Engkau bersaksi bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah kedatangan Tuhan Yesus kembali, dan bahwa Dia mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman. Meskipun kesaksianmu selaras dengan Alkitab, banyak orang di gereja kami yang tidak menerimanya. Kami percaya bahwa, untuk menjadi jalan yang benar, itu harus dapat diterima oleh banyak orang, dan bahwa apa yang diterima oleh sedikit orang adalah jalan yang salah. Kami akan menunggu sampai banyak orang di gereja kami menerima hal ini sebelum kami mulai memercayainya.

24 Agustus 2021

Jawaban:

Kebanyakan orang mendasarkan apakah sesuatu itu jalan yang benar atau jalan yang salah pada berapa banyak orang yang menerimanya, percaya bahwa jika banyak orang yang menerimanya, maka itu adalah jalan yang benar, dan jika hanya sedikit orang yang menerimanya, maka itu adalah jalan yang salah. Apakah pandangan seperti itu sesuai dengan kebenaran? Apakah itu memiliki dasar dalam firman Tuhan? Ingatlah ketika Tuhan memusnahkan dunia dengan air bah: hanya Nuh yang percaya pada firman Tuhan dan, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, membangun sebuah bahtera sambil memberitakan jalan. Namun, setelah 120 tahun, tak seorang pun yang percaya atau menerima apa yang dia beritakan, dan satu-satunya yang akhirnya masuk ke bahtera adalah keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang, sementara semua orang lainnya tenggelam dalam air bah. Jadi, dapatkah engkau mengatakan bahwa Nuh tidak memberitakan jalan yang benar? Sekarang ingatlah ketika Tuhan Yesus menampakkan diri dan melakukan pekerjaan-Nya selama Zaman Kasih Karunia: selain dari sejumlah kecil orang yang menerima Tuhan Yesus, seluruh pengikut Yudaisme mengutuk dan menentang Tuhan Yesus, sebelum akhirnya bekerja sama dengan para penguasa Romawi untuk memakukan Dia ke kayu salib. Karena itu, dapatkah engkau mengatakan bahwa perkataan dan pekerjaan Tuhan Yesus bukanlah jalan yang benar? Tidakkah engkau merasa bahwa mengukur segala sesuatu dengan cara demikian sama sekali menggelikan? Pekerjaan Tuhan pada masa lampau adalah bukti bahwa umat manusia telah sangat dirusak sedemikian dalamnya sehingga mereka menyokong kejahatan dan membenci kebenaran; ketika jalan yang benar datang di antara manusia, hanya sejumlah kecil orang yang dapat menaati dan menerimanya, dengan sebagian besar orang menyangkal dan meninggalkannya. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan, "Ini adalah angkatan yang jahat" (Lukas 11:29). 1 Yohanes 5:19 mengatakan, "Seluruh dunia ada dalam kejahatan." Oleh karena itu, jalan yang benar belum tentu diterima oleh banyak orang, dan apa yang diakui oleh kebanyakan orang belum tentu benar, belum tentu adalah kebenaran. Bahkan, semua yang ditentukan oleh mayoritas adalah milik gagasan dan imajinasi manusia, serta tidak sesuai dengan kebenaran dan fakta. Sangatlah absurd dan menggelikan untuk mengukur apakah suatu jalan adalah jalan yang benar atau tidak berdasarkan berapa banyak orang yang menerimanya. Di banyak tempat dalam Alkitab dikatakan bahwa Tuhan menginginkan kualitas, bukan kuantitas, dalam diri manusia. Sebagai contoh, dalam Matius 22:14 dikatakan: "Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Matius 7:13-14 mengatakan: "Masuklah ke pintu gerbang yang sempit itu: karena pintu gerbang yang lebar dan jalan yang luas itu menuju kepada kebinasaan dan banyak orang yang masuk lewat sana akan menderita: karena pintu gerbang yang sempit dan jalan yang sempit menuju kepada kehidupan, dan hanya sedikit orang yang akan menemukannya." Zakharia 13:8 mengatakan, "Dan akan terjadi di seluruh negeri, firman Yahweh, dua pertiga di dalamnya akan dipisahkan dan mati; tetapi sepertiganya akan ditinggalkan di sana." Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa hanya sejumlah kecil orang yang mampu menemukan jalan yang benar, dan hanya sejumlah kecil orang yang akan akan tersisa. Bukan seperti yang kita yakini, bahwa jika itu adalah jalan yang benar, maka akan diterima oleh banyak orang; cara mengukur seperti itu bertentangan dengan kebenaran dan fakta pekerjaan Tuhan, dan hanya merupakan imajinasi manusia. Tuhan sendiri adalah jalan, kebenaran, dan hidup, dan esensi-Nya tidak akan pernah berubah. Sekalipun tak seorang pun yang percaya kepada-Nya, menerima-Nya, atau mengikut-Nya, pekerjaan dan perkataan-Nya akan tetap menjadi jalan yang benar, dan hal ini adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun. Sebagaimana yang difirmankan Tuhan Yang Mahakuasa: "Firman-Ku adalah kebenaran yang selamanya tidak berubah. Akulah sumber kehidupan bagi manusia dan satu-satunya penuntun bagi umat manusia. Nilai dan makna firman-Ku tidak ditentukan berdasarkan apakah firman itu diakui atau diterima umat manusia atau tidak, tetapi berdasarkan hakikat firman itu sendiri. Bahkan jika tak seorang pun di dunia ini yang dapat menerima firman-Ku, nilai-nilai firman-Ku dan pertolongannya bagi umat manusia tak ternilai bagi siapa pun. Oleh karena itu, saat dihadapkan dengan banyak orang yang memberontak, menyangkal, atau sangat menghina firman-Ku, pendirian-Ku hanyalah ini: biarkan waktu dan fakta menjadi saksi-Ku dan menunjukkan bahwa firman-Ku adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Biarkan waktu dan fakta menunjukkan bahwa dengan firman itulah manusia harus diperlengkapi, dan terlebih lagi, firman itulah yang harus diterima manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Semua Harus Memikirkan Perbuatanmu").

