3. Perbedaan antara percaya kepada Tuhan dan percaya pada agama
Firman Tuhan yang Relevan:
Apakah arti kepercayaan pada agama? Apakah arti kepercayaan kepada Tuhan? Apakah ada bedanya? Apa ciri-ciri yang umum dan menonjol dari agama? Bagaimana orang pada umumnya mendefinisikan kepercayaan pada agama? Kepercayaan pada agama terdiri dari perubahan dalam perilaku, suatu perubahan dalam perilaku seperti bertengkar dengan orang lain, mengutuk orang lain, melakukan hal-hal yang buruk, mengeksploitasi orang lain, mengambil keuntungan dari orang lain, dan melakukan pencurian kecil. Pada dasarnya, ini mengacu pada perubahan dalam perilaku. Ketika orang percaya pada agama, mereka berusaha berperilaku baik, menjadi orang baik; semua ini adalah perilaku lahiriah. Bagaimana dengan agama sebagai penopang psikologis? Bagaimana dengan alam pikiran? Dengan iman, orang memang memiliki penopang secara psikologis. Karena itu, kepercayaan pada agama dapat didefinisikan sebagai berikut: berperilaku baik, dan memiliki penopang psikologis—tidak lebih. Dalam hal detail seperti, apakah sosok yang mereka percayai benar-benar ada atau tidak dan siapa Dia sebenarnya, dan apa yang Dia minta dari mereka, orang menggunakan dugaan dan imajinasi mereka. Kepercayaan dengan dasar seperti itu disebut kepercayaan pada agama. Kepercayaan pada agama terutama berarti mengejar perubahan dalam perilaku dan memiliki penopang psikologis, tetapi apakah hal itu melibatkan perubahan dalam jalan hidup orang? Tidak ada sedikit pun melibatkan perubahan dalam jalan, tujuan, atau arah kehidupan orang, tidak juga pada dasar kehidupannya. Dan apa arti percaya kepada Tuhan? Apa yang Tuhan definisikan dan tuntut sebagai percaya kepada-Nya? (Percaya pada kedaulatan-Nya.) Itu berarti percaya bahwa Dia ada dan percaya pada kedaulatan-Nya—inilah yang paling mendasar. Apa yang Tuhan tuntut dari orang-orang dalam kepercayaan mereka kepada-Nya? Apa yang tercakup di dalam tuntutan ini? (Menjadi orang yang jujur, memiliki kemanusiaan yang normal, mengejar kebenaran, mengejar perubahan watak, dan berusaha untuk mengenal Tuhan.) Dan adakah yang dituntut dari orang-orang sehubungan dengan perkataan dan perilaku mereka? Secara lahiriah, engkau dituntut untuk memiliki kepatutan dasar orang kudus dan hidup dalam kemanusiaan yang normal. Dan apa definisi percaya kepada Tuhan? Percaya kepada Tuhan adalah ketaatan pada firman Tuhan; itu berarti ada, hidup, dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan firman yang diucapkan oleh Tuhan, dan terlibat dalam semua aktivitas kemanusiaan yang normal. Yang tersirat di sini adalah bahwa percaya kepada Tuhan berarti mengikut Tuhan, melakukan apa yang Tuhan ingin engkau lakukan, dan hidup sebagaimana Tuhan ingin engkau hidup. Percaya kepada Tuhan berarti mengikuti jalan-Nya. Dan dengan melakukan itu, bukankah tujuan dan arah kehidupan orang sama sekali berbeda dari orang-orang yang percaya pada agama? Apa yang tercakup dalam kepercayaan kepada Tuhan? Orang harus hidup dalam kemanusiaan yang normal; mereka harus menaati firman Tuhan, apa pun yang Tuhan minta untuk mereka lakukan; dan mereka harus melakukan penerapan sesuai dengan firman Tuhan. Semua hal ini melibatkan firman Tuhan. Apa itu firman Tuhan? (Kebenaran.) Kepercayaan kepada Tuhan melibatkan kebenaran; itu adalah sumbernya, dan jalan hidup yang benar; itu melibatkan jalan yang ditempuh orang dalam hidup. Apakah kepercayaan pada agama melibatkan semua ini? Tidak. Untuk percaya pada agama, orang cukup hanya berperilaku baik secara lahiriah, mengekang