J. Tentang Bagaimana Berusaha agar Dapat Mengasihi Tuhan
436. Hakikat Tuhan tidak hanya untuk manusia percaya kepada-Nya; terlebih dari itu, untuk manusia mengasihi-Nya. Namun, banyak orang yang percaya kepada Tuhan tidak mampu menemukan "rahasia" ini. Manusia tidak berani mengasihi Tuhan, mereka juga tidak berusaha untuk mengasihi Dia. Mereka tidak pernah menemukan bahwa ada begitu banyak hal yang patut dicintai tentang Tuhan; mereka tidak pernah mengetahui bahwa Tuhan adalah Tuhan yang mengasihi manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan untuk dikasihi oleh manusia. Keindahan Tuhan dinyatakan dalam pekerjaan-Nya: hanya ketika manusia mengalami pekerjaan-Nya, mereka dapat menemukan keindahan-Nya; hanya dalam pengalaman mereka yang nyata, mereka dapat menghargai keindahan Tuhan; dan tanpa mengamatinya dalam kehidupan nyata, tak seorang pun dapat menemukan keindahan Tuhan. Begitu banyak hal yang patut dikasihi tentang Tuhan, tetapi tanpa benar-benar terlibat dengan-Nya, manusia tidak mampu menemukan hal itu. Dengan kata lain, jika Tuhan tidak menjadi daging, manusia tidak akan mampu benar-benar berhubungan dengan-Nya, dan jika mereka tidak dapat betul-betul terlibat dengan-Nya, mereka juga tidak akan dapat mengalami pekerjaan-Nya—dan karenanya kasih mereka kepada Tuhan pun akan tercemar oleh banyak dusta dan imajinasi. Kasih kepada Tuhan yang di surga tidak senyata seperti kasih kepada Tuhan yang di bumi, karena pengetahuan manusia tentang Tuhan yang di surga dibangun di atas imajinasi mereka, bukan pada apa yang mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri, dan apa yang telah mereka alami secara pribadi. Ketika Tuhan datang ke bumi, orang-orang dapat menyaksikan perbuatan-Nya yang nyata dan keindahan-Nya, dan mereka dapat menyaksikan segala sesuatu tentang watak-Nya yang nyata dan normal, yang ribuan kali lebih nyata daripada pengetahuan tentang Tuhan yang di surga. Sebesar apa pun orang mengasihi Tuhan yang di surga, tidak ada yang nyata tentang kasih ini, dan kasih ini penuh dengan gagasan manusia. Sekecil apa pun kasih mereka kepada Tuhan yang di bumi, kasih ini nyata; bahkan sekalipun hanya sedikit, kasih itu tetap saja nyata. Tuhan menyebabkan manusia mengenal Dia melalui pekerjaan nyata, dan melalui pengetahuan inilah Dia mendapatkan kasih mereka. Seperti halnya Petrus: jika dia tidak hidup bersama Yesus, mustahil baginya untuk memuja Yesus. Demikian juga, kesetiaannya terhadap Yesus dibangun di atas keterlibatannya dengan Yesus. Untuk membuat manusia mengasihi diri-Nya, Tuhan telah datang di antara manusia dan hidup bersama manusia, dan satu-satunya yang Dia inginkan agar manusia lihat dan alami adalah kenyataan diri Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya"
437. "Kasih," sebagaimana disebut, mengacu kepada emosi yang murni dan tanpa cela, di mana engkau menggunakan hatimu untuk mengasihi, merasakan, dan berlaku bijak. Dalam kasih tidak ada syarat, tidak adabatasan, dan tidak ada jarak. Dalam kasih tidak ada kecurigaan, tidak ada tipu daya, dan tidak ada kelicikan. Dalam kasih tidak ada pertukaran dan tidak ada suatu pun yang tidak murni. Jika engkau mengasihi, maka engkau tidak akan menipu, mengeluh, mengkhianati, memberontak, memeras, atau berusaha mendapatkan sesuatu atau mendapatkan suatu jumlah tertentu. Jika engkau mengasihi, maka engkau akan dengan senang hati membaktikan dirimu, dengan senang hati menderita kesukaran, dan engkau akan menjadi selaras dengan-Ku, engkau akan merelakan semua yang engkau miliki demi Aku, engkau akan merelakan keluargamu, masa depanmu, masa mudamu, dan perkawinanmu. Jika tidak, kasihmu bukanlah kasih sama sekali, melainkan dusta dan pengkhianatan! Seperti apakah kasihmu? Apakah kasih yang sejati? Ataukah palsu? Seberapa banyak yang sudahengkau relakan? Seberapa banyak yang sudah engkau persembahkan? Seberapa banyak kasih yang sudah Kuterima darimu? Tahukah kau? Hatimu penuh dengan kejahatan, pengkhianatan, dan dusta—dan jika demikian, berapa banyak kasihmu yang tidak murni? Engkau semua berpikir bahwa engkau sudah cukup berkorban untuk-Ku; engkau semua berpikir bahwa kasihmu bagi-Ku sudah cukup. Lalu mengapa perkataan dan tindakanmu selalu mengandung pemberontakan dandusta? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau tidak mengakui firman-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi lalu mengesampingkan-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua mengikut-Ku, tetapi engkau tidak percaya kepada-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua mengikut-Ku, tetapi engkau tidak bisa menerima keberadaan-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau tidak memperlakukan-Ku sepadan dengan siapa Aku, dan engkau selalu mempersulit hal-hal bagi-Ku. Apakah ini disebut kasih? Engkau mengikut-Ku, tetapi engkau berusaha membodohi-Ku dan menipu-Ku dalamsetiap perkara. Apakah ini disebut kasih? Engkau melayani-Ku, tetapi engkau tidak takut akan Aku. Apakah ini disebut kasih? Engkau semua menentang-Ku dalam segala hal dan segalasesuatu. Apakah semua ini disebut kasih? Engkau sudah banyak membaktikan diri, itu benar, tetapi engkau tidak pernah melakukan apa yang Aku kehendaki darimu. Bisakah ini disebut kasih? Pertimbangan yang saksama menunjukkan bahwa tidak ada sedikit pun tanda kasih bagi-Ku dalam dirimu. Setelah pekerjaan bertahun-tahun dan semua firman yang Aku sampaikan, berapa banyak yang sesungguhnya sudah engkau dapatkan? Tidak patutkah ini direnungkan kembali dengan saksama?