Karena jumlah orang yang menerima suatu jalan tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk mengukur apakah itu jalan yang benar atau jalan yang salah, bagaimana sebenarnya kita mengukurnya? Kuncinya adalah melihat pada apakah itu mengandung ungkapan kebenaran dan merupakan suara Tuhan. Jika itu adalah perkataan Tuhan, jika itu adalah ungkapan kebenaran, maka sebanyak apa pun orang yang menerimanya—bahkan jika hanya satu orang yang menerimanya—itu adalah kebenaran dan jalan yang benar. Ingatlah ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja selama Zaman Kasih Karunia. Petrus, Yohanes, Matius, Natanael, dan yang lainnya, semuanya mengikut Tuhan Yesus karena mereka mengenali suara Tuhan dalam apa yang Dia khotbahkan; mereka tidak mengikut Tuhan Yesus berdasarkan berapa banyak orang yang menerima dan mengikut Dia pada zaman itu. Demikian pula, untuk membedakan antara jalan yang benar dan jalan yang salah pada zaman ini, itu harus dilakukan berdasarkan pekerjaan dan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman, "Apakah prinsip yang paling mendasar dalam mencari jalan yang benar? Engkau harus melihat apakah ada pekerjaan Roh Kudus di jalan ini atau tidak, apakah perkataan itu adalah ungkapan kebenaran atau bukan, mengenai siapakah kesaksian itu, dan apa manfaatnya bagimu. Membedakan antara jalan yang benar dan jalan yang salah membutuhkan beberapa aspek pengetahuan dasar, yang paling mendasar adalah mengetahui ada atau tidaknya pekerjaan Roh Kudus di dalamnya. Karena hakikat kepercayaan manusia kepada Tuhan adalah kepercayaan kepada Roh Tuhan, dan bahkan kepercayaan mereka kepada Tuhan yang berinkarnasi adalah karena daging ini merupakan perwujudan dari Roh Tuhan, yang berarti bahwa kepercayaan tersebut tetap merupakan kepercayaan kepada Roh. Ada perbedaan antara Roh dan daging, tetapi karena daging ini berasal dari Roh, dan merupakan Firman yang menjadi manusia, maka apa yang manusia percayai itu tetaplah hakikat yang melekat pada Tuhan. Jadi, dalam membedakan apakah itu adalah jalan yang benar atau bukan, yang terpenting adalah engkau harus melihat apakah di jalan ini ada pekerjaan Roh Kudus atau tidak, setelah itu engkau harus melihat apakah ada kebenaran di jalan ini atau tidak. Kebenaran adalah watak hidup kemanusiaan yang normal, yakni, apa yang dituntut Tuhan dari manusia ketika Tuhan menciptakannya pada mulanya, yaitu, kemanusiaan yang normal secara keseluruhan (termasuk akal budi, wawasan, hikmat manusia, dan pengetahuan dasar tentang menjadi manusia). Artinya, engkau harus melihat apakah jalan ini dapat membawa manusia ke dalam kehidupan kemanusiaan yang normal atau tidak, apakah kebenaran yang dibicarakan itu diperlukan atau tidak berdasarkan kenyataan kemanusiaan yang normal, apakah kebenaran itu praktis dan nyata atau tidak, dan apakah kebenaran itu paling tepat waktu atau tidak. Jika ada kebenaran, jalan itu akan mampu membawa manusia ke dalam pengalaman yang normal dan nyata; selanjutnya, manusia akan menjadi semakin normal, akal budi manusia akan menjadi semakin utuh, kehidupan manusia dalam daging dan kehidupan rohani manusia akan menjadi semakin tertata, dan emosi manusia akan menjadi semakin normal. Ini adalah prinsip yang kedua. Ada satu prinsip lainnya lagi, yaitu apakah pengetahuan manusia akan Tuhan semakin bertambah atau tidak, dan apakah mengalami pekerjaan dan kebenaran semacam itu dapat mengobarkan kasih kepada Tuhan di dalam diri mereka dan membawa mereka semakin dekat kepada Tuhan atau tidak. Dalam hal ini, dapat diukur apakah jalan ini adalah jalan yang benar atau bukan. Yang paling mendasar adalah apakah jalan ini realistis dan bukan supranatural, dan apakah jalan ini dapat membekali kehidupan manusia atau tidak. Jika sesuai dengan prinsip-prinsip ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa jalan ini adalah jalan yang benar" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Orang yang Mengenal Tuhan dan Pekerjaan-Nya yang Dapat Memuaskan Tuhan").

"Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki esensi Tuhan, dan Dia yang adalah Tuhan yang berinkarnasi akan memiliki pengungkapan Tuhan. Karena Tuhan menjadi daging, Dia akan melaksanakan pekerjaan yang ingin Dia lakukan, dan karena Tuhan menjadi daging, Dia akan mengungkapkan siapa Dia, dan akan dapat membawa kebenaran kepada manusia, menganugerahkan hidup kepadanya, dan menunjukkan jalan kepadanya. Daging yang tidak memiliki esensi Tuhan pasti bukan Tuhan yang berinkarnasi; ini tidak diragukan lagi. Jika manusia berniat untuk menyelidiki apakah daging itu adalah daging inkarnasi Tuhan, manusia harus menegaskannya dari watak yang Dia ungkapkan dan perkataan yang Dia ucapkan. Dengan kata lain, untuk menegaskan apakah itu adalah daging inkarnasi Tuhan atau bukan, dan apakah itu jalan yang benar atau bukan, orang harus membedakan berdasarkan esensi-Nya. Jadi, untuk menentukan apakah itu daging Tuhan yang berinkarnasi atau bukan, kuncinya terletak pada esensi-Nya (pekerjaan-Nya, perkataan-Nya, watak-Nya, dan banyak aspek lainnya), bukan pada penampilan lahiriahnya. Jika manusia hanya mengamati penampilan lahiriah-Nya, dan sebagai akibatnya mengabaikan esensi-Nya, ini menunjukkan bahwa manusia itu bodoh dan tidak tahu apa-apa" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Pengantar").

Firman Tuhan Yang Mahakuasa dengan jelas menyatakan prinsip-prinsip mencari jalan yang benar. Ketika menentukan apakah sesuatu adalah pekerjaan Tuhan atau bukan, dan apakah itu adalah jalan yang benar atau bukan, kuncinya adalah melihat apakah itu mengandung pekerjaan Roh Kudus dan ungkapan kebenaran, apakah itu dapat membekali hidup orang, dan apakah, setelah menerima jalan ini, akal dan kemanusiaan orang menjadi makin normal atau tidak, dan apakah pengenalan mereka akan Tuhan bertumbuh atau tidak. Inilah standar untuk mengukur apakah suatu jalan adalah jalan yang benar atau jalan yang salah. Dalam menentukan tepatnya apakah pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa adalah jalan yang benar atau bukan, kita harus melihat apakah pekerjaan dan firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah pekerjaan Roh Kudus, dan kita harus mendengarkan pada apakah firman Tuhan Yang Mahakuasa adalah ungkapan kebenaran atau bukan, dan apakah semua itu adalah suara Tuhan atau bukan. Demikian pula, kita dapat menentukan apakah pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa adalah jalan yang benar atau bukan dengan menyelidiki apakah orang yang mengikut Tuhan Yang Mahakuasa menjadi kesaksian untuk mengalahkan Iblis atau tidak, apakah sudah ada perubahan dalam watak hidup mereka atau belum, apakah mereka mengetahui watak benar Tuhan atau tidak, dan apakah mereka takut dan taat kepada Tuhan atau tidak. Jika orang menentukan apakah suatu jalan adalah jalan yang benar berdasarkan berapa banyak orang yang menerimanya, jika mereka mengikuti orang banyak secara membabi buta, tidak memperhatikan untuk mendengarkan suara Tuhan, serta menolak untuk menyelidiki dan menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, itu berarti mereka sangat bodoh dan dungu. Orang semacam itu pada akhirnya akan kehilangan kesempatan untuk diangkat ketika Tuhan datang, dan hanya dapat masuk ke dalam melapetaka besar dan disingkirkan, dengan demikian menggenapi firman dalam Alkitab ini: "Umat-Ku hancur karena kurangnya pengetahuan" (Hosea 4:6) dan "Tetapi orang bodoh mati karena kekurangan hikmat" (Amsal 10:21).

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait