Cara Mengejar Kebenaran (5)
Apakah baru-baru ini beberapa orang telah mendengar beberapa rumor negatif? (Ya.) Apa reaksimu ketika mendengar rumor-rumor ini? Apakah engkau merasa takut? Apakah engkau penasaran? Apakah engkau semua ingin tahu mengenai apakah rumor-rumor tersebut? (Kami tidak ingin tahu, karena kami sudah tahu bahwa si naga merah yang sangat besar sering mengarang rumor tanpa dasar. Apa pun yang mereka katakan, itu salah. Oleh karena itu, kami tidak tertarik dengan rincian dari rumor-rumor ini dan tidak ingin berusaha memahami perkataan setan yang mereka ucapkan.) Si naga merah yang sangat besar mengarang segala macam rumor untuk menyesatkan dan merusak orang, dan setelah mendengarkan rumor-rumor tersebut, banyak orang disesatkan. Ada orang-orang yang menjadi takut dan tidak berani menerima jalan yang benar; ada juga yang telah menerimanya menjadi ragu dan tidak mau lagi percaya kepada Tuhan. Sebelum mendengar rumor dari si naga merah yang sangat besar, orang-orang ini tampaknya memiliki iman kepada Tuhan tanpa keraguan dan bersedia mengikuti Tuhan serta melaksanakan tugas mereka. Namun, setelah mendengar rumor-rumor itu, mereka segera mengembangkan keraguan dan tidak lagi punya keberanian untuk mengikut Tuhan dan melaksanakan tugas mereka. Khususnya, ada beberapa dari mereka yang ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar, yang di bawah paksaan siksaan kejamnya, menyerah dan menyangkal nama Tuhan, dan ada yang menandatangani "Tiga Pernyataan" dan bahkan dipaksa untuk menghina Tuhan secara lisan. Ada cukup banyak orang semacam itu. Engkau semua telah mendengar banyak rumor dan propaganda negatif serta juga telah melihat bahwa setelah si naga merah yang sangat besar menangkap orang-orang yang percaya kepada Tuhan, mereka mencuci otak orang-orang itu—memang, ada cukup banyak orang yang telah disesatkan. Selain itu, mereka juga menggunakan orang-orang yang mengkhianati Tuhan untuk melakukan pelayanan bagi mereka, menyuruh orang-orang itu mengawasi gereja, menguntit dan membuntuti orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Untuk membasmi kepercayaan beragama dan menyingkirkan gereja Tuhan, si naga merah yang sangat besar memperlakukan penindasan dan penangkapan umat pilihan Tuhan sebagai pekerjaan nasional yang penting, sebagai misi politik, dan melaksanakannya dengan sangat menyeluruh dan penuh daya upaya. Ini menyebabkan banyak orang yang percaya kepada Tuhan merasa takut, sehingga tidak berani percaya kepada Tuhan dan tidak berani melaksanakan tugas mereka. Terutama setelah mendengar rumor yang dikarang oleh si naga merah yang sangat besar, banyak orang disesatkan. Mengenai rumor-rumor ini, rumah Tuhan telah lama merangkum dan mengidentifikasi semua itu, jadi tidak perlu membahasnya di sini. Jika engkau benar-benar ditangkap, dan si naga merah yang sangat besar menggunakan rumor-rumor ini untuk mencoba mencuci otakmu, memaksamu untuk mengambil sikap, dan memaksamu untuk menandatangani "Tiga Pernyataan", apa yang harus kaulakukan? Sekarang engkau semua tahu bahwa rumor yang dikarang oleh si naga merah yang sangat besar semuanya salah, menyesatkan, dan menipu. Meskipun sikapmu adalah tidak mendengarkan, tidak melihat, dan tidak memercayainya, jika rumor-rumor ini diucapkan di hadapanmu, menyebabkanmu mendengarkannya, melihatnya, dan bahkan menganggapnya sebagai fakta, apakah engkau akan bimbang? Apa yang akan kaupikirkan dalam hatimu? Akankah engkau ingin tahu yang sebenarnya tentang fakta tersebut? Akankah engkau ingin memastikan tentang fakta tersebut? Mengenai si naga merah yang sangat besar yang mengarang rumor untuk menyesatkan dan mengintimidasi orang, atau menggunakan rumor dan ateisme untuk mencuci otak orang serta melakukan pekerjaan ideologis, perlukah kita mempersekutukan kebenaran kepada orang-orang agar mereka terlindungi dari semua ini? Apakah ini merupakan bagian dari pekerjaan yang perlu dilakukan? Ada orang-orang yang berkata, "Si naga merah yang sangat besar telah mengarang rumor tentang kita selama bertahun-tahun, terutama rumor tentang Kristus, tentang manusia yang dipakai oleh Roh Kudus, serta tentang gereja dan pekerjaan gereja. Kita tidak pernah mengklarifikasi hal itu, tidak pernah maju untuk menyatakan dengan jelas sikap atau sudut pandang kita, tidak pernah mengajukan pembelaan apa pun—apakah ini pantas?" Dari saat mereka mulai percaya kepada Tuhan hingga sekarang, ada orang-orang yang tidak pernah mampu membedakan dengan jelas berbagai rumor dari si naga merah yang sangat besar dan dunia keagamaan. Di dalam hatinya, mereka selalu memiliki tanda tanya mengenai hal-hal ini. Tanda tanya ini bukan berarti mereka sepenuhnya tidak percaya, atau sepenuhnya percaya; sebaliknya, itu berarti mereka memiliki pendirian yang netral dalam memandang hal-hal ini, berpikir bahwa semua hal ini mungkin rumor yang dikarang oleh si naga merah yang sangat besar, atau mungkin merupakan kenyataan. Apakah "mungkin" ini mencerminkan perspektif yang mencari kebenaran? (Tidak.) Ini adalah perspektif yang meyakini bahwa rumor-rumor itu perlu diverifikasi dan dikonfirmasi, atau perspektif yang menunggu dan mengamati, menunggu orang-orang yang terinformasi untuk mengungkapkan situasi yang sebenarnya. Katakan kepada-Ku, menurutmu apa akibatnya jika orang memiliki salah satu dari dua perspektif ini? Apakah orang-orang tersebut berada dalam bahaya? Manakah dari kedua perspektif ini yang memungkinkan orang untuk tetap teguh? (Kedua perspektif ini tidak dapat memungkinkan orang untuk tetap teguh. Jika orang memiliki pemikiran "mungkin" seperti ini, itu memperlihatkan bahwa mereka masih belum yakin tentang jalan yang benar dan masih memiliki unsur skeptisisme dalam diri mereka. Dalam hal ini, rumor menjadi pencobaan besar bagi mereka. Jika orang tidak dapat yakin tentang jalan yang benar, tidak mampu percaya pada kebenaran, dan tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang esensi si naga merah yang sangat besar, mereka sebenarnya berada dalam bahaya besar.) Orang-orang ini, hingga hari ini, masih belum yakin tentang jalan yang benar. Apa esensi mereka? (Pada esensinya, mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya.) Mereka adalah pengikut yang bukan orang percaya. Apakah ada banyak orang yang memiliki salah satu dari kedua perspektif ini? Tentu saja, ada cukup banyak. Ketika orang-orang ini mendengar rumor, di dalam hatinya, mereka mengembangkan keraguan tentang Tuhan dan ingin mengetahui yang sebenarnya tentang rumor tersebut, untuk mengetahui apakah rumor tersebut benar atau salah. Namun, karena mereka tidak tahu bagaimana mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, pada akhirnya, mereka membiarkannya begitu saja tanpa diselesaikan. Sebenarnya, masalah ini masih ada dalam hati mereka, dan tidak terselesaikan. Ketika engkau semua mendengar rumor-rumor ini, apakah engkau mencari kebenaran? Apakah engkau mencari kebenaran untuk menelaah dan membedakan rumor-rumor tersebut, atau apakah engkau memeriksa rumor-rumor tersebut satu per satu untuk membedakan dan melihat apakah rumor-rumor tersebut benar atau salah? Setelah engkau semua mendengar rumor-rumor itu, engkau hanya berpikir dalam hatimu bahwa itu tidak benar, bahwa itu hanyalah rumor yang dikarang dan kampanye kotor yang dilakukan oleh si naga merah yang sangat besar, tetapi engkau tidak membantahnya berdasarkan kebenaran dan fakta, serta sebenarnya engkau masih memiliki beberapa keraguan dalam hatimu dan hanya menggunakan pernyataan doktrinal ini untuk membereskan keraguanmu. Dapatkah berpikir seperti ini memungkinkanmu untuk tetap teguh? Seperti inikah mencari kebenaran itu? Apakah ini memperlihatkan bahwa engkau memahami kebenaran dan telah memperoleh kebenaran? Apakah masalahnya telah diselesaikan sampai ke akarnya? (Tidak.) Jadi, apakah engkau semua ingin menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, agar engkau semua dapat membedakan rumor-rumor ini, tidak disesatkan, tidak memiliki pertanyaan apa pun dalam hatimu, dan sepenuhnya menyingkirkan keraguan, kecurigaan, dan kewaspadaanmu terhadap-Ku? Beberapa orang berpikir, "Sejak saat kami mulai percaya kepada Tuhan hingga sekarang, kami telah mendengarkan khotbah-khotbah-Mu dan menerima penyiraman serta penggembalaan-Mu, dan kami telah memperoleh beberapa keuntungan dan kemajuan. Namun, kami belum benar-benar hidup bersama-Mu atau memiliki kontak yang nyata dengan-Mu sebagai seorang pribadi. Jadi, kami sama sekali tidak tahu dan tidak mengetahui orang seperti apa diri-Mu, seperti apa kepribadian dan karakter-Mu, serta seperti apa kehidupan yang Kaujalani." Ini berarti, mengenai berbagai perwujudan dan pengungkapan kemanusiaan dari daging-Ku ini, serta kehidupan-Ku, sikap, dan perwujudan spesifik-Ku dalam berurusan dengan orang dan hal-hal, orang-orang selalu mempertanyakan hal-hal ini dan menyimpan keraguan terhadapnya. Di satu sisi, orang menyimpan keraguan ini karena mereka sendiri tidak 100% yakin tentang inkarnasi Tuhan, dan di sisi lain, karena orang terpengaruh oleh rumor dari dunia keagamaan atau dari si naga merah yang sangat besar karena pemahaman mereka tentang kebenaran terlalu dangkal. Dengan demikian, engkau semua memiliki banyak spekulasi tentang Aku. Tentu saja, isi dari spekulasi ini pasti tidak positif atau tidak semestinya; itu pasti mengandung beberapa unsur yang gelap dan negatif. Menyimpan spekulasi ini—apakah ini hal yang baik atau hal yang buruk bagimu? Apakah ini suatu beban, belenggu, atau dorongan? Bagaimana menurutmu? (Jika di dalam hatinya, orang memiliki spekulasi negatif seperti ini, itu bukanlah hal yang baik melainkan suatu beban. Itu akan menyebabkan orang bersikap waspada terhadap Tuhan; itu sama sekali tidak akan membantu dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan.) Apa dampak dari hal-hal negatif ini terhadapmu? Apa konsekuensi yang akan ditimbulkannya? Di lingkungan tertentu, apakah hal-hal ini berbahaya bagimu? (Ya.) Karena hal-hal ini merupakan beban dan bukan hal yang baik bagimu, haruskah engkau menggunakan kebenaran untuk membereskannya? Atau haruskah engkau mengesampingkannya, tidak memedulikannya, dan tidak memikirkannya, menunggu sampai masalah tertentu benar-benar muncul, barulah mengatasinya? Bagaimana sikapmu? (Ketika aku mendengar rumor, aku memang mengesampingkannya dan tidak memedulikannya. Namun baru saja, melalui persekutuan dari Tuhan, aku menyadari bahwa ketika masalah ini muncul, itu harus diselesaikan dengan kebenaran. Jika tidak, orang tidak dapat melepaskan beban ini di dalam hati mereka, dan dalam situasi tertentu, hal itu dapat mengakibatkan konsekuensi yang buruk, mereka bahkan akan merasa skeptis tentang Tuhan dan menyangkal Tuhan, dan ini sangatlah berbahaya.) Meskipun engkau secara terbuka menyatakan bahwa ini adalah rumor, jika engkau tidak pernah benar-benar mengenali rumor-rumor ini atau memiliki sikap yang benar terhadapnya, dan selalu menyimpan hal-hal negatif ini di dalam hatimu, engkau akan sering dikekang olehnya. Rumor-rumor ini akan menjadi bom waktu bagimu, siap meledak kapan saja dan di mana saja. Konsekuensinya pasti tak terbayangkan, dan engkau akan hancur lebur. Bukankah mereka yang menandatangani "Tiga Pernyataan" adalah mereka yang telah meledakkan bom dan menghancurleburkan diri mereka sendiri? Setelah mereka menandatangani "Tiga Pernyataan", si naga merah yang sangat besar itu masih belum melepaskan mereka. Mereka menuntut bahwa orang-orang harus mengatakan beberapa hal yang menghina Tuhan secara lisan, dan baru setelah itulah, masalahnya dapat dianggap selesai. Meskipun di dalam hatinya, mereka enggan, mereka merasa tak punya pilihan, dan menyerah kepada Iblis untuk menghindari hukuman penjara. Setelah menghina Tuhan secara lisan, mereka merasa harapan mereka untuk menerima berkat telah hilang, bahwa hidup mereka benar-benar sudah tamat. Mereka tak perlu lagi memikirkan apakah rumor-rumor itu benar atau salah, dan kecemasan, kekhawatiran, rasa malu, serta ketakutan yang telah mereka tanggung selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan pun lenyap sepenuhnya. Pada saat yang sama, harapan mereka untuk diselamatkan pun hancur. Katakan kepada-Ku, sekalipun orang-orang merasa skeptis tentang Tuhan yang berinkarnasi atau tentang aliran ini, bolehkah mereka menghina Tuhan? (Tidak.) Ketika si naga merah yang sangat besar menyuruhmu untuk menghina Tuhan, mengapa engkau menaatinya? Siapa pun itu, sekalipun orang menyangkal jalan yang benar, menyangkal aliran ini, mereka tetap tidak boleh menghina Tuhan. Orang macam apakah mereka yang menghina Tuhan? (Orang yang mampu menghina Tuhan adalah mereka yang memiliki kemanusiaan yang jahat dan juga mereka yang memiliki kebencian tertentu terhadap kebenaran dan yang tunduk pada pengaruh Iblis.) Katakan kepada-Ku, jika di dalam hatinya, orang benar-benar percaya bahwa Tuhan itu ada, percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta, bahwa umat manusia diciptakan oleh Tuhan, bahwa kehidupan manusia dianugerahkan oleh Tuhan, dan bahwa Tuhan itu berdaulat atas segala sesuatu, akankah mereka menghina Tuhan? (Tidak.) Mereka tidak akan pernah melakukannya. Seperti apa pun situasinya, mereka tidak akan menghina Tuhan. Sekalipun mereka merasa skeptis tentang nama Tuhan Yang Mahakuasa atau tentang aliran ini yang merupakan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, mereka sama sekali tidak akan pernah menghina Tuhan. Jadi, orang yang mampu menghina Tuhan, mereka tidak hanya menyangkal aliran ini dan menyangkal Tuhan Yang Mahakuasa yang berinkarnasi, tetapi mereka juga menyangkal pekerjaan Tuhan dan kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan. Lalu, termasuk golongan apakah orang-orang semacam ini? (Mereka adalah para setan; mereka adalah orang-orang yang di dalam hatinya menyangkal Tuhan.) Orang-orang semacam ini adalah bagian dari gerombolan Iblis dan para setan; mereka bukanlah umat pilihan Tuhan, bukan domba Tuhan—mereka bukan manusia. Ada orang-orang yang, setelah ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar, karena tidak memahami kebenaran dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan, mereka menjadi ragu ketika mendengar rumor. Mereka mengembangkan keraguan tentang Tuhan yang berinkarnasi, dan di bawah ancaman, bujukan, dan paksaan dari penyiksaan yang kejam, mereka menyangkal nama Tuhan, menyangkal aliran yang adalah pekerjaan Roh Kudus ini, dan menyangkal gereja. Ini saja sudah merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan. Namun, ada orang-orang yang bahkan mampu menghina Tuhan—ini berarti sama sekali tidak memiliki hati nurani dan nalar, ini tak termaafkan, dan ini berarti melakukan dosa yang tak terampuni. Ketika engkau menghina manusia, atau menyerang, menghakimi, atau mencemarkan nama baik mereka, secara hukum hal ini paling-paling hanya didefinisikan sebagai pencemaran nama baik atau, dalam kasus yang paling parah, sebagai serangan pribadi. Ini tidak terlalu serius dan tidak mengakibatkan kematian. Namun, ketika seseorang mampu menghina Tuhan, natur dari masalahnya berubah. Itu bukan lagi sekadar menghina Tuhan—itu adalah penghujatan terhadap Tuhan! Apa arti menghujat? Itu berarti menyerang, mencemarkan nama baik, menghina, atau memfitnah hal-hal yang positif, kebenaran, atau Tuhan secara langsung—semua ini merupakan penghujatan. Tuhan itu kudus, Tuhan itu mahatinggi, Tuhan berdaulat atas seluruh umat manusia, Tuhan adalah Pribadi yang menyediakan kehidupan bagi umat manusia, dan Tuhan adalah sumber kehidupan manusia. Esensi, identitas, dan status Tuhan adalah mahatinggi. Tuhan itu sempurna, baik, dan kudus, Dia tanpa kesalahan dan tak bercela. Justru karena Tuhan itu kudus, sempurna, dan mahatinggi, dan karena Tuhan adalah sumber yang menyediakan kehidupan bagi umat manusia, segala fitnah, serangan, atau hinaan yang ditujukan kepada Tuhan oleh manusia ciptaan merupakan penghujatan. Sekarang, engkau seharusnya mengerti apa arti "penghujatan", bukan? (Setiap serangan, hinaan, atau fitnah yang ditujukan kepada Tuhan merupakan penghujatan.) Jika kata "penghujatan" dijelaskan, itu artinya fitnah, penghakiman, atau kutukan terhadap hal-hal yang positif, dan khususnya fitnah, penghakiman, atau kutukan terhadap kebenaran atau Tuhan. Inilah yang disebut penghujatan. Oleh karena itu, kata "penghujatan" hanya dapat digunakan untuk menggambarkan fitnah, hinaan, serangan, atau penghakiman manusia terhadap Tuhan—ini relatif tepat. Ketika orang menghakimi, menghina, menyerang, atau mengutuk orang lain, jika itu tidak sesuai dengan kenyataan, paling-paling itu adalah pencemaran nama baik. Jika itu sesuai dengan kenyataan, maka itu bukanlah pencemaran nama baik. Namun, penghakiman dan kutukan manusia terhadap Tuhan adalah pemutarbalikan fakta dan mengubah kebenaran menjadi kebohongan—ini merupakan penghujatan. Apa natur dari orang yang berani mengutuk Tuhan? Apakah Tuhan berdosa? (Tidak.) Tuhan itu kudus, Tuhan itu tanpa dosa, jadi segala fitnah, serangan, penghakiman, atau penghinaan yang ditujukan kepada Tuhan disebut penghujatan. Mereka yang menghina Tuhan berpikir, "Asalkan aku mengatakan beberapa hal yang menghina tuhan, aku bisa dibebaskan dan terhindar dari bahaya. Mengingat situasinya, tuhan tidak akan mengingat hal ini." Dari perspektif manusia, itu hanyalah beberapa penghinaan, yang tampaknya bukan masalah besar. Namun, bagaimana Tuhan memandang hal ini? Bahwa engkau mampu menghina Tuhan, itu memperlihatkan bahwa di dalam hatimu, engkau telah menyangkal Tuhan. Hanya karena di dalam hatimu, engkau menyimpan kebencian terhadap Tuhan, maka engkau mampu menghina-Nya. Baik engkau secara proaktif menghina Tuhan maupun dipaksa untuk menghina-Nya oleh orang lain, itu adalah perwujudan menyangkal Tuhan dan membenci Tuhan. Oleh karena itu, perilaku dan tindakan semacam ini sepenuhnya merupakan penghujatan.
