3. Perbedaan antara melaksanakan tugas dan memberikan pelayanan
Firman Tuhan yang Relevan:
Pelaksanaan tugas manusia sebenarnya adalah pencapaian dari semua yang melekat di dalam diri manusia, yaitu, apa yang mungkin dilakukan manusia. Saat itulah tugasnya terpenuhi. Kekurangan manusia selama pelayanannya secara berangsur-angsur berkurang melalui pengalaman yang progresif dan proses pengalaman penghakiman yang dialaminya; kedua hal ini tidak menghalangi atau memengaruhi tugas manusia. Mereka yang berhenti melayani atau menyerah dan mundur karena takut ada kekurangan dalam pelayanan mereka adalah orang yang paling pengecut di antara umat manusia. Jika manusia tidak dapat mengungkapkan apa yang seharusnya dia ungkapkan selama pelayanan atau mencapai apa yang secara mendasar mungkin dicapainya, dan malah bermain-main dan asal-asalan, mereka telah kehilangan fungsi yang seharusnya dimiliki oleh makhluk ciptaan. Orang-orang semacam ini dikenal sebagai "orang yang biasa-biasa saja"; mereka adalah sampah yang tidak berguna. Bagaimana orang-orang semacam ini dapat disebut makhluk ciptaan? Bukankah mereka adalah makhluk rusak yang bersinar di luar tetapi busuk di dalam?
Dikutip dari "Perbedaan antara Pelayanan Tuhan yang Berinkarnasi dan Tugas Manusia" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Apa perbedaan antara memberikan pelayanan dan melakukan tugas? Melakukan pelayanan berarti engkau melakukan apa pun yang kauinginkan, setidaknya, asalkan apa yang kaulakukan itu tidak menyinggung watak Tuhan. Selama tidak ada yang menyelidiki tindakanmu dan selama apa yang engkau lakukan bisa diterima, maka itu sudah cukup baik. Engkau tidak peduli tentang perubahan watak, tentang melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip kebenaran, tentang memenuhi kehendak Tuhan, dan terlebih lagi tentang bagaimana tunduk pada pengelolaan dan pengaturan Tuhan, atau tentang bagaimana melakukan tugasmu dengan baik dan memberikan pertanggungjawaban kepada Tuhan. Engkau tidak memedulikan hal-hal ini, dan inilah yang disebut melakukan pelayanan. Melakukan pelayanan adalah tentang mengerahkan diri dengan semua yang kaumiliki dan bekerja seolah-olah engkau adalah seorang budak, dari pagi hingga malam. Jika engkau bertanya kepada orang seperti itu, "Selama bertahun-tahun kerja keras yang pahit yang telah engkau lakukan, untuk apa semuanya ini?" mereka akan menjawab, "Mengapa, itu adalah agar aku dapat memperoleh berkat." Jika engkau bertanya kepada mereka apakah watak mereka telah mengalami perubahan sebagai hasil dari bertahun-tahun mereka percaya kepada Tuhan, apakah mereka telah menjadi yakin akan keberadaan Tuhan, apakah mereka memiliki tingkat pemahaman yang benar atau pengalaman tentang pengelolaan dan pengaturan Sang Pencipta, jawaban untuk semua ini adalah mutlak "Tidak," dan mereka tidak akan mampu membicarakan apa pun tentang hal-hal ini. Ketika tidak ada perbaikan atau kemajuan dalam salah satu indikator yang berkaitan dengan perubahan watak, orang seperti itu hanya terus-menerus memberikan pelayanan. Sekiranya seseorang melakukan pelayanan selama bertahun-tahun dan, tanpa disadari, akhirnya memahami bahwa mereka memiliki watak yang rusak, bahwa mereka sering memberontak terhadap Tuhan, bahwa mereka sering mengeluh, bahwa mereka sering tidak dapat menaati Tuhan, bahwa mereka sangat rusak, sehingga dengan cara apa pun Tuhan mengatakan kepada mereka untuk tunduk kepada-Nya, mereka tidak mampu untuk melakukannya. Mereka mencoba untuk menahan diri tetapi ini tidak berhasil, dan tidak juga mengutuk diri sendiri atau bersumpah. Pada akhirnya, mereka menyadari: "Manusia benar-benar memiliki watak yang rusak, dan itulah sebabnya manusia bisa memberontak terhadap Tuhan. Setiap kali sesuatu terjadi, orang selalu menuruti keinginan mereka sendiri, dan mereka selalu menyelidiki pengelolaan dan pengaturan Tuhan. Meskipun mereka bersedia untuk mengerahkan diri mereka sendiri, pada saat sesuatu melibatkan watak mereka dan ambisi, keinginan, niat dan hasrat liar mereka, mereka tidak mampu meninggalkan atau melepaskan semua itu. Mereka selalu ingin melakukan sesuatu dengan cara yang memuaskan diri mereka. Inilah aku, dan aku benar-benar seorang yang susah diatur! Apa yang bisa dilakukan?" Jika mereka mulai merenungkan hal-hal ini, mereka sudah memiliki sedikit pemahaman tentang jalan manusia. Jika pada suatu saat orang-orang yang melakukan pelayanan mampu memulai pekerjaan yang nyata, mampu memfokuskan pikiran mereka pada perubahan watak, memperoleh pemahaman bahwa sebenarnya mereka juga memiliki watak yang rusak, bahwa mereka juga congkak dan tak dapat tunduk kepada Tuhan, dan bahwa tidak seharusnya mereka terus seperti ini; ketika saatnya tiba bahwa mereka dapat memikirkan hal-hal ini, maka mereka akan mulai berbalik dan ada harapan bahwa watak mereka dapat berubah dan mereka dapat memperoleh keselamatan. Jika seseorang tidak pernah memikirkan hal-hal ini, jika yang mereka tahu hanyalah bagaimana bekerja, berpikir bahwa menyelesaikan pekerjaan di tangan mereka adalah satu-satunya yang diperlukan untuk memenuhi amanat Tuhan, dan bahwa setelah mereka selesai mengerahkan diri mereka, mereka akan melaksanakan tugas mereka dengan benar, tidak pernah memikirkan tentang apa tuntutan Tuhan, tentang apa arti kebenaran, atau tentang apakah mereka dapat diperhitungkan sebagai seseorang yang menaati Tuhan. Mereka tidak pernah merenungkan hal-hal ini. Bisakah seseorang yang memperlakukan tugas dengan cara seperti ini memperoleh keselamatan? Jawabannya adalah tidak. Mereka belum menapaki jalan untuk memperoleh keselamatan atau berada di jalur yang benar dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka juga belum membangun hubungan yang benar dengan Tuhan, tetapi mereka tetap mengerahkan diri dan terlibat dalam melakukan pelayanan di rumah Tuhan. Orang seperti ini melakukan pelayanan di rumah Tuhan, dan Tuhan menjaga dan melindungi mereka, tetapi Dia tidak berencana untuk menyelamatkan mereka, Dia juga tidak menangani dan memangkas mereka, juga tidak menghakimi dan menghajar mereka, juga tidak membuat mereka mengalami ujian atau pemurnian; Dia hanya mengizinkan mereka untuk memperoleh beberapa berkat dalam kehidupan ini, dan tidak lebih. Jika saatnya tiba ketika orang tahu untuk merenungkan hal-hal ini dan memahami khotbah yang mereka dengar, mereka akan menyadari: "Jadi, inilah sebenarnya yang dimaksud dengan memercayai Tuhan. Baiklah kalau begitu, aku harus berusaha untuk memperoleh keselamatan. Jika aku tidak melakukannya, dan malah memuaskan diriku dengan melakukan pelayanan, maka aku tidak akan bersangkut paut dengan Tuhan." Mereka kemudian merenungkan: "Aspek watak rusak apa yang kumiliki? Apa sebenarnya hal ini, yaitu watak yang rusak ini? Apa pun itu, pertama-tama aku harus tunduk kepada Tuhan!" Hal-hal ini berkaitan dengan kebenaran dan perubahan watak, dan ada harapan bagi mereka.
