2. Karena mereka belum pernah melihat Tuhan, beberapa orang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan di dunia, sedangkan yang lainnya menggunakan pengalaman pribadi mereka untuk bersaksi tentang keberadaan Tuhan. Kami tidak tahu apakah Tuhan itu benar-benar ada, lalu bagaimana kami dapat memastikan apakah Tuhan itu ada atau tidak?

Firman Tuhan yang Relevan:

Pengetahuan tentang otoritas Tuhan, kuasa Tuhan, identitas Tuhan sendiri, dan hakikat Tuhan tidak dapat diperoleh dengan mengandalkan imajinasimu. Karena engkau tidak dapat mengandalkan imajinasi untuk mengetahui otoritas Tuhan, maka dengan cara apakah engkau dapat memperoleh pengetahuan yang benar tentang otoritas Tuhan? Cara melakukannya adalah melalui makan dan minum firman Tuhan, melalui persekutuan, dan mengalami firman Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki pengalaman yang bertahap dan verifikasi mengenai otoritas Tuhan dan engkau akan memperoleh pemahaman yang bertahap dan pengetahuan yang semakin bertambah tentang hal itu. Inilah satu-satunya cara untuk memperoleh pengetahuan tentang otoritas Tuhan; tidak ada jalan pintas. Memintamu untuk tidak berimajinasi tidak sama dengan memintamu untuk duduk pasif menunggu kehancuran, atau menghentikanmu untuk melakukan apa pun. Tidak menggunakan otakmu untuk berpikir dan berimajinasi berarti tidak menggunakan logika untuk menyimpulkan, tidak menggunakan pengetahuan untuk menganalisis, tidak menggunakan ilmu pengetahuan sebagai dasar, tetapi sebaliknya menghargai, memverifikasi, dan mengonfirmasikan bahwa Tuhan yang engkau percayai memiliki otoritas, menyatakan dengan tegas bahwa Dia berdaulat atas nasibmu, dan bahwa kuasa-Nya setiap saat membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan itu sendiri, melalui firman Tuhan, melalui kebenaran, melalui segala sesuatu yang engkau temui dalam kehidupan. Inilah satu-satunya cara agar setiap orang dapat memperoleh pemahaman tentang Tuhan. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka ingin menemukan cara sederhana untuk mencapai tujuan ini, tetapi bisakah engkau semua memikirkan cara seperti itu? Kuberitahukan kepadamu, tidak perlu berpikir: tidak ada cara lain! Satu-satunya cara adalah dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus mengetahui dan memverifikasi apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu melalui setiap firman yang Dia ungkapkan dan segala sesuatu yang Dia lakukan. Inilah satu-satunya cara untuk mengenal Tuhan. Karena apa yang Tuhan miliki dan siapa Tuhan itu, dan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan tidak hampa dan kosong, tetapi nyata.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