Ada orang-orang yang tidak pernah bisa melepaskan berbagai rumor, selalu berpikir bahwa rumor-rumor tersebut mungkin benar. Mereka selalu ingin memastikan apakah rumor yang disebarkan oleh si naga merah yang sangat besar yang merupakan partai penguasa, dunia keagamaan, dan orang-orang tidak percaya—terutama rumor dan pernyataan yang diposting di internet—benar atau tidak. Jika Tuhan tidak pernah menyatakan pendirian-Nya atau rumah-Nya tidak memberikan klarifikasi apa pun, mereka akan sepenuhnya percaya bahwa rumor-rumor ini benar, dan akan menyangkal Tuhan dan mengkhianati Tuhan—apa masalahnya di sini? Sebenarnya, atas dasar apa mereka percaya kepada Tuhan? Jika kepercayaan mereka didasarkan pada benar tidaknya rumor-rumor tersebut, itu adalah kesalahan besar. Sebenarnya, banyak rumor telah ditelaah dan dibantah dengan sangat jelas dalam khotbah-khotbah, persekutuan, dan film-film dari rumah Tuhan; tidak perlu bagi-Ku untuk menjelaskannya secara terperinci di sini. Jadi, rumor macam apa yang masih ingin engkau semua pastikan? Mari kita bahas topik ini secara terbuka hari ini. Jika engkau semua ingin memastikan tentang rumor, Aku akan memberi tahu engkau semua apa pendapat-Ku tentang hal itu, agar beberapa orang tidak akan terus berpikir, "Apakah Engkau menyembunyikan sesuatu dari kami yang Engkau tidak ingin kami ketahui? Kami selalu merasa tidak dapat sepenuhnya memahami-Mu. Meskipun kami telah mengikuti-Mu dan mendengar begitu banyak kebenaran, di dalam hati, kami masih merasa belum yakin apakah rumor itu benar atau salah, jadi kami selalu memiliki ide dan pemikiran untuk memastikannya." Jika engkau semua ingin memastikannya, katakan dengan berani. Mari kita bahas hal ini secara terbuka. Aku akan memberi tahu engkau semua apa pendapat-Ku tentang hal itu—tidak ada yang disembunyikan. Apakah ada yang ingin memastikan hal itu? (Tidak.) Apakah alasanmu tidak ingin memastikannya dibangun di atas landasan bahwa engkau tidak memercayai rumor dari si naga merah yang sangat besar, atau karena engkau bersikap, "Aku tak mau merepotkan diri dengan hal ini—aku akan membiarkannya begitu saja"? Atau apakah karena engkau takut bahwa setelah memastikan rumor-rumor tersebut, engkau akan kecewa dan tidak mampu menghadapi hasilnya, dan engkau tidak tahu apakah engkau mampu untuk tetap teguh, dan engkau tidak ingin menghadapi konsekuensi seperti itu? Apa pun isi dari rumor-rumor ini, entah engkau semua ingin memastikan tentangnya atau tidak, entah engkau ingin mendengar apa pendapat-Ku tentang rumor-rumor ini atau apa komentar-Ku tentangnya atau tidak, dan apa pun sikapmu, Aku hanya punya satu sikap: Jika engkau semua memahami kebenaran, engkau tentu akan mampu membedakan rumor-rumor ini; jika engkau semua tidak memahami kebenaran dan tidak mencari kebenaran, Aku tidak akan berkomentar. Ini karena Aku telah mengucapkan begitu banyak firman yang mengungkapkan kebenaran; Aku tidak perlu menjelaskan rumor-rumor ini kepadamu—ini bukanlah pekerjaan yang harus Kulakukan. Apakah engkau semua masih tak mampu membedakan rumor-rumor itu bahkan setelah mendengarkan begitu banyak khotbah? Jika engkau tidak mampu, itu berarti engkau tidak memahami kebenaran. Sebanyak apa pun yang dikatakan kepada orang yang tidak memahami kebenaran, itu sia-sia—itu seperti berbicara kepada orang tidak percaya; sebanyak apa pun yang kaukatakan, mereka tidak akan mengerti. Oleh karena itu, Aku tidak akan berkomentar terkait rumor apa pun! Aku tidak ingin menjelaskan apa pun, Aku juga tidak ingin mengatakan apa pun, dan Aku juga tidak ingin membenarkan atau membela apa pun. Apa pun yang dikatakan di dunia luar, Aku tidak akan berkomentar! Apakah engkau telah mendengarnya dengan jelas? (Ya.) "Tidak akan berkomentar"—ini adalah semacam sikap. Selain itu, apa yang ingin Kukatakan kepada engkau semua tentang hal ini? Yaitu bahwa kapan pun itu, identitas dan esensi Tuhan tidak akan berubah, status Tuhan tidak akan berubah, watak Tuhan tidak akan berubah, otoritas dan kuasa Tuhan tidak akan berubah, fakta bahwa Tuhan berdaulat atas umat manusia dan menyediakan kehidupan bagi mereka tidak akan berubah, fakta inkarnasi Tuhan tidak akan berubah, dan fakta bahwa Tuhan adalah kebenaran, jalan, dan hidup tidak akan pernah berubah. Apakah perkataan ini cukup untuk menyelesaikan keraguanmu? (Ya.) Hanya ini yang ingin Kukatakan kepadamu tentang masalah ini. Jika engkau semua mengerti, terimalah. Jika engkau semua tidak mengerti, luangkanlah waktu untuk merenungkannya. Jika masih ada keraguan dalam hatimu dan perkataan ini tidak dapat menyelesaikan keraguanmu, maka tidak ada lagi yang bisa Kulakukan. Biarkan saja semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Hanya ini yang bisa Kukatakan dan Kulakukan untukmu. Apakah pendekatan ini tepat? (Ya.) Dapatkah firman ini memiliki efek tertentu dalam diri orang? Ketika menghadapi berbagai masalah yang rumit, jika keretakan muncul dalam hubungan antara dirimu dan Tuhan, atau jika engkau mengembangkan keraguan yang serius tentang Tuhan, dan firman ini tidak dapat menyelesaikan masalah yang sedang kauhadapi, berarti engkau adalah pengikut yang bukan orang percaya. Hal yang engkau terima bukanlah kebenaran, melainkan kebohongan Iblis dan semua perkataan setan yang Iblis ucapkan. Sama seperti Adam dan Hawa pada mulanya—Tuhan berfirman, "Kalian boleh makan dari semua pohon di taman ini, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, kau tidak boleh memakannya, karena pada hari kau memakannya, kalian pasti akan mati." Di dalam hatinya, mereka menyimpan firman Tuhan ini setelah mendengarkannya. Namun, ketika Iblis berkata kepada mereka, "Tuhan berfirman kau tidak boleh makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat—ini belum tentu benar. Jika kalian memakannya, kalian pasti tidak akan mati," Adam dan Hawa langsung menjadi ragu. Mereka mengabaikan firman Tuhan dan memercayai perkataan ular itu. Mereka curiga bahwa apa yang Tuhan firmankan itu adalah kebohongan. Karena apa yang ular katakan, mereka tidak lagi percaya kepada Tuhan atau tidak lagi menaati Tuhan, tetapi sepenuhnya mengikuti kebohongan ular itu. Jelas terlihat apa konsekuensi akhir dari hal ini. Sembari memercayai dan menerima apa yang ular katakan kepada mereka, mereka juga menyangkal apa yang telah Tuhan firmankan, berpikir bahwa apa yang Tuhan firmankan adalah kebohongan. Mereka tidak lagi percaya bahwa firman Tuhan itu benar, dan mereka tidak lagi percaya pada identitas dan esensi Tuhan. Sebaliknya, mereka merasa skeptis tentang Tuhan, curiga bahwa Dia memiliki motif tersembunyi terhadap mereka dan menipu mereka dengan kebohongan. Sebaliknya, mereka percaya bahwa apa yang ular katakan benar dan bahwa ular itu berbicara demi kebaikan mereka. Konsekuensi akhirnya, mereka tergoda oleh ular itu dan dirusak oleh Iblis. Mereka menyimpang dari pemeliharaan Tuhan, kehilangan perlindungan Tuhan, dan menempuh jalan di mana mereka tidak dapat berbalik kembali.
Apakah bagi engkau semua, masalah rumor ini telah terselesaikan? Jika belum terselesaikan, silakan menyelesaikannya sendiri secara perlahan. Mengenai cara memperlakukan rumor, Aku sudah banyak mempersekutukannya. Jika masih ada orang yang tak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai rumor dan tidak dapat membedakannya, bersekutulah tentang hal ini dan selesaikan sendiri masalah ini. Meskipun hal ini tidak terhitung sebagai masalah besar, dalam kehidupan orang sehari-hari, ini adalah sesuatu yang sering kali dapat mengganggu pikiran mereka dan mengganggu kehidupan mereka. Meskipun beberapa rumor tidak sampai langsung merenggut nyawamu, rumor juga merupakan semacam gangguan bagimu, bagaikan lalat pengganggu yang tidak menggigit orang tetapi membuat mereka merasa jijik—itu muncul dari waktu ke waktu untuk mengganggumu. Terutama ketika engkau sedang lemah, ketika engkau menghadapi kegagalan atau kemunduran, atau ketika engkau negatif, rumor dan perkataan setan ini akan muncul untuk mengganggumu, menyiksamu di dalam hatimu, menarikmu, membuatmu tenggelam sedikit demi sedikit. Dengan cara inilah beberapa orang telah mundur dan tidak lagi percaya. Engkau lihat, orang-orang yang dikirim ke kelompok B atau ke gereja-gereja biasa berada dalam bahaya besar—tetapi bukankah orang-orang yang melaksanakan tugas penuh waktu berada dalam bahaya? Beberapa dari mereka juga berada dalam bahaya besar. Kelompok yang mana di antara mereka? Kelompok orang yang terus-menerus gagal memahami kebenaran. Sebanyak apa pun firman Tuhan yang telah mereka dengar, mereka tidak memahaminya. Di dalam hatinya, mereka selalu ragu: "Mengapa aku tidak mampu memahami yang mana dari firman Tuhan yang adalah kebenaran? Semua orang berkata bahwa kebenaran adalah jalan, adalah hidup—mengapa aku tidak merasa bahwa itu adalah hidup? Aku juga telah mendengar banyak firman Tuhan, tetapi kehidupan di dalam diriku belum berubah; aku masih aku, aku belum berubah!" Mereka tidak pernah mengerti apa itu kebenaran, tidak pernah mengerti pekerjaan Tuhan, dan mereka selalu tetap tidak jelas tentang visi. Orang-orang semacam itu berada dalam bahaya. Ketika mendengar rumor, orang-orang semacam ini tidak pernah mencari kebenaran untuk membedakannya; yang mereka tahu hanyalah menghindari dan menolak rumor. Jika mereka dapat menghindarinya, mereka beruntung terhindar dari bencana; jika mereka tidak dapat menghindarinya, mereka ditawan oleh Iblis. Katakan kepada-Ku, apakah suatu kebetulan bahwa orang-orang semacam itu dapat ditawan oleh Iblis? (Tidak.) Mereka yang tidak pernah memahami kebenaran, yang tidak pernah mengerti apa arti percaya kepada Tuhan—apakah orang-orang ini adalah domba-domba Tuhan? Mampukah mereka memahami firman Tuhan? (Mereka tidak mampu.) Orang-orang ini tidak pernah memahami firman Tuhan, mereka juga tidak mencari kebenaran; dan yang selalu mereka pikirkan adalah: "Kapan hari Tuhan akan tiba? Kapan kami akan masuk ke dalam kerajaan surga?" Mengenai hal-hal yang seharusnya orang pahami dalam kepercayaan kepada Tuhan, mereka belum memahami satu pun darinya. Betapa bingungnya mereka! Katakan kepada-Ku, ketika Aku berfirman kepada orang yang bingung semacam ini, perasaan apa yang ada dalam hati-Ku? Apakah penghormatan atau kesedihan? Atau apakah perasaan marah? Melihat orang-orang ini membuat-Ku jengkel. Apa yang bisa diperoleh orang-orang bodoh yang bingung ini dengan percaya kepada Tuhan? Setelah si naga merah yang sangat besar menangkap dan mencuci otaknya, mereka tersingkap dan disingkirkan. Orang-orang ini tidak memahami kebenaran sedikit pun, dan rumah Tuhan tidak menginginkan orang-orang semacam itu. Melalui si naga merah yang sangat besarlah mereka tersingkap dan disingkirkan. Katakan kepada-Ku, apakah ini berarti tidak penuh kasih? (Tidak.) Jika orang-orang semacam itu tidak ditangkap oleh si naga merah yang sangat besar, dan tanpa rumor yang menyesatkan mereka, apakah mereka akan selalu berpaut pada gereja? Situasi apa yang dapat menyebabkan mereka mengundurkan diri? (Justru melalui rumor dari si naga merah yang sangat besar. Setelah mereka mendengar rumor dan memercayainya, mereka mengundurkan diri.) Justru melalui cakar setan si naga merah yang sangat besar, si kontras ini, mereka ditangkap dan akhirnya tidak lagi percaya. Sebenarnya, orang-orang ini tidak mampu memahami kebenaran, tidak mampu melaksanakan tugas apa pun, dan tidak mampu melakukan pelayanan apa pun. Di rumah Tuhan, mereka hanya menambah jumlah jemaat, mendompleng dan menunggu mati. Masing-masing dari mereka berada dalam keadaan yang menyedihkan, tetapi mereka mengaku sebagai pengikut Tuhan, sebagai umat pilihan Tuhan—bukankah mereka memalukan? Mereka yang mengikuti Tuhan setidaknya haruslah manusia, bukan orang mati tak berjiwa, bukan binatang buas. Mereka haruslah orang-orang yang mampu memahami firman yang Tuhan katakan. Hanya mereka yang mampu memahami firman Tuhan dan memahami kebenaranlah yang adalah domba-domba Tuhan. Hanya domba-domba Tuhanlah yang mampu dengan tulus melaksanakan tugas mereka dan mengikut Tuhan. Mereka yang bukan domba-domba Tuhan bukanlah pengikut yang tulus. Mereka menyusup ke dalam gereja dengan satu tujuan, yaitu untuk memperoleh berkat. Tidak ada Tuhan di dalam hati mereka. Sekalipun mereka telah bertahun-tahun percaya, mereka tidak mungkin dapat memiliki hati yang takut akan Tuhan. Para setan, Iblis, dan mereka yang dirasuk setan-setan najis dan roh-roh jahat juga tahu bahwa ini adalah jalan yang benar, dan mereka juga menginginkan berkat. Namun, apakah Tuhan menginginkan orang-orang semacam itu? (Tidak.) Berbagai roh jahat dan setan-setan najis merasuki binatang, dan setelah mereka menjalani bertahun-tahun pembinaan dan menjadi makhluk supernatural, mereka selalu ingin berubah menjadi manusia. Mereka tidak mau tetap menjadi setan-setan najis, roh-roh jahat, atau berbagai roh binatang; mereka ingin naik ke tingkat yang lebih tinggi—menjadi manusia. Demikian pula, orang-orang bodoh yang bingung ini juga ingin meningkatkan derajat mereka, ingin menjadi umat pilihan Tuhan. Katakan kepada-Ku, apakah Tuhan menginginkan orang-orang semacam itu? Tidak. Sekalipun mereka menyusup ke dalam gereja, itu akan sia-sia; mereka pasti akan dikeluarkan apa pun yang terjadi. Setelah mereka dikeluarkan, rumah Tuhan akan menjadi murni, dan gereja akan menjadi murni. Mereka yang tetap tinggal setidaknya haruslah orang-orang yang mengakui identitas dan esensi Tuhan, yang mengakui bahwa Tuhan adalah kebenaran, jalan, dan hidup, dan yang dapat dengan rela melakukan pelayanan bagi Tuhan. Dapatkah orang-orang bodoh yang bingung itu mencapai hal ini? Mereka jauh dari mencapai hal ini. Mereka semua adalah orang mati tak berjiwa, tetapi mereka selalu menginginkan berkat, selalu ingin masuk ke dalam kerajaan, selalu ingin masuk surga. Ambisi dan hasrat mereka tidak kecil, tetapi mereka bahkan tidak melihat siapa diri mereka—mereka melebih-lebihkan diri mereka sendiri! Sudah sepantasnya orang-orang semacam itu disingkirkan. Apakah engkau semua merasa itu sangat disayangkan? (Tidak.) Sejak awal, Tuhan berfirman, "Yang Kuinginkan adalah kualitas dalam diri manusia, bukan banyaknya jumlah mereka." Ini adalah standar yang Tuhan tuntut terhadap umat pilihan-Nya, sekaligus persyaratan dan prinsip mengenai jumlah orang di dalam gereja. "Yang Kuinginkan adalah kualitas dalam diri manusia"—di sini, apakah "kualitas" merujuk pada prajurit kerajaan yang baik atau para pemenang? Keduanya tidak tepat. "Kualitas", tepatnya, merujuk pada mereka yang memiliki kemanusiaan yang normal, mereka yang benar-benar manusia. Di rumah Tuhan, jika engkau mampu melaksanakan tugas yang seharusnya manusia lakukan, jika engkau dapat digunakan sebagai manusia, dan jika engkau mampu memenuhi tanggung jawab, tugas, dan kewajiban manusia tanpa orang lain menarikmu, menyeretmu, atau mendorongmu, dan engkau bukan sampah yang tidak berguna, bukan pendompleng, bukan pemalas—engkau mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban manusia serta memikul misi manusia—hanya inilah yang dimaksud dengan memenuhi standar sebagai manusia! Dapatkah para pemalas dan mereka yang tidak melaksanakan tugas yang semestinya memikul misi manusia? (Tidak.) Ada orang-orang yang tidak mau memikul tanggung jawab; ada yang tidak mampu memikulnya—mereka adalah sampah yang tidak berguna. Mereka yang tidak mampu memikul tanggung jawab manusia tidak dapat disebut manusia. Lihatlah mereka yang cacat secara intelektual, idiot, lumpuh otak, atau lumpuh secara fisik—dapatkah mereka disebut manusia yang standar? (Tidak.) Mengapa tidak? Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemampuan untuk hidup, tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup, dan tidak memiliki kemampuan untuk mengurus diri sendiri. Mereka sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan dan perawatan, hidup tanpa kemampuan untuk menghidupi diri sendiri, dan tidak mampu memikul tanggung jawab dan kewajiban manusia. Mereka yang tidak mampu memikul tugas mereka sendiri di rumah Tuhan bukanlah manusia normal, dan Tuhan tidak menginginkan mereka. Entah engkau adalah seorang pemimpin atau pekerja, atau melakukan pekerjaan spesifik yang melibatkan keterampilan profesional, engkau harus mampu memikul pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu. Selain mampu mengurus hidup dan kelangsungan hidupmu sendiri, keberadaanmu bukanlah sekadar tentang bernapas, bukan tentang makan, minum, dan bersenang-senang, tetapi tentang mampu memikul misi yang telah Tuhan berikan kepadamu. Hanya orang-orang semacam itulah yang layak disebut makhluk ciptaan dan layak disebut manusia. Mereka di rumah Tuhan yang selalu ingin mendompleng dan selalu mencoba mengatasi masalah dengan cara menipu, berharap dapat mencapai tujuan mereka sendiri dengan cara menipu sampai akhir dan memperoleh berkat, mereka tidak mampu memikul pekerjaan atau tanggung jawab apa pun, apalagi misi apa pun. Orang-orang semacam itu harus disingkirkan, dan itu bukanlah sesuatu yang patut disayangkan. Ini karena yang disingkirkan bukanlah manusia—mereka tidak memenuhi syarat untuk disebut manusia. Engkau dapat menyebut mereka orang yang tidak berguna, pemalas, atau pengangguran; dalam hal apa pun, mereka tidak layak disebut manusia. Ketika engkau memberi mereka pekerjaan, mereka tidak dapat menyelesaikannya secara mandiri; dan ketika engkau memberi mereka tugas, mereka tidak dapat memikul tanggung jawab atau memenuhi kewajiban yang seharusnya mereka lakukan—orang-orang semacam itu sudah tamat. Mereka tidak layak hidup; mereka pantas mati. Tuhan mengampuni nyawa mereka sudah merupakan kasih karunia-Nya, suatu anugerah yang luar biasa.
Mengenai topik rumor, kita akan berhenti di sini. Jika engkau semua masih memiliki masalah apa pun, engkau dapat mengemukakan dan mempersekutukannya atau mencari kebenaran untuk menyelesaikannya sendiri. Kita tidak akan membahasnya lagi, oke? Apakah ada yang keberatan? (Tidak.) Jika ada masalah yang belum Kubahas, engkau semua dapat memikirkan cara untuk menyelesaikannya sendiri. Dalam hal ini, Aku telah memenuhi tanggung jawab-Ku. Misalkan seseorang berkata, "Kami belum menerima jawaban yang kami inginkan; apakah rumor-rumor itu benar atau salah? Mohon berilah kami jawaban yang jelas." Sekalipun Aku memberimu jawaban yang jelas, masalah apa yang bisa diselesaikannya? Itulah sebabnya Kukatakan bahwa engkau semua harus menemukan jawabannya sendiri. Aku tidak akan berkomentar tentang hal ini. Semuanya tergantung pada apakah engkau semua memiliki kemampuan untuk membedakan. Mereka yang telah memperoleh kebenaran tidak akan pernah disesatkan. Sebenarnya, rumor-rumor ini telah menyingkapkan banyak orang. Mereka yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tetapi belum memperoleh kebenaran semuanya telah disingkapkan—ini adalah hikmat Tuhan. Inilah jawaban-Ku. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Jadi, apa yang ingin Kusampaikan kepada engkau semua? Yang ingin Kusampaikan semuanya ada dalam buku Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia dan dalam semua khotbah. Firman-firman inilah yang ingin Kusampaikan kepada engkau semua. Bukankah itu sudah cukup? (Sudah cukup.) Jika beberapa orang masih bersikeras, dengan berkata, "Lalu, mengenai rumor-rumor itu, apakah Engkau punya jawabannya?" Aku berkata tidak, Aku tetap tidak akan berkomentar. Aku sudah mengatakan banyak hal yang ingin Kusampaikan dalam semua khotbah itu. Jika engkau semua bersedia mencari kebenaran, dan engkau dapat menerima serta menaati firman-firman ini, maka masalahmu akan terselesaikan. Jika engkau semua tidak menerima firman-firman ini, maka masalahmu akan selamanya menjadi masalah. Aku telah memenuhi tanggung jawab-Ku; itu tidak ada hubungannya lagi dengan-Ku. Apakah engkau telah mendengar dengan jelas? (Ya.)
Mari kita lanjutkan persekutuan tentang topik "Cara Mengejar Kebenaran". Selama periode ini, kita masih membahas konten yang berkaitan dengan "melepaskan" dalam "Cara Mengejar Kebenaran", membahas topik utama "perlunya orang melepaskan penghalang antara dirinya dan Tuhan serta permusuhannya terhadap Tuhan". Aspek pertama dari topik ini adalah melepaskan gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang Tuhan. Dalam aspek ini, kita telah membahas gagasan dan imajinasi yang orang miliki tentang pekerjaan Tuhan, yang berkaitan dengan isu yang relatif kompleks: perbedaan antara kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak. Ada banyak rincian dalam hal ini. Ketika orang menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, mereka selalu bingung dengan berbagai konsep dan tidak dapat membedakan dengan jelas termasuk golongan apakah suatu masalah itu atau bagaimana membedakannya. Misalnya, mengenai perwujudan-perwujudan tertentu, orang tidak dapat membedakan apakah itu berkaitan dengan kemanusiaan atau kondisi bawaan. Untuk beberapa perwujudan lainnya, orang tidak dapat membedakan apakah itu adalah masalah yang berkaitan dengan watak yang rusak atau kemanusiaan. Orang tidak dapat membedakan hal-hal ini. Orang sering menganggap masalah dan kekurangan tertentu dalam kondisi bawaan sebagai watak yang rusak, atau menganggap cacat dan masalah tertentu dalam kemanusiaan sebagai watak yang rusak. Terkadang, sekalipun itu merupakan perwujudan watak yang rusak, mereka justru menganggapnya sebagai perwujudan kondisi bawaan yang tidak dapat diubah. Oleh karena itu, orang sering merasa sangat tidak jelas tentang masalah-masalah kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak selama proses percaya kepada Tuhan, dan tidak dapat membedakannya. Terakhir kali, kita telah mempersekutukan sebagian dari hal ini dan tentu saja memberikan beberapa contoh, tetapi Kurasa itu kurang spesifik. Hari ini, kita akan membahas masalah-masalah dalam ketiga kategori ini dan mempersekutukannya secara lebih spesifik. Aku akan membahas beberapa perwujudan dan contoh spesifik, dan kemudian engkau semua akan membedakan termasuk golongan manakah perwujudan itu, apakah termasuk kondisi bawaan, kemanusiaan, ataukah watak yang rusak. Jika engkau semua tidak dapat membedakannya, kita akan menjelajahinya bersama-sama. Bagaimana menurutmu? (Bagus.) Terakhir kali, kita bersekutu sedikit lebih lanjut tentang kondisi bawaan, jadi kemampuanmu untuk membedakan dalam hal ini tentu saja agak lebih jelas. Namun, masih ada beberapa hal yang relatif berada di ambang batas atau mirip dengan aspek-aspek dalam kemanusiaan, dan orang masih belum dapat membedakan apakah hal-hal tersebut harus digolongkan sebagai kondisi bawaan atau kemanusiaan. Aku akan menyebutkan beberapa perwujudan atau beberapa perilaku dan tindakan, dan kemudian engkau semua akan mengatakan termasuk aspek manakah hal tersebut. Apa manfaat bersekutu dengan cara seperti ini? Setelah engkau mengetahui tergolong aspek manakah suatu perwujudan, engkau akan tahu bagaimana memperlakukannya dan bagaimana cara menanganinya.
