Pertarungan Roh di Rumah

12 Oktober 2020

Pada bulan Agustus 2018, seorang teman memberitahuku Tuhan Yesus telah datang kembali dan mengungkapkan kebenaran untuk melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai dengan rumah Tuhan. Aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan melihat bahwa itu adalah kebenaran dan suara Tuhan. Aku tahu bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, jadi aku menerima pekerjaan-Nya pada akhir zaman dan mulai menghadiri pertemuan daring. Aku benar-benar tenggelam dalam sukacita menyambut Tuhan saat pertempuran roh di rumah yang tak terduga terjadi.

Suatu hari di bulan Oktober 2018, suamiku mengirimiku pesan yang berbunyi: "Akhir-akhir ini kau tidak pergi ke gereja, dan buku apa yang selalu kau baca itu? Apa yang kalian bicarakan dalam pertemuan daring itu?" Aku baru saja menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, jadi kurasa aku tidak bisa menjelaskannya dengan baik. Namun, kupikir suamiku sudah menjadi orang percaya sejak kecil dan dia adalah rekan kerja di gereja, jadi aku harus membagi berita tentang kedatangan Tuhan kembali dengannya. Jadi, aku memberitahunya, "Kita ada pada akhir zaman dan nubuat tentang kedatangan Tuhan kembali telah digenapi. Dia datang kembali dalam daging, nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa. Dia melakukan pekerjaan penghakiman melalui firman untuk mentahirkan umat manusia. Buku itu berisi firman Tuhan Yang Mahakuasa. Itu menyingkap banyak misteri tentang Alkitab. Aku telah mengikuti pekerjaan baru Tuhan dan bertemu dengan anggota Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, jadi tentu saja aku tidak menghadiri kebaktian di gereja lama. Kau sebaiknya membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan melihatnya sendiri." Aku juga mengiriminya tautan ke situs web Gereja. Yang membuatku terkejut, tak lama kemudian dia mengirimiku banyak sekali kebohongan dan rumor yang disebarkan PKT secara daring untuk memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, termasuk kasus palsu Zhaoyuan yang ditanam Partai Komunis terhadap Gereja. Aku pikir karena suamiku orang Filipina, dia tidak tahu berapa banyak berita palsu yang ada di Tiongkok, jadi dia dengan mudah tertipu olehnya. Jadi, aku menjawab dan berkata, "Kasus Zhaoyuan disidangkan di pengadilan PKT dan semua pengadilan PKT hanya alat bagi pemerintah untuk mempertahankan kediktatorannya. Pengadilan dan penghakiman mereka tak memiliki kredibilitas sama sekali. PKT telah mengarang sangat banyak kasus palsu dan tidak adil selama bertahun-tahun, seperti unjuk rasa mahasiswa Lapangan Tiananmen yang mengguncang dunia dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa Tibet. Pertama, mereka mengarang kebohongan, memutarbalikkan fakta, dan membuat tuduhan palsu, lalu mereka memakai penindasan dengan kekerasan. Itu selalu menjadi taktik mereka untuk menyingkirkan perbedaan pendapat. Lagi pula, itu adalah partai ateis yang secara brutal menindas keyakinan agama sejak berkuasa. Bagaimana kita bisa memercayai kecaman mereka terhadap sebuah gereja? Bahkan, para cendekiawan Barat telah melakukan penyelidikan independen yang membongkar kebohongan mereka." Setelah itu, aku mengiriminya video dari cendekiawan agama Italia Profesor Massimo Introvigne yang berpidato di sebuah konferensi. Aku mengatakan kepadanya, "Kau akan memahami kebenaran setelah menonton video itu. Seorang terdakwa Zhaoyuan berkata di pengadilan, 'Aku tidak pernah berhubungan dengan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa.' Mereka sendiri berkata bukan anggota Gereja. Gereja juga tidak mengakui mereka. Jelas mereka tak memiliki hubungan dengan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi pengadilanlah yang bersikeras bahwa mereka melakukannya. Mereka dengan sengaja memutarbalikkan fakta dan mengarang sebuah kasus untuk mendiskreditkan Gereja! Ini menunjukkan kasus Zhaoyuan dikarang oleh PKT sebagai alasan untuk menindas orang Kristen. Itu taktik mereka yang biasa untuk menekan keyakinan agama." Namun, suamiku sangat yakin dengan kebohongan PKT dan tak mau mendengarkan aku.

