Kedatangan kembali Anak yang Hilang

16 Desember 2019

Oleh Saudari Ruth, Amerika Serikat

Aku dilahirkan di sebuah kota kecil di Tiongkok selatan dalam sebuah keluarga Kristen sejak generasi nenek buyut ayahku. Kisah Alkitab, lagu pujian dan musik rohani yang dikumandangkan di gereja adalah teman setiaku di sepanjang hari-hari bahagia di masa kecilku. Ketika aku mulai bertambah dewasa dan tekanan akademis semakin bertambah, hatiku perlahan-lahan mulai menjauh dari Tuhan. Namun, Tuhan tidak pernah meninggalkanku; kapan pun aku berseru kepada-Nya, Dia akan menolongku. Kasih karunia dan nama Tuhan Yesus yang kudus berakar jauh di dalam hatiku. Aku ingat di tahun saat aku mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, tidak seorang pun yang mengira aku bisa masuk ke perguruan tinggi yang baik, termasuk guru-guruku. Menghadapi tantangan demi tantangan, aku hampir kehilangan semua harapan, dan aku juga berpikir bahwa aku tidak akan pernah bisa masuk ke perguruan tinggi impianku. Namun kemudian sesuatu muncul di benakku—kalimat yang kudengar di gereja ketika aku masih kecil: "Ketika manusia menyerah, Tuhan mulai bekerja," dan dalam sekejap aku merasa seperti telah dicerahkan. Aku tahu itu benar: di saat aku mencapai batas kemampuanku, di situlah Tuhan mulai bekerja. Kemampuan Tuhan adalah yang terbaik, dan aku percaya bahwa asal aku sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan maka Dia pasti akan menolongku. Jadi, aku mulai sering berdoa kepada Tuhan Yesus: "Ya Tuhan, kumohon tolong aku. Kalau aku dapat masuk ke perguruan tinggi impianku tanpa hambatan, maka mulai sekarang aku berjanji tidak akan pernah menjauhkan diri dari-Mu, dan aku akan menerima Engkau sebagai satu-satunya Juruselamatku dalam hidup ini." Sementara melakukan itu, aku juga membayar harga yang tak terbayangkan bagi kebanyakan orang; selama kelas 3 SMU, aku berlatih piano ketika aku tidak makan atau tidur. Aku cukup banyak berlatih selama 10 hingga 12 jam sehari. Aku tidak tahu berasal dari mana kekuatan yang menopangku itu, tetapi menurutku itu pasti Tuhan yang mendengarkan doa-doaku dan secara diam-diam menolongku. Rasa syukur kepada Tuhan bertumbuh di hatiku. Akhirnya, keinginan lamaku terpenuhi; aku berhasil masuk ke salah satu akademi musik terbaik di negeri ini, dan sebagai hasil aku percaya dengan yakin bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Juruselamatku. Di tahun terakhirku di perguruan tinggi, aku tidak tahu jalan apa yang harus kutempuh setelah lulus, jadi aku berseru kepada Tuhan Yesus dan memohon kepada-Nya untuk menunjukkan jalan kepadaku serta membuka jalan bagiku. Pada tahun 2004, tak lama setelah serangan teroris 9/11 di Amerika Serikat, hampir semua visa masuk telah dibekukan, tetapi tak kusangka, aku menerima beasiswa penuh ke sebuah universitas di AS (Amerika Serikat) sebagai hasil dari CD yang kurekam secara profesional. Aku mendapat visa pelajar tanpa hambatan sedikit pun dan pergi ke Amerika untuk melanjutkan studiku. Dua pengalaman ini—masuk ke perguruan tinggi dan pergi ke luar negeri—memperlihatkan kepadaku bahwa Tuhan telah menolongku mewujudkan impian yang tidak akan pernah mampu kuraih sendiri. Aku menjadi semakin yakin bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang benar dan Dia adalah Juruselamatku, dan aku harus menerapkan imanku kepada Tuhan dengan benar dan mengikut Dia.

Suatu hari di tahun 2007, aku menelepon ibuku di Tiongkok, seperti yang sering kulakukan, untuk mengobrol. Di tengah percakapan kami, tiba-tiba dia berseru, "Tahukah kau bahwa Tuhan Yesus Kristus telah datang kembali?" Mendengar dia mengatakan ini, tiba-tiba aku merasakan kejutan yang menyenangkan, tetapi kemudian aku segera teringat tentang bagaimana dalam Alkitab dikatakan bahwa pada akhir zaman Mesias palsu akan muncul, jadi aku tidak tahu apakah hal tentang Tuhan yang datang kembali ini benar atau palsu. Aku tahu aku harus meresponinya dengan hati-hati. Sekarang ini Internet begitu cepat dan mudah digunakan, jadi kupikir aku harus membuka Internet untuk menyelidikinya. Setelah menutup telepon, aku membuka Internet, merasa sangat bersemangat, berusaha menemukan sumber informasi yang dapat dipercaya. Yang mengejutkanku, semua informasi yang kutemukan adalah suara-suara penolakan yang menghujat dan mengutuk kedatangan kembali Tuhan Yesus—Tuhan Yang Mahakuasa. Aku tidak dapat mengerti apakah ini benar atau salah, membuatku takut dan gelisah, takut ibuku tidak memiliki kepekaan untuk membedakan antara yang benar dan salah dan bahwa dia akan menempuh jalan yang salah. Aku segera meneleponnya untuk memberitahunya tentang semua hal buruk yang kubaca di internet, tetapi ibu sangat tenang, dan menghiburku dengan berkata: "Nak, kau belum membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa sehingga kau tidak mengerti, dan akan dibutuhkan waktu yang lama untuk menjelaskannya kepadamu, tetapi jangan khawatir, aku tidak sedang menempuh jalan yang salah. Sebenarnya, aku sedang mengikuti jejak Anak Domba. Kita jangan membicarakan hal ini melalui telepon." Aku tahu bahwa Tiongkok diperintah oleh kediktatoran yang ateis, dan pemerintah PKT (Partai Komunis Tiongkok) selalu menganiaya dan menangkap umat Kristen, jadi tidak baik bagi ibuku untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan melalui telepon. Aku tidak berani mengatakan terlalu banyak tentang hal itu kepadanya, jadi aku menelepon seorang pendeta di Tiongkok yang aku kenal baik untuk meminta bantuan, meminta kepadanya untuk pergi "menyelamatkan" ibuku. Belakangan, ketika pendeta itu memberitahuku kabar bahwa dia tidak mempu membujuk ibuku, aku menjadi sangat marah sehingga nyaris kehilangan akal. Setelah itu, dalam upaya untuk menghalangi kepercayaan ibuku kepada Tuhan Yang Mahakuasa, aku bahkan mengatakan kepadanya bahwa dia harus membuat pilihan antara aku dan kepercayaannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah mengatakan itu kepadanya, aku mendapatkan mimpi yang sama selama tiga malam berturut-turut, di mana aku sedang berada di malam gelap yang paling gelap, hujan turun dengan deras, dan aku sedang membawa sebuah payung hitam, berjalan menyusuri pantai yang dahulu kukenal. Tidak ada seorang pun di sana, dan tiba-tiba kilatan cahaya seterang siang hari menerpa payungku…. Setiap kali aku mendapat mimpi ini, aku akan bangun dengan ketakutan dan keringat dingin, tetapi karena sangat tidak peka, bodoh dan keras kepala, aku gagal melakukan upaya sekecil apa pun untuk menyelidiki dan berdoa, untuk mencari tahu mengapa aku terus mendapat mimpi itu: apakah Tuhan sedang memperingatkan dan menyuruhku untuk berbalik dari jalan yang menentang Tuhan, dan kembali kepada-Nya? Belakangan aku melihat bahwa upaya apa pun yang kulakukan untuk membujuk ibuku, semua itu tidak ada gunanya. Selain itu, aku berada di negeri asing yang jauh dan memiliki kehidupan yang sibuk, jadi aku berhenti berusaha memaksanya.

