Meskipun Tuhan Tersembunyi dari Manusia, Perbuatan-Nya di Tengah Segala Sesuatu Cukup bagi Manusia untuk Mengenal-Nya

12 Mei 2019

Ayub belum pernah melihat wajah Tuhan, atau mendengar firman yang diucapkan oleh Tuhan, apalagi secara langsung mengalami pekerjaan Tuhan, tetapi sikapnya yang takut akan Tuhan dan kesaksiannya selama ujiannya disaksikan oleh semua orang, dan dicintai, disukai, dan dipuji oleh Tuhan, dan orang-orang iri, dan mengaguminya, dan bahkan lebih dari itu, menaikkan pujian mereka. Tidak ada hal yang hebat atau luar biasa tentang kehidupannya: sama seperti orang biasa, Ayub menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja, berangkat kerja saat fajar dan kembali ke rumah untuk beristirahat saat senja. Perbedaannya adalah bahwa selama beberapa dekade hidupnya yang biasa-biasa saja, dia mendapatkan wawasan mengenai jalan Tuhan, dan menyadari serta memahami kuasa dan kedaulatan Tuhan yang besar, seperti yang belum pernah dimiliki oleh siapa pun. Dia tidak lebih cerdas daripada orang biasa lainnya, hidupnya tidak terlalu ulet, dan dia juga tidak memiliki keterampilan khusus yang tak terlihat. Namun, apa yang dia miliki adalah kepribadian yang tulus, baik hati, dan jujur, kepribadian yang menyukai keadilan, kebenaran, dan hal-hal positif—tak satu pun dari hal-hal ini dimiliki oleh kebanyakan orang biasa. Dia tahu membedakan antara kasih dan kebencian, memiliki rasa keadilan, pantang menyerah dan gigih, serta memberi perhatian yang cermat dalam pemikirannya. Dengan demikian, selama waktunya yang biasa-biasa saja di bumi dia melihat semua hal luar biasa yang telah dilakukan Tuhan, dan dia melihat kebesaran, kekudusan, dan keadilan Tuhan, dia melihat perhatian, kemurahan, dan perlindungan Tuhan bagi manusia, dan dia melihat kehormatan dan otoritas Tuhan yang Maha Tinggi. Alasan pertama mengapa Ayub dapat memperoleh hal-hal yang melampaui orang normal adalah karena dia memiliki hati yang murni, dan hatinya adalah milik Tuhan, dan dipimpin oleh Sang Pencipta. Alasan kedua adalah pengejarannya: pengejaran Ayub adalah untuk menjadi sempurna dan tak bercela, dan menjadi orang yang menuruti kehendak Surga, yang dikasihi oleh Tuhan, dan yang menjauhi kejahatan. Ayub memiliki dan mengejar hal-hal ini walaupun dia tidak dapat melihat Tuhan atau mendengar firman Tuhan; meskipun dia belum pernah melihat Tuhan, dia mulai mengetahui cara Tuhan mengatur segala sesuatu, dan dia memahami hikmat yang dengannya Tuhan melakukan semua itu. Meskipun dia belum pernah mendengar firman yang diucapkan oleh Tuhan, Ayub tahu bahwa perbuatan memberi upah kepada manusia dan mengambil dari manusia semuanya berasal dari Tuhan. Meskipun tahun-tahun hidupnya tidak berbeda dengan kehidupan orang biasa, dia tidak membiarkan hidupnya yang biasa-biasa itu memengaruhi pengetahuannya akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, atau memengaruhi cara dia mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Di matanya, hukum segala sesuatu penuh dengan perbuatan Tuhan, dan kedaulatan Tuhan dapat dilihat di bagian mana pun dalam kehidupan seseorang. Dia belum pernah melihat Tuhan, tetapi dia bisa menyadari bahwa perbuatan Tuhan ada di mana-mana, dan selama waktunya yang biasa-biasa saja di bumi, di setiap sudut hidupnya dia bisa melihat dan menyadari perbuatan Tuhan yang luar biasa dan menakjubkan, dan dia bisa melihat pengaturan Tuhan yang menakjubkan. Ketersembunyian dan keheningan Tuhan tidak menghalangi kesadaran Ayub tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, juga tidak memengaruhi pengetahuannya akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Selama kehidupannya sehari-hari, hidupnya adalah perwujudan kedaulatan dan pengaturan Tuhan, yang tersembunyi di antara segala sesuatu. Dalam kehidupannya sehari-hari, dia juga mendengar dan memahami suara hati Tuhan dan firman Tuhan, yang hening di antara segala sesuatu tetapi mengungkapkan suara hati-Nya dan firman-Nya dengan mengatur hukum segala sesuatu. Jadi, jelas bahwa jika orang memiliki kemanusiaan dan pengejaran yang sama seperti Ayub, mereka akan dapat memperoleh kesadaran dan pengetahuan yang sama seperti Ayub, dan dapat memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang sama akan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu seperti Ayub. Tuhan tidak menampakkan diri kepada Ayub atau berbicara kepadanya, tetapi Ayub bisa menjadi orang yang tak bercela dan jujur, serta takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Dengan kata lain, tanpa Tuhan menampakkan diri atau berbicara kepada manusia, perbuatan Tuhan di antara segala sesuatu dan kedaulatan-Nya atas segala sesuatu sudah cukup bagi manusia untuk menyadari akan keberadaan, kuasa, dan otoritas Tuhan, dan kuasa serta otoritas Tuhan cukup untuk membuat manusia mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Karena manusia biasa seperti Ayub mampu mencapai sikap yang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, maka setiap orang biasa yang mengikuti Tuhan juga seharusnya mampu. Meskipun perkataan ini mungkin terdengar seperti kesimpulan yang logis, ini tidak bertentangan dengan hukum segala sesuatu. Namun fakta-faktanya belum sesuai dengan harapan: takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, tampaknya, merupakan hak Ayub dan hanya Ayub saja. Ketika menyebut "takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan", orang berpikir bahwa ini seharusnya hanya dilakukan oleh Ayub, seolah-olah jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan telah diberi label dengan nama Ayub dan tidak ada hubungannya dengan orang lain. Alasan untuk ini jelas: karena hanya Ayublah yang memiliki kepribadian yang tulus, baik hati, dan jujur, dan yang mencintai keadilan dan kebenaran serta hal-hal yang positif, sehingga hanya Ayub yang bisa mengikuti jalan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Engkau harus memahami implikasinya di sini—karena tak seorang pun memiliki kemanusiaan yang tulus, baik hati, dan jujur, dan yang mencintai keadilan dan kebenaran serta hal yang positif, tak seorang pun bisa takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan, dan karena itu manusia tidak pernah bisa mendapatkan sukacita Tuhan atau berdiri teguh di tengah ujian. Ini juga berarti bahwa, kecuali Ayub, semua orang masih terikat dan dijerat oleh Iblis; mereka semua dituduh, diserang, dan disiksa olehnya. Mereka adalah orang-orang yang Iblis coba telan, dan mereka semua tidak memiliki kebebasan, para tahanan yang telah ditawan oleh Iblis.

—Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri II"

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tentang Ayub (Bagian 1)

Setelah mengetahui bagaimana Ayub menjalani ujian, sebagian besar dari antaramu mungkin ingin mengetahui lebih terperinci tentang Ayub itu...

Tentang Ayub (Bagian 2)

Rasionalitas Ayub Pengalaman nyata Ayub dan kemanusiaannya yang jujur dan tulus memungkinkan dia membuat penilaian dan pilihan yang paling...