Apakah engkau sekalian ingin tahu apa akar masalahnya mengapa orang Farisi menentang Yesus? Apakah engkau ingin tahu esensi orang-orang Farisi? Mereka penuh dengan khayalan tentang Mesias. Terlebih lagi, mereka hanya percaya bahwa Mesias akan datang, tetapi mereka tidak mengejar hidup kebenaran. Jadi, sampai hari ini mereka masih menunggu Mesias, karena mereka tidak memiliki pengetahuan tentang jalan kehidupan, dan tidak tahu apa itu jalan kebenaran. Menurutmu, bagaimana mungkin orang-orang bodoh, keras kepala, dan bebal seperti itu bisa mendapatkan berkat Tuhan? Bagaimana mereka bisa melihat Mesias? Mereka menentang Yesus karena mereka tidak mengetahui arah pekerjaan Roh Kudus, karena mereka tidak mengetahui jalan kebenaran yang diucapkan Yesus, dan terlebih lagi, karena mereka tidak memahami Mesias. Dan, karena mereka tidak pernah melihat Mesias, dan tidak pernah bersama-Nya, mereka membuat kesalahan dengan berpegang teguh pada nama Mesias sambil menentang esensi Mesias dengan segala cara yang memungkinkan. Orang-orang Farisi ini pada esensinya keras kepala, congkak, dan tidak menaati kebenaran. Prinsip kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah: sedalam apa pun khotbah-Mu, setinggi apa pun otoritas-Mu, Engkau bukan Kristus kecuali jika Engkau disebut Mesias. Apakah keyakinan ini tidak masuk akal dan konyol?
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, “Pada Saat Engkau Melihat Tubuh Rohani Yesus, Tuhan Sudah Menciptakan Langit dan Bumi yang Baru”
Manusia telah dirusak dan hidup dalam perangkap Iblis. Semua manusia hidup dalam daging, hidup dalam keinginan yang egois, dan tak seorang pun dari antara mereka yang sesuai dengan-Ku. Ada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka sesuai dengan-Ku, tetapi orang-orang semacam itu semuanya menyembah berhala yang samar-samar. Meskipun mereka mengakui bahwa nama-Ku kudus, mereka menapaki jalan yang bertentangan dengan-Ku, dan perkataan mereka penuh dengan kecongkakan dan keyakinan diri. Ini karena, pada dasarnya, mereka semua menentang-Ku dan tidak sesuai dengan-Ku. Setiap hari mereka mencari jejak-Ku di dalam Alkitab dan menemukan perikop-perikop yang "cocok" secara acak yang tak habis-habisnya mereka baca dan ucapkan sebagai Kitab Suci. Mereka tidak tahu bagaimana menjadi sesuai dengan-Ku ataupun apa arti melawan-Ku. Mereka sekadar membaca Kitab Suci secara membabi buta. Di dalam Alkitab, mereka membatasi Tuhan yang samar yang belum pernah mereka lihat, dan yang tidak dapat mereka lihat, dan mengeluarkan Alkitab untuk dilihat di waktu senggang mereka. Mereka percaya kepada keberadaan-Ku hanya dalam ruang lingkup Alkitab, dan mereka menyamakan-Ku dengan Alkitab; tanpa Alkitab, Aku tidak ada, dan tanpa Aku, Alkitab tidak ada. Mereka tidak mengindahkan keberadaan atau tindakan-Ku, melainkan mencurahkan perhatian yang berlebihan dan khusus pada setiap kata dalam Kitab Suci. Lebih banyak lagi bahkan meyakini bahwa Aku tidak boleh melakukan apa pun yang Kuinginkan kecuali jika hal itu telah dinubuatkan dalam Kitab Suci. Mereka menganggap Kitab Suci terlalu penting. Dapat dikatakan bahwa mereka melihat kata-kata dan ungkapan sebagai sesuatu yang sangat penting, sampai-sampai mereka memakai ayat-ayat dari Alkitab untuk menilai setiap kata yang Kuucapkan dan untuk mengecam-Ku. Yang mereka cari bukanlah cara agar sesuai dengan-Ku atau cara agar sesuai dengan kebenaran, tetapi cara agar sesuai dengan perkataan Alkitab, dan mereka meyakini bahwa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Alkitab, tanpa terkecuali, bukanlah pekerjaan-Ku. Bukankah orang-orang semacam ini adalah keturunan orang Farisi yang fanatik? Orang Farisi Yahudi menggunakan hukum Musa untuk mengecam Yesus. Mereka tidak berupaya untuk sesuai dengan Yesus pada waktu itu, tetapi dengan giat mematuhi hukum Taurat hingga ke huruf-hurufnya, sampai—setelah menuduh-Nya tidak mematuhi hukum Taurat dalam Perjanjian Lama dan menuduh-Nya bukan Mesias—mereka akhirnya