Dalam luasnya alam semesta dan cakrawala, makhluk ciptaan, yang tak terhitung jumlahnya, hidup dan berkembang biak, mengikuti hukum siklus kehidupan, dan mengikuti satu aturan yang konstan. Orang-orang yang meninggal membawa bersama mereka kisah-kisah orang yang masih hidup, dan orang-orang yang masih hidup mengulangi riwayat yang sama menyedihkannya dengan mereka yang telah binasa. Demikianlah, umat manusia mau tak mau bertanya kepada dirinya sendiri: Untuk apa kita hidup? Dan mengapa kita harus mati? Siapa yang memerintah dunia ini? Siapa yang menciptakan umat manusia? Apakah umat manusia benar-benar diciptakan oleh alam? Apakah umat manusia benar-benar mengendalikan nasibnya sendiri? ... Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan umat manusia tanpa henti selama ribuan tahun. Sayangnya, semakin manusia telah menjadi terobsesi dengan pertanyaan-pertanyaan ini, semakin bertambah kehausan yang dimilikinya akan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menawarkan kepuasan sekejap dan kenikmatan daging yang bersifat sementara, tetapi jauh dari cukup untuk membebaskan manusia dari kesendirian, kesepian, serta kengerian dan ketidakberdayaan yang nyaris tersembunyi jauh di dalam jiwanya. Manusia hanya menggunakan pengetahuan ilmiah yang dapat dilihatnya dengan mata telanjang dan dipahami dengan otaknya untuk membius hatinya. Namun, pengetahuan ilmiah semacam itu tidak cukup untuk menghentikan manusia dari menyelidiki misteri. Manusia sama sekali tidak tahu siapa Yang Berdaulat atas alam semesta dan atas segala sesuatu, apalagi asal mula dan masa depan umat manusia. Umat manusia sekadar hidup, mau tak mau, di tengah hukum ini. Tak seorang pun yang dapat melepaskan diri dan tak seorang pun yang dapat mengubahnya, karena di antara segala sesuatu dan di langit hanya ada satu Pribadi dari selama-lamanya sampai selama-lamanya yang memegang kedaulatan atas segalanya. Dialah Pribadi yang tidak pernah dilihat manusia, Pribadi yang tidak pernah dikenal umat manusia, yang keberadaan-Nya tidak pernah dipercayai umat manusia—tetapi Dialah yang mengembuskan napas ke dalam nenek moyang manusia dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Dialah yang menyediakan dan memelihara umat manusia, membiarkan mereka ada; dan Dialah yang telah membimbing umat manusia sampai pada saat ini. Selain itu, Dia dan Dia sajalah Pribadi tempat umat manusia bergantung demi kelangsungan hidupnya. Dia memegang kedaulatan atas segala sesuatu dan mengatur semua makhluk hidup dalam alam semesta. Dia mengendalikan keempat musim, dan Dialah yang mendatangkan angin, embun beku, salju, dan hujan. Dia memberikan sinar matahari kepada umat manusia dan mendatangkan malam. Dialah yang membentangkan langit dan bumi, menyediakan gunung-gunung, danau, dan sungai serta semua makhluk hidup di dalamnya bagi manusia. Perbuatan-Nya ada di mana-mana, kuasa-Nya ada di mana-mana, hikmat-Nya ada di mana-mana, dan otoritas-Nya ada di mana-mana. Setiap hukum dan peraturan ini merupakan wujud perbuatan-Nya, dan masing-masing menyatakan hikmat dan otoritas-Nya. Siapakah yang dapat meloloskan dirinya sendiri dari kedaulatan-Nya? Siapakah yang dapat melepaskan dirinya sendiri dari rancangan-Nya? Segala sesuatu ada di bawah pandangan-Nya, dan terlebih lagi, segala sesuatu hidup di bawah kedaulatan-Nya. Perbuatan-Nya dan kuasa-Nya tidak memberikan pilihan bagi umat manusia selain mengakui bahwa Dia memang ada dan memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Tidak ada yang lain selain Dia yang dapat memerintah alam semesta, apalagi membekali umat manusia tanpa henti. Terlepas dari apakah engkau dapat mengenali perbuatan Tuhan, dan terlepas dari apakah engkau percaya pada keberadaan Tuhan, tidak ada keraguan bahwa nasibmu terletak ditentukan oleh Tuhan, dan tidak ada keraguan bahwa Tuhan akan selalu memegang kedaulatan atas segala sesuatu. Keberadaan dan otoritas-Nya tidak didasarkan pada apakah kedua hal tersebut diakui dan dipahami oleh manusia atau tidak. Hanya Dialah yang mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan manusia, dan hanya Dialah yang dapat menentukan nasib umat manusia. Terlepas dari apakah engkau dapat menerima fakta ini, tidak lama lagi, manusia akan menyaksikan semua ini dengan matanya sendiri, dan inilah fakta yang akan segera dinyatakan oleh Tuhan. Umat manusia hidup dan mati di bawah pengawasan Tuhan. Manusia hidup untuk pengelolaan Tuhan, dan saat matanya tertutup untuk terakhir kalinya, itu pun untuk pengelolaan ini. manusia datang dan pergi, dan itu terus berulang. Tanpa terkecuali, semua itu adalah bagian dari kedaulatan Tuhan dan rancangan-Nya. Pengelolaan Tuhan selalu tidak pernah berhenti; itu terus-menerus maju. Dia akan membuat umat manusia menyadari keberadaan-Nya, memercayai kedaulatan-Nya, melihat perbuatan-perbuatan-Nya, dan kembali ke kerajaan-Nya. Inilah rencana-Nya, dan pekerjaan yang telah dilakukan-Nya selama ribuan tahun.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lampiran 3: Manusia Hanya Dapat Diselamatkan di Tengah Pengelolaan Tuhan"

Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut. Sejak hari manusia diciptakan, Tuhan telah bekerja sedemikian rupa, mengelola alam semesta, mengarahkan irama perubahan untuk segala sesuatu dan jalur pergerakannya. Sebagaimana halnya segala sesuatu, manusia secara diam-diam dan tanpa sadar dipelihara oleh kemanisan dan hujan serta embun dari Tuhan; seperti segala sesuatu, manusia tanpa sadar hidup di bawah pengaturan tangan Tuhan. Hati dan roh manusia berada di tangan Tuhan, segala sesuatu dalam kehidupannya berada dalam pengamatan mata Tuhan. Entah engkau memercayainya atau tidak, setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"

Sejak Dia memulai penciptaan segala sesuatu, kuasa Tuhan mulai diungkapkan dan dinyatakan, karena Tuhan menggunakan firman untuk menciptakan segala sesuatu. Dengan cara apa pun Dia menciptakan semua itu, dengan alasan apa pun Dia menciptakan semua itu, segala sesuatu menjadi tercipta dan tetap bertahan dan ada oleh karena firman Tuhan; inilah otoritas unik Sang Pencipta. Pada waktu sebelum manusia muncul di dunia, Sang Pencipta menggunakan kuasa dan otoritas-Nya untuk menciptakan segala sesuatu bagi umat manusia, dan menggunakan metode-Nya yang unik untuk mempersiapkan lingkungan hidup yang cocok bagi umat manusia. Semua yang Dia lakukan adalah persiapan bagi umat manusia, yang akan segera menerima napas-Nya. Ini berarti, pada waktu sebelum manusia diciptakan, otoritas Tuhan diwujudkan dalam semua makhluk yang berbeda dari manusia, dalam hal-hal yang sebesar langit, benda-benda penerang, laut, dan darat, dan dalam hal-hal yang sekecil binatang dan burung, serta segala macam serangga dan mikroorganisme, termasuk berbagai bakteri yang tak terlihat oleh mata telanjang. Masing-masing dihidupkan oleh firman Sang Pencipta, masing-masing berkembang biak oleh karena firman Sang Pencipta, dan masing-masing hidup di bawah kedaulatan Sang Pencipta oleh karena firman-Nya. Meski mereka tidak menerima napas Sang Pencipta, mereka tetap menunjukkan vitalitas hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta melalui berbagai bentuk dan struktur mereka; meski mereka tidak menerima kemampuan untuk berbicara seperti yang diberikan kepada umat manusia oleh Sang Pencipta, mereka masing-masing menerima cara mengungkapkan hidup mereka yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta, dan yang berbeda dari bahasa manusia. Otoritas Sang Pencipta tidak hanya memberikan vitalitas hidup pada objek-objek materiel yang tampak statis, sehingga mereka tidak akan pernah hilang, tetapi, Dia juga memberikan naluri untuk bereproduksi dan berkembang biak kepada setiap makhluk hidup, sehingga mereka tidak akan pernah lenyap, sehingga generasi demi generasi, mereka akan meneruskan hukum dan prinsip kelangsungan hidup yang dianugerahkan kepada mereka oleh Sang Pencipta. Cara yang digunakan oleh Sang Pencipta untuk mengerahkan otoritas-Nya tidak secara kaku mengikuti sudut pandang makro atau mikro, dan tidak terbatas pada bentuk apa pun; Dia mampu mengendalikan beroperasinya alam semesta dan berdaulat atas hidup dan mati segala sesuatu, dan, terlebih lagi, Dia sanggup mengatur segala sesuatu sehingga semua itu melayani-Nya; Dia dapat mengelola keseluruhan beroperasinya pegunungan, sungai, dan danau, dan mengatur segala sesuatu di dalamnya, dan lebih dari itu, Dia mampu menyediakan apa yang dibutuhkan oleh segala sesuatu. Inilah perwujudan dari otoritas unik Sang Pencipta di antara segala sesuatu selain manusia. Perwujudan seperti itu tidak hanya berlangsung seumur hidup; perwujudan seperti itu tidak akan pernah berhenti, atau beristirahat, dan tidak dapat diubah atau dirusak oleh orang atau benda apa pun, juga tidak dapat ditambahkan atau dikurangi oleh orang atau benda apa pun—karena tidak ada yang dapat menggantikan identitas Sang Pencipta, dan karena itulah, otoritas Sang Pencipta tak dapat digantikan oleh makhluk ciptaan apa pun; otoritas Sang Pencipta tak dapat dicapai oleh makhluk bukan ciptaan apa pun.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"

