda beban yang sudah tua—pemiliknya hanya perlu menyuruh mereka untuk bekerja, dan entah itu menarik batu kilangan, membajak, bekerja di ladang, atau menarik gerobak, mereka selalu melakukannya dengan tulus hati dan mampu menyelesaikan tugas mereka tanpa menimbulkan masalah. Apa yang mereka pikirkan? "Aku diminta untuk menjadi orang yang berjerih payah, jadi aku akan berjerih payah. Aku bukan orang yang bernilai, aku orang hina dan bukan siapa-siapa. Tuhan meninggikan aku dengan mengizinkanku berjerih payah, dan aku sama sekali tidak merasa diperlakukan tidak adil." Engkau dapat melihat bahwa seperti inilah sikap mereka. Jadi, orang-orang semacam ini harus diperbolehkan untuk tetap berada di rumah Tuhan. Sekalipun mereka mungkin melakukan beberapa kesalahan, memiliki kekurangan dan kebiasaan buruk, atau mereka mungkin kurang berkualitas atau bodoh, Aku dapat menoleransi dan memasukkan semua orang ini; itu tidak jadi masalah, dan Aku akan memberi kesempatan kepada orang-orang ini. Kesempatan apa? Apakah Aku memberi mereka kesempatan untuk berjerih payah ataukah untuk memperoleh keselamatan? Tentu saja, keduanya. Sebagai makhluk ciptaan, mereka bersedia berjerih payah bagi Tuhan, berjerih payah di rumah Tuhan, dan itu adalah hak mereka untuk melakukannya. Selain itu, karena memiliki keinginan ini, mereka sudah seharusnya diberi kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Namun, ada orang-orang yang berkata, "Tetapi, mereka tidak berusaha memperoleh keselamatan!" Jika mereka tidak berusaha memperoleh keselamatan, itu urusan mereka, tetapi setidaknya, orang-orang ini boleh diberi kemurahan khusus dan diberi kesempatan untuk memperoleh keselamatan, dan mereka memiliki kesempatan untuk diselamatkan. Apa maksud-Ku mengatakan bahwa "mereka memiliki kesempatan"? Maksud-Ku, sekalipun kualitas mereka kurang, mereka sedikit bodoh, mereka tak mampu melakukan pekerjaan yang sangat besar atau sangat penting dalam pelaksanaan tugas mereka melainkan hanya melakukan tugas biasa, peran mereka di rumah Tuhan tidak sangat penting, mereka tidak melakukan pekerjaan penting apa pun saat Tuhan memperluas pekerjaan-Nya, dan mereka tidak banyak berkontribusi, tetapi karena mereka memiliki keinginan untuk dengan rela hati berjerih payah bagi Tuhan, maka mereka harus diberi kemurahan khusus dan diberi kesempatan untuk diselamatkan—ini adalah kemurahan khusus yang diberikan kepada mereka. Tuhan memberi banyak kesempatan kepada setiap orang. Apakah Tuhan memperlakukan manusia dengan adil? (Ya.) Karena selemah apa pun mereka, seburuk apa pun kualitas mereka, sebodoh apa pun mereka, mereka adalah salah seorang dari ras manusia rusak biasa; hanya saja mereka secara pribadi tidak mengejar kebenaran dengan sangat aktif, tetapi mereka masih bisa dianggap benar sebagai manusia. Pada akhirnya, apakah mereka mampu memperoleh kebenaran atau keselamatan, bagi Tuhan, Dia akan mengaruniakan kebaikan kepada mereka dan menunjukkan kemurahan khusus kepada mereka, karena orang-orang ini terbuat dari cetakan yang sama sekali berbeda dari cetakan para pengikut yang bukan orang percaya dan para setan yang menentang Tuhan, dan mereka memiliki esensi yang berbeda. Orang-orang itu adalah para setan dan musuh Tuhan, sedangkan orang-orang ini, sekalipun mereka hanya berusaha berjerih payah dan merasa cukup dengan berjerih payah, mereka tidak memiliki penentangan terhadap Tuhan di dalam hati mereka. Mereka tidak akan pernah secara aktif menyerang Tuhan, menghakimi Tuhan, atau menghujat Tuhan, dan mereka memiliki sikap yang positif dan benar terhadap Tuhan, yaitu, mereka bersedia berjerih payah bagi Tuhan, entah mereka mampu memperoleh keselamatan atau tidak. Lalu ada orang-orang yang sedikit lebih baik daripada orang-orang ini, yang selama masa mereka berjerih payah, mampu menerapkan kebenaran semampu mereka, yang secara aktif dan positif berusaha mencari beberapa prinsip kebenaran, dan yang berusaha untuk tidak melanggar prinsip-prinsip kebenaran. Karena inilah keinginan dan sikap yang mereka miliki, Tuhan mengaruniakan kebaikan kepada mereka. Tuhan tidak memperlakukan mereka dengan tidak adil, Dia tidak menganggap mereka sudah tidak ada harapan, dan Dia selalu memberi mereka kesempatan. Pada saat pekerjaan Tuhan berakhir, jika mereka telah mencapai ketundukan kepada Tuhan dan mampu melepaskan diri mereka dari pengaruh Iblis, Tuhan akan menuntun mereka masuk ke dalam Kerajaan—ini adalah tempat tujuan yang sudah seharusnya mereka dapatkan. Tuhan ingin menyelamatkan orang-orang ini dan Dia tidak akan menganggap mereka sudah tidak ada harapan; mengenai bagaimana Tuhan akan melakukan hal ini dan menggenapi firman ini, engkau akan mengetahuinya suatu hari nanti. Bagaimanakah sikap Tuhan terhadap para setan dan Iblis? (Dia merasa muak akan mereka.) Sikap-Nya adalah Dia merasa muak akan mereka. Tidak diragukan lagi, Dia merasa muak akan mereka. Tuhan memakai setan dan Iblis untuk memberikan pelayanan mereka pada waktu dan tempat yang tepat, pada situasi yang tepat, dan dengan menggunakan sesuatu yang tepat, dan setelah mereka memberikan pelayanan, mereka akan diusir tanpa pertimbangan apa pun. Esensi natur mereka yang tidak mengejar kebenaran dan yang muak akan kebenaran akan terus-menerus disingkapkan di segala situasi. Tuhan tidak mengaruniakan kebaikan kepada mereka, karena Tuhan sepenuhnya membenci mereka dan sangat muak terhadap mereka. Sedangkan sikap Tuhan terhadap orang-orang bodoh yang berkualitas buruk ini, beberapa dari mereka mungkin bingung, tetapi mereka bersedia berjerih payah bagi Tuhan, dan mereka memiliki sikap dan tekad bahwa mereka "ingin berjerih payah bagi Tuhan dan tidak pernah menyesalinya". Oleh karena itulah, dalam kehidupan mereka hari demi hari, Tuhan akan selalu mengampuni kebodohan mereka dan menoleransi kelemahan mereka, serta melindungi dan mengawasi mereka. Apa maksud-Ku mengatakan bahwa Tuhan akan melindungi dan mengawasi mereka? Maksud-Ku, Tuhan akan mencerahkan mereka mengenai makna harfiah dari beberapa kebenaran yang mampu mereka pahami dan memampukan mereka untuk memahami kebenaran yang mampu mereka pahami; Tuhan akan menyertai mereka, mengaruniakan damai dan sukacita kepada mereka, dan ketika mereka menghadapi pencobaan, Tuhan akan mengatur lingkungan yang sesuai bagi mereka untuk melindungi mereka dari pencobaan tersebut. Pencobaan apakah yang terutama akan mereka hadapi? Ada banyak pencobaan: pernikahan, hubungan yang tidak pantas antara pria dan wanita, uang, status, ketenaran dan keuntungan, reputasi, serta dalam hal pekerjaan dan upah yang menggiurkan, dan sebagainya—semua ini adalah pencobaan. Dan, dengan cara lain apakah Tuhan melindungi manusia? Dia menyembuhkan penyakitmu agar engkau tidak menderita, Dia melindungimu dari jeratan dan serangan orang-orang jahat, dan sebagainya. Selain itu, ketika engkau menghadapi beberapa kesulitan atau beberapa hal yang tampaknya merupakan malapetaka, Tuhan akan mengatur orang-orang, peristiwa, dan hal-hal untuk melindungimu dari malapetaka dan kesulitan tersebut, memampukanmu untuk dengan lancar berjerih payah bagi Tuhan di rumah-Nya hingga akhir, sesuai dengan keinginanmu—bukankah ini hal yang baik? (Ya.) Jadi, jika segala sesuatunya berjalan lancar dan berjalan sesuai keinginanmu, dari manakah hal ini berasal? (Dari perlindungan Tuhan.) Benar, semua itu berasal dari perlindungan Tuhan, dari pengawasan Tuhan terhadapmu, dan dari kebaikan Tuhan. Sedangkan orang-orang yang adalah para setan, mereka tidak dapat melakukan apa pun selain hal-hal yang jahat. Mereka melakukan kesalahan dalam semua yang mereka lakukan, dan mereka semua menyembunyikan niat jahat. Wajar saja jika mereka sering jatuh dalam pencobaan; itu memang yang mereka butuhkan, seperti batu besar yang tiba-tiba jatuh dari langit, menghantam kepala mereka, menghancurkan mereka, dan mereka pun lalu mati. Orang-orang yang bersedia berjerih payah bagi Tuhan juga akan menghadapi hal-hal ini, tetapi karena perlindungan Tuhan yang ajaib, bencana ini tidak akan menimpa mereka, bencana ini akan berlalu dari mereka, dan di dalam hatinya, mereka berkata, "Tuhan melindungiku, belum waktunya aku mati!" Tuhan membiarkanmu tetap hidup karena engkau masih berguna bagi-Nya. Tuhan memberikan nyawamu kepadamu, dan karena engkau bersedia berjerih payah bagi-Nya dan mempersembahkan dirimu kepada-Nya, bagaimana mungkin Dia tidak melindungimu? Tuhan pasti akan melindungimu. Apakah Tuhan menuntut banyak hal dari manusia? (Tidak.) Orang-orang yang bersedia berjerih payah bagi Tuhan ini sebenarnya bukan orang-orang yang sangat berbakat dan kualitas mereka tidak sebaik itu; mereka memiliki pemahaman yang terbatas akan kebenaran, sampai-sampai mereka hanya mampu memahami beberapa perkataan dan doktrin serta belajar berbicara seperti yang orang lain lakukan. Namun, mereka sama sekali tak mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran, juga tak mampu mengejar kebenaran atau memperoleh keselamatan. Ketundukan mereka kepada Tuhan hanya mencakup melakukan apa yang diperintahkan oleh rumah Tuhan, dan mereka sama sekali tidak mampu tunduk pada kebenaran, hanya itu saja. Jadi, karena mereka hanyalah manusia rusak biasa, dan karena mereka bersedia berjerih payah bagi Tuhan, Tuhan tidak membuang mereka. Jadi, orang-orang yang diusir tersebut tentu bukanlah orang yang baik. Jika engkau benar-benar orang yang baik, jika engkau benar-benar orang yang telah dipilih oleh Tuhan, jika engkau benar-benar memiliki sikap yang tunduk kepada Tuhan, memiliki keinginan dan sikap yang rela berjerih payah bagi Tuhan dan tidak pernah menyesalinya, Tuhan pasti tidak akan pernah membuangmu, melainkan akan menunjukkan kebaikan-Nya kepadamu. Ini adalah berkat bagimu dan Tuhan menginginkan orang-orang seperti ini. Tuhan menginginkan orang-orang seperti ini—mereka tidak mengejar kebenaran dan tidak mampu memahami kebenaran karena kualitas mereka yang kurang, tetapi mereka bersedia berjerih payah bagi Tuhan. Orang jenis lainnya yang Tuhan inginkan adalah mereka yang ingin mengejar kebenaran, yang mencintai kebenaran, yang mencintai keadilan, kebenaran, dan hal-hal positif, yang ingin tunduk pada kebenaran, dan yang, setelah mengerti dan memahami kebenaran, setelah akhirnya mengetahui dan memahami kebenaran, mereka kemudian mampu menaatinya, tunduk dan melakukan penerapan sesuai dengan kebenaran. Selain itu, orang-orang ini memiliki tekad untuk mengejar kebenaran dan memperoleh keselamatan, dan mereka tidak pernah meragukan Tuhan. Orang-orang ini, tentu saja, adalah orang-orang yang Tuhan kasihi dan ingin Dia selamatkan. Namun, apakah engkau mampu memenuhi standar ini? Dan apa yang akan kaulakukan jika engkau tak mampu memenuhi standar ini? Setidaknya, sikapmu terhadap Tuhan dan kebenaran tidak boleh seperti sikap para setan dan Iblis, engkau harus setidaknya mendekati standar perkenanan Tuhan dan engkau harus bersedia berjerih payah bagi Tuhan. Jika engkau terus menentang Tuhan dan tindakanmu bertentangan dengan Tuhan, dan jika engkau selalu menyerang Tuhan dan menghujat-Nya di dalam hatimu, engkau akan mendapati dirimu berada dalam keadaan yang menyusahkan dan berbahaya. Engkau harus tahu dengan jelas di dalam hatimu tentang sikapmu terhadap Tuhan, dan engkau seharusnya menggolongkan dirimu sesuai dengan jenis orang yang telah Kubahas di sini.