Dikutip dari "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugas Mereka dengan Baik" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Tugas apa pun yang engkau penuhi, engkau harus selalu berusaha memahami kehendak Tuhan dan mengerti tuntutan Tuhan sehubungan dengan tugasmu; dan baru pada saat itulah engkau akan mampu menangani masalah-masalah dengan cara yang berprinsip. Dalam melaksanakan tugasmu, engkau sama sekali tidak boleh melakukannya berdasarkan pilihan pribadimu, dengan sekadar melakukan apa pun yang ingin engkau lakukan, apa pun yang membuatmu merasa suka dan nyaman melakukannya, atau apa pun yang dapat membuatmu terlihat baik. Jika engkau memaksakan pilihan pribadimu kepada Tuhan atau menerapkannya seakan-akan itu adalah kebenaran, dengan menaatinya seolah-olah itu adalah kebenaran prinsip, itu bukanlah melaksanakan tugasmu, dan melakukan tugasmu dengan cara ini tidak akan diingat oleh Tuhan. Beberapa orang tidak memahami kebenaran, dan mereka tidak tahu apa arti memenuhi tugas mereka dengan baik. Mereka merasa karena mereka telah berusaha dengan sepenuh hati dan dengan segenap kekuatan mereka, meninggalkan daging mereka dan menderita, maka memenuhi tugas mereka seharusnya memenuhi standar—lalu, mengapa Tuhan selalu tidak puas? Di mana letak kesalahan orang-orang ini? Kesalahan mereka adalah tidak mencari kehendak Tuhan, dan sebaliknya bertindak menurut gagasan mereka sendiri; mereka menganggap keinginan, pilihan, dan niat egois mereka sendiri sebagai kebenaran, dan mereka menganggap semua itu seolah-olah apa yang Tuhan sukai, seolah-olah semua itu adalah standar dan tuntutan-Nya. Mereka memandang hal-hal yang mereka yakini sebagai hal yang benar, baik, dan indah, sebagai kebenaran; ini keliru. Bahkan, meskipun orang-orang mungkin berpikir bahwa sesuatu itu benar dan bahwa itu sesuai dengan kebenaran, itu tidak selalu berarti bahwa itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Semakin orang-orang berpikir bahwa sesuatu itu benar, semakin mereka seharusnya berhati-hati dan semakin mereka harus mencari kebenaran untuk memahami apakah yang sedang mereka pikirkan sesuai dengan tuntutan Tuhan. Jika ternyata hal itu bertentangan dengan tuntutan-Nya dan bertentangan dengan firman-Nya, artinya hal itu tidak dapat diterima bahkan jika engkau berpikir bahwa hal itu benar, itu hanyalah pemikiran manusia, dan itu tidak selalu sesuai dengan kebenaran sebenar apa pun itu menurutmu. Penetapanmu tentang yang benar dan yang salah harus semata-mata didasarkan pada firman Tuhan, dan sebenar apa pun sesuatu menurutmu, kalau tidak ada dasar untuk itu dalam firman Tuhan, engkau harus membuangnya. Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah amanat yang dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia. Jadi, bagaimana caramu menunaikan tugasmu? Dengan bertindak sesuai dengan tuntutan dan standar Tuhan, serta dengan mendasarkan perilakumu pada kebenaran prinsip-prinsip dan bukannya pada keinginan manusia yang subjektif. Dengan demikian, pelaksanaan tugasmu akan sesuai dengan standar.