Mari kita mulai dengan perwujudan pertama: tekun dalam melakukan segala sesuatu, yang berarti sangat bekerja keras. Termasuk aspek manakah hal ini? (Ini adalah perwujudan dari kemanusiaan yang orang miliki.) Lalu, apakah ini merupakan kelebihan atau cacat dalam kemanusiaan? (Kelebihan dalam kemanusiaan.) Sangat tekun dan bekerja keras adalah kelebihan dalam kemanusiaan. Menyukai kerapian dan kebersihan, serta menjaga kebersihan—perwujudan macam apakah ini? (Kelebihan dalam kemanusiaan.) (Ini adalah kebiasaan hidup yang baik, ini termasuk dalam kondisi bawaan yang orang miliki.) Apakah ini kondisi bawaan? Bukankah ini kelebihan dan keunggulan dalam kemanusiaan yang orang miliki? (Ya.) Baru saja seseorang mengatakan bahwa ini adalah kondisi bawaan; ini tidak benar. Ini berkaitan dengan kemanusiaan yang orang miliki, serta kebiasaan hidup; tentu saja, ini juga merupakan kelebihan dan keunggulan dalam kemanusiaan. Perwujudan berikutnya: Ada orang-orang yang malas; mereka suka kenyamanan dan benci berjerih payah, serta tidak suka bekerja. Saat tidak bekerja, mereka merasa sangat nyaman, tetapi saat mulai bekerja, suasana hati mereka memburuk—mereka menjadi gelisah, jengkel, dan marah. Saat ada pekerjaan yang harus dilakukan, mereka merasa lesu, kurang bertenaga, dan tidak ingin bekerja. Namun, dalam hal makan, minum, dan bersenang-senang, mereka memiliki tenaga yang tak terbatas. Kemalasan—masalah macam apa ini? (Kemanusiaan yang buruk.) Setidaknya, ini adalah cacat dalam kemanusiaan, suatu kekurangan dan masalah yang signifikan dalam kemanusiaan. Ini belum mencapai tingkat kemanusiaan yang buruk. Jika orang-orang semacam itu suka memerintah dan mengeksploitasi orang lain, memaksa orang lain melakukan pekerjaan sementara mereka sendiri tidak melakukannya, masalah macam apa ini? (Kemanusiaan yang buruk.) Ketika diminta untuk melakukan suatu pekerjaan, mereka menemukan segala macam alasan dan dalih untuk menghindarinya; mereka sama sekali tidak mau bekerja. Mereka tidak dengan berterus terang menyatakan niat mereka, tetapi menggunakan berbagai cara, taktik, atau kebohongan dan penipuan, berusaha membuat orang lain melakukan pekerjaan sementara mereka menghindarinya untuk menikmati waktu luang. Masalah macam apakah ini? (Watak yang rusak, watak yang jahat.) Apakah ini sekadar watak yang rusak? Orang yang suka mengeksploitasi orang lain dan main perintah kepada orang lain, pertama-tama, memiliki kemanusiaan yang buruk dan karakter yang tercela. Kedua, cara-cara licik mereka yang main perintah itu menyingkapkan watak mereka yang licik dan jahat. Perwujudan mereka yang suka mengeksploitasi dan main perintah kepada orang lain memperlihatkan bahwa mereka memiliki kemanusiaan yang buruk dan bahwa watak rusak mereka parah—licik dan jahat. Engkau lihat, beberapa perwujudan hanya mencerminkan kemanusiaan yang buruk atau kekurangan tertentu dalam kemanusiaan yang orang miliki, dan tidak mencapai tingkat watak yang rusak. Namun, beberapa perwujudan, didasarkan pada fondasi kemanusiaan yang tercela, secara langsung berkaitan dengan watak yang rusak. Oleh karena itu, tidak ada perwujudan yang sesederhana itu. Beberapa perwujudan tidak hanya berkaitan dengan satu masalah, tetapi dengan dua masalah.
Kedangkalan—termasuk aspek apakah ini? (Ini adalah cacat dalam kemanusiaan.) Benar, ini adalah cacat dalam kemanusiaan. Jika ini hanya tentang suka mendandani diri sendiri, membuat dirinya terlihat cantik, dan suka menerima pujian karena penampilan yang elok, karena kecantikan, ketampanan, atau kemudaan—ingin orang lain berpendapat baik atau berpandangan positif terhadap penampilannya—maka ini terbatas pada masalah dalam kemanusiaan. Masalah kemanusiaan macam apakah ini? Jelas, ini bukanlah kelebihan melainkan cacat. Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Semua orang mencintai keindahan—bagaimana ini bisa dianggap cacat?" Jadi mengapa Kukatakan bahwa kedangkalan adalah cacat dalam kemanusiaan? Karena kedangkalan adalah cacat, perwujudannya tidak dapat dibenarkan. Kedangkalan bukanlah tentang terlihat pantas, bermartabat, saleh, atau serius, agar orang lain mendapat kesan dirinya bermartabat dan sopan; ini tidak pada taraf terlihat pantas, tetapi lebih berlebihan dan parah daripada fokus pada terlihat pantas yang masih dapat dibenarkan. Ketika orang-orang dangkal, mereka memberi perhatian khusus pada mendandani diri sendiri, dan memamerkan diri, membuat orang lain berfokus pada citra mereka, bahkan hingga mencapai taraf agak tidak tahu malu—dengan kata lain, orang-orang ini dipengaruhi dan dikekang oleh penampilan dalam banyak hal. Ini adalah cacat dalam kemanusiaan. Misalnya, ada orang-orang yang merasa malu keluar rumah tanpa riasan wajah. Mereka merasa malu bertemu orang lain kecuali mereka menyemprotkan parfum pada dirinya sendiri. Mereka selalu disibukkan dengan hal-hal ini, selalu ingin mendandani diri secara berlebihan untuk membuat orang lain mengagumi mereka dan menyukai mereka. Seperti inilah sangat dangkal itu—pada titik ini, hal itu menjadi cacat. Cacat ini telah melampaui lingkup dan standar yang dibutuhkan untuk kemanusiaan yang normal. Terlalu dangkal adalah cacat dalam kemanusiaan. Ini mengakhiri pembahasan kita tentang perwujudan ini.
Perwujudan berikutnya adalah suka menjadi pusat perhatian. Perwujudan macam apakah ini? (Ini adalah kekurangan dalam kemanusiaan yang orang miliki; ini berarti suka menjadikan dirinya pusat perhatian, suka memamerkan diri.) Lalu, apakah ada watak yang rusak di dalamnya? (Ya, karena jika orang suka menjadi pusat perhatian, mereka kemudian ingin memamerkan diri, ingin menonjol.) Suka menjadi pusat perhatian dan selalu ingin memamerkan diri—masalah macam apakah ini? Apakah karena mereka memiliki kemampuan kepemimpinan, atau karena mereka memahami kebenaran dan memiliki rasa terbeban? Jika mereka memiliki rasa terbeban, memiliki kemampuan kerja, dan mampu memikul suatu pekerjaan, ini bukanlah suka menjadi pusat perhatian. Lalu, masalah macam apakah suka menjadi pusat perhatian itu? Dalam satu aspek, ini adalah cacat dalam kemanusiaan yang orang miliki. Orang-orang semacam ini suka menjadi pusat perhatian. Di mana pun mereka berada, mereka suka memamerkan diri, takut tidak terlihat oleh orang lain. Mereka juga berbicara dengan cara yang cukup mencolok, berlebihan, dan lantang. Makin ada banyak orang, makin mereka ingin sekali berbicara, selalu ingin mendapat tempat di antara orang banyak. Suka menjadi pusat perhatian tidak dapat dianggap sebagai perwujudan dari kemanusiaan yang buruk. Itu tidak ada kaitannya dengan karakter seseorang, dan itu hanyalah cacat dalam kemanusiaan, semacam kekurangan atau masalah. Mengapa Kukatakan bahwa itu adalah kekurangan atau masalah dalam kemanusiaan? Karena itu adalah perwujudan dari kurangnya nalar. Orang-orang ini terus-menerus berusaha menjadi pusat perhatian, tetapi apakah mereka benar-benar mampu memikul pekerjaan? Mengapa mereka selalu ingin menjadi pusat perhatian? Apakah karena mereka didorong oleh ambisi dan keinginan? Apakah karena mereka mencintai status, suka ditinggikan, dan menjadikan diri mereka pusat perhatian? Apakah karena mereka suka memiliki prestise di antara orang-orang, menjadi lebih unggul daripada orang lain, dan suka memimpin orang lain? (Ya.) Bukankah kemanusiaan orang semacam ini tersingkap? Kemanusiaan macam apakah itu? Itu berarti kurang bernalar. Bukankah ini merupakan cacat dalam kemanusiaan? (Ya.) Di satu sisi, ini adalah cacat dalam kemanusiaan. Di sisi lain, orang semacam ini tidak hanya sesekali menjadikan dirinya pusat perhatian atau memamerkan diri; melainkan, karena didorong oleh ambisi dan keinginan, cinta akan status, kekuasaan, dan menjadi penentu keputusan, mereka suka menjadi pusat perhatian. Jadi, bukankah ini juga termasuk watak yang rusak? (Ya.) Watak rusak macam apa ini? (Watak yang congkak.) Ini adalah watak yang congkak. Apa yang memberi mereka hak untuk menjadi pusat perhatian? Apa yang memberi mereka hak untuk menjadi penentu keputusan dan memimpin orang lain? Ada orang-orang yang berkata, "Aku memahami kebenaran dan aku memiliki rasa terbeban." Sekalipun engkau memiliki rasa terbeban, tetap perlu untuk melihat apakah engkau mampu melakukan pekerjaan nyata. Bukan berarti bahwa hanya karena engkau memiliki rasa terbeban dan ingin melakukannya, engkau benar-benar dapat melakukannya dengan baik. Tidak ada hubungan logis di antara kedua hal ini. Ingin dan senang melakukannya bukan berarti engkau mampu melakukannya atau cakap dalam pekerjaan kepemimpinan. Engkau suka menjadi pusat perhatian, engkau mencintai status—apakah itu berarti semua orang harus memilihmu? Apa prinsip untuk memilih para pemimpin gereja? (Harus berdasarkan pada apakah orang itu memiliki kemampuan kerja, apakah mereka adalah orang yang mengejar kebenaran, dan apakah mereka orang yang tepat.) Setidaknya, engkau haruslah orang yang tepat. Engkau harus memiliki pemahaman rohani, kemampuan untuk memahami kebenaran, dan juga kemampuan kerja. Hanya dengan demikian, barulah engkau memenuhi syarat untuk dibina dan menjadi calon untuk dibina. Engkau harus memenuhi semua syarat ini. Jika engkau tidak memenuhi satu pun dari syarat-syarat ini, akankah semua orang memilihmu menjadi pemimpin hanya karena engkau suka menjadi pusat perhatian? Itu tidak akan pernah terjadi. Jadi, jika engkau selalu suka menjadi pusat perhatian, selalu suka memamerkan diri, bukankah ini kecongkakan? (Ya.) Itu adalah kecongkakan dan melebih-lebihkan diri sendiri. Kecongkakan, dari perspektif kemanusiaan, berarti kurang bernalar. Jika diukur dengan kebenaran, ini adalah watak yang rusak, dan ini adalah watak Iblis. Perwujudan dari suka menjadi pusat perhatian merupakan cacat dalam kemanusiaan sekaligus watak yang rusak, yang juga berkaitan dengan dua masalah. Meskipun suka menjadi pusat perhatian tidak mencapai taraf memiliki kemanusiaan yang buruk atau jahat, itu tetaplah merupakan perwujudan spesifik dari kurang bernalar dan juga perwujudan dari watak yang congkak. Jika orang hanya suka menjadi pusat perhatian, dan mereka tidak menindas atau menyiksa orang lain, dan tidak menggunakan cara-cara orang jahat untuk menabur perselisihan atau membentuk kelompok tertutup, maka ini hanyalah cacat dalam kemanusiaan mereka. Namun, jika mereka memperlihatkan perwujudan orang jahat atau antikristus, dan juga melakukan beberapa perbuatan yang jahat, maka cacat dalam kemanusiaan ini meningkat—menjadi apa? Kemanusiaan yang buruk, mengerikan, dan jahat—aspek-aspek inilah yang digunakan untuk menggolongkan kemanusiaan semacam itu. Selain itu, perwujudan watak rusak yang diperlihatkan orang-orang semacam itu mencakup kecongkakan dan kekejaman; tentu saja, ada juga perwujudan-perwujudan yang lebih spesifik. Jadi, kemanusiaan orang-orang semacam itu harus digolongkan berdasarkan sejauh mana mereka memperlihatkan watak-watak rusak tersebut. Jika mereka hanya suka menjadi pusat perhatian, dan mereka tidak memperlihatkan perwujudan kemanusiaan yang jahat—yakni tidak menindas atau menyiksa orang, tidak membentuk kelompok tertutup dan tidak diam-diam membangun kerajaan mereka sendiri, atau tidak menggunakan cara-cara yang tidak lazim untuk menyesatkan orang dan membuat mereka patuh—maka kesukaan untuk menjadi pusat perhatian ini hanyalah cacat dalam kemanusiaan. Namun, begitu perbuatan-perbuatan jahat itu dilakukan, ini bukan lagi sekadar cacat dalam kemanusiaan. Lalu, menjadi masalah macam apakah itu? (Ini adalah kemanusiaan yang buruk, mengerikan, dan jahat.) Tepat. Ini bukan lagi sekadar cacat dalam kemanusiaan, melainkan, ini adalah kemanusiaan yang jahat. Kesukaan untuk menjadi pusat perhatian hanyalah cacat dalam kemanusiaan. Jika orang semacam itu memiliki pemahaman rohani, kualitas tertentu, dan kemampuan kerja, apakah engkau semua akan memilih mereka sebagai pemimpin? (Ya.) Mengapa engkau akan memilih mereka? (Karena mereka bukan orang jahat.) Kesukaan mereka untuk menjadi pusat perhatian hanyalah perwujudan watak yang rusak. Tidak ada unsur kejahatan dalam kesukaan mereka untuk menjadi pusat perhatian, dan mereka bukanlah orang jahat. Selama mereka memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin, mereka dapat dipilih dan dibina lebih lanjut. Meskipun kesukaan untuk menjadi pusat perhatian merupakan perwujudan dari memiliki nalar yang buruk dalam kemanusiaan, mengingat mereka mampu melakukan pekerjaan, memiliki kemampuan kerja, memiliki pemahaman rohani, memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran, dan selain itu, mereka bersedia melakukan suatu pekerjaan dan menjadi pengawas, mereka dapat dipilih. Mengapa mereka dapat dipilih? Karena kemanusiaan mereka memenuhi standar, begitu pula kualitas mereka. Selama mereka bukan orang jahat atau antikristus, mereka tidak akan menyiksa atau menindas orang lain, dan mereka tidak akan berusaha mendirikan kerajaan mereka sendiri, mereka dapat dipilih untuk menjadi pemimpin. Namun, jika kesukaan mereka untuk menjadi pusat perhatian mengandung unsur-unsur kemanusiaan yang jahat, bolehkah orang semacam itu dipilih? (Tidak.) Bahkan sebelum mereka terpilih sebagai pemimpin, mereka sudah mulai menggunakan cara-cara licik, diam-diam membentuk kelompok tertutup, dan memanipulasi suara. Demi mencapai tujuan, mereka melakukan manuver licik, bahkan mampu mengarang rumor dan menjelek-jelekkan beberapa orang baik yang relatif bersungguh-sungguh dalam mengejar kebenaran dan melaksanakan tugasnya. Mereka melakukan banyak hal yang bertentangan dengan kebenaran dan moral manusia, melakukan beberapa perbuatan jahat. Bolehkah engkau semua memilih orang semacam itu sebagai pemimpin? (Tidak.) Mengapa tidak? (Karena kemanusiaan mereka jahat.) Lebih spesifiknya, itu karena mereka adalah orang jahat; mereka tidak memenuhi prinsip rumah Tuhan dalam hal memakai orang. Rumah Tuhan tidak memakai orang jahat. Apa akibatnya jika umat pilihan Tuhan jatuh ke tangan orang jahat? Di satu sisi, mereka akan disiksa dan ditindas. Di sisi lain, gereja akan tercerai-berai bagaikan butiran pasir dan menjadi tidak tertib. Dalam hal ini, engkau bukannya sedang melaksanakan tugasmu, melainkan sedang melayani orang jahat, dikendalikan oleh orang jahat, dan mengikuti orang jahat. Apa akibatnya? Harapanmu untuk memperoleh keselamatan akan hancur. Apakah engkau mengerti sekarang? (Ya.) Jadi, jika dua orang sama-sama suka menjadi pusat perhatian dan keduanya memiliki watak rusak yang congkak, berdasarkan apa engkau akan memilih salah satu untuk menjadi pemimpin? (Berdasarkan kemanusiaan mereka.) Benar, berdasarkan kemanusiaan mereka. Perwujudan berbagai watak rusak, seperti watak congkak, watak licik, dan watak keras kepala, bersifat universal; semua orang sama dalam hal ini. Jadi, di mana letak perbedaannya? Pada kemanusiaan yang orang miliki. Di luarnya, ada orang-orang yang terlihat lebih tidak terkendali, sementara ada yang terlihat lebih konservatif; ada yang relatif bingung dan ceroboh, ada yang relatif cerdik dan teliti. Ada yang lebih ekstrover dan ceria, ada yang lebih introver. Perwujudan eksternal kepribadian orang itu berbeda-beda, dan esensi kemanusiaan mereka tentu saja juga tidak sama. Ada orang-orang yang memiliki batasan hati nurani dan moralitas, sementara yang lain tidak. Ada yang bahkan jahat, bengis, dan kejam—mereka membunuh tanpa berkedip dan melahap orang hingga ke tulang belulang mereka tanpa menyisakan apa pun. Mereka mampu melakukan apa saja. Oleh karena itu, bagi orang jahat, menyiksa orang lain tidak ada apa-apanya bagi mereka. Jika engkau semua jatuh ke tangan orang jahat, hari-hari baikmu akan berakhir dan setelah itu engkau akan hidup dalam kegelapan. Jika seseorang jatuh ke tangan orang jahat, itu sama seperti jatuh ke tangan si naga merah yang sangat besar. Pernahkah engkau semua mengalami hal ini? (Ya.) Perwujudan orang jahat yang paling menonjol dan nyata dalam hal kemanusiaan mereka adalah kejahatan, kekejaman, kebengisan, tidak adanya batasan moral, dan tidak adanya standar hati nurani. Dinilai dari sikap mereka terhadap Tuhan dan terhadap kebenaran, mereka sama sekali tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan. Mereka lancang dan gegabah, berani melakukan apa pun, tanpa batasan hati nurani. Mengenai kebenaran, mereka tidak sedikit pun menerimanya. Di luarnya, mereka mampu mengerahkan upaya dan menanggung kesukaran dalam tugas mereka, dan mereka juga mampu bersedekah. Namun, mereka tidak memiliki sedikit pun rasa takut dalam cara mereka memperlakukan Tuhan dan kebenaran. Setiap kali berkenaan dengan bersaksi tentang Tuhan, bersaksi tentang Tuhan yang berinkarnasi, bersaksi tentang identitas dan esensi Tuhan, bersaksi tentang perbuatan Tuhan, atau bersaksi tentang bagaimana Tuhan membayar harga bagi umat manusia dan bagaimana Tuhan menggunakan hati dan usaha-Nya serta hidup-Nya untuk menyelamatkan umat manusia, tidak ada apa pun yang bisa mereka katakan dan tidak ingin berbicara. Di dalam hatinya, mereka membenci Tuhan. Namun, ketika mereka bersaksi tentang diri mereka sendiri, mereka memiliki banyak hal untuk dikatakan dan berbicara tanpa henti. Suka menjadi pusat perhatian hanyalah cacat dalam kemanusiaan. Jika orang-orang semacam itu tidak melakukan kejahatan, dan memiliki batasan hati nurani dan moralitas, asalkan mereka mampu memahami beberapa kebenaran, mereka pada umumnya mampu mengukur berbagai hal berdasarkan batasan hati nurani mereka; hati nurani mereka berfungsi. Misalnya, jika mereka menemukan seorang lawan jenis yang mereka sukai dan ingin mendekatinya, karena mereka memiliki batasan hati nurani dalam kemanusiaan mereka dan rasa integritas serta rasa malu, mereka secara alami akan mengendalikan diri. Namun, orang jahat tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Jika mereka menyukai seseorang, mereka akan mendekatinya dengan paksa; jika orang tersebut menolak, mereka akan merancang segala macam cara untuk menyiksa, menaklukkan, atau menimbulkan masalah bagi orang itu. Orang yang memiliki batasan hati nurani dibatasi oleh hati nurani mereka; ada pelanggaran tertentu yang tidak akan mereka lakukan dan batasan tertentu yang tidak akan mereka langgar karena mereka memiliki rasa integritas dan rasa malu. Jika mereka memahami kebenaran, dan penerimaan mereka akan kebenaran relatif dalam dan kuat, mereka akan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Karena mereka gentar dan takut akan Tuhan, mereka umumnya tidak akan melanggar batasan tertentu. Oleh karena itu, memiliki seseorang dengan batasan hati nurani sebagai pemimpin sangatlah bermanfaat bagi engkau semua. Setidaknya, mereka tidak akan menyakitimu, apalagi menghalangi atau merugikan dirimu, dan mereka juga dapat menawarkan kepada engkau semua beberapa perbekalan dan bantuan. Namun, orang jahat itu berbeda. Mereka tidak sekadar menggunakan perkataan untuk menyesatkanmu; mereka juga menggunakan berbagai cara untuk menyiksamu, menekanmu, dan menginjak-injak dirimu. Jika engkau tidak mematuhi mereka, tidak mendengarkan mereka, atau berdebat dengan mereka tentang sesuatu, mereka tidak hanya akan menyerangmu tetapi juga akan mengutukmu, mempermalukanmu, dan bahkan berusaha menaklukkan dirimu. Dengan demikian, engkau akan sepenuhnya jatuh ke tangan mereka. Perbedaan terbesar antara manusia rusak biasa dan orang jahat terletak pada apakah kemanusiaan mereka baik atau jahat, dan apakah hati nurani mereka berfungsi atau tidak. Orang jahat tidak memiliki hati nurani, sehingga mereka juga tidak memiliki rasa integritas atau rasa malu dan mampu melakukan segala jenis perbuatan yang buruk. Manusia rusak biasa, meskipun kemanusiaan mereka juga memiliki cacat dan kekurangan, mereka dibatasi oleh hati nurani dan nalar, sehingga ada banyak jenis batasan yang tidak dapat mereka lewati. Sekalipun mereka tidak percaya kepada Tuhan, mereka tidak akan melakukan kejahatan nyata tertentu; mereka tidak akan mampu melakukan tindakan-tindakan tertentu seperti percabulan atau pencurian. Coba pikirkan: Sebelum engkau percaya kepada Tuhan, ketika engkau masih di dunia ini, bisakah engkau melakukan percabulan jika seseorang mengizinkanmu? Apa yang dimaksud dengan percabulan? Percabulan mengacu pada memiliki banyak pasangan seksual, bahkan terlibat dengan beberapa orang lawan jenis pada saat yang sama, tanpa merasa bersalah atau tertuduh di dalam hatinya. Mampukah engkau semua melakukan hal seperti itu? (Tidak.) Lihatlah perempuan-perempuan cabul, pelacur, dan orang-orang cabul itu—mereka mampu melakukan hal-hal semacam itu. Bukankah engkau semua berbeda dari orang-orang ini? (Ya.) Di mana letak perbedaannya? Perbedaannya terletak pada apakah orang memiliki hati nurani dan nalar kemanusiaan atau tidak. Hati nurani dan nalar memberimu rasa integritas dan rasa malu, sehingga engkau tidak akan melakukan percabulan dan engkau memiliki standar: "Berperilaku dengan cara seperti itu tidak baik; aku tidak akan menjadi orang semacam itu. Aku akan menarik garis yang jelas antara diriku dan orang-orang itu. Sekalipun aku dipukul sampai mati, aku tidak akan melakukan percabulan." Jika terjebak dalam situasi seperti itu, ada orang-orang yang akan berkata, "Aku lebih baik mati daripada menjadi orang semacam itu!" Ada orang-orang yang menanggung penghinaan dan ketidakadilan, dengan enggan melakukan percabulan, tetapi di dalam hatinya, mereka tidak mau melakukannya dan akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk keluar dari situasi tersebut. Namun, ada orang-orang lainnya yang justru mencari sendiri situasi seperti itu, sekalipun orang lain mencoba menghentikan mereka. Mereka melakukan percabulan sekalipun tidak menghasilkan uang dari melakukannya—mereka sekadar senang melakukan percabulan, dan tidak peduli apakah itu menguntungkan atau tidak. Bukankah kedua jenis orang ini berbeda? (Ya.) Inilah tepatnya perbedaan kemanusiaan yang orang miliki. Perbedaan dalam kemanusiaan ini krusial. Jika engkau semua mampu benar-benar melihat perbedaan dalam perwujudan kemanusiaan di antara berbagai jenis orang, engkau semua akan mampu membedakan orang. Oleh karena itu, menilai seseorang tidak dapat sepenuhnya didasarkan pada watak rusak mereka atau pada perwujudan dan pengungkapan mereka dalam waktu singkat atau dalam satu kejadian. Sebaliknya, jenis orang seperti apa mereka sebenarnya harus dinilai berdasarkan kemanusiaan mereka dan esensi natur mereka. Ini mengakhiri pembahasan kita tentang perwujudan suka menjadi pusat perhatian.