Setelah itu dia mulai mencoba menghalangi jalan imanku, dia memasang enam CCTV di rumah kami agar bisa mengawasi setiap gerak-gerikku. Suatu malam, dia melihatku mengikuti pertemuan di salah satu kamera dan masuk ke dalam ruangan sambil berteriak, bertanya kenapa aku masih menghadiri pertemuan seperti itu. Aku berkata, "Ini adalah Amerika Serikat, negara dengan kebebasan beragama. Itu dilindungi oleh hukum. Menerapkan imanku adalah hal yang wajar. Mengapa kau menghalangi jalanku? Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman telah menyebar ke banyak negara Barat. Ada orang-orang seperti Tuan dan Nyonya Schmidt dari Arizona, Tina dan Charlie, yang telah diwawancarai tentang pengalaman mereka menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Ada kesaksian dari Kanada, Kuba, Jepang, Prancis, Rusia, Thailand, dan banyak negara lain. Orang-orang dari seluruh dunia yang merindukan kedatangan Tuhan kembali telah datang ke hadapan Tuhan Yang Mahakuasa dan menerima pekerjaan-Nya. Kau seharusnya melihat apa yang pekerjaan-Nya capai dan apa itu suara Tuhan, alih-alih secara membabi buta memercayai kebohongan pemerintah PKT yang ateis." Dia tak mau mendengarkan aku, justru menghampiri untuk mengambil ponselku. Mencoba menghalangi dia, aku memukul lengannya. Yang membuatku ngeri, dia memakai ini sebagai alasan untuk melaporkanku ke polisi. Lalu, dia tersenyum dingin dan berkata, "Bukankah kau memiliki Tuhanmu? Kalau begitu, panggil Dia untuk meminta bantuan. Polisi akan tiba sebentar lagi. Mari lihat siapa yang bisa menyelamatkanmu malam ini." Aku murka dan sedikit takut juga. Aku sangat takut ditangkap polisi seperti banyak saudara-saudari di Tiongkok. Lalu, aku ingat firman ini dari Tuhan: "Hati dan roh manusia berada di tangan Tuhan, segala sesuatu dalam kehidupannya berada dalam pengamatan mata Tuhan. Entah engkau memercayainya atau tidak, setiap dan segala hal, apakah hidup atau mati, akan berganti, berubah, diperbarui, dan lenyap sesuai dengan pemikiran Tuhan. Begitulah cara Tuhan memimpin segala sesuatu" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Segala sesuatu benar-benar ada di tangan Tuhan dan Dia yang menentukan segalanya. Entah polisi akan membawaku hari itu sepenuhnya terserah kepada Tuhan. Jika Tuhan mengizinkannya, artinya itu berisi kehendak-Nya, dan aku akan tunduk pada itu. Aku tak merasa terlalu panik setelah berdoa. Polisi tiba lima menit kemudian, dan begitu memahami situasinya, mereka bersikap pengertian terhadapku. Salah satu petugas, seorang pria kulit putih, berkata dia pernah tinggal di Tiongkok dan tahu tentang penindasan pemerintah Tiongkok terhadap keyakinan agama. Setelah percakapan kami, petugas itu memperingatkan suamiku, berkata, "Kita memiliki kebebasan beragama di AS. Kau tak berhak ikut campur dalam kepercayaan istrimu." Mendengar ini, dia menjawab, "Dia boleh memiliki keyakinan, tetapi tak boleh bergabung dengan pertemuan daring di rumah." Lalu, petugas itu memperingatkannya lagi: "Dia adalah istrimu dan anggota rumah tangga ini. Dia berhak menghadiri pertemuan di rumah—ini dilindungi undang-undang. Kau tidak bisa menghentikannya menghadiri pertemuan di rumah, melakukan itu akan melanggar hukum AS." Setelah polisi itu pergi, aku memikirkan kembali yang telah terjadi dan tak bisa memercayainya. Kami telah melalui banyak hal bersama selama bertahun-tahun, tetapi dia memakai imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa sebagai alasan untuk melaporkanku kepada polisi. Ke mana perginya suami yang kukenal? Dia tak memiliki kemanusiaan. Aku juga tahu, terlepas dari hal yang kualami, Tuhan ada di sisiku, diam-diam melindungiku. Aku merasa bersyukur kepada Tuhan dan tekadku untuk mengikuti-Nya makin kuat.