Dikutip dari "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugas Mereka dengan Baik" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Terlepas dari talenta, bakat, atau keterampilan apa pun yang dimiliki orang, jika mereka hanya melakukan berbagai hal dan menggunakan kekuatan mereka dalam melaksanakan tugas mereka; jika, apa pun yang mereka lakukan, mereka bergantung pada imajinasi, gagasan, atau naluri mereka sendiri; jika mereka sekadar mengerahkan tenaga, dan tidak pernah mencari kehendak Tuhan, dan tidak memiliki konsep atau kebutuhan di dalam hati mereka, dengan mengatakan, "Aku harus mengamalkan kebenaran. Aku sedang melaksanakan tugasku"; dan jika pikiran mereka dimulai hanya dengan bagaimana mereka melakukan pekerjaan dengan baik dan menyelesaikan tugas mereka, lalu apakah mereka adalah orang-orang yang hidup sepenuhnya dengan bakat, talenta, kemampuan, dan keterampilan mereka? Apakah ada banyak orang seperti ini? Dalam iman, mereka hanya berpikir untuk menggunakan diri mereka, menjual tenaga mereka sendiri, dan menjual keterampilan mereka sendiri. Terutama ketika rumah Tuhan memberi mereka tugas umum yang harus dilakukan, kebanyakan orang melakukan pendekatan terhadap segala sesuatu dengan sudut pandang ini. Yang mereka lakukan adalah menggunakan diri mereka sendiri. Terkadang itu berarti menggunakan mulut mereka, terkadang menggunakan tangan dan kekuatan fisik mereka, dan terkadang itu berarti sibuk melakukan berbagai hal. Mengapa dikatakan bahwa hidup dengan semua hal itu berarti menggunakan kekuatan seseorang, dan bukan berarti mengamalkan kebenaran? Seseorang diberi tugas oleh rumah Tuhan, dan setelah menerimanya, mereka hanya memikirkan bagaimana menyelesaikan tugas ini sesegera mungkin sehingga mereka dapat memberikan laporan kepada para pemimpin gereja dan mendapatkan pujian mereka. Mereka mungkin menyampaikan rencana yang sistematis. Mereka tampak sangat sungguh-sungguh, tetapi mereka fokus pada tidak lebih dari menyelesaikan tugas demi penampilan, atau ketika mereka melakukannya, mereka menetapkan standar mereka sendiri: bagaimana melakukannya sehingga mereka merasa bahagia dan puas, dengan mencapai tingkat kesempurnaan yang mereka perjuangkan. Terlepas dari standar apa yang mereka tetapkan, jika tidak ada hubungan dengan kebenaran, jika mereka tidak mencari kebenaran atau berusaha untuk memahami dan mengonfirmasi apa yang Tuhan minta dari mereka sebelum mengambil tindakan, tetapi sebaliknya mereka bertindak secara membabi buta, dalam kebingungan, ini berarti hanya menggunakan diri mereka. Mereka bertindak sesuai dengan keinginan mereka sendiri, menurut otak atau bakat mereka sendiri, atau sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka sendiri. Dan apa konsekuensi dari melakukan tugas mereka dengan cara seperti ini? Tugas itu mungkin telah selesai, tidak ada yang dapat melihat kesalahannya, dan engkau mungkin merasa sangat senang dengan tugas itu. Namun, dalam melakukan tugas itu, pertama: engkau tidak memahami maksud Tuhan; dan kedua: engkau tidak melakukannya dengan segenap hati, dengan segenap pikiran, dan dengan segenap kekuatanmu—engkau tidak melakukannya dengan sepenuh hati. Jika engkau telah mencari prinsip-prinsip kebenaran, jika engkau telah mencari kehendak Tuhan, engkau akan 90% efektif dalam menyelesaikan tugasmu. Engkau juga akan dapat memasuki kenyataan kebenaran, dan engkau akan secara akurat memahami bahwa apa yang sedang engkau lakukan sejalan dengan kehendak Tuhan. Namun, jika engkau ceroboh dan serampangan, meskipun tugas itu mungkin telah diselesaikan, di dalam hatimu, engkau tidak akan tahu tentang seberapa baik engkau melakukannya. Engkau tidak akan memiliki patokan. Engkau tidak akan tahu apakah itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak, atau apakah itu sesuai dengan kebenaran atau tidak. Oleh karena itu, jika tugas dilakukan dalam keadaan seperti ini, ini dapat disebut dengan dua kata—mengggunakan dirimu.
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan harus memahami kehendak-Nya. Hanya mereka yang memenuhi tugasnya dengan benar yang dapat memuaskan Tuhan, dan hanya dengan menyelesaikan tugas yang Dia percayakan kepada mereka, mereka akan dapat memenuhi tugas mereka sesuai standar. Ada standar untuk pelaksanaan amanat Tuhan. Tuhan Yesus berkata: "Engkau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu." Mengasihi Tuhan adalah salah satu aspek dari apa yang Tuhan tuntut dari manusia. Sebenarnya, jika Tuhan memberi amanat kepada manusia, ketika mereka melakukan tugas mereka dari iman mereka, standar yang Dia tuntut dari mereka adalah ini: dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap pikiranmu, dan dengan segenap kekuatanmu. Jika engkau hadir tetapi hatimu tidak, jika engkau memikirkan tugas dengan kepalamu dan menyimpannya dalam ingatan, tetapi engkau tidak mencurahkan hatimu ke dalamnya, dan jika engkau mencapai segala hal menggunakan kemampuanmu sendiri, apakah itu menyelesaikan amanat Tuhan? Jadi, standar apa yang harus dicapai untuk melakukan tugasmu dengan benar dan mencapai apa yang dipercayakan Tuhan kepadamu, dan untuk menjalankan tugasmu dengan setia? Standarnya adalah melakukan tugasmu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap pikiran, dengan segenap kekuatanmu. Jika engkau tidak memiliki hati yang mengasihi Tuhan, upayamu untuk memenuhi tugasmu dengan benar tidak akan berhasil. Jika kasihmu kepada Tuhan bertumbuh semakin kuat dan semakin murni, engkau tentu saja akan mampu melakukan tugasmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.
