Cara Mengejar Kebenaran (17)
Terakhir kali, kita bersekutu tentang perwujudan dan ciri orang yang bereinkarnasi dari manusia—yaitu, mereka memiliki hati nurani dan nalar, dan mereka mampu membedakan yang benar dan yang salah serta mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Hari ini, kita akan lanjutkan dengan mempersekutukan topik dari yang sebelumnya. Sebelum itu, biar Kuceritakan sebuah kisah kepadamu. Beberapa tahun yang lalu, Aku mendengar tentang sesuatu yang terjadi. Seorang wanita muda yang cantik sedang mengikuti audisi, dan seseorang dengan santai berkomentar, "Kakimu cukup besar!" Wanita muda ini berpikir, "Kaukatakan kakiku besar, bukankah kau hanya ingin mengatakan aku gemuk? Apakah aku akan terlihat bagus di depan kamera jika aku gemuk? Bukankah itu memalukan?" Jadi, dia mulai merenungkan bagaimana cara mengecilkan kakinya, agar dia akan terlihat langsing dan cantik di depan kamera. Untuk mencapai tujuan ini, dia berusaha keras mencari berbagai macam informasi dan mencoba berbagai metode penurunan berat badan, seperti dengan hanya mengonsumsi makanan diet alih-alih makanan berat, atau hanya mengonsumsi buah dan sayur setiap hari—singkatnya, dia mengonsumsi apa pun yang dapat membantu menurunkan berat badan. Dia mendengar bahwa minum kopi adalah cara yang cepat dan efektif untuk menurunkan berat badan, jadi terkadang dia hanya minum kopi. Ada orang yang berkata bahwa mengurangi waktu tidur membantu menurunkan berat badan dengan cepat, jadi dia hanya tidur dua atau tiga jam sehari. Setelah banyak berjuang dan berusaha, dia benar-benar melihat hasilnya. Berat badannya turun, tubuhnya menjadi langsing, dan kakinya menjadi kurus. Dia terlihat enak dipandang mata dan cantik, tetapi secara fisik, dia mulai mengalami beberapa reaksi buruk. Reaksi buruk seperti apa? Dia sering merasa pusing dan kepalanya terasa berat, dan sepanjang hari kepalanya selalu pening saat melaksanakan tugas. Dia selalu limbung saat berdiri, dan sekujur tubuhnya terasa lemas saat duduk. Dia tak mampu untuk tetap terjaga dari pagi hingga malam, dan tubuhnya terasa sangat menderita. Apakah kebanyakan orang penasaran dengan situasi terkini wanita muda ini, dan apakah dia masih hidup dan sehat? Apakah engkau semua ingin mendengar tentang pengalaman dan pemikirannya tentang menurunkan berat badan? (Tidak.) Saat hidup di dunia ini, orang tidak tahu bagaimana cara hidup dengan benar dan teratur, bagaimana cara memperlakukan berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang mereka temui. Ketika mendengar suatu pernyataan atau mengalami suatu peristiwa, mereka tidak tahu bagaimana cara memperlakukan hal itu dengan tepat dan bagaimana dapat melindungi diri dari bahaya agar mereka hidup dengan cara yang benar dan bermartabat. Bukan hanya orang-orang tidak percaya, kebanyakan orang percaya pun tidak mengetahui hal-hal ini. Ketika dihadapkan dengan informasi dan berita, serta berbagai pemikiran, sudut pandang, ajaran sesat, dan kekeliruan dari dunia luar, orang benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk membedakan semua itu dan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menangkalnya. Tentu saja, mereka juga tidak memiliki pemikiran dan sudut pandang yang benar, apalagi cara yang benar untuk memperlakukan hal-hal tersebut dari perspektif yang positif. Oleh karena itu, orang hidup dengan sangat menyedihkan. Ambil contoh wanita muda yang baru saja Kusebutkan. Katakan kepada-Ku, apakah hidupnya melelahkan? Apakah hidupnya menyedihkan? (Menyedihkan.) Mengapa menyedihkan? Di mana letak kesalahannya dalam bertindak seperti ini? Bukankah semua orang mengejar kecantikan dan kehidupan yang enak dipandang mata? Salahkah jika ingin orang lain menganggapmu menyenangkan, dan ingin dipuji serta dihargai saat bertemu mereka? Bagaimana pandanganmu mengenai hal ini? (Apa yang dia lakukan demi kecantikan lahiriah dan demi dipuji membahayakan tubuhnya sendiri. Karena dia tidak mengikuti hukum yang ditetapkan oleh Tuhan, itu pada akhirnya menyebabkan gangguan pada seluruh fungsi tubuhnya. Kepalanya yang terasa pusing dan berat adalah akibat yang dia timbulkan pada dirinya sendiri. Menurutku orang ini bingung.) Benarkah demikian? (Ya.) Orang dilahirkan dengan memiliki sedikit kecerdasan, kepintaran, dan pemikiran manusiawi mereka sendiri. Kemudian mereka memperoleh beberapa pengetahuan, memperoleh beberapa keterampilan, dan belajar sedikit tentang bagaimana agar terlihat seperti orang yang baik. Apakah hal-hal ini cukup untuk menghadapi berbagai pemikiran, sudut pandang, ajaran sesat, dan kekeliruan, serta berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal yang berasal dari dunia luar? Dapatkah hal-hal ini memungkinkanmu untuk menghadapi hal-hal ini dengan benar? (Tidak.) Sama sekali tidak. Seperti inilah menyedihkan dan tragisnya orang ketika mereka tidak memahami kebenaran; inilah yang pada akhirnya menimbulkan banyak akibat yang mengerikan. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengenali ajaran sesat dan kekeliruan atau pemikiran dan sudut pandang dari dunia luar, mereka juga tidak memiliki pemikiran dan sudut pandang yang benar mengenai orang, peristiwa, dan hal-hal yang mereka temui. Ketika sesuatu menimpa mereka, mereka menjadi bingung dan kebodohan mereka terlihat dengan sendirinya dalam banyak cara. Ketika tidak ada hal yang menimpa mereka, mereka tampak memahami beberapa doktrin dan memiliki sedikit keserupaan dengan manusia, tetapi ketika sesuatu menimpa mereka, mereka menjadi berbeda—pemikiran dan sudut pandang yang menyimpang, buruk, dan tak masuk akal di dalam hati mereka pun terlihat. Dalam hal yang benar-benar berkaitan dengan cara mereka berperilaku, bertahan hidup, atau bahkan dalam hal pemikiran atau sudut pandang tertentu dalam hidup, orang sangatlah bodoh dan bebal, dan sikap serta sudut pandang mereka sangatlah tak masuk akal. Jadi, banyak orang yang telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, telah bertahun-tahun mendengarkan khotbah, dan juga sedang melaksanakan tugas, dan mereka tidak pernah dengan sengaja melakukan sesuatu yang menyebabkan kekacauan atau gangguan, juga tidak pernah dengan sengaja mengucapkan perkataan yang menentang atau menghujat Tuhan—di luarnya, tidak ada kesalahan dalam diri mereka, tetapi ketika dihadapkan dengan berbagai pemikiran dan sudut pandang yang keliru dari dunia luar, terutama yang cukup populer, di lubuk hatinya, mereka tidak merasa jijik, juga tidak menentang atau menolaknya, melainkan justru merasa senang dan menyetujuinya, dan begitu lingkungan atau kesempatan yang cocok muncul, mereka tanpa sadar akan menerima hal-hal ini dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri. Bukankah wanita muda yang disebutkan sebelumnya merupakan contoh yang sangat jelas? (Ya.) Apakah ini adalah cara mengikuti tren yang jahat? (Ya.) Dia tidak hanya mengikuti tren tersebut—dia menerapkannya dengan sangat menyeluruh. Bukankah dunia saat ini menganjurkan orang untuk menjadi seksi, menawan, langsing, dan memiliki tubuh yang anggun? Ide-ide ini populer di semua industri, di semua kelompok orang, dan bahkan di antara orang-orang percaya. Ada beberapa wanita lanjut usia yang percaya kepada Tuhan, dan meskipun sudah berusia rata-rata di atas 60 tahun, mereka masih bersaing satu sama lain tentang siapa yang terlihat lebih baik. Mereka menanyai seorang gadis muda di sebelah mereka, "Menurutmu, siapa di antara kami yang terlihat paling cantik dalam gaun ini?" Gadis itu menjawab, "Kalian semua, para gadis, terlihat cantik dalam gaun ini!" Meskipun mereka sudah berusia enam puluhan, mereka harus disebut "para gadis"; mereka tidak mau dan tidak senang disebut "para wanita". Di belakang mereka, gadis itu memberi tahu orang-orang, "Mereka sudah berusia lebih dari enam puluh; masih bisa seberapa cantik penampilan mereka?" Namun, kelompok wanita tua ini tetap menikmati hal ini. Apakah mereka memiliki rasa malu? (Tidak.) Mereka sudah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, tetapi masih berfokus pada hal-hal tersebut. Bukankah kemanusiaan mereka abnormal? Ketika orang tidak memiliki hati nurani dan nalar, mereka mampu melakukan banyak hal yang tak masuk akal, banyak hal yang orang anggap rendah dan tercela, serta banyak hal yang memperlihatkan karakter mereka yang hina. Mengapa banyak orang tidak memiliki kemampuan untuk mengenali berbagai hal dalam tren-tren jahat, dan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menangkalnya, sehingga mengakibatkan mereka disesatkan dan dihanyutkan oleh semua itu? Itu karena mereka tidak mengejar kebenaran dan bahkan tidak memahami sedikit pun kebenaran. Apa pun yang menimpa mereka, mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal itu, dan begitu menghadapi pencobaan, mereka pun tersingkap dan terjerumus ke dalamnya. Lihatlah apa yang diajarkan dan apa yang populer di semua lapisan masyarakat sekarang ini. Seorang reporter radio mewawancarai seorang anak laki-laki dan bertanya kepadanya, "Apa lagu anak-anak kesukaanmu?" Anak laki-laki itu menggaruk kepalanya dan berkata, "Lagu 'Bulan Mewakili Hatiku.'" Orang-orang yang mendengar jawabannya tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis. Mengapa mereka tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis? Apakah ini lagu anak-anak? (Bukan, itu adalah lagu cinta.) Itu adalah lagu cinta, tetapi anak itu secara keliru mengira bahwa itu adalah lagu anak-anak. Dari kejadian ini, kita dapat melihat apa yang sedang populer di tengah masyarakat. Ini adalah salah satu fenomena tren jahat di tengah masyarakat, dan baik orang tua maupun anak-anak sangat dirugikan oleh tren-tren ini dan sangat terjerumus di dalamnya. Di antara mereka yang mengikuti Tuhan, secara mengejutkan terdapat cukup banyak orang yang mengikuti tren-tren ini, dan juga menerapkan pemikiran yang dianjurkan oleh tren-tren ini pada diri mereka sendiri. Apa yang terjadi pada akhirnya? Apakah itu membuahkan hasil yang baik atau buruk? (Buruk.) Itu membuahkan hasil yang buruk—inilah hasil dari mengikuti tren-tren yang jahat. Orang menjadi terjerumus dalam hasrat seksual daging mereka, dalam berbagai perasaan daging, dalam pesta pora, serta bersenang-senang, dan dalam hidup dengan menikmati kemabukan. Mereka tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang yang benar, dan tidak memiliki sikap yang benar tentang cara bertahan hidup seperti apa yang harus digunakan dalam menghadapi hidup. Mereka hidup dalam keadaan ini tanpa kesadaran apa pun dan tidak berdaya untuk menentangnya. Pada akhirnya, mereka hanya dapat tenggelam makin dalam, tak mampu melepaskan diri. Apa hasil akhirnya? Mereka sepenuhnya ditelan oleh Iblis, menjadi santapannya.
Bagi setiap orang yang hidup di antara umat manusia, jika engkau tidak tahu cara membedakan mana hal yang positif dan mana hal yang negatif, maka di dunia yang kacau ini, di dunia manusia yang kompleks ini, akan sangat sulit bagimu untuk berpegang teguh pada pemikiran dan sudut pandang hidup yang benar, dan sangat sulit untuk berpegang teguh pada jalan hidup yang benar yang kaudambakan; engkau tidak akan pernah tahu kapan engkau akan tanpa sadar terseret oleh tren-tren jahat setelah mendengar perkataan tertentu atau menghadapi peristiwa tertentu. Jika orang tidak memiliki kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, mereka bahkan tidak mampu mengelola kehidupan mereka sendiri dengan baik, dan terlebih lagi, tidak mampu mengelola berbagai masalah besar tentang yang benar dan yang salah yang ditemui dalam perjalanan bertahan hidup, yang jauh lebih sulit bagi mereka untuk menghadapinya. Jika orang tidak memahami apa yang merupakan hal positif dan apa yang merupakan hal negatif, mereka tidak akan tahu bagaimana mengelola kehidupan mereka dan tidak akan memiliki cara hidup yang benar. Jika mereka melihat berbagai macam informasi tentang cara hidup sehat, mereka tidak akan tahu bagaimana membedakannya atau mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak, bagaimana menyerap pernyataan yang benar dan positif, atau bagaimana menolak pernyataan yang salah. Bahkan dapat dikatakan bahwa orang-orang semacam itu bahkan tidak mampu menjaga kesehatan tubuh mereka sendiri. Ada yang melakukan tindakan ekstrem tertentu lalu berubah ke tindakan ekstrem lainnya, sementara yang lain terus-menerus hidup dalam satu tindakan ekstrem tertentu. Misalnya, beberapa orang mendengar: "Makan banyak buah itu sehat. Buah dapat menyediakan vitamin, dan membuat kulitmu menjadi terhidrasi dan halus, membuatmu dicintai oleh semua orang." Jadi, mereka memercayainya dan mulai memakan semua buah yang dapat mereka temukan, mengadopsi kebiasaan makan yang tidak normal. Tak lama kemudian, mereka terus-menerus merasa tidak enak badan, dan pemeriksaan di rumah sakit menyingkapkan bahwa mereka memiliki gula darah yang tinggi. Mereka bingung: "Aku biasanya makan dengan cukup sehat, jadi mengapa gula darahku tinggi? Orang-orang berkata makan banyak buah berarti mengonsumsi vitamin, jadi bagaimana mungkin aku salah dengan mengikuti pernyataan ini dan makan banyak buah?" Dokter berkata, "Buah memang mengandung vitamin, tetapi kadar gulanya tinggi. Buah tidak dapat menggantikan makanan pokok dan tidak boleh dimakan sebagai makanan lengkap. Kau boleh makan buah dengan tidak berlebihan atau secukupnya saja. Sekalipun kau tidak memakannya sama sekali, kau tidak akan kekurangan nutrisi apa pun, karena biji-bijian dan sayuran sudah mengandung semua nutrisi ini." Pernyataan dokter itu tepat. Bukankah ini menunjukkan bahwa gaya hidup mereka bermasalah? (Ya.) Justru kesalahan seperti inilah yang beberapa orang lakukan. Apakah menurutmu orang sudah seharusnya melakukan kesalahan seperti ini? (Tidak.) Ada orang yang berkata, "Aku tidak mengeluh tentang Tuhan, meskipun gula darahku tinggi." Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan ini? Bukankah pernyataan ini tidak bernalar? Apakah gula darahmu yang tinggi itu ada hubungannya dengan Tuhan? Bukankah ini adalah sesuatu yang kautimpakan pada dirimu sendiri? Engkau makan dengan sembarangan dan tidak berprinsip. Kaupikir buah rasanya enak sehingga engkau tidak bisa berhenti memakannya, atau engkau merasa daging rasanya enak sehingga engkau tidak makan sayuran apa pun, yang menunjukkan tidak adanya pengendalian diri sama sekali, dan akibatnya, engkau mulai terserang penyakit. Bukankah ini perbuatanmu sendiri? Apakah menurutmu dengan tidak mengeluh tentang Tuhan, engkau tampak mulia, bahwa engkau mengasihi Tuhan, bahwa engkau murni? Sebenarnya, beberapa penyakit adalah perbuatanmu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan, dan itu disebabkan oleh kebodohan dan ketidaktahuanmu sendiri. Ada juga orang yang berkata, "Telur, daging, dan produk susu itu bergizi dan dapat melengkapi asupan proteinmu. Beras dan tepung memiliki sedikit nilai gizi, jadi orang haruslah makan lebih banyak daging, telur, dan susu." Setelah mendengar perkataan ini, beberapa orang berkata, "Aku kebetulan suka makan daging. Karena daging dikatakan bergizi, aku akan memakannya lebih banyak. Orang lain makan 100 gram lebih dalam sehari, aku akan makan 200 gram lebih per porsinya, setidaknya memakannya dua kali sehari!" Mereka makan tanpa kendali seperti ini, memakannya makin banyak, mengonsumsi dua atau tiga kali lebih banyak daripada yang dikonsumsi orang lain setiap harinya, ditambah camilan larut malam. Seiring waktu, kapasitas lambung mereka mulai membesar, dan makin besar kapasitas lambung, makin besar pula nafsu makannya. Apa yang terjadi pada akhirnya? Mereka makan sampai sakit, mereka menjadi kelebihan berat badan, dan mereka selalu mengantuk serta merasa pening. Mereka tak punya pilihan selain pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, dan hasilnya menunjukkan mereka mengidap tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan lipid darah tinggi. Mereka merenung, "Bukankah itu hanya karena aku makan sedikit lebih banyak daging setiap hari? Bukankah mereka berkata makan lebih banyak daging baik untuk tubuh dan akan mencegah malnutrisi? Jadi, apa salahku? Mengapa tekanan darahku tinggi? Tubuhku yang tua ini susah sekali dirawat! Aku bahkan tidak boleh makan daging sedikit lebih banyak!" Engkau makan daging 200 gram lebih setiap kali makan—apakah itu benar-benar hanya sedikit lebih banyak? Engkau terbiasa banyak duduk dan tidak berolahraga, tetapi makan begitu banyak. Pada akhirnya, engkau mengalami masalah kesehatan, dan di dalam hatimu, engkau mulai merasa tidak nyaman. Mereka bahkan berpikir, "Ini berarti Tuhan sedang memurnikanku. Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja seiring waktu. Aku tidak akan mengeluh tentang Tuhan!" Apa hakmu mengeluh tentang Tuhan? Apakah penyakitmu adalah cara Tuhan untuk memurnikanmu, atau itu adalah akibat dari perbuatanmu sendiri? Engkau menjadi gemuk dan sakit karena makan daging dan berpikir ini adalah cara Tuhan memurnikanmu, dan bahwa Tuhan sedang menguji imanmu. Akankah Tuhan memurnikanmu dengan cara ini? (Tidak.) Jadi, disebabkan oleh apakah hasil seperti ini? (Itu disebabkan oleh kebodohan manusia.) Orang itu sendiri tidak memiliki kemampuan untuk membedakan, tidak tahu cara mengelola kehidupan mereka sendiri, tidak memahami apa yang positif dan apa yang negatif, tidak tahu bagaimana memperlakukan kehidupan jasmani mereka dengan benar, tidak tahu bagaimana mematuhi hukum kelangsungan hidup yang telah Tuhan tetapkan bagi manusia, dan tidak tahu bagaimana mengikuti hukum berbagai kondisi fisik bawaan. Mereka selalu melakukan penerapan yang bodoh dan tak masuk akal, selalu penuh dengan gagasan dan imajinasi tentang Tuhan, dan tidak kekurangan dalam keinginan yang berlebihan. Apa yang terjadi pada akhirnya? Mereka selalu mengambil jalan memutar, selalu melakukan kesalahan, dan terus-menerus salah memahami Tuhan. Bukankah ini hal yang sangat menyusahkan? (Ya.)