Mengejar kebenaran sangatlah penting, tetapi bukan berarti jika orang tidak mengejar kebenaran, mereka tidak akan dapat mencapai tujuan; itu tidak pasti. Semua orang adalah makhluk ciptaan, dan asalkan mereka bukan setan atau Iblis, mereka tidak akan secara aktif menyerang Tuhan, atau secara aktif menyerang dan menghujat Tuhan dengan kesadaran penuh mereka. Oleh karena itu, Tuhan bersikap adil dan masuk akal terhadap manusia rusak biasa, dan Dia memberi kepada mereka semua kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Saat manusia menjalani pengalaman mereka untuk memperoleh keselamatan, Tuhan baik kepada mereka, Dia melindungi dan menjaga mereka. Lalu, bagaimanakah sikap Tuhan terhadap orang-orang yang adalah para setan dan Iblis? Mereka menganggap Tuhan sebagai musuh mereka dan terus-menerus menghakimi, menyerang, dan menghujat Tuhan, menghancurkan pekerjaan-Nya, dan tidak pernah tahu untuk bertobat. Jika mereka berinteraksi dengan orang lain, mereka akan rukun dengan beberapa orang, tetapi hanya ketika mereka datang ke hadapan Tuhan, mereka sama sekali tidak rukun dengan-Nya, bahkan untuk semenit atau sedetik pun; mereka tidak dapat bekerja sama dengan Tuhan atau hidup berdampingan dengan-Nya atau mencapai kesepakatan dengan-Nya dalam hal apa pun, dan ini membuktikan bahwa mereka benar-benar adalah khas setan dan Iblis. Tuhan sama sekali tidak menoleransi orang-orang semacam ini, dan rumah Tuhan sama sekali tidak boleh mempertahankan orang-orang semacam ini. Jika ditemukan satu orang dari mereka, orang itu harus dikeluarkan; jika ditemukan dua orang, keduanya harus dikeluarkan; sebanyak apa pun yang ditemukan, sebanyak itulah yang harus dikeluarkan—hari ketika mereka tersingkap adalah hari terakhir mereka. Engkau mengerti bahwa saat orang-orang baik dipromosikan dan dipakai untuk melakukan tugas penting, itu adalah saat mereka disempurnakan, diberkati, dan itu adalah saat mereka menuai panen yang terbesar; sedangkan saat orang jahat dan para setan dipromosikan dan dipakai, mereka akan dengan sendirinya tersingkap dan disingkirkan, dan hari terakhir mereka telah tiba. Pikirkan orang-orang di sekitarmu yang baru-baru ini atau yang sejak dini disingkapkan, disingkirkan atau dikeluarkan, dan yang akhirnya namanya dihapuskan dari daftar. Pada saat mereka mencapai puncak "karier" mereka di rumah Tuhan, pada saat itulah mereka disingkirkan, dan tanda titik raksasa dicantumkan pada kehidupan iman mereka kepada Tuhan yang menandakan berakhirnya kehidupan iman mereka. Para pengikut yang bukan orang percaya datang dan pergi di gereja dan tidak dapat menemukan tempat yang sesuai bagi diri mereka sendiri, dan mereka juga tidak dapat melaksanakan tugas apa pun. Saat mereka melakukan kejahatan tertentu, mereka pun tersingkap, dan hari terakhir mereka telah tiba. Para setan suka melakukan hal-hal besar dan membuat diri mereka termasyhur, dan hari yang paling berjaya bagi mereka akan menjadi hari terakhir mereka. Mengapa Kukatakan demikian? Tahukah engkau? Memang seperti itulah keadaannya. Karena saat yang paling berjaya bagi mereka adalah saat mereka paling berpuas diri, dan bukankah ketika mereka sangat berpuas diri, mereka cenderung lupa akan diri mereka sendiri? (Ya.) Ketika mereka tidak berhasil dan merasa tidak berjaya, para setan ini bersikap rendah hati. Namun, hanya karena Kukatakan mereka bersikap rendah hati, bukan berarti bahwa mereka mampu menerapkan kebenaran, melainkan mereka sedang sangat berhati-hati dan berjaga-jaga, selalu memiliki sikap hati yang penuh waspada, bukan hati yang takut akan Tuhan. Begitu mereka melihat kesempatan, atau mendapati diri mereka memiliki sedikit kekuasaan dan status, merasa mampu memerintahkan angin dan hujan untuk menuruti mereka, mereka menjadi berpuas diri dan lupa akan diri mereka sendiri, berpikir, "Waktuku sudah tiba. Sekaranglah waktunya bagiku untuk menunjukkan kemampuan dan kelebihanku dan membuat kapasitasku berperan penting!" Dan mereka pun langsung bertindak. Apa motivasi di balik tindakan mereka dan apa sumber tindakan mereka? Berasal darimanakah motivasi dan sumber dari tindakan mereka? Semua itu berasal dari setan, dari Iblis, dan dari ambisi dan keinginan liar mereka. Dalam keadaan seperti itu, dapatkah hal-hal yang mereka lakukan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran? Dapatkah mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan saat mereka melakukan segala sesuatu? Dapatkah mereka menangani masalah sesuai dengan tuntutan rumah Tuhan? Jawaban atas semua pertanyaan ini adalah tidak, mereka tidak dapat. Dan apa akibatnya? (Mereka menimbulkan kekacauan dan gangguan.) Benar. Akibatnya adalah mereka menimbulkan kekacauan dan gangguan yang parah, mereka bahkan sangat mengganggu dan merugikan rumah Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Jadi, sesuai dengan prinsip cara menangani orang di rumah Tuhan, bagaimana seharusnya menangani orang-orang yang menimbulkan akibat seperti itu? Jika masalahnya kecil, mereka harus diganti, dan jika masalahnya serius, mereka harus dikeluarkan. Ketika seseorang dipromosikan dan dipakai untuk melakukan tugas penting, atau mereka diatur untuk melakukan pekerjaan tertentu, rumah Tuhan akan selalu mempersekutukan dengan jelas prinsip-prinsip cara melakukan pekerjaan kepada mereka. Ada banyak prinsip dan rincian yang diberitahukan kepada orang itu, dan hanya setelah mereka mengerti dan memahaminya, dan setelah mereka mencatat semuanya, barulah serah terima dianggap selesai. Namun, ketika mereka seharusnya melakukan pekerjaan dan melaksanakan tugas, mereka melakukannya dengan memperlihatkan cakar setan mereka, dan keberadaan mereka sebagai setan pun benar-benar mulai terlihat. Mereka sama sekali tidak melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip yang dituntut oleh rumah Tuhan, melainkan melakukannya hanya sesuai dengan keinginan mereka sendiri, melakukannya sesuka hati mereka, semau mereka. Tak seorang pun mampu mengendalikan mereka, dan mereka tidak mendengarkan siapa pun, dengan berpikir, "Rumah tuhan, tuhan, dan kebenaran, semuanya minggir! Di sini, aku adalah penentu keputusan!" Seperti inilah cara setan melakukan segala sesuatu, dan seperti inilah sikap setan terhadap tugas dan kebenaran. Jika engkau bersikap seperti ini terhadap kebenaran, engkau akan disingkapkan. Jika engkau menganggap pekerjaan rumah Tuhan dan tugasmu sebagai hal sepele dan engkau tidak melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip-prinsip yang dituntut rumah Tuhan terhadapmu, engkau tidak akan diperlakukan dengan lembut. Rumah Tuhan memiliki prinsip-prinsip yang digunakannya untuk menangani orang-orang; mereka yang harus diberhentikan dari jabatannya akan diberhentikan, dan mereka yang harus dikeluarkan akan dikeluarkan, dan hanya itulah yang akan dilakukan terhadap mereka. Bukankah benar demikian? Bukankah inilah yang rumah Tuhan lakukan? Dan bukankah dengan cara inilah para setan disingkapkan? Dan bukankah inilah motivasi mereka dalam melakukan segala sesuatu, sumber tindakan mereka dan cara mereka melakukan segala sesuatu? (Ya.) Dengan menangani mereka seperti ini, apakah rumah Tuhan memperlakukan mereka secara tidak adil? (Tidak.) Apakah ini cara yang tepat untuk menangani mereka? (Ya.) Ini adalah cara yang sangat tepat! Orang yang normal akan menerima tugas mereka, menerima promosi, dan dipakai untuk melakukan tugas penting. Mereka melaksanakan pekerjaan mereka sesuai dengan kemampuan dan kualitas mereka, dan hingga taraf tertentu, mereka melaksanakannya sesuai dengan prinsip kerja yang mereka pahami, atau sesuai dengan tuntutan rumah Tuhan. Sekalipun mereka sering memperlihatkan watak yang rusak, ini tidak memengaruhi pelaksanaan normal tugas mereka. Apa pun kesulitan yang mereka hadapi, apa pun gangguan yang mereka alami, atau sekalipun mereka mendapati diri mereka dalam keadaan yang tidak benar, pada akhirnya mereka akan memperoleh hasil yang positif dalam pelaksanaan tugas mereka, dan hasil ini dapat diterima oleh semua orang. Sedangkan para pengikut yang bukan orang percaya itu, seberapa pun lamanya mereka melaksanakan tugas, mereka tidak pernah memperoleh hasil yang positif. Mereka selalu melakukan hal-hal buruk dan berusaha merusak segala sesuatu dan ini bukan saja memengaruhi pekerjaan gereja, tetapi ini juga merugikan kepentingan gereja, menciptakan suasana buruk di sekitar pekerjaan mereka dan mengacaukannya. Jika seorang setan mengganggu dan merusak suatu pekerjaan, pasti ada banyak orang di belakang layar yang harus mengerjakan pekerjaan itu dari awal, sehingga menyia-nyiakan sumber daya manusia dan keuangan rumah Tuhan, dan membuat banyak umat pilihan Tuhan menjadi sangat marah. Setelah setan itu dikeluarkan, suasana pekerjaan gereja langsung terasa baru dan segar, dan hasil pekerjaan menjadi berbeda. Karena setan yang menimbulkan kekacauan dan gangguan itu telah diusir, orang-orang pun memiliki mentalitas yang bebas dan merdeka, efisiensi pekerjaan meningkat, dan setiap orang melaksanakan tugasnya dengan normal. Oleh karena itu, orang-orang yang adalah para setan dan Iblis ini, di luarnya terlihat seperti manusia, dan berapa pun usia mereka, setinggi apa pun pendidikan mereka, selama mereka adalah orang jahat, mereka mampu melakukan perbuatan yang jahat, dan mereka memainkan peran mereka sebagai setan dan Iblis yang merusak dan mengganggu manusia. Sebagai contoh, engkau sedang memasak sepanci sup ayam dan semua orang ingin segera menikmati sup ayam tersebut, tetapi tiba-tiba seekor lalat hinggap di sup itu. Katakan kepada-Ku, apakah sup ayam ini masih bisa dimakan? Sup itu sudah tidak bisa dimakan, engkau hanya perlu membuangnya, dan dua atau tiga jam pekerjaan menjadi sia-sia. Kemudian, engkau harus mencuci pancinya beberapa kali, dan bahkan setelah engkau mencucinya, bagimu panci itu terlihat belum bersih. Dan engkau masih merasa sedikit jijik. Apa yang mengganggumu? (Lalat.) Meskipun lalat sangat kecil. Esensi lalat yang mengotori sangatlah menjijikkan. Orang-orang yang adalah para setan bagaikan lalat. Mereka berhasil menyusup ke dalam gereja dan menimbulkan kekacauan parah terhadap tatanan normal kehidupan bergereja, dan mereka mengganggu kemajuan normal pekerjaan gereja. Jadi, apakah sekarang engkau semua memahami dengan jelas tentang orang-orang yang adalah para setan? Berusaha menyuruh mereka untuk sedikit melakukan pelayanan dan melaksanakan tugas dengan baik lebih sulit daripada berusaha menyuruh sapi memanjat pohon; itu seperti memaksa bebek hinggap di tempat elang bertengger. Hal tersulit adalah berusaha menyuruh setan dan Iblis untuk menerapkan kebenaran, sama halnya dengan berusaha menyuruh para pengikut yang bukan orang percaya untuk melaksanakan tugas mereka dengan setia. Seperti itulah keadaannya. Jika engkau bertemu dengan orang-orang yang adalah Iblis dan para pengikut yang bukan orang percaya, dan engkau perlu meminta mereka untuk membantumu melakukan sesuatu untuk sementara waktu, itu diperbolehkan. Namun, jika engkau mengatur mereka untuk melaksanakan tugas tertentu atau melakukan pekerjaan tertentu, itu berarti engkau buta dan engkau sedang dipermainkan karena engkau bodoh. Apalagi jika engkau meminta mereka untuk melakukan pekerjaan penting, itu berarti engkau luar biasa bodohnya. Jika engkau benar-benar tidak bisa menemukan seorang pun yang cocok untuk membantumu melakukan sesuatu sehingga engkau meminta mereka untuk membantumu, itu diperbolehkan, tetapi engkau harus mengawasi mereka dan tidak melepaskan mereka dari pandanganmu. Orang-orang seperti itu sama sekali tidak bisa diandalkan; karena mereka bukan manusia, melainkan setan, mereka sama sekali tidak bisa diandalkan. Jadi sekarang, lihatlah orang-orang di sekelilingmu yang memimpin tim atau merupakan para pemimpin tim, dan mereka yang melaksanakan tugas-tugas utama dan pekerjaan penting dan lihat apakah mereka termasuk setan-setan ini. Jika engkau dapat mengganti mereka, maka gantilah mereka sesegera mungkin; jika engkau tidak dapat mengganti mereka karena tidak ada seorang pun yang dapat menggantikan tempat mereka, maka awasilah mereka dengan ketat, amati dan perhatikan mereka dengan saksama. Engkau tidak boleh memberi kesempatan kepada para setan dan Iblis untuk menimbulkan gangguan. Setan akan selalu menjadi setan, mereka tidak memiliki kemanusiaan, dan mereka tidak memiliki hati nurani dan nalar—engkau harus selalu mengingat hal ini! Semua pengikut yang bukan orang percaya adalah setan dan Iblis, dan engkau tidak boleh memercayai mereka! Mari kita akhiri persekutuan mengenai topik ini di sini.