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Banyak yang Dipanggil, Tetapi Sedikit yang Dipilih"
438. Tidak ada pelajaran yang lebih mendalam dibandingkan dengan pelajaran mengasihi Tuhan, dan dapat dikatakan bahwa pelajaran yang manusia petik dari kepercayaan seumur hidupnya adalah bagaimana mengasihi Tuhan. Artinya, jika engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus mengasihi Tuhan. Jika engkau hanya percaya kepada Tuhan, tetapi tidak mengasihi-Nya dan belum mendapatkan pengenalan akan Tuhan, dan tidak pernah mengasihi Tuhan dengan kasih sejati yang berasal dari hatimu, maka kepercayaanmu kepada Tuhan adalah sia-sia; apabila, dalam kepercayaanmu kepada Tuhan, engkau tidak mengasihi Tuhan, maka engkau hidup dalam kesia-siaan, dan seluruh hidupmu adalah yang paling hina dari semua kehidupan. Jika di sepanjang hidupmu, engkau tidak pernah mengasihi atau memuaskan Tuhan, lalu apa gunanya engkau hidup? Apa gunanya kepercayaanmu kepada Tuhan? Bukankah itu adalah upaya yang sia-sia? Artinya, jika orang-orang ingin percaya dan mengasihi Tuhan, mereka harus membayar harga. Alih-alih mencoba bertindak dengan cara tertentu secara lahiriah, mereka seharusnya mencari pemahaman sejati di lubuk hati mereka. Jika engkau bersemangat untuk menyanyi dan menari, tetapi tidak dapat melakukan kebenaran, dapatkah engkau dikatakan mengasihi Tuhan? Mengasihi Tuhan mengharuskan pencarian akan kehendak Tuhan dalam segala hal, dan itu menuntutmu untuk menyelidiki lubuk hati ketika sesuatu terjadi kepadamu, berusaha memahami kehendak Tuhan, dan berusaha memahami apa kehendak Tuhan dalam masalah itu, apa yang Dia minta untuk engkau capai, dan bagaimana engkau harus memperhatikan kehendak-Nya. Misalnya: sesuatu terjadi yang mengharuskanmu menanggung penderitaan, pada saat seperti itulah engkau harus memahami apa kehendak Tuhan, dan bagaimana harus memperhatikan kehendak-Nya. Engkau tidak boleh memuaskan dirimu sendiri: kesampingkan dirimu terlebih dahulu. Tidak ada yang lebih hina daripada kedagingan. Engkau harus berusaha memuaskan Tuhan, dan engkau harus memenuhi tugasmu. Dengan pemikiran seperti itu, Tuhan akan memberimu pencerahan khusus dalam masalah ini, dan hatimu pun akan menemukan penghiburan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"
439. Sekarang, engkau semua tahu bahwa kepercayaan manusia kepada Tuhan bukanlah semata-mata demi keselamatan jiwa dan kesejahteraan fisiknya belaka, bukan pula sekadar untuk memperkaya kehidupannya melalui mengasihi Tuhan, dan lain sebagainya. Masalahnya, jika engkau mengasihi Tuhan demi kesejahteraan fisik atau kenikmatan sesaat, sekalipun pada akhirnya kasihmu kepada Tuhan mencapai puncaknya dan engkau tidak menginginkan apa pun lagi, kasih yang kaucari ini tetap adalah kasih yang tercemar dan tidak berkenan bagi Tuhan. Orang-orang yang menggunakan kasih kepada Tuhan untuk memperkaya kehidupan mereka yang membosankan dan mengisi kekosongan dalam hati mereka adalah jenis orang yang berhasrat mencari kehidupan yang mudah, bukan orang yang benar-benar berupaya untuk mengasihi Tuhan. Kasih seperti ini adalah kasih yang terpaksa, itu merupakan pengejaran kepuasan emosi semata, dan Tuhan tidak membutuhkan kasih semacam ini. Jadi, kasih seperti apa yang kaumiliki? Apa tujuanmu mengasihi Tuhan? Seberapa besar kasih sejati yang kaumiliki bagi Tuhan saat ini? Kasih kebanyakan di antaramu adalah kasih seperti yang disebutkan di atas. Kasih semacam ini hanya mempertahankan status quo; kasih semacam ini tidak dapat bertahan untuk selamanya, ataupun berakar dalam diri manusia. Kasih semacam ini bagaikan bunga yang tidak menghasilkan buah setelah mekar dan kemudian layu. Dengan kata lain, setelah engkau telanjur mengasihi Tuhan dengan cara seperti itu, jika tak seorang pun yang membimbingmu dalam perjalanan selanjutnya, engkau akan jatuh. Jika engkau hanya bisa mengasihi Tuhan pada masa mengasihi Tuhan tetapi tidak ada perubahan watak setelahnya, engkau akan tetap tidak mampu melepaskan diri dari selubung pengaruh kegelapan, engkau akan tetap tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan Iblis dan tipu dayanya. Tak seorang pun dari orang semacam itu yang bisa sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan; pada akhirnya, roh, jiwa, dan tubuh mereka akan tetap dimiliki Iblis. Tidak ada keraguan tentang hal ini. Semua orang yang tidak bisa sepenuhnya didapatkan oleh Tuhan akan kembali ke tempat asal mereka, yakni kembali kepada Iblis, dan mereka akan turun ke lautan api dan belerang untuk menerima penghukuman selanjutnya dari Tuhan. Orang-orang yang didapatkan oleh Tuhan adalah mereka yang meninggalkan Iblis dan melepaskan diri dari wilayah kekuasaannya. Orang-orang seperti ini secara sah terhitung sebagai anak-anak kerajaan. Begitulah cara anak-anak kerajaan dibentuk. Apakah engkau ingin menjadi orang-orang semacam ini? Apakah engkau ingin didapatkan oleh Tuhan? Apakah engkau ingin melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Iblis dan kembali kepada Tuhan? Apakah engkau sekarang menjadi milik Iblis ataukah terhitung di antara anak-anak kerajaan?