Selama hidup dalam daging dan di dunia materiel ini, orang akan bersentuhan dengan banyak informasi, banyak pemikiran dan sudut pandang, serta banyak orang, peristiwa, dan hal-hal yang berbeda. Jika mereka tidak tahu bagaimana membedakan apakah berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal itu positif atau negatif, tidak tahu cara memilih apa yang harus diterima dan apa yang harus ditolak, tidak tahu bagaimana berpegang teguh pada hal-hal positif dan tidak tahu mengapa hal-hal itu benar, serta tidak tahu bagaimana menolak hal-hal negatif—apalagi menyadari kualitas negatif dari hal-hal ini—bukankah hidup dengan cara seperti ini sangat berbahaya? (Ya.) Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa setiap saat mereka berisiko kehilangan nyawa. Orang bahkan tidak mampu mengelola kehidupan jasmani dan kesehatan mereka sendiri dengan baik, hal-hal sederhana semacam itu; mereka membutuhkan orang lain untuk mengkhawatirkan mereka, mereka membutuhkan Tuhan untuk melindungi dan mengawasi mereka, karena jika tidak, mereka akan terus melakukan kesalahan, entah terlalu condong ke satu arah atau terlalu condong ke arah lainnya. Ada beberapa wanita yang, setelah menerima berbagai ide dari tren-tren jahat di masyarakat, memeras otak mencari cara untuk mempercantik diri, tanpa memedulikan akibatnya. Ada yang dengan sembarangan mengonsumsi obat tradisional Tiongkok, dengan sembarangan mengonsumsi obat-obatan Barat, dengan sembarangan mengonsumsi berbagai tonik, dan dengan sembarangan mengonsumsi makanan tertentu. Akibatnya, mereka mengalami masalah perut, menghabiskan hari-hari mereka dengan mengeluh dan terlihat sakit-sakitan serta lemah. Mereka tidak hanya gagal mempercantik diri, tetapi bahkan menjadi terlihat menjijikkan. Ada orang-orang yang memiliki kulit cukup bagus tetapi masih tidak merasa puas, dan bersikeras mengolesi kulit mereka dengan segala macam kosmetik. Pada suatu titik, mereka menggunakan kosmetik berkualitas rendah dan akhirnya menjadi cacat, wajah mereka dipenuhi noda dan warna yang tidak merata, menjadi terlihat mengerikan. Ada yang menjalani perawatan kecantikan sekaligus operasi plastik—ada yang berusaha memancungkan hidung yang tidak saja gagal, tetapi justru membuat bentuknya menjadi cacat, dan ada yang melakukan filler dagu dengan hasil yang tidak memuaskan, sehingga mereka terlihat konyol setiap kali tersenyum atau menguap, membuat mereka takut untuk melakukannya—sungguh menyedihkan, sungguh cara hidup yang melelahkan! Bukankah melakukan hal ini justru menyusahkan diri mereka sendiri? Ada para wanita yang, karena tidak puas dengan tinggi badan mereka, melakukan operasi dengan mematahkan tulang betis mereka, lalu menyambungkannya kembali untuk memanjangkan pergelangan kaki mereka, tetapi prosedurnya salah, sehingga kaki mereka yang tadinya sempurna menjadi lumpuh. Bukankah itu tragis? (Ya.) Berbagai macam akibat buruk telah terjadi—orang-orang semacam itu tidak pernah memperoleh hasil yang baik. Semua pemikiran atau pandangan yang dianjurkan oleh tren-tren jahat adalah keliru dan jahat, semua itu benar-benar sangat berbahaya. Makanan lezat dan tindakan kecantikan yang mereka anjurkan tidak benar-benar baik; semua itu jahat, dan akhirnya merugikan dan menjebak orang. Para wanita bodoh ini bersedia menanggung kerugian ini, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk menangkal pemikiran dan pandangan yang jahat ini. Mereka makan apa pun yang diperintahkan dan melakukan apa pun yang diperintahkan, tanpa membedakan sedikit pun, hanya mengikuti secara membabi buta. Betapa patuhnya mereka! Apa yang akhirnya terjadi? Hampir tidak ada di antara mereka yang memperoleh hasil yang baik. Jika mereka tidak menyadari kesalahan mereka di tengah perjalanan, lalu berbalik tepat pada waktunya untuk mengurangi kerugian mereka, jika mereka terus mengikuti tren-tren jahat ini serta menerima pemikiran dan pandangan yang jahat ini, pada akhirnya mereka akan menjadi makin merosot, makin tidak mampu membedakan yang baik dan yang buruk, serta makin menjadi serupa dengan setan dalam penampilan mereka, tanpa keserupaan dengan manusia. Dapat dikatakan bahwa sembilan puluh sembilan persen orang tidak memiliki kemampuan untuk membedakan hal yang positif dan hal yang negatif, serta bersedia menerima tren-tren yang jahat. Lihatlah apa yang dikatakan para wanita ketika mereka berbelanja pakaian bersama. Seseorang berkata, "Pakaian ini tidak cocok untukmu; ini tidak membuat wajahmu terlihat cerah atau tidak memamerkan bentuk badanmu. Ini tidak akan menarik perhatian. Menurutku yang itu terlihat seksi dan akan menarik perhatian orang!" Yang lain berkata, "Yang ini tidak memikat. Kau perlu sedikit memperlihatkan kemolekan tubuhmu, kau harus terlihat seksi dan enak dipandang—hanya itu yang akan memikat. Jika kau selalu rapi dan sopan, tak seorang pun akan menyukaimu." Ada para ibu yang bahkan bersikeras bahwa putri mereka harus menjadi aktris. Putri mereka berkata, "Industri hiburan itu sangat kacau! Aku tidak mau menjadi aktris." Ibunya kemudian memarahinya: "Apakah kau tidak punya ambisi? Dengan tinggi badan, penampilan, dan kulitmu, kau memiliki kondisi alami yang luar biasa! Jika kau tidak menghasilkan uang sebagai aktris, bagaimana kita bisa makan? Asalkan kau bisa terkenal dan menghasilkan uang, tidak masalah meniduri siapa pun. Jika tidak kaulakukan, berarti kau telah menyia-nyiakan kecantikanmu! Kami membesarkanmu sampai usia ini, dan aku serta ayahmu telah menunggu untuk menikmati kesuksesanmu! Jika yang sesedikit itu pun tidak dapat kauberikan kepada kami, untuk apa kami melahirkanmu?" Apakah hal yang benar bagi orang tua untuk mendidik anak mereka dengan cara seperti ini? (Tidak.) Apa hasilnya mendidik anak dengan cara seperti ini? (Anak-anak itu dirugikan.) Suatu hari, ketika anak tersebut mulai memahami berbagai hal, dan telah melalui begitu banyak penderitaan dan rasa sakit, mereka pasti akan membenci dan menyalahkan ibu mereka, dengan berkata: "Ini semua salahmu! Kau tidak membimbingku di jalan yang benar! Sudah kukatakan aku tidak mau menjadi aktris, tetapi kau bersikeras. Lihat aku sekarang—usiaku sudah hampir empat puluh, aku masih belum bisa menemukan suami, dan tak seorang pun menginginkan diriku. Mereka yang mengejarku hanya bermain-main dan tak pernah berniat menikahiku. Bukankah seluruh hidupku telah hancur?" Anak-anak sangat menderita, dan orang tua adalah pelakunya dan akar masalahnya. Mereka telah mendatangkan kerugian pada anak-anak mereka.
Jika orang-orang yang percaya kepada Tuhan sama seperti orang-orang tidak percaya dalam ketidakmampuan mereka untuk melepaskan diri dari tren-tren jahat, ini menunjukkan suatu masalah. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengenali tren jahat apa pun, pernyataan jahat dan negatif apa pun, atau berbagai penerapan yang orang lakukan, apa pun itu, dan engkau bahkan mengikutinya dan secara sadar mencobanya sendiri, maka di mata Tuhan, semua ini adalah tanda betapa memalukannya dirimu. Apa yang akan Tuhan katakan? Dia akan mengatakan bahwa sebagai manusia, engkau tidak memiliki kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, engkau tidak memiliki kenyataan menerima hal-hal positif, dan terlebih lagi, engkau tidak melakukan tindakan dan penerapan yang menolak hal-hal negatif. Dia akan mengatakan bahwa engkau bukan manusia, dan bahwa engkau tidak memenuhi kondisi dasar memiliki hati nurani dan nalar manusia. Dia akan mengatakan bahwa engkau bukan manusia, dan bahwa kerajaan tidak akan menerimamu. Jika engkau bukan manusia, mustahil bagimu untuk menerima kebenaran, karena di dalam hatimu, apa yang secara subjektif bersedia kauterima adalah semua hal jahat dari Iblis, dan hatimu sepenuhnya menentang, melawan, dan menolak hal-hal positif; engkau tidak pernah memiliki sikap yang menerima terhadap hal-hal tersebut. Oleh karena itu, Tuhan berkata bahwa engkau bukanlah manusia, bahwa engkau tidak memiliki kemanusiaan. Tuhan tidak menginginkan orang yang tidak memiliki kemanusiaan. Jangan berpikir, "Jika Tuhan tidak menerimaku, aku hanya akan menderita sedikit lebih banyak dan membayar harga sedikit lebih banyak agar dapat menggerakkan Tuhan, dan mengubah sikap-Nya terhadapku." Yang Tuhan inginkan bukanlah cara tertentu untuk melakukan sesuatu; yang Tuhan inginkan adalah bahwa di lubuk hatimu, engkau memiliki sikap yang menerima kebenaran, memiliki kenyataan menerima kebenaran dan memiliki bukti menerapkan kebenaran. Engkau harus menjadi orang yang benar-benar memiliki kemanusiaan—kemanusiaan ini bukanlah sesuatu yang dibuat-buat. Jika engkau benar-benar memiliki beberapa tanda kemanusiaan yang normal, yaitu, jika engkau memiliki banyak perwujudan membedakan yang benar dan yang salah, jika fakta menunjukkan bahwa engkau mencintai hal-hal positif, dan jika ada contoh-contoh di mana engkau telah menerima hal-hal positif dan menolak hal-hal negatif, dan dapat dilihat bahwa engkau memiliki perwujudan menghidupi kebenaran, maka Tuhan akan berkata bahwa engkau memiliki kemanusiaan dan menyebutmu manusia. Jika engkau berkata, "Aku juga memiliki kemanusiaan, aku mampu membedakan hal yang positif dan hal yang negatif," tetapi engkau tidak memiliki perwujudan menjalani kenyataan kebenaran, dan perkataanmu tidak didukung oleh bukti, ini berarti masalah. Secara doktrinal, engkau mengakui bahwa, "Yang Tuhan firmankan dan lakukan semuanya adalah hal positif dan kebenaran, dan yang Iblis katakan dan lakukan semuanya adalah jahat, semuanya adalah hal negatif; semua yang berasal dari Tuhan adalah hal positif, semua yang berasal dari Iblis adalah hal negatif, dan semua yang berasal dari orang-orang di tengah masyarakat adalah hal-hal yang jahat dan negatif"—itu berarti, secara doktrinal, engkau berbicara dengan benar, tanpa masalah apa pun, dan tidak ada kesalahan yang dapat ditemukan dalam apa yang kaukatakan—tetapi ketika engkau dihadapkan pada situasi nyata, engkau tidak pernah menerima hal-hal positif, tidak pernah berpegang teguh pada hal-hal positif, dan tidak mematuhi aturan dan hukum hal-hal positif. Ini membuktikan bahwa engkau adalah orang yang tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah. Di dalam hatinya, orang-orang sendiri tahu apakah mereka memiliki perwujudan ini atau tidak. Ketika engkau mendengar pemikiran atau sudut pandang yang jahat dan negatif, atau mendengar informasi tentang suatu tren jahat, bagaimana sikapmu? Apa pemikiran dan sudut pandangmu? Apa kecenderunganmu? Apakah engkau setuju atau merasa jijik mendengarnya? Apakah engkau berencana untuk menyimpannya dalam hatimu dan menggunakannya bila perlu, atau engkau merasa muak terhadapnya dan mengutuknya di dalam hatimu, sama sekali tidak mau menerimanya? Di dalam hatimu, engkau seharusnya tahu persis seperti apa sikapmu. Jika orang berkata bahwa mereka tidak tahu, apakah mereka punya hati? Orang yang bahkan tidak mengetahui sikapnya sendiri—apakah mereka adalah orang yang normal? Jika di dalam hatimu, engkau tahu bahwa engkau tidak baik, dan engkau tahu bahwa engkau sangat tertarik akan berbagai tren jahat dan pernyataan yang jahat, serta selalu ingin mengikuti dan berpartisipasi di dalamnya, tetapi engkau hanya merasa terdorong untuk sedikit menahan diri karena engkau dikekang oleh berbagai prinsip kebenaran dari rumah Tuhan dan kesombonganmu sendiri karena kepercayaanmu kepada Tuhan, padahal sebenarnya, di lubuk hatimu, engkau merasa jijik dan menolak hal-hal positif, maka sekalipun engkau mengaku bahwa engkau menyukai hal-hal positif dan tidak menyukai tren-tren jahat, itu bertentangan dengan perasaanmu yang sebenarnya. Berikut sebuah contoh. Ada orang-orang yang berkata, "Makan terlalu banyak daging itu tidak baik, itu tidak sehat. Engkau harus makan daging dalam porsi kecil, dan makan lebih banyak nasi, makanan berbahan dasar gandum, dan sayuran." Beberapa orang mampu menerima perkataan ini. Mereka merasa mengurangi konsumsi daging tidak bertentangan dengan keinginan mereka; itu tidak membuat mereka merasa kesal atau sangat dirugikan. Sebaliknya, mereka berpikir, "Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Setelah mengalaminya selama beberapa waktu, aku merasa ini baik bagi tubuhku. Kondisi mentalku secara keseluruhan telah membaik, dan aku lebih sehat secara fisik dibandingkan sebelumnya. Makan dengan cara ini sangat baik!" Namun, penerimaan beberapa orang bertentangan dengan keinginan mereka. Di benaknya, mereka sudah lama memutuskan: "Apanya yang tidak sehat tentang makan banyak daging? Makan lebih banyak sayuran tidak selalu membuatmu lebih sehat. Biar bagaimanapun, daging terasa lebih enak dan lebih menggugah selera! Tidak apa-apa makan sayuran jika tidak ada daging—itu lebih baik daripada kelaparan—tetapi jika ada daging, kau seharusnya banyak memakannya. Engkau semua bodoh, engkau semua berpura-pura. Akulah satu-satunya yang tidak berpura-pura. Tak seorang pun di antaramu yang setulus diriku. Aku mengatakan apa yang kupikirkan. Daging itu memang lezat!" Setiap kali makan, mereka makan sangat sedikit sayuran, tetapi cukup banyak daging. Katakan kepada-Ku, apakah di dalam hatinya, mereka menerima pernyataan yang positif? (Tidak.) Mereka tidak menerimanya, dan juga tidak mampu menerapkannya. Di dalam hatinya, mereka sangat muak akan pernyataan positif tersebut. Mereka berkata, "Bagaimana mungkin pernyataan ini positif? Mengapa aku tidak merasa itu positif? Apa baiknya pernyataan tersebut? Apa salahnya aku makan lebih banyak daging? Aku belum mati, dan tak seorang pun di antaramu yang hidup lebih baik daripadaku!" Mereka tidak menerima fakta dan tidak mengakui bahwa makan terlalu banyak daging buruk bagi kesehatan mereka. Mereka bahkan tidak dapat menerima pernyataan yang benar, jadi bagaimana mereka dapat menerima fakta? Kemungkinan besar mereka tidak akan menerimanya. Bagi orang-orang semacam itu, menerima hal-hal positif sangat bertentangan dengan keinginan mereka. Mereka merasa itu sangat menyakitkan dan sulit untuk dilakukan. Ini memperlihatkan bahwa ada masalah dengan kemanusiaan mereka, dan bahwa di dalam hatinya, mereka tidak mencintai kebenaran. Ada orang-orang yang ketika mendengar perkataan yang benar dan positif, mereka mampu menerimanya dengan mudah, berkata, "Aku benar-benar khawatir tentang hal ini dan tidak tahu bagaimana menyikapinya, aku tidak memiliki jalan penerapannya. Syukurlah, engkau memberitahuku tentang hal ini. Begitu mendengar perkataanmu, aku merasa bahwa pandangan ini benar, sudut pandang ini murni, objektif, dan nyata, serta sesuai dengan kemanusiaan." Setelah mendengarnya, mereka dapat langsung menerapkannya. Meskipun terkadang mereka mungkin bertindak sesuka hati dan semaunya, mereka akan segera kembali ke jalan yang benar. Mereka melakukan hal-hal positif tanpa perlu orang lain mengawasi atau memeriksa mereka, dan mereka tidak merasa bahwa melakukannya bertentangan dengan keinginan mereka, juga tidak membuat mereka merasa tertekan. Ini seperti domba yang menyukai makan rumput. Jika engkau memberi daging kepada domba, mereka tidak akan memakannya, tetapi jika engkau memberinya rumput, mereka akan memakannya dengan lahap, karena mereka adalah herbivora, dan yang mereka butuhkan dalam diri mereka adalah rumput. Namun serigala berbeda. Mereka secara khusus mencari daging untuk dimakan; mereka tidak makan rumput, dan mereka merasa tidak ada apa pun yang menggugah selera selain daging. Ini adalah ungkapan alami dari natur mereka, yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Itu bukanlah sesuatu yang mereka peroleh kemudian, juga bukan sesuatu yang diajarkan kepada mereka. Domba dilahirkan untuk makan rumput, dan serigala dilahirkan untuk makan daging. Tak seorang pun dapat mengajari domba untuk menjadi hewan pemakan daging atau mengajari serigala untuk menjadi hewan pemakan rumput. Ini adalah perwujudan dari esensi mereka. Apa yang kaubutuhkan dan apa yang kaucintai ditentukan oleh kemanusiaanmu. Jika kemanusiaanmu tidak memiliki kebutuhan akan hal-hal positif, engkau tidak akan mencintai hal-hal positif. Jika engkau menyukai hal-hal negatif, itu berarti hatimu membutuhkan hal-hal negatif. Ini ditentukan oleh esensi natur dirimu, itu tidak perlu ditanamkan dalam dirimu oleh orang lain. Jika orang ingin membantumu mengubah dirimu dan mempersekutukan beberapa prinsip kebenaran kepadamu, engkau mungkin dapat menerimanya untuk sementara waktu karena khawatir akan reputasimu atau karena ingin menghindari rasa malu, dan secara lisan mengungkapkan persetujuanmu, tetapi caramu dalam berpikir dan bertindak di balik layar sepenuhnya ditentukan oleh naturmu. Engkau tidak dapat memalsukannya, dan orang tuamu juga tidak dapat mengubahmu. Entah kemanusiaanmu memiliki komponen mencintai hal-hal positif dan membenci hal-hal negatif atau tidak, itu bukanlah sesuatu yang dapat ditentukan oleh siapa pun; hanya esensimu sendirilah yang menentukannya. Apakah hal ini sudah jelas sekarang? (Ya.) Oleh karena itu, apakah orang mampu membedakan yang benar dan yang salah, itu menunjukkan banyak hal tentang kemanusiaan mereka. Jika kemampuanmu untuk membedakan yang benar dan yang salah merupakan ungkapan alamimu, berarti engkau memang dilahirkan dengan memiliki minat khusus akan beberapa hal yang positif. Engkau sangat bersedia mendengarkan ketika orang mengatakan sesuatu yang benar, dan engkau sangat ingin mereka mengatakan lebih banyak lagi, sehingga engkau dapat lebih banyak mendengarkan dan memperoleh lebih banyak, serta mengambil lebih sedikit jalan memutar atau bahkan sama sekali tidak mengambil jalan memutar. Selain itu, ketika engkau menjumpai hal-hal yang jahat dan negatif, di dalam hatimu, engkau merasa jijik, dan engkau menghindarinya serta tidak mau terlibat—engkau bahkan tidak ingin mendengar tentang hal-hal tersebut. Engkau sendiri tidak tahu alasannya; engkau hanya tidak bisa memaksa dirimu untuk menyukai hal-hal negatif, tetapi engkau sangat bersedia mendengarkan ketika orang mengatakan sesuatu yang benar, dan sekalipun orang mengejekmu, engkau tidak peduli—engkau tidak tahu berasal dari mana dorongan seperti ini. Beberapa orang melihat doronganmu yang tulus ini dan membenci serta mengejekmu, menganggapmu bodoh, tetapi engkau tidak setuju. Engkau berpikir, "Selama apa yang dikatakan seseorang itu benar, aku menerimanya. Apa susahnya melakukan hal itu?" Ini adalah ungkapan alami kemanusiaan. Memiliki perasaan alami yang mencintai hal-hal positif dan muak akan hal-hal negatif dalam kemanusiaanmu merupakan ciri dan perwujudan dari kemanusiaan yang normal. Hanya ketika engkau memiliki perasaan ini dan kemanusiaan seperti ini, barulah engkau dapat menjadi berintegritas dan baik hati, serta mampu mengatakan apa yang seharusnya kaukatakan dan melakukan apa yang seharusnya kaulakukan dari pendirian dan status yang benar. Ketika engkau memiliki aspek membedakan yang benar dan yang salah dalam kemanusiaanmu, engkau memiliki kondisi dasar untuk menerima kebenaran dan menerima berbagai pernyataan eksplisit dari Tuhan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika engkau tidak memiliki aspek membedakan yang benar dan yang salah dalam kemanusiaanmu, berarti hati nurani dan nalar dalam kemanusiaanmu tidak ada, dan engkau tidak memiliki kondisi dasar untuk menerima kebenaran, untuk menerima firman Tuhan, dan untuk menerima semua bimbingan positif dan jalan yang benar dari Tuhan. Engkau bahkan tidak memiliki kondisi dasar untuk menerima kebenaran dan untuk menerima hal-hal yang positif, jadi jika kaukatakan engkau mampu tunduk, itu hanyalah khayalan yang tak masuk akal.
Jika orang tidak tahu apa itu hal positif dan apa itu hal negatif, tetapi masih berkata, "Aku memiliki hati nurani, dan aku sangat berintegritas dan baik hati," bukankah ini memperlihatkan tidak adanya kesadaran akan diri mereka sendiri? Dari mana datangnya integritasmu? Pikiranmu hanya dipenuhi hal-hal negatif—apa yang dapat kaugunakan untuk membuktikan bahwa engkau berintegritas? Di mana bukti yang kaumiliki? Atas dasar apa kaukatakan bahwa engkau orang yang berintegritas? Bagaimana engkau dapat menerapkan apa yang disebut kebaikan hati tersebut? Di dalam dirimu, tidak ada apa pun selain pemikiran dan pandangan yang jahat dan negatif. Mampukah engkau berbaik hati? Sudah bagus jika engkau tidak menjebak atau menyakiti orang lain. Untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemanusiaan, bahwa mereka berintegritas dan baik hati, ada orang-orang yang menamai diri mereka sendiri dengan nama-nama seperti Zheng Wang, Zheng Zhang, Zheng Zhou, Zheng Gang[a]—meskipun nama-nama itu terdengar "berintegritas", apakah itu berarti seseorang itu benar-benar berintegritas? Berasal dari manakah integritas yang sejati itu? Itu berasal dari kemanusiaan. Hanya ketika kemanusiaan seseorang memiliki kemampuan atau kondisi dasar untuk membedakan yang benar dan yang salah, barulah mereka mampu berintegritas. Jika engkau bahkan tidak tahu apa itu hal-hal positif, atau jika engkau sama sekali tidak mencintai hal-hal positif dan tidak pernah menerima satu pun hal positif ataupun pemikiran dan pandangan yang positif, tetapi engkau masih mengaku dirimu berintegritas, bukankah ini tidak tahu malu? Atas dasar apa engkau mengaku dirimu berintegritas? Ada yang berkata, "Falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidupku semuanya benar." Apakah ini ada hubungannya dengan kebenaran? Apakah memiliki falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang benar berarti seseorang memiliki kebenaran? Ada orang yang berkata, "Aku memiliki 'energi positif'. Hal-hal yang kukatakan dan kulakukan praktis dan realistis serta mendidik kerohanian orang. Aku tidak pernah mengatakan hal-hal yang menjatuhkan orang, aku tidak pernah mengatakan hal-hal yang mengecewakan, dan tidak mengatakan hal-hal yang mempermalukan orang atau membuat mereka merasa negatif dan lemah, atau yang membuat mereka patah semangat. Semua yang kukatakan mendorong, memotivasi, atau menginspirasi orang. Apakah ini termasuk 'energi positif'? Istilah 'energi positif' ini sangat populer di tengah masyarakat sekarang ini. Betapa luar biasa, modis, dan berkelasnya ide tentang 'penuh energi positif' ini!" Ada yang berkata, "Lihatlah betapa aku dipenuhi dengan semangat kebenaran. Ketika aku berdiri di sana, aku tampak seperti seorang prajurit—mataku cerah dan tatapanku tajam, aku tidak sembrono. Para preman setempat, penjahat tercela, dan orang-orang jahat itu tidak berani mendekatiku. Ketika mereka berada di hadapanku, diri mereka yang sebenarnya tersingkap, mereka memperlihatkan kepengecutan mereka, dan mereka terlihat hina. Ketika orang kebanyakan berada di sekitarku, mereka harus berperilaku baik dan mereka tidak berani bertindak gegabah. Engkau lihat, semangat kebenaranku ini dapat menekan kejahatan!" Seperti inikah berintegritas itu? (Tidak.) Merupakan hal yang populer di tengah masyarakat untuk mencuri dari orang kaya demi membantu orang miskin, untuk bertindak berani demi tujuan yang benar, untuk bersikap baik dan murah hati, dan menjadi pahlawan dengan menyelamatkan gadis-gadis yang sedang dalam kesulitan. Setelah melakukan hal-hal ini, ada orang-orang yang menganggap dirinya pahlawan, dan banyak orang lain yang bersujud di hadapan para pahlawan ini. Ada yang berkata, "Aku tidak pernah memanfaatkan orang lain, aku dipenuhi dengan semangat kebenaran, aku dengan teguh berintegritas dan tidak memihak, serta mampu membedakan yang benar dan yang salah. Ketika dua orang bertengkar dan memintaku untuk menengahi perselisihan itu, aku memberikan hukuman yang sama kepada kedua belah pihak dan tidak memihak. Lihatlah semangat kebenaran yang kumiliki ini, semua orang mengagumiku!" Apakah ini termasuk berintegritas? (Tidak.) Meskipun ide-ide yang disebutkan sebelumnya tentang "falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang benar" serta "energi positif" adalah pepatah Tiongkok yang populer, yang terakhir ini—bersikap baik dan murah hati, mengumpulkan pahala dan melakukan hal-hal baik, serta bertindak berani untuk tujuan yang benar—kemungkinan besar dihormati secara universal di semua negara dan di antara semua suku bangsa. Oleh karena itu, orang-orang menganggap hal ini sebagai semangat kebenaran, sebagai integritas. Bahkan kebanyakan orang yang percaya kepada Tuhan pun menganggap hal ini sangat berintegritas, dengan berkata, "Lihatlah si Anu, pahlawan nasional kita. Dia mengorbankan nyawanya demi kebenaran dan tujuan besar bangsa, mengorbankan dirinya untuk meledakkan sebuah bunker demi melindungi bangsa. Dia dipenuhi dengan semangat kebenaran. Itulah yang dimaksud dengan memiliki kemanusiaan!" Melihat hal ini sekarang, apakah sudut pandang ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak benar? Integritas semacam ini, yang orang yakini atau hormati, dinilai berdasarkan standar kerinduan manusia akan hal-hal yang baik dan relatif positif. Karena gagasan dan imajinasi daging yang orang miliki, dan karena mereka tidak memahami apa itu hal-hal positif, mereka menganggap orang-orang yang mampu mengorbankan kepentingan mereka sendiri demi orang lain dan berperilaku baik—atau mereka yang tidak secara aktif menjebak atau menyakiti orang lain, tidak mengancam orang lain, dan tidak menimbulkan konsekuensi buruk apa pun—sebagai orang baik, dan mereka menghormati serta menggolongkan mereka sebagai orang yang berintegritas. Definisi "integritas" ini didasarkan pada gagasan orang tentang integritas, serta kebencian mereka terhadap tren-tren jahat dan umat manusia yang jahat, serta kerinduan mereka akan hal-hal yang indah. Karena mayoritas orang di antara umat manusia menekan, menindas, menjebak, dan menyakiti orang lain, dan karena dunia ini begitu jahat, gelap, dan tanpa adanya jejak keadilan atau kebenaran, ketika para pahlawan atau yang disebut orang Samaria yang baik hati dan pelaku perbuatan baik muncul, orang-orang cenderung menghormati mereka, mendefinisikan mereka dengan istilah terbaik yang memungkinkan. Apakah prinsip untuk pendefinisian ini tepat? (Tidak.) Prinsip dan dasar untuk pendefinisian itu sendiri tidaklah tepat. Misalnya, ada seseorang dalam suatu kelompok yang ditindas oleh sebagian besar orang lainnya, tetapi ada individu tertentu yang tidak menindasnya. Orang yang ditindas itu berkata, "Orang yang tidak menindasku adalah orang baik." Apakah pernyataan ini akurat? (Tidak.) Apakah logis? (Tidak.) Katakan kepada-Ku, apa yang salah dengan pernyataan itu? (Mungkin orang yang tidak menindasnya itu sekadar tidak merasa bahwa dia adalah orang yang tidak menyenangkan, atau tidak menindasnya karena situasi dan keadaan objektifnya tidak sesuai. Itu bukan berarti bahwa orang ini adalah orang baik.) Pandangan mereka mengandung kesalahan dalam hal logika. Ide bahwa orang yang menindasmu adalah orang jahat, jadi orang yang tidak menindasmu pasti adalah orang baik, adalah kesalahan dalam hal logika, bukan? (Ya.) Kebanyakan orang yang menindas orang lain bukanlah orang baik, tetapi standarmu untuk mendefinisikan apa artinya menindas orang lain belum tentu akurat, jadi definisimu bahwa orang yang menindasmu adalah orang jahat juga belum tentu akurat, dan juga tidaklah akurat untuk mengatakan bahwa orang yang tidak menindasmu pasti adalah orang baik. Mungkin ada beberapa skenario di mana seseorang tidak menindasmu. Mungkin mereka tidak ingin memedulikanmu, sehingga mereka tidak mau repot-repot menindasmu. Mungkin mereka tidak mengenalmu, jadi mereka tidak bisa menindasmu. Mungkin mereka merasa engkau lebih hebat daripada mereka, jadi mereka tidak berani menindasmu. Ada beberapa kemungkinan skenario seperti itu. Dasarmu untuk mendefinisikan mereka sebagai orang baik dibangun di atas landasan bahwa mereka tidak menindasmu, jadi dasar dari definisi ini sendiri keliru. Apa dasar yang benar untuk mendefinisikan seseorang sebagai orang baik? Jika orang ini mencintai hal-hal positif, memperlakukan orang lain dengan adil dan berprinsip, dan juga memiliki prinsip dalam cara mereka melakukan sesuatu, maka sekalipun mereka terkadang berbicara kepadamu secara blak-blakan, dengan nada bicara yang kasar, atau mengkritikmu, mereka tidak sedang menindasmu. Mereka sedang bertindak berdasarkan prinsip dan menilai masalah berdasarkan fakta. Dengan demikian, mereka benar-benar orang baik, dan mereka mampu memperlakukan orang lain berdasarkan prinsip. Namun, beberapa orang tidak seperti ini. Ketika mereka melihatmu memiliki status dan hebat, mereka akan menjilatmu. Ketika mereka melihatmu tidak memiliki status dan tidak menguntungkan, mereka akan menindas, menginjak-injak, dan selalu menyakitimu ketika mereka berbicara. Jika engkau melakukan sesuatu yang benar, mereka merasa iri terhadapmu. Jika engkau melakukan sesuatu yang salah, mereka mengejek dan meremehkanmu. Orang-orang semacam itu adalah orang jahat. Jika engkau mengukur baik dan buruk berdasarkan hal-hal positif dan prinsip-prinsip kebenaran, maka standar yang kaugunakan untuk mengukur sesuatu dan hasil pengukuranmu akan benar. Penilaian atau definisi hal-hal positif dan negatif di dunia dan masyarakat itu sendiri terbalik. Kebanyakan orang di tengah masyarakat mengidolakan pemimpin yang mereka cintai, orang-orang terkenal, atau para bintang. Apa pun yang dikatakan orang-orang terkenal, para bintang, dan pemimpin ini, mereka menganggapnya benar, dan tak ada seorang pun yang membantah atau melawannya. Dengan cara apa pun orang-orang ini berkuasa atas rakyat jelata dan bertindak sewenang-wenang terhadap mereka, mendiskriminasi atau memeras kaum miskin, atau bahkan dengan semaunya menghancurkan kehidupan manusia seolah-olah mereka tak berharga, tak seorang pun bangkit untuk memprotes atau berdemonstrasi melawan orang-orang ini. Jika mereka melakukan beberapa hal yang baik untuk meraih citra dalam politik, banyak orang akan memuji dan menyanjung mereka. Jika seseorang yang memperjuangkan keadilan muncul dan menyingkapkan rezim Iblis, atau orang-orang terkenal dan tokoh-tokoh besar ini, maka massa akan secara kolektif menyerang mereka, berharap mati-matian untuk menyingkirkan dan membuat mereka lenyap. Memperlihatkan apakah hal ini? Ini memperlihatkan bahwa masyarakat melakukan segala sesuatu dengan cara yang tidak adil dan menyimpang; mereka memutarbalikkan yang benar dan yang salah. Standar yang digunakan manusia yang rusak untuk mendefinisikan baik dan jahat, serta positif dan negatif, semuanya salah, sehingga kesimpulan yang mereka tarik juga tidak masuk akal.
Mari kita melihat sebuah contoh. Ada orang-orang yang membobol dan merampok rumah—merampok orang kaya untuk membantu orang miskin. Setelah merampok harta milik orang kaya, mereka memberi bantuan kepada rakyat jelata. Ketika rakyat jelata mendapatkan manfaat dan keuntungan dari hal ini, mereka merasa senang dan memuji orang-orang ini sebagai pahlawan dan orang berintegritas yang berbudi luhur. Namun, jika engkau menganalisis hal-hal yang dilakukan oleh mereka yang disebut orang berintegritas yang berbudi luhur ini, apakah mereka benar-benar berintegritas? Beberapa orang kaya memperoleh kekayaan mereka melalui pengelolaan dan upaya yang tekun, dan bahkan ada yang mengumpulkan kekayaan hanya setelah mereka mengelola dan berupaya selama beberapa generasi. Apa hakmu merampok barang-barang mereka? Engkau telah merampok harta pribadi mereka—itu salah. Jika engkau mampu, pergilah dan carilah uang sendiri. Gunakan uang yang kauhasilkan untuk membantu orang miskin—itu bisa dianggap beramal. Namun, engkau merampok harta milik orang kaya, menjadikan milik orang lain sebagai milikmu sendiri, dan kemudian membantu orang miskin. Di mata orang miskin, ini dianggap berintegritas. Bukankah ini pandangan yang benar-benar tak masuk akal? Orang miskin dan rakyat jelata menghormati orang-orang semacam itu sebagai pahlawan, dan para "pahlawan" ini menikmati gelar dan penghormatan ini seolah-olah itu adalah hak mereka. Bukankah ini tak tahu malu? Bukankah ini sangat tidak masuk akal? (Ya.) Mereka sendiri tidak memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan uang, dan mereka memendam kebencian terhadap orang kaya sehingga mereka menggunakan kekerasan untuk merampok harta milik orang kaya dan membagikannya kepada rakyat jelata, agar rakyat jelata memuji mereka. Sebenarnya, barang yang mereka ambil sama sekali bukan apa yang telah mereka hasilkan melalui jerih payah mereka sendiri, dan apa yang dinikmati orang-orang miskin itu bukanlah barang milik para perampok ini, melainkan barang milik orang kaya. Jadi mengapa, hanya karena barang-barang ini telah melewati tangan mereka, rakyat jelata dan orang miskin harus sangat berterima kasih kepada mereka? Apakah benar bagi rakyat jelata untuk menikmati barang-barang ini tanpa rasa bersalah? Apakah barang-barang ini pantas kaudapatkan? Apakah engkau mendapatkannya dengan jerih payahmu sendiri? Engkau menikmati barang-barang curian yang bukan hasil usahamu tanpa rasa bersalah, dan bahkan merasa bahwa orang kaya sudah seharusnya dirampok, dan engkau sudah seharusnya menikmati barang-barang curian tersebut. Engkau mendapatkan barang-barang ini secara cuma-cuma dan tanpa membayar harga apa pun, dan engkau menikmatinya tanpa rasa bersalah. Bukankah ini tak tahu malu? (Ya.) Mereka yang disebut para pahlawan ini menikmati kekaguman dan penghormatan ini dari orang-orang. Mereka melakukan hal ini untuk memuaskan kesombongan mereka sendiri. Makin banyak orang yang memuji dan mengidolakan mereka, makin gila-gilaan mereka, dan mereka bahkan merampok istana, mencuri harta benda di dalamnya, menjualnya, lalu menyebarkan uangnya di halaman rumah orang miskin. Cara mereka membantu orang miskin adalah dengan merampok orang kaya. Bukankah ini sama sekali tak masuk akal? (Ya.) Selain bahwa merampok harta milik orang lain itu melanggar hukum, dalam hal moralitas dan kemanusiaan, itu tidak dapat diterima, dan itu bukanlah apa yang disebut sebagai integritas. Barang-barang yang mereka rampok sama sekali bukan barang yang seharusnya mereka miliki. Barang-barang itu diperoleh melalui cara-cara yang hina, kotor, curang, ilegal, dan tidak semestinya. Mereka menukarkannya dengan sejumlah uang, lalu membantu orang yang sebenarnya tidak butuh bantuan atau orang yang mereka pikir harus dibantu, dan mereka kemudian menerima pujian dari orang-orang ini, dan menikmati penghormatan ini. Bukankah ini tak tahu malu? Namun, mereka sangat bangga akan diri mereka sendiri dan menyebut diri mereka pahlawan yang merampok dari orang kaya untuk membantu orang miskin. Orang-orang semacam itu sangat populer di tengah masyarakat. Pada zaman kuno, ada orang-orang yang disebut "pahlawan" seperti ini, dan kisah mereka masih beredar hingga saat ini. Bukankah ini tidak masuk akal? (Ya.) Di antara seluruh umat manusia, hanya ada sedikit orang yang benar-benar memahami apa itu hal positif dan apa itu hal negatif. Orang tidak mampu membedakan hal-hal ini. Berapa hari rakyat jelata dapat menikmati barang-barang yang dirampok oleh para "pahlawan" tersebut? Apakah itu hal yang pantas kaudapatkan? Apakah itu hal yang telah kauhasilkan? Itu bukanlah apa yang telah kauhasilkan atau hal yang pantas kaudapatkan—itu disebut menerima keuntungan yang tidak selayaknya diterima. Apakah terhormat bagimu untuk menikmati barang-barang ini? Engkau miskin karena engkau malas atau tidak memiliki kemampuan. Orang yang berhati nurani dan bernalar seharusnya merasa cukup dengan memiliki makanan dan pakaian, dan mereka seharusnya hanya menikmati apa yang mampu mereka hasilkan. Tuhan memberimu sarana untuk bertahan hidup, jadi engkau seharusnya merasa cukup. Jika engkau melihat orang yang kaya, yang memiliki banyak hal, yang makmur, dan engkau selalu ingin memiliki sama banyaknya dengan apa yang mereka miliki, apakah ini masuk akal? Ide ini sendiri tidak rasional. Iblis mengendalikan dan memegang kekuasaan atas masyarakat, jadi tentu saja tidak ada keadilan. Di tengah masyarakat, orang miskin itu banyak sementara orang kaya itu sedikit—apa pun yang menyebabkan hal ini, faktanya adalah bahwa ada orang yang kaya dan ada orang yang miskin. Masyarakat memang seperti ini—engkau mungkin tidak menjadi kaya sekalipun memiliki kemampuan, dan engkau mungkin benar-benar mampu menjalani kehidupan orang kaya sekalipun tidak memiliki kemampuan. Tak seorang pun dapat menjelaskan hal ini dengan gamblang, tetapi bagaimanapun juga, ada juga ketetapan Tuhan dalam hal ini. Barang-barang yang dirampok dari orang lain bukanlah milikmu, dan sekalipun engkau mendapatkannya, semua itu bukanlah milikmu, dan cepat atau lambat engkau akan kehilangan semuanya. Lihatlah orang-orang yang, dengan berkedok kesopanan dan keadilan, membobol dan merampok rumah, serta merampok orang kaya untuk membantu orang miskin. Mereka melakukan segala macam hal buruk di balik layar, seperti berpesta pora, minum-minuman keras, berzina, berjudi, dan menggunakan narkoba, bahkan ada yang melakukan pembunuhan atau pemerkosaan. Lalu, hanya karena melakukan beberapa tindakan merampok orang kaya untuk membantu orang miskin, mereka dihormati sebagai pahlawan oleh rakyat jelata. Bukankah ini kasus orang jahat yang memperoleh kemakmuran? Rakyat jelata—yakni jenis yang tercela, orang banyak yang hina, dan para perusuh—merasa senang setiap kali mendapat sedikit keuntungan, dan memuji siapa pun yang memberi mereka keuntungan. Lalu, bagaimana dengan para "pahlawan" tersebut? Rakyat jelata memberi mereka penghormatan dan menghargai mereka, serta menjunjung tinggi mereka sebagai pahlawan, sehingga mereka menganggap hal ini sebagai mahkota kemenangan, bahwa mereka benar-benar pahlawan, dan bahwa mereka tak tertandingi. Jadi, mereka terus merampok, dan akibatnya, mereka akhirnya tertembak mati dengan satu peluru ketika merampok istana kerajaan. Mereka benar-benar mengira bahwa mereka memiliki kemampuan hebat dan merupakan manusia super, bahwa mereka istimewa dan di atas orang biasa, padahal sebenarnya, mereka bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menghindari sebuah peluru, dan akhirnya kehilangan nyawa mereka. Bukankah inilah yang pantas mereka dapatkan? (Ya.) Tindakan merampok itu sendiri tidak terhormat. Itu hina. Mengandalkan perampokan untuk mendapatkan pujian dari rakyat jelata, untuk mendapatkan reputasi yang baik, untuk mendapatkan sedikit penghormatan—betapa hinanya hal ini. Pada akhirnya, mereka bahkan memuji diri sendiri: "Rakyat jelata tidak mampu bertahan hidup, dan orang-orang berada dalam keadaan yang sangat sulit, semua itu karena para pejabat. Lihatlah betapa besarnya integritas moral yang kumiliki; aku berbelas kasihan kepada rakyat jelata kelas bawah ini!" Apakah orang-orang semacam ini berintegritas? (Tidak.) Rakyat jelata juga berbicara dengan lidah yang bengkok, dan mereka tersenyum ketika mendapat sedikit keuntungan. Jika mereka tidak mendapatkan keuntungan apa pun darimu, apa pun kesulitan yang kauhadapi, mereka tidak akan memedulikanmu. Namun, jika engkau memberi mereka bantuan, yang memungkinkan mereka mendapatkan sesuatu yang nyata, mereka akan merasa senang dan berkata, "Kau orang yang sangat baik! Orang yang sangat dermawan!" Mereka mengatakan hal-hal yang enak didengar, tetapi tak satu pun dari perkataan mereka yang benar. Mereka bahkan tak mampu mengucapkan perkataan yang benar. Bagaimana mungkin mereka berintegritas? Sebenarnya, semua yang mereka katakan itu adalah kebohongan.
