Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (1) Pasal Dua
Bab Satu: Memimpin Orang untuk Makan dan Minum Firman Tuhan serta Memahaminya, dan untuk Masuk ke dalam Kenyataan Firman Tuhan
Pemimpin Palsu Tidak Memiliki Kualitas dan Kemampuan untuk Memahami Firman Tuhan
Orang seperti apakah pemimpin palsu itu? Yang pasti, pemimpin palsu adalah seseorang yang tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, dan seseorang yang tidak melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin. Mereka tidak melakukan pekerjaan yang nyata atau pekerjaan yang penting; hanya mengurus beberapa persoalan yang bersifat umum dan tugas-tugas sederhana, yang tidak ada kaitannya dengan jalan masuk kehidupan atau kebenaran. Sebanyak apa pun pekerjaan yang mereka lakukan, itu sama sekali tidak bermakna. Itulah sebabnya pemimpin seperti itu digolongkan sebagai pemimpin palsu. Jadi, bagaimana tepatnya kita dapat mengidentifikasi pemimpin palsu? Sekarang, mari kita mulai menganalisisnya. Pertama-tama, harus dijelaskan bahwa tanggung jawab utama dari seorang pemimpin atau pekerja adalah memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan serta mempersekutukan kebenaran dengan cara yang memungkinkan orang-orang dapat memahaminya dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Ini merupakan kriteria terpenting untuk menguji apakah seorang pemimpin itu benar atau palsu. Perhatikan apakah mereka mampu memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan serta memahami kebenaran, dan dapat menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Itulah satu-satunya kriteria untuk menguji kualitas dan kemampuan seorang pemimpin atau pekerja dalam memahami firman Tuhan, dan untuk menguji apakah mereka dapat memimpin umat pilihan Tuhan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika seorang pemimpin atau pekerja mampu memahami firman Tuhan secara murni dan memahami kebenaran, mereka seharusnya dapat menyelesaikan gagasan dan imajinasi yang dimiliki orang mengenai iman kepada Tuhan berdasarkan firman Tuhan, dan membantu mereka memahami kenyataan pekerjaan Tuhan. Mereka juga seharusnya dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan nyata yang dihadapi umat pilihan Tuhan berdasarkan firman-Nya, terutama yang berkaitan dengan pandangannya yang keliru tentang iman atau kesalahpahaman mereka tentang melaksanakan tugas. Mereka juga harus menerapkan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah yang muncul ketika umat menghadapi berbagai ujian dan kesengsaraan, serta mampu membimbing umat pilihan Tuhan untuk memahami dan menerapkan kebenaran, dan masuk ke dalam kenyataan firman-Nya. Pada saat yang sama, mereka harus menganalisis berbagai watak rusak manusia berdasarkan berbagai keadaan rusak yang disingkapkan dalam firman Tuhan sehingga umat pilihan Tuhan dapat memahami mana di antara watak rusak ini yang terdapat di dalam dirinya, mencapai pengenalan akan diri sendiri dan membenci serta memberontak terhadap Iblis. Dengan begini, umat pilihan Tuhan akan mampu untuk tetap teguh dalam kesaksian mereka, mengalahkan Iblis, dan memuliakan Tuhan dalam menghadapi berbagai ujian. Inilah pekerjaan yang harus dilakukan oleh para pemimpin dan pekerja. Inilah pekerjaan gereja yang paling mendasar, penting, dan substansial. Jika orang-orang yang menjadi pemimpin memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan dan kualitas untuk memahami kebenaran, mereka bukan hanya akan mampu memahami dan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, melainkan mereka juga akan mampu membimbing, menuntun, dan membantu orang-orang yang mereka pimpin untuk memahami firman Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan firman-Nya. Namun, kualitas untuk memahami firman Tuhan dan kebenaran justru tidak dimiliki oleh pemimpin-pemimpin palsu. Mereka tidak memahami firman Tuhan, tidak mengenali watak rusak yang diperlihatkan orang dalam berbagai keadaan sebagaimana disingkapkan dalam firman-Nya, atau keadaan apa yang menimbulkan penentangan, keluhan, dan pengkhianatan terhadap Tuhan, dan seterusnya. Pemimpin palsu tidak mampu merenungkan dirinya sendiri atau mencocokkan firman Tuhan dengan dirinya. Mereka hanya memahami sedikit doktrin dan beberapa aturan dari firman Tuhan secara harfiah. Ketika bersekutu dengan orang lain, mereka hanya mengucapkan sebagian firman-Nya, lalu menjelaskan artinya secara harfiah. Dengan melakukannya, mereka mengira sedang bersekutu tentang kebenaran dan melakukan pekerjaan nyata. Jika seseorang dapat membaca dan mengucapkan firman Tuhan seperti dirinya, mereka akan menganggapnya sebagai orang yang mencintai dan memahami kebenaran. Seorang pemimpin palsu hanya memahami firman Tuhan secara harfiah. Mereka pada dasarnya tidak memahami kebenaran firman Tuhan sehingga tidak mampu menyampaikan pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka tentang firman-Nya. Pemimpin palsu tidak memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan; mereka hanya dapat memahami artinya secara dangkal, tetapi merasa yakin bahwa itulah yang dimaksud dengan memahami firman Tuhan dan kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka selalu menafsirkan makna harfiah firman