Pada tahun 2010, ketika aku kembali ke Tiongkok, ibuku membahas tentang kepercayaannya kepada Tuhan Yang Mahakuasa denganku. Dia kelihatannya tahu persis apa yang sedang kupikirkan, dan dia bertanya terus terang kepadaku, "Kau tahu bahwa aku sudah percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa selama beberapa tahun sekarang, apakah menurutmu ada sesuatu yang aneh tentang diriku seperti semua hal yang mereka katakan di Internet? Aku bingung dengan pertanyaannya dan tidak bisa langsung menjawabnya. Sambil memikirkannya dengan saksama, aku menyadari hal-hal yang mereka katakan di Internet yang membuatku gemetar ketakutan tidak terjadi kepada ibuku; dia cukup normal, dan berdiri sehat walafiat di hadapanku. Bahkan, aku dapat melihat dia telah lebih banyak berubah sejak percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa daripada setelah dia mulai percaya kepada Tuhan Yesus. Dia tidak hanya menjadi lebih rasional dalam perkataan dan perbuatannya, tetapi dia juga telah mendapatkan pemahaman yang lebih baik dalam pendekatannya terhadap masalah. Melihat semua ini, aku berpikir: sepertinya kabar angin di Internet itu tidak benar, karena fakta berbicara lebih keras daripada kata-kata. Ibuku kemudian berkata, "Mengapa kau tidak memercayai ibumu, dan mengapa kau tidak melihat faktanya, tetapi malah percaya pada kabar angin di Internet? Sudahkah kau menyelidiki dan mengumpulkan bukti tentang hal-hal itu?" Dengan malu, aku menjawab, "Belum." Dia melanjutkan: "Kau tidak melakukan penelitian untuk mencari tahu bahwa itu semua hanyalah desas-desus, tetapi memercayai kabar angin yang kau dengar di Internet dan buru-buru mengambil kesimpulan. Kau seharusnya malu karena karena sangat berpendidikan tetapi kurang bernalar. Kau seharusnya melihat dengan saksama pada keempat Injil, dan kau akan melihat bahwa ketika Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-Nya, para imam Yahudi, ahli Taurat dan orang Farisi membuat berbagai macam kabar bohong dan kesaksian palsu. Mereka berkata bahwa Tuhan Yesus adalah sahabat orang berdosa, bahwa Dia adalah orang yang suka memuaskan diri dengan makanan dan alkohol, dan mereka dengan berdusta menuduh Dia telah menghasut rakyat untuk berhenti membayar pajak kepada Kaisar. Mereka bahkan menyuap para prajurit agar memberikan kesaksian palsu, membuat mereka mengatakan bahwa tubuh Tuhan Yesus dicuri oleh para murid-Nya dan bahwa Dia tidak dibangkitkan. Tentunya kau tahu tentang hal-hal ini, bukan? Yang dicatat oleh keempat Injil hanyalah sebagian kecil dari pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, dan itu memuat kisah-kisah tertulis tentang begitu banyaknya kabar bohong yang disebarkan oleh para pemimpin Yahudi tentang Tuhan Yesus. Pernahkah kau merenungkan hal ini sebelumnya? Jika Internet sudah ada pada waktu itu, para imam Yahudi, ahli Taurat dan orang Farisi pasti akan menyebarkan kabar bohong dan kesaksian palsu mereka di Internet, dan perkataan mereka yang memfitnah, menghujat, menjebak, dan mengutuk Tuhan Yesus akan ada di seluruh Internet sama seperti dunia keagamaan sekarang ini yang mengutuk Tuhan Yang Mahakuasa. Tahukah kau apa artinya ini? Tuhan Yesus berkata: 'Ini adalah angkatan yang jahat' (Lukas 11:29). 'Dan inilah penghukuman itu, bahwa terang telah datang ke dalam dunia, namun manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, karena perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab setiap orang yang melakukan kejahatan membenci terang, dan membenci mereka juga yang datang kepada terang, karena dengan demikian semua perbuatannya tidak usah ditegur' (Yohanes 3:19–20). Tuhan Yang Mahakuasa berkata: 'Manusia kehilangan hati yang takut akan Tuhan setelah dirusak Iblis dan kehilangan fungsi yang harus dimilikinya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan menjadi musuh yang tidak taat kepada-Nya. Manusia telah hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan mengikuti perintahnya' (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). 'Penciptaan dunia oleh Tuhan berlangsung selama ribuan tahun, Dia telah datang ke bumi untuk melakukan pekerjaan yang tak terhingga besarnya, dan Dia telah benar-benar mengalami penolakan dan fitnahan manusia. Tidak ada seorang pun yang menyambut kedatangan Tuhan; semua orang hanya memandang-Nya dengan tatapan dingin. Selama berlangsungnya kesengsaraan yang lamanya beberapa ribu tahun ini, perilaku manusia telah lama menghancurkan hati Tuhan' (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (4)"). Firman Tuhan dengan jelas mengungkapkan natur dan esensi dari penentangan umat manusia yang rusak terhadap Tuhan dan caranya memperlakukan Tuhan sebagai musuh. Manusia telah sangat dirusak oleh Iblis, dan semua manusia telah menjadi musuh Tuhan, tidak seorang pun yang mencintai kebenaran, dan tidak seorang pun yang menyambut kedatangan Tuhan. Ketika Tuhan Yesus berada di Yudea bekerja dan mengungkapkan kebenaran, Dia melakukan banyak mukjizat, banyak rakyat jelata tertarik untuk mengikuti Dia, dan para pemimpin Yahudi menjadi khawatir bahwa semua rakyat jelata itu akan mengikuti Tuhan Yesus dan meninggalkan mereka. Jadi, mereka mengarang kabar bohong dan memberikan kesaksian palsu tentang Tuhan Yesus, dengan panik menentang dan mengutuk-Nya, dan akhirnya mereka memakukan Dia di kayu salib. Ini adalah bukti kuat dari umat manusia yang rusak yang membenci kebenaran dan memandang Tuhan sebagai musuh. Sekarang, Tuhan telah sekali lagi menjadi manusia, dan Dia kembali diperhadapkan dengan penentangan dan kutukan yang gila-gilaan dari manusia yang rusak. Pemerintah PKT takut semua orang akan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa dan memperoleh kepekaan untuk melihat hakikat jahat mereka, lalu akan menolak mereka, dan kemudian mereka akan kehilangan posisi kekuasaan. Para pemimpin di dunia keagamaan juga takut orang percaya akan mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, dan kemudian mereka akan kehilangan status dan mata pencaharian mereka. Jadi, sama seperti rezim Romawi dan para pemimpin Yahudi pada masa itu, mereka memakai taktik yang keji dan jahat, mengarang berbagai macam kabar bohong dan memberikan banyak kesaksian palsu tentang Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, dengan jalan itu memfitnah dan mengutuk Tuhan Yang Mahakuasa serta menjelek-jelekan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Tujuan mereka adalah membuat orang berdiri dan mengutuk serta menolak firman dan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, dan menghalangi orang dari menerima keselamatan Tuhan. Kita harus memiliki kepekaan terhadap tipu muslihat Iblis! Pemerintah PKT adalah rezim jahat dan ateis yang telah selalu menjadi musuh Tuhan. Saat PKT mulai berkuasa, mereka memusnahkan Alkitab, merobohkan gereja, membantai umat Kristen dan bahkan menganggap Alkitab, sebuah karya yang diakui di seluruh dunia, sebagai kitab kultus dan menganggap umat Protestan dan Katolik sebagai anggota dari kultus jahat hanya untuk menekan dan menganiaya mereka. PKT melakukan semua perbuatan jahat yang dapat dibayangkan, jadi kabar bohong apa yang tidak berani mereka sebarkan? Fakta menunjukkan bahwa baik pemerintah PKT maupun para pemimpin di dunia keagamaan adalah setan jahat yang membenci kebenaran dan adalah musuh Tuhan. Ini adalah sesuatu yang harus kita lihat dengan jelas. Kita adalah orang beriman—kita harus percaya pada firman Tuhan dan kita harus percaya pada kebenaran. Kita sama sekali tidak boleh memercayai kabar angin dan kebohongan pemerintah PKT dan para pemimpin di dunia keagamaan. Kalau kita tidak memiliki kepekaan terhadap kabar bohong yang disebarkan oleh pemerintah PKT dan dunia keagamaan, kalau kita tidak mencari dan menyelidiki firman dan pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, maka pada akhirnya kita akan menjadi seperti orang Yahudi, meninggalkan Kristus dan menolak jalan yang benar karena kita dipengaruhi oleh kabar angin yang kita dengar. Dengan begitu, kita tidak hanya akan kehilangan keselamatan Tuhan, tetapi pada akhirnya juga akan diperhadapkan dengan hukuman Tuhan yang adil karena menentang Dia!"