Ada orang-orang yang menganggap diri mereka dipenuhi dengan integritas moral, orang yang memiliki hati nurani dan kemanusiaan. Namun, apakah integritas moral mereka ini bahkan layak untuk disebutkan? Terlebih lagi, itu sama sekali bukan integritas moral; itu adalah semacam integritas yang telah mereka bayangkan sendiri, yang tidak ada hubungannya dengan hal-hal positif yang Tuhan bicarakan atau dengan prinsip-prinsip kebenaran apa pun. Ini bukanlah integritas; ini adalah penalaran yang menyimpang, ajaran sesat, dan kekeliruan. Dapat dikatakan bahwa pernyataan yang mereka anjurkan, seperti energi positif, falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang benar, serta wawasan yang unik dan tajam, semua itu terdengar berintegritas dan tepat, tetapi sebenarnya tidak demikian. Tepatnya, semua itu adalah tren yang merusak dan pengaruh yang jahat, penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat; semua itu adalah hal negatif, dan semua itu adalah ajaran sesat dan kekeliruan yang merupakan kebalikan dari hal-hal positif. Oleh karena itu, jika engkau setuju dengan pernyataan orang-orang tidak percaya ini dan selalu berpaut pada sudut pandang ini di dalam hatimu, itu membuktikan bahwa sama halnya dengan orang-orang tidak percaya, engkau bukanlah orang yang berintegritas, dan bahwa tidak ada integritas di dalam kemanusiaanmu. Engkau ingin menyamar sebagai orang yang berintegritas, sama seperti Iblis yang berusaha menyamar sebagai malaikat terang. Iblis mengatakan beberapa hal yang enak didengar, ingin menyamar sebagai Tuhan, sebagai orang berintegritas yang berbudi luhur, dan sebagai sesuatu yang positif. Engkau juga sedang menyamar sebagai sesuatu yang bukan dirimu; engkau selalu mengatakan bahwa engkau memiliki falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang benar, bahwa engkau memiliki energi positif dan integritas moral, bahwa engkau adalah pahlawan, orang yang memiliki wawasan yang tajam dan unik, atau bahwa engkau berintegritas dan tidak memiliki apa pun yang kautakutkan, bahwa ke mana pun engkau pergi, engkau membawa integritas moral saat engkau berbicara dan berurusan dengan orang lain—engkau selalu menampilkan dirimu dengan cara ini. Maka, Kukatakan bahwa engkau adalah orang yang sama sekali tidak memiliki hati nurani, orang yang ingin berpura-pura memiliki integritas moral, orang yang berintegritas, dan memiliki kemanusiaan. Karena engkau berpura-pura memiliki hal-hal ini, itu berarti engkau tidak memilikinya—jika tidak, perlukah engkau berpura-pura? Jika engkau benar-benar memiliki kemanusiaan, engkau tidak akan perlu berpura-pura, dan engkau juga tidak mungkin dapat menerima pernyataan seperti yang orang sebut "falsafah hidup, nilai-nilai, dan pandangan hidup yang benar", "energi positif", "memiliki integritas moral", dan "memiliki jiwa kepahlawanan"; engkau tidak akan menerima hal-hal negatif ini—tentu saja setelah mendengar begitu banyak khotbah hingga hari ini, engkau seharusnya memiliki kemampuan untuk mengenali hal-hal ini. Jika engkau memiliki kemanusiaan, engkau pasti sudah sejak lama menolak hal-hal negatif ini. Jika seseorang benar-benar mengemukakan pernyataan dan argumen ini, sekalipun engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengenalinya, di lubuk hatimu, engkau tidak akan menerimanya. Engkau akan berpikir bahwa hal-hal itu terlalu salah, bahwa hal-hal yang dianjurkan oleh mereka yang disebut kaum sosiolog, pendidik, dan pemikir, mereka yang disebut orang terkenal dan tokoh besar, dan setan-setan serta para raja setan dunia, semuanya adalah hal-hal yang menganjurkan orang untuk berpura-pura. Ini seperti sebuah pepatah yang populer di kalangan masyarakat, "Jika semua orang memberikan sedikit kasih, dunia akan menjadi tempat yang indah." Engkau lihat, para setan jahat mengatakan bahwa semua orang seharusnya memberikan sedikit kasih, dengan kata lain, bahwa semua rakyat jelata seharusnya memberikan kasih, semua orang mencintai para setan jahat, semua orang dengan patuh mendengarkan dan menaati partai mereka, serta tidak menimbulkan atau menyebabkan masalah bagi negara dan partai mereka, sehingga dunia akan damai. Sebenarnya, kapan rakyat jelata pernah menjadi orang yang menimbulkan masalah? Jelas, para setanlah yang memicu kekacauan dan bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Umat manusia telah disesatkan dan dirusak oleh Iblis; mereka semua mengikuti para setan dan Iblis, dan mereka semua menjauhi dan melawan Tuhan. Jadi, dapatkah masyarakat ini mengenal kedamaian? Katakan kepada-Ku, apakah pepatah "Jika semua orang memberikan sedikit kasih, dunia akan menjadi tempat yang indah" dapat dibenarkan? Semua ini adalah perkataan untuk menipu anak-anak. Jika engkau tidak memiliki kemampuan untuk mengenali perkataan ini, dan engkau yakin "Masih ada harapan bagi dunia, masih ada lebih banyak orang baik daripada orang jahat di antara umat manusia ini, dunia akan menjadi tempat yang indah di masa mendatang, dan umat manusia ini akan bergerak menuju hari esok yang indah," maka pemikiran dan sudut pandangmu tidak berbeda dengan masyarakat umum, dan engkau benar-benar bukan manusia. Salah satu ciri makhluk yang bukan manusia adalah mereka sangat senang menyamarkan diri, menggunakan perkataan yang enak didengar, muluk-muluk, dan munafik untuk menyamarkan penampilan mereka, sementara di lubuk hatinya, mereka sangat kotor dan gelap, dan taktik mereka yang tercela dan kotor pun mengikuti silih berganti. Mereka sama sekali tidak mencintai keadilan dan kebenaran; mereka hanya suka menggunakan taktik. Mereka mengatakan hal-hal yang sangat enak didengar; mereka menyembunyikan belati di balik senyum mereka dan melakukan segala perbuatan buruk yang terbayangkan. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan. Inilah tepatnya perwujudan mereka yang tidak memiliki kemanusiaan. Apakah ini adalah perwujudan dari integritas? (Bukan.) Karena orang-orang ini tidak berintegritas, apakah menurutmu mereka mampu berbaik hati? (Tidak.) Jangankan berbaik hati, jika perbuatan buruk yang mereka lakukan berkurang satu saja, itu dapat menjadi hal untuk dirayakan, sebuah berkat bagi semua orang di bumi. Namun, mereka tetap menyebut diri mereka berintegritas! Itu berarti mereka hanya sedang memuji diri sendiri! Mereka bahkan tidak tahu apa itu hal-hal positif, dan bahkan setelah mendengar tentang hal-hal positif, di dalam hatinya, mereka tidak menyukainya dan bahkan jijik dan muak mendengarnya. Namun, mereka tetap berkata bahwa mereka berintegritas dan baik hati. Siapa yang menurut mereka sedang mereka tipu? Apa yang manusia sebut integritas, kebaikan, dan nalar tidaklah didasarkan pada hal-hal positif, juga tidak didasarkan pada kriteria kebenaran. Dengan demikian, integritas, kebaikan, rasionalitas, serta hati nurani dan nalar manusia sebagaimana didefinisikan oleh umat manusia semuanya tidak akurat, tidak berdasar pada kebenaran, dan semuanya adalah penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat.
Jika orang memiliki hati nurani dan nalar, berarti mereka, pertama-tama, adalah orang yang mampu membedakan yang benar dan yang salah. Kedua, mereka tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Mari kita bahas terlebih dahulu tentang membedakan yang benar dan yang salah. Nilailah dirimu sendiri, lalu nilailah orang tua dan saudara-saudari kandungmu—adakah seseorang di antaramu yang mampu membedakan yang benar dan yang salah? Apakah engkau termasuk orang semacam itu? Jika engkau adalah orang yang mampu membedakan yang benar dan yang salah, maka di masa depan penerimaan dan ketundukanmu pada kebenaran akan menjadi hal yang wajar. Dengan mengerahkan sedikit upaya, menanggung sedikit kesukaran, dan membayar sedikit harga, engkau akan mampu mencapainya—sehingga ada harapan bagimu untuk diselamatkan. Jika engkau bukan orang yang mampu membedakan yang benar dan yang salah, dan di masa lalu engkau muak akan kebenaran, tidak dapat menerimanya, dan tidak mau menerapkannya, dan ketika mendengar tentang menerima dan menerapkan kebenaran, engkau menjadi sepenuhnya terganggu dan merasa seperti kepalamu tersangkut dalam alat penjepit, merasa tersiksa, dan kurang bebas, maka di masa depan engkau akan memiliki perasaan yang sama tentang menerima dan menerapkan kebenaran; engkau tidak akan menerima kebenaran. Ketidakmampuanmu untuk menerima kebenaran dan kemuakanmu terhadapnya bukan karena engkau belum lama percaya kepada Tuhan, juga bukan karena Tuhan tidak mendisiplinkanmu atau tidak bertanggung jawab atas dirimu. Ini bukanlah akar penyebab sebenarnya. Apa akar penyebab sebenarnya? Engkau tidak memiliki kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, kondisi dasar ini, sehingga di masa depan engkau akan tetap tidak dapat menerima kebenaran, dan engkau tidak akan dapat mencapai ketundukan pada kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Jika aku tidak dapat menerima atau tunduk pada kebenaran, masih dapatkah aku memperoleh keselamatan?" Bagaimana menurut engkau semua—dapatkah mereka memperolehnya? (Tidak.) Jawaban-Ku adalah, "Sangat sulit untuk dikatakan." Mengapa sangat sulit untuk dikatakan? Karena setelah Aku berfirman begitu banyak dan menyebutkan begitu banyak perwujudan, tidak pasti apakah engkau dapat mencocokkan dirimu dengannya atau mengenalinya dalam dirimu sendiri. Selain itu, juga tidak pasti apakah engkau mampu memahami hal-hal ini dan aspek-aspek kebenaran yang telah Kukatakan ini. Oleh karena itu, sekalipun Aku tidak memberitahumu apakah engkau dapat diselamatkan atau tidak, masing-masing darimu dapat memastikannya berdasarkan sikapmu terhadap kebenaran dan terhadap hal-hal positif. Tidak perlu bagi-Ku untuk memberitahumu dengan sangat jelas dan terus terang; engkau sudah mengetahuinya di dalam hatimu masing-masing.
Setelah kita selesai bersekutu tentang membedakan yang benar dan yang salah, selanjutnya kita harus membahas tentang mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar, ya? (Ya.) Mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar jelas berbeda dengan membedakan yang benar dan yang salah; jika tidak, tidak perlu untuk membahasnya secara terpisah. Mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar berarti, dari perspektif kemanusiaan, orang harus mengetahui sudut pandang dan perkataan mana yang benar, dan mana yang tidak benar. Yang benar harus dijunjung tinggi, dan yang tidak benar harus dilepaskan. Di benak orang normal, terdapat beberapa pemikiran, sudut pandang, dan dasar untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar. Mereka akan tetap berpegang pada apa yang benar, dan akan melawan atau bahkan menolak apa yang tidak benar. Jika orang bahkan tidak dapat melakukan hal ini, itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang kurang dalam kemanusiaan mereka; dapat juga dinyatakan secara definitif bahwa orang-orang seperti ini tidak memiliki kemanusiaan. Sebagai manusia, jika kaukatakan bahwa engkau memiliki kemanusiaan, tetapi engkau bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, lalu bagaimana engkau dapat berperilaku? Bagaimana engkau dapat berperilaku dengan cara yang benar? Bagaimana engkau dapat mengucapkan setiap perkataan dan melakukan setiap tindakan dalam kemanusiaan? Jika engkau tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, maka setiap perkataan dan tindakanmu tidak diucapkan dan tidak dilakukan dalam kemanusiaan. Apa artinya tidak bertindak atau berbicara dalam kemanusiaan? Itu berarti engkau tidak mengucapkan perkataan ini dan melakukan hal-hal ini secara rasional, berdasarkan pemikiran dan sudut pandang yang benar yang seharusnya dimiliki kemanusiaan—inilah yang dimaksud dengan tidak berbicara atau bertindak dalam kemanusiaanmu. Ada orang-orang yang berkata, "Jika orang tidak berbicara atau bertindak dalam kemanusiaannya, lalu atas dasar apa mereka berbicara dan bertindak?" Secara garis besar ada dua dasar. Yang pertama adalah berbicara dan bertindak dalam natur setan, hidup berdasarkan watak Iblis. Orang yang memahami kebenaran dapat melihat bahwa pemikiran, sudut pandang, dan sikap orang-orang ini dalam perkataan dan tindakan mereka adalah sama dengan pemikiran, sudut pandang dan sikap setan, dan bahwa hal-hal ini menyesatkan, merugikan, mencobai, dan menyesatkan manusia, serta tidak positif. Ini adalah salah satu dasar: berbicara dan bertindak dalam natur setan. Dasar lainnya adalah berbicara dan bertindak seperti binatang, dan binatang terlebih lagi, tidak memiliki kemanusiaan. Tidak memiliki kemanusiaan berarti berbicara dan bertindak tanpa hati nurani atau nalar; sesederhana itu. Perkataan yang binatang ucapkan adalah kumpulan perkataan yang bingung, bodoh, dan menyimpang; semua yang mereka katakan hanyalah doktrin yang menyimpang. Engkau lihat, perkataan yang mereka ucapkan sama dengan pemikiran dan sudut pandang binatang—semua itu menyimpang dan dungu, bodoh dan bingung. Setelah mendengarkannya, engkau tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis, dan engkau berkata, "Mengapa dia bisa berkata seperti itu? Seolah-olah dia adalah seorang anak yang berusia antara tiga hingga lima tahun, tidak masuk akal dan tidak tahu apa-apa. Ini bukanlah perkataan yang pantas diucapkan oleh orang dewasa! Perkataannya tidak dapat dibenarkan, menggelikan—terlalu memalukan untuk diucapkan di depan orang lain!" Seperti itulah cara binatang, cara hewan, berbicara. Mereka berbicara dan bertindak dalam natur binatang, sama sekali tidak berakal sehat, atau tidak masuk akal, dan terlebih lagi tidak berhati nurani dan tidak bernalar. Artinya, ucapan mereka sangat tidak rasional, tanpa logika di baliknya. Engkau tidak tahu berasal dari mana hal-hal yang mereka katakan tersebut, dan setelah mendengarnya, engkau sama sekali bingung dan tidak mengerti. Makin engkau mendengarkan perkataan dan narasi mereka tentang sesuatu, makin itu terdengar kacau bagimu, dan engkau sama sekali tidak memahaminya. Ketika berbicara, mereka selalu berputar-putar, mencampuradukkan berbagai hal, mengulang-ulang, dan terus mengoceh tentang hal yang sama tetapi tetap tidak tahu bagaimana menyimpulkannya. Seperti inilah ketika binatang, ketika hewan, berbicara. Orang-orang semacam itu memiliki sebuah ciri, yaitu apa pun yang mereka lakukan, apa pun yang mereka katakan, pemikiran atau sudut pandang apa pun yang mereka miliki, atau pemikiran atau sudut pandang apa pun yang mereka serap, bahkan mereka sendiri tidak tahu apakah itu benar atau tidak benar. Inilah ciri kemanusiaan mereka. Ciri kemanusiaan mereka pada akhirnya ditentukan oleh fakta bahwa orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan, yang berarti, mereka tidak berhati nurani dan tidak bernalar. Mereka bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, jadi menurutmu, dapatkah mereka berbicara dan bertindak dengan hati nurani? Dapatkah mereka memiliki hati nurani dan nalar orang normal jika mereka tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar? Dapatkah mereka memiliki cara berpikir orang normal jika mereka tidak dapat membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar? Mereka tidak akan pernah memilikinya. Orang normal tidak bisa berkomunikasi dengan orang semacam itu. Mengapa Kukatakan demikian? Apakah karena engkau tidak penuh kasih? Bukan, itu karena engkau tidak memiliki kesamaan, engkau tidak memiliki pemikiran atau sudut pandang yang sama dengan mereka. Berkomunikasi dengan mereka seperti berkomunikasi dengan binatang, dengan setan; itu mustahil. Katakan kepada-Ku, jika engkau berbicara kepada para setan dan Iblis tentang kebenaran, dapatkah itu dipahami oleh mereka? Jika engkau berkata kepada para setan dan Iblis, "Engkau harus percaya kepada Tuhan. Tuhan menciptakan manusia. Sebagai makhluk ciptaan, adalah benar dan semestinya bagi manusia untuk menyembah Tuhan," apa yang akan mereka katakan? "Menyembah tuhan? Aku ingin orang-orang menyembahku! Berapa banyak uang yang akan kudapatkan jika aku menyembah tuhan? Aku akan melakukannya jika aku dibayar." Perkataan macam apa ini? Dapatkah engkau berkomunikasi dengan setan? (Tidak.) Bagaimana dengan hewan, dapatkah engkau berkomunikasi dengan mereka? (Kami juga tidak bisa berkomunikasi dengan mereka.) Engkau lihat, beberapa binatang sangat protektif terhadap makanan mereka saat makan. Setelah menghabiskan makanan mereka sendiri, mereka bahkan akan berusaha merebut makanan binatang lain. Jika engkau memberi tahu mereka, "Jangan berebut makanan, makan saja makananmu sendiri," bisakah mereka memahaminya? (Tidak.) Saat waktu makan tiba, mereka tetap akan saling merebut makanan, bahkan mulai berkelahi dan saling menggigit. Engkau benar-benar tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Untuk melindungi dan mencegah mereka berebut makanan, engkau harus mengambil tindakan dan mengatur mereka dengan ketat, memberi mereka makan secara terpisah saat waktunya makan. Hanya inilah cara yang tepat untuk mengatur mereka. Mengapa? Karena mereka adalah binatang, mereka tidak memiliki rasionalitas, apalagi pengendalian diri, dan mereka tidak dapat menilai apakah yang mereka lakukan itu benar atau tidak benar, jadi sekalipun yang kaukatakan itu benar dan sekalipun itu dapat dibenarkan, sekalipun itu bermanfaat itu bagi mereka, mereka tidak akan memahaminya. Orang-orang yang bereinkarnasi dari binatang juga seperti ini. Sejelas apa pun kebenaran dipersekutukan, mereka tidak memahaminya, sehingga mereka tidak pernah bertindak berdasarkan prinsip-prinsip yang benar. Sekalipun mereka berbuat salah, mereka tidak menganggapnya salah, dan mereka akan terus melakukannya, bahkan melakukannya seumur hidup. Bukankah mereka binatang? Orang-orang semacam itu yang tidak bisa memahami bahasa manusia sama saja seperti binatang—bahkan tidak sedikit pun lebih baik daripada binatang.