memakukan Yesus yang tak berdosa itu ke kayu salib. Apa esensi mereka? Bukankah itu berarti mereka tidak mencari cara agar dapat sesuai dengan kebenaran? Mereka terobsesi dengan setiap kata dalam Kitab Suci tetapi tidak mengindahkan kehendak-Ku ataupun langkah serta cara-Ku bekerja. Mereka bukanlah orang yang mencari kebenaran, melainkan orang yang dengan kaku berpegang pada kata-kata; mereka bukanlah orang yang percaya kepada Tuhan, tetapi orang yang percaya pada Alkitab. Intinya, mereka adalah anjing-anjing penjaga Alkitab. Untuk menjaga kepentingan Alkitab, menjunjung tinggi martabat Alkitab, dan melindungi reputasi Alkitab, mereka bahkan sampai memakukan Yesus yang penuh belas kasihan itu ke kayu salib. Hal ini mereka lakukan hanya demi membela Alkitab, dan demi mempertahankan status setiap kata dalam Alkitab di hati manusia. Jadi mereka memilih meninggalkan masa depan dan korban penghapus dosa mereka untuk menghukum Yesus, yang tidak sesuai dengan doktrin Kitab Suci, sampai mati. Bukankah mereka semua adalah kacung-kacung bagi setiap kata dalam Kitab Suci?
—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, “Engkau Harus Mencari Cara agar Sesuai dengan Kristus”
Penghakiman Orang Farisi terhadap Yesus
Markus 3:21-22 Ketika teman-temannya mendengar hal itu, mereka keluar untuk mendapatkan-Nya: karena kata mereka, Dia sudah tidak waras. Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Dia kerasukan Beelzebul, dan dengan kekuatan pangeran Iblis Dia mengusir Iblis."
Teguran Yesus terhadap Orang Farisi
Matius 12:31-32 Aku berkata kepadamu, Semua jenis dan dosa hujat kepada manusia akan diampuni: tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Dan barangsiapa yang berkata-kata melawan Anak Manusia, ia akan diampuni: tetapi jika ia berkata-kata melawan Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, tidak di dunia ini, ataupun di dunia yang akan datang.
............
Dalam Alkitab, penilaian orang-orang Farisi mengenai Yesus itu sendiri dan hal-hal yang Dia lakukan adalah: "kata mereka, Dia sudah tidak waras. ... Dia kerasukan Beelzebul, dan dengan kekuatan pangeran Iblis Dia mengusir Iblis" (Markus 3:21-22). Penghakiman yang dilakukan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terhadap Tuhan Yesus bukan sekadar mereka meniru perkataan orang lain, juga bukan dugaan tak berdasar—melainkan kesimpulan yang mereka ambil mengenai Tuhan Yesus berdasarkan apa yang mereka lihat dan dengar tentang tindakan-Nya. Meskipun kesimpulan mereka seakan-akan dibuat atas nama keadilan dan nampak seolah-olah punya alasan yang kuat, kecongkakan mereka dalam menghakimi Tuhan Yesus sulit disembunyikan bahkan oleh mereka. Gejolak dahsyat kebencian mereka terhadap Tuhan Yesus menyingkapkan ambisi gila mereka sendiri dan wajah jahat Iblis dalam diri mereka, juga natur jahat mereka, yang dengannya mereka menentang Tuhan. Hal-hal yang mereka katakan dalam penghakiman mereka terhadap Tuhan Yesus didorong oleh kecemburuan, ambisi liar mereka, dan natur buruk dan jahat dari permusuhan mereka terhadap Tuhan dan kebenaran. Mereka tidak menyelidiki sumber dari tindakan Tuhan Yesus, mereka juga tidak menyelidiki esensi dari apa yang Dia katakan atau lakukan. Sebaliknya, dengan membabi buta, dengan niat menghasut yang gila-gilaan, dengan niat jahat yang disengaja, mereka menyerang dan mendiskreditkan apa yang telah Dia lakukan. Mereka bertindak sedemikian jauh sampai-sampai dengan sengaja mendiskreditkan Roh-Nya, yakni Roh Kudus, yang adalah Roh Tuhan. Inilah yang mereka maksud ketika mengatakan "Dia sudah tidak waras," "Beelzebul" dan "pangeran Iblis." Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa Roh Tuhan adalah Beelzebul dan pangeran para Iblis. Mereka menggolongkan pekerjaan yang dilakukan oleh inkarnasi Roh Tuhan yang mengenakan daging, sebagai kegilaan. Mereka tidak hanya menghujat Roh Tuhan dengan menuduh-Nya sebagai Beelzebul dan pangeran Iblis, tetapi mereka juga mengutuk pekerjaan Tuhan dan mengutuk serta menghujat Tuhan Yesus Kristus. Esensi dari penentangan dan penghujatan mereka terhadap Tuhan sepenuhnya sama dengan esensi penentangan dan penghujatan Iblis dan setan-setan terhadap Tuhan. Mereka tidak hanya merepresentasikan manusia-manusia yang rusak, tetapi terlebih dari itu, mereka adalah perwujudan Iblis. Mereka adalah saluran bagi Iblis di tengah umat manusia, dan mereka adalah kaki tangan dan antek Iblis. Esensi penghujatan dan fitnahan mereka terhadap Tuhan Yesus Kristus adalah pergulatan mereka melawan Tuhan demi status, penentangan mereka terhadap Tuhan, pengujian mereka yang tanpa henti terhadap Tuhan. Esensi penentangan mereka terhadap Tuhan, dan sikap bermusuhan mereka terhadap-Nya, juga perkataan dan pemikiran mereka, semua itu secara langsung menghujat dan membangkitkan amarah Roh Tuhan. Karena itulah, Tuhan menetapkan hukuman yang pantas atas apa yang mereka katakan dan lakukan, dan Tuhan menetapkan perbuatan mereka sebagai dosa penghujatan terhadap Roh Kudus. Dosa ini tidak dapat diampuni baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang, seperti yang tercatat dalam perikop berikut: "Hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni" dan "jika ia berkata-kata melawan Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, tidak di dunia ini, ataupun di dunia yang akan datang."
——Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, “Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III”
Di Israel, dahulu "Farisi" adalah semacam gelar. Mengapa sekarang kata ini justru menjadi sebuah cap? Ini karena orang Farisi telah menjadi representasi dari suatu jenis orang. Apa ciri dari jenis orang seperti ini? Mereka mengumandangkan slogan-slogan dan menggunakan bahasa yang muluk-muluk; mereka ahli dalam berpura-pura, dalam menampilkan diri sendiri, dalam menyembunyikan diri mereka yang sesungguhnya, dan mereka berlagak sangat mulia, sangat kudus dan berlaku jujur, sangat adil dan terhormat. Sebagai akibatnya, mereka sama sekali tidak menerapkan kebenaran. Bagaimana mereka bertindak? Mereka membaca kitab suci, mereka berkhotbah, mereka mengajar orang lain untuk berbuat baik, untuk tidak melakukan kejahatan, untuk tidak menentang Tuhan; mereka mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan dan bersikap baik di depan orang lain, tetapi ketika orang lain membalikkan punggung, mereka mencuri persembahan. Tuhan Yesus berkata tentang mereka "nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan." Ini berarti bahwa semua perilaku mereka tampak baik dari luar—mereka mengumandangkan slogan-slogan secara mencolok, mereka mengucapkan teori-teori yang muluk-muluk, dan perkataan mereka terdengar menyenangkan, tetapi perbuatan mereka kacau dan berantakan, sepenuhnya menentang Tuhan. Perilaku dan penampilan luar mereka semuanya kepura-puraan, semuanya tipu daya; di dalam hatinya, mereka tidak memiliki sedikit pun cinta akan kebenaran, atau akan hal-hal yang positif. Mereka muak akan kebenaran, muak akan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dan muak akan hal-hal yang positif. Apa yang mereka cintai? Apakah mereka mencintai keadilan dan kebenaran? (Tidak.) Bagaimana engkau bisa mengetahui bahwa mereka tidak mencintai keadilan dan kebenaran? (Tuhan Yesus menyebarkan Injil kerajaan surga, yang tidak hanya mereka tolak, tetapi mereka juga mengutuknya.) Seandainya kutukan mereka tidak ada, bisakah engkau mengetahui bahwa mereka tidak mencintai keadilan dan kebenaran? Sebelum Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan, apa yang bisa memberitahumu bahwa mereka tidak mencintai keadilan dan kebenaran? Engkau tidak akan bisa mengetahuinya, bukan? Semua perilaku mereka adalah kepura-puraan, dan mereka menggunakan perilaku baik yang pura-pura ini untuk mendapatkan kepercayaan orang lain dengan menipu mereka. Bukankah ini kemunafikan dan kecurangan? Mungkinkah para penipu semacam itu mencintai kebenaran? Apa tujuan tersembunyi dari perilaku baik mereka