Sambil mendengarkan apa yang ibuku katakan, aku merasa seakan-akan sedang terbangun dari mimpi dan aku harus merenungkannya: "Dia benar. Mengapa aku secara membabi buta memercayai hal-hal negatif di Internet tanpa membaca firman Tuhan Tuhan Yang Mahakuasa atau melakukan penyelidikan apa pun? Dunia ini telah sedemikian rusak oleh Iblis sehingga dipenuhi dengan kebohongan dan tipu daya; ada begitu banyak pengkhianatan di mana-mana sehingga kita tidak bisa mencegahnya. Aku tidak melakukan penelitian apa pun terhadap informasi di Internet tetapi hanya secara membabi buta memercayainya. Aku hanya mengulang-ulang yang orang lain katakan dan menarik kesimpulan tanpa akal sehat. Bukankah itu artinya aku telah bertindak dengan ceroboh dan bodoh? Bukankah itu artinya aku mengikuti orang fasik dan membuat penghakiman tanpa akal sehat?" Melihatku tidak mengatakan sepatah kata pun, ibuku memberiku salinan Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia dan dengan tenang berkata: "Buku ini berisi firman yang diucapkan oleh Tuhan pada akhir zaman. Aku harap kau dapat mengesampingkan gagasanmu dan menyelidikinya dengan saksama. Kumpulkan semua pertanyaan yang kau miliki sehingga kita dapat mempersekutukannya bersama." Aku menerima buku itu dan mulai membacanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Namun aku tidak benar-benar membacanya dengan sikap mencari kebenaran. Sebaliknya, aku memiliki mentalitas seorang peneliti, ingin mengukur dan memeriksa kebenaran firman Tuhan terhadap pengetahuan pribadiku sendiri, dan aku bahkan ingin membantahnya. Justru karena sikapku yang kurang hormat dan menentang terhadap firman Tuhan, aku tidak dapat memperoleh pencerahan dan penerangan Roh Kudus, sedemikian rupa sehingga di sepanjang waktu itu aku sebenarnya tidak mengenal pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa. Namun meskipun demikian, aku terus berpegang teguh pada gagasanku yang keliru dan tidak mau menerima pekerjaan Tuhan yang baru. Aku membicarakannya dengan ibuku: "Bu, sebelumnya, aku percaya semua kabar angin yang kudengar di internet, dan berusaha menghalangimu untuk percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi pada kenyataannya akulah yang buta dan bodoh. Mulai sekarang, aku tidak akan menentang kepercayaanmu kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi tidak mungkin aku dapat berdoa bersamamu di dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa, karena aku memanggil nama Tuhan Yesus untuk masuk ke perguruan tinggi impianku dan menerima beasiswa penuh untuk melanjutkan studiku di luar negeri. Aku telah menerima anugerah yang begitu besar, jadi bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan Tuhan Yesus? Bukankah itu berarti aku tidak bersyukur dan berkhianat?" Dia memberiku bagian dari firman Tuhan Yang Mahakuasa untuk dibaca yang diarahkan pada gagasanku ini: "Mulai dari pekerjaan Yahweh hingga pekerjaan Yesus, dan dari pekerjaan Yesus sampai tahap sekarang ini, tiga tahap ini mencakup urutan berkelanjutan dari keseluruhan pengelolaan Tuhan, dan semuanya merupakan pekerjaan satu Roh. Sejak penciptaan dunia, Tuhan selalu bekerja mengelola umat manusia. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Pertama dan Yang Terakhir, dan Dialah Pribadi yang memulai dan mengakhiri suatu zaman. Ketiga tahap pekerjaan tersebut, di zaman yang berbeda dan lokasi yang berbeda, tidak salah lagi merupakan pekerjaan dari satu Roh. Semua orang yang memisahkan ketiga tahap ini bertentangan dengan Tuhan. Sekarang, engkau harus memahami bahwa semua pekerjaan dari tahap pertama hingga hari ini adalah pekerjaan dari satu Tuhan, pekerjaan dari satu Roh. Tentang hal ini, tentu tidak ada keraguan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Visi Pekerjaan Tuhan (3)"). Dia kemudian mempersekutukan ini denganku: "Kau berpikir bahwa menerima nama Tuhan Yang Mahakuasa artinya mengkhianati Tuhan Yesus, tetapi ini sepenuhnya merupakan gagasan dan imajinasimu sendiri. Sebenarnya, Tuhan Yahweh, Tuhan Yesus, dan Tuhan Yang Mahakuasa semuanya adalah satu Tuhan. Di Zaman Hukum Taurat, Tuhan dipanggil dengan nama Yahweh; Dia memberikan hukum Taurat agar dapat membimbing kehidupan umat manusia di bumi dan membuat manusia mengikuti hukum dan perintah-Nya untuk mengekang dan membimbing umat manusia. Menjelang akhir Zaman Hukum Taurat, umat manusia telah dirusak oleh Iblis sampai-sampai mereka tidak mampu lagi menaati hukum Taurat, dan semua umat manusia hidup di bawah penghukuman dan kutuk hukum Taurat. Tuhan menjadi manusia dengan memakai nama Yesus untuk melakukan pekerjaan pada Zaman Kasih Karunia, dan agar dapat menebus umat manusia, Dia disalibkan sebagai korban penghapus dosa selamanya bagi manusia. Sejak saat itu, asal kita datang di hadapan Tuhan untuk mengakui dosa-dosa kita dan bertobat, maka dosa-dosa kita akan diampuni dan kita tidak akan dihukum atau dikutuk lagi oleh hukum Taurat. Selain itu, kita juga menerima berkat dan belas kasihan Tuhan yang tak terbatas. Namun, meskipun dosa-dosa kita dapat diampuni dan kita dapat menikmati kasih karunia Tuhan Yesus yang berlimpah, natur dosa dan watak kita yang rusak belum disingkirkan. Kita masih hidup dalam lingkaran setan dari melakukan dosa dan kemudian mengakuinya, tidak mampu membebaskan diri kita sendiri. Pada akhir zaman, Tuhan telah sekali lagi menjadi manusia sebagai Tuhan Yang Mahakuasa untuk mengungkapkan kebenaran yang akan menghakimi dan mentahirkan manusia; ini memungkinkan manusia untuk memahami kebenaran dan mendapatkan kebenaran melalui penghakiman Tuhan, membuang watak jahat kita yang rusak, ditahirkan secara menyeluruh oleh Tuhan, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Dengan demikian, pada akhirnya manusia dapat menjadi layak mewarisi janji Tuhan dan dibawa masuk ke dalam kerajaan-Nya. Jadi, Tuhan Yesus dan Tuhan Yang Mahakuasa adalah inkarnasi Tuhan di zaman yang berbeda, dan Mereka adalah satu Tuhan."