Tuhan untuk menasihati dan membantu orang lain. Mereka yakin bahwa melakukan hal itu sama artinya dengan melakukan pekerjaan, mereka sedang memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan, serta masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Pada kenyataannya, meskipun pemimpin palsu sering bersekutu dengan orang lain tentang firman Tuhan dengan cara ini, mereka tidak mampu menyelesaikan masalah nyata sedikit pun, dan umat pilihan Tuhan tetap tidak mampu menerapkan atau mengalami firman-Nya. Betapa pun seringnya mereka menghadiri pertemuan atau makan dan minum firman Tuhan, mereka tetap tidak memahami kebenaran, juga tidak memiliki jalan masuk kehidupan, dan tidak satu pun di antara mereka dapat berbicara tentang pengetahuan berdasarkan pengalaman mereka. Bahkan, jika ada orang jahat dan pengikut yang bukan orang percaya yang menimbulkan gangguan di gereja, tak seorang pun dapat mengenalinya. Ketika seorang pemimpin palsu melihat pengikut yang bukan orang percaya atau orang jahat yang menimbulkan gangguan, pemimpin tersebut tidak menggunakan kemampuan untuk mengenali, tetapi justru menunjukkan kasih dan memberikan nasihat kepada mereka, serta meminta orang lain untuk bersikap toleran dan bersabar terhadap orang-orang ini, membiarkan mereka terus menimbulkan gangguan di gereja. Hal ini mengakibatkan pekerjaan gereja sama sekali tidak membuahkan hasil. Ini merupakan konsekuensi dari kegagalan pemimpin palsu untuk melakukan pekerjaan nyata. Pemimpin palsu tidak dapat menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Hal ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran. Ketika berbicara, mereka hanya melontarkan kata-kata dan doktrin, dan mereka minta orang-orang untuk menerapkan doktrin dan peraturan semata. Misalnya, ketika ada orang yang memiliki kesalahpahaman terhadap Tuhan, pemimpin palsu akan berkata kepadanya, "Firman Tuhan sudah mengulas semua ini: Apa pun yang Tuhan lakukan, itu adalah demi keselamatan manusia, itu adalah kasih. Lihatlah betapa jelas dan lugasnya firman Tuhan. Bagaimana mungkin kau masih salah paham terhadap-Nya?" Pengajaran semacam inilah yang diberikan pemimpin palsu kepada orang-orang. Mereka melontarkan kata-kata dan doktrin untuk menasihati, mengekang, dan membuat orang mematuhi peraturan. Ini sama sekali tidak efektif dan tidak dapat menyelesaikan masalah apa pun. Pemimpin palsu hanya dapat menyampaikan kata-kata dan doktrin untuk membimbing orang lain, dan membuat orang mengira bahwa mampu menyampaikan doktrin artinya mereka telah memasuki kenyataan kebenaran. Namun, ketika kesulitan menimpa, mereka tidak tahu cara untuk menerapkannya dan tidak memiliki jalan, semua kata-kata dan doktrin yang telah mereka pahami menjadi tidak berguna. Ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan bahwa memahami doktrin itu sama sekali tidak berguna atau tidak bernilai. Satu-satunya hal yang dipahami oleh pemimpin palsu adalah doktrin. Mereka tidak dapat mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah; tidak memiliki prinsip dalam bertindak, dan dalam kehidupannya, mereka hanya mengikuti beberapa peraturan yang mereka anggap baik. Orang-orang seperti itu tidak memiliki kenyataan kebenaran. Itulah sebabnya, ketika seorang pemimpin palsu memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan, tidak ada dampak yang nyata. Mereka hanya dapat membuat orang lain memahami arti harfiah dari firman Tuhan, tetapi tidak bisa membantunya untuk mendapatkan pencerahan dari firman Tuhan atau memahami watak rusak seperti apa yang terdapat dalam dirinya. Pemimpin palsu tidak memahami keadaan manusia atau esensi watak apa yang diperlihatkan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu, bagian mana dari firman Tuhan yang harus digunakan untuk menyelesaikan keadaan yang salah dan watak rusak tersebut, apa yang dikatakan tentang semua itu dalam firman Tuhan, tuntutan dan prinsip-prinsip firman Tuhan, atau kebenaran yang terkandung di dalamnya. Pemimpin palsu sama sekali tidak memiliki pemahaman tentang kenyataan kebenaran ini. Mereka hanya menasihati orang dengan berkata, "Makan dan minumlah lebih banyak firman Tuhan. Ada kebenaran di dalamnya. Kau akan mengerti setelah membaca firman-Nya lebih banyak lagi. Jika kau tidak memahami sebagian dari firman itu, yang harus kaulakukan hanyalah lebih banyak berdoa, lebih banyak mencari, dan lebih banyak merenungkannya." Beginilah cara mereka menasihati orang lain, dan mereka tidak dapat menyelesaikan masalah dengan melakukan hal tersebut. Siapa pun yang menghadapi masalah dan datang untuk meminta nasihat, mereka mengatakan hal yang sama. Namun, setelah itu, orang tersebut tetap tidak mengenal dirinya sendiri dan tetap tidak memahami kebenaran. Mereka tidak akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri yang nyata, atau memahami bagaimana mereka seharusnya menerapkan firman Tuhan. Mereka hanya akan berpegang pada firman Tuhan dan peraturan-peraturan secara harfiah. Mereka tetap tidak memahami berbagai hal yang menyangkut prinsip-prinsip kebenaran mengenai menerapkan firman Tuhan atau masuk dalam kenyataan kebenaran. Inilah hasil dari pekerjaan pemimpin palsu, tidak ada satu pun hasil yang nyata.