Mari kita beralih ke perwujudan lainnya. Ada orang-orang yang melakukan segala sesuatunya dengan terorganisasi dan sistematis, dengan pemikiran yang terstruktur, dan dengan teratur; mereka mampu menentukan apa yang harus dilakukan terlebih dahulu dan apa yang harus dilakukan kemudian melalui pemikiran dan pertimbangan. Mereka mengikuti langkah-langkah dan memiliki perencanaan alih-alih melakukan sesuatu dengan gegabah. Apa pun yang mereka lakukan, mereka mengikuti langkah-langkah, bahkan untuk tugas paling sederhana seperti mencuci pakaian. Mereka memisahkan pakaian berdasarkan warna, mencuci pakaian berwarna gelap dan terang secara terpisah; mereka tahu berapa banyak air dan deterjen yang harus digunakan berdasarkan jumlah cucian, menghindari pemborosan—semua ini terencana, begitu terorganisasi, teliti, dan ekonomis. Perwujudan macam apakah ini? (Ini adalah kelebihan dan keunggulan dalam kemanusiaan.) Lalu, dapatkah kelebihan ini merepresentasikan bahwa orang semacam ini memiliki kemanusiaan yang baik? (Tidak.) Ini hanyalah kelebihan dan keunggulan dalam kemanusiaan mereka. Ini tidak mencapai taraf yang berkaitan dengan karakter atau prinsip cara berperilaku seseorang, juga tidak berkaitan dengan watak yang rusak. Ini hanyalah kebiasaan gaya hidup atau sikap terhadap kehidupan. Ada orang-orang yang melakukan sesuatu dengan pemikiran yang terstruktur, dengan perencanaan; mereka mampu memahami polanya, dan ketika tugas selesai, orang lain merasa itu memuaskan. Mereka adalah orang-orang yang berkualitas baik. Namun, berbeda halnya dengan mereka yang berkualitas buruk—mereka melakukan segala sesuatu secara tidak teratur dan kacau, tanpa pemikiran yang terstruktur atau tanpa perencanaan, dengan cara yang benar-benar serampangan yang berakhir dengan kekacauan total. Masalah macam apa ini? (Cacat dalam kemanusiaan.) Berkaitan dengan apakah cacat dalam kemanusiaan ini? (Kualitas yang sangat buruk.) Orang-orang yang berkualitas sangat buruk seperti itu disebut tidak berotak. Ada orang-orang, ketika Aku bertanya kepada mereka, "Apakah otakmu sekosong itu? Bagaimana mungkin engkau tidak memahami hal sesederhana itu?" menjawab dengan, "Aku memang tidak berotak." Apa artinya "tidak berotak"? Itu berarti tidak berkualitas atau berkualitas buruk—ini adalah masalah kualitas. Termasuk apakah masalah ini? Bukankah ini adalah kondisi bawaan? (Ya.) Jika orang tidak berotak secara bawaan, apakah ada gunanya melatih mereka? Orang-orang semacam itu melakukan segala sesuatu tanpa perencanaan atau tanpa pemikiran yang terstruktur. Tugas yang sederhana menyita waktu mereka seharian, sehingga menunda hal-hal yang penting. Ini berarti tidak berkualitas atau berkualitas buruk. Orang-orang tidak percaya sering menggambarkan orang dengan kemanusiaan yang buruk sebagai orang yang tidak berkualitas. Misalnya, ketika seseorang melihat orang lain membuang sampah sembarangan, tidak higienis, atau berteriak keras di depan umum, mengganggu orang lain yang sedang belajar atau beristirahat, mereka mungkin mengatakan orang tersebut tidak berkualitas. Bagi-Ku, ini berarti tidak memahami norma berperilaku dan tidak memiliki kemanusiaan—bagaimana bisa ini disebut tidak berkualitas? Apakah "tidak berkualitas" merujuk pada hal ini? Apa yang dimaksud dengan "kualitas"? Kualitas mengacu pada efisiensi dan efektivitas dalam melakukan segala sesuatu—inilah yang disebut kualitas. Jadi, apakah orang yang melakukan segala sesuatu tanpa pemikiran yang terstruktur berkualitas buruk? (Ya.) Ini juga merupakan cacat dalam kemanusiaan. Apakah cacat ini bawaan? Apakah itu mudah untuk diubah? Dapatkah itu diubah melalui pelatihan? Bisakah seekor babi diajar untuk memanjat pohon? Babi tidak cocok untuk itu—dia tidak memiliki kualitas tersebut. Kurangnya pemikiran yang terstruktur dalam melakukan segala sesuatu adalah masalah kualitas.
Melakukan sesuatu dengan awal yang kuat tetapi dengan akhir yang lemah—termasuk masalah macam apakah ini? (Cacat dalam kemanusiaan seseorang.) Ini adalah cacat dalam kemanusiaan seseorang. Ada orang-orang yang, ketika memulai suatu pekerjaan, merencanakannya dengan cukup baik, memulai beberapa langkah besar, mengumpulkan sekelompok orang, membuat laporan, membagikan tugas-tugas, dan bahkan membuat pernyataan tekad yang kuat, tetapi saat melanjutkan pekerjaan, semua ini menguap, dan mereka tidak menindaklanjuti, tidak mengawasi, atau tidak memeriksa apa yang sedang terjadi. Jika seseorang yang memahami kebenaran tidak berada di sana untuk memberi pengawasan dan bimbingan, pekerjaan tersebut bisa gagal total, atau bahkan konsekuensi yang tidak diinginkan bisa muncul, sehingga pekerjaan menjadi sepenuhnya berantakan. Ada juga orang-orang yang mampu menyampaikan doktrin dengan sangat gamblang dan jelas, tetapi ketika harus benar-benar melakukan sesuatu, mereka tidak tahu bagaimana cara melakukannya dan tidak memiliki rencana yang konkret. Ketika keadaan khusus atau situasi tak terduga muncul, mereka tidak tahu bagaimana menanganinya, juga tidak bersekutu dengan orang lain, tidak mencari, atau tidak berkonsultasi dengan para atasan mereka. Ketika mulai melakukan sesuatu, mereka tampak percaya diri dan memulai dengan gebrakan besar, seolah-olah akan mencapai sesuatu yang signifikan, tetapi saat melanjutkan hal itu, mereka kehilangan semangat dan melarikan diri—seolah-olah mereka lenyap begitu saja. Ketika seseorang bertanya kepada mereka, "Apa yang sedang kaukerjakan sekarang? Bagaimana perkembangan tugas itu?" mereka menjawab, "Itu tidak akan selesai." Namun, mereka tidak melaporkan pada waktunya tentang ketidakmampuan mereka untuk menyelesaikan tugas itu, menundanya selama dua atau tiga bulan tanpa hasil. Bukankah ini menyebalkan? (Ya.) Orang-orang semacam ini benar-benar menjijikkan! Jenis orang ini memiliki masalah lainnya selain melakukan sesuatu dengan awal yang kuat tetapi dengan akhir yang lemah: Segala sesuatu yang mereka lakukan, makin sering mereka melakukannya, makin itu menjadi kacau. Pada awalnya, mereka memang memiliki beberapa pemikiran yang terstruktur, beberapa ide, dan sedikit terorganisasi, tetapi saat melanjutkan, pemikiran mereka menjadi bingung. Mereka tidak lagi melihat dengan jelas mengapa mereka memulai tugas itu atau hasil apa yang seharusnya mereka capai. Ketika seseorang menasihati mereka untuk mencari, mereka berkata, "Tidak perlu mencari apa pun. Kita teruskan saja seperti ini—lagi pula, tak ada seorang pun yang menganggur." Engkau lihat, mereka memulai dengan semangat yang sangat besar, bagaikan guntur yang menggelegar. Namun, saat melanjutkan hal itu, semuanya menghilang tanpa jejak. Itu hanyalah guntur tanpa hujan—tidak ada hasilnya sama sekali. Jika engkau tidak bertanya tentangnya, tidak menindaklanjuti, atau tidak memeriksa tugas tersebut, mereka akan membiarkannya gagal tanpa diselesaikan, bahkan tanpa memberi laporan. Ke mana perginya tekad yang mereka ungkapkan di awal? Itu telah dilupakan. Bagaimana dengan rencana awal yang mereka tulis? Hilang tanpa jejak. Bagaimana dengan ide-ide yang mereka miliki di awal? Semuanya telah lenyap; semuanya telah terlupakan. Memang makhluk semacam inilah mereka! Jenis orang ini, ketika engkau melihat antusiasme mereka di awal, tampak seperti seorang pelaku sejati. Namun sebenarnya, mereka sama sekali tidak berguna; mereka sama sekali bukan orang yang melakukan segala sesuatu dengan cara yang praktis dan realistis; mereka adalah orang-orang yang rusuh. Mereka hanya ingin menjadi pusat perhatian, tetapi tidak mau menanggung kesukaran dan takut memikul tanggung jawab. Semua yang mereka lakukan dibiarkan tidak selesai. Kemanusiaan macam apa yang dimiliki orang-orang semacam itu? (Kemanusiaan yang buruk.) Katakan kepada-Ku, dapatkah orang semacam ini menyelesaikan sesuatu? (Tidak.) Mereka selalu memulai dengan kuat tetapi mengakhiri dengan lemah, dalam kekacauan total—inilah gaya mereka. Apa pun tugas yang sedang mereka laksanakan, mereka memulai dengan sangat antusias, mendengarkan musik dan bersenandung. Namun setelah beberapa waktu, mereka kehilangan minat, meninggalkan pekerjaan begitu saja dan berhenti. Makhluk macam apa mereka? Bukankah orang-orang semacam itu menjijikkan? (Ya.) Mereka dengan gegabah mengambil tugas yang mereka tahu tak mampu mereka selesaikan, berusaha memamerkan kecakapan mereka, menyombongkan diri, dan membuat pernyataan yang melebih-lebihkan—tidakkah mereka tahu kemampuan mereka sendiri? Jika mereka tidak mampu melakukan pekerjaan itu ataupun memberikan hasil, mengapa mereka tidak mengatakannya saja? Mereka seharusnya tidak menunda segala sesuatunya! Sebaliknya, mereka tetap diam, menghambat pekerjaanmu sambil mencoba mengelabui dirimu. Bukankah mereka berkarakter rendah? (Ya.) Karakter mereka benar-benar sangat rendah! Bolehkah orang-orang semacam itu dipercaya untuk menangani berbagai hal? (Tidak.) Apakah mereka layak dipercaya? (Tidak.) Orang-orang semacam itu tidak dapat dipercaya. Jika mereka berjanji kepadamu, beranikah engkau memercayai mereka? (Tidak.) Orang macam apa mereka? Bukankah mereka penipu? (Ya.) Meskipun mereka tidak menipumu demi keuntungan finansial atau demi tujuan seksual, cara mereka dalam berperilaku dan menangani berbagai hal sangatlah memuakkan dan menjijikkan. Jadi, apa akar penyebab mengapa orang-orang ini begitu menjijikkan? Mereka berkarakter rendah, tidak tahu menempatkan diri dalam cara mereka berperilaku, suka membual, suka memamerkan kecakapan apa pun yang mereka yakin mereka miliki, suka menjadi pusat perhatian, dan suka memamerkan diri sendiri. Mereka tidak pernah konsisten dalam apa pun yang mereka lakukan. Pada saat yang sama, mereka melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri, dan tidak menyadari tingkat pertumbuhan mereka sendiri serta jenis tugas apa yang mampu mereka tangani. Namun, mereka tetap berusaha memamerkan kecakapan mereka, dengan berani mengambil semua jenis pekerjaan penting. Setelah mengambilnya, sekalipun mereka tidak melakukannya dengan baik dan menunda hal-hal besar, mereka tetap acuh tak acuh; selama mereka menjadi pusat perhatian, itu tidak masalah bagi mereka. Bukankah mereka orang-orang hina yang rendah? (Ya.) Bukankah itu berarti orang-orang ini memiliki kemanusiaan yang sangat buruk? (Ya.) Jika engkau semua bertemu dengan seseorang semacam ini, beranikah engkau memercayakan hal-hal besar atau hal-hal penting kepadanya? (Tidak.) Contohnya, jika engkau harus pergi memberitakan Injil dan engkau membutuhkan seseorang untuk menjaga anakmu yang masih kecil, orang macam apa yang harus kaucari untuk membantu? Beranikah engkau memilih orang semacam ini, yang tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak konsisten, dan tidak dapat dipercaya? (Tidak.) Mengapa tidak? Karena mereka bisa kehilangan anakmu. Jika engkau bertanya bagaimana anakmu bisa hilang, mereka akan berkata, "Aku tidak tahu. Aku hanya tertidur sejenak, dan anak itu hilang. Bagaimana kau bisa menyalahkanku karena hal itu? Anak itu punya kaki dan bisa berjalan sendiri—dia tidak diikatkan kepadaku. Kau tidak bisa menyalahkanku!" Mereka bahkan mengelak dari tanggung jawab! Bukankah ini bajingan yang tidak tahu malu? (Ya.) Urusan hidup dan mati sama sekali tidak bisa dipercayakan kepada orang-orang semacam itu. Dalam cara mereka berperilaku, mereka rusuh, dan tidak berintegritas atau tidak bermartabat. Ketika masalah muncul, mereka berani bertindak dengan tidak tahu malu dan menyangkal segala sesuatunya. Meskipun melakukan sesuatu dengan awal yang kuat tetapi dengan akhir yang lemah hanyalah cacat dalam kemanusiaan, cacat khusus ini adalah masalah yang sangat serius—ini adalah masalah integritas. Ada orang-orang yang suka menjadi pusat perhatian, dan dengan bersemangat menerima tugas, tetapi mereka tidak berani bertanggung jawab. Begitu menghadapi kesulitan, mereka langsung mengelak dari tanggung jawab dan menjauhkan diri dari situasi tersebut. Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab. Mereka juga sangat rusuh dan tidak bisa konsisten dalam apa pun yang mereka lakukan. Ketika telah menjadi seburuk ini, ini bukan lagi sekadar cacat dalam kemanusiaan—ini adalah masalah memiliki karakter yang benar-benar rendah dan kemanusiaan yang buruk. Mengapa Kukatakan bahwa orang-orang semacam itu memiliki kemanusiaan yang buruk? Itu karena mereka tidak dapat dipercaya—engkau tidak akan berani memercayakan apa pun kepada mereka. Apa pun tugas yang kaupercayakan kepada mereka, mereka tanpa ragu setuju, tetapi begitu engkau berbalik, mereka menghilang, dan engkau tidak tahu apa yang sedang mereka kerjakan. Bahkan mungkin butuh beberapa hari sebelum engkau bertemu mereka lagi. Jika engkau tidak bertanya kepada mereka tentang perkembangan tugas tersebut, mereka tidak akan melapor kembali kepadamu, bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Makhluk macam apa mereka? Mereka sama sekali tidak bertanggung jawab! Mereka bahkan gagal dalam ujian tersebut dan tidak dapat dipercaya untuk hal sepele seperti ini. Menurutmu, hal apa lagi yang mampu mereka selesaikan? (Sama sekali tidak ada.) Jika engkau memercayakan kepada mereka seorang anak untuk dijaga, masalah bisa muncul kapan saja. Anak itu mungkin jatuh dan terluka, memakan sesuatu yang tidak seharusnya, atau, ketika bermain di luar, berkeliaran atau diculik oleh orang jahat—semua ini adalah kemungkinan akibatnya. Karena mereka tidak bertanggung jawab dan berkarakter sangat rendah, serta tidak menaati batasan hati nurani dalam segala sesuatu yang mereka lakukan dan bertindak semata-mata untuk memuaskan keinginan egois mereka sendiri, mengabaikan hal lainnya. Ketika engkau memercayakan suatu tugas kepada mereka, mereka merasa bahwa menolaknya dapat membuatmu kehilangan muka; dengan mempertimbangkan harga diri mereka sendiri dan memuaskan kesombongannya, mereka setuju, tetapi setelahnya, mereka sama sekali tidak bertanggung jawab. Mereka berbicara muluk-muluk tetapi gagal melaksanakan tugas dengan baik. Inilah yang dimaksud dengan tak dapat dipercaya. Apakah orang-orang semacam itu baik? (Tidak.) Bolehkah orang yang melakukan sesuatu dengan awal yang kuat tetapi dengan akhir yang lemah dipilih untuk menjadi pemimpin? (Tidak.) Mengapa tidak? (Mereka bisa merusak pekerjaan rumah Tuhan.) Tepat sekali. Ketika mereka berbicara dan membuat janji-janji, mereka tampak memiliki kemampuan untuk memenuhinya, dan orang bersedia memercayai mereka yang mampu membual. Namun, ketika harus benar-benar bertindak, tindakan mereka sulit diprediksi. Sekalipun mereka melakukan kesalahan, mereka tidak akan memberitahukannya kepadamu; dan jika muncul masalah apa pun, mereka tidak akan memberimu penjelasan tentang apa yang telah terjadi. Engkau sangat berharap mereka dapat menangani segala sesuatunya dengan baik, tetapi mereka justru mengacaukannya dan bahkan sama sekali tidak peduli mengenainya, sama sekali tidak menganggap apa yang kaupercayakan kepada mereka sebagai hal yang serius. Dalam tindakannya, mereka cenderung rusuh. Beberapa dari mereka melakukan sesuatu hanya berdasarkan minat, hobi, dan rasa ingin tahu mereka sendiri; beberapa dari mereka suka menarik perhatian dan hanya melakukan sesuatu untuk menarik perhatian dan agar terlihat. Orang-orang semacam itu rusuh dan tidak bertanggung jawab, serta tidak mampu melakukan segala sesuatu dengan cara yang praktis dan realistis. Ini cukup menyusahkan. Ini masih belum menyentuh tentang apakah mereka memiliki pemahaman rohani, mampu menerima kebenaran, tunduk, atau apakah mereka adalah orang yang mengejar kebenaran—ini masih belum menyentuh aspek-aspek ini. Hanya dalam hal kemanusiaan mereka, orang-orang semacam itu tidak dapat dipercaya. Bolehkah orang-orang semacam itu dipilih untuk menjadi pemimpin? (Tidak.) Orang-orang yang kemanusiaannya tidak memenuhi standar bahkan tidak memiliki nilai untuk dibina. Mengapa tidak? Karena karakter mereka terlalu rendah—mereka bahkan tidak memiliki integritas dan martabat dasar. Oleh karena itu, mereka tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin ataupun untuk dibina sebagai pemimpin.