diri, mematuhi aturan, dan memiliki penopang psikologis. Jika orang berperilaku baik dan memiliki pendukung dan penopang psikis, apakah jalan mereka dalam kehidupan berubah? (Tidak.) Beberapa orang berkata, "Percaya pada agama dan percaya kepada Tuhan adalah hal yang sama." Lalu, apakah mereka mengikut Tuhan? Kepercayaan pada agama hanyalah mengejar perubahan perilaku, tidak lebih dari pengejaran akan penopang psikologis, dan tidak melibatkan kebenaran apa pun. Akibatnya, tidak bisa ada perubahan dalam watak orang-orang ini. Mereka tidak mampu menerapkan kebenaran, atau mengalami perubahan nyata apa pun, dan mereka tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Ketika orang percaya pada agama, sebaik apa pun perilakunya, sekuat apa pun penopang psikologis mereka, apakah mereka mengikut Tuhan? (Tidak.) Lalu, siapa yang mereka ikuti? Mereka mengikut Iblis. Dan apa dasar dari apa yang mereka jalani, kejar, inginkan, terapkan, dan andalkan dalam hidup mereka? Dasar itu sepenuhnya adalah watak rusak Iblis dan esensinya. Cara mereka berperilaku dan memperlakukan orang lain sesuai dengan logika dan falsafah hidup Iblis; semua yang mereka katakan adalah dusta, tanpa kebenaran sedikit pun; mereka belum sedikit pun mencapai perubahan dalam watak jahat mereka, dan yang mereka ikuti tetaplah Iblis. Pandangan hidup, nilai-nilai, cara menangani segala sesuatu, dan prinsip-prinsip tindakan mereka semuanya adalah ungkapan natur mereka yang jahat; hanya ada sedikit perubahan dalam perilaku lahiriah mereka; tidak ada perubahan sedikit pun dalam jalan hidup mereka, cara hidup mereka, atau pandangan mereka. Jika engkau benar-benar percaya kepada Tuhan, perubahan apa yang sebenarnya sudah terjadi padamu setelah percaya kepada Tuhan selama beberapa tahun? Dasar kehidupanmu mengalami perubahan. Di atas dasar apa engkau hidup? Apa yang mengatur apa yang kaulakukan dan katakan setiap hari? Didasarkan pada apa semua itu? (Itu semua didasarkan pada firman Tuhan dan kebenaran.) Misalnya, mungkin engkau tidak lagi berbohong—apa dasar dari hal ini? Mengapa engkau tidak berkata bohong seperti itu lagi? (Karena Tuhan tidak menyukainya.) Ada dasar yang di atasnya engkau tidak lagi berbicara atau bertindak seperti itu, dan dasar itu adalah firman Tuhan, apa yang Tuhan minta, dan kebenaran. Jadi, apakah orang semacam itu memiliki jalan hidup yang sama? Berikut ringkasannya: apa arti kepercayaan pada agama? Dan apa arti kepercayaan kepada Tuhan? Ketika orang percaya pada agama, mereka mengikut Iblis; ketika mereka percaya kepada Tuhan, mereka mengikut Tuhan. Itulah perbedaannya. Saat ini, engkau melakukan tugasmu di rumah Tuhan; apakah engkau percaya pada agama atau kepada Tuhan? Apa bedanya? Tergantung pada apakah hal ini? Hal ini tergantung pada jalan yang kautempuh. Jika yang kaukejar adalah perilaku yang baik, penopang psikologis, kepatuhan pada aturan, dan merencanakan untuk keuntungan pribadi, dan jika engkau tidak mengejar kebenaran sedikit pun, tetapi hanya menjadi orang yang kelihatannya baik, dan tidak ada perubahan sedikit pun dalam natur esensimu atau watakmu yang rusak, berarti engkau percaya pada agama. Orang-orang yang percaya kepada Tuhan mampu menerima semua kebenaran yang Tuhan ungkapkan; mereka mampu merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri sesuai dengan kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat, dan akhirnya, mereka menjadi mampu hidup menurut firman Tuhan, menaati Tuhan, dan menyembah Tuhan—hanya orang-orang semacam itulah yang merupakan orang percaya sejati di dalam Tuhan.