Saat kita mempersekutukan cara mengejar kebenaran sebelumnya, kita membahas tentang dua hal. Apakah hal yang pertama? (Melepaskan.) Salah satunya adalah tentang melepaskan. Apakah hal yang kedua? (Mengabdikan dirimu.) Mengabdikan dirimu. Kita membahas hal yang pertama, "melepaskan", sebanyak tiga kali. Apa yang terakhir kali kita persekutukan? (Terakhir kali, Tuhan menganalisis alasan mengapa emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran muncul dalam diri manusia dari perspektif kesulitan yang mereka hadapi, dan dari sikap mereka terhadap pekerjaan Tuhan dan kebenaran.) Ada banyak penyebab mengapa emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran bisa muncul, dan pada umumnya semua itu disebabkan oleh alasan objektif karena orang tidak memahami kebenaran. Ini adalah salah satu penyebabnya. Ada penyebab lainnya, yang merupakan penyebab utama yaitu karena orang tidak mengejar kebenaran. Jika orang tidak memahami atau mengejar kebenaran, dan mereka tidak benar-benar percaya kepada Tuhan, mereka tidak akan benar-benar tunduk, dan itulah sebabnya segala macam emosi negatif pun dengan sendirinya muncul dalam diri mereka. Dalam kehidupan sehari-hari, karena kesulitan nyata yang orang alami dalam hidup mereka dan karena berbagai masalah yang mereka hadapi dalam pemikiran mereka, mereka akhirnya merasakan segala macam emosi negatif di lingkungan objektif mereka, khususnya kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran yang kita bahas sebelumnya. Semuanya itu muncul karena orang menghadapi segala macam kesulitan dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan daging mereka. Karena ketika orang menghadapi masalah-masalah ini mereka tidak mencari kebenaran, tidak memercayai firman Tuhan, apalagi mencari kebenaran yang seharusnya mereka pahami dan terapkan di dalam firman Tuhan, yang akan memampukan mereka untuk melepaskan pandangan mereka yang keliru, pemikiran dan cara pandang mereka yang keliru tentang hal-hal ini, serta melepaskan cara-cara mereka yang keliru dalam menangani dan memperlakukan hal-hal ini, maka setelah beberapa waktu, berbagai kesulitan yang orang hadapi dalam kehidupan sehari-hari tersebut menyebabkan munculnya segala macam pemikiran yang mengganggu dan mengekang mereka di lubuk hati mereka. Tanpa mereka sadari, pemikiran ini menyebabkan munculnya kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran mengenai kehidupan daging mereka dan segala macam masalah yang mereka hadapi. Sebenarnya, jika orang belum datang ke hadapan Tuhan, atau belum memahami kebenaran, masalah seperti ini akan menyebabkan munculnya kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran dalam diri setiap orang pada taraf berbeda—ini tidak dapat dihindari. Bagi mereka yang hidup dalam daging, apa pun yang terjadi pada mereka akan menimbulkan gangguan dan dampak tertentu dalam kehidupan dan pemikiran mereka. Jika gangguan dan dampak ini menjadi lebih daripada yang mampu mereka tanggung, atau jika naluri, kemampuan, status sosial mereka tidak cukup untuk menopang mereka atau untuk menyelesaikan dan mengatasi kesulitan ini, kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran tentu saja akan muncul di lubuk hati mereka dan berkumpul di sana, dan perasaan-perasaan ini akan menjadi keadaan normal mereka. Keadaan yang dialami semua manusia yang tidak memahami kebenaran dan yang tidak percaya kepada Tuhan adalah mereka akan selalu mengkhawatirkan berbagai hal seperti prospek masa depan, makanan, minuman, dan pernikahan, kelangsungan hidup atau kesehatan, usia tua, status dan reputasi mereka di tengah masyarakat. Namun, begitu orang mulai percaya kepada Tuhan, setelah mereka memahami sedikit kebenaran, tekad mereka untuk mengejar kebenaran akan menjadi makin kuat. Dengan mengejar kebenaran, kesulitan dan masalah nyata yang mereka hadapi akan berangsur-angsur berkurang, dan emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran akan secara berangsur melemah dan mereda—ini terjadi dengan sangat alami. Ini karena, setelah orang membaca banyak firman Tuhan dan mulai memahami beberapa kebenaran dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka akan selalu mempertimbangkan dan menangani esensi, asal mula, dan sumber masalah yang mereka hadapi sepanjang hidup mereka berdasarkan firman Tuhan. Kesimpulannya, mereka pada akhirnya akan mengerti bahwa nasib mereka dan semua hal yang mereka alami dalam hidup mereka berada di tangan Tuhan, sehingga mereka akan memahami dari perspektif umum bahwa semua ini berada di bawah kedaulatan Tuhan dan tak satu pun darinya bergantung pada mereka. Oleh karena itu, hal termudah yang harus manusia lakukan adalah tunduk—tunduk pada pengaturan dan kedaulatan Surga. Mereka tidak boleh berjuang melawan nasib mereka, melainkan saat menghadapi masalah apa pun, mereka harus secara positif dan aktif mencari maksud Tuhan dan dari sana, mencari cara yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah—inilah hal paling dasar yang harus orang pahami. Artinya, setelah orang mulai percaya kepada Tuhan, karena kebenaran yang mereka pahami dan karena pada dasarnya mereka tunduk kepada Tuhan, kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran mereka akan secara berangsur mereda. Ini berarti emosi negatif ini tidak akan mampu lagi membuat mereka merasa sangat kesusahan, atau membuat mereka merasa bingung, atau kacau, atau membuat masa depan mereka terasa suram dan tidak menentu, sehingga sering menyebabkan mereka merasa tertekan, cemas dan khawatir mengenai hal-hal ini. Sebaliknya, karena mereka telah percaya kepada Tuhan dan memahami sedikit kebenaran, dan sedikit mengerti dan memahami yang sebenarnya tentang berbagai macam hal dalam hidup ini, atau telah memiliki cara yang lebih tepat untuk menangani hal-hal ini, emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran mereka pun akan berangsur mereda. Namun, meskipun engkau telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan telah mendengar banyak khotbah, emosi negatifmu berupa kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran masih belum hilang atau belum melemah—dengan kata lain, sikapmu dalam caramu memandang orang dan segala sesuatu dan dalam caramu berperilaku dan bertindak, serta pemikiran dan pandanganmu, dan caramu dalam menangani sesuatu sebelum engkau percaya kepada Tuhan belum berubah—yang berarti, setelah percaya kepada Tuhan, engkau tidak menerima kebenaran, engkau tidak memperoleh kebenaran, engkau tidak menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini setelah membaca firman Tuhan dan mendengarkan khotbah, sehingga engkau tidak mampu membereskan emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran ini. Jika engkau tidak pernah mencari kebenaran untuk menyelesaikan emosi negatif ini, bukankah ini menunjukkan bahwa ada masalah dengan dirimu? (Ya.) Masalah apa yang ditunjukkan hal ini? Engkau telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan dan masih merasa bahwa masa depanmu terlihat sangat suram dan gelap. Engkau masih sering merasa hampa dan tidak berdaya di dalam hatimu, engkau masih sering merasa bingung dan merasa tidak memiliki jalan ke depan. Engkau tidak tahu ke mana arah hidupmu, dan engkau masih merasa masa depanmu sangat tidak jelas, tanpa jalan, tanpa arah untuk maju. Apa artinya ini? Ini berarti, engkau setidaknya belum memperoleh kebenaran, bukan? Dan jika engkau belum memperoleh kebenaran, apa yang telah kaulakukan selama bertahun-tahun ini? Sudahkah engkau mengejar kebenaran? (Belum.) Jika setelah selama ini engkau melepaskan segalanya, mengorbankan dirimu, dan melaksanakan tugasmu, engkau masih belum mengejar kebenaran, dan belum menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah nyata, apa yang telah kaulakukan selama ini? (Hanya bermalas-malasan dan bersikap asal-asalan.) Ada banyak orang yang melaksanakan tugas mereka dengan cara seenaknya, dan orang-orang ini sebenarnya hanya berjerih payah. Orang-orang yang berjerih payah merasa puas jika mereka mampu melaksanakan tugas mereka, sedikit membayar harga, dan sedikit menderita, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran. Itulah sebabnya, setelah mereka percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, mereka sama sekali belum berubah. Orang-orang ini sebenarnya adalah orang-orang yang berjerih payah, dan jika kita menggunakan istilah yang biasa kita gunakan, kita dapat mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang melakukan kegiatan keagamaan. Lihatlah kegiatan keagamaan di dunia keagamaan—pada hari minggu orang pergi beribadah dan mengadakan kebaktian, dan mereka biasanya berdoa pada pagi hari, mengucapkan doa berkat, bersyukur untuk segala sesuatu, memberkati orang dengan doa-doa mereka, dan ketika bertemu dengan orang lain, mereka berkata, "Tuhan memberkatimu, Tuhan melindungimu." Ketika mereka melihat calon yang berpotensi, mereka memberitakan Injil dan membacakan ayat Alkitab kepada mereka. Orang-orang yang lebih baik akan membersihkan gereja, dan ketika seorang pengkhotbah datang, mereka dengan penuh semangat menerimanya di rumah mereka; ketika mereka bertemu dengan orang-orang lanjut usia yang mengalami kesulitan dalam hidup mereka, mereka menolong orang-orang itu dan merasa senang bisa menolong mereka. Bukankah semua ini adalah kegiatan keagamaan? Menyantap telur Paskah pada hari Paskah, merayakan Natal dan menyanyikan lagu-lagu Natal—inilah kegiatan yang mereka lakukan. Sekarang ini, kegiatanmu agak lebih sering dibandingkan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang beragama. Banyak dari antaramu meninggalkan rumah dan melaksanakan tugas penuh waktu. Engkau bersaat teduh pada pagi hari, melakukan pekerjaan gereja pada siang hari, engkau menghadiri pertemuan rutin dan membaca firman Tuhan, dan sebelum tidur pada malam hari, engkau berdoa kepada Tuhan dan memohon agar Dia melindungimu, mengaruniakan kepadamu tidur yang nyenyak dan menjauhkanmu dari mimpi buruk, dan kemudian engkau melakukan lagi semua itu pada hari berikutnya. Kehidupanmu setiap hari sangatlah teratur, tetapi kehidupan itu sangat hambar dan membosankan. Sudah sejak lama, engkau tidak memperoleh apa pun dan tidak memahami apa pun, dan engkau tidak pernah merenungkan atau mengenali emosi-emosi negatif yang paling mendasar ini, engkau juga belum pernah menganalisis ataupun membereskannya. Selama waktu luangmu, atau ketika engkau menghadapi sesuatu yang tidak kausukai dalam tugasmu, atau engkau menerima pesan dari rumah yang memberitahumu bahwa orang tuamu sedang sakit, atau bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi di rumah, engkau merasa tidak ingin lagi melaksanakan tugasmu dan engkau menjadi lemah selama beberapa hari. Selagi engkau merasa lemah, emosi negatif, yang sejak lama kaukumpulkan di dalam dirimu itu, muncul kembali. Engkau memikirkannya siang dan malam, dan semua itu mengikutimu bagaikan bayangan. Bahkan ada orang yang tiba-tiba memiliki kembali pemikiran dan pandangan yang mereka miliki sebelum mereka percaya kepada Tuhan ketika mereka merasa lemah dan negatif dan mereka berpikir, "Mungkin akan lebih baik jika aku dahulu masuk perguruan tinggi, jika aku mengambil jurusan tertentu dan mendapatkan pekerjaan yang baik—mungkin aku bahkan sudah menikah saat ini. Dahulu, beberapa teman sekelasku sama sekali bukan murid yang istimewa, tetapi setelah lulus sekolah, mereka masuk perguruan tinggi. Mereka dipromosikan setelah mendapatkan pekerjaan, dan sekarang mereka memiliki rumah tangga yang sempurna dan bahagia. Mereka memiliki mobil dan rumah, dan mereka menjalani kehidupan yang indah." Saat mereka memikirkan hal-hal ini dan tergelincir ke dalam keadaan yang negatif ini, segala macam emosi negatif pun langsung bermunculan. Mereka memikirkan rumah, memikirkan ibu mereka, mereka merindukan kehidupan mereka sebelumnya, dan hal-hal baik, hal-hal buruk, hal-hal menyakitkan, hal-hal membahagiakan, dan hal-hal tak terlupakan semuanya membanjiri pikiran mereka, dan saat memikirkan semua ini, mereka menjadi sangat sedih, dan air mata bercucuran di pipi mereka. Apa yang ditunjukkan semua ini? Ini menunjukkan bahwa cara hidupmu dan caramu menjalani hidupmu sebelumnya bisa saja muncul dalam dirimu dari waktu ke waktu dan mengganggu kehidupanmu saat ini dan keadaan hidupmu saat ini. Hal-hal ini bahkan dapat mendominasi caramu menjalani hidupmu saat ini dan sikap hidupmu serta caramu memandang segala sesuatu. Hal-hal ini selalu mengganggu dan mendominasi hidupmu. Ini bukan kaulakukan dengan sengaja, sebaliknya ini terjadi begitu saja karena engkau telah terperosok ke dalam emosi-emosi negatif ini. Engkau mungkin mengira bahwa engkau tidak memiliki emosi-emosi ini, tetapi itu hanya karena waktu dan lingkungan yang tepat belum tiba. Begitu waktu dan lingkungan yang tepat telah tiba, engkau bisa saja tergelincir ke dalam emosi yang sama ini kapan pun dan di mana pun. Pada saat engkau tergelincir ke dalam emosi ini, engkau berada dalam bahaya terjerumus kembali ke dalam cara hidupmu yang semula kapan pun dan di mana pun dan engkau akan berada di bawah dominasi pemikiran dan pandanganmu yang semula—ini sangat berbahaya. Bahaya ini dapat merampas kesempatan dan harapanmu untuk memperoleh keselamatan kapan pun dan di mana pun, dan bahaya ini, kapan pun dan di mana pun, dapat menarikmu dari jalan kepercayaanmu kepada Tuhan. Oleh karena itu, sekuat apa pun tekad dan keinginanmu untuk melaksanakan tugasmu saat ini, atau sedalam dan seluhur apa pun kebenaran yang kauanggap telah kaupahami, atau sehebat apa pun tingkat pertumbuhanmu, selama pemikiranmu belum berubah, selama pandangan hidupmu belum berubah, selama caramu menjalani hidup belum berubah, dan selama hasratmu mengenai apa yang kauinginkan dalam hidupmu belum berubah—selama semua itu berada di bawah arahan emosi-emosi tersebut—engkau akan berada dalam bahaya kapan pun dan di mana pun; jika engkau sampai dapat ditelan, dikuasai, dan diseret oleh pemikiran dan pandangan ini kapan pun dan di mana pun, engkau berada dalam bahaya. Oleh karena itu, jangan menganggap remeh emosi-emosi negatif ini. Kapan pun dan di mana pun, emosi negatif mampu merampas kesempatanmu untuk memperoleh keselamatan dan menghancurkan kesempatanmu untuk diselamatkan, dan ini bukan masalah kecil.