Tuhan menghendaki umat-Nya berpakaian sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus. "Sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus"—terdiri dari delapan kata, tetapi apakah engkau semua memahami maknanya? (Kami semua tahu bahwa menurut doktrin, Tuhan menghendaki agar umat-Nya berpakaian sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus, tetapi dalam berpakaian, kami sendiri tidak tahu bagaimana menilai cara berpakaian yang sederhana atau sopan.) Ini berkenaan dengan masalah apakah engkau memahami kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak dapat menilainya, itu membuktikan bahwa engkau tidak memahami firman Tuhan. Jika demikian, apa makna dari memahami firman Tuhan? Maknanya adalah memahami kriteria kesederhanaan dan kesopanan yang Tuhan sampaikan, atau secara lebih spesifik, warna dan gaya berpakaian. Warna dan gaya berpakaian seperti apa yang sederhana dan sopan? Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk memahami kebenaran mengetahui mana cara berpakaian yang sederhana dan sopan, dan mana yang aneh. Ada pakaian-pakaian yang sederhana dan sopan, tetapi gayanya kuno. Tuhan tidak menyukai hal-hal yang kuno, dan Dia tidak meminta umat-Nya meniru gaya masa lalu atau menjadi orang Farisi yang munafik. Yang Tuhan maksudkan dengan "sederhana dan sopan" adalah memiliki keserupaan dengan manusia normal, terlihat mulia, anggun, dan berkelas. Tuhan tidak meminta agar umat-Nya mengenakan pakaian yang aneh-aneh, atau berpakaian compang-camping seperti orang yang sangat miskin, tetapi Dia meminta agar mereka berpakaian sederhana dan sopan, yang sesuai dengan perilaku orang kudus. Inilah pemahaman orang normal. Namun, setelah mendengar perkataan ini, seorang pemimpin palsu menjadi bersemangat dan berkata, "Firman Tuhan memberi kita batasan mengenai bagaimana cara berpakaian. 'Sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus'—jika kita berpegang pada kedelapan kata ini, kita akan memuliakan Tuhan, tidak mempermalukan Dia, dan akan menjadi umat yang sangat dihormati di antara orang-orang tidak percaya. Jadi, apa yang dimaksud dengan sederhana dan sopan? Maksudnya, engkau harus memiliki keserupaan dengan manusia dalam berbicara serta bertindak, dan harus berperilaku seperti orang kudus. Berbicara mengenai orang kudus, secara umum yang kita maksudkan adalah orang-orang kudus zaman dahulu. Jika kita ingin berperilaku seperti orang kudus, kita harus meniru gaya orang-orang kudus pada zaman dahulu, tetapi jika engkau keluar di jalan dengan mengenakan pakaian zaman dahulu, orang akan mengira bahwa engkau gila. Ini tidak sejalan dengan prinsip memuliakan Tuhan, tetapi kita seharusnya dapat menelusurinya dari beberapa bukti pakaian yang dikenakan orang-orang kudus pada zaman modern. Beberapa puluh tahun yang lalu, lingkungan sosial masih lebih baik. Orang-orang lebih sederhana, dan cara berpakaiannya lebih konservatif dan sopan. Jika engkau berpakaian menurut standar ini, engkau akan terlihat sederhana dan sopan, dan berperilaku seperti orang kudus. Inilah jalan untuk menerapkannya." Ketika mengetahui bahwa pada tahun 1970-an dan 1980-an orang-orang mengenakan kemeja putih dan celana panjang berwarna biru, pemimpin palsu itu memberi tahu saudara-saudari, "Aku telah melihat terang dalam firman Tuhan. Pada tahun 70-an dan 80-an, orang-orang mengenakan pakaian yang cukup sopan dan sederhana. Pakaian itu tidak bisa dikatakan anggun, tetapi sepertinya lebih sesuai dengan tuntutan firman Tuhan, jadi kita akan berpakaian sesuai dengan standar ini." Pemimpin tersebut mulai mengenakannya, dan semua orang berpikir bahwa pakaian itu terlihat bagus, cukup sopan dan sederhana. Pemimpin kemudian berkata, "Tuhan mengatakan jangan mengenakan pakaian yang aneh-aneh. Pertama-tama, kemeja harus dikancingkan sampai ke leher, dan semua kancing pada manset juga harus dikencangkan. Pergelangan tangan tidak boleh terlihat, kemeja harus dimasukkan, dan semuanya harus tertutup rapat, bagian dada atau punggung tidak boleh terbuka. Lihatlah, betapa sederhana dan sopannya! Bukankah ini pakaian yang sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus, seperti yang Tuhan tuntut?" Pemimpin itu merasa sangat senang dengan pakaian yang dikenakannya saat itu, dan mengharuskan yang lain untuk mengikutinya, dengan berkata "Pakaian engkau semua terlalu modern, terlalu modis. Itu