Dikutip dari "Kepercayaan pada Agama Tidak akan Membawa pada Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Apa perbedaan antara kepercayaan kepada Tuhan dan kepercayaan pada agama? Semua orang menaruh kepercayaan pada agama karena orang itu tidak punya mata pencaharian sehingga mereka mungkin mengalami kesulitan dalam keluarga. Jika tidak, alasan lainnya adalah karena mereka ingin menemukan sesuatu untuk dijadikan sandaran, untuk menemukan makanan rohani. Kepercayaan pada agama sering kali tidak lebih dari membuat orang menjadi dermawan, membantu orang lain, bersikap baik kepada orang lain, melakukan lebih banyak perbuatan baik untuk mengumpulkan kebajikan, tidak melakukan pembunuhan atau pembakaran, tidak melakukan hal-hal buruk, tidak memukul orang atau memaki mereka, tidak mencuri atau merampok, dan tidak curang atau menipu. Inilah konsep "kepercayaan pada agama" yang ada di benak setiap orang. Seberapa banyak konsep kepercayaan pada agama yang ada di dalam hatimu semua saat ini? Dapatkah engkau semua mengetahui apakah memiliki pemikiran ini adalah kepercayaan pada agama atau bukan? Apakah ada perbedaan antara percaya kepada Tuhan dan percaya pada agama? Apa perbedaan antara kepercayaan pada agama dan kepercayaan kepada Tuhan? Ketika engkau baru mulai percaya kepada Tuhan, engkau mungkin merasa bahwa kepercayaan pada agama dan kepercayaan kepada Tuhan adalah hal yang sama. Namun sekarang, setelah percaya kepada Tuhan selama lebih dari lima tahun, menurutmu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kepercayaan kepada Tuhan? Apakah ada perbedaan dengan kepercayaan pada agama? Kepercayaan pada agama berarti mengikuti ritual tertentu untuk membawa kebahagiaan dan kenyamanan kepada roh seseorang. Ini tidak terkait dengan pertanyaan tentang jalan apa yang ditempuh orang, dengan cara apa orang hidup, atau bagaimana mereka menjalani hidup. Artinya, tidak ada perubahan di dalam pikiranmu dan di dalam batinmu; engkau tetaplah dirimu sendiri, serta natur dan esensimu tetap sama. Engkau belum menerima kebenaran yang berasal dari Tuhan dan menjadikannya hidupmu, tetapi hanya melakukan beberapa perbuatan baik atau mengikuti ritual dan aturan. Engkau hanya terlibat dalam beberapa aktivitas yang berkaitan dengan kepercayaan pada agama—hanya ini, itu saja. Jadi, apa yang dimaksud dengan kepercayaan kepada Tuhan? Itu berarti perubahan dalam cara hidupmu di dunia ini, artinya telah terjadi perubahan nilai dalam keberadaan dan tujuan hidupmu. Engkau awalnya hidup untuk hal-hal seperti menghormati leluhurmu, ingin lebih baik daripada orang lain, memiliki kehidupan yang baik, dan berjuang untuk mendapatkan ketenaran dan kekayaan. Sekarang, engkau telah meninggalkan hal-hal tersebut. Engkau tidak lagi mengikut Iblis, tetapi engkau ingin meninggalkannya, meninggalkan kecenderungan yang jahat ini. Engkau mengikut Tuhan, yang kauterima adalah kebenaran dan jalan yang kautempuh adalah pengejaran akan kebenaran. Arah hidupmu telah berubah total. Itu berarti melakukan pendekatan terhadap kehidupan secara berbeda, memiliki cara hidup yang berbeda, mengikut Sang Pencipta, menerima dan tunduk pada aturan dan pengaturan Sang Pencipta, menerima penyelamatan Sang Pencipta, dan pada akhirnya menjadi makhluk ciptaan sejati. Bukankah ini mengubah cara hidupmu? Ini sama sekali berkebalikan dari pengejaran, cara hidupmu yang sebelumnya, dan motivasi serta niat di balik semua yang kaulakukan—semuanya sama sekali bertentangan, bahkan tidak memiliki natur dan ciri yang sama secara keseluruhan.
