Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Mereka bahkan Menjual Kepentingan Tersebut, Memperdagangkannya untuk Memperoleh Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)
Lampiran: Apa Arti Kebenaran
Hari ini kita akan melanjutkan untuk mempersekutukan pembahasan dari persekutuan sebelumnya. Topik apa yang kita persekutukan terakhir kali? ("Tidur di atas kayu bakar dan merasakan pahitnya empedu" bukanlah kebenaran.) Jadi, apakah dahulu engkau menganggap bahwa pepatah tersebut adalah kebenaran? Orang-orang biasanya tanpa sadar menganggap bahwa pepatah tersebut adalah kebenaran, atau setidaknya, pepatah tersebut cukup positif, inspiratif, dan berpotensi mendorong orang untuk bersikap proaktif dan memiliki pandangan ke depan. Berdasarkan tingkat maknanya, orang menganggap bahwa pepatah tersebut cukup mendekati kebenaran dan cukup mendekati hal-hal positif. Oleh karena itu, banyak orang tanpa sadar menganggap bahwa pepatah "Tidur di atas kayu bakar dan merasakan pahitnya empedu" adalah ungkapan yang cukup positif, atau setidaknya, memiliki konotasi positif daripada negatif, dan berperan dalam membantu kehidupan dan cara perilaku orang. Namun, setelah mempersekutukannya, kita memahami bahwa pepatah tersebut bukanlah hal yang positif, dan ada masalah besar dengan pepatah tersebut. Pernahkah engkau semua mencari lebih lanjut ungkapan-ungkapan yang mirip atau berkaitan dengan ungkapan ini, atau yang memiliki peran serupa, dan yang tanpa sadar dianggap positif atau cukup baik oleh orang-orang, lalu engkau menelaahnya? (Tidak.) Katakan kepada-Ku, apakah ungkapan "Menarik banyak kesimpulan dari satu contoh" tepat di sini? (Ya.) Harus dikatakan bahwa ungkapan ini memiliki penerapan nyata dalam hal mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran. Terakhir kali kita bersekutu tentang "Tidur di atas kayu bakar dan merasakan pahitnya empedu". Ungkapan serupa apa lagi yang ada? Ungkapan lain apa lagi yang kira-kira memiliki makna yang sama, atau dapat memainkan peran yang sama? Tidak ada salahnya engkau semua menelaah ungkapan seperti "Tidur di atas kayu bakar dan merasakan pahitnya empedu" berdasarkan cara-Ku, mempersekutukannya satu sama lain, dan memperoleh pemahaman baru. Ketika engkau mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai kekeliruan ungkapan-ungkapan itu, engkau akan membuangnya dan kemudian menempuh jalan menerapkan kebenaran dan mengejar kebenaran yang didasarkan sepenuhnya pada firman Tuhan.
Mari kita lanjutkan topik yang telah kita bahas dua kali sebelumnya. Topik apakah itu? (Apa arti kebenarannya.) Benar, apa arti kebenaran. Jadi apa sebenarnya arti kebenaran? (Kebenaran adalah standar untuk perilaku, tindakan, dan penyembahan manusia kepada Tuhan.) Tampaknya engkau semua telah menghafalkan kalimat ini dari segi teori dan definisinya. Jadi, setelah dua persekutuan kita sebelumnya, apakah ada perbedaan dalam definisi, pengetahuan, dan pemahamanmu akan kebenaran yang ada di lubuk hatimu saat ini dibandingkan dengan sebelumnya? (Ya.) Apa tepatnya perbedaannya? Meskipun engkau mungkin tidak memiliki pemahaman dari pengalaman nyata dalam jangka pendek, setidaknya engkau memiliki beberapa pemahaman perseptual. Katakan perbedaannya kepada-Ku berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan pemahamanmu sendiri. (Sebelumnya aku tahu bahwa aku harus menerapkan berdasarkan kebenaran firman Tuhan kapan pun masalah menimpaku, tetapi aku tidak pernah mampu menerapkannya. Sepertinya, aku biasanya punya kecenderungan untuk memperlihatkan sikap yang terburu nafsu, dan meskipun aku tahu dari firman Tuhan bahwa memperlihatkan sikap yang terburu nafsu itu salah, dan aku tahu tuntutan Tuhan terhadap manusia, aku tetap memperlihatkannya, dan aku tidak pernah mampu menemukan sumber penyebabnya. Hanya setelah mendengarkan persekutuan Tuhan yang sebelumnya, barulah aku menyadari bahwa, sering kali, orang memperlihatkan kerusakan karena mereka dikendalikan oleh pemikiran Iblis, dan bahwa aku memperlihatkan sikap yang terburu nafsu karena dalam diriku ada logika Iblis bahwa "Aku tidak akan menyerang kecuali aku diserang; jika aku diserang, aku pasti akan menyerang balik". Kurasa pepatah ini benar, dan aku bertindak seperti ini untuk membela diri. Setelah dipengaruhi oleh pemikiran dan pandangan Iblis ini, aku tidak mampu menerapkan kebenaran. Namun sebenarnya, meskipun hal-hal jahat ini secara lahiriah kelihatannya benar, kenyataannya, makna yang disampaikannya bertentangan dengan apa yang dituntut oleh firman Tuhan, dan semuanya salah. Firman Tuhan-lah satu-satunya kebenaran, dan hanya tindakan yang sesuai dengan firman Tuhan-lah yang sepenuhnya benar.) Bagus sekali. Siapa yang bisa menambahkan? (Aku ingin menambahkan sesuatu. Sebelumnya aku juga tahu bahwa aku harus mencari dan menerapkan kebenaran kapan pun masalah menimpaku, tetapi aku masih agak bingung tentang cara menerapkannya. Setelah mendengarkan persekutuan Tuhan, aku merasa kebenaran itu sangat nyata dan berhubungan dengan setiap aspek kehidupan. Seperti beberapa contoh yang disebutkan oleh Tuhan. Orang Tionghoa juga belajar minum kopi setelah tiba di negara-negara Barat. Ini bukanlah masalah cara orang bertindak, melainkan masalah pemikiran dan pandangan orang, dan ini berkaitan dengan kebenaran. Selain itu, setelah Tuhan menelaah beberapa pepatah dan ungkapan umum yang orang anggap benar, aku merasa bahwa aku harus merenungkan perilaku dan tindakanku sendiri yang tampaknya benar, dan merenungkan maksud, pemikiran, dan pandangan di balik perilaku ini, serta tentang kehidupan apa yang sebenarnya sedang kujalani dengan mengandalkan hal-hal ini. Sekarang aku memiliki perasaan yang lebih nyata dan tidak terlalu abstrak tentang caranya mencari dan menerapkan kebenaran kapan pun masalah menimpaku.) Tampaknya melalui kedua persekutuan ini, kebanyakan orang telah memperoleh pemahaman dasar tentang apa arti kebenaran dan dari beberapa topik yang berkaitan dengan kebenaran serta, dari lubuk hatinya, mereka sudah mulai merenungkan apakah perilaku dan perbuatan mereka berkaitan dengan kebenaran atau tidak, serta merenungkan mengenai hal-hal mana yang sebenarnya mereka patuhi dan dengar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan yang adalah kebenaran, dan mana yang bukan kebenaran, serta merenungkan apakah hal-hal yang mereka anggap benar itu sebenarnya adalah kebenaran, dan apa hubungan hal-hal tersebut dengan kebenaran. Setelah merenung, orang kemudian dapat menentukan apa sebenarnya arti kebenaran, hal-hal mana yang tepatnya adalah kebenaran, dan hal-hal mana yang bukan kebenaran. Setelah mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun dan makan serta minum firman Tuhan selama bertahun-tahun, kebanyakan orang telah memperoleh beberapa hal dan dapat dengan jelas melihat satu fakta: firman Tuhan memang adalah kebenaran, tuntutan Tuhan adalah kebenaran, dan segala sesuatu yang berasal dari firman Tuhan adalah kebenaran. Orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan sudah mengakui dan menerima fakta ini dari hati, tetapi dalam kehidupan nyata, mereka mungkin sering tanpa sadar mengucapkan hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kebenaran, atau bertentangan dengan kebenaran. Ada orang-orang yang tetap dapat memperlakukan hal-hal yang mereka anggap benar dan baik sebagai kebenaran, dan khususnya belum bisa membedakan kekeliruan dan perkataan setan yang menipu yang berasal dari Iblis, dan mereka tidak hanya sudah lama menerimanya di dalam hati mereka, tetapi bahkan menganggapnya sebagai hal-hal yang positif. Sebagai contoh, banyak falsafah Iblis seperti "Gigi ganti gigi, mata ganti mata", "Kuperlakukan dirimu sama seperti caramu memperlakukanku", "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan", dan "Aku tidak akan menyerang kecuali aku diserang", dan sebagainya, dianggap oleh manusia sebagai kebenaran dan moto hidup, serta manusia bahkan merasa sangat puas akan diri mereka sendiri karena mematuhi falsafah Iblis ini, dan setelah membaca firman Tuhan, barulah mereka menyadari bahwa hal-hal yang berasal dari Iblis ini sebenarnya bukanlah kebenaran, melainkan ajaran sesat dan kekeliruan yang menipu manusia. Dari manakah hal-hal ini berasal? Ada yang berasal dari pendidikan sekolah dan ada yang berasal dari buku pelajaran, ada yang berasal dari didikan keluarga, dan ada pula yang berasal dari pengondisian masyarakat. Singkatnya, semuanya berasal dari budaya tradisional dan bersumber dari didikan Iblis. Apakah hal-hal ini ada kaitannya dengan kebenaran? Semua itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebenaran. Namun, manusia tidak mampu membedakan hal-hal ini, dan tetap menganggapnya sebagai kebenaran. Apakah masalah ini menjadi sangat serius? Apa konsekuensi dari menganggap hal-hal yang berasal dari Iblis ini sebagai kebenaran? Mampukah orang membuang watak rusak mereka dengan mematuhi hal-hal ini? Dapatkah orang-orang hidup dalam kemanusiaan yang normal dengan mematuhinya? Mampukah orang hidup berdasarkan hati nurani dan nalar dengan mematuhinya? Mampukah mereka memenuhi standar hati nurani dan nalar dengan mematuhinya? Dapatkah manusia memperoleh perkenan Tuhan dengan mematuhinya? Mereka tidak mampu melakukan semua ini. Jika mereka tidak mampu melakukan semua ini, apakah hal-hal yang orang-orang patuhi ini adalah kebenaran? Dapatkah hal-hal tersebut menjadi kehidupan seseorang? Apa akibatnya jika manusia menganggap hal-hal negatif ini—misalnya apa yang mereka anggap adalah falsafah yang benar dan baik tentang cara berinteraksi dengan orang lain, jalan untuk kelangsungan hidup, hukum untuk bertahan hidup, dan bahkan budaya tradisional—sebagai kebenaran dan mematuhinya? Umat manusia telah mematuhi hal-hal ini selama ribuan tahun. Apakah sudah ada perubahan sedikit pun? Apakah situasi umat manusia saat ini sudah berubah? Bukankah manusia yang rusak menjadi makin jahat dan makin menentang Tuhan? Tuhan mengungkapkan banyak kebenaran setiap kali Dia melakukan pekerjaan-Nya, dan manusia dapat melihat bahwa kebenaran-kebenaran ini memiliki otoritas dan kuasa, jadi mengapa manusia tetap mampu menyangkal dan menentang Tuhan? Mengapa mereka tetap tidak menerima dan tunduk kepada Tuhan? Hal ini cukup untuk memperlihatkan bahwa umat manusia telah dirusak sedemikian dalamnya oleh Iblis, bahwa manusia yang rusak penuh dengan watak Iblis, dan bahwa semua orang muak akan kebenaran, membencinya, dan sama sekali tidak menerimanya. Sumber masalah ini adalah umat manusia telah menerima terlalu banyak falsafah Iblis dan terlalu banyak pengetahuan Iblis. Di lubuk hati mereka, orang-orang telah dipenuhi oleh segala macam pemikiran dan pandangan Iblis, dan dengan demikian mereka telah mengembangkan watak yang muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Kita dapat melihat dari banyak orang yang percaya kepada Tuhan bahwa meskipun mereka mengakui bahwa firman Tuhan memiliki otoritas dan kuasa, mereka tidak menerima kebenaran. Dengan kata lain, ketika manusia makan dan minum firman Tuhan, meskipun mereka mengakui dengan mulut mereka bahwa "Firman Tuhan adalah kebenaran, tidak ada yang melebihi kebenaran, kebenaran ada di dalam hati kami, dan kami mengejar kebenaran sebagai tujuan kelangsungan hidup kami", dalam kehidupan nyata, mereka masih hidup berdasarkan pepatah dan falsafah Iblis yang terkenal, dan mengesampingkan firman Tuhan dan kebenaran, serta mematuhi dan menerapkan hal-hal seperti pengetahuan teologis manusia dan doktrin rohani, seolah-olah itu adalah kebenaran. Inikah keadaan yang sebenarnya dari kebanyakan orang yang percaya kepada Tuhan? (Ya.) Jika engkau semua terus mematuhi dengan cara seperti ini serta tidak menelaah dan memahami hal-hal yang berakar dari budaya tradisional Iblis ini berdasarkan firman Tuhan, dan jika engkau tidak mampu mengenali yang sebenarnya sampai ke sumbernya, atau memperoleh pemahaman yang menyeluruh, atau meninggalkannya, akan seperti apa akibatnya? Ada satu akibat yang pasti, yaitu orang-orang percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi tidak tahu apa arti kebenaran atau jalan apa yang harus ditempuh, dan pada akhirnya mereka semua memiliki seperangkat doktrin rohani dan teori teologis pada lidah mereka, dan semua yang mereka katakan kedengarannya bagus dan semuanya merupakan doktrin yang sesuai dengan kebenaran. Namun sebenarnya, orang-orang ini adalah orang Farisi yang sangat munafik dalam hal apa yang mereka terapkan dan jalani. Apa akibat dari hal ini? Tidak diragukan lagi, mereka dihukum oleh Tuhan dan dikutuk oleh-Nya. Mereka yang percaya kepada Tuhan, tetapi tidak menerima kebenaran, adalah orang Farisi dan tidak akan pernah mendapatkan perkenanan Tuhan.
Sebagai contoh, dalam hal mendidik anak, ada para ayah yang melihat anak-anak mereka bersikap tidak patuh dan tidak melaksanakan tugas mereka dengan baik dan benar, dan berkata, "Orang-orang di zaman dahulu benar ketika mereka berkata, 'Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah.'" Ayah semacam itu tidak memperlakukan hal ini berdasarkan firman Tuhan. Mereka hanya menyimpan perkataan manusia di dalam hati mereka, bukannya perkataan Tuhan. Jadi, apakah mereka memiliki kenyataan kebenaran? Tidak, mereka tidak memilikinya. Meskipun mereka percaya kepada Tuhan dan memahami beberapa kebenaran, serta seharusnya tahu cara mendidik anak-anak mereka menggunakan kebenaran agar dapat memenuhi tanggung jawab mereka sebagai orang tua, mereka tidak bertindak dengan cara seperti ini. Ketika mereka melihat anak-anak mereka menempuh jalan yang salah, mereka menghela nafas dan berkata, "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah". Ungkapan macam apa ini? Pepatah terkenal dari siapakah itu? (Pepatah terkenal Iblis.) Pernahkah Tuhan mengucapkan ungkapan ini? (Tidak.) Jadi, dari manakah ungkapan ini berasal? (Iblis.) Itu berasal dari Iblis, dari dunia ini. Orang-orang sangat "mengejar" kebenaran, dan sangat "mencintai" kebenaran, dan sangat "meninggikan" kebenaran, lalu mengapa mereka mengucapkan ungkapan-ungkapan Iblis seperti ini ketika hal-hal seperti itu menimpa mereka? Mereka bahkan merasa bahwa pepatah tersebut adalah hal yang adil dan bermartabat untuk diucapkan. Mereka berkata, "Lihatlah betapa besarnya rasa hormat dan penghargaanku terhadap kebenaran dan terhadap Tuhan. Aku membuka mulutku dan berkata 'Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah'—sungguh kebenaran yang sangat bagus! Mungkinkah aku mengucapkan ungkapan ini jika aku tidak percaya kepada Tuhan?" Bukankah itu dianggap sebagai kebenaran? (Ya.) Jadi apakah ungkapan ini benar? (Tidak.) Ungkapan macam apa "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah" itu? Dalam hal apa itu salah? Yang dimaksud dengan ungkapan ini adalah jika anak-anak tidak patuh atau kekanak-kanakan, itu adalah tanggung jawab sang ayah, artinya orang tua tidak mendidik mereka dengan baik. Namun, benarkah demikian? (Tidak.) Ada orang tua yang berperilaku baik, tetapi anak laki-laki mereka adalah preman dan anak perempuan mereka adalah pelacur. Sang ayah menjadi sangat marah dan berkata, "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah. Aku telah memanjakan mereka!" Apakah perkataan ini benar, atau tidak? (Tidak, itu salah.) Dalam hal apa itu salah? Jika engkau mampu memahami apa yang salah dengan ungkapan ini, itu membuktikan bahwa engkau memahami kebenaran dan bahwa engkau memahami apa yang salah dengan masalah yang ada di dalam ungkapan ini. Jika engkau tidak memahami kebenaran dalam hal ini, engkau tidak akan mampu menerangkan hal ini dengan jelas. Sekarang, setelah engkau semua mendengarkan penjelasan dan definisi kebenaran, mungkin engkau merasakan sesuatu terhadap ungkapan ini. Engkau mungkin berkata, "Ungkapan ini salah, ini adalah ungkapan duniawi. Kami yang percaya kepada Tuhan tidak mengatakan hal-hal seperti itu." Namun, ini hanya mengatakannya dengan cara yang berbeda. Itu tidak berarti bahwa engkau memahami kebenaran. Sebenarnya, engkau tidak tahu apa yang salah dengan ungkapan "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah". Ketika menghadapi hal-hal seperti ini, apa yang seharusnya kaukatakan agar sesuai dengan kebenaran? Bagaimana seharusnya engkau bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran? Mari kita bahas terlebih dahulu tentang caranya memahami dan menjelaskan hal-hal semacam itu dengan benar. Apa yang Tuhan katakan tentang hal ini? Apakah firman Tuhan memiliki pernyataan khusus apa pun mengenai hal-hal semacam itu? Tuhan telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran, semuanya bertujuan agar manusia menerimanya dan menjadikannya sebagai kehidupan mereka. Jadi, ketika mendidik anak-anak mereka, bukankah orang seharusnya menggunakan firman Tuhan untuk mengajar mereka? Firman Tuhan diucapkan kepada semua manusia. Baik engkau adalah orang dewasa maupun anak-anak, pria maupun wanita, tua maupun muda, semua manusia harus menerima firman Tuhan. Firman Tuhan-lah satu-satunya kebenaran serta yang dapat menjadi kehidupan manusia. Hanya firman Tuhan yang dapat menuntun manusia ke jalan yang benar dalam hidup. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan seharusnya mampu memperoleh pemahaman yang menyeluruh mengenai hal ini. Bagaimana engkau menjelaskan ungkapan "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah"? (Jalan yang orang tempuh ditentukan oleh esensi natur mereka. Selain itu, hukuman yang akan mereka terima, atau berkat yang akan mereka terima di kehidupan ini, ada hubungannya dengan kehidupan mereka sebelumnya. Oleh karena itu, pernyataan "Anak-anak tidak menempuh jalan yang benar karena orang tua mereka tidak mendidik mereka dengan baik" tidak terbukti keabsahannya meski diperiksa dengan cermat, dan sepenuhnya menyangkal fakta bahwa Tuhan memegang kedaulatan atas nasib umat manusia.) Berdasarkan apa yang kaukatakan, apakah anak-anak tidak menempuh jalan yang benar ada kaitannya dengan kedaulatan Tuhan? Tuhan mengizinkan manusia untuk membuat pilihan mereka sendiri dan memilih untuk menempuh jalan yang benar. Namun, manusia memiliki natur Iblis, dan semua manusia membuat pilihan mereka sendiri, dan semua manusia memilih jalan yang mereka sukai, serta tidak mau tunduk pada kedaulatan Tuhan. Jika apa yang kaukatakan sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerangkannya dengan jelas agar orang dapat diyakinkan akan hal tersebut.
Selanjutnya, kita akan membahas ungkapan "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah". Hal pertama yang harus diperjelas adalah bahwa berkata, "Kegagalan anak-anak untuk menempuh jalan yang benar adalah kesalahan orang tua mereka" adalah salah. Siapa pun itu, jika mereka adalah orang tertentu, mereka akan menempuh jalan tertentu. Bukankah ini pasti? (Ya.) Jalan yang orang tempuh menentukan siapa diri mereka. Merekalah yang memutuskan jalan yang mereka tempuh dan mereka akan menjadi orang seperti apa. Ini adalah hal-hal yang telah ditentukan dari semula, hal-hal bawaan, dan berkaitan dengan natur seseorang. Lalu apa gunanya didikan orang tua? Dapatkah itu mengatur natur seseorang? (Tidak.) Didikan orang tua tidak dapat mengatur natur manusia dan tidak dapat menyelesaikan masalah tentang jalan mana yang orang tempuh. Apakah satu-satunya didikan yang dapat orang tua berikan? Beberapa perilaku sederhana dalam kehidupan sehari-hari anak-anak mereka, beberapa pemikiran dan aturan cara berperilaku yang cukup dangkal—semua ini adalah hal-hal yang ada kaitannya dengan orang tua. Sebelum anak-anak mereka menjadi dewasa, orang tua harus memenuhi tanggung jawab mereka, yaitu mendidik anak-anak mereka untuk menempuh jalan yang benar, belajar dengan giat, dan berjuang untuk lebih unggul daripada orang lain setelah mereka dewasa, tidak melakukan hal-hal yang buruk, atau menjadi orang jahat. Orang tua juga harus mengatur perilaku anak-anak mereka, mengajari mereka untuk bersikap sopan dan menyapa orang yang lebih tua kapan pun bertemu dengan mereka, dan mengajari mereka hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku. Inilah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang tua. Mengurus kehidupan anak-anak mereka dan mendidik mereka dengan beberapa aturan dasar tentang cara berperilaku, itulah pengaruh orang tua. Sedangkan orang tua tidak bisa mengajarkan kepribadian anak mereka. Ada orang-orang tua yang santai dan melakukan segalanya dengan santai, sedangkan anak-anak mereka sangat tidak sabar dan tidak bisa diam meski hanya sebentar. Mereka mencari uang sendiri ketika berusia 14 atau 15 tahun, mengambil keputusan mereka sendiri dalam segala hal, tidak membutuhkan orang tua mereka, dan mereka sangat mandiri. Apakah ini diajarkan oleh orang tua mereka? Tidak. Oleh karena itu, kepribadian, watak, bahkan esensi, serta jalan yang orang pilih di masa depan, sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang tua mereka. Ada orang-orang yang membantah hal ini dengan berkata, "Jadi, bagaimana mungkin hal itu sama sekali tidak berkaitan dengan mereka? Ada orang-orang yang berasal dari keluarga yang terpelajar atau keluarga yang memiliki keahlian dari generasi ke generasi dalam bidang tertentu. Sebagai contoh, satu generasi mempelajari seni lukis, generasi selanjutnya juga mempelajari seni lukis, begitu pula generasi selanjutnya. Hal ini menegaskan kebenaran dari ungkapan 'Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah.'" Apakah benar atau salah mengatakan hal ini? (Salah.) Menggunakan contoh itu untuk mengilustrasikan masalah ini adalah salah dan tidak akurat, karena keduanya adalah hal yang berbeda. Keluarga yang memiliki keahlian dari generasi ke generasi hanya memengaruhi keahlian pada satu aspek, dan mungkin saja lingkungan keluarga ini yang membuat semua orang di keluarga tersebut mempelajari hal yang sama. Dari luarnya, anak tersebut juga memilih hal yang sama, tetapi sebenarnya semua ini adalah takdir Tuhan. Bagaimana orang tersebut bisa bereinkarnasi ke dalam keluarga ini? Bukankah itu juga merupakan bentuk dari kedaulatan Tuhan? Orang tua hanya bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka hingga dewasa. Anak-anak hanya dipengaruhi oleh orang tua mereka dalam hal perilaku lahiriah dan kebiasaan gaya hidup mereka. Namun, begitu mereka menjadi dewasa, tujuan hidup yang mereka kejar dan takdir hidup mereka sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang tua mereka. Ada orang tua yang hanya seorang petani biasa yang menjalani kehidupan berdasarkan statusnya, tetapi anak-anaknya mampu menjadi pejabat dan melakukan hal-hal besar. Lalu ada anak-anak yang orang tuanya adalah seorang pengacara dan dokter, keduanya cakap dalam bekerja, tetapi anak-anak mereka adalah orang-orang yang tidak berguna yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan di mana pun mereka berada. Apakah ini hasil ajaran orang tua mereka? Jika sang ayah adalah seorang pengacara, apakah dia kemungkinan besar kurang mendidik dan memengaruhi anak-anaknya? Sama sekali tidak. Tidak ada ayah yang berkata, "Hidupku sudah makmur, aku berharap anak-anakku tidak akan semakmur diriku di masa depan, itu akan sangat melelahkan. Mereka cukup menjadi gembala sapi saja di masa depan." Dia pasti harus mendidik anak-anaknya untuk belajar darinya dan menjadi seperti dirinya di masa depan. Apa yang akan terjadi pada anak-anaknya setelah dia selesai mendidik mereka? Anak-anak tersebut akan menjadi seperti yang telah ditetapkan, dan takdir mereka akan menjadi seperti apa yang seharusnya, serta tak ada seorang pun yang dapat mengubahnya. Fakta apa yang kauamati di sini? Jalan yang ditempuh seorang anak sama sekali tidak ada kaitannya dengan orang tuanya. Ada orang tua yang percaya kepada Tuhan dan mendidik anak-anak mereka untuk percaya kepada Tuhan, tetapi apa pun yang mereka katakan, anak-anak mereka tidak percaya, dan orang tua tidak dapat berbuat apa-apa. Ada orang tua yang tidak percaya kepada Tuhan, sedangkan anak-anak mereka percaya kepada Tuhan. Setelah anak-anak mereka mulai percaya kepada Tuhan, mereka mengikuti-Nya, mengorbankan diri mereka untuk-Nya, mampu menerima kebenaran, dan mendapatkan perkenanan Tuhan, serta takdir mereka pun berubah. Apakah ini hasil dari didikan orang tua? Sama sekali tidak, ini berkaitan dengan takdir dan seleksi Tuhan. Ada masalah dengan ungkapan "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah". Meskipun orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anak mereka, tetapi nasib seorang anak tidak ditentukan oleh orang tuanya, melainkan oleh natur anak tersebut. Dapatkah pendidikan menyelesaikan masalah natur anak? Itu sama sekali tidak dapat menyelesaikannya. Jalan hidup yang ditempuh seseorang tidak ditentukan oleh orang tuanya, tetapi telah ditentukan sejak semula oleh Tuhan. Dikatakan bahwa "Nasib manusia ditentukan oleh Surga", dan pepatah ini disimpulkan berdasarkan pengalaman manusia. Sebelum seseorang menjadi dewasa, engkau tidak dapat mengetahui jalan apa yang akan dia tempuh. Setelah dia menjadi dewasa, dan memiliki pemikiran serta mampu merenungkan masalah, dia akan memilih apa yang akan dia lakukan dalam komunitas tempatnya tinggal. Ada orang-orang yang berkata mereka ingin jadi pejabat senior, ada yang berkata mereka ingin jadi pengacara, dan ada pula yang berkata mereka ingin menjadi penulis. Setiap orang memiliki pilihan dan pemikiran mereka masing-masing. Tak ada seorang pun yang berkata, "Aku hanya akan menunggu orang tuaku mendidikku. Aku akan menjadi seperti apa pun didikan orang tuaku." Tak ada seorang pun yang sebodoh ini. Setelah beranjak dewasa, pemikiran-pemikiran orang mulai bergejolak dan berangsur-angsur menjadi matang, sehingga jalan dan tujuan di depan mereka menjadi makin jelas. Pada saat ini, orang seperti apa mereka, dan di kelompok mana mereka berada, sedikit demi sedikit menjadi jelas dan terlihat. Mulai sejak saat itu, karakter setiap orang secara berangsur menjadi jelas, begitu pun watak mereka, jalan yang mereka tempuh, arah hidup mereka, dan kelompok di mana mereka berada. Semua ini didasarkan pada apa? Pada akhirnya, ini adalah sesuatu yang telah Tuhan tentukan dari sejak semula. Ini tidak ada hubungannya dengan orang tua. Apakah sekarang engkau telah memahaminya dengan jelas? Lalu, hal-hal apa yang ada kaitannya dengan orang tua? Penampilan, tinggi badan, kode genetik, dan beberapa penyakit keluarga tidak banyak kaitannya dengan orang tua mereka. Mengapa Kukatakan tidak banyak? Karena tidak 100% demikian. Di beberapa keluarga, setiap generasi menderita suatu penyakit, tetapi kemudian ada satu anak yang lahir tanpa penyakit tersebut. Bagaimana ini bisa terjadi? Ada orang yang berkata, "Itu karena karakter anak ini baik." Ini adalah pendapat manusia, tetapi dari mana asal hal ini? (Takdir Tuhan.) Itulah yang terjadi. Jadi, apakah ungkapan "Memberi makan tanpa mengajar adalah kesalahan ayah" itu benar atau salah? (Salah.) Sekarang engkau sudah jelas tentang hal itu, bukan? Engkau tidak akan memahaminya dengan jelas jika engkau tidak tahu cara mengenalinya. Tanpa kebenaran, engkau tidak mampu mengetahui hal yang sebenarnya mengenai apa pun.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang memiliki beberapa pandangan palsu dari Iblis ini dalam pikirannya. Semua itu tetap terkumpul dan tersimpan di dalam pikirannya, serta tersingkap setiap kali sesuatu terjadi. Ada orang-orang yang berkata, "Pria yang baik tidak berdebat dengan wanita. Lihatlah betapa mulianya diriku. Aku laki-laki jantan yang maskulin, sedangkan engkau adalah seorang pemalu, jadi aku tidak akan berdebat denganmu." Mereka memperlakukan ungkapan ini sebagai apa? (Kebenaran.) Mereka memperlakukannya sebagai kebenaran dan sebagai prinsip untuk menerapkan kebenaran. Ada juga orang yang melihat seseorang yang terlihat sangat tampan dan berpenampilan seperti pria terhormat, tetapi dia licik dan selalu berpura-pura, serta sangat cerdik dan berbahaya saat berinteraksi dengan orang lain, dan banyak orang tidak dapat memahami dirinya, jadi dia berkata, "Aku percaya kepada Tuhan hanya agar dapat menampilkan diriku sebagai orang yang jujur dan baik hati, serta ramah terhadap orang lain, bukan bermusuhan. Sebagaimana kata pepatah, 'Lebih baik menjadi orang yang benar-benar hina daripada menjadi orang yang pura-pura bermartabat'. Beberapa firman Tuhan juga memiliki arti seperti ini." Apa pendapatmu tentang pepatah ini? "Lebih baik menjadi orang yang hina sejati daripada menjadi orang yang pura-pura bermartabat". Engkau dapat melihat bahwa begitu terjadi sesuatu pada manusia, semua pepatah, peribahasa, dan ungkapan umum yang ada di dalam diri mereka muncul dan diperlihatkan sekaligus, dan tidak ada sepatah kata pun yang benar di antara semuanya. Pada akhirnya, orang-orang itu justru berkata, "Terima kasih Tuhan karena telah mencerahkanku." Apakah pepatah "Lebih baik menjadi orang yang benar-benar hina daripada menjadi orang yang pura-pura bermartabat" benar, atau salah? (Salah.) Engkau semua tahu itu salah, tetapi apa yang salah dengan pepatah tersebut? Yang salah dengan orang yang pura-pura bermartabat adalah mereka itu palsu. Tak ada seorang pun yang ingin menjadi orang yang pura-pura bermartabat, mereka ingin menjadi orang yang benar-benar hina. Ada apa dengan orang yang benar-benar hina sehingga diterima orang? Mereka diterima semua orang hanya karena mereka tidak berpura-pura, meskipun mereka adalah orang yang hina. Jadi, engkau semua ingin menjadi apa, menjadi orang yang benar-benar hina atau orang yang pura-pura bermartabat? (Tidak kedua-duanya.) Mengapa bukan kedua tipe orang ini? (Tak satu pun dari keduanya yang sesuai dengan kebenaran, tak ada apa pun dalam firman Tuhan yang menyebutkan mengenai hal ini.) Dapatkah engkau menemukan dasar yang relevan untuk menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah meminta manusia untuk menjadi orang yang pura-pura bermartabat atau orang yang benar-benar hina? (Tuhan ingin manusia menjadi orang yang jujur.) Tuhan ingin manusia menjadi orang yang jujur. Lalu, apa perbedaan antara orang yang jujur dan orang yang benar-benar hina? Frasa "orang yang hina" memang tidak bagus, tetapi mereka cukup tulus. Mengapa orang yang benar-benar hina bukan orang yang baik? Dapatkah engkau menerangkannya dengan jelas? Apa dasar untuk mengatakan bahwa baik orang yang benar-benar hina maupun orang yang pura-pura bermartabat bukanlah orang baik? Apa yang dimaksud dengan orang yang hina? Kata apa yang biasanya diasosiasikan dengan orang yang hina? (Tercela.) Benar. Bagaimana istilah "tercela" ini dijelaskan dan didefinisikan dalam firman Tuhan? Dalam firman Tuhan, apakah "tercela" didefinisikan sebagai kata yang baik, atau kata yang buruk? (Kata yang buruk.) Kata yang buruk, yang dikutuk oleh Tuhan. Orang yang memiliki perilaku tercela dan pandangan tercela adalah orang yang hina. Bagaimana lagi watak dan esensi orang yang hina didefinisikan? Egois, bukan? (Ya.) Orang semacam ini egois dan tercela. Sekalipun yang mereka perlihatkan adalah asli dan merupakan temperamen mereka yang sebenarnya, mereka tetaplah orang yang hina. Orang yang pura-pura bermartabat itu licik dan jahat, serta selalu menyamarkan dirinya dan memberikan kesan palsu kepada orang lain, membiarkan orang lain melihat sisi dirinya yang mengesankan dan ramah. Dia menyembunyikan watak, pendapat, dan pandangannya yang sebenarnya sehingga tak ada seorang pun yang dapat melihatnya, atau memahaminya. Watak apa yang dimiliki orang semacam itu? (Watak yang licik. Suka menipu, serta jahat.) Dia adalah orang yang benar-benar jahat. Jadi, entah seseorang itu adalah orang yang pura-pura bermartabat atau orang yang hina, tak satu pun dari tipe orang ini yang baik. Yang satu buruk di dalam dan yang lainnya buruk di luar. Watak mereka sebenarnya sama, kedua-duanya sangat jahat, egois, dan licik. Apakah kedua tipe orang yang sangat jahat dan licik ini berusaha menjadi orang yang jujur? (Tidak.) Itulah sebabnya, menjadi orang yang mana pun di antara kedua tipe orang ini, engkau bukanlah orang yang baik atau jujur yang Tuhan tuntut. Engkau adalah orang yang Tuhan benci, dan engkau bukanlah orang yang Tuhan kehendaki. Jadi, katakan kepada-Ku, apakah ungkapan "Lebih baik menjadi orang yang benar-benar hina daripada menjadi orang yang pura-pura bermartabat" itu benar? (Tidak.) Berdasarkan sudut pandang ini, ungkapan ini bukanlah kebenaran. Banyak orang berpura-pura menjadi orang baik dengan tujuan untuk menyerang dan mengutuk orang yang pura-pura bermartabat, dengan berkata "Lebih baik menjadi orang yang benar-benar hina daripada menjadi orang yang pura-pura bermartabat", seolah-olah "kejahatan" dari para orang yang hina ini menjadikan mereka sangat adil dan benar, seperti kekuatan keadilan. Bagaimana mungkin engkau yang adalah orang yang hina, mengaku bahwa engkau adil? Engkau adalah orang yang layak untuk dihukum.