Persekutuannya masuk akal dan tidak ada yang bisa kubantah, tetapi gagasanku masih banyak, jadi aku langsung menjawab: "Karena Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, maka apakah aku memanggil Dia dengan nama Yesus atau nama Tuhan Yang Mahakuasa itu semua sama. Apa pun itu, Dia adalah Tuhan yang memberikan kasih karunia." "Tuhan Yahweh, Tuhan Yesus, dan Tuhan Yang Mahakuasa adalah satu Tuhan," jawab ibuku, "ini tidak diragukan lagi, tetapi Tuhan menggunakan nama yang berbeda pada setiap zaman. Jadi, kita hanya dapat menerima keselamatan Tuhan dengan menerima nama baru-Nya.. Seperti halnya di Zaman Hukum Taurat, Tuhan menggunakan nama Yahweh untuk melakukan pekerjaan, dan manusia berdoa atas nama Yahweh, dan Tuhan mendengarkan dan memberkati manusia. Kemudian, di Zaman Kasih Karunia Tuhan menggunakan nama Tuhan Yesus untuk melakukan pekerjaan, dan kemudian manusia harus berdoa dalam nama Yesus, kalau tidak, dosa-dosa mereka tidak akan diampuni, juga tidak akan menerima anugerah dan berkat Tuhan. Itu sama seperti orang Israel yang berseru kepada Tuhan Yahweh di bait suci yang tidak memiliki hadirat Tuhan dan tidak memperoleh keselamatan Tuhan Yesus karena mereka tidak menerima nama Tuhan Yesus. Sekarang adalah Zaman Kerajaan dan Tuhan menggunakan nama Tuhan Yang Mahakuasa untuk melakukan pekerjaan yang baru. Hanya dengan berdoa dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa barulah kau dapat menerima pekerjaan Roh Kudus dan memperoleh keselamatan Tuhan. Jika kau berpegang pada nama Yesus dan tidak menerima nama Tuhan Yang Mahakuasa, artinya kau sebenarnya sedang percaya pada pekerjaan Tuhan di masa lalu dan menentang pekerjaan Tuhan yang sekarang, yang pada hakikatnya sedang menentang dan mengkhianati Tuhan. Alkitab berkata, 'Orang mengatakan kau hidup, padahal sebenarnya engkau mati' (Wahyu 3:1). Hanya dengan menerima nama baru Tuhan dan tunduk kepada firman dan pekerjaan-Nya yang sekarang barulah kita akan memiliki kenyataan tentang kepercayaan kepada Tuhan. Apakah kau mengerti dengan apa yang sedang kukatakan?"

Aku merasa semua yang dikatakan ibuku masuk akal dan juga nyata, tetapi di dalam hati, aku tetap tidak bisa melepaskan nama Yesus, karena Tuhan telah melimpahkan anugerah yang begitu besar kepadaku. Semua yang kumiliki hari ini telah diberikan kepadaku oleh Tuhan Yesus, dan aku tidak bisa tidak mengikuti janjiku yang semula: menerapkan imanku kepada Tuhan dengan benar dan mengikut Tuhan. Dan sebagai akibatnya, aku terus menolak Injil Tuhan Yang Mahakuasa.