Karena aku bertekad mempertahankan imanku, suamiku mengambil semua kartu bank bersama kami, kunci mobil, kunci toko kami, dan uang tunai yang kupegang. Selama pernikahan kami, akulah yang mengatur keuangan dan bisnis kami, tetapi kini dia mengambil semuanya dariku. Dia juga membatalkan layanan internet kami agar aku tak bisa menghadiri pertemuan daring dan mengunci pintu kamar tidur utama sehingga aku tak bisa masuk. Dia juga menjadi makin dingin kepadaku. Terkadang aku bertanya ke mana dia pergi dan dia hanya mengatakan sesuatu seperti, "Jangan ikut campur dalam urusanku—kau tidak berhak bertanya. Jika ingin percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, kau bisa keluar dari rumah ini. Tempuhlah jalanmu sendiri. Kau tak bisa lagi bekerja di toko. Jika aku tahu kau mendekati toko, aku akan memanggil polisi." Dia juga membombardir teman-teman kami dengan semua kebohongan daring itu dan beberapa dari mereka terus datang ke rumah kami, bersikeras agar aku melepaskan imanku. Kehidupan kami yang dahulu damai tercabik-cabik. Saat itu, aku memikirkan betapa demi hidup kami bersama, aku melepaskan karierku untuk berbisnis bersama suamiku, itu memungkinkan kami memiliki toko di kota ini. Namun, dihadapkan pada pilihan antara iman dan keluarga, aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Aku merasa sangat lemah. Aku tidak memahaminya. Bukankah semua orang percaya merindukan kedatangan Tuhan kembali? Aku telah menyambut Tuhan dan mulai menapaki jalan yang benar dalam iman, jadi kenapa tak ada yang mengerti? Saat memikirkan semuanya, aku tak bisa menghentikan air mataku. Lalu, aku teringat beberapa firman Tuhan. "Yang telah kauwarisi saat ini melebihi yang diwarisi semua rasul dan nabi sebelumnya dan bahkan lebih besar daripada yang diwarisi Musa dan Petrus. Berkat tidak bisa diperoleh dalam satu atau dua hari, tetapi melalui pengorbanan besar. Engkau harus memiliki kasih yang murni dan iman yang besar, dan banyak kebenaran yang Tuhan mau kaudapatkan; engkau juga harus berpaling ke arah keadilan dengan teguh, dan kasihmu kepada Tuhan harus tak tergoyahkan. Darimu dituntut ketetapan hati" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan memberiku kekuatan dan aku melihat yang Dia inginkan adalah iman dan kasih sejati orang-orang, dan agar kita tak pernah menyimpang dari-Nya, apa pun kesulitan yang kita hadapi. Cukup beruntung mendengar suara Tuhan dan menyambut kedatangan Tuhan kembali pada akhir zaman adalah kasih Tuhan. Penderitaan untuk mengikuti Kristus memiliki nilai dan makna, itu juga demi tujuan yang benar. Aku teringat murid-murid yang mengikuti Tuhan Yesus. Mereka dianiaya secara brutal oleh orang Romawi dan dikutuk oleh para pemimpin agama, beberapa orang bahkan menjadi martir bagi Tuhan. Mereka sangat menderita, tetapi Tuhan mengingat mereka. Aku sadar seharusnya aku tak marah karena dihalangi dan dianiaya karena mengikuti Tuhan yang benar, aku harus belajar dari bergenerasi-generasi orang suci, dan mengikuti Tuhan sampai akhir di hadapan kesulitan apa pun.