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pandangan yang Harus Dimiliki Orang Percaya"
440. Selama ini manusia telah hidup di bawah selubung pengaruh kegelapan, tertawan dalam perbudakan pengaruh Iblis, tanpa mampu melepaskan diri, dan wataknya, setelah dipengaruhi Iblis, menjadi semakin rusak. Dapat dikatakan bahwa manusia telah selalu hidup berdasarkan watak jahatnya yang rusak dan tidak dapat sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dengan demikian, jika manusia ingin mengasihi Tuhan, dia harus dilucuti dari sifat membenarkan diri sendiri, kepentingan diri sendiri, kecongkakan, kesombongan, dan sebagainya—segala sesuatu yang berasal dari watak Iblis. Kalau tidak, kasih manusia adalah kasih yang tidak murni, kasih yang jahat, dan kasih yang sama sekali tidak bisa menerima perkenanan Tuhan. Tanpa disempurnakan, ditangani, diremukkan, dipangkas, didisiplin, dihajar, dan dimurnikan secara langsung oleh Roh Kudus, tak seorang pun dapat sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Manusia yang Rusak Tidak Dapat Merepresentasikan Tuhan"
441. Ketika manusia menghubungi Tuhan dengan hati mereka, ketika hati mereka dapat sepenuhnya berpaling kepada-Nya, ini adalah langkah pertama dari kasih manusia kepada Tuhan. Jika engkau ingin mengasihi Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mampu memalingkan hatimu kepada-Nya. Apa artinya memalingkan hatimu kepada Tuhan? Itu adalah ketika semua yang kauupayakan dalam hatimu adalah demi mengasihi dan mendapatkan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa engkau telah sepenuhnya memalingkan hatimu kepada Tuhan. Selain Tuhan dan firman-Nya, hampir tidak ada hal lain di dalam hatimu (keluarga, kekayaan, suami, istri, anak-anak, atau hal-hal lain). Bahkan kalaupun ada, hal-hal itu tidak dapat memenuhi hatimu, dan engkau tidak memikirkan prospek masa depanmu tetapi hanya berusaha untuk mengasihi Tuhan. Pada saat seperti itu engkau akan sepenuhnya memalingkan hatimu kepada Tuhan. Misalkan, engkau masih membuat rencana untuk dirimu sendiri di dalam hatimu dan selalu mengejar keuntungan pribadimu sendiri, selalu berpikir: "Kapan aku dapat mengajukan satu permintaan kecil kepada Tuhan? Kapan keluargaku menjadi kaya? Bagaimana aku bisa mendapatkan pakaian bagus? ..." Jika engkau hidup dalam keadaan seperti itu, itu menunjukkan bahwa hatimu belum sepenuhnya berpaling kepada Tuhan. Jika di dalam hatimu hanya ada firman Tuhan dan engkau mampu berdoa kepada Tuhan dan menjadi dekat dengan-Nya sepanjang waktu—seolah-olah Dia sangat dekat denganmu, seolah-olah Tuhan ada di dalam dirimu dan engkau ada di dalam Dia—jika engkau berada dalam keadaan seperti itu, itu berarti hatimu berada di hadirat Tuhan. Jika engkau berdoa kepada Tuhan dan makan serta minum firman-Nya setiap hari, selalu memikirkan pekerjaan gereja, dan jika engkau menunjukkan kepedulian terhadap kehendak Tuhan, menggunakan hatimu untuk benar-benar mengasihi Dia dan memuaskan hati-Nya, maka hatimu akan menjadi milik Tuhan. Jika hatimu dipenuhi oleh sejumlah hal lain, berarti hatimu masih dipenuhi oleh Iblis dan belum benar-benar berpaling kepada Tuhan. Ketika hati orang benar-benar berpaling kepada Tuhan, mereka akan memiliki kasih yang tulus dan spontan kepada Dia dan akan dapat mempertimbangkan pekerjaan Tuhan. Meskipun mereka masih mengalami saat-saat ketika mereka bodoh dan tidak masuk akal, mereka memperlihatkan kepedulian akan kepentingan rumah Tuhan, pekerjaan-Nya, dan perubahan watak mereka sendiri, dan niat hati mereka baik. Sebagian orang selalu menyatakan bahwa semua yang mereka lakukan adalah demi gereja, padahal sebenarnya, mereka bekerja demi keuntungan mereka sendiri. Orang-orang seperti itu punya niat yang salah. Mereka bengkok dan penuh tipu daya dan sebagian besar hal yang mereka lakukan adalah demi keuntungan pribadi mereka sendiri. Orang seperti itu tidak berusaha mengasihi Tuhan; hati mereka masih milik Iblis dan tidak bisa berpaling kepada Tuhan. Karenanya, Tuhan tidak mungkin mendapatkan orang seperti itu.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kasih Sejati kepada Tuhan itu Spontan"
442. Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. Misalnya, jika engkau berprasangka terhadap saudara-saudarimu, tentu akan ada perkataan-perkataan yang ingin kauucapkan—perkataan yang kaurasa mungkin jahat di mata Tuhan—tetapi jika engkau tidak mengatakannya, engkau akan merasakan ketidaknyamanan di dalam hatimu, dan pada saat itulah, peperangan akan mulai terjadi di dalam dirimu: "Apakah aku harus bicara atau tidak?" Inilah peperangannya. Jadi, dalam segala sesuatu yang engkau hadapi selalu ada peperangan, dan ketika ada peperangan di dalam dirimu, berkat kerja sama dan penderitaanmu yang nyata, Tuhan bekerja di dalam dirimu. Akhirnya, engkau mampu mengesampingkan masalah di dalam dirimu dan kemarahanmu secara alami dipadamkan. Itulah dampak kerja samamu dengan Tuhan. Ada harga tertentu yang harus orang bayar untuk segala upaya yang mereka lakukan. Tanpa adanya penderitaan yang nyata, mereka tidak dapat memuaskan Tuhan; mereka bahkan jauh sekali dari memuaskan Tuhan, dan mereka hanya meneriakkan slogan kosong! Dapatkah slogan-slogan kosong ini memuaskan Tuhan? Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian. Meskipun dari luar semua itu kelihatannya tidak penting, ketika hal-hal ini terjadi, semua ini menunjukkan apakah engkau mengasihi Tuhan atau tidak. Jika engkau mengasihi-Nya, engkau akan mampu berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya, dan jika engkau belum menerapkan kasih kepada-Nya, ini menunjukkan bahwa engkau bukan orang yang melakukan kebenaran, bahwa engkau tidak memiliki kebenaran, dan tidak memiliki hidup. Engkau hanyalah sekam! Segala sesuatu yang terjadi kepada orang-orang terlaksana saat Tuhan mengharuskan mereka untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Dia. Meskipun tidak ada hal besar yang terjadi kepadamu saat ini dan engkau tidak menjadi kesaksian yang besar, setiap detail kehidupanmu sehari-hari adalah kesaksian bagi Tuhan. Jika engkau dapat membuat saudara-saudari, anggota keluarga, dan semua orang di sekitarmu kagum; jika pada suatu hari orang tidak percaya datang, dan mengagumi semua hal yang kaulakukan, dan melihat bahwa semua yang Tuhan