Semua emosi negatif manusia disebabkan oleh berbagai pemikiran manusia yang salah, pandangan dan cara hidup mereka yang salah, dan falsafah hidup Iblis yang salah. Hal itu juga disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan nyatamu, khususnya, pada saat engkau benar-benar tak mampu memahami esensi dari hal-hal ini, sehingga engkau dapat dengan sangat mudah menjadi takut dan terbelenggu oleh munculnya hal-hal ini, dan dapat dengan sangat mudah tenggelam dalam kebingungan, sehingga kembali terjerumus dalam cara hidupmu yang lama; engkau akan tanpa sadar melindungi dirimu sendiri, meninggalkan Tuhan, meninggalkan kebenaran, dan menggunakan metodemu sendiri dan cara-cara yang kauanggap paling tradisional dan paling dapat diandalkan untuk mencari jalan keluar, mencari cara untuk hidup, dan mencari harapan untuk terus hidup. Meskipun di luarnya, emosi negatif ini hanya terlihat sebagai emosi, dan jika digambarkan dengan kata-kata, emosi-emosi ini secara harfiah tampak merupakan hal yang remeh dan tidak terlalu serius, ada orang-orang yang memegang erat emosi negatif ini dan tidak akan melepaskannya, seolah-olah mereka sedang memegang seutas tali yang akan menyelamatkan nyawa mereka, dan mereka terikat erat dan terbelenggu oleh hal-hal ini. Sebenarnya, terbelenggunya mereka oleh emosi negatif ini adalah karena berbagai cara yang manusia andalkan untuk kelangsungan hidup mereka dan disebabkan karena berbagai pemikiran dan pandangan yang mendominasi mereka, serta berbagai sikap mereka terhadap kehidupan ini dan kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, sekalipun perasaan depresi, kesedihan, kecemasan, kekhawatiran, perasaan rendah diri, kebencian, kemarahan dan sebagainya, semuanya itu negatif, orang tetap menganggapnya sebagai hal-hal yang dapat mereka andalkan, dan hanya jika mereka tergelincir ke dalam emosi negatif ini, barulah mereka merasa aman, merasa mereka telah menemukan diri mereka sendiri, dan merasa bahwa mereka ada. Padahal sebenarnya, orang-orang yang terjerumus dalam emosi ini sedang bergerak ke arah berlawanan dari kebenaran dan menyimpang jauh darinya, dan dari cara berpikir yang benar, dari pemikiran dan pandangan yang benar dan dari sikap yang benar terhadap segala sesuatu yang Tuhan tuntut untuk mereka miliki. Apa pun emosi negatif yang sedang kaurasakan, makin dalam engkau tenggelam di dalamnya, makin engkau akan diikat olehnya; makin engkau diikat olehnya, makin engkau merasa perlu untuk melindungi dirimu sendiri; makin engkau merasa perlu untuk melindungi dirimu, makin engkau berharap dirimu menjadi lebih kuat dan lebih mampu dan cakap untuk mendapatkan kesempatan hidup dan menemukan berbagai cara hidup untuk mengatasi dunia ini, untuk menang atas segala macam kesulitan yang kauhadapi di dunia ini, dan mengatasi semua kesulitan dan kesukaran hidup ini. Sebenarnya, makin engkau tenggelam dalam emosi ini, makin engkau ingin mengendalikan atau mengatasi semua kesulitan yang kautemui dalam hidup ini. Bukankah benar demikian? (Ya.) Lalu, bagaimanakah pemikiran manusia ini muncul? Mari kita ambil pernikahan sebagai contohnya. Engkau merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang pernikahan, tetapi apa sebenarnya masalah di balik semua ini? Apa yang kaukhawatirkan? Berasal dari manakah kekhawatiran ini? Kekhawatiran ini berasal dari ketidaktahuanmu bahwa pernikahan diatur dan ditentukan oleh nasib, dan itu diatur dan ditentukan oleh Surga. Karena engkau tidak mengetahui hal ini, engkau selalu ingin memutuskan sendiri segala sesuatunya, merencanakan, mengusulkan, dan menyusun rencana, berulang kali memikirkan berbagai hal seperti: "Pasangan seperti apa yang harus kucari? Harus setinggi apakah dia? Orangnya harus berwajah seperti apa? Kepribadian seperti apa yang harus dimilikinya? Seberapa tinggi pendidikannya? Latar belakang keluarga seperti apa yang harus dimilikinya?" Makin menyeluruh rencanamu, makin engkau merasa khawatir, bukan? Makin tinggi dan makin banyak tuntutanmu, makin engkau merasa khawatir, bukan? Dan makin sulit bagimu untuk menemukan pasangan, bukan? (Ya.) Jika engkau tidak tahu apakah seseorang itu cocok untukmu atau tidak, kesulitanmu menjadi makin besar, dan makin besar kesulitanmu, makin parah kesedihan dan kecemasanmu, bukan? Makin parah kesedihan dan kecemasanmu, makin engkau dijerat oleh emosi-emosi ini. Jadi, bagaimana engkau harus menyelesaikan masalah ini? Katakanlah engkau telah memahami apa esensi dari pernikahan, dan engkau memahami cara yang benar untuk maju dan arah yang harus kautuju—lalu bagaimana cara yang benar untuk memperlakukan pernikahan? Engkau beranggapan bahwa, "Pernikahan adalah peristiwa yang besar dalam hidup ini, dan apa pun pilihan orang, semua itu telah ditentukan sejak lama. Tuhan sudah sejak lama menentukan dan mengatur siapa yang akan menjadi pasangan kita dan orang seperti apa dia. Orang tidak boleh terlalu terburu-buru atau mengandalkan imajinasi mereka, apalagi kesukaan mereka. Mengandalkan imajinasi dan kesukaan pribadi dan bersikap terburu-buru adalah perwujudan kebodohan dan itu tidak sesuai dengan kenyataan. Orang tidak boleh membiarkan imajinasi mereka menjadi liar, dan semua imajinasi bertentangan dengan kenyataan. Cara paling praktis untuk mencari pasangan adalah membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana semestinya dan menunggu orang yang telah Tuhan atur untuk kita." Jadi, dengan teori dan pemahaman praktis yang kaupahami ini sebagai landasanmu, bagaimana seharusnya engkau melakukan penerapan dalam hal ini? Engkau harus beriman. Menunggu waktunya Tuhan, dan menunggu pengaturan Tuhan. Jika Tuhan mengatur seorang pasangan untukmu dalam hidup ini, orang itu akan muncul pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan di lingkungan yang tepat. Hal ini akan terjadi ketika keadaannya sudah matang, dan satu-satunya yang harus kaulakukan adalah menjadi orang yang bekerja sama dengan hal ini pada saat seperti itu, dan di tempat dan lingkungan seperti itu. Satu-satunya yang dapat kaulakukan adalah menunggu—menunggu saat ini tiba, menunggu tempat ini, menunggu lingkungan ini, menunggu orang ini muncul, menunggu semua hal ini terjadi, tidak bersikap aktif ataupun pasif, melainkan hanya menunggu terjadinya dan tibanya semua hal ini. Apa yang Kumaksud dengan "menunggu"? Maksud-Ku adalah engkau harus memiliki sikap yang tunduk, tidak bersikap aktif ataupun pasif; sikap ini adalah sikap yang mencari dan tunduk, tanpa terus-menerus mendesak. Setelah engkau memiliki sikap seperti ini, akankah engkau tetap merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang pernikahan? (Tidak.) Rencana, imajinasi, keinginan, kesukaan pribadimu dan semua pemikiran bodohmu yang bertentangan dengan kenyataan akan lenyap. Kemudian, hatimu akan menjadi tenang, dan engkau tidak lagi merasakan emosi negatif tentang masalah pernikahan. Engkau akan merasa santai, bebas, dan lepas mengenai hal ini, dan membiarkan segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya. Setelah engkau memiliki sikap yang benar seperti ini, semua yang kaulakukan dan semua yang kauungkapkan akan menjadi masuk akal dan pantas. Emosi yang akan kauwujudkan dari dalam kemanusiaan normalmu tentu saja bukan kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran, melainkan perasaan yang damai dan stabil. Emosi yang kauwujudkan bukan emosi yang membuatmu menjadi depresi atau ekstrem—engkau hanya menunggu. Satu-satunya cara untuk menerapkan dan bersikap dalam hal ini di dalam hatimu adalah menunggu dan tunduk: "Aku ingin tunduk pada semua yang Tuhan atur untukku. Aku tidak memiliki tuntutan ataupun rencana pribadi." Bukankah dengan demikian engkau telah melepaskan emosi negatif ini? Dan bukankah dengan demikian emosi negatif ini tidak akan muncul? Sekalipun engkau merasakannya, bukankah engkau akan mampu secara berangsur melepaskannya? Jadi, proses macam apakah yang merupakan proses melepaskan emosi negatif ini? Apakah proses ini adalah perwujudan mengejar kebenaran? Proses ini menunjukkan bahwa engkau sedang mengejar kebenaran dan menerapkan kebenaran. Hasil akhir yang diperoleh dengan mengejar kebenaran adalah menerapkan kebenaran—yaitu diimplementasikan dengan menerapkan kebenaran. Setelah engkau mencapai taraf menerapkan kebenaran, kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiranmu tidak akan lagi mengikutimu seperti bayangan; semua itu akan sepenuhnya hilang dari lubuk hatimu. Apakah proses menghilangkan emosi negatif ini adalah proses melepaskan? (Ya.) Menerapkan kebenaran itu sesederhana ini. Apakah mudah melakukannya? Orang menerapkan kebenaran berarti mengubah pemikiran dan pandangan mereka, dan terlebih dari itu, mengubah sikap mereka terhadap segala sesuatu. Untuk dapat melepaskan emosi negatif yang sederhana, orang harus menerapkan dan melalui proses ini. Pertama-tama, orang harus mengubah pemikiran dan pandangan mereka, kemudian mengubah sikap mereka dalam melakukan penerapan, sebelum kemudian mengubah cara penerapan, prinsip penerapan, dan jalan penerapan mereka. Bukankah dengan cara seperti ini engkau akan mampu melepaskan emosi negatifmu? Sesederhana ini. Hasil akhir yang akan kauperoleh dengan "melepaskan" adalah engkau tidak akan lagi diganggu, dikacaukan, dan dikendalikan oleh emosi negatif ini, dan engkau juga sekaligus tidak akan lagi dihantui oleh segala macam pemikiran dan pandangan negatif yang disebabkan oleh emosi negatif ini. Dengan demikian, engkau akan hidup dengan perasaan tenang, lepas, dan bebas. Tentu saja, perasaan tenang, lepas dan bebas hanyalah perasaan manusia—manfaat yang sebenarnya orang peroleh adalah mereka akhirnya memahami kebenaran. Landasan keberadaan manusia adalah kebenaran dan firman Tuhan. Jika manusia mengandalkan imajinasi mereka untuk hidup dalam berbagai emosi negatif agar dapat melindungi diri mereka sendiri, jika mereka mengandalkan diri sendiri dan mengandalkan kemampuan, cara, dan metode mereka sendiri untuk melindungi dan menempuh jalan mereka sendiri, maka mereka akan menyimpang dari kebenaran dan dari Tuhan, dan tentu saja mereka akhirnya akan hidup di bawah kuasa Iblis. Oleh karena itu, ketika engkau dihadapkan dengan kesulitan dan situasi yang sama seperti ini, engkau harus memiliki pemahaman di dalam hatimu dan secara alami berpikir, "Aku tidak perlu mengkhawatirkan hal-hal ini. Tidak ada gunanya khawatir. Orang-orang yang cerdas dan bijak akan mengandalkan Tuhan dan akan memercayakan semua hal ini kepada Tuhan, tunduk pada kedaulatan-Nya, menunggu segala sesuatu yang Tuhan atur, dan menunggu waktu, tempat, orang, atau hal yang Tuhan atur. Yang harus dan dapat manusia lakukan hanyalah bekerja sama dan tunduk—inilah pilihan yang paling masuk akal." Tentu saja, jika engkau tidak melakukan hal ini dan tidak menerapkan dengan cara seperti ini, segala sesuatu yang Tuhan atur tetap akan terjadi pada akhirnya—tidak ada orang, peristiwa, dan situasi yang dapat diubah oleh kehendak manusia. Kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran manusia hanyalah pengorbanan yang sia-sia, dan perasaan itu hanyalah pemikiran bodoh dan pewujudan bodoh manusia. Sedalam atau separah apa pun kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiranmu, atau seberapa pun menyeluruhnya engkau memikirkan suatu masalah, semua itu pada akhirnya tidak berguna dan harus dibuang. Kenyataan dan hasil akhirnya tidak dapat diubah oleh kehendak manusia. Pada akhirnya, manusia harus hidup di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan; tak seorang pun dapat mengubah hal-hal ini, dan tak seorang pun dapat membebaskan diri dari semua hal ini. Bukankah benar demikian? (Ya.)