Selanjutnya, mari kita membahas tentang berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Perwujudan macam apakah ini? (Ini adalah kelebihan dalam kemanusiaan.) Berhati-hati dalam melakukan sesuatu, tidak gegabah, dan ketika masalah muncul, mampu memperlakukannya dengan tenang dan mencari kebenaran—ini adalah kelebihan dalam kemanusiaan. Dalam masyarakat yang jahat ini, di tengah berbagai kelompok orang dengan latar belakang yang kompleks, engkau perlu memperlakukan munculnya berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal dengan berhati-hati. Sekalipun engkau sedang melaksanakan tugas di rumah Tuhan, ada beberapa situasi rumit di antara berbagai hal yang kauhadapi, dan engkau harus memperlakukannya dengan berhati-hati. Misalnya, ketika engkau bertemu dengan orang jahat yang menyebabkan gangguan saat engkau sedang melaksanakan tugasmu, engkau harus terlebih dahulu belajar membedakan, dan kemudian memperlakukan situasi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran. Inilah sikap yang harus kaumiliki terhadap tugasmu. Berkaitan dengan apakah berhati-hati dalam melakukan sesuatu itu? Ini berkaitan dengan nalar yang orang miliki. Ketika menghadapi hal-hal yang tak mampu kaupahami dengan jelas, engkau perlu berhati-hati. Sekalipun engkau memahami beberapa kebenaran, apakah engkau perlu berhati-hati saat menghadapi hal-hal khusus tertentu yang masih belum dapat kaupahami dengan jelas esensi dan akar penyebabnya? (Ya.) Situasi seperti itu bahkan lebih menuntutmu untuk berhati-hati. Berhati-hati bukan berarti bersikap konservatif atau mengambil langkah-langkah kecil, juga bukan berarti tidak berani bertindak atau takut bertanggung jawab—ini tidak merujuk pada hal-hal tersebut. Kehati-hatian yang dibicarakan di sini mengacu pada kelebihan dalam kemanusiaan. Apa saja perwujudan spesifik dari berhati-hati? Itu berarti ketika melakukan sesuatu, engkau terlebih dahulu mencari prinsip-prinsip kebenaran, kemudian mencari langkah-langkah penerapan yang spesifik, jalan penerapan yang spesifik, dan hasil yang diinginkan untuk tugas atau pekerjaan tersebut. Artinya, engkau memperlakukan hal-hal penting dan tugasmu sendiri dengan hati yang berhati-hati dan waspada. Tentu saja, ada juga orang yang sangat berhati-hati ketika memperlakukan berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari; mereka tidak ceroboh, tetapi sangat berhati-hati. Ini bukanlah hal yang buruk; ini juga bisa disebut kelebihan dalam kemanusiaan, bukan kekurangan. Kehati-hatian dapat dikatakan sebagai kelebihan dalam kemanusiaan; memiliki sikap yang berhati-hati hanya dapat bermanfaat bagi orang-orang, dan sama sekali tidak akan mengekang atau mengikat orang dengan cara apa pun. Jika engkau tidak berani berbicara ketika muncul masalah, jika engkau tidak berani melakukan apa pun atau berinteraksi dengan siapa pun—jika engkau takut daun akan jatuh menimpa kepalamu—maka ini termasuk sikap berhati-hati yang berlebihan. Hidup di dunia kecilmu sendiri sepanjang waktu, menjalani hari-hari dengan sikap hati-hati yang terlalu berlebihan—apakah ini adalah kehati-hatian? (Bukan.) Takut jika berbelanja engkau akan ditipu, takut jika membuka tokomu engkau akan rugi, takut jika membeli rumah properti tersebut angker, takut jika membeli komputer itu terkena virus—karena sangat diikat oleh rasa takut yang berlebihan, engkau tidak berani melakukan apa pun dan merasa sulit untuk melangkah selangkah pun—ini jelas bukan perwujudan dari jenis kehati-hatian yang sedang kita bicarakan di sini. Perwujudan seperti ini menunjukkan bahwa seseorang itu tidak tahu apa-apa, tidak berguna dan penakut, belum dewasa, dan tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Semua ini adalah perwujudan dari kualitas yang buruk. Dengan kata lain, ketika orang-orang semacam ini dihadapkan dengan masyarakat yang jahat dan kelompok-kelompok masyarakat yang kompleks ini, mereka sama sekali tidak memiliki cara untuk mengatasinya. Mereka selalu khawatir, penuh ketakutan, dan sedemikian takutnya sampai-sampai mereka mundur dan tidak berani bergerak maju. Entah mereka takut ditipu dan dicurangi, atau mereka takut disakiti atau dibunuh. Mereka tidak berani berinteraksi dengan siapa pun atau menangani masalah apa pun. Ketika mereka pergi bekerja, mereka takut upah mereka tidak akan dibayar. Ada para wanita yang bahkan tidak berani bekerja karena takut diperlakukan dengan buruk. Ada orang-orang yang bahkan tidak berani meninggalkan rumah mereka, takut akan bertemu orang jahat, dan mereka takut jika mereka membeli barang, mereka akan dirampok. Singkatnya, mereka takut akan segala sesuatu. Bukankah ini berhati-hati secara berlebihan? Ini adalah sikap yang terlalu berhati-hati. Bukankah mereka gila? Ada orang-orang yang memiliki pola pikir seperti ini, mereka khawatir sepanjang hari tentang ini dan itu, dan akibatnya mereka tidak berani menangani masalah apa pun atau tidak berani pergi keluar untuk bertemu orang lain, dan mereka hanya bisa berdiam diri di rumah. Orang macam apakah mereka? (Orang gila.) Mereka gila; mereka tidak normal, mereka bukan manusia. Tidak memiliki kemampuan untuk membuat penilaian, tidak memiliki prinsip atau standar minimum dalam apa pun yang mereka lakukan, orang semacam ini adalah binatang yang bereinkarnasi, mereka tidak memiliki kemanusiaan yang normal, dan sikap mereka yang terlalu berhati-hati bukanlah kehati-hatian. Apa yang dimaksud dengan kehati-hatian? Kehati-hatian berarti melakukan segala sesuatu dengan cara yang terukur, terorganisasi dan sistematis, serta taat aturan, dan, di atas dasar prinsip ini, bertindak dengan sangat ketat, dan ketika terjadi sesuatu, bersikap tenang, tidak tergesa-gesa, tidak gegabah, atau impulsif, mampu mencari prinsip-prinsip kebenaran dan mencari cara-cara yang bijaksana. Inilah yang disebut kehati-hatian, dan hanya inilah yang merupakan kelebihan dalam kemanusiaan.
Suka membual dan menyombongkan diri—ada banyak orang semacam ini. Ini juga merupakan tren dalam masyarakat yang jahat. Banyak orang berbicara dengan melebih-lebihkan, mengarang cerita tanpa berpikir, dan berbicara tanpa pertimbangan. Apa yang mereka katakan sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan dan mereka banyak berbicara omong kosong. Mereka tetap meyakini bahwa diri mereka cakap, sama sekali tidak memiliki rasa integritas dan rasa malu. Apakah orang-orang semacam itu layak dipercaya? (Tidak.) Apakah orang-orang semacam itu berintegritas atau bermartabat? (Tidak.) Orang-orang semacam itu tidak berintegritas dan tidak bermartabat, tidak layak dihormati, dan tidak dapat dipercaya. Dengan demikian, bolehkah mereka dipercaya untuk menangani hal-hal penting? (Tidak.) Jadi, masalah macam apakah suka menyombongkan diri itu? (Itu adalah cacat dalam kemanusiaan seseorang.) Itu adalah cacat dalam kemanusiaan, tetapi engkau juga harus melihat kemanusiaan orang ini—apakah kemanusiaannya jahat dan apakah mereka mampu menerima hal-hal yang positif. Jika mereka hanya sekadar berengsek dan, karena dipengaruhi oleh kehidupan keluarga atau lingkungan sosial selama bertahun-tahun, telah mengembangkan kebiasaan buruk yakni suka menyombongkan diri dan membual, berbicara dengan tidak bertanggung jawab dan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, maka ini hanyalah cacat dalam kemanusiaan mereka. Mereka tidak buruk; mereka hanya berada pada level sangat berengsek. Jika orang semacam ini, selain suka menyombongkan diri, juga bertindak dengan cara yang cukup mendominasi dan kejam dalam berinteraksi dengan orang lain, dan tujuan mereka membual dan menyombongkan diri adalah untuk menindas orang lain dan membuat hal-hal yang mereka sombongkan dan bualkan tampak lebih luhur, lebih baik, dan jauh di atas hal-hal yang telah orang lain lakukan atau miliki, maka ini bukan lagi masalah bahwa mereka itu berengsek. Masalah macam apa ini? (Ini adalah masalah kemanusiaan yang jahat.) Ini adalah masalah kemanusiaan yang jahat. Jadi, adakah watak rusak yang terlibat di sini? (Ada.) Watak rusak macam apa? (Watak kejam.) Mereka memiliki watak yang congkak dan kejam. Ada orang-orang yang suka menyombongkan diri hanya karena mereka sangat berengsek. Ini disebabkan oleh kebiasaan hidup dan lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka sama sekali tidak memahami arti berbicara jujur, berbicara dari hati, membahas situasi yang sebenarnya, atau membicarakan kehidupan dan hal-hal yang pantas. Mereka kurang memiliki kesadaran ini. Didikan semacam itu tidak ada di lingkungan keluarga dan sekolah mereka, dan terlebih lagi, tidak ada setelah mereka berkecimpung di tengah masyarakat. Akibatnya, sifat berengsek bawaan yang mereka miliki sangat parah. Mereka kurang ajar dan tidak pantas dalam bersikap, hanya suka membual dan menyombongkan diri untuk pamer serta membuat orang lain mengagumi mereka. Di dalam hatinya, mereka tidak memiliki ambisi, keinginan, atau kebutuhan lain. Jika mereka hanya memperlihatkan perwujudan tersebut, ini hanyalah sifat berengsek; ini adalah cacat dalam kemanusiaan mereka. Namun, jika sikap mereka yang menyombongkan diri itu memiliki suatu tujuan, dan melalui menyombongkan diri mereka menampilkan diri sebagai orang yang sangat cakap dan luar biasa mampu, serta lebih unggul, berbeda, dan jauh di atas orang biasa, maka ini bukan lagi masalah sifat yang berengsek. Kesukaan mereka untuk menyombongkan diri dipandu oleh pemikiran yang spesifik, didorong oleh kedambaan akan status, ambisi, dan keinginan. Mereka menggunakan sikap menyombongkan diri sebagai cara untuk menindas dan mengesankan orang lain, membuat orang lain merasa lebih rendah dan tidak sebaik mereka, serta bersikap hormat dan patuh terhadap mereka. Ini adalah kejahatan dalam kemanusiaan mereka. Kesukaan mereka untuk menyombongkan diri bertujuan untuk memperoleh keunggulan: "Apa pun yang kaumiliki, aku pun memilikinya. Apa pun yang bisa kaulakukan, aku pun bisa melakukannya. Apa pun yang kauketahui, aku pun mengetahuinya. Apa pun yang telah kaulihat, aku pun telah melihatnya. Aku tidak lebih rendah daripadamu!" Bahkan dalam hal jika engkau pernah memakan makanan tertentu, meskipun jelas-jelas tidak pernah memakannya, mereka akan mengaku pernah memakannya—dan bukan hanya itu, mereka akan mengatakan bahwa mereka telah memakannya lebih banyak, dan bahwa makanan yang mereka makan lebih baik daripada makanan yang kaumakan. Mereka akan menyombongkan diri bahkan untuk hal-hal yang tidak terjadi. Apa tujuan mereka menyombongkan diri? Tujuannya adalah untuk mengungguli dirimu, untuk bersaing denganmu, dan untuk membuatmu merasa bahwa mereka lebih baik daripadamu, bahwa mereka sama baiknya denganmu. Mereka didorong oleh ambisi dan keinginan. Jadi, apakah perwujudan kemanusiaan yang didorong oleh ambisi dan keinginan tersebut hanyalah sifat berengsek, ataukah kemanusiaan yang jahat? (Kemanusiaan yang jahat.) Adakah watak rusak yang terlibat di sini? (Ada.) Didorong oleh ambisi dan keinginan—ini adalah watak yang rusak. Watak rusak macam apa? (Watak congkak dan watak kejam.) Tepat sekali. Ada dua jenis watak rusak: watak congkak dan watak kejam. Selain itu, ada juga sedikit watak jahat. Artinya, apa pun yang kaukatakan, mereka selalu merenungkannya dalam hati, selalu berusaha membesar-besarkannya, dan selalu memperlakukannya dengan pemikiran yang jahat dan ide-ide yang ekstrem. Misalnya, jika engkau berkata, "Mobil keluargaku adalah Toyota; itu adalah mobil Jepang," mereka berkata, "Mobil Jepang tidak bagus. Mobil Jerman lebih baik. Mobil Jerman yang dulu kukendarai tidak hanya memiliki performa yang luar biasa, tetapi juga dapat bertahan lebih dari sepuluh tahun tanpa mogok—itu jauh lebih baik daripada mobilmu!" Mereka benar-benar harus mengunggulimu. Engkau berkata, "Aku bahkan tidak lulus SMA," mereka berkata, "Aku lulus SMA. Engkau iri kepadaku, bukan?" Sebenarnya, mereka bahkan tidak lulus SMP, tetapi mereka tetap ingin mengunggulimu. Mereka menikmati perasaan ketika orang lain iri terhadap mereka, mengagumi mereka, dan menghormati mereka. Engkau lihat, respons mereka terhadap informasi yang mereka terima dari siapa pun selalu jahat dan ekstrem. Mereka tidak memiliki pemikiran kemanusiaan yang normal. Orang normal, setelah mendengar bahwa orang lain memiliki sesuatu yang bagus, mungkin berkata, "Bagus sekali kau memilikinya. Bisakah kauberitahukan kepadaku tentang fitur spesifik dan kelebihannya? Aku ingin mempelajari lebih lanjut tentangnya." Orang yang memiliki kemanusiaan yang normal akan merespons dengan cara seperti ini. Namun, orang yang suka menyombongkan diri tidak memiliki kemanusiaan yang normal. Mereka berpikir, "Mengapa kau punya itu dan aku tidak? Sekalipun aku tidak punya, aku tetap perlu mengatakan aku punya, dan terlebih lagi, aku perlu mengatakan milikku lebih baik daripada milikmu!" Jika engkau meminta mereka untuk mengeluarkannya dan memperlihatkannya kepadamu, mereka akan berkata, "Aku tidak akan membiarkanmu melihatnya!" padahal sebenarnya mereka sama sekali tidak memilikinya. Apakah ini jahat? (Ya.) Dengan kata lain, ketika sesuatu terjadi pada mereka, atau ketika mereka melihat atau menerima informasi apa pun, respons mereka selalu ekstrem, tidak konsisten dengan kemanusiaan, dan jahat, jadi terdapat juga kejahatan dalam watak mereka. Dengan kata lain, ketika engkau bercakap-cakap atau bersekutu dengan mereka secara normal, dan engkau merasa engkau belum mengatakan apa pun yang dapat memicu reaksi mental yang tidak beralasan, pikiran mereka sudah dipenuhi dengan banyak pemikiran. Mereka sudah iri terhadapmu, dan bersikap menentang serta penuh kebencian terhadapmu, sembari juga ingin menindasmu. Pikiran mereka dipenuhi dengan hal-hal ini. Bukankah engkau akan mengatakan ini jahat? (Ya.) Orang jahat tidaklah murni. Sebagian besar ungkapan, perkataan, dan tindakan yang mereka perlihatkan tidak sesuai dengan hati nurani dan nalar kemanusiaan yang normal. Mungkin saja ada sedikit agresi dalam perkataan mereka; selain mengandung agresi, beberapa perkataan mereka mungkin tidak benar, dan beberapa mungkin hanya bualan. Ini karena ada pemikiran yang jahat di benak mereka, dan dengan didorong oleh pemikiran yang jahat ini, perkataan yang mereka ucapkan semuanya adalah kebohongan, semuanya berasal dari Iblis dan setan-setan. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan; mereka bukan manusia. Orang yang suka menyombongkan diri dan membual dapat dibagi menjadi dua jenis. Mereka harus digolongkan berdasarkan esensi kemanusiaan mereka. Artinya, orang harus melihat apakah mereka berengsek dan apakah kemanusiaan mereka jahat untuk menilai masalah apa yang mereka miliki. Jika mereka memiliki kemanusiaan yang jahat dan sangat berengsek, mampu melakukan banyak perbuatan jahat, berarti mereka bukanlah orang yang baik dan harus digolongkan sebagai orang yang jahat. Namun, jika mereka hanya sedikit membual dan sedikit berengsek, tetapi tidak sanggup melakukan hal-hal buruk apa pun, masih memiliki sedikit hati nurani dan nalar, serta mampu melakukan beberapa hal yang baik, berarti mereka masih dapat dianggap sebagai orang-orang dengan kemanusiaan yang baik. Ini bukan masalah besar, dan jika kualitas mereka baik, mereka bahkan dapat dipilih untuk menjadi pengawas, pemimpin, atau pekerja. Meskipun kedua jenis orang ini sama-sama membual dan suka menyombongkan diri, yang terpenting adalah apakah kemanusiaan mereka baik atau jahat. Jika mereka hanya berengsek, ini adalah cacat dalam kemanusiaan mereka dan tidak berkaitan dengan watak yang rusak. Namun, jika sikap menyombongkan diri mereka mengandung niat dan ambisi di baliknya, itu menunjukkan kemanusiaan yang jahat, dan benar-benar berkaitan dengan watak yang rusak. Dalam hal kemanusiaan mereka, itu jahat; watak rusak ini mencakup watak congkak, watak jahat, atau watak kejam. Ini berkaitan dengan karakter yang buruk dan watak yang rusak, bukan? (Ya.)
Mari kita membahas perwujudan lainnya: kecerobohan. Ceroboh dalam melakukan segala sesuatu—termasuk aspek apakah hal ini? (Cacat dalam kemanusiaan seseorang.) Orang-orang semacam ini memandang segala sesuatu dengan mengira-ngira dan secara umum, tidak mampu memahami poin-poin pentingnya. Semua yang mereka lakukan asal-asalan. Mereka tidak mampu melakukan pekerjaan yang menuntut ketelitian, seperti pekerjaan tulis-menulis atau pengelolaan dokumen. Mereka juga tidak mampu menangani tugas-tugas yang membutuhkan kepresisian. Saat membuat pakaian, mereka terkadang menjahitkan bagian kaki celana ke bagian lengan baju, terkadang membuat lengan panjang menjadi lengan pendek, atau membuat pinggang 66 cm menjadi pinggang 61 cm. Mereka membuat pakaian terlalu besar atau terlalu kecil. Apa pun yang mereka lakukan, mereka selalu begitu ceroboh, begitu gegabah, dan begitu kikuk sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan apa pun dengan baik. Seberapa cerobohnya mereka? Saat pergi keluar untuk mengurus sesuatu, mereka bahkan bisa melupakan barang-barang yang seharusnya mereka bawa. Misalnya, ketika bertemu pengacara untuk gugatan hukum, mereka lupa membawa kartu identitas, serta bukti yang diminta pengacara. Banyak barang yang tertinggal oleh mereka. Terkadang, mereka bahkan tidak tahu di mana mereka meletakkan barang-barang penting mereka dan tidak berusaha mengingatnya. Akibatnya, mereka sering kehilangan dan melupakan sesuatu, dan hal-hal yang mereka lakukan serta kehidupan sehari-hari mereka pun benar-benar berantakan. Orang-orang semacam itu tidak pernah sungguh-sungguh dalam cara mereka memperlakukan pekerjaan atau tugas mereka. Apa pun yang mereka lakukan selalu sepintas lalu dan sembrono—mereka hanya mendapatkan kesan yang dikira-kira dari hal-hal yang mereka amati, hanya mendapatkan pemahaman yang dikira-kira akan firman yang mereka dengar, hanya mengatakan sesuatu dengan mengira-ngira dan secara umum, dan hanya menyimpan garis besar segala sesuatu secara perkiraan dalam ingatan mereka. Akibatnya, mereka tidak mampu menangani pekerjaan penting atau rahasia; mereka tidak cocok untuk tugas-tugas semacam itu. Jika kecerobohan mereka hanya berkaitan dengan kehidupan pribadi atau kebersihan, tanpa memengaruhi orang lain atau hal-hal penting lainnya, itu hanyalah cacat dalam kemanusiaan mereka—apa pun masalah yang muncul, mereka sendiri dapat bertanggung jawab dan itu saja. Namun, jika itu berkaitan dengan tugas, pekerjaan penting, nasib dan prospek seseorang, apakah seseorang tetap tinggal atau pergi, dan sebagainya, orang-orang semacam itu tidak cocok untuk menangani hal-hal tersebut karena mereka terlalu ceroboh. Di satu sisi, mereka tidak teliti dalam hal-hal ini; mereka hanya melihat secara kira-kira, terlalu malas menggunakan otak atau mencurahkan pemikiran dan tenaga untuk menanganinya. Di sisi lain, gaya dan pendekatan mereka dalam melakukan sesuatu selalu sepintas lalu dan sembrono, serta sering kehilangan dan melupakan sesuatu. Jika ini hanya berkaitan dengan kehidupan pribadi mereka, itu bukan masalah besar. Namun, jika ini berkaitan dengan pekerjaan penting atau hal-hal yang rahasia, mereka dapat mengacaukan segalanya atau bahkan menyebabkan bencana besar. Contohnya, seseorang sangat perlu pergi ke Paris, tetapi karena kecerobohannya, dia membeli tiket pesawat ke Roma. Dia bahkan merasa cukup senang, dan berkata, "Tiket yang kubeli hari ini sangat murah!" Orang lain melihatnya dan berkata, "Tentu saja murah—kau seharusnya pergi ke Paris, mengapa kau membeli tiket ke Roma?" Ini benar-benar sangat ceroboh! Orang-orang semacam ini memandang segala sesuatu dengan sikap yang meremehkan dan asal-asalan. Mereka hanya melihat sesuatu sekilas pandang untuk mendapatkan gambaran perkiraan tentang hal itu dan selesai. Seperti inilah tepatnya sikap tidak bertanggung jawab yang mereka miliki. Tentu saja, sikap ini juga tergolong sikap yang tidak mau sepenuh hati dalam melakukan apa pun dan tergolong kemalasan—mereka terlalu malas untuk bersikap sepenuh hati, untuk menggunakan otak mereka, atau untuk berpikir ketika menangani masalah apa pun. Orang-orang ceroboh semacam ini tidak cocok untuk pekerjaan penting, terutama tugas yang berkaitan dengan pekerjaan tulis-menulis, pengelolaan dokumen, atau pekerjaan yang berkaitan dengan keterampilan profesional yang bersifat rahasia. Dengan demikian, jika orang-orang semacam ini menjadi pemimpin, apakah mereka memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut? (Tidak. Pekerjaan mereka tidak pernah dilakukan dengan benar; selalu dilakukan dengan mengira-ngira dan secara garis besar, serta selalu dibiarkan tidak selesai. Mereka tidak mampu melakukan pekerjaan nyata.) Orang-orang semacam ini kurang terperinci dalam pekerjaan mereka; mereka selalu sepintas lalu dan sembrono, menangani segala sesuatunya dengan cara yang dangkal dan asal-asalan. Perkataan mereka juga selalu samar, dan mereka cenderung menggunakan istilah-istilah seperti "kira-kira", "mungkin", "bisa jadi", atau "barangkali". Orang-orang semacam itu tidak dapat mencapai apa pun. Ada banyak bagian dari pekerjaan di rumah Tuhan, seperti pekerjaan administratif, pekerjaan personalia, pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan bergereja, dan pekerjaan penginjilan, semua itu berkaitan dengan rincian yang spesifik. Ketika dihadapkan dengan pekerjaan yang terperinci, orang-orang yang ceroboh seperti itu merasa pusing dan bingung, serta merasa tertekan; mereka tidak mau melakukan pekerjaan yang terperinci semacam itu. Mereka memiliki sikap malas seperti ini, sehingga ketika harus bekerja, mereka selalu berpikir, "Melakukan pekerjaan secara mengira-ngira itu tidak masalah; lagipula, ini cukup mendekati apa yang ditulis dalam pengaturan kerja." Mereka selalu mempertahankan sikap "cukup mendekati itu bagus"—bisakah pekerjaan diselesaikan dengan baik dengan cara seperti ini? (Tidak.) Ketika menilai orang, mereka juga melakukannya dengan mengira-ngira—mereka menilai para pemimpin dan pekerja dengan mengira-ngira, serta menilai para pengawas dari setiap tim dengan mengira-ngira. Ketika seseorang bertanya, "Sudah berapa lama pengawas itu percaya kepada Tuhan?" mereka menjawab, "Sepertinya sudah lebih dari tiga tahun." Namun, seseorang yang telah percaya kepada Tuhan selama tiga tahun bahkan mungkin belum membangun landasan—apakah seseorang semacam itu dapat diandalkan sebagai pengawas? Orang yang ceroboh sama sekali tidak mampu memahami hal ini. Itulah sebabnya ucapan mereka selalu dibumbui dengan istilah-istilah seperti "kira-kira", "bisa jadi", "mungkin", "barangkali", dan "sepertinya"; mereka tidak pernah menggunakan kata-kata yang pasti. Ketika seseorang bertanya, "Apakah dia pernah melayani sebagai pemimpin ketika percaya kepada Tuhan?" mereka menjawab, "Sepertinya belum pernah, karena aku belum pernah mendengarnya menyebutkan tentang hal itu." Engkau lihat, mereka tidak pernah memperlakukan apa pun dengan cermat. Jika engkau mendesak mereka untuk perinciannya, mereka hanya mengandalkan perasaan dan kesan. Mereka tidak akan berkata, "Aku akan segera menanyakan hal itu dan memastikannya." Mereka benar-benar tidak memperlakukan hal itu dengan cermat. Dalam segala sesuatu, mereka menganggapnya baik-baik saja selama hal itu "kira-kira tepat" atau "cukup mendekati". Ada orang-orang yang berkata, "Mengapa orang harus hidup begitu teliti?" Meskipun di satu sisi, hal ini benar—untuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan daging, engkau bisa sedikit mengira-ngira—dalam hal pekerjaan gereja, engkau tidak boleh mengira-ngira. Bersikap mengira-ngira dalam pekerjaan memengaruhi hasilnya. Hasil yang baik dalam jenis pekerjaan apa pun hanya dapat dicapai karena perencanaan, pengaturan, tindak lanjut, pengawasan, dan dorongan yang spesifik. Jika tugas-tugas dilaksanakan dengan cara mengira-ngira dan sepintas lalu, tidak ada pekerjaan yang akan pernah membuahkan hasil. Oleh karena itu, kecerobohan adalah cacat dalam kemanusiaan seseorang, dan orang-orang yang ceroboh semacam itu tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan penting; khususnya, mereka tidak memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan para pemimpin dan pekerja. Apa pun masalahnya, orang-orang semacam itu hanya pernah mendengar suatu garis besar secara perkiraan dan kemudian berasumsi bahwa mereka memahaminya. Contohnya, dalam pekerjaan mendirikan gereja, bagaimana cara mendirikan gereja, berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk mendirikan satu gereja, berapa banyak gereja yang membentuk satu distrik, berapa banyak distrik yang membentuk satu wilayah—pengaturan kerja rumah Tuhan memiliki aturan yang spesifik untuk semua ini, juga dengan aturan spesifik tambahan untuk keadaan khusus. Namun, orang-orang yang ceroboh tidak mencari atau tidak berusaha mempelajari aturan-aturan ini, tetapi tetap mengaku bahwa mereka tahu cara melakukannya. Ketika diminta memberikan rinciannya, mereka menjawab, "Itu hanyalah tentang mendirikan gereja. Setelah ada sejumlah orang tertentu, engkau sudah mendirikan sebuah gereja." Namun ketika ditanya, "Bagaimana tepatnya itu harus didirikan?" mereka tidak tahu dan tidak dapat memberikan rinciannya. Jika mereka adalah pemimpin baru dan belum tahu bagaimana cara mendirikan sebuah gereja, hal itu dapat dimaklumi. Masalahnya adalah mereka tidak tahu tetapi mereka juga tidak teliti tentang hal itu, dan tidak belajar, juga tidak mencari. Dapatkah orang-orang semacam itu melakukan pekerjaan gereja dengan baik? (Tidak.) Bagi orang-orang semacam itu, kita hanya punya dua kata—"letakkan jabatanmu!" Mereka tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan kepemimpinan. Tidak ada pekerjaan yang lebih rumit daripada pekerjaan pengelolaan orang yang gereja lakukan. Jika engkau tidak memiliki hati yang berhati-hati dan bertanggung jawab, serta pekerjaanmu dilakukan dengan mengira-ngira dan tidak dengan teliti, maka sebaik apa pun kualitasmu, engkau tetap tidak akan memenuhi syarat untuk peran tersebut. Terlalu ceroboh, melakukan segala sesuatu hanya dengan mengira-ngira, berfokus hanya pada garis besarnya, berfokus hanya pada bersikap asal-asalan, tidak berfokus pada perincian, tidak tahu cara memperlakukan segala sesuatu dengan cermat—semua ini berarti engkau sama sekali tidak memenuhi syarat untuk pekerjaan pemimpin dan pekerja. Mengerti? (Ya.)