Dalam pikiran setiap orang, ada cukup banyak ungkapan dan hal-hal semacam ini, serta ada begitu banyak orang yang menganut pandangan semacam ini. Baik itu budaya tradisional, peribahasa, moto keluarga, aturan keluarga, maupun sistem hukum suatu negara, sering kali orang menggunakan hal-hal yang sudah lama beredar dan tersebar luas di tengah masyarakat ini, bahkan yang telah dicanangkan dan dianjurkan sebagai hal yang positif di tengah masyarakat dan di antara umat manusia untuk waktu yang lama, untuk mendidik manusia, generasi demi generasi. Ada ungkapan-ungkapan di lubuk hati manusia yang dianggap sebagai prinsip penerapan dan prinsip kelangsungan hidup manusia. Beberapa di antaranya merupakan ungkapan yang menyampaikan sudut pandang yang hanya disetujui oleh orang, tetapi belum tentu ingin diterapkan. Entah engkau ingin menerapkannya atau tidak, di lubuk hatimu, engkau sebenarnya menganggap ungkapan-ungkapan ini sebagai prinsip penerapan untuk caramu dalam berperilaku. Singkatnya, hal-hal ini merupakan penghalang besar bagi kepercayaan manusia kepada Tuhan dan pengejaran akan kebenaran. Semua itu hanya merugikan, daripada memberi manfaat bagi manusia. Sebagai contoh, topik yang sering dibahas oleh orang-orang modern adalah "Hidup itu berharga, tetapi kasih jauh lebih berharga. Jika, demi kebebasan, aku harus membayar, aku akan membuang kedua hal ini". Ungkapan ini adalah pepatah terkenal yang dianjurkan dan dihormati oleh orang-orang di daerah Timur dan Barat yang memiliki cita-cita luhur dan yang mengejar kebebasan serta ingin menyingkirkan sistem feodal tradisional. Apa fokus yang orang-orang kejar di sini? Apakah hidup? Ataukah kasih? (Tidak, yang dikejar adalah kebebasan.) Benar, kebebasan. Jadi, apakah ungkapan ini adalah kebenaran? Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa agar dapat mengejar kebebasan, hidup bisa dibuang dan kasih pun bisa ditinggalkan. Dengan kata lain, orang yang kaukasihi juga bisa ditinggalkan agar engkau dapat berlari menuju kebebasan yang indah itu. Seperti apa rupanya kebebasan ini bagi orang-orang duniawi? Bagaimana cara menjelaskan hal yang mereka anggap sebagai kebebasan ini? Menerobos tradisi adalah suatu kebebasan, menerobos adat istiadat lama adalah suatu kebebasan, dan menerobos monarki feodal juga merupakan suatu kebebasan. Apa lagi? (Tidak dikendalikan oleh rezim politik tertentu.) Jenis lainnya adalah tidak dikendalikan oleh kekuasaan atau politik. Yang mereka kejar adalah kebebasan seperti ini. Jadi, apakah kebebasan yang mereka bicarakan merupakan kebebasan sejati? (Tidak.) Apakah kebebasan ini memiliki kesamaan dengan kebebasan yang dibicarakan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan? (Tidak.) Ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan mungkin juga memiliki pandangan ini di dalam hati mereka, "Percaya kepada Tuhan itu sangat bagus, itu membebaskan dan memerdekakanmu. Engkau tidak harus mengikuti adat istiadat atau formalitas tradisional apa pun, engkau tidak perlu khawatir tentang mengatur atau menghadiri pernikahan dan pemakaman, engkau melepaskan semua hal duniawi. Engkau benar-benar sangat bebas!" Benarkah demikian? (Tidak.) Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kebebasan? Apakah engkau semua bebas sekarang? (Sedikit.) Jadi, bagaimana engkau semua bisa mendapatkan sedikit kebebasan ini? Apa yang dimaksud dengan kebebasan ini? (Memahami kebenaran dan menerobos pengaruh gelap Iblis.) Setelah menerobos pengaruh gelap Iblis, engkau merasakan sedikit kelepasan dan kebebasan tertentu. Namun, jika Aku tidak menelaahnya, engkau akan menganggap bahwa engkau benar-benar bebas, padahal sebenarnya tidak. Kebebasan sejati bukanlah kebebasan dan kelepasan tubuh secara ruang dan materi seperti yang orang kira. Melainkan, kebebasan sejati adalah bahwa setelah orang memahami kebenaran, mereka akan memiliki pandangan yang benar tentang berbagai orang, peristiwa, hal-hal, dan tentang dunia, serta mampu mengejar tujuan dan arah hidup yang benar, dan ketika manusia tidak tunduk pada pengaruh Iblis dan pemikiran serta pandangan Iblis, hati dan jiwa mereka dilepaskan. Inilah kebebasan sejati.
Ada seorang anak muda, seorang tidak percaya yang menganggap bahwa dia menyukai kebebasan, terbang ke mana-mana bagaikan burung, dan menjalani kehidupan yang tak dibatasi, jadi dia membenci aturan dan pepatah yang buruk di keluarganya. Dia sering berkata kepada teman-temannya, "Meskipun aku dilahirkan dalam keluarga yang paling tradisional, dan keluarga yang sangat besar, dengan banyaknya aturan dan tradisi, serta bahkan sekarang masih memiliki tempat penyembahan leluhur dengan papan-papan arwah yang tersusun di dalamnya untuk setiap generasi berikutnya, aku sendiri telah menerobos tradisi-tradisi ini dan tidak dipengaruhi oleh aturan keluarga, kebiasaan keluarga, dan adat istiadat umum ini. Tidakkah kalian lihat bahwa aku adalah orang yang sangat tidak tradisional?" Teman-temannya berkata, "Kami sadar kau sangat tidak tradisional." Bagaimana mereka bisa menyadarinya? Ada tindikan di lidahnya, anting di hidungnya, empat atau lima tindikan di kedua telinganya, tindik di pusar, dan tato ular di lengannya. Orang Tionghoa menganggap ular sebagai pembawa sial, tetapi dia bersikeras untuk memiliki tato ular di tubuhnya, dan orang-orang takut ketika mereka melihatnya. Ini tidak tradisional, bukan? (Ya.) Ini sangat tidak tradisional, dan terlebih lagi, dia juga berbicara dengan aura orang yang radikal. Semua orang yang melihatnya berkata, "Orang ini luar biasa! Dia tidak tradisional, benar-benar tidak tradisional!" Dia yakin bahwa dia tidak bisa hanya mengekspresikan ketidaktradisionalannya dengan cara seperti ini, tetapi harus membuatnya sedikit lebih nyata dan membuat orang lebih bisa melihat tanda-tanda tentang betapa tidak tradisionalnya dirinya. Dia melihat bahwa orang lain pada umumnya memiliki pacar orang Tionghoa berkulit kuning langsat, dan dia dengan sengaja mencari pacar orang berkulit putih agar semua orang makin yakin bahwa dia memang tidak tradisional. Setelah itu, dia meniru pacarnya dalam segala situasi, melakukan apa pun yang dikatakan pacarnya dan dengan cara apa pun yang diminta pacarnya. Ketika ulang tahunnya tiba, pacarnya membelikannya sebuah hadiah misteri yang dikemas dalam sebuah kotak besar, dan dia dengan senang hati mulai membuka bungkusan hadiah tersebut. Setelah merobek semua kertas pembungkus kotak itu, dia melihat sebuah topi hijau di dalamnya. Semua orang Tionghoa tahu kiasan tentang "topi hijau", bukan? Ini tentu saja merupakan hal yang sangat tradisional. Begitu dia melihatnya, dia menjadi marah dan berkata, "Hadiah macam apa ini? Untuk siapa kau membeli hadiah ini?" Pacarnya mengira dia akan senang, mengapa dia begitu marah karenanya? Pacarnya tidak bisa memikirkan alasannya dan tidak bisa memahaminya, jadi dia berkata, "Topi hijau ini tidak mudah ditemukan. Kujamin itu akan terlihat bagus saat kaukenakan." Dia berkata, "Tahukah kau apa yang dilambangkan oleh topi ini?" Pacarnya berkata, "Bukankah itu hanyalah sebuah topi? Topi hijau terlihat sangat bagus." Dan pacaranya masih bersikeras memaksanya mengenakan topi tersebut. Dia berkata dia tidak akan mengenakannya apa pun yang terjadi. Apakah orang Barat mengetahui kiasan tentang "topi hijau"? (Tidak, mereka tidak tahu.) Jadi, bukankah hal ini harus dijelaskan secara gamblang dan disingkapkan? Tak seorang pun dari antaramu yang bisa menjawabnya. Mengapa engkau tidak berani menjelaskannya secara gamblang? Ini bukan masalah besar, bukan? Engkau semua sama seperti orang ini, berkoar-koar menyatakan dirinya tidak tradisional, dan melepaskan tradisi serta membuang gagasan budaya tradisional Iblis dalam pengejaranmu akan kebenaran dan kebebasan, tetapi engkau tetap terjebak sedemikian dalamnya dengan topi hijau ini. Pacar anak muda itu memintanya untuk mengenakannya, dan dia tidak akan mengenakannya apa pun yang terjadi, dan pada akhirnya berkata, "Kau bersikeras memaksaku mengenakannya. Jika aku mengenakannya, aku pasti akan dihina orang lain!" Inilah inti masalah dan letak masalahnya, dengan kata lain, tradisi. Tradisi ini bukanlah tentang apa warna suatu benda atau benda seperti apa itu, melainkan tentang simbol dan pandangan yang ditimbulkan oleh benda tersebut pada orang. Apa sebenarnya yang dilambangkan oleh benda ini, topi hijau ini? Apa yang diwakili olehnya? Orang-orang menyebut topi berwarna hijau jelek, sehingga mereka menolak topi berwarna hijau. Mengapa orang menolaknya? Mengapa mereka tidak bisa menerima benda semacam itu? Karena ada semacam pemikiran tradisional di dalamnya. Pemikiran tradisional ini sendiri bukanlah kebenaran; itu seperti benda materi, tetapi masyarakat dan ras orang ini telah tanpa sadar telah mengubahnya menjadi sesuatu yang negatif. Sebagai contoh, orang mengubah warna putih menjadi lambang kekudusan, hitam menjadi simbol kegelapan dan kejahatan, serta merah menjadi lambang perayaan, kekejaman, dan gairah. Di masa lalu, orang Tionghoa mengenakan pakaian berwarna merah ketika mereka menikah karena meyakini bahwa itu meriah. Saat orang Barat menikah, mereka mengenakan pakaian berwarna putih yang indah dan bersih, melambangkan kekudusan. Pemahaman kedua budaya tersebut tentang pernikahan berbeda. Yang satu dengan warna merah dan yang lainnya diwakili dengan warna putih. Kedua warna ini melambangkan sikap mengenai berkat dalam pernikahan. Berbagai kelompok etnis dan ras menggunakan benda-benda yang sama untuk tujuan yang berbeda, dan dengan cara seperti inilah latar belakang budaya mereka muncul. Setelah latar belakang budaya tersebut muncul, maka lahirlah pula tradisi budaya. Dengan cara seperti ini, masyarakat yang berbeda dan ras yang berbeda memiliki adat istiadat yang berbeda, dan adat istiadat tersebut memengaruhi orang dari masing-masing ras tersebut. Oleh karena itu, orang Tionghoa dipengaruhi oleh kiasan tentang topi hijau ini. Hasil seperti apa yang ditanamkan oleh hal ini ke dalam diri mereka? Laki-laki tidak boleh mengenakan topi berwarna hijau, dan perempuan juga tidak boleh mengenakannya. Apakah engkau melihat ada perempuan yang mengenakannya? Sebenarnya, tradisi budaya ini hanya ditujukan untuk laki-laki, artinya bahwa laki-laki yang mengenakan topi berwarna hijau adalah pertanda buruk dan itu tidak ada kaitannya dengan perempuan. Namun, setelah tradisi budaya ini muncul, itu menimbulkan semacam diskriminasi terhadap hal tersebut oleh setiap orang dari ras ini, apa pun konteksnya. Setelah diskriminasi tersebut terjadi, tanpa sadar hal ini berubah dari hal yang sangat tidak ada salahnya dan bersifat materi menjadi hal yang negatif. Sebenarnya, hal itu tidak ada salahnya dan sama sekali tidak bersifat positif atau negatif. Itu hanyalah sebuah benda materi, sebuah warna, dan sebuah benda yang memiliki bentuk. Namun, setelah ditafsirkan dan dipengaruhi oleh budaya tradisional dengan cara seperti ini, apa hasil akhirnya? (Negatif.) Itu menjadi negatif. Setelah itu menjadi negatif, orang tidak dapat memperlakukan atau menggunakan benda tersebut dengan baik dan benar. Coba pikirkan, ada topi dengan berbagai warna di pasar Tiongkok, seperti warna merah, merah muda, kuning, dan sebagainya, tetapi tidak ada yang berwarna hijau. Manusia dikekang dan dipengaruhi oleh pemikiran tradisional ini. Inilah efek salah satu budaya tradisional terhadap manusia.
Meskipun ada orang-orang yang pergi ke luar negeri dan bersentuhan dengan beberapa budaya, tradisi, aturan, dan hal-hal materi seperti kebutuhan hidup sehari-hari di Eropa dan negara-negara Asia lainnya, serta menjadi tidak asing lagi dengan beberapa hukum dan pengetahuan umum di negara-negara lain, tradisi-tradisi di negara mereka sendiri sulit dihilangkan. Meskipun engkau telah meninggalkan tanah airmu dan menerima aspek kehidupan sehari-hari di negara lain, dan bahkan menerima hukum dan sistemnya, engkau tidak tahu apa yang sedang kaupikirkan setiap hari, atau bagaimana engkau menghadapi masalah ketika sesuatu menimpamu, atau apa sudut pandang dan perspektif yang kauambil. Ada orang-orang yang berpikir, "Aku berada di negara Barat, jadi apakah aku orang Barat?" atau "Aku berada di Jepang, jadi apakah aku orang Jepang?" Benarkah demikian? (Tidak.) Orang Jepang berkata, "Kami paling suka makan sushi dan mi udon. Bukankah itu menjadikan kami mulia?" Orang Korea Selatan berkata, "Kami suka makan nasi dan kimchi. Bukankah negara Korea Selatan kami yang besar ini mulia? Kalian orang Tionghoa berkata bahwa budaya kalian kuno dan ribuan tahun lebih tua daripada budaya kami, tetapi apakah kalian menunjukkan bakti kepada orang yang lebih tua sama seperti kami? Apakah kalian sama tradisionalnya dengan kami? Apakah kalian memiliki aturan sebanyak kami? Kalian tidak membahas hal-hal ini sekarang ini, kalian sudah ketinggalan jauh; kami adalah masyarakat yang benar-benar tradisional, dan budaya kami adalah budaya yang sesungguhnya!" Mereka menganggap bahwa budaya tradisional mereka luhur, dan kemudian berseru untuk menyatakan banyak hal sebagai Warisan Dunia. Untuk apa berseru? Setiap negara, setiap ras, bahkan setiap kelompok etnis kecil menganggap bahwa segala sesuatu, aturan, tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan yang ditinggalkan oleh leluhur mereka adalah baik dan positif, serta dapat disebarluaskan oleh umat manusia. Bukankah pemikiran dan pandangan mereka ini menyiratkan bahwa hal-hal ini adalah kebenaran, bahwa semua ini adalah hal yang baik dan positif, dan bahwa semua ini harus diwariskan oleh umat manusia? Jadi, apakah hal-hal yang diwariskan ini bertentangan dengan kebebasan? Aku baru memberikan contoh tentang seorang anak muda yang telah membebaskan dirinya dari belenggu keluarganya, penuh dengan tindikan dan anting, serta memiliki tato di sekujur tubuhnya, bahkan memiliki pacar orang asing. Dari segi penampilan luar dan tubuhnya, dia tampaknya tidak mematuhi aturan keluarga dan telah meninggalkan tradisi. Secara lahiriah dan dalam perilakunya, dan bahkan dalam hal kehendak subjektifnya, dia telah membuang hal-hal seperti keluarga, tradisi, dan adat istiadat. Namun, sebuah hadiah ulang tahun menyingkapkan dirinya, membongkar dan mengutuk keyakinannya bahwa dia "sangat tidak tradisional". Jadi, apakah orang ini sebenarnya tradisional atau tidak? (Dia tradisional.) Apakah tradisi itu baik atau buruk? (Buruk.) Itulah sebabnya, entah engkau menganggap dirimu tradisional atau tidak, dan apa pun rasmu, entah itu disebut ras bangsawan atau ras biasa, pikiran bawah sadarmu dibatasi. Sekeras apa pun engkau mengejar dan menganjurkan kebebasan, sebesar apa pun tekad, hasrat, dan ambisimu untuk melepaskan diri dari kekuatan tradisi dan dari kebiasaan keluarga tradisional, atau betapa menginspirasi dan kuatnya tindakan nyatamu, jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau hanya mampu berkisar pada ajaran dan kekeliruan yang Iblis tanamkan dalam dirimu, tidak mampu keluar darinya. Ada orang-orang yang dipengaruhi oleh kebudayaan tradisional, ada yang dipengaruhi oleh pendidikan ideologi, ada pula yang dipengaruhi oleh kedudukan dan status, serta yang lain lagi masih dipengaruhi oleh sistem ideologi tertentu. Ambillah contoh orang-orang yang berpartisipasi dalam politik, seperti sekelompok orang yang menganjurkan komunisme. Mereka awalnya adalah sekelompok proletar, menerima manifesto dan teori komunis, tidak lagi mengikuti tradisi, tidak lagi mengikuti monarki feodal, tidak lagi mengikuti beberapa adat-istiadat lama, serta kemudian menerima Marxisme-Leninisme dan komunisme. Setelah menerima hal-hal ini, apakah mereka bebas, atau apakah mereka sejak awal sudah dibatasi? (Mereka sejak awal sudah dibatasi.) Mereka mengira bahwa dengan beralih dari hal lama ke hal baru, mereka akan memperoleh kebebasan. Bukankah pemikiran ini salah? (Ya.) Itu salah. Manusia bisa saja beralih dari hal yang lama ke hal yang baru, tetapi selama hal tersebut bukan kebenaran, mereka akan selamanya terjebak dalam jaring Iblis. Ini bukanlah kebebasan yang sesungguhnya. Ada orang-orang yang mengabdikan diri mereka pada komunisme atau pada tujuan tertentu, ada yang mengabdi pada sumpah, ada yang mengabdi pada teori, dan ada pula yang mematuhi pepatah seperti "Aku bersedia mengorbankan diri untuk seorang teman", atau "Rakyat yang setia tidak boleh melayani dua raja", atau "Ketika suatu bangsa sedang berada dalam kesulitan, setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka". Apakah semua ini termasuk budaya tradisional? (Ya.) Di luarnya, hal-hal ini mungkin tampak seperti hal-hal yang sangat positif, sangat sepatutnya, serta sangat luhur dan mulia di antara umat manusia, tetapi sebenarnya, dari sudut pandang lain dan dengan menggunakan cara yang berbeda, hal-hal ini mengikat jiwa manusia, membatasi manusia, dan menghalangi mereka agar tidak memperoleh kebebasan sejati. Namun, sebelum manusia memahami kebenaran, mereka hanya bisa menerima hal-hal ini tanpa tujuan, yang dianggap relatif positif di antara umat manusia, sebagai cara mereka untuk tetap hidup. Oleh karena itu, yang disebut budaya tradisional ini, hal-hal yang menurut manusia cukup baik di dunia ini, secara alami diterima oleh manusia. Setelah menerimanya, manusia merasa bahwa mereka sedang hidup dengan modal, kepercayaan diri, dan dengan motivasi. Sebagai contoh, ada orang-orang yang telah menerima orientasi masyarakat dan umat manusia ini dalam hal pengetahuan dan kredensial. Orientasi apa ini? (Pengetahuan dapat mengubah nasibmu.) (Mengejar hal-hal lain tidak penting, mengejar pendidikan tinggi lebih penting dari semuanya.) Di lubuk hati mereka, orang-orang setuju dan juga menerima serta menyetujui hal-hal ini. Pada saat yang sama ketika menerima dan menyetujui hal-hal tersebut, makin orang mengalami kesulitan di tengah masyarakat ini, makin mereka menghargai hal-hal tersebut. Mengapa demikian? Semua orang mengandalkan pengetahuan ini dalam hidup. Tanpa pengetahuan dan kredensial ini, engkau merasa tidak mampu memiliki kedudukan yang kokoh di tengah masyarakat. Orang lain akan menindasmu dan mendiskriminasimu, jadi engkau mati-matian mengejar hal-hal ini. Makin tinggi kredensialmu, makin tinggi status sosialmu di tengah masyarakat atau di antara ras, atau komunitasmu, dan kekaguman orang terhadapmu, serta perlakuan terhadapmu, dan berbagai hal lainnya akan makin besar dan makin baik. Dalam beberapa hal, kredensial seseorang ikut menentukan status sosialnya.
Di masa lalu, tujuh atau delapan profesor universitas pergi ke Beijing untuk melanjutkan studi mereka. Pada masa itu, layanan penjemputan atau sopir mungkin belum tersedia, sehingga mereka harus naik bus setelah tiba di Beijing. Sebenarnya, profesor seperti mereka dapat ditemukan di mana-mana di Beijing. Mereka tidak dianggap sebagai orang yang istimewa, hanya orang biasa. Namun, mereka sendiri tidak mengetahuinya, dan di situlah letak keseriusan masalahnya. Hal ini terjadi karena masalah ini. Apa yang terjadi? Kelompok profesor ini sedang menunggu bus di halte. Saat mereka menunggu, makin banyak orang berkumpul dan kerumunan orang bertambah besar, semua orang menjadi cemas. Kemudian ketika bus itu datang, mereka semua menyerbu masuk ke dalamnya tanpa menunggu penumpang di dalam turun, saling dorong dan sikut serta membuat keributan besar. Pemandangannya sangat kacau. Para profesor ini memikirkannya dan berkata, "Jelas tidak mudah bagi warga kita di Beijing, naik bus untuk pergi dan pulang kerja setiap hari. Sebagai profesor universitas, kita harus memikirkan keadaan masyarakat. Sebagai kaum intelektual tingkat tinggi, level kita tidak boleh sama dengan orang biasa. Kita harus menunjukkan semangat Lei Feng yang tidak mementingkan diri sendiri dengan membiarkan mereka naik bus ini terlebih dahulu, jadi jangan memaksakan diri masuk ke dalam bus." Mereka semua menyetujui hal ini dan memutuskan untuk menunggu bus berikutnya. Namun ternyata, ketika bus berikutnya datang, jumlah orang yang naik bus sama banyaknya dengan sebelumnya, dan mereka kembali memadati bus tersebut dengan saling dorong dan berdesak-desakan. Para profesor tersebut tercengang-cengang melihatnya. Mereka menyaksikan bus itu terisi penuh dan melaju pergi, dan sekali lagi mereka tidak berhasil masuk ke dalamnya. Mereka mendiskusikannya lagi dan berkata, "Kita tidak sedang terburu-buru. Bagaimanapun juga, kita adalah kaum intelektual tingkat tinggi, kita tidak boleh berebut dengan orang biasa untuk naik bus. Mari kita sabar menunggu, mungkin tidak banyak orang yang menunggu bus berikutnya." Saat menunggu bus ketiga, para profesor ini mulai sedikit cemas. Beberapa dari mereka mengepalkan tinju mereka dan berkata, "Jika jumlah orang yang naik bus ini sama banyaknya, perlukah kita mendesak masuk? Jika kita tidak mendesak masuk, kurasa kita mungkin tidak bisa naik bus kelima, atau bahkan bus keenam, jadi sebaiknya kita mendesak masuk!" Yang lain berkata, "Bolehkah kaum intelektual tingkat tinggi masuk ke dalam bus dengan berdesakan? Itu akan merusak citra kita! Alangkah memalukannya jika suatu hari, orang-orang mengetahui bahwa kita, kaum intelektual tingkat tinggi, justru telah mendesak masuk ke dalam bus!" Mereka mulai tak sependapat. Saat mereka berdiskusi, kerumunan orang banyak lainnya berkumpul untuk menunggu. Pada saat ini, para profesor tersebut menjadi sangat gugup dan berhenti berdiskusi. Ketika bus tiba, segera setelah pintu terbuka dan bahkan sebelum semua orang turun, para profesor meniru kelompok orang terakhir dengan mendesak masuk dengan segenap kekuatan mereka. Beberapa dari mereka berhasil masuk, sedangkan beberapa intelektual yang sopan–para orang terpelajar yang beradab–tidak berhasil mendesak masuk, karena mereka tidak memiliki dorongan dan semangat juang yang sama. Itu saja untuk saat ini. Katakan kepada-Ku, bukankah ini fakta? (Ya.) Berdesak-desakan di dalam bus adalah hal yang lumrah, dan kaum intelektual ini sangat pandai berpura-pura! Katakan kepada-Ku, apa masalahnya di sini? Mari kita bahas terlebih dahulu kaum intelektual ini, yang mengenyam pendidikan lebih tinggi dan menjadi profesor yang mengajar dan mendidik orang, dan yang menjadi kaum intelektual tingkat tinggi. Dengan kata lain, pendidikan yang mereka terima dan pengetahuan yang mereka miliki lebih tinggi daripada tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dicapai oleh orang-orang pada umumnya, dan pengetahuan mereka cukup bagi mereka untuk menjadi guru dan pembimbing orang, untuk mendidik orang, dan memberikan pengetahuan kepada orang-orang. Itulah sebabnya mereka disebut kaum intelektual tingkat tinggi. Apakah ada masalah dengan pemikiran dan pandangan kaum intelektual tingkat tinggi tersebut? Tentu saja ada masalah. Jadi, di manakah letak permasalahan mereka? Mari kita analisis hal ini. Setelah memperoleh begitu banyak pengetahuan dan pendidikan setinggi itu, apakah pemikiran mereka kaku, atau bebas? (Kaku.) Bagaimana engkau semua tahu bahwa pemikiran mereka kaku? Di mana letak permasalahan mereka? Pertama-tama, mereka mengaku diri mereka sebagai kaum intelektual tingkat tinggi. Apakah ada yang salah dengan pengakuan ini? (Ya.) Ada masalah dengan pengakuan ini. Selanjutnya, mereka berkata, "Saat kita, kaum intelektual tingkat tinggi, naik bus, kita tidak boleh berkelahi dan berdesak-desakan dengan orang lain untuk naik bus." Apakah ada masalah dengan kalimat ini? (Ya.) Ini adalah masalah kedua. Masalah ketiga adalah ketika mereka berkata "Kita kaum intelektual tingkat tinggi dapat menunggu bus berikutnya". Apakah ada masalah dalam hal ini? (Ya.) Ada masalah dengan semua hal ini. Silakan telaah masalah ini melalui tiga hal ini, untuk melihat apa saja masalah bawaannya. Jika engkau semua memperoleh pemahaman yang menyeluruh mengenai masalah bawaan tersebut, pertama-tama, engkau semua tidak akan lagi memuja kaum intelektual tingkat tinggi, dan kedua, engkau semua tidak akan lagi ingin menjadi kaum intelektual tingkat tinggi.
Apa hal yang pertama? Mereka telah mengaku diri mereka sebagai kaum intelektual tingkat tinggi. Apakah ada masalah dengan pengakuan ini? (Ya.) Tidak ada yang salah dengan pengakuan diri, itu artinya mereka mengaku sebagai kaum intelektual tingkat tinggi. Jadi, apakah ada masalah dengan frasa "sebagai kaum intelektual tingkat tinggi" tersebut? Sebenarnya, para profesor universitas adalah kaum intelektual tingkat tinggi di kalangan masyarakat. Karena ini adalah fakta, mengapa ada masalah jika mereka mengatakan hal tersebut? (Mereka menganggap bahwa karena memperoleh pengetahuan, mereka lebih tinggi daripada orang lain.) Dengan menganggap diri mereka lebih tinggi daripada orang lain, pasti ada sebuah watak di balik ini. (Mereka menganggap bahwa karena mereka telah memperoleh lebih banyak pengetahuan, mereka lebih tinggi daripada orang lain. Padahal sebenarnya, hal-hal ini tidak dapat mengubah watak seseorang.) Jawaban ini sebagian benar, tetapi tidak menjelaskannya secara gamblang. Siapa yang dapat menambahkan sesuatu? (Tuhan, bukankah mereka itu angkuh dan merasa diri penting?) Benar, tetapi engkau belum menjelaskan esensinya secara gamblang, jelaskan sedikit lebih detail. (Setelah mereka memperoleh pengetahuan, mereka merasa bahwa mereka lebih tinggi dan lebih mulia daripada orang lain, jadi mereka tidak dapat menganggap diri mereka sebagai orang biasa. Bagi orang normal yang hidup di tengah masyarakat ini, harus masuk ke dalam bus dengan berdesak-desakan ditentukan oleh lingkungan nyata mereka dan merupakan hal yang normal. Namun, begitu kaum intelektual ini menganggap diri mereka sangat luhur dan mulia, mereka tidak dapat lagi bertindak seperti orang normal, dan menganggap bahwa aktivitas orang normal merugikan identitas mereka, jadi kurasa mereka tidak normal.) Mereka tidak normal. Makna yang tersirat dalam pernyataan mereka sebagai kaum intelektual tingkat tinggi adalah tidak normal. Dengan kata lain, ada sesuatu yang menyimpang dalam kemanusiaan mereka. Mereka merasa bahwa mereka lebih tinggi dan lebih berharga daripada orang lain. Apa dasar perasaan mereka ini? Itu karena mereka telah menerima begitu banyak pendidikan, dan memiliki berlimpah pengetahuan, dan siapa pun yang mereka jumpai, mereka tidak pernah kehabisan kata untuk diucapkan, serta mampu mengajarkan banyak hal kepada orang lain. Mereka menganggap pengetahuan sebagai apa? Mereka menganggap pengetahuan sebagai standar bagi cara orang berperilaku dan bertindak, serta standar moral orang. Mereka meyakini bahwa karena sekarang mereka telah memiliki pengetahuan, integritas, karakter, dan identitas mereka menjadi mulia, berharga dan bernilai, maksud yang sebenarnya adalah bahwa kaum intelektual tingkat tinggi adalah orang-orang kudus. Bukankah demikian? (Ya.) Inilah arti tingkat tinggi bagi mereka, jadi ketika mereka harus masuk ke dalam bus dengan berdesak-desakan, mereka tidak akan melakukannya. Mengapa mereka tidak akan melakukannya? Mereka dikendalikan oleh apa? Pengekangan dan pembatasan apa saja yang mereka alami? Mereka merasa bahwa masuk ke dalam bus dengan berdesak-desakan akan merusak identitas dan citra mereka. Mereka meyakini bahwa identitas dan citra mereka telah diberikan kepada mereka melalui pengetahuan, jadi mereka menyatakan diri mereka sebagai kaum intelektual tingkat tinggi. Berdasarkan analisis ini, bukankah yang mereka katakan itu menjijikkan? Itu sangat menjijikkan. Namun, mereka membual di mana-mana dengan berkata "kami adalah kaum intelektual tingkat tinggi". Sebenarnya, orang lain menganggap bahwa mereka hanyalah kaum intelektual, dengan sikap mereka yang buruk dan suka menonjolkan pengetahuannya yang bahkan dianggap dipandang rendah oleh orang-orang, tetapi mereka sendiri tetap menganggap bahwa mereka sangat mulia. Bukankah ini bermasalah? Mereka meyakini bahwa mereka sangat mulia dan memiliki identitas yang luhur, bahkan sampai-sampai menyebut diri mereka sebagai orang kudus. Apakah pandangan ini dengan satu atau lain cara menjadi kekangan bagi mereka? Apa sikap mereka terhadap pengetahuan? Maksudnya, jika manusia memiliki pengetahuan, integritas mereka akan makin tinggi, mereka akan menjadi orang yang terpandang dan mulia, serta harus dihormati. Oleh karena itu, beberapa tindakan yang relatif normal yang dilakukan orang biasa dibenci dan dikutuk oleh mereka. Sebagai contoh, ketika kaum intelektual bersin, mereka melihat orang-orang di sekeliling mereka dan buru-buru meminta maaf, sedangkan ketika orang awam bersin, mereka menganggapnya sebagai hal yang biasa. Sebenarnya, bersendawa dan bersin adalah hal yang normal dalam hidup, tetapi di mata kaum intelektual tersebut, hal itu adalah perilaku yang vulgar dan tidak sopan, jadi mereka memandang rendah dan memandang orang biasa dengan sikap menghina, dengan berkata, "Lihatlah orang-orang biasa yang tidak sopan ini, cara mereka bersin, duduk, dan berdiri sangatlah tidak pantas, dan ketika bus datang, mereka masuk dengan berdesak-desakan di sana, dan mereka tidak tahu apa-apa tentang memberi jalan dengan sopan!" Dalam hal pengetahuan, sikap mereka adalah: Pengetahuan adalah simbol identitas, dan pengetahuan dapat mengubah nasib seseorang, serta identitas dan nilai mereka.