Aku membaca beberapa firman Tuhan lagi setelah itu "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Di balik layar, semuanya adalah pertaruhan antara Iblis dan Tuhan, menuntut orang menjadi kesaksian bagi Tuhan. Ketika Ayub diuji, Iblis bertaruh dengan Tuhan di balik layar. Yang terjadi pada Ayub adalah perbuatan dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. ... Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan dan berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi kepadamu adalah sebuah ujian besar dan merupakan saat ketika Tuhan membutuhkanmu untuk menjadi kesaksian" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah menerima jalan yang benar dan mengikuti pekerjaan baru Tuhan, sepertinya suamiku menghalangi jalanku dan menindas, tetapi di balik itu, pertempuran sedang berlangsung di dunia roh. Iblis menggunakan suamiku untuk menghalangiku, mengeksploitasi perasaanku kepada suamiku dan kepentingan pribadiku untuk mengintimidasiku supaya meninggalkan jalan yang benar dan menyerah kepada Iblis, agar aku akhirnya mengkhianati Tuhan. Itu adalah salah satu trik Iblis. Selain itu, Tuhan menggunakan situasi ini untuk menunjukkan sisi jahat suamiku yang melawan Tuhan. Saat dia menyampaikan khotbah di gereja, dia mengkhotbahkan toleransi dan menyuruh kami untuk berjaga-jaga akan kedatangan Tuhan. Namun, untuk pekerjaan kedatangan Tuhan kembali, dia tak mempelajarinya sama sekali dan bahkan memperlakukanku seperti musuh. Bukan aku yang dia benci—Tuhan-lah yang dia benci dan lawan. Dia adalah orang tidak percaya, luar dan dalam. Memikirkan tindakannya, aku tak merasa tersakiti lagi. Aku hanya merasa sangat marah. Kami adalah suami dan istri, tetapi kami berada di jalan yang berbeda. Aku tahu aku tidak bisa dikendalikan olehnya lagi. Makin dia menindas, makin aku ingin mengikuti Tuhan, untuk memberikan kesaksian dan mempermalukan Iblis. Aku bukan hanya ingin mengikuti Tuhan, tetapi aku juga ingin membagikan Injil Tuhan pada akhir zaman dengan lebih banyak orang percaya sejati yang mencintai kebenaran. Pemikiran ini memberiku kekuatan yang kubutuhkan untuk melewati ini. Dalam waktu singkat, aku menemukan pekerjaan baru di pasar dekat rumah, jadi aku bekerja dan menyebarkan Injil di sana. Itu pekerjaan yang sulit, tetapi dengan firman Tuhan yang membimbingku, aku merasa sangat nyaman.

Namun, suamiku masih tak mau berhenti. Untuk menghentikanku percaya, dia mencuri sepeda yang kugunakan untuk pergi bekerja dan melarangku bekerja di sana. Dia juga mengirim beberapa pelanggan ke tempat kerjaku untuk mendesakku melepaskan imanku. Tidak hanya itu, tetapi dia juga menyebarkan kebohongan di gereja tentangku, berkata aku meninggalkan keluarga kami karena imanku. Saat bosku mengetahuinya, perlakuannya kepadaku mulai berbeda dan kemudian memecatku. Saat itu, ibu mertuaku di Filipina tiba-tiba meninggal, jadi suamiku harus kembali. Dia tidak punya pilihan selain meninggalkan ponsel dan kunci toko kepadaku. Saat kembali ke AS, sikapnya terhadapku telah sangat melunak. Dia tidak begitu menentangku mengikuti pertemuan daring lagi. Kupikir mungkin dia benar-benar berubah.