mempermalukan Tuhan, dan Dia tidak menyukainya. Segera kenakan pakaian seperti yang kupakai, jadilah seperti aku!" Orang-orang yang tidak memiliki pemahaman langsung mengikutinya, mereka mencari dan mengenakan pakaian yang dikatakan sederhana dan sopan, sesuai dengan perilaku orang kudus, bahkan banyak orang menganggap pakaian itu bagus. Namun, sebagian orang merasa jijik dalam hatinya dengan hal-hal kuno ini dan merasa bahwa tindakan itu tidak pantas, serta merupakan pemahaman yang menyimpang terhadap firman Tuhan. Meskipun tidak dapat mengatakan dengan jelas apakah benar atau salah untuk mendengarkan pemimpin itu serta tidak berani mengambil kesimpulan, orang-orang ini menganjurkan untuk tidak serta merta mengikutinya. Mereka yakin bahwa apa yang dikatakan pemimpin itu tidak sepenuhnya benar, dan tidak mengikutinya. Hanya orang-orang bodoh, tidak memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan, dan tidak membaca sendiri firman Tuhan, yang akan mengikuti apa pun yang dikatakan pemimpin palsu itu, dan melakukan apa pun yang diperintahkan dengan cara apa pun. Mereka mengikuti pemimpin palsu itu dan menirunya, mengenakan pakaian yang sama ketika keluar rumah. Setiap kali berada di tengah kerumunan, mereka merasa sangat senang dan berpikir, "Kami percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan pakaianku sangat memperlihatkan perilaku orang kudus. Apa yang engkau semua kenakan? Betapa mencolok, modern, dan buruknya pakaianmu! Lihatlah kami, tidak ada yang terbuka!" Mereka menganggap dirinya hebat. Pemimpin palsu tersebut bukan hanya tidak menyadari bahwa itu merupakan penafsiran yang salah atas firman Tuhan, melainkan justru mengira bahwa dia sedang menerapkan firman Tuhan dan masuk ke dalam kenyataannya. Inilah yang dilakukan oleh pemimpin palsu. Bahkan untuk tuntutan Tuhan yang paling sederhana dan paling mudah dipahami bagi manusia, pemimpin palsu tidak dapat benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan firman Tuhan, standar yang dituntut, atau prinsip-prinsipnya. Lalu, dapatkah mereka memahami apa yang Tuhan sampaikan tentang watak rusak manusia, atau berbagai keadaan manusia? Dapatkah mereka memahami dengan tepat apa yang dimaksud dengan kebenaran di sini? Tentu saja tidak.
Pemimpin palsu tidak memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan; mereka hanya mengetahui apa yang telah Tuhan sampaikan melalui firman itu secara harfiah, tetapi tidak memahami kebenaran apa yang diungkapkan di dalamnya, apa yang Tuhan tuntut dari manusia, atau prinsip-prinsip kebenaran apa yang seharusnya dipahami manusia. Itulah sebabnya, ketika bersekutu tentang firman Tuhan, mereka hanya menafsirkan beberapa di antaranya secara harfiah dan memberikan sejumlah ketentuan dan peraturan kepada orang-orang untuk diikuti, menggunakannya untuk membuktikan bahwa mereka juga memahami firman Tuhan dan telah melakukan pekerjaan. Bahkan, ada pemimpin palsu yang menganggap firman Tuhan sudah cukup jelas, hanya saja orang-orang tidak pernah makan dan minum firman Tuhan atau tidak berusaha memahaminya. Ketika melihat setiap orang memiliki buku firman Tuhan di tangannya, pemimpin palsu beranggapan bahwa memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan adalah hal yang tidak perlu. Karena itu, ketika ada masalah selama pertemuan atau ketika melaksanakan tugas, mereka hanya mengirimkan beberapa bagian firman Tuhan pilihan kepada orang-orang, lalu berkata, "Bacalah bagian firman Tuhan yang ini," "Bacalah bagian firman Tuhan yang itu," atau "Firman Tuhan berkata begini tentang aspek ini, dan berkata begitu tentang aspek itu". Mereka hanya mengirimkan bagian firman Tuhan pilihan dan secara persuasif mendorong orang-orang untuk membacanya. Mereka yakin inilah cara memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan dan yakin mereka sedang melaksanakan tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Setelah membaca firman tersebut, orang-orang berkata, "Aku juga sudah membaca firman Tuhan ini; bukankah berlebihan jika engkau mengumpulkan firman ini untukku?" Namun, pemimpin palsu itu beranggapan, "Jika aku tidak mengirimkannya kepadamu, engkau tidak akan bisa menemukan di pasal atau halaman berapa firman ini berada. Bahkan, engkau tidak mengetahui dalam konteks apa Tuhan menyampaikan firman tersebut. Sebagai seorang pemimpin, aku harus mengemban tanggung jawab