Apa hal yang kedua? (Kaum intelektual tingkat tinggi tidak boleh berdesakan dengan orang lain untuk naik bus.) Mereka tidak boleh berdesakan dengan orang lain untuk naik bus. Naik bus hanyalah satu hal kecil yang mereka jumpai dalam hidup mereka. Apa yang direpresentasikan oleh hal ini? Yaitu, mereka meyakini bahwa tutur kata dan tingkah laku orang yang memiliki pengetahuan tertentu harus sopan, dan harus sesuai dengan identitas mereka. Sebagai contoh, orang harus berjalan dengan lembut, dan ketika berhubungan dengan orang lain, orang harus membuat mereka merasa bahwa dirinya ramah, mudah bergaul, dan patut dihormati, serta tutur kata dan tingkah lakunya harus sopan. Mereka tidak boleh disamakan dengan orang biasa, mereka harus membuat orang menyadari perbedaan antara diri mereka dan orang biasa. Hanya dengan cara seperti inilah mereka dapat memamerkan bahwa identitas mereka terhormat dan berbeda dari orang lain. Di lubuk hatinya, mereka menganggap bahwa hal-hal seperti naik bus dengan berdesak-desakan adalah hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di lapisan masyarakat bawah dan oleh mereka yang belum mengenyam pendidikan tinggi, serta semua itu adalah hal-hal yang dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki pengetahuan tingkat lanjut ataupun identitas seperti yang dimiliki kaum intelektual tingkat tinggi. Jadi, hal-hal apa sajakah yang dilakukan kaum intelektual tingkat tinggi ini? Berdiri di mimbar untuk mengkhotbahkan doktrin, memberikan pengetahuan, dan menjawab keraguan orang—inilah tugas mereka, yang merepresentasikan identitas, citra, dan profesi mereka. Mereka hanya mampu melakukan hal-hal ini. Kebutuhan sehari-hari orang biasa seharusnya tidak ada hubungannya dengan mereka, karena mereka adalah kelas orang yang terlepas dari "selera vulgar dan hina" ini. Bagaimana mereka menyebut kebutuhan sehari-hari orang biasa, dan bahkan tindakan seperti masuk ke dalam bus dengan berdesak-desakan? (Vulgar.) Benar, itu vulgar dan tidak sopan. Inilah definisi dari lubuk hati mereka terhadap orang-orang kebanyakan, orang-orang biasa yang tingkatannya lebih rendah daripada mereka.
Mari kita bahas hal yang ketiga—"Kita kaum intelektual tingkat tinggi dapat menunggu bus berikutnya". Semangat macam apa ini? Bukankah ini semangat Kong Rong yang memberikan buah pir yang lebih besar, seperti yang diceritakan dalam budaya tradisional? Pengaruh budaya tradisional terhadap kaum intelektual sangatlah mendalam. Mereka tidak hanya menerima budaya tradisional, tetapi mereka juga menerima banyak pemikiran dan pandangan dari budaya tradisional ke dalam hati mereka dan memperlakukannya sebagai hal yang positif, bahkan sampai-sampai menganggap beberapa pepatah terkenal sebagai moto, dan dengan melakukannya, mereka menempuh jalan yang salah dalam hidup. Budaya tradisional diwakili oleh doktrin Konfusianisme. Doktrin Konfusianisme memiliki serangkaian teori ideologis, itu terutama menganjurkan budaya moral tradisional, dan itu dihormati oleh kelas penguasa dari dinasti di sepanjang sejarah, yang menghormati Konfusius dan Mencius sebagai orang kudus. Doktrin Konfusianisme menganjurkan bahwa orang harus menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan, keadilan, kesopanan, kebijaksanaan, dan sifat dapat dipercaya, belajar untuk terlebih dahulu bersikap tenang dan sabar setiap kali sesuatu terjadi, tetap tenang dan membicarakan segala sesuatunya, bukan bertengkar atau memperebutkan sesuatu, dan harus belajar suka menolong dengan sopan, serta mendapatkan rasa hormat dari semua orang. Inilah yang dimaksud dengan berperilaku sopan. Kaum intelektual ini menempatkan diri mereka pada posisi yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang, dan di mata mereka, semua orang adalah objek dari kesabaran dan toleransi mereka. "Efek" dari pengetahuan sungguh luar biasa! Orang-orang ini menyerupai orang yang pura-pura bermartabat, bukan? Orang-orang yang memperoleh terlalu banyak pengetahuan akan menjadi orang bermartabat yang palsu. Jika kelompok para orang terpelajar yang beradab ini dijelaskan dalam satu frasa, itu adalah keanggunan ilmiah yang beradab. Apa prinsip-prinsip yang digunakan oleh para orang terpelajar yang beradab ini untuk berinteraksi satu sama lain? Apa cara mereka berinteraksi dengan orang lain? Sebagai contoh, orang biasa memanggil pria yang bermarga Li sebagai "Lao Li"[a] atau " Xiao Li". Akankah kaum intelektual memanggilnya seperti ini? (Tidak.) Bagaimana mereka memanggilnya? (Tuan Li.) Jika mereka melihat seorang wanita, mereka akan memanggilnya sebagai Nona Anu, dan akan sangat bersikap penuh hormat dan elegan, sama seperti pria bermartabat. Mereka mengkhususkan diri untuk mempelajari dan meniru keanggunan sopan yang diperlihatkan oleh para pria bermartabat. Dengan nada bicara dan cara apa mereka berbicara dan berdiskusi bersama-sama? Ekspresi wajah mereka sangat lembut, dan mereka berbicara dengan sopan dan hati-hati. Mereka hanya mengutarakan pandangan mereka sendiri dan sekalipun mereka mengetahui bahwa pandangan orang lain keliru, mereka tidak mengatakan apa pun. Tak ada seorang pun yang menyakiti perasaan siapa pun, dan perkataan mereka sangat lembut, seolah-olah dibungkus dengan kapas agar mereka tidak menyakiti atau membuat jengkel siapa pun, yang membuat orang merasa muak, gelisah atau marah hanya dengan mendengarkan mereka. Sebenarnya, tak ada seorang pun yang pandangannya jelas, dan tak ada seorang pun yang setuju dengan siapa pun. Orang-orang semacam ini sangat pandai menyamar. Ketika menghadapi hal yang paling sepele sekalipun, mereka akan menyamar dan menutupi diri mereka sendiri, dan tak seorang pun dari mereka yang memberikan penjelasan yang gamblang. Di hadapan orang-orang biasa, sikap seperti apa yang ingin mereka ambil, dan citra seperti apa yang ingin mereka tampilkan? Yaitu, agar orang biasa melihat bahwa mereka adalah pria bermartabat. Pria bermartabat terlihat lebih unggul daripada orang lain dan dihormati orang-orang. Orang-orang menganggap bahwa mereka memiliki wawasan yang lebih luas daripada orang-orang pada umumnya, dan bahwa mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang berbagai hal dibandingkan dengan orang-orang pada umumnya, jadi semua orang berkonsultasi dengan mereka setiap kali mereka memiliki masalah. Inilah hasil yang sebenarnya diinginkan kaum intelektual ini, mereka semua berharap untuk dihormati sebagai orang kudus.
Berdasarkan ketiga hal yang baru saja kita telaah, setelah para profesor ini menerima gelar "kaum intelektual tingkat tinggi", apakah pemikiran mereka menjadi makin bebas, atau makin terbatas? (Terbatas.) Pemikiran mereka pasti telah dibatasi. Dibatasi oleh apa? (Oleh pengetahuan.) Pengetahuan adalah sesuatu di dalam profesi mereka. Sebenarnya, pengetahuan tidak benar-benar membatasi mereka. Apa yang membatasi mereka? Sikap mereka terhadap pengetahuan, dan pengaruh pengetahuan terhadap pemikiran mereka, serta pandangan yang ditanamkan pengetahuan, itulah masalahnya. Oleh karena itu, makin tinggi tingkat pengetahuan yang mereka peroleh, makin mereka merasa bahwa identitas dan status mereka berbeda dari orang lain, dan makin mereka merasa bahwa mereka mulia dan agung, serta pada saat yang sama, pemikiran mereka makin dibatasi. Berdasarkan sudut pandang ini, apakah orang yang memperoleh lebih banyak pengetahuan telah memperoleh kebebasan, atau kehilangan kebebasan? (Kehilangan kebebasan.) Mereka sebenarnya telah kehilangan kebebasan. Pengetahuan memiliki pengaruh terhadap pemikiran manusia dan terhadap status mereka di tengah masyarakat, serta pengaruhnya terhadap manusia tidaklah positif. Bukan berarti makin banyak pengetahuan yang kauperoleh, makin baik engkau akan memahami prinsip, arah, dan tujuan yang seharusnya kaumiliki sehubungan dengan caramu berperilaku. Sebaliknya, makin engkau mengejar pengetahuan, dan makin menyeluruh pengetahuan yang kauperoleh, makin jauh engkau akan menyimpang dari pemikiran dan pandangan yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang kemanusiaannya normal. Itu sama seperti kelompok intelektual yang telah memperoleh banyak pengetahuan serta pendidikan, dan yang bahkan tidak memahami hal mendasar mengenai akal sehat. Akal sehat seperti apa? Jika ada banyak orang, kita harus berdesak-desakan untuk naik bus. Jika kita tidak berdesak-desakan, kita tidak akan pernah naik bus. Mereka bahkan tidak mengetahui aturan paling sederhana ini. Katakan kepada-Ku, apakah mereka menjadi cerdas, atau bodoh? (Mereka menjadi bodoh.) Sebenarnya, mereka adalah sekelompok orang bodoh. Orang-orang biasa belum menerima pengetahuan tingkat lanjut atau pendidikan tingkat tinggi, serta tidak memiliki status ini, tetapi mereka memahami hal ini dan berkata, "Ketika naik bus dan ada banyak orang, kita harus berdesak-desakan, dan kita harus berusaha sekuat tenaga, karena jika kita sedikit santai, dan otak kita bereaksi selangkah lebih lambat, kita mungkin akan berada di belakang kerumunan orang banyak dan harus naik bus berikutnya." Ini adalah hal akal sehat yang mendasar dalam hidup, yang sudah tidak asing lagi bagi orang biasa, tetapi tidak dipahami oleh kaum intelektual ini, jadi mereka menunggu bus demi bus. Apa yang membatasi mereka? Mereka diikat erat oleh pernyataan bahwa "kami adalah kaum intelektual tingkat tinggi". Seperti itulah mereka. Mereka bahkan tidak tahu caranya menghadapi atau menangani masalah sederhana dalam kehidupan nyata. Mereka adalah sekelompok orang bodoh! Apa yang dihasilkan pengetahuan bagi mereka? Pengetahuan membuat mereka kehilangan cara berinteraksi dengan orang-orang lainnya, mereka tidak tahu bagaimana cara hidup, dan mereka tidak tahu bagaimana menghadapi hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata. Mereka menggunakan teori yang tinggi untuk menangani salah satu masalah paling lazim yang dihadapi orang biasa dalam kehidupan nyata, dan mereka tidak tahu apa konsekuensinya setelah menanganinya dengan cara seperti ini. Mungkin sampai hari ini mereka masih belum mengerti. Mungkin mereka baru bisa memikirkan hal ini ketika mereka sudah lanjut usia. Pada saat itu, mereka tidak akan lagi memiliki aura sebanyak dahulu, dan akan sudah cukup menikmati reputasi terhormat sebagai kaum intelektual tingkat tinggi sepanjang hidup mereka. Suatu hari, mereka mungkin teringat betapa menyedihkannya diri mereka pada waktu itu di dalam bus, dan mereka akan tiba-tiba menyadari bahwa mereka tidak lagi begitu mulia dan bertingkat tinggi, dan mereka akan tiba-tiba menyadari, "Dapatkah kesopananku sebagai orang terpelajar menghasilkan makanan di atas meja? Bukankah aku masih perlu makan tiga kali sehari seperti orang biasa? Aku tidak berbeda dengan orang lain. Di masa tuaku, bukankah aku juga berjalan dengan membungkuk? Dan bukankah aku juga gemetar ketakutan dan merasa takut setiap kali menghadapi bahaya? Dan ketika menghadapi kematian orang yang kukasihi atau peristiwa yang menggembirakan, bukankah aku juga merasa sedih atau bahagia sebagaimana seharusnya? Bukankah aku benar-benar hidup seperti orang biasa? Aku tidak berbeda dari orang lain!" Pada saat itu, pengetahuan ini akan terlalu terlambat bagi mereka. Inilah berbagai macam keburukan yang diperlihatkan oleh orang-orang yang menerima beberapa pepatah dan pandangan yang katanya positif jika mereka tidak memahami kebenaran. Ketika orang tidak tahu apakah pandangan-pandangan tersebut benar atau tidak, mereka sering kali menganggap pandangan dan pepatah tersebut sebagai kebenaran yang harus dipatuhi dan diterapkan, dan ketika mereka menerapkannya, mereka cenderung menanggung segala macam akibat, dan segala macam kecanggungan pun terjadi. Apa akibat hal ini bagi manusia? Meskipun manusia terus-menerus mengejar kebebasan, mereka juga terus-menerus berpindah dari satu pusaran ke pusaran lainnya, dan dari satu jenis perbudakan ke jenis perbudakan lainnya. Bukankah ini yang terjadi? Oleh karena itu, jika engkau tidak memahami kebenaran—apakah yang kaupegang teguh adalah sebuah pandangan, budaya tradisional, atau semacam aturan, sistem, atau teori, dan apakah hal-hal tersebut sudah ketinggalan zaman di tengah masyarakat, atau cukup inovatif dan modis—hal-hal ini tidak akan pernah dapat menggantikan kebenaran, karena hal-hal tersebut bukanlah kebenaran. Sebaik apa pun engkau mematuhinya, atau sebaik apa pun engkau menerapkannya, pada akhirnya hal-hal itu hanya akan menyebabkan engkau menyimpang dari kebenaran, dan bukan memperoleh kebenaran. Makin engkau mematuhi hal-hal ini, makin jauh engkau akan menyimpang dari kebenaran dan makin jauh engkau akan menyimpang dari jalan Tuhan dan jalan kebenaran. Di sisi lain, jika engkau dapat secara aktif mengambil inisiatif untuk melepaskan apa yang disebut orang hal-hal positif, teori, dan kebenaran palsu ini, engkau akan mampu masuk ke dalam kebenaran dengan relatif cepat. Dengan demikian, orang-orang tidak akan menggunakan apa yang disebut budaya tradisional dan kebenaran palsu ini sebagai prinsip penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebagai pengganti kebenaran dan firman Tuhan, serta kecanggungan ini akan lambat laun berkurang dan secara berangsur teratasi.
Ada orang-orang yang mengira bahwa mereka telah memperoleh kebenaran dengan membuang budaya tradisional keluarga dan negara dan dengan menerima budaya tradisional asing dari luar negeri. Ada orang-orang yang mengira bahwa mereka telah memperoleh kebenaran dengan membuang budaya tradisional dan pemikiran serta pandangan lama, dan dengan menerima pemikiran yang sedikit lebih maju dan sedikit lebih modern. Jika dilihat sekarang, apakah orang-orang ini benar atau salah? (Salah.) Mereka semua salah. Orang-orang mengira bahwa hanya dengan membuang hal-hal lama, mereka akan memperoleh kebebasan. Apa yang dimaksud dengan memperoleh kebebasan? Itu berarti orang telah memperoleh kebenaran dan jalan hidup sesungguhnya yang seharusnya orang miliki. Orang-orang mengira bahwa jalan yang benar diperoleh dengan cara seperti ini. Benarkah demikian? Apakah ini benar? Tidak. Apa pun budaya modern dan maju yang umat manusia terima, pada akhirnya itu tetaplah budaya tradisional, dan esensinya tidak berubah. Budaya tradisional akan tetap menjadi budaya tradisional sampai kapan pun. Entah itu mampu melewati ujian waktu atau mampu melewati ujian fakta, atau entah itu dihormati oleh manusia atau tidak, pada akhirnya itu tetaplah budaya tradisional. Mengapa budaya-budaya tradisional ini bukan kebenaran? Kesimpulannya, budaya tradisional adalah pemikiran yang muncul setelah manusia dirusak oleh Iblis. Budaya tradisional bukan berasal dari Tuhan. Hal-hal tersebut telah dicemari oleh imajinasi dan gagasan sebagian orang, serta selain itu, budaya tradisional adalah akibat yang muncul oleh perusakan Iblis terhadap manusia. Iblis mengeksploitasi pemikiran, pandangan, dan segala macam pepatah dan argumen manusia yang rusak agar dapat mengikat pemikiran manusia dan merusak pemikiran manusia. Jika Iblis menggunakan beberapa hal yang jelas-jelas absurd, tidak masuk akal, dan salah untuk menipu manusia, manusia pasti akan mengetahui yang sebenarnya, dan akan mampu menggunakan kemampuan mereka untuk membedakan kebenaran dari kebohongan, hitam dari putih, dan yang benar dari yang salah, untuk menolak dan mengutuk hal-hal tersebut. Dengan demikian, ajaran-ajaran ini tidak akan tahan uji. Namun, Iblis menggunakan beberapa pemikiran dan teori yang sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia, yang menurut mereka dapat tahan uji ketika diucapkan, untuk mengondisikan, memengaruhi dan ditanamkan ke dalam diri manusia yang membuat manusia dengan mudah tertipu sehingga pepatah-pepatah tersebut dengan mudah diterima dan disebarluaskan oleh orang dari generasi ke generasi hingga saat ini. Misalnya beberapa kisah tentang pahlawan Tiongkok, seperti kisah patriotik tentang Yue Fei, jenderal keluarga Yang, dan Wen Tianxiang. Mengapa pemikiran-pemikiran ini telah diturunkan hingga saat ini? Dari sudut pandang manusia, pada setiap zaman, pasti ada tipe orang atau tipe penguasa yang selalu menggunakan contoh-contoh dan menggunakan pemikiran-pemikiran ini serta semangat dari tokoh-tokoh tersebut untuk mendidik rakyat, generasi demi generasi, sehingga rakyat dari generasi ke generasi dengan patuh dan taat menerima aturan mereka, dan mereka dapat dengan mudah memerintah rakyat dari generasi demi generasi, dan membuat pemerintahan mereka makin stabil. Mereka mendidik rakyat yang mereka pimpin dengan menceritakan tentang pengabdian bodoh Yue Fei dan para jenderal keluarga Yang, serta semangat patriotik Wen Tianxiang dan Qu Yuan, dan memberitahukan kepada mereka satu aturan, yaitu orang harus memiliki loyalitas. Inilah yang harus dimiliki oleh seseorang yang memiliki karakter moral yang luhur. Sampai sejauh mana loyalitas itu? Sampai sejauh "Jika kaisar memerintahkan para pejabatnya untuk mati, mereka tidak punya pilihan selain mati", dan "Rakyat yang setia tidak boleh melayani dua raja". Ini adalah pepatah lain yang mereka hormati. Mereka juga menghormati orang-orang yang mencintai negaranya. Mencintai negara berarti mencintai apa, atau siapa? Mencintai tempatnya? Mencintai orang-orang yang ada di dalamnya? Dan apa yang dimaksud dengan negara? (Para penguasa.) Para penguasa adalah juru bicara negara. Jika engkau berkata, "Cintaku pada negaraku sebenarnya adalah cinta pada kampung halaman dan orang tuaku. Aku tidak mencintai kalian, para penguasa!" mereka akan marah. Jika engkau berkata, "Cintaku pada negaraku adalah cinta kepada para penguasa, dari lubuk hatiku", mereka akan menerimanya dan menyetujui cinta seperti itu; jika engkau membuat mereka mengerti dan menjelaskan bahwa bukan mereka yang kaucintai, mereka tidak akan menyetujuinya. Siapa yang direpresentasikan oleh para penguasa selama berabad-abad? (Iblis.) Mereka merepresentasikan Iblis, mereka adalah anggota kelompok Iblis, dan mereka adalah para setan. Mereka tidak mungkin mengajar manusia untuk menyembah Tuhan, untuk menyembah Sang Pencipta. Mereka tidak mungkin melakukan hal ini. Sebaliknya, mereka memberi tahu orang-orang bahwa penguasanya adalah Putra Langit. Apa yang dimaksud dengan "Putra Langit"? Itu artinya Langit memberikan kuasa kepada seseorang, dan orang tersebut kemudian disebut "Putra Langit" dan memiliki kuasa untuk memerintah semua manusia di bawah langit. Apakah ini pemikiran yang ditanamkan ke dalam diri rakyat oleh para penguasa? (Ya.) Ketika seseorang menjadi Putra Langit, itu ditentukan oleh Surga, dan kehendak Surga menyertainya, jadi rakyat harus menerima pemerintahan orang tersebut tanpa syarat, apa pun jenis pemerintahannya. Yang mereka tanamkan ke dalam diri rakyat adalah pemikiran ini, yang membuatmu mengakui bahwa Surga itu ada, dan sekaligus membuatmu menerima orang itu sebagai Putra Langit. Apa tujuan dari membuatmu menerima orang itu sebagai Putra Langit? Tujuannya bukan untuk membuatmu mengakui bahwa Surga itu ada, atau Tuhan itu ada, atau Sang Pencipta itu ada, melainkan untuk membuatmu mengakui fakta bahwa orang ini adalah Putra Langit, dan karena dia adalah Putra Langit yang muncul karena adanya kehendak Surga, rakyat harus menerima pemerintahannya. Pemikiran-pemikiran seperti inilah yang mereka tanamkan. Di balik semua pemikiran yang telah berkembang sejak awal mula umat manusia hingga saat ini—entah kita menelaah setiap frasa atau ungkapan yang mengandung kiasan, atau setiap peribahasa atau pepatah umum yang sama sekali tidak mengandung kiasan—ada ikatan dan tipu daya Iblis terhadap umat manusia, serta definisi yang keliru dari manusia yang rusak mengenai pemikiran itu sendiri. Apa pengaruh definisi yang keliru ini terhadap manusia di masa-masa selanjutnya? Pengaruhnya baik, positif, ataukah negatif? (Negatif.) Pada dasarnya, pengaruhnya negatif. Sebagai contoh, misalnya pepatah "Tidur di atas kayu bakar dan menjilat empedu", dan "sembunyikan terang dan kumpulkan kekuatan dalam kegelapan", dan "menanggung penghinaan dan memikul beban berat", dan "jangan pernah berkata kalah", serta "berpura-pura melakukan satu hal sembari melakukan hal lain". Apa pengaruh pepatah ini terhadap manusia di masa depan? Pengaruhnya adalah, setelah manusia menerima pemikiran-pemikiran dari budaya tradisional ini, generasi demi generasi manusia akan makin menyimpang dari Tuhan, dan makin jauh dari pekerjaan Tuhan yang menciptakan dan menyelamatkan manusia, serta makin jauh dari pekerjaan rencana pengelolaan-Nya. Begitu manusia menerima pandangan keliru dari budaya tradisional ini, mereka makin merasa bahwa nasib manusia seharusnya berada di tangan mereka sendiri, dan bahwa mereka sendirilah yang harus menciptakan kebahagiaan mereka sendiri, dan bahwa kesempatan disediakan bagi orang-orang yang sudah siap, yang menuntun manusia untuk makin menyangkal Tuhan, menyangkal kedaulatan Tuhan, dan hidup di bawah kuasa Iblis. Jika engkau membandingkan apa yang suka dibahas oleh orang-orang pada zaman modern dan apa yang suka dibahas oleh orang-orang pada dua ribu tahun yang lalu, makna pemikiran di balik hal-hal tersebut sebenarnya sama. Hanya saja, orang-orang sekarang ini membahas hal-hal tersebut secara lebih spesifik dan lebih terang-terangan. Mereka tidak hanya menyangkal keberadaan dan kedaulatan Tuhan, tetapi mereka juga makin menentang dan mengutuk Tuhan hingga taraf yang serius.
Sebagai contoh, orang-orang pada zaman dahulu berkata bahwa "Ketika suatu bangsa sedang berada dalam kesulitan, setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka", sebuah pepatah yang telah diturunkan hingga hari ini. Orang-orang menghargai pepatah ini, terutama para patriot, yang menganggapnya sebagai moto mereka. Kini setelah engkau semua berada di luar negeri, jika orang lain berkata bahwa ada peristiwa tertentu yang terjadi di Tiongkok, apakah itu ada hubungannya denganmu? (Tidak.) Mengapa engkau berkata itu tidak ada hubungannya denganmu? Ada orang yang berkata, "Aku membenci negara itu. Saat ini, Partai Komunis yang jahat sedang berkuasa. Partai Komunis adalah Iblis si setan, rezimnya totaliter, dan tidak ada hubungannya denganku. Mereka menganiaya dan menghalangi kami agar tidak percaya kepada Tuhan. Aku membenci mereka." Misalkan suatu hari, negara itu hampir hancur, engkau mungkin tidak merasakan apa pun di dalam hatimu, tetapi ketika engkau mendengar bahwa provinsi tempat kelahiranmu telah diserang dan diduduki oleh kelompok asing, engkau akan merasa seolah-olah engkau telah menjadi seorang pengungsi, seorang gelandangan yang tidak memiliki rumah untuk dituju, dan engkau akan merasa sedih serta merasa bahwa engkau tidak dapat kembali ke kampung halamanmu seperti daun-daun berguguran yang tidak dapat menempel kembali pada rantingnya. Ini adalah pemikiran tradisional lainnya. Dan seandainya, suatu hari kemudian, engkau tiba-tiba mendengar bahwa kampung halamanmu—tanah di mana engkau dilahirkan dan dibesarkan—telah ditaklukkan dan diduduki oleh orang asing, jalan yang pernah kaulewati menuju ke sekolah setiap hari telah diduduki oleh kelompok asing, dan rumahmu serta tanah milik keluargamu telah diambil alih oleh kelompok asing. Apa yang tadinya adalah milikmu telah lenyap. Sebidang tanah kecil yang terukir kuat dalam benakmu, sebidang tanah yang ikatannya paling erat denganmu telah lenyap, dan semua sanak saudaramu di sana juga sudah tidak ada. Pada saat itu, engkau akan berpikir, "Bagaimana aku bisa punya rumah kalau aku tidak punya negara? Sekarang aku benar-benar telah menjadi seorang pengungsi, aku benar-benar seorang tunawisma, aku telah menjadi seorang gelandangan. Tampaknya pepatah 'Ketika suatu bangsa sedang berada dalam kesulitan, setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka' adalah benar!" Jika saatnya tiba, engkau akan berubah. Jadi, mengapa sekarang engkau menganggap bahwa pepatah ini tidak benar? Latar belakang dan dasar pemikiran atas mengapa engkau menganggap pepatah ini tidak benar adalah karena negara tersebut menganiayamu dan menyebabkan engkau sangat menderita, serta negara tersebut tidak menerimamu, dan engkau membencinya. Sebenarnya, yang kaubenci bukanlah negeri tersebut. Yang kaubenci adalah rezim Iblis yang menganiayamu. Engkau tidak mengakui negara ini sebagai negaramu, jadi pada saat ini, setiap kali orang lain berkata, "Ketika suatu bangsa sedang berada dalam kesulitan, setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka", engkau menjawab, "Negara itu tidak ada hubungannya denganku." Namun, jika suatu saat tanah tempatmu dilahirkan dan dibesarkan bukan lagi milikmu, dan engkau tidak lagi memiliki kampung halaman, engkau akan merasa bahwa engkau adalah seorang gelandangan dan tanpa kewarganegaraan, dan bahwa engkau telah benar-benar kehilangan negaramu. Pada saat itu, engkau akan merasakan kepedihan di hatimu. Apa yang membuatmu akan merasakan kepedihan di hatimu? Mungkin saat ini engkau belum merasakannya secara mendalam, tetapi suatu hari nanti, engkau akan merasakannya secara mendalam. Dalam keadaan seperti apa engkau akan merasakannya secara mendalam? Tidaklah menakutkan jika negaramu hancur dan engkau menjadi rakyat dari negara yang ditaklukkan. Apa yang menakutkan? Jika engkau menjadi rakyat dari negara yang ditaklukkan dan ditindas, dicaci maki, didiskriminasi, diinjak-injak, dan tidak memiliki tempat untuk hidup dengan damai, pada saat itu engkau akan berpikir, "Memiliki sebuah negara itu sangat berharga. Tanpa negara, orang tidak memiliki rumah yang sesungguhnya. Orang-orang memiliki keluarga atas dasar memiliki negara, jadi pepatah itu mengatakannya dengan sangat baik—'Ketika suatu bangsa sedang berada dalam kesulitan, setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka.'" Dalam frasa "setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan bagian mereka", apa tujuan "tanggung jawab" tersebut? Tujuannya adalah demi kedamaian rumahmu sendiri, agar dapat melindungi rumahmu sendiri. Ketika engkau memikirkan hal ini, ketika engkau didiskriminasi oleh orang asing atau di negeri asing, ketika engkau ingin merasa diterima, dan ketika engkau membutuhkan sebuah negara di belakangmu untuk menopang martabat, reputasi, identitas, dan statusmu, apa yang kaurasakan? Engkau akan berpikir, "Ketika seseorang sedang berada di negara asing, di belakangnya ada dukungan yang kuat dari tanah airnya yang besar!" Akankah sudut pandangmu berbeda dibandingkan dengan sekarang? (Ya.) Sekarang engkau sedang dalam keadaan marah, jadi engkau berkata bahwa apa pun yang terjadi di negaramu bukanlah urusanmu. Jika engkau tetap dapat mengatakan hal-hal seperti itu ketika saat itu tiba, tingkat pertumbuhan seperti apa yang kaumiliki? Ada fakta di dunia ini yang mungkin diketahui semua orang, yaitu tanpa dukungan negara yang kuat, engkau pasti akan didiskriminasi dan ditindas di negara asing. Jika tiba saatnya bagimu untuk benar-benar mengalami hal itu, apa permintaan pertamamu? Ada orang-orang yang akan berkata, "Alangkah baiknya jika aku adalah orang Yahudi atau orang Jepang. Tak ada seorang pun yang berani menindasku. Aku pasti sangat dihormati oleh orang-orang di negara mana pun yang kukunjungi. Mengapa aku lahir di Tiongkok? Negara ini tidak kompeten dan orang-orang Tionghoa ditindas di mana pun mereka berada." Apa yang akan pertama kali engkau semua pikirkan ketika hal seperti ini terjadi? (Kami memiliki iman kepada Tuhan serta tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan.) Benar. Namun, berapa banyak kebenaran yang harus orang pahami, pengalaman seperti apa yang harus mereka alami, dan berapa banyak pemahaman berdasarkan pengalaman yang harus mereka miliki agar mampu mengatakan hal seperti itu dan mengubahnya menjadi tingkat pertumbuhan mereka sendiri? Ketika hal seperti ini terjadi, pemikiran, pemahaman, dan pengalaman nyata seperti apa yang harus kaumiliki agar tidak menjadi lemah, dan tidak merasa kesal, sekalipun ada orang yang meludahimu dan menyebutmu rakyat dari negara yang ditaklukkan? Tingkat pertumbuhan seperti apa yang harus kaumiliki agar tidak merasa kesal dan tidak menderita karena kekangan ini? Apakah sekarang engkau semua memiliki tinggi pertumbuhan seperti ini? (Tidak.) Sekarang engkau tidak memilikinya, tetapi dapatkah engkau memilikinya suatu hari nanti? Dengan kebenaran apa engkau harus diperlengkapi? Kebenaran apa yang harus kaupahami? Sekarang ini, segera setelah beberapa orang mendengar bahwa anggota keluarga mereka di Tiongkok daratan telah ditangkap karena percaya kepada Tuhan, apa yang mereka pahami di dalam hati mereka—yaitu bahwa segala sesuatunya berada di tangan Tuhan—menjadi doktrin bagi mereka, dan mereka dikekang oleh fakta bahwa anggota keluarga mereka telah ditangkap, dan mereka tidak memiliki keinginan untuk melaksanakan tugas mereka. Jika mereka mendengar ada kerabat mereka yang meninggal, mereka mungkin langsung pingsan. Bagaimana perasaanmu jika tanah airmu hancur dan semua orang di dalamnya mati? Seberapa besar pengaruh hal-hal tradisional di hatimu, hal-hal seperti negara, keluarga, kampung halaman, dan tanah air, serta beberapa pemikiran dan budaya tradisional yang berkaitan dengan pepatah ini? Dalam kehidupanmu, apakah pepatah ini masih menguasai semua tindakan, pemikiran, dan perilakumu? Jika hatimu masih dipenuhi oleh semua hal-hal tradisional yang ada hubungannya denganmu, seperti negara, ras, bangsa, keluarga, kampung halaman, tanah air, dan sebagainya—dengan kata lain, hal-hal ini masih memiliki warna budaya tradisional tertentu di hatimu—khotbah yang kaudengar dan kebenaran yang kaupahami semuanya adalah doktrin bagimu. Jika engkau telah mendengar begitu banyak khotbah, tetapi tidak mampu melepaskan hal-hal yang paling mendasar sekalipun yang darinya orang harus melepaskan dan memisahkan diri mereka, serta engkau tidak mampu memperlakukannya dengan benar, masalah-masalah apa yang sebenarnya diselesaikan oleh kebenaran-kebenaran yang kaupahami?