Setelah liburan musim panasku berakhir dan aku kembali ke AS, studiku yang sibuk dan kehidupan yang serba cepat dengan segera membawaku kembali ke dunia "nyata." Setiap kali aku kembali ke ibadah gereja, aku mendapati tidak ada satu pun khotbah yang memuat sesuatu yang baru, apakah itu adalah seorang pendeta di gereja Tiongkok atau gereja yang berbahasa Inggris. Semuanya hanyalah hal-hal yang selalu sama. Kehidupan bergereja jadi membosankan dan aku tidak merasa mendapatkan pemeliharaan apa pun dalam hidupku. Dalam upaya mempertahankan jemaat mereka, para rekan sekerja di gereja sering merencanakan jalan-jalan, tamasya, pesta, dan kegiatan lainnya agar kami semua ikut ambil bagian. Ada banyak jenis orang di dalam gereja, termasuk banyak orang yang sebenarnya bukan pencari Tuhan yang sungguh-sungguh tetapi hanya orang-orang yang mencari pacar, teman sekamar, seseorang untuk menemaninya bepergian, seseorang untuk menemaninya makan bersama, dll., dan aku menyadari bahwa gereja bukan lagi tempat di mana aku dapat menemukan ketenangan. Ini memenuhiku dengan penderitaan dan kesedihan. Aku kemudian berhenti sama sekali dari menghadiri ibadah, tetapi aku terus-menerus ada dalam keadaan cemas. Aku merasa seperti anak putus asa yang tersesat dan hanya menjalani hidup dengan kebingungan.

Setelah aku melahirkan seorang anak laki-laki pada tahun 2014, konflik antara aku dan suamiku meningkat karena aku tidak memiliki ASI untuk memberi makan anak kami. Ketika dia pulang dari kantor setiap hari, hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah: "Mengapa ASI-nya masih tidak keluar? Tanpa ASI, kekebalan tubuh anakku akan terganggu." Ini adalah pertama kalinya aku memiliki perasaan tidak mampu—aku merasa seakan-akan aku sama sekali tidak layak menjadi seorang ibu. Aku berobat ke dokter Barat dan Tionghoa, dan bahkan mencari obat-obatan alami di Internet, tetapi tidak ada yang bisa membuatku menghasilkan susu. Aku merasa terluka, sedih, dan marah, seakan-akan aku berada di ambang depresi berat, dan aku merasa jika itu terjadi, aku akan segera kehilangan akal. Selama masa pemulihan setelah melahirkan, wajahku selalu penuh dengan air mata, dan apa pun yang kulakukan, aku tidak dapat mengerti mengapa ini terjadi kepadaku. Aku sering merasakan kepanikan yang tak terlukiskan menguasaiku, dan aku cukup mendengar kata-kata seperti "susu ibu" atau "menyusui," maka aku akan segera menangis tersedu-sedu, sama sekali tidak mampu mengendalikan diriku sendiri.

Setelah ibuku mengetahui keadaan sulit yang kualami, dia datang ke luar negeri untuk merawatku. Ketika dia melihat penderitaanku, dia berkata kepadaku, "Pernahkah kau merenungkan mengapa semakin banyak kegelapan dalam hidupmu, mengapa semakin penuh dengan penderitaan? Itu karena kau percaya kepada Tuhan tetapi tidak mencari kebenaran. Tuhan telah datang kembali, namun kau tidak mencari atau menyelidiki. Sebaliknya, kau secara membabi buta berpegang teguh pada gagasan dan imajinasimu sendiri, hanya mengikuti apa yang dikatakan orang lain dan tanpa akal sehat menghakimi pekerjaan baru Tuhan. Ini artinya menentang Tuhan! Kau sedang tidak menerima pekerjaan baru Tuhan sehingga kau telah kehilangan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Kau hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis, dan ini hanya akan membuatmu menderita dan dipermainkan Iblis, memenuhi hidupmu dengan lebih banyak penderitaan." Mendengar ibuku mengatakan ini, aku tenggelam dalam keheningan. Di hari-hari selanjutnya, setiap kali ibu menidurkan anakku, dia akan memperdengarkan beberapa lagu pujian Tuhan untuk kudengarkan. Suatu hal yang luar biasa terjadi—pikiranku tiba-tiba lambat laun mulai menemukan kedamaian bersama dengan musik lagu-lagu pujian ini. Suatu kali, aku mendengarkan lagu pujian ini: "Karena hati dan roh manusia terlalu jauh dari Tuhan sehingga manusia tetap melayani Iblis pada saat bersamaan dengan mengikuti Tuhan—dan sama sekali tidak menyadarinya. Tidak seorang pun berusaha mencari jejak langkah ataupun penampakan yang diwujudkan-Nya, dan tak seorang pun bersedia untuk hidup dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan. Sebaliknya, mereka malah mau bergantung pada kebusukan Iblis, si jahat, agar bisa menyesuaikan diri dengan dunia ini dan aturan-aturan kehidupan yang diikuti oleh umat manusia yang jahat. Pada titik ini, hati dan roh manusia sudah dipersembahkan sebagai upeti kepada Iblis dan menjadi makanan Iblis. Lebih dari itu, hati dan roh manusia telah menjadi tempat Iblis berdiam dan menjadi tempat bermainnya yang pas. Dengan demikian, manusia tanpa sadar kehilangan pemahamannya tentang prinsip-prinsip kemanusiaan, dan nilai serta makna keberadaan manusia. Hukum Tuhan dan perjanjian antara Tuhan dan manusia perlahan menghilang dari hati manusia dan manusia berhenti mencari atau mengindahkan Tuhan. Dengan berlalunya waktu, manusia tak lagi mengerti alasan Tuhan menciptakan dirinya, maupun memahami perkataan yang keluar dari mulut-Nya dan segala hal yang datang dari Tuhan. Manusia kemudian mulai menentang hukum dan ketetapan-ketetapan Tuhan, hati dan rohnya menjadi mati rasa .... Tuhan kehilangan manusia yang Dia awalnya ciptakan, dan manusia kehilangan akar asal mula keberadaannya: Inilah kenestapaan umat manusia" ("Penderitaan Manusia yang Telah Rusak" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Setiap kalimat terakhir dari firman Tuhan Yang Mahakuasa mencengkeram hatiku. Aku dapat melihat bahwa aku berada dalam keadaan yang persis digambarkan oleh firman Tuhan, bahwa aku telah mengakui Tuhan dengan perkataanku, tetapi pada kenyataannya hatiku sepenuhnya dimiliki oleh Iblis. Semua pikiran dan perasaanku adalah tentang hal-hal dari daging, apa yang aku kejar juga daging, dan yang sedang kutempuh adalah jalan duniawi. Dalam Alkitab dikatakan: "Karena memikirkan hal-hal yang dari daging adalah kematian; tetapi memikirkan hal-hal yang dari Roh adalah kehidupan dan damai sejahtera" (Roma 8:6). "Tidak tahukah engkau bahwa persahabatan dengan dunia artinya permusuhan dengan Tuhan? Karena itu, siapa pun yang mau menjadi sahabat dunia ini adalah musuh Tuhan" (Yakobus 4:4). Aku berpikir tentang bagaimana tidak ada tindakanku yang sesuai dengan kehendak Tuhan, tetapi semuanya sama sekali bertentangan dengan Tuhan. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya Tuhan, kini aku berada dalam situasi ini karena aku menghargai gelar, identitas, perkawinanku, dan hal-hal lain dari dunia ini, berpikir bahwa memiliki semua itu sudah cukup. Aku sama sekali belum mencari kebenaran, aku juga tidak mengejar pengetahuan tentang Tuhan, sampai-sampai setiap kali Engkau mengetuk pintu hatiku dan memberikan firman Tuhan dan kebenaran tepat di depan mataku, aku telah gagal untuk menghargai ini. Ketika aku mendengar bahwa Engkau telah datang untuk melakukan pekerjaan yang baru, aku keras kepala dan memiliki pendapat sendiri, serta membuat penghakiman yang tidak berdasar. Aku sepenuhnya sadar bahwa persekutuan ibuku cukup beralasan, namun aku dengan keras kepala berpegang pada gagasanku sendiri tanpa menyelidiki jalan yang benar. Ya Tuhan, yang kuhargai hanyalah anugerah-Mu sementara menolak kebenaran—aku benar-benar keras kepala dan memberontak! Jika Engkau masih memberiku kesempatan, aku pasti akan menyelidiki pekerjaan-Mu dengan sebaik mungkin." Pada waktu itu aku tidak tahu apakah doa semacam itu akan didengar oleh Tuhan, tetapi aku tetap terus berseru kepada Tuhan dengan cara ini.