Dikutip dari "Selama Ini Apa yang Sebenarnya Manusia Andalkan untuk Hidup" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Cara paling sederhana untuk menggambarkan kepercayaan kepada Tuhan adalah percaya Tuhan itu ada, dan, di atas dasar ini, mengikuti-Nya, menaati-Nya, menerima kekuasaan, pengaturan, dan penataan-Nya, mendengarkan firman-Nya, hidup sesuai dengan firman-Nya, melakukan segala sesuatu menurut firman-Nya, menjadi makhluk ciptaan sejati, serta takut akan Dia dan menjauhi kejahatan; hanya inilah kepercayaan sejati kepada Tuhan. Inilah arti mengikut Tuhan. Engkau berkata bahwa engkau mengikut Tuhan, tetapi di dalam hatimu, engkau tidak menerima firman Tuhan, dan engkau tidak menerima kekuasaan, pengaturan, dan penataan-Nya. Jika engkau selalu memiliki gagasan tentang apa yang Tuhan lakukan, dan engkau selalu salah memahami apa yang Dia lakukan, dan mengeluh tentang hal itu; jika engkau selalu merasa tidak puas, dan engkau selalu mengukur dan melakukan pendekatan pada apa yang Dia lakukan dengan menggunakan gagasan dan imajinasimu sendiri; jika engkau selalu memiliki pemahamanmu sendiri—ini akan menyebabkan masalah. Engkau tidak sedang mengalami pekerjaan Tuhan, dan engkau tidak mungkin sungguh-sungguh mengikuti-Nya. Hal semacam itu bukanlah arti kepercayaan kepada Tuhan.
Apa sebenarnya arti kepercayaan kepada Tuhan? Apakah kepercayaan pada agama sama dengan kepercayaan kepada Tuhan? Ketika orang percaya pada agama, mereka mengikut Iblis. Ketika mereka percaya kepada Tuhan barulah mereka mengikut Tuhan, dan hanya mereka yang mengikut Kristus yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Apakah orang yang tidak akan pernah menerima firman Tuhan sebagai hidup mereka adalah orang yang percaya kepada Tuhan? Itu tidak ada gunanya, berapa tahun pun mereka telah percaya kepada Tuhan. Orang yang selalu terlibat dalam ritual keagamaan dalam iman mereka, tetapi tidak menerapkan kebenaran bukanlah orang percaya kepada Tuhan, dan Tuhan tidak mengakui mereka. Atas dasar apa Tuhan mengakuimu? Pengakuan-Nya atasmu didasarkan pada apakah engkau bertindak sesuai dengan tuntutan-Nya dalam segala hal atau tidak. Pengakuan-Nya diukur sesuai dengan firman-Nya, bukan berdasarkan pada berapa banyak perubahan yang ada dalam perilaku lahiriahmu, atau berapa banyak waktu yang kauhabiskan sibuk mengerjakan banyak hal untuk Dia, tetapi berdasarkan pada jalan yang kautempuh, dan apakah engkau mengejar kebenaran atau tidak. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa mereka percaya kepada Tuhan dan mengucapkan kata-kata pujian untuk Tuhan—tetapi, di dalam hati, mereka tidak menyukai firman yang diucapkan oleh Tuhan, mereka juga tidak tertarik pada kebenaran. Di dalam hati, mereka selalu percaya bahwa jika mereka hidup dengan falsafah Iblis dan berbagai doktrin di dunia luar barulah mereka akan menjadi normal dan mampu melindungi diri mereka sendiri, bahwa hanya hidup seperti inilah yang akan memberi nilai bagi kehidupan mereka di dunia ini. Apakah ini orang yang percaya kepada Tuhan dan mengikut Dia? Semua perkataan dari tokoh-tokoh terkenal dan hebat terdengar sangat filosofis dan sangat mampu untuk menipu orang. Jika engkau memperlakukan semua perkataan ini sebagai kebenaran dan mematuhinya sebagai prinsip-prinsip, tetapi, jika berkenaan dengan firman Tuhan, dengan firman Tuhan yang paling umum, yang meminta agar engkau menjadi orang yang jujur, agar engkau menjaga posisi yang diberikan kepadamu dengan sangat hati-hati dan melakukan tugas makhluk ciptaan, dan agar engkau tetap setia—engkau tidak mampu melakukannya, dan engkau tidak memperlakukannya sebagai kebenaran, itu berarti engkau bukan pengikut Tuhan. Engkau mungkin mengatakan bahwa engkau telah menerapkan