Sebelum umat manusia ini terwujud, jagat raya—semua planet, dan semua bintang di langit—telah terlebih dahulu ada. Pada tingkatan makro, benda-benda langit ini telah mengorbit secara teratur, di bawah kendali Tuhan, sepanjang keberadaan mereka, berapa tahun pun itu telah berlangsung. Planet mana yang bergerak ke titik mana pada waktu tertentu; planet mana yang mengerjakan tugas apa, dan kapan tugas tersebut dikerjakan; planet mana yang berputar di orbit yang mana, dan kapan planet tersebut menghilang atau digantikan—semua ini berjalan tanpa kesalahan sedikit pun. Posisi planet dan jarak di antara planet-planet tersebut semuanya mengikuti suatu pola yang tetap, semuanya dapat dijelaskan dengan data yang tepat; jalur pergerakan mereka, kecepatan dan pola pengorbitan mereka, saat ketika mereka berada dalam beragam posisi—semuanya ini dapat diukur dengan tepat dan diatur oleh hukum-hukum khusus. Selama ribuan tahun, planet-planet tersebut telah mengikuti hukum-hukum ini, tanpa sedikit pun penyimpangan. Tidak ada kuasa yang dapat mengubah atau mengganggu pergerakan orbit ataupun pola yang planet-planet tersebut ikuti. Karena hukum-hukum khusus yang mengatur pergerakan planet serta data akurat yang menggambarkan pergerakan tersebut telah ditentukan sejak semula oleh otoritas Sang Pencipta, planet-planet tersebut menaati hukum-hukum ini dengan sendirinya, di bawah kedaulatan dan kendali Sang Pencipta. Pada tingkatan makro, tidaklah sulit bagi manusia untuk menemukan beberapa pola, sejumlah data, dan sekumpulan hukum atau fenomena yang aneh dan tak dapat dijelaskan. Walaupun manusia tidak mengakui bahwa Tuhan itu ada, juga tidak menerima fakta bahwa Sang Penciptalah yang menciptakan dan yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu, dan bahkan tidak mengakui keberadaan otoritas Sang Pencipta, para ilmuwan, ahli astronomi, dan ahli fisika justru semakin mendapati bahwa keberadaan segala sesuatu di alam semesta, serta prinsip dan pola yang mengatur pergerakan segala sesuatu, semuanya itu dikendalikan dan diatur oleh energi tak dikenal yang besar dan tak terlihat. Fakta ini memaksa manusia untuk menghadapi dan mengakui bahwa ada Pribadi yang Perkasa di tengah pola-pola pergerakan ini, yang mengatur segala sesuatu. Kuasa-Nya luar biasa, dan walaupun tidak ada yang dapat melihat wajah-Nya yang sesungguhnya, Dia mengatur dan mengendalikan segalanya setiap saat. Tidak ada manusia atau kekuatan yang dapat melampaui kedaulatan-Nya. Dihadapkan pada fakta ini, manusia harus mengakui bahwa hukum yang mengatur keberadaan segala sesuatu tidak dapat dikendalikan oleh manusia, tidak dapat diubah oleh siapa pun; manusia juga harus mengakui bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya memahami hukum-hukum ini dan hal-hal tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ditentukan oleh Sang Penguasa. Semua ini adalah pengungkapan dari otoritas Tuhan yang bisa dipahami oleh manusia pada tingkatan makro.