ini? Sebagian dari tujuan mereka adalah untuk menipu orang lain; sebagian lainnya adalah untuk memperdaya orang lain, untuk memenangkan hati mereka dan dipuja-puja oleh mereka, dan pada akhirnya, untuk menerima upah. Sungguh cerdik tentunya cara mereka, berhasil melakukan tipu daya yang sebesar itu. Lalu, apakah orang-orang semacam itu mencintai keadilan dan kebenaran? Tentu saja tidak. Mereka mencintai status, mereka mencintai ketenaran dan kekayaan, dan mereka berharap menerima upah. Apakah mereka menerapkan tuntunan firman Tuhan bagi manusia? Sama sekali tidak. Mereka tidak hidup dalam firman itu sedikit pun; mereka hanya menyamar dan menampilkan diri mereka sendiri untuk menipu orang dan memenangkan hatinya, untuk menopang status mereka sendiri, untuk menopang reputasi mereka sendiri. Begitu semua hal ini telah terjamin, mereka menggunakannya untuk mendapatkan modal dan sumber penghasilan. Bukankah ini sangat hina? Dapat terlihat dari semua perilaku mereka ini bahwa esensi mereka adalah tidak mencintai kebenaran karena mereka tidak pernah menerapkan kebenaran. Apakah tandanya bahwa mereka tidak menerapkan kebenaran? Inilah tanda yang terbesar: Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan dan semua yang Dia katakan adalah benar, semua yang Dia katakan adalah kebenaran. Bagaimana mereka memperlakukan hal itu? (Mereka tidak menerimanya.) Apakah mereka tidak menerima perkataan Tuhan Yesus karena mereka percaya bahwa perkataan itu salah, ataukah mereka tidak menerimanya meskipun mereka tahu bahwa perkataan itu benar? (Mereka tidak menerimanya meskipun mereka tahu bahwa perkataan itu benar.) Apa yang mungkin menjadi penyebabnya? Mereka tidak mencintai kebenaran, dan mereka membenci hal-hal yang positif. Semua yang Tuhan Yesus katakan adalah benar, tanpa kesalahan apa pun, dan meskipun mereka tidak dapat menemukan kesalahan apa pun dalam perkataan Tuhan Yesus yang dapat digunakan untuk melawan Dia, mereka mengutuk Dia, dan kemudian mereka bersekongkol: "Salibkan Dia. Pilihlah antara Dia atau kami." Dengan cara ini, mereka menempatkan diri menentang Tuhan Yesus. Meskipun mereka tidak percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan, Dia adalah orang baik yang tidak melanggar hukum negara maupun hukum Yahweh[a]; lalu mengapa mereka mengutuk Tuhan Yesus? Mengapa mereka memperlakukan Tuhan Yesus sedemikian rupa? Hal ini bisa terlihat dari betapa keji dan jahatnya orang-orang ini—mereka luar biasa jahat! Wajah jahat yang diperlihatkan orang Farisi tidak mungkin jauh berbeda dari kamuflase kebaikan mereka. Ada banyak orang yang tidak bisa membedakan mana wajah mereka yang asli dan mana yang palsu, tetapi penampakan dan pekerjaan Tuhan Yesus menyingkapkan semuanya. Betapa pintarnya orang-orang Farisi menyamarkan diri, betapa baik tampaknya mereka dari luar—seandainya fakta-fakta itu tidak disingkapkan, tak seorang pun akan mampu melihat diri mereka yang sebenarnya.
—Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, “Bagian Terpenting dari Percaya kepada Tuhan adalah Menerapkan Kebenaran”
Apa perwujudan utama dari kemunafikan orang-orang Farisi? Mereka hanya mempelajari Kitab Suci dengan teliti dan tidak mencari kebenaran. Ketika mereka membaca firman Tuhan, mereka tidak berdoa atau mencari; sebaliknya, mereka mempelajari firman Tuhan itu, mereka mempelajari apa yang Tuhan katakan dan lakukan, sehingga mereka mengubah firman-Nya menjadi semacam teori, menjadi doktrin yang mereka ajarkan kepada orang lain. Inilah arti dari mempelajari firman Tuhan dengan teliti. Jadi mengapa mereka melakukan hal itu? Apa yang mereka pelajari dengan teliti? Di mata mereka, ini bukanlah firman Tuhan, ini bukanlah pengungkapan Tuhan, apalagi kebenaran, melainkan sebuah bentuk ilmu. Ilmu seperti itu, di mata mereka, harus diteruskan, harus disebarkan, dan hanya inilah yang akan menyebarkan jalan Tuhan dan Injil. Inilah yang mereka sebut "berkhotbah", dan khotbah yang mereka sampaikan itu adalah teologi.