firman-Nya, tetapi bagaimana jika Tuhan menuntut kebenaran darimu dan bertanya: "Apa yang telah kauterapkan? Siapa yang mengucapkan perkataan yang kauterapkan itu? Apa dasar dari prinsip-prinsip yang kaupatuhi?" Jika dasar itu bukan firman Tuhan, itu adalah perkataan Iblis; apa yang kaujalani adalah perkataan Iblis, tetapi engkau tetap mengatakan bahwa engkau menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan, bukankah ini penghujatan terhadap-Nya? Tuhan berkata bahwa manusia harus bersikap jujur, tetapi ada orang yang tidak merenungkan apa yang termasuk dalam bersikap jujur, bagaimana seharusnya mereka menerapkan kejujuran, atau hal-hal mana yang mereka jalani dan singkapkan yang tidak jujur, dan mana di antaranya yang jujur. Mereka tidak merenungkan esensi kebenaran dalam firman Tuhan, tetapi mencari sebuah buku orang tidak percaya, dan, setelah membacanya, mereka berkata, "Ini adalah perkataan yang bagus—bahkan lebih bagus daripada firman Tuhan. 'Orang yang jujur selalu menang'—bukankah itu sama dengan yang Tuhan katakan? Ini juga adalah kebenaran!" Jadi, mereka mematuhi perkataan ini. Apa yang mereka jalani jika mereka mematuhi perkataan ini? Apakah mereka mampu hidup dalam kenyataan kebenaran? Apakah ada banyak orang semacam itu? Mereka mendapatkan sedikit pengetahuan, membaca beberapa buku, dan mendapatkan sedikit wawasan, dan mereka mendengar beberapa peribahasa terkenal atau pepatah populer dan memperlakukan semua ini sebagai kebenaran. Mereka bertindak sesuai dengan perkataan ini, dan menerapkannya pada tugas dan kehidupan kepercayaan mereka kepada Tuhan, dan bahkan mengira ini memuaskan Dia. Bukankah ini keterampilan menipu? Bukankah ini tipu daya? Itu adalah penghujatan! Ada banyak hal seperti ini dalam diri manusia. Mereka mematuhi doktrin manusia yang kedengarannya menyenangkan dan tampaknya benar seolah-olah itu adalah kebenaran. Mereka mengesampingkan firman Tuhan dan tidak mengindahkannya, dan, berapa kali pun mereka membacanya, mereka tidak menganggapnya serius atau memperlakukannya sebagai kebenaran. Apakah orang yang melakukan hal ini adalah orang yang percaya kepada Tuhan? Apakah mereka mengikut Tuhan? Orang semacam itu percaya pada agama; mereka mengikut Iblis! Di dalam hati, mereka mengira ada falsafah dalam perkataan yang diucapkan Iblis, bahwa perkataan ini memiliki makna yang mendalam, bahwa semua itu adalah sesuatu yang berkuasa, perkataan bijak, dan, apa pun yang dapat mereka tinggalkan, mereka tidak pernah mampu mengesampingkan perkataan-perkataan ini. Bagi mereka, melakukannya akan menjadi seperti kehilangan nyawa mereka, atau jantung mereka dilubangi. Orang macam apakah ini? Ini adalah orang yang mengikut Iblis.
Dikutip dari "Kepercayaan pada Agama Tidak akan Membawa pada Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika orang percaya kepada Tuhan tetapi tidak mengindahkan firman-Nya, menerima kebenaran, atau tunduk pada penataan dan pengaturan-Nya; jika mereka hanya menunjukkan perilaku baik tertentu, tetapi tidak mampu meninggalkan daging, dan tidak melepaskan apa pun dari harga diri atau kepentingan mereka; jika, meskipun mereka terlihat melaksanakan tugas, mereka tetap hidup menurut watak jahat mereka, dan belum sedikit pun melepaskan falsafah dan cara hidup Iblis, dan tidak berubah—lalu bagaimana mungkin mereka percaya kepada Tuhan? Itu adalah kepercayaan pada agama. Orang-orang semacam itu meninggalkan segala sesuatu dan mengorbankan diri mereka sendiri secara lahiriah, tetapi jalan yang mereka tempuh dan sumber serta motivasi dari segala sesuatu yang mereka lakukan tidak didasarkan pada firman Tuhan atau kebenaran; sebaliknya, mereka terus bertindak menurut imajinasi, keinginan, dan asumsi subjektif mereka sendiri, dan