Pada tingkatan mikro, semua pegunungan, sungai, danau, laut dan daratan yang dapat dilihat manusia di bumi, semua musim yang mereka alami, segala sesuatu yang mendiami bumi, termasuk tanaman, hewan, mikroorganisme, dan manusia, tunduk pada kedaulatan dan pengendalian Tuhan. Di bawah kedaulatan dan pengendalian Tuhan, segala sesuatu menjadi ada atau menghilang sesuai dengan pikiran-Nya; hukum-hukum yang mengatur keberadaan semua itu, muncul, dan segala sesuatu bertumbuh dan berkembang biak sesuai hukum-hukum tersebut. Tidak ada manusia atau sesuatu yang berada di atas hukum-hukum ini. Mengapa demikian? Jawaban satu-satunya adalah ini: ini adalah karena otoritas Tuhan. Atau, dengan kata lain, ini adalah karena pikiran dan firman Tuhan; karena tindakan pribadi Tuhan itu sendiri. Ini berarti otoritas Tuhan dan pikiran Tuhanlah yang memunculkan hukum-hukum ini, yang akan bergeser dan berubah sesuai dengan pikiran-Nya, dan pergeseran serta perubahan ini semuanya terjadi atau menghilang demi rencana-Nya. Contohnya, epidemi. Epidemi menyebar tanpa peringatan. Tidak seorang pun tahu asal-usul atau alasan pasti mengapa epidemi terjadi, dan setiap kali suatu epidemi mencapai tempat tertentu, mereka yang dikutuk tak akan bisa lari dari malapetaka. Ilmu pengetahuan manusia memahami epidemi sebagai sesuatu yang disebabkan oleh penyebaran mikroba yang ganas atau berbahaya, dan kecepatan, rentang, serta cara penularannya tidak bisa diprediksi atau dikendalikan oleh ilmu pengetahuan manusia. Walaupun orang melawan epidemi dengan segala cara yang memungkinkan, mereka tidak bisa mengendalikan orang atau hewan mana yang pasti akan terdampak ketika epidemi merebak. Satu-satunya yang dapat manusia lakukan adalah berusaha mencegah, melawan, dan meneliti epidemi tersebut. Namun, tak seorang pun mengetahui akar penyebab yang dapat menjelaskan permulaan atau akhir dari masing-masing epidemi, dan tak seorang pun bisa mengendalikannya. Dihadapkan dengan kemunculan dan penyebaran epidemi, langkah pertama yang manusia lakukan adalah mengembangkan vaksin, tetapi sering kali epidemi berakhir dengan sendirinya sebelum vaksin berhasil ditemukan. Mengapa epidemi bisa berakhir? Ada orang-orang yang mengatakan bahwa kumannya sudah bisa dikendalikan, sementara yang lain mengatakan bahwa epidemi berakhir karena pergantian musim .... Sedangkan mengenai apakah spekulasi liar ini dapat dibenarkan, ilmu pengetahuan tidak bisa memberikan penjelasan dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. Umat manusia bukan saja harus menghadapi spekulasi-spekulasi ini, tetapi juga harus menghadapi kurangnya pemahaman manusia dan ketakutan mereka akan epidemi. Pada akhirnya, tak seorang pun tahu mengapa epidemi mulai terjadi atau mengapa itu berakhir. Karena umat manusia hanya percaya pada ilmu pengetahuan, bergantung sepenuhnya pada ilmu pengetahuan, tetapi tidak mengakui otoritas Sang Pencipta ataupun menerima kedaulatan-Nya, mereka tidak akan pernah mendapatkan jawaban.