Dikutip dari "Selama Ini Apa yang Sebenarnya Manusia Andalkan untuk Hidup" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Kebanyakan orang melakukan tugas mereka dalam keadaan pikiran berikut ini: "Jika ada yang memimpin, aku ikut. Aku akan mengikuti mereka ke mana pun mereka memimpin, dan melakukan apa pun yang mereka minta untuk kulakukan." Namun, jika tentang memikul tanggung jawab atau memiliki kepedulian atau memberi perhatian ekstra, semua itu merupakan hal yang tidak dapat mereka capai dan harga yang tidak bersedia mereka bayarkan. Mereka turut serta dalam mengerahkan upaya secara jasmani, tetapi mereka tidak turut serta dalam bertanggung jawab. Bukan ini yang dimaksud dengan melakukan tugas dengan sungguh-sungguh. Engkau harus belajar mengerahkan segenap hatimu dalam melakukan tugasmu; jika seseorang memiliki hati, ia harus mampu menggunakannya. Jika orang tidak pernah menggunakan hati mereka, hal ini membuktikan bahwa mereka tidak memiliki hati, dan orang yang tidak memiliki hati tidak bisa mendapatkan kebenaran! Mengapa mereka tidak bisa mendapatkan kebenaran? Mereka tidak mengetahui cara untuk datang ke hadapan Tuhan; mereka tidak tahu bagaimana mengerahkan segenap hati mereka untuk memahami pencerahan dan bimbingan Tuhan, atau bagaimana mengerahkan segenap hati untuk melakukan perenungan, atau mencari kebenaran, atau mencari, memahami dan menunjukkan pertimbangan akan kehendak Tuhan. Apakah engkau semua mengalami keadaan-keadaan di mana engkau mampu untuk kerap kali berdiam diri di hadapan Tuhan, dan keadaan-keadaan di mana, apa pun yang terjadi dan apa pun tugasmu, engkau mampu untuk kerap kali datang ke hadapan Tuhan, dan menggunakan hatimu untuk merenungkan firman Tuhan, dan mengerahkan segenap hatimu untuk mencari kebenaran serta merenungkan bagaimana tugasmu seharusnya dilaksanakan? Seringkah ada saat-saat seperti itu? Mengerahkan segenap hati dalam melakukan tugasmu dan mampu bertanggung jawab mengharuskanmu untuk menderita dan membayar harga—tidak cukup dengan sekadar membicarakannya. Jika engkau tidak mengerahkan segenap hatimu untuk melakukan tugasmu, sebaliknya, selalu ingin mengerahkan upaya secara jasmani, maka tugasmu tentu tidak akan terlaksana dengan baik. Engkau hanya akan melakukan tugasmu dengan asal-asalan, dan tidak lebih dari itu, dan engkau tidak akan tahu seberapa baik engkau telah melakukan tugasmu. Jika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melakukan tugasmu, secara berangsur-angsur engkau akan memahami kebenaran; jika engkau tidak melakukannya, engkau tidak akan memahami kebenaran. Ketika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melakukan tugasmu dan mengejar kebenaran, secara berangsur-angsur engkau akan mampu memahami kehendak Tuhan, mengetahui kerusakan dan kekuranganmu sendiri, dan menguasai semua keadaanmu yang beraneka ragam. Jika engkau tidak menggunakan hatimu untuk memeriksa dirimu sendiri, dan berfokus hanya pada mengerahkan upaya secara lahiriah, engkau tidak akan mampu menemukan berbagai keadaan yang muncul dalam hatimu dan semua reaksi yang kaumiliki terhadap berbagai lingkungan eksternal; jika engkau tidak menggunakan hatimu untuk memeriksa dirimu sendiri, akan sulit bagimu untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam hatimu. Karena itu, engkau harus menggunakan hati dan kejujuranmu untuk memuji dan menyembah Tuhan. Untuk menggunakan hati dan kejujuranmu dalam menyembah Tuhan, engkau harus memiliki hati yang tenang dan tulus; di lubuk hatimu yang terdalam, engkau harus mengetahui cara untuk mencari kehendak Tuhan dan kebenaran, dan engkau harus merenungkan cara untuk melakukan tugasmu dengan baik, merenungkan tentang bagian-bagian mana dari tugasmu yang belum engkau pahami dan bagaimana melakukan tugasmu dengan lebih baik. Hanya dengan kerap kali memikirkan hal-hal ini dalam hatimu, barulah engkau mampu untuk mendapatkan kebenaran. Jika bukan hal-hal ini yang kerap engkau renungkan dalam hatimu, dan sebaliknya hatimu dipenuhi dengan hal-hal yang menyangkut pikiran atau hal-hal lahiriah, sibuk dengan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan menggunakan hati dan kejujuranmu untuk menyembah Tuhan—sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal itu—lalu mampukah engkau untuk mendapatkan kebenaran? Mampukah engkau memiliki hubungan dengan Tuhan?
Dikutip dari "Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Sikapmu terhadap tugasmu ialah, aku akan melihat seberapa sedikit yang bisa aku lakukan, apa yang bisa aku hindari; engkau menyeret kakimu, tanpa memedulikan berapa lama penundaan yang engkau akibatkan. Tetapi jika engkau menanggapi dengan sungguh-sungguh, engkau akan menyelesaikannya dalam waktu singkat. Ada beberapa hal yang engkau tidak tahu bagaimana melakukannya, jadi Aku memberimu petunjuk-petunjuk yang tepat. Engkau tidak perlu berpikir, engkau hanya perlu mendengarkan dan mulai melakukannya—tetapi bahkan itu kamu tidak bisa melakukannya. Di manakah kesetiaanmu? Tidak kelihatan sama sekali! Engkau hanya berbicara dan tidak punya hati. Bahkan ketika hatimu mengerti, engkau tidak melakukan apa pun. Ini adalah seorang yang tidak mencintai kebenaran! Jika engkau bisa melihatnya dengan matamu dan merasakannya dalam hatimu, tetapi masih tidak melakukan apa pun, lalu mengapa bahkan punya hati? Hati nuranimu yang secuil itu tidak mengendalikan tindakan-tindakanmu, tidak mengarahkan pikiran-pikiranmu—jadi apalah gunanya? Tidak ada gunanya sama sekali; sekedar hiasan. Iman manusia benar-benar menyedihkan! Dan apakah yang menyedihkan tentangnya? Bahkan ketika dia mengerti kebenaran, dia tidak melakukannya. Bahkan ketika dia melihat masalah, dia tidak berupaya dan tidak mengambil tanggung jawab untuknya; dia tahu bahwa itu adalah tanggung jawabnya, tetapi dia tidak melakukannya dengan segenap hati. Jika engkau tidak mengemban tanggung jawab yang ada dalam tanganmu, apakah nilai dari tanggung jawab remeh yang engkau lakukan? Apakah dampaknya? Engkau hanya melakukan upaya sepele, dengan mengatakan bahwa engkau mau melakukannya. Engkau tidak melakukannya dengan segenap hati, apalagi segenap kekuatanmu. Ini bukan melakukan tugasmu dengan standar yang dapat diterima, tidak ada kesetiaan di dalamnya; engkau hanya berpeluh mencari makananmu, dengan diterima sebagai seorang pengikut Tuhan. Apakah makna iman seperti ini? Iman seperti itu begitu tidak berharga—apakah nilainya? Ketika engkau melaksanakan tugasmu, engkau harus membayar harga. Engkau harus menanggapinya dengan sungguh-sungguh. Apakah arti menanggapinya dengan sungguh-sungguh? Melakukannya dengan sungguh-sungguh bukan berarti memberikan sedikit upaya atau menderita suatu siksaan fisik. Kuncinya adalah bahwa ada Tuhan dalam hatimu, dan beban. Dalam hatimu, engkau harus menimbang pentingnya tugasmu, dan kemudian memikul beban dan tanggung jawab ini dalam semua yang engkau lakukan dan melakukannya dengan segenap hati. Engkau harus menjadikan dirimu layak bagi misi yang telah Tuhan berikan kepadamu, serta segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan untukmu, dan harapan-Nya untukmu. Hanya melakukan yang demikian berarti bersungguh-sungguh. Tidak ada gunanya engkau melakukannya asal-asalan; engkau mungkin bisa menipu orang, tetapi engkau tidak bisa membodohi Tuhan. Jika tidak ada harga yang riil dan tidak ada