Namun, suatu hari, dia mengetahui aku membagikan Injil pekerjaan akhir zaman Tuhan kepada seorang saudari di gerejanya, dan tanpa sepengetahuanku menghubungi dia melalui pendeta. Dia mengatakan segala macam kebohongan kepadanya dan saudari itu memercayainya, agar dia tak berhubungan denganku lagi. Dia memperingatkanku, "Tidak ada yang bisa menghentikanmu memercayai Tuhan Yang Maha Kuasa, tetapi aku takkan mengizinkanmu mengambil orang dari gerejaku. Kau tidak diterima di sana lagi dan kau tidak bisa membawa ponselmu ke toko kita. Jika kau membaca pesan mereka atau menjawab panggilan mereka lagi, aku akan mengusirmu." Perilakunya mengejutkan dan membuatku marah. Selama beberapa bulan itu, aku sudah begitu sabar dengannya, dan aku mencoba menggerakkan dia dengan cara hidupku. Seharusnya itu berdampak kepadanya dalam mengubah sikapnya terhadapku dan pekerjaan Tuhan. Aku tak pernah mengira suamiku akan begitu keras kepala dan jahat. Dia menunjukkan wajah yang benar-benar palsu kepada dunia. Dia memiliki iman yang berbada denganku dan menghalangiku membagikannya kepada orang lain, tanpa malu-malu mengeklaim kepemilikan atas saudara-saudari. Bukankah itu artinya mencoba merebut domba Tuhan? Domba Tuhan mendengar suara Tuhan dan kembali ke rumah-Nya. Itu benar dan wajar. Lalu, iman adalah hal yang bebas, tetapi dia bekerja sama dengan pendeta untuk berusaha keras memecah belah saudara-saudari. Dia menyebarkan kebohongan untuk menyesatkan orang agar mereka tak berani mendengarkan Injil Tuhan pada akhir zaman. Dia mencekik, membuat gereja kelaparan, dan merusak kesempatan orang mendapatkan keselamatan! Itu membuatku teringat Tuhan Yesus yang menegur orang Farisi: "Tetapi celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik, karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana" (Matius 23:13). Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Ada orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar membacakannya sepanjang hari, tetapi tak seorang pun di antara mereka yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tak seorang pun dari antara mereka dapat mengenal Tuhan; apalagi dapat selaras dengan kehendak Tuhan. ... Semua orang semacam itu adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, para penghulu setan yang sengaja menghalangi mereka yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi orang-orang yang mencari Tuhan. Mereka mungkin tampak seperti 'raga yang kuat', tetapi bagaimana para pengikut mereka mengetahui bahwa mereka adalah antikristus yang memimpin orang lain untuk menentang Tuhan? Bagaimana para pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah setan-setan penelan jiwa manusia?" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Jika aku tidak secara langsung menyaksikan kata-kata dan tindakannya, aku takkan pernah bisa membayangkan seseorang yang menyelenggarakan acara amal, yang tampak begitu saleh dan diteladani, bukan hanya menolak melihat atau menerima pekerjaan kedatangan Tuhan, tetapi juga menyebarkan kebohongan ke seluruh gereja, menipu orang lain, dan mencegah mereka berpaling kepada Tuhan. Apa bedanya dia dengan orang Farisi yang memaku Tuhan Yesus ke kayu salib 2.000 tahun yang lalu? Mereka adalah antikristus sejati, setan yang melahap jiwa orang-orang. Aku melihat kebenaran sepenuhnya dari esensi suamiku, bahwa dia adalah setan yang tak bisa diperbaiki. Orang percaya dan tidak percaya memang tidak cocok. Aku tak mau ditahan lagi olehnya. Memikirkan ini baik-baik, aku memutuskan memberikan lebih banyak waktu untuk imanku dan pengejaran kebenaran, lalu aku bertekad mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa bagaimanapun suamiku memperlakukanku.