Kecerobohan adalah cacat dalam kemanusiaan. Lalu, bersikap teliti dan cermat dalam melakukan sesuatu, dan juga mampu memahami inti, poin-poin penting, mampu mengidentifikasi di mana letak masalahnya dan memahami yang sebenarnya tentang esensi masalahnya—apakah ini merupakan kelebihan dalam kemanusiaan? (Ya.) Sikap orang yang teliti dalam melakukan sesuatu adalah sikap yang cukup tepat; mereka cukup teliti dan bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, mereka mampu menenangkan diri dan tidak gegabah—ini adalah kelebihan dalam kemanusiaan. Meskipun orang yang memiliki kelebihan dalam kemanusiaan ini mampu mengambil pekerjaan penuh waktu, jika mereka terlalu lambat dalam melakukan sesuatu dan efisiensi kerja mereka tidak tinggi, maka hasilnya tidak akan terlalu baik. Berkaitan dengan apakah hal ini? Ini berkaitan dengan kualitas, salah satu kondisi bawaan. Apakah menurutmu orang yang teliti pasti mampu melakukan pekerjaan dengan baik? Pandangan ini tidak benar. Ada orang-orang yang terlalu teliti dalam melakukan sesuatu, sampai-sampai menjadi sedikit neurotik. Misalnya, saat mencuci sayuran, mereka mencuci bagian depan daun-daunnya lalu bagian belakangnya, membuang setiap daun yang menguning, dan memotong setiap lubang bekas gigitan serangga, memastikan sayuran tercuci hingga benar-benar bersih. Sangat teliti dalam melakukan sesuatu merupakan kelebihan dalam kemanusiaan, tetapi jika orang teliti secara berlebihan hingga mencapai taraf tidak berprinsip, dan melakukan hal-hal sepele secara berlebihan, maka hal itu menjadi tidak perlu dan tidak efisien. Ini menunjukkan kualitas yang buruk, tidak mampu menyelesaikan segala sesuatu, dan tidak mampu memikul pekerjaan. Ada orang-orang yang teliti dalam melakukan sesuatu, mereka memahami prinsip-prinsipnya, memahami inti dan poin-poin pentingnya, bertindak dengan sigap dan cekatan, dengan penilaian yang cepat, serta mampu menyelesaikan masalah dengan segera—ini berarti memiliki kualitas yang baik. Teliti dalam melakukan sesuatu tidak sama dengan efisien dalam melakukan sesuatu, juga tidak sama dengan mencapai hasil yang baik dalam melakukan sesuatu. Ini hanya berarti mampu tetap terfokus dengan sabar, tenang, tidak gegabah, dan tidak berlagak, serta tidak sembrono. Paling-paling ini hanyalah kelebihan dalam kemanusiaan, dan jauh dari kualitas yang baik. Ada orang-orang yang cukup teliti dalam melakukan sesuatu, tampak cukup saksama, tidak terburu-buru, tidak resah, dan cukup tenang. Namun, mereka tidak efisien dalam menangani berbagai hal, tidak mampu memprioritaskan hal-hal berdasarkan kepentingan dan urgensinya. Mereka terpaku pada beberapa tugas yang tidak penting dan mengerjakannya tanpa henti, membuat orang lain merasa cemas dan jengkel, ingin sekali menendang mereka. Mereka bekerja terlalu lambat, tanpa efisiensi sama sekali—mereka benar-benar tidak berguna! Seseorang dengan kemampuan bertahan hidup yang normal bekerja sepuluh atau dua puluh kali lebih cepat daripada mereka. Mereka melakukan segala sesuatu terlalu lambat, dan sekeras apa pun mereka bekerja, mereka tidak dapat menemukan caranya, tidak dapat menemukan prinsip-prinsipnya, tidak menguasai keterampilannya, dan tanpa efisiensi. Tugas yang seharusnya memakan waktu satu jam, mereka membutuhkan waktu seharian, dan tugas yang seharusnya memakan waktu satu hari, mereka membutuhkan waktu lima hari, dan tugas yang seharusnya memakan waktu lima hari, mereka membutuhkan waktu sepuluh hari, yang membuatmu merasa marah sekaligus jengkel melihatnya. Ada para wanita yang lamban dalam menangani berbagai hal. Sekalipun tahu betul bahwa mereka harus segera keluar untuk mengurus sesuatu, mereka tetap bersikeras mencuci rambut mereka. Dalam mencuci rambut, mereka tidak dapat menemukan sebuah cara. Alih-alih mencuci seluruh rambut sekaligus, mereka mencucinya helai demi helai, dan setelah setengah jam mereka masih belum selesai. Bukankah mereka gila? Karena mencuci rambut, mereka akhirnya menunda hal-hal yang semestinya. Makin mendesak berbagai hal, makin mereka tidak merasakan urgensinya, dan mereka bahkan berfokus menangani hal-hal yang tidak penting, menunda hal-hal penting tanpa merasa cemas atau gelisah. Jika engkau mendesaknya, mereka bahkan memiliki banyak alasan: "Bagaimana aku bisa membiarkan hal-hal yang semestinya ini tidak selesai?" Ketika bertemu orang-orang semacam ini, apa yang kaupikirkan? Engkau pasti ingin sekali menendang mereka. Bukankah orang-orang semacam ini pantas ditendang? (Ya.) Bagi orang-orang semacam ini, sekalipun ada pekerjaan yang harus diselesaikan, tidak perlu menyuruh mereka melakukannya. Mereka bekerja terlalu lambat dan terlalu tidak kompeten! Ketika engkau semua bertemu orang-orang semacam ini, yang bekerja dengan sangat lambat, apakah engkau merasa cemas? (Ya.) Mereka berkata, "Aku teliti dalam pekerjaanku!" Aku berkata, "Apa gunanya ketelitianmu? Orang lain tidak kalah teliti darimu, tetapi mereka melakukan lebih banyak pekerjaan daripadamu dan melakukannya dengan lebih baik. Dapatkah ketelitianmu membuahkan hasil? Inilah yang terpenting. Jika engkau teliti dalam melakukan sesuatu serta mencapai efisiensi dan hasil yang baik, maka ketelitian itu bernilai. Namun, jika engkau hanya teliti dalam melakukan sesuatu dan pada akhirnya tidak mencapai hasil maupun efisiensi, apakah itu berguna? Itu tidak ada gunanya!" Ada orang-orang yang sangat teliti dalam membuat pakaian, tetapi mereka tidak pernah bisa membuatnya sesuai ukuran yang tepat. Mereka tidak mampu menilai secara akurat apakah pakaian tersebut akan cocok untuk pemakainya, mereka tidak dapat menentukan apakah lengannya terlalu panjang atau terlalu pendek, atau apakah pakaian tersebut terlalu ketat atau terlalu longgar, mereka tidak mengetahui lebar manset yang standar, dan mereka tidak tahu apakah kerahnya pas. Pakaian yang dibuat oleh orang-orang semacam ini tentu saja tidak akan memenuhi standar. Jika orang teliti dan juga berprinsip, ini benar-benar merupakan kelebihan dalam kemanusiaan. Namun, jika orang sekadar teliti dan tidak berprinsip, tidak mampu memahami poin-poin pentingnya, dan selalu mempermasalahkan hal-hal sepele dan merenungkannya tanpa tujuan, ini menjengkelkan. Kata "teliti" umumnya dianggap sebagai istilah yang positif oleh kebanyakan orang, tetapi tidak semua contoh ketelitian merupakan kelebihan. Itu tergantung pada situasinya. Ada orang-orang yang teliti secara membabi buta tanpa prinsip apa pun. Ini bukanlah ketelitian, melainkan bersikap neurotik dan tidak mampu memahami poin-poin pentingnya; ini menunjukkan kualitas yang buruk, dan ini berarti tidak mampu menemukan keterampilannya dalam melakukan sesuatu dan tidak mampu memahami prinsip-prinsipnya. Oleh karena itu, dalam pandangan-Ku, meskipun ketelitian sebagai perwujudan atau cara melakukan sesuatu merupakan kelebihan dalam kemanusiaan, engkau juga perlu melihat kualitas orang tersebut. Jika kualitas tidak diperhitungkan, maka bagaimanapun juga, memiliki sikap yang teliti dalam melakukan sesuatu adalah hal yang baik. Jika orang memiliki kualitas dan efisiensi dalam melakukan sesuatu, serta mampu menaati prinsip, dan selain itu, mereka juga teliti, maka ketelitian ini benar-benar merupakan nilai tambah dan benar-benar merupakan kelebihan dalam kemanusiaan.
Mari kita membahas perwujudan lainnya: suka pamer. Termasuk masalah macam apakah ini? (Watak yang rusak.) Contohnya, ada orang-orang yang mengetik dengan sangat cepat. Agar orang lain tahu bahwa mereka memiliki kelebihan ini, mereka dengan sengaja menekan papan ketik dengan sangat keras, seolah berkata, "Dengarkan saja ritme mengetikku, dan kau akan tahu seberapa cepat aku mengetik!" Ada orang-orang yang merupakan lulusan universitas, sehingga mereka terbiasa mengatakan hal-hal seperti, "Dahulu waktu kita masih kuliah", "dosen universitas kita", "kampus universitas kita", dan seterusnya. Perwujudan macam apakah ini? (Pamer.) Ini disebut pamer. Ada orang-orang yang membeli mobil baru dan takut orang lain tidak akan tahu bahwa itu adalah merek terkenal kelas atas. Setelah keluar dari mobil, mereka tidak langsung pergi, tetapi untuk sesaat mereka melihat apakah ada sidik jari di jendela, dan sesaat kemudian mereka memeriksa apakah ada goresan di cat mobilnya. Mengapa mereka terus berkeliaran di sekitar mobil? Itu hanya untuk memberi tahu orang lain bahwa mobil itu adalah milik mereka. Perwujudan macam apa ini? (Pamer.) Ada orang-orang yang memiliki ponsel mewah. Agar orang lain melihatnya, sekalipun ponselnya dalam keadaan mati, mereka tetap berpura-pura sedang menelepon. Ini disebut apa? (Pamer.) Mengapa mereka pamer? Bukankah kesombongan berperan di sini? Ada orang-orang yang mengenakan mantel bulu, dan bahkan setelah memasuki ruangan yang sangat hangat, mereka tidak menanggalkannya. Ketika seseorang bertanya kepada mereka, "Kau tidak kepanasan?" mereka menjawab, "Tidak. Aku sedang mengenakan mantel bulu—sangat hangat!" Mereka berasumsi orang lain tidak tahu apa pun tentang hal itu! Saat menanggalkannya, mereka memastikan untuk memamerkan labelnya, memamerkannya kepada orang-orang: "Mantel ini bukan mantel bulu biasa, ini dari merek Anu, merek desainer kelas atas. Kau bahkan tidak mengetahuinya!" Jika orang lain tidak mengetahuinya, lalu untuk apa engkau memamerkannya? Bukankah itu berarti memamerkannya dengan sia-sia? Bahkan ada orang-orang yang memamerkan diri di hadapan-Ku, berkata, "Engkau sedang mengenakan jaket dari bulu bebek? Engkau seharusnya mengenakan mantel bulu—ini sangat hangat!" Aku berkata, "Itu memang hangat, tetapi mantel itu sangat berat!" Mereka mengenakan mantel bulu dan bahkan memamerkan diri di hadapan-Ku. Katakan kepada-Ku, bukankah orang-orang yang suka pamer semacam itu dangkal? Dalam hal kemanusiaannya, mereka memiliki dua masalah. Pertama, mereka sangat dangkal. Mengenai harta benda eksternal dan barang-barang materiel seperti makanan yang mereka makan, pakaian yang mereka kenakan, dan barang-barang yang mereka gunakan, mereka ingin memamerkan semuanya. Mereka tidak dapat menahan keinginan untuk pamer dan selalu ingin memperlihatkan hal-hal ini kepada orang lain, membiarkan orang lain tahu bahwa pakaian yang mereka kenakan dan barang-barang yang mereka gunakan semuanya mewah dan luar biasa. Apa pentingnya jika orang lain tahu? Sekalipun orang lain melihatnya dan tidak mengaguminya, mereka tetap memamerkannya. Bukankah ini dangkal? (Ya.) Mereka dangkal dan kekanak-kanakan—inilah masalah lainnya dengan orang yang suka pamer. Katakan kepada-Ku, apa yang bisa mereka peroleh dari pamer seperti itu? Apakah hanya untuk membuat orang merasakan kehadiran mereka? Apakah ini perlu? Bukankah ini berlebihan? (Ya.) Dahulu pada tahun 1980-an dan 1990-an, jika sol sepatu kulit seseorang aus secara tidak merata, mereka akan memakukan pelapis sol besi, yang menimbulkan suara keras saat berjalan. Ada orang-orang yang harus memakukan pelapis sol besi ke sepatu kulit baru bahkan sebelum memakainya, hanya untuk memberi tahu orang lain bahwa mereka memiliki sepasang sepatu kulit. Ini memberi mereka kepercayaan diri dan membuat mereka merasakan semacam kenikmatan. Mereka meyakini, "Mendapatkan perhatian orang lain adalah hal yang baik. Itu membuktikan bahwa aku memesona dan keberadaanku diakui. Jadi, aku harus berbagi kelebihan, kekuatan, dan hal-hal baik yang kumiliki dengan semua orang." Apakah ini benar-benar berbagi? Ini disebut pamer. Bukankah banyak orang di dunia ini yang suka pamer? (Ya.) Semua orang menganggap hal ini cukup wajar, bukan? Tak ada seorang pun yang memandang rendah orang-orang semacam ini, juga tidak ada yang melihat mereka dengan pandangan aneh, karena dunia ini penuh dengan orang-orang semacam itu yang terobsesi dengan segala macam kesenangan materi dan uang, serta kesenangan akan status. Oleh karena itu, dunia ini mengagungkan hal-hal ini. Di rumah Tuhan, orang-orang semacam itu membuat orang lain merasa jijik dan memandang rendah. Mengapa? Mereka yang percaya kepada Tuhan, yang sejak awal meletakkan landasan hingga secara bertahap memahami kebenaran, nilai, dan makna menjadi manusia, mulai kurang peduli dengan kesenangan materi dan beberapa hal duniawi yang dangkal. Dorongan dalam diri mereka untuk mengejar harta benda eksternal berkurang, tujuan dan arah pengejaran mereka berubah, serta kebutuhan dunia batin mereka pun menjadi berbeda. Mereka mengembangkan perspektif yang berbeda tentang kebutuhan materi, merasa bahwa hal-hal semacam itu semuanya hampa dan tidak dapat memuaskan kebutuhan hati mereka. Oleh karena itu, kecenderungan mereka untuk pamer dan memamerkan segala macam hal pun berkurang. Apa saja beberapa hal yang mungkin paling sering dipamerkan atau ditunjukkan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Mereka mungkin memamerkan hal-hal seperti keterampilan atau kelebihan mereka. Misalnya, beberapa orang yang suka bernyanyi selalu ingin orang lain mendengarkan suara mereka. Mereka berkata, "Dengar betapa bagusnya suaraku!" Mereka takut orang lain tidak akan tahu bahwa mereka bernyanyi dengan merdu, dan mereka terus-menerus ingin memamerkan diri dalam hal ini. Singkatnya, suka pamer adalah cacat dalam kemanusiaan. Ini adalah perwujudan dari ketidakdewasaan, kekanak-kanakan, dan kedangkalan dalam kemanusiaan. Ketika orang hanya memahami beberapa kata dan doktrin serta belum benar-benar memperoleh kebenaran atau belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran, kemungkinan besar mereka akan memperlihatkan kekurangan berupa suka pamer, dan cacat dalam kemanusiaan ini tidak mudah diatasi. Ini karena, sebelum orang memperoleh kebenaran, hal-hal yang dapat mereka pamerkan dan tunjukkan adalah modal dan keyakinan diri mereka untuk hidup. Engkau memiliki kepercayaan diri dalam caramu berperilaku dan memiliki motivasi dalam melakukan segala sesuatu karena engkau mengandalkan hal-hal seperti penampilan, sikap, kelebihan, tingkat pendidikan, kualifikasi, atau keterampilan profesional untuk hidup. Oleh karena itu, kebanyakan orang, hingga taraf yang berbeda, memperlihatkan kelemahan suka pamer, dan itu tidak mudah untuk diatasi, tidak mudah memberontak terhadapnya. Ketika orang memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, memiliki tingkat pertumbuhan tertentu, dan tidak terlalu memedulikan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kebenaran, mereka mulai menyadari bahwa tidaklah perlu untuk pamer atau memamerkan diri, dan bahwa hal-hal itu tidak merepresentasikan bahwa orang memiliki kemanusiaan, atau bahwa orang memiliki tingkat pertumbuhan; dan tentu saja, terlebih lagi, itu tidak merepresentasikan bahwa orang telah diselamatkan atau mampu tunduk pada kebenaran dan kepada Tuhan. Oleh karena itu, orang-orang yang dahulu suka pamer, ketika mereka memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, keinginan ini lambat laun memudar, dan cacat dalam kemanusiaan ini tanpa disadari teratasi dan lenyap. Contohnya, katakanlah ada seseorang yang mengenakan kaos yang agak mahal. Ketika kaos itu secara tidak sengaja menjadi sedikit kotor, dia menjadi sangat cemas. Orang lain berkata kepadanya, "Mengapa kau begitu cemas? Bukankah itu akan bersih lagi jika saja kau mencucinya?" Dia menjawab, "Tahukah kau kalau kaos ini harganya 200 yuan?" Dia bersikeras menyebutkan harganya agar orang lain tahu; baru setelah itulah dia benar-benar merasa puas. Jika orang itu memahami kebenaran, dia akan mampu menghadapi hal-hal seperti itu dengan tepat ketika menghadapinya lagi. Dia tidak akan menyebutkan harganya, dan pada titik ini, kesombongannya menjadi terkendali hingga taraf tertentu. Bukankah ini memperlihatkan bahwa kemanusiaannya telah menjadi relatif dewasa dan tidak lagi dangkal atau kekanak-kanakan? (Ya.) Dengan demikian, kesukaannya untuk pamer, cacat dalam kemanusiaannya ini, akan teratasi.