... Orang-orang Farisi menganggap teologi dan teori yang telah mereka kuasai sebagai semacam pengetahuan, sebagai alat untuk menghukum orang dan menilai apakah mereka benar atau salah. Mereka bahkan menerapkan hal itu pada Tuhan Yesus—begitulah cara Tuhan Yesus dihukum. Penilaian orang Farisi terhadap orang lain, dan cara mereka memperlakukan orang lain, tidak pernah didasarkan pada esensi mereka, atau pada apakah yang mereka katakan itu benar atau salah, apalagi didasarkan pada sumber atau asal usul perkataan itu. Mereka hanya menghukum dan menilai orang berdasarkan perkataan-perkataan dan doktrin-doktrin yang dengan kukuh telah mereka kuasai. Jadi, meskipun orang-orang Farisi ini mengetahui bahwa yang dilakukan Tuhan Yesus bukanlah dosa, dan tidak melanggar hukum, mereka tetap menghukum-Nya, karena apa yang dikatakan Tuhan Yesus tampaknya bertentangan dengan pengetahuan dan ilmu yang telah mereka kuasai dan teori teologi yang mereka uraikan. Orang-orang Farisi sama sekali tidak mau melonggarkan cengkeraman mereka terhadap perkataan-perkataan dan ungkapan-ungkapan ini, mereka berpegang teguh pada pengetahuan ini dan tidak mau melepaskannya. Pada akhirnya, apa satu-satunya akibat yang mungkin? Mereka tidak mau mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang akan datang, atau bahwa ada kebenaran dalam apa yang dikatakan Tuhan Yesus, apalagi mengakui bahwa yang dilakukan Tuhan Yesus adalah sesuai dengan kebenaran. Mereka menemukan beberapa tuduhan yang tidak berdasar untuk menghukum Tuhan Yesus—tetapi sebenarnya, di dalam hati mereka, tahukah mereka apakah dosa-dosa yang mereka tuduhkan kepada-Nya ini benar atau tidak? Mereka tahu. Jadi mengapa mereka tetap menghukum-Nya? (Mereka tidak mau memercayai bahwa Tuhan yang agung dan perkasa dalam pikiran mereka adalah Tuhan Yesus, gambar seorang Anak Manusia yang biasa-biasa saja ini.) Mereka tidak mau menerima kenyataan ini. Dan apa dasar dari penolakan mereka untuk menerima hal ini? Bukankah ada usaha untuk bernalar dengan Tuhan dalam hal ini? Yang mereka maksudkan adalah, "Mungkinkah Tuhan melakukan hal itu? Jika Tuhan berinkarnasi, Dia pasti dilahirkan dari garis keturunan yang terhormat. Terlebih lagi, Dia harus menerima bimbingan dari para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, mempelajari pengetahuan ini, dan banyak membaca Kitab Suci. Setelah memiliki pengetahuan ini barulah Dia dapat menggunakan label 'inkarnasi' ini." Mereka yakin bahwa, pertama, Engkau tidak memenuhi syarat, jadi Engkau bukan Tuhan; kedua, tanpa pengetahuan ini Engkau tidak bisa melakukan pekerjaan Tuhan, apalagi bisa menjadi Tuhan; ketiga, Engkau tidak bisa bekerja di luar bait suci—Engkau tidak berada dalam bait suci sekarang, Engkau selalu berada di antara orang-orang berdosa, jadi pekerjaan yang Engkau lakukan berada di luar lingkup pekerjaan Tuhan. Berasal dari mana dasar penghukuman mereka? Dari Kitab Suci, dari pikiran manusia, dan dari pendidikan teologi yang telah mereka terima. Karena mereka dibanjiri dengan gagasan, imajinasi, dan pengetahuan, mereka yakin bahwa pengetahuan ini benar, adalah kebenaran, adalah dasar, dan Tuhan tidak akan pernah bisa ikut campur terhadap hal-hal ini. Apakah mereka mencari kebenaran? Tidak. Yang mereka cari adalah gagasan dan imajinasi mereka sendiri, serta pengalaman mereka sendiri, dan mereka mencoba menggunakan hal-hal ini untuk membatasi Tuhan dan menentukan apakah Dia benar atau salah. Apa hasil akhir dari hal ini? Mereka mengutuk pekerjaan Tuhan dan memakukan Dia ke kayu salib.
—Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja
Catatan kaki:
a. Teks aslinya tidak mengandung kata "Yahweh".