ini, mengirimkan firman Tuhan kepadamu kapan saja dan di mana saja." Sejumlah pemimpin palsu bahkan dengan penuh perhatian mengirimkan sepuluh hingga dua puluh bagian firman Tuhan dalam sehari kepada seseorang demi menunjukkan kesetiaan terhadap pekerjaan serta tekadnya untuk memimpin orang ke dalam kenyataan firman Tuhan. Firman Tuhan ini memang dikirimkan kepada orang-orang, tetapi apakah masalah mereka terpecahkan? Apakah pemimpin palsu memenuhi peran yang seharusnya sebagai seorang pemimpin? Sering kali, mereka tidak memenuhi peran tersebut karena jika seseorang mampu memahami firman ini sendiri, mereka tidak akan membutuhkan seorang pemimpin. Bagian-bagian firman Tuhan yang dikirim oleh para pemimpin palsu sebenarnya sudah diketahui oleh mereka yang sering membaca firman Tuhan, tetapi apa yang kurang pada orang-orang ini? Apa kesulitan dan masalah mereka? Kesulitan mereka adalah dalam hal masalah yang berkaitan dengan kebenaran-kebenaran tersebut dan ketika menghadapi kesulitan, mereka tidak dapat memahami esensi masalahnya, tidak tahu dari mana harus mulai menyelesaikannya, serta tidak tahu bagaimana masuk ke dalam kebenaran tersebut—demikian juga, para pemimpin palsu pun tidak mengetahuinya. Lalu, apakah pemimpin palsu itu telah memenuhi tanggung jawab mereka dalam hal ini? Apakah mereka kompeten dalam menjadi pemimpin? Jelas bahwa mereka belum memenuhi tanggung jawab ini. Sebagai contoh, ketika seseorang membaca tentang menjadi orang yang jujur dalam firman Tuhan, karena tidak mengetahui cara makan dan minum firman Tuhan dan tidak memiliki kualitas untuk mengerti dan memahami kebenaran, pemimpin palsu akan berkata, "Tuntutan Tuhan tidak tinggi. Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang jujur, dan bersikap jujur artinya mengatakan yang sebenarnya. Bukankah firman Tuhan telah mengatakan semuanya? Dia berfirman, 'Tetapi hendaknya perkataanmu demikian, Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak' (Matius 5:37). Firman Tuhan sudah sangat jelas! Katakan saja apa yang ada di hatimu; betapa sederhananya itu! Mengapa engkau tidak dapat melakukannya? Firman Tuhan adalah kebenaran, kita harus menerapkannya. Tidak menerapkannya berarti memberontak, apakah Tuhan akan menyelamatkan orang-orang yang memberontak terhadap-Nya? Tidak." Setelah mendengar hal ini, ada orang yang menjawab, "Semua yang engkau katakan itu benar, tetapi kami masih tidak tahu bagaimana menjadi orang jujur. Sering kali, berbohong terjadi tanpa disengaja, atau dilakukan seseorang ketika mereka tidak punya pilihan lain, atau karena alasan tertentu. Jadi, bagaimana kami harus menyelesaikannya?" Apa yang akan dikatakan pemimpin palsu itu? "Bukankah ini mudah untuk diselesaikan? Bukankah firman Tuhan sudah menjelaskannya? Menjadi orang jujur itu seperti menjadi anak kecil; sesederhana itu! Berapa pun usiamu, tidak bisakah engkau menjadi seperti anak kecil saja? Lihat saja perilaku anak-anak." Orang-orang yang mendengarnya kemudian berpikir, "Perilaku utama dari seorang anak adalah polos dan ceria, melompat-lompat, kekanak-kanakan, dan tidak mengerti banyak hal. Karena pemimpin berkata demikian, aku akan berbuat seperti itu." Keesokan harinya, orang yang berusia tiga puluh atau empat puluhan ini mengepang rambutnya menjadi dua bagian kecil, memakai pita dan jepit rambut merah muda, memakai baju, sepatu, dan kaus kaki merah muda, semuanya serba merah muda. Ketika melihat hal tersebut, pemimpin palsu berkata, "Benar! Berjalanlah seperti anak kecil, melompat-lompat. Berbicaralah lebih polos seperti anak kecil, dengan sorot mata yang tak berdosa, dan senyuman di wajahmu—bukankah ini sama dengan kembali bersikap seperti anak-anak? Inilah perilaku orang jujur!" Pemimpin itu sangat senang, sementara orang-orang lainnya memandang hal itu sebagai perilaku yang bodoh dan tidak normal. Pemimpin palsu tersebut bukan hanya gagal menyelesaikan masalahnya, melainkan juga tidak tahu bagaimana mencari prinsip-prinsip kebenaran sama sekali, dan justru membawa orang ke jalan yang tidak masuk akal. Bahkan, untuk kebenaran yang paling sederhana tentang menjadi orang jujur, pemimpin palsu itu tidak tahu bagaimana memahaminya dengan benar dan murni, justru menerapkan peraturan tanpa pertimbangan. Pemahamannya begitu menyimpang sehingga membuat orang-orang yang mendengarnya merasa muak. Inilah yang dilakukan oleh pemimpin palsu.