Setelah banyak orang Tionghoa datang ke negara-negara Barat, mereka ingin menanamkan budaya tradisional mereka dan hal-hal yang mereka anggap benar dan baik ke dalam diri orang Barat. Demikian pula, orang-orang Barat tidak mau kalah dan meyakini bahwa budaya tradisional mereka juga sudah ada sejak dahulu kala. Sebagai contoh, Roma kuno, Mesir kuno, dan Yunani kuno, semuanya memiliki kata "kuno" di belakangnya, dan kebudayaan mereka berusia lebih dari tiga ribu tahun. Berdasarkan data tersebut, memang ada warisan budaya tertentu di sini, dan hal-hal yang dihasilkan oleh warisan budaya tersebut dianggap di antara umat manusia sebagai intisari dari seluruh kehidupan manusia, dan merupakan rangkuman dari hal-hal paling esensial yang akan dihasilkan dari kehidupan, kelangsungan hidup, dan cara berperilaku manusia. Disebut apakah hal-hal paling esensial yang diwariskan oleh manusia? Budaya tradisional. Generasi demi generasi telah mewariskan budaya tradisional ini, dan semua orang menganggap dalam hati mereka bahwa ini adalah hal yang terbaik. Entah orang mampu mematuhinya atau tidak, secara umum, orang dari semua ras menganggapnya sebagai sesuatu yang harus diutamakan di atas segalanya dan menganggapnya sebagai kebenaran. Oleh karena itu, setiap ras memiliki beberapa hal tradisional yang dapat dipertahankan dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap mereka, serta mereka menggunakan hal-hal ini untuk bersaing dan membandingkan satu sama lain, dan bahkan berusaha mengalahkan satu sama lain. Sebagai contoh, orang Tionghoa berkata, "Minuman keras baijiu Tiongkok kami enak, kandungan alkoholnya sangat tinggi!" Orang Barat berkata, "Apa hebatnya minuman kerasmu? Kandungan alkoholnya sangat tinggi sehingga membuatmu mabuk setelah meminumnya, terlebih lagi, itu sangat buruk untuk hati. Anggur merah yang kami, orang Barat minum, memiliki kandungan alkohol yang rendah, tidak merusak hati dan juga meningkatkan sirkulasi darah." Orang Tionghoa menjawab, "Baijiu kami juga memperlancar peredaran darah dan sangat ampuh dalam hal itu. Segera setelah kau meminumnya, itu masuk ke kepalamu dan seluruh wajahmu memerah. Anggur merah milik kalian itu tidak cukup keras, kau tidak akan mabuk sebanyak apa pun kau meminumnya. Kau dapat melihat bahwa kami memiliki budaya alkohol untuk minum alkohol, dan budaya teh untuk minum teh." Orang Barat menimpali, "Kami pun memiliki budaya minum teh untuk minum teh, dan budaya kopi untuk minum kopi, budaya alkohol untuk minum alkohol, dan sekarang ini, kami bahkan memiliki budaya makanan cepat saji." Ketika membandingkan satu sama lain, tak seorang pun mau mengalah kepada orang lain, dan tak seorang pun menerima apa pun dari orang lain. Mereka semua menganggap budaya mereka sendiri adalah kebenaran, tetapi sebenarnya, tak ada satu pun dari semuanya adalah kebenaran. Mengesampingkan orang-orang tidak percaya, hal yang paling disesalkan adalah bahkan mereka yang percaya kepada Tuhan—dan yang lebih buruk lagi, mereka yang telah menerima tahap pekerjaan ini selama 20 atau 30 tahun—tidak menyadari bahwa hal-hal ini sama sekali bukan kebenaran. Ada orang-orang yang berkata, "Bolehkah kami berkata itu ada hubungannya dengan kebenaran?" Mengatakan bahwa itu ada hubungannya dengan kebenaran pun tidak boleh. Itu bukanlah kebenaran, tidak ada kaitannya atau hubungan apa pun dengan kebenaran, keduanya tidak serupa, dan keduanya bukanlah hal yang sama. Seperti halnya tembaga tetaplah tembaga, meskipun itu dilapisi atau dipoles dengan emas dengan sangat baik. Sedangkan emas, meskipun tidak dipoles, tidak berkilau, ataupun cemerlang, itu tetaplah emas. Keduanya bukanlah hal yang sama.
Ada orang-orang yang bertanya, "Apakah orang-orang yang telah menerima didikan dan pengondisian budaya tradisional yang cukup baik mudah menerima kebenaran?" Tidak, ini adalah dua hal yang berbeda. Hanya gaya hidup mereka saja yang agak berbeda, tetapi sikap orang dalam menerima kebenaran, berbagai pemikiran dan pandangan mereka, serta tingkat kerusakan semua manusia adalah sama. Ketika Tuhan mulai berbicara pada tahap pekerjaan-Nya ini, yaitu pada akhir zaman, Dia berbicara dengan latar belakang orang-orang Tionghoa, dan menyampaikan firman-Nya kepada mereka. Tiga puluh tahun berlalu, dan ketika firman ini menyebar ke berbagai ras di wilayah lain di Asia, dan di tempat-tempat seperti Eropa dan Amerika, dan sebagainya, setelah orang-orang membacanya, entah orang tersebut berkulit hitam, putih, coklat atau kuning, mereka semua berkata, "Firman ini berbicara tentang kami." Firman Tuhan menyingkapkan watak rusak semua manusia. Hanya sedikit orang yang berkata, "Semua firman ini ditujukan kepada kalian orang Tionghoa. Firman ini sedang berbicara tentang watak rusak kalian orang Tionghoa, yang tidak kami miliki." Hanya segelintir orang, yaitu mereka yang tidak memiliki pemahaman rohani, yang akan mengatakan hal seperti itu. Dahulu, orang Korea Selatan memiliki kesalahpahaman seperti ini. Mereka meyakini bahwa orang Korea Selatan hidup dalam sistem sosial yang demokratis dan bebas, serta dipengaruhi oleh budaya Kristen, serta budaya Korea mereka berusia ribuan tahun, jadi ras mereka lebih terhormat dan lebih mulia daripada ras orang Tionghoa. Mengapa mereka berpikir demikian? Karena setelah banyak orang Tionghoa tiba di Korea Selatan, mereka menjadikan tempat yang mereka datangi menjadi kotor dan berisik, pencurian dan kejahatan meningkat, serta hal ini berdampak buruk pada iklim sosial. Oleh karena itu, saudara-saudari di Korea Selatan menganggap bahwa "orang Tionghoa adalah keturunan si naga merah yang sangat besar dan keturunan Moab. Kami orang Korea Selatan belum dirusak oleh si naga merah yang sangat besar". Apa sebenarnya maksud perkataan mereka? Maksudnya adalah, "kami belum pernah dirusak oleh si naga merah yang sangat besar, jadi kami tidak serusak orang Tionghoa. Orang Tionghoa lebih rusak daripada kami. Kami lebih baik daripada orang Tionghoa." Apa yang mereka maksud dengan "lebih baik"? (Perilaku yang lebih baik.) Di satu sisi, ini adalah tentang perilaku. Di sisi lain, mereka meyakini dari lubuk hati mereka bahwa budaya tradisional yang dihasilkan dan diterima oleh bangsa Korea Selatan sejak awal sejarah itu mulia, lebih mulia daripada budaya dan tradisi bangsa Tiongkok, dan bahwa masyarakat dan ras yang dikondisikan oleh budaya tradisional semacam ini lebih mulia daripada ras yang dikondisikan oleh budaya tradisional Tiongkok. Oleh karena itu, ketika mereka membaca firman Tuhan dan melihat bahwa Tuhan berfirman, "Engkau semua sampah murahan", mereka menganggap Dia sedang berbicara tentang orang Tionghoa. Saudara-saudari Tionghoa berkata, "'Engkau semua' yang Tuhan firmankan mengacu kepada semua manusia." Orang Korea Selatan berkata, "Salah, Tuhan sedang berbicara tentang 'engkau semua' bukan kami. 'Engkau semua' yang Tuhan maksudkan tidak termasuk orang Korea Selatan." Itulah anggapan mereka. Dengan kata lain, dari aspek mana pun mereka memandang segala sesuatu, sudut pandang dan perspektif mereka bukan dari perspektif kebenaran, apalagi dari perspektif yang objektif dan adil. Sebaliknya, mereka memandang segala sesuatu dari latar belakang ras dan budaya tradisional. Oleh karena itu, seperti apa pun cara mereka memandangnya, hasil setelahnya bertentangan dengan kebenaran. Karena seperti apa pun cara mereka memandang segala sesuatu, titik awal mereka selalu adalah, "Negara Korea Selatan kami yang besar adalah benar dalam segala hal, semuanya sesuai standar, dan semuanya benar". Mereka memandang segala sesuatu dan menilai segala sesuatu dari sudut pandang dan titik awal yang salah, jadi apakah hasil yang mereka lihat itu benar, atau salah? (Salah.) Tentu saja salah. Jadi, apa yang seharusnya menjadi standar yang digunakan untuk menilai segala sesuatu? (Kebenaran.) Standar seharusnya adalah kebenaran. Itulah standarnya. Standar mereka sendiri salah. Mereka menilai segala sesuatu dan semua peristiwa dari perspektif dan sudut pandang yang salah, sehingga hasil penilaiannya pasti salah, tidak adil, tidak benar, apalagi objektif. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk menerima hal-hal yang asing, dan selain itu, pemikiran mereka sangat ekstrem, tertutup, berpikiran sempit, dan rentan terhadap sikap gampang marah. Dari manakah asal sikap mereka yang gampang marah? Itu berasal dari sikap bahwa apa pun yang mereka katakan, mereka harus menyebutkan "negara Korea Selatan kami yang besar", dan mereka bersikeras untuk menambahkan kata "besar". Apa yang dimaksud dengan "besar"? Bukankah kata "besar" ini merepresentasikan kecongkakan? Jika engkau bepergian keliling dunia atau melihat sebuah peta, seberapa besarkah Korea Selatan? Jika negara ini benar-benar lebih besar daripada negara lain dan benar-benar disebut besar, maka tidak menjadi masalah, sebutlah itu "besar". Namun, dibandingkan dengan negara-negara lain di Bumi, Korea Selatan bukanlah tempat yang besar, lalu mengapa mereka bersikeras menyebutnya "besar"? Sebesar atau sekecil apa pun suatu negara, aturan dan budaya tradisional yang dihasilkannya bukan berasal dari Tuhan, dan sama sekali bukan berasal dari kebenaran. Ini karena sebelum seseorang menerima kebenaran dan menerima keselamatan Tuhan, semua pemikiran yang dia terima berasal dari Iblis. Apa yang diberikan oleh semua pemikiran, pandangan, dan budaya tradisional yang dihasilkan oleh Iblis kepada manusia? Yang diberikan adalah kelicikan, kerusakan, perbudakan, dan pengekangan, sehingga hasilnya manusia yang rusak memiliki pemikiran yang sempit dan ekstrem, serta pandangan mereka terhadap berbagai hal berat sebelah dan bias, bahkan sampai-sampai absurd dan tidak masuk akal. Inilah akibat dari perusakan Iblis terhadap manusia. Jadi, ketika orang-orang di banyak negara dan bahkan beberapa ras mendengar perkataan "Tuhan menjadi daging di Tiongkok", apa reaksi pertama mereka? Dua kata—tidak mungkin! Menurut mereka, di manakah tempat Tuhan menjadi daging? (Israel.) Benar, Israel. Orang paling suka mengikuti aturan dan mengikuti gagasan. Mereka menganggap bahwa Israel adalah tempat di mana Tuhan telah melakukan pekerjaan, dan bahwa Tuhan seharusnya menampakkan diri di Israel, atau di kekaisaran berkuasa tertentu yang mereka hormati, atau, dalam gagasan dan imajinasinya, mereka berpikir bahwa Tuhan seharusnya menampakkan diri di negara yang dahulu adalah sebuah peradaban kuno. Tiongkok justru bukan negara semacam itu, jadi sulit bagi mereka untuk menerima kesaksian bahwa Tuhan menjadi daging di Tiongkok, dan ini saja sudah cukup untuk membuat mereka kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Siapa yang menyebabkan hal ini? (Diri mereka sendiri.) Karena mereka memiliki gagasan seperti itu, dan telah menjadi pemberontak, serta sama sekali tidak mencari kebenaran agar dapat menyelesaikan masalah, mereka telah sangat merugikan diri mereka sendiri dan menghancurkan satu-satunya kesempatan untuk memperoleh keselamatan.
Ketika orang tidak memahami kebenaran, banyak dari gagasan dan imajinasi, serta bahkan beberapa hal yang mereka puja yang sangat menggelikan dan tidak masuk akal. Seorang wanita Korea Selatan yang mencintai negaranya dan berada di Amerika Serikat, berinteraksi dengan orang-orang Amerika dan salah seorang dari mereka bertanya kepadanya, "Festival Musim Semi sudah dekat. Apa yang dimakan orang Tionghoa selama Festival Musim Semi?" Dia berkata, "Aku bukan orang Tionghoa, aku orang Korea Selatan." Orang Amerika itu menjawab, "Bukankah orang Korea Selatan juga merayakan Festival Musim Semi?" Lalu dia menjawab, "Kami orang Korea Selatan tidak merayakan Festival Musim Semi." Orang Amerika berkata, "Kupikir orang Korea Selatan merayakan Festival Musim Semi, sama seperti orang Tionghoa." Dia menjawab dengan nada bicara yang sangat kasar, "Kami tidak sama dengan orang Tionghoa! Kalian mengira kami merayakan Festival Musim Semi, bukan? Itu benar-benar menghina martabat kami sebagai orang Korea Selatan!" Benarkah orang Korea Selatan tidak merayakan Festival Musim Semi? (Mereka merayakannya.) Sebenarnya, orang Korea Selatan juga merayakan Festival Musim Semi. Lalu, mengapa dia berkata orang Korea Selatan tidak merayakannya? Mari kita bahas hal ini. Apakah merayakan Festival Musim Semi boleh atau tidak? Dapatkah engkau semua menjelaskan hal ini dengan gamblang? Bagi orang asing, merayakan Festival Musim Semi bukanlah hal yang memalukan. Ini adalah upacara khusus untuk memperingati hari penting dalam kehidupan orang. Bagi manusia yang hidup di dunia budaya tradisional ini, merayakan Festival Musim Semi bukanlah hal yang salah atau memalukan, lalu mengapa wanita tersebut tidak berani mengaku merayakan Festival Musim Semi? Karena begitu dia mengaku merayakan Festival Musim Semi, dia tidak lagi kebarat-baratan, dan dia akan dianggap sebagai orang Asia Timur yang sangat tradisional, dan dia tidak ingin orang menganggap bahwa dia adalah wanita tradisional Asia Timur. Dia ingin orang menganggap bahwa dia tidak memiliki tradisi Asia Timur, dan bahwa dia tidak memahami tradisi Asia Timur, atau dia bahkan tidak tahu apa-apa tentang tradisi-tradisi tersebut. Dia juga ingin mereka tahu bahwa dia fasih berbahasa Inggris, mewarnai rambutnya menjadi pirang, memakai lensa kontak berwarna biru, berpakaian seperti orang Barat, serta bersikap berani dan tidak terkekang, bebas, mandiri, dan berwawasan luas seperti wanita Barat. Dia ingin orang-orang memandang dirinya seperti itu. Oleh karena itu, di bawah pengaruh pemikiran ini, setiap kali sesuatu menimpanya, cara dia bertindak akan sesuai dengan pemikiran ini. Setiap kali ada orang yang bertanya kepadanya apakah orang Korea Selatan merayakan Festival Musim Semi, dia menjawab, "Kami orang Korea Selatan tidak merayakan Festival Musim Semi." Jika orang-orang terdekatnya berkata, "Kita jelas-jelas merayakan Festival Musim Semi, mengapa kau berkata kita tidak merayakannya?" apa yang akan dia jawab? "Kau bodoh. Jika aku berkata bahwa kita merayakan Festival Musim Semi, bukankah mereka akan tahu bahwa aku adalah orang Korea Selatan yang tradisional?" Dia ingin orang mengira bahwa dia lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat. Jika engkau bertanya kepadanya, "Kau dilahirkan di sini, tetapi sudah berapa generasi keluargamu berada di sini?" dia akan berkata, "Leluhur kami dibesarkan di sini." Dia menganggap ini adalah simbol identitas dan status, jadi dia sampai bertindak sejauh itu dengan berbohong, dan tidak takut kebohongannya diketahui orang lain. Pemikiran macam apa ini? Apakah layak untuk berbohong tentang hal ini? Apakah itu sepadan dengan risikonya? Tidak. Hal sekecil itu pun dapat menyingkapkan pemikiran dan pandangan seseorang. Pemikiran dan pandangan seperti apa yang disingkapkan? Ada gadis-gadis Tionghoa yang sangat cantik, tetapi mereka harus mewarnai rambut mereka menjadi pirang, membuatnya keriting, memakai lensa kontak yang berwarna-warni yang mengubah warna mata mereka, dan berpura-pura menjadi orang Barat—sungguh terlihat aneh. Mengapa mereka harus berperilaku seperti itu? Apakah garis keturunan mereka berubah setelah mereka mulai berpakaian seperti itu? Sekalipun garis keturunan mereka telah berubah, dan di kehidupan selanjutnya mereka bereinkarnasi sebagai orang berkulit putih, atau orang dari ras yang mereka kagumi, lalu apa yang terjadi? Dapatkah engkau semua melihat hal ini dengan jelas? Ada orang-orang yang memaksakan diri untuk berperilaku dengan gaya dan temperamen tertentu, serta berpura-pura sebagai salah seorang dari antara suatu bangsa atau ras yang mereka kagumi. Mengapa demikian? Adakah pemikiran mendasar yang mengendalikan hal ini? Pemikiran apa yang mengendalikannya? Seperti wanita Korea Selatan itu; ketika orang Amerika bertanya apakah dia bisa bermain tenis meja, dia berkata, "Apa itu tenis meja? Hanya orang Tionghoa yang memainkannya. Kami bermain tenis dan golf." Orang macam apa yang dapat berperilaku dan berbicara seperti ini? Bukankah ini agak palsu? Ketika semuanya dibuat palsu, itu membuat hidup sangat melelahkan! Maukah engkau semua bersikap seperti ini? Ada orang-orang Tionghoa yang telah tinggal di Barat selama beberapa dekade tidak bisa lagi berbicara dalam bahasa Mandarin ketika mereka kembali ke kampung halaman mereka. Apakah ini hal yang buruk? (Ya.) Ada orang-orang yang berkata: "Kita tidak boleh melupakan asal-usul kita. Tuhan juga berkata bahwa manusia tidak boleh melupakan asal-usul mereka. Tuhan adalah asal-usul manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan segala sesuatu tentang manusia berasal dari Tuhan, jadi sebagai makhluk ciptaan, manusia harus menyembah Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan orang tidak boleh melupakan asal-usul mereka." Benarkah demikian? Ada kebenaran yang harus dicari dalam setiap situasi, tetapi orang-orang tidak mencari kebenaran, dan mereka sepenuhnya mematuhi budaya tradisional. Mengapa demikian? Ada orang-orang yang berkata, "Kami tidak pernah melupakan asal-usul kami. Di mana pun kami berada, kami mengakui bahwa kami adalah orang Tionghoa, dan kami mengakui bahwa negara kami miskin dan terbelakang. Kami tidak akan pernah melupakan asal-usul kami." Apakah ini benar? Di satu sisi, semua masalah ini disebabkan oleh pengaruh dan didikan yang sangat berlebihan dari apa yang disebut budaya tradisional ini terhadap manusia. Di sisi lain, bahkan setelah orang-orang mendengarkan khotbah selama bertahun-tahun, mereka tidak merenungkan dengan saksama dan mencari apa yang dimaksud dengan kebenaran. Sebaliknya, mereka sering menggunakan budaya tradisional dan hal-hal rusak yang telah mereka miliki, yang telah mereka pelajari dan yang telah tertanam sedemikian dalam, lalu menjadikannya sebagai kebenaran. Ini adalah aspek kedua. Aspek ketiga, setelah mendengarkan khotbah, orang tidak mencari kebenaran dalam firman Tuhan. Sebaliknya, mereka menggunakan perspektif tradisional dan ilmu, serta pengetahuan dalam gagasan manusia yang telah mereka ketahui untuk menilai firman Tuhan. Jadi, sampai saat ini, meskipun orang telah mendengar banyak khotbah, tetapi apa yang disebut prinsip perilaku dan apa yang disebut sebagai prinsip melaksanakan tugas dan melayani Tuhan yang orang sampaikan dari mulut ke mulut sering kali juga didasarkan pada pengetahuan, peribahasa, dan pepatah umum tertentu yang mereka anggap benar. Sebagai contoh, jika ada orang yang melakukan sesuatu yang salah dan pemimpin gereja atau saudara-saudarinya menjelek-jelekkan dirinya, dia akan berpikir, "Huh, 'Tiada gunanya memenggal kepala orang yang sudah dieksekusi' dan 'Jangan menentang orang baik'. Dalam hal kekuranganku yang dipangkas ini, aku telah dengan sabar menerimanya sambil tersenyum. Mengapa kau terus-menerus menyingkapkanku?" Dari luar, dia tampak mendengarkan dan tunduk dengan taat, tetapi sebenarnya, di lubuk hatinya, dia menggunakan gagasan tradisional untuk menyanggah dan menentang para pemimpin gereja atau saudara-saudari. Mengapa dia menentang mereka? Dia menganggap pepatah "Tiada gunanya memenggal kepala orang yang sudah dieksekusi" dan "Jangan menentang orang baik" sebagai kebenaran yang sejati dan benar, serta menganggap bahwa siapa pun yang terus memangkas dan menyingkapkan dirinya tanpa perasaan sedikit pun adalah salah, dan itu bukanlah kebenaran.
Sudahkah engkau semua memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kebenaran dari pembahasan yang baru saja kita persekutukan? (Ya.) Ada orang-orang yang mungkin berkata, "Sekarang setelah Engkau memberi tahu kami hal ini, kami tidak tahu prinsip apa yang harus kami patuhi dalam melakukan penerapan. Tanpa budaya tradisional, gagasan, serta pengetahuan ini, bagaimana seharusnya kami hidup? Bagaimana kami harus bertindak? Tanpa hal-hal ini yang mengatur kami, bagaimana kami dapat membuka mulut kami dan mengkhotbahkan firman Tuhan? Tanpa hal-hal ini, bukankah landasan kami untuk mengkhotbahkan firman Tuhan hilang? Jadi, apa lagi yang tersisa bagi kami?" Jika demikian, yang akan Kukatakan kepada mereka adalah bahwa jika engkau benar-benar tidak memiliki hal-hal ini, akan lebih mudah untuk mencari kebenaran, dan akan lebih mudah untuk menerima kebenaran dan kembali kepada Tuhan. Sebelumnya, ketika engkau membuka mulutmu, yang keluar hanyalah falsafah Iblis dan pengetahuan budaya seperti "Orang bijak mengalah pada keadaan", "Jangan menentang orang baik", "Tiada gunanya memenggal kepala orang yang sudah dieksekusi", dan sebagainya. Sekarang engkau merenung dan berpikir, "Aku tidak boleh mengatakan itu, semua pepatah ini salah, semuanya telah ditolak dan dikutuk, lalu apa yang harus kukatakan? Lanjutkanlah membaca firman Tuhan dengan benar dan tanpa perlawanan, serta carilah landasannya dari firman Tuhan." Manusia melaksanakan tugas mereka dan mengikuti Tuhan, tetapi setiap kali mereka membuka mulut, yang keluar hanyalah peribahasa, pepatah, dan beberapa hal serta pandangan yang mereka peroleh dari budaya tradisional. Tak seorang pun, setiap kali sesuatu menimpa mereka, mampu sepenuhnya meninggikan atau bersaksi tentang Tuhan, dan berkata, "Tuhan berfirman begini" atau "Tuhan berfirman begitu". Tak ada seorang pun yang berbicara seperti itu, tak ada seorang pun yang membuka mulut mereka dan mampu mengucapkan firman Tuhan tanpa keraguan. Engkau tidak mampu mengucapkan firman Tuhan tanpa keraguan, tetapi engkau mampu mengucapkan pepatah umum tanpa keraguan, jadi dipenuhi apakah sebenarnya hatimu? Hatimu dipenuhi dengan semua hal yang berasal dari Iblis. Ada orang-orang yang, ketika pemimpin tim mereka memeriksa pekerjaan mereka, berkata, "Apa yang sedang kauperiksa? Jangan meragukan orang yang kaupekerjakan dan jangan mempekerjakan orang yang kauragukan. Jika kau selalu meragukanku, lalu mengapa engkau menggunakanku? Cari saja orang lain untuk mengerjakannya." Mereka menganggap bahwa inilah cara bertindak yang benar, dan ketika mereka melakukan segala sesuatu secara salah, mereka tidak membiarkan orang lain menegakkan kebenaran. Ada juga orang-orang yang telah sangat menderita ketika melaksanakan tugas mereka, tetapi karena mereka tidak mencari prinsip-prinsip serta menyebabkan kekacauan dan gangguan terhadap pekerjaan gereja, akhirnya mereka digantikan dan kemudian dipangkas. Setelah mendengar komentar-komentar yang mengecam, mereka bersikap menentang dan berpikir, "Ada pepatah yang berbunyi, 'Aku mungkin tidak mendapatkan pujian apa pun, tetapi aku sudah berusaha dan bekerja keras.' Aku baru saja melakukan kesalahan kecil ini, memangnya kenapa?" Karena mereka mempelajari pepatah umum ini terlebih dahulu, dan pepatah tersebut sudah tertanam kuat dalam diri mereka, mengendalikan dan memengaruhi pemikiran mereka, hal ini akan mendorong mereka untuk menggunakan pepatah ini—di tengah lingkungan ini dan setelah situasi ini terjadi—sebagai dasar untuk menentang dan tidak tunduk pada perlakuan rumah Tuhan. Jika itu yang terjadi, mampukah mereka tetap tunduk? Apakah masih mudah bagi mereka untuk menerima kebenaran? Sekalipun di luarnya mereka tunduk, itu karena mereka tidak punya pilihan lain dan itu adalah pilihan terakhir. Meskipun dari luar tampaknya mereka tidak menentang, tetapi tetap saja ada penolakan di dalam hati mereka. Apakah ini ketundukan sejati? (Bukan.) Ini hanya sikap yang asal-asalan, ini bukanlah ketundukan sejati. Tidak ada ketundukan di sini, yang ada hanyalah pembenaran diri, kenegatifan, dan pertentangan. Bagaimana pembenaran diri, kenegatifan, dan pertentangan ini muncul? Semua ini muncul dari pepatah ini "Aku mungkin tidak mendapatkan pujian apa pun, tetapi aku sudah berusaha dan bekerja keras". Pepatah ini memunculkan watak macam apa dalam diri orang-orang ini? Ketidaktaatan, sikap keras kepala, pertentangan, dan pembenaran diri. Apakah engkau semua sudah lebih memahami kebenaran dari persekutuan ini? Setelah engkau menelaah dan mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal negatif ini dan menggalinya dari dalam hatimu, engkau akan mampu mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran setiap kali sesuatu menimpamu, karena hal-hal lama telah ditinggalkan, dan tidak dapat lagi membujukmu untuk mengandalkannya ketika melaksanakan tugasmu, dan melayani Tuhan, serta mengikuti Tuhan. Hal-hal itu tidak lagi menjadi prinsip-prinsip caramu berperilaku, bukan lagi prinsip-prinsip yang harus kaupatuhi ketika melaksanakan tugasmu, dan hal-hal itu telah dikritik dan dikutuk. Jika engkau mengambilnya dan kembali menggunakannya, apa yang akan terjadi di lubuk hatimu? Akankah engkau tetap merasa bahagia seperti sebelumnya? Akankah engkau tetap merasa sangat yakin bahwa engkau benar? Jelaslah, itu tidak mungkin. Jika hal-hal di dalam dirimu ini telah benar-benar dilucuti, engkau harus mencari dalam firman Tuhan apa tepatnya prinsip yang sebenarnya dan apa tepatnya tuntutan Tuhan. Ada orang-orang yang sering kali berkata, "Lakukan apa yang tuanmu perintahkan, atau kau tidak akan mendapatkan apa pun bahkan dari usahamu yang paling sungguh-sungguh." Apakah pepatah ini benar atau salah? Itu jelas-jelas salah. Mengapa salah? Siapa yang dimaksud dengan "tuan" dalam frasa "Lakukan apa yang tuanmu perintahkan"? Majikanmu, bosmu, atasanmu. Kata "tuan" ini sendiri salah. Tuhan bukanlah majikanmu, bosmu, atau manajermu. Tuhan adalah Tuhanmu. Manajer, bos, dan atasan semuanya sama jenisnya dan berada pada level yang sama dengan manusia. Pada dasarnya mereka sama; mereka semua adalah manusia yang rusak. Engkau mendengarkan mereka, menerima gaji dari mereka, dan melakukan apa pun yang mereka minta kaulakukan. Mereka menggajimu sesuai dengan banyaknya pekerjaan yang kaulakukan, dan tidak lebih. Apa yang dimaksud dengan "mendapatkan" dalam frasa "atau kau tidak akan mendapatkan apa pun bahkan dari usahamu yang paling sungguh-sungguh"? (Pujian.) Pujian dan upah. Motivasi dari tindakanmu adalah untuk mendapatkan upah. Hal ini tidak memerlukan kesetiaan ataupun ketaatan, dan tidak memerlukan pencarian kebenaran serta ibadah—tak ada satu pun dari hal ini, ini hanyalah sebuah transaksi. Ini justru sesuatu yang dikritik dan dikutuk ketika engkau percaya kepada Tuhan, melaksanakan tugasmu, dan mengejar kebenaran. Jika engkau menganggap pepatah "Lakukan apa yang tuanmu perintahkan, atau kau tidak akan mendapatkan apa pun bahkan dari usahamu yang paling sungguh-sungguh" sebagai kebenaran, ini adalah kesalahan besar. Ketika engkau berusaha membuat beberapa orang memahami kebenaran, reaksi mereka akan lambat dan lamban, serta sebanyak apa pun mereka makan dan minum firman Tuhan, mereka tidak akan mampu memahami bahkan satu atau dua kebenaran pun, dan mereka juga tidak akan mampu mengingat bahkan satu atau dua frasa firman Tuhan. Namun, jika menyangkut slogan, peribahasa, dan pepatah umum yang sering tersebarluas di tengah masyarakat, dan hal-hal yang sering diucapkan orang kebanyakan ini, mereka menerimanya dengan sangat cepat. Betapapun bodohnya seseorang, bahkan mereka menerima hal-hal ini dengan sangat cepat. Bagaimana ini bisa terjadi? Kesimpulannya, apa pun ras atau warna kulitmu, engkau adalah manusia dan engkau semua sama jenisnya. Hanya Tuhan dan manusia yang merupakan dua jenis yang berbeda. Manusia selamanya akan sama jenisnya dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, setiap kali Tuhan melakukan sesuatu, tidaklah mudah bagi semua manusia untuk menerimanya, sedangkan setiap kali seseorang di antara manusia melakukan sesuatu, siapa pun atau betapa hinanya pun orang yang melakukannya, jika itu sesuai dengan gagasan semua orang, semua orang akan dengan cepat menerimanya, karena pada dasarnya semua pemikiran, pandangan, cara berpikir, tingkat pemahaman, dan jalan hidup manusia adalah sama, hanya berbeda sedikit saja. Oleh karena itu, begitu seseorang mengatakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak sesuai dengan kebenaran, ada orang-orang yang akan dengan cepat menerimanya, dan memang begitulah mereka.