kesetiaan ketika engkau melakukan tugasmu, maka itu tidak memenuhi standar. Jika Engkau tidak menanggapi imanmu kepada Tuhan dan pelaksanakan tugasmu dengan sungguh-sungguh; jika engkau selalu melakukan dengan asal-asalan dan seenaknya dalam tindakan-tindakanmu, seperti seorang tidak percaya bekerja untuk bosnya; jika engkau hanya melakukan upaya sepele, melakukannya sembarangan setiap hari, mengabaikan masalah-masalah ketika engkau melihatnya, melihat tumpahan tercecer dan tidak membersihkannya, dan tanpa pandang bulu menepis segala sesuatu yang tidak menguntungkan engkau sendiri—maka bukankah ini masalah? Bagaimana seseorang seperti ini bisa menjadi anggota keluarga Tuhan? Orang-orang seperti itu adalah orang luar; mereka bukan dari rumah Tuhan. Dalam hatimu, engkau jelas tentang apakah engkau benar, bersungguh-sungguh, ketika engkau melakukan tugasmu, dan Tuhan memperhatikannya juga. Jadi, pernahkah engkau menanggapi pelaksanaan tugasmu dengan sungguh-sungguh? Pernahkah engkau menanggapinya dengan sepenuh hati? Sudahkah engkau memperlakukannya sebagai tanggung jawabmu, kewajibanmu? Sudahkah engkau mengesampingkan kepentinganmu sendiri untuknya? Pernahkah engkau angkat bicara ketika engkau mendapati suatu masalah ketika melakukan tugasmu? Jika engkau tidak pernah angkat bicara setelah mendapati masalah, atau bahkan tidak berpikir untuk itu, jika engkau segan merepotkan dirimu sendiri dengan hal-hal seperti itu, dan berpikir semakin sedikit masalah semakin baik—jika itulah prinsip yang engkau ambil terhadapnya, maka engkau tidak melakukan tugasmu; engkau berpeluh mencari makananmu, engkau melakukan pelayanan. Para pelaku pelayanan tidak termasuk dalam rumah Tuhan. Mereka adalah pekerja; sesudah menyelesaikan pekerjaannya, mereka mengambil uang mereka dan pergi, masing-masing pergi menurut jalannya sendiri dan menjadi seorang asing bagi yang lain. Itulah hubungan mereka dengan rumah Tuhan. Para anggota rumah Tuhan berbeda: mereka berusaha keras dalam segala sesuatu, mereka mengambil tanggung jawab, mata mereka melihat apa yang perlu dilakukan di rumah Tuhan dan mereka mengingat tugas-tugas itu dalam benak, mereka mengingat segala sesuatu yang mereka pikirkan dan lihat, mereka terbeban, mereka memiliki rasa tanggung jawab—inilah para anggota rumah Tuhan. Sudahkah engkau mencapai tahap ini? (Belum.) Maka engkau masih memiliki jalan yang panjang untuk ditempuh, jadi engkau harus terus mengejar! Jika engkau tidak menganggap dirimu sebagai anggota rumah Tuhan—jika engkau menganggap dirimu sebagai di luar rumah-Nya—maka bagaimana Tuhan memandangmu? Tuhan tidak memperlakukanmu sebagai orang luar; engkaulah yang menempatkan dirimu sendiri di luar pintu-Nya. Jadi, berbicara secara objektif, engkau tidak berada dalam rumah-Nya. Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang Tuhan katakan atau tetapkan? Engkaulah yang sudah menempatkan akhir dan posisimu di luar rumah Tuhan—siapa lagi yang harus dipersalahkan?
Dikutip dari "Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Di luarnya, ada orang-orang yang sepertinya tidak memiliki masalah serius apa pun. Mereka tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, atau melakukan apa yang dilakukan orang jahat, dan mereka tidak menempuh jalan antikristus. Dalam melaksanakan tugas mereka, tidak ada kesalahan atau masalah prinsip apa pun yang muncul, tetapi tanpa menyadarinya, kesalahan dan masalah prinsip itu tersingkap. Mengapa demikian? Orang tidak dapat melihat suatu masalah, tetapi Tuhan memeriksa lubuk hati mereka, dan Dia melihat masalah tersebut. Seiring berjalannya waktu, jika mereka tetap tidak bertobat, mereka harus disingkapkan. Apa arti tetap tidak bertobat? Itu berarti mereka selalu bertindak dengan sikap yang salah, sikap yang ceroboh dan asal-asalan, sikap sembrono, dan mereka tidak pernah bertanggung jawab, apalagi setia. Mereka mungkin mengerahkan sedikit upaya, tetapi mereka hanya melakukannya dengan asal-asalan. Mereka tidak mengerahkan segenap kemampuan mereka dan pelanggaran mereka tidak ada habisnya. Dari sudut pandang-Nya, Tuhan tidak pernah melihat mereka bertobat atau melihat mereka mengubah sikap mereka yang ceroboh dan asal-asalan—artinya, mereka tidak melepaskan kejahatan di tangan mereka dan bertobat kepada-Nya. Tuhan tidak melihat ada sikap pertobatan di dalam diri mereka dan Dia tidak melihat pembalikan dalam sikap mereka. Mereka gigih dalam hal melakukan tugas dan amanat Tuhan dengan sikap dan metode yang ceroboh dan asal-asalan. Secara keseluruhan, tidak ada perubahan dalam watak mereka yang keras kepala dan keras hati ini, dan selain itu, mereka tidak pernah merasa berutang kepada Tuhan, tidak pernah merasa bahwa kecerobohan dan sikap asal-asalan mereka merupakan pelanggaran atau perbuatan jahat. Di dalam hati mereka tidak ada perasaan berutang, tidak ada rasa bersalah, tidak ada penyesalan, apalagi menyalahkan diri sendiri. Dan, seiring berjalannya waktu, Tuhan melihat bahwa orang ini tidak dapat diselamatkan. Apa pun yang Tuhan katakan, dan sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar atau sebanyak apa pun kebenaran yang mereka pahami, hati mereka tidak tergerak dan sikap mereka tidak berubah atau berbalik. Tuhan berkata: "Tidak ada harapan bagi orang ini. Tidak ada apa pun yang Kukatakan menyentuh hati mereka, dan tidak ada apa pun yang Kukatakan mengubah mereka. Tidak ada cara untuk mengubah mereka. Orang ini tidak layak untuk melakukan tugas mereka dan mereka tidak layak untuk memberikan pelayanan di rumah-Ku." Mengapa demikian? Itu karena ketika mereka melakukan tugas dan bekerja, sebanyak apa pun kesabaran yang diberikan kepada mereka, itu tidak berpengaruh dan tidak dapat membuat mereka berubah. Itu tidak dapat membuat mereka menjadi lebih baik, itu tidak memungkinkan mereka untuk memulai pada jalan untuk benar-benar mengejar kebenaran. Orang ini tidak dapat diselamatkan. Ketika Tuhan menetapkan bahwa seseorang tidak dapat diselamatkan, apakah Dia akan tetap memegang erat orang ini? Tidak. Tuhan akan melepaskan mereka. Beberapa orang selalu memohon, "Tuhan, jangan terlalu keras terhadapku, jangan membuat diriku menderita, jangan mendisiplinkan diriku. Berikanku sedikit kebebasan! Biarkan aku melakukan segala sesuatu dengan sedikit sembrono dan asal-asalan! Biarkan aku sedikit saja bersikap kurang ajar!" Mereka tidak ingin dikekang. Tuhan berkata, "Karena engkau tidak ingin menempuh jalan yang benar, maka Aku akan melepaskanmu. Aku