falsafah serta watak Iblis terus menjadi dasar keberadaan dan tindakan mereka. Dalam hal kebenaran siapa yang tidak mereka pahami, mereka tidak mencarinya; dalam hal kebenaran siapa yang mereka pahami, mereka tidak menerapkannya, tidak meninggikan Tuhan sebagai Tuhan yang besar, ataupun menghargai kebenaran. Meskipun mereka secara teori adalah pengikut Tuhan, itu hanya di mulut saja; hakikat tindakan mereka tidak lain adalah ungkapan watak mereka yang rusak. Tidak ada tanda bahwa motif dan niat mereka adalah untuk menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai dengan firman Tuhan. Orang-orang yang memikirkan kepentingan mereka sendiri di atas segalanya, yang memenuhi keinginan dan niat mereka sendiri terlebih dahulu—apakah ini orang-orang yang mengikut Tuhan? (Tidak.) Dan dapatkah orang yang tidak mengikut Tuhan menghasilkan perubahan dalam watak mereka? (Tidak.) Dan jika mereka tidak dapat mengubah watak mereka, bukankah mereka menyedihkan? ... Ketika mereka tidak memiliki masalah, ketika segalanya berjalan lancar bagi mereka, kebanyakan orang merasa bahwa Tuhan itu berkuasa, benar, dan indah. Ketika Tuhan menguji mereka, menangani mereka, mendidik mereka, dan mendisiplinkan mereka, ketika Dia meminta mereka untuk mengesampingkan kepentingan mereka sendiri, untuk berpaling dari daging mereka dan menerapkan kebenaran, ketika Tuhan bekerja di dalam diri mereka, serta mengatur dan memerintah atas nasib dan hidup mereka, mereka memberontak, dan menciptakan kerenggangan antara diri mereka dan Tuhan; mereka menciptakan konflik dan jurang pemisah antara diri mereka dan Tuhan. Pada saat-saat seperti itu, di dalam hati mereka, Tuhan sama sekali tidak indah; Dia sama sekali tidak berkuasa, karena apa yang Dia lakukan tidak memenuhi keinginan mereka. Tuhan membuat mereka sedih; Dia membuat mereka kesal; Dia mendatangkan kesakitan dan penderitaan kepada mereka; Dia membuat mereka merasa tidak menentu. Karena itu, mereka sama sekali tidak tunduk kepada Tuhan, malah memberontak terhadap-Nya dan menjauhi-Nya. Apakah mereka menerapkan kebenaran dengan melakukan ini? Apakah mereka mengikuti jalan Tuhan? Apakah mereka mengikut Tuhan? Tidak. Jadi, sebanyak apa pun gagasan dan imajinasimu tentang pekerjaan Tuhan, dan bagaimanapun engkau sebelumnya bertindak sesuai dengan kehendakmu sendiri dan memberontak terhadap Tuhan, jika engkau benar-benar mengejar kebenaran, dan menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan, serta menerima dirimu dipangkas dan ditangani oleh firman Tuhan; jika, dalam segala sesuatu yang Dia atur, engkau dapat mengikuti jalan Tuhan, menaati firman Tuhan, mencari kehendak-Nya, melakukan penerapan sesuai dengan firman dan kehendak-Nya, dapat berusaha untuk tunduk, dan dapat mengesampingkan semua kehendak, keinginan, pertimbangan, motivasi, dan penentanganmu sendiri kepada Tuhan—hanya dengan begitulah engkau mengikut Tuhan! Engkau mengatakan engkau mengikut Tuhan, tetapi semua yang kaulakukan, kaulakukan sesuai dengan kehendakmu sendiri. Dalam segala sesuatu yang kaulakukan, engkau memiliki tujuanmu sendiri, rencanamu sendiri; engkau tidak menyerahkannya pada kehendak Tuhan. Jadi, apakah Tuhan masih Tuhanmu? Jika Tuhan bukan Tuhanmu, berarti, ketika engkau mengatakan engkau mengikut Tuhan, bukankah ini adalah kata-kata kosong? Bukankah kata-kata seperti itu adalah upaya untuk mengelabui orang? Engkau mengatakan bahwa engkau mengikut Tuhan, tetapi semua tindakan dan perilakumu, pandanganmu akan kehidupan, nilai-nilaimu, dan sikap serta prinsip yang kaugunakan untuk melakukan pendekatan dan menangani masalah semuanya berasal dari Iblis—engkau menangani semua ini sepenuhnya sesuai dengan prinsip dan logika Iblis. Jadi, apakah engkau mengikut Tuhan?