lakukan menakjubkan, berarti engkau telah menjadi kesaksian. Walaupun engkau tidak memiliki pengertian dan kualitasmu rendah, melalui penyempurnaan Tuhan atas dirimu, engkau akan mampu memuaskan Dia dan memperhatikan kehendak-Nya, menunjukkan kepada orang lain pekerjaan besar apa yang telah Dia lakukan dalam diri orang-orang dengan kualitas terburuk. Ketika orang mulai mengenal Tuhan dan menjadi para pemenang di hadapan Iblis, luar biasa setia kepada Tuhan, maka tidak ada yang lebih pemberani daripada sekelompok orang ini, dan inilah kesaksian yang terbesar. Walaupun engkau tidak mampu melakukan pekerjaan yang besar, engkau mampu memuaskan Tuhan. Orang lain tidak mampu mengesampingkan gagasan mereka, tetapi engkau mampu; orang lain tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan melalui pengalaman nyata mereka, tetapi engkau mampu menggunakan tingkat pertumbuhan dan tindakan nyatamu untuk membalas kasih Tuhan dan menjadi kesaksian yang meyakinkan bagi-Nya. Hanya inilah yang bisa dianggap benar-benar mengasihi Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"
443. Semakin engkau melakukan kebenaran, semakin engkau memiliki kebenaran; semakin engkau melakukan kebenaran, semakin engkau memiliki kasih Tuhan; dan semakin engkau melakukan kebenaran, semakin engkau diberkati oleh Tuhan. Jika engkau selalu melakukan penerapan dengan cara demikian, kasih Tuhan bagimu akan secara berangsur-angsur memampukanmu untuk mengerti, sama seperti Petrus menjadi kenal akan Tuhan: Petrus mengatakan bahwa Tuhan tidak hanya memiliki hikmat untuk menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, tetapi terlebih dari itu, Dia juga memiliki hikmat untuk melakukan pekerjaan nyata dalam diri manusia. Petrus mengatakan bahwa Dia tidak hanya layak menerima kasih manusia karena penciptaan-Nya atas langit dan bumi dan segala isinya, tetapi terlebih lagi, karena kemampuan-Nya untuk menciptakan, menyelamatkan, dan menyempurnakan manusia, serta mewariskan kasih-Nya kepada manusia. Selain itu, Petrus juga mengatakan bahwa ada banyak hal dalam diri-Nya yang layak menerima kasih manusia. Petrus berkata kepada Yesus: "Apakah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya adalah satu-satunya alasan Engkau layak mendapatkan kasih manusia? Ada lebih banyak dalam diri-Mu yang patut dicintai. Engkau bertindak dan bergerak dalam kehidupan nyata, Roh-Mu menjamah batinku, Engkau mendisiplinkan aku, Engkau menegurku—hal-hal ini bahkan lebih layak bagi-Mu untuk menerima kasih manusia." Jika engkau ingin melihat dan mengalami kasih Tuhan, engkau harus menyelidiki dan mencari dalam kehidupan nyata dan harus rela mengesampingkan dagingmu sendiri. Engkau harus mengambil keputusan ini. Engkau harus menjadi seseorang yang bertekad bulat, yang mampu memuaskan Tuhan dalam segala sesuatu, tidak bermalas-malas atau mengidamkan kenikmatan daging, tidak hidup untuk daging tetapi hidup bagi Tuhan. Mungkin ada masa-masa ketika engkau tidak memuaskan Tuhan. Itu karena engkau tidak memahami kehendak Tuhan; di lain waktu, meskipun akan membutuhkan lebih banyak usaha, engkau harus memuaskan Dia dan tidak memuaskan daging. Ketika engkau mengalami dengan cara demikian, engkau akan jadi semakin mengenal Tuhan. Engkau akan mengerti bahwa Tuhan dapat menciptakan langit dan bumi dan segala isinya, bahwa Dia telah menjadi daging supaya manusia bisa benar-benar melihat-Nya dan benar-benar terlibat dengan-Nya; engkau akan melihat bahwa Dia dapat berjalan di antara manusia, dan bahwa Roh-Nya dapat menyempurnakan manusia dalam kehidupan nyata, memungkinkan mereka untuk menyaksikan keindahan-Nya dan mengalami pendisiplinan-Nya, hajaran-Nya, dan berkat-berkat-Nya. Jika engkau selalu mengalami dengan cara demikian, dalam kehidupan nyata engkau tidak akan terpisahkan dari Tuhan, dan jika suatu hari hubunganmu dengan Tuhan tidak lagi normal, engkau akan mampu menerima teguran dan merasakan penyesalan. Ketika engkau memiliki hubungan yang normal dengan Tuhan, engkau tidak akan pernah ingin meninggalkan Tuhan, dan jika suatu hari Tuhan mengatakan Dia akan meninggalkanmu, engkau akan takut dan mengatakan lebih baik mati daripada ditinggalkan oleh Tuhan. Begitu engkau memiliki emosi-emosi seperti ini, engkau akan merasa bahwa engkau tidak mampu meninggalkan Tuhan, dan dengan cara demikian, engkau akan memiliki dasar, dan akan sungguh-sungguh menikmati kasih Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya"
444. Sebenarnya, seberapa besar engkau mengasihi Tuhan sekarang ini? Dan seberapa banyak engkau mengetahui segala yang telah Tuhan lakukan dalam dirimu? Ini adalah hal-hal yang perlu engkau pelajari. Ketika Tuhan datang ke dunia, segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan dalam diri manusia dan izinkan untuk manusia lihat adalah agar manusia bisa mengasihi-Nya dan benar-benar mengenal-Nya. Bahwa manusia mampu menderita bagi Tuhan dan dapat sampai sejauh ini, salah satu sebabnya, adalah karena kasih Tuhan, dan sebab lainnya, adalah karena keselamatan dari Tuhan; selain itu, ini adalah hasil dari penghakiman dan pekerjaan hajaran yang telah Tuhan lakukan dalam diri manusia. Jika engkau tidak mengalami penghakiman, hajaran, dan ujian dari Tuhan, dan jika Tuhan belum membuat engkau semua menderita, maka, jujur saja, engkau semua tidak benar-benar mengasihi Tuhan. Semakin besar pekerjaan Tuhan dalam diri manusia dan semakin besar penderitaan manusia, maka semakin menunjukkan seberapa bermaknanya pekerjaan Tuhan, dan semakin hati manusia itu mampu untuk benar-benar mengasihi Tuhan. Bagaimana engkau belajar mengasihi Tuhan? Tanpa siksaan dan pemurnian, tanpa ujian-ujian yang menyakitkan—dan apalagi, jika semua yang Tuhan berikan kepada manusia hanyalah kasih karunia, kasih, dan belas kasih—apakah engkau akan mampu mencapai titik di mana engkau benar-benar mengasihi Tuhan? Di satu sisi, selama ujian dari Tuhan, manusia menjadi mengenal kekurangan-kekurangannya, dan melihat bahwa ia tidak penting, hina, dan rendah, bahwa ia tidak memiliki apa-apa dan bukan apa-apa; di sisi lain, selama ujian-Nya Tuhan menciptakan lingkungan yang berbeda-beda bagi manusia yang membuatnya semakin mampu mengalami keindahan Tuhan. Walaupun kesengsaraan yang dialami berat, dan kadang kala tak tertahankan—bahkan mencapai tahap dukacita yang meremukkan—setelah mengalaminya, manusia melihat betapa indahnya pekerjaan Tuhan dalam dirinya, dan hanya di atas dasar ini, lahirlah dalam diri manusia kasih yang sejati kepada Tuhan. Sekarang ini manusia melihat bahwa dengan kasih karunia, kasih, dan belas kasih Tuhan saja, ia tidak mampu benar-benar mengenal dirinya sendiri, apalagi mengetahui esensi manusia. Hanya melalui pemurnian dan penghakiman dari Tuhan, dan dalam proses pemurnian itu sendiri, manusia bisa mengenal kekurangan-kekurangannya, dan mengetahui bahwa ia tidak memiliki apa-apa. Maka, kasih manusia akan Tuhan dibangun atas dasar pemurnian dan penghakiman Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"