Sekarang, mari kita membahas tentang penyakit. Mengenai daging manusia yang sudah tua ini, penyakit apa pun yang orang derita, apakah mereka bisa membaik atau tidak, atau sampai sejauh mana mereka menderita, tak satu pun dari hal-hal ini tergantung pada mereka—semuanya itu berada di tangan Tuhan. Jika, saat engkau sakit, engkau tunduk pada pengaturan Tuhan, dan rela menanggungnya serta menerima kenyataan ini, engkau akan tetap menderita penyakit ini; jika engkau tidak menerima kenyataan ini, engkau tetap tidak akan mampu terbebas dari penyakit ini—ini adalah kenyataannya. Bisa saja dalam menghadapi penyakitmu engkau bersikap positif pada hari tertentu, atau bersikap negatif pada hari lainnya. Artinya, bagaimanapun sikapmu, engkau tidak dapat mengubah kenyataan bahwa engkau sedang sakit. Sikap apa yang dipilih orang yang cerdas? Dan sikap apa yang dipilih orang yang bodoh? Orang bodoh akan memilih untuk hidup dalam kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran. Mereka bahkan akan tenggelam dalam perasaan ini dan tidak ingin untuk keluar dari perasaan ini. Mereka tidak mau mendengar nasihat yang diberikan, malah bertanya-tanya, "Mengapa aku sampai terkena penyakit ini? Apakah penyakit ini disebabkan karena kelelahan? Apakah karena kekhawatiran? Atau karena melanggar larangan tertentu?" Setiap hari, mereka bertanya-tanya bagaimana mereka bisa jatuh sakit dan kapan penyakit itu mulai mereka derita, berpikir, "Mengapa aku tidak menyadarinya? Mengapa aku bisa sebodoh itu dan melaksanakan tugasku dengan sedemikian tulusnya? Orang lain melakukan pemeriksaan fisik setiap tahunnya, dan setidaknya mengecek tekanan darah mereka dan melakukan rontgen. Mengapa aku tidak menyadari bahwa aku seharusnya melakukan pemeriksaan fisik? Orang lain hidup dengan begitu berhati-hati. Mengapa aku hidup dengan begitu bodohnya? Aku mengidap penyakit ini dan aku bahkan tidak menyadarinya. Oh, aku harus mendapatkan pengobatan untuk penyakit ini! Pengobatan apa yang bisa kudapatkan?" Kemudian mereka mencari informasi di Internet dan mencari penyebab mereka terjangkit penyakit ini, apa penyebabnya, bagaimana mengobatinya dengan obat-obatan Tiongkok, bagaimana mengobatinya dengan obat-obatan Barat, dan apa sajakah pengobatan tradisional yang ada—mereka mencari semua hal ini. Setelah itu, mereka meminum obat-obatan Tiongkok dan kemudian obat-obatan Barat di rumah, selalu merasa serius, cemas, dan tidak sabar tentang sakitnya mereka, dan seiring berjalannya waktu, mereka tidak lagi melaksanakan tugas mereka, mereka melepaskan kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka tidak lagi percaya, dan mereka hanya berpikir tentang cara mengobati penyakit mereka; sekarang tugas mereka adalah menyembuhkan diri dari penyakit ini. Mereka sudah ditelan oleh penyakit mereka, setiap hari merasa tertekan karena jatuh sakit, dan ketika bertemu dengan siapa pun, mereka berkata, "Oh, aku terkena penyakit ini dengan cara seperti ini. Biarlah apa yang terjadi padaku menjadi pelajaran untukmu, dan jika kau sakit kau harus berusaha memeriksakan dirimu dan mendapatkan pengobatan. Menjaga kesehatanmu adalah hal yang terpenting. Kau harus cerdas, dan tidak boleh hidup dengan sedemikian bodohnya." Mereka mengatakan hal-hal ini kepada siapa pun yang mereka temui. Dengan jatuh sakit, inilah pengalaman dan pelajaran yang mereka petik. Begitu jatuh sakit, mereka menjadi berhati-hati saat makan, dan berhati-hati saat berjalan, dan mereka belajar cara menjaga kesehatan mereka sendiri. Pada akhirnya, kesimpulan mereka adalah: "Manusia harus mengandalkan diri sendiri untuk menjaga kesehatan mereka sendiri. Selama bertahun-tahun terakhir, aku tidak terlalu memperhatikan kesehatanku, dan begitu aku mengalihkan perhatianku dari hal ini, aku pun terjangkit penyakit ini. Untunglah, aku menemukannya sejak dini. Jika aku terlambat menemukannya, habislah aku. Betapa tidak beruntungnya jatuh sakit dan mati pada usia muda. Aku belum dapat menikmati hidupku, ada sangat banyak makanan enak yang belum pernah kumakan, dan ada sangat banyak tempat menyenangkan yang belum kukunjungi!" Mereka jatuh sakit dan menarik kesimpulan ini. Karena mereka jatuh sakit dan tidak mati, mereka pun yakin bahwa mereka pintar dan mampu mengetahui penyakit mereka pada waktunya. Mereka tidak pernah berkata bahwa semua ini tergantung pada kedaulatan Tuhan dan ditentukan sejak semula oleh-Nya, dan jika seseorang belum harus mati, maka separah apa pun penyakit yang dideritanya, dia tetap tidak bisa mati, dan jika seseorang sudah harus mati, orang itu akan mati bahkan tanpa jatuh sakit—mereka tidak memahami hal ini. Mereka yakin penyakit mereka telah membuat mereka menjadi pintar, padahal "kepintaran" mereka sangat keliru dan mereka sangat bodoh. Ketika orang yang mengejar kebenaran menghadapi penyakit, akankah mereka terjerumus dalam kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran? (Tidak.) Bagaimana sikap mereka pada saat mereka jatuh sakit? (Pertama-tama, mereka akan mampu tunduk, lalu saat mereka sakit, mereka akan berusaha memahami maksud Tuhan dan merenungkan kerusakan apa sajakah yang mereka miliki.) Dapatkah beberapa perkataan ini menyelesaikan masalah? Jika yang mereka lakukan hanyalah merenungkannya, bukankah mereka tetap perlu mengobati penyakit mereka? (Mereka juga akan berusaha mengobatinya.) Ya, jika itu adalah penyakit yang harus diobati, penyakit yang serius, atau penyakit yang akan menjadi makin parah jika tidak diobati, maka penyakit itu harus diobati—inilah yang orang cerdas lakukan. Ketika orang bodoh tidak sakit, mereka selalu khawatir, "Oh, mungkinkah aku akan jatuh sakit? Dan jika aku sakit, akankah penyakitku menjadi parah? Akankah aku terjangkit penyakit itu? Dan jika aku terjangkit penyakit itu, akankah aku mati muda? Apakah akan terasa sangat sakit saat aku mati? Akankah aku menjalani kehidupan yang bahagia? Jika aku terjangkit penyakit itu, haruskah aku membuat pengaturan untuk kematianku dan menikmati hidup sesegera mungkin?" Orang bodoh akan sering merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang hal-hal seperti ini. Mereka tidak pernah mencari kebenaran atau mencari kebenaran yang seharusnya mereka pahami dalam hal ini. Sedangkan orang cerdas, mereka memiliki pemahaman dan wawasan tentang hal ini, entah ketika orang lain jatuh sakit atau ketika mereka sendiri belum sakit. Jadi, pemahaman dan wawasan apakah yang seharusnya orang miliki? Pertama-tama, akankah penyakit berlalu dari seseorang karena mereka merasa tertekan, cemas, dan khawatir? (Tidak.) Katakan kepada-Ku, bukankah sudah ditakdirkan kapan seseorang akan menderita suatu penyakit, akan seperti apa kesehatan mereka pada usia tertentu, dan apakah mereka akan menderita penyakit parah atau penyakit serius? Kuberitahukan kepadamu, bahwa hal itu sudah ditentukan. Sekarang, kita tidak akan membahas tentang bagaimana Tuhan menentukan segala sesuatunya bagimu dari sejak semula; penampilan orang, bentuk wajah, bentuk tubuh, dan tanggal kelahiran mereka, semua orang tahu dengan jelas bahwa semua itu sudah ditentukan. Para peramal, ahli nujum, para pembaca rasi bintang, dan mereka yang dapat membaca telapak tangan yang adalah orang-orang tidak percaya, dapat mengetahui kapan orang akan mengalami bencana, dan kapan orang akan mengalami kemalangan, dari telapak tangan, wajah, dan tanggal lahir orang tersebut—hal-hal ini telah ditentukan sejak semua. Jadi, ketika seseorang jatuh sakit, itu mungkin tampak seolah-olah disebabkan karena kelelahan, karena perasaan marah, atau karena mereka hidup miskin dan kekurangan gizi—di luarnya mungkin tampak seperti ini. Situasi ini berlaku untuk semua orang, lalu mengapa ada orang-orang tertentu dalam kelompok usia yang sama yang terjangkit penyakit tertentu, sementara yang lain tidak? Apakah sudah ditakdirkan seperti ini? (Ya.) Dalam istilah awamnya, hal ini sudah ditakdirkan. Bagaimana kita mengatakannya dengan kata-kata yang sesuai dengan kebenaran? Semua hal ini berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Oleh karena itu, apa pun makanan, minuman, tempat tinggal, dan lingkungan tempat tinggalmu, semua itu tidak ada hubungannya dengan kapan engkau akan jatuh sakit atau penyakit apa yang akan kauderita. Orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan selalu mencari alasan dari sudut pandang objektif dan selalu menekankan penyebab dari penyakit tersebut, dengan berkata. "Kau harus lebih banyak berolahraga, makan sayur lebih banyak, dan makan daging lebih sedikit." Benarkah pendapat mereka tersebut? Orang yang tidak pernah makan daging pun tetap bisa terkena tekanan darah tinggi dan diabetes, dan para vegetarian pun tetap bisa memiliki kolesterol yang tinggi. Ilmu kedokteran belum memberikan penjelasan yang akurat atau masuk akal untuk hal-hal ini. Biar Kuberitahukan kepadamu, semua makanan beragam yang telah Tuhan ciptakan bagi manusia merupakan makanan yang sudah seharusnya dimakan manusia; hanya saja jangan mengonsumsinya terlalu berlebihan, melainkan secukupnya saja. Memang perlu bagimu untuk belajar cara menjaga kesehatanmu, tetapi selalu ingin mempelajari cara mencegah penyakit adalah salah. Sebagaimana yang baru saja kita bahas, akan seperti apakah kesehatan seseorang pada usia tertentu dan apakah orang akan mengalami penyakit yang berat atau tidak, semua itu diatur oleh Tuhan. Orang-orang tidak percaya, mereka tidak percaya kepada Tuhan dan mencari seseorang untuk melihat hal-hal ini di telapak tangan, di tanggal kelahiran, dan di wajah mereka, dan mereka memercayai hal-hal ini. Engkau percaya kepada Tuhan dan sering kali mendengarkan khotbah dan persekutuan tentang kebenaran, jadi, jika engkau tidak percaya bahwa segala sesuatu diatur oleh Tuhan, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya. Jika engkau benar-benar percaya bahwa segala sesuatu berada di tangan Tuhan, engkau harus percaya bahwa hal-hal ini—penyakit serius, penyakit berat, penyakit ringan, dan kesehatan—semuanya berada di bawah kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Kemunculan penyakit serius dan akan seperti apa kesehatan seseorang pada usia tertentu, itu bukanlah hal yang terjadi secara kebetulan, dan memahami hal ini berarti memiliki pemahaman yang positif dan akurat. Apakah ini sesuai dengan kebenaran? (Ya.) Ini sesuai dengan kebenaran, ini adalah kebenaran, engkau harus menerimanya, dan sikap serta pandanganmu mengenai hal ini harus berubah. Dan hal apa yang dibereskan setelah hal-hal ini diubah? Bukankah kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiranmu dapat dibereskan? Setidaknya, emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiranmu tentang penyakit telah dibereskan secara teori. Karena pemahamanmu telah mengubah pemikiran dan pandanganmu, maka pemahaman itu juga membereskan emosi negatifmu. Ini adalah salah satu aspeknya: apakah orang akan jatuh sakit atau tidak, penyakit serius apa yang akan mereka derita, dan akan seperti apa kesehatan mereka pada setiap tahap kehidupan, semua itu tidak dapat diubah oleh kehendak manusia, tetapi semua itu telah ditentukan sejak semula oleh Tuhan. Ada orang-orang yang berkata, "Jadi, bolehkah jika aku tidak ingin jatuh sakit? Bolehkah jika aku memohon kepada Tuhan untuk menyembuhkan penyakitku? Bolehkah jika aku memohon kepada Tuhan untuk menjauhkanku dari bencana dan kemalangan ini?" Bagaimana menurutmu? Bolehkah memohon hal-hal ini? (Tidak.) Engkau semua mengatakan tidak dengan sedemikian yakinnya, tetapi tak seorang pun mampu memahami hal-hal ini dengan jelas. Mungkin ada seseorang yang sedang melaksanakan tugasnya dengan setia dan memiliki tekad untuk mengejar kebenaran, dan dia sangat penting bagi pekerjaan tertentu di rumah Tuhan, dan Tuhan mungkin mengangkat penyakit serius yang memengaruhi orang itu dalam tugasnya, pekerjaannya, dan dalam hal tenaga dan kekuatan tubuhnya, karena Tuhan bertanggung jawab atas pekerjaan-Nya. Namun adakah orang yang seperti ini? Siapakah yang seperti ini? Engkau tidak tahu, bukan? Mungkin ada orang-orang yang seperti ini. Jika memang ada orang yang seperti ini, bukankah Tuhan mampu menyingkirkan penyakit dan kemalangannya dengan sepatah kata saja? Bukankah Tuhan akan mampu melakukannya dengan hanya memikirkannya? Pikiran Tuhan mungkin seperti ini: "Orang ini akan menderita suatu penyakit pada bulan tertentu di usianya sekarang ini. Sekarang dia sangat sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia tidak akan menderita penyakit ini. Dia tidak perlu mengalami penyakit ini. Biarlah penyakit ini berlalu dari padanya." Tuhan tentu saja sanggup melakukan hal ini dan Dia hanya perlu mengucapkan sepatah kata saja, bukan? Namun, siapakah yang dapat menerima berkat seperti ini? Siapa pun yang benar-benar memiliki tekad dan kesetiaan seperti ini dan mampu sungguh-sungguh menjalankan fungsi seperti ini dalam pekerjaan Tuhan, orang-orang seperti itulah yang memiliki kemungkinan untuk menerima berkat seperti itu. Ini bukanlah topik yang perlu kita bahas, jadi kita tidak akan membahasnya sekarang. Kita sedang membahas tentang penyakit; ini adalah sesuatu yang kebanyakan orang akan mengalaminya sepanjang hidup mereka. Jadi, jenis penyakit yang akan diderita tubuh manusia pada waktu atau pada usia tertentu, dan akan seperti apa kesehatan mereka, semua itu adalah hal-hal yang diatur oleh Tuhan dan manusia tidak dapat menentukan sendiri hal-hal ini; sama seperti kapan orang dilahirkan, mereka tidak dapat menentukannya sendiri. Jadi, bukankah bodoh merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang hal-hal yang tidak dapat kautentukan sendiri? (Ya.) Orang seharusnya mengatasi hal-hal yang mampu mereka atasi sendiri, sedangkan untuk hal-hal yang tak mampu mereka lakukan sendiri, mereka harus menunggu Tuhan; orang harus tunduk di dalam hatinya dan memohon kepada Tuhan untuk melindungi mereka—inilah pola pikir yang harus orang miliki. Ketika penyakit benar-benar menyerang dan kematian sudah dekat, orang harus tunduk dan tidak mengeluh atau memberontak terhadap Tuhan atau mengatakan hal-hal yang menghujat Tuhan atau hal-hal yang menyerang diri-Nya. Sebaliknya, orang harus bersikap sebagai makhluk ciptaan, dan mengalami serta menghargai semua yang berasal dari Tuhan—mereka tidak boleh berusaha membuat pilihan mereka sendiri. Ini seharusnya menjadi pengalaman istimewa yang memperkaya hidupmu, dan ini belum tentu hal yang buruk, bukan? Jadi, dalam hal penyakit, orang harus terlebih dahulu membereskan pemikiran dan pandangan mereka yang keliru tentang asal muasal penyakit, sehingga mereka tidak akan lagi mengkhawatirkan hal ini; selain itu, manusia tidak berhak untuk mengendalikan hal-hal yang mereka ketahui dan tidak mereka ketahui, mereka juga tidak mampu mengendalikan semua ini, karena semua hal ini berada di bawah kedaulatan Tuhan. Sikap dan prinsip penerapan yang harus orang miliki adalah menunggu dan tunduk. Dari memahami hingga menerapkan hal ini, semuanya harus dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran—inilah yang dimaksud dengan mengejar kebenaran.