Pemimpin palsu memahami firman Tuhan dengan berbagai cara, dan memunculkan berbagai sudut pandang yang aneh dan ganjil. Mereka juga mengatasnamakan penerapan dan ketaatan terhadap firman Tuhan untuk memaksa orang lain menerima dan mengikuti pemahaman mereka. Singkatnya, orang-orang seperti pemimpin palsu ini sering kali memiliki pemahaman yang dangkal dan menyimpang tentang firman Tuhan. Jika menggunakan istilah rohani untuk mendefinisikannya, mereka dapat dikatakan "tidak memiliki pemahaman rohani". Bukan saja pemahaman mereka tentang firman Tuhan menyimpang, melainkan juga mereka sering kali memaksa orang lain untuk mengikuti doktrin-doktrin dan peraturan yang menyimpang tersebut seperti mereka. Sementara itu, mereka menggunakan pemahamannya yang menyimpang untuk mengutuk orang-orang yang memiliki pemahaman yang murni tentang kebenaran. Pemimpin palsu ini yang tidak memiliki pemahaman rohani, tidak meneliti dan menganalisis firman Tuhan, sama seperti yang dilakukan antikristus. Sekilas, mereka terlihat bersikap tunduk terhadap firman Tuhan, makan, minum, dan menerimanya. Akan tetapi, karena kualitas yang buruk dan ketidakmampuannya untuk memahami firman Tuhan, mereka memperlakukan firman Tuhan sebagai sebuah buku teks, dan meyakini bahwa firman Tuhan itu mengikuti logika "satu ditambah satu sama dengan dua, dua ditambah dua sama dengan empat". Mereka tidak tahu bahwa firman Tuhan adalah kebenaran, dan untuk masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, seseorang harus memahami apa makna dari kebenaran yang diungkapkan dalam firman-Nya, serta berbagai situasi dan isi yang terkait dengan kebenaran tersebut. Ketika orang lain memahami firman Tuhan dengan cara yang sangat spesifik dan praktis, mereka menganggapnya dangkal dan tidak patut didengarkan sambil berkata, "Aku sudah mengerti seluruhnya, aku tahu semuanya. Apa yang engkau sampaikan itu sudah diterangkan dengan jelas dalam firman Tuhan, jadi mengapa engkau harus mengatakannya lagi?" Padahal kenyataannya, mereka tidak tahu bahwa apa yang dibahas orang lain mencakup isi yang spesifik yang berkaitan dengan kebenaran dalam firman Tuhan. Karena para pemimpin palsu ini tidak memiliki pemahaman rohani dan tidak memiliki kemampuan untuk memahami firman Tuhan, mereka menganggap semua kebenaran itu kurang lebih sama, tidak ada perbedaan spesifik dalam masalah yang dibahas terkait dengan kebenaran tersebut, dan meskipun masalah ini terus-menerus dibahas, pada dasarnya semua itu adalah persoalan yang sama. Pemahaman tersebut menunjukkan masalah yang serius dan ini menakdirkan orang-orang seperti itu tidak akan pernah memahami kebenaran.
Pemimpin Palsu Tidak Dapat Memimpin Orang Masuk ke Dalam Kenyataan Kebenaran
Ada orang-orang yang saat ini memiliki kualitas yang baik dan kemampuan pemahaman yang telah memperoleh sejumlah pengalaman dan jalan masuk ke dalam aspek dasar dari firman Tuhan serta memiliki sejumlah kenyataan kebenaran, tetapi mereka membutuhkan bimbingan dan kepemimpinan yang lebih spesifik agar jalan masuknya bisa lebih terperinci dan lebih spesifik. Hanya pemimpin palsu yang gagal memahami apa yang dimaksud dengan rincian spesifik dari kebenaran atau alasan mengapa kebenaran itu diungkapkan dengan cara demikian. Mereka beranggapan itu hanya membuat persoalan menjadi rumit atau sekadar permainan kata-kata. Mereka tidak mengerti atau tidak tahu bagaimana memahami atau mengalami berbagai aspek yang termasuk dalam kebenaran. Karena itu, setelah menjadi pemimpin, yang dapat mereka lakukan hanyalah memimpin orang lain untuk makan dan minum firman Tuhan yang sudah sering dipersekutukan, kemudian berbicara sedikit tentang doktrin, dan merangkum beberapa cara yang dapat diterapkan untuk menaati peraturan, dan yang orang dapatkan dari mereka hanyalah istilah-istilah rohani yang dangkal, kata-kata, doktrin, peraturan, dan slogan-slogan yang sering diucapkan orang. Bagi orang percaya baru, khotbah pemimpin palsu hanya bisa bertahan selama satu atau dua tahun, tetapi setelah itu, mereka yang telah memahami sejumlah kebenaran akan mulai mengenali serangkaian pernyataan dan pendekatan pemimpin palsu tersebut. Adapun bagi orang-orang yang pada dasarnya tidak memiliki kemampuan untuk memahami, apa pun yang dikhotbahkan pemimpin palsu tidak akan mereka rasakan atau sadari. Mereka tidak menyadari bahwa yang dikhotbahkan pemimpin palsu itu hanyalah kata-kata