445. Sekarang ini, sebagian besar orang tidak memiliki pengetahuan itu. Mereka percaya bahwa penderitaan tidak ada nilainya, mereka dijauhi oleh dunia, kehidupan rumah tangga mereka bermasalah, mereka tidak dikasihi Tuhan, dan prospek mereka suram. Penderitaan sebagian orang mencapai titik ekstrem, dan pikiran mereka mengarah kepada kematian. Ini bukanlah kasih kepada Tuhan yang sejati; orang-orang seperti itu adalah pengecut, mereka tidak memiliki ketekunan, mereka lemah dan tidak berdaya! Tuhan benar-benar ingin manusia mengasihi-Nya, tetapi makin manusia mengasihi-Nya, makin besar penderitaan manusia, dan makin manusia mengasihi-Nya, makin besar ujiannya. Jika engkau mengasihi-Nya, semua jenis penderitaan akan menimpamu—dan jika engkau tidak mengasihi-Nya, mungkin segala sesuatu akan berjalan dengan lancar bagimu, dan semuanya akan damai di sekelilingmu. Ketika engkau mengasihi Tuhan, engkau akan merasakan bahwa banyak hal di sekelilingmu tidak dapat diatasi, dan karena tingkat pertumbuhan dirimu terlalu kecil, engkau akan dimurnikan; apalagi, engkau tidak akan mampu memuaskan Tuhan, dan engkau akan terus merasa bahwa kehendak Tuhan terlalu tinggi, jauh dari jangkauan manusia. Karena semua ini, engkau akan dimurnikan—karena ada banyak kelemahan di dalam dirimu, dan karena banyak hal tidak mampu memuaskan kehendak Tuhan, engkau akan dimurnikan di dalam dirimu. Namun engkau harus melihat dengan jelas bahwa penyucian hanya bisa dicapai melalui pemurnian. Maka, selama akhir zaman ini engkau semua harus menjadi saksi bagi Tuhan. Seberapa besarnya pun penderitaanmu, engkau harus menjalaninya sampai akhir, dan bahkan sampai helaan napasmu yang terakhir, engkau tetap harus setia kepada Tuhan, dan berada dalam pengaturan Tuhan; hanya inilah yang disebut benar-benar mengasihi Tuhan, dan hanya inilah kesaksian yang kuat dan bergema. Ketika engkau dicobai oleh Iblis, engkau harus berkata, "Hatiku milik Tuhan, dan Tuhan telah mendapatkan aku. Aku tidak bisa memuaskanmu—aku harus mengabdikan seluruh diriku untuk memuaskan Tuhan." Semakin engkau memuaskan Tuhan, semakin Dia akan memberkatimu, dan semakin besar kekuatan kasihmu bagi Tuhan; demikian pula engkau akan memiliki iman dan tekad, dan akan merasa bahwa tidak ada yang lebih berharga atau penting dibandingkan kehidupan yang dihabiskan untuk mengasihi Tuhan. Bisa dikatakan bahwa manusia hanya perlu mengasihi Tuhan agar bisa hidup tanpa dukacita. Walaupun akan ada waktunya ketika dagingmu lemah dan engkau dilanda banyak masalah nyata, pada waktu itu engkau akan benar-benar bergantung kepada Tuhan, dan di dalam rohmu engkau akan dihiburkan, dan engkau akan merasakan kepastian, dan bahwa engkau memiliki sesuatu untuk bergantung. Dengan cara ini, engkau akan mampu mengatasi banyak lingkungan, sehingga engkau tidak akan mengeluh tentang Tuhan karena kesengsaraan yang engkau derita. Sebaliknya, engkau akan ingin menyanyi, menari, dan berdoa, berkumpul dan bersekutu, memikirkan Tuhan, dan engkau akan merasakan bahwa semua orang, urusan, dan berbagai hal di sekelilingmu yang diatur oleh Tuhan, semuanya itu sesuai. Jika engkau tidak mengasihi Tuhan, segala sesuatu yang engkau pandang akan menjemukan bagimu dan tidak ada yang akan menyenangkan matamu; dalam rohmu, engkau tidak akan bebas, melainkan tertindas, hatimu akan selalu mengeluh tentang Tuhan, dan engkau akan selalu merasa bahwa engkau menderita begitu banyak siksaan, dan bahwa hal itu tidak adil. Jika engkau tidak melakukan pengejaran demi kebahagiaan, melainkan untuk memuaskan Tuhan dan agar tidak dituduh oleh Iblis, upaya seperti itu akan memberimu kekuatan besar untuk mengasihi Tuhan. Manusia mampu melakukan segala hal yang diucapkan oleh Tuhan, dan segala sesuatu yang dilakukannya mampu memuaskan Tuhan—itulah artinya memiliki realitas. Mengejar kepuasan Tuhan berarti menggunakan kasihmu kepada Tuhan untuk melakukan firman-Nya; terlepas dari waktunya—bahkan ketika orang lain tidak memiliki kekuatan—di dalam dirimu tetap ada hati yang mengasihi Tuhan, yang sangat mendambakan dan merindukan Tuhan. Inilah tingkat pertumbuhan yang nyata.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Dengan Mengalami Ujian-Ujian yang Menyakitkan Engkau Semua Bisa Mengenal Keindahan Tuhan"
446. Selama berlangsungnya pemurnian yang pahitlah manusia menjadi paling rentan jatuh ke dalam pengaruh Iblis, jadi bagaimanakah seharusnya engkau mengasihi Tuhan selama pemurnian seperti itu? Engkau harus membulatkan tekadmu, menyerahkan hatimu di hadapan Tuhan dan mengabdikan seluruh waktumu untuk-Nya. Bagaimanapun cara Tuhan memurnikanmu, engkau harus mampu melakukan kebenaran guna memuaskan kehendak Tuhan, dan engkau sendiri harus berinisiatif mencari Tuhan dan melakukan persekutuan. Pada masa-masa seperti ini, semakin engkau pasif, semakin negatif pula engkau akan bersikap, dan semakin mudah bagimu untuk mengalami kemunduran. Ketika perlu bagimu untuk menunaikan fungsimu, walaupun engkau tidak menunaikannya dengan baik, engkau melakukannya sebaik yang engkau bisa dan melakukannya semata-mata dengan menggunakan kasihmu kepada Tuhan; apa pun yang orang lain katakan—entah mereka mengatakan bahwa engkau melakukannya dengan baik, atau engkau melakukannya dengan buruk—niatmu sudah benar, dan engkau tidak menganggap diri benar, karena engkau bertindak atas nama Tuhan. Ketika orang lain salah menafsirkanmu, engkau mampu berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Ya, Tuhan! Aku tidak meminta orang lain menoleransiku, atau memperlakukan aku dengan baik, juga tidak meminta agar mereka mengerti atau menyetujui aku. Aku hanya meminta agar aku mampu mengasihi-Mu dalam hatiku, agar aku tenang di dalam hatiku, dan agar hati nuraniku jernih. Aku tidak meminta orang lain memujiku, atau menghormatiku; aku hanya berusaha untuk memuaskan-Mu dari hatiku; aku menjalani peranku dengan segenap kemampuanku, dan walaupun aku dungu dan bodoh, berkualitas rendah dan buta, aku tahu bahwa Engkau indah, dan aku rela mengabdikan segala yang kumiliki kepada-Mu." Begitu engkau berdoa seperti ini, kasihmu kepada Tuhan akan muncul, dan engkau akan merasakan kelegaan yang lebih besar dalam hatimu. Inilah yang dimaksud dengan menyatakan kasih kepada Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"