Dikutip dari "Kepercayaan pada Agama Tidak akan Membawa pada Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika, dalam iman mereka, manusia memperlakukan kebenaran sebagai seperangkat peraturan yang harus ditaati, bukankah iman mereka itu cenderung untuk berubah menjadi upacara keagamaan? Dan apa perbedaan antara upacara keagamaan semacam ini dengan kekristenan? Mereka mungkin lebih dalam dan lebih progresif dalam cara mereka mengatakan sesuatu, tetapi jika iman mereka telah menjadi hanya seperangkat peraturan dan sejenis upacara, apakah itu berarti itu telah berubah menjadi kekristenan? (Ya.) Ada perbedaan antara ajaran yang lama dan ajaran yang baru, tetapi jika ajaran itu tidak lebih dari semacam teori dan hanya menjadi suatu bentuk upacara, doktrin untuk orang-orang—dan juga, jika mereka tidak bisa mendapatkan kebenaran darinya atau tidak bisa masuk ke dalam kenyataan kebenaran, bukankah iman mereka sama saja dengan Kekristenan? Intinya, bukankah ini adalah kekristenan? (Ya.) Jadi, dalam perilakumu dan pelaksanaan tugasmu, dalam hal apa engkau memiliki pandangan dan keadaan yang sama atau serupa dengan orang percaya dalam kekristenan? (Dalam mematuhi peraturan, dan diperlengkapi dengan perkataan dan doktrin.) (Dalam berfokus pada penampilan sebagai seorang yang rohani dan memperlihatkan perilaku yang baik, dan dalam bersikap saleh dan rendah hati.) Engkau berusaha untuk memiliki perilaku lahiriah yang baik, melakukan yang terbaik untuk mengemas dirimu dalam semacam penampilan yang rohani, berbicara doktrin rohani, mengatakan hal-hal yang benar secara rohani, melakukan hal-hal yang relatif disetujui dalam gagasan dan imajinasi manusia, dan berpura-pura saleh. Engkau mengucapkan perkataan dan doktrin dari tempat tinggi, mengajar orang untuk berbuat baik, menjadi orang saleh, dan mengerti kebenaran; engkau menganggap dirimu lebih rohani dari orang lain, dan memancarkan spiritualitas yang dangkal dalam semua yang engkau katakan dan lakukan. Namun, dalam penerapannya, engkau tidak pernah mencari kebenaran; begitu menghadapi masalah, engkau bertindak sepenuhnya sesuai dengan kehendak manusia, mengesampingkan Tuhan. Engkau tidak pernah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, engkau tidak pernah memahami apa yang dibicarakan dalam kebenaran, apa kehendak Tuhan, apa standar yang dituntut-Nya dari manusia—engkau tidak pernah menganggap serius atau membuat dirimu memikirkan tentang masalah-masalah ini. Apakah tindakan lahiriah dan keadaan batin manusia—artinya, jenis iman ini—merupakan rasa takut akan Tuhan dan usaha menjauhi kejahatan? Jika tidak ada hubungan antara iman manusia dan pengejaran mereka akan kebenaran, lalu apakah mereka percaya kepada Tuhan atau tidak? Tak peduli berapa tahun orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan pengejaran akan kebenaran ini percaya kepada Tuhan, dapatkah mereka benar-benar memiliki rasa hormat yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan? (Tidak, mereka tidak dapat.) Jadi apa artinya perilaku lahiriah orang-orang seperti itu? Jalan seperti apa yang dapat mereka tempuh? (Jalan orang Farisi.) Dengan apa mereka menghabiskan hari-hari mereka untuk memperlengkapi diri? Bukankah dengan perkataan dan teori? Bukankah mereka menghabiskan hari-hari mereka dengan mempersenjatai diri, dengan membekali diri mereka dengan perkataan dan teori, untuk membuat diri mereka semakin seperti orang-orang Farisi, lebih rohani, dan lebih seperti orang-orang yang seharusnya melayani Tuhan? Sebenarnya apakah natur dari semua cara ini? Apakah menyembah Tuhan? Apakah iman yang tulus kepada-Nya? (Bukan.) Jadi apa yang sedang mereka lakukan? Mereka sedang menipu Tuhan; mereka hanya melakukan langkah-langkah suatu proses, dan terlibat dalam upacara keagamaan. Mereka mengibarkan bendera iman dan melakukan ritual keagamaan, berusaha menipu Tuhan untuk mencapai tujuan mereka agar diberkati. Mereka sama sekali tidak menyembah Tuhan. Pada akhirnya, bukankah sekelompok orang seperti ini akan berakhir seperti orang-orang di dalam gereja yang seharusnya melayani Tuhan, dan yang seharusnya percaya dan mengikuti Tuhan?