dan doktrin, yang mereka pahami hanyalah teori yang tak bermakna, slogan, dan peraturan yang sama sekali bukan kebenaran. Berdasarkan perwujudan ini, dapatkah pemimpin palsu melaksanakan tanggung jawab untuk "memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan serta memahaminya, dan untuk masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan"? Mampukah mereka melaksanakan peran ini? Mampukah mereka memenuhi tanggung jawabnya? (Tidak.) Mengapa mereka tidak mampu? Apa masalah utamanya? (Orang seperti ini tidak memiliki pemahaman rohani dan tidak mampu memahami kebenaran.) Mereka tidak memiliki pemahaman rohani dan tidak mampu memahami kebenaran, tetapi masih ingin memimpin orang lain—ini sama sekali tidak mungkin! Mengharapkan pemimpin palsu untuk menuntun orang agar memahami firman Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan adalah seperti mencoba memakukan agar-agar ke dinding—itu tidak akan terjadi! Misalnya tentang menjadi orang yang jujur: firman Tuhan sangat sederhana dalam mengatakan hal ini, hanya beberapa kalimat, tidak rumit. Siapa pun yang sedikit berpendidikan tahu arti kata-kata ini. Namun, untuk membuktikan bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan dan dapat memimpin orang lain, pemimpin palsu menjelaskannya berdasarkan firman Tuhan, "Apa makna dari tuntutan Tuhan agar orang bersikap jujur? Maknanya adalah bahwa menjadi orang yang jujur adalah hal yang Tuhan kasihi. Orang tidak percaya bukanlah orang jujur, mereka tidak menyampaikan kebenaran, dan semua yang mereka katakan adalah kebohongan dan dusta; seluruh dunia adalah bangsa besar yang penuh kebohongan. Karena itu, hal pertama yang Tuhan tuntut ketika Dia datang pada zaman ini adalah agar manusia menjadi orang jujur. Jika engkau bukan orang jujur, Tuhan tidak akan mengasihimu. Jika engkau bukan orang jujur, engkau tidak dapat diselamatkan, juga tidak dapat masuk ke dalam kerajaan. Jika engkau bukan orang jujur, engkau pastilah orang yang licik dan tidak dapat menerapkan kebenaran. Jika engkau bukan orang jujur, engkau tidak memenuhi standar sebagai makhluk ciptaan." Apakah sekarang engkau semua mengerti bagaimana menjadi orang yang jujur? (Tidak.) Bahkan setelah mendengar semuanya, hal itu masih belum jelas. Orang percaya baru, setelah mendengarnya, merasa bahwa kata-kata tersebut luar biasa, sesuatu yang belum pernah mereka dengar selama dua puluh atau tiga puluh tahun mereka beragama. Bahkan ada yang berkata, "Perkataan ini sangat kuat, setiap kalimatnya patut untuk 'diaminkan'. Khotbah ini sangat bagus, benar-benar sebuah khotbah dari Zaman Kerajaan!" Pemimpin palsu itu kemudian melanjutkan, "Tuhan menghendaki agar kita menjadi orang yang jujur, jika demikian, apakah kita orang yang jujur?" Beberapa orang merenungkan perkataan tersebut, dan berucap, "Karena Tuhan meminta kita untuk menjadi orang yang jujur, itu artinya kita belum menjadi orang yang jujur." Yang lainnya tetap diam, sambil berpikir, "Menurutku aku cukup tulus. Aku tidak pernah bertengkar dengan orang lain, dan dalam berbisnis, aku tidak berani menipu siapa pun. Terkadang, jika aku mengambil keuntungan sedikit saja, aku tidak bisa tidur pada malam harinya. Apakah aku orang yang jujur? Menurutku aku adalah orang yang tulus, bukankah itu sama artinya dengan orang yang jujur?" Yang lain lagi berkata, "Pada dasarnya aku tidak bisa berbohong. Wajahku memerah setiap kali aku mengatakan hal yang tidak benar, jadi aku pasti orang yang jujur, bukan?" Pemimpin palsu kemudian menambahkan, "Entah engkau adalah orang jujur atau bukan, karena firman Tuhan menghendaki kita untuk jujur, engkau harus menjadi orang yang jujur. Jika tindakanmu didasarkan pada firman Tuhan, engkau adalah orang yang jujur. Lalu engkau akan terbebas dari kelicikan dan belenggu kekuatan kegelapan Iblis. Begitu engkau menjadi orang jujur, engkau masuk ke dalam kenyataan kebenaran, mampu melaksanakan tugasmu dengan baik dan tunduk kepada Tuhan." Apakah sekarang engkau semua mengerti bagaimana menjadi orang yang jujur? (Tidak.) Akan tetapi, ada orang-orang yang sangat senang mendengarnya, dan berkata, "Kata-kata ini sangat kuat. Amin! Setiap kalimatnya benar. Tidak ada yang langsung dari firman Tuhan, tetapi semuanya dipahami dari firman Tuhan. Ini pemahaman yang luar biasa! Mengapa aku tidak bisa memahaminya seperti ini? Tampaknya orang ini memang layak untuk disebut sebagai pemimpin, dia