Ada orang-orang yang selalu mengkhawatirkan penyakit mereka dengan berkata, "Jika penyakitku makin parah, akan mampukah aku menanggungnya? Jika kondisiku memburuk, apakah aku akan mati karenanya? Perlukah aku menjalani operasi? Dan jika aku dioperasi, apakah aku akan mati di meja operasi? Aku telah tunduk. Akankah Tuhan mencabut nyawaku karena penyakit ini?" Apa gunanya memikirkan hal-hal ini? Jika engkau tak mampu menghentikan dirimu memikirkan hal-hal ini, engkau harus berdoa kepada Tuhan. Tidak ada gunanya mengandalkan dirimu sendiri, engkau pasti tidak akan mampu menanggungnya. Tak seorang pun ingin dirinya sakit, dan tak seorang pun tersenyum lebar, merasa sangat gembira dan merayakan jatuh sakitnya mereka. Tak seorang pun seperti ini karena manusia normal tidak seperti itu. Ketika manusia normal jatuh sakit, mereka akan selalu merasa menderita dan sedih, dan mereka pun terbatas dalam kemampuan mereka untuk menanggungnya. Namun, ada satu hal yang harus kauingat: jika orang selalu berpikir untuk mengandalkan kekuatan mereka sendiri ketika sakit untuk dapat melepaskan diri dari penyakit tersebut dan menghindarinya, apa akibatnya pada akhirnya? Selain menderita penyakit tersebut, bukankah mereka akan merasa makin menderita dan sedih? Itulah sebabnya makin orang mendapati dirinya diliputi oleh penyakit, makin mereka harus mencari kebenaran, dan makin mereka harus mencari cara penerapan yang sesuai dengan maksud Tuhan. Makin orang diliputi penyakit, makin mereka harus datang ke hadapan Tuhan dan mengetahui kerusakan mereka sendiri serta menyadari tuntutan tak masuk akal yang mereka ajukan kepada Tuhan. Makin engkau diliputi penyakit, makin engkau diuji apakah engkau benar-benar tunduk. Jadi, ketika engkau sakit, kemampuanmu untuk tetap tunduk pada pengaturan Tuhan, untuk memberontak terhadap keluhanmu sendiri, untuk tidak mengajukan tuntutan yang tak masuk akal menunjukkan bahwa engkau adalah orang yang benar-benar mengejar kebenaran dan benar-benar tunduk kepada Tuhan, dan menunjukkan bahwa engkau mampu menjadi kesaksian, bahwa kesetiaan dan ketundukanmu kepada Tuhan nyata dan mampu lulus ujian, dan bahwa kesetiaan dan ketundukanmu kepada Tuhan bukanlah sekadar slogan dan doktrin. Inilah yang harus orang lakukan ketika mereka jatuh sakit. Ketika engkau sakit, itu bertujuan untuk menyingkapkan semua tuntutanmu yang tidak masuk akal dan imajinasi serta gagasanmu yang tidak realistis tentang Tuhan, dan juga bertujuan untuk menguji imanmu kepada Tuhan dan ketundukanmu kepada-Nya. Jika engkau lulus dalam ujian-ujian ini, berarti engkau memiliki kesaksian yang benar dan itu adalah bukti nyata imanmu kepada Tuhan, kesetiaanmu kepada Tuhan, dan ketundukanmu kepada-Nya. Inilah yang Tuhan inginkan, dan inilah yang harus dimiliki dan dijalani oleh makhluk ciptaan. Bukankah semua ini adalah hal yang positif? (Ya.) Semua ini adalah hal-hal yang harus orang kejar. Selain itu, jika Tuhan mengizinkanmu untuk sakit, bukankah Dia sanggup mengangkat penyakitmu kapan pun dan di mana pun? (Ya.) Tuhan sanggup mengangkat penyakitmu kapan pun dan di mana pun, jadi bukankah Dia juga sanggup menyebabkan penyakitmu terus ada dalam dirimu dan tidak pernah meninggalkanmu? (Ya.) Dan jika Tuhan membiarkan penyakit yang sama tidak pernah meninggalkan dirimu, mampukah engkau tetap melaksanakan tugasmu? Mampukah engkau tetap percaya kepada Tuhan? Bukankah ini adalah ujian? (Ya.) Jika engkau sakit dan beberapa bulan kemudian engkau sembuh, imanmu kepada Tuhan, kesetiaan dan ketundukanmu kepada Tuhan tidak sedang diuji, dan engkau belum memiliki kesaksian. Menderita sakit selama beberapa bulan adalah hal yang mudah, tetapi jika engkau sakit selama dua atau tiga tahun, dan imanmu serta keinginanmu untuk tunduk dan setia kepada Tuhan tidak berubah, melainkan menjadi makin nyata, bukankah ini menunjukkan bahwa engkau telah bertumbuh dalam hidup ini? Bukankah ini adalah hasil yang kautuai ini? (Ya.) Jadi, ketika orang yang benar-benar mengejar kebenaran jatuh sakit, mereka menjalaninya dan secara pribadi mengalami sangat banyak manfaat yang didapatkan dari penyakit mereka. Mereka tidak dengan cemas berusaha melepaskan diri dari penyakit mereka atau mengkhawatirkan akibatnya jika penyakit mereka berkepanjangan, masalah apa yang akan ditimbulkannya, apakah penyakit itu akan menjadi makin parah, atau apakah mereka akan mati—mereka tidak mengkhawatirkan hal-hal semacam ini. Selain tidak mengkhawatirkan hal-hal semacam ini, mereka mampu masuk secara positif, dan mereka mampu benar-benar percaya kepada Tuhan, benar-benar tunduk dan setia kepada-Nya. Dengan menerapkan seperti ini, mereka akhirnya memiliki kesaksian, dan ini juga sangat bermanfaat bagi jalan masuk kehidupan mereka dan perubahan watak mereka, dan ini menjadi landasan yang kuat bagi mereka untuk memperoleh keselamatan. Betapa menakjubkannya hal ini! Selain itu, penyakit bisa saja berat atau ringan, tetapi entah berat atau ringan, penyakit selalu memurnikan manusia. Setelah menderita penyakit tertentu, orang tidak kehilangan kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka tunduk dan tidak mengeluh, perilaku mereka pada dasarnya dapat diterima, dan mereka kemudian menuai hasilnya setelah sembuh dari penyakit tersebut dan merasa sangat senang—inilah yang terjadi ketika orang menderita penyakit biasa. Mereka tidak sakit untuk waktu yang lama dan mampu menanggungnya, dan penyakit itu pada dasarnya berada dalam lingkup kemampuan mereka untuk menanggungnya. Namun, ada beberapa penyakit, yang sekalipun membaik setelah diobati selama beberapa waktu, ternyata kambuh kembali dan menjadi makin parah. Ini terjadi berulang kali, sampai akhirnya penyakit itu mencapai taraf yang tidak dapat lagi diobati, dan semua metode pengobatan modern yang tersedia sudah tidak ada gunanya. Telah mencapai taraf apakah penyakit tersebut? Penyakit itu telah mencapai taraf di mana penderitanya bisa mati kapan pun dan di mana pun. Apa artinya? Ini berarti hidup orang itu sudah mendekati batas akhirnya. Ini bukanlah saat orang itu tidak sakit dan kematian berada jauh darinya dan dia tidak merasakannya, sebaliknya ini adalah saat orang itu merasakan bahwa hari kematiannya sudah dekat, dan dia sedang menghadapi kematian. Menghadapi kematian menandai tibanya saat terberat, saat terpenting dalam hidup seseorang. Jadi, apa yang harus kaulakukan? Orang-orang yang merasa tertekan, cemas, dan khawatir akan selalu merasa cemas, tertekan, dan khawatir tentang kematian mereka, sampai akhirnya saat terberat dalam hidup mereka itu tiba dan hal-hal yang mereka cemaskan, yang membuat mereka tertekan, dan yang mereka khawatirkan akhirnya menjadi kenyataan. Makin mereka takut menghadapi kematian, makin kematian itu mendekat dan makin tak ingin mereka menghadapinya secepat itu, tetapi kematian akan menyerang mereka secara tiba-tiba. Apa yang harus mereka lakukan? Haruskah mereka berusaha melarikan diri dari kematian, menolaknya, menentangnya, mengeluh tentangnya, atau haruskah mereka berusaha tawar-menawar dengan Tuhan? Cara manakah yang akan berhasil? Tak satu pun darinya akan berhasil, dan kesedihan serta kecemasan mereka tidak ada gunanya. Hal apa yang paling menyedihkan ketika mereka mencapai saat kematian mereka? Dahulu mereka senang makan daging babi merah rebus tetapi selama beberapa tahun terakhir mereka jarang memakannya, dan mereka telah sangat menderita dan sekarang berada di akhir hidup mereka. Mereka teringat daging babi merah rebus itu dan ingin kembali menyantapnya, tetapi kesehatan mereka tidak memungkinkan, dan mereka tidak dapat memakannya, karena makanan itu terlalu berlemak. Dahulu mereka senang membuat diri mereka terlihat menarik dan berdandan. Sekarang mereka akan segera mati, dan yang dapat mereka lakukan hanyalah menatap lemari mereka yang penuh dengan pakaian indah, tidak dapat mengenakan satu pun darinya. Betapa menyedihkan kematian itu! Kematian adalah hal yang paling menyakitkan, dan saat memikirkannya, rasanya bagaikan sebilah pisau dipelintir ke dalam hati mereka dan semua tulang di sekujur tubuh mereka berubah menjadi agar-agar. Saat memikirkan kematian, mereka merasa sangat sedih dan ingin menangis, mereka ingin meratap dan mereka benar-benar menangis dan meratap, hati mereka sangat sakit karena akan segera menghadapi kematian. Mereka berpikir, "Mengapa aku tidak ingin mati? Mengapa aku begitu takut menghadapi kematian? Sebelumnya, ketika aku tidak sakit parah, kukira kematian itu tidak menakutkan. Siapa yang tidak akan menghadapi kematian? Siapa yang tidak akan mati? Kalau begitu, biarkan aku mati! Sekarang, saat aku memikirkan kematian, ternyata itu tidak semudah yang orang katakan, dan ketika kematian benar-benar terjadi, itu bukanlah hal yang mudah untuk diatasi. Mengapa aku merasa begitu sedih?" Apakah engkau semua merasa sedih saat memikirkan kematian? Setiap kali engkau memikirkan kematian, engkau merasa sedih dan menderita, dan hal yang paling menyebabkanmu merasa cemas dan khawatir ini akhirnya tiba. Oleh karena itu, makin engkau memikirkannya seperti ini, makin engkau merasa takut, makin engkau merasa tidak berdaya, dan makin engkau menderita. Hatimu sama sekali tidak tenang, dan engkau tidak mau mati. Siapa yang mampu menyelesaikan masalah kematian ini? Tak seorang pun, dan engkau tentu saja tidak akan mampu menyelesaikannya seorang diri. Engkau tidak ingin mati, jadi apa yang dapat kaulakukan? Engkau tetap harus mati, dan tak seorang pun dapat melepaskan diri dari kematian. Kematian menjebak manusia; di dalam hatinya, mereka tidak ingin mati, tetapi satu-satunya yang mereka pikirkan adalah tentang kematian, dan bukankah ini berarti mereka sudah mati sebelum mereka benar-benar mati? Dapatkah ini benar-benar membuat mereka mati? Siapa yang berani mengatakan dengan pasti kapan mereka akan mati atau pada tahun berapa mereka akan mati? Siapa yang mampu mengetahui hal-hal ini? Ada orang-orang yang berkata, "Aku pernah diramal dan aku tahu tahun, bulan, dan tanggal kematianku, dan akan seperti apa kematianku." Beranikah engkau mengatakannya dengan pasti? (Tidak.) Engkau tidak dapat mengetahui hal ini dengan pasti. Engkau tidak tahu kapan engkau akan mati—ini hal sekunder. Hal yang terpenting adalah bagaimana seharusnya sikapmu saat penyakit benar-benar membawamu mendekati kematian. Ini adalah pertanyaan yang harus kaupikirkan dan renungkan. Akankah engkau menghadapi kematian dengan sikap yang tunduk, ataukah dengan sikap yang menentang, menolak, atau tidak rela? Bagaimana seharusnya sikapmu? (Sikap yang tunduk.) Ketundukan ini tidak dapat dicapai dan diterapkan dengan hanya mengatakannya. Bagaimana engkau dapat mencapai ketundukan seperti ini? Pemahaman apa yang perlu kaumiliki sebelum engkau mampu dengan rela bersikap tunduk? Ini tidak mudah, bukan? (Tidak mudah.) Jadi, katakan apa yang ada dalam hatimu. (Jika aku sakit parah, aku harus berpikir bahwa, sekalipun aku benar-benar mati, semua itu berada di bawah kedaulatan Tuhan dan diatur oleh-Nya. Manusia telah dirusak sedemikian dalamnya sehingga seandainya aku harus mati, itu adalah keadilan Tuhan. Aku tidak mutlak harus hidup; manusia tidak memenuhi syarat untuk mengajukan tuntutan seperti itu kepada Tuhan. Selain itu, kupikir karena aku percaya kepada Tuhan, apa pun yang terjadi, aku telah melihat jalan yang benar dalam hidup ini dan aku telah memahami begitu banyak kebenaran sehingga sekalipun aku akan segera mati, semua itu tidaklah sia-sia.) Apakah ini cara berpikir yang benar? Apakah ini merupakan teori tertentu yang mendukung? (Ya.) Siapa lagi yang ingin berbicara? (Tuhan, jika suatu hari aku benar-benar menderita suatu penyakit dan kemungkinan aku akan mati, maka tidak mungkin bagiku untuk menghindarinya. Ini adalah penentuan Tuhan sejak semula dan kedaulatan Tuhan, dan sebesar apa pun kegelisahan dan kekhawatiranku, itu tidak ada gunanya. Aku harus menghabiskan sedikit waktu yang tersisa untuk berfokus mencari cara bagaimana dapat melaksanakan tugasku dengan baik. Sekalipun aku benar-benar mati, aku tidak akan menyesalinya. Pada akhirnya, mampu tunduk kepada Tuhan dan pada pengaturan Tuhan adalah jauh lebih baik daripada hidup dalam ketakutan dan kengerian.) Bagaimana menurutmu pemahaman ini? Bukankah ini sedikit lebih baik? (Ya.) Benar, dengan cara seperti inilah engkau harus memandang masalah kematian. Setiap orang pasti akan menghadapi kematian dalam hidup ini, artinya, kematian adalah sesuatu yang harus dihadapi oleh setiap orang pada akhir perjalanan mereka. Namun, kematian memiliki banyak ciri. Salah satunya adalah, pada waktu yang telah ditentukan sejak semula oleh Tuhan, engkau telah menyelesaikan misimu dan Tuhan menganggap kehidupan dagingmu sudah berakhir, dan kehidupan dagingmu telah mencapai akhir, meskipun ini bukan berarti bahwa hidupmu sudah berakhir. Ketika seseorang tidak lagi memiliki daging, hidupnya sudah berakhir—benarkah demikian? (Tidak.) Dalam wujud apa engkau akan hidup setelah engkau mati, itu tergantung pada bagaimana engkau memperlakukan pekerjaan dan firman Tuhan semasa engkau masih hidup—ini sangat penting. Dalam wujud apa engkau akan ada setelah engkau mati, atau apakah engkau akan tetap ada atau tidak, itu akan tergantung pada sikapmu terhadap Tuhan dan terhadap kebenaran selagi engkau hidup. Jika