Sudahkah engkau kurang lebih memahami apa arti kebenaran, dan hal-hal apa sajakah yang bukan kebenaran tetapi yang dianggap sebagai kebenaran? Hal-hal lain apa lagi yang ada dalam pikiranmu? Engkau semua belum bisa mengatakannya secara spontan saat ini, karena hal-hal tersebut tidak dianggap sebagai pengetahuan, hal-hal tersebut tidak seperti sesuatu dalam sebuah buku yang dapat kaubuka begitu saja dengan membolak-balik halamannya. Sebaliknya, itu adalah hal-hal yang tidak dapat kautahan untuk tidak diucapkan setiap kali sesuatu terjadi, dengan cara yang sangat alami, yang tidak mampu kaukendalikan. Ini membuktikan bahwa hal-hal itu telah menjadi hidupmu dan telah berakar di dalam dirimu. Engkau semua tidak mampu mengingatnya ketika diminta untuk mengingatnya, tetapi engkau juga tidak mampu menahan diri untuk tidak mengucapkannya saat engkau semua diminta untuk tidak mengucapkannya. Setiap kali sesuatu terjadi, pandangan yang menyimpang itu akan muncul—ini adalah sebuah fakta. Alamilah secara perlahan-lahan, jangan terburu-buru. Mulai sekarang, engkau semua harus memperhatikan hal-hal yang sering orang katakan dan yang menurut mereka benar itu. Sebelumnya, kita telah menyebutkan beberapa dari racun si naga merah yang sangat besar dan falsafah Iblis tentang cara berinteraksi dengan orang lain. Hal-hal tersebut mungkin mudah untuk dikenali dari perspektif arti harfiahnya, yaitu, orang-orang dapat segera mengetahui bahwa hal-hal tersebut pasti bukanlah kebenaran, dan dapat dengan jelas mengetahui bahwa hal-hal tersebut adalah racun si naga merah yang sangat besar, dan ada rencana jahat di baliknya. Hal-hal tersebut mudah untuk dikenali, dan Kurasa engkau semua kurang lebih mampu membedakannya ketika diminta untuk menelaahnya. Engkau semua telah membuang hal-hal yang jelas sekali berasal dari Iblis, tetapi masih banyak pepatah dalam hatimu seperti "menanggung penghinaan dan memikul beban berat", dan "tidur di atas kayu bakar dan menjilat empedu", serta "Jangan menentang orang baik", dan "alasan yang dapat dibenarkan akan mendapatkan banyak dukungan, sedangkan alasan yang tidak dapat dibenarkan akan mendapatkan sedikit dukungan", dan "pria yang bermartabat tidak akan menerima pemberian yang membuat dirinya merasa terhina". Di lubuk hatimu, engkau mungkin tetap mempertimbangkan pepatah ini dan berpikir, "Pepatah-pepatah ini sangat berharga. Segala sesuatu yang baik tentang caraku harus berperilaku dalam kehidupan ini, semuanya ada dalam pepatah-pepatah ini," dan hal-hal ini masih belum diselidiki. Setelah hal-hal tersebut diselidiki secara menyeluruh dan engkau mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal tersebut, kelak jika hal-hal budaya tradisional ini muncul, baik itu merupakan reaksi alami maupun cerminan dari kondisi objektif, engkau akan dengan segera menyadari bahwa hal-hal tersebut salah dan pasti bukan kebenaran. Pada saat itu, tingkat pengetahuan dan pengakuanmu terhadap kebenaran akan lebih tinggi daripada sekarang. Apa maksud-Ku dengan "lebih tinggi daripada sekarang"? Maksud-Ku, engkau telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu, kemampuanmu untuk membedakan telah meningkat, pengalaman dan pemahamanmu tentang kebenaran akan akan lebih mendalam daripada saat ini, dan engkau akan merasakan apa sebenarnya arti kebenaran. Sekarang engkau mungkin berpikir, "Semua budaya tradisional yang berasal dari Iblis dan yang dihasilkan dari latar belakang budaya seluruh kelompok etnis di dunia ini adalah salah." Ini adalah pernyataan umum, tetapi engkau mungkin belum mengetahui mana yang salah dan di mana letak kesalahannya. Jadi, engkau harus menelaah dan memahaminya satu demi satu, dan kemudian mencapai titik di mana engkau mampu melepaskannya, mengutuknya, sepenuhnya memisahkan dirimu darinya, dan tidak hidup berdasarkan hal itu, tetapi berdasarkan firman Tuhan. Saat ini, engkau mungkin hanya tahu berdasarkan kehendak subjektifmu bahwa peribahasa, pepatah umum, prinsip kehidupan yang terkenal, dan perkataan yang sering disebarluaskan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan firman Tuhan dan bukanlah kebenaran. Namun, setiap kali sesuatu terjadi, engkau tanpa sadar masih menggunakan perkataan ini sebagai landasan untuk mengutuk orang lain, membatasi dirimu sendiri, dan menuntun perilakumu. Semua itu mengekang dan memanipulasi pemikiran dan pandanganmu, yang dapat menimbulkan masalah dan akan memengaruhi jalan masukmu ke dalam kebenaran. Meskipun hal-hal yang berasal dari Iblis ini mungkin masih muncul dalam hatimu, jika suatu hari engkau mampu mengetahui yang sebenarnya tentang hal-hal itu, hidup tanpa mengandalkannya, dan bertindak berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, engkau akan benar-benar memiliki tingkat pertumbuhan. Apakah sekarang engkau memiliki tingkat pertumbuhan seperti ini? Belum. Jika ada sebuah pepatah yang engkau semua anggap benar, dan jika pepatah yang serupa mungkin dapat ditemukan dalam firman Tuhan—meskipun tidak sepenuhnya diungkapkan dengan cara yang sama—engkau mungkin secara keliru meyakini bahwa pepatah ini juga adalah kebenaran, dan bahwa itu sama dengan firman Tuhan. Jika engkau tetap tidak mampu memahami hal-hal ini dengan jelas, dan engkau masih berpaut pada perkataan manusia dan tidak bersedia melepaskannya, maka pepatah ini akan memengaruhi jalan masukmu ke dalam kebenaran, karena itu bukanlah firman Tuhan. Itu tidak dapat menggantikan kebenaran.
Sekarang ini, Aku selalu bersekutu tentang apa arti kebenaran. Itu berarti Aku sedang serius dengan engkau semua. Agar engkau semua mampu memahami kebenaran, kita harus menelaah dan mengetahui yang sebenarnya tentang berbagai macam pemikiran dan pandangan orang, perbuatan baik mereka, maksud baik mereka, serta beberapa pepatah yang benar dan penerapan akal sehat yang orang andalkan untuk hidup, untuk memahami apakah hal-hal tersebut benar-benar sesuai dengan kebenaran atau tidak, dan apakah semua itu ada hubungannya dengan kebenaran atau tidak. Jika engkau menganggap hal-hal tersebut sebagai kebenaran, apa dasarmu membuat pernyataan ini? Jika engkau menganggapnya sebagai kebenaran berdasarkan teori dan ajaran Iblis, itu berarti engkau adalah milik Iblis. Jika hal-hal tersebut tidak sesuai dengan kebenaran, itu berasal dari Iblis, jadi engkau harus menelaah apa sebenarnya esensinya. Khususnya, orang harus memiliki pemahaman yang benar dan sikap yang benar terhadap banyak pepatah dan pandangan dalam budaya tradisional yang telah diedarkan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hanya dengan cara inilah manusia dapat benar-benar memahami dan mengenali apa sebenarnya arti kebenaran, dan memahami dengan tepat apa yang Tuhan tuntut dari manusia, serta memahami apa arti sebenarnya dari ungkapan "Segala sesuatu yang Tuhan firmankan adalah kebenaran". Hal ini juga sekaligus memungkinkan orang untuk mengetahui alasan—mengingat bahwa manusia memiliki pandangan dan pepatah ini yang dianggap sesuai dengan etika moral, kemanusiaan, dan hikmat duniawi, dan mengingat bahwa mereka memiliki pemikiran, pandangan, dan pendapat ini yang mereka andalkan untuk hidup—mengapa Tuhan tetap mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan manusia, dan selain itu, mengapa Tuhan berkata bahwa hanya kebenaran yang dapat menyelamatkan manusia dan hanya kebenaran yang dapat mengubah manusia. Jelaslah bahwa ada kebenaran yang dapat ditemukan di sini. Setidaknya, ada satu hal bahwa gagasan, pandangan, dan pepatah yang orang andalkan dalam hidup berasal dari manusia yang rusak, dirangkum oleh manusia yang rusak, dan merupakan gagasan dan imajinasi manusia, serta semua itu sama sekali tidak hubungannya dengan kebenaran. Selain itu, hal-hal ini pada dasarnya bertentangan dan bermusuhan dengan kebenaran. Hal-hal tersebut tidak dapat menggantikan kebenaran, semua itu tentu saja bukanlah kebenaran, juga tidak akan pernah menjadi kebenaran. Dari sudut pandang Tuhan, hal-hal ini digolongkan sebagai hal-hal yang salah dan terkutuk. Semua itu sama sekali bukan kebenaran, dan tindakan Tuhan serta kebenaran yang Tuhan ungkapkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal-hal ini. Dengan kata lain, kebenaran yang Tuhan ungkapkan tidak ada hubungannya sedikit pun dengan hikmat duniawi manusia yang rusak, ataupun budaya tradisional orang, pemikiran, pandangan dan perbuatan baik mereka, atau dengan definisi mereka tentang moralitas, martabat, dan hal-hal positif. Dalam pengungkapan-Nya tentang kebenaran, Tuhan mengungkapkan watak dan esensi-Nya; pengungkapan-Nya akan kebenaran tidak didasarkan pada kesimpulan umat manusia tentang berbagai hal positif dan pernyataan yang umat manusia akui. Firman Tuhan tetaplah firman Tuhan; firman Tuhan adalah kebenaran. Firman merupakan satu-satunya dasar dan hukum yang dengannya umat manusia ada, dan semua yang disebut ajaran-ajaran yang berasal dari manusia itu keliru, absurd, dan dikutuk oleh Tuhan. Ajaran-ajaran itu tidak berkenan kepada-Nya, dan terlebih lagi, semua itu bukanlah asal-usul atau dasar perkataan-Nya. Tuhan mengungkapkan watak dan esensi-Nya melalui firman-Nya. Semua firman yang disampaikan oleh pengungkapan Tuhan adalah kebenaran, karena Dia memiliki esensi Tuhan, dan Dia adalah kenyataan dari segala hal yang positif. Seperti apa pun cara umat manusia yang rusak ini menempatkan atau mendefinisikan firman Tuhan, atau seperti apa pun cara mereka memandang atau memahaminya, firman Tuhan adalah kebenaran yang kekal, dan ini adalah fakta yang tidak pernah berubah. Sebanyak apa pun firman Tuhan telah diucapkan, dan sebanyak apa pun umat manusia yang rusak dan jahat ini mengutuk dan menolaknya, ada fakta yang selamanya tetap tidak berubah: firman Tuhan selamanya adalah kebenaran, dan manusia tidak akan pernah bisa mengubahnya. Pada akhirnya, manusia harus mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan bahwa budaya tradisional dan pengetahuan ilmiah umat manusia yang berharga tidak akan pernah bisa menjadi hal yang positif, dan bahwa semua itu tidak akan pernah bisa menjadi kebenaran. Ini mutlak. Budaya tradisional dan cara hidup umat manusia tidak akan menjadi kebenaran karena perubahan atau dengan berlalunya waktu, demikian pula firman Tuhan tidak akan menjadi perkataan manusia karena kutukan atau kealpaan umat manusia. Kebenaran tetaplah kebenaran; esensi ini tidak akan pernah berubah. Fakta apakah yang ada di sini? Yaitu bahwa semua pepatah umum yang dirangkum umat manusia berasal dari Iblis, semua itu adalah imajinasi dan gagasan manusia, atau semua itu muncul dari sikap keras kepala manusia dan watak manusia yang rusak, dan semua itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang positif. Di sisi lain, firman Tuhan merupakan pengungkapan dari esensi dan identitas Tuhan. Apa alasannya Dia mengungkapkan firman ini? Mengapa Kukatakan bahwa firman adalah kebenaran? Alasannya adalah karena Tuhan berkuasa atas semua hukum, aturan, sumber, esensi, kenyataan, dan misteri dari segala sesuatu. Semua itu berada dalam genggaman tangan-Nya. Oleh karena itu, hanya Tuhan yang mengetahui aturan, kenyataan, fakta, dan misteri segala sesuatu. Tuhan tahu asal-usul segala sesuatu, dan Tuhan tahu persis apa sumber dari segala sesuatu. Hanya definisi untuk segala sesuatu yang terdapat dalam firman Tuhan-lah yang paling akurat, dan hanya firman Tuhan-lah yang menjadi standar dan prinsip bagi hidup manusia dan merupakan kebenaran serta standar yang dapat diandalkan oleh manusia untuk hidup, sedangkan hukum dan teori Iblis yang telah manusia andalkan untuk hidup, sejak dirusak oleh Iblis, bertentangan dengan fakta bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu, sekaligus bertentangan dengan fakta bahwa Dia berdaulat atas hukum dan aturan segala sesuatu. Semua teori Iblis manusia muncul dari gagasan dan imajinasi manusia, dan semua itu berasal dari Iblis. Peran seperti apa yang Iblis mainkan? Pertama, dia menampilkan dirinya sebagai kebenaran. Lalu, dia mengganggu, menghancurkan, dan menginjak-injak semua hukum dan aturan yang Tuhan gunakan untuk menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, yang berasal dari Iblis teramat cocok dengan esensi Iblis, dan dipenuhi dengan tujuan jahat Iblis, dengan kepalsuan dan kebohongan, serta dengan ambisi Iblis yang tidak pernah berubah. Apakah manusia yang rusak mampu mengetahui yang sebenarnya atau tidak tentang falsafah dan teori dari Iblis ini, dan sebanyak apa pun orang menggembar-gemborkan, menganjurkan, dan mengikuti hal-hal ini, dan sudah berapa tahun dan berapa abad pun manusia yang rusak mengagumi, memuja, dan mengkhotbahkannya, semua itu tidak akan menjadi kebenaran. Karena esensi, asal-usul, dan sumbernya adalah Iblis, serta memusuhi Tuhan dan kebenaran, hal-hal ini tidak akan pernah menjadi kebenaran. Semua ini akan selalu menjadi hal-hal negatif. Ketika tidak ada kebenaran yang dapat dibandingkan dengannya, hal-hal tersebut mungkin dianggap sebagai hal-hal yang baik dan positif, tetapi ketika kebenaran digunakan untuk menyingkapkan dan menelaahnya, hal-hal tersebut tidak sempurna, tidak tahan uji, dan merupakan hal-hal yang cepat-cepat dikutuk dan ditolak. Kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan justru sesuai dengan kebutuhan kemanusiaan yang normal dari manusia yang Tuhan ciptakan, sedangkan hal-hal yang ditanamkan Iblis dalam diri manusia justru bertentangan dengan kebutuhan dari kemanusiaan normal umat manusia. Mereka membuat orang normal menjadi tidak normal dan menjadi ekstrem, berpikiran sempit, congkak, bodoh, jahat, keras kepala, kejam, serta bahkan sangat angkuh. Ada suatu titik di mana hal ini menjadi begitu serius sehingga orang menjadi gila dan bahkan tidak tahu siapa diri mereka. Mereka tidak ingin menjadi orang normal atau orang biasa, dan malah bersikeras ingin menjadi manusia super, manusia berkekuatan khusus, atau manusia tingkat tinggi—hal-hal ini telah menyesatkan kemanusiaan dan naluri mereka. Kebenaran membuat manusia mampu hidup secara naluriah berdasarkan aturan dan hukum kemanusiaan yang normal dan semua aturan ini ditetapkan oleh Tuhan, sedangkan apa yang disebut peribahasa umum dan pepatah yang menipu justru malah membuat manusia berbalik melawan nalurinya dan menghindari hukum yang ditetapkan serta dirumuskan oleh Tuhan, bahkan sampai membuat orang menyimpang dari jalan kemanusiaan yang normal dan melakukan beberapa hal ekstrem yang tidak boleh dilakukan atau dipikirkan oleh manusia normal. Hukum-hukum Iblis ini tidak hanya menyesatkan kemanusiaan orang, tetapi juga membuat manusia kehilangan kemanusiaan normal mereka dan naluri kemanusiaan normal mereka. Sebagai contoh, hukum Iblis berbunyi, "Takdir seseorang berada di tangannya sendiri", dan "Orang harus menciptakan kebahagiaannya sendiri". Hal ini bertentangan dengan kedaulatan Tuhan dan bertentangan dengan naluri manusia. Ketika tubuh dan naluri manusia mencapai batasnya, atau ketika takdir mereka berada pada momen kritis, orang-orang yang mengandalkan hukum dari Iblis ini tidak mampu menanggungnya. Sebagian besar merasa bahwa tekanan itu telah melampaui batas mereka dan melampaui kemampuan berpikir mereka, dan pada akhirnya mereka mengalami gangguan jiwa. Orang-orang yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi saat ini sedang menderita karena tekanan besar yang ditimbulkan oleh ujian tersebut. Kondisi fisik dan kualitas mental setiap orang berbeda-beda; ada yang mampu beradaptasi dengan sistem tertentu, sementara yang lain tidak mampu. Pada akhirnya, ada orang-orang yang menjadi depresi, sementara yang lainnya mengalami gangguan jiwa, dan bahkan terjun dari gedung dan melakukan bunuh diri. Segala macam hal bisa terjadi. Bagaimana akibat-akibat ini muncul? Itu karena Iblis menipu manusia dengan membuat mereka mengejar ketenaran dan keuntungan, yang merugikan manusia. Jika manusia dapat hidup secara alami berdasarkan aturan yang telah Tuhan tetapkan, dan hidup berdasarkan cara yang Tuhan tetapkan bagi manusia, dan membaca firman Tuhan, serta hidup di hadapan Tuhan, akankah mereka menjadi gila? Akankah mereka menanggung tekanan yang begitu besar? Sama sekali tidak. Tuhan melakukan pekerjaan-Nya agar manusia memahami kebenaran, membuang watak mereka yang rusak, dan tunduk pada kedaulatan serta pengaturan Tuhan. Dengan demikian, manusia dapat hidup di hadirat Tuhan, tanpa tekanan, dan hanya memperoleh kebebasan dan kelepasan. Umat manusia diciptakan oleh Tuhan, dan hanya Tuhan yang mengetahui naluri manusia dan segala sesuatu tentang manusia. Tuhan menggunakan aturan yang telah Dia rumuskan untuk membimbing manusia dan memenuhi kebutuhan mereka, sedangkan Iblis justru tidak melakukan hal itu. Dia membuat orang menentang semua ini, dan memaksa orang untuk menjadi manusia super dan orang yang cakap. Bukankah ini mempermainkan manusia? Orang sebenarnya adalah manusia normal dan manusia biasa, bagaimana mungkin mereka menjadi manusia super atau manusia berkekuatan khusus? Bukankah ini menghancurkan manusia? Sekeras apa pun engkau berjuang, sebesar apa pun ambisi dan keinginanmu, engkau tidak bisa menjadi manusia super atau manusia dengan kekuatan khusus. Sekalipun engkau menghancurkan dirimu sendiri hingga kehilangan seluruh keserupaanmu dengan manusia, engkau tidak bisa menjadi manusia super atau manusia berkekuatan khusus. Karier apa pun yang seharusnya dimiliki seseorang dalam hidup telah ditentukan dari sejak semula oleh Tuhan. Jika engkau tidak hidup berdasarkan hukum dan aturan yang dirumuskan oleh Tuhan, tetapi malah memilih perkataan jahat Iblis yang licik dan menipu serta berusaha menjadi manusia super atau manusia dengan kekuatan khusus, engkau akan harus mengalami siksaan dan mati. Dengan kata lain, jika engkau memilih untuk menerima dirimu dihancurkan, diinjak-injak, dan dirusak oleh Iblis, semua yang kautanggung adalah akibat dari perbuatanmu sendiri, itulah yang pantas kauterima, dan itu atas kemauanmu sendiri. Ada orang-orang yang mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, gagal dua atau tiga kali, dan akhirnya menjadi gila karena tidak pernah berhasil lulus. Apakah ini akibat dari perbuatan mereka sendiri? Mengapa engkau ingin mengikuti ujian masuk perguruan tinggi? Bukankah itu hanya untuk menjadi orang yang lebih unggul daripada orang lain dan membawa kehormatan bagi keluargamu? Jika engkau meninggalkan kedua tujuan ini, yaitu menjadi lebih unggul daripada orang lain dan membawa kehormatan bagi keluargamu, serta tidak mengejar hal-hal ini, tetapi beralih ke tujuan yang benar, bukankah tekanan itu akan lenyap? Jika engkau menerima dirusak oleh Iblis, dan jika engkau menerima semua pemikiran dan pandangan darinya, maka tubuhmu harus menanggung segala macam penderitaan, dan itu adalah hal yang pantas kauterima! Konsekuensi ini adalah pilihanmu sendiri dan akibat perbuatanmu sendiri. Itu tidak ditentukan dari sejak semula oleh Tuhan. Tuhan tidak membuatmu hidup seperti itu. Firman Tuhan telah menjelaskan segalanya secara gamblang, dan engkaulah yang tidak melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan. Tubuh, tekad, dan kemampuan mental manusia ada batasnya, tetapi manusia itu sendiri tidak menyadarinya dan berpikir sebaliknya, dan bahkan berkata bahwa nasib mereka berada di tangan mereka sendiri, tetapi pada akhirnya mereka tidak berhasil meraih takdir mereka, dan malah mati dengan menyedihkan dan tragis. Bagaimana ini bisa disebut orang mengendalikan nasibnya sendiri? Dengan cara seperti inilah Iblis menggunakan segala macam pemikiran keliru dan segala macam ajaran sesat dan pernyataan yang salah untuk merusak manusia. Manusia sendiri tidak mengetahui hal ini, dan bahkan merasa nyaman dengan hal tersebut, berpikir, "Masyarakat terus mengalami kemajuan, kita harus mengikuti perkembangan zaman dan menerima semua energi positif itu." Semua ini sepenuhnya adalah perkataan setan. Bagaimana mungkin ada energi positif di dunia orang-orang tidak percaya yang jahat? Semua itu adalah energi negatif, semua itu bagaikan kanker, dan semua itu adalah bom waktu. Jika engkau menerima hal-hal ini, engkau akan harus menanggung akibatnya, dan engkau akan harus disiksa dan dihancurkan oleh Iblis. Inilah akibat dari tidak mengejar kebenaran. Kesudahan baik seperti apa yang dapat diperoleh jika engkau mengikuti Iblis? Iblis akan melakukan apa pun untuk meracunimu dan memasukkan racun ke dalam dirimu. Tuhan menyelamatkanmu; Iblis merusakmu. Tuhan menyembuhkan penyakitmu; Iblis memasukkan racun ke dalam dirimu untuk membuatmu sakit. Makin banyak racun yang kauterima dari Iblis, makin sulit bagimu untuk menerima kebenaran. Memang seperti itulah adanya. Mari kita akhiri persekutuan kita mengenai topik tentang apa arti kebenaran. Selanjutnya, kita akan mempersekutukan topik yang lain.
Analisis tentang Antikristus yang Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Mereka bahkan Menjual Kepentingan Tersebut, Memperdagangkannya untuk Memperoleh Kemuliaan Pribadi
I. Apa Saja Kepentingan Tuhan dan Apa Saja Kepentingan Manusia
Kali ini kita akan mempersekutukan bab kesembilan dari berbagai perwujudan antikristus: Mereka melakukan tugas mereka hanya untuk membeda kan diri mereka sendiri dan memuaskan kepentingan dan ambisi mereka sendiri; mereka tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan mereka bahkan menjual kepentingan itu, memperdagangkannya untuk memperoleh kemuliaan pribadi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering kali mengutamakan kepentingan Tuhan dan rumah Tuhan. Namun, ada orang-orang yang sering kali cenderung tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, tetapi mengutamakan kepentingan mereka sendiri dalam segala sesuatu. Orang-orang ini sangat egois. Selain itu, dalam hal menangani urusan, mereka sering kali melindungi kepentingan mereka sendiri hingga merugikan kepentingan rumah Tuhan, sampai-sampai mereka bahkan akan cenderung meminta dari rumah Tuhan secara berbelit-belit agar dapat memuaskan keinginan mereka sendiri. Apa kata kuncinya di sini? Apa yang terutama dibahas di sini? (Kepentingan.) Apa yang dimaksud dengan "kepentingan"? Apa sajakah yang termasuk dalam istilah ini? Apa yang orang anggap sebagai kepentingan manusia? Apa sajakah yang termasuk kepentingan manusia? Status, reputasi, dan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan materi. Sebagai contoh, ketika seseorang menyesatkan orang lain agar mengagumi dan memuja dirinya, dia sedang mengejar kepentingan psikologisnya sendiri; ada juga kepentingan materi, yang orang kejar dengan memanfaatkan orang lain, mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri, atau mencuri milik rumah Tuhan, sebagai contoh. Yang selalu dicari ankristus hanyalah keuntungan mereka sendiri. Entah mereka sedang mengejar kepentingan psikologis atau materi, antikristus itu serakah dan tidak pernah puas, dan mereka akan berusaha mengambil semua ini untuk diri mereka sendiri. Hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan seseorang adalah hal-hal yang paling menyingkapkan diri mereka. Kepentingan berkaitan erat dengan kehidupan setiap orang, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang setiap harinya melibatkan kepentingan mereka. Sebagai contoh, ketika engkau mengatakan sesuatu atau membicarakan suatu hal, kepentingan apa yang terlibat di dalamnya? Ketika dua orang membicarakan masalah tertentu, itu adalah masalah tentang siapa yang fasih bicara dan siapa yang tidak fasih bicara, siapa yang dihormati oleh orang lain dan siapa yang dipandang rendah oleh orang lain, dan itu juga adalah masalah tentang konsekuensi yang berbeda-beda dari cara berbicara mereka yang berbeda. Bukankah ini masalah kepentingan? Jadi, apa yang orang lakukan saat masalah-masalah seperti ini menimpa mereka? Orang-orang berupaya sebaik mungkin untuk pamer, memutar otak mereka untuk mengatur kata-kata mereka agar dapat menjelaskan hal-hal itu dengan jelas, dan agar perkataan tersebut diungkapkan dengan lebih elegan, dan terdengar lebih menyenangkan, serta juga ber kesan terstruktur, dan meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri orang-orang. Menggunakan pendekatan ini, menggunakan kefasihan, otak, dan pengetahuan untuk memenangkan hati orang lain dan memberikan kesan yang mendalam terhadap mereka, ini adalah semacam kepentingan. Aspek lain apa sajakah yang juga ada dalam kepentingan yang orang kejar? Saat melakukan urusan mereka, orang-orang terus-menerus menimbang-nimbang menghitung, dan merenungkannya dalam pikiran mereka, memutar otak untuk memikirkan tindakan apa yang ada dalam kepentingan mereka, tindakan apa yang tidak ada dalam kepentingan mereka, tindakan apa yang dapat memajukan kepentingan mereka, tindakan apa yang setidaknya tidak merugikan kepentingan mereka, dan tindakan-tindakan apa yang dapat memberikan kemuliaan terbesar dan keuntungan materi terbesar kepada mereka, dan mengubah mereka menjadi penerima manfaat terbesar. Inilah dua kepentingan yang orang perjuangkan setiap kali ada masalah yang menimpa mereka. Kepentingan yang orang kejar berfokus pada dua aspek ini dan tidak lebih dari itu: di satu sisi, memperoleh keuntungan materi, atau setidak-tidaknya tidak merugi, dan mengambil keuntungan dari orang lain; di sisi lain, secara psikologis, membuat orang lain menghormati dan mengagumi mereka, serta memenangkan hati orang. Terkadang, agar dapat memperoleh kekuasaan dan status, orang bahkan mampu melepaskan kepentingan materi —yakni, mereka mau mengalami kerugian kecil—untuk kemudian mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan orang lain. Singkatnya, hal-hal yang berkaitan dengan reputasi orang, status, kemuliaan, dan hal-hal materi ini, semuanya termasuk dalam kategori kepentingan manusia, dan semuanya adalah kepentingan yang mereka kejar.