Pada bulan April 2015 aku kembali ke Tiongkok bersama ibuku karena masalah kesehatan, yang memberiku kesempatan untuk berhubungan dengan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Aku berpikir tentang bagaimana aku telah berjuang dan bergumul di dunia ini tanpa memperoleh kebahagiaan, dan bagaimana di dalam hal agama aku juga gagal menemukan kebenaran yang dapat menghilangkan kegelapan dan kekosongan di hatiku. Aku memiliki perasaan yang kuat di hatiku bahwa ini semua terjadi mungkin karena aku terus menolak Tuhan Yang Mahakuasa, yang adalah Yesus Sang Juruselamat yang telah menolongku masuk ke perguruan tinggi dan membawaku ke Amerika Serikat. Ketika ini terpikirkan olehku, aku memberi tahu ibuku bahwa aku ingin mengambil bagian dalam kegiatan bergereja di Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Tak lama kemudian, saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa datang untuk bertemu denganku, dan aku melihat bahwa ketika mereka berkumpul, yang mereka baca adalah firman Tuhan, yang mereka persekutukan adalah kebenaran, dan yang mereka lakukan adalah kebenaran. Apa pun yang mereka lakukan, firman Tuhan menjadi standar mereka dan kebenaran menjadi prinsip mereka. Mereka tidak bertindak menurut daging, juga tidak membicarakan hal-hal duniawi dengan satu sama lain. Aku melihat bahwa Gereja Tuhan Yang Mahakuasa adalah tanah Kanaan yang baik di mana kebenaran memerintah. Rohku dipenuhi di tempat itu, aku dibekali, dan hatiku tidak lagi kosong—aku merasa puas.