akan memberimu kebebasan. Pergilah dan lakukan apa yang kauinginkan. Aku tidak akan menyelamatkanmu, karena engkau tidak dapat diselamatkan." Apakah mereka yang tidak dapat diselamatkan memiliki kepekaan hati nurani? Apakah mereka memiliki perasaan berutang? Apakah mereka memiliki rasa bersalah? Apakah mereka dapat merasakan teguran, pendisiplinan, hajaran, dan penghakiman Tuhan? Mereka tidak dapat merasakannya. Mereka tidak menyadari hal-hal ini; hal-hal ini samar di dalam hati mereka, atau bahkan tidak ada. Ketika seseorang telah sampai pada tahap ini, di mana Tuhan tidak lagi berada di dalam hati mereka, apakah mereka masih dapat memperoleh keselamatan? Sulit untuk dikatakan. Ketika iman seseorang telah mencapai titik seperti itu, mereka berada dalam masalah. Tahukah engkau semua bagaimana engkau seharusnya melakukan pengejaran, bagaimana engkau seharusnya melakukan penerapan, dan jalan apa yang seharusnya kaupilih untuk menghindari konsekuensi ini dan memastikan bahwa keadaan seperti itu tidak akan terjadi? Yang terpenting adalah terlebih dahulu memilih jalan yang benar, dan kemudian berfokus untuk melakukan tugas yang harus kaulakukan saat ini dengan baik. Inilah yang terpenting. Hal yang paling langsung dan jelas mencerminkan ikatan yang menghubungkanmu dengan Tuhan adalah bagaimana engkau memperlakukan hal-hal yang Tuhan percayakan kepada-Mu dan tugas yang Dia berikan kepada-Mu, serta sikap yang kaumiliki. Apa yang paling langsung terlihat adalah masalah ini. Ketika engkau telah memahami hal penting ini dan memenuhi amanat yang Tuhan berikan kepada-Mu, hubunganmu dengan Tuhan akan menjadi normal. Jika, ketika Tuhan memercayakan tugas kepada-Mu atau menyuruhmu untuk melaksanakan tugas tertentu, sikapmu adalah acuh tak acuh dan apatis, serta engkau tidak memandangnya sebagai prioritas, bukankah ini justru kebalikan dari memberikan segenap hati dan kekuatanmu? Jadi, sikapmu saat melaksanakan tugasmu adalah hal yang sangat penting, sama seperti metode dan jalan yang kaupilih. Apa hasil dari melakukan tugasmu dengan cepat dan terburu-buru, serta tidak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh? Hasilnya adalah kinerja yang buruk dalam melakukan tugasmu, meskipun engkau sanggup melakukannya dengan baik—kinerjamu tidak akan memenuhi standar, dan Tuhan tidak akan puas dengan sikapmu terhadap tugasmu. Jika, pada awalnya, engkau telah mencari dan bekerja sama secara normal; jika engkau telah mencurahkan seluruh perhatianmu untuk hal itu; jika engkau telah melakukannya dengan segenap hati dan jiwa, dan mengerahkan seluruh upayamu dalam melakukannya, dan telah mempersembahkan waktu kerjamu, perjuanganmu, dan pikiranmu ke dalamnya, atau telah menyediakan waktu untuk mencari referensi materi, dan mengabdikan seluruh pikiran dan ragamu untuk hal itu; jika saja engkau sanggup untuk bekerja sama seperti itu, maka Tuhan akan berjalan di depanmu, menuntunmu. Engkau tidak perlu mengerahkan banyak tenaga; ketika engkau berupaya sekeras mungkin untuk bekerja sama, Tuhan akan telah mengatur segala sesuatunya untukmu. Jika engkau licik serta curang, dan, di tengah pekerjaan, hatimu berubah dan engkau mulai menyimpang, Tuhan tidak akan tertarik kepadamu; engkau akan kehilangan kesempatan ini, dan Tuhan akan berkata, "Engkau tidak cukup baik; engkau tidak berguna. Sana menyingkirlah. Engkau suka bermalas-malasan, bukan? Engkau suka bersikap curang dan licik, bukan? Engkau suka beristirahat? Kalau begitu, beristirahatlah." Tuhan akan memberikan kasih karunia dan kesempatan ini kepada orang yang berikutnya. Apa yang engkau semua katakan: ini kerugian atau keuntungan? Ini adalah kerugian yang teramat besar!
Dikutip dari "Bagaimana Mengatasi Masalah Mengenai Bersikap Sembrono dan Acuh Tak Acuh Saat Melaksanakan Tugasmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Bagi beberapa orang, apa pun masalah yang mungkin mereka hadapi ketika melaksanakan tugas, mereka tidak mencari kebenaran, dan mereka selalu bertindak berdasarkan pemikiran, gagasan, imajinasi, dan keinginan mereka sendiri. Mereka selalu memuaskan keinginan egois mereka sendiri, dan watak rusak mereka selalu mengendalikan tindakan mereka. Meskipun mereka dapat menyelesaikan tugas yang telah ditugaskan kepada mereka, mereka tidak mendapatkan kebenaran apa pun. Jadi, bergantung pada apa orang-orang semacam itu ketika melaksanakan tugas mereka? Mereka tidak mengandalkan kebenaran ataupun mengandalkan Tuhan. Sedikit kebenaran yang mereka pahami itu belum mengambil kedaulatan di hati mereka; mereka sedang mengandalkan karunia dan kemampuan mereka sendiri, mengandalkan pengetahuan apa pun yang telah mereka peroleh, dan mengandalkan bakat mereka, serta tekad atau niat baik mereka sendiri, untuk menyelesaikan tugas-tugas ini. Apakah ini melakukan tugas mereka dengan baik? Apakah ini melakukan tugas mereka dengan memuaskan? Meskipun terkadang engkau mungkin mengandalkan kealamian, imajinasi, gagasan, pengetahuan, dan pembelajaran untuk memenuhi tugasmu, tidak ada hal-hal prinsip yang muncul dalam beberapa hal yang engkau lakukan. Secara lahiriah, sepertinya engkau belum menempuh jalan yang salah, tetapi ada satu hal yang tidak dapat diabaikan: selama proses melaksanakan tugasmu, jika gagasan, imajinasi, dan keinginan pribadimu tidak pernah berubah dan tidak pernah diganti dengan kebenaran, dan jika tindakan dan perbuatanmu tidak pernah dilakukan sesuai dengan kebenaran prinsip, lalu apa yang akan menjadi kesudahan akhirnya? Engkau akan menjadi pelaku pelayanan. Inilah tepatnya yang tertulis dalam Alkitab: "Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan" (Matius 7:22-23). Mengapa Tuhan menyebut orang-orang yang mengerahkan upaya dan yang memberikan pelayanan, "engkau yang melakukan kejahatan"? Ada satu hal yang kita tahu dengan pasti, yaitu bahwa apa pun tugas atau pekerjaan yang orang-orang ini lakukan, motivasi, dorongan, niat, dan pemikiran mereka muncul sepenuhnya dari keinginan egois mereka, sepenuhnya didasarkan pada gagasan dan kepentingan pribadi mereka sendiri, dan pertimbangan dan rencana-rencana mereka sepenuhnya berputar di sekitar reputasi, status, kesombongan, serta prospek masa depan mereka. Jauh di lubuk hati, mereka tidak memiliki kebenaran, dan mereka juga tidak bertindak sesuai dengan kebenaran prinsip. Jadi, apa yang penting untuk engkau semua cari sekarang? (Kami harus mencari kebenaran, dan melaksanakan tugas-tugas kami sesuai dengan kehendak dan tuntutan Tuhan.) Apa yang harus engkau lakukan secara spesifik ketika melaksanakan tugas-tugasmu sesuai dengan tuntutan Tuhan? Berkenaan dengan niat dan gagasanmu ketika melakukan sesuatu, engkau harus belajar bagaimana mengenali apakah niat dan gagasanmu itu sesuai dengan kebenaran atau tidak, serta apakah niat dan gagasanmu diarahkan untuk memenuhi keinginan egoismu sendiri atau untuk kepentingan rumah Tuhan. Jika niat dan gagasanmu sesuai dengan kebenaran, engkau dapat melakukan tugasmu sejalan dengan pemikiranmu; tetapi, jika niat dan gagasanmu tidak sesuai dengan kebenaran, engkau harus cepat berbalik dan meninggalkan jalan itu. Jalan itu keliru, dan engkau tidak boleh melakukan penerapan dengan cara itu; jika engkau terus menempuh jalan itu, pada akhirnya engkau akan melakukan kejahatan.