Apa natur dari pengejaran manusia akan kepentingan-kepentingan ini? Mengapa manusia mengejar hal-hal ini? Apakah mengejarnya dapat dibenarkan? Apakah itu masuk akal? Apakah hal ini sesuai dengan tuntutan Tuhan terhadap manusia? Apakah ini standar yang Tuhan tuntut dari makhluk ciptaan? Dalam firman Tuhan, apakah Dia menyebutkan bahwa "engkau semua harus mengejar kepentinganmu sendiri dan memaksimalkan kepentinganmu sendiri. Jangan mengorbankan kepentinganmu sendiri hanya karena engkau percaya kepada Tuhan dan melaksanakan sebuah tugas. Engkau semua harus menghargai status, reputasi, dan kekuasaanmu, serta melindungi hal-hal ini dengan segala cara. Jika Tuhan memberimu status, engkau harus menghargainya dan mengubahnya menjadi kemuliaanmu, bukan mengubahnya menjadi rasa malumu. Ini adalah amanat Tuhan kepadamu". Pernahkah Tuhan mengatakannya? (Tidak.) Karena tidak ada hal semacam itu dalam firman Tuhan, lalu apa yang Tuhan tuntut dari makhluk ciptaan di dalam hati-Nya? Bagaimana tuntutan Tuhan terhadap manusia dalam memperlakukan kepentingan? Di satu sisi, Tuhan ingin manusia melepaskan kepentingan mereka. Ini adalah pernyataan yang umum. Selain itu, Tuhan memberikan jalan penerapan yang tepat kepada manusia dalam jauh lebih banyak aspek, memberi tahu manusia bagaimana cara mereka berperilaku agar mereka menempuh jalan yang seharusnya mereka tempuh, bagaimana seharusnya melakukan penerapan sebagai makhluk ciptaan, pandangan dan sikap apa yang harus manusia miliki terhadap hal-hal materi, ketenaran dan keuntungan, serta bagaimana mereka harus memilih. Jelaslah bahwa meskipun firman Tuhan tidak secara langsung memberi tahu manusia cara memperlakukan kepentingan, yang tersirat dalam firman-Nya juga mengungkapkan apa tepatnya pandangan Tuhan terhadap kepentingan manusia yang rusak, dan memperjelas bahwa manusia harus mengesampingkan pandangan mereka sendiri, bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, berperilaku berdasarkan posisi mereka sebagai makhluk ciptaan, dan tetap berada di posisi mereka. Dalam hati Tuhan, apakah Dia dengan sengaja membuat manusia kehilangan kepentingan mereka dengan menuntut mereka untuk bertindak seperti ini? Sama sekali tidak. Ada orang-orang yang berkata, "Di dalam gereja, selalu ada pembahasan tentang kepentingan rumah tuhan dan kepentingan gereja, tetapi mengapa tidak ada yang membahas tentang kepentingan kami? Siapa yang menjaga kepentingan kami? Bukankah kami juga seharusnya memiliki hak asasi manusia? Kami juga seharusnya diberi sedikit keuntungan. Mengapa kami tidak diberikan sedikit keuntungan? Mengapa semua kepentingan adalah milik tuhan? Bukankah tuhan juga egois?" Mengatakan ini adalah tindakan yang memberontak dan pengkhianatan yang ekstrem. Jelas sekali, ini adalah perkataan yang salah. Seseorang yang memiliki kemanusiaan tentu saja tidak boleh mengatakannya, hanya para setan yang berani mengatakan segala macam hal yang bersifat memberontak. Orang lain berkata, "Tuhan selalu memerintahkan manusia agar tidak memikirkan kepentingan pribadi mereka. Dia selalu berkata agar orang jangan membuat rencana demi kepentingan mereka sendiri. Orang ingin terlihat menonjol dengan melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu yang membuat semua orang memuja mereka. Tuhan berkata ini adalah ambisi. Manusia ingin memperjuangkan kepentingan mereka sendiri, makan makanan enak, menikmati hidup, mendambakan kenyamanan daging, dan hidup terhormat di antara umat manusia. Tuhan berkata bahwa manusia hanya memuaskan kepentingan mereka sendiri dengan cara seperti ini, dan harus mengesampingkannya. Jika kita mengesampingkan semua kepentingan ini, bagaimana kita bisa hidup dengan lebih baik?" Jika manusia tidak memahami maksud Tuhan, mereka akan selalu bertentangan dengan tuntutan Tuhan, dan mereka akan selalu berselisih dengan Tuhan mengenai hal-hal ini. Ini sama seperti beberapa orang tua yang telah bekerja keras selama separuh hidup mereka untuk membesarkan anak-anak mereka dan sangat lelah hingga mereka mengidap segala macam penyakit. Para orang tua khawatir tubuh mereka akan sakit dan tidak ada siapa pun yang dapat menyokong anak-anak mereka, jadi mereka membeli beberapa produk kesehatan. Anak-anak mereka tidak tahu apa-apa dan ketika melihat produk-produk ini, mereka berkata, "Sudah beberapa tahun aku bahkan belum membeli baju baru, mengapa kau masih bisa membeli produk kesehatan? Kau seharusnya menabung uang itu untuk biaya kuliahku." Apakah ucapan ini menyakiti perasaan orang tua? Orang tua melakukan semua ini bukan demi kepentingan mereka sendiri, dan bukan karena mereka ingin menikmati kenyamanan daging, atau karena mereka ingin hidup lebih lama dan lebih nyaman serta ikut menikmati keberuntungan anak-anak mereka di masa depan. Bukan karena alasan-alasan ini. Untuk apa mereka membeli produk kesehatan? Mereka melakukannya demi anak-anak mereka. Anak-anak tidak memahami hal ini dan bahkan menyalahkan orang tua mereka. Bukankah ini berbahaya? (Ya.) Jika anak-anak tidak memahami maksud orang tua mereka, mereka mungkin akan berkonflik dengan orang tua mereka, bahkan sampai menimbulkan perselisihan, dan menyakiti perasaan orang tua mereka. Jadi, apakah engkau semua memahami hati Tuhan? Ini adalah hal tentang memahami kebenaran. Mengapa tindakan manusia berupa memuaskan kepentingan dan ambisi mereka dikutuk oleh Tuhan? Apakah Tuhan itu egois? Apakah Tuhan memerintahkan manusia agar tidak mengejar kepentingan pribadi adalah agar manusia menjadi miskin dan menyedihkan? (Tidak.) Tentu saja tidak. Tuhan ingin manusia menjadi baik, dan Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia agar dapat menganugerahkan berkat kepada manusia dan membawa manusia ke tempat tujuan yang indah. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah agar manusia memperoleh kebenaran dan memperoleh hidup, sehingga mereka memenuhi syarat untuk menerima janji dan berkat Tuhan. Namun, manusia telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis dan memiliki watak yang rusak, serta harus mengalami penderitaan yang sangat besar agar dapat memperoleh kebenaran dan hidup. Jika setiap orang mengejar kepentingan pribadi dan ingin menjalani kehidupan yang baik untuk memuaskan keinginan daging yang berlebihan, tetapi tidak berupaya untuk mengejar kebenaran, apa yang akan menjadi konsekuensinya? Mereka tidak akan mampu memperoleh kebenaran, dan tidak dapat disucikan serta diselamatkan. Apa akibatnya jika mereka tidak diselamatkan? Mereka semua harus mati dalam bencana. Apakah ini saatnya untuk menikmati kenikmatan daging? Tidak. Siapa pun yang tidak memperoleh kebenaran harus mati. Oleh karena itu, Tuhan menuntut manusia untuk melepaskan kepentingan daging mereka dan mengejar kebenaran. Ini demi manusia, ini demi kehidupan mereka, dan demi keselamatan mereka. Begitu manusia memperoleh kebenaran dan diselamatkan, janji dan berkat Tuhan akan datang kapan saja. Berkat yang Tuhan anugerahkan kepada manusia entah berapa ratus atau ribuan kali lipat lebih besar daripada kenikmatan daging yang manusia bayangkan. Mengapa orang tidak bisa melihatnya? Apakah semua orang buta terhadapnya? Jika demikian, mengapa Tuhan selalu menuntut manusia agar mengesampingkan kepentingan mereka sendiri dan membela kepentingan Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan? Siapa yang bisa menjelaskan hal ini? (Tuhan menuntut manusia untuk mengesampingkan kepentingan pribadi karena manusia telah dirusak oleh Iblis, dan kepentingan mereka tidak sesuai dengan kebenaran. Dengan menuntut manusia untuk membela kepentingan rumah Tuhan, Tuhan sedang mengajari manusia cara berperilaku. Hal ini juga karena semua pekerjaan yang Tuhan lakukan adalah untuk menyelamatkan manusia, dan jika seseorang tidak tahu bagaimana cara membela kepentingan rumah Tuhan, dia tidak layak disebut manusia.) Ada beberapa hal nyata dalam perkataanmu. (Aku ingin menambahkan sesuatu. Dahulu aku terobsesi dengan ketenaran, keuntungan, dan status. Aku merasa bahwa aku memiliki beberapa karunia dan seharusnya dipromosikan menjadi pengawas. Namun, setiap kali pemilihan tiba, aku kalah, dan dalam hatiku, aku menyalahkan Tuhan. Mengapa Tuhan tidak mengabulkan satu permintaan kecil ini? Belakangan, setelah mengalami beberapa kegagalan, aku kemudian membaca firman Tuhan dan merenungkan diriku sendiri, lalu menyadari bahwa aku sering kali merasa iri dan berselisih karena mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, serta tidak bekerja sama secara harmonis dengan saudara-saudariku. Aku bukan saja tidak mengalami kemajuan apa pun dalam hidupku, tetapi aku juga menyebabkan beberapa kerugian pada pekerjaan rumah Tuhan. Lalu, a ku mulai menyadari bahwa mengejar ketenaran, keuntungan, dan kepentingan pribadi bukanlah pandangan hidup yang benar atau tujuan yang benar untuk dikejar, itu adalah pandangan keliru yang Iblis tanamkan dalam diri manusia untuk menyesatkan mereka, dan pengejaran semacam itu sangat berbahaya. Tuhan memberi tahu manusia agar tidak mengejar ketenaran, keuntungan, dan status bukan karena Dia ingin mempersulit mereka, atau karena Dia ingin bersikap keras terhadap mereka, tetapi karena ini adalah jalan yang sangat berbahaya, dan pengejaran seperti itu hanya akan membuat orang berakhir dengan tangan kosong.) Dengan berkata "tangan kosong" dan "sangat berbahaya", menurut engkau semua, apa bahaya yang Dia maksudkan? Apakah ini hanya masalah berakhir dengan tangan kosong dan hanya itu? Jalan macam apakah ini? (Jalan menuju kehancuran.) Pengejaran ini adalah jalan yang menentang Tuhan. Itu bukan mengejar kebenaran, melainkan mengejar status dan gengsi. Ini artinya sedang menempuh jalan antikristus. Betapapun dibenarkannya keinginan dan cita-citamu, yang Tuhan inginkan bukanlah ini, bukan pengejaran yang seperti ini. Tuhan tidak ingin engkau mengejar dengan cara ini. Jika engkau bersikeras untuk berpaut pada jalanmu sendiri, kesudahan akhirmu tidak hanya berakhir dengan tangan kosong, tetapi engkau juga akan menempuh jalan yang menentang Tuhan. Apa bahayanya? Engkau akan menentang Tuhan, menyerang Tuhan dan melawan-Nya, serta dan berdiri di sisi yang berlawanan dengan Tuhan, dan hasilnya adalah kehancuran. Ada yang mau menambahkan? (Tuhan, aku ingin menambahkan sesuatu. Baru saja Tuhan bertanya, mengapa Tuhan tidak ingin manusia membela kepentingan mereka sendiri, tetapi sebaliknya membela kepentingan rumah Tuhan? Menurut pemahamanku, Tuhan menciptakan segala sesuatu, dan segala sesuatu berasal dari Tuhan. Segala sesuatu yang Tuhan ciptakan adalah untuk manusia. Apa pun yang Tuhan lakukan—termasuk Dia menjadi daging dua kali untuk melakukan semua pekerjaan ini, dan termasuk semua pekerjaan mendirikan gereja ini—semua itu sebenarnya demi menyelamatkan manusia. Setelah manusia percaya kepada Tuhan, mulai menjalani kehidupan bergereja, dan mampu melaksanakan tugas mereka, barulah mereka memiliki jalan keselamatan. Oleh karena itu, permintaan Tuhan terhadap kita untuk mengesampingkan kepentingan pribadi bukanlah kerugian, karena kita sendirilah yang pada akhirnya mendapatkan manfaat dari membela kepentingan Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan.) Bagus sekali. Arti umum dari apa yang telah kaupersekutukan pada dasarnya benar. Ada orang-orang yang berbicara tentang pengalaman pribadi mereka, dan orang lain membicarakannya dari perspektif teoretis. Pada dasarnya, yang kaupahami adalah bahwa kepentingan Tuhan sah dan kepentingan manusia tidak sah. Hanya kepentingan Tuhan yang dapat disebut kepentingan, sedangkan kepentingan manusia tidak boleh ada. Secara khusus, "kepentingan manusia"—frasa ini, ungkapan ini, fakta ini—bukanlah sesuatu yang seharusnya orang nikmati. Kepentingan Tuhan lebih utama dibanding semuanya dan harus dibela. Pada dasarnya, inilah yang kaupahami. Dengan kata lain, orang harus memiliki tanggung jawab untuk membela kepentingan Tuhan dan harus memperlakukan kepentingan Tuhan dengan benar, sedangkan kepentingan manusia harus dianggap hina dan dikesampingkan, karena kepentingan manusia tidak begitu mulia. Dari sudut pandang manusia—karena pada dasarnya manusia memiliki watak yang rusak, dan di dalam hatinya, mereka dicemari dengan watak yang rusak—semua kepentingan manusia, dilihat dari sudut pandang mana pun, dan baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, semuanya termasuk dalam kategori tidak sah. Oleh karena itu, mampu atau tidaknya manusia mengesampingkannya, mereka sudah secara subjektif menyadari bahwa kepentingan manusialah yang harus dikesampingkan, dan bahwa kepentingan Tuhan-lah yang harus diperjuangkan dan dibela. Ada kesepakatan mengenai hal ini. Kini setelah kita mencapai kesepakatan, mari kita mempersekutukan apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepentingan Tuhan.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepentingan Tuhan? Dapatkah kepentingan Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, dan kepentingan gereja semuanya disamakan? Dapat dikatakan bahwa "Tuhan" adalah sebuah gelar, dan sekaligus sinonim untuk esensi Tuhan. Bagaimana dengan "rumah Tuhan" dan "gereja"? Rumah Tuhan cakupannya agak luas, sedangkan gereja lebih spesifik. Dapatkah kepentingan Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, dan kepentingan gereja disamakan? (Tidak.) Ada orang-orang yang berkata bahwa ketiganya tidak dapat disamakan, tetapi sebenarnya dapatkah itu di samakan? Apakah ketetapan administratif rumah Tuhan, ketetapan administratif gereja, dan ketetapan administratif yang diumumkan oleh Tuhan adalah hal yang sama? (Ya.) Ketiga-tiganya adalah hal yang sama. Dari sudut pandang ini, kepentingan ketiganya dapat disamakan. Rumah Tuhan ada karena adanya Tuhan beserta umat pilihan-Nya, dan gereja pun ada karena adanya umat pilihan dari rumah Tuhan ini. Gereja adalah "unit subordinat" yang lebih spesifik dari rumah Tuhan. Rumah Tuhan adalah istilah yang lebih luas, sedangkan gereja lebih spesifik. Dapatkah kepentingan Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, dan kepentingan gereja disamakan? Apakah menurut engkau semua ketiganya harus disamakan? Engkau tidak tahu? Jika demikian, mari kita coba menyamakannya terlebih dahulu untuk menganalisisnya. Sebagai contoh, kemuliaan Tuhan adalah kepentingan Tuhan. Bolehkah dikatakan bahwa itu adalah kemuliaan rumah Tuhan? (Tidak boleh.) Tidak boleh. Rumah Tuhan hanyalah sebuah nama, itu tidak merepresentasikan esensi Tuhan. Bolehkah dikatakan bahwa kemuliaan Tuhan adalah kemuliaan gereja? (Tidak boleh.) Jelas sekali, itu juga tidak boleh. Kemuliaan gereja adalah kemuliaan semua saudara-saudari. Menyamakannya dengan kemuliaan Tuhan adalah tindakan yang keterlaluan. Manusia tidak mampu menanggung kemuliaan ini, begitu pun rumah Tuhan ataupun gereja. Dari sudut pandang ini, dapatkah kepentingan Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, dan kepentingan gereja disamakan? (Tidak, tidak bisa.) Tidak, tidak bisa. Dari sudut pandang lain, dapatkah sebagian pekerjaan yang Tuhan lakukan, sebagian pekerjaan rumah Tuhan, dan sebagian pekerjaan gereja disamakan? Sebagai contoh, Tuhan memerintahkan manusia untuk memberitakan Injil dan menyebarluaskan firman Tuhan. Ini adalah maksud Tuhan, dan juga merupakan amanat Tuhan kepada manusia. Ketika amanat ini diberikan kepada rumah Tuhan, dapatkah pekerjaan ini disamakan dengan rencana pekerjaan Tuhan? Yang Tuhan amanatkan juga merupakan bagian dari pekerjaan-Nya, dan bagian spesifik ini dapat disamakan dengan rencana pekerjaan Tuhan. Ketika amanat ini kemudian diberikan kepada gereja, dapatkah amanat ini disamakan dengan pekerjaan Tuhan? (Ya.) Ya, dapat disamakan. Salah satu dari dua contoh ini melibatkan sesuatu dari esensi Tuhan, di mana dalam hal ini, Tuhan, rumah Tuhan, dan gereja, tidak dapat disamakan. Contoh lainnya melibatkan pekerjaan yang Tuhan lakukan, amanat Tuhan, dan secara lebih spesifik, tuntutan Tuhan terhadap semua orang. Hal-hal ini dapat disamakan. Jika menyangkut hal-hal yang melibatkan kemuliaan Tuhan, identitas Tuhan, esensi Tuhan, dan kesaksian Tuhan, dapatkah Tuhan, rumah Tuhan, dan gereja disamakan? (Tidak.) Rumah Tuhan dan gereja tidak dapat memiliki kesaksian dan kemuliaan ini, dan tidak dapat disamakan dengan Tuhan, tetapi jika menyangkut masalah pekerjaan tertentu atau tugas tertentu, ketiganya dapat disamakan. Sebelumnya, kita telah mempersekutukan kepentingan rumah Tuhan dan gereja, yang telah banyak kita bahas. Hari ini, kita akan berfokus pada persekutuan tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepentingan Tuhan, dan apa sebenarnya hal-hal yang tidak diketahui manusia, yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia, dan yang berkaitan erat dengan Tuhan serta dianggap sebagai kepentingan Tuhan. Baik itu berupa kata benda, perkataan, maupun sesuatu yang berkaitan dengan esensi dan identitas Tuhan, hal-hal apa sajakah yang menjadi kepentingan Tuhan? (Kemuliaan Tuhan.) Kemuliaan Tuhan pastinya adalah kesaksian yang Tuhan peroleh dari manusia. Apa lagi? Pekerjaan Tuhan, rencana pengelolaan Tuhan, nama Tuhan, kesaksian Tuhan, identitas Tuhan, dan status Tuhan, semua ini adalah kepentingan-Nya. Bagi Tuhan, apa hal paling berharga yang ingin Dia lindungi? Apakah nama Tuhan, kemuliaan Tuhan, kesaksian Tuhan, atau identitas dan status Tuhan? Apa sebenarnya yang ingin Dia lindungi? Rencana pengelolaan Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia adalah hal paling berharga yang Tuhan ingin lindungi. Rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun adalah seluruh rencana pekerjaan Tuhan dalam periode 6.000 tahun ini. Bagi Tuhan, ini adalah hal yang terpenting. Dapat dikatakan bahwa inilah kepentingan Tuhan yang dapat dilihat oleh mata makhluk ciptaan. Apa yang kurang lebih mampu dipahami manusia tentang kepentingan Tuhan, dan apa yang seharusnya dipahami manusia, pada dasarnya berhenti sampai di situ. Selanjutnya, mari kita membahas tentang kepentingan rumah Tuhan. Jika menyangkut kepentingan rumah Tuhan, selain membela nama Tuhan, kemuliaan Tuhan, dan kesaksian Tuhan, apa lagi yang telah Tuhan amanatkan untuk dibela oleh umat manusia? (Rencana pengelolaan Tuhan.) Benar, amanat terbesar Tuhan kepada umat manusia adalah kepentingan terbesar rumah Tuhan. Jadi apa kepentingan ini? Rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun harus dilaksanakan di antara umat manusia, dan ini tentu saja mencakup segala macam aspek. Jadi, apa saja yang tercakup di dalamnya? Rencana pengelolaan Tuhan mencakup pendirian dan pembentukan gereja, serta dihasilkannya para pemimpin dan pekerja di semua tingkatan gereja, sehingga berbagai tugas gereja dan pekerjaan pemberitaan Injil dapat berjalan tanpa hambatan. Semua ini melibatkan kepentingan gereja. Ini adalah hal-hal terpenting dalam kepentingan Tuhan, rumah Tuhan, dan gereja, yang sering kita bicarakan. Agar pekerjaan Tuhan tersebar luas, agar rencana pengelolaan Tuhan berjalan tanpa halangan, agar maksud dan kehendak Tuhan terlaksana tanpa halangan di antara umat manusia, dan agar firman Tuhan menyebar, tersebar luas, dan makin luas diberitakan di antara umat manusia, sehingga lebih banyak orang datang ke hadapan Tuhan. Inilah tujuan dan inti dari seluruh pekerjaan Tuhan. Dengan demikian, apa pun yang menyangkut kepentingan rumah Tuhan dan kepentingan gereja tentu saja harus melibatkan kehendak Tuhan dan rencana pengelolaan Tuhan. Secara spesifik, itu adalah masalah apakah, pada setiap zaman dan pada setiap tahap, pekerjaan Tuhan dapat berjalan tanpa halangan dan dapat tersebar luas, dan apakah pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan lancar dan mengalami kemajuan dengan lancar di antara manusia. Jika semua ini berjalan dengan normal, kepentingan rumah Tuhan dan gereja akan terlindungi, dan kemuliaan Tuhan serta kesaksian Tuhan akan terlindungi. Jika pekerjaan Tuhan di dalam rumah Tuhan dan di dalam gereja terhalang dan tidak dapat berjalan tanpa halangan, serta maksud Tuhan dan rencana pekerjaan Tuhan terhalang, kepentingan rumah Tuhan dan gereja pasti akan sangat dirugikan. Hal-hal ini semuanya berkaitan. Dengan kata lain, jika kepentingan rumah Tuhan dan gereja sangat dirugikan atau terhalang, rencana pengelolaan Tuhan pasti akan mengalami hambatan serius, dan kepentingan Tuhan juga akan sangat dirugikan.
Setelah selesai bersekutu tentang apa saja kepentingan Tuhan, selanjutnya mari kita membahas tentang apa yang dimaksud dengan kepentingan manusia. Kita baru saja membahas sedikit tentang kepentingan manusia. Sekarang, mari kita membahas tentang esensi kepentingan manusia dalam hal definisinya dan menentukan naturnya. Mengapa Tuhan menuntut manusia untuk mengesampingkan kepentingan mereka? Bukankah manusia memiliki hak ini? Bukankah Tuhan memberikan hak ini kepada manusia? Bukankah manusia berhak mendapatkan hak tersebut? Bukankah demikian? Berdasarkan beberapa aspek dari kepentingan manusia yang baru saja kita bahas, untuk apa manusia mengejar kepentingan? (Untuk diri mereka sendiri.) "Untuk diri mereka sendiri" adalah sebuah pernyataan umum. Siapakah diri mereka sendiri itu? (Para i blis.) Jika orang memahami kebenaran dan mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan mereka mencapai perubahan watak, diselamatkan, serta mengejar apa yang mereka inginkan, bukankah pengejaran ini akan harmonis dengan Tuhan? Namun, sebelum mengalami perubahan dan diselamatkan, satu-satunya hal yang orang kejar hanyalah ketenaran dan keuntungan, tak terhitung banyaknya aspek yang berhubungan dengan daging; hal-hal ini sangat bermusuhan dan bertentangan dengan kebenaran, suatu pelanggaran terhadap kebenaran yang sangat bertolak belakang dengan kebenaran. Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan bahwa mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk menonjolkan diri, pamer, membuat orang mengagumi mereka, mencapai kepentingan mereka sendiri, dan pelaksanaan tugas mereka bukanlah untuk tunduk kepada Tuhan atau memuaskan-Nya, melainkan untuk memperoleh ketenaran, keuntungan, dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang di luarnya terlihat sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mereka sebenarnya mengejar ketenaran, keuntungan, dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membentuk kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengacaukan, mengganggu, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat pengejaran mereka akan ketenaran, keuntungan, dan status? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan secara normal dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan gangguan, kerusakan, dan kehancuran. Inilah akibatnya jika orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan bahwa mereka sedang menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan ketenaran, keuntungan, dan status, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena ketika mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, orang mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam makan dan minum firman Tuhan, memahami kebenaran, dan memperoleh keselamatan dari Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Saat orang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi ketenaran, keuntungan, dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah pengacauan dan gangguan terhadap pekerjaan Tuhan, dan terutama mengakibatkan terhalangnya penyebaran Injil Kerajaan dan pelaksanaan kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan ketenaran, keuntungan, dan status. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti ketenaran, keuntungan, dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran keluar bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif. Jika seseorang yang mengejar kebenaran mampu memikirkan maksud Tuhan dan beban-Nya. Ketika mereka melaksanakan tugas, mereka menjunjung tinggi pekerjaan gereja dalam segala hal. Mereka mampu meninggikan Tuhan dan bersaksi tentang Tuhan, mereka membawa manfaat bagi saudara-saudari, dan menyokong mereka, serta membekali mereka, dan Tuhan menerima kemuliaan dan kesaksian, yang mempermalukan Iblis. Sebagai hasil dari pengejaran mereka, Tuhan mendapatkan makhluk ciptaan yang benar-benar mampu takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan yang mampu menyembah Tuhan; dan sebagai hasil dari pengejaran mereka juga, kehendak Tuhan dilaksanakan. Di mata Tuhan, pengejaran semacam itu adalah pengejaran yang positif, itu murni dan jujur. Pengejaran semacam itu sangat bermanfaat bagi umat pilihan Tuhan, serta sepenuhnya bermanfaat bagi pekerjaan gereja, itu memajukan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan gereja, dan diperkenan oleh Tuhan.
Selanjutnya, kita akan bersekutu tentang kepentingan Tuhan, kepentingan rumah Tuhan, dan kepentingan gereja. Sekarang kita tidak akan membahas apakah bisa ada kesamaan antara ketiga kepentingan tersebut, yaitu ketika membahas tentang kepentingan yang satu, apakah bisa disamakan dengan kepentingan yang lain atau tidak. Mari kita membahas terlebih dahulu tentang kepentingan Tuhan. Aku baru saja menyebutkan bahwa kepentingan Tuhan mencakup kemuliaan Tuhan, kesaksian Tuhan, nama Tuhan, dan yang terpenting, rencana pengelolaan Tuhan dan penyebarluasan pekerjaan Tuhan, yang merupakan hal terbesar dan terpenting bagi Tuhan. Untuk sekarang ini, kita tidak akan membahas tentang kemuliaan Tuhan, nama Tuhan, dan kesaksian Tuhan, yang sangat jauh dari manusia. Mari kita membahas terlebih dahulu tentang pekerjaan Tuhan. Apa pekerjaan yang sebenarnya sedang Tuhan lakukan? Apa isi pekerjaan Tuhan? Apa natur pekerjaan Tuhan? Apa hasil pekerjaan Tuhan bagi umat manusia? Apa sebenarnya dampaknya terhadap manusia? Mari kita membahas hal ini terlebih dahulu. Jadi, apa sebenarnya pekerjaan Tuhan itu? (Menyelamatkan manusia.) Topik ini tidak dapat berubah, tujuan pekerjaan tersebut tidak dapat berubah, yaitu untuk menyelamatkan manusia, yang berada di bawah kuasa Iblis dan telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis. Pekerjaan ini adalah untuk menyelamatkan sekelompok orang yang telah dirusak oleh Iblis sampai pada taraf tidak memiliki keserupaan apa pun dengan manusia, sekelompok orang yang dipenuhi dengan watak rusak Iblis, dan dipenuhi dengan watak yang menentang Tuhan, agar dapat membuat mereka berubah sehingga mereka memiliki keserupaan dengan manusia, dan untuk membuat mereka memahami kebenaran, serta memahami dan mengerti apa yang adil dan apa yang tidak adil, apa yang positif dan apa yang negatif, serta bagaimana manusia seharusnya hidup agar dapat hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati, serta posisi apa yang harus mereka ambil agar mereka dapat berada pada posisi yang telah Tuhan tentukan bagi manusia sejak semula. Inilah isi pekerjaan Tuhan yang mendasar, dan engkau semua mengetahuinya pada tingkat teoretis. Jika engkau benar-benar memahami maksud Tuhan, engkau seharusnya mengetahui apakah Tuhan menghakimi manusia agar dapat menghukum dan membinasakan mereka, atau agar dapat menyucikan dan menyempurnakan mereka, dan apakah Tuhan menghakimi dan menghajar manusia untuk mendorong mereka ke dalam lubang api yang menyala-nyala, atau untuk menyelamatkan mereka dan membawa mereka ke dalam terang. Kita semua dapat melihat bahwa Tuhan mengungkapkan begitu banyak kebenaran, menyingkapkan berbagai keadaan manusia yang rusak, mengoreksi penyimpangan dalam iman mereka dan gagasan mereka tentang iman, serta menuntun manusia untuk memahami kebenaran dan hidup berdasarkan firman Tuhan, serta hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati, dan bahwa beberapa hasil telah dicapai oleh umat pilihan Tuhan. Tuhan menyingkapkan watak congkak manusia dan menghalangi mereka agar tidak menjadi manusia super atau tokoh besar, memungkinkan mereka untuk menjadi makhluk ciptaan sejati dan manusia yang berhati nurani dan bernalar; Tuhan menyingkapkan esensi munafik orang Farisi, membantu manusia melihat wajah munafik orang Farisi, dan membawa manusia ke dalam kenyataan kebenaran firman Tuhan; Tuhan menyingkapkan budaya tradisional yang tidak masuk akal dan belenggu yang mengikat manusia serta kerugian yang diakibatkannya terhadap mereka, agar manusia mampu melepaskan diri dari belenggu budaya tradisional dan mampu menerima kebenaran serta hidup berdasarkan firman Tuhan .... Semua ini dapat dirangkum sebagai berikut: pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia bertujuan untuk membawa manusia dari tren dunia yang jahat kembali ke rumah Tuhan, dan kemudian dengan tekun mengajar mereka serta membekali mereka dengan kebenaran dan hidup, sehingga mereka mampu memahaminya, dan mengetahui apa prinsip-prinsip cara berperilaku yang sebenarnya dan bagaimana cara manusia seharusnya berperilaku, agar dapat melepaskan diri dari kerusakan yang ditimbulkan oleh tren jahat Iblis dan berbagai falsafah Iblis serta racun Iblis terhadap manusia. Dari awal sampai sekarang, Tuhan telah melakukan segala macam pekerjaan, mulai dari pekerjaan-Nya pada Zaman Hukum Taurat, pekerjaan-Nya pada Zaman Kasih Karunia, hingga pekerjaan penghakiman yang sedang Dia lakukan pada akhir zaman. Sekarang setelah engkau semua memahami ketiga tahap pekerjaan Tuhan ini, apa sebenarnya natur pekerjaan Tuhan dalam rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun? Bagaimana seharusnya hal ini didefinisikan? (Ini adalah tujuan yang paling adil di antara umat manusia.) Benar. Pekerjaan Tuhan mengelola dan menyelamatkan manusia telah berlangsung selama 6.000 tahun, dan selama 6.000 tahun ini, Tuhan tanpa kenal lelah telah bertahan, menanti, dan berfirman, menuntun manusia sampai sekarang. Tuhan belum menyerah, dan pekerjaan yang Tuhan lakukan ini adalah tujuan yang paling adil di antara manusia. Berdasarkan natur pekerjaan Tuhan, apakah kepentingan Tuhan adalah yang paling adil dan paling dapat dibenarkan? (Ya.) Jika kepentingan Tuhan dilindungi, apa yang akan terjadi pada umat manusia? Umat manusia dapat terus bertahan hidup dengan baik, hidup dalam keserupaan dengan manusia, hidup di dalam hukum yang telah Tuhan rumuskan bagi segala sesuatu, dan menikmati semua yang Tuhan anugerahkan kepada manusia, dan dengan demikian manusia akan menjadi penguasa sejati atas segala sesuatu. Engkau semua seharusnya memahami bahwa pekerjaan pengelolaan Tuhan pada akhirnya adalah demi kepentingan terbesar manusia. Jadi, bukankah pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia adalah tujuan yang paling dapat dibenarkan di antara manusia? Hal ini tidak dapat disangkal dan tidak diragukan lagi. Ini adalah tujuan yang paling dapat dibenarkan. Oleh karena itu, jika seseorang, demi kepentingannya sendiri, bertindak terlalu jauh sampai merugikan kepentingan rumah Tuhan dan bahkan sampai menghalangi penyebarluasan pekerjaan Tuhan, orang macam apa ini? Jelas sekali, ini adalah seorang bajingan yang jahat dan setan. Tuhan hanya membekali umat manusia, tanpa menuntut imbalan apa pun. Ketika Tuhan sedang melakukan pekerjaan yang memberikan manfaat terbesar bagi umat manusia dan melakukan tujuan yang paling dapat dibenarkan, manusia bukan hanya tidak menghargai atau berterima kasih kepada Tuhan dan tidak berpikir untuk membalas Tuhan, tetapi mereka juga mengacaukan, mengganggu, dan merusak pekerjaan Tuhan serta mengejar kepentingan pribadi mereka sendiri. Orang-orang semacam itu sama sekali tidak berhati nurani dan bernalar. Apakah mereka masih layak disebut manusia? Ini adalah setan-setan dan Iblis tulen! Sekalipun Tuhan melakukan semua ini, Tuhan tidak mampu menggerakkan manusia, apakah mereka masih memiliki hati? Tidak, mereka tidak memiliki hati. Tidak memiliki hati berarti tidak memiliki hati nurani. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kepekaan hati nurani. Jika kemanusiaan orang tidak memiliki hati nurani, dia bukan lagi manusia, melainkan binatang, setan, dan Iblis. Ini sangat jelas. Agar manusia dapat diselamatkan, Tuhan bertekad untuk membayar berapa pun harganya dan bekerja tanpa kenal lelah. Tidak soal betapa salah paham atau ragunya manusia, Tuhan selalu bersabar dan terus membekali manusia, berulang kali memberi tahu mereka berbagai aspek kebenaran, membuat mereka memahaminya sedikit demi sedikit, membuat mereka merenungkan dan menyelidiki, dan memungkinkan mereka untuk mengerti hati Tuhan dan memahami hati Tuhan. Dan ketika orang-orang mendengar firman Tuhan ini, mereka tergerak dan menitikkan air mata. Namun, ketika mereka berbalik, mereka bukan saja tidak memikirkan maksud Tuhan, tetapi mereka tetap mengejar kepentingan mereka sendiri dan tetap mengejar berkat. Katakan kepada-Ku, apakah orang-orang semacam itu tidak memiliki hati nurani dan nalar? Apa yang paling tidak dimiliki orang-orang semacam itu? Mereka paling tidak memiliki hati nurani dan nalar, mereka paling tidak memiliki kemanusiaan. Tuhan menanggung segala macam penderitaan dengan sangat sabar untuk bekerja dan menyelamatkan manusia, tetapi manusia tetap salah paham terhadap Tuhan, selalu bersaing dengan-Nya, selalu melindungi kepentingan mereka sendiri tanpa memedulikan kepentingan rumah Tuhan, dan selalu ingin menjalani kehidupan yang mewah, tetapi tidak mau berkontribusi bagi kemuliaan Tuhan. Dalam semua ini, adakah kemanusiaan yang tersisa? Meskipun orang bersaksi tentang Tuhan dengan lantang, mereka berkata di dalam hati, "Inilah pekerjaan yang telah kulakukan, dan telah membuahkan hasil. Aku juga telah mengerahkan segenap kemampuanku, aku juga telah membayar harga. Mengapa tidak bersaksi tentang diriku?" Mereka selalu ingin mendapat bagian dalam kemuliaan dan kesaksian Tuhan. Apakah manusia layak menerima hal-hal ini? Kata "kemuliaan" bukan milik manusia. Itu hanya milik Tuhan, Sang Pencipta, dan tidak ada kaitannya dengan manusia ciptaan. Sekalipun manusia mengerahkan segenap kemampuan mereka dan bekerja sama, mereka tetap berada di bawah kepemimpinan pekerjaan Roh Kudus. Jika tidak ada pekerjaan Roh Kudus, apa yang dapat manusia lakukan? Kata "kesaksian" juga bukan milik manusia. Entah itu kata benda "kesaksian" atau kata kerja "bersaksi", kedua kata ini tidak ada kaitannya dengan manusia sebagai makhluk ciptaan. Hanya Sang Pencipta yang layak dipersaksikan dan layak untuk menjadi kesaksian manusia. Hal ini ditentukan oleh identitas, status, dan esensi Tuhan, dan juga karena segala sesuatu yang Tuhan lakukan berasal dari upaya Tuhan, dan Tuhan layak memilikinya. Yang mampu dilakukan manusia pasti terbatas, dan semuanya merupakan hasil pencerahan, pimpinan, dan bimbingan Roh Kudus. Sedangkan natur manusia, orang menjadi congkak setelah mereka memahami beberapa kebenaran dan mampu melakukan sedikit pekerjaan. Jika mereka tidak menerima penghakiman dan hajaran dari Tuhan, tak ada seorang pun yang mampu tunduk kepada Tuhan dan bersaksi tentang-Nya. Karena takdir Tuhan, manusia mungkin memiliki beberapa karunia atau bakat khusus, telah mempelajari profesi atau keterampilan tertentu, atau memiliki sedikit kecerdasan, sehingga mereka menjadi teramat congkak, dan selalu ingin agar Tuhan membagikan kemuliaan-Nya dan kesaksian-Nya kepada mereka. Bukankah ini tidak masuk akal? Hal ini sangat tidak masuk akal. Ini menunjukkan bahwa mereka sedang berdiri pada posisi yang salah. Mereka bukan menganggap diri sebagai manusia, tetapi sebagai ras yang berbeda, sebagai manusia super. Orang-orang yang tidak mengetahui identitasnya, esensinya sendiri, dan harus menempatkan diri pada posisi apa, tidak memiliki kesadaran diri. Kerendahan hati manusia bukanlah sesuatu yang berasal dari kerendahan diri—manusia pada awalnya rendahan dan hina. Kerendahan hati Tuhan adalah sesuatu yang berasal dari kerendahan diri. Mengatakan bahwa manusia itu rendah hati berarti meninggikan mereka, sebenarnya, mereka itu rendahan. Manusia selalu ingin bersaing untuk mendapatkan ketenaran, keuntungan, dan status, serta bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan umat pilihan-Nya. Dengan melakukannya, mereka berperan sebagai Iblis, dan ini adalah natur Iblis. Mereka benar-benar keturunan Iblis, tanpa perbedaan sedikit pun. Seandainya Tuhan memberikan sedikit otoritas dan kuasa kepada manusia, dan seandainya mereka dapat memperlihatkan tanda-tanda dan mukjizat yang menakjubkan serta melakukan beberapa hal yang luar biasa, dan mari kita asumsikan bahwa mereka melakukan segala sesuatu berdasarkan tuntutan Tuhan dan melakukannya persis seperti tuntutan tersebut. Namun, dapatkah mereka melampaui Tuhan? Tidak, tidak pernah. Bukankah kemampuan Iblis, sang penghulu malaikat, lebih besar daripada kemampuan manusia? Dia selalu ingin melampaui Tuhan, tetapi apa hasil akhirnya? Pada akhirnya, dia harus turun ke jurang maut. Tuhan akan selamanya menjadi perwujudan keadilan, sedangkan Iblis, sang setan dan penghulu malaikat, akan selamanya menjadi perwujudan kejahatan, dan representasi dari kekuatan jahat. Tuhan akan selamanya adil, dan fakta ini tidak dapat diubah. Inilah sisi Tuhan yang istimewa dan luar biasa. Sekalipun manusia memperoleh seluruh kebenaran Tuhan dari-Nya, mereka hanyalah makhluk ciptaan yang sangat kecil dan tidak dapat melampaui Tuhan. Inilah perbedaan antara manusia dan Tuhan. Manusia hanya dapat hidup secara tertib di dalam semua aturan dan hukum yang telah dirumuskan oleh Tuhan, serta hanya dapat mengatur segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan di dalam aturan dan hukum tersebut. Manusia tidak mampu menciptakan makhluk hidup apa pun, dan mereka juga tidak mampu mengubah nasib manusia. Ini adalah fakta. Apa yang ditunjukkan oleh fakta ini? Bahwa sebesar apa pun otoritas dan kemampuan yang Tuhan berikan kepada manusia, pada akhirnya tak ada seorang pun yang mampu melampaui otoritas Tuhan. Seberapa pun lamanya, atau seberapa banyak pun generasinya, atau sebanyak apa pun jumlah manusia, mereka hanya mampu bertahan hidup di bawah otoritas dan kedaulatan Tuhan. Ini adalah fakta yang selamanya tidak dapat diubah, fakta yang tidak akan pernah berubah!
Bagaimana perasaanmu setelah mendengar hal-hal ini? Ada orang-orang yang berkata, "Dahulu aku memikirkan hal-hal ini dengan sadar, tetapi tanpa sadar aku merasa bahwa kemampuanku makin berkembang. Seiring bertambahnya usiaku, pemikiranku juga makin matang, dan aku mampu memikirkan banyak masalah secara lebih komprehensif, dan saat aku mendengarkan lebih banyak firman Tuhan, aku mampu memahami beberapa maksud-Nya, jadi aku merasa bahwa aku kuat dan tidak membutuhkan Tuhan untuk berdaulat atasku. Tanpa sadar, aku mulai merasa bahwa aku cakap, dan bahwa aku telah mendapatkan Tuhan." Apakah ini perasaan yang baik? (Tidak.) Mengapa tidak baik? Ini bukan pertanda baik. Jadi, apa pertanda yang baik? Makin lama manusia hidup, makin mereka merasa, "Manusia itu seperti debu, dan lebih rendah daripada semut. Tidak soal betapa kuat atau bermartabatnya manusia, atau sebanyak apa pun doktrin yang mereka pahami, atau tidak soal betapa dewasanya pemikiran mereka, mereka tidak mampu melampaui kedaulatan Tuhan." Makin lama manusia hidup, makin mereka merasakan kebesaran otoritas Tuhan dan kemahakuasaan otoritas Tuhan. Makin lama orang hidup, makin mereka merasa betapa tidak berartinya manusia. Makin lama mereka hidup, makin mereka merasa bahwa Tuhan tidak terselami. Keadaan pikiran seperti itu adalah hal yang normal. Apakah engkau semua memiliki keadaan seperti ini sekarang? Belum, bukan? Engkau masih sering berada di tengah-tengah pergumulan, tertatih-tatih di ambang kepentingan, dan terkadang bahkan mengirimkan sinyal-sinyal kecil dengan berkata, "Mengapa Tuhan tidak membagikan sedikit pun kepentingan-Nya kepadaku? Mengapa Tuhan tidak memujiku? Mengapa Tuhan tidak membuat orang-orang di sekitarku mengagumiku? Mengapa Tuhan tidak membuat orang memberi kesaksian tentangku? Aku telah membayar harga dan memberikan kontribusi. Bagaimana Tuhan akan mengupahiku?" Engkau masih sering berkubang dalam pola pikir yang sombong dan merasa puas diri. Engkau sering kali tidak tahu siapa dirimu, dan engkau sering kali merasa bahwa engkau cakap. Situasi ini tidak normal. Ini bukanlah kemajuan dalam hidup. Disebut apakah ini? Ini disebut watak rusak yang kembali membesar. Ada orang-orang yang bersikap lebih sederhana dan rendah hati ketika mereka belum memberi kontribusi apa pun. Setelah mereka melakukan sesuatu yang penting dan memberi beberapa kontribusi, serta merasa bahwa mereka memiliki modal, ketika mereka melihat orang-orang di sekitar mereka, mereka bertanya-tanya, "Mengapa kalian tidak melaporkan kontribusiku? Kalian memberi kesaksian tentang nama Tuhan dan esensi Tuhan, jadi mengapa kalian tidak memberi presentasi tentang diriku? Sekalipun kau tidak memberi kesaksian tentang diriku, kau cukup memberikan presentasi tentang diriku. Aku, Saudari Anu, telah percaya kepada Tuhan selama 25 tahun. Aku sekarang berusia 45 tahun, masih belum menikah dan lajang, dan telah mengejar dengan taat dan antusias hingga hari ini. Karena aku adalah andalan utama gereja, aku sering kali dimasukkan ke dalam daftar orang yang dicari oleh pemerintah Komunis Tiongkok, diburu, dan telah bersembunyi di berbagai tempat, berpindah-pindah di lebih dari sepuluh provinsi sebelum pindah ke luar negeri. Setelah semua itu, aku terus melayani sebagai orang yang bertanggung jawab atas pekerjaan penting rumah Tuhan, di mana selama itu, aku telah banyak mengajukan saran, pemikiran, dan konsep yang membangun untuk pekerjaan tertentu di rumah Tuhan, memberi kontribusi yang tak terhapuskan bagi kemajuan gereja dan penyebarluasan Injil Kerajaan Tuhan. Mengapa kau tidak menampilkan diriku seperti itu? Mengapa Tuhan tidak memberiku lingkungan dan kesempatan tertentu untuk memperlihatkan bakatku agar semua orang dapat memahami aku dan mengenalku? Mengapa Tuhan selalu menindas kita? Di rumah Tuhan, kita tidak sebebas itu, dan kita juga tidak sesantai, selepas, atau sebahagia itu!" Dia bahkan ingin tenang, lepas, dan bahagia. Bagaimana kita dapat membuatmu tenang, bebas, dan bahagia? Dengan menempatkanmu di peringkat teratas? Kemudian, setelah menempatkanmu di urutan teratas, dengan memperkenalkan dirimu: Orang ini adalah seorang dokter terkenal di dunia, yang meraih juara pertama dokter nasional terkenal, kemudian namanya dimasukkan dalam "Ensiklopedia Dokter Terkenal di Dunia". Dia telah menyelesaikan banyak makalah, dan setelah datang ke rumah Tuhan, dia tetap menjadi andalan dan orang yang berbakat, dan kini dia menjadi pemimpin senior. Lantas akankah dia menjadi bahagia? Dia akan berpikir, "Aku adalah orang yang berbakat. Tadinya aku adalah seorang selebritas, dan setelah masuk ke dalam rumah Tuhan, aku masih seorang selebritas. Aku ibarat emas yang berkilauan di mana pun engkau menaruhnya, dan tak ada seorang pun yang mampu menahan kilaunya. Kemampuan-kemampuanku ini ada untuk dilihat semua orang! Meskipun Tuhan tidak memberikan kesaksian, fakta-fakta ini memberikan kesaksian yang berkumandang kepadaku." Apa pendapatmu tentang opini ini? Jika engkau tidak mampu melepaskan pengejaranmu akan ketenaran dan keuntungan untuk satu hari, itu berarti engkau masih terikat oleh ketenaran, keuntungan, dan status, serta engkau tidak bisa benar-benar tenang dan bahagia. Selama engkau diikat, dibatasi, dan dibebani oleh belenggu ketenaran dan keuntungan, engkau tidak akan bergerak maju dalam pengejaranmu akan kebenaran, tetapi hanya akan tetap diam di tempat. Ada orang-orang yang mungkin bertanya, "Akankah aku mengalami kemunduran?" Sebenarnya, selama engkau tidak bergerak maju, engkau sedang diam di tempat atau mengalami kemunduran. Ini menunjukkan bahwa esensi naturmu adalah hal ini, dan sekalipun engkau telah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, engkau tidak akan pernah mengalami kemajuan apa pun, dan bahkan sampai akhir, engkau mungkin tetap melakukan banyak kejahatan. Dapat dikatakan dengan pasti bahwa engkau akan disingkapkan. Begitu orang tersebut memiliki lingkungan yang tepat, begitu mereka telah memperoleh status, ambisinya akan tersingkap. Sebenarnya, tanpa lingkungan dan status ini, akankah mereka tidak memiliki ambisi? Mereka tetap akan memiliki ambisi. Mereka memang seperti ini dan memiliki esensi ini, dan ambisi mereka tidak dapat dibendung. Begitu mereka memiliki lingkungan yang tepat, mereka akan "meledak" secara tiba-tiba, dan tidak ada batasan yang dapat mengekang mereka, dan mereka akan mulai melakukan kejahatan, dan wajah setan mereka yang buruk akan tersingkap sepenuhnya. Inilah yang dimaksud dengan disingkapkan. Engkau seharusnya memahami kata "menyingkapkan" dengan cara seperti ini: Tuhan tidak bermaksud untuk menyingkapkanmu, Tuhan bermaksud memberimu kesempatan untuk berlatih. Namun, saat melihat hal baik, engkau tidak menyadarinya, dan engkau malah memperlihatkan dirimu yang sebenarnya. Bukankah disingkapkan bermanfaat bagimu? Ini adalah pilihanmu sendiri. Bukan berarti Tuhan dengan sengaja bermaksud untuk menyingkapkan dan menyingkirkanmu. Motif dan ambisimulah yang menyingkapkanmu. Siapa lagi yang dapat kausalahkan?
Mengenai kepentingan manusia dan kepentingan Tuhan, apakah kita kurang lebih sudah cukup mempersekutukan kebenaran dalam hal ini? Apa itu kepentingan pribadi manusia? Semua itu adalah hal-hal yang manusia kejar, termasuk ketenaran, keuntungan dan status, ambisi dan hasrat untuk menerima berkat, serta kesombongan dan kebanggaan manusia, keluarga, kerabat, kepentingan materiel, dan sebagainya. Natur kepentingan manusia adalah egois dan hina, itu keji dan jahat, bertentangan dengan kebenaran, serta mengacaukan, mengganggu, dan menghancurkan pekerjaan rumah Tuhan, sedangkan kepentingan Tuhan adalah tujuan yang paling dapat dibenarkan untuk menyelamatkan umat manusia, dan merepresentasikan kasih Tuhan, pekerjaan Tuhan, serta kekudusan dan keadilan Tuhan. Oleh karena itu, Tuhan dibenarkan ketika membela kepentingan-Nya. Dia sedang membela tujuan yang dapat dibenarkan. Hal ini bukan karena Tuhan egois dan ingin membela martabat-Nya sendiri. Ini adil dan dapat dibenarkan, serta memberikan manfaat yang tak terbatas bagi umat manusia yang Tuhan selamatkan. Hanya ketika Tuhan membela kepentingan-Nya, barulah manusia dapat diselamatkan, dan memperoleh manfaat yang lebih besar, memperoleh jalan, kebenaran, dan hidup. Hanya dengan cara demikianlah manusia akhirnya dapat menjadi makhluk ciptaan sejati, dan hidup di dalam semua hukum dan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan, serta hidup di antara segala sesuatu yang telah Tuhan ciptakan untuk mereka, dan baru setelah itulah manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang benar-benar indah. Apakah semua yang Tuhan lakukan ini adalah tujuan yang adil? Itu sangat adil! Pekerjaan dan pengelolaan yang dilakukan oleh Tuhan ini, serta semua pekerjaan di gereja yang berkaitan dengan keselamatan Tuhan bagi umat manusia—seperti pemberitaan Injil, membuat film, menulis artikel kesaksian, membuat video, menerjemahkan firman Tuhan, dan menjaga tatatan normal kehidupan bergereja, pekerjaan-pekerjaan ini penting dan harus dijamin. Selain itu, ada aspek jaminan kehidupan pada seluruh umat pilihan Tuhan yang melaksanakan tugas mereka. Meskipun ini adalah pekerjaan yang paling mendasar, mirip dengan pelayanan pendukung, dan sepertinya tidak terlalu berkaitan dengan pekerjaan utama rumah Tuhan, ini juga sangat penting dan perlu disebutkan di sini. Hal-hal normal seperti makanan, pakaian, akomodasi, dan transportasi, adalah hal-hal yang Tuhan sediakan bagi manusia, dan semua itu juga merupakan kebutuhan jasmani yang sah yang harus dimiliki oleh orang-orang dengan kemanusiaan yang normal. Tuhan tidak akan membuat orang kehilangan kebutuhan-kebutuhan ini, sebaliknya, Dia harus melindunginya. Jika engkau selalu mengganggu, mengacaukan, dan merusak hal-hal yang ingin Tuhan bela, jika engkau selalu menunjukkan sikap yang menghina terhadap hal-hal semacam itu, dan selalu memiliki gagasan dan pendapat tentangnya, itu berarti engkau sedang menentang Tuhan dan melawan-Nya. Jika engkau tidak menganggap pekerjaan rumah Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan sebagai hal yang penting, dan selalu ingin merusaknya, dan selalu ingin menyebabkan kehancuran, atau selalu ingin mengambil keuntungan darinya, menipu, atau menggelapkan, lalu akankah Tuhan murka terhadapmu? (Ya.) Apa akibat dari murka Tuhan? (Kami akan dihukum.) Ini sudah pasti. Tuhan tidak akan mengampunimu, sama sekali tidak! Karena yang sedang kaulakukan adalah meruntuhkan dan menghancurkan pekerjaan gereja, dan ini bertentangan dengan pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah kejahatan besar, ini berarti sedang bersaing dengan Tuhan, dan merupakan sesuatu yang secara langsung menyinggung watak Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak marah terhadapmu? Jika ada orang-orang yang, karena kualitas mereka yang buruk, tidak cakap dalam pekerjaan mereka dan tidak sengaja melakukan hal-hal yang menimbulkan kekacauan dan gangguan, hal ini dapat dimaklumi. Namun, jika karena kepentingan pribadimu sendiri, engkau menjadi iri dan berselisih serta dengan sengaja melakukan hal-hal yang mengacaukan, mengganggu, dan menghancurkan pekerjaan rumah Tuhan, ini dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang disengaja, dan ini merupakan hal yang menyinggung watak Tuhan. Akankah Tuhan mengampunimu? Tuhan sedang melakukan pekerjaan rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun, dan seluruh usaha-Nya yang sungguh-sungguh dicurahkan untuk mewujudkannya. Jika seseorang melawan Tuhan, dengan sengaja merugikan kepentingan rumah Tuhan dan dengan sengaja mengejar kepentingan pribadi serta gengsi dan status pribadinya dengan merugikan kepentingan rumah Tuhan, dan tidak segan-segan meruntuhkan pekerjaan gereja sehingga menyebabkan pekerjaan rumah Tuhan terhambat dan hancur, serta bahkan menyebabkan kerusakan materiel dan finansial yang sangat besar terhadap rumah Tuhan, apakah menurutmu orang-orang semacam itu harus diampuni? (Tidak, mereka seharusnya tidak diampuni.) Engkau semua berkata bahwa mereka tidak dapat diampuni, jadi apakah Tuhan marah terhadap orang-orang semacam itu? Tentu saja Dia marah. Tuhan telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengungkapkan kebenaran dan menyelamatkan manusia, serta mengerahkan seluruh upaya-Nya yang sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Tuhan memperlakukan tujuan yang paling dapat dibenarkan ini dengan sangat serius; seluruh upaya-Nya yang sungguh-sungguh telah dikerahkan untuk orang-orang yang ingin Dia selamatkan ini, semua pengharapan-Nya juga ditujukan kepada orang-orang ini, dan hasil akhir serta kemuliaan yang ingin Dia peroleh dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun, semuanya akan diwujudkan pada orang-orang ini. Jika seseorang bersaing dengan Tuhan, melawan, mengganggu, atau menghancurkan hasil dari tujuan yang dapat dibenarkan ini, akankah Tuhan mengampuni mereka? (Tidak.) Apakah ini menyinggung watak Tuhan? Jika engkau terus berkata bahwa engkau mengikuti Tuhan, mengejar keselamatan, menerima pemeriksaan dan bimbingan Tuhan, serta menerima dan tunduk pada penghakiman dan hajaran Tuhan, padahal saat engkau mengucapkan firman ini, engkau tetap mengacaukan, mengganggu, dan menghancurkan berbagai pekerjaan gereja, dan karena gangguan, kekacauan, dan kehancuran yang kautimbulkan, karena keteledoran atau kelalaianmu dalam tugas, atau karena hasrat egoismu dan demi mengejar kepentinganmu sendiri, kepentingan rumah Tuhan, kepentingan gereja, dan banyak aspek lainnya telah dirugikan, bahkan sampai-sampai pekerjaan rumah Tuhan telah sangat terganggu dan hancur, jadi, bagaimana Tuhan harus mempertimbangkan kesudahanmu dalam buku kehidupanmu? Seharusnya engkau digolongkan sebagai apa? Secara adil, engkau harus dihukum. Ini disebut mendapatkan hukuman yang setimpal. Apa yang engkau semua pahami sekarang? Apakah kepentingan manusia itu? (Kepentingan manusia itu jahat.) Kepentingan manusia sebenarnya adalah segala keinginan mereka yang berlebihan. Bahasa kasarnya, semua itu adalah pencobaan, semuanya adalah kepalsuan, dan semuanya adalah umpan yang digunakan Iblis untuk mencobai manusia. Mengejar ketenaran, keuntungan, dan status, serta mengejar kepentingan diri sendiri, berarti bekerja sama dengan Iblis dalam melakukan kejahatan, dan ini berarti melawan Tuhan. Agar dapat menghalangi pekerjaan Tuhan, Iblis memunculkan berbagai lingkungan untuk mencobai, mengganggu, dan menyesatkan manusia, serta untuk menghalangi manusia agar tidak mengikuti Tuhan, dan menghalangi mereka agar tidak mampu tunduk kepada Tuhan. Sebaliknya, mereka bekerja sama dengan Iblis dan mengikutinya, dengan sengaja bangkit untuk mengganggu dan menghancurkan pekerjaan Tuhan. Sebanyak apa pun Tuhan mempersekutukan kebenaran, mereka tetap saja tidak menjadi sadar. Sebanyak apa pun rumah Tuhan memangkas mereka, mereka tetap tidak menerima kebenaran. Mereka sama sekali tidak tunduk kepada Tuhan, sebaliknya mereka bersikeras melakukan segala sesuatu menurut kemauan mereka sendiri dan berbuat sekehendak hati mereka. Akibatnya, mereka mengganggu dan menghancurkan pekerjaan gereja, membawa dampak serius terhadap kemajuan berbagai pekerjaan gereja, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Dosa ini terlalu besar, dan orang-orang semacam itu pasti akan dihukum oleh Tuhan.
Saat ini, dalam benakmu, pekerjaan mana di gereja yang paling penting dan berkaitan dengan penyebarluasan rencana pengelolaan Tuhan? (Penyebarluasan Injil.) Pekerjaan penginjilan adalah pekerjaan besar. Bagi Tuhan, pekerjaan-Nya adalah sebuah pekerjaan, tetapi bagi manusia, itu adalah tugas mereka. Selain pekerjaan penginjilan, ada juga pekerjaan pembuatan video, pekerjaan penerjemahan, lagu pujian dan berbagai pekerjaan tulis-menulis. Sekarang ini, kebanyakan orang yang melaksanakan tugas mereka penuh waktu terlibat dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan ini. Katakan kepada-Ku, manakah dari pekerjaan ini yang bisa ditiadakan? Ada orang-orang yang berkata, "Musik hanyalah masalah beberapa nada, yang menurutku tidak penting. Firman Tuhan tetap dapat diberitakan dan disebarluaskan tanpa melodi-melodi itu, dan tetap dapat membawa manusia ke hadapan Tuhan." Apakah perkataan itu benar? (Tidak, itu salah.) Mengapa salah? Apakah berbagai jenis pembuatan video akan ada gunanya tanpa musik? (Tidak.) Selain diperlukan untuk menyanyikan lagu pujian di dalam gereja, semua film, video musik, paduan suara, dan sandiwara panggung, serta video pembacaan firman Tuhan dan hal-hal lainnya juga memerlukan musik. Meskipun kelihatannya musik memang hanya sekadar soal nada, tetapi setelah orang-orang mendengarkan musik ini, efek pemberitaan firman Tuhan menjadi lebih efektif, dan musik dapat berperan dalam mendorong penyebarluasan Injil, jadi musik sangat diperlukan. Sekalipun engkau hanya berbicara sambil lalu di sini dan ada musik yang mengiringi, efeknya akan berbeda, bukan? Jadi, tugas ini sangat penting. Ada orang-orang yang berkata, "Kalau begitu, apakah pekerjaan pembuatan video kami penting?" Menurutmu, apakah pekerjaan pembuatan video itu penting? (Ya.) Sebagai contoh, sebagian besar gambar yang dihasilkan menggunakan teknologi efek khusus tidak dapat digantikan dengan rekaman video mentah apa pun, juga tidak dapat difilmkan. Ini adalah seni modern. Ada orang-orang yang berkata, "Bahkan rumah Tuhan berbicara tentang seni modern. Bukankah ini merupakan upaya untuk mengikuti perkembangan zaman?" Bagaimana ini bisa disebut mengikuti perkembangan zaman? Ini disebut memanfaatkan Iblis untuk melakukan pelayanan. Tentu saja, ini bukan memanfaatkan saudara-saudari untuk melakukan pelayanan. Maksud-Ku, jika engkau dapat mempelajari beberapa profesi teknis dan seni serta menggunakan pengetahuan profesional ini dalam pekerjaan penyebarluasan Injil dan pemberitaan firman Tuhan, apa yang telah kaupelajari akan berguna. Jika engkau dapat mempelajarinya, itu adalah kasih karunia Tuhan, dan kemudian engkau dapat melaksanakan tugas terkait, dan engkau akan diberkati. Bukankah ini berkat bagimu? (Ya.) Jadi, yang penting bukanlah apa yang kaupelajari, yang penting adalah apakah engkau menggunakannya untuk tugasmu. Ada orang lain yang berkata, "Kami melakukan pekerjaan tulis-menulis, tetapi tak ada seorang pun yang pernah mengetahui tentang kami, tak ada seorang pun yang menyebut kami, dan banyak orang bahkan tidak dapat melihat kami. Kami menjadi orang yang dapat digantikan." Ini berarti mereka tidak melihat hal ini dengan jelas. Orang-orang tidak dapat melihatmu, tetapi Tuhan dapat melihatmu, Tuhan sedang memeriksamu, Tuhan sedang membimbingmu, Tuhan sedang memberkatimu, mengapa engkau tidak dapat merasakannya? Apakah penting entah orang lain melihatmu atau menyebut tentangmu, atau tidak? Kebenaran manakah yang belum disediakan bagimu? Khotbah dan persekutuan manakah yang belum engkau semua dengar? Sebenarnya, isi teknis dari pekerjaan tulis-menulis tidaklah terlalu tinggi, dan aspek profesionalnya tidak perlu terlalu diperkuat. Namun, ada satu hal yang sangat diperlukan. Engkau harus memahami kebenaran. Jika engkau tidak memahami kebenaran, engkau tidak akan mampu menulis apa pun. Engkau memiliki pengetahuan tulis-menulis, engkau mampu menstandarkan bahasa, mengatur bahasa, dan engkau mampu mengatur struktur dan gagasan dalam sebuah tulisan. Namun, struktur itu sendiri bukanlah artikelnya. Itu perlu diisi dengan tulisan. Apa sebenarnya yang harus ditulis melalui tulisan itu, dan bagaimana tepatnya hal itu harus ditulis untuk mencapai hasil dari bersaksi tentang Tuhan? Inilah yang harus engkau semua masuki. Jika engkau hanya berlama-lama di atas landasan ini, yaitu bersaksi tentang firman Tuhan dan memberitakan tahap pekerjaan Tuhan ini, tingkat pertumbuhanmu tidak akan pernah bertumbuh. Jika, selain bersaksi tentang pekerjaan baru Tuhan, menentang gagasan manusia, dan bersekutu tentang beberapa kebenaran tentang visi, engkau semua juga dapat mempersekutukan beberapa kebenaran tentang jalan masuk kehidupan, dan menggunakan beberapa fakta, kisah, dan beberapa detail yang dijelaskan dengan cukup baik untuk mengungkapkan semua dari beragam keadaan yang ada di lubuk hati manusia, sehingga manusia menyadari kerusakan mereka, dan agar mereka memahami apa saja tuntutan Tuhan bagi manusia dan apa maksud Tuhan, dan selain itu, mengenali masalah yang paling kritis: apa sebenarnya arti kebenaran, jalan apa yang seharusnya orang tempuh, di mana kesalahan pada jalan yang orang tempuh saat ini, menuntut manusia untuk menjadi orang seperti apa, dan apa jalan yang Tuhan ingin orang tempuh. Jika engkau dapat maju selangkah demi selangkah menuju hal ini, tugas yang engkau semua laksanakan akan menjadi sangat berharga. Namun, inilah bagian tersulitnya, inilah hal yang tersulit. Jalan masuk manusia ke dalam kehidupan tidak terjadi dalam waktu satu atau dua hari. Banyak hal yang membutuhkan waktu satu atau dua tahun, dari awal sampai saat seseorang memiliki kesadaran. Dibutuhkan waktu dua sampai tiga tahun, atau bahkan tiga sampai lima tahun dari memiliki kesadaran yang samar sampai memiliki kesadaran yang jernih, dibutuhkan dua atau tiga tahun dari kesadaran orang menjadi jelas sampai dia menyadari natur masalah ini, dan kemudian dibutuhkan dua atau tiga tahun lagi untuk mengetahui keseriusan masalah ini. Orang yang mati rasa dan kualitasnya buruk hanya mampu mencapai titik ini. Orang-orang yang memiliki kualitas lebih baik dan roh yang tajam tahu untuk secara aktif mencari kebenaran, yang membutuhkan waktu dua atau tiga tahun lagi .... Tanpa mereka sadari, seluruh hidup mereka telah berlalu. Beginilah lambatnya jalan masuk kehidupan! Pemahaman dan ingatan manusia akan kebenaran jauh melebihi pengalaman dan pengetahuan mereka akan kebenaran. Apa yang Kumaksud? Maksud-Ku adalah, pengalaman dan pengetahuan selalu lambat, karena ini adalah kehidupan, sedangkan pemahaman dan ingatan hanya membutuhkan otak. Orang-orang yang memiliki daya ingat yang baik, kemampuan pemahaman yang kuat, kualitas dan dasar pendidikan tertentu mampu mencapai hal-hal ini dengan cepat. Namun, setelah memahami, apakah kemudian orang memiliki pengetahuan? Tidak. Setelah memahami, orang hanya berhenti pada mengetahui tentang apa masalah ini, dan itu saja, tetapi itu tetap tidak akan cukup ketika mengambil tindakan. Mengapa itu tidak cukup? Sering kali, doktrin yang kaupahami tidak dapat diterapkan atau dikaitkan dengan masalah yang menimpamu. Hasilnya, hanya setelah gagal berkali-kali, mengalami banyak kerugian, mengambil beberapa jalan memutar, dan menerima banyak penghakiman, hajaran, dan pemangkasan, barulah engkau akhirnya memahami kebenaran dan mampu menerapkan serta mengalami firman Tuhan dalam segala macam hal yang menimpamu. Pada saat itu, bertahun-tahun telah berlalu, dan wajahmu mungkin sudah dipenuhi kerutan. Bukankah ini sangat lambat? Kemajuan hidup orang berjalan sangat lambat, karena kebenaran yang orang pahami berkaitan dengan esensi natur orang, kelangsungan hidup orang, dan hal-hal yang berdasarkannya orang hidup, dan ini berkaitan dengan perubahan wataknya serta perubahan dalam hidupnya. Bagaimana agar hidupmu dapat dengan mudahnya berubah menjadi hidup yang berbeda? Di satu sisi, itu membutuhkan pekerjaan Tuhan, dan pada saat yang sama ini membutuhkan kerja samamu yang aktif. Selain itu, engkau perlu mengalami ujian dari lingkungan eksternalmu serta melakukan pengejaran pribadimu. Engkau juga harus memiliki kualitas dan kemampuan pemahaman yang cukup, sehingga Tuhan akan memberimu pencerahan dan bimbingan tambahan. Selain itu, Tuhan akan memberimu hajaran, penghakiman, dan pemangkasan, saudara-saudarimu pun akan mengkritikmu. Engkau harus tetap berusaha lebih giat dalam pengejaranmu, sehingga hal-hal yang berasal dari Iblis dapat tersingkirkan. Baru setelah itulah hal-hal positif yang berasal dari kebenaran dapat masuk sedikit demi sedikit. Ada orang-orang yang berkata, "Ketika orang memahami kebenaran, hidup mereka berubah." Apakah perkataan ini benar, atau salah? (Salah.) Mengapa salah? Memahami kebenaran tidak sama dengan memiliki kebenaran, dan setelah engkau memahaminya, itu juga bukan hidupmu. Setelah engkau mendengar kebenaran, memahaminya, dan mengerti apa yang kaudengar, berapa lama kebenaran itu bisa ada di dalam hatimu? Bisa jadi sebulan kemudian, firman yang pada saat itu menurutmu paling penting telah lenyap sama sekali, dan ketika engkau kembali mendengarnya, engkau merasa seolah-olah engkau belum pernah mendengarnya. Namun, jika engkau memang memiliki tingkat pertumbuhan hidup seperti itu, engkau tidak perlu mendengarkannya berulang kali. Jika engkau tidak memiliki tingkat pertumbuhan hidup seperti itu, engkau harus terus mendengarkan, dan jika engkau tidak mendengarkan, apa yang kaupahami lambat laun akan berkurang dan lenyap hingga engkau menjadi seperti orang-orang tidak percaya. Oleh karena itu, firman Tuhan dan kebenaran harus didengarkan dan dibaca terus-menerus. Jika engkau kurang membaca atau mendengarkan, itu tidak akan berhasil. Engkau semua memiliki kesadaran yang mendalam akan hal ini, bukan? (Ya.) Terkadang, setelah tidak menyanyikan lagu pujian atau berdoa kepada Tuhan selama dua atau tiga hari, hatimu terasa kosong dan tidak mampu memahami Tuhan, jadi engkau bertanya-tanya ke mana harus berjalan-jalan untuk bersantai. Akibatnya, makin engkau bersantai, makin engkau menjadi tidak disiplin, dan ketika engkau pergi ke gereja untuk mempersekutukan kebenaran dengan saudara-saudarimu, engkau merasa tidak terbiasa dengan hal itu, dan begitu pekerjaan gereja disebutkan, engkau merasa agak canggung. Dalam waktu dua atau tiga hari, engkau telah berubah dan menjadi seperti orang yang berbeda, sehingga engkau merasa tidak lagi mengenali dirimu sendiri. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Jangan mengira karena engkau telah mendengarkan banyak khotbah, kebenaran telah menjadi hidupmu, dan engkau telah memperoleh kebenaran. Engkau masih jauh dari sana! Jangan mengira hanya karena engkau telah menulis artikel kesaksian, atau telah memiliki pengalaman semacam itu, engkau sudah diselamatkan. Engkau belum mencapai hal itu! Itu hanyalah bagian kecil dari pengalaman hidupmu yang panjang. Bagian kecil ini mungkin hanyalah suasana hati sesaat, perasaan sesaat, keinginan atau ambisi sesaat, dan tidak lebih dari itu. Ketika suatu hari engkau lemah dan engkau mengingat masa lalumu dan mendengarkan kesaksian yang pernah kauberikan, sumpah yang pernah kaubuat, dan pemahaman yang pernah kaudapatkan, semua itu akan terasa asing bagimu dan engkau akan berkata, "Apakah itu aku? Benarkah aku memiliki tingkat pertumbuhan sebesar itu? Bagaimana mungkin aku tidak mengetahuinya? Tentunya itu bukan aku, bukan?" Pada saat ini engkau akan menyadari bahwa hidupmu masih belum berubah. Apa artinya jika hidupmu belum berubah? Itu berarti watakmu masih belum berubah. Bagaimana perasaanmu begitu kausadari bahwa meskipun engkau telah memberikan kesaksian dan menganggap tingkat pertumbuhanmu tinggi saat itu, ternyata engkau masih bisa menjadi senegatif dirimu saat ini? Bukankah engkau akan berpikir bahwa mengubah watak itu terlalu sulit? Kebenaran bukanlah sesuatu yang dapat tertanam kuat dalam diri manusia hanya dalam semalam. Jika orang benar-benar memperoleh kebenaran sebagai hidup mereka, mereka akan diberkati, dan hidup mereka akan berbeda. Mereka tidak akan lagi seperti diri mereka sekarang, yang sering memperlihatkan watak yang rusak, melainkan akan mampu tunduk sepenuhnya kepada Tuhan dan melaksanakan tugas mereka dengan setia, dan mereka akan diubah sepenuhnya.