Mari sekarang kita tidak membahas tentang natur binatang dan setan, tetapi hanya berfokus pada aspek kemanusiaan, yakni mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar adalah perwujudan yang seharusnya dimiliki orang yang memiliki kemanusiaan, tetapi sebenarnya, banyak orang tidak memilikinya. Orang sering mengungkapkan penalaran yang menyimpang, mengucapkan perkataan yang menyimpang, dan bahkan melakukan hal-hal keliru, melakukannya dengan kegigihan tertentu, dan bahkan dapat menyebarkan penalaran mereka yang menyimpang itu kepada orang lain, menyampaikannya kepada mereka. Penalaran yang mereka ungkapkan sangat menyimpang, tetapi mereka tetap menyampaikannya kepada orang lain, sehingga tidak hanya merugikan diri mereka sendiri tetapi juga orang lain. Misalnya, jika mereka tidak suka makan nasi, mereka akan berkata, "Nasi itu tidak bergizi. Kita harus makan mi, bakpao, dan roti." Mereka mengatakan bahwa nasi tidak bergizi. Apakah pernyataan ini benar? (Tidak.) Apakah engkau seorang ahli gizi? Pernahkah engkau mengujinya? Atas dasar apa kaukatakan bahwa nasi itu tidak bergizi? Contohnya, ada tempat-tempat di mana mereka hanya menanam padi dan bukan gandum, dan orang-orang di sana makan nasi sepanjang hidup dan hidup dengan cukup baik, dengan banyak orang yang hidup hingga mencapai usia lanjut. Namun, berdasarkan selera mereka sendiri, orang yang mengungkapkan penalaran yang menyimpang tersebut bisa berkata bahwa "nasi itu tidak bergizi," bahkan mengatakannya seolah-olah penalaran ini masuk akal. Apakah penalaran ini sebenarnya masuk akal? (Tidak.) Kita tidak perlu membahas apakah pernyataan ini sesuai dengan kebenaran atau tidak—ini bahkan bukan penalaran yang masuk akal. Bagaimana mereka bisa mengungkapkan penalaran yang menyimpang semacam itu? Apakah mereka manusia? (Bukan.) Pernyataan ini jelas keliru; ini jelas merupakan pernyataan yang diucapkan karena keinginan yang egois dan prasangka, pernyataan dari seseorang yang berbicara dengan cara yang menyimpang. Mereka sendiri bahkan tidak tahu apakah itu benar atau tidak, tetapi mereka tetap mengumumkannya secara terbuka, menyatakannya di mana-mana. Ada orang-orang yang suka makan nasi dan tidak menyukai makanan berbahan dasar gandum. Ketika melihat seseorang makan makanan berbahan dasar gandum, mereka berkata, "Makanan berbahan dasar gandum itu tidak bergizi, nasi itu bergizi. Orang yang makan makanan berbahan dasar gandum itu tidak berharga, sementara orang yang makan nasi itu mulia!" Mereka menggunakan teori ini sebagai dasar untuk mengukur semua jenis orang. Jika engkau suka makan makanan berbahan dasar gandum, mereka menganggapmu rendah dan tidak semulia mereka. Pernyataan ini jelas salah, tetapi entah bagaimana mereka tidak dapat mengenalinya dan bahkan mengucapkannya di mana-mana. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam ini memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Ketika mereka tidak lagi suka makan nasi dan mulai menyukai makanan berbahan dasar gandum, mereka berkata, "Nasi itu tidak bergizi, makanan berbahan dasar gandumlah yang bergizi. Lihat betapa kekarnya orang yang sering makan makanan berbahan dasar gandum; kita harus makan lebih banyak mi dan bakpao! Nasi itu makanan yang mendinginkan, tidak baik untuk tubuh!" Apakah pernyataan ini benar? (Tidak.) Bukankah ini prasangka? (Ya.) Ini adalah prasangka; ini bukanlah fakta. Atas dasar apa mereka mengatakan hal ini? Atas dasar preferensi dan prasangka mereka sendiri, atas dasar pemikiran dan sudut pandang mereka yang keliru. Namun, mereka tidak tahu bahwa ini tidak benar, bahkan mengatakan dan menyatakannya seolah-olah itu benar. Jika seseorang mengemukakan pendapat yang berbeda, mereka akan membantahnya, dan tetap bersikeras dalam sudut pandang mereka yang keliru. Bukankah ini ketidaktahuan tentang apa yang benar dan apa yang tidak benar? (Ya.) Mereka bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam hal yang begitu sederhana—katakan kepada-Ku, apakah hati nurani mereka mampu berfungsi? Mampukah mereka berintegritas? Orang yang berintegritas harus tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam menjunjung tinggi keadilan dan menjunjung tinggi prinsip; hanya dengan demikian, barulah apa yang mereka junjung itu benar. Jika orang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar dan terus-menerus berpaut pada pernyataan yang salah atau pemikiran dan sudut pandang yang keliru, apakah hal yang mereka sebut integritas itu adalah integritas sejati? Itu bukanlah integritas; Itu adalah penyimpangan, hal yang tak masuk akal, dan penalaran yang menyimpang. Jadi, katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam itu memiliki hati nurani? (Tidak.) Mereka sama sekali tidak memiliki hati nurani. Ada orang-orang, ketika sesuatu menimpa mereka dan keinginan egois muncul dalam diri mereka, mampu menyadari hal itu dalam hati mereka dan dikendalikan oleh rasionalitas mereka. Mereka tahu bahwa keinginan egois itu tidak benar, jadi mereka mampu memberontak terhadap daging dan melepaskannya. Namun, beberapa orang berbeda; khususnya orang yang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar dan yang cenderung mengungkapkan penalaran yang menyimpang, mereka akan bersikeras berpaut pada sudut pandang yang salah dengan bodoh dan keras kepala. Contohnya, ada seseorang yang tidak pandai menari; ketika menari, tubuhnya tidak terkoordinasi, dia tidak memiliki keseimbangan, dan tidak mampu mengikuti irama, selalu mempermalukan dirinya sendiri. Jadi, dia berkata, "Orang yang tidak suka menari adalah orang yang stabil. Orang yang suka menari semuanya tidak stabil, mereka berkepribadian buruk dan tidak bermoral. Jika kau menikah dengan orang semacam itu, hidupmu pasti tidak akan stabil." Benarkah pernyataan ini? (Tidak.) Mengapa tidak benar? (Suka menari tidak ada hubungannya dengan stabil atau tidak.) Tanpa membahas apakah dia mengatakan ini karena keegoisan, kecemburuan, atau sebagai upaya untuk memfitnah, apa pun niatnya, apakah perkataannya itu sesuai dengan fakta-fakta objektif? Apakah orang yang bisa menari dan pandai menari sudah pasti tidak stabil? Apakah perkataan semacam itu didasarkan pada esensi dari kemanusiaan orang-orang ini? Apakah faktanya mereka tidak stabil? (Tidak.) Selain itu, apa yang dimaksud dengan stabil? Apakah stabil berarti seseorang itu orang yang baik? Apakah stabil adalah perwujudan berintegritas dan baik hati, perwujudan memiliki kemanusiaan? Paling-paling, itu adalah kelebihan dalam kemanusiaan seseorang atau suatu keunggulan; itu tidak dapat menunjukkan bahwa seseorang itu memiliki kemanusiaan yang normal. Orang itu mengutarakan sudut pandangnya seolah-olah itu adalah penalaran yang masuk akal, seolah-olah itu adalah pernyataan yang benar. Bukankah ini berarti mengungkapkan penalaran yang menyimpang? (Ya.) Fakta bahwa dia mampu mengucapkan perkataan itu membuktikan bahwa dia tidak tahu apakah yang dikatakannya itu benar atau tidak. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam itu memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Bukankah mereka sangat menyusahkan? (Ya.) Jika itu adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang normal, sekalipun dia merasa iri terhadap seseorang yang pandai menari, paling-paling dia akan berkata, "Lihat betapa lincahnya tangan dan kakinya saat menari. Aku juga ingin menari, tetapi aku tidak punya bakat ini, kelebihan ini; aku tidak pandai menari. Aku benar-benar iri bahwa dia bisa menari dengan baik! Seandainya saja aku memiliki lengan dan kaki seperti yang dimilikinya!" Mengatakannya seperti ini masih agak sulit diterima; ini disebut mengatakan yang sebenarnya. Paling-paling, ada semacam watak yang rusak dalam hal ini, tetapi itu bukanlah perwujudan dari memiliki kemanusiaan yang tidak masuk akal. Namun, masalah mengungkapkan penalaran yang menyimpang adalah masalah serius. Orang itu berkata, "Orang-orang yang menari semuanya tidak stabil dan sembrono. Sekilas pandang saja kau dapat melihat bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mampu melakukan hal-hal hebat." Fakta bahwa dia mampu mengucapkan perkataan ini menyingkapkan adanya masalah besar dengan kemanusiaannya. Masalah besar apa? Kemanusiaannya tidak memiliki kondisi dasar, mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dia bisa mengatakan hal-hal yang salah, hal-hal yang keliru, dan hal-hal yang menyimpang seolah-olah itu adalah penalaran yang masuk akal dan perkataan yang benar. Ini saja sudah cukup untuk menunjukkan bahwa dia tidak memiliki kemanusiaan. Dia mengatakan apa pun yang diinginkannya, tanpa diatur oleh hati nuraninya. Dia bahkan mampu mengungkapkan penalaran yang menyimpang dengan cara begitu terbuka, dengan rasa pembenaran diri yang sedemikian, bahkan dengan tidak mengetahui natur dari perkataan ini atau akan seperti apa akibat dari mengatakannya. Ini adalah perwujudan tidak memiliki kemanusiaan. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan sering secara terbuka mengatakan hal-hal yang keliru dan hal-hal yang tak masuk akal. Ini adalah ungkapan alami mereka. Mereka tidak hanya mengatakan hal-hal ini dalam satu atau dua hal—mereka berbicara seperti ini dalam segala hal, mengungkapkan semacam pemikiran dan sudut pandang yang keliru, dan meyakini hal itu dalam hati mereka. Mereka tidak pernah menerima pernyataan yang benar atau positif, juga tidak pernah mencari pernyataan yang benar atau positif, tetapi justru bersikeras berbicara dengan cara ini dan berperilaku dengan cara seperti ini. Jadi, orang-orang semacam ini pasti adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan. Mereka bersikeras berbicara dengan cara ini, yang sepenuhnya menyingkapkan sebuah masalah, sebuah fakta: Mereka tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, dan mereka berpikir bahwa semua ajaran sesat dan kekeliruan adalah benar. Jika engkau bertanya kepada mereka, "Apa yang tidak benar?" mereka akan menjawab, "Apa pun yang bertentangan dengan pernyataan-pernyataan ini kemungkinan tidak benar." Jika engkau bertanya lebih lanjut, "Bagaimana dengan perkataan yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, yang sesuai dengan fakta-fakta objektif? Apakah itu benar?" mereka akan menjawab, "Siapa yang peduli? Siapa yang tahu apakah itu benar atau tidak? Pokoknya, perkataan yang kuucapkan itu benar!" Tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar—apakah ini perwujudan yang seharusnya dimiliki oleh orang yang sungguh-sungguh berhati nurani dan bernalar? (Tidak.) Jawabannya sangat jelas: Tentu saja tidak.
Seseorang yang gemar berbisnis biasa membeli pakaian obral dari orang-orang tidak percaya, lalu menjualnya kepada saudara-saudari, dan mendapatkan beberapa keuntungan darinya. Kemudian, ada seseorang yang membeli kain rayon, kain katun tipis, dan kain-kain lainnya untuk pakaian musim panas dan menyimpannya di gudang. Aku berkata, "Tidak cocok menyimpannya di sana. Kalau terlalu lama disimpan, kain-kain itu bisa digigit tikus atau berjamur karena cuaca lembap, itu akan sayang sekali. Kita tidak perlu mengkhawatirkan hal itu jika kain-kainnya dijadikan pakaian untuk dikenakan saudara-saudari, bukan?" Kemudian, aku mulai mengatur hal ini. Saat kami melakukannya, orang yang menjual pakaian itu menyatakan keberatannya: "Tidak, kita tidak boleh melakukannya! Kain hitam menyerap panas. Saudara-saudari sering bekerja di bawah terik matahari; mereka juga akan kepanasan jika memakai pakaian hitam. Siapa yang akan bertanggung jawab kalau saudara-saudari jatuh sakit karena kepanasan atau mengalami serangan panas?" Apakah ini terdengar benar? Engkau semua tidak tahu, bukan? Ada sebuah fakta objektif di sini: Kain-kain ini sangat tipis dan mudah menyerap keringat, sehingga sangat sejuk untuk dikenakan. Sekalipun kain hitam sedikit lebih panas saat dikenakan, asalkan dibuat sedikit lebih longgar, hal itu tidak akan menyebabkan orang jatuh sakit karena kepanasan seperti yang diklaim si penjual itu. Selain itu, kain-kain ini tidak semuanya hitam; beberapa berwarna terang. Sebenarnya, orang yang mengatakan ini memiliki motif tersembunyi. Mengapa Kukatakan demikian? Jika engkau tidak mengetahui konteksnya, engkau mungkin benar-benar mengira dia sedang memikirkan saudara-saudari. Namun, jika engkau mengetahui konteksnya, engkau akan tahu bahwa dia memiliki motif tertentu dalam mengatakannya. Jika saudara-saudari mengenakan pakaian keren yang terbuat dari rayon itu, dia tidak akan bisa menjual pakaian yang telah dibelinya; saudara-saudari tidak akan membelinya. Pakaian yang dibelinya semuanya berasal dari kios-kios jalanan dan barang-barang obralan, dengan kualitas yang buruk; engkau akan terlihat seperti pengemis saat mengenakannya. Yang terpenting, harga yang diberikannya tidak murah. Sekarang setelah engkau mengetahui konteksnya, bisakah engkau semua memahami apakah yang dia katakan itu benar atau tidak? (Ya.) Mengapa dia berkata seperti ini? (Dia takut barang-barangnya tidak terjual.) Dia tidak mengatakan dia memiliki motif yang egois; dia menggunakan kedok memedulikan saudara-saudari dan mengkhawatirkan mereka akan jatuh sakit karena panas untuk menghalangi pembuatan pakaian tersebut, untuk menghalangi pekerjaan ini. Ada fakta objektif lainnya, yaitu bahwa dia sendiri mengenakan celana jin hitam dan pakaian hitam di musim panas dan tidak pernah mengatakan dia merasa kepanasan. Apa yang sedang terjadi? Apa yang dia katakan tidak sesuai dengan fakta! Kami ingin membuat beberapa pakaian untuk saudara-saudari dari kain rayon, dan dia berkata, "Tidak, kain hitam terlalu panas, itu akan menyebabkan saudara-saudari jatuh sakit karena kepanasan." Celana jin hitam yang dia kenakan jauh lebih tebal daripada rayon, jadi mengapa dia tidak merasa kepanasan? Jadi, apakah pernyataannya bahwa pakaian hitam terlalu panas dan akan menyebabkan saudara-saudari jatuh sakit karena kepanasan itu benar? Apakah dia tulus ketika mengatakannya? Dia tidak tulus; dia bertentangan dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. Jadi, apakah yang dia katakan benar atau tidak? Apakah itu sesuai dengan fakta? (Itu tidak sesuai dengan fakta.) Lalu mengapa dia mengatakannya? Justru karena hal ini bertentangan dengan usahanya. Di dalam hatinya, dia merasa gelisah tetapi tidak dapat mengatakannya secara langsung, jadi dia hanya dapat menggunakan perkataan ini untuk menyabotase hal tersebut, untuk mencapai tujuan melindungi kepentingannya sendiri. Akulah yang mengatur hal ini, dan dia secara terbuka mengacaukannya seperti ini. Jika dia memiliki keberatan dengan apa yang telah Kuatur, dia dapat langsung menyampaikannya kepada-Ku, tetapi dia tidak melakukannya. Di luarnya, dia sangat berpura-pura, seolah-olah sama sekali tidak keberatan, tetapi di balik layar, dia merusak pekerjaan itu, tanpa sama sekali menahan diri. Apa yang dia katakan? "Semua saudara-saudari memiliki pakaian untuk dikenakan, dan mereka berpakaian cukup bagus. Apakah perlu memakai begitu banyak orang dan mengerahkan begitu banyak upaya untuk membuat pakaian-pakaian ini?" Dia tidak berkata sepatah kata pun di hadapan-Ku; dia hanya merusak pekerjaan di balik layar dengan cara seperti ini. Ketika dia mengucapkan perkataan ini, apakah dia tahu di dalam hatinya apakah itu benar atau tidak? Jika dia melakukan hal ini kepada orang biasa, dan di dalam hatinya, dia tahu apakah itu benar atau tidak, dan hanya melakukannya karena dia dibutakan oleh keserakahan dan didorong oleh motif dan tujuan pribadi, ini hanya akan berarti bahwa ada masalah dengan karakternya. Namun, dia menargetkan-Ku dengan tindakan ini, dan setelah dia mengatakan hal-hal ini untuk merusak pekerjaan, dia tidak tahu apakah itu benar atau tidak, dia tidak memiliki kesadaran ini di dalam hatinya, dia juga tidak merasa bersalah, dan dia tidak tahu natur dari tindakannya. Orang macam apa ini? Apakah dia memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Dia melakukan tindakan yang begitu serius tetapi tidak merasakan apa pun di dalam hatinya. Katakan kepada-Ku, apakah dia memiliki hati nurani? (Tidak.) Dia tidak memiliki hati nurani, itu jelas terlihat. Sekalipun itu adalah orang biasa yang sedang mengurus hal-hal yang semestinya, melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi saudara-saudari di rumah Tuhan, engkau seharusnya mendukung pekerjaan itu dan tidak merusaknya—semua orang haruslah bekerja sama secara harmonis untuk menyelesaikannya. Selain itu, Akulah yang memulai pekerjaan ini; tetapi dia masih berani merusaknya di balik layar, dan berani mengulurkan cakar setannya. Natur ini terlalu serius! Setelah dia merusak pekerjaan itu, dia masih berpura-pura menjadi orang baik, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Katakan kepada-Ku, apakah ada sedikit saja hati nurani di dalam dirinya? Dia bahkan masih mengaku percaya kepada Tuhan. Seperti itukah keserupaan yang seharusnya dimiliki orang yang percaya kepada Tuhan? Seperti itukah hati nurani dan kemanusiaan yang seharusnya dimiliki orang yang percaya kepada Tuhan? Dia bahkan tidak tahu siapa yang dia percaya, dan tidak dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar. Tugas apa yang mampu dia laksanakan? Orang semacam itu masih berharap untuk diberkati—bukankah itu lelucon? Jika dia menargetkan-Ku secara pribadi dengan komentar-komentar tentang diri-Ku, dan Aku melihat bahwa dia tidak dengan sengaja mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja, dan bahwa pelaksanaan tugasnya dapat diterima, Aku akan menoleransi hal itu untuk sementara waktu dan terus mengamatinya. Namun, Aku sedang melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan untuk rumah Tuhan dan umat pilihan Tuhan, sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang, dan dia datang untuk mengganggu dan merusaknya, menghalangi-Ku untuk melanjutkannya. Katakan kepada-Ku, haruskah Aku bersikap lunak terhadapnya? Jika dia adalah orang dengan tingkat pertumbuhan yang kecil dan tidak tahu apa-apa, tetapi pelaksanaan tugasnya biasanya membuahkan hasil, maka Aku dapat menoleransi hal ini dan memberinya kesempatan untuk bertobat. Jika dia bersedia bertobat dan bersedia melakukan pelayanan bagi rumah Tuhan, Aku dapat mengampuninya dan tidak menangani dirinya. Jika dia tidak tahu apa yang baik baginya dan terus menyebarkan ajaran sesat dan kekeliruan, serta terus mengganggu dan merusak berbagai hal, maka Aku tidak akan menunjukkan sopan santun kepadanya, dan akan menanganinya berdasarkan prinsip. Satu-satunya yang bisa dilakukan terhadap orang jahat adalah menangani mereka berdasarkan prinsip. Ketika segala jenis hama yang mengganggu gereja dikeluarkan, gereja akan jauh lebih damai. Ketika makhluk-makhluk bukan manusia ini ditangani, suasananya akan sangat damai! Ternak seperti babi, sapi, kuda tidak cocok untuk dipelihara di dalam rumah. Jika dipelihara di dalam rumah, apa akibatnya? Tentu saja, itu akan membuat rumah menjadi tempat yang kotor, tempat yang kacau. Jika kaukatakan engkau mampu menoleransi hal ini, Aku ingin tahu berapa hari engkau mampu bertahan. Hal-hal yang tidak cocok untuk dipelihara di dalam rumah harus dikeluarkan. Mereka harus tinggal di tempat yang cocok bagi mereka, dan dengan demikian masalahnya terselesaikan. Menoleransi bukanlah solusi; menyelesaikan masalah adalah satu-satunya solusi, bukan? (Ya.) Sejelas apa pun kausampaikan persekutuanmu kepada makhluk-makhluk bukan manusia ini, mereka tidak akan menerapkannya. Sekalipun mereka telah percaya kepada Tuhan selama sepuluh atau dua puluh tahun, ketika sesuatu menimpa mereka, mereka tetap seperti orang-orang tidak percaya; mereka sama sekali tidak menerima ataupun menerapkan kebenaran, mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan, dan ketika sesuatu menimpa mereka, mereka hanya mengganggu dan menyabotase segala sesuatu. Ketika orang-orang semacam itu belum memperlihatkan diri mereka yang sebenarnya, mereka dengan enggan melakukan sedikit pelayanan. Namun, begitu diri mereka yang sebenarnya tersingkap, mereka harus segera dikeluarkan—jangan tunjukkan sopan santun kepada mereka. Jika engkau melakukannya, engkau berlaku kejam kepada mereka yang sungguh-sungguh memiliki kemanusiaan, mengejar kebenaran, dan setia dalam melaksanakan tugas mereka.
Salah satu ciri yang jelas dari orang-orang yang tidak memiliki kemanusiaan adalah mereka tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar saat bertindak dan berbicara; mereka selalu mengungkapkan penalaran yang menyimpang. Kita berkata bahwa mereka tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, tetapi mereka sebenarnya tidak pernah mengatakan atau melakukan apa yang benar. Mereka hanya mengatakan hal-hal yang tidak benar; mereka bisa mengatakan apa saja, betapa pun tidak benarnya hal itu. Misalnya, pernah ada seseorang seperti itu yang membeli sepotong pakaian yang tidak pas untuknya, dan dia melihat pakaian orang lain sangat pas dikenakan orang tersebut, jadi dia marah dan berkata, "Pakaianku tidak pas dikenakan olehku—mengapa pakaianmu begitu pas dikenakan olehmu?" Dia sangat ingin semua orang lain juga mengenakan pakaian yang tidak pas bagi mereka—barulah dia akan bahagia. Dia bahkan mampu mengatakan hal-hal seperti itu—bukankah ini penalaran yang menyimpang? (Ya.) Jika dia tidak bisa tidur di malam hari dan melihatmu tidur dengan nyenyak, dia akan menjadi tidak senang dan berkata, "Aku tidak bisa tidur, jadi mengapa kau bisa tidur? Ini tidak masuk akal! Kau tidur sangat nyenyak, apakah karena kau tidak memiliki rasa terbeban dalam melaksanakan tugasmu? Aku harus melaporkan ini kepada pemimpin gereja, kepada yang di atas!" Bukankah ini penalaran yang menyimpang? (Ya.) Aku tidak bercanda, inilah tepatnya cara bicara orang yang tidak memiliki kemanusiaan dan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Mengapa Kukatakan bahwa dia tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar? Dia melaporkan hal ini kepada-Ku. Ketika Aku mendengar apa yang dia katakan, Kupikir, "Ada yang janggal dengan apa yang orang ini katakan; ini bukan penalaran yang masuk akal! Ini bukanlah hal yang seharusnya dikatakan oleh orang yang memiliki kemanusiaan. Dia sudah tidak muda lagi, dan dia telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi dia bahkan tidak tahu apakah yang dia katakan itu benar atau tidak; dia bahkan menganggapnya sebagai penalaran yang masuk akal untuk melaporkan orang itu. Orang ini bukan saja tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah—dia bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dia jahat." Jika dia menyampaikan hal ini kepadamu, engkau semua mungkin tidak akan dapat membedakannya, dan beberapa darimu mungkin akan memercayai apa yang dia katakan, yakin bahwa penalarannya itu benar. Sekarang setelah Aku menjelaskannya seperti ini, dapatkah engkau semua membedakan apakah itu benar atau tidak? (Ya.) Bukankah orang-orang semacam itu menyimpang dan tak masuk akal? (Ya.) Mereka tidak tahu apakah yang mereka katakan benar atau tidak, tetapi mereka tetap mengatakannya. Mereka jelas menganggap pernyataan, pemikiran, dan sudut pandang yang tidak benar sebagai pemikiran dan sudut pandang yang positif untuk diungkapkan dan disampaikan. Seperti inilah tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Mereka tidak berpura-pura tidak tahu, juga tidak menggunakan perkataan ini untuk menyesatkan orang, untuk membodohi anak-anak—jelas mereka tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Jadi, Kukatakan mereka tidak memiliki kemanusiaan. Mereka bahkan tidak mampu membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam hal yang begitu dasar—apakah mereka memiliki nalar sejati? Dapatkah mereka tetap menjadi orang yang berintegritas? Mereka mengatakan hal-hal yang tidak benar seolah-olah itu benar, yang setara dengan mengatakan bahwa hitam itu putih. Dapatkah mereka tetap berintegritas dalam tindakan mereka? Dapatkah mereka memperlakukan orang dengan adil? Mereka tidak dapat memperlakukan orang dengan adil, jadi bukankah mereka sedang merugikan orang lain? (Ya.) Seperti itukah baik hati itu? (Tidak.) Mungkin mereka tidak ingin menjadi orang jahat, dan mereka juga ingin bersikap ramah kepada orang lain, tetapi mereka bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, mereka bahkan tidak dapat membedakan antara hitam dan putih, jadi bagaimana mereka dapat bersikap ramah kepada orang lain? Ini berada di luar jangkauan mereka. Hanya ketika hati nurani dan nalar yang orang miliki masuk akal, dan mereka memiliki kemampuan untuk membedakan serta mampu memilih prinsip-prinsip penerapan yang benar, barulah orang itu bisa baik hati. Jika kaukatakan engkau berintegritas dan baik hati, di manakah perwujudannya? Jika engkau bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, bagaimana mungkin engkau berintegritas dan baik hati? Engkau sedang membohongi dirimu sendiri! Ya, 'kan? Ini disebut menipu diri sendiri dan orang lain. Orang-orang semacam itu juga sangat mengagumi diri mereka sendiri, mengira bahwa karakter mereka berintegritas, bahwa mereka baik hati dan tidak takut pada otoritas, dan bahwa setiap kali mereka melihat seseorang telah melakukan kesalahan, mereka dapat langsung mengkritiknya. Apa dasarmu untuk kritik semacam itu? Jika engkau mengkritiknya berdasarkan pemikiran dan sudut pandangmu sendiri yang tidak benar, engkau akhirnya akan menyiksa orang baik, memutarbalikkan prinsip kebenaran dari rumah Tuhan. Bukankah itu berarti menyesatkan orang? Jika orang semacam itu berkuasa di gereja, itu berarti Iblislah yang sedang berkuasa. Jika Iblis berkuasa, apakah kebanyakan orang mendapat manfaat atau menderita? (Mereka menderita.) Kebanyakan orang akan sangat dirugikan dan tidak memiliki cara untuk hidup.
Topik-topik yang telah kita bahas semuanya berkaitan dengan beberapa perwujudan yang umum dalam kehidupan orang sehari-hari. Bagaimana perasaan engkau semua setelah mendengar pembahasan tentang topik-topik tersebut? Apakah topik-topik ini ada hubungannya dengan kebenaran? Apakah engkau semua bersedia mendengarkannya? (Ya.) Apakah ini hanya gosip? Apakah ini menjelek-jelekkan orang di belakang mereka? (Tidak, ini adalah untuk membantu kami belajar cara membedakan orang.) Setelah engkau mendengarkan persekutuan ini, mampukah engkau membedakan orang? (Kurasa aku mampu membedakan orang sedikit lebih baik daripada sebelumnya.) Sekarang engkau seharusnya cukup mampu untuk membedakan orang. Setelah Aku mempersekutukan kebenaran dan membahas contoh-contoh dengan cara ini, jika engkau masih belum mampu membedakan orang, berarti kualitasmu terlalu buruk dan kebenaran berada di luar jangkauanmu. Tentu saja, ada orang-orang tertentu yang seperti ini. Dengan cara apa pun mereka mendengarkan, mereka tidak memahaminya, dan bahkan berpikir, "Semua hal yang sedang Kaubicarakan hanyalah hal-hal dalam kehidupan sehari-hari—aku tidak akan mendengarkannya! Aku ingin mendengarkan kebenaran yang mendalam dari tingkat yang ketiga dari surga. Yang sedang Kaupersekutukan bukanlah kebenaran, semua itu hanyalah gosip. Aku tidak akan mendengarkannya!" Jika engkau benar-benar tidak mau, tidak perlu engkau mendengarkannya. Namun, semua topik yang sedang kita bahas ini penting. Siapa pun yang di dalam hatinya mampu memahami kebenaran, akan mampu membedakan orang. Jika engkau benar-benar mampu memahami, berarti engkau adalah orang yang diberkati. Jika engkau tidak mampu memahami dengan cara apa pun engkau mendengarkannya, dan makin engkau mendengarkan, makin engkau menjadi bingung dan makin itu membuatmu pusing, maka perwujudan ini bukan tanda atau pertanda yang baik bagimu.
Kita baru saja membahas tentang ciri dalam kemanusiaan, yakni mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Ada banyak ragam perwujudan dari orang yang tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Jika orang tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, itu bagus, dan kita tidak akan perlu membahas topik ini. Namun, banyak orang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, jadi layaklah untuk mengemukakan beberapa contoh untuk membedakan mengapa jenis orang tertentu tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, mengapa mereka tidak mampu membedakan berbagai hal yang sedemikian jelas benar atau tidak benarnya. Jenis orang ini justru mampu mengucapkan perkataan yang tak masuk akal dan melakukan hal-hal konyol—apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini? Hal ini patut dipersekutukan dan dibedakan. Mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar adalah kondisi yang seharusnya ada dalam kemanusiaan yang orang miliki. Tidak mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar adalah sesuatu yang seharusnya tidak terjadi dalam diri seseorang. Jika orang benar-benar tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, itu sangat disayangkan; itu berarti mereka tidak memiliki kondisi yang seharusnya orang miliki. Kita baru saja membahas beberapa contoh dan perwujudan spesifik, dan bagi sebagian orang, memang benar bahwa mereka jelas tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Jika orang hanya mengatakan beberapa hal yang tidak masuk akal, hal yang provokatif, atau beberapa perkataan yang keliru kepada orang lain, atau mengungkapkan penalaran yang menyimpang kepada orang lain, ini tidak perlu dipersekutukan dan dikenali secara khusus, karena perwujudan tersebut ditujukan kepada manusia rusak biasa. Namun, perwujudan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar dari beberapa orang ditujukan kepada Tuhan, pada kebenaran, dan pada hal-hal positif. Bagi orang semacam ini yang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, jika Aku tidak memberikan beberapa contoh untuk dipersekutukan, semua orang mungkin masih belum dapat membedakannya, dan mereka tidak akan memahami yang sebenarnya tentang esensi dan keseriusan masalah semacam ini. Jadi, adalah perlu bagi-Ku untuk membahas tentang hal ini. Banyak hal telah terjadi—jika hal-hal itu berkaitan dengan kebenaran, Aku harus mengatakan tentang hal-hal itu apa adanya, mengemukakan contoh-contoh negatif ini adalah untuk membantu orang memahami kebenaran dan memperoleh kemampuan untuk membedakan, serta membiarkan semua orang memetik pelajaran darinya. Jika suatu hal berkaitan dengan orang tertentu, orang terkait tidak perlu merasa malu. Jika engkau merasa malu sekarang, engkau seharusnya tidak melakukan hal tersebut pada waktu itu. Sampai sejauh mana orang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar? Sampai sejauh hal-hal yang mereka lakukan—yang diakibatkan oleh ketidaktahuan akan apa yang benar dan apa yang tidak benar, dan yang naturnya sangat serius—tidak ditujukan kepada siapa pun, tetapi kepada-Ku. Aku tidak akrab dan tidak mengenal kebanyakan orang di gereja, dan ada beberapa pemimpin dan pekerja yang hanya pernah Kutemui sekali atau dua kali, tetapi Aku jarang berbicara empat mata, dari hati ke hati, dengan orang-orang secara langsung, karena Aku tidak punya banyak waktu luang. Di antara orang-orang ini, Aku cukup dapat bergaul dengan beberapa dari mereka, tetapi beberapa orang lainnya sulit diajak berkomunikasi. Mengapa demikian? Mari kita melihat beberapa contoh berikut.
Pada suatu musim gugur, kentang yang ditanam di ladang dipanen, dan orang yang bertanggung jawab untuk memasak pergi ke ladang dan membawa pulang sekeranjang kentang. Kentang di tumpukan atas terlihat kira-kira sebesar kepalan tangan, yang terlihat lumayan. Namun, kentang-kentang di bawahnya semuanya kecil, dan beberapa sudah busuk. Aku tercengang. "Bagaimana orang itu bisa memberi kita kentang semacam ini? Bukankah kentang semacam ini seharusnya digunakan sebagai pakan ternak? Apakah orang di ladang itu melakukan kesalahan dalam mengemas kentang?" Jika itu benar-benar kesalahan, mengapa kentang di bagian atas bagus dan normal, sedangkan yang di bagian bawah kecil atau busuk? Kejadian ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi-Ku. Di luarnya, orang yang mengemas kentang itu matanya tidak terlihat juling dan penampilannya biasa saja. Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali dan sedikit berbincang dengannya, tetapi kami tidak benar-benar berinteraksi. Hampir dapat dikatakan bahwa Aku tidak mengenalnya, jadi tidak ada pertanyaan yang mengkritik, menegur, atau memangkas. Jadi, mengapa orang ini memperlakukan-Ku seperti ini, memberi-Ku kentang yang begitu kecil dan busuk? Jika dia tidak tahu bahwa kentang itu adalah untuk-Ku, mengapa dia meletakkan yang baik di atas dan yang busuk di bawah? Dia jelas tahu. Jadi, mengetahui bahwa kentang itu adalah untuk-Ku, mengapa dia masih memasukkan kentang yang busuk? Apakah dia sedang linglung saat itu? Atau apakah setan mengendalikan tangannya? Atau apakah dia dirasuki roh jahat? Ini sangat tidak mungkin. Jika dia benar-benar dirasuki roh jahat, dia pasti sudah menjadi gila dan sama sekali tidak akan membawakan-Ku kentang. Jadi, jika dia tidak dirasuki roh jahat, mengapa orang yang terlihat cukup normal ini melakukan hal semacam itu? Bukankah dia tahu bahwa melakukannya adalah tindakan penipuan? Jika dia memendam kebencian terhadap-Ku di dalam hatinya, dia seharusnya sudah meninggalkan rumah Tuhan alih-alih melaksanakan tugasnya di sini. Selain itu, jika dia memang memendam kebencian terhadap-Ku, apa alasannya? Apakah ada alasan baginya untuk membenci-Ku? Jika kita melihatnya dalam hal kemanusiaan, pertama, Aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali; Aku tidak tahu seperti apa dirinya. Kedua, Aku tidak pernah benar-benar berhubungan atau berurusan dengannya. Aku hanya tahu bahwa dia bekerja di ladang. Jadi, mengapa dia memperlakukan-Ku seperti ini? Hanya ada satu kemungkinan: Dia hanya bisa melakukan hal semacam itu jika dia memiliki gagasan yang sangat kuat tentang diri-Ku dan memiliki sangat banyak prasangka terhadap-Ku, atau jika seseorang telah menghasutnya. Bahwa orang ini mampu melakukan hal semacam itu, bahwa dia mampu mendorong dirinya melakukan hal ini—tidakkah engkau semua menganggapnya sulit dipercaya? Sekalipun engkau berurusan dengan orang biasa, dapatkah engkau mendorong dirimu untuk melakukan hal semacam ini? Sekalipun engkau mengelola supermarket, engkau tidak boleh berbuat curang dan menipu orang; engkau harus dapat dipercaya untuk mempertahankan pelangganmu dan tidak menyabotase jalanmu sendiri. Apalagi engkau sekarang ini sedang melaksanakan tugasmu, dan melakukan hal semacam itu, terutama kepada-Ku—katakan kepada-Ku, apakah ini dapat dibenarkan? (Tidak.) Lalu, apa natur orang semacam itu? Apakah dia tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar ketika dia melakukan hal ini? Dia sama sekali tidak memiliki kesadaran. Jika dia benar-benar memiliki kesadaran, ketika hendak mengambil kentang busuk itu, dia akan berpikir, "Tidak, aku tidak boleh mengambil yang busuk, aku harus mengambil yang baik. Bukankah semua orang harus makan makanan yang baik?" Apalagi kentang-kentang itu adalah untuk Kumakan—pemikiran untuk mengambil kentang busuk seharusnya bahkan tidak terlintas di benaknya, apalagi dilakukan. Jadi, bukankah jawabannya sangat jelas? Mengapa dia mampu melakukan hal ini? Itu karena entah orang tersebut bereinkarnasi dari setan atau dari binatang, dalam kemanusiaannya, dia tidak mengerti apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dalam kemanusiaannya, tidak ada apa pun yang dapat membedakan atau memeriksa tindakan dan pemikiran apa yang benar dan yang tidak benar. Jika dia bukan bereinkarnasi dari binatang atau dari setan, maka dia adalah mayat hidup. Lalu, apa arti percaya kepada Tuhan bagi orang semacam itu? Dia berkata, "Kepada tuhanlah aku percaya. Engkau hanyalah manusia, apa yang bisa engkau lakukan kepadaku?" Adakah nalar dalam perkataan ini? Apakah ini adalah kepercayaan yang sejati kepada Tuhan? Apakah memperlakukan Tuhan seperti ini sesuai dengan maksud-maksud Tuhan? Tuhan tidak menginginkan kepercayaan semacam ini. Mungkin dia juga akan berkata, "Entah tuhan menginginkanku atau tidak, bukan hakmu untuk mengatakannya!" Aku berkata, "Apa yang kaukatakan tidak benar. Jika perkataan yang Kuucapkan adalah firman Tuhan, maka ada masalah denganmu dalam memperlakukan-Ku dengan cara ini. Kesudahanmu ditentukan oleh firman Tuhan." Dia berkata, "Aku akan pergi ke tingkat yang ketiga dari surga dan melaporkanmu!" Aku berkata, "Jika kau benar-benar bisa pergi ke tingkat yang ketiga dari surga, maka cepatlah lakukan itu." Katakan kepada-Ku, bukankah orang semacam itu mengerikan? Siapa yang masih mau bergaul dengan orang semacam itu? Mari kita tidak membahas siapa yang dia targetkan sekarang. Jika dia tidak menargetkan-Ku, tetapi menargetkan seseorang, apakah tindakannya itu sesuai dengan standar hati nurani? (Tidak.) Masalah macam apa yang membuatnya mampu melakukan hal semacam itu kepada-Ku? Karena dia mampu melakukan hal semacam itu bahkan kepada-Ku, dapatkah dia juga melakukannya kepada orang biasa? Bagaimana seharusnya menilai hal ini? Aku sangat heran orang ini mampu melakukan hal semacam itu. Mengapa dia bisa melakukannya? Jika dia melakukan ini kepada orang biasa, Aku juga akan memiliki penggolongan baginya. Adalah salah baginya melakukan hal itu. Bukan berarti melakukan hal ini kepada orang lain adalah benar, sementara melakukannya kepada-Ku adalah tidak benar—pernyataan seperti ini tidak adil dan tidak dapat dibenarkan. Jika dia mampu melakukan hal ini kepada-Ku, berarti dia mampu melakukannya kepada orang lain, kepada siapa pun. Apa alasan dia melakukannya? Hal ini patut direnungkan secara mendalam. Dia berkata bahwa dia percaya kepada Tuhan dan bahwa dia adalah anggota rumah Tuhan, jadi mengapa dia sampai bisa memperlakukan-Ku seperti ini? Mengapa dia bisa melakukan hal yang begitu hina? Mengapa dia bisa melakukan sesuatu yang begitu tak masuk akal? Dia menganggap dirinya sangat baik, jadi mengapa dia bisa memberikan kentang busuk kepada orang lain untuk dimakan? Mengapa dia tidak memakannya sendiri? Kentang busuk, kentang kecil, dan kentang yang tidak tumbuh dengan baik adalah untuk pakan ternak, jadi mengapa dia memberikannya kepada orang untuk dimakan? Sekalipun aku tidak mengukur dirinya berdasarkan kebenaran, hanya dari sudut pandang moral, tindakannya itu tidak dapat diterima, jadi Kukatakan bahwa dia bukan manusia. Apakah penggolongan ini akurat? Apakah itu adil? (Itu akurat dan adil.) Dia melakukan hal yang jelas-jelas salah dan tetap tidak menyadarinya, dan dia bahkan merasa nyaman, serta tidak memiliki sedikit pun rasa bersalah di dalam hatinya. Mengapa demikian? Dia tidak memiliki hati nurani, dia bahkan tidak memiliki jiwa; seperti halnya setan atau binatang, dia tidak memiliki kesadaran. Dia bukan manusia, jadi, dia tidak memiliki hati nurani. Dia tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, dan betapa pun seriusnya kesalahan yang dia lakukan, dia selalu merasa tindakannya sepenuhnya dapat dibenarkan, dan dia tidak pernah mengakui kesalahannya, dan bersikeras untuk terus bertindak dengan cara yang sama. Ketika orang lain menggolongkan dirinya, mengatakan bahwa hal yang dilakukannya salah, dia tetap berpikir bahwa dialah yang benar dan merasa diperlakukan tidak adil. Kukatakan bahwa itu sama sekali bukan memperlakukanmu secara tidak adil. Itu bukanlah mengutukmu atau menggolongkanmu sebagai orang yang tidak memiliki kemanusiaan tanpa memahami faktanya. Sebaliknya, dengan fakta-fakta serius yang terlihat oleh semua orang, siapa yang tetap dapat mengatakan bahwa engkau memiliki kemanusiaan? Dengan fakta-fakta ini sebagai bukti, tak seorang pun dapat menyangkal hal ini. Aku ingin mengatakan bahwa engkau memiliki kemanusiaan, bahwa engkau baik hati dan berintegritas, tetapi natur dari apa yang telah kaulakukan terlalu keji; naturnya sama seperti natur Iblis yang mencemooh Tuhan, naturnya adalah memutarbalikkan fakta seperti yang Iblis lakukan dengan menunjukkan kepada Tuhan kekayaan dan kemuliaan dunia dan berkata kepada-Nya, "Semua ini akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau mau sujud menyembah aku." Semua di dunia dan segala sesuatu, diciptakan oleh Tuhan. Tuhan menciptakan semua yang ada dan segala sesuatu; Tuhan sudah seharusnya menikmati semua ini, engkau tidak seharusnya menikmatinya, engkau tidak memenuhi syarat untuk itu. Apa yang kaunikmati adalah apa yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Engkau seharusnya menyembah Tuhan, bukan membiarkan Tuhan menyembahmu. Orang ini bahkan tidak memahami konsep yang sedemikian jelas dan sederhana, dan bahkan berpikir hanya untuk mendapatkan beberapa kentang, Aku harus mencari tahu suasana hatinya dan melihat apakah dia sedang merasa bahagia atau tidak. Jika suasana hatinya sedang buruk, dia akan memberi-Ku beberapa kentang busuk, seolah-olah dia sedang berurusan dengan seorang pengemis. Aku seharusnya menanggung perlakuan buruk darinya—mungkinkah itu terjadi? Mungkinkah Aku menoleransi hal itu? (Tidak.) Bagaimana orang semacam itu harus diperlakukan? (Dia harus segera dikeluarkan.) Orang semacam itu harus ditangani dengan menggunakan keputusan administratif. Ini memang bukan satu-satunya kejadian semacam itu. Ada yang berkata, "Adakah kejadian yang lebih serius dari ini?" Tentu saja ada, jika tidak, mengapa Kukatakan bahwa orang-orang berbeda satu sama lain? Jika semua orang yang percaya kepada Tuhan mampu menyembah Tuhan, maka tidak perlu bagi setiap orang untuk dipilah berdasarkan jenisnya. Justru karena banyak orang tidak benar-benar percaya kepada Tuhan, dan karena ada orang jahat dan orang-orang tidak bertanggung jawab yang mengganggu pekerjaan gereja, yang mampu melakukan perbuatan jahat apa pun, maka saat pekerjaan gereja berakhir, semua orang disingkapkan dan dipilah berdasarkan jenisnya.