Dikutip dari "Cara Mengalami Firman Tuhan Dalam Tugas Seseorang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Petrus disempurnakan melalui dirinya mengalami penanganan dan pemurnian. Ia berkata, "Aku harus memuaskan keinginan Tuhan setiap saat. Dalam segala yang kulakukan, aku hanya ingin memuaskan keinginan Tuhan, dan entah aku dihajar, atau dihakimi, aku akan tetap senang melakukannya." Petrus memberikan segenap dirinya kepada Tuhan, dan pekerjaan, perkataan, serta seluruh kehidupannya, semua itu adalah demi mengasihi Tuhan. Ia adalah seorang yang mencari kekudusan, dan semakin banyak yang dialaminya, semakin besar kasihnya kepada Tuhan jauh di lubuk hatinya. Sementara itu, Paulus hanya melakukan pekerjaan lahiriah, dan meskipun ia juga bekerja keras, jerih payahnya sekadar untuk dapat bekerja dengan baik dan dengan demikian mendapat upah. Seandainya ia tahu bahwa ia tak akan mendapat upah, ia pasti sudah menyerah dalam pekerjaannya itu. Perkara yang dihiraukan Petrus hanyalah kasih sejati dalam hatinya, dan hal yang nyata serta dapat dicapai. Ia tidak menghiraukan apakah ia akan menerima upah, melainkan apakah wataknya dapat diubahkan. Paulus menghiraukan soal bekerja lebih keras lagi, ia menghiraukan soal pekerjaan dan pengabdian lahiriah, dan tentang doktrin-doktrin yang tidak dialami oleh orang biasa. Ia sama sekali tidak menghiraukan soal perubahan jauh di lubuk hatinya maupun soal kasih yang sejati kepada Tuhan. Pengalaman Petrus bertujuan untuk mencapai kasih sejati dan pengenalan yang benar tentang Tuhan. Pengalamannya bertujuan agar hubungannya lebih dekat dengan Tuhan, dan untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata. Pekerjaan Paulus dilakukan karena pekerjaan itu dipercayakan kepadanya oleh Yesus, dan untuk mendapatkan hal-hal yang didambakannya, tetapi hal-hal ini tidak berkaitan dengan pengenalan akan dirinya sendiri dan akan Tuhan. Pekerjaannya semata-mata demi meloloskan diri dari hajaran dan penghakiman. Yang Petrus cari adalah kasih yang murni, dan yang Paulus cari adalah mahkota kebenaran. Petrus mengalami pekerjaan Roh Kudus selama bertahun-tahun, dan memiliki pengetahuan yang nyata tentang Kristus, juga pengetahuan mendalam mengenai dirinya sendiri. Jadi, kasihnya kepada Tuhan murni. Bertahun-tahun pemurnian telah meningkatkan pengetahuannya tentang Yesus dan kehidupan, dan kasihnya adalah kasih yang tanpa syarat, kasih yang spontan, dan ia tidak menuntut apa pun sebagai balasan, ia juga tidak berharap mendapat keuntungan apa pun. Paulus bekerja selama bertahun-tahun, tetapi ia tidak memiliki pengetahuan yang banyak tentang Kristus, dan pengetahuannya tentang dirinya sendiri pun sangat sedikit. Ia tak memiliki kasih sama sekali kepada Kristus, dan pekerjaannya serta perjalanan yang dilaluinya bertujuan agar ia mendapatkan penghargaan pada akhirnya. Perkara yang dicarinya adalah mahkota yang paling cemerlang, bukan kasih yang termurni. Ia tidak mencari secara aktif, tetapi secara pasif; ia tidak melakukan tugasnya, tetapi dipaksa dalam pengejarannya setelah ditangkap oleh pekerjaan Roh Kudus. Jadi, pengejarannya tidaklah membuktikan bahwa ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat. Petruslah makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat, yang melakukan tugasnya. Manusia berpikir bahwa semua orang yang berkontribusi kepada Tuhan semestinya mendapat upah, dan semakin besar kontribusi yang diberikan, tentu semakin besar pula perkenanan Tuhan yang semestinya diterimanya. Esensi sudut pandang manusia adalah selalu bertransaksi, dan manusia tidak berusaha secara aktif melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bagi Tuhan, semakin orang berusaha memiliki kasih yang sejati kepada Tuhan dan ketaatan penuh kepada Tuhan, yang juga berarti berusaha melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semakin mereka dapat memperoleh perkenanan Tuhan. Sudut pandang Tuhan adalah menuntut manusia memulihkan kembali tugas dan status mereka yang semula. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, jadi manusia seharusnya tidak melewati batasnya sendiri dengan mengajukan tuntutan kepada Tuhan, dan seharusnya tidak melakukan apa pun selain melakukan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tempat tujuan Paulus dan Petrus ditentukan berdasarkan apakah mereka dapat melakukan tugas mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan bukan berdasarkan ukuran kontribusi mereka; tempat tujuan mereka ditentukan berdasarkan perkara yang mereka cari sejak semula, bukan berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan, atau perkiraan orang lain mengenai mereka. Jadi, berusaha secara aktif melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah jalan menuju keberhasilan; mengupayakan jalan kasih sejati kepada Tuhan adalah jalan yang paling benar; mengusahakan perubahan pada watak lama seseorang, dan mengupayakan kasih yang murni kepada Tuhan, adalah jalan menuju keberhasilan. Jalan menuju keberhasilan yang seperti itu adalah jalan pemulihan tugas yang semula, juga pemulihan rupa makhluk ciptaan Tuhan yang semula. Inilah jalan pemulihan, dan inilah juga tujuan semua pekerjaan Tuhan dari awal hingga akhir. Jika pengejaran manusia dinodai dengan tuntutan pribadi yang berlebihan serta keinginan yang tidak masuk akal, hasil yang dicapai tidak akan berupa perubahan dalam watak manusia. Ini bertentangan dengan pekerjaan pemulihan. Pekerjaan itu pasti bukanlah pekerjaan yang dilakukan oleh Roh Kudus, sehingga membuktikan bahwa pengejaran semacam ini tidak diperkenan oleh Tuhan. Apakah pengejaran yang tidak berkenan kepada Tuhan memiliki makna penting?