Suatu hari pada pertemuan lainnya dengan beberapa saudara-saudari, Saudari Wang membacakan bagian dari firman Tuhan ini: "Yang Mahakuasa memiliki belas kasihan untuk orang-orang yang sudah sangat menderita ini. Sementara itu, Dia muak dengan orang-orang yang tidak memiliki kesadaran karena Dia sudah terlalu lama menunggu jawaban dari umat manusia. Dia ingin mencari, Dia hendak mencari hati dan rohmu, untuk membawakanmu air dan makanan, serta membangunkanmu, agar engkau tidak akan haus dan lapar lagi. Ketika engkau letih dan ketika engkau mulai merasakan adanya kehampaan suram di dunia ini, jangan kebingungan, jangan menangis. Tuhan Yang Mahakuasa, Sang Penjaga, akan menyambut kedatanganmu kapan pun. Dia berjaga di sampingmu, menunggumu untuk berbalik. Dia menunggu hari ketika engkau tiba-tiba memperoleh kembali ingatanmu: menyadari kenyataan bahwa engkau berasal dari Tuhan, tetapi entah bagaimana, engkau kehilangan arah, entah bagaimana engkau jatuh tidak sadarkan diri di tepi jalan, kemudian entah bagaimana, engkau mendapatkan seorang "bapa". Lebih dari itu, engkau menyadari bahwa Yang Mahakuasa selama ini selalu ada di sana, mengamati, menantikan engkau kembali, sudah begitu lama" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keluhan Yang Mahakuasa"). Bagian firman Tuhan ini sangat menyentuh hatiku. Aku merasa bahwa Tuhan Yang Mahakuasa seperti seorang ibu penuh kasih yang memanggil seorang anak yang hilang, menunggu anak-Nya dengan harapan untuk suatu hari nanti segera kembali ke sisi-Nya. Aku dapat mendengar bahwa ini adalah suara Tuhan. Aku menyadari bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang telah menolongku berkali-kali untuk mengatasi krisis demi krisis, dan Dia tidak pernah meninggalkanku selangkah pun, tetapi terus-menerus menungguku untuk kembali. Aku teringat tentang bagaimana aku percaya kepada Tuhan namun belum mencari kebenaran atau memercayai firman Tuhan, melainkan memercayai kabar bohong di Internet dan perkataan pendeta. Aku telah memberikan kesetiaanku kepada musuh, bergabung dengan pemerintah PKT dan para pendeta di komunitas keagamaan dalam meremehkan dan menyerang Tuhan, yang telah memeliharaku siang dan malam. Aku telah menolak keselamatan Tuhan. Aku benar-benar sangat buta dan bodoh. Kepercayaanku kepada Tuhan masih didasarkan pada gagasan dan imajinasiku sendiri; aku percaya bahwa Tuhan Yesus telah menolongku dengan sukses masuk ke perguruan tinggi dan membimbingku untuk pergi ke luar negeri tanpa hambatan untuk melanjutkan studiku, jadi aku harus selalu tetap setia kepada nama Tuhan Yesus, dan bahwa ini saja merupakan pengabdian kepada Tuhan. Aku mengandalkan gagasan dan imajinasiku dalam pandanganku tentang segala sesuatu. Ketika Tuhan memulai zaman yang baru dan memakai nama baru, aku tidak mengenali pekerjaan Tuhan, dan berulang kali aku menolak keselamatan Tuhan untukku. Bagaimana itu bisa dikatakan memiliki kepercayaan kepada Tuhan? Bukankah itu berarti aku hanya memiliki keyakinan pada diriku sendiri? Yang Tuhan berikan kepadaku adalah kasih, namun berkali-kali aku menyakiti Tuhan. Aku tahu aku berutang besar kepada Tuhan....

Aku benar-benar harus berlutut, dan aku menangis tersedu-sedu ketika aku berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan Yang Mahakuasa! Aku buta dan bodoh. Aku percaya kabar bohong dari pemerintah PKT dan dunia keagamaan; aku telah meninggalkan dan mengutuk-Mu, dan aku mengandalkan imajinasi dan gagasanku sendiri untuk membatasi-Mu. Aku telah menolak Injil akhir zaman-Mu—aku adalah seorang Farisi modern. Jika hanya didasarkan pada perilaku dan perbuatanku, aku seharusnya dimusnahkan bersama dengan Iblis, tetapi, karena kasih-Mu kepadaku, Engkau telah kembali memberiku kesempatan untuk bertobat. Ya Tuhan, aku mau, sama seperti penduduk Niniwe, datang di hadapan-Mu 'dalam kain kabung dan abu,' untuk sungguh-sungguh mengakui dosa-dosaku kepada-Mu dan bertobat, dan memohon agar Engkau mengampuniku. Aku ingin bekerja sama dengan-Mu, serta ditahirkan dan diselamatkan oleh firman-Mu."

Setelah itu, saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa datang mengunjungiku tiga kali seminggu; ini berlangsung tanpa gangguan selama lebih dari empat bulan. Selama waktu ini aku membaca beberapa bagian dari firman Tuhan hampir setiap hari, dan ketika aku semakin memahami kebenaran, hubunganku dengan Tuhan menjadi semakin baik dan imanku yang mula-mula dipulihkan. Aku merasakan kedamaian di hatiku, dan aku tidak lagi merasa cemas atau sedih. Melalui pembacaan firman Tuhan Yang Mahakuasa dan berkumpul untuk mempersekutukan kebenaran, aku menjadi benar-benar yakin akan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang kedatangan-Nya kembali telah kunanti-natikan. Aku bertekad untuk mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa sampai kapan pun, dan membalas kasih Tuhan dengan menjadi orang yang mengejar kebenaran.

Aku kembali ke AS pada tahun 2016, di mana aku berhubungan dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa melalui situs mereka dan mulai mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan di gereja mereka. Syukur kepada Tuhan! Tuhanlah yang memimpin setiap langkahku ke tempat di mana aku berada sekarang. Untuk membalas Tuhan atas kasih-Nya, aku ingin memberikan segenap kekuatanku untuk melakukan pekerjaan menyebarkan Injil Tuhan, sehingga lebih banyak orang yang haus dan mencari kebenaran dapat mengetahui bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku juga akan memberi tahu mereka bahwa jika mereka mengikuti jejakku—memercayai kabar bohong Iblis secara membabi buta, menentang Tuhan bersama Iblis—pada akhirnya, merekalah yang akan kalah.

Sebelumnya: Kembali ke Rumah

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Berkat yang "Dicuri"

Oleh Saudara A Chao, Tiongkok Saat itu bulan Maret 2012. Aku tak tahu hari apa itu dimulai, tapi kuperhatikan setiap hari setelah makan...

Tinggalkan Balasan