Mari kita membahas contoh lainnya. Jagung di ladang sudah matang, dan seseorang akan membawakan sebagian jagung itu untuk-Ku. Seseorang di dekatnya berkata kepadanya, "Jagung itu sudah diinjak-injak tikus, jangan diambil!" Dia berpikir sejenak dan berkata, "Memangnya kenapa kalau sudah diinjak-injak tikus? Bukankah masih bisa dimakan? Tidak masalah jika kuambil!" Dia tahu betul bahwa jagung itu telah diinjak-injak tikus dan tidak layak untuk dimakan manusia, tetapi dia bersikeras membawakan jagung itu untuk-Ku. Apa natur dari hal ini? Apakah orang semacam itu memiliki kemanusiaan? (Tidak.) Lalu orang macam apa dirinya? (Bukan manusia, melainkan setan.) Katakan kepada-Ku, apakah dia setuju untuk memberikan jagung yang telah diinjak-injak tikus itu untuk dimakan orang tua atau anaknya? (Tidak.) Mengapa tidak? (Dia tahu jagung itu tidak bersih, bahwa memakannya akan buruk bagi kesehatan mereka. Dia tidak akan bersedia membiarkan keluarganya memakannya.) Dia tahu bahwa dia tidak boleh memberikannya kepada keluarganya, tetapi dia bersikeras membawakannya kepada-Ku, dan orang lain tidak bisa menghentikannya. Lalu, tahukah dia apakah ini benar atau tidak benar? (Dia tidak tahu.) Sebenarnya, di dalam hatinya dia tahu bahwa ini tidak benar. Jadi, mengapa dia masih ingin membawa jagung itu kepada-Ku? Apakah Aku musuhnya? Apakah Aku pernah menyiksanya atau menyakitinya? Tidak, Aku tidak melakukan satu pun dari hal ini. Aku tidak mengenalnya, tetapi dia bersikeras membawakan-Ku jagung yang telah diinjak-injak tikus. Katakan kepada-Ku, apa natur dari hal ini? Ini benar-benar hal yang dilakukan oleh seseorang yang percaya kepada Tuhan. Ini benar-benar membuka matamu dan memperluas wawasanmu, ini benar-benar membuatmu memperoleh kemampuan untuk membedakan, dan membuatmu melihat bahwa benar-benar tidak ada habisnya hal yang ganjil di dunia yang luas ini. Katakan kepada-Ku, ketika dia menyiapkan jagung itu untuk-Ku, apakah dia memiliki kesadaran di dalam hatinya? Apakah dia tahu bahwa apa yang sedang dilakukannya itu tidak benar, bahwa dia seharusnya membawakan beberapa jagung yang baik, setidaknya jagung yang belum diinjak-injak tikus? Apakah dia berpikir seperti ini? (Dia tidak memiliki kesadaran.) Dia tidak memiliki kesadaran mengenai hal-hal semacam itu. Jika jagung yang terkontaminasi itu dibawa kepada ibu atau anaknya, dia akan memiliki kesadaran. Dia tidak memiliki kesadaran hati nurani yang seharusnya ada dalam kemanusiaan, jadi apakah dia memiliki kemanusiaan? Makhluk macam apa dirinya? (Bukan manusia.) Engkau lihat, dalam kepercayaannya kepada Tuhan, dia melaksanakan tugasnya, dia menderita dan membayar harganya, dia mampu berjerih payah secara fisik, dan dia juga menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan, tetapi mengapa dia begitu tidak bersahabat terhadap-Ku? Mengapa dia begitu jijik terhadap-Ku? Aku tidak pernah berbincang lebih dari beberapa kata dengannya, jadi dengan cara apa Aku telah menyinggung dirinya? Beberapa orang yang pernah berhubungan dengan-Ku bersikap cukup baik, dan mereka cukup ramah terhadap-Ku. Tidak semua orang seperti dia. Namun, Aku tidak pernah menyinggung orang itu, juga tidak pernah menyakitinya, jadi mengapa dia begitu membenci-Ku? Di dalam hatimu, engkau semua memiliki jawabannya. Dia tidak hanya membenci-Ku; dia memperlakukan semua orang dengan cara seperti ini. Dia memang jenis makhluk semacam ini. Jika dia berbisnis, dia pasti akan menipu dan berbuat curang, serta melakukan segala macam perbuatan buruk. Dia tidak memiliki batasan hati nurani dan tidak berprinsip dalam caranya berinteraksi dengan orang lain; hatinya dipenuhi dengan hal-hal gelap ini. Sangat jelas bahwa ini adalah metode dan prinsipnya yang konsisten dalam berurusan dengan orang; ini adalah sarana dan caranya dalam menangani berbagai hal. Ada orang yang berkata, "Fakta bahwa dia mampu melakukan hal ini berarti dia tidak memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan." Apakah pernyataan ini benar? (Tidak.) Mengapa tidak benar? Sekalipun engkau memperlakukan-Ku seperti orang biasa, engkau seharusnya tidak melakukan hal ini kepada-Ku. Sekalipun engkau hanya taat secara moral, engkau seharusnya tidak melakukan hal ini. Jika makanan benar-benar telah diinjak-injak tikus atau digerogoti hewan dan mengandung bakteri, makanan itu bahkan tidak boleh dijual di supermarket. Bagaimana jika seseorang memakannya dan terjadi sesuatu padanya? Entah orang lain mengetahuinya atau tidak, hal itu tidak akan sesuai dengan hati nuranimu. Karena engkau tahu, engkau seharusnya tidak membiarkan orang lain memakannya. Ini berkaitan dengan natur yang orang miliki, dan ini berkaitan dengan cara orang itu dalam berperilaku. Engkau bahkan tidak memiliki standar moral yang paling dasar dalam caramu berperilaku, tetapi engkau menganggap dirimu manusia. Engkau sama sekali bukan manusia. Bahkan binatang pun tahu bahwa mereka harus melindungi siapa pun yang memberinya makan dan membesarkannya. Ambil contoh seekor anjing—jika engkau selalu memberinya makan, dia akan baik kepadamu. Jika orang asing datang ke rumah dan ingin mengambil sesuatu, dia akan menghentikannya dan melindungimu di setiap kesempatan. Bahkan anjing pun mampu setia dan melindungi tuannya, jadi bagaimana mungkin orang itu gagal mencapai taraf ini? Bukankah dia lebih buruk daripada anjing? (Ya.) Jika kaukatakan bahwa dia adalah setan, dia mungkin benar-benar menolak untuk menerimanya. Jadi, mari kita katakan secara objektif sekarang: Orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan, karena dia telah melakukan hal yang tak masuk akal semacam itu, hal yang rusak secara moral semacam itu, tetapi dia tidak memiliki kesadaran hati nurani, dan dia juga tidak pernah menyesalinya dan tidak merasa sedih karenanya. Sekalipun yang dia perlakukan seperti ini adalah orang biasa, dia seharusnya memiliki kesadaran hati nurani, dia seharusnya merasa sedih di dalam hatinya, dan dia seharusnya tahu bahwa apa yang dia lakukan itu tidak benar dan harus dihentikan. Terlebih lagi, dia memperlakukan-Ku dengan cara seperti ini, yang bahkan lebih tidak dapat dibenarkan. Tentu saja, Aku tidak terluka karena dia memperlakukan-Ku dengan cara seperti ini. Hati-Ku tidak mudah terluka. Hanya saja Aku melihat prinsip yang dia gunakan dalam menangani berbagai hal terlalu tercela. Bukan saja tidak memenuhi standar hati nurani, melainkan juga terlalu hina dan menjijikkan. Orang ini sama sekali tidak memiliki kemanusiaan! Dia melakukan tindakan salah seperti itu dengan begitu membenarkan diri dan secara terbuka, dan tak seorang pun dapat menghentikannya. Kukatakan bahwa dia tidak memiliki kemanusiaan sama sekali bukan berarti memperlakukannya secara tidak adil, karena inilah tepatnya jenis tindakan—tindakan tanpa kemanusiaan—yang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kemanusiaan. Semua ini sangat sesuai dengan esensi dan identitas dirinya. Jika orang melakukan segala sesuatu dengan benar, dan mereka memiliki kemanusiaan dan hati nurani, maka mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kemanusiaan berarti memperlakukan mereka secara tidak adil. Namun, jika mereka benar-benar melakukan tindakan yang tanpa kemanusiaan, maka mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kemanusiaan sangatlah sesuai dengan esensi mereka. Mengatakannya demikian bukan berarti memperlakukan mereka secara tidak adil, bukan? (Ya.) Ada orang-orang yang ketika mendengar-Ku mengucapkan perkataan ini, memiliki pemikiran tertentu dan berkata, "Engkau selalu membicarakan hal-hal ini dan itu membuat kami kehilangan muka. Siapa yang tidak pernah berbuat salah?" Benarkah berpikir seperti ini? (Tidak.) Semua orang berbuat salah, tetapi natur dari kesalahan itu sangat berbeda. Banyak kesalahan berkaitan dengan masalah dalam kemanusiaan, dan banyak kesalahan berkaitan dengan esensi natur seseorang. Beberapa kesalahan hanyalah ungkapan watak rusak yang orang miliki dan bukan berarti bahwa ada masalah dengan esensi orang tersebut.
Mari kita membahas contoh lainnya. Suatu hari, Aku pergi ke sebuah perkebunan, dan kebetulan orang-orang di sana sedang memetik buah pir. Seseorang membawakan beberapa buah pir untuk-Ku. Sekilas Kulihat buah-buah pir ini masih cukup hijau dan belum terlalu matang, tetapi Aku melihat orang yang memetik buah pir itu memegang buah pir berwarna kuning cerah dan memakannya, dan sambil memakannya dia berkata, "Manis sekali, buah pir ini lezat!" Dia menyimpan buah pir yang matang untuk dimakannya sendiri, dan buah pir yang dia petik untuk-Ku pada dasarnya semuanya masih mentah. Dengan mengesampingkan hal tentang apakah buah pir itu matang atau tidak, orang yang memetik buah pir itu bukanlah orang bodoh. Dia menghabiskan hari demi hari di dekat pohon-pohon pir itu, dan dia tahu buah mana yang matang dan mana yang belum matang. Aku kebetulan saja pergi ke sana, dan dia memetik buah pir yang masih mentah dari pohonnya dan memberikannya kepada-Ku. Sebenarnya, Aku tidak suka makan buah mentah atau buah yang naturnya dingin, dan Aku khususnya tidak bisa makan buah yang masih mentah, karena itu membuat perut-Ku mual. Namun, dia memberi-Ku buah pir mentah, sementara dia sendiri mengambil sebuah buah pir matang dan menggigitnya. Kejadian ini meninggalkan kesan yang mendalam pada-Ku. Aku tahu dia bisa membedakan antara buah pir yang mentah dan yang matang. Dia berasumsi orang lain bodoh dan tidak tahu, dan berpikir, "Sudah cukup baik bagiku untuk memberimu buah pir mentah. Aku bahkan memberimu beberapa buah. Kau tidak tahu apakah buah pir itu matang atau tidak, kau tidak memiliki pengetahuan tersebut! Meskipun kau mampu menyampaikan kebenaran dengan jelas dan logis, kau pasti akan tetap menganggapku baik dan bahwa aku memperlakukanmu dengan baik setelah aku memetik begitu banyak buah pir mentah untukmu." Orang yang melakukan ini berpikir bahwa orang lain bodoh, dan khususnya bahwa Aku bodoh. Apakah dia memiliki kesadaran di dalam hatinya ketika dia melakukan hal dungu seperti ini? (Tidak.) Dia tidak memiliki kesadaran. Dia mengira telah mengelabui orang lain dan bahwa dia sangat pintar. Apakah dia pintar? (Tidak.) Jika dia benar-benar pintar, bagaimana mungkin dia melakukan hal yang sangat dungu seperti itu dan tetap tidak memiliki kesadaran? Ini membuktikan bahwa dia tidak pintar, melainkan picik. Dia memetik buah pir yang belum matang dan memberikannya kepada-Ku untuk dimakan, sementara dia sendiri memegang buah pir yang matang dan memakannya. Bukankah tindakan ini terlihat konyol? Kubiarkan hal ini berlalu, tetapi apa yang dilakukannya meninggalkan kesan yang mendalam pada diri-Ku. Fakta bahwa orang ini mampu melakukan hal ini terhadap-Ku—bukankah natur hal ini sangat serius? Dalam hal sudut pandangnya, prinsipnya dalam menangani berbagai hal, dan pendekatannya dalam hal ini, seperti apa kemanusiaannya? Tahukah dia bahwa apa yang dilakukannya itu tidak benar, bahwa memperlakukan orang lain dengan cara seperti ini tidak benar? (Dia tidak mengetahuinya.) Dia mengira dirinya sangat pintar. "Lihat betapa pintarnya diriku, aku memberimu buah pir yang mentah dan kau bahkan tidak menyadarinya! Aku menyimpan semua yang matang untuk diriku sendiri, dan engkau tidak akan makan satu pun yang matang! Jika engkau datang lagi, aku tetap tidak akan memetik buah yang matang untukmu, aku hanya akan memberimu buah yang mentah!" Hanya hal memetik buah pir saja sudah menyingkapkan dirinya. Bukankah dia adalah orang yang tidak berguna? (Ya.) Dia tidak berguna dan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Katakan kepada-Ku, kemanusiaan macam apa ini? Dalam pandangan-Ku, dia adalah binatang, dia hanya memiliki penampilan manusia, dan sebenarnya, dia tidak layak disebut manusia. Hal yang dia lakukan dan kesalahan yang dia lakukan ini benar-benar buruk, hampir sama dengan apa yang akan dilakukan binatang. Orang selalu mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang lebih tinggi, tetapi menurut-Ku, banyak orang yang bahkan lebih buruk daripada binatang! Hanya dari apa yang dia lakukan, dari prinsip dan dari caranya bertindak, selain tidak memiliki kemanusiaan, dia bahkan tidak sesetia anjing penjaga kepada tuannya. Kami memiliki seekor anjing di rumah. Suatu kali, dia sedang menyantap telinga babi, dan Aku menggodanya dengan berkata, "Kau sangat menikmatinya, bukan? Mengapa tidak memberi-Ku sedikit untuk Kucicipi?" Dia meletakkan telinga babi itu dan mendorongnya ke arah-Ku, seolah berkata, "Silakan." Daging dan tulang adalah makanan paling lezat bagi seekor anjing. Sekalipun anaknya sendiri menginginkannya, dia tidak akan memberikan telinga babi itu kepadanya, tetapi Aku berkata Aku ingin memakannya, dan dia segera menawarkannya kepada-Ku. Engkau lihat, ketika engkau memelihara anjing, engkau dapat melihat apa yang membuat anjing itu menyenangkan. Engkau merawat dan memperlakukannya dengan baik, dan baginya, engkau adalah keluarganya. Jika engkau meminta hal terbaik yang dimilikinya, dia akan memberikannya kepadamu. Dia memiliki kasih sayang terhadapmu. Manusia tidak mampu melakukan hal ini—jadi bagaimana mereka bisa dianggap binatang yang lebih tinggi? Para setan berkata bahwa manusia adalah binatang yang lebih tinggi. Ini adalah kekeliruan murni, penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat. Jika orang tidak memiliki kemanusiaan, saat hidup di dunia Iblis ini, mereka mampu melakukan perbuatan buruk apa pun—mereka bisa menjadi seburuk-buruknya, sehina-hinanya, sejelek-jeleknya, dan setercela-tercelanya. Jika mereka tidak memiliki fungsi hati nurani dan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, mereka mampu melakukan perbuatan buruk apa pun, dan membiarkan perkataan yang tidak benar, penalaran yang menyimpang, dan ajaran sesat keluar dari mulut mereka. Manusia lebih mengerikan daripada binatang. Binatang sebenarnya tidak mengerikan; mereka sangat sederhana, sangat murni, dan sangat terang-terangan. Anjing kecil yang Kumiliki, ketika masih kecil dan sedang makan telinga babi, menjadi sangat gembira saat melihat-Ku sehingga dia mulai menggoyang-goyangkan kepalanya dan mengibas-ngibaskan ekornya. Dia tahu cara membuat-Ku senang. Namun, jika Aku menggodanya dan meminta makanannya, dia tidak akan memberikannya kepada-Ku, dan dia akan segera bersembunyi dan keluar hanya setelah selesai makan. Sejak mencapai usia dua atau tiga tahun, perilakunya telah menjadi berbeda, dia sudah bijak sekarang. Ketika Aku meminta sesuatu yang disukainya, dia memberikannya kepada-Ku. Dia tulus ketika memberikannya kepada-Ku, tanpa menuntut apa pun dari-Ku atau tanpa menyembunyikan motif tersembunyi terhadap-Ku. Ketika dia tidak memberikannya kepada-Ku, dia juga tulus, tanpa berniat jahat terhadap-Ku. Entah dia memberikannya kepada-Ku atau tidak, dia tulus. Ini adalah atribut dan naluri bawaannya. Binatang tidak memiliki watak yang rusak. Mereka tidak memiliki apa pun yang telah diproses oleh Iblis, dan pengungkapan mereka semuanya alami, sangat langsung dan sederhana. Engkau tidak perlu menebak niat mereka, dan engkau tidak perlu bersikap waspada terhadap mereka. Jika binatang memberimu sesuatu, dia benar-benar memberikannya kepadamu, dan jika tidak, dia tidak memberikannya kepadamu. Jika binatang merasa senang, dia bersikap riang, dan jika tidak, dia tidak bersikap riang. Dia tidak akan dikendalikan oleh emosinya, dan tidak akan memiliki niat buruk terhadapmu. Manusia itu berbeda. Manusia itu mengerikan. Mengenakan kulit manusia, jika mereka tidak memiliki hati nurani atau nalar, mereka tidak mungkin lebih baik daripada binatang, tetapi mereka bisa menjadi seburuk-buruknya. Dapat menjadi seburuk apa mereka? Sedemikian buruknya sampai-sampai engkau akan merasa telah melihat setan hidup, membuatmu merasa itu tak terbayangkan, mengguncang hati nuranimu, memukul dan melukai lubuk hatimu. Ketika Aku merasakan hal-hal ini, Aku mengeluh dalam hati-Ku, berpikir: "Apakah ini yang seharusnya manusia lakukan? Mengapa manusia bisa begitu jahat? Dia percaya kepada Tuhan, mengapa dia tetap mampu melakukan hal-hal seperti ini?" Begitu orang kehilangan hati nurani dan nalar mereka, mereka bisa menjadi seburuk-buruknya. Mereka bukan saja bisa seburuk diri mereka sekarang, tetapi bisa menjadi jauh lebih buruk, dan mereka bisa terus merosot. Orang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar adalah awal dari kemerosotan umat manusia, awal dari kejatuhan umat manusia.