Di bawah kedaulatan Tuhan, segala sesuatu lahir, hidup, dan binasa oleh karena otoritas-Nya dan pengelolaan-Nya. Beberapa hal datang dan pergi begitu saja, dan manusia tidak bisa mengetahui dari mana hal-hal itu datang atau memahami pola yang diikuti semua itu, terlebih lagi, mereka tidak memahami alasan mengapa hal-hal itu datang dan pergi. Meskipun dengan matanya sendiri, manusia dapat menyaksikan semua yang terjadi di antara segala sesuatu, dan dapat mendengar semua itu dengan telinganya, dan dapat mengalami semua itu dengan tubuhnya; meskipun semua hal itu berkaitan dengan manusia, dan meskipun manusia secara tak sadar memahami keluarbiasaan relatif, keteraturan, atau bahkan keanehan dari berbagai fenomena, ia tetap tidak mengetahui apa yang ada di balik semua itu, yakni kehendak dan pikiran Sang Pencipta. Ada banyak kisah di balik fenomena-fenomena ini, ada banyak fakta tersembunyi. Karena manusia telah menyimpang jauh dari Sang Pencipta dan karena ia tidak mau menerima kenyataan bahwa otoritas Sang Pencipta mengatur segala sesuatu, ia tidak akan pernah tahu dan memahami segala sesuatu yang terjadi di bawah kedaulatan otoritas Sang Pencipta. Secara umum, kendali dan kedaulatan Tuhan melampaui batas imajinasi manusia, pengetahuan manusia, pemahaman manusia, dan apa yang dapat dicapai ilmu pengetahuan manusia; itu melampaui pemahaman manusia ciptaan. Beberapa orang berkata, "Karena engkau belum melihat sendiri kedaulatan Tuhan, bagaimana engkau bisa percaya bahwa segala sesuatu tunduk di bawah otoritas-Nya?" Melihat tidak selalu berarti percaya, melihat juga tidak selalu berarti mengakui dan memahami. Jadi, dari mana datangnya kepercayaan? Aku dapat katakan dengan pasti, "Kepercayaan datang dari besar dan dalamnya pemahaman dan pengalaman orang akan realitas dan akar penyebab dari sesuatu." Jika engkau percaya bahwa Tuhan ada, tetapi engkau tidak bisa mengakui, apalagi memahami kenyataan tentang pengendalian Tuhan dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, maka di dalam hatimu, engkau tidak akan pernah mengakui bahwa Tuhan memiliki otoritas seperti ini dan bahwa otoritas Tuhan itu unik. Engkau tidak akan pernah benar-benar menerima Sang Pencipta sebagai Tuhan dan Rajamu.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"