Dikutip dari "Hanya Jika Engkau Selalu Hidup di Hadirat Tuhan, Engkau Dapat Menempuh Jalan Keselamatan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"
Jika jalan yang engkau semua ikuti sama dengan jalan yang diikuti oleh orang-orang beragama, itu membuat engkau semua menjadi orang yang percaya pada agama Kristen; engkau tidak percaya kepada Tuhan dan tidak mengalami pekerjaan-Nya. Beberapa orang yang belum lama percaya kepada Tuhan mengagumi orang yang telah lama percaya kepada Tuhan, yang ucapannya berdasarkan penalaran yang masuk akal. Mereka melihat orang-orang semacam itu duduk di sana dan dapat berbicara selama dua atau tiga jam dengan mudah. Mereka mulai belajar dari mereka—istilah dan ungkapan rohani, serta bagaimana orang tersebut berbicara dan berperilaku. Mereka kemudian berkomitmen untuk menghafal beberapa ayat Alkitab, dan karena itu mereka melanjutkan sampai, suatu hari, tahun-tahun kepercayaan mereka sudah cukup lama bagi mereka untuk duduk dan menjelaskan ayat-ayat tersebut tanpa henti, dengan fasih dan panjang lebar. Namun, jika orang mendengarkan dengan saksama, semua itu adalah omong kosong, semuanya kata-kata kosong, hanya huruf-huruf yang tertulis dan doktrin; dan mereka jelas adalah para penipu yang agamawi, menipu diri sendiri dan orang lain. Sungguh hal yang menyedihkan! Engkau semua tidak boleh mengikuti jalan itu, yang, sekali ditempuh, menyebabkan kehancuran dan sulit untuk berbalik darinya. Menghargai hal-hal semacam itu, mengambilnya sebagai hidupnya, dan menggunakannya untuk membandingkan dirinya sendiri terhadap orang lain ke mana pun dia pergi; ditambah lagi, selain watak jahat yang rusak, dia memiliki beberapa teori rohani dan unsur-unsur kemunafikan—orang ini tidak hanya menjijikkan, tetapi sangat menjijikkan, memuakkan dan tidak tahu malu, serta orang lain tidak tahan melihat mereka. Oleh karena itu, denominasi orang-orang yang pernah mengikut Tuhan Yesus sekarang disebut agama Kristen. Itu adalah sebuah denominasi, dan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, mereka hanya secara kaku mengikuti ritual keagamaan. Tidak ada perubahan sama sekali dalam watak hidup mereka, dan mereka bukanlah orang yang mengejar kebenaran; pengejaran mereka bukanlah jalan, kebenaran, dan hidup yang berasal dari Tuhan, melainkan mereka berusaha menjadi orang Farisi dan memusuhi Tuhan—inilah kelompok orang yang sekarang disebut sebagai orang Kristen. Bagaimana kelompok mereka bisa disebut "orang Kristen"? Itu muncul karena mereka berpura-pura sebagai orang kudus, rohani, dan baik hati, serta sebagai pengikut sejati Tuhan, tetapi mereka menolak semua kebenaran dan mereka menolak kenyataan semua hal positif yang berasal dari Tuhan. Mereka menggunakan firman yang sebelumnya telah Tuhan ucapkan untuk menyamarkan diri mereka sendiri, untuk mempersenjatai dan menyembunyikan diri mereka sendiri, dan akhirnya mereka menggunakannya sebagai semacam modal untuk menipu orang-orang di mana pun dalam hal makanan dan minuman. Mereka menyamar sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan dengan demikian membual dan menipu orang lain; mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain—bagi mereka, hal-hal ini adalah kemuliaan dan modal. Mereka juga ingin mendapatkan berkat dan upah Tuhan melalui penipuan. Inilah jalan yang mereka ikuti. Karena mereka mengikuti jalan semacam inilah sehingga kelompok mereka akhirnya disebut sebagai agama Kristen. Kalau dilihat sekarang, apakah sebutan "orang Kristen" itu baik atau buruk? Itu adalah sebutan yang memalukan dan tidak ada yang mulia atau indah tentangnya.
Dikutip dari "Hanya Mereka yang Menerapkan Kebenaran yang Takut akan Tuhan" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"