Jika orang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, mereka tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan itu berarti mereka tidak memiliki kemanusiaan, dan mungkin saja memiliki natur setan. Apa pun yang mereka perlihatkan setelahnya atau apa pun yang mereka jalani seumur hidup mereka, singkatnya, mereka tidak akan diselamatkan, mereka tidak akan pernah diselamatkan. Jika orang tidak berhati nurani dan tidak bernalar—tepatnya, tidak memiliki kemanusiaan—itu berarti mereka tidak dapat diperbaiki dan tidak dapat diselamatkan. Memang begitulah kenyataannya. Jika mereka bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, bagaimana mereka dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan hati nurani dan nalar? Tidak masuk akal jika mengira mereka dapat melakukannya. Ada orang-orang yang cenderung iri dan suka berselisih. Jika itu berselisih dengan orang lain, engkau mungkin mengira natur dari hal ini tidak terlalu serius, tetapi ada orang-orang yang suka berselisih dengan-Ku. Lalu, percaya kepada siapa "orang-orang yang percaya kepada Tuhan" ini sebenarnya? Fakta bahwa mereka mampu berselisih dengan-Ku menjadikan masalah ini serius. Beberapa orang tidak pernah melupakannya ketika Aku menunjukkan masalah mereka, dan setelah itu mereka merenungkan cara apa yang dapat mereka gunakan untuk mencari celah dan membalas dendam. Misalnya, Aku pernah berkata kepada seseorang seperti ini, "Kau selalu memasak begitu banyak, mengapa kau tidak membuat sejumlah yang tepat?" Dia memikirkannya: "Kaukatakan aku tidak mengerti tentang seberapa banyak makanan yang harus dimasak. Bukankah ini menyiratkan aku tidak cerdas, mengatakan aku tidak pandai? Mengapa tidak kau saja yang memasak!" Setelah Aku memasak dan ada juga sedikit yang tersisa, dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi di dalam hatinya, dia berpikir, "Kau juga tidak bisa memasak dengan jumlah yang tepat, bukan? Aku telah menemukan kesempatan untuk membalas dendam terhadapmu. Kau telah menyingkapkan masalahku, jadi aku juga akan menyingkapkan masalahmu!" Dia selalu berusaha mencari cara untuk menargetkan-Ku. Ada orang yang berkata, "Apakah Engkau menyimpan dendam terhadap siapa pun yang menargetkan diri-Mu? Jadi, tidak apa-apa jika orang lain yang menjadi target, asalkan bukan Engkau?" Benarkah bagi mereka untuk berkata seperti itu? (Tidak.) Pada kesempatan lain, Aku meminta seseorang untuk merapikan meja, dan dia berkata, "Bukan aku yang membuatnya berantakan!" Aku berkata, "Sekalipun bukan engkau, kau tetap bisa merapikannya." Dia berkata, "Sekalipun aku merapikannya, aku harus menjelaskan bahwa bukan aku yang membuatnya berantakan." Aku memintanya untuk merapikan barang-barang di lemari, dan dia berkata, "Barang-barang di sana bukan aku yang membelinya!" Aku berkata, "Bukan kau yang membelinya, tetapi tidak bisakah kau merapikannya? Mengapa ketika Aku mengatakan sesuatu, itu begitu tidak efektif? Apakah kau benar-benar harus tahu siapa yang membelinya sebelum kau dapat merapikannya?" Tahukah dia apa yang dikatakannya itu benar atau tidak benar? Dia sedang mengungkapkan penalaran yang menyimpang, bukan? (Ya.) Kukatakan bahwa dia sedang mengungkapkan penalaran yang menyimpang, tetapi di dalam hatinya, dia tetap tidak yakin, berpikir bahwa status istimewa-Ku berarti orang lain harus menerima apa pun yang Kukatakan, seolah-olah Aku sedang memaksakan kehendak-Ku. Apakah cara berpikirnya benar? (Tidak.) Kemudian, Aku melihat bahwa dia sama sekali tidak menerima kebenaran, dan apa pun yang Kukatakan, dia tidak mau menerima hal itu di dalam hatinya, jadi Aku tidak lagi membuang-buang waktu dan tenaga-Ku untuknya—dia dapat melakukan apa pun yang dia inginkan, dan Aku akan membiarkan dan menoleransi dirinya. Meskipun Aku memiliki identitas dan status ini, ada terlalu banyak orang yang tidak mendengarkan-Ku dan melawan-Ku. Aku secara pribadi telah melihat banyak saudara-saudari yang bersikap tidak hormat terhadap-Ku. Ada banyak orang yang menentang-Ku dan penuh kebencian terhadap-Ku, banyak orang yang merasa iri terhadap-Ku dan membenci-Ku dalam hati mereka, banyak orang yang memandang rendah dan meremehkan-Ku, banyak orang yang menghakimi-Ku di belakang-Ku, dan banyak orang yang mengejek serta mencemooh-Ku secara terang-terangan. Bagaimana Aku memperlakukan mereka? Selama tiga puluh tahunan bekerja, Aku tidak pernah membalas dendam kepada satu orang pun. Aku tidak pernah membenci siapa pun, juga tidak pernah menyiksa mereka setelah Aku menerima status-Ku karena mereka tidak menghormati-Ku ketika identitas-Ku belum diungkapkan secara terbuka. Tidak pernah sekali pun aku melakukan hal semacam itu. Terlebih dari itu, sekalipun orang-orang ini telah melakukan beberapa hal yang kasar atau menyakitkan kepada-Ku, Aku tidak pernah meminta pertanggungjawaban mereka. Namun, Aku memang harus mempersekutukan masalah-masalah semacam ini dengan menghubungkannya dengan kebenaran untuk membantu semua orang agar mampu mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai hal—ini bermanfaat bagi semua orang. Namun, banyak orang tidak mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal yang telah dilakukan orang-orang ini. Mereka tidak menganggap serius hal-hal semacam itu, seolah-olah ini tidak layak disebutkan. Bukankah ini masalah? Jadi, sangatlah penting untuk bersekutu tentang hal-hal semacam ini agar setiap orang memiliki kemampuan untuk mengenalinya. Karena kaukatakan engkau percaya kepada Tuhan, Aku memperlakukanmu sebagai orang percaya. Aku menuntutmu berdasarkan tugas yang sedang kaulaksanakan, jadi bukankah engkau seharusnya melaksanakannya? Bukankah engkau harus memiliki ketundukan? (Ya.) Aku memiliki identitas ini, dan Aku menuntutmu dengan identitas dan status ini, jadi engkau harus memperlakukan apa yang Kukatakan dengan sikap seorang makhluk ciptaan. Engkau sedang melaksanakan tugasmu; engkau tidak seharusnya membuat pernyataan lain, engkau tidak seharusnya mengucapkan penalaran yang menyimpang, dan engkau seharusnya tidak menentang-Ku. Inilah rasionalitas minimum dan perwujudan kemanusiaan yang seharusnya kaumiliki sebagai makhluk ciptaan. Namun, orang ini bukan saja tidak memiliki sikap seperti itu, tetapi dia juga menggunakan penalaran yang menyimpang. Apakah dia tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar? Tidak. Orang yang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar tidaklah memiliki kemanusiaan, bukan? (Ya.) Dapat dikatakan dengan pasti bahwa mereka tidak memiliki kemanusiaan. Jika orang biasa memintamu merapikan meja dan menata lemari, dan engkau tidak ingin melakukannya atau merasa bahwa orang lain itu adalah orang biasa dan tidak berhak memintamu melakukannya, maka engkau dapat memilih untuk tidak melakukannya. Namun, dua hal yang engkau katakan, "Bukan aku yang membuatnya berantakan!" dan "Barang-barang di lemari itu bukan aku yang membelinya!"—apakah ini yang akan dikatakan oleh orang yang berhati nurani dan bernalar? Bukankah ini sangat tidak masuk akal? (Ya.) Engkau membangkang ketika orang biasa berbicara seperti ini kepadamu, tetapi sekarang Akulah yang berbicara kepadamu, dan engkau masih berani menggunakan penalaran yang menyimpang terhadap-Ku dan membela diri dengan logika yang menyesatkan. Disebut apa karaktermu jika engkau mampu menggunakan penalaran yang menyimpang seperti ini? Engkau berkata, "Bukan aku yang membuatnya berantakan," yang berarti, "Siapa pun yang membuatnya berantakan harus membereskannya; pokoknya, aku tidak akan melakukannya!" Engkau tak mau melaksanakan tugas yang seharusnya kaulaksanakan, dan bahkan engkau menggunakan penalaran yang menyimpang. Inikah cara yang seharusnya digunakan oleh orang dengan kemanusiaan yang normal dalam menangani berbagai hal? Jika tugas ini adalah apa yang seharusnya kaulakukan, bukankah engkau tidak boleh berkata seperti ini? Bahwa engkau mampu berkata seperti ini, bukankah itu berarti engkau tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar? Demi menolak dan tidak melakukan hal ini, engkau bahkan melampiaskan amarahmu dengan mengatakan bahwa bukan engkau yang membuatnya berantakan, juga bukan engkau yang membeli barang-barang itu, jadi engkau tidak mau membereskannya. Engkau mengarang alasan dan menggunakan penalaran yang menyimpang untuk menghindarkan dirimu melakukan hal itu. Bukankah penalaranmu terlalu menyimpang? Engkau mampu membiarkan penalaran yang menyimpang seperti itu keluar dari mulutmu, dan engkau melakukannya dengan sikap percaya diri yang lancang dan bahkan sombong. Orang semacam itu tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, bukan? Mereka tidak memiliki kemanusiaan, bukan? (Ya.) Aku menggolongkanmu seperti ini bukan karena Aku memiliki identitas serta status ini dan bukan karena engkau menargetkan-Ku. Sekalipun orang lain memintamu untuk melakukan hal ini dan engkau menolak serta berusaha membantah, sebagai pengamat, Aku tetap akan menilaimu seperti ini, karena apa yang kaukatakan tidak sesuai dengan kemanusiaan, itu tidak benar, itu adalah penalaran yang menyimpang, itu adalah ajaran sesat dan kekeliruan. Menurutmu itu tidak salah, bahkan menganggapnya sebagai penalaran yang masuk akal; ini saja cukup untuk menunjukkan apa yang ada di dalam kemanusiaanmu. Engkau tidak dapat menahannya saat itu dan langsung mengatakannya. Ini adalah perwujudan alami, dan perwujudan alami yang merepresentasikan kemanusiaan dan esensi yang orang miliki. Mengapa Kukatakan bahwa itu merepresentasikan esensi yang orang miliki? Bahwa engkau memiliki pemikiran dan sudut pandang semacam itu, itu bukan sesuatu yang bersifat sementara, dan itu tidak dipicu oleh sesuatu yang Kukatakan; sebaliknya, pemikiran dan sudut pandang ini adalah apa yang telah kaupikirkan sejak lama, selama berhari-hari dan berbulan-bulan—di samping itu, karena beberapa hal tidak sesuai dengan keinginanmu, engkau mengembangkan berbagai gagasan, hatimu dipenuhi dengan ketidakpuasan dan pembangkangan. Pengendalian dirimu terlepas sejenak dan isi hatimu tersingkap. Apa yang tersingkap? Bahwa engkau tidak memiliki hati nurani dan nalar, dan bahwa kemanusiaanmu terlalu jahat, terlalu menakutkan. Jika engkau meminta orang yang disebutkan di atas untuk menerima kebenaran, dia tidak dapat melakukannya. Jika engkau memintanya untuk mengetahui watak rusaknya, hal itu bahkan lebih mustahil baginya. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan berada pada level yang sama dengan binatang. Aku menggolongkannya seperti ini bukan karena dia secara tidak sengaja berbuat salah terhadap-Ku atau mengatakan sesuatu yang keliru kepada-Ku, melainkan karena memang seperti itulah natur dari perbuatannya. Menggolongkannya seperti ini bukanlah hal yang tidak adil atau tidak sepatutnya. Sekalipun dia menargetkan orang lain dengan perkataan ini, Aku tetap akan menilainya seperti ini jika Aku melihatnya. Ini pernyataan yang objektif dan adil. Dia mampu mengatakan hal-hal tak masuk akal semacam ini, melontarkan penalaran yang begitu konyol, dan tindakannya itu merupakan ungkapan yang alami. Katakan kepada-Ku, bukankah ini adalah penyingkapan esensi natur dirinya? Bukankah ini adalah penyingkapan kemanusiaannya yang sebenarnya? Ini telah menyingkapkan dirinya. Apa yang telah disingkapkan? Ini telah menyingkapkan bahwa dia tidak memiliki kemanusiaan. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, dan mampu mengatakan penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat apa pun, mengatakan hal-hal ini dengan sikap percaya diri yang sedemikian lancangnya. Setelah berbicara, mereka tidak pernah tahu bahwa perkataan mereka tidak benar, dan mereka tidak pernah mengakui apa yang salah dengan perkataan mereka. Mereka tidak pernah merenungkan diri mereka atau menerima diri mereka dipangkas, dan pada akhirnya, apa yang mereka katakan? "Aku tidak mengatakannya dengan sengaja. Bukankah aku hanya mengatakannya karena luapan amarah yang sesaat?" Apakah perkataan seperti itu bahkan perlu untuk disengaja? Engkau telah mengungkapkannya secara alami, dan seperti apa kemanusiaanmu, itu telah tersingkap. Fakta bahwa engkau mampu mengatakannya tanpa berpikir membuktikan bahwa perkataan ini telah lama tersimpan dalam hatimu, dan ketika engkau menghadapi lingkungan seperti ini, perkataan itu terungkap secara alami. Ini dapat sepenuhnya merepresentasikan karaktermu. Jika engkau telah memikirkannya sebelum mengatakannya, itu mungkin belum tentu benar, dan itu bahkan bisa jadi hanya kepura-puraan, sedangkan ini lebih menyingkapkan karaktermu. Orang yang tidak memiliki kemanusiaan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, dan mereka bahkan memutarbalikkan yang benar dan yang salah, dan mengungkapkan penalaran yang menyimpang seolah-olah itu adalah penalaran yang masuk akal. Dengan cara apa pun engkau menyampaikan fakta dan penalaranmu kepada mereka, mereka tetap tidak mau mengakui kesalahan mereka. "Bagaimana mungkin aku salah? Kalianlah yang salah! Kalian memandang rendah diriku, kalian melihatku lemah lembut, tidak memiliki karunia, dan tidak memiliki pengaruh atau status di tengah masyarakat, lalu kalian menindasku!" Mereka melontarkan sejumlah besar penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat, tetapi tidak pernah mengatakan natur dari kesalahan yang telah mereka lakukan dan penalaran menyimpang yang mereka ucapkan. Sebanyak apa pun kesalahan yang mereka lakukan, mereka tidak mengakuinya. Akankah orang dengan kemanusiaan yang normal memiliki perwujudan semacam ini? Kita bahkan tak perlu menyebutkan orang-orang yang hati nurani dan nalarnya sangat masuk akal—siapa pun yang memiliki sedikit hati nurani dan nalar pasti akan menyadari bahwa orang melakukan banyak kesalahan sepanjang hidup mereka. Terutama, ada orang-orang yang mengatakan atau melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, lalu merasa menyesal dan sedih sepanjang hidup mereka, merasa tertuduh dan menyalahkan diri sendiri di dalam hati nuraninya. Seiring bertambahnya usia di mana mereka menjadi makin peka dan dewasa, mereka makin tahu perkataan apa yang seharusnya diucapkan dan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, serta perkataan apa yang seharusnya tidak diucapkan dan hal-hal apa yang seharusnya tidak dilakukan. Hati nurani dan nalar mereka akan terus-menerus mengatur perilaku serta pemikiran mereka. Terutama jika orang mampu menerima kebenaran, setelah mereka menerima beberapa kebenaran, hati nurani dan nalar mereka akan berkembang ke arah yang positif, dan perkataan tidak benar yang pernah mereka ucapkan, sudut pandang keliru yang pernah mereka ungkapkan, serta kesalahan yang pernah mereka lakukan, sedikit demi sedikit, akan terus muncul di benak mereka. Mereka akan terus-menerus mempertimbangkan, memikirkan, dan merenungkannya, lalu mencari firman Tuhan serta membandingkan diri mereka terhadap firman Tuhan, dan mereka akan makin merasa bahwa mereka hanyalah manusia biasa, bahwa mereka telah melakukan banyak kesalahan dan mengucapkan banyak perkataan yang tidak benar, bahwa mereka memiliki banyak pemikiran serta sudut pandang yang keliru, dan bahwa mereka telah melakukan banyak hal yang dungu, bebal, dan bodoh, serta hal-hal yang orang anggap memuakkan, di masa lalu. Bahkan tanpa melihatnya dari level firman Tuhan dan kebenaran, dan hanya memandangnya dengan pemahaman yang telah orang peroleh melalui pengalaman bertahun-tahun, mereka juga dapat terus-menerus merangkum masalah-masalah ini dalam kemanusiaan mereka, serta kesalahan dan pelanggaran ini. Ini adalah hal yang normal, dan ini adalah pengalaman serta keuntungan yang pada akhirnya harus dimiliki oleh orang dengan kemanusiaan yang tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar setelah mencapai usia tertentu dan menerima beberapa kebenaran. Namun, mereka yang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar, sekalipun mereka hidup hingga berusia enam puluh atau tujuh puluh tahun, tetaplah orang-orang yang dungu, bebal, keras kepala, dan mereka tidak akan berubah. Jika engkau berharap orang-orang semacam itu berubah, itu sama saja seperti mengharapkan seekor babi untuk terbang. Itu tidak akan pernah terjadi. Orang-orang semacam itu tidak akan pernah berubah, karena mereka bahkan tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Jika engkau meminta orang yang tidak tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar untuk menerima kebenaran, itu berarti mempersulit mereka, karena hal itu sepenuhnya di luar kemampuan mereka, dan mereka tidak tahu apa itu kebenaran. Mustahil bagi mereka untuk menerima kebenaran. Itu akan seperti meminta orang yang buta warna untuk melukis sebuah gambar. Akan dapatkah mereka melukis gambar dengan warna-warna normal? (Tidak.) Jika engkau meminta orang yang tuli nada untuk bernyanyi, suara mereka akan selalu sumbang. Dengan cara apa pun mereka bernyanyi, mereka tidak dapat bernyanyi dengan suara merdu, tetapi mereka tetap mengira bahwa suara mereka merdu dan suara orang lainlah yang sumbang. Standar pengukuran mereka tidak tepat, sehingga mereka tidak akan pernah tahu apa yang benar dan apa yang tidak benar. Apakah engkau mengerti sekarang? (Ya.)
Fakta apa yang disampaikan isi persekutuan ini kepada orang-orang? Ini menyampaikan kepada mereka bahwa karena orang yang tidak memiliki kemanusiaan tidak memiliki hati nurani dan nalar, tidak memiliki kondisi dasar ini, itu berarti mereka tidak memiliki standar dasar untuk mengukur dan mengatur kemanusiaan mereka. Akibatnya, perwujudan mereka tampak sangat aneh bagi mereka yang memiliki hati nurani dan nalar. Mereka selalu mengungkapkan penalaran yang menyimpang dan ajaran sesat, serta mengungkapkan pandangan yang tidak berdasar. Engkau tidak dapat memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sekarang, engkau telah menemukan jawabannya, bukan? (Ya.) Jika orang semacam ini mencapai titik di mana mereka tidak mungkin diajak bergaul, engkau tidak boleh lagi berhubungan dengan mereka. Jika mereka belum mencapai titik ini dan engkau masih bisa bergaul dengan mereka hingga taraf yang cukup baik, maka berusahalah untuk berbicara dan bercakap-cakap dengan mereka sesedikit mungkin agar engkau tidak merasa muak. Saat ini, terdapat beban kerja yang berat di semua bidang pekerjaan, dengan adanya banyak tugas yang membutuhkan tenaga. Beberapa orang merasa terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk memikirkan ajaran sesat dan kekeliruan ini. Sudut pandang ini juga tidak benar, karena itu tidak kondusif untuk memperoleh kemampuan membedakan. Ketika engkau mendengar suatu ajaran sesat atau kekeliruan dan merasa ada yang salah, engkau harus mencatatnya. Setelah itu, carilah kebenaran agar engkau dapat mengenalinya dengan jelas dan tahu persis apa yang salah dengan kekeliruan ini. Jika engkau berlatih dan menerapkannya dengan cara ini, engkau akan memperoleh kemampuan untuk mengenali. Namun, bagi orang semacam ini, tidak perlu mempersekutukan kebenaran kepada mereka untuk mengoreksi sudut pandang mereka, karena mereka sama sekali tidak dapat memahaminya. Ini seperti seseorang yang melihat sebuah telur jatuh dari pohon dan kemudian mengatakan bahwa telur tumbuh di pohon. Sebenarnya, ada seekor burung di pohon yang sedang bertelur. Ia tidak melihat burung itu, hanya telur yang jatuh, jadi dia sampai pada kesimpulan ini. Apa pun yang kaukatakan kepadanya, dia tidak mengerti, dan bersikeras bahwa telur tumbuh di pohon. Bukankah ini dungu? (Ya.) Dapatkah engkau membuat orang semacam itu mengerti? (Tidak.) Jika engkau tidak dapat membuat orang itu mengerti, jangan bicara lagi. Jangan membuang-buang waktu dan tenagamu. Selama bertahun-tahun ini, Aku telah melihat terlalu banyak orang yang tak masuk akal. Kebanyakan dari orang-orang ini cukup bersemangat; mereka mampu melaksanakan beberapa tugas, dan tidak sangat berbahaya atau jahat. Jadi, Aku dengan santai mengatakan sesuatu kepada mereka, dan apa hasilnya? Jika Aku mengatakan beberapa perkataan kebenaran, itu berada di luar jangkauan mereka. Jika Aku berbicara tentang hal-hal eksternal, mereka tidak tahan mendengarkannya. Jadi Aku tidak mau lagi mengatakan apa pun kepada orang-orang ini, karena berbicara kepada mereka terlalu melelahkan, dan Aku memiliki terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terlalu banyak topik penting yang harus dibahas. Aku bahkan belum dapat membahas semua topik penting tersebut, jadi bagaimana mungkin Aku repot-repot memikirkan orang-orang ini? Kini setelah kebenaran dipersekutukan hingga sejauh ini, banyak hal telah menjadi jelas, fakta-fakta yang sebenarnya telah diungkapkan, dan berbagai jenis orang akan benar-benar dipilah berdasarkan jenisnya. Mengenai orang-orang yang tak masuk akal semacam ini, biarkan saja mereka dipilah dan itu saja. Kita tidak punya waktu untuk bernalar dengan mereka atau mengoreksi sudut pandang mereka yang keliru, bukan? (Ya.) Kalau begitu, mari kita akhiri persekutuan kita hari ini. Sampai jumpa!
16 Maret 2024
Catatan kaki:
a. Nama "Zheng" memiliki konotasi integritas moral dalam teks asli bahasa Mandarin.