Manusia sering mengatakan bahwa tidak mudah mengenal Tuhan. Namun, Aku katakan bahwa mengenal Tuhan sama sekali bukanlah hal yang sulit, karena Tuhan sering menunjukkan perbuatan-perbuatan-Nya agar manusia melihatnya. Tuhan tidak pernah berhenti berdialog dengan umat manusia, dan Dia tidak pernah menyembunyikan diri-Nya dari manusia, dan juga tidak menyembunyikan diri-Nya sendiri. Pikiran-Nya, gagasan-Nya, firman-Nya, dan perbuatan-Nya, semua disingkapkan kepada umat manusia. Oleh karena itu, selama manusia ingin mengenal Tuhan, ia bisa memahami dan mengenal Dia lewat segala macam cara dan metode. Alasan mengapa manusia tanpa pengertian berpikir bahwa Tuhan dengan sengaja menghindarinya, bahwa Tuhan dengan sengaja menyembunyikan diri-Nya dari umat manusia, bahwa Tuhan tidak berniat membiarkan manusia memahami dan mengenal-Nya, adalah karena ia tidak tahu siapa Tuhan itu dan ia juga tidak ingin memahami Tuhan. Bahkan lebih daripada itu, ia tidak tertarik dengan pikiran, firman, atau perbuatan Sang Pencipta .... Sejujurnya, jika seseorang hanya menggunakan waktu luangnya untuk berfokus dan memahami firman atau perbuatan Sang Pencipta, dan jika mereka mencurahkan sedikit perhatian pada pikiran Sang Pencipta dan suara hati-Nya, tidak akan sulit bagi orang itu untuk menyadari bahwa pikiran, firman, dan perbuatan Sang Pencipta terlihat dan transparan. Begitu juga, hanya dibutuhkan sedikit usaha untuk menyadari bahwa Sang Pencipta ada di antara manusia selama ini, bahwa Dia selalu berbicara dengan manusia dan seluruh ciptaan, dan bahwa Dia melakukan perbuatan-perbuatan yang baru setiap hari. Esensi dan watak-Nya diungkapkan dalam dialog-Nya dengan manusia; pikiran dan gagasan-Nya disingkapkan sepenuhnya dalam perbuatanperbuatan-Nya; Dia menyertai dan menyelidiki umat manusia sepanjang waktu. Dia berbicara diam-diam kepada umat manusia dan seluruh ciptaan dengan firman-Nya yang sunyi: "Aku ada di langit, dan Aku berada di antara ciptaan-Ku. Aku berjaga-jaga; Aku menunggu; Aku ada di sisimu ...." Tangan-Nya hangat dan kuat; langkah kaki-Nya ringan; suara-Nya lembut dan anggun; figur-Nya berulang kali lewat dan berbalik, merengkuh seluruh umat manusia; wajah-Nya indah dan lembut. Dia tidak pernah pergi, tidak pernah menghilang. Siang dan malam, Dia adalah pendamping umat manusia yang selalu ada, tidak pernah pergi dari sisi mereka.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik II"