selagi engkau hidup, saat engkau menghadapi kematian dan segala macam penyakit, sikapmu terhadap kebenaran adalah sikap yang memberontak, melawan, dan merasa muak akan kebenaran, maka saat kehidupan dagingmu telah berakhir, dalam wujud apakah engkau akan ada setelah kematianmu? Engkau pasti akan ada dalam wujud yang lain, dan hidupmu pasti tidak akan berlanjut. Sebaliknya, jika selagi engkau hidup, saat engkau memiliki kesadaran dalam daging, sikapmu terhadap kebenaran dan terhadap Tuhan adalah sikap yang tunduk dan setia dan engkau memiliki iman yang sejati, maka sekalipun kehidupan dagingmu telah berakhir, hidupmu akan terus ada dalam wujud lain di dunia yang lain. Ini adalah salah satu penjelasan tentang kematian. Ada satu hal penting lainnya, yaitu bahwa hal kematian memiliki natur yang sama dengan hal lainnya. Kematian tidak bisa dipilih sendiri oleh manusia, dan terlebih dari itu, kematian tidak dapat diubah oleh kehendak manusia. Kematian sama saja dengan peristiwa penting lainnya dalam hidup: kematian sepenuhnya berada di bawah penentuan dan kedaulatan Sang Pencipta. Jika seseorang mohon agar dirinya mati, dia belum tentu akan mati; jika seseorang mohon agar dirinya hidup, dia belum tentu akan hidup. Semua ini berada di bawah kedaulatan dan penentuan Tuhan, dan diubah serta diputuskan oleh otoritas Tuhan, oleh watak benar Tuhan, dan oleh kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Jadi, seandainya engkau menderita penyakit serius, penyakit serius yang berpotensi mengakibatkan kematian—siapa yang memutuskan apakah engkau akan mati atau tidak? (Tuhan.) Tuhanlah yang memutuskan. Dan karena Tuhanlah yang memutuskan dan manusia tidak dapat memutuskan hal semacam itu, apa gunanya manusia merasa cemas dan tertekan mengenainya? Itu seperti siapa orang tuamu, kapan dan di mana engkau dilahirkan—hal-hal ini juga tidak dapat kaupilih. Pilihan paling bijaksana dalam hal ini adalah membiarkan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, tunduk dan tidak memilih, tidak mengerahkan pikiran atau tenagamu untuk hal seperti ini, dan tidak merasa tertekan, cemas, atau khawatir tentangnya. Karena manusia tidak dapat memilih sendiri hal ini, mengerahkan begitu banyak tenaga dan pikiran untuk hal ini adalah bodoh dan tidak bijaksana. Yang harus manusia lakukan ketika menghadapi hal tentang kematian yang sangat penting ini bukanlah menjadi tertekan, gelisah, atau takut, melainkan apa? Manusia harus menunggu, bukan? (Ya.) Benar, bukan? Apakah menunggu berarti menunggu kematian? Menunggu mati saat menghadapi kematian? Benarkah demikian? (Tidak, manusia harus menghadapinya dengan positif dan tunduk.) Benar, menunggu bukan berarti menunggu kematian. Jangan takut menghadapi kematian, dan jangan menggunakan seluruh tenagamu memikirkan tentang kematian. Jangan berpikir sepanjang hari, "Akankah aku mati? Kapan aku akan mati? Apa yang akan kulakukan setelah aku mati?" Jangan berpikir seperti itu. Ada orang-orang yang berkata, "Mengapa jangan memikirkan kematian? Mengapa jangan memikirkannya padahal aku sudah hampir mati?" Karena engkau tidak tahu apakah engkau akan mati atau tidak, dan engkau tidak tahu apakah Tuhan akan membiarkanmu mati atau tidak—hal-hal ini tidak kauketahui. Terutama, engkau tidak tahu kapan engkau akan mati, di mana engkau akan mati, jam berapa engkau akan mati atau apa yang akan tubuhmu rasakan pada saat engkau mati. Jika engkau memeras otakmu memikirkan dan merenungkan hal-hal yang tidak engkau ketahui, dan merasa cemas dan khawatir tentang hal-hal itu, bukankah itu menunjukkan betapa bodohnya dirimu? Karena bodoh bagimu melakukan hal itu, engkau tidak perlu memeras otakmu untuk memikirkan hal-hal ini.
Apa pun masalah yang orang hadapi, mereka harus selalu menghadapinya dengan sikap yang aktif, sikap yang positif, dan terlebih lagi saat mereka menghadapi masalah kematian. Memiliki sikap yang aktif dan positif bukan berarti mencari kematian, menunggu kematian, atau secara positif dan aktif mengejar kematian. Jika artinya bukan mengejar kematian, mencari kematian, atau menunggu kematian, lalu apa artinya? (Tunduk.) Ketundukan adalah salah satu sikap dalam menghadapi masalah kematian, dan melepaskan pemikiranmu tentang kematian serta tidak memikirkannya adalah cara terbaik untuk menanganinya. Ada orang-orang yang berkata, "Mengapa tidak memikirkannya? Jika aku tidak memikirkannya dengan saksama, akan mampukah aku mengatasinya? Jika aku tidak memikirkannya dengan saksama, akan mampukah aku melepaskannya?" Ya, engkau akan mampu. Dan mengapa engkau akan mampu? Katakan kepada-Ku, ketika orang tuamu melahirkanmu, apakah merupakan idemu untuk engkau dilahirkan? Penampilanmu, usiamu, industri tempatmu bekerja, fakta bahwa engkau duduk di sini saat ini, dan bagaimana perasaanmu saat ini—apakah engkau memikirkannya dan barulah semua ini terwujud? Engkau tidak memikirkan terwujudnya semua ini, semua ini terwujud seiring berjalannya hari dan bulan dan melalui dirimu menjalani kehidupan normalmu dari hari ke hari, dari satu hari ke hari berikutnya, sampai engkau mencapai tempatmu berada saat ini, dan ini adalah hal yang terjadi secara sangat alami. Kematian pun sama. Tanpa kausadari, engkau bertumbuh menjadi orang dewasa, menjadi seorang paruh baya, menjadi orang lanjut usia, memasuki tahun-tahun terakhir hidupmu, dan saat kematianmu pun tiba—engkau tidak memikirkan terwujudnya hal ini. Engkau tidak dapat menghindari terwujudnya hal-hal yang tidak kaupikirkan dengan tidak memikirkannya, hal-hal tersebut juga tidak akan terwujud lebih awal karena engkau memikirkannya; hal-hal ini tidak dapat diubah oleh kehendak manusia, bukan? Jadi, jangan memikirkan hal-hal tersebut. Apa maksud-Ku mengatakan, "Jangan memikirkan hal-hal tersebut"? Karena jika hal ini benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat, maka selalu memikirkannya akan terasa bagaikan tekanan tak terlihat yang menekan dirimu. Tekanan ini akan membuatmu takut untuk hidup dan menjalani hidupmu, engkau tidak akan memiliki sikap yang aktif dan positif, sebaliknya, engkau akan menjadi jauh lebih depresi. Karena orang yang sedang menghadapi kematian tidak berminat atau tidak bersikap positif terhadap apa pun, mereka hanya merasakan depresi. Mereka akan segera mati, hidup mereka sudah berakhir, mengejar apa pun atau melakukan apa pun sudah tidak ada gunanya, mereka tidak lagi memiliki masa depan ataupun motivasi, dan semua yang mereka lakukan adalah persiapan untuk kematian mereka dan mengarah pada kematian, jadi apa gunanya apa pun yang mereka lakukan? Karena itulah, semua yang mereka lakukan mengandung unsur dan natur kenegatifan dan kematian. Jadi, mampukah engkau tidak memikirkan kematian? Mudahkah bagimu untuk tidak memikirkannya? Jika masalah ini hanyalah akibat dari pemikiran dan imajinasimu sendiri, berarti engkau telah memberikan peringatan palsu pada dirimu sendiri, menakuti dirimu sendiri, dan jika hal ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, untuk apa engkau memikirkannya? Betapa lebih tidak perlunya bagimu untuk memikirkannya. Hal yang harus terjadi pasti akan terjadi; hal yang tidak harus terjadi, pasti tidak akan terjadi bagaimanapun engkau memikirkannya. Merasa takut tidak ada gunanya, mengkhawatirkannya juga tidak ada gunanya. Kematian tidak dapat dihindari dengan mengkhawatirkannya, dan kematian juga tidak akan berlalu karena engkau takut menghadapinya. Jadi, di satu sisi engkau harus melepaskan masalah kematian dari dalam hatimu dan jangan menganggapnya sebagai hal yang penting; engkau harus memercayakannya kepada Tuhan, seolah-olah kematian tidak ada hubungannya dengan dirimu. Kematian adalah sesuatu yang Tuhan atur, jadi biarkan Tuhan yang mengaturnya—bukankah dengan demikian masalah ini menjadi sederhana? Di sisi lain, engkau harus memiliki sikap yang aktif dan positif terhadap kematian. Katakan kepada-Ku, siapakah di antara miliaran orang di seluruh dunia ini yang begitu diberkati bisa mendengar begitu banyak firman Tuhan, memahami begitu banyak kebenaran hidup, dan memahami begitu banyak misteri? Siapakah di antara mereka yang dapat secara pribadi menerima bimbingan Tuhan, perbekalan dari Tuhan, pemeliharaan dan perlindungan-Nya? Siapakah yang begitu diberkati? Sangat sedikit. Jadi, jika engkau yang sedikit ini dapat hidup di rumah Tuhan sekarang ini, menerima keselamatan-Nya, dan menerima perbekalan-Nya, betapa berartinya hidupmu sekalipun engkau harus mati saat ini juga. Engkau benar-benar sangat diberkati, bukan? (Ya.) Jika orang mampu melihatnya dari sudut pandang ini, tidak seharusnya mereka begitu ditakutkan oleh masalah kematian, dan mereka juga tidak seharusnya dikekang olehnya. Sekalipun engkau belum menikmati kemuliaan dan kekayaan dunia ini, engkau telah menerima belas kasihan Sang Pencipta dan mendengar begitu banyak firman Tuhan—bukankah ini adalah kebahagiaan? (Ya.) Berapa tahun pun engkau menjalani kehidupanmu di dunia ini, hidupmu berarti dan engkau tidak menyesalinya, karena selama ini engkau selalu melaksanakan tugasmu dalam pekerjaan Tuhan, engkau telah memahami kebenaran, memahami misteri kehidupan, dan memahami jalan dan tujuan yang harus kaukejar dalam hidup ini—engkau telah memperoleh begitu banyak! Engkau telah menjalani kehidupan yang sangat berarti! Sekalipun engkau tidak mampu menjelaskannya dengan sangat jelas, engkau mampu menerapkan beberapa kebenaran dan memiliki beberapa kenyataan, dan itu membuktikan bahwa engkau telah memperoleh perbekalan hidup dan memahami beberapa kebenaran dari pekerjaan Tuhan. Engkau telah memperoleh begitu banyak—benar-benar memperoleh kelimpahan—dan itu adalah berkat yang luar biasa! Sejak permulaan sejarah manusia, tak seorang pun di sepanjang zaman yang pernah menikmati berkat ini, tetapi engkau semua sedang menikmatinya. Bersediakah engkau mati saat ini? Jika engkau memiliki kesediaan seperti ini, sikapmu terhadap kematian akan benar-benar tunduk, bukan? (Ya.) Di satu sisi, orang harus memiliki pemahaman yang benar, mereka harus bekerja sama secara positif dan aktif, benar-benar tunduk, dan mereka harus memiliki sikap yang benar terhadap kematian. Dengan demikian, bukankah kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran yang orang rasakan tentang kematian akan sangat berkurang? (Ya.) Perasaan itu akan sangat berkurang. Ada orang-orang yang berkata, "Saat ini, aku baru saja selesai mendengarkan persekutuan ini, tetapi rasanya perasaan-perasaan ini belum banyak berkurang. Mungkin perlu waktu. Khususnya, orang-orang lanjut usia dan mereka yang menderita penyakit, mereka banyak berpikir tentang kematian." Manusia mengetahui kesulitan mereka masing-masing. Ada orang-orang yang telah sakit untuk waktu yang lama, dan mereka menyimpulkan serta berpikir, "Aku telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan orang-orang lain yang menderita penyakit yang sama denganku sudah sejak lama meninggal. Jika mereka bereinkarnasi, mereka mungkin sudah berusia dua puluhan atau tiga puluhan sekarang. Aku telah hidup bertahun-tahun karena kasih karunia Tuhan, semuanya dikaruniakan kepadaku secara cuma-cuma. Jika aku tidak percaya kepada Tuhan, aku pasti sudah lama mati. Ketika aku memeriksakan diriku di rumah sakit, para dokter pun terkejut. Betapa aku sangat beruntung dan diberkati! Jika aku mati 20 tahun yang lalu, aku tidak akan pernah mendengar kebenaran dan khotbah-khotbah ini dan aku tidak akan pernah memahami semua itu; jika aku mati dalam keadaan seperti itu, aku tentunya tidak memperoleh apa pun. Sekalipun aku hidup untuk waktu yang lama, semua itu hampa dan sia-sia. Sekarang aku telah menjalani kehidupan ekstraku selama bertahun-tahun dan telah sangat diberkati. Selama bertahun-tahun ini aku tidak memikirkan kematian dan aku tidak takut akan kematian." Jika orang selalu takut akan kematian, mereka akan selalu memikirkan semua pertanyaan yang berkaitan dengan kematian. Jika orang tidak takut mati dan kematian tidak menakutkan mereka, itu menunjukkan bahwa mereka telah menderita lebih dari cukup dan mereka tidak lagi takut menghadapi kematian. Ada orang-orang yang berkata, "Jika orang tidak takut mati, bukankah itu berarti mereka mencari kematian?" Tidak, itu tidak benar. Mencari kematian adalah semacam sikap yang negatif, sikap yang mengelak, sedangkan yang Kukatakan sebelumnya tentang tidak memikirkan kematian adalah sikap yang objektif dan positif; artinya memandang kematian dengan sikap yang acuh tak acuh, tidak menganggapnya sangat penting, tidak menganggapnya peristiwa yang sangat memilukan dan menimbulkan kecemasan; tidak lagi mengkhawatirkannya, tidak lagi memperhatikannya, tidak lagi dibelenggu oleh kematian, meninggalkannya jauh di belakangmu—orang yang mampu melakukan ini memiliki pengetahuan pribadi dan pengalaman tentang kematian. Jika orang selalu diikat dan dikekang oleh penyakit dan kematian, selalu terjerumus ke dalam emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran, tak mampu melaksanakan tugas mereka dengan normal atau hidup dengan normal, mereka harus lebih banyak mendengarkan kesaksian pengalaman tentang kematian, melihat bagaimana orang yang mampu memandang kematian dengan sikap acuh tak acuh mengalaminya dan memahami kematian dari pengalaman mereka, sehingga mereka akan mampu memetik pelajaran yang berharga.