447. Bagaimana seharusnya manusia mengasihi Tuhan selama pemurnian? Dengan menggunakan tekad untuk mengasihi Tuhan untuk menerima pemurnian-Nya: selama pemurnian engkau akan merasa tersiksa dalam batinmu, seolah-olah sebuah pisau dipelintir dalam hatimu, tetapi engkau bersedia memuaskan Tuhan dengan menggunakan hatimu yang mengasihi-Nya, dan engkau tidak mau memedulikan daging. Inilah yang dimaksud dengan menyatakan kasih kepada Tuhan. Engkau terluka dalam batinmu, dan penderitaanmu telah mencapai titik tertentu, tetapi engkau tetap bersedia datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya, Tuhan! Aku tidak dapat meninggalkan Engkau. Walaupun ada kegelapan dalam diriku, aku ingin memuaskan-Mu; Engkau mengenal hatiku, dan aku ingin Engkau menanamkan lebih banyak kasih-Mu dalam diriku." Inilah yang dilakukan selama pemurnian. Jika engkau menggunakan kasih kepada Tuhan sebagai dasar, pemurnian dapat membuatmu lebih dekat kepada Tuhan dan menjadikanmu lebih intim dengan Tuhan. Karena engkau percaya kepada Tuhan, engkau harus menyerahkan hatimu di hadapan Tuhan. Jika engkau mempersembahkan dan menyerahkan hatimu di hadapan Tuhan, maka selama pemurnian engkau tidak akan mungkin menyangkal Tuhan, ataupun meninggalkan Tuhan. Dengan cara demikian, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi jauh lebih dekat dan jauh lebih normal, dan persekutuanmu dengan Tuhan akan menjadi jauh lebih sering. Jika engkau selalu melakukan seperti ini, engkau akan menghabiskan lebih banyak waktu di dalam terang Tuhan dan lebih banyak waktu berada di bawah petunjuk firman-Nya. Juga akan terjadi semakin banyak perubahan dalam watakmu, dan pengetahuanmu akan bertambah hari demi hari. Bila hari itu tiba yaitu saat ujian dari Tuhan tiba-tiba menimpamu, engkau bukan saja akan mampu berdiri di pihak Tuhan, tetapi juga akan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Pada saat itu, engkau akan seperti Ayub, dan seperti Petrus. Setelah menjadi kesaksian bagi Tuhan engkau akan sungguh-sungguh mengasihi Dia, dan akan dengan senang hati mengorbankan nyawamu untuk-Nya; engkau akan menjadi saksi Tuhan, dan seseorang yang dikasihi oleh Tuhan. Kasih yang telah mengalami pemurnian kuat, tidak lemah. Kapanpun dan bagaimanapun cara Tuhan mengujimu lewat ujian-Nya, engkau mampu untuk tidak memedulikan apakah engkau hidup atau mati, engkau akan dengan senang hati menyingkirkan segala sesuatu bagi Tuhan, dan dengan gembira menanggung apa pun juga bagi Tuhan—dengan demikian, kasihmu akan murni, dan imanmu nyata. Hanya setelah itulah, engkau akan menjadi seseorang yang sungguh-sungguh dikasihi oleh Tuhan, dan yang sungguh-sungguh telah disempurnakan oleh Tuhan.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"
448. Tuhan menghajar dan menghakimi manusia karena itulah yang dituntut oleh pekerjaan-Nya, dan, terlebih lagi, karena itulah yang dibutuhkan oleh manusia. Manusia perlu dihajar dan dihakimi, dan baru setelah itu, dia mampu mencapai kasih akan Tuhan. Hari ini, engkau semua benar-benar yakin, tetapi ketika menghadapi kemunduran sekecil apa pun, engkau semua menjadi risau; tingkat pertumbuhanmu masih terlalu kecil, dan engkau masih perlu mengalami lebih banyak hajaran dan penghakiman seperti itu untuk mencapai pengetahuan yang lebih dalam. Hari ini, engkau semua memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan engkau takut akan Tuhan, dan engkau tahu bahwa Dia adalah Tuhan yang benar, tetapi engkau tidak memiliki kasih yang besar kepada-Nya, apalagi telah mencapai kasih yang murni; pengetahuanmu terlalu dangkal, dan tingkat pertumbuhanmu masih belum cukup. Saat engkau benar-benar diperhadapkan dengan suatu keadaan, engkau belum menjadi kesaksian, terlalu sedikit jalan masukmu yang proaktif, dan engkau tidak tahu cara melakukan penerapan. Kebanyakan orang bersikap pasif dan tidak aktif; mereka hanya diam-diam mengasihi Tuhan di dalam hati mereka, tetapi tidak memiliki jalan penerapan, serta tidak jelas tentang apa tujuan mereka sebenarnya. Mereka yang telah disempurnakan bukan hanya memiliki kemanusiaan yang normal, tetapi memiliki kebenaran yang melampaui kedalaman hati nurani, yang lebih tinggi dari standar hati nurani; mereka bukan saja menggunakan hati nurani mereka untuk membalas kasih Tuhan, tetapi terlebih lagi, mereka telah mengenal Tuhan, dan telah menyaksikan bahwa Tuhan itu indah, dan layak untuk dikasihi manusia, dan ada begitu banyak hal yang patut dikasihidalam diri Tuhan; manusia tidak mampu untuk tidak mengasihi Dia! Kasih akan Tuhan dari orang-orang yang telah disempurnakan adalah untuk memenuhi cita-cita pribadi mereka sendiri. Kasih mereka bersifat spontan, kasih yang tidak meminta imbalan apa pun, dan bukan merupakan transaksi. Mereka mengasihi Tuhan semata-mata karena pengetahuan mereka tentang Dia. Orang-orang seperti itu tidak peduli apakah Tuhan menganugerahkan kasih karunia kepada mereka, dan mereka merasa puas semata-mata dengan memuaskan Tuhan. Mereka tidak melakukan tawar-menawar dengan Tuhan, maupun mengukur kasih mereka kepada Tuhan dengan hati nurani: "Engkau telah memberi kepadaku, maka aku mengasihi-Mu sebagai balasannya; jika Engkau tidak memberi kepadaku, aku pun tidak memiliki apa pun yang dapat kuberikan kepada-Mu sebagai balasannya." Mereka yang telah disempurnakan selalu percaya bahwa: "Tuhan adalah Sang Pencipta, Dia melaksanakan pekerjaan-Nya atas diri kita. Karena aku memiliki kesempatan, kondisi, dan kualifikasi ini untuk disempurnakan, maka pengejaranku seharusnya adalah untuk hidup dalam kehidupan yang bermakna, dan aku harus memuaskan Dia."