Karena manusia sudah sangat rusak, menerima kebenaran bukanlah hal yang mudah, dan karena kebenaran begitu berharga, jauh makin sulit bagi Tuhan untuk mengerjakan kebenaran ke dalam diri manusia. Nilai dan makna kebenaran serta segala macam aspek kebenaran begitu berharga dan bermakna bagi manusia. Namun, karena manusia telah dirusak sedemikian dalam oleh Iblis dan memiliki begitu banyak hal yang berasal dari Iblis di dalam diri mereka, tidaklah mudah untuk mengerjakan kebenaran ke dalam diri manusia agar itu menjadi kehidupan mereka. Jika demikian, apakah ini berarti kebenaran tidak dapat ditempakan ke dalam diri manusia? Tidak. Kebenaran dapat ditempa ke dalam diri manusia, tetapi mereka harus memiliki sikap dan pandangan yang benar, serta harus menempuh jalan yang benar. Sulit untuk dilakukan bukan berarti tidak dapat dilakukan. Sama seperti dua tahap pertama pekerjaan Tuhan, ketika Tuhan tidak melakukan pekerjaan penyempurnaan, Dia juga tidak mengungkapkan kebenaran ini atau mengucapkan firman ini, tetapi tetap ada orang-orang yang disempurnakan, dan tetap ada orang-orang yang akhirnya mulai mengenal Tuhan. Berdasarkan fakta ini, kebenaran dapat dicapai manusia dan bukannya tidak dapat ditempakan ke dalam diri manusia, itu hanya tergantung pada apakah manusia mengejar kebenaran atau tidak. Jadi bagaimana manusia harus mengejarnya? Cara paling sederhana adalah dengan membaca firman Tuhan setiap hari, menghafalkan firman Tuhan yang penting, merenungkan satu bagian firman Tuhan setiap hari, dan mendoa-bacakan serta mempersekutukan firman itu berulang kali. Setelah engkau mendoa-bacakan pandangan dan pernyataan ini—serta sikap terhadap berbagai orang, peristiwa, dan hal—firman Tuhan tersebut dimaksudkan untuk mengajarmu, agar engkau memahaminya dan firman telah masuk ke dalam hatimu, kemudian tanpa kausadari, setiap kali berbagai hal menimpamu, engkau akan hidup dalam pemikiran dan pandangan yang positif serta prinsip-prinsip penerapan. Engkau semua belum mencapai tingkat ini. Apakah engkau semua sudah membaca apa yang Ayub lakukan? Apa yang Ayub lakukan ketika anak-anaknya sedang mengadakan pesta? Dia menghadap ke hadirat Tuhan untuk berdoa dan mempersembahkan korban bagi anak-anaknya. Dia tidak pernah menyimpang dari Tuhan. Dengan kata lain, jauhilah apa pun yang bisa menyebabkan hatimu menyimpang dari Tuhan; jangan mengucapkan apa pun yang dapat menyebabkan hatimu menyimpang dari Tuhan; hindarilah melihat hal-hal yang dapat menyebabkan engkau menyimpang dari Tuhan atau mengembangkan gagasan atau keraguan terhadap-Nya; janganlah berinteraksi dengan orang-orang yang dapat membuatmu negatif, merosot, dan memanjakan diri sendiri, atau orang-orang yang dapat membuatmu curiga, menentang, atau menyimpang dari Tuhan. Sebaliknya, jauhilah orang-orang semacam itu; tetaplah dekat siapa pun yang dapat mendidik kerohanian, membantu, dan membekalimu; dan jangan melakukan hal-hal yang dapat membuatmu menolak, membenci, atau muak akan kebenaran. Engkau pasti mengetahui hal-hal ini dalam pikiranmu. Jangan bersikap asal-asalan dalam hidup, dengan berpikir, "Aku tidak peduli berapa lama lagi aku hidup, atau apa yang akan terjadi dalam hidupku, aku akan menyerahkan semuanya pada alam dan pengaturan Tuhan." Tuhan telah mengatur lingkungan untukmu dan memberimu kehendak bebas untuk memilih, tetapi jika engkau tidak mau bekerja sama, dan selalu berinisiatif untuk berhubungan dengan orang-orang yang menyukai hal-hal duniawi, dan yang selalu memanjakan diri dengan hal-hal daging, dan yang tidak setia pada tugas mereka, serta yang tidak bertanggung jawab, dan jika engkau selalu bergaul dengan orang-orang seperti itu, apa hasil akhir dan kesudahannya? Ketika orang-orang itu sedang tidak mengerjakan apa pun, mereka berbicara tentang makan, minum dan bersenang-senang, serta sering membicarakan orang lain dan bergosip. Jika engkau menghadapi pencobaan seperti itu dan tidak menjauhi mereka, serta bahkan menjadi terobsesi dengan hal-hal ini dan dengan sengaja bergaul dengan orang-orang semacam itu, engkau berada dalam bahaya karena pencobaan ada di sekelilingmu! Ketika orang bijak melihat pencobaan seperti itu, mereka menjauhinya. Mereka jelas dalam hati mereka, "Aku tidak memiliki tingkat pertumbuhan seperti itu, aku tidak mau mendengarkan, dan aku juga tidak ingin memperhatikan mereka. Orang-orang ini tidak mengejar kebenaran ataupun mencintai kebenaran. Aku akan menjauh dan mencari tempat yang tenang untuk membaca firman Tuhan seorang diri, menenangkan hatiku dan merenung sejenak, lalu menghadap ke hadirat Tuhan." Semua prinsip dan tujuan tersebut adalah: Pertama, jangan menyimpang dari firman Tuhan. Kedua, jangan menyimpang dari Tuhan di dalam hatimu. Dengan demikian, engkau dapat selalu hidup di hadapan Tuhan di atas landasan pemahaman akan arti kebenaran. Di satu sisi, Tuhan akan melindungimu agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Di sisi lain, Tuhan akan memperlakukanmu dengan sangat murah hati, membantumu memahami apa yang harus kaulakukan untuk menerapkan kebenaran, dan membantumu diterangi dan dicerahkan tentang berbagai kebenaran. Mengenai tugasmu, Tuhan akan membimbingmu agar engkau berusaha tidak melakukan kesalahan, agar selalu melakukan segala sesuatu dengan benar, dan agar mengetahui prinsip-prinsipnya. Dengan cara seperti ini, bukankah engkau semua akan terlindungi? Tentu saja, ini bukanlah tujuan terbesar dan utama. Jadi, apa tujuan utamanya? Yaitu agar engkau dapat memetik pelajaran dari berbagai orang, peristiwa, dan hal-hal, memahami maksud Tuhan, mengetahui pekerjaan Tuhan, dan melakukan penerapan berdasarkan prinsip-prinsip yang dituntut oleh Tuhan. Dengan demikian, kehidupan dan tingkat pertumbuhanmu dapat terus mengalami kemajuan, tidak stagnan. Jika engkau selalu sibuk melakukan urusanmu dan tidak berfokus untuk menerapkan kebenaran ketika melaksanakan tugasmu serta tidak menyelesaikan kesulitan jalan masuk kehidupan, engkau tidak akan mengalami kemajuan dalam hidupmu. Jalan masuk kehidupan dicapai dengan melaksanakan tugas. Jika orang meninggalkan pelaksanaan tugasnya dan meninggalkan firman Tuhan, tidak akan ada kemajuan dalam kehidupan. Ada orang-orang yang melihat orang lain mengobrol ke sana kemari, jadi mereka ikut terlibat dan ikut campur urusan orang lain, selalu menjadi orang yang ingin tahu urusan orang lain dan suka bergosip. Tuhan tidak menyukai orang-orang semacam itu. Orang seperti apa yang Tuhan sukai? Orang yang mampu menenangkan hatinya. Menenangkan dirinya untuk melakukan apa? Untuk menjadi boneka yang tidak memikirkan apa pun? Tidak, menenangkan dirinya untuk berdoa dengan tenang di hadapan Tuhan, mencari maksud Tuhan, memohon agar Tuhan melindungimu, dan memohon agar Tuhan mencerahkanmu. Selain itu, untuk berusaha memperoleh pencerahan dan penerangan tentang beberapa aspek kebenaran yang tidak kaupahami agar dapat mencapai pemahaman dan kejelasan tentang aspek kebenaran ini, atau untuk berusaha menyelesaikan aspek mana pun dari pekerjaanmu yang dilanda masalah, dan memperoleh bimbingan Tuhan. Ada banyak sekali tugas yang harus dilaksanakan dan hal-hal yang perlu dilakukan ketika orang menenangkan diri di hadapan Tuhan. Ini bukan berarti datang kepada Tuhan untuk melapor setiap kali engkau memiliki waktu senggang dan berkata, "Tuhan, aku di sini, aku memiliki-Mu di dalam hatiku, sertailah aku, jangan biarkan aku jatuh ke dalam pencobaan!" Jika engkau bersikap asal-asalan seperti ini dan bersikap kurang sopan terhadap Tuhan, itu berarti engkau bukanlah orang percaya yang sejati, dan Tuhan tidak akan menganugerahkan kebenaran kepada orang-orang semacam itu. Apa yang pertama-tama harus dimiliki orang-orang agar Tuhan memberikan kebenaran kepada mereka? Mereka harus memiliki hati yang lapar dan haus akan kebenaran, hati yang tulus. Apa yang ditunjukkan jika hatimu tulus? Itu menunjukkan bahwa engkau benar-benar mencintai kebenaran. Jika engkau selalu acuh tak acuh terhadap Tuhan dan sama sekali tidak tulus, serta selalu ingin memutuskan segala sesuatu sendiri, dan selalu ingin datang ke hadirat Tuhan untuk melapor, menyapa, lalu menjadi penentu keputusan dan melakukan segala sesuatunya sendiri, kemudian meskipun Tuhan telah mengamanatkan pekerjaan-Nya kepadamu, pada akhirnya engkau tidak ada hubungannya dengan Tuhan atau kebenaran. Disebut apakah ini? Ini disebut menentang Tuhan dan melakukan urusanmu sendiri. Dapatkah Tuhan mencerahkanmu dengan cara seperti ini? Tidak. Sudahkah engkau semua memahami cara mengejar kebenaran dan memahami kebenaran? Engkau harus sering menghadap ke hadirat Tuhan, menenangkan hatimu untuk mencari kebenaran dan berdoa kepada Tuhan, serta engkau harus belajar menenangkan dirimu sendiri. Menenangkan dirimu sendiri bukan berarti mengosongkan pikiran, tetapi memiliki permohonan, pemikiran, dan beban dalam hatimu, menghadap Tuhan dengan hati yang tulus dan penuh kerinduan, memiliki kerinduan akan kebenaran dan maksud Tuhan, serta memiliki rasa tanggung jawab atas tugas yang kaulaksanakan dan atas pekerjaan yang kaulakukan. Inilah yang harus kaumiliki ketika engkau menghampiri hadirat Tuhan dan menenangkan dirimu sendiri.
Aku baru saja mempersekutukan bahwa semua pekerjaan gereja berkaitan langsung dengan pekerjaan penyebarluasan Injil Kerajaan Tuhan. Secara khusus, pekerjaan penyebarluasan Injil dan segala pekerjaan yang berkaitan dengan profesi memiliki hubungan yang penting dan tak terpisahkan dengan pekerjaan penyebarluasan Injil. Oleh karena itu, apa pun yang berkaitan dengan pekerjaan penyebarluasan Injil berkaitan dengan kepentingan Tuhan dan kepentingan rumah Tuhan. Jika orang mampu memahami pekerjaan penyebarluasan Injil dengan benar, mereka seharusnya memperlakukan tugas yang mereka laksanakan dan tugas yang dilaksanakan oleh orang lain dengan benar. Bagaimana cara memperlakukan tugas dengan benar? Kerahkan upayamu yang terbaik dan laksanakan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Setidaknya, jangan berperilaku dan bertindak yang dengan sengaja menimbulkan kerusakan atau gangguan, dan jangan dengan sengaja melakukan hal-hal yang engkau tahu salah. Jika seseorang bersikeras melakukan sesuatu meskipun dia tahu itu mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, dan tak ada seorang pun yang dapat menghalanginya agar tidak melakukannya, itu berarti dia sedang melakukan kejahatan, cari mati, dan memperlihatkan dirinya yang sebenarnya sebagai setan. Segeralah bantu saudara-saudari mengetahui yang sebenarnya mengenai dirinya, lalu keluarkan orang jahat itu dari gereja. Jika pelaku kejahatan tersebut sedang dalam keadaan bodoh untuk sesaat dan secara tidak sengaja melakukan kejahatan, bagaimana seharusnya kita menangani hal seperti itu? Haruskah orang tersebut dibina dan dibantu? Bagaimana jika dia dibina tetapi tetap tidak mau mendengarkan? Saudara-saudari berkumpul bersama untuk mengkritiknya. Bagaimana jika orang tersebut cakap dalam pekerjaannya, tetapi tidak berupaya sebaik mungkin dalam bekerja dan untuk saat ini belum ada orang yang dapat menggantikannya, dan semua orang tetap menginginkan orang itu untuk melakukan pekerjaan tersebut? Semua orang berkumpul untuk memangkas orang tersebut dan memperingatkannya, "Tuhan telah meninggikanmu dan memintamu untuk melaksanakan tugas ini. Jika kau tidak berupaya sebaik mungkin untuk melakukannya, dan terus menyebabkan kekacauan, serta terus menyerah begitu saja, itu berarti kau jelas-jelas tidak memiliki hati nurani dan tidak pantas untuk melaksanakan tugasmu." Apakah cara ini baik, atau tidak? Jika ada orang lain yang dapat menggantikannya, keluarkanlah dia. Akankah engkau semua berani melakukannya? Kebanyakan orang tidak akan berani. Dalam hal membela pekerjaan gereja, banyak orang tidak berani membela dan menegakkan keadilan. Bukankah itu berarti mereka tidak berani menjunjung tinggi kebenaran? Ada orang-orang yang dengan sengaja bersikap tidak mau tahu dan acuh tak acuh ketika melihat pekerjaan gereja dikacaukan atau diganggu, seolah-olah itu tidak ada hubungannya dengan mereka, dan sikap mereka adalah berpura-pura tidak melihatnya. Namun, jika seseorang mengkritik mereka dengan berkata bahwa mereka tidak boleh bersikap seperti ini, atau meremehkan mereka ataupun memandang rendah mereka, mereka menjadi kesal dan berpikir dalam hati, "Kau pikir siapa dirimu? Siapa kau hingga berani mengkritikku? Siapa kau hingga berani meremehkanku? Kita harus membicarakan hal ini sampai tuntas." Mereka merasa kesal dengan hal ini dan menanggapinya dengan serius, dan mereka tak mampu menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu dan menyatakan sikap mereka. Mereka tidak merasakan apa pun ketika pekerjaan gereja dihambat, diganggu, dan dirusak, tetapi justru berpura-pura tidak melihatnya. Orang macam apa ini? (Orang yang egois dan hina.) Apakah ini hanya keegoisan dan kehinaan? Masalah ini sangat serius sehingga tidak dapat dirangkum hanya dalam satu kalimat. Hanya dapat dikatakan bahwa orang-orang semacam itu tidak memiliki kemanusiaan dan sama sekali bukan orang yang baik. Sebenarnya, inilah yang dilakukan para antikristus, dan tentu saja, tak terkecuali para pemimpin palsu. Para antikristus tidak tahu apa yang dimaksud dengan kepentingan rumah Tuhan. Ketika pekerjaan gereja dihambat, mereka tidak dapat melihatnya. Ada orang-orang yang menyebabkan kekacauan dengan mengganggu pekerjaan gereja, tetapi ketika para antikristus melihat hal ini, mereka tidak menganggapnya serius. Mereka meremehkan hal tersebut dan dengan lesu memarahi pelakunya dengan beberapa perkataan ringan, menegur mereka dengan singkat dan tidak melakukan apa-apa lagi, tanpa sedikit pun terlihat marah. Apakah orang-orang semacam itu memiliki rasa keadilan? Orang macam apa ini? Orang-orang semacam itu menggigit tangan orang yang memberi mereka makan, mereka adalah para pengkhianat! Mereka adalah sampah!
Aku baru saja memberikan gambaran umum tentang apa yang dimaksud dengan kepentingan manusia, apa esensi kepentingan manusia, mengapa manusia mengejar kepentingan pribadi, apa natur dari pengejaran manusia akan kepentingan pribadi, dan juga apa natur dari kepentingan Tuhan, serta bagaimana semua itu didefinisikan. Kepentingan Tuhan adalah tujuan yang paling adil dan harus dianggap demikian. Sama sekali tidak egois jika Tuhan membela kepentingan-Nya, dan itu juga bukan sekadar demi membela martabat dan kemuliaan-Nya, melainkan, Dia ingin membela kemajuan dan hasil pekerjaan-Nya, serta membela sebuah tujuan yang adil. Ini adalah perilaku dan tindakan yang paling adil dan sah, dan ini adalah tindakan Tuhan. Manusia sebagai makhluk ciptaan tidak boleh memiliki gagasan apa pun tentang tindakan Tuhan ini, apalagi memiliki tuduhan atau penilaian apa pun. Dapatkah kita mengatakan bahwa kepentingan Tuhan berada di atas segalanya? (Ya.) Apakah egois untuk mengatakan ini? (Tidak.) Orang-orang memahami aspek kebenaran ini, dan atas dasar ini, pernyataan ini masuk akal. Ini bukan keberpihakan yang disengaja. Ini tidak memihak dan sah-sah saja. "Mereka tidak pernah mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan, dan mereka bahkan menjual kepentingan tersebut, memperdagangkannya demi mendapatkan kemuliaan pribadi". Inilah esensi para antikristus. Sikap dan perlakuan mereka terhadap kepentingan memiliki natur seperti ini, dan mereka tidak pernah memikirkan kepentingan rumah Tuhan. Apa maksudnya "tidak pernah"? Artinya, mereka sama sekali tidak memikirkan kepentingan Tuhan, juga tidak memiliki konsep seperti itu, mereka hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri. Itulah artinya. Seberapa seriuskah hal ini? Menjual kepentingan rumah Tuhan, memperdagangkannya demi kemuliaan pribadi dan kepentingan pribadi. Kepentingan mereka adalah yang paling penting dan dapat menggantikan kepentingan Tuhan. Mereka akan memperjuangkan kepentingan mereka betapapun jahat, tidak dibenarkan, atau negatifnya kepentingan tersebut, dan untuk mengejar kepentingan mereka dan memperjuangkannya, mereka akan bertindak terlalu jauh sampai berani mengorbankan siapa pun, dengan cara apa pun. Perilaku macam apa ini? (Perilaku para antikristus.) Perilaku para antikristus inilah yang Iblis lakukan. Iblis menguasai umat manusia, menguasai suatu negara, menguasai suatu ras, dan akan bertindak sangat jauh sampai mengorbankan banyak nyawa sebagai ganti stabilitas kekuasaannya. Apa kepentingannya? Kuasa dan posisi kekuasaan. Jadi bagaimana cara mereka mendapatkan posisi kekuasaan dan bagaimana cara menstabilkan kekuasaan ini? (Dengan cara apa pun.) Dengan cara apa pun. Dengan kata lain, mereka tidak peduli apakah tindakan dan metode mereka tampak dapat dibenarkan atau tidak di mata publik, dan mereka menggunakan segalanya mulai dari pembantaian dan penindasan, hingga menggunakan taktik yang lunak dan keras, pemaksaan dan bujukan, serta akan bertindak sangat jauh sampai mengorbankan nyawa siapa pun atau banyak nyawa sebagai ganti stabilitas kedudukannya dan kekuasaan di tangannya. Inilah perilaku Iblis. Para antikristus pun melakukan segala sesuatu dengan cara seperti ini.
Apakah firman dalam persekutuan hari ini sesuai dengan selera engkau semua? (Aku memperoleh banyak hal setelah mendengarkan persekutuan hari ini, dan khususnya, penelaahan tentang pengetahuan dan kaum intelektual sangat menyentuhku. Dahulu, aku kurang setuju dengan pemikiran bahwa kaum intelektual tidak memiliki pemahaman rohani, tetapi melalui penelaahan Tuhan tentang pengetahuan selama masa ini, perlahan-lahan aku mampu membuat perbandingan dan memahami bahwa aku sendiri sering kali tidak mampu memahami firman Tuhan, aku tidak memahaminya ketika aku mendengarnya, dan ketika memandang orang-orang dan peristiwa, aku memandangnya dan menganalisisnya dari sudut pandang seorang intelektual, yang menuntun pada pemahaman yang menyimpang. Inilah yang dimaksud dengan tidak memiliki pemahaman rohani. Kini aku mampu melihat esensi dari kaum intelektual dengan lebih jelas.) Saat membahas tentang kaum intelektual hari ini, Aku sama sekali tidak menujukannya kepada orang tertentu, tetapi jika engkau semua mampu membandingkan dirimu terhadap firman-Ku, itu adalah hal yang baik, dan ada harapan bahwa engkau mampu membalikkan keadaan dan masuk ke dalam. Engkau semua harus mengejar dengan tekun, dari tidak memahami atau tidak mengerti kebenaran, untuk perlahan-lahan mencapai titik di mana engkau mampu memahami beberapa kebenaran tunggal yang sederhana dan tidak terlalu mendalam satu demi satu, sehingga yang kaupahami adalah kebenaran, dan bukan kata-kata dan doktrin. Dengan demikian, sedikit demi sedikit, engkau akan memiliki pemahaman rohani. Jika engkau mencari tahu berbagai hal dengan berfokus pada kebenaran dan kenyataan, engkau akan perlahan-lahan memahami kebenaran; jika engkau selalu menganalisis segala sesuatu dengan berfokus pada doktrin, menggunakan logika, dan menggunakan pikiranmu, yang kaupahami hanyalah doktrin atau teori, yang tidak akan pernah menjadi kebenaran, dan engkau tidak akan pernah melangkah lebih jauh dari landasan doktrin. Bukankah demikian? (Ya.) Ada orang-orang yang berkata, "Mengapa aku tidak mampu memahami beberapa firman Tuhan yang kubaca? Mengapa firman Tuhan tidak mudah dipahami dan diterima orang ketika dinilai menggunakan tata bahasa dan berdasarkan struktur artikel?" Bagaimanakah engkau semua menjelaskan masalah ini? Dapatkah engkau memahaminya sekarang? Aku akan menjelaskannya kepada engkau semua. Tuhan telah berfirman kepada manusia sejak manusia diciptakan, dan setiap kata dan paragraf yang Dia firmankan hanyalah bahasa, bukan artikel. Saat Aku berbicara di sini hari ini, apakah Aku menyampaikan artikel, memberi laporan, atau hanya bercakap-cakap? (Bercakap-cakap.) Aku bercakap-cakap dengan engkau semua, menyampaikan kebenaran, dan membahas topik yang engkau semua perlukan. Aku berbicara, bukan menyampaikan artikel. Oleh karena itu, engkau semua harus memahami apa yang dimaksud dengan artikel dan apa yang dimaksud dengan berbicara. Ada beberapa perbedaan di antara keduanya. Beberapa unsur yang dibutuhkan dalam artikel adalah aspek-aspek pengetahuan yang berasal dari manusia, dan Tuhan tidak perlu mengikuti pengetahuan tersebut ketika berbicara. Dia hanya perlu menyampaikan kebenaran yang hendak Dia sampaikan dengan lugas dan jelas, dan selama manusia mampu memahami kebenaran yang mereka dengar, itu sudah cukup, dan bahkan tidak perlu menggunakan tanda baca. Manusia menciptakan tanda baca dan artikel, serta menciptakan tata bahasa dan unsur-unsur yang dibutuhkan artikel. Semua ini termasuk dalam kategori pengetahuan, dan Tuhan tidak perlu mengikutinya. Selain itu, bahasa berasal dari Tuhan, dan ini merupakan hal yang positif. Oleh karena itu, apa pun yang Tuhan firmankan adalah benar. Engkau tidak perlu memeriksa masalah tata bahasa, membandingkan, ataupun menelaah masalah tata bahasa. Engkau hanya perlu memahami bagian tertentu, paragraf tertentu, dan kalimat tertentu; apa maksud Tuhan, apa kebenarannya, apa prinsip-prinsip kebenaran yang Tuhan tuntut dari manusia, serta jalan penerapan apa yang Tuhan beritahukan kepada manusia, dan itu sudah cukup. Inilah nalar yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan, yaitu manusia. Tuhan tidak perlu mengikuti ketentuan dan kerangka kerja yang dirumuskan oleh manusia ketika Dia berfirman dan bertindak, begitu pun peraturan dan hal-hal murni intelektual yang melekat pada pengetahuan, yang juga tidak perlu diikuti. Tuhan telah banyak berfirman, dan apa pun yang Dia firmankan, itu adalah kebenaran. Makin orang yang memiliki pemahaman rohani dan memiliki pengalaman membaca firman Tuhan, makin mereka merasa bahwa firman Tuhan adalah kebenaran. Kebenaran yang terkandung dalam firman ini adalah sesuatu yang harus orang pahami, cari, dan alami. Tuhan berbicara kepada manusia—ingat, yang Tuhan lakukan adalah berbicara, dan dalam bahasa sehari-hari, "berbicara" berarti mengobrol dan bercakap-cakap tentang berbagai hal. Apa esensi yang ingin Tuhan sampaikan di sini? Ini adalah maksud Tuhan, kebenaran, dan tuntutan Tuhan terhadap manusia. Inilah yang ingin Tuhan sampaikan. Esensi dari berbicara adalah berkata-kata dengan lugas dan jelas dengan cara mengobrol, dari hati ke hati dan berhadapan muka, terkadang menggunakan bahasa dan dialek sehari-hari, dan terkadang menggunakan kata-kata sastra tertentu. Untuk menulis artikel, engkau harus memiliki pembukaan di paragraf pertama, mengembangkan dan menjelaskan permasalahan di bagian pertengahan artikel, lalu sampai pada klimaks dan penutup. Artikel harus ditulis persis berdasarkan format ini agar dapat dianggap sebagai artikel, dan hanya setelah engkau menyerahkannya, barulah seorang guru dapat membacanya dan memberinya nilai: rata-rata, bagus, atau bagus sekali. Dapatkah engkau menilai firman Tuhan dengan cara seperti ini? Misalkan engkau berkata, "Artikel ini bagus, tata bahasanya bagus, ditulis dalam bahasa ilahi, dan itu sepenuhnya sesuai dengan struktur artikel; artikel itu tidak begitu bagus, agak tidak teratur, dan strukturnya tidak begitu bagus. Beberapa kata tidak sesuai tata bahasa, dan bahkan ada beberapa kata yang sepertinya tidak digunakan pada posisi yang benar." Bolehkah membaca firman Tuhan dengan cara seperti ini? (Tidak boleh.) Membaca firman Tuhan dengan cara seperti ini adalah penyimpangan, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran. Engkau harus belajar membaca apa yang tersirat dalam firman Tuhan agar dapat memahami apa yang Tuhan tuntut terhadapmu dan apa kebenaran yang terkandung dalam firman ini. Itulah tindakan yang cerdas. Engkau bahkan tidak tahu cara memandang hal-hal ini, dan engkau terus berkata sepanjang hari, "Mengapa firman Tuhan bahkan tidak berupa artikel? Firman Tuhan seharusnya seperti pidato, dan Tuhan seharusnya berbicara dengan bahasa yang diperhalus." Aku tidak melakukan itu. Itu akan sangat melelahkan, dan engkau semua akan menjadi bosan mendengarkannya, dan orang yang berbicara juga akan menjadi lelah. Bayangkan Tuhan berfirman di Surga, berfirman kepada Ayub, berfirman kepada Petrus, berfirman kepada Musa dan Yunus, bukankah firman Tuhan sederhana dan jelas? Engkau sama sekali tidak dapat melihat betapa luar biasa, ringkas, atau hebatnya firman Tuhan, atau betapa tepatnya susunan kalimatnya. Lihatlah ketika Iblis mencobai Ayub, Tuhan berkata kepada Iblis, "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub, tidak ada seorang pun seperti dia di bumi, yang demikian tak bercela dan jujur, yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan?" (Ayub 1:8), dan "Lihat dia ada dalam tanganmu; tetapi sayangkan nyawanya" (Ayub 2:6). Firman Tuhan sederhana dan ringkas, serta menjelaskan hal itu dengan sangat gamblang. Inilah watak Tuhan dan esensi Tuhan. Tuhan tidak dengan sengaja menggunakan pembicaraan ambigu yang membingungkan, serta keagungan, kebesaran, kehormatan, otoritas, dan kekuasaan-Nya tidaklah palsu. Mengapa Kukatakan tidak palsu? Ketika Dia berbicara kepada seseorang, Dia tidak berpura-pura, menyamarkan diri-Nya dengan citra yang luhur, atau mengatakan hal-hal yang tidak mampu dipahami manusia. Iblislah yang melakukan hal itu, Tuhan tidak melakukan hal itu, dan karena Tuhan yang mengatakannya, Dia akan membuatmu memahaminya. Jika engkau masih anak-anak, Dia akan berbicara kepadamu dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh anak-anak. Jika engkau adalah orang lanjut usia, Dia akan berbicara kepadamu dengan bahasa orang lanjut usia. Jika engkau adalah laki-laki, Dia akan berbicara kepadamu dengan bahasa yang biasa digunakan oleh para laki-laki. Jika engkau adalah manusia yang rusak, Dia akan berbicara kepadamu dengan cara dan dengan struktur bahasa-Nya yang dapat dimengerti oleh manusia yang rusak. Tuhan berfirman dengan banyak cara. Terkadang Dia membuat lelucon, terkadang Dia mengucapkan perkataan yang ironis, terkadang Dia menyindir, terkadang Dia menelaah, terkadang Dia lebih tegas, terkadang Dia lebih lembut, terkadang Dia membuatmu merasa tersentuh, dan terkadang Dia menghiburmu setelah memangkasmu .... Semua pekerjaan yang Tuhan lakukan dan kebenaran-kebenaran yang Dia ungkapkan tidaklah kaku, tetapi fleksibel. Tuhan adalah sumber air kehidupan, dan sumber kebenaran adalah Tuhan. Apa pun yang Tuhan firmankan itu baik, ada kebenaran di dalamnya, dan tidak menjadi masalah bagaimana cara Dia berfirman. Jika seseorang selalu memiliki gagasan tentang cara Tuhan berfirman, struktur bahasa-Nya, dan sebagainya, serta selalu memeriksa dan meragukannya, dan selalu merasa terganggu tentang hal-hal ini dan berpikir, "Tuhan yang kupercaya tampaknya tidak seperti tuhan. Mengapa dia seperti itu? Aku tidak mau menerimanya, akan sangat memalukan jika aku menerimanya, lebih baik aku percaya kepada si Anu", orang macam apa ini? (Pengikut yang bukan orang percaya.) Dia adalah pengikut yang bukan orang percaya. Sebagian besar pengikut yang bukan orang percaya itu adalah orang seperti apa? Orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Ketika orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani membaca firman Tuhan, mereka memeriksanya dengan saksama, dan hasilnya, mereka tetap tidak mampu memahami firman sepenuhnya. Jadi mereka bertanya-tanya, "Karena ini adalah jalan yang benar, mungkinkah aku benar-benar memperoleh berkat dengan percaya seperti ini? Begitu banyak orang memercayainya. Jika aku tidak percaya, bukankah aku akan masuk neraka?" Mereka bahkan masih berpikiran sempit. Mereka tidak bertanya-tanya, "Mereka berkata ada kebenaran dalam firman Tuhan, lalu apa kebenarannya? Bagaimana bisa aku belum melihatnya? Aku harus membaca dan mendengarkan!" Suatu hari, akhirnya mereka "memahami apa yang mereka dengar" dan berpikir, "Yang firman ini singkapkan adalah situasi sebenarnya, itu adalah kebenaran. Namun, bahasanya terlalu biasa dan umum, sangat standar, serta mungkin dicemooh dan didiskriminasi oleh kaum intelektual, dan dianggap sebagai perkataan yang paling biasa saja, dan bahkan beberapa di antaranya membosankan, dan beberapa firman lainnya yang diremehkan oleh kaum intelektual tingkat tinggi di industri pengetahuan sebenarnya diucapkan dari mulut tuhan. Itu sangat terbayangkan dan tidak seharusnya seperti itu, bukan?" Apa konsekuensinya jika terus-menerus memeriksa seperti ini? Engkau akan merasa bahwa dirimu lebih baik daripada Tuhan, dan bahwa Tuhan harus percaya kepadamu dan meninggikanmu. Bukankah ini bermasalah? Ini adalah orang-orang yang tidak memiliki pemahaman rohani. Sikap mereka terhadap Tuhan adalah selalu menentang Tuhan dan memeriksa-Nya. Saat mereka memeriksa Tuhan, pada saat yang sama, mereka menentang-Nya, dan saat mereka menentang-Nya, mereka sekaligus berpikir, "Lebih baik jika engkau bukan tuhan, karena engkau sangat tidak berarti, engkau tidak seperti tuhan. Jika engkau adalah tuhan, aku tidak akan merasa tenang. Jika aku memandang rendah dirimu dan memeriksamu, menganalisismu sampai pada taraf di mana engkau bukan lagi tuhan, dan tak seorang pun percaya kepadamu, aku akan senang, dan jika aku mencari tuhan yang maha besar untuk kupercayai, aku akan merasa tenang." Orang-orang semacam itu adalah pengikut yang bukan orang percaya. Kebanyakan pengikut yang bukan orang percaya tidak memiliki pemahaman rohani. Mereka tidak akan pernah memahami atau memperoleh kebenaran dari perkataan Tuhan yang paling biasa ini. Mereka sekadar memeriksanya berulang kali, bukan hanya gagal memperoleh kebenaran, tetapi juga menghancurkan hal penting dari keselamatan mereka sendiri, serta menyingkapkan dan menyingkirkan diri mereka sendiri. Mari kita akhiri persekutuan hari ini di sini. Syukur kepada Tuhan!) Selamat tinggal!
17 Januari 2020
Catatan kaki:
a. "Lao" dan "xiao" adalah prefiks yang ditambahkan di depan nama marga dalam bahasa Mandarin sebagai istilah sapaan yang mengungkapkan rasa keakraban atau sikap santai di antara pembicara dan pendengarnya.