memang diciptakan untuk menjadi pemimpin!" Orang-orang yang memiliki kualitas dan cerdas merenung setelah mendengar hal itu, dan berpikir, "Engkau belum menjelaskan apakah orang jujur itu. Bagaimana sebenarnya seseorang dapat menjadi orang jujur?" Pemimpin palsu itu melanjutkan, "Menjadi orang jujur berarti engkau tidak berbohong. Misalnya, jika engkau pernah berzina sebelumnya, engkau berdoa kepada Tuhan dan mengakui berapa kali engkau telah melakukannya, dan dengan siapa. Jika engkau merasa tidak dapat melihat Tuhan atau menyentuh-Nya, engkau harus mengakuinya pada pemimpin dan menjelaskan semuanya. Pengakuan yang jujur merupakan persyaratan paling mendasar untuk menjadi orang jujur. Di samping itu, hal ini berarti mencurahkan seluruh isi hatimu tanpa ada kebohongan sama sekali. Apa pun yang kaupikirkan, apa niatmu, kerusakan apa yang kauperlihatkan, siapa yang kaubenci atau kutuk dalam hati, siapa yang ingin kausakiti atau ingin kaucelakai—engkau harus mengakui semua itu kepada mereka. Dengan melakukannya, engkau menjadi terbuka dan jujur, hidup dalam terang. Inilah makna dari menjadi orang jujur. Seseorang yang jujur harus melepaskan egonya; mereka harus mampu menunjukkan serta menganalisis sisi terjahat dan tergelap dari hatinya." Setelah mendengar hal ini, apakah sekarang engkau semua mengerti bagaimana menjadi orang yang jujur? (Masih belum.) Bahkan setelah mendengarnya, seseorang hanya akan memahami doktrin, bukan penerapan yang spesifik. Dengan pemahaman yang demikian terhadap firman Tuhan, pemimpin palsu memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan serta mempersekutukannya dengan cara ini. Mereka menganggap dirinya paling mengerti firman Tuhan, memiliki kemampuan untuk memahaminya, dan mampu memimpin orang lain ke dalam kenyataan firman Tuhan. Padahal sebenarnya, yang mereka pahami dan persekutukan hanyalah doktrin dan slogan, yang tidak memberikan manfaat apa pun bagi orang-orang yang ingin mencari kenyataan kebenaran dan memahami prinsip-prinsip kebenaran. Namun, pemimpin palsu itu tetap yakin bahwa mereka memiliki kemampuan pemahaman yang hebat, pandangan yang unik tentang firman Tuhan, dan lebih unggul dibandingkan orang biasa. Mereka berkeliling mengkhotbahkan doktrin dan slogan ini, bahkan membanding-bandingkannya dengan orang lain, sering menggunakan slogan dan doktrin tersebut untuk berdebat. Bahkan, mereka sering menggunakannya untuk menceramahi, memangkas, menghakimi, dan mengutuk orang-orang. Mereka mengira bahwa dengan berbuat demikian, mereka sedang melakukan pekerjaan, mewujudkan firman Tuhan dalam kehidupan nyata, dan menerapkannya. Bukankah ini hal yang menyusahkan? Pemimpin palsu tidak mampu memahami firman Tuhan dan tidak mampu memimpin orang lain ke dalam kenyataan firman-Nya. Setelah membaca firman Tuhan, mereka hanya dapat mempersekutukan beberapa kata dan doktrin, tetapi mereka terus berkeliling mengkhotbahkan dan memamerkannya. Padahal kenyataannya, mereka sama sekali tidak memahami kebenaran dalam firman Tuhan. Contohnya, mereka tidak memahami beberapa istilah rohani atau ungkapan yang serupa, mereka juga tidak tahu perbedaan di antara keduanya atau bagaimana menerapkannya dalam situasi nyata. Selain mematuhi peraturan dan melontarkan kata-kata dan doktrin, mereka tidak memiliki pemahaman yang benar akan firman Tuhan dan tidak sungguh-sungguh menerapkannya. Karena itu, jelaslah bahwa pemimpin palsu itu sendiri tidak memahami kebenaran, juga tidak mampu memimpin orang lain untuk memahami firman Tuhan dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Kita telah mengilustrasikan hal ini dengan contoh mengenai menjadi orang yang jujur. Pemimpin palsu, yang tidak tahu bagaimana memahami kebenaran tentang menjadi orang jujur, hanya melontarkan kata-kata dan doktrin, serta mengkhotbahkan slogan untuk menyesatkan orang-orang bodoh dan bingung yang tidak memiliki pemahaman rohani, serta membuat pikiran mereka menjadi kacau. Setelah mendengarkan kata-kata dan doktrin tersebut, mereka justru mengidolakan pemimpin palsu tersebut. Pada akhirnya, setelah mengikuti pemimpin palsu itu selama beberapa tahun, mereka tetap tidak memahami kebenaran, bahkan yang paling mendasar sekalipun, dan tidak memiliki jalan masuk ke dalam kebenaran sama sekali. Kita akan mengakhiri persekutuan kita tentang topik ini sampai di sini.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.