Kematian bukan masalah yang mudah untuk diatasi, dan kematian adalah kesulitan terbesar manusia. Jika seseorang berkata kepadamu, "Watak rusakmu begitu dalam dan kemanusiaanmu juga tidak baik. Jika kau tidak sungguh-sungguh mengejar kebenaran dan kelak melakukan banyak kejahatan, kau akan masuk neraka dan dihukum!" engkau mungkin akan merasa sedih selama beberapa waktu setelah mendengarnya. Engkau mungkin merenungkannya, dan merasa jauh lebih baik setelah engkau tidur semalaman, dan setelah itu engkau tidak lagi merasa sedih. Namun, jika engkau mengidap penyakit yang mematikan, dan umurmu tidak akan lama lagi, ini bukanlah sesuatu yang dapat kauatasi dengan tidur semalaman, dan ini tidak dapat kaulepaskan dengan mudah. Engkau perlu mengalami dirimu ditempa selama beberapa waktu. Mereka yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran mampu keluar dari hal ini, mencari kebenaran dalam segala sesuatu, dan menggunakan kebenaran untuk mengatasinya—tidak ada masalah yang tak dapat mereka selesaikan. Sedangkan, jika orang menggunakan cara-cara manusia, pada akhirnya mereka hanya akan mampu terus-menerus merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang kematian. Ketika segala sesuatunya tak mampu mereka selesaikan, mereka menggunakan cara-cara yang ekstrem saat berusaha untuk menyelesaikannya. Ada orang-orang yang memilih untuk bersikap depresi dan negatif dengan berkata, "Jadi, bagaimanapun juga aku akan mati. Siapa yang takut mati? Setelah mati, aku hanya akan bereinkarnasi dan hidup kembali!" Dapatkah engkau memastikan hal ini? Engkau hanya mencari kata-kata penghiburan, dan itu tidak menyelesaikan masalah. Semua hal dan segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, dikendalikan dan diatur oleh tangan Sang Pencipta. Tak seorang pun mampu mengendalikan nasibnya sendiri dan satu-satunya sikap yang harus manusia miliki, baik terhadap penyakit maupun kematian, haruslah sikap yang memahami, menerima dan tunduk; manusia tidak boleh mengandalkan imajinasi dan gagasan mereka sendiri, mereka tidak boleh mencari jalan keluar berdasarkan imajinasi dan gagasan mereka, bahkan mereka harus menolak atau menentangnya. Jika engkau secara membabi buta berusaha menyelesaikan masalah penyakit dan kematian dengan menggunakan cara-caramu sendiri, maka makin lama engkau hidup, engkau akan makin menderita, makin depresi, dan merasa makin terperangkap. Pada akhirnya, engkau tetap harus menempuh jalan menuju kematian, dan kesudahanmu benar-benar akan sama dengan kematianmu—engkau tetap saja akan mati. Jika engkau mampu secara aktif mencari kebenaran dan, baik dalam hal memahami penyakit yang telah Tuhan atur bagimu atau dalam hal menghadapi kematian, engkau mampu secara positif dan aktif mencari kebenaran, mencari pengaturan, kedaulatan dan pengaturan Tuhan mengenai peristiwa besar semacam ini, dan mampu benar-benar tunduk, maka tindakanmu ini sesuai dengan maksud Tuhan. Jika engkau mengandalkan kekuatan dan cara-cara manusia untuk mengatasi semua hal ini, dan engkau berusaha keras untuk mengatasinya atau melepaskan dirimu dari hal ini, maka sekalipun engkau tidak mati, dan untuk sementara waktu engkau berhasil menghindari kesulitan dalam hal kematian, tetapi karena engkau tidak memiliki pemahaman yang benar, penerimaan dan ketundukan terhadap Tuhan dan kebenaran, sehingga engkau tidak menjadi kesaksian dalam hal ini, maka akibat akhirnya adalah saat engkau kembali menghadapi masalah yang sama, masalah itu tetap akan menjadi ujian yang besar bagimu. Akan tetap ada kemungkinan bagimu untuk mengkhianati Tuhan dan jatuh, dan ini pasti akan menjadi hal yang berbahaya bagimu. Oleh karena itu, jika saat ini engkau benar-benar menghadapi penyakit atau kematian, biar Kuberitahukan kepadamu, adalah lebih baik bagimu untuk memanfaatkan situasi nyatamu saat ini untuk mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah ini dari sumbernya, daripada engkau menunggu kematian itu benar-benar datang saat engkau lengah, saat engkau merasa bingung, kacau, dan tidak berdaya, sehingga menyebabkanmu melakukan hal-hal yang akan kausesali seumur hidupmu. Jika engkau melakukan hal-hal yang kausesali dan merasa menyesal karenanya, ini hanya akan menuntunmu pada kebinasaan. Oleh karena itu, apa pun masalahnya, engkau harus selalu memulai jalan masukmu dengan pemahaman yang harus kaumiliki tentang masalah tersebut dan dengan kebenaran yang harus kaupahami. Jika engkau selalu merasa tertekan, cemas, dan khawatir tentang hal-hal semacam penyakit dan engkau merasa hidupmu terkekang oleh emosi negatif semacam ini, maka saat ini juga engkau harus mulai mencari kebenaran dan menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin.
Emosi negatif seperti kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran memiliki natur yang sama dengan berbagai emosi negatif lainnya. Semua itu adalah berbagai jenis emosi negatif yang muncul dalam diri manusia karena mereka tidak memahami kebenaran dan hidup dengan dibelenggu oleh berbagai watak rusak Iblis dalam diri mereka, atau mereka hidup dengan dikepung dan dipengaruhi oleh segala macam pemikiran Iblis. Berbagai emosi negatif ini menyebabkan orang terus-menerus hidup berdasarkan segala macam pemikiran dan pandangan yang keliru serta selalu dikendalikan oleh segala macam pemikiran dan pandangan yang keliru, yang memengaruhi dan menghambat mereka dalam mengejar kebenaran. Tentu saja, emosi negatif kesedihan, kecemasan, dan kekhawatiran semacam ini mengacaukan kehidupan manusia, mengarahkan hidup mereka, memengaruhi pengejaran mereka akan kebenaran, dan menghalangi mereka untuk mengejar kebenaran. Oleh karena itu, meskipun emosi negatif ini, dalam artian sederhana, hanya merupakan emosi, fungsinya tidak boleh dianggap remeh; pengaruhnya terhadap manusia dan akibatnya terhadap pengejaran manusia dan jalan yang mereka tempuh sangatlah berbahaya. Jadi, jika orang sering memiliki segala macam emosi negatif yang meluap-luap dalam diri mereka hingga mengganggu mereka, mereka harus segera menemukan dan menganalisis mengapa emosi negatif ini sering muncul, dan mengapa mereka sering dikacaukan oleh emosi negatif tersebut. Selain itu, di lingkungan khusus tertentu, emosi negatif ini akan terus-menerus mengacaukan orang tersebut dan sangat mengganggu pengejaran mereka akan kebenaran—hal-hal inilah yang harus orang pahami. Setelah mereka memahami hal-hal ini, hal berikutnya yang harus mereka lakukan adalah memikirkan cara untuk mencari dan memahami kebenaran dalam hal ini, berusaha untuk tidak terus-menerus dikacaukan dan dipengaruhi oleh pemikiran dan pandangan yang keliru tersebut, dan menggantinya dengan prinsip-prinsip kebenaran yang Tuhan ajarkan kepada mereka. Setelah mereka memahami prinsip-prinsip kebenaran, langkah selanjutnya adalah mereka harus melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran yang telah Tuhan ajarkan kepada mereka. Sementara melakukan hal ini, semua emosi negatif mereka akan secara berangsur muncul untuk mengganggu mereka, tetapi semua itu akan secara berangsur dibereskan, dan mereka akan memberontak terhadap semua itu satu per satu, sampai tanpa mereka sadari, mereka telah meninggalkan semua emosi negatif tersebut. Jadi, tergantung pada apakah berbagai emosi negatif dapat dibereskan? Itu tergantung pada analisis dan pemahaman orang mengenainya, tergantung pada penerimaan orang akan kebenaran, dan terlebih lagi, tergantung pada pengejaran dan penerapan orang akan kebenaran. Bukankah benar demikian? (Ya.) Saat orang secara berangsur mengejar dan menerapkan kebenaran, berbagai emosi negatif mereka akan secara berangsur dibereskan dan dilepaskan. Jadi, setelah memahaminya sekarang, manakah yang menurutmu lebih mudah untuk dilepaskan dan dibereskan, apakah berbagai emosi negatif ataukah watak yang rusak? (Emosi negatif lebih mudah untuk dibereskan.) Menurutmu emosi negatif lebih mudah dibereskan? Itu berbeda pada setiap orang. Yang satu tidak lebih sulit atau lebih mudah dari yang lainnya, itu tergantung pada orangnya. Jadi, setelah memulai dengan bersekutu tentang melepaskan emosi negatif, kita telah menambahkan beberapa pembahasan ke dalam topik tentang pengejaran orang akan perubahan watak, yaitu tentang melepaskan berbagai emosi negatif. Melepaskan emosi negatif terutama dilakukan untuk membereskan pemikiran dan pandangan yang keliru, sedangkan membereskan watak yang rusak menuntut orang untuk memahami esensi dari watak yang rusak. Katakan kepada-Ku, mana yang lebih mudah, membereskan emosi negatif ataukah membereskan watak yang rusak? Sebenarnya, kedua masalah ini tidak mudah untuk dibereskan. Jika engkau benar-benar bertekad dan mampu mencari kebenaran, masalah mana pun yang berusaha kaubereskan sama sekali tidak menjadi masalah. Sedangkan, jika engkau tidak mengejar kebenaran dan tidak mampu menyadari betapa seriusnya kedua masalah ini, maka tidak akan mudah bagimu untuk membereskan masalah apa pun. Mengenai hal-hal negatif yang merugikan ini, engkau harus menerima kebenaran, menerapkan kebenaran, dan tunduk pada kebenaran untuk dapat membereskannya dan menggantinya dengan hal-hal yang positif. Prosesnya akan selalu seperti ini, dan ini selalu menuntut orang untuk memberontak terhadap hal-hal negatif dan menerima hal-hal yang aktif dan positif, dan hal-hal yang sesuai dengan kebenaran. Di satu sisi, engkau harus meluruskan pemikiran dan pandanganmu, dan di sisi lain, engkau harus mengubah watakmu; di satu sisi, engkau harus membereskan pemikiran dan pandanganmu dan di sisi lain, engkau harus membereskan watak rusakmu. Tentu saja, kedua hal ini terkadang muncul bersama-sama dan saling berkaitan satu sama lain. Bagaimanapun juga, melepaskan emosi negatif adalah sesuatu yang harus orang lakukan saat mereka mengejar kebenaran. Baiklah, mari kita akhiri persekutuan kita di sini.
29 Oktober 2022