Dikutip dari "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"
Satu-satunya yang Petrus inginkan adalah berkenan di hati Tuhan. Ia berusaha memenuhi keinginan Tuhan, dan terlepas dari penderitaan dan kesengsaraan, ia tetap bersedia untuk memenuhi kehendak Tuhan. Tidak ada pengejaran oleh orang yang percaya kepada Tuhan yang lebih besar daripada itu. Hal yang dicari Paulus ternoda oleh dagingnya sendiri, oleh gagasannya sendiri, dan oleh rencana serta rancangannya sendiri. Ia sama sekali bukan makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat, bukan seseorang yang berusaha untuk memenuhi kehendak Tuhan. Petrus berusaha untuk tunduk pada pengaturan Tuhan, dan meskipun pekerjaan yang dilakukannya tidak besar, motivasi di balik pengejarannya dan jalan yang ditempuhnya benar; meskipun ia tidak mampu mendapatkan banyak orang, ia mampu mengejar jalan kebenaran. Karena hal ini, dapat dikatakan bahwa ia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat. Sekarang ini, sekalipun engkau bukan seorang pekerja, engkau harus mampu melakukan tugas seorang makhluk ciptaan Tuhan dan berupaya untuk tunduk pada semua pengaturan Tuhan. Engkau harus mampu menaati apa pun yang Tuhan katakan, dan mengalami segala macam kesusahan dan pemurnian, dan sekalipun engkau lemah, dalam hatimu, engkau harus tetap mampu mengasihi Tuhan. Mereka yang bertanggung jawab atas hidupnya sendiri bersedia melakukan tugas seorang makhluk ciptaan Tuhan, dan sudut pandang orang-orang semacam itu terhadap pengejaran adalah sudut pandang yang benar. Inilah orang-orang yang Tuhan butuhkan. Jika engkau melakukan banyak pekerjaan, dan orang lain memperoleh pengajaran darimu, tetapi engkau sendiri tidak berubah, dan tidak memiliki kesaksian apa pun, atau tidak memiliki pengalaman yang sejati, sampai-sampai pada akhir hidupmu, masih tak ada apa pun yang telah engkau lakukan menjadi kesaksian, lalu apakah engkau seorang yang telah diubahkan? Apakah engkau seorang yang mengejar kebenaran? Pada waktu itu, Roh Kudus memakaimu, tetapi pada saat Dia memakaimu, Dia memakai bagian dari dirimu yang dapat digunakan untuk bekerja, dan Dia tidak memakai bagian dari dirimu yang tidak dapat digunakan untuk bekerja. Jika engkau berusaha untuk berubah, engkau akan berangsur-angsur disempurnakan selama proses engkau sedang dipakai. Meski demikian, Roh Kudus tidak bertanggung jawab tentang apakah engkau pada akhirnya akan didapatkan atau tidak, dan ini tergantung pada cara pengejaranmu. Jika tidak ada perubahan dalam watak pribadimu, itu adalah karena sudut pandangmu tentang pengejaran salah. Jika engkau tidak dikaruniai upah, itu adalah masalahmu sendiri, dan itu adalah karena engkau tidak menerapkan kebenaran, dan tak mampu memenuhi keinginan Tuhan. Jadi, tak ada yang lebih penting daripada pengalaman pribadimu, dan tak ada yang lebih penting daripada jalan masukmu sendiri! Ada orang-orang yang pada akhirnya akan berkata: "Aku sudah melakukan begitu banyak pekerjaan bagi-Mu, dan meskipun Aku tidak memiliki pencapaian yang patut dirayakan, tetap saja aku sudah rajin dalam upayaku. Tidak dapatkah Engkau mengizinkanku masuk ke dalam surga untuk memakan buah pohon kehidupan?" Engkau harus tahu orang-orang macam apa yang Aku inginkan; mereka yang tidak murni tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan, mereka yang tidak murni tidak diizinkan mencemarkan tanah yang kudus. Meskipun engkau mungkin sudah melakukan banyak pekerjaan, dan telah bekerja selama bertahun-tahun, pada akhirnya, jika engkau masih sangat kotor, maka menurut hukum Surga tidak dapat dibenarkan jika engkau berharap dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku! Semenjak dunia dijadikan sampai saat ini, tak pernah Aku menawarkan jalan masuk yang mudah ke dalam kerajaan-Ku kepada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan perkenanan-Ku. Ini adalah peraturan surgawi, dan tak seorang pun dapat melanggarnya! Engkau harus mencari hidup. Sekarang ini, orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang sejenis dengan Petrus. Mereka adalah orang-orang yang mengusahakan perubahan pada wataknya sendiri, dan bersedia menjadi kesaksian bagi Tuhan serta melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan disempurnakan. Jika engkau hanya mencari upah, dan tidak berusaha mengubah watak hidupmu sendiri, maka semua upayamu akan sia-sia—ini adalah kebenaran yang tak dapat diubah!
Dikutip dari "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani" dalam "Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia"