Firman Tuhan Harian: Mengenal Tuhan | Kutipan 199

03 Maret 2021

Berbagai Sikap Umat Manusia Terhadap Tuhan

Bagaimana perilaku manusia terhadap Tuhan menentukan nasib mereka, dan menentukan bagaimana Tuhan berperilaku terhadap mereka dan menangani mereka. Pada saat ini Aku akan memberikan beberapa contoh bagaimana perilaku manusia terhadap Tuhan. Mari kita mendengarkan apakah tata krama dan sikap mereka terhadap Tuhan benar atau tidak. Mari kita pertimbangkan perilaku dari tujuh tipe manusia berikut:

1) Ada satu tipe manusia yang sikapnya terhadap Tuhan sangat konyol. Mereka mengira Tuhan itu seperti Bodhisatwa atau makhluk kudus yang berasal dari pengetahuan dan kisah manusia, yang menghendaki manusia untuk membungkuk tiga kali ketika mereka berjumpa dan menyalakan dupa setelah mereka makan. Jadi, ketika di dalam hati mereka, mereka berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah-Nya, dan bersyukur kepada Tuhan, mereka sering memiliki dorongan semacam itu. Mereka sangat berharap bahwa Tuhan yang mereka percayai saat ini, seperti makhluk kudus yang mereka rindukan dalam hati mereka, dapat menerima perilaku terhadap-Nya di mana mereka membungkuk tiga kali ketika mereka berjumpa, dan menyalakan dupa setelah makan.

2) Beberapa orang melihat Tuhan sebagai Buddha yang hidup dan mampu melepaskan semua yang hidup dari penderitaan, serta menyelamatkan mereka. Mereka memandang Tuhan sebagai Buddha yang hidup dan mampu melepaskan mereka dari lautan kesengsaraan. Kepercayaan dari orang-orang ini kepada Tuhan merupakan penyembahan kepada Tuhan sebagai Buddha. Meskipun mereka tidak menyalakan dupa, mencium tanah, atau memberi persembahan, di dalam hati mereka Tuhan mereka hanyalah seorang Buddha semacam itu, yang semata-mata meminta agar mereka baik dan murah hati, agar mereka tidak membunuh makhluk hidup apa pun, tidak memaki orang lain, menjalani kehidupan yang tampaknya jujur, dan tidak melakukan sesuatu pun yang buruk—hanya ini saja. Inilah sosok Tuhan di dalam hati mereka.

3) Beberapa orang menyembah Tuhan sebagai seseorang yang hebat atau terkenal. Misalnya, cara apa pun yang suka digunakan orang hebat ini saat berbicara, intonasi apa pun yang digunakannya dalam berbicara, perkataan dan kosakata apa pun yang digunakannya, nadanya, gerakan tangannya, pendapat dan tindakannya, sikapnya—mereka menirukan semuanya, dan ini adalah hal-hal yang harus sepenuhnya mereka bangkitkan dalam perjalanan iman mereka kepada Tuhan.

4) Beberapa orang memandang Tuhan sebagai seorang raja, mereka merasa bahwa Dia berada di atas segalanya, dan tidak seorang pun berani menyinggung-Nya—dan jika mereka melakukannya, mereka akan dihukum. Mereka menyembah raja seperti itu karena raja memiliki tempat khusus di hati mereka. Pemikiran, tata cara, otoritas, dan sifat para raja—bahkan minat dan kehidupan pribadi mereka—semuanya menjadi sesuatu yang harus dipahami orang-orang ini, menjadi persoalan dan masalah yang mereka pedulikan, sehingga mereka menyembah Tuhan sebagai raja. Bentuk kepercayaan semacam itu sangat menggelikan.

5) Beberapa orang memiliki kepercayaan yang khusus tentang keberadaan Tuhan, yang sangat mendalam dan tidak tergoyahkan. Karena pengetahuan mereka tentang Tuhan begitu dangkal dan mereka tidak memiliki banyak pengalaman tentang firman Tuhan, mereka menyembah-Nya sebagai berhala. Berhala inilah Tuhan di dalam hati mereka, sesuatu yang harus mereka takuti dan sembah, harus mereka ikuti dan tirukan. Mereka memandang Tuhan sebagai berhala, yang harus mereka ikuti sepanjang hidup mereka. Mereka meniru nada yang digunakan Tuhan untuk berbicara, dan secara lahiriah mereka meniru orang-orang yang disukai Tuhan. Mereka sering melakukan hal-hal yang tampaknya polos, murni, dan jujur, mereka bahkan mengikuti berhala ini seperti pasangan atau rekan yang tidak mungkin terpisahkan dari mereka. Itulah bentuk kepercayaan mereka.

6) Ada beberapa orang yang, meskipun telah membaca banyak firman Tuhan dan banyak mendengar khotbah, merasakan dalam hati mereka bahwa satu-satunya prinsip perilaku mereka terhadap Tuhan adalah bahwa mereka harus selalu menyanjung dan menjilat, atau harus memuji Tuhan dan menyanjung-Nya dengan cara yang tidak realistis. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang menuntut mereka untuk berperilaku seperti itu, dan mereka percaya bahwa jika mereka tidak melakukannya, maka mereka dapat memancing kemarahan-Nya atau berdosa kepada-Nya kapan saja, dan sebagai akibat dari dosa itu Tuhan akan menghukum mereka. Seperti itulah sosok Tuhan di dalam hati mereka.

7) Kemudian ada sebagian besar orang, yang menemukan makanan rohani di dalam Tuhan. Karena mereka hidup di dunia ini, mereka tidak memiliki kedamaian atau kebahagiaan, dan mereka tidak menemukan kenyamanan di mana pun. Setelah mereka menemukan Tuhan, ketika mereka telah melihat dan mendengar firman-Nya, di dalam hati mereka, mereka secara diam-diam bersukacita dan bergembira. Ini karena mereka percaya bahwa mereka pada akhirnya telah menemukan suatu tempat yang akan memberi mereka kebahagiaan, bahwa mereka pada akhirnya telah menemukan Tuhan yang akan memberi mereka makanan rohani. Setelah mereka menerima Tuhan dan mulai mengikuti Dia, mereka menjadi bahagia, hidup mereka terpenuhi, mereka tidak lagi seperti orang-orang tidak percaya, yang berjalan dalam tidur di sepanjang kehidupan seperti hewan, dan mereka merasa bahwa mereka memiliki sesuatu yang mereka nanti-nantikan dalam hidup. Jadi, mereka berpikir bahwa Tuhan ini dapat memuaskan kebutuhan rohani mereka dan membawa kebahagiaan yang besar baik dalam pikiran maupun roh. Tanpa disadari, mereka menjadi tidak mampu meninggalkan Tuhan yang memberi mereka makanan rohani ini, yang membawa kebahagiaan pada roh dan pada seluruh keluarga mereka. Mereka percaya bahwa kepercayaan kepada Tuhan tidak memerlukan apa pun lagi selain diberikannya makanan rohani.

Apakah sikap terhadap Tuhan dari berbagai tipe orang yang disebutkan di atas ada di antara engkau semua? (Ada.) Jika, dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, hati seseorang memiliki salah satu dari sikap ini, apakah mereka mampu untuk benar-benar datang ke hadapan Tuhan? Jika seseorang memiliki salah satu dari sikap-sikap ini di dalam hati mereka, apakah mereka percaya kepada Tuhan? Apakah mereka percaya kepada Tuhan yang unik itu sendiri? (Tidak.) Karena engkau tidak percaya kepada Tuhan yang unik itu sendiri, siapakah yang engkau percayai? Jika yang engkau percayai bukanlah Tuhan yang unik itu sendiri, mungkin saja engkau percaya pada berhala, atau orang yang hebat, atau Bodhisatwa, bahwa engkau menyembah Buddha dalam hatimu. Selain itu, mungkin saja engkau percaya kepada orang biasa. Singkatnya, karena beragam bentuk kepercayaan dan sikap manusia terhadap Tuhan, manusia menempatkan Tuhan berdasarkan pemahaman mereka sendiri di dalam hati mereka, mereka memaksakan gambaran mereka pada diri Tuhan, mereka menempatkan sikap dan gambaran mereka tentang Tuhan berdampingan dengan Tuhan yang unik itu sendiri, dan setelah itu, mereka mengangkat hal-hal itu untuk menjadikannya sesuatu yang dipandang suci. Apa artinya ketika manusia memiliki sikap yang tidak pantas seperti itu terhadap Tuhan? Itu berarti bahwa mereka telah menolak Tuhan yang benar itu sendiri dan menyembah Tuhan yang palsu, dan itu berarti bahwa pada saat yang bersamaan dengan percaya kepada Tuhan, mereka menolak Tuhan, menentang Dia, bahwa mereka mengingkari keberadaan Tuhan yang benar. Jika manusia terus memegang kepercayaan semacam itu, apa konsekuensinya bagi mereka? Dengan bentuk kepercayaan seperti itu, apakah mereka mampu lebih mendekat untuk memenuhi tuntutan Tuhan? (Tidak, mereka tidak mampu.) Sebaliknya, karena pemahaman dan gambaran mereka, manusia akan menjadi semakin jauh dari jalan Tuhan, karena arah yang mereka cari berlawanan dengan arah yang Tuhan kehendaki dari mereka. Pernahkah engkau semua mendengar kisah tentang "pergi ke selatan dengan mengendarai kereta ke utara"? Ini mungkin akan menjadi sebuah kasus pergi ke selatan dengan mengendarai kereta ke utara. Jika manusia percaya kepada Tuhan dengan cara yang menggelikan seperti itu, maka semakin keras engkau mencoba, semakin jauh engkau akan menjauh dari Tuhan. Karena itu Aku menasihatkan hal ini kepadamu: Sebelum engkau semua pergi, pertama-tama engkau harus mengetahui dengan jelas apakah engkau akan pergi ke arah yang benar. Milikilah target dalam upayamu, dan pastikan untuk bertanya pada dirimu sendiri, "Apakah Tuhan yang aku percaya adalah Penguasa atas segala sesuatu? Apakah Tuhan yang aku percaya ini hanyalah seseorang yang memberiku makanan rohani? Apakah Dia berhala bagiku? Apa yang Tuhan yang kupercayai ini minta dariku? Apakah Tuhan menyetujui semua yang kulakukan? Apakah semua yang kulakukan dan kejar adalah upaya untuk mengenal Tuhan? Apakah hal ini sesuai dengan tuntutan Tuhan terhadapku? Apakah jalan yang kulalui diakui dan disetujui oleh Tuhan? Apakah Tuhan puas dengan imanku?" Engkau harus sering dan berulang kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri. Jika engkau ingin mengejar pengetahuan tentang Tuhan, engkau harus memiliki kesadaran yang jelas dan tujuan yang jelas sebelum engkau dapat memuaskan Tuhan.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik X"

Lihat lebih banyak

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Bagikan

Batalkan