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"
449. Selama masa hidupnya, Petrus mengalami pemurnian ratusan kali dan menjalani banyak cobaan berat yang menyakitkan. Pemurnian ini menjadi landasan kasihnya yang terdalam kepada Tuhan, dan merupakan pengalaman paling penting dalam seluruh hidupnya. Bahwa dia mampu memiliki kasih yang terdalam kepada Tuhan, dalam satu hal, adalah karena tekadnya untuk mengasihi Tuhan; tetapi, yang lebih penting adalah karena pemurnian dan penderitaan yang dia lalui. Penderitaan ini menjadi penuntunnya di jalan mengasihi Tuhan, dan merupakan hal yang paling berkesan baginya. Apabila orang tidak mengalami sakitnya pemurnian tatkala mengasihi Tuhan, kasih mereka sarat dengan ketidakmurnian dan pilihan-pilihan mereka sendiri; kasih seperti ini penuh dengan gagasan Iblis, dan pada dasarnya tidak dapat memuaskan kehendak Tuhan. Memiliki tekad untuk mengasihi Tuhan tidak sama dengan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Meskipun semua yang mereka pikirkan dalam hati mereka adalah demi mengasihi dan memuaskan Tuhan, dan meskipun pikiran mereka tampak sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan dan tanpa adanya gagasan manusia, tetapi ketika pikiran-pikiran mereka dibawa ke hadapan Tuhan, Dia tidak memuji ataupun memberkati pikiran-pikiran seperti itu. Bahkan sekalipun orang telah memahami seluruh kebenaran—ketika mereka telah mengetahui semuanya—ini tidak dapat dikatakan sebagai tanda bahwa mereka mengasihi Tuhan, tidak dapat dikatakan bahwa orang-orang ini benar-benar mengasihi Tuhan. Meskipun telah memahami banyak kebenaran, tanpa menjalani pemurnian, orang tidak akan mampu menerapkan kebenaran-kebenaran ini; hanya selama pemurnianlah, orang dapat memahami makna sesungguhnya dari kebenaran-kebenaran ini, hanya setelah itulah, orang dapat dengan sungguh-sungguh menghargai maknanya yang sesungguhnya. Pada saat itu, tatkala mereka berusaha lagi, mereka mampu melakukan kebenaran dalam hidup mereka dengan tepat, dan sesuai dengan kehendak Tuhan; pada saat itu, gagasan-gagasan kemanusiaan mereka berkurang, kerusakan kemanusiaan mereka berkurang, dan emosi-emosi kemanusiaan mereka menurun; hanya pada saat itulah penerapan yang mereka lakukan menjadi perwujudan sejati kasih mereka kepada Tuhan. Dampak kebenaran kasih kepada Tuhan tidak diraih lewat pengetahuan lisan atau kesediaan mental, dan itu juga tidak dapat diraih cukup dengan memahami kebenaran tersebut. Ini menuntut agar orang membayar harga, agar mereka mengalami banyak kepahitan selama pemurnian, dan hanya setelah itulah, kasih mereka akan menjadi murni dan berkenan di hati Tuhan sendiri.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya dengan Mengalami Pemurnian, Manusia Dapat Memiliki Kasih Sejati"
450. Menjelang akhir hidupnya, setelah dia dijadikan sempurna, Petrus berkata, "Ya Tuhan! Andai saja aku hidup beberapa tahun lagi, aku ingin memperoleh kasih yang lebih murni dan lebih dalam dari-Mu." Ketika hendak disalibkan, di dalam hatinya dia berdoa, "Ya, Tuhan! Waktu-Mu telah tiba; waktu yang Engkau persiapkan bagiku telah tiba. Aku harus disalibkan bagi-Mu, aku harus menjadi kesaksian untuk Engkau, dan aku berharap agar kasihku dapat memenuhi tuntutan-Mu, sehingga menjadi lebih murni. Hari ini, bisa mati untuk-Mu dan disalibkan bagi-Mu, sangat menghibur dan meyakinkan aku, karena tidak ada yang lebih memuaskan bagiku selain dapat disalibkan bagi-Mu dan memenuhi kehendak-Mu, dan mampu menyerahkan diriku, mempersembahkan hidupku bagi-Mu. Ya, Tuhan! Engkau sangat indah! Seandainya Engkau mengizinkan aku tetap hidup, aku bahkan akan lebih rela mengasihi-Mu. Selama aku hidup, aku akan mengasihi-Mu. Aku ingin mengasihi-Mu lebih dalam lagi. Engkau menghakimi, menghajar, serta mengujiku karena aku tidak benar, sebab aku telah berdosa. Watak-Mu yang benar pun menjadi lebih jelas bagiku. Ini berkat bagiku, sebab aku dapat mengasihi-Mu lebih dalam lagi, dan aku rela mengasihi-Mu dengan cara demikian bahkan seandainya Engkau tidak mengasihiku. Aku bersedia melihat watak-Mu yang benar, karena ini membuat aku lebih mampu hidup dalam kehidupan yang bermakna. Aku merasa bahwa hidupku sekarang lebih berarti, sebab aku disalibkan demi Engkau, dan mati bagi-Mu sungguh bermakna. Namun tetap saja aku tidak merasa puas, karena aku terlalu sedikit mengenal tentang Engkau. Aku tahu bahwa aku tidak dapat sepenuhnya memenuhi kehendak-Mu dan terlalu sedikit membalas Engkau. Dalam hidupku, aku tidak mampu mengembalikan diriku seluruhnya kepada-Mu; aku masih jauh dari taraf itu. Saat merenungkan kembali pada saat ini, aku merasa berutang budi kepada-Mu, dan yang kumiliki hanyalah momen ini untuk menebus seluruh kesalahanku dan segenap kasih yang belum kubalaskan kepada-Mu."