Di bawah otoritas Tuhan, setiap orang secara aktif atau secara pasif menerima kedaulatan dan pengaturan-Nya, dan bagaimanapun seseorang bergumul dalam perjalanan hidupnya, sebengkok apa pun jalan yang orang jalani, pada akhirnya orang akan kembali ke orbit nasib yang telah digariskan oleh Sang Pencipta bagi mereka. Inilah otoritas Sang Pencipta yang tak terlampaui dan, cara otoritas-Nya mengendalikan dan memerintah alam semesta. Sifat tak terlampaui ini, bentuk pengendalian dan pemerintahan ini, adalah yang bertanggung jawab atas hukum-hukum yang mengatur kehidupan segala sesuatu, yang memungkinkan manusia untuk bereinkarnasi berulang kali tanpa gangguan, yang membuat dunia berputar secara teratur dan bergerak maju, hari demi hari, tahun demi tahun. Engkau semua telah menyaksikan semua fakta ini dan engkau memahaminya, entah secara dangkal atau mendalam, dan kedalaman pemahamanmu tergantung pada pengalaman dan pengetahuanmu tentang kebenaran, serta pengenalanmu akan Tuhan. Seberapa baik engkau mengetahui kebenaran kenyataan, seberapa jauh engkau telah mengalami firman Tuhan, seberapa baik engkau mengenal hakikat dan watak Tuhan—semua ini merepresentasikan kedalaman pemahamanmu tentang kedaulatan dan pengaturan Tuhan. Apakah keberadaan kedaulatan dan pengaturan Tuhan tergantung pada apakah manusia tunduk pada kedaulatan dan pengaturan tersebut? Apakah fakta bahwa Tuhan memiliki otoritas ini ditentukan oleh apakah manusia tunduk pada otoritas tersebut? Otoritas Tuhan itu ada bagaimanapun keadaannya. Dalam segala situasi, Tuhan menentukan dan mengatur setiap nasib manusia dan segala sesuatu sesuai dengan pikiran-Nya dan keinginan-Nya. Ini tidak akan berubah sebagai akibat perubahan manusia; ini terpisah dari kehendak manusia, tidak bisa diubah oleh perubahan apa pun dalam waktu, ruang, dan geografi, karena otoritas Tuhan adalah hakikat-Nya yang hakiki. Apakah manusia mampu mengenal dan menerima kedaulatan Tuhan, dan apakah manusia mampu tunduk pada kedaulatan-Nya—tidak satu pun dari keadaan ini mampu sedikit pun mengubah fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia. Dengan kata lain, bagaimanapun sikap manusia terhadap kedaulatan Tuhan, itu sama sekali tak dapat mengubah fakta bahwa Tuhan berdaulat atas nasib manusia dan atas segala sesuatu. Sekalipun engkau tidak tunduk pada kedaulatan Tuhan, Dia tetap saja menguasai nasibmu; sekalipun engkau tidak mampu mengenal kedaulatan-Nya, otoritas-Nya tetap saja ada. Otoritas Tuhan dan fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia adalah hal yang terpisah dari kehendak manusia, dan tidak berubah sesuai dengan kesukaan dan pilihan manusia. Otoritas Tuhan ada di mana-mana, di setiap jam, dan di setiap saat. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi otoritas-Nya tidak akan pernah berlalu, karena Dia adalah Tuhan itu sendiri, Dia memiliki otoritas yang unik, dan otoritas-Nya tidak dihalangi atau dibatasi oleh orang, peristiwa, hal-hal, oleh ruang atau geografi. Sepanjang waktu, Tuhan menggunakan otoritas-Nya, menunjukkan kekuatan-Nya, melanjutkan pekerjaan pengelolaan-Nya sebagaimana yang selalu Dia lakukan; sepanjang waktu, Dia memerintah segala sesuatu, menyediakan kebutuhan segala sesuatu, mengatur segala sesuatu—sebagaimana yang selalu Dia lakukan. Tidak ada yang dapat mengubah hal ini. Ini adalah fakta; ini adalah kebenaran yang tidak pernah berubah sejak permulaan zaman!

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"

Sebelumnya: 1. Mengapa manusia harus percaya kepada Tuhan?

Selanjutnya: 3. Kehidupan manusia berakhir dalam sekejap, dalam beberapa puluh tahun. Mengingat kembali, mereka mengenang kehidupan mereka: pergi ke sekolah, bekerja, menikah, mempunyai anak, menunggu kematian, seluruh hidup mereka dihabiskan dengan kesibukan demi keluarga, uang, status, kekayaan dan gengsi, sama sekali tidak memiliki arah dan tujuan yang sebenarnya dari keberadaan manusia, dan tidak mampu menemukan nilai atau makna apa pun dari kehidupan. Jadi, manusia hidup dari generasi ke generasi dengan cara yang menyakitkan dan hampa ini. Mengapa kehidupan manusia begitu menyakitkan dan hampa? Dan bagaimana kesakitan dan kehampaan keberadaan manusia dapat diatasi?

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Pengaturan

  • Teks
  • Tema

Warna Solid

Tema

Jenis Huruf

Ukuran Huruf

Spasi Baris

Spasi Baris

Lebar laman

Isi

Cari

  • Cari Teks Ini
  • Cari Buku Ini