Perwujudan berikutnya adalah memandang rendah orang miskin dan memandang tinggi orang kaya. Ada orang-orang yang, ketika bertemu orang kaya, langsung menjilat mereka, dengan mengatakan hal-hal seperti, "Kulitmu bagus. Kau kelihatan cantik. Kau begitu mulia, bahkan ludahmu lebih berharga daripada kami orang-orang miskin!" Ketika berbicara kepada orang kaya dan mereka yang memiliki kedudukan dan status, mereka bersikap sangat lembut. Namun, ketika bertemu para petani, mereka selalu ingin mengolok-olok, dan perkataan mereka, secara langsung maupun tidak langsung, meremehkan para petani. Mereka memiliki sikap yang sama sekali berbeda terhadap orang miskin dan orang kaya. Mereka bersedia melayani kebutuhan orang kaya, bahkan sampai rela menjadi budak mereka. Namun, terhadap orang miskin, ceritanya berbeda—ketika orang miskin menghadapi kesulitan dan meminta bantuan, mereka mengabaikannya. Perlakuan mereka terhadap orang-orang dengan kedudukan dan status sosial yang rendah sama sekali berbeda dengan perlakuan mereka terhadap orang-orang dengan status sosial yang tinggi. Seperti inilah memandang rendah orang miskin dan memandang tinggi orang kaya. Masalah macam apa ini? (Cacat dalam kemanusiaan.) Apakah ini cacat dalam kemanusiaan? Masalah dalam kemanusiaan macam apakah ini? (Memiliki karakter yang rendah.) Ini adalah masalah karakter dalam kemanusiaan—memiliki karakter yang rendah. Ketika mereka bertemu orang kaya, mereka menjadi bawahan yang tunduk, bertindak dengan merendahkan diri secara berlebihan. Ketika bertemu dengan orang miskin, mereka ingin bertindak seolah-olah mereka adalah tuannya. Makhluk macam apa mereka? Memperlakukan orang lain seperti ini memperlihatkan bahwa mereka tidak berprinsip! Orang miskin hanya memiliki uang yang lebih sedikit dan memiliki kondisi kehidupan yang sedikit lebih buruk—apakah mereka telah menyinggungmu? Apakah orang miskin pasti memiliki kemanusiaan yang buruk? Apakah orang kaya pasti memiliki kemanusiaan yang baik? Apakah orang yang memandang rendah orang miskin dan memandang tinggi orang kaya mengukur dan memandang orang lain berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Jelas tidak. Mereka yakin bahwa siapa pun yang memiliki uang adalah mulia dan agung, dan siapa pun yang miskin adalah hina dan rendah. Standar mereka untuk mengukur orang adalah uang. Apakah orang-orang semacam itu adalah orang yang baik? Bagaimana kemanusiaan mereka? (Kemanusiaan mereka buruk.) Ketika bertemu orang kaya, mereka memasang senyum yang menjilat; ketika bertemu orang miskin, wajah mereka langsung muram—wajah mereka berubah begitu cepat! Mereka bahkan bersedia membawakan pispot untuk orang kaya, tetapi enggan menuangkan segelas air pun untuk orang miskin. Makhluk macam apa mereka? Bukankah mereka berkarakter rendah? (Ya.) Apakah baik bagi orang-orang semacam itu untuk menjadi pemimpin? (Tidak.) Mengapa tidak? Dalam hal apa mereka tidak layak untuk berperan sebagai pemimpin? (Mereka tidak berprinsip dalam cara mereka memperlakukan orang, dan pemilihan serta pemakaian orang oleh mereka bukan didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran melainkan pada apakah orang itu memiliki status sosial dan uang atau tidak. Jika mereka menjadi pemimpin, mereka akan mempromosikan orang-orang yang memiliki status dan uang. Jika orang-orang yang dipromosikan ini adalah orang yang jahat, maka orang jahat akan berkuasa di gereja, dan itu akan menjadi bencana.) Orang-orang semacam itu tidak layak menjadi pemimpin. Di satu sisi, mereka berkarakter rendah, dan mereka tidak memiliki standar hati nurani dalam apa yang mereka lakukan. Di sisi lain, jika mereka diangkat menjadi pemimpin, mereka akan mengubah gereja menjadi sesuatu seperti masyarakat—gereja yang mereka pimpin akan menjadi sebuah kelompok sosial. Mereka akan mempromosikan orang-orang yang kaya dan berpengaruh, yang memiliki kedudukan, status, dan koneksi, serta yang sukses di tengah masyarakat, menjadikan mereka pemimpin tim dan pengawas, sementara menginjak-injak para petani, orang miskin, dan mereka yang berpendidikan rendah dan tidak pandai mengucapkan hal-hal yang terdengar menyenangkan, yang memiliki kemanusiaan yang baik, yang berkualitas, dan yang mengejar kebenaran tetapi berstatus sosial rendah. Bukankah ini akan membuat gereja menjadi seperti masyarakat? Apa bedanya? Di tengah masyarakat, bukankah mereka yang kaya dan memiliki statuslah yang berkuasa? Bukankah mereka yang memiliki kedudukan, koneksi, kekuasaan, dan pengaruhlah yang berstatus dan menjadi pusat perhatian di semua tingkatan, bidang, dan kelompok dalam masyarakat? Jika rumah Tuhan menjadi seperti masyarakat, apakah itu akan tetap menjadi rumah Tuhan? Itu tidak akan lagi menjadi rumah Tuhan dan tidak bisa disebut gereja—itu akan menjadi kelompok sosial. Jika orang yang memandang rendah orang miskin dan memandang tinggi orang kaya menjadi pemimpin, akibatnya akan persis seperti ini. Orang-orang semacam itu menjadi antek bagi siapa pun yang memiliki status. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang yang bertindak sebagai antek memiliki prinsip? Apakah mereka memiliki batasan dalam cara mereka berperilaku? (Tidak.) Orang-orang semacam itu tidak memiliki prinsip atau batasan dalam cara mereka berperilaku. Ketika dihadapkan dengan lingkungan yang berbahaya, mereka bisa berubah menjadi Yudas. Jika negara mereka jatuh, mereka akan menjadi pengkhianat. Jika mereka menjadi pemimpin pemerintahan, mereka akan menjadi pengkhianat nasional. Makhluk semacam inilah tepatnya mereka! Oleh karena itu, mereka tidak layak menjadi pemimpin. Ini karena mereka tidak akan melakukan pekerjaan nyata dan akan merugikan saudara-saudari, menginjak-injak semua orang yang sungguh-sungguh mengejar kebenaran dan memiliki kemanusiaan, sementara mempromosikan mereka yang memiliki kemanusiaan yang jahat, yang memiliki status dan terkemuka serta berpengaruh di tengah masyarakat; hal ini secara langsung bertentangan dengan prinsip-prinsip rumah Tuhan dalam hal mempromosikan orang. Jika orang-orang semacam itu memerintah dan berkuasa di rumah Tuhan, dapatkah pekerjaan gereja berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan? (Tidak.) Pekerjaan gereja dan umat pilihan Tuhan akan hancur di tangan orang-orang ini. Orang-orang ini akan berkolusi satu sama lain, saling memanfaatkan, dan saling menyokong. Saudara-saudari yang mengejar kebenaran akan terpinggirkan dan dikucilkan—bahkan mereka mungkin akan dimasukkan ke kelompok B atau dikeluarkan, sehingga mereka tidak memiliki jalan keluar. Bukankah inilah yang dapat terjadi? (Ya.) Seperti apa hubungan di antara orang-orang ini? Ketika berkumpul, mereka saling memanggil dengan sebutan sahabat, saling berpelukan, dan menyombongkan sejarah gemilang mereka di tengah masyarakat, membicarakan apa yang bisa mereka lakukan untuk satu sama lain, lalu bertanya apa yang bisa orang lain lakukan untuk mereka, saling memanfaatkan satu sama lain. Apa bedanya orang-orang ini dengan orang-orang di tengah masyarakat? Ketika mereka berkumpul, mereka tidak makan dan minum firman Tuhan, tidak mempersekutukan kebenaran, tidak mempersekutukan pemahaman berdasarkan pengalaman pribadi mereka, tidak berbicara tentang mengenal diri mereka sendiri, dan tidak menelaah watak rusak mereka. Sebaliknya, mereka hanya membicarakan betapa suksesnya mereka di tengah masyarakat, hal-hal yang telah mereka lakukan yang membuat mereka menjadi pusat perhatian, sejarah gemilang mereka, pejabat mana yang pernah mereka ajak makan dan minum anggur, kepada pejabat mana mereka pernah menjilat—semua yang mereka bicarakan hanyalah hal-hal ini. Apakah orang-orang ini adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Mereka bersaing satu sama lain untuk memperebutkan status, latar belakang, kemampuan, dan harta, sekaligus berkolusi dan memanfaatkan satu sama lain—seperti inilah hubungan mereka. Jika engkau adalah orang biasa atau petani yang tidak dapat berbuat apa pun untuk mereka, mereka memandangmu sebagai orang yang tidak berharga, orang yang sama sekali tidak layak mereka perhatikan, dan engkau akan disisihkan. Apa yang mereka bicarakan saat berkumpul? Mereka membahas merek pakaian apa yang telah merilis produk baru, mobil baru apa yang telah diluncurkan, siapa yang membeli berlian beberapa karat, properti siapa yang dilelang, saham siapa yang turun atau naik, perusahaan siapa yang go public, siapa yang menjilat pejabat pemerintah, siapa yang berkolusi dengan geng apa, siapa yang memberi berapa banyak hadiah dan menghabiskan berapa banyak uang untuk menyelesaikan sesuatu—semua hal inilah yang dibahas. Katakan kepada-Ku, bukankah ini menjijikkan? Jika mereka selalu membicarakan hal-hal ini di gereja, bukankah kehidupan bergereja dan pekerjaan gereja akan terganggu dan hancur oleh mereka? Katakan kepada-Ku, bolehkah orang-orang semacam itu dipilih untuk menjadi pemimpin? (Tidak.) Mereka adalah para oportunis. Begitu engkau semua menemukan orang-orang semacam itu di gereja, engkau harus menyingkapkan mereka dan mengeluarkan mereka—rumah Tuhan tidak menampung orang-orang semacam itu. Para oportunis berada di rumah Tuhan sekadar untuk bersikap asal-asalan dan mendapatkan berkat dengan cara yang licik. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran dan tidak menerima semua hal yang positif. Selain itu, orang-orang ini melaksanakan tugas mereka tanpa ketulusan; mereka sama sekali tidak mau mengorbankan diri dan hanya ingin mendapatkan keuntungan. Jika tidak ada keuntungan, mereka tidak akan melakukan apa pun. Sementara saudara-saudari berfokus melaksanakan tugas dan bekerja dengan tekun, mereka mengesampingkan tugas mereka dan menyibukkan diri dengan urusan pribadi, bahkan menikmati makan, minum, dan bersenang-senang. Mereka juga sering berselancar di internet dan menghabiskan banyak waktu untuk mencari hal-hal yang paling mereka sukai atau inginkan, seperti mode, kecantikan dan tata rambut, serta produk kesehatan kelas atas. Di mana pun mereka berada, mereka menyombongkan diri dan menipu orang lain; mereka mencari orang-orang yang sejenis, dan ketika menemukan seseorang yang serupa, mereka langsung cocok dengan orang tersebut. Mereka tidak bisa bergaul dengan saudara-saudari sejati, dan di gereja mereka adalah orang-orang yang tidak cocok dan bukan manusia. Ketika bertemu orang-orang semacam ini, engkau semua harus menjauhi mereka. Terlebih lagi, jika kebanyakan orang atau para pemimpinmu tidak memiliki kemampuan untuk membedakan dan masih menganggap mereka sebagai saudara-saudari yang benar-benar percaya, engkau semua harus maju untuk menyingkapkan dan mengeluarkan mereka. Apakah engkau mengerti sekarang? Mengapa orang-orang semacam itu harus dikeluarkan? (Karena orang-orang semacam itu mudah menyebabkan gangguan di gereja, membawa suasana negatif, dan dapat memengaruhi orang lain dalam melaksanakan tugas mereka dan mengejar kebenaran.) Tepat sekali, mereka merusak suasana gereja. Mereka sendiri tidak mengejar kebenaran dan mereka juga memengaruhi orang lain, menghambat mereka. Untuk melaksanakan pekerjaan senilai satu dolar, mereka menuntut upah sepuluh dolar. Memakai orang-orang semacam itu bahkan tidak selayak memelihara anjing. Setidaknya anjing mampu menjaga rumah dan setia kepada pemiliknya! Anjing tidak melakukan manuver licik di belakang layar, dan engkau tidak perlu khawatir dia akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Apa akibatnya jika gereja mengizinkan adanya orang-orang yang memandang rendah orang miskin dan memandang tinggi orang kaya? Dapatkah mereka menolong umat pilihan Tuhan? Dapatkah mereka bermanfaat bagi orang lain? (Tidak.) Setelah mereka tersingkap dan diketahui yang sebenarnya oleh orang lain, mereka harus dikeluarkan. Jika mereka dibiarkan tetap ada, mereka hanya akan mengacaukan dan mengganggu, hanya menciptakan masalah, serta hanya mendatangkan malapetaka bagi gereja. Jika engkau menunggu sampai mereka menyebabkan bencana besar, dan baru membereskan kekacauan tersebut setelahnya, itu akan sangat menyusahkan. Kita tidak menginginkan masalah; kita lebih suka bebas dari kekhawatiran. Ada banyak tugas dan kewajiban yang harus orang laksanakan—jangan mengundang masalah-masalah ini.
Ada jenis orang lainnya: mereka yang suka menjilat orang-orang yang berkuasa. Apakah orang yang menjilat orang-orang yang berkuasa itu baik atau jahat? (Mereka jahat.) Dalam hal apa mereka jahat? Orang semacam ini sangat gila hormat. Ketika bertemu seseorang yang memiliki status, mereka selalu mengerahkan segala upaya untuk menjilat orang itu; mereka berinisiatif untuk berbicara dan membuka diri kepada orang itu, menyajikan makanan, mencucikan pakaian, dan membersihkan rumah mereka. Mereka bersedia melakukan apa saja. Jika engkau tidak memiliki status, mereka berpura-pura tidak melihatmu, dan jika engkau berinisiatif mendekati mereka, ketika mereka melihatmu, raut wajah mereka langsung berubah menjadi masam. Apakah orang-orang semacam ini baik? Termasuk aspek apakah masalah semacam ini? (Orang semacam ini berkarakter rendah dan memiliki kemanusiaan yang buruk.) Kemanusiaan mereka buruk dan karakter mereka rendah. Sampai sejauh mana buruknya kemanusiaan mereka? (Mereka tidak berintegritas atau tidak bermartabat.) Apakah orang yang secara aktif menjilat orang-orang yang berkuasa adalah orang baik? (Bukan.) Lalu, orang macam apakah mereka? Seperti apa karakter orang yang suka menjilat orang-orang yang berkuasa? Mereka memiliki dua wajah yang berbeda ketika menghadapi orang yang sama. Mereka tidak takut orang lain mengetahui diri mereka yang sebenarnya dan bahkan dengan bebas memperlihatkan kedua sisi diri mereka tersebut. Apakah orang-orang ini memiliki rasa integritas atau rasa malu? (Tidak.) Dapatkah orang-orang yang tidak memiliki rasa integritas atau rasa malu ini digolongkan sebagai orang jahat? (Ya.) Mengapa mereka dapat digolongkan sebagai orang jahat? Mereka memiliki dua wajah yang berbeda dalam cara mereka memperlakukan orang lain. Mari kita analisis akar dari dua wajah yang berbeda ini. Orang-orang ini sangat mencintai status, dan mereka menyukai orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan. Ketika bertemu orang yang memiliki status, mereka semua tersenyum, patuh sepenuhnya; mereka mencari muka dan menjilat tanpa ragu, serta tanpa malu menyanjung orang itu. Apakah tujuan mereka adalah untuk mengambil hati orang-orang itu, atau apakah mereka memiliki motif tersembunyi yakni ingin dihargai dan dipromosikan, sikap mereka terhadap orang lain bermasalah dan melanggar prinsip-prinsip kebenaran. Lalu, mengapa mereka bersikap seperti ini terhadap orang-orang yang memiliki status? (Demi kepentingan mereka sendiri.) Ini membuktikan bahwa mereka sangat mencintai status. Mereka sendiri tidak memiliki kemampuan, atau tidak memiliki kualifikasi, kondisi, atau kesempatan untuk memperoleh status. Namun, dengan menjilat dan mendekatkan diri kepada mereka yang memiliki status, mereka mampu memuaskan hasrat mereka akan status. Oleh karena itu, mereka mampu menjilat dan menyanjung orang lain tanpa keraguan atau tanpa rasa malu sama sekali. Karakter mereka cukup rendah. Mereka tidak peduli orang seperti apa orang yang memiliki status itu, mereka juga tidak mengidentifikasi apakah kemanusiaan orang ini baik atau buruk, atau apakah orang ini jahat atau tidak. Selama orang ini memiliki status atau uang, sekalipun orang ini adalah orang jahat, mereka akan tetap menjilat orang tersebut. Bukankah mereka sama sekali tidak berprinsip? (Ya.) Bagi mereka, apa pun yang dikatakan orang yang memiliki status adalah benar dan baik, dan bagaimanapun cara orang tersebut berbicara, itu dapat diterima. Selama orang itu memiliki status, mereka baik kepada orang itu. Mereka sama sekali tidak berprinsip dan bersikap baik secara tidak normal kepada orang itu. Mereka benar-benar tidak memiliki rasa integritas atau rasa malu. Mereka tidak peduli bagaimana orang lain memandang atau menilai mereka. Mereka tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentang mereka. Mereka berpikir, "Aku hanya suka kepada orang yang memiliki status. Aku hanya ingin bersikap baik kepada mereka. Apa salahnya memiliki status? Kalian yang tidak memiliki status tidak layak menerima kebaikanku!" Orang-orang seperti ini tidak berprinsip atau tidak bermartabat. Mereka tidak peduli bagaimana orang lain memandang mereka, juga tidak peduli bagaimana Tuhan menilai mereka. Mereka adalah orang-orang yang berkarakter rendah. Dalam bertindak seperti ini, hati nurani mereka tidak merasakan apa pun, dan nalar mereka tidak memiliki standar untuk menilai. Mereka tidak memiliki standar minimum, dan mereka tidak memiliki keberanian dalam cara mereka berperilaku. Ketika bertemu seseorang yang memiliki status, mereka langsung menciut dan merendahkan diri, menjadi seperti budak, menjadikan diri mereka sendiri bawahan yang tunduk kepada orang tersebut. Siapa pun yang memiliki status menjadi tuan mereka. Apakah orang-orang semacam itu berintegritas atau bermartabat? (Tidak.) Mereka bahkan mampu memberikan sanjungan yang paling menjijikkan kepada orang-orang yang memiliki status, dan mereka berani melakukannya di depan banyak orang. Mereka tidak peduli dengan pandangan orang lain atau bagaimana orang lain memandang mereka, dan mereka hanya bertujuan untuk memuaskan keinginan mereka sendiri. Beginilah cara mereka bersikap terhadap orang-orang yang memiliki status. Namun, apa yang terjadi ketika orang yang memiliki status itu kehilangan statusnya? Wajah mereka pun langsung berubah. Lalu, bagaimana mereka memperlakukan orang itu? (Mereka segera mulai mengabaikannya.) Wajah mereka langsung menjadi gelap, dan sikap mereka menjadi sama sekali berbeda: "Kau telah kehilangan statusmu, dan kau masih ingin aku bersikap baik kepadamu? "Kau bermimpi!" Jika orang yang kehilangan status itu meminta mereka untuk menuangkan segelas air, mereka mengabaikannya. Jika orang itu meminta bantuan, mereka mengabaikannya. Jika orang itu ingin berbicara dari hati ke hati dengan mereka, mereka berkata, "Apakah kau layak? Apakah kau memiliki kualifikasi untuk berbicara denganku? Memangnya kau itu siapa?" Betapa kejamnya watak mereka! Apakah tidak memiliki status merupakan kejahatan? Apakah orang berubah setelah dicopot dari jabatan resminya? Bukankah mereka masih orang yang sama? Mengapa mereka sekarang tidak layak berbicara dengan orang-orang semacam itu? Mengapa orang-orang semacam itu tidak bisa membantu mereka? Sekalipun itu adalah seeekor binatang yang sedang berada dalam kesulitan dan membutuhkan bantuan manusia, karena kepekaan hati nurani, manusia tetap harus membantu, menjaganya dengan hati-hati, dan merawatnya—apalagi manusia, bukan? Namun, mereka bahkan tidak memiliki sedikit kebaikan hati manusia ini. Selain perwujudan-perwujudan ini, ada orang-orang yang bahkan bertindak lebih jauh. Mereka berpikir, "Sebelumnya, aku baik kepadamu karena kau memiliki status. Kini setelah kau kehilangan statusmu, kau masih berharap aku menghormatimu dan membiarkanmu menjaga muka, menghindarkanmu berada dalam posisi yang canggung selama percakapan, dan mematuhi perintahmu seperti sebelumnya? Mana mungkin! Kau seharusnya bersyukur aku tidak menginjak-injakmu!" Sebenarnya makhluk macam apa mereka? Ketika seseorang berada dalam kesulitan, mereka tidak hanya mengabaikannya, tetapi juga diam-diam menginjak-injaknya, mencari kesempatan untuk menindas dan menekannya. Orang macam apa mereka? (Mereka adalah orang jahat.) Wajah mereka yang sesungguhnya sebagai orang jahat muncul dengan cara ini, bukan? Terhadap orang yang memiliki status, mereka berperilaku seperti bawahan yang patuh, yang dengan saksama bersikap pantas, menyapa mereka dengan senyuman. Mereka pandai dalam menyetujui pendapat orang lain dengan sikap yang menjilat. Jika seorang pejabat berkata bahwa kentang dapat ditanam di bulan, mereka akan menimpali, "Kentang yang ditanam di bulan sungguh lezat!" Namun, ketika pejabat itu kehilangan statusnya, sikap mereka berubah total. Apa pun yang dikatakan mantan pejabat itu sekarang, sekalipun itu benar, mereka tidak akan mendengarkannya. Sekalipun mantan pejabat ini memiliki pemahaman yang murni, mereka mengabaikannya dan menolak untuk menerimanya, hanya menganggap mereka tidak menyenangkan. Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Kau tidak memiliki status, jadi apa pun yang kaukatakan sama sekali tidak berbobot. Sekalipun apa yang kaukatakan benar, apa gunanya? Sekalipun kau memiliki kenyataan kebenaran, aku tetap tidak menyukaimu. Aku benar-benar senang menginjak-injak orang yang tidak memiliki status—jika aku tidak menginjak-injak mereka, itu adalah kesempatan yang disia-siakan!" Makhluk macam apa mereka? Jika engkau tidak memiliki status, mereka menganggapmu tidak menyenangkan. Sebaik apa pun engkau kepada mereka, itu tidak ada gunanya. Sekalipun engkau menempatkan diri mereka setara denganmu dan memperlakukan mereka berdasarkan prinsip, itu tidak dapat mengubah sikap mereka terhadapmu. Apakah orang-orang semacam itu memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Apa perwujudan dari tidak adanya kemanusiaan dalam diri mereka? Bukankah itu kekejaman? (Ya.) Watak orang yang suka menjilat orang-orang yang berkuasa sangatlah kejam, dan menurut-Ku orang-orang semacam itu menjijikkan. Di mata orang-orang semacam itu, ketika engkau memiliki status, kekurangan dan cacatmu semuanya dipandang sebagai kelebihan dan kekuatan. Namun, ketika engkau tidak memiliki status, kekuatan dan kelebihanmu semuanya dipandang sebagai kekurangan dan cacat. Apa pun yang kaukatakan, itu sama sekali tidak berbobot, dan mereka menganggap segala sesuatu tentang dirimu tidak menyenangkan. Mereka selalu ingin menindasmu, menginjak-injak dirimu, dan menekanmu. Mereka memiliki watak yang kejam, bukan? (Ya.) Mereka menindas orang yang tidak memiliki status sesuka mereka. Mereka merasa bahwa tidak menindas orang yang lemah lembut adalah dosa. Sekalipun engkau tidak memancing kemarahannya, mereka akan secara aktif mencari-cari kesalahan, menindasmu, dan menginjak-injakmu, memandang rendah dirimu dengan sikap yang sangat menghina. Seolah-olah tidak memiliki status adalah dosa, yang berarti engkau tidak layak hidup atau berada di hadapan mereka; seolah-olah engkau telah mendatangkan masalah pada dirimu sendiri dan pantas mendapatkan kemalangan jika engkau tidak memiliki status. Makhluk macam apa mereka? Bolehkah orang-orang semacam itu diizinkan tinggal di gereja? (Tidak.) Bolehkah orang yang sangat suka menjilat orang-orang yang berkuasa dipilih sebagai pemimpin? (Tidak.) Mengapa tidak? Dengan cara inilah mereka berperilaku terhadap orang yang memiliki status—jika mereka sendiri yang memperoleh status, bukankah mereka akan menjadi otoriter, menjadikan diri mereka yang tertinggi? Itu akan menjadi bencana! Mereka akan mengabaikan pengaturan kerja rumah Tuhan, ketetapan administratif gereja, dan saran dari saudara-saudari, bahkan menindas orang-orang yang tidak memiliki status, apa pun yang orang-orang itu katakan atau lakukan. Gereja akan dihancurkan oleh mereka. Orang-orang seperti ini memiliki hasrat yang sangat kuat akan kekuasaan, dan begitu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, konsekuensinya tak terbayangkan. Orang yang menjilat orang-orang yang berkuasa sangatlah kejam dan berkarakter sangat rendah. Apa ciri utama watak rusak mereka? (Kekejaman.) Kejahatan, kekejaman, dan kemuakan akan kebenaran. Yang terutama jahat adalah bagaimana mereka menggunakan dua wajah yang sama sekali berbeda untuk menghadapi orang yang sama, berubah dengan sangat cepat. Bukankah ini jahat? (Ya.) Sekalipun orang-orang yang tidak memiliki status itu tidak memicu kemarahannya, mereka akan berinisiatif menyerang, menindas, dan menginjak-injak orang-orang tersebut. Bukankah ini kejam? (Ya.) Entah orang lain itu memiliki status atau tidak, mereka tidak dapat bertindak berdasarkan prinsip atau memperlakukan orang itu dengan adil. Ketika kaukatakan kepada mereka, "Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, dan orang-orang diperlakukan dengan adil," apakah mereka menerimanya? (Tidak.) Itu hanya masuk ke telinga kanan dan keluar dari telinga kiri, dan mereka berpikir, "Keadilan apa? Orang itu hanya bisa tinggi atau rendah, mulia atau hina. Mereka yang memiliki status adalah mulia; mereka yang tidak memiliki status adalah sampah yang tidak berharga!" Inilah logika dan prinsip mereka dalam memandang dan memperlakukan orang. Mereka tidak menerima prinsip-prinsip kebenaran dan masih mengutarakan penalaran mereka yang menyimpang. Bukankah mereka muak akan kebenaran? (Ya.) Mereka memperlakukan status dan kekuasaan dengan menggunakan logika dan prinsip mereka sendiri untuk berinteraksi dengan orang lain, dan menggunakan perspektif mereka sendiri untuk berinteraksi dengan orang lain, serta menggunakan prinsip dan metode mereka sendiri untuk berinteraksi dengan orang lain dalam menangani hal-hal ini, menggantikan tuntutan dan prinsip rumah Tuhan tentang cara memperlakukan orang. Bukankah ini berarti tidak menerima kebenaran, secara terang-terangan menentang kebenaran? Di dalam hatinya, mereka berpikir, "Jika kau memiliki status, kau adalah bos di hatiku." Tuhan dan kebenaran tidak memiliki tempat di hati mereka. Watak macam apa ini? Menjadi begitu sombong dan begitu keras kepala dengan bodohnya—bukankah ini berarti tidak menerima kebenaran? Bukankah ini muak akan kebenaran? (Ya.) Inilah tepatnya watak tersebut. Dalam hal kemanusiaan mereka saja, orang-orang semacam itu berkarakter rendah, benar-benar menjijikkan, dan tidak layak diajak bergaul. Namun, dalam hal watak mereka, masalahnya bukan hanya apakah mereka layak diajak bergaul atau tidak. Orang-orang ini memiliki watak yang kejam dan jahat, serta bukanlah target keselamatan. Mereka semua akan dihukum dan mati; perbuatan mereka merupakan pelanggaran berat. Orang-orang ini secara membabi buta menjilat orang-orang yang berkuasa dan memperlihatkan sikap patuh seperti anjing peliharaan, yang sungguh menjijikkan. Dalam posisi pemimpin gereja, orang-orang semacam itu berbahaya. Jika engkau semua memilih orang-orang semacam itu sebagai pemimpin gereja, engkau semua akan menghadapi malapetaka. Beberapa pemimpin distrik, karena bodoh dan tak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang orang-orang, bahkan menunjuk jenis orang ini sebagai calon pemimpin gereja, yang mengakibatkan saudara-saudari di gereja tertipu. Jenis orang ini, yang pandai mencari muka, menjilat orang-orang yang berkuasa, dan yang di luarnya terlihat sangat bersemangat dan menaati setiap perkataan pemimpin, dengan mudahnya terpilih sebagai calon. Ini karena beberapa pemimpin dan pekerja menyukai orang-orang yang mencari muka kepada mereka, dan bersikap patuh untuk menjilat, dan mereka tak mampu memahami sepenuhnya konsekuensi yang akan ditimbulkan oleh orang munafik semacam ini terhadap gereja setelah mereka menjadi pemimpin. Sering kali, setelah orang-orang semacam itu terpilih dan memperoleh status, sisi kejam mereka langsung muncul dan mereka mulai mengganggu gereja. Para pemimpin yang memilih mereka menyesal ketika melihat bahwa orang-orang yang mereka pilih adalah orang jahat, tetapi mereka tidak dapat memperbaiki konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan mereka terhadap gereja. Hal ini sepenuhnya adalah akibat dari para pemimpin dan pekerja yang memiliki watak yang rusak dan bertindak tanpa prinsip. Mereka yang menjunjung tinggi status dan kekuasaan bukanlah orang-orang yang mencintai kebenaran. Mereka menjilat siapa pun yang memiliki status, dan memasang senyum yang mencari muka setiap kali bertemu para pemimpin dan pekerja. Beberapa pemimpin tidak dapat menahan pencobaan ini; mereka menjadi sangat gembira ketika melihat orang-orang dengan senyum yang mencari muka, dan ingin mempromosikan orang-orang tersebut untuk memamerkan kemampuan mereka sendiri. Sebenarnya, ketika orang-orang itu mencari muka dan memberi para pemimpin senyuman yang mencari muka, mereka memiliki motif jahat, tetapi para pemimpin ini mengira bahwa orang-orang itu benar-benar baik. Begitu orang-orang itu menjadi pemimpin, mereka tidak tunduk kepada siapa pun, dan mereka mengabaikan para pemimpin yang mempromosikan mereka. Baru pada saat itulah para pemimpin itu menyadari bahwa orang-orang ini tidak baik, dan bahwa mereka telah mempromosikan orang yang salah. Dalam situasi seperti itu, apa yang harus dilakukan? Bukankah situasi ini harus diperbaiki? (Ya.) Bagaimana cara memperbaikinya? (Orang-orang ini harus segera disingkapkan dan kemudian diberhentikan.) Orang-orang ini tidak mampu melakukan pekerjaan nyata; mereka hanyalah orang bingung yang hanya tahu cara menjilat dan mencari muka kepada orang-orang yang berkuasa. Para pemimpin harus segera memberhentikan orang-orang ini, dan menyesali bahwa pada saat itu mata dan hati mereka buta serta tidak mampu membedakan orang, memilih orang yang salah. Sekarang, masih ada waktu untuk segera memperbaiki situasi. Apakah kini engkau mampu mengetahui yang sebenarnya tentang orang-orang yang menjilat mereka yang berkuasa? (Ya.) Orang-orang semacam itu tidak baik.
Selanjutnya, mari kita membahas perwujudan yang berkaitan dengan kondisi bawaan. Memiliki daya ingat yang luar biasa—termasuk aspek apakah perwujudan ini? (Kondisi bawaan.) Memiliki daya ingat yang sangat baik, mengingat berbagai hal secara akurat, menghafal artikel, ayat firman Tuhan, lagu pujian, atau pengaturan kerja dengan sangat jelas dan akurat—hal ini harus digolongkan ke dalam aspek apa? (Kualitas yang baik—suatu kondisi bawaan.) Ini adalah kondisi bawaan. Mengenai termasuk aspek spesifik dari kondisi bawaan yang manakah hal itu, menurut-Ku itu seharusnya tidak termasuk dalam kualitas. Jika hanya memiliki daya ingat yang baik, mampu mengingat berbagai hal, mengingat banyak hal, mengingat secara akurat, dan mengingat berbagai hal dengan kuat, paling-paling ini termasuk dalam kategori kelebihan, bakat, dan kemampuan bawaan. Mengenai baik tidaknya kualitas seseorang, itu bergantung pada bagaimana kemampuan mereka dalam memahami. Jika seseorang memiliki daya ingat yang luar biasa baik, mampu menghafal satu bagian dari lirik lagu, suatu segmen pengetahuan dan doktrin, atau suatu keterampilan profesional dengan sangat baik, sangat cepat, dan menyeluruh, tetapi yang dihafalnya hanyalah beberapa informasi yang kaku dan tidak fleksibel, yang tidak ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kebenaran dan yang tidak dapat diterapkan atau diimplementasikan dalam kehidupan atau pekerjaan nyata—jika mereka hanya memiliki daya ingat yang baik—ini hanyalah kelebihan dan kemampuan dalam kondisi bawaan mereka, tidak sampai pada tingkat yang berkaitan dengan kualitas mereka. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, apa arti kualitas? (Efisiensi dan efektivitas dalam melakukan segala sesuatu.) Jika engkau memiliki daya ingat yang baik dan juga kualitas yang baik, perwujudan dan karakteristik seperti apa yang seharusnya kaumiliki? Itu berarti mengenai hal-hal yang kaudengar, dengan dasar mampu mengingat secara akurat, engkau juga mampu memahami poin-poin pentingnya, menemukan prinsip-prinsipnya, menemukan jalan penerapannya dan rencana pelaksanaannya, lalu mampu benar-benar menerapkannya dalam kehidupan nyata dan dalam pekerjaan, melakukan segala sesuatu secara efisien dan efektif. Itu berarti, firman Tuhan dan prinsip-prinsip kebenaran yang telah kauhafalkan tidak berhenti pada tingkat teori, tetapi diimplementasikan dalam pelaksanaan tugasmu dan menjadi kenyataan kebenaranmu, membuahkan hasil dalam pekerjaan yang dapat dilihat orang, serta meningkatkan efisiensi pekerjaan. Ini bukan hanya tentang memiliki daya ingat yang baik, melainkan juga memiliki kualitas yang baik. Bukan berarti memiliki daya ingat yang baik sama dengan memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya, memiliki kemampuan memahami, mampu mencari kebenaran dan menemukan prinsip-prinsip untuk menerapkan kebenaran ketika sesuatu terjadi padamu, dan melaksanakan pekerjaan tanpa penyimpangan serta melaksanakannya dengan akurat, cepat, dan efektif—hanya ini yang berarti memiliki kualitas yang baik. Kualitas yang baik bukanlah tentang memahami beberapa doktrin lalu mampu melontarkan banyak di antaranya. Sebaliknya, ini adalah tentang mengerti dan memahami beberapa prinsip kebenaran, lalu mampu menerapkannya secara fleksibel dalam pekerjaan dan tugasmu, menjadikannya bagian dari kehidupan nyatamu, serta mengubahnya dari teori menjadi kenyataan, yang memungkinkan prinsip-prinsip kebenaran tersebut berdampak dan mencapai hasil dalam diri orang-orang, membawa manfaat dan keuntungan bagi mereka. Inilah artinya memiliki kualitas. Jika engkau terjebak pada taraf memahami kata-kata dan doktrin serta tidak mampu mengimplementasikan pekerjaan, dan engkau tidak dapat menemukan prinsip atau sarananya—yang berarti, jika aspek dari prinsip kebenaran ini selalu hanya sekadar teori bagimu, dan engkau tidak memiliki cara, metode, dan jalan untuk mengubahnya menjadi kenyataan—inilah yang dimaksud dengan tidak memiliki kualitas atau memiliki kualitas yang buruk. Sebaik apa pun daya ingatmu, sekalipun itu melebihi daya ingat orang biasa, sampai-sampai hampir merupakan suatu kemampuan yang luar biasa, itu bukan berarti engkau memiliki kualitas yang baik. Apa yang dimaksud dengan kualitas yang baik? Bagaimana kualitas itu dinilai? (Itu dinilai dari apakah orang mampu memahami prinsip-prinsip kerja dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan semestinya untuk mencapai hasil.) Itu dinilai berdasarkan efisiensi dan efektivitas, bukan? (Ya.) Ada orang-orang yang mampu mengingat pengaturan kerja dengan cepat dan akurat, serta mampu memahaminya secara teoretis. Namun, dalam hal penerapan, jika seseorang bertanya kepada mereka, "Bagaimana cara melakukan pekerjaan ini? Apakah kau memiliki ide, rencana, atau langkah-langkah?" mereka menjawab, "Tidak, aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Ini bukanlah memiliki kualitas. Paling-paling, ini hanyalah sebuah kelebihan dalam satu bidang. Aku ingat ketika pertama kali kita bersekutu tentang topik ini, kita telah membahas masalah ini. Engkau semua mungkin lupa, dan kali ini engkau kembali menggolongkan daya ingat yang luar biasa sebagai kualitas. Selalu salah mengartikan kelebihan dan bakat seseorang, serta selalu menggolongkan kelebihan atau bakat tertentu sebagai kualitas yang baik, adalah kesalahan serius. Jika masalah ini terselesaikan dan engkau semua memahami apa arti kelebihan, apa arti bakat atau kemampuan, dan apa arti kualitas sejati, itu akan bermanfaat untuk membedakan orang dan untuk pertumbuhan hidupmu sendiri. Setidaknya, ini bisa membantumu sedikit mengendalikan watak congkakmu, sehingga engkau tidak lagi keliru meyakini bahwa engkau memiliki kualitas yang luar biasa hanya karena mampu bernyanyi atau menari dengan baik. Jadi, bolehkah engkau tetap menilai hal ini dengan cara ini sekarang? (Tidak.) Lalu, apa yang sebenarnya yang diperlukan orang yang bisa bernyanyi untuk memiliki kualitas yang baik? (Mereka perlu memiliki kemampuan memahami, mengetahui cara bernyanyi yang sesuai dengan prinsip, dan juga memiliki kepekaan.) Kepekaan sangatlah penting. Engkau lihat, semua orang ini tahu beberapa teori musik, tetapi pengaruh dari nyanyian mereka berbeda-beda. Ada orang-orang yang mampu mencari-cari dan menemukan jalan dalam bernyanyi. Mereka mendengarkan berbagai lagu, berbagai melodi, dan berbagai gaya bernyanyi dari beragam orang, serta mendengarkan teknik bernyanyi yang seperti apa yang menyentuh dan enak didengar. Mereka menemukan perasaan tertentu dari proses ini dan kemudian terus mengeksplorasi dan berlatih berdasarkan perasaan itu. Setelah beberapa waktu, mereka merasa bahwa nyanyian mereka telah meningkat, dan orang lain bersedia mendengarkannya. Secara bertahap, mereka membandingkannya dengan teori dan memastikan bahwa jalan penerapan ini benar. Mereka mampu menemukan jalan penerapan untuk mengubah cara bernyanyi mereka dan memperbaiki metode bernyanyi mereka yang sebelumnya salah. Selanjutnya, mereka kemudian mampu menerapkan unsur-unsur yang baik, benar, dan positif yang telah mereka latih ke dalam nyanyian mereka sendiri. Mereka mampu memahami cara bernyanyi yang benar dan yang salah, serta cara bernyanyi yang menimbulkan perasaan baik dan yang menimbulkan perasaan buruk. Seperti inilah memiliki kualitas yang baik itu. Jika mereka hanya memiliki pengetahuan teoretis, tetapi tidak mampu mengintegrasikan teori tersebut ke dalam nyanyian mereka yang sesungguhnya, dan pemahaman mereka menyimpang, itu berarti kualitas mereka tidak baik. Lihatlah beberapa orang yang bernyanyi—ketika orang lain menunjukkan bahwa mereka sedang menggunakan suara yang dipaksakan, mereka dapat menerimanya, dan memperbaikinya setelah satu atau dua tahun berlatih. Meskipun mereka belum terlalu mahir bernyanyi, mereka sudah bernyanyi dengan nada dan suara asli mereka. Sebaliknya, ada orang-orang yang bernyanyi dengan suara yang dipaksakan, dan ini terdengar jelas bagi siapa pun, tetapi mereka tetap mengira bahwa mereka sedang bernyanyi dengan suara asli, nada dan suara mereka yang murni, tanpa mampu mengenali perbedaannya. Ini menunjukkan tidak adanya kualitas dan tidak adanya kepekaan, tidak mampu untuk memahami sesuatu. Inilah perbedaan antara kualitas dan kelebihan. Jika engkau berbakat menyanyi, itu adalah kelebihanmu; itu adalah kondisi bawaan. Namun, mampu atau tidaknya engkau bernyanyi dengan baik dan memahami esensi, prinsip, dan hal-hal penting dalam bidang ini, profesi ini, itu adalah masalah kualitas. Jika engkau mampu memahami esensi, hal-hal yang esensial, dan prinsip-prinsipnya, itu berarti engkau dapat menjadi seorang penyanyi, seorang vokalis ulung. Jika engkau suka bernyanyi, mempelajarinya dengan cepat, dan menguasai melodi, irama, dan tinggi rendah nada dengan tepat, ini hanya dapat disebut kelebihan bawaan dan mahir dalam keterampilan profesional khusus ini. Namun, karena kualitasmu yang sangat rata-rata dan terbatas, engkau akan selalu berada dalam batasan sekadar mahir dalam hal tersebut. Engkau tidak akan mampu mencapai tingkat menguasai hal-hal yang esensial dan engkau tidak akan mampu benar-benar menjadi penyanyi sejati dan vokalis ulung. Inilah batasan yang ditentukan oleh kualitasmu. Orang yang kualitasnya baik memiliki potensi dan ruang untuk berkembang, sementara mereka yang berkualitas rata-rata atau buruk tidak memiliki potensi atau ruang untuk berkembang. Jadi, apa pun bidang kelebihanmu, jika kualitasmu buruk, engkau pasti akan dibatasi oleh kualitasmu. Sebesar apa pun bakatmu dalam bidang tertentu, sekalipun engkau sangat menyukainya, atau sebesar apa pun minatmu, engkau tidak akan memiliki potensi untuk berkembang karena kualitasmu buruk, karena engkau tidak dapat melampaui kualitasmu. Apakah engkau mengerti? (Ya.) Kini setelah Aku mengatakan ini, apakah engkau semua akan kehilangan kepercayaan diri dalam bernyanyi? Aku hanya membahas masalah yang ada menggunakan salah satu kelebihan engkau semua sebagai contoh untuk mempersekutukan perbedaan antara kualitas dan kelebihan. Namun, rumah Tuhan tidak mengharuskan engkau semua untuk menjadi vokalis ulung yang sebenarnya, untuk bernyanyi dengan tingkat presisi yang tinggi, untuk mengembangkan gaya bernyanyi tertentu, atau untuk mencapai kesuksesan besar dalam bernyanyi. Hal-hal ini tidak diharuskan. Manfaatkan saja kualitas dan kelebihanmu yang ada—itu sudah cukup. Selama ada ungkapan perasaan yang sungguh-sungguh dan ketulusan, itu sudah cukup. Jadi, jangan berkecil hati atau menyerah hanya karena Akuu mengatakan bahwa beberapa orang di antara engkau semua kualitasnya buruk atau sangat rata-rata dan ruang untuk berkembangnya kecil. Itu tidak perlu. Apakah engkau semua akan merasa berkecil hati? (Tidak.) Engkau harus memandang hal ini dengan benar. Jika Aku tidak menggunakan situasi engkau semua sebagai contoh, engkau semua mungkin tidak akan memahaminya, mungkin tidak memiliki pemahaman yang menyeluruh, dan apa pun yang Kukatakan, engkau semua tidak akan menyimpannya di dalam hati. Untuk membantu engkau semua memahami secara menyeluruh, Aku harus memberikan beberapa contoh agar semua orang dapat lebih memahaminya. Dengan demikian, pemahaman engkau semua tentang perbedaan antara kualitas dan kelebihan juga akan menjadi lebih akurat. Apakah engkau semua keberatan dengan cara bersekutu seperti ini? (Tidak, kami tidak keberatan.) Bagus jika engkau tidak keberatan. Pandanglah hal ini dengan benar. Terapkan sebagaimana mestinya. Mencurahkan hatimu pada hal ini dan menerapkan menuju tujuan dan arah yang baik akan selalu lebih baik daripada tidak membuat kemajuan atau terjebak dalam cara-cara lamamu. Meskipun kualitasmu terbatas atau buruk, engkau tetap perlu berusaha menerapkan dan berjuang untuk mencapai hasil yang maksimal dalam lingkup kualitasmu yang terbatas. Kita harus mencurahkan segenap hati dan upaya kita, melaksanakan tugas ini dan melakukan pekerjaan ini dengan sikap yang bertanggung jawab dan setia. Inilah prinsip penerapan yang harus kauikuti. Engkau tidak boleh menjadi negatif atau menyerah hanya karena kelebihanmu tidak berpotensi untuk berkembang dan engkau tidak akan mampu menjadi pusat perhatian di kemudian hari. Itu tidak dapat diterima, dan itu jelas bukan prinsip kebenaran yang harus kauikuti dalam memperlakukan hal ini. Apakah engkau mengerti? (Ya.)
Dalam masing-masing dari ketiga area ini—kondisi bawaan, kemanusiaan, dan watak yang rusak—ada banyak detail spesifik yang perlu dipahami. Apakah kita perlu mempersekutukan hal-hal ini? (Ya.) Mengenai banyak aspek, orang hanya memiliki pemahaman yang dangkal dan tidak mampu menjelaskannya dengan gamblang. Mereka mungkin memiliki beberapa kelebihan dan kemudian mengira bahwa mereka berkarakter mulia, meyakini bahwa diri mereka terhormat dan bebas dari watak yang rusak, memiliki kemanusiaan yang baik dan berkualitas tinggi. Semua ini berasal dari ketidakmampuan orang untuk memahami berbagai masalah ini dengan jelas. Makin isu-isu semacam ini berkaitan dengan perincian, makin banyak hal yang perlu dipersekutukan; hal ini tidak dapat dibahas hanya dalam satu atau dua sesi, tetapi membutuhkan beberapa kali persekutuan. Baiklah, kita akan akhiri persekutuan hari ini. Sampai jumpa!
14 Oktober 2023