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"
451. Manusia harus berupaya hidup dalam kehidupan yang bermakna dan tidak boleh puas dengan keadaannya saat ini. Untuk hidup dalam gambaran Petrus, ia harus memiliki pengetahuan dan pengalaman Petrus. Manusia harus mengejar hal-hal yang lebih tinggi dan lebih mendalam. Ia harus mengejar kasih kepada Tuhan yang lebih dalam dan lebih murni, dan kehidupan yang memiliki nilai dan makna. Hanya inilah sesungguhnya kehidupan; hanya dengan demikian manusia akan sama seperti Petrus. Engkau harus berfokus untuk bersikap proaktif dalam memasuki sisi positif dan tidak pasrah membiarkan dirimu kembali murtad demi kenyamanan sesaat dan mengabaikan kebenaran yang lebih mendalam, lebih spesifik, dan lebih nyata. Kasihmu harus praktis dan engkau harus menemukan cara untuk membebaskan dirimu dari kehidupan yang bejat dan tanpa beban yang tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang ini. Engkau harus hidup dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan yang bernilai, dan jangan sampai membodohi dirimu sendiri, atau menganggap hidupmu seperti mainan yang engkau mainkan. Bagi semua orang yang bercita-cita untuk mengasihi Tuhan, tidak ada kebenaran yang tidak dapat dicapai, dan tidak ada keadilan yang tidak dapat mereka tegakkan. Bagaimana seharusnya engkau menjalani hidupmu? Bagaimana seharusnya engkau mengasihi Tuhan, dan mencurahkan kasih ini untuk memuaskan keinginan-Nya? Tidak ada perkara yang lebih besar dalam hidupmu. Di atas segalanya, engkau harus memiliki cita-cita dan ketekunan seperti itu, janganlah seperti orang-orang yang tak punya nyali, orang-orang yang lemah. Engkau harus belajar bagaimana menghayati kehidupan yang berarti dan mengalami kebenaran yang bermakna, dan tidak seharusnya memperlakukan dirimu sendiri secara sembrono dengan cara seperti itu. Tanpa engkau sadari, hidupmu akan berlalu begitu saja; setelah itu, masih adakah kesempatan lain bagimu untuk mengasihi Tuhan? Bisakah manusia mengasihi Tuhan setelah dia mati? Engkau harus memiliki cita-cita dan hati nurani yang sama seperti Petrus; hidupmu harus bermakna, dan jangan main-main dengan dirimu sendiri. Sebagai manusia, dan sebagai orang yang mengejar Tuhan, engkau harus mampu dengan saksama mempertimbangkan bagaimana engkau memperlakukan hidupmu, bagaimana engkau harus mempersembahkan dirimu bagi Tuhan, bagaimana engkau harus memiliki iman yang lebih bermakna dalam Tuhan, dan bagaimana, karena engkau mengasihi Tuhan, engkau harus mengasihi-Nya dengan cara yang lebih murni, lebih indah, dan lebih baik.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"
452. Jika orang ingin mengasihi Tuhan, mereka harus merasakan keindahan Tuhan dan menyaksikan keindahan Tuhan; hanya setelah itulah, di dalam diri mereka dapat dibangkitkan hati yang mengasihi Tuhan, hati yang menginspirasi orang-orang untuk menyerahkan diri mereka dengan setia kepada Tuhan. Tuhan tidak membuat manusia mengasihi Dia melalui perkataan, ungkapan, atau imajinasi mereka, dan Dia tidak memaksa orang untuk mengasihi diri-Nya. Sebaliknya, Dia membiarkan manusia mengasihi diri-Nya atas kemauan mereka sendiri, dan Dia membiarkan mereka menyaksikan keindahan-Nya dalam pekerjaan dan perkataan-Nya, dimana setelah itu, kasih kepada Tuhan terlahir di dalam diri mereka. Hanya dengan cara demikianlah, orang dapat benar-benar menjadi kesaksian bagi Tuhan. Manusia tidak mengasihi Tuhan karena mereka telah didesak oleh orang lain untuk tidak mengasihi-Nya, dan itu juga bukan dorongan emosional sesaat. Manusia mengasihi Tuhan karena mereka telah menyaksikan keindahan-Nya, karena mereka telah melihat bahwa ada begitu banyak hal tentang Dia yang layak menerima kasih manusia, karena mereka telah menyaksikan keselamatan, hikmat, dan segala perbuatan ajaib Tuhan—dan sebagai akibatnya, mereka benar-benar memuji Tuhan, dan sungguh-sungguh merindukan-Nya, dan di dalam diri mereka pun bangkitlah gairah sehingga mereka tidak mampu bertahan tanpa memperoleh Tuhan. Alasan mengapa mereka yang sungguh-sungguh bersaksi bagi Tuhan mampu memberikan kesaksian yang berkumandang tentang Dia adalah karena kesaksian mereka di bangun di atas fondasi pengetahuan yang benar dan kerinduan sesungguhnya akan Tuhan. Kesaksian seperti itu tidak disampaikan menurut dorongan emosional sesaat, tetapi berdasarkan pada pengetahuan mereka tentang Tuhan dan watak-Nya. Karena mereka telah mengenal Tuhan, mereka merasa bahwa mereka tentu saja harus bersaksi bagi Tuhan dan membuat semua orang yang merindukan Tuhan mengenal Tuhan, dan menyadari akan keindahan Tuhan serta kenyataan diri-Nya. Sebagaimana kasih orang kepada Tuhan, kesaksian mereka pun bersifat spontan; kesaksian mereka nyata, dan memiliki makna serta nilai yang nyata. Kesaksian mereka tidak pasif atau hampa ataupun tanpa arti. Alasan mengapa hanya orang yang benar-benar mengasihi Tuhan yang paling memiliki nilai dan makna dalam hidup mereka, alasan mengapa mereka hanya sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, adalah karena orang-orang ini mampu hidup dalam terang Tuhan dan mampu hidup bagi pekerjaan dan pengelolaan Tuhan. Itu karena mereka tidak hidup dalam kegelapan, melainkan hidup dalam terang; mereka tidak menjalani kehidupan yang tanpa makna, melainkan kehidupan yang telah diberkati oleh Tuhan. Hanya mereka yang mengasihi Tuhan yang mampu bersaksi bagi Tuhan, hanya merekalah saksi-saksi Tuhan, hanya merekalah yang diberkati oleh Tuhan, dan hanya merekalah yang dapat menerima janji-janji Tuhan. Mereka yang mengasihi Tuhan adalah sahabat karib Tuhan; mereka adalah orang-orang yang dikasihi Tuhan, dan mereka dapat menikmati berkat bersama dengan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan hidup sampai kekekalan, dan hanya merekalah yang akan selamanya hidup di bawah pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Tuhan adalah untuk dikasihi oleh manusia, dan Dia layak menerima kasih semua orang, tetapi tidak semua orang mampu mengasihi Tuhan, dan tidak semua orang dapat bersaksi bagi Tuhan dan memegang kuasa dengan Tuhan. Karena mereka mampu bersaksi bagi Tuhan, dan mencurahkan segenap upaya mereka bagi pekerjaan Tuhan, mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dapat berjalan ke mana pun di bawah langit tanpa ada yang berani menentang mereka, dan mereka dapat memegang kuasa di bumi dan memerintah semua umat Tuhan. Orang-orang ini telah datang bergabung dari seluruh dunia. Mereka berbicara bahasa yang berbeda dan memiliki warna kulit yang berbeda, tetapi keberadaan mereka memiliki arti yang sama; mereka semua memiliki hati yang mengasihi Tuhan, mereka semua memiliki kesaksian yang sama, memiliki tekad yang sama serta keinginan yang sama. Mereka yang mengasihi Tuhan dapat berjalan bebas di seluruh dunia, dan mereka yang bersaksi bagi Tuhan dapat melakukan perjalanan melintasi alam semesta. Orang-orang ini dikasihi oleh Tuhan, mereka diberkati oleh Tuhan, dan mereka akan selamanya hidup dalam terang-Nya.
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Mengasihi Tuhan akan Selamanya Hidup di Dalam Terang-Nya"