Suatu hari, dia meminta pengacara perceraian untuk memulai proses perceraian dan memintaku pindah dalam waktu satu bulan. Aku merasa sangat tidak berdaya. Di mana aku akan tinggal? Apa aku akan menjadi gelandangan? Dia juga membatalkan koneksi internet rumah kami sekali lagi dalam upaya memutus kontakku dengan saudara-saudari. Aku tidak punya pilihan selain keluar rumah sepanjang waktu untuk memakai koneksi publik demi menghadiri pertemuan. Hidupku dalam krisis. Tanpa pendapatan, kebutuhan dasar seperti pangan dan papan akan menjadi masalah. Aku tak pernah mengalami masa-masa sulit seperti itu dan tidak tahu bagaimana aku akan bertahan. Aku merasa benar-benar tersesat dan kesakitan. Saat seorang saudari tahu, dia mengirimiku kutipan firman Tuhan. "Sementara menjalani ujian, wajar bagi manusia untuk merasa lemah, atau memiliki kenegatifan dalam diri mereka, atau kurang memiliki kejelasan tentang kehendak Tuhan atau jalan penerapan mereka. Namun dalam hal apa pun, engkau harus memiliki iman dalam pekerjaan Tuhan, dan seperti Ayub, jangan menyangkal Tuhan. ... Dalam pengalamanmu, pemurnian apa pun yang engkau alami melalui firman Tuhan, yang Tuhan kehendaki dari manusia, singkatnya, adalah iman dan kasih mereka kepada-Nya. Yang Dia sempurnakan dengan bekerja dengan cara ini adalah iman, kasih dan aspirasi manusia" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah membaca ini aku sadar bahwa suamiku mengancamku dengan perceraian adalah hal yang Tuhan izinkan terjadi. Saat Ayub menjalani ujiannya, perampok mengambil semua yang dimilikinya dan anak-anaknya kehilangan nyawa. Dia juga dipenuhi bisul dan duduk di tumpukan abu. Istrinya menolak dia dan menyuruhnya melepaskan imannya dan mati. Teman-temannya menghakimi dan mengejeknya. Dihadapkan pada semua ujian dan penderitaan ini, Ayub masih memuji Tuhan: "Yahweh yang memberi, Yahweh juga yang mengambil; terpujilah nama Yahweh" (Ayub 1:21). Ini adalah iman sejati. Aku pernah bersumpah di hadapan Tuhan bahwa apa pun yang terjadi, aku akan terus mengikuti Tuhan. Namun, menghadapi ancaman suamiku yang membahayakan nyawaku, aku merasa terjebak dalam pikiran negatif dan rasa sakit. Aku lihat aku tidak memiliki iman sejati kepada Tuhan. Suamiku mengancamku dengan perceraian untuk membuatku mengkhianati dan meninggalkan Tuhan. Aku tidak boleh menjadi korban muslihat Iblis. Apa pun ujian yang kuhadapi, aku tahu harus mengikuti Tuhan, memberikan kesaksian, dan mempermalukan Iblis.

Aku menemukan pekerjaan beberapa hari kemudian, jadi aku bisa membeli kartu akses internet untuk menghadiri pertemuan dan menjalankan tugasku. Aku merasa jauh lebih baik. Lalu, dengan tenang aku menandatangani surat cerai dan memperoleh kebebasan penuh dari batasan suamiku. Aku bisa dengan bebas menerapkan imanku. Aku terus melakukan tugasku dan membagikan Injil, lalu meskipun keuanganku lebih ketat daripada sebelumnya, aku bisa melakukan tugasku tanpa khawatir. Aku memiliki perasaan sukacita dan damai, juga merasakan bahwa mengikuti Tuhan dan mengambil jalan yang benar adalah cara hidup yang paling berarti! Aku bersyukur kepada Tuhan karena memungkinkan aku memberikan kesaksian lewat pertempuran roh di rumah ini!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait